PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN TAHUN 2009
PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009
KATA PENGANTAR
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kahutanan (SP3K), maka pelaksanaan Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) tahun 2009 difokuskan pada tataran implementasi Undangundang No. 16 Tahun 2006 tersebut, dengan ruang lingkup penataan kelembagaan penyuluhan, ketenagaan, pembiayaan dan peningkatan mutu penyelenggaraan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Pusat cq. Departemen Pertanian pada tahun 2009 melanjutkan dukungan terhadap penyelenggaraan Program RPP di seluruh Indonesia melalui penyediaan anggaran APBN, baik dalam bentuk dana dekonsentrasi, Dana Alokasi Khusus (DAK), maupun dukungan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment through Technology and Information (FEATI) di 18 provinsi, 70 kabupaten yang sudah dimulai sejak akhir tahun 2007. Dukungan anggaran untuk Program RPP Tahun 2009 di 33 provinsi dan 457 kabupaten/kota adalah sebesar Rp. 806.481.486.000,-. Dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah ini meningkat sebesar Rp. 266.237.800.000,- atau 46,5 %. Peningkatan ini merupakan akumulasi dari tambahan untuk Biaya Operasional THL-TB Penyuluh Pertanian sebesar Rp. 147.909.000.000,- dan anggaran P3TIP/FEATI daerah sebesar Rp. 131,181,832,000,- dan penurunan dana dekonsentrasi sebesar Rp. 12,853,032,000,Seluruh dukungan kegiatan dan anggaran RPP yang bersumber dari APBN tersebut diharapkan dapat disinergikan dengan berbagai kegiatan/program-program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota yang didukung oleh APBD Provinsi dan Kabupaten, serta sumber-sumber lain yang syah dan tidak mengikat. Pedoman Umum Pelaksanaan Penyelenggaraan RPP Tahun 2009 ini memberikan gambaran umum mengenai arah pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian tahun 2009 yang diselenggarakan di provinsi dan kabupaten/kota, khususnya yang dibiayai oleh dana dekonsentrasi. Untuk itu, Pedoman Umum ini diharapkan menjadi acuan bagi para penyelenggara penyuluhan pertanian di provinsi maupun kabupaten/kota untuk terselenggaranya penyuluhan secara produktif, efektif dan efisien.
Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian,
ttd
Ir. MULYONO MACHMUR, MS NIP. 080 053 625 Pedum RPP Tahun 2009
i
DAFTAR ISI I.
II.
III.
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Tujuan ...................................................................................................... 5
C.
Output....................................................................................................... 5
D.
Sasaran .................................................................................................... 5
E.
Pengertian ................................................................................................ 6
ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA SATKER DALAM RANGKA PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI RPP ...................................................... 8 1.
Pusat ........................................................................................................ 8
2.
Provinsi ..................................................................................................... 9
3.
Kabupaten/Kota......................................................................................... 9
PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN DI PROVINSI TAHUN 2009 ..............................................................................................10 1.
Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi Tahun 2009 .......................... 10
2.
Penyebaran Informasi Penyuluhan ........................................................... 12
3.
Biaya Operasional Penyuluh Pertanian PNS (BOP) ................................... 15
4.
Penunjang Perencanaan .......................................................................... 19
5.
Pengawalan dan Pendampingan .............................................................. 20
6.
Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian .................... 23
7.
Berperanserta dalam Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan di Pusat ................................. 26
8.
Berperanserta dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat ................................................................................ 28
9.
Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian PNS dan Petani Teladan Tingkat Nasional ................................. 30
10. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 18 Provinsi .......................................... 32 IV.
PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN DI KABUPATEN/KOTA.......................................................................................... 33 1.
Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa Tahun 2009 ............................................................................. 33
2.
Penyebaran Informasi Penyuluhan ........................................................... 36
3.
Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS ................................... 39
Pedum RPP Tahun 2009
ii
4.
Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPP Model)....................... 43
5.
Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian .................... 48
6.
Penunjang Perencanaan .......................................................................... 50
7.
Pengawalan dan Pendampingan .............................................................. 52
8.
Berperanserta dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat ................................................................................ 55
9.
Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan Tingkat Nasional.......................... 57
10. Berperanserta dalam Pertemuan Pengembangan Manajemen Organisasi Poktan/Gapoktan di Pusat; ...................................................... 58 11. Kegiatan P3TIP/FEATI di Kabupaten ........................................................ 60 LAMPIRAN ................................................................................................................... 61
Pedum RPP Tahun 2009
iii
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan pertanian hingga saat ini mempunyai peran sentral sebagai tulang punggung pembangunan perekonomian nasional.
Pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) telah ditindaklanjuti dengan terbitnya UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K). Dengan diterbitkannya payung hukum tersebut, diharapkan RPP yang telah dilaksanakan sejak tahun 2005 akan berjalan lebih efektif dan efisien. Sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K tersebut Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan secara sekaligus. Pemerintah Pusat melalui kegiatan RPP mendukung penyelenggaraan penyuluhan di provinsi dan kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi
sejak tahun 2005.
Upaya tersebut perlu disinergikan dengan
program-program pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota serta dukungan pembiayaan yang memadai dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota. Mengingat belum optimalnya implementasi operasionalisasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, tercatat berbagai masalah, antara lain; 1.
Beragamnya bentuk dan tingkat eselonering kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota yang mengakibatkan koordinasi dalam rangka penyelengaraan penyuluhan belum efektif dan efisien;
2.
Terbatasnya kuantias dan kualitas tenaga penyuluh pertanian yang dapat melayani kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengakses informasi teknologi, permodalan, pasar dan harga, guna peningkatan usahatani mereka;
3.
Programa penyuluhan pertanian belum disusun secara partisipatif antara pelaku utama, pelaku usaha dan penyuluh pertanian sesuai kebutuhan petani sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian;
Pedum RPP Tahun 2009
1
4.
Terbatasnya sarana dan prasarana penyuluhan pertanian yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha;
5.
Masih banyak Pemerintah Daerah yang belum memberikan perhatian secara khusus terhadap penyediaan pembiayaan penyuluhan pertanian di wilayahnya atau masih bersifat parsial.
Dalam rangka percepatan implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, insentif diberikan kepada provinsi yang telah membentuk Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) dan kabupaten/kota yang telah membentuk Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh). Dengan demikian pada tahun 2009 kebijakan pembiayaan pada program RPP melalui dana dekonsentrasi, sebagai berikut: 1.
Jangkauan program RPP meliputi 33 provinsi dan 457 kabupaten/kota, namun difokuskan kepada provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki kelembagaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;
2.
Kabupaten/kota yang telah membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 mendapat insentif berupa dukungan dana dekonsentrasi untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: penyebaran informasi penyuluhan pertanian untuk penyuluh pertanian PNS; Biaya Operasional
Penyuluh
Pertanian
PNS
(BOP);
pengembangan
Balai
Penyuluhan Kecamatan/BPP (BPP Model); penyebaran perangkat media informasi di BPP; pengawalan dan pendampingan Tenaga Harian LepasTenaga Bantu (THL-TB) Penyuluh Pertanian; penunjang perencanaan (administrasi, koordinasi, konsultasi), serta pengawalan dan pendampingan (monitoring dan evaluasi); 3.
Kabupaten/kota yang belum membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tidak mendapat biaya pengembangan BPP Model dan penyebaran perangkat media informasi di BPP;
4.
Kabupaten/kota yang menjadi lokasi Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian/P3TIP (Farmers Empowerment through Agricultural
Technology
and
Information
Project/FEATI)
memperoleh
dukungan dana dekonsentrasi sebagai berikut: BOP bagi penyuluh pertanian PNS; penyebaran informasi penyuluhan pertanian untuk penyuluh pertanian
Pedum RPP Tahun 2009
2
PNS;
penunjang
perencanaan
(administrasi,
koordinasi,
konsultasi);
pengawalan dan pendampingan (monitoring dan evaluasi); pengawalan dan pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian; 5.
Pengalokasian dana dekonsentrasi tersebut berprinsip pada sinergitas antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan antara berbagai sumber pembiayaan
yang
tersedia, baik APBN,
APBD provinsi dan
APBD
kabupaten/kota, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat; 6.
Bentuk kelembagaan penyuluhan baik di provinsi maupun di kabupaten/kota dengan status kelembagaannya (Perda, Pergub/Perbub) dan kesesuaiannya dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 turut mempengaruhi alokasi jenis kegiatan dan besarnya dana dekonsentrasi.
Selain pembiayaan dana dekonsentrasi penyuluhan pertanian yang bersumber dari APBN Departemen Pertanian c.q. Badan Pengembangan SDM Pertanian serta pembiayaan untuk P3TIP/FEATI (pinjaman Bank Dunia, APBN, APBD), sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 ini tersedia pula dana APBN dalam rangka membantu kabupaten/kota membiayai kebutuhan fisik sarana dan prasarana penyuluhan pertanian dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian. Alokasi penggunaan DAK secara lebih rinci mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Pertanian Tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Sekretariat Jenderal, Departemen Pertanian dan Pedoman Umum Pembangunan Gedung Balai Penyuluhan Kecamatan/BPP yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan SDM Pertanian. Fokus kegiatan RPP tahun 2009 di provinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1.
Kegiatan di Provinsi: a. Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi (APBD provinsi); b. Penyebaran Informasi Penyuluhan untuk penyuluh PNS; c. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian PNS (BOP); d. Penunjang Perencanaan; e. Pengawalan dan Pendampingan; f. Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian;
Pedum RPP Tahun 2009
3
g. Berperanserta dalam Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Tingkat Pusat; h. Berperanserta dalam Pertemuan Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Tingkat Pusat; i. Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan Tingkat Nasional; j. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 70 kabupaten/kota, 18 provinsi. 2.
Kegiatan di Kabupaten/Kota: a. Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa (APBD Kabupaten/Kota); b. Penyebaran Informasi Penyuluhan untuk penyuluh pertanian PNS; a. Biaya Operasional Penyuluh Pertanian PNS (BOP); b. Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPP Model) di 20 BPP, 12 provinsi; c. Penyebaran Perangkat Media Informasi pada BPP Model di 20 BPP, 12 provinsi; d. Pengawalan dan Pendampingan bagi THL-TB Penyuluh Pertanian; e. Penunjang Perencanaan; f. Pengawalan dan Pendampingan; g. Berperanserta dalam Pertemuan Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Pusat; h. Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan Tingkat Nasional; i. Berperanserta dalam Pertemuan Pengembangan Manajemen Organisasi Poktan/Gapoktan di Pusat; j. Kegiatan P3TIP/FEATI di 69 kabupaten.
Untuk mengefektifkan penyelenggaraan RPP tahun 2009 di provinsi dan kabupaten/kota, kegiatan penyuluhan yang tidak dialokasikan dari dana dekonsentrasi agar mendapat dukungan dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota. Guna membangun persamaan persepsi di kalangan para penyelenggara penyuluhan pertanian agar pelaksanaan RPP khususnya yang dibiayai dengan
Pedum RPP Tahun 2009
4
dana dekonsentrasi, dapat berjalan secara komprehensif, maka dipandang perlu untuk menyusun Pedoman Penyelenggaraan RPP Tahun 2009. B.
Tujuan Tujuan
disusunnya
pedoman
ini
adalah
menyediakan
acuan
bagi
para
penyelenggara penyuluhan pertanian khususnya yang dibiayai dengan APBN melalui dana dekonsentrasi, dalam: 1.
Menata kelembagaan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota dan di kecamatan;
2.
Menyediakan tenaga penyuluh pertanian yang kompeten dan profesional;
3.
Menciptakan mekanisme kerja penyuluhan yang efektif dan efisien;
4.
Menyediakan dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan di daerah;
5.
Menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
penyuluhan
yang
terkoordinasi,
terintegrasi dan sinergik antara pusat dan daerah.
C.
Output Output yang diharapkan dengan penyusunan pedoman ini, adalah: 1.
Tertatanya
kelembagaan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota dan di
kecamatan; 2.
Tersedianya tenaga penyuluh pertanian yang kompeten dan profesional;
3.
Terciptanya mekanisme kerja penyuluhan yang efektif dan efisien;
4.
Tersedianya dukungan biaya penyelenggaraan penyuluhan di daerah;
5.
Terselenggaranya kegiatan-kegiatan penyuluhan di daerah yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergik antara pusat dan daerah.
D.
Sasaran Sasaran Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, adalah: 1.
Kelembagaan penyuluhan di 33 provinsi;
2.
Kelembagaan penyuluhan di 457 kabupaten/kota;
3.
Balai Penyuluhan Kecamatan/BPP di 3.380 kabupaten/kota;
4.
Penyuluh pertanian PNS penerima BOP, sebanyak 27.402 orang (provinsi 615 orang dan kabupaten/kota 26.787);
Pedum RPP Tahun 2009
5
5.
Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu (THL-TB) Penyuluh Pertanian sebanyak 25.543 orang.
E.
Pengertian 1.
Sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut sistem penyuluhan
adalah seluruh
rangkaian
pengembangan
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap bagi pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan; 2.
Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah upaya mendudukkan, memerankan, memfungsikan dan menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan;
3.
Penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4.
Pelaku utama kegiatan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya;
5.
Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau koperasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan dan kehutanan;
6.
Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat;
7.
Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran satwa, dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan,
Pedum RPP Tahun 2009
6
yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang; 8.
Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan;
9.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh;
10. Programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan; 11. Pos penyuluhan desa/kelurahan adalah kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan yang merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. Pos penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha.
Pedum RPP Tahun 2009
7
II.
ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA SATKER DALAM RANGKA PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI RPP
Penyelenggaraan RPP tahun 2009 di provinsi dan kabupaten/kota didukung oleh dana dekonsentrasi yang bersumber dari APBN Departemen Pertanian cq. Badan Pengembangan SDM Pertanian Tahun 2009, disamping dana yang bersumber dari APBD dan melalui Program P3TIP/FEATI serta sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Dana dekonsentrasi ini dikelola oleh Satker lingkup Badan Pengembangan SDM Pertanian di provinsi, yang berada pada: 1.
Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh) yang berada di 6 (enam) provinsi, yaitu Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara;
2.
Badan Ketahanan Pangan (BKP) di Provinsi Sulawesi Selatan serta Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT);
3.
Dinas Pertanian provinsi yang berada di 25 provinsi lainnya.
Adapun
organisasi
dan
mekanisme
kerja
Satker
dalam rangka
pengelolaan
P3TIP/FEATI akan diatur dalam pedoman teknis tersendiri yang akan diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Tahun 2009 yang merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini (termasuk penjelasan rinci mengenai kegiatan di provinsi dan kabupaten/kota). Organisasi
dan
mekanisme
kerja
Satker
dana
dekonsentrasi
lingkup
Badan
Pengembangan SDM Pertanian di provinsi dalam rangka penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
Pusat a.
Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian merupakan penanggungjawab Program Peningkatan Kesejahteraan Petani;
b.
Dalam pelaksanaan sehari-hari
Kepala Badan
Pengembangan
SDM
Pertanian dibantu oleh pejabat struktural yang ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (P2K).
Pedum RPP Tahun 2009
8
2.
Provinsi a.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.211/Kpts/KU.510/5/2005, kewenangan
pengelolaan
dan
tanggungjawab
dana
dekonsentrasi
Departemen Pertanian dilimpahkan kepada Gubernur; b.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan tersebut, Gubernur membentuk Satker dana dekonsentrasi di tingkat provinsi: di 6 (enam) provinsi yaitu, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara berada pada Bakorluh, dan di 2 (dua) provinsi lainnya, yaitu Sulawesi Selatan berada pada Badan Ketahanan Pangan dan NTT pada BKP3 serta di 25 provinsi lainnya berada pada Dinas Pertanian;
c.
Dalam
pengelolaan
dana
dekonsentrasi,
Gubernur
mendelegasikan
wewenangnya kepada Kepala Bakorluh/Kepala BKP/Kepala BKP3/Kepala Dinas Pertanian provinsi untuk bertindak sebagai pejabat KPA, sekaligus menunjuk pejabat struktural di Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas Pertanian sebagai P2K, Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Penguji Surat Perintah Membayar (SPM) berdasarkan usulan Kepala Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas Pertanian provinsi; d.
Kuasa Pengguna Anggaran selanjutnya menunjuk Pemegang Uang Muka (PUM) provinsi dan kabupaten/kota serta atasan langsungnya berdasarkan usulan kepala Satker provinsi.
3.
Kabupaten/Kota a.
Kepala Badan Penyuluhan/Kepala Dinas Pertanian kabupaten/kota sebagai Atasan Langsung PUM bertindak selaku penanggungjawab kegiatan di kabupaten/kota;
b.
Dalam pengelolaan dana dekonsentrasi, penanggungjawab kegiatan di kabupaten/kota dibantu oleh pelaksana teknis kegiatan.
Pedum RPP Tahun 2009
9
III.
PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN PERTANIAN DI PROVINSI TAHUN 2009
1.
Penyusunan Programa Penyuluhan Provinsi Tahun 2009 Badan Koordinasi Penyuluhan/BKP/BKP3/Dinas Pertanian provinsi memfasilitasi penyusunan Programa Penyuluhan Tingkat Provinsi Tahun 2009 yang dilakukan oleh para penyuluh bersama perwakilan organisasi petani tingkat provinsi dengan dukungan anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi. a.
Tujuan 1)
Menyediakan acuan bagi penyelenggara penyuluhan di provinsi dan kabupaten dalam penyelenggaraan penyuluhan tahun 2009;
2)
Memberikan acuan bagi penyuluh di provinsi dalam menyusun Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) penyuluh provinsi tahun 2009;
3)
Menyediakan bahan
penyusunan perencanaan
penyuluhan untuk
disampaikan dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Tahun 2010. b.
Sasaran Sasaran penyusunan programa penyuluhan provinsi tahun 2009 adalah para penyuluh dan perwakilan organisasi petani di tingkat provinsi dengan difasilitasi oleh Bakorluh Provinsi/BKP/BKP3/Dinas Pertanian provinsi dengan dukungan pembiayaan yang bersumber dari APBD provinsi.
c.
Output 1)
Tersedianya acuan bagi penyelenggara penyuluhan di provinsi dan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penyuluhan tahun 2009;
2)
Tersedianya acuan bagi penyuluh di provinsi dalam menyusun RKT penyuluh provinsi tahun 2009;
3)
Tersedianya
bahan
penyusunan
perencanaan
penyuluhan
untuk
disampaikan dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Tingkat Provinsi Tahun 2010.
Pedum RPP Tahun 2009
10
d.
Waktu Programa Penyuluhan Pertanian Provinsi Tahun 2009 disusun dan disahkan paling lambat pada bulan Desember tahun 2008, untuk dilaksanakan pada tahun 2009.
e.
Pelaksanaan 1)
Penyusunan programa penyuluhan provinsi dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah pembangunan pertanian yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha dan berhubungan dengan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS), sesuai dengan skala prioritas kebutuhan dan fokus pembangunan di wilayah provinsi;
2)
Penyusunan programa penyuluhan provinsi ini dilakukan oleh para penyuluh dan perwakilan organisasi petani di tingkat provinsi melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan sintesa programprogram prioritas Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas Pertanian/instansi lingkup pertanian dan program kerja/kegiatan perwakilan organisasi petani di tingkat provinsi tahun 2009;
3)
Selanjutnya dari sintesa program di atas, dihasilkan draf programa penyuluhan provinsi untuk dibahas dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat
yang
membidangi
program/perencanaan
dari
Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas Pertanian/instansi lingkup pertanian dan perwakilan organisasi petani di tingkat provinsi, sampai menghasilkan draf final; 4)
Programa penyuluhan provinsi yang sudah final ditandatangani oleh Koordinator Penyuluh di provinsi dan Ketua perwakilan organisasi petani di tingkat provinsi, kemudian disahkan oleh Kepala Bakorluh/Kepala BKP/BKP3/Kepala Dinas Pertanian provinsi, dan diketahui oleh pejabat Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas Pertanian/instansi lingkup pertanian yang membidangi program/perencanaan di masing-masing unit kerjanya;
Pedum RPP Tahun 2009
11
5)
Naskah programa tersebut selanjutnya dijabarkan oleh masing-masing penyuluh pertanian provinsi ke dalam RKT penyuluh pertanian tahun 2009, serta disampaikan dalam Forum Musrenbangtan Provinsi sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan provinsi.
2.
Penyebaran Informasi Penyuluhan Penyebaran informasi penyuluhan dibutuhkan selain oleh para penyuluh pertanian juga oleh pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan produktivitas usahanya, pengembangan komoditas unggulan di daerahnya, serta dalam upaya membangun sistem peringatan dini terhadap ancaman serangan hama penyakit (hapen), banjir, kekeringan, perubahan cuaca, iklim, dan lain-lain. Untuk itu para penyelenggara penyuluhan perlu terus meningkatkan pelayanan informasinya, baik informasi teknologi, harga, pasar, permodalan, maupun informasi tentang kebijakan pembangunan pertanian di wilayah kerjanya. Salah satu sumber informasi pertanian adalah berupa tabloid pertanian. Jumlah Tabloid Mingguan Sinar Tani yang dikirim untuk setiap penyuluh PNS adalah satu eksemplar per minggu selama satu tahun (48 eksemplar) yang pembiayaannya bersumber dari dana dekonsentrasi di provinsi. Pendayagunaan Tabloid Mingguan Sinar Tani pada tahun 2009, intensitas sisipan Lembar Informasi Pertanian (liptan) sebanyak dua minggu sekali (24 edisi), sedangkan Mimbar Penyuluhan Agribisnis diterbitkan setiap minggu.
Adapun
pengisian materi-materi dimaksud dilakukan oleh Tim Penyusunan Materi Penyuluhan
pada
Badan
Pengembangan
SDM
Pertanian.
Tim
tersebut
beranggotakan para penyuluh pertanian yang ditugaskan pada unit kerja Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Selain itu, pusat juga akan mendukung penyediaan berbagai materi informasi pertanian yang diperlukan oleh daerah dalam bentuk leaflet dan brosur dan melalui media elektronik dalam bentuk: dialog interaktif, iklan layanan masyarakat, VCD yang pembuatannya dan alokasi dananya berada di tingkat Pusat. a.
Tujuan Tujuan penyebaran informasi penyuluhan di provinsi, adalah: 1)
Meningkatkan
wawasan
dan
pengetahuan
masyarakat
pertanian,
perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang Pedum RPP Tahun 2009
12
perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim, cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya; 2)
Mengembangkan wawasan dan pengetahuan penyuluh di provinsi dalam rangka membantu memecahkan masalah usahatani pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerjanya;
3)
Menyediakan topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;
4)
Melengkapi bahan bacaan sebagai sumber informasi di perpustakaan provinsi.
b.
Sasaran Sasaran Tabloid Mingguan Sinar Tani adalah 615 orang penyuluh pertanian PNS yang bertugas di provinsi, termasuk penyuluh yang berada di BPTP dengan kriteria yang sama dengan kriteria penyuluh yang berhak menerima BOP.
c.
Output 1)
Meningkatnya
wawasan
dan
pengetahuan
masyarakat
pertanian,
perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim, cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya; 2)
Meningkatnya wawasan dan pengetahuan penyuluh di provinsi dalam rangka membantu memecahkan masalah usahatani pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerjanya;
3)
Tersedianya topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;
4)
Bertambahnya bahan bacaan sebagai sumber informasi di perpustakaan provinsi.
d.
Waktu Pengiriman Tabloid Mingguan Sinar Tani setiap minggu selama setahun.
Pedum RPP Tahun 2009
13
e.
Pelaksanaan 1)
Pendistribusian Tabloid Mingguan Sinar Tani a)
Tabloid Mingguan Sinar Tani disalurkan melalui Satker provinsi untuk selanjutnya didistribusikan kepada para penyuluh melalui Koordinator Penyuluh di provinsi disertai dengan tanda bukti penerimaan dari para penyuluh yang bersangkutan;
b)
Materi yang dianggap penting dapat dijadikan bahan diskusi atau seminar terbatas di kalangan penyuluh di provinsi dengan mengundang narasumber terkait;
c)
Satker provinsi mengajukan permohonan kepada Redaksi Sinar Tani dengan alamat Gedung Arsip, Kantor Pusat Departemen Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3, Jakarta 12550 (Telp. 0217812162-63 dan 7817544; Fax. 021-7818205), disertai dengan alamat lengkap pengirim termasuk kode pos.
2)
Penyebarluasan informasi melalui media cetak maupun elektronik yang diprodksi di Pusat a)
Penyebarluasan informasi berbagai informasi pertanian dalam bentuk leaflet/brosur dan melalui media elektronik (dialog interaktif, iklan layanan masyarakat, VCD) yang pembuatan dan alokasi dananya berada di tingkat Pusat.
b)
Satker
provinsi
diharapkan
dapat
menggandakan
dan
pendistribusian informasi penyuluhan pertanian baik berupa media cetak maupun elektronik tersebut kepada petugas, pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing melalui dana APBD; c)
Satker provinsi membantu menginventarisasi umpan balik dari petugas, pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masingmasing terhadap informasi penyuluhan yang diproduksi di tingkat pusat;
d)
Satker provinsi menyelenggarakan kerjasama dengan stasiun televisi lokal baik pemerintah maupun swasta yang memiliki jangkauan ke seluruh kabupaten/kota di wilayah kerja masing-
Pedum RPP Tahun 2009
14
masing dalam menyebarluaskan informasi penyuluhan pertanian baik yang diterima dari pusat maupun diproduksi sendiri di tingkat provinsi.
3.
Biaya Operasional Penyuluh Pertanian PNS (BOP) Biaya Operasional Penyuluh (BOP) Pertanian adalah dana yang dapat digunakan langsung oleh para penyuluh pertanian di provinsi yang berhak menerimanya, untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan senilai Rp 250.000,- per orang per bulan dengan pembiayaan yang bersumber dari dana dekonsentrasi di provinsi. Mengingat keterbatasan dana dekonsentrasi yang tersedia di tingkat Pusat, maka daerah dapat menambahkan dukungan dana operasional penyuluh, antara lain melalui penyediaan uang kerja bimbingan (UKB) atau bentuk-bentuk pendanaan lain yang bersumber dari APBD atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat. a.
