PEDOMAN TEKNIS KELOMPOK PERCONTOHAN PEMBELAJARAN PAUD
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL
(BP-PAUDNI) REGIONAL III Jl. Adyaksa No. 2 Panakkukang Makassar Telp. (0411) 440065, Fax . (0411) 421460 Kode Pos 90231
Page 1
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah menjadi salah satu prioritas program utama pembangunan pendidikan yang dicanangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014. Oleh karena usia dini merupakan masa-masa emas perkembangan anak. sehingga tumbuh kembang anak perlu dilakukan sedini mungkin sejak anak pertama kali lahir. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pengertian tersebut menyiratkan tentang peran PAUD sebagai dasar bagi pencapaian keberhasilan pendidikan di tahap yang lebih tinggi. Memahami demikian pentingnya kedudukan PAUD dalam menyiapkan kemampuan dasar anak yang mempengaruhi secara berkelanjutan terhadap kemampuan anak ditahap kehidupan selanjutnya, maka penanganan PAUD harus dilakukan secara cermat, terencana dan menyeluruh dengan mempertimbangkan kebutuhan, karakteristik perkembangan, potensi yang dimiliki anak, serta kondisi nilai lingkungan dimana anak berkembang. BP-PAUDNI Regional III pada tahun 2013 memberikan bantuan penyelenggaraan program PAUD dalam rangka mereplikasi hasil pengembangan model-model PAUD yang telah dikembangkan oleh BP-PAUDNI Regional III. Demi memudahkan pelaksanaan kegiatan bantuan penyelenggaraan program PAUD maka disusunlah pedoman yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi SKB/BPKB se wilayah kerja BP-PAUDNI Regional III. Bantuan ini tentunya merupakan upaya Pemerintah Pusat dalam mendorong
Page 2
Pemerintah
Kabupaten/Kota
untuk
meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
UPTD/SKB/BPKB yang tugas dan fungsinya yaitu sebagai lembaga percontohan PAUDNI, dan melaksanakan berbagai penyelenggaraan pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang merupakan bagian dari satuan pendidikan anak usia dini nonformal dan Informal (PAUDNI). Melalui bantuan ini UPTD BPKB/SKB diharapkan dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan program pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dapat berimplikasi kepada peningkatan kualitas aspek pendidikan pada pembangunan manusia di daerahnya masing-masing. Pengelolaan kegiatan yang baik dan benar, berimplikasi pada hasil yang baik, demikian juga dengan UPTD BPKB/SKB diharapkan dapat mengelola dana Bantuan sosial penyelenggaraan program PAUD secara optimal dengan mengedepankan prinsip efesiensi dan efektifitas, transparansi dan dapat dipertanggung jawankan baik secara teknis maupun administrasi. Semoga dengan adanya Pedoman bantuan operasional penyelenggaraan (BOP) pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini, para pemangku kebijakan dan para pengelola kegiatan serta pihak-pihak terkait dapat memahami penyaluran dan pemanfaatan bantuan dalam kerangka pengendalian mutu Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal Informal (PAUDNI) secara komprehensif. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Pedoman Penyaluran dan Pemanfaatan Bantuan
Sosial
Penyelenggaraan
program
pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini dengan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi, kami ucapkan penghargaan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi dan melindungi kita semua dalam melaksanakan Amanat-Nya.
Makassar,
April 2013
Kepala BP-PAUDNI Regional III,
Page 3
Dr. H. Muhammad Hasbi NIP 19730623 199303 1 001
DAFTAR ISI Sampul kata pengantar daftar isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Dasar ............................................................................................
2
C. Tujuan Pedoman ...........................................................................
2
D. Pengertian .....................................................................................
3
Bab II Pilihan Model Untuk Diterapkan A. Model Penyelenggaraan Parenting / Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga). .............
5
B. Model Penyelenggaraan Paud Terpencil ..................................... 11 C. Model Penyelenggaraan Paud Pesisir .......................................... 17 D. Model Pendidikan Karakter Di Lembaga Paud ........................... 19 E. Model Pengembangan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini Melalui Tarian ...................................................................... 30 F. Model Inovasi Paud (Dikembangkan Oleh Skb) .......................... 37
Bab III Sasaran Dan Pemanfaatan Dana A. Sasaran Program ........................................................................... 42 B. RAB Program ............................................................................... 42 C. Sistematika Proposal ..................................................................... 45 D. Sistematika Laporan Hasil Pengembangan Model ....................... 49
Page 4
E. Penutup ......................................................................................... 49
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan daya saing SDM Indonesia pada era perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge based economy) dan pembangunan ekonomi kreatif. Pendidikan Nonformal dan Informal bagian dari pendidikan nasional berusaha mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan dari ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diberlakukan sepanjang hayat yang merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Salah satu dari bagian untuk meningkatkan pendidikan nonformal dan informal adalah meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan layanan PAUD nonformal dan informal bermutu dalam rangka mewujudkan anak yang cerdas, kreatif, sehat, ceria, berakhlak mulia sesuai dengan karakteristik dan pertumbuhan dan perkembangan anak serta memiliki kesiapan fisik dan mental untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Perluasan akses layanan PAUD ini utamanya untuk anak dari keluarga menengah kebawah menjadi prioritas dukungan pemerintah. Kebijakan ini didasarkan pada analisa yang dibuat oleh para ahli pembangunan dari berbagai disiplin ilmu yang menyatakan bahwa peningkatan dan penyiapan SDM yang berkualitas secara tidak merata akan menimbulkan permasalahan pembangunan yang lebih kompleks.Sejalan dengan kebijakan untuk
Page 5
perluasan akses layanan, kebijakan untuk peningkatan mutu program, pendidik, tenaga kependidikan, serta stake holder PAUD serta lembaga PAUD itu sendiri dilaksanakan secara simultan. Harapannya adalah bahwa
akan segera bermunculan lembaga-lembaga PAUD yang kuat dalam pengelolaan dan tepat dalam pelaksanaan program. Disamping hal tersebut, juga diharapkan munculnya lembaga PAUD sebagai labsite BP-PAUDNI RegionalIII di lapangan. Untuk kepentingan tersebut maka Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional III memberikan dukungan kelompok percontohan pembelajaran PAUD kepada lembaga-lembaga yang memenuhi kriteria yang telah disyaratkan sebelumnya.Agar pemilihan lembaga PAUD tersebut tepat sasaran maka diperlukan Pedoman Kelompok Percontohan Pembelajaran PAUD.
B.
Dasar 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
4.
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
5.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini;
6.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
7.
C.
DIPA Satuan Kerja BP-PAUDNI Regional III Tahun 2013.
Tujuan Pedoman 1.
Sebagai acuan dalam mengidentifikasi calon tempat replikasi model Kelompok Percontohan Penyelenggaraan PAUD;
Page 6
2.
Tersedianya lembaga PAUD sebagai labsite BP-PAUDNI RegionalIII di beberapa daerah/wilayah;
3.
Tersedianya lembaga PAUD sebagai lokasi penerapan model PAUD yang telah dikembangkan oleh BP-PAUDNI Regional III;
4.
Memberikan pembinaan terhadap lembaga yang terpilih untuk dapat memberikan layanan program PAUD yang berkualitas kepada sasaran anak usia dini;
5.
Mensosialisasikan BPKB/SKB sebagai pusat rujukan program PAUD ke lembaga atau kelompok PAUD yang sudah dibentuk;
D.
Pengertian 1.
Kelompok Percontohan PAUD adalah dana bantuan yang diberikan kepada lembaga penerima yang dinilai layak dan memiliki potensi untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
lokal
dalam
menerapkan
model
untuk
menjadi
percontohan/rujukan bagi lembaga PAUD lainnya. 2.
Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2 – 6 tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut. Kelompok bermain melayani anak selama 5 – 6 hari dalam seminggu.
3.
Taman Penitipan Anak adalah salah satu bentuk PAUD sebagai makna kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja. TPA ini menyelenggarakan
program
pendidikan
sekaligus
pengasuhan
terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (dengan prioritas anak usia empat tahun kebawah) 4.
Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah bentuk-bentuk satuan PAUD selain Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan berbagai program
Page 7
layanan anak usia dini yang telah ada di masyarakat seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Pendidikan Al-Qur’an, Pelayanan Anak
Kristen, Bina Iman Anak, atau layanan terkait lainnya. SPS melayani anak 3 kali seminggu atau sekali dalam seminggu. 5.
PAUD daerah terpencil adalah PAUD yang berada di lokasi terpencil/tertinggal adalah tempat dimana akses dari daerah/lokasi tersebut ke daerah/lokasi lainnya sangat jauh dan sulit dijangkau oleh alat tranportasi baik darat, udara maupun laut sehingga dalam hal
Page 8
pelayanannya tertinggal.
BAB II PILIHAN MODEL UNTUK DITERAPKAN/REPLIKASI
Penerima Kelompok Percontohan pembelajaran PAUD diprioritaskan bagi lembaga yang menerapkan salah satu model yang telah dikembangkan oleh BPPAUDNI RegionalIII. Pilihan model yang dapat diterapkan yaitu sebagaimana dijelaskan secara ringkas di bawah ini: 1.
MODEL PENYELENGGARAAN PARENTING/ASSISOMPUNGENG(Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Pengembangan anak usia dini perlu dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembang kan potensinya secara holistik baik aspek pendidikan, gizi, maupun kesehatan. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, pelayanan bagi anak tidak hanya terbatas dari sisi pendidikannya, tetapi harus dilakukan secara terpadu (holistik) dengan aspek lain yang mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dalam (pendidikan, pengasuhan, perawatan, kesehatan dan gizi). Dalam dunia pendidikan, peranan keluarga memegang peranan penting. Ki Hadjar Dewantara secara tegas menyatakan bahwa keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Demikian pula dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 1 menyatakan adanya jalur pendidikan informal yang diselenggarakan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Pendidikan di lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh peran orangtua dan orang yang dituakan dalam keluarga.
