PEDOMAN PELAKSANAAN Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009
DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2009
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : 14/HK.310/C/01/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Menimbang
: a. bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk; b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan, diupayakan melalui peningkatan produksi dan produktivitas; c.
bahwa peningkatan produktivitas padi, jagung dan kedelai tahun 2009 difokuskan melalui pendekatan SL-PTT;
d. bahwa dalam DIPA Satuan Kerja Dinas yang menangani Tanaman Pangan di Propinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2009 terdapat kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Pelaksanaan SL-PTT; e. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, agar pelaksanaan kegiatan tersebut di atas dapat berdaya guna dan berhasil guna, dipandang perlu menerbitkan Pedoman Pelaksanaan SLPTT Padi, Jagung dan Kedelai Tahun Anggaran 2009.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2009 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4662); 9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara 4212) Juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418); 10. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4330) jis Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 77), Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 36), Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006;
11. Keputusan Presiden Nomor 187/M/Tahun Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
2004
tentang
12. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 13. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman; 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman; 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman; 17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman; 18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.02/2008 tanggal 24 April 2008 tentang Standar Biaya Tahun 2009; 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan Penelaahan Pengesahan dan Pelaksanaan DIPA Tahun Anggaran 2009; 21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian; 23. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 720.1/Kpts/OT.140/12/2006 tentang Pedoman Administrasi Keuangan Departemen Pertanian; 24. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1629/Kpts/KU.510/11/2008 tentang Pelimpahan Wewenang Menteri Pertanian Kepada Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian untuk Penetapan Pejabat Pengelola Anggaran dilingkungan Departemen Pertanian; 25. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1809/Kpts/KU.410/12/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatanganan Surat Perintah Membayar (SPM), Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Penerima Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2009;
Memperhatikan
: Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2009 Nomor : 0019/018-03.1/-/2009 tanggal 31 Desember 2008; MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KESATU
:
Pedoman Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai Tahun Anggaran 2009, seperti tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KEDUA
:
Pedoman Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan acuan pelaksanaan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Pelaksanaan SL-PTT Tahun Anggaran 2009.
KETIGA
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pada tanggal
: Jakarta : 27 Januari 2009
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,
Ir. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP. 080 029 237
Tembusan : 1. Menteri Pertanian R.I; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Departemen Pertanian; 4. Para Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia; 5. Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 6. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta V; 7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia; 8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia.
Lampiran KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : ……./Kpts/HK……/C/I/2008 Tanggal ….. Januari 2009 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI…………………..………………………………………………………………………………………………
i.
DAFTAR TABEL……..………………………………………………………………………………………………………
iv.
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………………………………………
v.
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………….……………………………………………………………………
vi.
I.
PENDAHULUAN .…………………………………………...………………………………..
1
A.
Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………..
1
B.
Tujuan dan Sasaran ………………………………………………………………………………………
2
C.
Pengertian – Pengertian Dalam SL-PTT Padi Jagung dan Kedelai ……………………………………………………………………………………..
II.
III.
IV.
4
KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI TAHUN 2009 …………………………………………………………………..
6
A.
Keragaan Produksi ………………………………………………………………………………………..
6
B.
Sasaran Produksi Tahun 2009 ………………………………………………………………………..
7
C.
Tantangan ….………………………………………………………………………………………………..
9
STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2009 ….………………………………………………………………..
11
A.
Strategi ………………………………………………………………………………………………………..
11
B.
Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2009 ……………………………………………..
12
PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI……………………………………………………….
17
A.
Prinsip - prinsip PTT …………………...………………………………………………………………..
17
B.
Tahapan Penerapan PTT …..…………………………….………….…………………………………
17
C.
Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi ..………..……………………………………………
18
D. Komponen Teknologi Unggulan PTT Jagung ........……………………………………………
19
E.
Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai ……………………………………………………
19
F.
Peran Komponen Teknologi PTT ….…………………….………………………………………….
20
G.
Pemilihan Teknologi PTT ….……………………………….………………………………………….
21
H. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ..……………………………………………………….
22
i
V.
SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI …………………………………………………………………………………………
23
A.
Pelaksanaan SL-PTT ………………………………………………………………………………………..
23
B.
Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani /Kelompoktani SL-PTT ……………...…………………………….…………………….
28
Pelatihan Petugas SL-PTT ………………..………………………………………………………………..
29
D. Ketentuan Pelaksana SL-PTT ……………..………………………………………………..……………
31
E.
Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT ….................................……………………
32
F.
Jumlah Bantuan SL-PTT ……………………………….…………………………………..……………..
33
G.
Sumber Bantuan Benih SL-PTT ………………………………………………….………………………
33
H. Komponen Dana Bantuan SL-PTT ………………………………………………………………………
34
I.
Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT ………………………………………………………….……………
35
J.
Pertemuan - Pertemuan Kelompok SL-PTT …………………………………………….……………
39
C.
VI.
VII.
PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT …………………………………………………………………………………………….
42
A.
Pengorganisasian SL-PTT …………………………………………………………………………………..
42
B.
Operasionalisasi SL-PTT ……………………………………………………………………………………..
44
PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGADAAN ………………………………………………………………….…………..
46
A.
Pembiayaan ……………………………………………………………………………………………………..
46
B.
Mekanisme Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT………………………………..………………..
C.
47
Mekanisme Pendistribusian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT ……………………………………………………….……………………
49
D. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran dana E.
Bantuan Sosial SL-PTT ……………………………………………………………………………………..
49
Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT ……………………………………………………………………
51
ii
VIII. IX.
X.
BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN …………………………………..…………………………………………..
55
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ……….…………………………………..
56
A.
Monitoring ………………………………………………………………………………………………………
56
B.
Evaluasi ……………………………………………………………………….…………………………………
56
C.
Pelaporan ……………………………………………………………………………………….………………
56
PENUTUP …………………………………………………………………………………………
57
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………………………... 58
iii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2004-2008 (2008 adalah ARAM III) ……………………………………………………………..
6
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2004-2008 (2008 adalah ARAM III)…………………………………………………………..
6
Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai 2004-2008 (2008 adalah ARAM III)……………………………………………………………
7
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2009………………………………………………………………………………………………………
12
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2009……………………………………………………………………………………………………….
14
Tabel 6. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2009……………………………………………………………………………………………………….
15
iv
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Sasaran Produksi Padi Tahun 2009 ……………………………………………………………………..
8
Gambar 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2009 …………………………………………………….…………
8
Gambar 3. Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2009 …………………………………………………….…………..
9
Gambar 4. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Non Hibrida …………………………..........................
24
Gambar 5. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida …………………………………………................
25
Gambar 6. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Jagung Hibrida……………………………………………………..
25
Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Kedelai ………………………………………………………..........
26
Gambar 8. Kerangka Pelaksanaan LL Padi, Jagung dan Kedelai ………………….............................
26
Gambar 9. Skema Operasional SL-PTT ………………………………………………………………………………..
45
v
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
6. 7. 8. 9. 10.
Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
18. 19. 20. 21.
Lampiran 22.
Bagan Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT Pola BLM TA. 2009 ……………………………………………………………..……………………….. Bagan Mekanisme Penenetapan Kelompoktani Penerima BLBU SL-PTT ………………………………………………………………………………………………... Bagan Mekanisme Pendistribusian BLBU SL-PTT ………………………………………………. Contoh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ……………………………………………………………………………………………. Form Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima BLBU / BLBU SL-PTT / Bansos SL-PTT Tahun 2009 ………………………………………….. Form RUK Pelaksana SL-PTT Tahun 2009 ……………………………………………............. Form Surat Pernyataan ………………………………………………………………………………….. Form BAP Dana Bansos SL-PTT Tahun 2009 ……………………………………….............. Blangko Laporan Kelompoktani Pelaksanaan SL-PTT ……………………………………..... Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT Tingkat Kecamatan ……………………………………………………………………………………….. Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT Tingkat Kabupaten ……………………………………………………………………………………….. Blangko Laporan Bulanan Pelaksanaan SL-PTT Tingkat Provinsi ……………………………………………………………………………………………. Blangko Rencana Kebutuhan Benih Poktan BLBU TA 2009…………………………………. Blangko Rekapitulasi Kebutuhan Benih Kelompoktani Tingkat Kecamatan BLBU TA 2009…………………………………………………...…………….. Blangko Rekapitulasi Kebutuhan Benih Kelompoktani Tingkat Kabupaten/Kota BLBU TA 2009…………………………………………………...……… Lampiran SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penetapan Kelompoktani sasaran BLBU TA 2009………………………………………........ Lampiran surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi tentang sasaran Lokasi BLBU TA 2009…………………………………………………...………. BAP BLBU TA 2009 (kelompoktani) …………………………………………………………………. BAP BLBU TA 2009 (Kabupaten/Kota) …………………………………………………………….. Jadwal Tentatif Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2009 …………………………………………….. Sasaran Indikatif Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009…………………………………………………………………………………………………... Rencana Lokasi SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai Per Kabupaten Tahun 2009……………………………………………………………………………..
58 59 60 61 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
vi
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung dan kedelai terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pangan olahan dan pakan. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai yang terfokus pada penerapan SL-PTT tahun 2008 pada areal seluas 1.900.000 hektar telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 5,46%, jagung 19,36% dan kedelai 28,47% (ARAM III 2008). Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2008, maka pada tahun 2009 fokus kegiatan tersebut akan dilanjutkan dan diperluas menjadi seluas 2.241.000 hektar. Pelaksanaan SL-PTT tahun 2009 akan mendapat fasilitasi/dukungan penyediaan
benih
padi
non
hibrida
melalui
Bantuan
Langsung
Masyarakat (BLM) dari dana tugas pembantuan kabupaten/kota seluas 1.001.000 hektar dan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari PSO seluas 1.000.000 hektar, sedangkan untuk padi hibrida, jagung hibrida dan kedelai melalui BLM.
1
SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien
menurut
spesifik
lokasi
sehingga
mampu
menghasilkan
produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran mengungkapkan,
dan
penghayatan
menganalisis,
langsung
menyimpulkan
dan
(mengalami), menerapkan
(melakukan / mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Namun demikian wilayah diluar SL-PTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun 2009 dapat meningkat. B.
Tujuan dan Sasaran 1.
Tujuan a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2009 di provinsi dan kabupaten/kota.
2
b. Meningkatkan
koordinasi
dan
keterpaduan
pelaksanaan
peningkatan produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung dan kedelai antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota. c. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, jagung dan
kedelai
oleh
petani
sehingga
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi nasional. d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai. 2.
Sasaran a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2009 di provinsi dan kabupaten/kota. b. Terkoordinasi
dan
terpadunya
pelaksanaan
peningkatan
produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung dan kedelai antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota. c. Teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi nasional. d. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sekitar 0,75 ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 2 juta hektar, padi hibrida sekitar 2 ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 50 ribu hektar, jagung hibrida sekitar 2,5 ton/hektar pada areal SL-PTT seluas 90 ribu ha serta kedelai sekitar 0,5 ton/hektar pada areal SLPTT seluas 100 ribu ha.
3
e. Mendukung tercapainya produksi padi tahun 2009 sebesar 63,52 juta ton GKG, produksi jagung sebesar 18,00 juta ton PK dan produksi kedelai sebesar 1,50 juta ton BK. C.
Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT 1.
Pengelolaan
Tanaman
Terpadu
(PTT)
adalah
suatu
pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem / pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. 2.
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) adalah suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
dalam
mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. 3.
Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani / petani.
4.
Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme
Pengganggu
Tanaman
(POPT),
Pengawas
Benih
Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT.
4
5.
Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan kelompok tani melakukan identifikasi masalah peningkatan hasil padi di wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan mengatasi masalah tersebut
6.
POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO P2BN.
7.
Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi.
8.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi.
9.
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi non hibrida, padi hibrida,
jagung
hibrida
dan
kedelai
yang
disalurkan
oleh
pemerintah secara gratis kepada petani (kelompoktani) yang ditetapkan.
5
II.
A.
KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI TAHUN 2009
Keragaan produksi Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,78 %/tahun, dari 54,09 juta ton GKG pada tahun 2004 menjadi 60,28 juta ton GKG pada tahun 2008 (ARAM III) sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 1,87%/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 1., Tabel 1. :
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2004-2008 (2008 adalah ARAM III)
LUAS PANEN Ha % 2004 11,922,974 2005 11,839,060 (0.70) 2006 11,786,841 (0.44) 2007 12,147,637 3.06 2008 12,343,617 1.61 Rata-Rata 0.88
TAHUN
PRODUKTIVITAS Ku/Ha % 45.36 45.74 0.83 46.20 1.01 47.05 1.85 48.83 3.79 1.87
PRODUKSI Ton % 54,088,468 54,151,097 54,454,937 57,157,435 60,279,897
0.12 0.56 4.96 5.46 2.78
Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 9,52 %/tahun dari 11,23 juta ton pada tahun 2004 menjadi 15,86 juta ton pada tahun 2008 (ARAM III) sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 4,92%/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 2., Tabel 2. :
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2004-2008 (2008 adalah ARAM III)
LUAS PANEN Ha % 2004 3,356,914 2005 3,625,987 8.02 (7.73) 2006 3,345,805 8.50 2007 3,630,324 2008 3,923,077 8.06 Rata-Rata 4.21
TAHUN
PRODUKTIVITAS Ku/Ha % 33.44 34.54 3.29 34.70 0.46 36.60 5.48 40.43 10.46 4.92
PRODUKSI Ton % 11,225,243 12,523,894 11.57 11,609,463 (7.30) 13,287,527 14.45 15,860,299 19.36 9.52
6
Produksi kedelai dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,98 %/tahun dari 723,48 ribu ton pada tahun 2004 menjadi 761,2 ribu ton pada tahun 2008 (ARAM III) sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 0,59%/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3. :
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai 2004-2008 (2008 adalah ARAM III)
LUAS PANEN Ha % 2004 565,155 2005 621,541 9.98 (6.60) 2006 580,534 (20.91) 2007 459,116 26.24 2008 579,593 Rata-Rata 2.18
TAHUN
PRODUKTIVITAS Ku/Ha % 12.80 13.01 1.64 12.80 (1.61) 12.91 0.86 13.10 1.47 0.59
PRODUKSI Ton % 723,483 808,353 11.73 747,611 (7.51) 592,534 (20.74) 761,206 28.47 2.98
Dari data 5 tahun tersebut diatas menunjukan bahwa upaya – upaya peningkatan produksi dan produktivitas khususnya 3 tahun terakhir masih belum menunjukkan laju peningkatan seperti yang telah direncanakan, disamping itu produktivitas rata-rata nasional masih dibawah potensi hasil masing-masing varietas. Dengan demikian pada tahun 2009 perlu dilakukan upaya – upaya terobosan yang lebih terfokus pada prosentase peningkatan yang cukup signifikan. B.
Sasaran Produksi Tahun 2009 1.
Padi
Sasaran produksi padi tahun 2009 adalah 63,53 juta ton GKG atau meningkat 5,39 % dibanding tahun sebelumnya. Sasaran tanam 12,69 juta ha, sasaran panen 12,45 juta ha, sasaran produktivitas 51,04 ku/ha atau sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.
7
Gambar 1. Sasaran Produksi Padi Tahun 2009
2.
Jagung
Sasaran produksi jagung tahun 2009 mencapai 18,00 juta ton PK atau meningkat 13,49 % dibanding tahun sebelumnya. Sasaran tanam 4,28 juta ha, sasaran panen 4,08 juta ha, sasaran produktivitas 44,12 ku/ha sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Gambar 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2009
8
3. Kedelai Sasaran produksi kedelai tahun 2009 mencapai 1,5 juta ton BK atau meningkat 97,37 % dibanding tahun sebelumnya. Sasaran tanam 1,05. juta ha, sasaran panen 0,998 juta ha, sasaran produktivitas 15,04 ku/ha sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.. Gambar 3. Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2009
C.
Tantangan Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor pertanian yang amat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan, antara lain dampak fenomena iklim (DFI), semakin berkurangnya ketersedian lahan produksi untuk tanaman pangan akibat alih fungsi lahan, berkurangnya ketersediaan air irigasi karena sumber – sumber air yang semakin berkurang dan persaingan penggunaan air diluar sektor pertanian (industri dan pemukiman) serta laju pertumbuhan penduduk.
9
Permasalahan sub sektor tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai adalah adanya kesenjangan produktivitas ditingkat petani yang cukup besar, dibanding potensi yang dapat dicapai petani. Penyebabnya antara lain penggunaan benih unggul varietas potensi tinggi dan bersertifikat ditingkat petani masih rendah sekitar 53 %, penggunaan pupuk yang belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer, budidaya spesifik lokasi masih belum berkembang, pendampingan penyuluh, POPT, PBT dan peneliti belum optimal, lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan/pembiayaan usaha serta pasar dll.
10
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2009
A.
Strategi Strategi peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1.
Peningkatan Produktivitas Melalui pemakaian benih varietas unggul bermutu termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan
dan
perbaikan
budidaya
disertai
pengawalan,
pemantauan, pendampingan dan koordinasi dll. 2.
Perluasan Areal Melalui upaya optimalisasi lahan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi lahan yang berkelanjutan dll.
3.
Pengamanan Produksi Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak fenomena
iklim
seperti
kebanjiran
dan
kekeringan
serta
pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan pengamanan
kualitas
produksi
dari
residu
pestisida
serta
mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar. 4.
Kelembagaan dan Pembiayaan Strategi ini dilakukan melalui penguatan kelembagaan pertanian antara lain yang meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompoktani (Poktan), gabungan kelompoktani (Gapoktan), koperasi tani
11
(Koptan), penangkar benih, pengusaha benih, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, kelembagaan perlindungan tanaman seperti brigade proteksi dan lain-lain diupayakan diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan. Pembiayaan usahatani melalui KKP-E, LM3, Kredit Untuk Rakyat (KUR), PUAP serta kemitraan diupayakan meningkat dalam realisasi penyerapannya. B.
Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2009 Upaya pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2009 secara spesifik komoditas adalah sebagai berikut : 1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2009 Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2009 adalah peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT padi seluas 2,05 juta ha. Sedangkan diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 10,25 juta ha, perluasan areal tanam seluas 400 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 4. berikut : Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2009
12
a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SLPTT adalah upaya pencapaian sasasaran produksi padi tahun 2009 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 2,05 juta ha, yang terdiri dari: ¾ SL-PTT padi non hibrida seluas 2 juta ha dengan melibatkan 80 ribu kelompoktani/unit di 32 provinsi, 333 kabupaten/kota. ¾ SL-PTT padi hibrida seluas 50 ribu ha dengan melibatkan 5 ribu kelompoktani/unit di 9 provinsi, 63 kabupaten/kota. rincian pada Lampiran 22. b. Upaya peningkatan produksi padi diluar wilayah fokus Peningkatan
produktivitas
dan
produksi
dilakukan
dengan
pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan bantuan benih, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36 / Superphos NPK dan pupuk organik), alsintan, kemitraan dengan stakeholder serta peningkatan luas tanam melalui pemanfaatan JITUT, JIDES, TAM, lahan kering, tadah hujan dan rawa. Areal tanam yang dikelola dengan pola ini seluas 10,25 juta ha. Agar
upaya ini dapat berhasil maka perlu dilakukan melalui
berbagai gerakan seperti (1) gerakan pengolahan tanah, (2) gerakan tanam serentak, (3) gerakan pemupukan berimbang, (4) gerakan penerapan teknologi, (5) gerakan pengendalian OPT, (6) gerakan penanganan panen dan pasca panen serta gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD serta dana masyarakat dan stakeholder. Upaya ini diharapkan mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2009 sebesar 52,44 juta ton GKG.
13
2.
Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2009 Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2009 adalah peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT jagung hibrida seluas 90 ribu ha. Sedangkan Upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 3,27 juta ha, perluasan areal tanam seluas 923 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 5. berikut : Tabel 5. : Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2009
a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT jagung hibrida adalah upaya pencapaian sasasaran produksi jagung tahun 2009 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas jagung di kawasan areal tanam seluas 90 ribu ha melalui kegiatan SL- PTT jagung hibrida yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 22. Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT jagung hibrida melibatkan 6 ribu kelompoktani/ unit SL-PTT jagung hibrida di 21 provinsi (113 kabupaten/kota).
14
b. Upaya peningkatan produksi jagung diluar fokus utama Peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan carry over bantuan benih 2008 seluas 320 ribu ha, bantuan benih 2009, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36 dan NPK), alsintan, kemitraan dengan stakeholder. Upaya ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2009 sebesar 17,45 juta ton PK. 3.
Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2009 Fokus utama pencapaian sasaran produksi kedelai tahun 2009 adalah peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT kedelai seluas 100 ribu ha. Sedangkan upaya diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 1.050 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 6. berikut : Tabel 6. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2009
a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT kedelai adalah Upaya pencapaian sasasaran produksi kedelai tahun 2009 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas kedelai di kawasan areal tanam seluas 100 ribu ha melalui kegiatan SL-PTT kedelai yang tersebar di lokasi sebagaimana terlihat dalam Lampiran 22.
15
Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kedelai dilakukan pada kawasan luas tanam 100 ribu ha dengan melibatkan 1.000 kelompoktani / unit SL-PTT kedelai di 14 provinsi (60 kabupaten/kota). Dengan kegiatan SL-PTT kedelai diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 5 ku/ha, sehingga mampu menyumbang tambahan produksi sebesar 50 ribu ton.
b. Upaya peningkatan produksi kedelai diluar fokus utama adalah upaya – upaya peningkatan produksi kedelai yang dilakukan melalui bantuan benih CBN pada areal tanam seluas 120 ribu ha, BLBU seluas 125 ribu ha, Carry over bantuan benih Upsus 2008 seluas 120 ribu ha
dan optimalisasi
pembinaan seluas 240 ribu ha, pembinaan peningkatan produksi pada areal tersebut mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2009 sebesar 1.350 ribu ton.
16
IV. PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI
A.
Prinsip-prinsip PTT 1.
Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
2.
Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan
keterkaitan
yang
saling
mendukung
antar
komponen teknologi. 3.
Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun
sosial budaya dan ekonomi petani
setempat. 4.
Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
B.
Tahapan Penerapan PTT 1.
Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang
mengatasi
masalah
tersebut,
berdasarkan
cara
pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
17
2.
angkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.
3.
Langkah
ketiga,
penyusunan
RUK
berdasarkan
kesepakatan
kelompok.
C.
4.
Langkah keempat, penerapan PTT.
5.
Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.
Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi 1.
Penanaman varietas padi unggul yang sesuai dengan lingkungan setempat.
2.
Penggunakan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel)
3.
Pengolahan tanah sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi, tanpa olah tanah, sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya
4.
Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo
5.
Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang per lubang
6.
Pengaturan tata tanam secara tepat
7.
Pemberian pupuk organik pada tanaman
8.
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
9.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi tanah
10.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu
11.
Pengendalian gulma secara tepat
12.
Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik
18
D.
Komponen Teknologi Unggulan PTT Jagung 1.
Penyiapan lahan dengan OTS atau TOT
2.
Penggunaan varietas unggul berlabel yang berdaya hasil tinggi, bernilai ekonomi tinggi.
3.
Populasi tanaman 65-75.000 tanaman/ha
4.
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
5.
Penggunaan pupuk organik seperti kompos dan pupuk kandang sebagai penyedia hara dan pembenah tanah.
6.
Penggunaan alat mesin ( alsin ) berupa alat pra panen dan pasca panen serta gudang penyimpanan hasil (silo) untuk menekan kerusakan hasil (loses).
7.
Pemberian air dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan efisien sesuai dengan kondisi tanah.
E.
Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai 1.
Penanaman varietas kedelai unggul bermutu yang sesuai dengan lingkungan setempat.
2.
Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel)
3.
Pengolahan tanah sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi, tanpa olah tanah, sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya
4.
Pengaturan tata tanam secara tepat
5.
Pemberian pupuk organik pada tanaman
6.
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
7.
Pemberian kapur pertanian pada lahan yang pH-nya rendah, khususnya untuk luar Jawa
19
8.
Pemberian
pupuk bio-hayati
yang terdaftar di Departemen
Pertanian, sesuai dengan rekomendasi Badan Litbang Departemen Pertanian, pupuk hayati / Rhizobium dengan kandungan / populasi bakter / mikroba / rhizobium miniman 10 pangkat 7 dan sesuai dengan anjuran teknologi setempat. 9.
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi tanah
F.
10.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu
11.
Pengendalian gulma secara tepat
12.
Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik
Peran Komponen Teknologi PTT Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus
20
pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan kerusakan
atau
serangan
OPT
penurunan
tanaman
produksi
dengan
akibat
meminimalkan
serangan
OPT.
Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya
pengendalian dengan pestisida
merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer. G.
Pemilihan Teknologi PTT Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang
21
dipengaruhi, maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. H.
Keuntungan Penerapan Teknologi PTT 1.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
2.
Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.
3.
Kesehatan
lingkungan
tumbuh
pertanaman
dan
lingkungan
kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.
22
V.
A.
SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI
Pelaksanaan SL-PTT Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan tahun 2009 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan Sekolah Lapangan PTT yang berfungsi
sebagai
pusat
belajar
pengambilan
keputusan
para
petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Petani SL-PTT nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL- PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat. Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud adalah kelompoktani yang dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.
23
Pertanaman di areal SL-PTT padi ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 0,5 - 1 ton / ha dan
di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan
mampu menaikan produksi sebesar 1 – 1,5 ton / ha, jugung hibrida ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 2,5 ton / ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 3 ton / ha sedangkan kedelai ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 0,7
ton / ha dan
di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu
menaikan produksi 0,5 ton / ha. Agar kegiatan SL-PTT tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2009, maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan paling lambat bulan September 2009, kecuali secara teknis maupun administratif tidak memungkinkan dilakukan pertanaman
sehingga
pertanaman
baru
dilakukan
pada
musim
penghujan (Oktober – Desember). Luas satu unit SL-PTT adalah berkisar antara 10 - 25 ha, satu unit LL seluas minimal 1 ha. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT mendapat bantuan benih dan areal yang digunakan sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih, pupuk Urea, NPK dan pupuk Organik. sebagaimana terlihat dalam Gambar 5. s/d 9. berikut . : Gambar 4. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Non Hibrida
24
Gambar 5. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida
Gambar 6. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Jagung Hibrida
25
Gambar 7. Kerangka pelaksanaan SL-PTT Kedelai
Gambar 8. Kerangka Pelaksanaan LL Padi, Jagung dan Kedelai
26
Mengingat bantuan pemerintah hanya untuk pembelian benih padi non hibrida seluas ±25 ha, padi hibrida seluas 10 - 15 ha, jagung hibrida seluas ±15 ha dan kedelai seluas ±10 ha tiap kelompok SL-PTT dan saprodi untuk 1 ha pada LL SL-PTT, maka penyediaan saprodi lainnya agar ditanggung secara swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber lainnya. Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua peserta yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang
bendahara
yang
bertugas
mengurusi
masalah
yang
berhubungan dengan keuangan. Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama. Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama – sama di petak percontohan / Laboratorium Lapangan, mendiskripsikan dan membahas temuan – temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok. Peserta
SL-PTT
wajib
mengikuti
setiap
tahap
pertanaman
dan
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun dilahan usahataninya .