Tujuan 1)
Meningkatkan motivasi kerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan di provinsi;
2)
Meningkatkan
mobilisasi
penyuluh
pertanian
di
provinsi
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. b.
Sasaran Sasaran pengguna dana BOP tahun 2009 di provinsi adalah sejumlah 615 orang penyuluh pertanian di 33 provinsi (termasuk penyuluh yang berada di BPTP). Adapun persyaratan-persyaratan ditetapkan, sebagai berikut: 1)
Yang berhak menerima BOP: a)
Penyuluh pertanian PNS yang telah diangkat menjadi pejabat fungsional penyuluh pertanian dan atau yang telah disesuaikan dengan
jabatannya
(diimpassing)
sesuai
SK
MENKOWASBANGPAN No.19 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan PERMENPAN No. PER/02/MENPAN/2/2008; b)
Tidak sedang melaksanakan tugas belajar;
c)
Bertugas dan melakukan pembinaan penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya;
Pedum RPP Tahun 2009
15
d)
Untuk penyuluh pertanian dengan keahlian perikanan dan telah diangkat kembali sebagai pejabat fungsional penyuluh pertanian bisa memperoleh BOP, kecuali bila yang bersangkutan diangkat dalam jabatan fungsional lain atau bertugas pada unit kerja di luar lingkup pertanian;
e)
Tidak ditugaskan dalam jabatan struktural termasuk bendahara pengeluaran, pengelola Satker, maupun PUM.
2)
Yang tidak berhak menerima BOP: a)
Penyuluh pertanian yang sedang dalam tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
b)
Penyuluh pertanian yang telah mengalami mutasi jabatan dari fungsional ke struktural;
c)
Penyuluh pertanian yang mendapat tugas khusus di luar tugas sebagai penyuluh;
d)
Penyuluh pertanian yang tidak dapat memenuhi kewajibannya, dengan alat verifikasi, yaitu: Programa Penyuluhan Provinsi; RKT Penyuluh Pertanian (sebelum pencairan BOP triwulan I dan seterusnya); dan Laporan Bulanan Kegiatan Penyuluh Pertanian serta persetujuan dari Koordinator Penyuluh atau atasan langsung penyuluh (mulai triwulan II dan seterusnya).
c.
Output Output yang diharapkan dari pemberian BOP, adalah sebagai berikut: 1)
Meningkatnya motivasi kerja penyuluh pertanian di provinsi dalam melaksanakan penyuluhan di provinsi;
2)
Meningkatnya mobilisasi penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
d.
Waktu Waktu penggunaan BOP dimulai sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2009 (12 bulan).
Pedum RPP Tahun 2009
16
e.
Pelaksanaan Pelaksanaan pencairan dan pendistribusian BOP bagi penyuluh pertanian, adalah sebagai berikut: 1)
Melakukan verifikasi ulang terhadap penyuluh calon penerima BOP sebelum pencairan BOP triwulan I tahun 2009;
2)
Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian yang bertugas di tingkat provinsi dialokasikan melalui Satker provinsi;
3)
Kuasa Pengguna Anggaran di satker provinsi menerbitkan SK penyuluh pertanian penerima BOP di provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan usulan
dari
Bakorluh/BKP/BKP3/Dinas
Pertanian
provinsi
dan
kabupaten/kota; 4)
Pencairan dana BOP dilakukan oleh bendahara pengeluaran Satker provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening PUM di provinsi;
5)
Selanjutnya PUM provinsi mentransfer BOP ke rekening masing-masing penyuluh pertanian provinsi atas dasar persetujuan dari Koordinator Penyuluh provinsi atau atasan langsung penyuluh;
6)
Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian provinsi tersebut dapat diambil oleh penyuluh pertanian yang bersangkutan pada rekeningnya
masing-masing
di
bank
yang
ditunjuk
berdasarkan
rekomendasi dari Koordinator Penyuluh provinsi atau atasan langsung penyuluh; 7)
Rekomendasi tersebut dikeluarkan triwulanan setelah penyuluh terlebih dahulu menyerahkan: programa penyuluhan, RKT Penyuluh, laporan bulanan kegiatan penyuluh pertanian selama triwulan sebelumnya;
8)
Penyerahan laporan bulanan dimaksud dapat dilakukan pada saat pertemuan bulanan penyuluh di provinsi;
9)
Tidak ada pemotongan BOP kecuali pemotongan pajak bagi penyuluh golongan III dan IV;
10) Dana BOP digunakan untuk biaya operasional penyuluh sesuai dengan RKT Penyuluh yang merupakan penjabaran dari Programa Penyuluhan Pertanian Provinsi; 11) Kuasa
Pengguna
Anggaran
Provinsi
yang
ditunjuk
Gubernur
menginstruksikan penyuluh pertanian (yang belum memiliki nomor Pedum RPP Tahun 2009
17
rekening bank) untuk segera membuka rekening pada bank yang disepakati sebagai bank penyalur; 12) Kuasa Pengguna Anggaran Provinsi yang ditunjuk melakukan koordinasi dengan bank penyalur dan Koordinator Penyuluh pertanian di provinsi dalam mencairkan BOP; 13) Pencairan dana BOP dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali; 14) Pada akhir tahun 2009, kinerja setiap penyuluh pertanian akan dievaluasi berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Programa penyuluhan di setiap tingkatan; (2) Rencana kerja tahunan penyuluh di wilayah kerja masing-masing sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; (3) Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan komoditas unggulan; (4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; (5) Tumbuhkembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama, kelompoktani, kelompok usaha/asosiasi petani dan usaha formal (lembaga usaha formal lainnya); (6) Terwujudnya kemitraan usaha antara pelaku utama dengan pelaku usaha yang saling menguntungkan;
(7)
Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi
(pertanian, perikanan
dan
kehutanan) dan pemasaran; (8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja; (9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama di wilayah kerjanya; 15) Penilaian kinerja penyuluh pertanian yang dikaitkan dengan pencapaian 9 (sembilan) indikator kinerja penyuluh dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh KPA Satker provinsi; 16) Koordinator penyuluh provinsi atau atasan langsung penyuluh agar segera melaporkan kepada Satker provinsi, apabila terjadi alih tugas, pensiun, wafat, dan tindak indisipliner lainnya, untuk dilakukan pemberhentian terhadap penyaluran BOP. Apabila penyuluh tersebut tetap menerima BOP, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pedum RPP Tahun 2009
18
4.
Penunjang Perencanaan Penunjang
perencanaan
dimaksudkan
untuk
memfasilitasi
operasional
penyelenggaraan penyuluhan di tingkat provinsi, seperti: honorarium petugas termasuk honorarium bagi Operator Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan (SIMLUH), pengadaan bahan dan alat tulis kantor, penggandaan, surat menyurat, konsumsi rapat-rapat serta penyusunan dan pengiriman laporan provinsi ke pusat dalam berbagai bentuk form pelaporan sesuai dengan Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2009. Selain itu biaya ini juga dimaksudkan untuk memfasilitasi pelaksanaan fungsi koordinasi integrasi dan sinkronisasi di tingkat provinsi, penyusunan perencanaan, dan konsultasi ke Pusat, serta untuk memfasilitasi keperansertaan provinsi dalam penyelenggaraan pertemuan-pertemuan di tingkat pusat. a.
Tujuan Tujuan penunjang perencanaan, adalah: 1)
Memfasilitasi pengelolaan keuangan Satker di provinsi;
2)
Memfasilitasi pengelolaan ketatausahaan Satker di provinsi;
3)
Memfasilitasi pengelolaan administrasi kantor pada Satker di provinsi;
4)
Memfasilitasi koordinasi dan konsultasi kegiatan penyuluhan di provinsi dan pelaporannya dari Satker provinsi ke tingkat pusat.
b.
Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah para pelaksana dan koordinator penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di provinsi dalam melaksanakan administrasi, koordinasi dan konsultasi kegiatan penyuluhan di provinsi dan pelaporannya dari Satker provinsi ke tingkat pusat.
c.
Output 1)
Terfasilitasinya pengelolaan keuangan Satker di provinsi;
2)
Terfasilitasinya pengelolaan ketatausahaan Satker di provinsi;
3)
Terfasilitasinya pengelolaan administrasi kantor pada Satker di provinsi;
4)
Terfasilitasinya koordinasi dan konsultasi kegiatan penyuluhan di provinsi dan pelaporannya dari Satker provinsi ke tingkat pusat.
Pedum RPP Tahun 2009
19
d.
Waktu Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan tujuannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
e.
Pelaksanaan Kegiatan ini diperuntukkan guna mendukung kegiatan operasional Satker provinsi dalam mendukung mobilitas kelembagaan penyuluhan provinsi dalam menghadiri pertemuan-pertemuan penyuluhan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat pusat. Selain itu untuk memfasilitasi penyusunan laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di provinsi disampaikan oleh Gubernur c.q
Satker
Provinsi
kepada
Menteri
Pertanian
c.q
Kepala
Badan
Pengembangan SDM Pertanian dan tembusan disampaikan kepada Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Laporan bulanan kegiatan dari Satker Provinsi paling lambat diterima tanggal 10 pada bulan berikutnya meliputi rekapitulasi kegiatan di kabupaten/kota dan kegiatan di provinsi dengan alamat Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Kantor Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Gedung D, Lantai V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 021-7804386. Jenis-jenis pelaporan dan formatnya seperti format laporan fisik dan keuangan. Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2009 beserta petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2009 dan merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini.
5.
Pengawalan dan Pendampingan Pengawalan dan Pendampingan dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan di tingkat provinsi. Melalui monitoring akan diketahui ketepatan penggunaan input/sumberdaya penyuluhan, mengendalikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan agar berjalan sesuai dengan jadwal dan hasil yang diharapkan, dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses yang sedang berjalan. Sedangkan evaluasi dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan dampak dari suatu kegiatan penyelenggaraan penyuluhan di kabupaten/kota sesuai
Pedum RPP Tahun 2009
20
dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan obyektif serta terdiri dari evaluasi saat kegiatan berlangsung, sebelum kegiatan dimulai, dan sesudah kegiatan selesai. a.
Tujuan 1)
Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan di kabupaten/kota;
2)
Mengetahui tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;
3)
Membangun sikap aparat yang transparan dan akuntabel;
4)
Menyediakan umpan
balik dari
seluruh stakeholders
(pemangku
kepentingan) dalam rangka penyempurnaan perencanaan program dan penyelenggaraan penyuluhan; 5)
Mengukur pencapaian dampak kegiatan penyuluhan sesuai dengan indikator yang ditetapkan;
6)
Menyediakan laporan berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan).
b. Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah pelaksana dan koordinator penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di provinsi dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan di provinsi dan pelaporannya dari Satker provinsi ke tingkat pusat.
c.
Output 1)
Diketahuinya tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan;
2)
Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan menetapkan kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;
3)
Terbangunnya sikap aparat yang transparan dan akuntabel;
4)
Tersedianya umpan balik dari seluruh stakeholders dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan;
5)
Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan);
Pedum RPP Tahun 2009
21
6)
Terukurnya pencapaian dampak kegiatan penyuluhan baik yang dilaksanakan oleh penyuluh PNS sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
d. Waktu Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan tujuannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. e.
Pelaksanaan Kegiatan ini diperuntukkan kegiatan monitoring dan evaluasi provinsi dilakukan oleh pejabat/staf yang ditunjuk dan dalam pelaksanaannya mengacu kepada beberapa instrumen/indikator kinerja penyuluh antara lain: 1)
Programa penyuluhan di setiap tingkatan;
2)
Rencana kerja tahunan penyuluh yang disusun oleh setiap penyuluh berdasarkan programa penyuluhan di masing-masing tingkatan;
3)
Buku kerja penyuluh yang menggambarkan aktivitas harian yang bersangkutan sebagai salah satu alat kendali kinerja penyuluh;
4)
Laporan hasil penyelenggaraan kegiatan penyuluhan;
5)
Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan;
6)
Data jumlah petani/poktan/gapoktan yang akses ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian, perikanan dan kehutanan serta pemasaran;
7)
Data jumlah petani/poktan/gapoktan yang bermitra dengan pengusaha menengah dan besar;
8)
Ketersediaan informasi teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan secara merata, tepat guna dan tepat waktu;
9)
Laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di provinsi disampaikan oleh Gubernur c.q Satker Provinsi kepada Menteri Pertanian c.q Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan tembusan disampaikan
kepada
Kepala
Pusat
Pengembangan
Penyuluhan
Pertanian. Laporan bulanan kegiatan dari Satker Provinsi paling lambat diterima tanggal 10 pada bulan berikutnya meliputi rekapitulasi kegiatan Pedum RPP Tahun 2009
22
di kabupaten/kota dan kegiatan di provinsi dengan alamat Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Kantor Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Gedung D, Lantai V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 021-7804386.
Jenis-jenis pelaporan dan formatnya seperti format laporan fisik dan keuangan.
Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan RPP Tahun 2009 beserta petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2009 dan merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini.
6.
Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian Salah satu fokus Program RPP adalah peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh. Jumlah desa/kelurahan di seluruh Indonesia saat ini sebanyak 69.929 desa/kelurahan, sementara jumlah penyuluh pertanian PNS yang tersedia saat ini hanya 29.065 orang dan tenaga honorer sebanyak 1.303 orang. Dengan demikian untuk menarapkan kebijakan satu desa satu penyuluh, masih dibutuhkan kurang lebih 39.864 orang tenaga penyuluh pertanian. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan tersebut, Departemen Pertanian mulai tahun 2007 membuat kebijakan merekrut THL-TB Penyuluh Pertanian dengan realisasi sebanyak 5.857 orang dan pada tahun 2008 terealisasi sebanyak 9.686 orang, sehingga jumlah keseluruhan THL-TB Penyuluh Pertanian sebanyak 15.543 orang. Mereka ditempatkan sesuai dengan daerah asal yang bersangkutan di desa/kelurahan dalam wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian selama periode April-Desember 2007 dan 2008, 82% THL-TB Penyuluh Pertanian sudah melaksanakan 9 (sembilan) Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian, sehingga dirasakan sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani/poktan dan dipandang sangat membantu penyuluh PNS selaku mitra kerjanya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan. Untuk itu, THL-TB Penyuluh Pertanian yang dinilai berkinerja baik direkomendasikan kembali oleh unit kerja kabupaten/kota tempat mereka ditugaskan untuk diperpanjang kontrak kerjanya sebagai THL-TB Penyuluh
Pedum RPP Tahun 2009
23
Pertanian pada tahun 2009 selama periode 10 bulan (Februari-November 2009 untuk angkatan I dan Maret-Desember 2009 untuk angkatan II). Dalam rangka pembinaan THL-TB Penyuluh Pertanian dan untuk mengetahui sejauhmana manfaat yang dirasakan petani atas rekruitmen THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut serta untuk memperoleh umpan balik petani atas kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian sesuai dengan tugas dan fungsinya di lapangan, maka disediakan kegiatan pengawalan dan pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian di provinsi dan kabupaten/kota. a.
Tujuan 1)
Memantau kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas penyuluhan di lapangan;
2)
Memantau penempatan THL-TB Penyuluh Pertanian yang penugasannya di tingkat desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
3)
Memantau kelancaran penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB Penyuluh Pertanian ke rekening yang bersangkutan melalui kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut ditugaskan;
4)
Memantau mekanisme kerja antara THL-TB Penyuluh Pertanian dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha;
5)
Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB Penyuluh Pertanian di lapangan, serta memberikan saran-saran dan umpan balik ke pusat;
6)
Melaporkan berbagai permasalahan THL-TB Penyuluh Pertanian yang tidak dapat dipecahkan di daerah kepada pusat.
b.
Sasaran 1)
THL-TB Penyuluh Pertanian yang berpendidikan SLTA, D III dan D IV/S1 bidang pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang direkrut tahun 2007 (angkatan I) dan diperpanjang kontraknya tahun 2008, maupun THL-TB Penyuluh Pertanian yang baru direkrut tahun 2008 (anggakatn II) dan diperpanjang kontraknya tahun 2009 serta yang baru direkrut tahun 2009 (angkatan III);
Pedum RPP Tahun 2009
24
2)
Kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian ditugaskan.
Adapun fasilitas yang diberikan kepada THL-TB Penyuluh Pertanian adalah berupa honorarium, biaya operasional selama masa kontrak tahun 2009 (10 bulan) yang bersumber dari dana APBN pusat. c.
Output 1)
Terpantaunya kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas penyuluhan di lapangan;
2)
Tertibnya penempatan THL-TB Penyuluh Pertanian yang penugasannya di tingkat desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
3)
Lancarnya penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB Penyuluh
Pertanian
ke
rekening
yang
bersangkutan
melalui
kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut ditugaskan; 4)
Terpantaunya mekanisme kerja antara THL-TB Penyuluh Pertanian dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha;
5)
Adanya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB Penyuluh Pertanian di lapangan, serta memberikan saran-saran dan umpan balik ke pusat;
6)
Laporan berbagai permasalahan THL-TB Penyuluh Pertanian yang tidak dapat dipecahkan di daerah kepada pusat.
d.
Waktu Pengawalan dan pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian dilakukan selama periode 12 bulan.
e.
Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Pembinaan THL-TB Penyuluh Pertanian yang akan segera terbit pada
Pedum RPP Tahun 2009
25
tahun 2009. Adapun pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini disediakan pada dana dekonsentrasi provinsi. 7.
Berperanserta dalam Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan di Pusat Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi/BKP/BKP3/Dinas Pertanian dalam Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan yang diselenggarakan oleh Pusat. a.
Tujuan Tujuan diselenggarakannya Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan, adalah: 1)
Menyusun Rencana Operasional Kegiatan (ROK) RPP tahun 2009 pada Satker pelaksanan dana dekonsentrasi lingkup Badan Pengembangan SDM Pertanian di provinsi berdasarkan DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) tahun 2009;
2)
Menyususun
Pra
RKA-KL
(Rencana
Kegiatan
dan
Anggaran-
Kementerian Lembaga) dana dekonsentrasi di 33 provinsi tahun 2010; 3)
Menyusun usulan rencana program dan kegiatan dekonsentrasi 33 provinsi dan Satker P3TIP/FEATI 18 provinsi dan 70 kabupaten tahun 2010;
4)
Sosialisasi Pedoman Umum RPP dan P3TIP Tahun 2009;
5)
Sosialisasi Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporan RPP dan P3TIP Tahun 2009;
6)
Evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan penyuluhan pertanian tahun 2008 dan tahun 2009;
7)
Mengetahui
permasalahan-permasalahan
dan
solusinya
dalam
penyelenggaraan RPP tahun 2008 dan tahun 2009 sebagai masukan untuk perbaikan perencanaan program dan kegiatan tahun 2010; 8)
Menghimpun saran-saran dan umpan balik dari para penyelenggara penyuluhan di daerah guna perbaikan penyelenggaraan program RPP ke depan.
Pedum RPP Tahun 2009
26
b.
Sasaran Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan, adalah: 1)
Pejabat
Pembuat
Komitmen
program/perencanaan
dan
petugas
pada
yang
Badan
membidangi Koordinasi
Penyuluhan/BKP/BKP3/Dinas Satker dana dekonsentrasi penyuluhan di 33 provinsi; 2)
Pejabat/petugas yang membidangi monitoring dan evaluasi Satker dana dekonsentrasi penyuluhan di 33 provinsi;
3)
c.
Penyelenggara penyuluhan di tingkat pusat.
Output Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan, adalah: 1)
Rencana
Operasional
Kegiatan
(ROK)
RPP
tahun
2009
dana
dekonsetrasi penyuluhan pada 33 Satker provinsi berdasarkan DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) tahun 2009; 2)
Pra RKA-KL dana dekonsentrasi di 33 provinsi tahun 2010;
3)
Usulan rencana program dan kegiatan penyuluhan melalui dana dekonsentrasi di 33 provinsi dan rencana P3TIP/FEATI di 18 provinsi dan 70 kabupaten tahun 2010;
4)
Sosialisasi Pedoman Umum RPP dan P3TIP Tahun 2009;
5)
Sosialisasi Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporan RPP dan P3TIP Tahun 2009;
6)
Evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian tahun 2008 dan tahun 2009;
7)
Mengetahui
permasalahan-permasalahan
dan
solusi
dalam
penyelenggaraan RPP tahun 2008 dan tahun 2009 sebagai masukan untuk perbaikan perencanaan program dan kegiatan tahun 2010; 8)
Menghimpun saran-saran dan umpan balik dari para penyelenggara penyuluhan di daerah guna perbaikan penyelenggaraan program RPP ke depan.
Pedum RPP Tahun 2009
27
d.
Waktu Pertemuan Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan di tingkat Pusat pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan di Pusat, yang dijadwalkan pada bulan Maret 2009 dan Agustus 2009.
e.
Pelaksanaan Pertemuan ini dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian cq. Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian.
Adapun
pembiayaan
kehadiran
peserta
diambilkan
dari
MAK
Penunjang
Perencanaan yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di suatu provinsi tidak mencukupi jumlahnya untuk membiayai keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam pertemuan di Pusat, maka agar diupayakan dukungan dana APBD provinsi. 8.
Berperanserta dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi/BKP/BKP3/Dinas Pertanian provinsi dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan yang diselenggarakan oleh Pusat. a.
Tujuan 1)
Menyamakan langkah dan tindakan para pimpinan kelembagaan penyuluhan dalam mengimplementasikan UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;
2)
Meningkatkan komitmen para penyelenggara penyuluhan di Daerah dan Pusat
dalam
melakukan
penataan
kelembagaan,
ketenagaan,
penyelenggaraan, dan pembiayaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K; 3)
Menyediakan media untuk terjadinya proses saling bertukar pengalaman diantara para penyelenggara penyuluhan di Daerah dan Pusat dalam
Pedum RPP Tahun 2009
28
rangka mempercepat implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K. b.
Sasaran Sasaran forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Tingkat Pusat, adalah: 1)
Kepala Bakorluh/Kepala BKP/Kepala BKP3/Kepala Dinas Pertanian Satker dana dekonsentrasi dari 33 provinsi;
2)
Kepala Bapeluh kabupaten/kota atau pimpinan kelembagaan penyuluhan di kabupaten/kota, khususnya yang sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K dari 33 provinsi;
3) c.
Penyelenggara penyuluhan di tingkat Pusat.
Output 1)
Terjadinya kesamaan langkah dan tindakan para pimpinan kelembagaan penyuluhan dalam mengimplementasikan UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;
2)
Terjadinya persepsi dan meningkatkan komitmen para penyelenggara penyuluhan
di
kelembagaan,
Daerah
dan
ketenagaan,
Pusat
dalam
melakukan
penyelenggaraan,
dan
penataan
pembiayaan
penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K; 3)
Tersedianya media untuk terjadinya proses saling bertukar pengalaman diantara para penyelenggara penyuluhan di Daerah dan Pusat dalam rangka mempercepat implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K.
d.
Waktu Pertemuan Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat Pusat pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan di Pusat, yang dijadwalkan pada bulan Mei 2009.
Pedum RPP Tahun 2009
29
e.
Pelaksanaan Peranserta Forum
Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan ini
dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK Penunjang Perencanaan yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di suatu provinsi tidak memadai jumlahnya untuk membiayai keperansertaan provinsi yang bersangkutan dalam pertemuan di Pusat, maka agar diupayakan dukungan dana APBD provinsi.
9.
Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian PNS dan Petani Teladan Tingkat Nasional Pemberian penghargaan bagi Penyuluh dan Petani merupakan salah satu upaya memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Dengan demikian diharapkan tercapainya ketahanan pangan nasional. Penilaian terhadap Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penilaian tersebut harus memberikan gambaran yang akurat dan terukur terhadap kinerja Petani dan Penyuluh Pertanian yang dinilai. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian Petani dan Penyuluh Pertanian Teladan adalah: (1) penilaian harus mempunyai hubungan dengan produktivitas Petani dan kinerja Penyuluh Pertanian yang dinilai; (2) adanya standar atau ukuran yang dipakai untuk menilai produktivitas Petani dan Penyuluh Pertanian dan (3) sistem penilaian yang mudah dipahami dan dimengerti. a.
Tujuan Menetapkan penerima penghargaan yang terdiri dari 33 orang penyuluh Pertanian PNS dan 33 orang petani nasional dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
b.
Sasaran Penerima penghargaan sebayak 66 orang yang terdiri dari 33 orang Penyuluh Pertanian PNS dan 33 orang Petani Teladan di 33 provinsi.
Pedum RPP Tahun 2009
30
c.
Output Ditetapkannya 33 orang penyuluh Pertanian dan 33 orang petani teladan nasional dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
d.
Waktu Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah periode Maret s.d Agustus 2009.
e.
Pelaksanaan Pemberian penghargaan bagi Penyuluh dan Petani Teladan Tingkat Nasional di laksanakan melalui kegiatan-kegiatan, sebagai berikut: 1)
Pengiriman surat Kepala Badan Pengembangan SM Pertanian kepada Gubernur seluruh Indonesia tentang permintaan pengusulan petani dan penyuluh pertanian teladan tingkat nasional tahun 2009;
2)
Pemerintah Daerah provinsi menerima usulan 3 (tiga) orang calon petani teladan dan 3 (tiga) orang calon penyuluh pertanian teladan dari kabupaten/kota setelah melakukan penilaian secara berjenjang dari tingkat kecamatan;
3)
Pemerintah Daerah provinsi melakukan penilaian terhadap calon dari kabupaten/kota;
4)
Pemerintah Daerah provinsi menetapkan 3 (tiga) orang calon petani dan 3 (tiga) calon penyuluh pertanian teladan tingkat provinsi dan diusulkan ke Pusat;
5)
Pemerintah Pusat melakukan penilaian (administrasi dan observasi lapangan) terhadap usulan provinsi, dan menetapkan 33 orang petani teladan dan 33 orang penyuluh pertanian teladan tingkat nasional;
6)
Pemerintah Pusat menghadirkan petani teladan dan penyuluh pertanian teladan tingkat nasional Tahun 2009 pada HUT Kemerdekaaan RI ke-64 di Istana Negara, Jakarta.