Page 9
Karena anak sejak kecil berada dalam asuhan keluarga, maka pendidikan keluarga menjadi landasan utama bagi keberhasilan pendidikan anak usia dini, terutama dalam pembentukan sikap dan prilaku yang berkaitan dengan
proses pembudayaan maupun pembinaan iman dan taqwa (imtaq). Atas dasar pemikiran itu, orangtua harus punya pemahaman tentang pendidikan keluarga dan arti pentingnya bagi perkembangan anak. Lingkungan keluarga akan mendasari bagi perkembangan anak. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kunci pembangunan bangsa terletak pada bagaimana keluarga/para orang tua bisa mendidik anaknya sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Namun, sebagian besar orang tua belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan dukungan dalam tugas mengasuh dan mendidik anak. Selain itu, banyak juga orang tua dan masyarakat yang mempunyai pola pikir bahwa pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah/lembaga pendidikan saja. Padahal sesungguhnya keluarga/orang tua mempunyai peran penting dalam pendidikan anak, antara lain sebagai pembentuk konsep diri, teladan, dan pemberi rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua juga memiliki kedekatan fisik dan psikis dengan anaknya, selain karena kodrat juga karena sebagian besar waktu anak usia dini dihabiskan di lingkungan keluarga. Oleh karena itu diperlukan adanya program kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua sebagai pendidik utama dan pertama dalam tumbuh kembang anak maka sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran orangtua agar mampu
mewujudkan lingkungan keluarga yang positif. yang dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal sesuai dengan perkembangan anak baik dalam aspek fisik, mental dan intelektusl sosial maupun emosional anak.Dalam sehari anak rata-rata menghabiskan waktunya di lembaga PAUD hanya sekitar tiga jam. Selebihnya anak Page 10
menghabiskan waktu bersama dengan orangtua dan keluarga. Waktu bersama keluarga tersebut tentulah sangat mewarnai pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebersamaan tersebut merupakan peluang emas untuk
digunakan dalam memberikan stimulasi kepada anak yang berkelanjutan dari lembaga PAUD. Selama ini kegiatan belajar anak yang didapatkan di lembaga PAUD berhenti saat anak pulang ke rumah. Jika pun kegiatan belajar anak lakukan di rumah namun seringkali bukan merupakan lanjutan atau tidak berkaitan dengan apa yang telah anak dapatkan di lembaga PAUD sebelumnya. Oleh sebab itu Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
(BP-PAUDNI)
Regional
III
pada
tahun
2012
telah
mengembangkan Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga APUD dan Keluarga). Model Assisompungeng merupakan sebuah model yang
melibatkan
orangtua
dalam
pembelajaran
sehingga
dapat
menjembatani pembelajaran di lembaga PAUD dan pembelajaran di rumah. Hasil yang Diharapkan 1.
Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua yang memiliki anak usia dini dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini dalam keluarga .
2.
Adanya kesinambungan dan keselarasan pendidikan anak yang dilakukan di lembaga PAUD dan keluarga.
3.
Adanya dukungan orangtua/keluarga dalam proses pendidikan anak usia dini di lembaga PAUD maupun di lingkungan keluarga/ masyarakat.
Gambaran Model Model Assisompungeng (Pola Kesinambungan Lembaga PAUD dan Keluarga) adalah merupakan model pendidikan keorangtuaan, yang menyinambungkan pendidikan di lembaga PAUD dengan pendidikan anak usai dini dalam keluarga. Orangtua anak diberikan pembekalan dan kegiatan mengenai PAUD sehingga pembelajaran yang diterima anak di lembaga PAUD dapat pula dilanjutkan oleh orangtua di rumah sehingga terjadi Page 11
sinkronisasi antara program di lembaga PAUD dengan pembinaan yang diterima anak di keluarganya masing-masing. Kata “Assisompungeng” itu sendiri berasal dari bahasa Bugis yang berarti “kesinambungan”. Dengan
adanya program yang diselenggarakan untuk orangtua anak baik berupa kegiatan di rumah maupun kegiatan orangtua di lembaga PAUD maka diharapkan akan terjadi kesamaan persepsi antara orangtua dan pendidik dalam menghadapi dan mendidik anak.Kesinambungan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi pendidik/pengelola PAUD dan orangtua (keluarga) tentang konsep pendidikan anak usia dini, pertumbuhan/perkembangan dan stimulasi anak usia dini, komunikasi dan pengasuhan anak usia dini, serta kesehatan dan gizi anak usia dini, sehingga pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan
dengan
baik,
di
lembaga
PAUD
maupun
dalam
keluarga.Orangtua yang dimaksud dalam lingkungan keluarga anak adalah orang-orang dewasa yang ada di sekitar anak yaitu mencakup orangtua anak itu sendiri, pengasuh, kakek dan nenek, serta orang dewasa lainnya yang serumah dengan anak. Adapun flowchart model secara ringkas dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini : 1.
Peserta Peserta pada model ini adalah orangtua yang memiliki anak yang sedang mengikuti program pendidikan pada kelompok bermain.
2.
Pendidik/Pendamping Dalam menerapkan model ini maka pendidik PAUD lebih berfungsi sebagai mitra pendamping bagi orangtua dalam mendidik dan menghadapi anak. Pendidik PAUD merencanakan dan melaksanakan
Page 12
kegiatan-kegiatan yang melibatkan orangtua anak.
MODEL PENDIDIKAN KEORANGTUAAN YANG MENYINAMBUNGKAN PENDIDIKAN DI LEMBAGA PAUD DAN KELUARGA
LEMBAGA PAUD - Pendidik - Pengelola
-
Observasi Kegiatan Sudut/Sentra Orangtua Pertemuan Berkala Surat dan Catatan
ANAK USIA DINI YANG: Program Anak Usia Dini yg Berkesinambungan & Selaras
Kunjungan Pendidik di Rumah
Page 13
-
RUMAH Orangtua Kakek & nenek Kakak Pengasuh, dll
SEHAT CERDAS KOMPETITIF
3.
Penyelenggara/Pengelola Penyelenggara/pengelola pada model ini diharapkan dari unsur: - UPTD/SKB - Lembaga PAUD yang berminat - Organisasi/lembaga kompeten lainnya
4.
Sarana Prasarana a.
b.
Bahan ajar yang diberikan kepada orangtua tentang: -
Konsep dasar PAUD
-
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
-
Pengasuhan anak dalam keluarga
-
Komunikasi anak usia dini
-
Perawatan, gizi, dan kesehatan anak usia dini
-
Tingkat pencapaian perkembangan anak
Media/alat peraga yang dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan
orangtua
dalam
menumbuhkembangkan
kemampuan anak, sesuai dengan kebutuhan tema yang sedang berlangsung. c.
Buku-buku dengan berbagai topik tentang anak usia dini, panduan cara membuat APE, dan lain-lain yang ditempatkan di sentra orangtua.
d.
Tempat belajar adalah lembaga PAUD yang menerapkan model ini atau tempat lainnya yang menjadi kesepakatan antara pendidik/pengelola dan orangtua anak, serta rumah para
Page 14
orangtua yang menjadi sasaran model.
2.
MODEL PENYELENGGARAAN PAUD TERPENCIL. Daerah terpencil berdasarkan pengertian dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 1992, dijelaskan bahwa daerah terpencil adalah daerah yang memiliki potensi ekonomi berupa sumber daya alam dibidang pertanian, perhutanan, pertambangan, pariwisata dan perindustrian, tetapi keadaan prasarana dan sarana ekonomi yang tersedia masih terbatas. Untuk dapat digolongkan sebagai daerah terpencil, minimal memiliki kriteria: 1.
Daerah itu sulit dijangkau karena kekurangan atau keterbatasan prasarana dan sarana angkutan umum, baik darat, laut maupun udara.
2.
Sarana Prasarana sosial dan ekonomi tidak tersedia, atau tersedia tetapi dalam keadaan yang sangat terbatas, sehingga kelompok bermain berbasis lingkungan dapat menggunakan disekitar
APE yang ada
lingkungan terpencil dan hendaknya disesuaikan dengan
usia anak dan lingkungan sekitar anak. APE berbasis lingkungan yang dapat digunakan atau dekat dengan anak-anak di daerah terpencil antara lain: Kelompok Bermain Berbasis Lingkungan Sekitar pada Daerah Terpencil, minimal harus memenuhi persyaratan dan standar sebagai berikut: 1.
Berada pada wilayah atau daerah yang masuk kategori daerah terpencil;
2.
Nama jelas lembaga yang menyelenggarakan program kelompok bermain;
3.
Memiliki ijin operasional/penyelenggaraan dari dinas pendidikan kab./Kota setempat;
4.
Memiliki struktur organisasi/kepengurusan yang jelas;
5.
Memiliki tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang aman
Page 15
dan nyaman bagi anak didik; 6.
Memiliki peserta didik minimal 20 orang anak;
Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan model ini : 1.
Tutor yang direkrut berasal dari masyarakat setempat yang memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan. Jika tutor yang direkrut tersebut belum mempunyai pengalaman menjadi tutor anak usia dini maka diharapkan untuk memberikan bekal bagi tutor-tutor tersebut dalam bentuk pendampingan langsung terhadap mereka.
2.
Pendampingan dilaksanakan selama model berlangsung (partisipatif). Jenis pendampingan yang diberikan berupa diskusi, utamanya bagaimana memahami kurikulum yang telah disusun pengembang dan bagaimana membuat kegiatan belajar harian dengan berdasarkan pada kurikulum tersebut, bagaimana menghadapi anak, dan lainya . Pendampingan juga dilakukan pada saat kegiatan belajar dilaksanakan di lembaga PAUD mulai dari saat anak datang hingga saat anak pulang.
3.
Penyelenggara ditunjuk mengelola lembaga PAUD tersebut. Contoh pengaturan waktu kegiatan main:
1.
-
Tahap persiapan Penataan lingkungan
:-
-
Tahap selamat datang
: ±20 menit
-
Transisi
: ±10 menit
-
Kegiatan awal
: ±25 menit
-
Fokus main
: ±55 menit
-
Istirahat
: ±30 menit
-
Kegiatan akhir
: ±10 menit
Tujuh tahap proses belajar anak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Tahap persiapan, yaitu persiapan yang dilakukan oleh tutor berupa penataan alat-alat permainan/bahan ajar sebelum anak
Page 16
masuk. Persiapan ini dapat dilakukan oleh tutor sehari sebelum kegiatan atau sebelum anak datang di pagi harinya.
b.