27
Pendampingan
Kegiatan
SL-PTT
oleh
Pemandu
Lapangan
(PP,
POPT,PBT) dan Peneliti, Pemandu Lapangan berperan sebagai : 1.
Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa.
2.
Dinamisator
proses
latihan
SL-PTT
sehingga
menimbulkan
ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan. 3.
Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT
4.
Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.
B.
Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani / Kelompoktani SL-PTT Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi. Pemilihan letak petak LL yang berada didalam areal SL-PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT. Format CP/CL sebagaimana terlihat pada Lampiran 5. 1.
Penentuan Calon Lokasi a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang produksinya masih dapat ditingkatkan.
28
b. Diprioritaskan
bukan daerah endemis hama dan penyakit,
bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan yang strategis dan mudah dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL/LL. d. Letak lokasi Laboratorium Lapangan (LL) seluas minimal 1 ha, ditempat yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya. 2.
Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan. b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa
dan mau menerima teknologi
baru. c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan / yang membidangi tanaman pangan Kabupaten / Kota, sebagaimana contoh pada
Lampiran 4. C.
Pelatihan Petugas SL-PTT Pelatihan
petugas
SL-PTT
dilaksanakan
di
Pusat,
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota, sebaiknya secara berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan I di Pusat dilanjutkan pelatihan Pemandu Lapangan II
di
Provinsi
Kabupaten/Kota. berdasarkan
dan
terakhir
Pelatihan
kesiapan
pelatihan
dapat
Pemandu
dilaksanakan
masing-masing
daerah,
Lapangan
tidak bila
di
berurutan
provinsi
atau
kabupaten telah memiliki pelatih / Pemandu Lapangan I yang telah
29
mengikuti pelatihan SL-PTT tahun 2008 atau Pemandu Lapangan II yang telah
mengikuti
pelatihan
SL-PTT
tahun
2008
yang
jumlahnya
mencukupi dapat langsung melaksanakan pelatihan. 1.
Pelatihan Pemandu Lapangan I Pelatihan Pemandu Lapangan I diselenggarakan oleh Pusat, tempat pelatihan di Pusat. Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan I yaitu Penyuluh Pertanian, POPT, PBT ditingkat provinsi yang selanjutnya akan menjadi pelatih dalam pelatihan Pemandu Lapangan II. Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SLPTT.
Narasumber / pengajar adalah para ahli dari lingkup
Departemen Pertanian maupun pakar di Departemen / instansi terkait dan perguruan tinggi. 3.
Pelatihan Pemandu Lapangan II Pelatihan Pemandu Lapangan II diselenggarakan oleh Provinsi, tempat pelatihan di Provinsi atau tempat lain yang memungkinkan seperti balai latihan, UPT Departemen Pertanian atau Daerah. Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan II yaitu Penyuluh Pertanian,
POPT
dan
PBT
ditingkat
kabupaten/kota
yang
selanjutnya akan menjadi pelatih dalam pelatihan Pemandu Lapangan. Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT. Narasumber / pengajar adalah PL I , para ahli dari lingkup Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan pakar dari perguruan tinggi serta lembaga lainnya. 3.
Pelatihan Pemandu Lapangan Pelatihan Pemandu Lapangan diselenggarakan oleh Kabupaten, tempat pelatihan di Kabupaten pelaksana SL-PTT atau tempat lain seperti balai pelatihan baik pusat maupun daerah. Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan yaitu Penyuluh Pertanian,
30
POPT dan PBT ditingkat kecamatan / desa. Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT.
Narasumber / pengajar
adalah PL II, para ahli dapat berasal Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan instansi terkait lainnya serta
stakeholders. D.
Ketentuan Pelaksana SL-PTT Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut : 1.
Lokasi
SL-PTT
mempunyai
diusahakan
potensi
berada
peningkatan
pada
satu
produktivitas
hamparan,
dan
anggota
kelompoktaninya responsif terhadap penerapan teknologi. 2.
Luas satu unit SL-PTT padi non hibrida adalah ± 25 ha yang didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
3.
Luas satu unit SL-PTT padi hibrida adalah ± 15 ha yang didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
4.
Luas satu unit SL-PTT jagung hibrida adalah ± 15 ha yang didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
5.
Luas satu unit SL-PTT Kedelai adalah ± 10 ha yang didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
6.
Luas satu unit SL-PTT diatas (poin 2 s/d 5) dapat disesuaikan pada kondisi luasan setempat, dengan ketentuan : a. Luasan setiap unit SL-PTT bisa bervariasi disesuaikan dengan kondisi setempat namun Total luasan dan total jumlah SL-PTT tidak boleh kurang dari yang dibiayai. b. Total Luasan dan Total jumlah SL-PTT bisa lebih dari yang dibiayai. Kelebihan luasan ataupun jumlah SL-PTT ditanggung anggaran lain ataupun swadana petani. c. Luas areal LL bisa lebih dari 1 ha apabila dananya masih memungkinkan tetapi tidak boleh kurang dari 1 ha.
31
7.
Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 - 25 petani yang berasal dari satu kelompoktani yang sama, namun jumlah peserta dapat disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan kondisi setempat.
8. E.
Memiliki Pemandu Lapangan.
Persyaratan Kelompoktani pelaksana SL-PTT 1.
Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2.
Telah menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.
3.
Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota.
4.
Kelompoktani peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah menerima bantuan SL-PTT tahun anggaran 2008 atau bantuan dari BLBU tahun 2008.
5.
Memiliki rekening yang masih berlaku / masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompok Tani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.
6.
Rekening bank dapat berupa rekening bank setiap kelompoktani ataupun rekening bank gabungan kelompoktani (gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan mekanisme pengaturan antar kelompoktani dan jumlah kelompok yang digabung rekeningnya ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi kabupaten setempat serta diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
7.
Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup mengunakan dana
bantuan
mengembalikan
SL-PTT
sesuai
dana
apabila
peruntukannya
dan
tidak
peruntukannya
sesuai
sanggup
sebagaimana terlihat dalam Lampiran 7.
32
8.
Bersedia menambah biaya pembelian benih unggul bersertifikat bilamana dana bantuan pembelian benih yang tersedia tidak mencukupi.
9. F.
Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.
Jumlah Bantuan SL-PTT Jumlah bantuan pembelian benih yang diberikan kepada petani pelaksana SL-PTT termasuk areal LL 1 ha, sebagai berikut : 1.
SL-PTT Padi non hibrida sebesar ±25 kg/ha
2.
SL-PTT Padi hibrida sebesar 10 - 15 kg/ha
3.
SL-PTT jagung hibrida sebesar 15 kg/ha
4.
SL-PTT Kedelai sebesar 40 kg/ha
Bantuan untuk pembelian pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik dan atau yang lain-lain, diberikan kepada kelompoktani pelaksana SL-PTT padi nonhibrida, padi hibrida, jagung hibrida dan kedelai di areal LL 1 ha, disesuaikan dengan rekomendasi setempat dan sesuai dengan anggaran yang tersedia. G.
Sumber Bantuan Benih SL-PTT 1.
Bantuan benih untuk SL-PTT tahun 2009 khusus untuk padi non hibrida melalui 2 sumber yaitu dana Tugas Pembantuan (DIPA Tugas Pembantuan TA. 2009) lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan BLBU dari PSO (Public Service Obligasion)/Subsidi.
2.
Bantuan pembelian benih untuk SL-PTT padi hibrida, jagung hibrida dan kedelai bersumber dari dana APBN Tugas Pembantuan melalui DIPA masing-masing kabupaten/kota.
3.
Bantuan benih untuk SL-PTT padi non hibrida melalui dana Tugas Pembantuan dan BLBU; Tugas Pembantuan melalui DIPA Tugas
33
Pembantuan
Kabupaten/kota
sedangkan
BLBU
melalui
dana
PSO/Subsidi lewat PT. Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero) 4.
Jumlah bantuan benih SL-PTT padi non hibrida yang bersumber dari anggaran dana Tugas Pembantuan sama dengan jumlah bantuan benih SL-PTT padi non hibrida yang bersumber dari BLBU.
5.
Bantuan pembelian benih SL-PTT 2009 yang diberikan melalui DIPA TP tahun 2009 mengacu pada mekanisme BLM / Bantuan Sosial sebagaimana terlihat pada Lampiran 1.
6.
Kabupaten yang mendapat alokasi bantuan benih BLBU SL-PTT 2009, didalam DIPA TP tahun 2009 tidak tersedia dana untuk pembelian benih, tetapi tersedia dana untuk pembelian saprodi LL dan pertemuan kelompok.
7.
Proses
pengajuan
bantuan
benih
BLBU
mengacu
pada
mekanisme BLBU sebagaimana terlihat pada Lampiran 2. H.
Komponen dana Bantuan SL-PTT Komponen dana bantuan SL-PTT yang masuk kedalam Rekening Kelompoktani yaitu :
A. Melalui Tugas Pembantuan
B. Melalui BLBU
1 Pembelian Benih SL-PTT
Ya
Tidak
2 Pembelian Pupuk untuk LL - Urea - NPK atau pupuk lainnya - Pupuk Organik - Kapur Pertanian 3 Pertemuan Kelompok SL-PTT
Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Ya Ya Ya Ya Ya Ya
34
I.
Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT 1.
Persiapan SL-PTT a. Pertemuan persiapan dengan tokoh formal dan informal serta petani calon peserta sebelum pelaksanaan SL-PTT untuk membahas : analisis masalah, analisis tujuan, rencana kerja peningkatan produktivitas padi / jagung / kedelai. b. Menetapkan langkah – langkah yang menyangkut tujuan, hasil diharapkan dan metode pembelajaran SL-PTT yang dilakukan bersama sebagai suatu kesepakatan. c. Membuat jadwal pertemuan SL-PTT minimal dua mingguan dengan menentukan tempat, hari dan waktu serta materi pertemuan secara bersama – sama. d. Menentukan 1 (satu) hari sebagai “hari lapang petani” untuk memasyarakatkan dan mendeseminasikan penerapan teknologi budidaya melalui SL-PTT kepada kelompoktani dan petani sekitarnya. e. Menentukan letak petak LL yang diusahakan terletak dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT dan berada didekat jalan / lintasan sehingga penerapan teknologi mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT f.
Menyiapkan pengelolaan usahatani di petak LL secara bersama – sama sesuai dengan tahapan budidaya masing – masing komoditi dengan harapan dapat diterapkan di usahataninya masing - masing.
35
2.
Mengorganisasikan Kelas SL-PTT Kegiatan pengorganisasian kelas SL-PTT dimaksudkan untuk membentuk organisasi kelompoktani peserta SL-PTT dengan langkah – langkah sbb : a. Memilih satu orang petani sebagai ketua kelas SL-PTT yang berfungsi
sebagai
motivator
sekaligus
bertugas
mengkoordinasikan kegiatan dikelas SL-PTT. b. Memilih satu orang petani sebagai sekretaris kelas SL-PTT yang berfungsi sebagai pencatat kegiatan - kegiatan dikelas SL-PTT. c. Memilih satu orang petani sebagai bendahara kelas SL-PTT yang bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan keuangan kelompok. d. Mewajibkan semua peserta kelas SL-PTT untuk mengadakan pengamatan
bersama
–
sama
dan
membahas
temuan
Lapangan sesuai dengan topik – topik pengajaran dalam SLPTT. 3.
Menerapkan Metode Belajar Orang Dewasa Kegiatan belajar dalam SL-PTT dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Peserta SL-PTT memilih materi sesuai dengan kebutuhan teknologi spesifik lokasi. b. Memacu peserta untuk berperan aktif dalam berdiskusi kelompok ataupun kegiatan lain dalam SL-PTT. c. Proses
belajar
melalui
pengalaman,
dimulai
dengan
penghayatan langsung (pengamatan langsung), diikuti dengan pengungkapan pengalaman, pengkajian hasil dan pengambilan kesimpulan
36
4.
Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan Kegiatan suasana belajar yang menyenangkan dalam SL-PTT ditujukan untuk mengembalikan perhatian peserta pada proses belajar yang sedang berlangsung dalam SL-PTT dengan langkah – langkah antara lain : a. Meminta
beberapa
peserta
menceritakan
pengalaman
–
pengalaman yang lucu / berkesan dalam hidupnya. b. Pemandu Lapangan dapat menceritakan humor – humor segar sehingga suasana belajar menjadi hidup kembali. 5.
