Kalimantan adalah penghasil minyak dan gas bumi utama Indonesia
Kondisi Saat Ini Migas merupakan salah satu sektor yang paling berkontribusi terhadap PDB Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2000-an, produksi minyak bumi Indonesia telah mengalami penurunan. Bahkan, Kalimantan sebagai salah satu penyumbang terbesar untuk minyak dan gas Indonesia juga diproyeksikan akan mengalami penurunan produksi. Beberapa wilayahyang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai klaster industri berbasis migas, yaitu:Bontang di Kalimantan, Tuban dan dan Gresik di Jawa Timur, Cilegon di Banten, serta Klaster Industri Tangguh di Papua. Klaster Industri Bontang merupakan kawasan industri yang memiliki infrastruktur yang cukup memadai. Saat ini, sebagian besar gas bumi dari kawasan ini masih dalam orientasi ekspor dalam bentuk gas. Namun dengan akan berakhirnya masa berlaku kontrak dengan LNG, terdapat peluang untuk memanfaatkan gas bumi di wilayah ini lebih lanjut kepada industri berbasis migas, seperti asetic acid, dimethyl eter, metanol, amonia dan urea. Di Cilegon, pengembangan industri migas belum terintegrasi antara penyulingan (refinery) dan petrokimia, dan bahan baku nafta 100 % masih impor. Selain itu, klaster industri di kawasan ini juga masih terkendala pembebasan lahan di Banten. Namun dengan dukungan infrastruktur yang cukup memadai dan adanya kepastian kerjasama Pemerintah Iran dengan Indonesia membangun kilang Banten dan MoU antara Kuwait dan Pertamina dalam rencana pembangunan kilang Balongan untuk BBM dan nafta, diharapkan agar kawasan ini dapat menyerap nilai investasi besar untu penyulingan sebesar US$ 24 milyar dan olefin (1 juta ton base on nafta) sebesar US$ 2 milyar.
PDRB pertambanganmigas Indonesia (RpTriliun), 2006 15.7 200 13.5 53.0 8% 6.9% 150 27% 114.3
PDRB manufaktur migas Indonesia (Rp Triliun), 2006 196.6
150
9.4%
40.2 100
17.1%
100
50
139.0
13.1 23.7
62.0 58.2%
28.9%
50
100.0%
100.0% 44.6%
0
Koridor Sumatera
Koridor Jawa
Koridor Kalimantan
0
INDONESIA
Koridor Koridor INDONESIA Kalimantan Sumatera Indonesia Koridor lainnya Jawa
Indonesia lainnya
Sumber: Badan Pusat Statistik
PSC Indonesia saat ini masih relatif kurang menarik dibanding negara lain Ranking Stabilitas dan Daya Tarik PSC Global Stabilitas 5
Canada (Newfoundland & Labrador)
Faroe Islands Norway Australia Brunei Malaysia United Arab Emirates Papua New Guinea New Zealand Iraq Sudan Oman Colombia Angola Indonesia Greenland Mexico Qatar Brazil USA (Gulf Coast) Nigeria Libya Saudi Arabia
4
3
2
Russia
China Algeria Venezuela
Ecuador United Kingdom
Bolivia 1
0 0
1
Non-OPEC Sumber: WoodMac Report
2
3
OPEC
4
5
Indonesia
56
Di Klaster Industri Tuban dan Gresik, bahan baku PT. PKG diperoleh dari ladang gas di sekitar Jawa Timur. Sedangkan untuk PT. TPPI, bahan baku berupa kondensat diperoleh dari lapangan minyak Kalimantan Timur dan impor. Bahan baku untuk PT. PKG diangkut melalui jaringan pipa sedangkan PT. TPPI diangkut dengan kargo. Namun demikian, pengangkutan bahan baku PT.TPPI tersebut terkendalan oleh masalah kabotase. Oleh karena itu, sedang diusahakan produksi kondensat dalam negeri dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan PT. TPPI.
3. Perkilangan: Mempertahankan kapasitas yang ada Saat ini kapasitas kilang yang ada atau yang direncakan diproyeksikan untuk sudah mencukupi untuk konsumsi di Indonesa. Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan adalah mempertahankan kapasitas yang sudah direncanakan dan meningkatkan mutu operasional.
Pengembangan Klaster Industri Berbasis Migas di Tangguh dipusatkan di kawasan LNG Tangguh yang merupakan klaster industri Berbasis C1. Saat ini baru terdapat dua kilang LNG dan dapat dikembangkan menjadi empat LNG. Selain itu Cadangan Gas Bumi dialokaasikan untuk pengembangn industri Petrokima berbasis C1, Amoniak dan Methanol.
Saat ini sebagian besar gas masih berorientasi ekspor untuk memenuhi kontrak penjualan jangka panjang yang menyebabkan nilai jual yang diperoleh sangat rendah. Melalui pengembangan industri petrokimia akan menimbulkan terjadinya peningkatan nilai tambah bagi industri di wilayah Papua.
Strategi dan Arahan Mendatang
Meskipun ekspor gas mentah terus dilakukan, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri petrokimia masih mengandalkan impor berupa naphta dan kondensat. Hal tersebut menyebabkan harga bahan baku relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga pasaran regional sehingga menurunkan daya tarik bagi para investor.
1. Hulu: Mendorong eksplorasi untuk menemukan cadangan baru Menurunnya produksi migas disebabkan terutama karena rendahnya tingkat eksplorasi dan penemuan cadangan baru. Saat ini, tingkat eksplorasi tergolong rendah sebab kontrak konsesi (PSC) migas di Indonesia dinilai tidak cukup menarik, terutama dibandingkan dengan negara penghasil migas lain. Untuk menjaga produksi migas yang stabil, pemerintah perlu meningkatkan daya tarik kontrak konsesi migas di Indonesia, terutama karena cadangan migas yang baru cenderung berada di lokasi yang menantang, seperti di laut dalam. 2. Meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi Pasokan gas yang dimiliki Papua saat ini sebesar 638 MMSCFD dimana 273 MMSCFD dapat dimanfaatkan untuk industri amoniak dan methanol serta turunannya merupakan peluang yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri. Penggunaan gas bumi sebagai sumber bahan baku secara optimal dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku dan energi untuk kegiatan-kegiatan industri terkait maupun untuk kegiatan industri lainnya.
4.Meningkatkan Nilai Tambah Industri Petrokimia
5. Meningkatkan integrasi industri petrokimia hulu dengan industri migas Pengembangan industri petrokimia hulu dengan bahan baku naphta dan kondensat perlu diintegrasikan dengan pengolahan migas yang dapat menjamin pasokan bahan baku.
Target Peningkatan Nilai Pengembangan koridor di Kalimantan berpotensi untuk meningkatkan nilai sektor migas secara signifikan sebesar 1.3 milyar USD, yang utamanya didapatkan melalui fokus pada industri hulu rantai nilai produksi sektor ini. Sementara itu, kapasitas produksi olefin dan aromatik masih bisa meningkat 50% melalui pengembangan kilang Tanggung di Papua.
57
Katalisator (Enabling Growth) 1.Menawarkan Kontrak PSC yang Lebih Menarik Beberapa kontrak PSC yang dapat ditawarkan, yaitu: – Menaikkan batas cost recovery – Menawarkan persentase bagian pemerintah yang lebih rendah – Menawarkan Kewajiban Pasar Domestik yang lebih ringan 2. Memberikan insentif investasi Insentif investasi termasuk kemudahan berinvestasi diperlukan untuk membangun industri terutama di wilayah Timur Indonesia yang belum menarik karena jauh dari wilayah pasar dan daya dukung infrastruktur dan energi
2. Perampingan Peraturan Perampingan peraturan dan pembentukan badan pengaturan yang bertujuan untuk mempersingkat proses dan mengeliminasi peraturanperaturan yang saling tumpang tindih yang menimbulkan ketidakjelasan serta mengeliminasi tahapan proses yang dapat mengakibatkan hambatan dalam proyek. 3. Deregulasi harga dan pengurangan subsidi Subsidi dan non-deregulasi harga menyebabkan adanya ketidakseimbangan harga (ekspor vs. domestik), Oleh karena itu, keseimbangan harga harus dicapai sedikit-demi-sedikit dan perlu dilakukan deregulasi secara bertahap dan memperhatikan dampak ke kesejahteraan rakyat. 4. Mendorong terbentuknya cluster industri berbasis migas yang terintegrasi (petrochemical complex) Perlu dikembangkan suatu kawasan industri berbasis petrokimia yang mendukung pengembangan industri pupuk urea di wilayah Timur Indonesia. Dalam rangka pembangunan kawasan industri tersebut, Pemerintah dapat melakukan penyusunan Pre Feasibility Study industri petrokimia dan penyusunan Feasibility Study pembangunan investasi pertrokimia di Tangguh. Dengan dilaksanakannya strategi pengembangan dan pemanfaatan produk-produk turunan dari migas (oil and gas refineries), maka dapat dikembangkan ke arah Kawasan Ekonomi Khusus. Terutama untuk daerah-daerah yang telah memproduksi produk-produk petrokimia 5. Meningkatkan pemanfaatan SDA lokal Sumber daya alam lokal yang sebagian besar masih diekspor dalam bentuk gas seyogyanya dapat digunakan sebagai bahan baku industri dalam negeri.
Kebutuhan Infrastruktur Saat ini, tidak ada kebutuhan mendesak untuk peningkatan infrastruktur dalam menunjang pengembangan sektor ini, namun diindikasikan kebutuhan mendatang akan pembangunan pelabuhan, pembangkitan listrik, serta pelebaran jalan.
58
Pariwisata Prospek Sektor
Bali adalah destinasi utama penerbangan asing ke Indonesia
Juml. kedatangan wisman melalui udara (juta), 2006 4
2.8 juta
2
Pariwisata adalah salah satu industri jasa yang paling menjanjikan, yang menghasilkan 45% lebih dari 10% pendapatan dunia, baik secara 0 Bali Lainnya Total langsung, seperti hotel dan restoran; maupun tidak langsung yang merupakan imbas dari Sumber: BPS pembangunan pariwisata, misalnya usaha Koridor Bali-Nusa Tenggara menghasilkan konstruksi dan jasa-jasa. >20% pendapatan perhotelan nasional
Kondisi Saat Ini Perkembangan pariwisata di Indonesia menunjukkan peningkatan yang stabil dengan persentase 4% per tahun, dengan angka kedatangan pengunjung hampir mencapai 6.5 juta pada tahun 2009. Di antara lokasi-lokasi wisata di Indonesia, Bali dan NTB adalah lokasi yang paling terkenal dan paling banyak dikunjungi. Bila dilihat dari angka kedatangan turis mancanegara lewat jalur penerbangan, Bali mendapatkan hampir separuh jumlah kedatangan nasional. Dilihat dari segi jumlah akomodasi, hampir 20% kapasitas hotel nasional ada di dua provinsi tersebut. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan Bali sebagai koridor pariwisata. Produk unggulan sektor pariwisata koridor adalah wisata pantai (Bali, Lombok), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali,
PDRB sektor perhotelan (Rp milyar), 2006 15.000
Rp 12.9 triliun
10.000 5.000 0
5%
2%
Sumber: BPS
26% Bali
NTB
Jatim Lainnya Total
Lombok), dan wisata satwa langka (Pulau Komodo). Pada tahun 2009, Bali terpilih sebagai “world’s best island” versi Travel and Leisure.