Tahap selamat datang, yaitu kegiatan anak bersama tutor di luar ruangan sebelum anak masuk kelas. Kegiatannya dapat berupa senam ringan, bernyanyi bersama, berbaris, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan ±20 menit.
c.
Transisi, yaitu waktu peralihan dari kegiatan selamat pagi ke kegiatan berikutnya dimana anak dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk minum, ke kamar kecil, dan keperluan lainnya. Masa transisi ini ±10 menit.
d.
Kegiatan awal, yaitu kegiatan duduk melingkar bersama tutor dan anak. Tutor melakukan absensi, tanya jawab tentang kabar anak pagi itu, dan lain sebagainya. Inti dari kegiatan ini adalah bercerita yang sesuai dengan tema hari itu, pengenalan kepada anak tentang apa yang akan mereka lakukan, aturan main yang disepakati anak berupa siapa bermain apa dan dengan siapa, permainan dibereskan setelah main, dan lainnya. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±25 menit.
e.
Fokus main, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tutor ketika anak
sedang
melakukan
kegiatan
belajar.
Diantaranya
berkeliling mengamati anak-anak yang sedang bermain, memberikan bantuan bila dibutuhkan, memberi motivasi, mencatat
apa
menyelesaikan
yang kegiatan
perlu, maka
dan anak
sebagainya.
Setelah
membereskan
dan
mengembalikan mainan ke tempatnya. Ini memerlukan waktu ±55 menit. f.
Istirahat, yaitu masa dimana anak makan dan bermain bebas selama ±30 menit
g.
Kegiatan akhir, yaitu kegiatan dimana tutor duduk melingkar kembali bersama anak-anak dan melakukan tanya jawab dengan
Page 17
anak seputar apa yang telah mereka lakukan. Kegiatan akhir ini dilaksanakan selama ±10 menit.
2.
Pendidikan anak usia dini diberikan kepada orangtua anak saat mereka datang mengantarkan anaknya mengikuti kegiatan belajar di PAUD.
3.
Layanan gizi dan kesehatan dilaksanakan sekali dalam sebulan bekerja sama dengan dinas kesehatan/puskesmas.
4.
Prinsip dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia pada komunitas adat terpencil manapun adalah memanfaatkan segala sumber daya yang ada di lingkungan sekitar.
5.
Tempat kegiatan belajar dapat menggunakan bangunan yang telah ada yaitu balai pertemuan adat, tempat ibadah, posyandu, atau yang lainnya.
6.
Jika tak ada bangunan yang dapat digunakan sebagai tempat kegiatan belajar, maka pengadaan bangunan perlu dimusyawarahkan bersama antara tokoh masyarakat dan masyarakat. Mengingat bahan-bahan untuk pembangunan gedung dapat diperoleh dari lingkungan sekitar yang penuh dengan pohon-pohon, maka masyarakat dapat bergotong royong dalam mewujudkannya. Tentu saja peran tokoh masyarakat di sini sangat penting.
7.
Bentuk dan jenis bangunan (jika membangun) dapat disesuaikan dengan kondisi lokal masing-masing tempat. Apakah bangunannya berdiri di atas tiang atau berlantai di bawah.
3.
Berbagai APE luar dan APE dalam yang dapat menstimulasi aspek perkembangan anak dapat dikombinasikan antara memanfaatkan lingkungan sekitar dan yang telah tersedia/dibeli. a.
Sarana/bahan belajar yang digunakan dalam model ini atau dalam pendidikan anak usia dini disebut Alat Permainan Edukatif (APE) adalah perpaduan antara APE yang memanfaatkan lingkungan sekitar dan pada beberapa permainan tertentu menggunakan APE yang dibeli. Hal ini untuk memberikan pengalaman lebih banyak kepada anak
Page 18
untuk dapat memainkan berbagai jenis permainan lainnya. b.
APE luar yang pada umumnya terbuat dari besi seperti ayunan, jungkat jungkit, papan luncuran/perosotan, panjat-panjatan, dan lain
sebagainya dapat diganti dengan bahan-bahan yang berasal dari lingkungan sekitar seperti kayu, pohon-pohonan, dan lain sebagainya. c.
Batang pohon atau bambu dapat digunakan sebagai titian bagi anak untuk melatih keseimbangan, ayunan dan halang rintang dari ban bekas, panjat-panjatan berupa jalinan tali dari kulit pohon, jungkatjangkit dari batang pohon atau bambu, pohon di sekitar lembaga PAUD menjadi sarana memanjat (sebagai pengganti panjat-panjatan), dan lain sebagainya.
d.
Anak-anak komunitas adat terpencil memiliki mobilitas yang cukup tinggi dan perkembangan motorik kasar yang jauh melampaui umumnya anak usia dini di tempat lain. Hal ini harus menjadi dasar pertimbangan bagi penyelenggara dalam pengadaan APE luar sehingga standar yang diberlakukan diupayakan lebih tinggi daripada standar yang dikenal selama ini agar bersifat lebih menantang bagi mereka.
e.
Permainan tradisional yang bersumber dari budaya sekitar, misalnya permainan gasing, juga sangat kaya sebagai sumber pembelajaran bagi anak usia dini. Penyelenggara dan pendidik hendaknya memanfaatkan permainan-permainan tradisional semacam ini untuk tetap diberikan kepada anak sehingga kelestariannya tetap terjaga.
f.
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan belajar dapat pula diambil dari lingkungan sekitar, misalnya daun-daunan basah dan kering,
batu-batuan,
biji-bijian,
dahan,
bunga/kembang,
dan
sebagainya. g.
Syarat APE yang harus dipenuhi adalah: 1) Murah. Sedapat mungkin memanfaatkan lingkungan sekitar agar tidak lagi mendatangkan dari tempat lain. 2) Aman dan nyaman. Agar anak terhindar dari kecelakaan dan juga
Page 19
penularan penyakit 3) Mudah. Mudah diperoleh dan juga mudah dipergunakan oleh pendidik maupun peserta didik
4) Aktif. Menumbuhkembangkan motivasi bermain bagi peserta didik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak 8.
Biaya penyelenggaraan PAUD bagi komunitas adat terpencil diharapkan berasal dari pemerintah maupun masyarakat dan ditanamkan kepada masyarakat bahwa program ini merupakan program dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.
9.
Mengingat
masyarakat
komunitas
adat
terpencil
merupakan
masyarakat dengan keadaan ekonomi yang sangat lemah maka bantuan biaya dari pemerintah diharapkan lebih dominan. 10.
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan PAUD ini dengan berbagai macam cara, misalnya bergotong royong membangun tempat belajar, menyumbangkan bahan-bahan untuk tempat belajar, mengizinkan tanahnya sebagai tempat dibangunnya lembaga PAUD, dan lain sebagainya.
11.
Sumbangsih masyarakat lainnya dapat berupa partisipasi dalam penyelenggaraan pembelajaran. Besarnya biaya partisipasi ini tidak ditentukan oleh penyelenggara atau pendidik, akan tetapi berdasarkan kesepakatan. Untuk mendapatkan kesepakatan tersebut maka diadakan pertemuan antara tutor, penyelenggara, dan orangtua peserta didik. Alangkah baiknya pula jika pertemuan tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat.
12.
Besarnya kontribusi masyarakat tersebut tidak pula harus sama untuk setiap orangtua peserta didik. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi kehidupan orangtua warga belajar. Semakin baik penghidupan orangtua anak maka besarnya kontribusi juga akan lebih banyak dibandingkan dengan orangtua anak yang tingkat kehidupannya lebih
Page 20
rendah. Sehingga besaran biaya yang disepakati akan bervariasi.
3.
MODEL PENYELENGGARAAN PAUD PESISIR. Proses belajar yang digunakan adalah pendekatan belajar melalui bermain, yaitu suatu pendekatan yang menggunakan sarana bermain sebagai cara untuk membelajarkan anak. Dunia anak dan dunia bermain adalah dua sisi yang tak dapat dipisahkan sebab masa kanak-kanak adalah masa bermain. Oleh sebab itu suasana yang tercipta adalah dengan bermain anak belajar. Secara umum proses belajar anak terbagi ke dalam 7 (tujuh) tahapan, yaitu: 1.
Tahap persiapan, yaitu persiapan yang dilakukan oleh tutor berupa penataan alat-alat permainan/bahan ajar sebelum anak masuk. Persiapan ini dapat dilakukan oleh tutor sehari sebelum kegiatan atau sebelum anak datang di pagi harinya.
2.
Tahap selamat pagi, yaitu kegiatan anak bersama tutor di luar ruangan sebelum anak masuk kelas. Kegiatannya dapat berupa senam ringan, bernyanyi bersama, berbaris, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan ±20 menit.
3.
Transisi, yaitu waktu peralihan dari kegiatan selamat pagi ke kegiatan berikutnya dimana anak dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk minum, ke kamar kecil, dan keperluan lainnya. Masa transisi ini ±10 menit.
4.
Kegiatan awal, yaitu kegiatan duduk melingkar bersama tutor dan anak. Tutor melakukan absensi, tanya jawab tentang kabar anak pagi itu, dan lain sebagainya. Inti dari kegiatan ini adalah bercerita yang sesuai dengan tema hari itu, pengenalan kepada anak tentang apa yang akan mereka lakukan, aturan main yang disepakati anak berupa siapa bermain apa dan dengan siapa, permainan dibereskan setelah main, dan lainnya. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±25 menit.
Page 21
5.
Fokus main, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tutor ketika anak sedang
melakukan
kegiatan
belajar.
Diantaranya
berkeliling
mengamati anak-anak yang sedang bermain, memberikan bantuan bila
dibutuhkan, memberi motivasi, mencatat apa yang perlu, dan sebagainya. Ini memerlukan waktu ±45 menit. 6.