Perjalanan peserta pp penerima penghargaan dan pendamping dari daerah ke Pusat dalam rangka mengikuti kegiatan penerimaan penghargaan dimaksud disediakan melalui dana APBD provinsi dan kabuapten.
Pedum RPP Tahun 2009
31
10. Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI di 18 Provinsi Kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI Tahun 2009, yaitu: 1.
Administrasi;
2.
Pendidikan dan Pelatihan Teknis;
3.
Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja;
4.
Monitoring dan Evaluasi.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI tahun 2009 lebih lanjut agar mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Program Volume 1 dan 2, sedangkan daftar lokasi P3TIP/FEATI terdapat pada lampiran 1.
Pedum RPP Tahun 2009
32
IV.
1.
PENYELENGGARAAN REVITALISASI PENYULUHAN DI KABUPATEN/KOTA
Penyusunan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa Tahun 2009 Badan
Pelaksana
kabupaten/kota
Penyuluhan/Dinas
memfasilitasi
Pertanian/kelembagaan
penyusunan
programa
penyuluhan
penyuluhan
tingkat
kabupaten/kota, kecamatan dan desa tahun 2009 yang dilakukan oleh para penyuluh bersama perwakilan organisasi petani tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa dengan dukungan anggaran yang bersumber dari APBD. a.
Tujuan 1)
Menyediakan
acuan
kabupaten/kota,
bagi
kecamatan
penyelenggara dan
desa
penyuluhan dalam
di
tingkat
penyelenggaraan
penyuluhan tahun 2009; 2)
Memberikan acuan bagi penyuluh di kabupaten/kota, kecamatan dan desa dalam menyusun RKT penyuluh kabupaten/kota, kecamatan dan desa tahun 2009;
3)
Menyediakan bahan
penyusunan perencanaan
penyuluhan untuk
disampaikan dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian
(Musrenbangtan)
tingkat
kabupaten/kota,
Musrenbang
kecamatan dan Musrenbang desa tahun 2010. b.
Sasaran Sasaran penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota tahun 2009 adalah
para
penyuluh
dan
perwakilan
organisasi
petani
di
tingkat
kabupaten/kota, kecamatan dan desa dengan difasilitasi oleh Badan Pelaksana
Penyuluhan/Dinas
Pertanian/kelembagaan
penyuluhan
kabupaten/kota atau, Balai Penyuluhan Kecamatan/BPP dan pos penyuluhan desa.
Pedum RPP Tahun 2009
33
c.
Output 1)
Tersedianya
acuan
kabupaten/kota,
bagi
penyelenggara
kecamatan
dan
desa
penyuluhan dalam
di
tingkat
penyelenggaraan
penyuluhan tahun 2009; 2)
Tersedianya acuan bagi penyuluh di kabupaten/kota, kecamatan dan desa dalam menyusun RKT penyuluh kabupaten/kota, kecamatan dan desa tahun 2009;
3)
Tersedianya
bahan
penyusunan
perencanaan
penyuluhan
untuk
disampaikan dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan), Musrenbang kecamatan dan Musrenbang desa tahun 2010.
d.
Waktu Programa penyuluhan pertanian kabupaten/kota, kecamatan dan desa tahun 2009 disusun dan disahkan paling lambat pada bulan November tahun 2009, untuk dilaksanakan pada tahun 2010, sedangkan pengesahan programa penyuluhan kecamatan paling lambat dilakukan pada bulan Oktober tahun 2009, untuk dilaksanakan pada tahun 2010. Adapun programa penyuluhan desa paling lambat telah selesai disusun (final) bulan September tahun 2009, untuk dilaksanakan pada tahun 2010.
e.
Pelaksanaan 1)
Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota atau kecamatan dan desa dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalahmasalah pembangunan pertanian yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha dan berhubungan dengan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS), sesuai dengan skala prioritas kebutuhan dan fokus pembangunan di wilayah kabupaten/kota, kecamatan dan desa;
2)
Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota atau kecamatan dan desa ini dilakukan oleh para penyuluh pertanian di kabupaten/kota dan perwakilan
Pedum RPP Tahun 2009
organisasi
petani
di
tingkat
kabupaten/kota
melalui 34
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan sintesa programprogram
prioritas
dinas/instansi
lingkup
pertanian
dan
program
kerja/kegiatan perwakilan organisasi petani di tingkat kabupaten/kota atau kecamatan dan desa tahun 2009; 3)
Selanjutnya dari sintesa program di atas, dihasilkan draf programa penyuluhan kabupaten/kota atau kecamatan dan desa untuk disajikan dan dibahas dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi program/perencanaan dari dinas/instansi lingkup pertanian dan perwakilan organisasi petani di tingkat kabupaten/kota atau kecamatan dan desa, sampai menghasilkan draf final;
4)
Programa penyuluhan kabupaten/kota yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh di kabupaten/kota dan perwakilan organisasi petani di tingkat kabupaten/kota, kemudian disahkan oleh Kepala Bapeluh/Dinas
Pertanian/kepala
kelembagaan
penyuluhan
kabupaten/kota, dan diketahui oleh pejabat dinas/instansi lingkup pertanian yang membidangi program/perencanaan di masing-masing unit kerjanya; 5)
Naskah programa ini kemudian dijabarkan oleh masing-masing penyuluh pertanian kabupaten/kota atau kecamatan dan desa ke dalam RKT penyuluh pertanian tahun 2009, serta disampaikan dalam forum Musrenbangtan
kabupaten/kota
sebagai
bahan
penyusunan
perencanaan pembangunan kabupaten/kota atau kecamatan dan desa; 6)
Adapun penyusunan programa penyuluhan desa/kelurahan dimulai dengan penggalian data dan informasi mengenai potensi desa, monografi desa, jenis komoditas unggulan desa dan tingkat produktivitasnya, keberadaan poktan/gapoktan, keberadaan kelembagaan agribisnis desa, masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data ini dilakukan oleh penyuluh bersama-sama dengan tokoh dan anggota masyarakat guna menjaring kebutuhan nyata, harapan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA);
7)
Pertemuan-pertemuan dalam rangka penyusunan programa penyuluhan di desa/kelurahan dimotori oleh para penyuluh (PNS, swasta dan
Pedum RPP Tahun 2009
35
swadaya) yang bertugas di desa/kelurahan dan dihadiri oleh kepala desa/kelurahan, tokoh masyarakat, serta pengurus kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; 8)
Pertemuan-pertemuan ini pada akhirnya menghasilkan programa desa yang merupakan sintesa antara kegiatan poktan/gapoktan di tingkat desa dengan kegiatan dinas/cabang dinas lingkup pertanian yang dialokasikan di desa tersebut;
9)
Programa penyuluhan desa/kelurahan tidak disahkan, namun diketahui oleh kepala desa/kelurahan agar dapat disinergikan dengan program pembangunan di wilayahnya;
10) Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang tercantum dalam programa penyuluhan desa/kelurahan bersumber dari dana APBD kabupaten/kota, APBD provinsi dan APBN serta sumber lain yang tidak mengikat.
2.
Penyebaran Informasi Penyuluhan Penyebaran informasi penyuluhan dibutuhkan oleh pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan produktivitas usahanya serta pengembangan komoditas unggulan di daerahnya, serta dalam upaya membangun sistem peringatan dini terhadap ancaman serangan hama penyakit (hapen), banjir, kekeringan, perubahan cuaca, iklim, dan lain-lain. Untuk itu para penyelenggara penyuluhan perlu terus meningkatkan pelayanan informasinya, baik informasi teknologi, harga, pasar, permodalan, maupun informasi tentang kebijakan pembangunan pertanian di wilayah kerjanya. Kegiatan penyebaran informasi penyuluhan ini antara lain dilaksanakan melalui pengadaan Tabloid Mingguan Sinar Tani untuk 26.787 orang penyuluh pertanian PNS di 457 kabupaten/kota, 33 provinsi. Pendayagunaan Tabloid Mingguan Sinar Tani pada tahun 2009, intensitas sisipan Lembar Informasi Pertanian (Liptan) sebanyak dua minggu sekali (24 edisi), sedangkan Mimbar Penyuluhan Agribisnis tetap diterbitkan setiap minggu. Adapun pengisian materi dimaksud dilakukan oleh Tim Penyusunan Materi Penyuluhan pada Badan Pengembangan SDM Pertanian. Tim ini beranggotakan para penyuluh pertanian yang ditugaskan pada Eselon I lingkup Departemen Pertanian.
Pedum RPP Tahun 2009
36
Selain itu, pusat juga akan mendukung penyediaan berbagai materi informasi pertanian yang diperlukan oleh daerah dalam bentuk leaflet dan brosur dan melalui media elektronik dalam bentuk dialog interaktif, iklan layanan masyarakat, VCD yang pembuatannya dan alokasi dananya berada di tingkat pusat. a.
Tujuan Tujuan penyebaran informasi penyuluhan di kabupaten/kota, adalah: 1)
Meningkatkan
wawasan
dan
pengetahuan
masyarakat
pertanian,
perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim, cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya; 2)
Mengembangkan
wawasan
dan
pengetahuan
penyuluh
di
kabupaten/kota dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerjanya; 3)
Menyediakan topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;
4)
Melengkapi bahan bacaan sebagai sumber informasi di perpustakaan kabupaten/kota.
b.
Sasaran Sasaran Tabloid Mingguan Sinar Tani adalah 26.787 orang penyuluh pertanian PNS yang bertugas di kabupaten/kota, dengan kriteria yang sama dengan kriteria penyuluh yang berhak menerima BOP.
c.
Output 1)
Meningkatnya
wawasan
dan
pengetahuan
masyarakat
pertanian,
perikanan dan kehutanan di perkotaan dan di pedesaan tentang perkembangan inovasi teknologi, harga, pasar, permodalan, iklim, cuaca, serangan hapen, maupun kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah kerjanya; 2)
Meningkatnya wawasan dan pengetahuan penyuluh di kabupaten/kota dalam rangka membantu memecahkan masalah pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerjanya;
Pedum RPP Tahun 2009
37
3)
Tersedianya topik bahasan diskusi di kalangan korps penyuluh mengenai pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan;
4)
Bertambahnya bahan bacaan sebagai sumber informasi di perpustakaan kabupaten/kota.
d.
Waktu Pengiriman Tabloid Mingguan Sinar Tani setiap minggu selama tahun 2009.
e.
Pelaksanaan 1)
Pendistribusian Tabloid Mingguan Sinar Tani a)
Tabloid Mingguan Sinar Tani disalurkan melalui Satker provinsi untuk selanjutnya didistribusikan kepada para penyuluh pertanian di kecamaan melalui koordinator penyuluh di kabupaten/kota;
b)
Jumlah eksemplar Tabloid Mingguan Sinar Tani yang dikirim untuk setiap penyuluh sebanyak satu eksemplar per minggu selama satu tahun (48 eksemplar) yang pembiayaannya bersumber dari dana dekonsentrasi di provinsi;
c)
Materi yang dianggap penting dapat dijadikan bahan diskusi atau seminar terbatas di kalangan penyuluh di kabupaten/kota dengan mengundang narasumber terkait;
d)
Satker provinsi mengajukan permohonan kepada Redaksi Sinar Tani dengan alamat Gedung Arsip, Kantor Pusat Departemen Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3, Jakarta 12550 (Telp. 0217812162-63 dan 7817544; Fax. 021-7818205), disertai dengan alamat lengkap pengirim termasuk kode pos.
2)
Penyebarluasan informasi melalui media cetak maupun elektronik yang diproduksi di Pusat a) Satker provinsi melalui dana APBD provinsi diharapkan dapat menggandakan dan pendistribusian informasi penyuluhan yang diproduksi di tingkat Pusat, baik berupa media cetak maupun elektronik kepada penyuluh, petugas, pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing;
Pedum RPP Tahun 2009
38
b)
Badan Pelaksana Penyuluhan/Dinas Pertanian/kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota, membantu menginventarisasi umpan balik dari petugas, pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing
terhadap
materi/informasi
penyuluhan
yang
diproduksi di tingkat pusat; c)
Satker provinsi menyelenggarakan kerjasama dengan stasiun televisi lokal baik pemerintah maupun swasta yang memiliki jangkauan ke seluruh kabupaten/kota di wilayah kerja masingmasing dalam menyebarluaskan materi baik yang diterima dari pusat maupun diproduksi sendiri di tingkat provinsi.
3.
Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) PNS Biaya Operasional Penyuluh Pertanian (BOP) adalah dana yang dapat digunakan langsung oleh para penyuluh pertanian di seluruh wilayah kabupaten/kota yang berhak menerimanya, untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan (termasuk penyuluh yang bertugas di balai penyuluhan kecamatan dan desa). a.
Tujuan 1)
Meningkatkan motivasi kerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan di seluruh wilayah kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa);
2)
Meningkatkan
mobilisasi
penyuluh
pertanian
di
seluruh
wilayah
kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa) dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
b.