Menghidupkan dinamika kelompok Kegiatan dinamika kelompok dalam SL-PTT ditujukan untuk menjadikan peserta saling mengenal ciri dan sifat masing – masing sehingga dapat akrab satu dengan yang lainnya dalam SL-PTT dengan langkah – langkah sbb : a. Melakukan permainan - permainan yang dapat menciptakan keakraban dan memberikan pengalaman bagi peserta dalam tampil didepan forum ataupun didepan banyak orang. b. Melakukan olahraga bersama baik yang bersifat tim ataupun individual yang mampu menciptakan suasana kebersamaan dan kekeluargaan.
6.
Monitoring dan evaluasi oleh Pemandu Lapangan Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam SL-PTT ditujukan untuk mengikuti, mengetahui kemajuan, pencapaian tujuan ataupun sasaran serta memberikan umpan balik upaya – upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam SL-PTT dengan langkah – langkah antara lain :
37
a. Menilai tingkat partisipasi peserta pada setiap periode maupun selama periode kegiatan dari tingkat kehadiran maupun pencapaian materi. b. Membandingkan ketepatan penerapan teknologi oleh peserta antara petunjuk dengan praktek Lapangan dalam LL. c. Membandingkan
perkembangan
tingkat
pemahaman
dan
ketrampilan peserta sebelum dengan sesudah mengikuti kegiatan. d. Menyusun
pertanyaan
berdasarkan
pengetahuan
dan
ketrampilan Lapangan yang berkaitan dengan penerapan teknologi budidaya. e. Pertanyaan diberikan secara tertulis atau lisan kepada peserta sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 7.
Membuat pelaporan oleh Pemandu Lapangan Kegiatan pelaporan dalam SL-PTT
ditujukan untuk memberikan
laporan hasil kegiatan selama pelaksanaan SL-PTT dengan langkah – langkah antara lain : a. Merekap kehadiran peserta selama pelaksanaan SL-PTT. b. Mencatat topik – topik yang menarik perhatian peserta. c. Mencatat kesulitan – kesulitan dan permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan
SL-PTT
meliputi
metode,
bahan,
pengorganisasian peserta, waktu, administrasi dll. d. Menilai daya serap peserta terhadap materi yang telah disampaikan dalam pelaksanaan SL-PTT. e. Memberikan
saran
perbaikan
dari
segi
metode,
bahan,
pengorganisasian peserta, waktu, administrasi dll. f.
Mencatat hasil – hasil kegiatan pelaksanaan SL-PTT khususnya dalam petak LL.
38
g. Mengisi form laporan sebagaimana terlihat pada Lampiran 9. yang tersedia dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). J.
Pertemuan – Pertemuan Kelompok SL-PTT Pertemuan – pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu / merugikan waktu petani. Pertemuan
kelompok
dilakukan
oleh
pelaksana
SL-PTT,
tempat
pertemuan dilokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Pemandu Lapangan. Dalam Pertemuan kelompok ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu : 1). Materi pertemuan dan 2). Kegiatan Lapangan. 1.
Materi pertemuan kelompok antara lain : a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam. b. Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah benih/bibit per lubang yang sesuai. c. Pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, keadaan tanaman, tepat jenis dan dosis yang spesifik lokasi, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan sifat pupuk, tepat cara yaitu dengan cara menyebar dan membenamkannya ke lapisan reduksi dan pemberian setelah dilakukannya penyiangan gulma. d. Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara dan waktu yang tepat, ketersediaan sumber air dan jumlah air yang tersedia.
39
e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami yang terdapat dialam itu sendiri serta aplikasi kimiawi secara
bijaksana
bila
serangan
sudah
diatas
ambang
pengendalian. f.
Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang tepat dan benar yaitu dengan mempertimbangkan kemasakan
biji
(masak
fisiologis),
ketepatan
dalam
penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil. g. Mendiskusikan pemecahan masalah yang ada serta langkah – langkah yang diambil selanjutnya dll. 2.
Kegiatan Lapangan Kegiatan
lapangan
didampingi
oleh
Pemandu
Lapangan
berdasarkan materi diatas (butir 1.) antara lain : a. Kerja Lapangan Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan kerja lapangan di lokasi
SL-PTT
misalnya
melakukan
pengolahan
tanah,
penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian OPT dan gulma, pemanenan dll. b. Pengamatan Agroekosistem Kelompoktani
peserta
SL-PTT
melakukan
pengamatan
agroekosistem di lokasi SL-PTT antara lain pertumbuhan tanaman, kecukupan air, kecukupan hara tanah, serangan OPT, gulma dll. c. Menggambar dan mempresentasikan kondisi Agroekosistem Kelompoktani
peserta
SL-PTT
menggambar
dan
mempresentasikan kondisi Agroekosistem di lokasi SL-PTT pada
40
saat itu misalnya menggambar jumlah anakan per rumpun, jarak tanam, gulma dan hama yang ada, dll. d. Diskusi Kelompok Diskusi dimaksudkan untuk mengkaji hasil kerja lapangan, pengamatan pertanaman, gambaran pertanaman dll sehingga dapat disimpulkan kondisi pertanaman pada saat itu sebagai dasar untuk menentukan langkah pengelolaan pertanaman selanjutnya. e. Topik khusus Topik khusus dalam diskusi dipilih berdasarkan permasalahan pokok setempat yang dihadapi pada saat itu misalnya serangan OPT mengapa dan bagaimana mengatasinya dll. f.
Mempraktekan kegiatan SL-PTT pada lahan usahataninya Peserta SL-PTT diharapkan dapat langsung mempraktekkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam mengikuti SL-PTT pada lahan usahataninya.
41
VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT
A.
Pengorganisasian SL-PTT Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pembina tingkat pusat, tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi, tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten/kota. Tim pembina tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi dan tim teknis tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat
kabupaten/kota
dan
tim
teknis
tingkat
kabupaten/kota
ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota/Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi serta tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/ kota sampai tingkat provinsi. 1.
Tim Pembina Tingkat Pusat Tim Pembina Tingkat Pusat beranggotakan pejabat Eselon I terkait lingkup Departemen Pertanian dengan tugas antara lain : a. Penyusunan pedoman Pelaksanaan. b. Sosialisasi SL-PTT. c. Pengawasan penyaluran bantuan. d. Pembinaan teknis budidaya dan administrasi. e. Koordinasi dengan instansi terkait.
42
f.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SL-PTT serta membantu pemecahan masalah yang dihadapi.
2.
Tim Pembina Tingkat Provinsi Tim Pembina Tingkat Provinsi keanggotaannya dapat melibatkan berbagai
Dinas/Badan,
UPT,
Instansi
terkait
lainnya
serta
perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas antara lain : a. Menetapkan kabupaten/kota pelaksana. b. Menyusun petunjuk pelaksanaan. c. Melakukan
sosialisasi
dan
koordinasi
dan
verifikasi
ke
kabupaten pelaksana. d. Melakukan pengawasan penyaluran bantuan. e. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. f.
Melakukan pemantauan dan pengendalian serta membantu pemecahan masalah di lapangan.
g. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sekretaris Tim Pembina tingkat provinsi diharapkan dari BPTP setempat. Tim Pembina tingkat provinsi dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Tim Teknis tingkat provinsi yang anggotanya antara lain adalah PL I, Peneliti dan unsur Dinas/Badan, UPT, Perguruan tinggi, Instansi terkait lainnya. Tugas tim teknis provinsi ditetapkan oleh tim pembina tingkat provinsi. 3.
Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota keanggotaannya dapat melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya serta perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas antara lain : a. Sosialisasi program kepada petugas dan kelompoktani.
43
b. Menyusun petunjuk teknis. c. Melakukan seleksi dan verifikasi terhadap kelompoktani beserta RUK. d. Mengusulkan kelompoktani yang memenuhi syarat untuk ditetapkan mendapat bantuan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. e. Melakukan pengawasan pengadaan/penyaluran bantuan. f.
Pembinaan/bimbingan kepada kelompoktani.
g. Monitoring dan evaluasi. h. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi. Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Tim Teknis tingkat Kabupaten/Kota yang anggotanya antara lain adalah PL II dan unsur-unsur BPP, KCD, UPT, dan Instansi terkait lainnya. Tugas Tim Teknis tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh Tim Pelaksana tingkat kabupaten/kota. B.
Operasionalisasi SL-PTT Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT tingkat pusat adalah Direktur Jenderal Tanaman pangan, operasional pelaksanaan tingkat nasional SLPTT padi dan jagung adalah Direktur Budidaya Serealia dan SL-PTT kedelai adalah Direktur Kacang – Kacangan dan Umbi – Umbian berkedudukan di POSKO I. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi, operasional pelaksanaan
SL-PTT ditingkat
propinsi adalah Kepala Sub Dinas yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO II. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, operasional pelaksanaan
44
SL-PTT ditingkat kabupaten/kota adalah Kepala Sub Dinas / Kepala Bidang yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO III. Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat kecamatan adalah KCD sedangkan penanggung jawab teknis disetiap kecamatan adalah koordinator penyuluh / Kepala BPP setempat dan di tingkat desa/unit SLPTT adalah Pemandu Lapangan / Penyuluh Pertanian dibantu POPT dan PBT tingkat kecamatan / desa. Dalam melaksanakan kegiatan PL berkedudukan di POSKO IV / V (kecamatan / desa). Operasional SL-PTT dilakukan secara lengkap sebagaimana terlihat pada Gambar 10. dibawah ini : Gambar 9. Skema Operasional SL-PTT
45
VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGADAAN
A.
Pembiayaan Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai berasal dari APBN dan APBD maupun dana dari pihak swasta /
stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut : 1.
Pelatihan PL I SL-PTT, melalui dana APBN di Pusat.
2.
Pelatihan PL II
SL-PTT, melalui dana tugas dekonsentrasi di
provinsi. 3.
Pelatihan
PL
SL-PTT,
melalui
dana
tugas
pembantuan
di
kabupaten. 4.
Bantuan
Sosial
(Bansos)
dengan
pola
Bantuan
Langsung
Masyarakat (BLM) melalui dana tugas pembantuan Kabupaten tahun 2009 dalam bentuk bantuan dana pembelian benih unggul bersertifikat, pupuk urea, NPK dan pupuk organik sesuai alokasi untuk SL-PTT padi, jagung dan kedelai serta biaya pertemuan SLPTT untuk setiap SL-PTT. Untuk SL-PTT BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) dana bantuan melalui Tugas Pembantuan di kabupaten/kota hanya untuk pembelian saprodi untuk LL berupa pupuk urea, NPK dan pupuk organik sedangkan pengadaan benihnya
melalui
PSO/subsidi
APBN
pusat
yang
pada
pelaksanaannya dilakukan oleh PT. SHS (Sang Hyang Seri) dan PT. Pertani. 5.
Bantuan Alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin pembuat pupuk organik, dll.
6.
Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH.
7.
Bantuan Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan SL-PTT melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta
46
melalui
dana
tugas
pembantuan
di
Dinas
Pertanian
Kabupaten/kota. 8.
Bantuan pendampingan SL-PTT sebagai PL oleh PPL, POPT dan PBT melalui dana BOP masing-masing Institusi.
9.
Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang.
10.
Bantuan JITUT, JIDES, TAM, optimasi lahan dan cetak sawah melalui dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta melalui
dana
tugas
pembantuan
di
Dinas
Pertanian
Kabupaten/kota. 11.
Bantuan alat perontok mekanis dan pengering untuk menurunkan loses
12.
Rehabilitasi jaringan irigasi melalui dana APBN di Balai Pengelolaan Sumberdaya Air wilayah sungai.
13.
APBD maupun DAK Provinsi dan Kabupaten untuk mendukung peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2009.
14.
Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.
B.
Mekanisme
Penetapan
Kelompoktani
Penerima
Bantuan
melakukan
sosialisasi
Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT. 1.
Direktorat
Jenderal
Tanaman
Pangan
program bantuan benih kepada Dinas Pertanian Provinsi dan pelaksana PSO, selanjutnya Dinas Pertanian Provinsi melakukan sosialisasi kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
melakukan
sosialisasi
kepada
kelompoktani. 2.
Kelompoktani mengajukan permohonan bantuan benih yang ditandatangani oleh Ketua/Pengurus Kelompoktani kepada Mantri
47
Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian setempat, disertai daftar nama petani anggota kelompok, luas lahan dan kebutuhan benih yang meliputi jumlah, varietas, jadwal tanam serta lokasi Lampiran 13. (Format-2 pedum BLBU 2009). 3.
Permohonan bantuan benih kelompoktani selanjutnya diseleksi dan diverifikasi oleh Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian setempat
4.
Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan lulus seleksi serta verifikasi selanjutnya oleh Mantri Tani/Kepala Cabang Dinas (KCD)/Petugas Penyuluh Pertanian dilakukan rekapitulasi dan ditandatangani
untuk
disampaikan
ke
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota Lampiran 14. (Format-3 pedum BLBU 2009). 5.
Rekapitulasi dan data kelompoktani (CPCL) dari kecamatan selanjutnya diseleksi, diverifikasi dan ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai kelompoktani penerima bantuan dalam bentuk Keputusan Lampiran 15 dan 16. (Format-4 dan Format-5 pedum BLBU 2009) dan selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi.
6.
Dinas
Pertanian
Provinsi
memverifikasi
dan
merekapitulasi
kelompoktani penerima bantuan benih dari Kabupaten/Kota di wilayahnya, selanjutnya menyetujui dan disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Lampiran 17. (Format-6 pedum BLBU 2009). 7.
PPK menyampaikan usulan dari Dinas Pertanian Provinsi tersebut kepada pelaksana PSO sebagai dasar pelaksanaan kerjasama.