Strategi dan Arahan Mendatang 1. Meningkatkan jumlah kunjungan Salah satu kendala terbesar pariwisata koridor adalah penurunan jumlah wisatawan akibat masalah keamanan, seperti kejadian bom Bali. Salah satu strategi yang sangat perlu untuk dilaksanakan oleh pemerintah adalah meningkatkan keamanan, terutama di daerah-daerah padat wisata.
59
Peningkatan pemasaran yang terpadu juga akan sangat berperan, bukan hanya untuk menarik wisatawanwisatawan baru, tetapi juga untuk menaikkan kembali pamor Bali di mata dunia internasional. Selain itu, Pemerintah perlu menetapkan Bali sebagai gerbang pariwisata nasional, yang akan meningkatkan penyebaran kunjungan wisata ke daerah-daerah di luar selatan Bali, baik dalam Pulau Bali maupun daerah-daerah dalam satu jam radius terbang dari Bali, seperti Lombok, Jatim, Pulau Komodo, dan Yogyakarta. Penyebaran daerah wisata juga diharapkan akan meningkatkan kenyamanan tinggal para wisatawan dan dengan sendirinya memperbesar tingkat kepuasan pengunjung. 2. Meningkatkan Jumlah Belanja per Kunjungan Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan sektor pariwisata Bali adalah dengan mengembangkan pasaran cruise atau wisata pesiar. Kondisi Indonesia sebagai negara bahari dan posisi Bali sebagai pintu gerbang pariwisata nasional adalah dua kekuatan utama yang harus dimanfaatkan untuk memacu laju wisata pesiar di Indonesia.
Target Peningkatan Nilai Pengembangan koridor ekonomi di Bali berpotensi untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari 6.7 milyar USD menjadi 8.7 milyar USD. Potensi ini akan didapatkan terutama dari strategi peningkatan belanja turis di koridor ini.
Koridor Bali – Nusa Tenggara
60
Katalisator (Enabling Growth) Beberapa inisiatif yang dapat dikembangkan mengembangkan Sektor Pariwisata di Koridor Bali, yaitu:
Kebutuhan Infrastruktur untuk
Infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan sektor pariwisata di Koridor Bali, yaitu :
1. Meningkatkan ketersediaan jalur-jalur penerbangan
1.Peningkatan infrastruktur bandara, pelabuhan, dan sarana jalan.
Yaitu dengan menambah dan mempermudah jaluh penerbangan dari negara-negara berpotensi turis terbanyak, antara lain: Eropa barat, India, Cina, & Rusia. Kemudian dengan memperbanyak jalur penerbangan antara Bali, NTB, NTT, dan Jatim.
2.Saat ini, Bandar Udara Ngurah Rai telah mengalami kondisi yang sangat padat sehingga perlu peningkatan kapasitas yang signifikan, bahkan juga diperlukan membangun bandar udara baru berskala internasional.
2. Menggalakkan kampanye pemasaran yang lebih terarah
3.Pembangunan pelabuhan mengembangkan wisata pesiar
Yaitu dengan menyesuaikan pesan pemasaran dengan keadaan pasar tujuan. Contoh-contoh pesan pemasaran: "Bali plus NTB", "senior tourism", dan "MICE" (Meetings, Incentives, Conferences, and Events). 3. Meningkatkan keamanan
kapal
pesiar
untuk
4.Peningkatan kapasitas penyediaan listrik 5.Peningkatkan sarana jalan antara bagian timur, selatan, dan barat Bali, sehingga dapat lebih banyak menghidupkan simpul-simpul industri pariwisata di koridor tersebut.
Usaha meningkatkan keamanan perlu dilaksanakan melalui dua arahan: (1) meningkatkan pengaman terhadap ancaman teroris, (2) melaksanakan image management secara aktif di luar negeri, terutama di Australia. 4. Melanjutkan perbaikan iklim investasi Melanjutkan usaha perbaikan iklim investasi untuk menaikkan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri.
61
Perikanan Prospek Sektor Indonesia memiliki kedudukan penting di sektor perikanan. Dengan kekayaan laut yang berlimpah, saat ini pertumbuhan produksi makanan laut mencapai 7% per tahun. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai produsen makanan laut terbesar di Asia Tenggara. Peran Hasil perikanan dan kelautan banyak diproduksi di NTB, Bali, Jawa Timur dan Sulawesi.
Hasil perikanan dan kelautan adalah salah satu komoditi ekspor Persentase ekspor (%), 2008 100 Lain-lain
5
50
Kondisi Saat Ini
1. Meningkatkan Produktivitas Nelayan Meningkatkan produktivitas produsen (nelayan) dan pengolahan kecil melalui: a.Pelatihan dan penyuluhan b.Pengadaan modal c.Alih teknologi tepat guna Sektor perikanan dan kelautan di Bali-Nusa Tenggara masih terhitung belum terlalu berkembang. Menurut estimasi Bank Indonesia, pada saat ini perikanan di Bali-Nusa Tenggara hanya menggunakan kurang dari 30% potensi kelautan. Peningkatan produktivitas hasil kelautan harus dikembangkan bukan hanya melalui penangkapan, tapi juga terutama melalui pengembangan budidaya.
Perikanan & kelautan Manufaktur
Sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara nonmigas cukup besar bersama sektor kehutanan dan perkebunan. Laju pertumbuhan kontribusi sektor perikanan terhadap PDB pertanian rata-rata naik 5% per tahun dan terhadap PDB nasional tanpa migas11% per tahun sejak 2005.
Strategi dan Arahan Mendatang
63
20
0 Jatim1
NTB1
Bali
1: Tidak termasuk sektor pertambangan Sumber: BPS
Produksi makanan laut dunia terus meningkat Produksi makanan laut (juta ton)
Populasi dunia (juta)
8.000
160
6.000 150
4.000 2.000
140
0
0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: FAO
62
2. Meningkatkan Produksi Nilai Tambah Produk
Koridor Sulawesi
Untuk industri perikanan, peningkatan nilai tambah dapat dilakukan dengan memberikan subsidi konversi lahan untuk tambak udang, dan meningkatkan aktivitas pengolahan rumput laut. 3. Menjamin Kelangsungan Produksi Industri perikanan memiliki resiko penangkapan ikan berlebih, oleh karenanya perlu ada pengaturan dan pengawasan yang lebih ketat mengenai aktivitas penangkapan ikan. Perlu juga diberikan pendidikan kepada nelayan untuk memastikan penggunaan metode penangkapan yang lebih baik.
Target Peningkatan Nilai Terdapat potensi peningkatan nilai dari pengembangan sektor perikanan yaitu tambahan sebesar $0.69 milyar (hanya di Sulawesi) dari kondisi saat ini. Potensi peningkatan nilai tersebut terutama berasal dari pengembangan industri hulu dan peningkatan hasil produksi budidaya udang. Disamping itu peningkatan pemanfaatan potensi laut di Bali-NTB perlu ditingkatkan dari saat ini yang baru mencapai 30% saja.
Katalisator (Enabling Growth) Untuk mencapai target peningkatan nilai tersebut, dibutuhkan beberapa dukungan pemerintah dalam bentuk non-infrastruktur (Katalisator) sebagai berikut: 1. Menyediakan Pendidikan dan Pelatihan Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produsi sektor perikanan. Salah satunya adalah pemberian pendidikan lewat sekolah seperti BIMAS bagi petani dan nelayan, contohnya teknik panen produk laut, pentingnya produk nilai tambah untuk nelayan, dan teknik pengawetan hasil laut.
Koridor Bali – Nusa Tenggara 63
2. Menyediakan Bantuan Finansial
Kebutuhan Infrastruktur
Adanya bantuan akses keuangan (contoh program PUAP di bawah PNPM-Mandiri) untuk membeli alat pertanian seperti alat penangkapan ikan maupun modal untuk pertanian hasil laut
Kebutuhan infrastruktur yang mendesak adalah :
4. Perbaikan Sistem Lisensi untuk Perikanan Laut dan Darat Pengaturan dan pengawasan yang lebih ketat mengenai aktivitas penangkapan ikan seperti proses pembaharuan lisensi, tipe alat yang digunakan, serta penggunaan akreditasi untuk pengolahan bahan makanan laut. 5. Mendirikan Badan Industri
1.Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar, Manado, Lombok dan Kupang 2.Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pusat perdagangan regional. 3.Fasilitas penyimpanan hasil laut , baik di tempat-tempat pelelangan maupun di pusat-pusat perdagangan 4.Peningkatan kapasitas penyediaan energi .
Badan industri akan berguna untuk mengkoordinasikan beberapa program untuk meningkatkan produktivitas pangan, perkebunan, dan perikanan 6. Menanggulangi masalah lingkungan hidup Menanggulangi masalah-masalah lingkungan yang dapat mengganggu produktivitas sektor perikanan. Mencegah penambahan kerusakan dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan hidup dan dengan menciptakan peraturan-peraturan yang mendukung. 7. Mendorong pelaksanaan program minapolitan yang telah dirancang oleh pemerintah Untuk itu perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah baik dalam hal penyuluhan dan perijinan terutama jika ada pihak swasta yang berminat untuk mengembangkan kawasan minapoliatn yang pada akhirnya dapat saja dikembangkan sebagai KEK.
64
Food Estate
Koridor Papua
Rationale Indonesia ingin menjadi salah satu negara pengekspor pangan seperti beras, jagung. Tidak tanggung-tanggung, untuk meraup target itu, investor besar didorong untuk masuk ke sana. Food Estate merupakan konsep pengembangan produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, bahkan peternakan yang berada di suatu kawasan lahan yang sangat luas. Secara sederhana konsep food estate layaknya perkampungan industri pangan. Pengembangan food estate bertujuan untuk: a.Penambahan stok makanan pokok (beras sebesar 1.95 juta ton, tapioka sebesar 2.02 juta ton, kedele by 167 ribu ton, 64 ribu ekor sapi, gula sebesar 2.5 juta ton and kelapa sawit sebesar 937 ribu ton). b.Dapa t mengekspor surplus stok bahan makanan pokok. c.Penyediaan lapangan kerja pada sektor pertanian sebesar 44.900 orang. d.Peningkatan pendapatan masyarakat lokal minimal sebesar US$ 3,500 per rumah tangga per tahun. e.Penghematan devisa melalui pengurangan impor makanan minimal sebesar Rp 481 milliar (sekitar US$ 48 million).
Visi Mewujudkan Merauke sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Target Pengembangan food estate atau yang disebut Merauke Integrated Food Energy Estate merupakan proyek dengan target investasi senilai US$4,37 miliar.