Istirahat, yaitu masa dimana anak makan dan bermain bebas selama ±30 menit
7.
Kegiatan akhir, yaitu kegiatan dimana anak membereskan dan mengembalikan mainan ke tempatnya. Setelah itu tutor duduk melingkar kembali bersama anak-anak dan melakukan tanya jawab dengan anak seputar apa yang telah mereka lakukan. Kegiatan akhir ini dilaksanakan selama ±20 menit.
Dalam proses belajar di model kelompok bermain ini, pemanfaatan lingkungan
alam
pesisir/kepulauan
adalah
sangat
memungkinkan.
Penggunaan pasir pantai dalam melatih motorik halus anak dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan mencetak-cetak pasir berbagai bentuk dan ukuran. Pasir juga dapat dipakai oleh anak untuk menuang-nuang pasir menggunakan sendok-sendok/sekop kecil ke dalam wadah. Meminta anak untuk menuliskan angka, huruf atau menggambar di atas pasir juga dapat dilakukan, dan lain sebagainya. Penggunaan tumbuh-tumbuhan sekitar pesisir, pohon kelapa dan bakau, kejadian pasang dan surutnya air laut, terumbu karang, dedaunan segar atau daun kering, dan makhluk-makhluk laut, serta penggunaan alam sekitar pesisir lainnya sebagai sumber belajar dalam kegiatan anak akan semakin mendekatkan anak terhadap lingkungannya. Permainan tradisional daerah pesisir juga kaya akan sumber pembelajaran. Memasukkan permainan tradisional setempat dalam kegiatan belajar anak memiliki kemanfaatan. Permainan tradisional pesisir/kepulauan dapat menstimulasi aspek perkembangan anak. Pada umumnya permainan tradisional dimainkan oleh beberapa anak. Hal ini dapat mengembangkan Page 22
keterampilan sosial emosional anak, dimana anak belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, bertenggang rasa, dan menghargai orang lain.
Disamping itu juga dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran dalam diri anak, serta aspek-aspek perkembangan lainnya. Secara tidak langsung, memanfaatkan permainan tradisional daerah pesisir dapat menumbuhkan rasa cinta pada budaya sendiri sejak usia dini. Hal ini dapat menjadi salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan masyarakat setempat. Pelestarian budaya Indonesia sangat dibutuhkan mengingat begitu gencarnya pengaruh permainan dari luar, hingga merambah jauh ke pelosok tanah air, tak terkecuali daerah pesisir / kepulauan. Lembaga dan bangunan yang ada di masyarakat pun dapat menjadi sumber belajar bagi anak usia dini seperti mercusuar, pelelangan ikan laut, pasar, puskesmas, kantor polisi, dan lainnya. Tempat-tempat tersebut dapat diperkenalkan pada anak dengan cara mengunjunginya dalam rentang waktu tertentu sehingga anak dapat mengerti tugas dan fungsi dari masing-masing tempat tersebut.
4.
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI LEMBAGA PAUD. Gambaran Model Pendidikan Karakter Berbasis “Paseng/Pasang” pada Anak Usia Dini dimaksudkan upaya menanamkan nilai-nilai luhur yang dituangkan oleh orang-tua
(leluhur)
kepada
generasi-generasi
penerus,
atau
biasa
dikategorikan sebagai sejenis wasiat. “Paseng/Pasang” sejenis wasiat yang tumbuh dari dalam masyarakat yang berupaya mendudukkan hakikat pendidikan yang tidak lepas dari diri anak sejak dini. Hal ini dilakukan melalui pendekatan dengan memusatkan kegiatan pada anak yang dikemas melalui permaianan, elong-kelong (lagu-lagu), cerita-cerita serta ungkapanungkapan. Melalui “kelong” ditanamkan semangat keluhuran budi, semangat Page 23
kejujuran, melalui “kelong” ditanamkan semangat kasih sayang, saling menghormati serta menanamkan motivasi kerja yang tinggi agar kelak anak tumbuh dengan semangat dalam menjalani hidup yang lebih baik.
Selain melalui “kelong” , nilai-nilai luhur dapat pula ditanamkan melalui
permainan
dan
cerita-cerita
serta
ungkapan-ungkapa
yang
menampilkan tokoh-tokoh gagah perkasa, kesatria dan bijaksana penyayang terhadap sesama. Cerita-cerita seperti ini dapat menginspirasi serta menggugah perasaan anak untuk berbuat kebajikan. Nilai-nilai luhur yang sudah tertanam di masyarakat terlebih jika sudah tertanam di hati anak-anak, dimaksudkan agar seseorang meletakkan sendi-sendi tatanan yang dikenal dengan seseorang yang berpendirian atau memiliki pendirian (getteng) atau disebut kukuh (toddopuli), menanamkan kepercayaan dan dapat dipercaya (kuntu tojeng), saling menghormati (sipakatau). Keaneka-ragaman kearifan budaya lokal di negara kita tercinta di dalamnya terkandung nilai-nilai etika dan moral, serta norma-norma yang sangat mengedepankan pelestarian hubungan kekeluargaan di masyarakat. Nilai-nilai tersebut menyatu dalam kehidupan masyarakat setempat, menjadi pedoman dan landasan yang kuat dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesama, yang dapat menjadikan hubungan antara satu dengan yang lain menjadi lebih selaras dan harmoni. Gambaran jelas mengenai model ini akan terlihat pada panduan/pedoman yang dihasilkan sebagai bagian integral yang melengkapi model ini, yaitu: 1. Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Bermain 2. Bahan belajar berupa panduan bagi tenaga pendidik dalam melaksanakan kegiatan bermain bagi anak. 3. Bahan kegiatan anak dalam menyampaikan ungkapan-ungkapanyang berisi “Paseng/Pasang” (pesan) dan “kelong-kelong”. 4. Bahan kegiatan anak berupa panduan cerita-cerita juga yang mengandung
Page 24
pesan-pesan moral.
Alur Penyelenggaraan Model
Assesment Kompetens i Awal
Rencana Kegiatan Harian
Pemilihan Metode Pendekatan
-
Skenario Pembelajara n Pemillihan Media Pengembangan
Penilaian Perkembang an
-
Pembukaan Pijakan Lingkungan Pijakan Sebelum Pijakan Saat Pijakan Setelah (recolling)
Kelong-kelong Permainan Puisi (ungkapan “paseng” Cerita/Dongeng
Nilai Moral dan Agama
Komponen Model 1. Peserta Didik Peserta didik Model Pendidikan Karakter Berbasis “Paseng/Pasang” Pada Anak Usia Dini yang berusia sekitar 4 – 6 tahun dan yang telah bergabung pada Lembaga Pendidikan Anak Usia dini. 2. Tenaga Pendidik Tenaga pendidik atau yang biasa disebut guru adalah orang yang professional, serta memliki ijazah D-II PGTK dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi atau mekjiliki ijazah minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) Page 25
atau sederajat serta memilki sertifikat pelatihan/pendidikan/ kursus PAUD yang terakreditasi serta memiliki kompetensi Kepribadian, Profesional, Pedagogik, Sosial dan bertugas untuk:
a. merencanakan, b. melaksanakan proses pembelajaran, c. menilai hasil pembelajaran, d. melakukan pembimbingan, e. pengasuhan dan perlindungan anak didik Selain memiliki kompetensi seperti yang tersebut di atas tenaga pendidik yang
akan
menerapkan
“Paseng/Pasang”
Pada
model Anak
Pendidikan Usia
Dini
Karakter
Berbasis
diharapkan
mampu
mengkolaborasikan materi-materi/kegiatan-kegiatan anak yang terkait dengan unsur budaya lokal, baik melalui lagu-lagu, permainan, ungkapanungkapan dan cerita-cerita yang dilakukan melalui pembiasaan-pembiasan. 3. Tenaga Kependidikan Tenaga Kependidikan yang dimaksudkan dalam poin ini adalah tenaga kependidikan atau juga disebut sebagai tenaga pendamping model yang biasa direkrut dari Pamong Belajar yang tergabung pada Pokja Pendidikan Anak Usia Dini di Sanggar kegiatan Belajar yang mendapat kepercayaan sebagai tempat uji coba. Tenaga Kependidikan ini juga diharapkan memiliki kompetensi Kepribadian, Profesional, Pedagogik, Sosial dan bertugas melaksanakan : a. administrasi, b. pengelolaan, c. pengembangan, d. pengawasan, Pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga
PAUD Nonformal terdiri dari Penilik, Pengelola, Administrasi. 4. Program Pelaksanaan Program Kegiatan Pendidikan Karakter Berbasis “Paseng/Pasang” Pada Anak Usia Dini yang merupakan nilai-nilai Page 26
kearifan lokal yang berlaku di lingkungan sekitar diintegrasikan dengan Tingkat Capaian Perkembangan Anak untuk usia 4–6 tahun yang dikemas dalam
bentuk
permainan,
lagu-lagu,
ungkapan-ungkapan
serta
cerita/dongeng yang mengandung nilai-nilai budaya lokal. Nilai-nilai Kearifan Lokal yang dikondisikan sebagai materi ajar tidak terlepas dari penanaman Budi Pekerti terhadap anak usia dini yang diharapkan dapat berimplikasi pada pembentukan karakter anak melalui pembiasan dan keteladanan. a.
Alempureng (kejujuran)
b.
Amaccang atau Macca (cerdas)
c.
Sipakatau (saling menghormati)
d.
Getteng (teguh pada keyakinan)
Materi yang mengandung nilai empat “Paseng/Pasang” yang diangkat di dalam model ini adalah: a.
Permainan adalah: 1) Maggalacang/Aggalacang, 2) Leleng-leleng.
b.
“Kelong” (lagu-lagu) terdiri atas: 1) “Kelong Pangngajarak” 2) “Tanning-Tanning” 3) “Alamasea-sea”
c.
Ungkapan-ungkapan terdiri atas: 1) “Getteng” (teguh pendirian) 2) “Lempuk” (kejujuran)
d.