48
C.
Mekanisme Pendistribusian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT. 1.
Pendistribusian bantuan benih ke titik bagi di kelompoktani dilaksanakan oleh
PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani
(Persero) 2.
PT
Sang
Hyang
Seri
(Persero)
dan
PT
Pertani
(Persero)
melaksanakan pendistribusian benih berdasarkan CPCL yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi. 3.
PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero) wajib menyusun
Berita
Acara
Penerimaan
(BAP)
BLBU
yang
ditandatangani oleh Ketua Kelompoktani penerima bantuan benih, diketahui/disetujui oleh Petugas Penyuluh Pertanian/KCD setempat
Lampiran 18. (Format-7 pedum BLBU 2009). 4.
Rekapitulasi BAP BLBU Kabupaten/Kota, disyahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Lampiran 19. (Format-8 pedum BLBU 2009).
5.
Rekapitulasi BAP BLBU Provinsi, disyahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
6.
Rekapitulasi BAP BLBU Kabupaten/Kota dan Provinsi disampaikan kepada Direktur Perbenihan selaku Pejabat Pembuat Komitmen.
D.
Mekanisme Penngajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosisal SL-PTT 1.
Pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT, dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan – undangan yang berlaku antara lain Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan
Departemen
Keuangan,
49
tentang tata cara Pencairan Belanja Bantuan Sosial, dan peraturan lainnya. 2.
Mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT, dengan sumber dana APBN melalui Pos Belanja Bantuan Sosial, adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan, menerbitkan Surat Keputusan
tentang
penetapan Kelompok tani yang akan menerima dana bantuan kegiatan SL-PTT, termasuk di dalamnya dilengkapi data-data nama kelompok, jumlah anggota, nama ketua kelompok, luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening dan nama Bank atas nama kelompok tani sasaran, jumlah bantuan yang akan diberikan, serta data lainnya yang diperlukan. b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja setempat, mengajukan usulan pencairan dana atas dasar Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penetapan Kelompok Tani penerima dana SL-PTT, melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)
kepada Pejabat Penanda Tangan Surat
Perintah Membayar (SPM) dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut : 1) Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan tentang penetapan Kelompoktani penerima bantuan. 2) Rencana Usaha Kelompok (RUK) 3) Surat
Pernyataan
Kelompoktani
tentang
kesediaan
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. c. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-LS meliputi pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP sesuai peraturan perundang-undangan; ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak
50
melampaui batas pagu anggaran; memeriksa hak tagih yang terkait
meliputi
pihak
yang
ditunjuk
untuk
menerima
pembayaran bantuan (nama penerima bantuan SL-PTT, alamat, nomor rekening dan nama bank), dan nilai bantuan yang harus dibayar. d. Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa pemotongan pajak. e. Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS
kepada
KPPN setempat dengan melampirkan : 1) Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB); 2) Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa semua dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan dalam Pedoman Pelaksanaan Bantuan dana SL-PTT telah diteliti kebenarannya dan berada pada Kuasa Pengguna Anggaran. f.
KPPN setempat melakukan pengujian atas menerbitkan
SPM-LS
dan
SP2D serta menstransfer dana ke rekening
kelompok tani sasaran pada bank yang ditunjuk. g. Penggunaan dana langsung oleh kelompok tani
dengan
berpedoman pada pedoman Pelaksanaan pelaksanaan kegiatan SL-PTT. E.
Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT 1.
Dana yang telah dicairkan oleh Kelompoktani dipergunakan untuk membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana yang telah tertuang pada RUK.
2.
Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau di Produsen/Penyalur Benih/Produsen/ Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK.
51
3.
Khusus untuk pembelian benih perlu memperhatikan spesifikasi teknis benih yaitu : a. Benih padi non hibrida 1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80% 3) Kadar air maksimal 13 % 4) Benih murni minimum 98% 5) Kotoran benih maksimum 2% 6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,2% 7) Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hrtikultura (LSSMBTPH). b. Benih padi hibrida 1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80% 3) Kadar air maksimal 13 % 4) Benih murni minimum 98% 5) Kotoran benih maksimum 2% 6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,5% 7) Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat
52
sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hrtikultura (LSSMBTPH). c. Benih jagung hibrida 1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 85% 3) Kadar air maksimum 12% 4) Benih murni minimum 98% 5) Kotoran benih maksimum 2,0% 6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,3% 7) Benih dikemas dan telah diberi serifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Produk d. Benih kedelai 1) Bersertifikat dan merupakan varietas unggul nasional yang telah dilepas dan diminati petani 2) Belum kedaluwarsa dengan daya tumbuh minimal 80% 3) Kadar air maksimum 11% 4) Benih murni minimum 97% 5) Kotoran benih maksimum 3% 6) Campuran Varietas Lain (CVL) maksimum 0,5% 7) Benih dikemas dan telah diberi sertifikat oleh BPSB-TPH atau oleh perusahaan BUMN/Swasta yang telah mendapat
53
sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hrtikultura (LSSMBTPH). 4.
Dalam
rangka
pengawasan
pelaksanaan
bantuan
SL-PTT,
Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Mencacat semua nomor seri label benih yang dibeli. b. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/ sachet pupuk/saprodi yang dibeli. c. Membuat
Berita
Acara
Penerimaan
Bantuan
SL-PTT
sebagaimana terlihat dalam Lampiran 8. d. Menggunting salah satu nomor seri label/sertifikat benih pada setiap kantong benih yang dibantukan untuk dilampirkan pada Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-PTT dan diserahkan kepada PL setempat untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk menjaga mutu. 5.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan BLM SL-PTT oleh petani.
54
VIII. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
Bimbingan / pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan serta Desa sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 20. A.
Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SLPTT di Provinsi dan kabupaten sebanyak dua kali dalam setahun atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
B.
Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SL-PTT di kabupaten per dua bulan atau disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
C.
Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di tingkat Lapangan / kelompoktani pelaksana SL-PTT setiap bulan atau disesuaikan
dengan
ketersediaan
dana
yang
ada.
Melakukan
pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan SL-PTT dll.
55
IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A.
Monitoring Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran
20. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai dll. B.
Evaluasi Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran
20. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas dilokasi SL-PTT dan LL, 4) Penerapan komponen teknologi PTT, dll. C.
Pelaporan Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan serta desa / unit SL-PTT secara periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke kabupaten, kabupaten ke Provinsi dan Provinsi ke pusat. Laporan meliputi
pelaksanaan
SL-PTT,
hasil
yang
telah
diperoleh
dll.
sebagaimana terlihat dalam Format Laporan pada Lampiran 9.,10.,11.12. Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll.
56
X.
PENUTUP
Peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui SL-PTT padi, jagung dan kedelai
merupakan
salah
satu
terobosan
yang
diharapkan
mampu
memberikan kontribusi yang lebih besar pada produksi tanaman pangan mendatang. SL-PTT ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan SLPTT yang sinkron dan sinergis disetiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai ke tingkat desa.
Jakarta,
27
Januari 2009
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Ir. Sutarto Alimoeso, MM NIP. 080 029 237
57
Lampiran 1 MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SL-PTT POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TA. 2009
Pembentukan Tim Teknis Kab/Kota
Menyusun Juknis dan Kriteria Seleksi CP/CL KPA/PPK SPM-LS
SPP-LS
KPPN
Seleksi Tahap-I Administrasi
Seleksi Tahap-II Penilaian Proposal/Usulan Kelompoktani
Forum Musyawarah & Berita Acara CP/CL
Menyusun RUK didampingi PPL & diverifikasi Tim Teknis Kab/Kota
SP2D
Penetapan Kelompoktani Kelompok Sasaran
Membuka Rekening di Bank Pencairan dana dari Rekening
Bank terdekat
58
Lampiran 2. MEKANISME PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) SL-PTT
DITJEN TP Sosialisasi
DINAS PROVINSI Sosialisasi
DINAS KAB/KOTA Sosialisasi& Desiminasi
Perjanjian dengan BUMN
Perjanjian dengan BUMN
Penyaluran Benih Sesuai CPCL
Verifikasi & Persetujuan Calon Penerima Bantuan/CPCL
Verifikasi & Penetapan Penerima Bantuan/CPCL secara resmi
KELOMPOKTANI Rembuk
PETANI
59
Lampiran 3. MEKANISME PENDISTRIBUSIAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) SL-PTT
PERJANJIAN DITJEN TP DENGAN BUMN (PT. SHS & PT PERTANI)
-Penyediaan Benih REGIONAL/WILAYAH BUMN KOORDINASI DENGAN DINAS PERTANIAN PROVINSI
-Review CPCL REGIONAL/WILAYAH BUMN KOORDINASI DENGAN DINAS PERTANIAN KAB/KOTA
-Cek Ricek
Ulang CPCL
REGIONAL/WILAYAH BUMN DENGAN PETUGAS PERTANIAN SETEMPAT KOORDINASI DENGAN KELOMPOKTANI
PENYALURAN KEPADA PETANI DI TITIK BAGI
60
Lampiran 4.
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA NOMOR : .............................................2009 TENTANG PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) DAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) SL-PTT ............................................................)* TAHUN ANGGARAN 2009 KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA Menimbang
:
a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. b. Bahwa Peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2009 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi dalam SL-PTT. c.
Bahwa pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bansos dan atau BLBU SL-PTT tahun 2009.
d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai Tahun Anggaran 2009. Mengingat
:
1. Undang – Undang Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 4. dst
61
Memperhatikan
:
1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor .............. Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............ 2. Pedoman Umum Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tahun 2009. 3. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2009. MEMUTUSKAN
Menetapkan
:
PERTAMA
:
Penetapan Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ....................................................*) tahun anggaran 2009 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA
:
Kelompoktani sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA berhak menerima dana bantuan SL-PTT .....................................................*) yang dibiayai dari dana APBN Departemen Pertanian melalui anggaran tugas perbantuan pada DIPA**) Dinas pertanian Kabupaten / Kota Nomor ..................... Tanggal.................. bulan .............. tahun.............. dan atau PSO**)
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
KETIGA
Ditetapkan di :............................... Pada Tanggal : ................................ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota .......................................... NIP. ..................................... Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI di Jakarta 2. Bupati / Walikota di .............. 3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................ 4. dst. *) disesuaikan dengan komoditi ( SL-PTT padi non hibrida, SL-PTT padi hibrida, SLPTT jagung hibrida, SL-PTT kedelai, SL-PTT BLBU padi non hibrida, BLBU padi hibrida, BLBU jagung hibrida, BLBU kedelai) **) disesuaikan dengan sumber bantuan
62
Lampiran Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani Penerima Dana Bansos untuk LL dan Dana Pertemuan Kelompok SL-PTT Tahun 2009
No.
Nama Poktan/Gapoktan
Nama Ketua
Alamat Desa
Kec.
Nomor Rekening
Jumlah ( Rp )
Alamat Bank Cabang, Unit
1 2 3 4 5 dst Jumlah Ditetapkan,……, Bln……. 2009 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota…….,
Nama NIP
63
Lampiran Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani Penerima Bansos Benih SL-PTT Tahun 2009
No.
Nama Poktan/Gapoktan
Nama Ketua
Alamat Desa
Kec.
Nomor Rekening
Jumlah ( Rp )
Alamat Bank Cabang, Unit
1 2 3 4 5 dst Jumlah Ditetapkan,……, Bln……. 2009 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota…….,
Nama NIP
64
Lampiran Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT Tahun 2009 Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Jagung Hibrida, Kedelai *) Kabupaten / Kota : No.
Nama Poktan/Gapoktan
Alamat **)
1 2 3 4 5 dst Jumlah *) Coret yang tidak perlu **) Harap disebut desa dan kecamatan
Nama Ketua
Bantuan Benih Jenis Jumlah
Ditetapkan,……, Bln……. 2009 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota…….,
Nama NIP
65
Lampiran 5 DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI PENERIMA BANTUAN BLBU DAN ATAU BLBU SL-PTT DAN ATAU BANSOS SL-PTT TAHUN 2008 Nama Poktan / Gapoktan : Jumlah Anggota Kelompok : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Komoditi No.
: Nama Petani
Luas Areal (ha)
Kebutuhan Benih (kg)
Varietas
Jadwal Tanam
1 2 3 4 5 dst Jumlah Mengetahui KCD/Penyuluh
Ketua Kelompoktani
Nama ………….
Nama ………….
66
Lampiran 6 Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pelaksana SL-PTT Tahun 2009 Nama Kelompoktani Alamat Kelompoktani Luas Lahan Jumlah Anggota Poktan Rincian Kebutuhan Kel. Komoditi Varietas No
: : : : : : :
Uraian Kebutuhan
1. 2. 3. dst
Jenis
Volume (Kg)
Harga Satuan (Rp.)
Jumlah (Rp.)
Jumlah Mengetahui, Penyuluh/Petugas Pertanian
Nama NIP
…………., ………….. Bendahara Kelompok,
Ketua Kelompok,
Nama
Nama
67
Lampiran 7.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : ………………….. selaku Ketua Kelompoktani .......................... Desa ……………………. Kecamatan ……………….. Kabupaten ………………… dengan ini menyatakan bahwa dana yang kami terima akan kami gunakan : a. Untuk pembelian saprodi SL-PTT b. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan sampai panen di areal SL-PTT dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya . Mengetahui Petugas Lapangan
(......................................)