Sasaran Sasaran pengguna dana BOP tahun 2009 adalah sejumlah 26.787 orang penyuluh pertanian PNS di seluruh wilayah kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa) senilai Rp 250.000,- per orang per bulan, dengan pembiayaan yang bersumber dari dana dekonsentrasi. Untuk itu, mengingat keterbatasan dana dekonsentrasi yang tersedia di tingkat pusat, maka daerah dapat menambahkan dukungan dana operasional penyuluh, antara lain melalui penyediaan uang kerja bimbingan (UKB) atau
Pedum RPP Tahun 2009
39
bentuk-bentuk pendanaan lain yang bersumber dari APBD kabupaten/kota atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Adapun persyaratan-persyaratannya ditetapkan sebagai berikut: 1)
Penyuluh yang berhak menerima BOP: a)
Penyuluh pertanian PNS yang telah diangkat menjadi pejabat fungsional penyuluh pertanian dan atau yang telah disesuaikan dengan
jabatannya
(diimpassing)
sesuai
SK
MENKOWASBANGPAN No.19 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan PERMENPAN No. PER/02/MENPAN/2/2008; b)
Tidak sedang melaksanakan tugas belajar;
c)
Bertugas dan melakukan pembinaan penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya;
d)
Untuk penyuluh pertanian dengan keahlian perikanan dan telah diangkat kembali sebagai pejabat fungsional penyuluh pertanian bisa memperoleh BOP, kecuali bila yang bersangkutan diangkat dalam jabatan fungsional lain atau bertugas pada unit kerja di luar lingkup pertanian;
e)
Tidak ditugaskan dalam jabatan struktural termasuk bendahara pengeluaran, pengelola satker, maupun PUM.
2)
Penyuluh yang tidak berhak menerima BOP: a)
Penyuluh pertanian yang sedang dalam tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
b)
Penyuluh pertanian yang telah mengalami mutasi jabatan dari fungsional ke struktural;
c)
Penyuluh pertanian yang mendapat tugas khusus di luar tugas sebagai penyuluh;
d)
Penyuluh pertanian yang tidak dapat memenuhi kewajibannya, dengan alat verifikasi, yaitu:
Programa Penyuluhan di masing-
masing tingkatan; Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (sebelum pencairan BOP triwulan I dan seterusnya); dan Laporan Bulanan Kegiatan Penyuluh Pertanian serta persetujuan dari
Pedum RPP Tahun 2009
40
Koordinator Penyuluh atau atasan langsung penyuluh (mulai triwulan II dan seterusnya). c.
Output Output yang diharapkan dari pemberian BOP, adalah sebagai berikut: 1)
Meningkatnya motivasi kerja penyuluh pertanian di seluruh wilayah kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa) dalam melaksanakan penyuluhan di masing-masing tingkatan;
2)
Meningkatnya mobilisasi penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
d.
Waktu Waktu penggunaan BOP dimulai sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2009 (12 bulan).
e.
Pelaksanaan Pelaksanaan pencairan dan pendistribusian BOP bagi penyuluh pertanian, adalah sebagai berikut: 1)
Melakukan pendataan ulang terhadap penyuluh calon penerima BOP sebelum penyusunan RKA-KL pada tahun berjalan;
2)
Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian yang bertugas di seluruh wilayah kabupaten/kota (termasuk di
kecamatan dan desa)
dialokasikan melalui Satker provinsi; 3)
Kuasa Pengguna Anggaran di Satker provinsi menerbitkan SK penyuluh pertanian
penerima
BOP
di
provinsi
dan
di
seluruh
wilayah
kabupaten/kota (termasuk di kecamatan dan desa) berdasarkan usulan dari kelembagaan penyuluhan provinsi dan kabupaten/kota; 4)
Pencairan dana BOP dilakukan oleh bendahara pengeluaran satker provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening PUM di kabupaten/kota;
5)
Selanjutnya PUM di kabupaten/kota memasukkan BOP ke rekening masing-masing penyuluh pertanian di seluruh wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan (termasuk di kecamatan dan desa)
Pedum RPP Tahun 2009
atas dasar
41
persetujuan dari koordinator penyuluh kabupaten/kota atau atasan langsung penyuluh; 6)
Biaya Operasional Penyuluh bagi penyuluh pertanian di seluruh wilayah kabupaten/kota tersebut (termasuk di kecamatan dan desa) dapat diambil oleh penyuluh pertanian yang bersangkutan pada rekeningnya masingmasing di bank yang ditunjuk berdasarkan rekomendasi dari koordinator penyuluh kabupaten/kota atau atasan langsung penyuluh;
7)
Rekomendasi tersebut dikeluarkan triwulanan setelah penyuluh terlebih dahulu menyerahkan: programa penyuluhan, RKT Penyuluh Pertanian, laporan
bulanan
kegiatan
penyuluh
pertanian
selama
triwulan
sebelumnya; 8)
Penyerahan laporan bulanan dimaksud dapat dilakukan pada saat pertemuan bulanan penyuluh di kabupaten/kota;
9)
Bagi penyuluh pertanian di kabupaten/kota yang tidak memiliki PUM karena alasan tertentu, BOP akan langsung ditransfer langsung oleh Satker provinsi ke rekening penyuluh yang bersangkutan atas dasar rekomendai dari koordinator penyuluh atau atasan langsung penyuluh di kabupaten/kota;
10) Tidak ada pemotongan BOP kecuali pajak yang dikenakan bagi penyuluh gol III dan IV; 11) Dana BOP digunakan untuk biaya operasional penyuluh sesuai dengan RKT Penyuluh Pertanian yang merupakan penjabaran dari Programa Penyuluhan Pertanian di masing-masing tingkatan; 12) Kepala Bapeluh di kabupaten/kota mengistruksikan penyuluh pertanian (yang belum memiliki nomor rekening bank) untuk segera membuka rekening pada bank yang ditunjuk; 13) Kepala Bapeluh di kabupaten/kota, melakukan koordinasi dengan bank penyalur yang ditunjuk dan koordinator penyuluh pertanian di kecamatan dalam mencairkan BOP; 14) Koordinator penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Kecamatan mengirimkan surat rekomendasi pengeluaran BOP kepada kepala Bapeluh di kabupaten/kota;
Pedum RPP Tahun 2009
42
15) Pencairan dana BOP dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali; 16) Pada akhir tahun 2009, kinerja setiap penyuluh pertanian akan dievaluasi berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan penyuluhan pertanian, yaitu: (1) Programa penyuluhan di setiap tingkatan; (2) Rencana kerja tahunan penyuluh di wilayah kerja masing-masing sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; (3) Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan komoditas unggulan; (4) Terdesiminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha; (5) Tumbuhkembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama, kelompoktani, kelompok usaha/asosiasi petani dan usaha formal (lembaga usaha formal lainnya); (6) Terwujudnya kemitraan usaha antara pelaku utama dengan pelaku usaha yang saling menguntungkan; (7) Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi (pertanian, perikanan
dan
kehutanan) dan pemasaran; (8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja; (9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama di wilayah kerjanya; 17) Penilaian kinerja penyuluh pertanian yang dikaitkan dengan pencapaian 9 (sembilan) indikator kinerja penyuluh dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh kepala Bapeluh di kabupaten/kota; 18) Koordinator penyuluh kabupaten/kota atau atasan langsung penyuluh agar segera melaporkan kepada satker provinsi, apabila terjadi alih tugas, pensiun, wafat, dan tindak indisipliner lainnya, untuk dilakukan pemberhentian terhadap penyaluran BOP.
Apabila penyuluh tersebut
tetap menerima BOP, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4.
Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPP Model) Dalam rangka mendukung RPP, pada tahun 2006 kegiatan pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPP) Model sebagai percontohan bagi daerah sekitarnya telah
dilaksanakan
Pedum RPP Tahun 2009
pada
88
BPP
di
6
(enam)
provinsi
lokasi
RPPK. 43
Pada tahun 2007 lokasi pengembangan balai penyuluhan kecamatan model ini diperluas ke 343 kabupaten di 33 provinsi. Pada tahun 2008, dukungan untuk pelaksanaan kegiatan ini hanya dibatasi pada 75 kabupaten yang telah membentuk kelembagaan penyuluhan yang telah mandiri. Sedangkan pada tahun 2009, dukungan untuk pelaksanaan kegiatan ini lebih difokuskan pada 20 kabupaten/kota yang telah membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K per Oktober 2008, yaitu Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota berdasarkan Perda. a.
Tujuan 1)
Mewujudkan kelembagaan penyuluhan kecamatan yang tangguh sesuai dengan
potensi
percontohan
wilayah/komoditas
kelembagaan
unggulan
penyuluhan
daerah,
kecamatan
yang
sebagai mampu
memberi pelayanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha; 2)
Mendorong
pemerintah
daerah
kabupaten
untuk
mereplikasi
kelembagaan penyuluhan kecamatan yang ideal di kecamatan lain; 3)
Menyediakan
fasilitas
penyuluhan/jasa
konsultasi
agribisnis
yang
memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya; 4)
Mendukung
penyuluh
dalam
kapasitasnya
memfasilitasi
proses
pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha. b.
Sasaran Dua puluh unit balai penyuluhan kecamatan/BPP di 20 kabupaten, 12 provinsi (Lampiran 2) dengan penyebaran satu balai penyuluhan model di setiap kabupaten/kota yang bersangkutan.
c.
Output 1)
Terwujudnya kelembagaan penyuluhan kecamatan yang tangguh sesuai dengan potensi wilayah/komoditas unggulan daerah masing-masing, sebagai percontohan kelembagaan penyuluhan kecamatan yang ideal;
2)
Terwujudnya komitmen pemerintah daerah kabupaten untuk mereplikasi kelembagaan penyuluhan kecamatan yang serupa di kecamatan lain;
Pedum RPP Tahun 2009
44
3)
Tersedianya
fasilitas
penyuluhan/jasa
konsultasi
agribisnis
yang
memadai bagi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya; 4)
Tersedianya dukungan bagi penyuluh dalam kapasitasnya memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
d.
Waktu Pengembangan balai penyuluhan kecamatan model ini dilaksanakan selama periode satu tahun.
e.
Pelaksanaan 1)
Bagi kabupaten/kota yang sudah memiliki embrio balai penyuluhan kecamatan model yang dilaksanakan pada tahun 2006-2008 agar pengembangannya
dapat
dilanjutkan
sampai
balai
penyuluhan
kecamatan tersebut mampu mewujudkan kapasitasnya yang ideal dengan dukungan berbagai sumber pembiayaan lain di luar dana dekonsentrasi (APBD dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat); 2)
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk memperkuat kapasitas Balai Penyuluhan Kecamatan Model dan dapat
dibiayai dari dana
dekonsentrasi adalah sebagai berikut: a)
pengembangan fungsi balai penyuluhan kecamatan sebagai
pusat
jasa konsultasi agribisnis di pedesaan; b)
percontohan
di
lahan
balai
penyuluhan
kecamatan
(demplot/demfarm beserta ”hari lapang petani”); c)
pelatihan bagi petani/kelompok tani/gapoktan di balai penyuluhan kecamatan;
d)
Pengadaan perangkat multimedia;
e)
perbanyakan materi-materi penyuluhan pertanian sesuai kebutuhan lapangan.
Pedum RPP Tahun 2009
45
3)
Untuk
menunjang
keberhasilan
pengembangan
balai
penyuluhan
kecamatan model, pemerintah daerah menyertakan dana pendamping (APBD) untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a)
pelaksanaan PRA;
b)
identifikasi kebutuhan informasi pertanian;
c)
pendampingan penyusunan rencana kegiatan poktan/gapoktan, RDK/RDKK, programa desa/kelurahan;
d)
penyusunan programa penyuluhan kecamatan;
e)
rembug-rembug petani/poktan/gapoktan di kecamatan;
f)
forum-forum penyuluhan pertanian pedesaan;
g)
Pelatihan penyuluh di balai penyuluhan kecamatan dan administrasi serta pelaporan;
h)
perakitan materi, media dan alat bantu penyuluhan yang spesifik lokasi;
i)
advokasi penumbuhan dan pengembangan pos penyuluhan desa;
j)
kaji terap;
k)
penyebaran informasi dan teknologi;
l)
supervisi, evaluasi dan penilaian kinerja penyuluh oleh koordinator penyuluh di balai penyuluhan kecamatan.
4)
Pemerintah kabupaten dapat memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana balai penyuluhan model melalui APBD dan DAK, antara lain sebagai berikut: a)
Sarana perkantoran balai penyuluhan kecamatan;
b)
Perpustakaan: 1 paket bahan-bahan pustaka; 1 unit rak buku; 1 unit ruang baca; dan 1 set komputer dan printer;
c)
Sarana dan prasarana pelatihan: 1 unit ruang kelas/pertemuan; 15 meja; 30 kursi rapat/pertemuan; alat bantu mengajar (1 OHP, 1 wireless, 1 radio, 1 televisi, 1 unit perlengkapan ubinan, 1 pH meter, 1 soil tester (PUTS), 1 BWD, 1 alat ukur kadar air, dan 1 VCD/DVD player);
Pedum RPP Tahun 2009
46
d)
Sarana dan prasarana perakitan media informasi: spesimen basah dan kering; papan display informasi usaha pertanian; informasi harga, pasar, permodalan; dan rekomendasi teknologi tepat guna;
e)
Database: monografi wilayah; data kelompok tani/gapoktan beserta jenis usaha dan kepemilikan lahannya; data petugas; data sarana dan realisasi sasaran intensifikasi; dan data angka ramalan padi dan palawija;
5)
f)
Peta komoditas unggulan;
g)
Lahan percontohan BPP;
h)
Alat pengukur curah hujan;
i)
Alat-alat pertanian.