Cerita-Cerita terdiri atas: 1) Mengakui Kesalahan (Kejujuran)
Page 27
2) Teguh Penderian dan Saling Menghormati
Secara umum model dapat digambarkan seperti dalam kerangka pikir berikut ini:
PROSES PEMBELAJARAN
Anak Usia Dini
MASUKAN LINGKUNGAN
-
Lingkungan Sosial Lingkungan Budaya
- Rencana Pelaksanaan Kegiatan - Bahan Permainan - Bahan Ajar Puisi - Bahan Ajar - Format evaluasi
Bagan Model Pendidikan Karakter Berbasis Budaya “Paseng/Pasang” Pada Anak Usia Dini Materi dan rencana program pembelajaran pendidikan karakter berbasis “Paseng/Pasang” diintegrasikan ke dalam Peraturan Menteri No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yang terkait dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak
5.
Sarana Prasarana Sarana Prasarana
yang digunakan untuk penerapan/implementasi nilai-
nilai “Paseng/Pasang” yang diangkat dalam model pada umumnya tidak menggunakan
sarana
belajar
kecuali
permainan
“Maggalacang/Aggalacang” yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat
dengan berusaha meminimalkan penggunaan sarana permainan
yang dibeli dengan cara mengarahkan perhatian tendik menggunakan lingkungan sebagai sarana belajar bagi anak usia dini. 6.
Panti Belajar Panti yang digunakan sebagai tempat melaksanakan kegiatan adalah lembaga PAUD yang telah dikondisikan oleh masyarakat setempat.
Page 28
7.
Jadual Kegiatan Pelaksanaan kegiatan peserta didik dilakukan dengan mengikuti jadual yang telah diberlakukan dalam lembaga.
8.
Ragi Belajar Agar peserta didik tetap bersemangan untuk melakukan kegiatan, anak-anak diajak untuk melakukan kegiatan bermain yang disertai dengan “elongkelong”, atau melakukan kegiatan kerak dan lagu, memperdengarkan ceritacerita serta kegiatan menggambar, mewarnai serta aktivitas lain yang dapat membangkitkan semangat anak-anak.
9.
Penilaian Penilaian (recolling) pada anak usia dini dilakukan setiap hari pada akhir kegiatan, tenaga pendidik menanyakan kepada anak apa yang telah dilakukan sejak datang hingga menjelang pulang. Kegiatan ini melatih daya ingat anak sekaligus menstimulasi lima aspek-aspek pengembangan pada diri anak.Tenaga pendidik harus memilih dan memilah setiap suku kata yang berupa pertanyaan yang akan diungkapkan/diajukan kepada anak sehingga mudah dicerna dan difahami.
B.
Metode, Proses dan PelaksanaanKegiatan 1.
Metode
Metode yang digunakan dalam model ini disesuaikan dengan materi yang akan disajikan, yang pada umumnya menggunakan pendekatan BCCT yang diimplementasikan dalam kegiatan: a.
Bermain
b.
Bernyanyi
c.
Bercerita
2. Jadual Kegiatan (contoh) Waktu 07.30-08.00 08.00-08.20
Kegiatan - Pijakan Lingkungan Main (Penataan Lingkungan) - Penyambutan anak - Kegiatan Pembukaan
Page 29
Dengan arahan guru (anak melakukan permainan tradisional)
Transisi 08.20-08.45
- Pijakan Sebelum Main: Diawali dengan dongeng/cerita tradisional, ungkapan paseng/pasang
08.45-09.30
- Pijakan Saat Main (Meronce, menggunting, menempel, menggambar dll...) sesuai program
09.30-09.45
- Makan Bekal Bersama
09.45-10.15
-Istirahat/Main Bebas (menggunakan alat permainan tradisional)
10.15-10.30
- Pijakan Setelah Main: recalling, (mengulang makna cerita, lagu, paseng/pasang leluhur) Doa dan pulang
3.
Rencana Kegiatan Harian (contoh) Tema/Sub Tema
: Aku dan Karuni Allah/Fungsi mata
Hari/Tanggal
: Jum’at, 21 November 2012
Kelompok Umur
: 5-6 tahun
Sentra
: Balok
Waktu
: 1 (satu) kali pertemuan
A. Tujuan Pembelajaran : 1. Anak dapat menyebutkan anggota tubuh (PancaIndera) 2. Anak dapat menyebutkan fungsi mata 3. Anak mengetahui bagaimana mensyukuri karunia Allah dengan diberikannya alat penglihatan kepada manusia 4. Anak dapat menjaga kesehatan mata B. Alat dan bahanmain : 1. Balok Unit Page 30
2. Aksesoris 3. Tripleks (alas bangunan) 4. Kertas (untukdensitas-ragam main)
5. Gunting 6. Spidol 7. Kerayon 8. Pinsil 9. Kertaswarna 10. Lem C. KegiatanBelajar 1. Pijakan Lingkungan Main: a. Menyiapkan alat dan bahan main; b. Menata densitas main sejumlah anak dengan memperhitungkan kesempatan main anak( 2 sampai 3 kesempatan main) c. Penyambutan anak d. Transisi 2. PijakanSebelum Main a. Diawali, absensi, menanyakan teman yang belum datang b. Dongeng/cerita tradisional,ungkapan paseng/pasang 3. Pijakan Saat Main a. Tendik berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain b. Kegiatan anak (meronce, menggunting, menempel dll....) sesuai program. c. Mencatat kegiatan yang dilakukanolehanak d. Mengumpulkanhasilkerjaanak, ingatmencatat nama anak dan dantanggalpembuatanpadalembarkerjaanak. e. Jikawaktutinggal 5 menit, tendikmemberitahukan agar anaksiap-siapmenyelesaikanpekerjaan.
Page 31
4. PijakanSetelah main a.
Anak duduk melingkar
b.
Merapikan pakaian anak
c.
Recalling (mengulang makna cerita, lagu, paseng/pasang leluhur
d.
Doa dan pulang GURU SENTRA ………………….
4.
PelaksanaanKegiatan a. Untuk jadual kegiatan disesuaikan dengan jadual lembaga. b. Penanggungjawab setiap materi disesuaikan dengan kompetensi pendidik dan mitra terkait. c. Penentuan panti oleh peserta yang disetujuai oleh pendamping dan pendidik. d. Jumlah jam pertemuan dua kali @ 45 menit, namun terkadang patokan waktu tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
5.
Tahap-Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dilaksanakan dengan tahapan seperti berikut: a.
Melakukan Pijakan Lingkungan (Penataan Lingkungan Main)
b.
Penjemputan anak oleh tenaga pendidik dengan melakukan pembiasaan mengucapkan salam, senyum dan sapa terhadap setiap peserta didik yang datang.
c.
Anak dituntun menyimpan bawaan (tas) pada tempat yang telah disediakan.
d.
Anak melakukan kegiatan bermain bebas di luar rungan hingga menunggu waktu kegiatan pembukaan yang juga di lakukan di luar ruangan.
e.
Jika jadual kegiatan akan dimulai, tendik membunyikan lonceng yang berarti anak-anak diharapkan berkumpul sesuai arahan tenaga
pendidik untuk melakukan kegiatan pembukaan.
Page 32
(Permainan Tradisional) f.
Anak memasuki ruangan dengan tertib sambil mengucapkan salam yang disambut dengan jabatan tangan dan dijawab oleh
tenaga pendidik kemudian dilajutkan dengan kegiatan yang telah direncanakan oleh tenaga pendidik. g.
Pijakan
sebelum
main,
anak
duduk
melingkar
sambil
mendengarkan arahan-arahan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan tema. Pendidik menunjukkan ragama main yang akan ditempati/dipilih oleh masing-masing anak. h.
Kegiatan Saat Main, masing-masing anak telah berada pada ragam main yang dipilih, tendik berkeliling memperhatikan setiap kegiatan anak dan jika ada di atara anak yang butuh bantuan dengan segera tenaga pendidik membantunya.
i.
Kegiatan Setelah Main atau biasa disebut recolling, Tenaga pendidik menanyakan kepada anak apa yang telah dilakukan sejak datang hingga menjelang pulang. Kegiatan ini melatih daya
ingat
anak
sekaligus
menstimulasi
lima
ligkup
perkembangan pada diri anak. j.
Kegiatan di luar dan di dalam ruangan telah usai, tenaga pendidik menitip pesan agar setelah tiba di rumah anak mengucapkan salam, Pesan lain yang menjadi harapan utama adalah anak-anak harus menerapkan jujur disetiap sendi kehidupan, saat ditanya oleh orang-orang sekitar, termasuk oleh kedua orang tua. Pesan lain adalah agar besok datang ke lembaga PAUD sesuai jadual yang telah ditetapkan.
Anak meninggalkan ruangan setelah baca doa dilanjutkan dengan jabatan
Page 33
tangan dan ucapan salam terhadap tenaga pendidik.
5.