65
Strategi Pengembangan food estate tidak hanya berorientasi pada kebutuhan pasar, tetapi perlu mempertimbangkan juga potensi termasuk kondsi dan keterbatasan yang ada, baik peraturan perundangan, adat setempat dan juga kemampuan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan swasta dalam upaya pengembangan food estate.
2. Percepatan proses pelepasan kawasan hutan untuk food estate dengan tetap memperhatikan kesepakatan Kopenhagen dan keberadaan lahan gambut.
Kebutuhan Infrastruktur 1. Pembukaan akses jalan menuju pusat pelayanan dan koleksi produksi pertanian.
Beberapa langkah strategi yang diperlukan, antara lain:
2. Pembangunan pelabuhan sebagai fasilita angkut distribusi.
1.Pengembangan yang tidak terbatas pada satu komoditi, melainkan mengembangkan kawasan pertanian tebu, kedelai, jagung dan kelapa sawit serta bio-fuel.
3. Pembangunan jaringan irigasi dan energi listrik.
2.Pengembangan sistem jaringan reklamasi rawa. 3.Pemeliharaan dan pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk kebutuhan pertanian. 4.Mendorong pengembangan pusat pelayanan dan pusat koleksidistribusi produksi pertanian. 5.Pengembangan lahan Food Estate secara bertahap: a.Pengembangan MIFEE tahap awal (non gambut) seluas +/741.194 Ha b.Pengembangan MIFEE tahap berikutnya (gambut kurang dari 100 cm) seluas +/- 409.424 Ha dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap kondisi gambut c.Total areal yang direncanakan untuk pengembangan MIFEE seluas +/- 1.150.618 Ha
Katalisator 1.Penyelesaian Peraturan Pendukung, seperti peraturan RTRW (penetapan kluster food estate), KEK, Perijinan Pengusahaan Tanaman, Pedoman perijinan Investasi, Pedoman Kerjasama Kemitraan.
66
Makanan - Minuman Prospek Sektor Industri pangan merupakan industri yang tidak akan pernah mati, dan akan terus bertumbuh dengan pesat setiap tahunnya. Baik untuk komoditas bahan baku maupun olahan, permintaan akan pangan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk. Industri makanan dan minuman, contohnya, diproyeksikan akan tumbuh sebesar 11% pada tahun 2008 – 2013. Industri minuman tumbuh lebih tinggi 15% sedangkan makanan sebesar 9%.
Kondisi Saat Ini Indonesia merupakan salah satu negara produsen beras tebesar di dunia, setelah Cina dan India. Sebagian besar produksi beras nasional diperuntukkan bagi kebutuhan domestik, yaitu untuk mencapai swasembada pangan. Di sektor perkebunan, Indonesia juga merupakan produsen kelapa terbesar dunia, eksportir kedua untuk minyak kelapa, dan merupakan produsen kedua terbesar untuk kakao. Koridor yang memiliki potensi adalah Jawa, Sulawesi, dan Bali-Nusa Tenggara. Koridor Sulawesi merupakan koridor yang kaya akan hasil perkebunan yang sangat penting untuk industri pangan di Indonesia. Produk unggulan pangan koridor ini yaitu kakao, kelapa, jagung, dan padi. Koridor Jawa memiliki potensi besar untuk industri pangan yang bersifat olahan atau manufaktur. Pada tahun 2004-2008, industri makanan dan minuman di Jawa tumbuh dengan rata-rata 15% per tahun. Koridor Bali merupakan salah satu sentra penghasil beras di Indonesia, dengan produksi mencapai lebih dari 3 juta ton per tahun atau mencapai 6% produksi beras nasional. Tingkat produktivitas pertanian koridor ini di atas rata-rata nasional, yaitu 5.5 ton/ha. Selain itu, di koridor ini juga terdapat kegiatan peternakan.
Strategi dan Arahan Mendatang 1. Pemenuhan Permintaan Domestik Pasar bahan makanan domestik diproyeksikan akan semakin kuat ke depan. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk memfokuskan penghilangan "bottleneck" yang dapat menghambat perkembangan industri bahan makanan agar dapat mengoptimalkan potensi pasar domestik. Beberapa cara yang bisa ditempuh untuk memperbaiki kondisi ini yaitu: • Meningkatkan jaringan distribusi yang dapat menyentuh daerah-daerah yang lebih terpencil untuk memperoleh jangkauan lebih jauh. • Mengintegrasikan industri bahan makanan sepanjang nilai rantai dari hulu ke hilir. Integrasi akan mendukung pertumbuhan sektor bahan makanan secara menyeluruh. • Mengembangkan kemampuan manajerial untuk pengelolaan dan pertumbuhan usaha yang bergerak di bidang industri bahan makanan.
Industri makanan dan minuman masih diharapkan untuk tumbuh pesat Milyar US$ Minuman +15%
+11%
Makanan+9%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS
67
2. Mengembangkan ekspor untuk produk dengan nilai tambah tinggi dan produk asli Indonesia Daerah Koridor Jawa memiliki potensi untuk memproduksi beberapa produk bernilai tinggi, contohnya biskuit. Produk bernilai tinggi ini memiliki potensi lebih besar untuk diekspor daripada produk bernilai rendah. Oleh karena itu Koridor Jawa perlu mengembangkan produk makanan dengan nilai tambah tinggi untuk diekspor. Indonesia memiliki keunggulan kompetitif di sektor pertanian. Pengembangan produk semacam ini akan dapat menciptakan produk unggulan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Namun untuk merealisasikan hal tersebut, perlu penciptaan branding yang kuat pada produk-produk pertanian, seperti halnya durian monthong oleh Thailand dan jeruk Sunkist oleh Amerika. Selain itu, dapat dilakukan pemberian insentif ekspor nilai tambah dan pengurangan biaya impor untuk bahan dan mesin pengolahan.
Koridor Jawa
Koridor Sulawesi
Koridor Bali – Nusa Tenggara 68
3. Meningkatkan Produktivitas Beberapa strategi yang perlu dilakukan untuk peningkatan produktivitas sektor pangan, yaitu: Pertama, peningkatan produktivitas melalui penggunaan teknologi (irigasi dan traktor) yang tepat guna, keberadaan pupuk dan bibit yang berkualitas, serta peningkatan pengetahuan petani. Kedua, mengurangi kehilangan pasca panen melalui peningkatan kualitas penyimpanan, pengembangan mekanisme pembelian yang efektif, dan perbaikan akses jalan untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang.
Target Peningkatan Nilai Di koridor Jawa, diproyeksi bahwa penambahan nilai untuk industri makanan dan minuman mencapai 11 milyar USD atau tumbuh 6.1% pada tahun 2030. Sedangkan di Sulawesi, potensi peningkatan sektor perkebunan sebesar 650 juta USD dan untuk pengembangan industri hulu dan hilir kakao meningkatkan nilai sebesar 1.9-2.1 milyar USD. Adapun di Koridor Bali, dengan kendala pada keterbatasan lahan, maka potensi peningkatan sebesar 160 – 270 juta USD.
Katalisator (Enabling Growth) Meningkatkan integritas dan wawasan mengenai sistem hukum Merupakan faktor utama untuk menarik perusahaan multinasional asing ke Indonesia dan meningkatkan kepercayaan untuk mengelola lingkungan. Hal ini disebabkan saat ini, Ketidakpastian hukum masih banyak terjadi dan ini menimbulkan hambatan tersendiri pada industri pangan di hilir. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan Dalam jangka panjang, pendidikan menengah, tersier, dan kejuruan dibutuhkan untuk dapat mengembangkan bakat-bakat sumber daya lokal dengan kemampuan manajerial. Menarik tenaga kerja terampil asing Dalam jangka pendek, perusahaan Indonesia harus dapat mengimpor tenaga asing yang kemampuannya belum dapat dipenuhi oleh sumber daya lokal terutama untuk industri manufaktur pangan.
Membantu Akses Keuangan Yaitu berupa dukungan untuk membeli peralatan pertanian. Perlu ada lembaga yang aktif seperti PNPM Mandiri yang dapat bergerak aktif membantu petani kecil, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada tengkulak Mendirikan Badan Industri Badan industri sangat bermanfaat untuk mengkoordinasikan beberapa program yang dapat meningkatkan produktivitas pangan dan perkebunan. Subsidi untuk Penanaman Kembali Dibutuhkan waktu sekitar 3-4 tahun untuk kakao dan 5 tahun untuk kelapa untuk panen, sehingga dibutuhkan biaya besar terutama bagi petani kecil. Pemerintah dapat memberikan subsidi sehingga penamanan kembali dapat menarik bagi mereka. Menanggulangi masalah lingkungan hidup Yaitu menanggulangi kerusakan lingkungan dengan cara reboisasi dan konservasi sumber air dan mencegah penambahan kerusakan dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan hidup dan dengan menciptakan peraturan-peraturan yang mendukung.
Kebutuhan Infrastruktur Kebutuhan infrastruktur guna mendukung pengembangan industri pangan di Indonesia, yaitu : 1.Peningkatan pelabuhan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar dan Manado. 2.Peningkatan akses antar pusat ekonomi melalui jalan tol di Jawa, antar pusat-pusat pertanian dan perkebunan di Sulawesi dan Bali. Dengan 3.Peningkatan irigasi teknis di beberapa wilayah strategis pertanian dan perkebunan, yaitu di Sulawesi dan Bali 4.Peningkatan kapasitas pembangkit listrik di Jawa 5.Gudang BULOG dan instalasi pengolahan kelapa berintegrasi tinggi di Sulawesi dan Bali.
69
Tekstil Prospek Sektor Sektor tekstil terdiri dari produksi serat, benang, kain, dan pakaian. Termasuk juga di dalamnya adalah produksi alas kaki dan aksesoris yang berhubungan dengan tekstil. Sektor ini merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, yaitu sekitar 1.2 juta orang. Sedangkan sektor lain yang berhubungan dengan tekstil mampu menyerap hingga 3.5 juta orang. Oleh karena itu industri tekstil adalah salah satu sektor strategis yang secara signifikan menyerap tenaga kerja di Indonesia. Garmen merupakan bagian dari rantai produksi tekstil yang paling banyak membutuhkan tenaga buruh. Sehingga, proporsi penyerapan tenaga kerja di segmen ini merupakan yang terbesar yaitu sekitar 676,600 pekerja. Pemain industri mayoritas terdiri dari pengusaha menengah besar dengan proporsi ~63%. Sisanya sebesar ~37% merupakan pengusaha kecil. Permintaan domestik untuk tekstil sangat kuat. Hampir semua produk tekstil diproyeksikan tumbuh lebih dari 20% per tahun dalam 5 tahun mendatang sejak 2008. Di tingkat internasional, industri tekstil juga diproyeksikan untuk tumbuh sebesar ~7% per tahun, jauh lebih cepat daripada pertumbuhan di tahun-tahun sebelumnya pada ~3%.