Pemilihan
calon
balai
penyuluhan
kecamatan
model
agar
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a)
Penetapan Balai penyuluhan kecamatan calon BPP model tahun 2009 diluar BPP model tahun sebelumnya;
b)
Minimal memiliki 5-10 orang penyuluh;
c)
Memiliki bangunan yang layak;
d)
Status kepemilikan lahan balai penyuluhan kecamatan jelas dan tidak bermasalah;
e)
Mudah dijangkau oleh masyarakat;
f)
Dekat dengan domisili petani;
g)
Dekat dengan sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas unggulan wilayah;
h)
Memiliki lahan untuk percontohan;
i)
Komitmen pemda kuat;
j)
Sedapat mungkin dipilih balai penyuluhan kecamatan yang telah atau direncanakan akan direhab/dibangun dengan DAK atau APBD;
k)
Sedapat mungkin terintegrasi dengan kegiatan PRIMA TANI yang dilaksanakan di 201 desa dan tersebar di 200 kabupaten/kota, 33 provinsi seluruh Indonesia dan Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) di 16 provinsi.
Pedum RPP Tahun 2009
47
5.
Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian Salah satu fokus Program RPP adalah peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh. Jumlah desa/kelurahan di seluruh Indonesia saat ini sebanyak 69.929 desa/kelurahan, sementara jumlah penyuluh pertanian PNS yang tersedia saat ini hanya 29.065 orang dan tenaga honorer sebanyak 1.303 orang. Dengan demikian untuk menarapkan kebijakan satu desa satu penyuluh, masih dibutuhkan kurang lebih 39.864 orang tenaga penyuluh pertanian. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan tersebut, Departemen Pertanian mulai tahun 2007 membuat kebijakan merekrut THL-TB Penyuluh Pertanian dengan realisasi sebanyak 5.857 orang dan pada tahun 2008 terealisasi sebanyak 9.686 orang, sehingga jumlah keseluruhan THL-TB Penyuluh Pertanian sebanyak 15.543 orang. Mereka ditempatkan sesuai dengan daerah asal yang bersangkutan di desa/kelurahan dalam wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian selama periode April-Desember 2007 dan 2008 para THL-TB Penyuluh Pertanian sudah 82% melaksanakan 9 Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian, sehingga dirasakan sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi petani/poktan dan dipandang sangat membantu penyuluh PNS selaku mitra kerjanya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di lapangan.
Untuk itu, THL-TB Penyuluh Pertanian yang dinilai berkinerja baik
direkomendasikan kembali oleh unit kerja kabupaten/kota tempat mereka ditugaskan untuk diperpanjang kontrak kerjanya sebagai THL-TB Penyuluh Pertanian pada tahun 2009 selama periode 10 bulan (Februari-November 2009 untuk angkatan 2007 dan Maret-Desember untuk angkatan 2008). Untuk tahun 2009 THL-TB Penyuluh Pertanian ditambah sebanyak 10.000 orang dengan demikian total THL-TB Penyuluh Pertanian berjumlah 25.543 orang. Dalam rangka pembinaan THL-TB Penyuluh Pertanian dan untuk mengetahui sejauhmana manfaat yang dirasakan petani atas rekruitmen THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut serta untuk memperoleh umpan balik petani atas kinerja THL-TB PP sesuai dengan tugas dan fungsinya di lapangan, maka disediakan kegiatan pengawalan dan pendampingan THL-TB PP di provinsi dan kabupaten/kota. a.
Tujuan 1)
Memantau kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas penyuluhan di lapangan;
Pedum RPP Tahun 2009
48
2)
Memantau penempatan THL-TB Penyuluh Pertanian yang penugasannya di tingkat desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
3)
Memantau kelancaran penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB Penyuluh Pertanian ke rekening yang bersangkutan melalui kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut ditugaskan;
4)
Memantau mekanisme kerja antara THL-TB Penyuluh Pertanian dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha;
5)
Membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB Penyuluh Pertanian di lapangan, serta memberikan saran-saran dan umpan balik ke pusat;
6)
Melaporkan berbagai permasalahan THL-TB Penyuluh Pertanian yang tidak dapat dipecahkan di daerah kepada pusat.
b.
Sasaran 1)
THL-TB Penyuluh Pertanian yang berpendidikan SLTA, D III dan D IV/S1 bidang pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang direkrut tahun 2007 (angkatan I) dan diperpanjang kontraknya tahun 2008, maupun THL-TB Penyuluh Pertanian yang baru direkrut tahun 2008 (anggakatn II) dan diperpanjang kontraknya tahun 2009 serta yang baru direkrut tahun 2009 (angkatan III);
2)
Kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian ditugaskan.
Adapun fasilitas yang diberikan kepada THL-TB Penyuluh Pertanian adalah berupa honorarium, biaya operasional selama masa kontrak tahun 2009 (10 bulan) yang bersumber dari dana APBN Pusat
c.
Output 1)
Terpantaunya kinerja THL-TB Penyuluh Pertanian dalam melaksanakan tugas penyuluhan di lapangan;
2)
Tertibnya penempatan THL-TB Penyuluh Pertanian yang penugasannya di tingkat desa yang dikukuhkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
Pedum RPP Tahun 2009
49
3)
Lancarnya penyaluran honorarium dan biaya operasional bagi THL-TB Penyuluh
Pertanian
ke
rekening
yang
bersangkutan
melalui
kelembagaan/unit kerja tempat THL-TB Penyuluh Pertanian tersebut ditugaskan; 4)
Terpantaunya mekanisme kerja antara THL-TB Penyuluh Pertanian dengan penyuluh pertanian PNS dalam pembinaan pelaku utama dan pelaku usaha;
5)
Adanya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh THL-TB Penyuluh Pertanian di lapangan, serta memberikan saran-saran dan umpan balik ke pusat;
6)
Laporan berbagai permasalahan THL-TB Penyuluh Pertanian yang tidak dapat dipecahkan di daerah kepada pusat.
d.
Waktu Pengawalan dan pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian dilakukan selama periode 12 bulan.
e.
Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Pengawalan dan Pendampingan THL-TB Penyuluh Pertanian mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Pembinaan THL-TB Penyuluh Pertanian yang akan segera terbit pada tahun 2009. Adapun pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini disediakan pada dana dekonsentrasi provinsi.
6.
Penunjang Perencanaan Penunjang
perencanaan
dimaksudkan
untuk
memfasilitasi
operasional
penyelenggaraan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota, seperti: honorarium petugas, pengadaan bahan dan alat tulis kantor, penggandaan, surat menyurat, konsumsi rapat-rapat serta penyusunan dan pengiriman laporan ke provinsi dalam berbagai bentuk form sesuai dengan Pedoman Teknis Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2009. Adapun pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan ini disediakan pada dana dekonsentrasi yang dialokasikan ke kabupaten/kota yang telah membentuk Pedum RPP Tahun 2009
50
kelembagaan sesuai amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K dengan Perda dan Perbub/walikota. a.
Tujuan Tujuan penunjang perencanaan, adalah: 1)
Memfasilitasi pengelolaan keuangan di kabupaten/kota;
2)
Memfasilitasi pengelolaan ketatausahaan di kabupaten/kota;
3)
Memfasilitasi pengelolaan administrasi kantor di kabupaten/kota;
4)
Memfasilitasi
koordinasi
dan
konsultasi
kegiatan
penyuluhan
di
kabupaten/kota dan pelaporannya dari kabupaten/kota ke tingkat provinsi.
b.
Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah para pelaksana dan koordinator penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dalam melaksanakan administrasi, koordinasi dan konsultasi kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dan pelaporannya dari kabupaten/kota ke tingkat provinsi.
c.
Output 1)
Terfasilitasinya pengelolaan keuangan di kabupaten/kota;
2)
Terfasilitasinya pengelolaan ketatausahaan di kabupaten/kota;
3)
Terfasilitasinya pengelolaan administrasi kantor di kabupaten/kota;
4)
Terfasilitasinya koordinasi dan konsultasi kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dan pelaporannya dari kabupaten/kota ke tingkat provinsi.
d.
Waktu Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan tujuannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
e.
Pelaksanaan Kegiatan
ini
kabupaten/kota
diperuntukkan
guna
dalam mendukung
mendukung mobilitas
kegiatan
operasional
kelembagaan penyuluhan
kabupaten/kota dalam menghadiri pertemuan-pertemuan penyuluhan baik di Pedum RPP Tahun 2009
51
tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun di tingkat pusat. Selain itu untuk memfasilitasi penyusunan laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di kabupaten/kota disampaikan kepada Bupati, Satker Provinsi dan tembusan disampaikan kepada Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Laporan kegiatan paling lambat diterima provinsi tanggal 10 pada bulan berikutnya meliputi rekapitulasi kegiatan di kabupaten/kota. Untuk ke Pusat dialamatkan kepada Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Kantor Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Gedung D, Lantai V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 0217804386. Jenis-jenis pelaporan dan formatnya seperti format laporan fisik dan keuangan sesuai juknis yang dikeluarkan oleh Satker provinsi.
Pedoman Teknis
Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2009 beserta petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2009 dan merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini. 7.
Pengawalan dan Pendampingan Pengawalan dan Pendampingan dimaksudkan untuk memfasilitasi kegiatan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan di tingkat kabupaten/kota. Melalui monitoring akan diketahui ketepatan penggunaan input/sumberdaya penyuluhan, mengendalikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan penyuluhan agar berjalan sesuai dengan jadwal dan hasil yang diharapkan, dan mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses yang sedang
berjalan. Sedangkan evaluasi dimaksudkan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan dampak dari suatu kegiatan penyelenggaraan penyuluhan di kabupaten/kota sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi ini dilakukan secara sistematik dan obyektif serta terdiri dari evaluasi saat kegiatan berlangsung, sebelum kegiatan dimulai, dan sesudah kegiatan selesai. a.
Tujuan 1)
Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan di kabupaten/kota;
Pedum RPP Tahun 2009
52
2)
Mengetahui tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;
3)
Membangun sikap aparat yang transparan dan akuntabel;
4)
Menyediakan umpan
balik dari
seluruh stakeholders
(pemangku
kepentingan) dalam rangka penyempurnaan perencanaan program dan penyelenggaraan penyuluhan; 5)
Mengukur pencapaian dampak kegiatan penyuluhan sesuai dengan indikator yang ditetapkan;
6)
b.
Menyediakan laporan berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan).
Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah pelaksana dan koordinator penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota dan pelaporannya dari kabupaten/kota ke tingkat provinsi.
c.
Output 1)
Diketahuinya tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya penyuluhan;
2)
Diketahuinya tingkat kemajuan kegiatan baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai sebagai bahan menetapkan kebijakan dan pengambilan tindakan yang diperlukan;
3)
Terbangunnya sikap aparat yang transparan dan akuntabel;
4)
Tersedianya umpan balik dari seluruh stakeholders dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan penyuluhan;
5)
Tersedianya laporan berkala (bulanan, triwulan, dan tahunan);
6)
Terukurnya pencapaian dampak kegiatan penyuluhan baik yang dilaksanakan oleh penyuluh PNS sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
d.
Waktu Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan tujuannya dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
Pedum RPP Tahun 2009
53
e.
Pelaksanaan Kegiatan ini diperuntukkan kegiatan monitoring dan evaluasi provinsi dilakukan oleh pejabat/staf yang ditunjuk dan dalam pelaksanaannya mengacu kepada beberapa instrumen/indikator kinerja penyuluh antara lain: 1)
Programa penyuluhan di setiap tingkatan;
2)
Rencana kerja tahunan penyuluh yang disusun oleh setiap penyuluh berdasarkan programa penyuluhan di masing-masing tingkatan;
3)
Buku kerja penyuluh yang menggambarkan aktivitas harian yang bersangkutan sebagai salah satu alat kendali kinerja penyuluh;
4)
Laporan hasil penyelenggaraan kegiatan penyuluhan;
5)
data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan pewilayahan;
6)
Data jumlah petani/poktan/gapoktan yang akses ke lembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian, perikanan dan kehutanan serta pemasaran;
7)
Data jumlah petani/poktan/gapoktan yang bermitra dengan pengusaha menengah dan besar;
8)
Ketersediaan informasi teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan secara merata, tepat guna dan tepat waktu;
9)
Laporan bulanan, triwulanan dan tahunan kegiatan RPP di provinsi disampaikan oleh Gubernur c.q Satker Provinsi kepada Menteri Pertanian c.q Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian dan tembusan disampaikan
kepada
Kepala
Pusat
Pengembangan
Penyuluhan
Pertanian. Laporan bulanan kegiatan dari Satker Provinsi paling lambat diterima tanggal 10 pada bulan berikutnya meliputi rekapitulasi kegiatan di kabupaten/kota dan kegiatan di provinsi dengan alamat Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Kantor Pusat Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Gedung D, Lantai V, Jakarta (12550), Telp/Fax. 021-7804386.