MODEL PENGEMBANGAN KECERDASAN JAMAK ANAK USIA DINI . 1. Kecerdasan Jamak Gardner (1993) mengganti istilah bakat dengan "kecerdasan" saat mengusung teori kecerdasan jamak atau multiple intelligence dan membagi kecerdasan menjadi: a. Kecerdasan linguistik/verbal, yaitu kemampuan anak dalam mengolah bahasa; memiliki kepekaan dalam memahami struktur, arti, dan penggunaan bahasa baik tertulis maupun tidak (anak sangat cepat mengingat kata baru, suka berbicara, selalu ingin tahu tentang sesuatu yang baru, dan sejenisnya). b. Kecerdasan logis-matematika, yaitu kemampuan anak mengatur pola pikir induktif dan dedukatif, bekerja dengan pola abstrak, serta berpikir logis (ciri yang menonjol pada anak yaitu selau ingin tahu dan bertanya mengapa ini dan mengapa itu, cepat mengingat deretan angka, mudah memahai sebab akibat dan sebagainya). c. Kercedasan spasial, yaitu anak mempunyai kemampuan yang tinggi di bidang pengamatan dan kemampuan untuk berpikir, punya kemampuan membayangkan
ruang,
melukiskan
kembali,
mengubah
atau
memodifikasi bayangan melalui ruangan. d. Kecerdasan kinestetik, yaitu kemapuan olah tubuh anak dalam mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan, termasuk kemampuan untuk menangani suatu benda dengan cekatan dan membuat sesuatu. Ini ditandai dengan kebiasaan anak yang suka bergerak, suka menyentuh segala sesuatu, bermain dengan jari atau belajar bahasa isyarat. e. Kecerdasan musikal, yaitu kemampuan anak yang tinggi dalam menangkap aspek bunyi secara mendalam, peka terhadap suara di sekitar. Page 34
Biasanya anak senang pada irama musik baik ketika belajar maupun beraktivitasnya yang lain.
f. Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan anak untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Kecerdasan ini menuntun anak dalam memahami bekerja sama dan berkomunikasi. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan ini sangat pandai bergaul, memiliki banyak teman. Mereka adalah pengamat yang baik, berdiri tenang dan menepi namun tak satu hal pun yang luput dari pengamatannya. g. Kecerdasan intrapersonal, kemampuan anak untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan memahaminya, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai, tujuan dan perasaan. Mereka senang bekerja sendiri, namun tidak ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam kelompok. h. Kecerdasan naturalis, yaitu kemampuan anak untuk memanfaatkan alam sekitar menjadi perhatian utamanya, sangat peduli pada perubahan lingkungan sekitarnya, memahami tentang topik sistem kehidupan. Kecerdasan ekstensial, yaitu kemampuan anak untuk menampilkan kharisma diri mereka. 2. Tari dan Kecerdasan Jamak Bagi anak usia dini pembelajaran menari di satuan Pendidikan Anak Usia Dini antara lain dapat memberikan stimulasi untuk beberapa kecerdasan berikut ini : a. Kecerdasan Kinestetik Materi dasar tari adalah gerak dan tubuh manusia sebagai media ungkapnya. Kemampuan menari memerlukan keterampilan dasar gerak (basic-fundamental movement), yaitu gerak lokomotor (locomotor movement), gerak non-lokomotor (non-locomotor movement), gerak manipulatif (manipulative movement), (Harrow,1972). Gerak lokomotor contohnya : berlari, berjalan, melompat, berguling, dsb. Gerakan nonlokomotor yaitu gerakan yang dilakukan di tempat, tanpa perpindahan, seperti membungkuk, menekuk kedua lutut, mengayunkan badan. Page 35
Sementara penggunaan properti tari, dapat melatih keterampilan gerak manipulatif, yaitu melatih anak untuk mengkoordinasikan antara beberapa anggota tubuh ketika menggunakan properti tari tersebut.
Dalam hal ini pula, tari melatih keluwesan dan keharmonisan gerak anak. Anak-anak usia dini perlu dilatih kemampuan fisiknya sambil bermain melalui tari (Taylor dan Taylor, 1995). b. Kecerdasan Musikal Kemampuan menari sangat erat kaitannya dengan kemampuan musikal. Antara lain, anak belajar bagaimana menerapkan gerak ke berbagai pola ritme dan bagaimana mengekspresikan suasana iringan musik tertentu ke dalam gerak tari. c. Kecerdasan Logis - Matematis Kecerdasan logis matematis dapat dibangun juga melalui kegiatan menari dengan pengiring tariannya, misalnya: anak mengenal hitungan melalui gerak
dengan pola 4 hitungan atau 8 hitungan,
dalam gerak
melangkahkan kaki kiri-kanan-kiri-kanan secara bergantian ke arah sisi kiri horisontal. Kemudian 4 hitungan berikutnya ke arah kanan secara horisontal. d. Kecerdasan Spasial Gerak sebagai materi dasar dari tari antara lain terkait kepada ruang (space). Anak belajar untuk mengekspresikan dirinya melalui gerak tari baik di dalam ruang personal (personal space) maupun dalam ruang umum (general space) dengan menjelajahi berbagai level gerak, seperti level tinggi (contoh: meloncat), level rendah (contoh: merayap di lantai), level sedang (contoh: berdiri tegak menapakkan kaki di lantai). Anak bersama kelompoknya dapat belajar sambil bermain mengenal pola lantai dalam menari seperti misalnya pola lingkaran, diagonal, vertikal, dan pola-pola lainnya. e. Kecerdasan Intrapersonal Tari merupakan ekspresi diri (expressive dance) anak secara bebas melalui gerakan pribadinya (Laban, 1976) yang menyatakan pikiran, Page 36
imajinasi, harapan maupun perasaannya. Sesuai dengan perkembangan anak usia dini, saat menari guru harus membimbing anak dengan cara menggunakan berbagai media permainan serta media tubuhnya sendiri,
agar anak memperoleh stimulasi untuk berimajinasi kreatif serta dapat mengekspresikan gerak pribadinya. Misalnya, dengan didahului cerita guru yang menggunakan buku cerita besar bergambar, boneka, musik dan lain-lain, untuk mengembangkan imajinasi kreatif gerak tari anak. Belajar menari dapat menumbuhkembangkan aspek-aspek yang positif pada anak (Taylor dan Taylor, 1995) antara lain yaitu: percaya diri, motivasi diri, fokus, pemahaman diri, kreatif. f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran menari terkait pada kemampuan untuk membina interaksi dan bekerja sama dengan orang lain, yang membutuhkan penyesuaian diri (adaptasi) dalam membangun keharmonisan dan kesatuan kelompok. Karena menari seringkali merupakan kegiatan berkelompok, maka di dalam melakukan tari kelompok di butuhkan kerja sama dan penyesuaian diri. Dengan demikian anak dilatih untuk dapat berempati dan bersosialisasi dengan baik. g. Kecerdasan Bahasa Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hanna (1999) seorang ahli antropologi dan pendidik tari menyatakan bahwa menari adalah kegiatan yang mempunyai tujuan yang terkait dengan gerak manusia untuk mengkomunikasikan
pengalamannya
melalui
simbol-simbol
yang
diungkapkan melalui gerak tarinya (dalam bahasa non verbal). Dengan demikian melalui ekspresi gerak tari, antara lain anak belajar untuk membangun konsep yang bermakna yang dapat dimengerti oleh
orang lain
sebagai
sarana
berkomunikasi.
Dalam
proses
pembelajaran, guru dapat bertanya jawab dengan anak misalnya tentang
Page 37
gerakan apa yang diekspresikan anak melalui ungkapan gerak tarinya itu.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran a. Pembelajaran tari dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu: 1) Pada saat kegiatan pembuka (tari bentuk) 2) Pada saat penutupan sebelum recalling (tari ekspresif: yg gerakannya bebas dilakukan oleh anak, namun tutor tetap memberikan arahan jika gerakan tersebut tetap terkait dg tema/sub tema hari itu) b. Dalamsemingguditetapkan satu hari menari yang disebut “Hari Gembira” dimana anak melakukan kegiatan menari tari bentuk yang dibantu oleh tutor dan tari ekspresi. c. Unjuk kreasidilakukan sekali dalam satu semester dimana anak-anak menampilkan hasil pembelajaran tarinya selama ini. d. Gerakan tari tradisional yang dianggap sulit ditirukan oleh anak-anak dapat dimodifikasi/lebih disederhanakan sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. e. Adapun prosespembelajaran dalam sehari adalah sebagai berikut: 1) Anak melakukan kegiatan bersama guru di luar sebelum masuk ruangan (seperti melakukan lingkaran besar sambil bernyanyi, dll) = 5 menit 2) Dalam bentuk lingkaran tutor melakukan tanya jawab ringan dengan anak = 5 menit 3) Anak melakukan kegiatan menari (tari bentuk berupa tari tradisional) yang dipandu oleh tutor = 30 menit 4) Tutor melakukan tanya jawab dengan anak seputar pembelajaran tari yang telah dilakukan) = 5 menit 5) Tutor memberikan penjelasan tentang kegiatan lain (seperti menggambar bebas, meronce dll sesuai tema/subtema) yang akan dilakukan oleh anak = 5 menit Page 38
6) Tutor berkeliling mengamati anak yang melakukan kegiatan dan memberikan penjelasan/bantuan/pertanyaan jika diperlukan = 25 menit
7) Istirahat/makan/main bebas = 20 menit 8) Tutor
mengajak
anak
untuk
mengekspresikan
kegiatan
pembelajaran yang baru saja mereka terima melalui gerakangerakan tarian (tari ekspresif) sehingga terdapat kemungkinan gerakan anak yang satu dengan anak yang lain akan berbeda = 15 menit 9) Dalam bentuk lingkaran tutor melakukan tanya jawab dengan anak terkait dengan seluruh kegiatan yang telah anak lakukan dalam sehari tersebut (recalling) = 10 menit. 10) Saatnya untuk pulang. 4. MateriPembelajaran Materi pembelajaran tari untuk anak usia dini dapat dikategorikan ke dalam 3 macam materi dan metode pembelajaran : a.
Materi tari ekspresif (2 – 4 tahun) Anak diberi stimulasi dengan metode kreatif agar anak dapat mengekspresikan gerakan pribadinya secara bebas dalam bentuk improvisasi. Kebebasan berekspresi gerak merupakan langkah awal pembelajaran tari kreatif di mana anak belajar mengkonstruksi gerakan-gerakan yang ditemukannya menjadi rangkaian gerak tari sebagai hasil imajinasi kreatifnya.
b.
Materi tari bentuk (4 – 6 tahun) Anak diberi stimulasi melalui tari bentuk yaitu tarian jadi yang sudah dipersiapkan/diciptakan guru sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pembelajaran ini dilakukan dengan metode imitatif di mana anak belajar mengamati dan menirukan gerak yang dilakukan oleh guru. Dalam hal ini anak dilatih untuk fokus mengamati, mendengarkan dan kemudian melakukan gerakan tari
Page 39
yang dicontohkan oleh guru. Guru memberikan koreksi secara individu pada gerakan yang belum dilakukan dengan baik oleh
anak dan selanjutnya di lakukan repetisi melakukan rangkaian gerakan tari sampai anak menguasainya. c.