............................... 2009 Ketua Kelompoktani Materai 6.000
(.....................................)
68
Lampiran 8.
BERITA ACARA PENERIMAAN DANA BANTUAN SL-PTT TAHUN 2009
Nama Kelompoktani Alamat Kecamatan Desa
No
: : : :
Nama Anggota
Jumlah Dana yang Diterima ( RP )
Tanda Tangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. dst Jumlah
Mengetahui, PPL/KCD/Petugas Pertanian Kabupaten/Kota
Nama NIP
…………...…………... 2009 Ketua Kelompok tani
Nama
69
Lampiran 9. LAPORAN KELOMPOKTANI PELAKSANA SL-PTT
I.
II.
III.
LOKASI 1. Nama Kelompoktani 2. Jumlah Anggota 3. Luas Areal 4. Desa 5. Kecamatan 6. Kabupaten
: : : : : :
TEKNOLOGI 1. Komoditi : 2. Varietas : 3. Komp. Teknologi PTT : 1). Benih Unggul Bermutu 2). Tanam Benih < 21 hari 3). Tanam legowo 4). dst.
: : :
.................. .................. ..................
ha ha ha
HASIL No. 1. 2. 3. 4.
Lokasi
Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
SL-PTT LL Sekitar SL-PTT Sebelum SL-PTT Pemandu Lapangan / Penyuluh / KCD
.......................................................
70
Lampiran 10.
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN REALISASI LOKASI SL-PTT PADI NON HIBRIDA / PADI HIBRIDA /JAGUNG HIBRIDA / KEDELAI TAHUN 2009 KECAMATAN : BULAN : No
Poktan
Luas Areal (Ha)
Jumlah SL-PTT (Unit)
(3) 2 4
(4) 50 100
6
150
Jumlah Desa (2) A B
(1) 1 2 3 4 5 dst Jumlah
Realisasi Tanam (Ha)
(%)
(5) 2 4
(6) 45 95
(7) 90,00 95,00
Luas (Ha) (8) 30 80
6
140
93,33
110
Realisasi Panen Provitas Produksi (ku/ha) (ton) (9) (10) 75,00 225 81,25 650
79,55
875
Dilaksanakan MH 09/10 (Ha) (11) 5 5
Keterangan (12)
10
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Petugas Penyuluh Pertanian / Kepala Cabang Dinas Pertanian Nama…………………………… NIP……………………………
71
Lampiran 11. BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN REALISASI LOKASI SL-PTT PADI NON HIBRIDA / PADI HIBRIDA / JAGUNG HIBRIDA / KEDELAI TAHUN 2009
KABUPATEN : BULAN : No
(1) 1 2 3 4 5
Jumlah
Kecamatan
(2) A B
dst Jumlah
Pengajuan Ke Bank
Realisasi Tanam
Realisasi Panen
Luas Areal (Ha)
SK Penetapan CPCL (Ha)
Proses (Ha)
Cair (Ha)
(Ha)
(%)
Luas (Ha)
Provitas (ku/ha)
Produksi (ton)
Dilaksanakan MH 09/10 (Ha)
Desa (3) 1 2
Poktan (4) 2 4
(5) 50 200
(6) 50 200
(7) 50 200
(8) 50 200
(9) 45 190
(10) 90,00 95,00
(11) 30 150
(12) 75,00 83,33
(13) 225 1250
(14) 5 10
3
6
250
250
250
250
235
94,00
180
81,94
1475
15
Keterangan
(15)
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota / Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Nama…………………………… NIP……………………………
72
Lampiran 12. BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI REALISASI LOKASI SL-PTT PADI NON HIBRIDA / PADI HIBRIDA / JAGUNG HIBRIDA / KEDELAI TAHUN 2009 PROVINSI : BULAN : Luas Area l (Ha)
SK Peneta pan CPCL (Ha)
8 10
(6) 200 250
18
450
Jumlah No
(1) 1 2 3 4 5
Kabupaten
(2) A B
dst Jumlah
Kec ama tan (3) 4 5
9
Des a
Pokt an
(4) 8 9
(5)
17
Pengajuan Ke Bank
Realisasi Tanam
Realisasi Panen
Dilaksa nakan MH 08/09 (Ha)
(%)
Luas (Ha)
Provitas (ku/ha)
Produk si (ton)
(10) 195 245
(11) 97,50 98,00
(12) 100 150
(13) 75,00 80,00
(14) 750 1200
(15) 5 5
440
97,78
250
78,00
1950
10
Pros es (Ha)
Cair (Ha)
(Ha)
(7) 200 250
(8) 200 250
(9) 200 250
450
450
450
Keteran gan
(16)
……………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ……… Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nama…………………………… NIP……………………………
73
Lampiran 13
Blanko Rencana Kebutuhan Benih Kelompoktani Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 RENCANA KEBUTUHAN BENIH KELOMPOKTANI PADI NON HIBRIDA, PADI HIBRIDA, JAGUNG HIBRIDA DAN KEDELAI*)
: PROPINSI : KABUPATEN : KECAMATAN : DESA : NAMA KELOMPOK : KETUA KELOMPOK NAMA KEBUTUHAN BENIH JUMLAH TANGGAL TANAM PETANI VARIETAS LUAS TANAM NO 1 XXX 2 YYY Dst JUMLAH Mengetahui Mengetahui, ............ , ...................... Mantan/KCD/PPL Kepala Desa Ketua Kelompok Tani
(......Nama.........) NIP.
(............Nama.........)
(.......Nama.........)
74
Lampiran 14 Blanko Rekapitulasi Kebutuhan Benih Kelompoktani (Tingkat Kecamatan) Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 REKAPITULASI KEBUTUHAN BENIH KELOMPOKTANI (TINGKAT KECAMATAN) PADI NON HIBRIDA, PADI HIBRIDA, JAGUNG HIBRIDA DAN KEDELAI *) PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN NO
DESA
1
YYY
2
VVV
: : : NAMA KEL.
JML. ANGGOT
LUAS TANAM
KEBUTUHAN VARIETA JUMLAH
TGL. TANAM
1 2 Dst 1 2
JUMLAH Keterangan : *) Coret yang tidak perlu Mengetahui, Mantan/KCD/PPL
(...........Nama.............)
75
Lampiran 15 Blanko Rekapitulasi Calon Penerima Bantuan Benih (Tingkat Kab/Kota) Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 REKAPITULASI CALON PENERIMA BANTUAN BENIH (TINGKAT KABUPATEN/KOTA) PADI NON HIBRIDA, PADI HIBRIDA, JAGUNG HIBRIDA DAN KEDELAI *) PROPINSI KABUPATEN NO KEC. 1
AAA
: :
DESA
JML. KEL
JML.
LUAS
KEB.
TGL.
1 2
Dst. 2 JUMLAH Keterangan : *) Coret yang tidak perlu Kepala Dinas Kabupaten/Kota *) ...................................................
(......Nama.........)
76
Lampiran 16 Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penetapan Kelompoktani Sasaran Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 Nomor Perihal
: : Kelompoktani Penerima Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 Padi Non Hibrida, Padi Hibrida, Jagung Hibrida dan Kedelai*) (Rekap Daftar Kelompoktani Penerima Bantuan Langsung Benih Unggul) Kabupaten/Kota : NAMA ALAMAT KEL. **) KEL. NO
NAMA KETUA
BANTUAN BENIH JENIS JUMLAH
JUMLAH
Keterangan : *) Coret yang tidak perlu **) Harap disebutkan Desa dan Kecamatan
Ditetapkan ........................... 2009 Kepala Dinas Kabupaten/Kota ........
(....... Nama .......) NIP
77
Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi tentang Sasaran Lokasi Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 Nomor Perihal
Lampiran 17
: : Lokasi Kelompoktani Penerima Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 (Padi Non Hibrida, Padi Hibrida,Jagung Hibrida dan Kedelai*) (Rekap Daftar Kelompok Tani Penerima Bantuan dan Lokasi Bantuan Benih) Provinsi : JUMLAH JUMLAH BANTUAN BENIH NO KABUPATEN KECAMATAN DESA KEL. JML WAKTU
JUMLAH *) Coret yang tidak perlu Disetujui, tanggal ......... 2009 Kepala Dinas Pertanian Provinsi ....
(....... Nama .......) NIP Lampirkan daftar lokasi dan petani penerima sesuai Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
78
Lampiran 18. Berita Acara Penerimaan Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 No. ........................................... Pada hari ini ............. tanggal ............... di Desa .........Kecamatan ...........Kabupaten .............. Provinsi ................ kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : .............. Jabatan : .............. Alamat : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA 2. Nama : .............. Jabatan : .............. Kelompoktani : ............... Alamat : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA Sesuai dengan Perjanjian nomor ........... dan nomor ........... tanggal ............ maka pihak PERTAMA menyerahkan kepada pihak KEDUA bantuan benih sebagai berikut : JENIS KOMODITAS/ VARIETAS
VOLUME
NOMOR LOT BENIH
KETERANGAN BENIH
Demikian berita acara penerimaan bantuan benih ini dibuat, kemudian agar dipergunakan sebagaimana mestinya. Yang Menerima Pihak KEDUA/Ketua Kelompoktani
Yang Menyerahkan Pihak PERTAMA
(............................)
(.............................)
Mengetahui, Petugas Penyuluh Pertanian, Mantri Tani (KCD) ( ..........Nama............) NIP.
79
Lampiran 19. Berita Acara Penerimaan Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2009 No. ........................................... Pada hari ini ............. tanggal ............... di ............., Kabupaten .............. Provinsi ................ kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Nama : .............. Jabatan : .............. Alamat : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak PERTAMA 2. Nama : .............. Jabatan : .............. Alamat : .............. Yang selanjutnya disebut sebagai pihak KEDUA Sesuai dengan Perjanjian nomor ........... dan nomor .......... tanggal ............ maka pihak PERTAMA menyerahkan Bantuan Langsung Benih Unggul APBN TA 2009 kepada kelompoktani di wilayah pihak KEDUA, sebagai berikut : JENIS KOMODITAS
KECAMATAN
JUMLAH DESA
JUMLAH KELOMPOKTANI
VOLUME
JUMLAH LABEL
Demikian Berita Acara Penerimaan Bantuan Langsung Benih Unggul APBN TA 2009 ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Pihak KEDUA Disyahkan oleh : Kepala Dinas Pertanian Kab/Kota (............................) NIP
Pihak PERTAMA Kepala Wilayah ...... (.............................)
Mengetahui/Mengesahkan, Kepala Dinas Pertanian Provinsi ((.........Nama..........) NIP.