Secara internasional, industri tekstil diharapkan bertumbuh sebesar ~7% $ Milyar
Kondisi Saat Ini Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan industri tekstil bernilai tambah tinggi. Pegembangan industri tekstil ini juga didukung dengan tenaga kerja yang banyak. Pulau Jawa merupakan salah satu penyumbang produksi dan pengelolaan tekstil Indonesia. Penjualan tekstil indonesia pada tahun 2010 mencapai 344 Triliun Rupiah dan diperkirakan akan terus meningkat. Namun permintaan tekstil tersebut tidak didukung dengan peningkatan produksi tekstil dalam negeri, produksi domestik mengalami penurunan produksi rata-rata 5-7% tiap tahunnya. Agar konsumsi konsumsi tekstil dalam negeri mencukupi, kebutuhan tekstil diimpor dalam bentuk bahan setengah jadi dan bahan jadi. Hingga tahun 2007, dicatat bahwa 55 % konsumsi tekstil domestik berasal dari impor illegal. Ini artinya perlu ada pembaikan dalam seluruh rantai produksi tekstil untuk mempertahankan produksi dalam negeri dan meningkatkan PDB Nasional.
+7%
+3%
2,266 2,421 2,042 1,972 2,118 1,948 1,759 1,847
2,584 2,751
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
70
Permintaan domestik tekstil sangat kuat
Koridor Jawa
Proyeksi total penjualan tekstil (Rp trilyun)
+21%
301
250
Lain lain
207
172
19 Alas kaki
118 19
2008
142 20 23
Garmen
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Euromonitor, analisis Tim
Strategi dan Arahan Mendatang 1. Meningkatkan nilai tambah dan mencapai integrasi vertikal sepanjang nilai rantai tekstil Untuk meningkatkan nilai tambah dan mencapai integrasi vertikal sepanjang nilai rantai tekstil, ada beberapa hal yang dapat dilakukan dengan: a)Mengembangkan pertanian kapas untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan konsumsi kapas dalam negeri. b)Melakukan integrasi vertikal antara tekstil dan garmen karena saat ini produksi garmen di Indonesia sangat tergantung pada kain impor. c)Mengembangkan industri desain karena desain adalah industri dengan nilai tambah tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan pengembangan cikal bakal industri desain untuk garmen di Jakarta dan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan
55% dari konsumsi textil domestik berasal dari ilegal impor
%
100
3
3
5
5
5
2003
2004
2005
2006
2007
50
0
Impor legal
Produksi domestik
Impor ilegal
71
2. Merebut kembali pasar dalam negeri Untuk merebut kembali pasar tekstil dalam negeri, peningkatan daya saing produk tekstil Indonesia dilakukan dengan: a)Meningkatkan efisiensi dan kualitas untuk bersaing dengan produk produk tekstil impor. b)Menekan impor tekstil ilegal dengan cara pemberantasan korupsi di seluruh pelabuhan Indonesia karena impor tekstil ilegal dilakukan dengan cara menghindari pembayaran bea masuk 3. Meraih pangsa pasar yang lebih besar Meraih pangsa pasar yang besar memang tidak mudah. Namun beberapa hal berikut ini akan membantu meningkatkan pangsa pasar produk tekstil buatan Indonesia: a)Meningkatkan kuantitas dan kualitas output di rantai suplai dengan perbaikan infrastruktur sebagai katalisator utama. b)Meningkatkan keterampilan untuk mencapai efisiensi rantai suplai yang lebih besar c)Meningkatkan kualitas alat-alat untuk produksi produk kualitas tinggi
Katalisator (Enabling Growth) 1. Perjanjian bilateral untuk meningkatkan perdagangan Pemerintah memiliki peran untuk meningkatkan dukungan ekspor dengan melibatkan negara-negara pengimpor dalam membuat perjanjian perdagangan yang menguntungkan bagi Indonesia
2. Peninjauan undang-undang tenaga kerja Perlu adanya peninjauan kembali Undang-Undang Tenaga Kerja dalam mencapai keseimbangan yang efektif antara penyediaan keamanan dan stabilitas karyawan. Namun, diperlukan juga peningkatan fleksibilitas bagi pengusaha dan pengurangan biaya tenaga kerja untuk industri tekstil.
3. Dukungan keuangan untuk perbaikan mesin dan peralatan Investasi diperlukan untuk dapat mengganti dan memperbaiki peralatan yang sudah tua. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas output dan daya saing ekspor. 4. Peningkatan kapabilitas untuk aktivitas dengan nilai tambah tinggi
d)Menawarkan jasa untuk aktivitas nilai tambah tinggi seperti desain
Program-program insentif diperlukan untuk mendorong pengembangan produk sebagai bagian dari rantai nilai tekstil bernilai tambah tinggi.
Target Peningkatan Nilai
Kebutuhan Infrastruktur
Pengembangan koridor di Jawa berpotensi untuk meningkatkan nilai sektor tekstil secara signifikan sebesar 31 milyar USD, yang utamanya didapatkan melalui fokus pada sepanjang rantai produksi tekstil, peningkatan daya saing, dan meraih pangsa pasar.
Saat ini, Pelabuhan di Jakarta dan Semrang, dan pembangkit listrik di Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan kebutuhan mendesak untuk peningkatan produkstivitas tekstil. Diindikasikan juga kebutuhan mendatang akan pembangunan rel kereta api dan jalan tol.
72
Nilai Penjualan Motor dan Mobil Rp Tn
172.5
Mesin & Peralatan Transportasi
+13%
148.2
144.3 119.0 99.3
99.0 82.3
Prospek Sektor Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan tercepat untuk industri perlatan & mesin transportasi pada tahun-tahun mendatang, dan bahkan akan lebih tinggi dari negara-negara ASEAN lainnya. 2003
Sedangkan di luar Indonesia dan ASEAN, pangsa pasar global ke depan akan mencapai pertumbuhan stabil sekitar 3.4% per tahun, sejalan dengan pemulihan ekonomi dari krisis global. Pangsa pasar global ini diharapkan akan mencapai USD 2.4 triliun pada tahun 2013.
Sektor industri peralatan dan mesin merupakan sektor fokus di Koridor Jawa. Sektor ini memiliki potensi pertumbuhan tinggi di wilayah tersebut dengan kontribusi lebih dari 80% dan sepertiga dari seluruh industri peralatan di Indonesia terletak di Koridor Jawa.
2005 CAGR 03-09 03-09 CAGR
Motor Mobil
+16% +12%
2006
2007
2008
2009
Pertumbuhan yang merosot pada 2006 akibat kenaikan harga BBM oleh Pemerintah pada tahun 2005
Perbandingan Pertumbuhan Produksi Industri Komponen Transportasi
Kondisi Saat Ini Industri perakitan & mesin transportasi mengalami pertumbuhan yang pesat akhir-akhir ini di Indonesia. Dengan nilai industri sebesar ~170 triliun USD pada tahun 2009, pertumbuhan industri tersebut mencapai 13% (CAGR 2003-2009). Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan CAGR motor dan mobil yang masingmasing tumbuh 16% dan 13% dalam kurun waktu tersebut.
2004
India Indonesia ASEAN Thailand China Russia Czech Poland Mexico Brazil Turkey Iran Italy Germany USA
Laju pertumbuhan (%) (CAGR 2007 – 2012)
Sumber: Global Insight, OICA
73
Strategi dan Arahan Mendatang 1. Mengundang Investasi OEM Saat ini sangat penting bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan investasi dan memperkuat kerjasama antar Original Equipment Maufacturer (OEM) atau produsen alat-alat transportasi dan onderdilnya, untuk dapat meningkatkan industri di sektor ini dan merealisasikan penurunan tarif AFTA (Asian Free Trade Agreement). Sehingga, diharapkan agar produk Indonesia lebih mudah bersaing di luar negeri khususnya di Asia. Indonesia juga perlu memberikan fleksibilitas untuk OEM agar dapat memilih lokasi yang sesuai untuk basis produksi mereka, contohnya pada lokasi yang dekat dengan pelabuhan dan infrastruktur penunjang lainnya. 2. Pendidikan dan Pelatihan Sangat penting untuk dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan pelaku usaha di sektor ini dalam memajukan produksi peralatan transportasi dengan nilai tambah lebih tinggi. Sebagai contoh, produksi dari plastik sederhana dan insulator listrik dapat diarahkan kepada produksi komponen elektrik yang lebih kompleks dan produk kompleks lainnya seperti sistem transmisi. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan jumlah dan kualitas sekolah kejuruan di bidang mesin dan elektro.
Koridor Jawa
Industri pengolahan alat transportasi di Koridor Jawa (Milyar USD)
X% CAGR ('08-'30)
Target Peningkatan Nilai
Dengan inisiatif koridor
8.9%
Pengembangan koridor ekonomi di Jawa dapat meningkatkan nilai sektor industri peralatan & mesin transportasi hingga sebesar ~42 milyar USD pada tahun 2030. Dengan inisiatif koridor, pertumbuhan sektor ini dapat mencapai ~8.9% dibandingkan dengan kondisi basis yang sebesar 6.4%. Potensi peningkatan tersebut terutama berasal dari upaya peralihan produksi ke produk dengan nilai tambah tinggi dan berbagai upaya untuk menarik lebih banyak OEM beroperasi di Indonesia.
Kondisi Basis
36 6.4%
2008
2010
2015
2020
2025
2030
74
3. Memfasilitasi dan memberikan insentif untuk transfer pengetahuan Diperlukan untuk memfasilitasi transfer pengetahuan dari OEM internasional ke produsen lokal. Saat ini, banyak produsen Indonesia sedang dalam "joint venture" dengan perusahaan asing, namun transfer pengetahuan terbatas dan ketrampilan yang lebih tinggi diperlukan. Dalam hal ini, Pemerintah dapat berperan besar untuk mendorong transfer pengetahuan ini. 4. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan sekunder, tersier, dan kejuruan yang dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan tenaga kerja yang terampil. Untuk itu, perlu meningkatkan penyediaan pendidikan sekunder & tersier dan mendorong partisipasi masyarakat, serta perlu meningkatkan program khusus pelatihan kejuruan yang terkait dengan industri target.
Katalisator (Enabling Growth) Untuk mencapai target peningkatan nilai tersebut, dibutuhkan beberapa dukungan pemerintah dalam bentuk noninfrastruktur (Katalisator) sebagai berikut: 1. Menciptakan iklim usaha yang baik dan memberi insentif bagi OEM Hal ini penting untuk menarik OEM beroperasi di Indonesia. Salah satu strategi yang dapat dikembangkan terutama melalui implementasi penurunan tarif di AFTA yang dapat meningkatkan harga produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di dunia internasional, terutama pasar Asia. 2. Mendorong terbentuknya cluster industri yang terintegrasi Untuk mengembangkan cluster industri berbasis peralatan dan mesin transportasi yang pada akhirnya dapat dikembangkan sebagai KEK
Kebutuhan Infrastruktur Kebutuhan infrastruktur yang mendesak adalah: 1.Pengembangan industri peralatan & mesin transportasi di Koridor Jawa yaitu peningkatan pelabuhan di Jakarta dan peningkatan kapasitas listrik terutama di Jawa Barat. 2.Peningkatan pelabuhan di Jakarta sangat penting dan mendesak untuk mememenuhi proyeksi permintaan di masa yang akan datang, terutama untuk kebutuhan ekspor. 3.Pembangkitan listrik untuk menghindari pemutusan hubungan listrik yang berkelanjutan yang akan mengganggu bisnis dan membahayakan rencana investasi, serta untuk mengurangi biaya listrik guna meningkatkan daya saing produk Indonesia.