Jenis-jenis pelaporan dan formatnya seperti format laporan fisik dan keuangan sesuai juknis yang dikeluarkan oleh Satker provinsi.
Pedoman Teknis
Supervisi, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RPP Tahun 2009 beserta Pedum RPP Tahun 2009
54
petunjuk yang lebih rinci agar mengacu kepada yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian tahun 2009 dan merupakan satu kesatuan dengan pedoman ini.
8.
Berperanserta dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Pusat Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi keperansertaan Badan Pelaksana Penyuluhan/Dinas Pertanian kabupaten/kota dalam Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan yang diselenggarakan oleh Pusat. a.
Tujuan 1)
Menyamakan langkah dan tindakan para pimpinan kelembagaan penyuluhan dalam mengimplementasikan UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;
2)
Menyamakan persepsi dan meningkatkan komitmen para penyelenggara penyuluhan
di
kelembagaan,
Daerah
dan
ketenagaan,
Pusat
dalam
melakukan
penyelenggaraan,
dan
penataan
pembiayaan
penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K; 3)
Menyediakan media untuk terjadinya proses saling bertukar pengalaman diantara para penyelenggara penyuluhan di Daerah dan Pusat dalam rangka mempercepat implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K.
b.
Sasaran Sasaran forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di Tingkat Pusat, adalah: 1)
Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan/Kepala BKP/Kepala BKP3/Kepala Dinas Pertanian Satker dana dekonsentrasi dari 33 provinsi;
2)
Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan kabupaten/kota atau pimpinan kelembagaan penyuluhan di kabupaten/kota, khususnya yang sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K dari 33 provinsi;
3)
Penyelenggara penyuluhan di tingkat Pusat.
Pedum RPP Tahun 2009
55
c.
Output 1)
Terjadinya kesamaan langkah dan tindakan para pimpinan kelembagaan penyuluhan dalam mengimplementasikan UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K;
2)
Terjadinya persepsi dan meningkatkan komitmen para penyelenggara penyuluhan
di
kelembagaan,
Daerah
dan
ketenagaan,
Pusat
dalam
melakukan
penyelenggaraan,
dan
penataan
pembiayaan
penyuluhan sesuai dengan amanah UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K; 3)
Tersedianya media untuk terjadinya proses saling bertukar pengalaman diantara para penyelenggara penyuluhan di Daerah dan Pusat dalam rangka mempercepat implementasi UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K.
d.
Waktu Pertemuan Forum Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat Pusat pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan di Pusat, yang dijadwalkan pada bulan Mei 2009.
e.
Pelaksanaan Peranserta Forum
Koordinasi Pimpinan Kelembagaan Penyuluhan ini
dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Adapun pembiayaannya diambilkan dari MAK Penunjang Perencanaan yang bersumber dari alokasi dana dekonsentrasi di provinsi. Apabila alokasi anggaran dekonsentrasi yang tersedia di suatu kabupaten/kota tidak memadai jumlahnya
untuk
membiayai
keperansertaan
kabupaten/kota
yang
bersangkutan dalam pertemuan di Pusat, maka agar diupayakan dukungan dana APBD kabupaten/kota.
Pedum RPP Tahun 2009
56
9.
Berperanserta dalam Kegiatan Pemberian Penghargaan Bagi Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan Tingkat Nasional Pemberian penghargaan bagi Penyuluh dan Petani merupakan salah satu upaya memotivasi mereka untuk lebih meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Dengan demikian diharapkan tercapainya ketahanan pangan
nasional.
Penilaian terhadap Penyuluh Pertanian dan Petani Teladan dilakukan melalui proses penilaian yang obyektif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penilaian tersebut harus memberikan gambaran yang akurat dan terukur terhadap kinerja Petani dan Penyuluh Pertanian yang dinilai. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian Petani dan Penyuluh Pertanian Teladan adalah : (1) penilaian harus mempunyai hubungan dengan produktivitas Petani dan kinerja Penyuluh Pertanian yang dinilai; (2) adanya standar atau ukuran yang dipakai untuk menilai produktivitas Petani dan Penyuluh Pertanian dan (3) sistem penilaian yang mudah dipahami dan dimengerti. a.
Tujuan Menetapkan penerima penghargaan yang terdiri dari 33 orang penyuluh Pertanian PNS dan 33 orang petani nasional dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
b.
Sasaran Penerima penghargaan sebayak 66 orang yang terdiri dari 33 orang Penyuluh Pertanian PNS dan 33 orang Petani Teladan di 33 provinsi.
c.
Output Ditetapkannya 33 orang penyuluh Pertanian dan 33 orang petani teladan nasional dari 33 provinsi seluruh Indonesia.
d.
Waktu Waktu pelaksanaan penilaian dan penetapan serta penerimaan penghargaan bagi 33 orang Penyuluh Pertanian PNS dan 33 orang Petani Teladan dari 33 provinsi adalah periode Maret s.d Agustus 2009.
Pedum RPP Tahun 2009
57
e.
Pelaksanaan Pemberian penghargaan bagi Penyuluh dan Petani Teladan Tingkat Nasional di laksanakan melalui kegiatan-kegiatan, sebagai berikut: 1)
Pengiriman surat Kepala Badan kepada Gubernur seluruh Indonesia tentang pengusulan petani dan penyuluh pertanian teladan tingkat nasional tahun 2009;
2)
Pemerintah daerah provinsi menerima usulan 3 orang calon petani teladan
dan
3
orang
calon
penyuluh
pertanian
teladan
dari
kabupaten/kota setelah melakukan penilaian secara berjenjang dari tingkat kecamatan; 3)
Pemerintah daerah provinsi melakukan penilaian terhadap calon dari kabupaten/kota;
4)
Pemerintah daerah provinsi menetapkan 3 orang calon petani dan 3 calon penyuluh pertanian teladan tingkat provinsi dan diusulkan ke pusat;
5)
Pemerintah pusat melakukan penilaian (administrasi dan observasi lapangan) terhadap usulan provinsi, dan menetapkan 33 orang petani teladan dan 33 orang penyuluh pertanian teladan tingkat nasional;
6)
Pemerintah pusat menghadirkan petani teladan dan penyuluh pertanian teladan tingkat nasional Tahun 2009 pada HUT Kemerdekaaan RI ke-64 di Istana Negara.
Perjalanan peserta pp penerima penghargaan dan pendamping dari daerah ke Pusat dalam rangka mengikuti kegiatan penerimaan penghargaan dimaksud disediakan melalui dana APBD provinsi dan kabupaten. 10. Berperanserta dalam Pertemuan Pengembangan Manajemen Organisasi Poktan/Gapoktan di Pusat; Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 273/Kpts/OT.160/4/2007 tanggal 13 April 2007, pembinaan poktan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerjasama antarpetani dan dengan pihak lain yang terkait.
Pedum RPP Tahun 2009
58
Dalam rangka mendukung Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP), perlu dilakukan pengawalan dan pembinaan terhadap poktan dan gapoktan dalam: (1)
menumbuhkembangkan
kepemimpinan;
(2)
jiwa
kewirausahaan
dan
kemampuan manajerial agar mampu bersaing di pasar global; (3) meningkatkan kapasitas dalam pengembangan agribisnis pedesaan berbasis komoditas unggulan daerah; (4) mengembangkan kapasitas dalam berorganisasi yang lebih formal dan berorientasi bisnis. a.
Tujuan 1)
Memperoleh gambaran mengenai pemberdayaan poktan/gapoktan di kecamatan dan desa;
2)
Menyediakan media untuk terjadinya proses saling belajar diantara para ketua/pengurus poktan/gapoktan;
3)
Meningkatkan
kepemimpinan,
keterampilan
manajemen
dan
kewirausahaan ketua/pengurus gapoktan.
b.
Sasaran 1)
Ketua/pengurus poktan/gapoktan di tingkat kecamatan dan desa yang berasal dari kabupaten/kota yang telah membentuk dengan kelembagaan Bapeluh;
2) c.
Pembina poktan/gapoktan.
Output 1)
Gambaran mengenai pemberdayaan poktan/gapoktan di kecamatan dan desa;
2)
Terjadinya
proses
saling
belajar
diantara
para
ketua/pengurus
poktan/gapoktan; 3)
Meningkatnya
kepemimpinan,
keterampilan
manajemen
dan
kewirausahaan ketua/pengurus gapoktan. d.
Waktu Disesuaikan dengan waktu penyelenggaraan Pengembangan Manajemen Organisasi Poktan/Gapoktan yang dijadwalkan akan berlangsung pada bulan Mei 2009.
Pedum RPP Tahun 2009
59
e.
Pelaksanaan Peran serta kabupaten/kota dalam pertemuan Pengembangan Manajemen Organisasi Poktan/Gapoktan ini dilaksanakan berdasarkan undangan dari Kepala
Badan
Pengembangan
SDM
Pertanian
c.q.
Kepala
Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Adapun pembiayaannya diambilkan dari anggaran di Pusat.
11. Kegiatan P3TIP/FEATI di Kabupaten Kegiatan-kegiatan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian Tahun 2009, yaitu sebagai berikut: a.
Administrasi;
b.
Pendidikan dan Pelatihan Teknis;
c.
Pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri;
d.
Pembangunan Gedung Operasional (BPP);
e.
Rehabilitasi Gedung Operasional (BPP);
f.
Pengadaan Mebelair dan Peralatan;
g.
Pengadaan Alat Pengolah Data;
h.
Pameran;
i.
Rapat-rapat Koordinasi/Kerja/Dinas/Pimpinan Kelompok Kerja;
j.
Monitoring dan Evaluasi.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan P3TIP/FEATI tahun 2009 lebih lanjut agar mengacu kepada Pedoman Pengelolaan Volume 1 dan 2, sedangkan daftar lokasi P3TIP terdapat pada lampiran 1.
Pedum RPP Tahun 2009
60
Pedum RPP Tahun 2009
61
Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan P3TIP/FEATI
No
Provinsi
Kabupaten
1.
Sumatera Utara
1.Asahan, 2.Labuhan Batu, 3.Simalungun, 4. Karo
2.
Sumatera Barat
5.Solok, 6.Pesisir Selatan,7.Lima Puluh Kota, 8. Padang Pariaman, 9.Solok Selatan
3.
Jambi
10.Merangin, 11.Tanjung Jabung Barat,
4.
Sumatera Selatan
12.Banyuasin
5.
Banten
13.Serang
6.
Jawa Barat
14. Sukabumi; 15.Subang, 16.Indramayu, 17.Majalengka, 18.Garut, 19.Kuningan, 20.Karawang, 21.Cirebon
7.
Jawa Tengah
22.Brebes, 23.Magelang, 24.Batang; 25 Temanggung
8.
Jawa Timur
26.Malang, 27.Tulungagung, 28.Tuban,29.Kediri
9.
Yogyakarta
30.Kulonprogo, 31.Bantul, 32.Gunung Kidul
10.
Kalimantan Selatan
33.Hulu Sungai Selatan, 34.Hulu Sungai Tengah, 35.Balangan,
11.
Sulawesi Utara
36. Minahasa Utara, 37.Minahasa, 38.Minahasa Selatan, 39.Bolaang Mongondow, 40.Tomohon, 41.Kep.Sangihe
12.
Sulawesi Selatan
42.Enrekang, 43.Maros, 44.Bone, 45.Luwu, 46.Sinjay
13.
Sulawesi Tenggara
47.Konawe, 48.Konawe Selatan, 49.Muna, 50.Kolaka, 51.Buton
14.
Sulawesi Tengah
52.Donggala,
15.
Gorontalo
53.Boalemo, 54.Poahatu, 55.Bone Bolango, 56.Gorontalo
16.
NusaTenggara Barat
57.Lombok Barat, 58.Bima, 59.Dompu, 60.Sumbawa, 61.Lombok Tengah
17.
Nusa Tenggara Timur
62.Manggarai, 63.Sumba Timur, 64.Ngada, 65.Ende, 66.Sumba Barat, 67.Belu
18.
Kalimantan Barat
Pedum RPP Tahun 2009
68.Sambas, 69.Pontianak
62
Lampiran 2.
Lokasi Pengembangan Balai Penyuluhan Kecamatan/BPP Model Tahun 2009
No I
Provinsi SUMATERA UTARA
Kabupaten/Kota 1
Serdang Bedagal
2
Tapanuli Utara
II
SUMATERA BARAT
1
Tanah Datar
III
SUMATERA SELATAN
1
Musirawas
2
Muara Enim
3
OKU Selatan
1
Sarolangun
2
Tanjung Jabung Timur
1
Rejang Lebong
2
Lebong
1
Lampung Barat
2
Lampung Utara
3
Tulang Bawang
4
Metro Kota
1
Ciamis
VIII JAWA TENGAH
1
Cilacap
IX
KALIMANTAN BARAT
1
Sanggau
X
KALIMANTAN SELATAN
1
Banjar
XI
SULAWESI TENGGARA
1
Konawe Utara
XII
PAPUA
1
Keerom
20
unit/BPP
IV
V
VI
VII
JAMBI
BENGKULU
LAMPUNG
JAWA BARAT
Pedum RPP Tahun 2009
63