80
Lampiran 20 RENCANA JADWAL PELAKSANAAN SL-PTT PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2009 NO 1
KEGIATAN
BULAN JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGT
SEP
OKT
NOP
DES
Penyusunan Pedum, Juklak, Juknis
2
Pembentukan Tim Teknis
3
Sosialisasi
4
CP / CL
5
Pengiriman RUK, RDKK, Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten, Propinsi,Pusat
6
Proses Administrasi Keuangan dan Pengiriman Dana ke Rekening Kelompok
7
Pelatihan PL 1. Pelatihan PL I 2. Pelatihan PL II 3. Pelatihan PL
8
Pelaksanaan 1. Tanam 2. Pemeliharaan 3. Panen
9
Pembinaan
10
Monitoring
11
Evaluasi
12
Pelaporan
81
Lampiran 21. SASARAN INDIKATIF PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Provinsi
N. Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Sumatera 11 D.K.I. Jakarta 12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah 14 D.I. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten Jawa 17 B a l i 18 Nusa Tenggara Barat 19 Nusa Tenggara Timur Bali & Nusa Tenggara 20 Kalimantan Barat 21 Kalimantan Tengah 22 Kalimantan Selatan 23 Kalimantan Timur Kalimantan 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat Sulawesi 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Irian Jaya Barat Maluku & Papua Luar Jawa Indonesia
PADI 1,610,153 3,372,283 2,033,019 482,595 628,414 3,128,191 497,408 2,335,954 24,500 413
14,112,930 8,100 10,783,000 9,290,764 800,188 10,800,000 2,001,998
33,684,050 836,000 1,779,735 591,644
3,207,379 1,444,530 535,760 2,056,045 618,000
4,654,335 563,372 979,242 5,001,521 452,061 250,000 371,604
7,617,800 76,527 47,000 33,000 91,979
248,506 29,840,950 63,525,000
JAGUNG 142,251 1,239,579 332,443 56,139 70,643 123,525 120,256 1,901,300 1,405 1,498 3,989,039 39 702,340 2,780,195 272,984 5,238,257 47,263 9,041,078 76,872 238,043 855,339 1,170,254 198,841 10,425 117,818 17,869 344,953 656,960 149,249 1,549,595 123,672 865,000 61,574 3,406,050 25,477 12,785 1,875 8,490 48,627 8,958,923 18,000,000
KEDELAI 147,131 26,125 4,356 5,957 22,610 22,729 6,650 18,525 254,083 104,025 229,639 66,025 468,160 29,659 897,508 10,688 171,000 3,491 185,179 4,560 10,925 8,960 14,820 39,265 11,709 6,793 73,625 6,650 8,336 5,985 113,098 2,280 1,710 2,090 5,225 11,305 602,930 1,500,438
82
RENCANA LOKASI SL-PTT TAHUN 2009 PROVINSI NAD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
KABUPATEN/KOTA SIMEULUE ACEH SINGKIL ACEH SELATAN ACEH TENGGARA ACEH TIMUR ACEH TENGAH ACEH BARAT ACEH BESAR PIDIE BIREUEN ACEH UTARA ACEH BARAT DAYA GAYO LUWES ACEH TAMIANG NAGAN RAYA ACEH JAYA BENER MERIAH PIDIE JAYA SABANG KOTA LANGSA LHOKSEUMAWE Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
7,450 1,300
5,500 5,000 6,050 3,000
1,000
29,300 7
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA BLBU JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 700 700 28 1,300 1,300 52 8,500 8,500 340 3,750 3,750 150 7,450 298 1,300 52 4,000 4,000 160 5,500 5,500 220 7,500 7,500 300 5,500 220 5,000 200 6,050 242 4,500 4,500 180 3,000 120 4,500 4,500 180 3,500 3,500 140 1,000 40 2,922 43,750 73,050 10 17 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL (Ha)
450
375 375
375
1,575 4
KEDELAI
UNIT SL LUAS SL (UNIT) (Ha) 30 500 1,000 25 1,500 25 1,000 25 1000 105 5,000 5
UNIT SL (UNIT) 50 100 150 100 100 500
83
PROVINSI SUMATERA UTARA No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
NIAS MADINA TAPANULI SELATAN TAPANULI TENGAH TAPANULI UTARA TOBA SAMOSIR LABUHAN BATU ASAHAN SIMALUNGUN DAIRI TANAH KARO DELI SERDANG LANGKAT NIAS SELATAN HUMBANG HASUNDUTAN PAK-PAK BARAT SERDANG BEDAGAI PADANG LAWAS Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
6,000 13,500
9,000
9,000 1,000 38,500 5
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 2,000 2,000 80 150 15 4,000 4,000 160 20 2 500 50 10,500 10,500 420 375 25 500 50 4,500 4,500 180 50 5 4,000 4,000 160 20 2 2,000 2,000 80 100 10 450 30 9,500 9,500 380 6,000 240 375 25 13,500 540 450 30 3,500 3,500 140 750 50 3,500 3,500 140 825 55 9,000 360 450 30 1,000 100 10,000 10,000 400 450 30 1,000 100 2,000 2,000 80 50 5 1,000 1,000 40 9,000 360 375 25 1,000 40 3,800 390 39 4,500 300 3,000 300 56,500 95,000 12 17 6 9 4
84
PROVINSI SUMATERA BARAT No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KEPULAUAN MENTAWAI PESISIR SELATAN SOLOK SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG TANAH DATAR PADANG PARIAMAN AGAM LIMA PULUH KOTO PASAMAN SOLOK SELATAN DHARMASRAYA PASAMAN BARAT KOTA PADANG SOLOK SAWAH LUNTO PADANG PANJANG BUKITTINGGI PAYAKUMBUH PARIAMAN Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 100
7,200 8,300 9,300 7,900 7,800
4,400
45,000 7
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA BLBU LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 100 4 7,800 7,800 312 9,500 9,500 380 2,800 2,800 112 7,200 288 8,300 332 9,300 372 7,900 316 7,800 312 3,200 3,200 128 1,700 1,700 68 4,400 176 2,800 25,000 70,000 5 12 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 375 300 150 675 0 0 0 0 0 0 1,500 4
(UNIT) 25 20 10 45 100
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT) -
-
-
85
PROVINSI RIAU No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA
KUANTAN SINGINGI INDRAGIRI HULU INDRAGIRI HILIR PELALAWAN SIAK KAMPAR ROKAN HULU BENGKALIS ROKAN HILIR PEKAN BARU DUMAI Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 400
1,000
3,500
4,900 3
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 400 16 2,300 2,300 92 1,000 1,000 40 1,300 1,300 52 1,000 40 8,000 8,000 320 16,000 16,000 640 3,500 140 1,500 1,500 60 1,400 30,100 35,000 6 9 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
500 500
50 50
1,000 2
100
86
PROVINSI JAMBI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KABUPATEN/KOTA KERINCI MERANGIN SAROLANGUN BATANG HARI MUARO JAMBI TANJAB TIMUR TANJAB BARAT TEBO BUNGO JAMBI Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 8,300
8,300 1
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 8,300 332 6,000 6,000 240 2,600 2,600 104 2,900 2,900 116 3,000 3,000 120 10,600 10,600 424 6,100 6,100 244 2,800 2,800 112 2,700 2,700 108 36,700 45,000 1,800 8 9 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
255
(UNIT)
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 500
50
500
50 50 100 50 -
17 500 1,000 500
270
18
525 2
35
(UNIT)
3,000 5
300
87
PROVINSI SUMATERA SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KABUPATEN/KOTA OKU OKI MUARA ENIM LAHAT MUSI RAWAS MUSI BANYUASIN BANYUASIN OKU SELATAN OKU TIMUR OGAN ILIR PALEMBANG PRABUMULIH PAGARALAM LUBUK LINGGAU EMPAT LAWANG Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 1,500 7,200 6,700
7,400
1,000 23,800 5
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 1,500 60.0 18,500 18,500 740.0 7,200 288.0 6,700 268.0 8,700 8,700 348.0 10,000 10,000 400.0 27,500 27,500 1,100.0 2,500 2,500 100.0 15,000 15,000 600.0 7,400 296.0 1,000 40.0 4,240 82,200 106,000 6 11 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
375 360 375
1,110 3
(UNIT) 25 24 25
74
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
500 500
1,000 2
(UNIT) 50 50 -
100
88
PROVINSI BENGKULU No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KABUPATEN/KOTA BENGKULU SELATAN REJANG LEBONG BENGKULU UTARA KAUR SELUMA MUKO MUKO Lebong Kepahiang BENGKULU Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 4,000
3,000 4,800
11,800 3
PADI NON HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) 4,000 160.0 3,800 3,800 152.0 8,000 8,000 320.0 3,000 120.0 4,800 192.0 4,000 4,000 160.0 2,800 2,800 112.0 2,600 2,600 104.0 1,320 21,200 33,000 5 8
PADI HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 375 600 1,275
750
-
-
3,000 4
(UNIT) 25 40 85 50 200
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT) -
89
PROVINSI LAMPUNG No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KABUPATEN/KOTA LAMPUNG BARAT TANGGAMUS LAMPUNG SELATAN LAMPUNG TIMUR LAMPUNG TENGAH LAMPUNG UTARA WAY KANAN TULANG BAWANG BANDAR LAMPUNG PESAWARAN METRO Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 7,000 13,000
11,800 5,000 36,800 4
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 6,000 6,000 240.0 600 60 7,000 280.0 600 60 750 50 13,000 520.0 750 75 1,500 100 400 40 12,700 12,700 508.0 1,500 100 18,000 18,000 720.0 750 75 1,125 75 400 40 5,000 5,000 200.0 900 60 200 20 6,500 6,500 260.0 900 60 11,800 472.0 900 60 5,000 200.0 300 30 750 50 3,400 3,000 300 8,325 555 1,000 100 48,200 85,000 5 9 5 8 3
90
PROVINSI BANGKA BELITUNG No
KABUPATEN/KOTA 1 2 3 4 5 6 7
BANGKA BELITUNG PANGKAL PINANG BANGKA SELATAN BELITUNG TIMUR BELITUNG TENGAH BELITUNG BARAT Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 100
100 1
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 1,100 1,100 44.0 100 4.0 1,600 1,600 64.0 200 200 8.0 2,900 3,000 120 3 4 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 100 100 4.0 100 100 4 1 1 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
(Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
-
(UNIT)
-
-
-
PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 1 2 3 4 5 6
KABUPATEN/KOTA KEPULAUAN RIAU KARIMUN NATUNA LINGGA BINTAN KOTA TJ. PINANG Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
-
(Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
91
PROVINSI JAWA BARAT No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KAB. BOGOR KAB. SUKABUMI KAB. CIANJUR KAB. BANDUNG KAB. GARUT KAB. TASIKMALAYA KAB. CIAMIS KAB. KUNINGAN KAB. CIREBON KAB. MAJALENGKA KAB. SUMEDANG KAB. INDRAMAYU KAB. SUBANG KAB. PURWAKARTA KAB. KARAWANG KAB. BEKASI KOTA BANJAR KAB.BANDUNG BARAT Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 15,200 18,000 13,700 12,600 14,000 8,500 8,700 12,200 14,000 9,000 11,000 8,000 1,000 6,300 152,200 14
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 8,000 8,000 320.0 15,200 608.0 500 50 600 40 500 50 18,000 720.0 250 25 1,500 150 11,200 11,200 448.0 500 50 600 40 13,700 548.0 250 25 600 40 1,500 150 12,600 504.0 250 25 450 30 14,000 560.0 250 25 450 30 500 50 8,500 340.0 250 25 8,700 348.0 250 25 12,600 12,600 504.0 250 25 600 40 1,000 100 12,200 488.0 250 25 450 30 14,000 560.0 250 25 12,000 12,000 480.0 250 25 9,000 360.0 250 25 300 20 11,000 440.0 500 50 8,000 320.0 1,000 40.0 150 10 6,300 252.0 250 25 300 20 7,840 4,500 450 4,500 300 5,000 500 43,800 196,000 4 18 15 10 5
92
PROVINSI JAWA TENGAH No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
KABUPATEN/KOTA CILACAP BANYUMAS PURBALINGGA BANJARNEGARA KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG BOYOLALI KLATEN SUKOHARJO WONOGIRI KARANGANYAR SRAGEN GROBOGAN BLORA REMBANG PATI KUDUS JEPARA DEMAK SEMARANG TEMANGGUNG KENDAL BATANG PEKALONGAN PEMALANG TEGAL BREBES Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 10,000 9,200 11,000
7,700 7,400 8,900 3,500 12,000 7,200 8,000 8,000 4,500 4,000 5,000
5,000 2,000 2,500 2,000 2,500 3,000 5,000 128,400 21
PADI NON HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) 10,000 400.0 9,000 9,000 360.0 9,200 368.0 9,000 9,000 360.0 11,000 440.0 8,500 8,500 340.0 3,300 3,300 132.0 7,700 308.0 7,400 296.0 8,900 356.0 3,500 140.0 12,000 480.0 7,200 288.0 8,000 320.0 8,000 320.0 4,500 180.0 4,000 160.0 5,000 200.0 3,000 3,000 120.0 2,800 2,800 112.0 5,000 200.0 2,000 80.0 3,000 3,000 120.0 2,500 100.0 2,000 80.0 2,500 100.0 3,000 120.0 3,000 3,000 120.0 5,000 200.0 41,600 170,000 6,800 8 29
PADI HIBRIDA UNIT SL LUAS SL (Ha)
600 400
260
600 450
600 450 3,360 7
(UNIT)
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
60 40 26 60 45 60 45 336
150 375 150 525 225 525 750 975 750 675 675 225 6,000 12
(UNIT) 10 25 10 35 15 35 50 65 50 45 45 15 400
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 2,000
2,000 2,000 3,000
2,500 2,000 2,000
2,000
2,500 20,000 9
(UNIT) 200 200 200 300 250 200 200 200 250 2,000
93
PROVINSI D.I.YOGYAKARTA No 1 2 3 4 5
KABUPATEN/KOTA KULON PROGO BANTUL GUNUNG KIDUL SLEMAN YOGYAKARTA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 13,500 16,000 15,500 45,000 3
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 13,500 540.0 100 10 300 20 1,000 100 16,000 640.0 300 30 300 20 1,000 100 30,000 30,000 1,200.0 100 10 795 53 2,000 200 15,500 620.0 250 25 105 7 30,000 75,000 3,000 750 75 1,500 100 4,000 400 1 4 4 4 3
94
PROVINSI JAWA TIMUR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
KABUPATEN/KOTA PACITAN PONOROGO TRENGGALEK TULUNGAGUNG BLITAR KEDIRI MALANG LUMAJANG JEMBER BANYUWANGI BONDOWOSO SITUBONDO PROBOLINGGO PASURUAN SIDOARJO MOJOKERTO JOMBANG NGANJUK MADIUN MAGETAN NGAWI BOJONEGORO TUBAN LAMONGAN GRESIK BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 4,000 3,300 3,300 5,600 6,600 3,300 7,000 4,000 3,300 6,100 3,300 6,000 4,000
3,300 5,300 5,500 4,000 6,100 2,700 1,500 1,500 1,300 1,000 92,000 23