75
Koridor Sumatera
Perkapalan Prospek Sektor Kapal berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional (sebagai alat transportasi maupun sarana pengola kekayaan alam) serta mendukung NKRI. Pengembangan industri perkapalan bagi Indonesia sangat penting dan strategis dalam mendukung pemenuhan kebutuhan kapal dalam negeri. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 industri perkapalan merupakan salah satu industri prioritas yang menjadi industri andalan di masa depan. Kondisi industri pelayaran dan bisnis dunia maritim di Indonesia sangat kondusif dan sedang berkembang. Potensi pasar pembangunan kapal baru semakin meningkat, untuk pasar domestik saja 20% angkutan laut dan 92.2% angkutan ekspor-impor menggunakan armada asing, kemudian sekitar 47% kapal2 yang terdaftar di BKI telah berumur >25 tahun, sedangkan untuk pasar dunia terdapat 15% bulkerfleet yang berumur >25 tahun. Kepulauan Riau dan sekitarnya stratgis dikembangkan sebagai pusat industri maritim mengingat lokasinya berada di alur pelayaran internasional dan dekat dengan Singapore. Sedangkan wilayah lain yang juga berpotensi untuk pengembangan sektor perkapalan yaitu di Lamongan, Jawa Timur.
Koridor Jawa
Kawasan potensial pengembangan klaster industri perkapalan
76
Kondisi Saat Ini
Strategi dan Arahan Mendatang
Industri perkapalan dalam negeri telah tumbuh dengan baik namun kapasitas dan kemampuan produksinya masih terbatas (sekitar 600.000 DWT/tahun). Jenis dan ukuran kapal-kapal yang mampu diproduksi masih terbatas sampai dengan 50.000 DWT sementara kebutuhan kapal dalam negeri cukup tinggi dan cenderung berukuran besar.
1. Meningkatkan kapasitas produksi
Di Pulau Jawa, Surabaya dan sekitarnya telah tumbuh menjadi salah satu pusat industri galangan kapal (sekitar 20 galangan kapal) dan tidak memungkinkan untuk dikembangkan lagi sementara permintaan ruang produksi kapal masih tinggi, untuk itu perlu dikembangkan pusatpusat pertumbuhan baru di luar Surabaya yaitu Lamongan. Beberapa area di wilayah ini juga telah dibebaskan oleh investor, antara lain yaitu: PT. Lamongan Marine Industry, PT. Lamongan Industrial Shorebase, PT. DPS dan PT. Daya Radar Utama. Sedangkan di Pulau Sumatera, Batam telah tumbuh menjadi salah satu pusat industri galangan kapal (sekitar 80 galangan kapal) dan tidak memungkinkan untuk dikembangkan lagi sementara permintaan ruang produksi kapal untuk Kepulauan Riau dan sekitarnya masih tinggi, untuk itu perlu dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Batam yaitu Karimun. Pulau Karimun Merupakan salah satu area FTZ dan potensial untuk dibangun galangan kapal baru dengan kelas 50.000 DWT. Saat ini, peruntukan lahan di pulau Karimun untuk kawasan industri adalah sebesar 4.069,20 Ha dengan total kawasan industri yang sudah dibebaskan 1.956,91 Ha oleh PT Citra Karimun Perkasa.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi diperlukan investasi. Untuk itu perlu dibangun pusat-pusat pertumbuhan industri galangan kapal melalui pembukaan wilayah-wilayah tertentu yang potensial. 2. Mengembangkan industri Komponen Kapal Dukungan industri komponen dalam negeri masih sangat lemah, mengakibatkan daya saing industri kapal nasional lemah. Untuk meningkatkan meningkatkan pendalaman struktur industri kapal diperlukan dukungan industri komponen dan pendukungnya. 3. Meningkatkan kemampuan penguasan teknologi dan SDM Saat ini kapasitas kilang yang ada atau yang direncakan diproyeksikan untuk sudah mencukupi untuk konsumsi di Indonesa. Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan adalah mempertahankan kapasitas yang sudah direncanakan dan meningkatkan mutu operasional. 4. Hilir: Fokus pelayanan kepada konsumen industri Penguasaan teknologi industri perkapalan khususnya kemampuan desain dan engineering kapal masih lemah. Untuk meningkatkan kemampuan penguasan teknologi tersebut perlu didukung dengan ketersdian infrastruktur pengembangan teknologi seperti pembangunan pusat desain kapal dan pusat-pusat pelatiha SDM perkapalan. 5. Memperkuat kemampuan Infrastruktur Ketersediaan fasilitas infrastruktur jalan, pelabuhan, energi, dan air bersih sangat diperlukan guna mendukung operasional industri serta memperlancar lalu lintas pasok bahan baku/komponen, dan orang.
77
Target Pengembangan 2014
Kebutuhan Infrastruktur
Peningkatan kapasitas produksi dan kemampuan industri galangan kapal nasional: -Produksi per tahun 1000.000 DWT -Mampu membangun dan mereparasi kapal-kapal berukuran besar (s/d 100.000 dwt untuk bangunan baru dan s/d 150.000 DWT untuk reparasi).
Kebutuhan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk pengembangan pusat pertumbuhan industri kapal di karimun adalah: -Pembangunan jalan -Pembersihan sisa-sisa ranjau -Pembangunan brake water. -Pembangunan instalasi pengolah air bersih / PDAM. -Pembangunan dermaga Sedangkan kebutuhan infrastruktur untuk industri kapal di Lamongan yaitu: -pembangunan jalan akses utama dan akses internal kawasan industri galangan -Pembersihan sisa-sisa ranjau -Pembangunan break water. -Pembangunan instalasi pengolah air bersih / PDAM. -Pembangunan dermaga
Katalisator (Enabling Growth) 1. Menyediakan dukungan pembiayaan untuk investasi dan modal kerja Karakteristik industri galangan kapal adalah padat modal dan “slow yielding” serta kemampuan finansialnya pada umumnya lemah sehingga diperlukan dukungan kemudahan memperoleh akses pembiayaan. 2. Memberikan insentif fiskal/ perpajakan Industri pelayaran telah dibebaskan beban PPN, tetapi impor dan pembelian komponen/ bahan baku oleh galangan kapal nasional tetap dikenakan PPN, menyebabkan galangan kapal kurang kompetitif dibanding dengan galangan kapal luar negeri dan Batam (FTZ). Untuk meningkatkan daya saing industri kapal nasional perlu iberikan perlakukan yang sama. 3.Meningkatkan kemampuan SDM Sumber daya manusia sektor industri perkapalan masih kurang baik jumlah maupun kemampuannya. Untuk meningkatkan kemampuan SDM tersebut perlu dibangun pusat-pusat pengembangan SDM perkapalan dan memberikan pelatihan.
78
Besi Baja
Koridor Kalimantan
Prospek Sektor •
Baja adalah salah satu logam yang memiliki peranan sangat strategis bagi pembangunan ekonomi bangsa. Sebagai negara sedang berkembang yang berusaha keras untuk menjadi negara maju maka potensi peningkatan kebutuhan baja nasional juga sangat besar. Di sisi lain, industri baja nasional milik negara dan swasta saat ini mempunyai ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pihak luar negeri, baik berupa bahan baku (dan pembantu) maupun teknologi.
•
Ditinjau dari potensi pasar, pasar baja nasional mempunyai peluang yang besar mengingat konsumsi baja per kapita Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lain.
Kondisi Saat Ini •
Pada tahun 2004 permintaan industri baja mulai mengalami peningkatan yang relatif cukup baik, terutama disebabkan oleh permintaan sektor lainnya yang mulai tumbuh seperti otomo-tif, elektronik, infrastruktur dsb. Konsumsi baja per kapita pada tahun 2005 dicatat sebesar 29 kg per kapita. Konsumsi baja Indonesia masih jauh dibawah rata-rata konsumsi baja per kapita dunia sebesar 170 kg per kapita. Pada tahun 2005, kapasitas produksi baja dalam negeri (slab, billet, bloom dan ingot) atau crude steel di Indonesia sebesar 6.5 juta ton per tahun dengan tingkat utilitas rata-rata sekitar 50%.
Lokasi Pengembangan Klaster Industri Besi Baja
Strategi dan Arahan Mendatang Meningkatkan Nilai Tambah melalui Peningkatan Kapasitas Produksi Potensi sumber daya bijih besi di Provinsi Kalimantan Selatan diperkirakan sebesar 573.753.300 ton . Selama ini bijih besi sebagaian besar di ekspor dalam bentuk raw material, sehingga nilai tambah industri baja yang diperoleh tidak optimal.
79
Berdasarkan hal tersebut, harus dilakukan peningkatan nilai tambah industri baja melalui peningkatan kapasitas produksi sepeti pengembangan teknologi proses iron making dengan kapasitas 10 juta ton pertahun dan membangun industri peleburan baja stainless steel terintegrasi (pabrik slab, HRC dan CRC) dengan kapasitas 600.000 berbasis bijih besi lokal yang ada di Kalimantan Selatan.
Sinergi industri hulu dan hilir baja dapat dilakukan dengan memfasilitasi kemitraan antara industri hulu dan hilir untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hilir dan mendorong peningkatan penggunaan baja produksi dalam negeri untuk pembangunan infrastruktur (rel kereta, jembatan, konstruksi), otomotif dan pipa migas. Memperkuat infrastruktur Sebagian besar infrastruktur pendukung pengembangan industri baja nasional saat ini masih terbatas, seperti kurang terpeliharanya sarana Jalan menuju pelabuhan dan kapasitas pelabuhan serta pasokan listrik. Oleh karena itu, perlu pembenahan infrastruktur yang ada seperti jalan menuju pelabuhan dan pengembangan pelabuhan dan pembangunan pembangkit listrik.
Target Peningkatan Nilai Rantai Nilai Industri Besi Baja Peleburan
Pertambangan Beji Besi
• • • •
Ore Dressing Aglomeration Iron Making Steelmaking casting
Hilir • Hot Forming • Cold Forming
Finished Product
Aplications
Mendorong Sinergi antara Industri Hulu dan Hilir Baja Industri Hulu dalam mata rantai industri besi baja adalah pertambangan bijih besi, sedangkan industri hilirnya adalah industri baja finished flat product (industri konstruksi, otomotif, pipa, profil dan pelapisan), dan industri baja finished long product (industri pembuatan baja batangan, profil, baja konstruksi, kawat, paku, mur/baut).