Kombinasidari ke dua materi dan metode tersebut di atas Dalam hal iniada bagian
tarian yang telah disiapkan atau
diciptakan oleh guru, namun dalam urutan gerakan tarian tersebut ada bagian di mana anak diberikan kesempatan untuk bergerak bebas menciptakan gerakannya sendiri. d.
Jenis tari yang dapat dijadikan media pembelajaran Semua tari pada dasarnya bisa dijadikan media pembelajaran dalam rangka
pengembangan
kecerdasan
jamak
namun
karena
diperuntukkan bagi anak usia dini maka perlu beberapa penyesuaian untuk tari bentuk/tari tradisi. Selain penyederhanaan gerak juga waktunya dipersingkat supaya sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Secara lebih jelas dan lengkap cara pembelajaran dan aspek yang diharapkan berkembang pada anak usia dini maka setiap daerah dengan tari yang akan dikembangkan masing-masing menggunakan tabel berikut: JUDUL TARI 1. Sinopsis tari
: ................................................................
2. Properti
: ................................................................
3. Durasi
: ................................................................
4. Musik pengiring : ................................................................ 5. Deskripsi gerak :
Page 40
No
Nama Gerak
Uraian Gerak
Hitungan
Formasi
Kecerdasan yg dikembangkan
6.
MODEL INOVASI PAUD (DIKEMBANGKAN OLEH SKB). LANGKAH 1 ANALISIS KEBIJAKAN LANGKAH 2 STUDI PENDAHULUAN 1.
Menyusun desain studi pendahuluan
2.
Menyusun instrumen pengumpulan data
3.
Melaksanakan studi pendahuluan
4.
Mengolah data
5.
Menyusun laporan studi pendahuluan
Sistematika Desain Studi Pendahuluan :
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Dasar C. Tujuan
Bab II Metode Pengumpulan Data A. Waktu dan Tempat B. Sumber Data C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data
Bab III Penutup
Lampiran: Instrumen pengumpulan data
SISTEMATIKA LAPORAN STUDI PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Dasar C. Tujuan
Bab II Metode Pengumpulan Data
Page 41
A. Waktu dan Tempat B. Sumber Data C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
Bab III Pelaksanaan dan Hasil yang Dicapai A. Proses Pelaksanaan B. Hasil yang Dicapai
Bab IV Penutup A. Kesimpulan B. Rekomendasi
Langkah 3 PENYUSUNAN DESAIN PENGEMBANGAN BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah (disesuaikan)
C.
Dasar
D.
Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus
E.
Hasil yang Diharapkan
F.
Manfaat
G.
Pengguna
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
……………….
B.
…………………….
C.
……………………….
D.
(dst)
E.
KERANGKA PIKIR
BAB III PROTOTIPE MODEL A.
Gambaran Model
B.
Komponen Model (10 Patokan PLS atau disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan) (disesuaikan)
Page 42
C.
Indikator Keberhasilan Model
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Pengembangan
B.
Pendekatan Penelitian
C.
Subjek Penelitian
D.
Prosedur Pengumpulan dan Analisis data
E.
Jadwal Pengembangan Model
F.
Tim Pengembang
Langkah 4 PENYUSUNAN DRAFT MODEL DAN VALIDASI
Menyusun draft model (draft 1)
Menyusun perangkat model Bahan ajar Kurikulum
( Disesuaikan)
Pedoman/panduan
Menyusun instrumen
Validasi draft model
Validasi perangkat model
Validasi instrumen
Menyusun draft model hasil validasi (draft 2)
Menyusun perangkat model hasil validasi
Sistematika Draft Model
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan (umum, khusus) C. Manfaat D. Pengguna
Bab II Landasan
Page 43
A. Landasan Hukum B. Landasan Konseptual
Bab III Karasteristik Model
A. Gambaran Model (dalam bentuk chart dan narasi) dijelaskan apa inovasi dan keunggulan B. Komponen Model (10 patokan PLS; disesuikan) C. Indikator Keberhasilan
Bab IV Penutup
Langkah 5 ORIENTASI DAN PELAKSANAAN UJICOBA KEGIATAN 1.
Melaksanakan orientasi
2.
Ujicoba Model
3.
Monitoring pelaksanaan ujicoba
4.
Mengolah data
5.
Menyusun laporan ujicoba
SISTEMATIKA LAPORAN BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah (disesuaikan)
C.
Dasar
D.
Tujuan 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus
E.
Hasil yang Diharapkan
F.
Manfaat
G.
Pengguna
Page 44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
……………….
B.
…………………….
C.
……………………….
D.
(dst)
E.
KERANGKA PIKIR
BAB III PROTOTIPE MODEL A.
Gambaran Model
B.
Komponen Model (10 Patokan PLS atau disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan) (disesuaikan)
C.
Indikator Keberhasilan Model
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Pengembangan
B.
Pendekatan Penelitian
C.
Subjek Penelitian
D.
Prosedur Pengumpulan dan Analisis data
E.
Jadwal Pengembangan Model
F.
Tim Pengembang
BAB V berisi tentang deskripsi kegiatan dan hasil yang dicapai mulai dari langkah kedua sampai langkah kelima
Langkah 6 REVIEW HASIL UJICOBA 1.
FGD dalam rangka revisi hasil ujicoba model dan perangkatperangkatnya, revisi laporan uji coba
2.
Merevisi draft model menjadi model dan perangkat-perangkatnya berdasarkan hasil FGD
3.
Merevisi laporan pengembangan model berdasarkan hasil FGD
Langkah 7 Formulasi Model
Menyempurnakan model dan perangkat-perangkatnya seperti tata bahasa, perwajahan dll yang dianggap penting.
Page 45
Pencetakan/Penggandaan
BAB III SASARAN DAN PEMANFAATAN DANA
A.
Sasaran Program Sasaran Kelompok Percontohan Program Pembelajaran pendidikan anak usia dini ini meliputi kelompok: 1.
Percontohan PAUD TPA
: 90 Orang
( 6 Lembaga ) 2.
Percontohan PAUD KB/TK
: 750 Orang
(30 Lembaga) 3.
Percontohan PAUD SPS
: 90 Orang
(6 Lembaga) 4.
Percontohan PAUD Daerah Terpencil
: 220 Orang
(11 Lembaga) Total : 1150 Orang B.
RAB Program
Page 46
RENCANA ANGGARAN BIAYA PERCONTOHAN PEMBELAJARAN PAUD, TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA) TAHUN 2013 15 Orang Anak @Rp. Rp. 1.800.000,Harga No Komponen Quan Satuan Pengadaan sarana pembelajaran Kebutuhan Model 15 200.000 1 APE Dalam APE Luar 15 200.000 Pengadaan meubelair dan renovasi ringan 15 200.000 2 Pengadaan meubelair renovasi ringan 15 80.000 Penyelenggaraan proses pembelajaran (insentif pendidik dan 3 tenaga kependidikan, ATK dan bahan habis pakai) Insentif Guru PAUD (2 org x 6 Bln) Insentif Pengelola PAUD (1 org x 6 Bln) Insentif Pamong Belajar Pengembang Model (2 org x 6 Bln) ATK, bahan Habis Pakai Pengembangan Model (1 Keg) Fotocopy Penyelenggaraan Model (1 Paket x 6 Bln)
12 6 12 1 6
300.000 200.000 250.000 1.000.000 150.000
Total 6.000.000 3.000.000 3.000.000 4.200.000 3.000.000 1.200.000 9.700.000 3.600.000 1.200.000 3.000.000 1.000.000 900.000
4
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Honor Petugas Orientasi Pengembangan Model (1 org x 6 Jp)
6
500.000
Pemantauan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak, peningkatan gizi atau pemberian makanan tambahan 5
6
3.000.000 3.000.000
1.400.000
Pemeriksaan Kesehatan (2 Keg) Pemberian Makanan Tambahan (1 Keg x 6 Bln) Manajemen Penyelenggaraan Model
2 6
100.000 200.000
Penyusunan Proposal (1 org x 1 keg) Penyusunan Laporan Pengembangan Model (1 org x 1 Keg) Penyelenggaraan dan SPJ Keuangan (1 org x 1 Keg) Pengadaan Buku-buku Referensi PAUD / Model (1 Paket) Konsumsi Orientasi Model (13 org x 1 keg)
1 1
350.000 350.000
1 1 13
350.000 1.000.000 50.000
TOTAL
200.000 1.200.000 2.700.000 350.000 350.000 350.000 1.000.000 650.000 27.000.000
RENCANA ANGGARAN BIAYA PERCONTOHAN PEMBELAJARAN PAUD, KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN KANAK-KANAK TAHUN 2013 25 Orang Anak @Rp. Rp. 1.400.000,Harga No Komponen Quan Total Satuan Pengadaan sarana pembelajaran Kebutuhan Model 10.000.000 25 200.000 1 APE Dalam 5.000.000 APE Luar 25 200.000 5.000.000 Pengadaan meubelair dan renovasi ringan 6.500.000 25 180.000 2 Pengadaan meubelair 4.500.000 renovasi ringan 25 80.000 2.000.000 Penyelenggaraan proses pembelajaran (insentif pendidik dan 10.600.000 tenaga kependidikan, ATK dan bahan habis pakai) 3
Page 47
4 5
Insentif Guru PAUD (2 org x 6 Bln) Insentif Pengelola PAUD (1 org x 6 Bln) Insentif Pamong Belajar Pengembang Model (2 org x 6 Bln) ATK, bahan Habis Pakai Pengembangan Model (1 Keg) Fotocopy Penyelenggaraan Model (1 Paket x 6 Bln) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Honor Petugas Orientasi Pengembangan Model (1 org x 6 Jp)
12 6 12 1 6
300.000 200.000 250.000 1.300.000 250.000
6
500.000
Pemantauan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak, peningkatan gizi atau pemberian makanan tambahan Pemeriksaan Kesehatan (4 Keg)
3.600.000 1.200.000 3.000.000 1.300.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000 2.200.000
4
100.000
400.000
6
Pemberian Makanan Tambahan (1 Keg x 6 Bln) Manajemen Penyelenggaraan Model
6
300.000
Penyusunan Proposal (1 org x 1 keg) Penyusunan Laporan Pengembangan Model (1 org x 1 Keg) Penyelenggaraan dan SPJ Keuangan (1 org x 1 Keg) Pengadaan Buku-buku Referensi PAUD / Model (1 Paket) Konsumsi Orientasi Model (13 org x 1 keg)
1 1 1 1 13
350.000 350.000 350.000 1.000.000 50.000
TOTAL RENCANA ANGGARAN BIAYA PERCONTOHAN PEMBELAJARAN PAUD TERPENCIL TAHUN 2013 20 Orang Anak @Rp. Rp. 1.400.000,Harga No Komponen Quan Satuan Pengadaan sarana pembelajaran Kebutuhan Model 20 160.000 1 APE Dalam APE Luar 20 160.000 Pengadaan meubelair dan renovasi ringan 20 150.000 2 Pengadaan meubelair renovasi ringan 20 100.000 Penyelenggaraan proses pembelajaran (insentif pendidik dan tenaga kependidikan, ATK dan bahan habis pakai) 3
4
5
Page 48
6
Insentif Guru PAUD (2 org x 6 Bln) Insentif Pengelola PAUD (1 org x 6 Bln) Insentif Pamong Belajar Pengembang Model (2 org x 6 Bln) ATK, bahan Habis Pakai Pengembangan Model (1 Keg) Fotocopy Penyelenggaraan Model (1 Paket x 6 Bln) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Honor Petugas Orientasi Pengembangan Model (1 org x 6 Jp)
12 6 12 1 6
300.000 200.000 250.000 1.100.000 100.000
6
500.000
Pemantauan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak, peningkatan gizi atau pemberian makanan tambahan
Total 6.400.000 3.200.000 3.200.000 5.000.000 3.000.000 2.000.000 9.500.000 3.600.000 1.200.000 3.000.000 1.100.000 600.000 3.000.000 3.000.000 1.400.000
Pemeriksaan Kesehatan (2 Keg) Pemberian Makanan Tambahan (1 Keg x 6 Bln) Manajemen Penyelenggaraan Model
2 6
100.000 200.000
Penyusunan Proposal (1 org x 1 keg) Penyusunan Laporan Pengembangan Model (1 org x 1 Keg) Penyelenggaraan dan SPJ Keuangan (1 org x 1 Keg) Pengadaan Buku-buku Referensi PAUD / Model (1 Paket) Konsumsi Orientasi Model (13 org x 1 keg)
1 1 1 1 13
350.000 350.000 350.000 1.000.000 50.000
TOTAL
1.800.000 2.700.000 350.000 350.000 350.000 1.000.000 650.000 35.000.000
200.000 1.200.000 2.700.000 350.000 350.000 350.000 1.000.000 650.000 28.000.000
RENCANA ANGGARAN BIAYA PERCONTOHAN PEMBELAJARAN PAUD, SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) TAHUN 2013 15 Orang Anak @Rp. Rp. 1.000.000,- = Rp. 15.000.000,No
1
2
3
4
5
6
C.