PADI NON HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) 9,000 9,000 360.0 4,000 160.0 6,500 6,500 260.0 3,300 132.0 3,300 132.0 5,600 224.0 6,600 264.0 3,300 132.0 7,000 280.0 4,000 160.0 3,300 132.0 6,100 244.0 6,300 6,300 252.0 3,300 132.0 6,000 240.0 4,000 160.0 4,000 4,000 160.0 3,300 3,300 132.0 3,300 3,300 132.0 3,300 132.0 5,300 212.0 5,500 220.0 4,000 160.0 6,100 244.0 2,700 108.0 1,500 60.0 1,500 60.0 1,300 52.0 1,000 40.0 32,400 124,400 4,976 6 29
PADI HIBRIDA UNIT SL LUAS SL (Ha) 1,500 1,000 300 2,100
2,100 3,150 3,000 900
3,000
3,500 2,500 450 3,000 3,400 900
30,800 15
(UNIT) 150 100 30 210 210 315 300 90 300 350 250 45 300 340 90 3,080
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 750 750 1,005 1,500 1,005 1,500 1,500 990 2,250 1,500 1,875 14,625 11
(UNIT) 50 50 67 100 67 100 100 66 150 100 125 975
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 3,000
7,000 7,000
6,000
2,000 3,000
5,000 4,000
3,000 40,000 9
(UNIT) 300 700 700 600 200 300 500 400 300 4,000
95
PROVINSI BANTEN No 1 2 3 4 5 6
KABUPATEN/KOTA PANDEGLANG LEBAK TANGERANG SERANG TANGERANG CILEGON Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
15,500 20,500
36,000 2
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 25,000 25,000 1,000.0 19,000 19,000 760.0 15,500 620.0 20,500 820.0 44,000 80,000 3,200 2 4 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 3,500 3,500 140.0 11,600 11,600 464.0 5,000 5,000 200.0 6,300 252.0 2,500 100.0 2,000 80.0 3,100 3,100 124.0 5,000 5,000 200.0 1,000 1,000 40.0 29,200 40,000 1,600 6 9 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
(Ha) 300 150 9,990 5,010
15,450 2
(UNIT) 20 10 666 334 1,030
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 500 500
1,000 2
(UNIT) 50 50 100
PROVINSI BALI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KABUPATEN/KOTA JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANG ASEM BULELENG DENPASAR Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
6,300 2,500 2,000
10,800 3
(Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
96
PROVINSI NTB No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KABUPATEN/KOTA LOMBOK BARAT LOMBOK TENGAH LOMBOK TIMUR SUMBAWA DOMPU BIMA SUMBAWA BARAT MATARAM KOTA BIMA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 12,000 11,000 13,000 12,000
48,000 4
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 12,000 480.0 15,500 15,500 620.0 11,000 440.0 13,000 520.0 11,000 11,000 440.0 12,000 480.0 4,000 4,000 160.0 1,500 1,500 60.0 32,000 80,000 3,200 4 8 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 375 600 525 150 1,650 4
(UNIT) 25 40 35 10 110
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 3,000 2,000
2,000 3,000
10,000 4
(UNIT) 300 200 200 300 1,000
97
PROVINSI NTT No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KABUPATEN/KOTA SUMBA BARAT SUMBA TIMUR KUPANG TTS TTU BELU ALOR LEMBATA FLORES TIMUR SIKKA ENDE NGADA MANGGARAI ROTE NDAO MANGGARAI BARAT KOTA KUPANG Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
-
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 8,500 8,500 340.0 4,500 4,500 180.0 5,000 5,000 200.0 1,000 1,000 40.0 2,000 2,000 80.0 1,000 1,000 40.0 1,000 1,000 40.0 1,000 1,000 40.0 2,000 2,000 80.0 2,000 2,000 80.0 4,500 4,500 180.0 11,000 11,000 440.0 4,500 4,500 180.0 5,000 5,000 200.0 53,000 53,000 2,120 14 14 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 450 0 375 750 0 600 0 150 150 0 0 0 0 0 0 0 2,475 6
(UNIT) 30 25 50 40 10 10 165
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT) -
98
PROVINSI KALIMANTAN BARAT No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KABUPATEN/KOTA SAMBAS BENGKAYANG LANDAK PONTIANAK SANGGAU KETAPANG SINTANG KAPUAS HULU SEKADAU MELAWI PONTIANAK KOTA SINGKAWANG KAYONG UTARA KUBU RAYA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 19,100 5,500 10,800 14,500 10,900 5,200 4,000
6,000 76,000 8
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 19,100 764.0 5,500 220.0 10,800 432.0 14,500 580.0 5,300 5,300 212.0 10,900 436.0 5,200 208.0 4,000 160.0 2,000 2,000 80.0 2,700 2,700 108.0 1,500 1,500 60.0 6,000 240.0 3,500 11,500 87,500 4 12 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 750 225 225 -
300 1,500 4
(UNIT) 50 15 15 20 100
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT) -
-
-
99
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KABUPATEN/KOTA KOBAR KOTIM KAPUAS BARITO SELATAN BARITO UTARA SUKAMARA LAMANDAU SERUYAN KATINGAN PULANG PISAU GUNUNG MAS BARITO TIMUR MURUNG RAYA PALANGKA RAYA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
500 1,000 1,000
2,500 3
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 2,500 2,500 100.0 3,000 3,000 120.0 21,000 21,000 840.0 3,500 3,500 140.0 500 20.0 1,000 40.0 1,000 40.0 1,500 1,500 60.0 3,000 3,000 120.0 6,500 6,500 260.0 3,000 3,000 120.0 500 500 20.0 1,880 44,500 47,000 9 12 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
100
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
KABUPATEN/KOTA TANAH LAUT KOTA BARU BANJAR BARITO KUALA TAPIN HSS HST HSU TABALONG TANAH BUMBU BALANGAN BANJARMASIN BANJARBARU Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
8,000 7,400 5,900 5,300 4,100 6,800
37,500 6
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 10,600 10,600 424.0 6,500 6,500 260.0 12,000 12,000 480.0 15,000 15,000 600.0 11,400 11,400 456.0 8,000 320.0 7,400 296.0 5,900 236.0 5,300 212.0 4,100 164.0 6,800 272.0 3,720 55,500 93,000 5 11 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 1,350 450 0 0 1,800 2
(UNIT) 90 30 120
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha) 500
500
1,000 2
(UNIT) 50 50 100
101
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PASIR KUTAI BARAT KUTAI KARTANEGARA KUTAI TIMUR BERAU MALINAU BULUNGAN NUNUKAN PENAJAM PSR UTARA BALIKPAPAN SAMARINDA TARAKAN BONTANG Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
3,500 3,500 6,900 3,500 3,500
20,900 5
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 3,550 3,550 142.0 1,750 1,750 70.0 15,800 15,800 632.0 3,500 140.0 3,000 3,000 120.0 3,500 140.0 6,900 276.0 3,500 140.0 3,500 140.0 1,800 24,100 45,000 4 9 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
102
PROVINSI SULAWESI UTARA No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
BOLMONG MINAHASA SANGIHE TALAUD KEP. TALAUD MINAHASA SELATAN MINAHASA UTARA MANADO BITUNG TOMOHON MINAHASA TENGGARA BOLMONG UTARA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 5,200 200 3,600
1,000 1,000 11,000 5
PADI NON HIBRIDA BLBU JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) 26,300 26,300 1,052.0 5,200 208.0 200 8.0 7,700 7,700 308.0 3,600 144.0 1,000 40.0 1,000 40.0 34,000 45,000 1,800 2 7
PADI HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 350 350
400
1,100 3
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
(UNIT) 35 35 40 -
(Ha) 1,875 1,125 450 450 600
(UNIT) 125 75 30 30 40
110
4,500 5
300
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT) -
-
-
103
PROVINSI SULAWESI TENGAH No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BANGGAI KEPULAUAN BANGGAI MOROWALI POSO DONGGALA TOLITOLI BUOL PARIMO TOJO UNA-UNA PALU Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
10,000 4,500 13,600
28,100 3
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA BLBU LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 9,500 9,500 380.0 4,600 4,600 184.0 6,600 6,600 264.0 10,000 400.0 4,500 180.0 3,500 3,500 140.0 13,600 544.0 700 700 28.0 2,120 24,900 53,000 5 8 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 390 405 225 645 1,665 4
(UNIT) 26 27 15 43 111
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT) -
104
PROVINSI SULAWESI SELATAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
KABUPATEN/KOTA SELAYAR BULUKUMBA BANTAENG JENEPONTO TAKALAR GOWA SINJAI MAROS PANGKEP BARRU BONE SOPPENG WAJO SIDRAP PINRANG ENREKANG LUWU TANA TORAJA LUWU UTARA LUWU TIMUR UJUNG PANDANG PARE-PARE PALOPO Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 4,200
2,500 4,400 6,000 15,000 10,000 15,000 4,500 2,500 2,400
2,000 68,500 11
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 1,000 1,000 40.0 300 20 4,200 168.0 1,200 80 4,000 4,000 160.0 1,200 80 1,000 100 5,000 5,000 200.0 1,275 85 6,200 6,200 248.0 600 60 375 25 5,400 5,400 216.0 1,200 80 2,500 100.0 4,400 176.0 500 50 6,000 240.0 2,700 2,700 108.0 900 90 15,000 600.0 900 90 1,200 80 500 50 10,000 400.0 450 45 375 25 1,500 150 15,000 600.0 1,500 150 7,500 7,500 300.0 4,500 180.0 2,500 100.0 900 90 7,500 7,500 300.0 750 75 2,400 96.0 6,700 6,700 268.0 375 25 6,500 6,500 260.0 2,000 80.0 52,500 121,000 4,840 4,500 450 7,500 500 5,000 500 10 21 6 9 5
105
PROVINSI SULAWESI TENGGARA No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KABUPATEN/KOTA
BUTON MUNA KONAWE KOLAKA KONAWE SELATAN BOMBANA WAKATOBI KOLAKA UTARA KOTA KENDARI KOTA BAU-BAU Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 1,000 1,000
1,000 1,200
4,200 4
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 1,000 40.0 1,000 40.0 16,000 16,000 640.0 11,000 11,000 440.0 11,300 11,300 452.0 3,500 3,500 140.0 1,000 40.0 1,200 48.0 41,800 46,000 1,840 4 8 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 450 1,050
300
1,800 3
(UNIT) 30 70 20 120
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT) -
106
PROVINSI GORONTALO No
1 2 3 4 5 6
KABUPATEN/KOTA
BOALEMO GORONTALO POHUWATO BONE BOLANGO GORONTALO GORONTALO UTARA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 13,400
13,400 1
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JAGUNG HIBRIDA KEDELAI BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 3,800 3,800 152.0 1,125 75 13,400 536.0 800 80 1,500 100 3,000 3,000 120.0 800 80 1,875 125 1,800 1,800 72.0 1,000 1,000 40.0 920 1,600 160 4,500 300 9,600 23,000 4 5 2 3
PROVINSI SULAWESI BARAT No 1 2 3 4 5
KABUPATEN/KOTA POLEWALI MANDAR MAJENE MAMUJU MAMASA MAMUJU UTARA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 15,000 10,000
25,000 2
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 15,000 600.0 500 500 20.0 10,000 400.0 7,000 7,000 280.0 500 500 20.0 1,320 8,000 33,000 3 5 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
107
PROVINSI MALUKU No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8
M.TENGGARA BARAT MALUKU TENGGARA MALUKU TENGAH BURU KEPULAUAN ARU SERAM BAGIAN BARAT SERAM BAGIAN TIMUR AMBON Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) -
-
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 1,500 1,500 60.0 500 500 20.0 3,000 3,000 120.0 5,000 5,000 200.0 1,500 1,500 60.0 500 500 20.0 12,000 12,000 480 6 6 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL UNIT SL LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 500 20.0 900 36.0 750 30.0 850 34.0 6,000 6,000 240.0 360 6,000 9,000 1 5 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
(Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
-
(UNIT)
-
-
-
PROVINSI MALUKU UTARA No
KABUPATEN/KOTA
1 2 3 4 5 6 7 8
HALMAHERA BARAT HALMAHERA TENGAH KEPULAUAN SULA HALMAHERA SELATAN HALMAHERA UTARA HALMAHERA TIMUR TERNATE TIDORE KEPULAUAN Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 500 900 750 850
3,000 4
(Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
108
PROVINSI PAPUA No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KABUPATEN/KOTA
MERAUKE JAYAWIJAYA JAYAPURA NABIRE YAPEN WAROPEN BIAK NUMFOR PANIAI PUNCAK JAYA MIMIKA BOVEN DIGOEL MAPPI ASMAT YAHUKIMO PEGUNUNGAN BINTANG TOLIKARA SARMI KEEROM WAROPEN KOTA JAYAPURA Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
-
-
PADI NON HIBRIDA PADI HIBRIDA BLBU LUAS SL UNIT SL JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) (Ha) (UNIT) 14,900 14,900 596.0 400 400 16.0 700 700 28.0 150 150 6.0 100 100 4.0 300 300 12.0 200 200 8.0 800 800 32.0 17,550 17,550 702 8 8 -
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
(UNIT)
-
-
-
109
PROVINSI PAPUA BARAT No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KABUPATEN/KOTA
FAK-FAK KAB SORONG MANOKWARI KAIMANA SORONG SELATAN RAJA AMPAT TELUK BINTUNI TELUK WONDAMA SORONG Jumlah Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha)
-
PADI NON HIBRIDA BLBU JUMLAH LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT) 2,900 2,900 116.0 2,100 2,100 84.0 300 300 12.0 100 100 4.0 5,400 5,400 216 4 4
PADI HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
PADI NON HIBRIDA JUMLAH BLBU LUAS SL LUAS SL UNIT SL (Ha) (Ha) (UNIT)
PADI HIBRIDA LUAS SL UNIT SL
(Ha)
(UNIT)
-
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha)
-
-
(UNIT)
-
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
-
-
-
-
-
JUMLAH NASIONAL No
KABUPATEN/KOTA
NASIONAL
Jumlah Kab/Kota
SEKTORAL LUAS SL (Ha) 1,001,000
1,000,000
158
175
2,001,000
(Ha)
(UNIT)
80,040
50,000
333
63
5,000
JAGUNG HIBRIDA LUAS SL UNIT SL (Ha) 90,000
113
(UNIT) 6,000
KEDELAI LUAS SL UNIT SL (Ha)
(UNIT)
100,000
10,000
60
110