Terdapat potensi peningkatan nilai yang signifikan dari pengembangan industri besi baja, yaitu tambahan kapasitas produksi besi spons sebesar 315.000 ton/tahun oleh PT. Meratus Jaya Iron dan Steel serta tambahan kapasitasn produksi building steel dan weathering steel sebesar 1 - 5 juta MT/tahun oleh PT Mandan Steel.
Katalisator Untuk mencapai target peningkatan nilai tersebut, dibutuhkan beberapa dukungan pemerintah dalam bentuk non-infrastruktur (Katalisator) sebagai berikut:
80
1. Penjaminan Ketersediaan Bahan Baku
Kebutuhan Infrastruktur
Kurangnya ketersediaan bahan baku industri baja dapat diatasi dengan peningkatan kapasitas bahan baku industri hulu dengan memanfaatkan sumber daya lokal berbasis klaster industri di Kalimantan Selatan. Di samping itu perlu dikembangkan pola kemitraan antara industri hulu dan hilir baja untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
•
Kebutuhan infrastruktur yang mendesak adalah peningkatan kapasitas pelabuhan Batulicin, Pangatan dan Sei Danau Satui di Kalimantan Selatan dan pembangunan infrastruktur di dalam kawasan industri.
•
Sebagian besar infrastrukur jalan di Batulicin tidak terpelihara. Jika dipersentasekan maka jalan rusak yang melintasi Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebesar 80,66%. Dengan melihat keadaan seperti ini, sudah harus dilakukan pembenahan di bidang infrastruktur jalan khususnya jalan menuju pelabuhan dan kawasan industri.
•
Seiring dengan meningkatnya pembangunan terutama industri, maka permintaan tenaga listrik di Batulicin juga menjadi meningkat. Oleh sebab itu upaya memenuhi kebutuhan listrik perlu mendapat perhatian dengan memanfaatkan bahan mineral sebagai sumber utama yang dapat menghasilkan energi listrik.
2. Pembangunan Kawasan Industri Kawasan industri perlu dibangun untuk untuk mempercepat pertumbuhan industri baja di Batu Licin Kalimantan Selatan. Dengan adanya kawasan industri tersebut akan menjadi katalisator bagi investor di sektor industri baja. Selain itu, kawasan industri memberikan kemudahan dan efesiensi bagi kegiatan industri 3. Memberikan pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan untuk pekerja di bidang industri besi baja sangat dibutuhkan untuk menuju kepada proses produksi yang lebih efesien. Pendidikan tinggi saat ini masih belum menyediakan kelas dalam bidang pengelolaan besi baja secara khusus. 4. Menguatkan regulasi & perencanaan Hukum yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan, terutama pembedaan antara lahan hutan lindung dan lahan untuk pertambangan, perlu diperjelas, sehingga perluasan lahan dapat dilakukan secara berkesinambungan
81
Aluminium Prospek Sektor Aluminium merupakan logam masa depan, karena sifatnya yang ringan, rasio kekuatan atau berat yang baik, konduktor yang baik, ketahanan korosi yang baik dan sifat mampu cord-an mudah dipadu maka logam ini digunakan pada banyak komponen otomotif, structural, home appliances, dan elektrikal. Aluminium juga merupakan logam yang inert sehingga digunakan pada food packaging dan kemasan obat-obatan. Selain itu, Aluminium merupakan logam yang memiliki never ending recycling process, artinya logam ini dapat didaur ulang hingga berkali-kali..
Kondisi Saat Ini Di Indonesia saat ini telah terdapat industri smelter aluminium ingot (PT. INALUM) dengan kapasitas produksi mencapai 250.000 ton per tahun. Dalam rantai-supply industri aluminium memegang peran yang strategis karena merupakan pemasok bahan baku bagi industri hilirnya. Hanya saja PT. INALUM sendiri 100% bahan bakunya (alumina) dipasok dari impor. Rantai industri yang hilang adalah industri pengolahan bauksit menjadi alumina.
Strategi dan Arahan Mendatang 1. Mengembangkan kemampuan industri hulu berbasis bauksit Pengembangan Satu titik dimana industri aluminium Indonesia tidak memilikinya menjadi sebuah mata rantai yang industri hulu dalam rangka memperkuat struktur dan daya saing industri aluminium nasional dengan melakukan Pembangunan pabrik alumina oleh PT. Aneka Tambang di Kab. Mempawah – Kalbar.
1000000 800000 600000 Demand 400000
Supply
200000 0 2009
2014
2. Mengembangkan industri aluminium terpadu Pembangunan industri aluminium terpadu dengan membangun industri alumina berbahan baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting) disekitar kawasan industri. Membangun industri aluminium hilir berbasis Aluminium cair di daerah sekitar PT.INALUM yang langsung mengolah Aluminium cair. Industri hilir utama dalam mata rantai industri aluminium yang saat ini sudah ada antara lain cable, profile/extrusi, pipe, slug, strip,foil, circle, casting, die casting, forging. Sedangkan industri hilir yang belum ada antara lain aluminium pigmnent and powder. 3. Mengembangkan kawasan industri di Kuala Tanjung Saat ini di sekitar Kuala Tanjung masih terdapat lahan kosong yang belum dimanfaatkan sehingga dimungkinkan pembangunan industri hilir pada lokasi tersebut.
82
Target Peningkatan Nilai Kebutuhan aluminium ingot pada industri hilir mencapai 758.240 ton per tahun dengan kebutuhan aluminium ingot primer sebesar 289.840 ton per tahun, dan aluminium alloy primer sebesar 191.200 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan 500 ribu ton alumina saat ini masih diimpor dari Australia . Target produksi alumina kedepan diharapkan mencapai 1,5 juta Ton per-tahun. Selain untuk substitusi impor juga untuk memenuhi kebutuhan pengembangan industri smelter di dalam negeri.
Katalisator (Enabling Growth) Untuk mencapai target peningkatan nilai tersebut, dibutuhkan beberapa dukungan pemerintah dalam bentuk non-infrastruktur (Katalisator) sebagai berikut: 1.Pembentukan Pusat Pengembangan Industri Aluminium Hulu. Pusat pengembangan industri Aluminium hulu perlu dibentuk sebagai Institusi/lembaga Pendukung Industri Aluminium (Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium)
3. Menguatkan regulasi & perencanaan Pemberian insentif kepada dunia usaha yang akan melakukan investasi dalam pengembangan industri aluminium dari hulu sampai produk antara dan memberikan kemudahan prosedur dalam menggunakan insentif perpajakan.
Kebutuhan Infrastruktur Kebutuhan infrastruktur yang mendesak adalah: •Pengembangan pelabuhan Kuala Tanjung, Sumut •Rencana investasi pembangunan PLTU berkapasitas 5 X 250 MW di Sumut •Pembentukan kawasan industri Alumunium di Sumut •Pembentukan Pusat Riset Industri Alumunium •Peningkatan ruas-ruas jalan Medan – Kuala Tanjung yang berada dalam kondisi rusak atau tidak memadai daya dukungnya. •Penyesuaian dan Penetapan RTRW Kab. Mempawah, Kalbar •Pengembangan ruas jalan di Kab. Mempawah, Kalbar •Pengembangan Pelabuhan di Kab. Mempawah, Kalbar
2. Memberikan pendidikan dan pelatihan Ada potensi skilled labour yang dapat dimanfaatkan harus dilakukan pengembangan pendidikan bidang pada institusi/PT yang ada di daerah Sumut dan dalam rangka meningkatkan SDM dan pengembangan industri aluminium
suntuk itu aluminium sekitarnya studi-studi
83
Telematika Prospek sektor Industri telamatika adalah industri andalan masa depan sesuai dengan perpres 28 tahun 2008 tentang kebijakan industri nasional Pasar produk indonesia untuk produk Hardware 979.9 Juta US dolar AS, Consulting 211.7 Juta dolar AS, Software 110.3 juta US dolar (sumber data : HP Indonesia, 2009).
Kondisi saat ini Pasar teknologi informasi Indonesia pada tahun 2006 mencapai US$ 1,9 milyar. Dari jumlah itu, pasar software hanya sebesar US$ 137 juta. Sebagian besar, 78% dari total pasar itu, merupakan sisi perangkat keras (hardware). (sumber data : IDN).
KORIDOR JAKARTA-BANDUNG
KORIDOR SOLO-KUDUS-SALATIGA Universitas Muria Kudus PT. Pura Barutama (Smart Card) PT. Hartono Istana Teknologi
Universitas Satyawacana
Kudus
Industri Telemedicine
Salatiga
Investasi industri telematika indonesia telah mencapai 35 Trilyun/Pertahun (sumber data: Telkomsel,2010)
Sragen
Solo/Surakarta Bandung Technopark
Universitas Setia Darma
84
Strategi dan Arahan Mendatang Industri Telematika dikembangkan sebagai salah satu pilar dalam konsep pengembangan industri nasional, berbagai langkah dan kebijakan telah dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Dalam pengembangan jangka menengah (2005-2009) Industri Telematika diarahkan untuk menumbuhkan sentra-sentra industri dan pusat inkubasi telematika regional serta melakukan aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan telematika multinasional. Selanjutnya pada program pengembangan jangka panjang (2000-2020) diarahkan menjadi basis produksi industri telematika yang mampu mengisi pasar regional maupun global. 1. Menumbuhkan sentra-sentra industri ICT Penumbuhan tersebut berupa pendirian sentra-sentra industri telematika dibeberapa daerah antara lain Incubator Business Centre (IBC) dan Regional IT Center For Exelence (RICE). 2. Mengembangkan integrasi antara industri besar, menengah dan kecil Beberapa industri Besar seperti PT.LEN, PT Hariff dan PT Inti, PT Kuasar, TRJ dan SIRCA telah berkolaborasi dengan beberapa industri menengah kecil dalam memproduksi Wi Max, Secruty system, billing sytem, software development. 3. Meningkatkan kemampuan SDM dan Teknologi Serapan tenaga kerja industri telematika nasional pada tahun 2007 menunjukkan hasil bahwa industri ini mampu menyerap tenaga kerja sampai 94.154 orang. Untuk meningkatkan kemampuan SDM dibidang telematika perlu dilakukan hal-hal antara lain desain kurikulum terkait skill SDM telematika, pemabngunan dan pengembangan mental enterprener melalui workshop dan pelatihan, workshop technopark telekomunikasi, koordinasi pelaku industri dan insitusi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan serta skill yang dibutuhkan dalam industri telematika.
4. Memperkuat Infrastruktur dibidang telematika Meningkatkan kapasitas jaringan data yang memadai baik secara fisik maupun nonfisik yang menjangkau sentra-sentra pengembangan teknologi telematika. Membentuk kawasan khusus untuk industri telematika yang dapat mengakomodasi kebutuhan industri telematika serta memenuhi ketersediaan supplay listrik yang mencukupi kebutuhan industri telematika.