Komponen Pengadaan sarana pembelajaran Kebutuhan Model APE Dalam APE Luar Pengadaan meubelair dan renovasi ringan maksimal Pengadaan meubelair renovasi ringan Penyelenggaraan proses pembelajaran (insentif pendidik dan tenaga kependidikan, ATK dan bahan habis pakai)
Quan
Harga Satuan
15 15
100.000 100.000
15 15
50.000 100.000
Total 3.000.000 1.500.000 1.500.000 2.250.000 750.000 1.500.000 5.100.000
Insentif Guru PAUD / Narasumber PAUD (2 org x 6 Bln) Insentif Pengelola PAUD (1 org x 6 Bln) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Honor Petugas Orientasi Pelaksanaan SPS (1 org x 2 Jp) Pemantauan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Kesehatan Anak, peningkatan gizi atau pemberian makanan tambahan
12 6
300.000 250.000
2
500.000
Pemeriksaan Kesehatan (2 keg) Pemberian Makanan Tambahan (1 Keg x 6 Bln) Manajemen
2 6
100.000 400.000
Penyusunan Proposal (1 org x 1 keg) Penyelenggaraan dan SPJ Keuangan (1 org x 1 Keg) ATK, fotocopy, dll TOTAL
1 1 1
250.000 250.000 550.000
3.600.000 1.500.000 1.000.000 1.000.000 2.600.000 200.000 2.400.000 1.050.000 250.000 250.000 550.000 15.000.000
Sistematika Proposal Proposal yang diajukan oleh Lembaga Pengusul ditujukan kepada Kepala BP-PAUDNI Regional III Makassar Jl. Adhyaksa No. 2 Panankkukang Makassar, Telp. (0411) 440065, Fax (0411) 421460, (Cq.Pokja PAUD) Proposal kelompok percontohan Pembelajaran PAUD ini diterima
Page 49
panitia paling Lambat pada Minggu Ketiga Bulan Mei Tahun 2013. Sistematika Proposal Rintisan Kelompok Percontohan PAUD ini harus memuat:
-
Profil Lembaga PAUD Binaan SKB/BPKB (sudah jelas)
-
Tujuan Model Yang Direplikasi / diterapkan Memuat : Jenis model yang akan direplikasi/diujicoba di lembaga PAUD binaan SKB/BPKB disertai daya dukung dalam kegiatan tersebut, kemudian menjelaskan/menceritakan kajian inovasi yang akan dikembangkan dalam kegiatan replikasi model tersebut.
-
Alasan, Tujuan serta Hasil Yang Diharapkan dari Pengajuan Proposal Rintisan Kelompok Percontohan PAUD
1.
Profil Lembaga
PROFIL LEMBAGA PAUD IDENTITAS LEMBAGA 1. Nama Lembaga
:………………………………………………………………….
2. Alamat Lembaga a. Jalan
:
.......……………………………………………………………. .............................................................................................
b. RT/RW
:...………………………………………………………………..
c. Desa/Kelurahan *) :.....……………………………………………………………… d. Kecamatan
:………………………………………………………………….
Page 50
e. Kabupaten/Kota*) : …………………………………………………………………. f. Provinsi
:………………………………………………………………….
g. Kode Pos
:....……………………………………………………………….
h. No. Telp/HP
:………………………………………………………………….
3. Izin Operasional Lembaga PAUD (KB, TK, TPA, SPS) a. Dikeluarkan oleh
………………………………………………………………….
b. Nomor
………………………………………………………………….
c. Tanggal/bulan/tahun : ………………………………………………………………. 4. Lembaga PAUD memiliki Sertifikat terakreditasi : (KB, TK, TPA, SPS) a. Dikeluarkan oleh
………………………………………………………………….
b. Nomor
………………………………………………………………….
c. Tanggal/bulan/tahun : ………………………………………………………………. 5. Kepala/Penanggung Jawab Lembaga PAUD
2.
a. Nama Lengkap
: …………………………………………………………………
b. Jabatan
:……………………………………………………………….
c. No. Telp/HP
: ……………………………………………………………….
Tujuan Model Yang Direplikasi / diterapkan - Jenis Model yang Diusulkan :
- Daya Dukung dalam Replikasi Model yang Diusulkan (Keunggulan)
C. D. E. F.
G. Dimana letak inovasinya.
Page 51
- Inovasi Model Yang Diusulkan :
3.
Alasan, tujuan, serta hasil yang diharapkan dari Pengajuan Proposal Kelompok Percontohan Program PAUD
Alasan ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
Tujuan ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
Hasil Yang diharapkan ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………… Lampiran Pelengkap Proposal :
Data peserta didik,
Data pendidik, copy ijazah, copy sertifikat diklat
Data tenaga kependidikan, copy ijazah, copy sertifikat diklat,
Izin operasional lembaga PAUD yang masih aktif
Copy rekening bank lembaga SKB/BPKB
NPWP lembaga SKB/BPKB
Surat Penetapan (PERDA) tentang Struktur Organisasi dan
Page 52
Tata Kerja UPTD
Fakta Integritas
D.
Sistematika Laporan Hasil Pengembangan Model 1.
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
BAB I Pendahuluan -
Latar belakang
-
Tujuan
BAB II Ruang Lingkup Kegiatan -
Tujuan kegiatan
-
Sasaran
-
Tim pelaksana
-
Waktu pelaksanaan
-
Pendekatan/metode/teknik
-
Sarana dan prasarana
BAB III Prosedur dan Hasil Kegiatan -
Proses
-
Hasil
BAB IV Faktor Pendukung dan Penghambat -
Pendukung
-
Penghambat
BAB V Penutup -
Kesimpulan
-
Saran
Lampiran :
Page 53
2.
-
Dokumentasi Foto-foto Kegiatan
-
Hasil-hasil pelaksanaan replikasi model
-
Bahan Ajar Model
-
Kurikulum Model replikasi
-
Evaluasi Pelekansaan Model
Lampiran Laporan Kelengkapan SPJ Keuangan Memuat : -
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan
-
Bukti Setoran PAJAK Barang (PPn)
-
Bukti Setoran PAJAK Honor (PPh)
-
Kuitansi Pembayaran Honor
-
Kuitansi Pembelian Barang
-
Faktur Pembelian Barang
-
Dan Bukti-bukti pengeluaran yang sah.
Catatan : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Model Dijilid terpisah, dengan Laporan SPJ Keuangan, sehingga memudahkan pemeriksaan.
E.
Penutup Dengan terbitnya pedoman teknis percontohan penyelenggaran program PAUD ini diharapkan dapat menjadi acuan, rujukan dan petunjuk bagi UPTD SKB/BPKB se wilayah kerja BP-PAUDNI Regional III dalam merencanakan,
mengorganisasikan,
dan
melaksanakan
kegiatan
penyelenggaraan percontohan program PAUD. Apabila hal-hal yang belum jelas, dapat menghubungi Pokja PAUD pada BP-PAUDNI Regional III dengan nomor telepon Jamaluddin, S.Kom (0852.422.05086). Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini, akan ditindaklanjuti dengan Surat Edaran atau surat resmi Kepala BP-PAUDNI
Page 54
Regional III.