Target Peningkatan Nilai • Target investasi dibidang industri telematika tiap tahun naik sebesar 10 persen. • Target Utilisasi Industri pada tahun 2014 sebesar 72 persen. • Target penigkatan tenaga kerja pada tahun 2014 adalah sekitar 110.000 orang.
Katalisator 1. Membentuk Pusat Desain Telematika Pusat Desain Telematika untuk melakukan penelitian dan pengembangan dibidang telematika. Pusat Desain ini juga dapat mempromosikan produk-produk telematika nasional. 2. Menyediakan bantuan finansil Pengusulan regulasi subsidi bunga untuk industri perangkat telematika terutama yang berada pada lingkungan teknopark. 3. Memberikan pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan untuk pekerja di bidang telematika sangat dibutuhkan untuk menuju kepada penigkatan pengetahuan dan teknologi yang lebih produktif. 4. Menguatkan regulasi dan perencanaan Penyusunan dan peningkatan regulasi tentang investasi dan penanaman modal asing yang mampu membangkitkan industri perangkat telematika dlam negeri, Penyusunan regulasi terkait pendaftaran paten dan lisensi hasil riset dan produk teknopark.
85
Infrastruktur Infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung telematika adalah pengembangan jaringan broadband untuk meningkatkan kapasitas jaringan data yang memadai baik secara fisik maupun nonfisik yang manjangkau sentra-senta pengembangan teknologi telematika. . Kemudian, diperlukan ketersediaan suplai listrik yang mencukupi kebutuhan industri telematika serta perlu Membentuk kawasan khusus untuk industri telematika yang dapat mengakomodasi kebutuhan industri telematika.
86
Penguatan Konektivitas Nasional Kondisi Saat Ini Aktivitas ekonomi Indonesia terkonsentrasi di kawasan perkotaan, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera. Keterbatasan prasarana transportasi menyebabkan kegiatan industri tidak menyebar ke wilayah-wilayah terbelakang dan terisolir. Demikian pula, kemacetan semakin meningkat di berbagai kota besar di Pulau Jawa dan di luar jawa sehingga waktu tempuh transportasi antar kota dalam satu pulau semakin panjang, misalnya Jakarta – Surabaya berkisar antara 14-20 jam. Di samping itu, kualitas konstruksi dan penegakan peraturan masih lemah, sehingga biaya pemeliharaan sarana dan prasarana infrastruktur terus meningkat yang menyebabkan konektivitas nasional menjadi lemah dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi, daya saing lemah, dan penanggulangan kemiskinan yang relatif lambat. Sebagai gambaran, saat ini 60% dari penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pedesaan di Jawa dan tidak mempunyai akses ke pusat pertumbuhan.
87
“Locally integrated, Globally connected” Strategi dan Arahan Mendatang Integrasi ekonomi adalah cara terbaik untuk memperoleh dua manfaat, yaitu manfaat langsung dari konsentrasi produksi dan manfaat jangka panjang untuk konvergensi standar hidup. Untuk mengantisipasi permasalahan yang disampaikan di atas, maka perlu adanya peningkatan konektivitas wilayah melalui penyediaan transportasi yang mampu memperbaiki akses industri dari pusat-pusat pengolahan ke wilayah pemasaran. Sehingga diharapkan akan dapat mengurangi biaya angkutan komoditas dan barang konsumsi, dan meningkatkan daya saing. Strategi yang dilakukan adalah: 1.Memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan bukan keseragaman (inclusive development) dengan cara menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan, seperti Surabaya – Jakarta – Makassar. 2.Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan wilayah-wilayah melalui inter-modal supply chain systems, yaitu dengan menghubungkan wilayah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan, seperti di Makassar ke Sulawesi, Makassar ke Maluku, dan Makassar ke Papua. 3.Mencapai pertumbuhan inklusif yang menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan seperti Makassar – Manado – Kendari – Ambon.
Surabaya
Jakarta
Makassar
Maluku Sulawesi
Papua
Makassar
Makassar
Manado
Kendari
Ambon
88
Katalisator 1.
Pemantapan kerangka strategis dan kebijakan Konektivitas Nasional
2.
Memastikan kejelasan struktur koordinasi dan pertanggungjawaban dari institusi yang terlibat (Tim Koordinasi)
3.
Konsolidasi, Kaji-ulang, dan Penetapan Prioritas, antara lain yaitu
Kaji-ulang cetak biru dan master plan (Logistik, Multimoda, Jalan, Pelabuhan, KEK, Koridor Ekonomi) Identifikasi inkonsistensi dan tumpang-tindih penetapan prioritas dari berbagai usulan rencana tindak Menetapkan institusi penanggung jawab (lead agency)untuk melaksanakan masing-masing prioritas
4.
Untuk keberhasilan implementasi katalisator di atas, maka pengembangan konektivitas akan berfokus pada 3 hal: 1.
Konektivitas intra pulau Jawa dan Sumatra: pusat produksi yang besar, dan berfungsi sebagai hub nasional dan internasional Bagian lain dari Indonesia: menghubungkan daerah pedesaan dengan pasar lokal, menghubungkan pedalaman dengan pusat pertumbuhan, dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan satu sama lain
2.
Konektivitas antar pulau Kunci untuk mendistribusikan komoditas dasar dan produk lain ke luar pulau maupun membawa komoditas dari luar pulau ke Jawa Kemampuan untuk menjamin ketepatan, kecepatan, dan keamanan komunikasi dan arus informasi 3. Logistik Perdagangan Internasional Kemampuan untuk mengangkut barang dan jasa antar negara secara cepat, murah dan dengan tingkat prediktibilitas yang tinggi sangat menentukan daya saing ekspor Komponen konektivitas mencakup rencana pengembangan wilayah, Sislognas, Sistranas, dan ICT dengan rencana aksi yang meliputi 8 kegiatan prioritas, yaitu: 1. Menyelesaikan konsolidasi dan kaji ulang dari kerangka strategis, dan menbentuk kerangka organisasi dan kerja konektivitas nasional 2. Meningkatkan pelayanan jalan Menyelesaikan pembangunan jalan tol lintas jawa Meningkatkan efisiensi biaya pemeliharaan jalan Meningkatkan pelayanan akses jalan lokal ke pusat pertumbuhan 3. Meningkatkan peran perkeretaapian
89
4. Membenahi transportasi kota-kota metropolitan •Membenahi transportasi Jabodetabek •Membenahi transportasi kota-kota metropolitan (Gerbangkertosusila, Bandung Metropolitan Area, Mebidang, Maminasata) 5. Meningkatkan pelayanan penerbangan Mengoptimalkan pelayanan bandar udara Meningkatkan pelayanan Bandara Soekarno-Hatta Meningkatkan pelayanan angkutan udara perintis 6. Meningkatkan pelayanan pelabuhan dan pelayaran Mengurangi biaya pengiriman barang dan jasa antar pulau Merevitalisasi pelayanan angkutan penyeberangan antar pulau/RoRo dan optimalisasi subsidi perintis serta pemberian PSO Meningkatkan produktivitas terminal kontainer International Tanjung Priok dan Mempercepat pembangunan pelabuhan alternatif Tanjung Priok (deep water port)
7. Mengembangkan sektor komunikasi dan informatika •Mempercepat penyelesaian pembangunan jaringan backbone serat optik Palapa Ring wilayah timur Indonesia •Mengintegrasikan sistem komunikasi dan informasi instansi pemerintah 8. Rencana Aksi ASEAN Connectivity
Kebutuhan Infrastruktur Untuk jangka pendek, diperlukan proyek-proyek di Pulau Jawa yang sangat mendesak untuk dibangun, yaitu: Proyek Trans Java, Jabodetabek, Double Track KA, Tanjung Priok. Pembangunan proyek-proyek tersebut diharapkan agar dapat memberikan dampak pengurangan kemiskinan yang besar untuk Pulau Jawa, yang memiliki jumlah penduduk miskin yang besar (+/- 20 juta) atau dua kali lipat dari jumlah penduduk miskin di Sumatra (+/- 7 juta). Selain itu, diharapkan juga agar pembangunan infrastruktur di Jawa dapat menghasilkan dampak yang cepat terhadap pertumbuhan ekonomi.
653,85 KM
SerangDKI JAKARTA
397,20 KM
178,65 KM
78,00 KM
Cikampek
BANTEN Bogor
1
Ciranjang Sukabumi Bandung
Palimanan Kanci2
JAWA BARAT
PejaganPemalang 3
Semarang Demak
4
Batang
5
JAWA TENGAH 6
Ngawi Solo
Yogyakarta
DIY
Keterangan: Operasi Pengadaan Tanah Konstruksi
7
Surabaya Mojokerto 10 8
9
Kertosono Gempol Pasuruan Pandaan JAWA TIMUR Probolinggo Malang Banyuwangi
90
Membangun Kapasitas IPTEK Kondisi Saat Ini Pembangunan bidang Iptek hingga kini telah memberikan landasan bagi terwujudnya sistem inovasi nasional (SIN) dalam rangka membangun perekonomian negara yang berdaya saing. Adapun Indeks daya saing Indonesia menurut global competiveness index (GCI) yang dimuat dalam The Global Competiveness Report 2008--2009 yang diterbitkan oleh World Economic Forum pada tahun 2008, menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat 55 dari 134 negara. Salah satu dari 12 pilar daya saing yang diukur oleh badan ini adalah daya inovasi suatu bangsa, yang menempatkan Indonesia pada urutan ke 47. Menurut laporan tersebut, daya inovasi Indonesia terkendala oleh: kapasitas inovasi nasional yang masih rendah (menempati peringkat ke 53); kolaborasi antara universitas, litbang, dan industri yang masih perlu dibangun (peringkat ke 54); dan penggunaan paten sebagai alat perlindungan hak cipta penemu dan sekaligus alat untuk diseminasi teknologi yang perlu dibangun lebih baik (peringkat ke 84).
Fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan daya inovasi nasional melalui penguatan sistem inovasi nasional memerlukan pembangunan secara menyeluruh dan sistematis. Secara umum, masalah mendasar yang dihadapi meliputi: (1) kemampuan sisi litbang menyediakan solusi-solusi teknologi; (2) kemampuan sisi pengguna dalam menyerap teknologi baru yang tersedia; serta (3) transaksi antara sisi litbang sebagai penyedia solusi teknologi dengan sisi pengguna belum terbangun dengan baik. Dengan kata lain, belum integrasi iptek di antara penyedia dan pengguna.
Kendala lain yang penting adalah dukungan pemerintah dalam bentuk pembelian teknologi canggih hasil litbang dalam negeri (government procurement of advanced technology product) yang masih rendah, yaitu hanya menempati peringkat ke-87.
91
Strategi dan Arahan Mendatang
Untuk itu, strategi yang dilakukan yaitu melalui:
Kebijakan pembangunan Iptek 2010 – 2014 diarahkan kepada :
1. Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SIN) yang berfungsi sebagai wahana pembangunan Iptek menuju visi pembangunan Iptek dalam jangka panjang.
1. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan litbang dan lembaga pendukung Yaitu untuk mendukung proses transfer dari ide -> prototip laboratorium prototip industri -> produk komersial (penguatan sistem inovasi nasional). 2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek Agar dapat menghasilkan produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional; 3. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti di lingkup nasional maupun internasional Yaitu terutama untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional; 4. Meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang Terutama untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat; 5. Meningkatkan pendayagunaan iptek dalam sektor produksi Pendayagunaan Iptek dalam sektor ini akan dapat meningkatkan perekonomian nasional dan meningkatkan penghargaan terhadap iptek dalam negeri.
2. Peningkatan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek yang diarahkan sesuai kebijakan RPJPN 2005 – 2025.
Katalisator 1. Penataan kelembagaan iptek Dilakukan dengan hasil terbangunnya tata kelola litbang yang efisien dan efektif dan yang mampu mendorong kreativitas dan profesionalisme masyarakat iptek, serta terbangunnya kesadaran iptek dan mendorong partisipasi masyarakat. 2. Penguatan Sumber daya iptek Dilakukan dengan hasil terbangunnya pusat-pusat keunggulan pengetahuan regional dan tematis yang kompeten mendukung pemenuhan kebutuhan strategis nasional. 3. Penataan jaringan iptek Dilakukan dengan hasil terbangunnya pola hubungan kerja sama antar lembaga litbang (lemlit); antarlemlit dengan perguruan tinggi; dan antara lemlit dan industri/masyarakat pengguna berikut faktorfaktor pendukungnya, khususnya infrastruktur komunikasi dan transportasi yang modern, institusi finansial, serta otoritas publik yang memfasilitasi struktur jaringan yang mendorong interaksi kreatif dan lingkungan yang atraktif bagi para pekerja pengetahuan (knowledge workers).
92
Metodologi penentuan kebutuhan investasi 2011 - 2014 RPJMN Kriteria Kriteriapemilihan: pemilihan: • •DiDidalam lingkup dalam lingkupgeografis geografis PKEI PKEI • •Belum Belumterealisir terealisir
Kriteria Kriteriapemilihan: pemilihan: • •DiDidalam lingkup dalam lingkupgeografis geografis IEDC IEDC • •Belum Belumterealisir terealisir • •Memiliki interkonektivitas antar Memiliki interkonektivitas antar wilayah, di luar jembatan dan wilayah, di luar jembatan dan sungai sungai
Konektivitas nasional (termasuk sislognas)
PKEI: Pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia
Kebutuhan Infrastruktur PKEI (2011-2014)
Kriteria Kriteriapemilihan: pemilihan: • •DiDidalam lingkup dalam lingkupgeografis geografis IEDC IEDC • •Memiliki Memilikiketerkaitan keterkaitantinggi tinggi terhadap IEDC terhadap IEDC
PPP book 2010 Kriteria Kriteriapemilihan: pemilihan: • •Proyek "priority" Proyek "priority"dan dan"ready "readyfor for offer" offer" • •Proyek Proyekair airbersih bersihberskala berskalabesar besar
Kriteria pemilihan: Kriteria pemilihan: • Semua proyek yang diidentifi•kasi Semua yang diidentifiolehproyek Rencana Induk kasi oleh Rencana Induk • Diindikasikan di dalam Rencana •Tindak Diindikasikan di dalam Rencana TindakPengembangan PengembanganIndustri Industri
Rencana Induk PKEI
Blue Book “Dokumen Pinjaman & Hibah Luar Negeri” 94
Kebutuhan infrastruktur di koridor Sumatera Estimasi kapasitas
Estimasi biaya ($jt)
Nama proyek
Port
Dumai expansion
RPJM, IEDC
Port
Lhokseumawe expansion
RPJM
Port
Medan metropolitan expansion
RPJM, IEDC
$83.0
Port
Palembang expansion
RPJM, IEDC
$28.2
Port
Panjang expansion
RPJM, IEDC
$28.2
Port
Pekanbaru expansion
RPJM, IEDC
$26.5
Power
Sumatra power plants
IEDC, PN
Power
Sumatera Mine Mouth Coal Plant
IEDC
$600.0
Railway
Medan Dumai Pekanbaru
660 km
IEDC
$6,600.0
Railway
Pekanbaru-Jambi-Palembang-Lampung
840 km
IEDC
$8,400.0
Railway
Simpang - Tanjung Api Api
250 km
RPJM
$2,500.0
Railway
South Sumatra Coal
500 km
IEDC
$5,000.0
Railway
Stasiun Araskabu - Kualanamu Airport
Railway
Bandar Tinggi – Kuala Tanjung
Railway
Seimangke – Stas Perlanaan
9 km
Sumber
Kemungkinan PPP
Tipe
$125.0 $1.4
$1,500.0
RPJM
$215.0
18.5 km
CI
$476.0
6 km
CI
$15,120.0
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
95
Kebutuhan infrastruktur di koridor Sumatera (2) Estimasi kapasitas
Tipe
Nama proyek
Toll Road
Pekanbaru – Dumai
CI
Fly Over
Seimangke
CI
Bridge
Seimangke
CI
Road
Jalan Lingkar Provinsi Riau
CI
Road
Jalan Negara Lintas Timur Barat Riau
CI
Road
Jalan Akses Lintas Sumatera – Kuala
16.5 km
Sumber
Kemungkinan PPP
Estimasi biaya ($jt)
CI
Tanjung – Tanjung Gading Port
Pembangunan Dermaga & Break Water
Power
Peninsula Malaysia – Sumatera dalam
CI 600 MW
KN
rangka ASEAN Connectivity Railway
Rantau Prapat – Duri Dumai
CI
Railway
Pekanbaru – Rengat – Kuala Enok
CI
Railway
Pekanbaru – Siak – Tanjung Buton
CI
Railway
Pekanbaru – Bangkinan – Ujung Batu –
CI
Duri Railway
Ruas – Siak – Sungai Pakning
CI
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
96
Kebutuhan infrastruktur di koridor Sumatera (3) Estimasi kapasitas
Tipe
Nama proyek
Road
Belawan access
15 km
RPJM
Road
Seimangke – Kota Lima Puluh
17 km
CI
Toll Road
Medan — Kualanamu — Tebing Tinggi
60 km
RPJM, PPP
Trans Sumatera
1,890 km
Sumber
Kemungkinan PPP
Estimasi biaya ($jt) $15.0
$476.0
RPJM, IEDC
$15,120.0
Total
$40,718.0
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
97
Kebutuhan infrastruktur di koridor Jawa (1) Estimasi kapasitas
Estimasi biaya ($jt)
Tipe
Nama proyek
Airport
Ahmad Yani Semarang
RPJM, KN
$0.3
Airport
Bandung (including potential Kertapati)
RPJM
$4.5
Airport
Juanda Surabaya
RPJM
$53.0
Airport
Airports in 12 cities
RPJM
$6.0
Airport
Soekarno Hatta Jakarta
RPJM, PN, KN
$364.0
Port
Greater Jakarta expansion
RPJM, IEDC, KN
$308.0
Port
Greater Surabaya expansion
RPJM, IEDC, KN
$154.0
Port
Semarang expansion
RPJM, IEDC
Power
Central Java Coal Plant
Power
Java power plants
Railway
Electric in Bandung
Railway
Electric in Citayam - Nambo
Railway
Electric in Duri - Tangerang new track
Railway
Electric in Serpong - Maja new track
Railway
Inner city Surabaya
Railway
Trans Java double track
Railway
Manggarai - Cikarang double track
Railway
Manggarai - Soekarno Hatta
Railway
Jakarta system (MRT, monorail, circle)
Railway
Pasoso - Tanjung Priok Port
Sumber
Kemungkinan PPP
2,000.0 MW PPP 5,000.0 MW IEDC, PN
$8.6 $2,000.0 $5,000.0
20.0 km RPJM 20.0 km RPJM
$30.4
10.2 km RPJM 32 km RPJM
$15.5
50 km RPJM 120 km RPJM, IEDC, KN, PN
$76.0
50 km RPJM, KN, PN 24 km RPJM, PPP, PN 140 km RPJM 2.3 km RPJM
$30.4 $48.7 $220 $540.0 $700.0 $1,891.0 $3.9
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
98
Kebutuhan infrastruktur di koridor Jawa (2) Tipe
Nama proyek
Railway
Semarang-Bojonegoro-Surabaya 2 track
Road
Tanjung Priok access
Road
Trans Java
Toll Road
Bandung Toll Road
Toll Road
Cileunyi-Sumedang-Dawuan
Toll Road
Pejagan Pemalang
Toll Road
Pemalang-Batang
Toll Road
Batang-Semarang
Toll Road
Cimanggis-Cibitung
Toll Road
Bekasi-Cawang-Kp Melayu
Toll Road
Depok-Antasari
Toll Road
Ciawi-Sukabumi
Toll Road
Waru (Aloha)-Wonokromo-Tj Perak
Toll Road
Pasuruan-Probolinggo
Toll Road
Gempol-Pandaan
Water
Jakarta—Bekasi—Karawang Water Supply
Water Water
Estimasi kapasitas
Sumber
Kemungkinan PPP
Estimasi biaya ($jt)
185 km KN 17 km RPJM, PPP
$3,081.3
619 km RPJM, PN, KN, IEDC 20.2 km RPJM, PPP, KN
$3,828.9
$390.0 $270.0
58.5 km RPJM 55 km PN
$395.0
45 km PN 90 km PN
$77.2
$109.0 $122.5
50 km PN 43 km PN
$105.5
25 km PN 50 km PN
$84.0
50 km PN 40 km PN
$207.9 $165.2 $218.0 $111.7
12 km PN PPP
$189.3
Umbulan Water Supply, East Java
PPP
$204.2
Citarum Water Management Program (PI)
PN Total
$23.1
$1,022.0 $22,059.1
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
99
Kebutuhan infrastruktur di koridor Kalimantan Estimasi kapasitas
Sumber
Kemungkinan PPP
Estimasi biaya ($jt)
Tipe
Nama proyek
Port
Balikpapan expansion
RPJM, KN
$72.0
Port
Bangkuang Barge
IEDC
$17.6
Port
Banjarmasin expansion
RPJM, KN
$14.0
Port
Maloy International
IEDC
$1,780.0
Port
Pangkalan Bun
IEDC
$17.8
Port
Pontianak expansion
RPJM
$11.6
Port
Samarinda expansion
RPJM
$8.7
Port
Tanjung Isuy Barge
IEDC
$17.6
Port
Tarakan expansion
RPJM
$3.2
Port
Mempawah expansion
CI
Power
Kalimantan power plants
700.0 MW
Railway
Puruk Cahu - Bangkuang
185 km
RPJM, IEDC,PPP
$1,500.0
Railway
Puruk Cahu-Tanjung Isuy
203 km
IEDC
$2,030.0
IEDC, PN
$700.0
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
100
Kebutuhan infrastruktur di koridor Kalimantan (2) Tipe
Nama proyek
Estimasi kapasitas 80 km
Sumber RPJM
Kemungkinan PPP
Estimasi biaya ($jt) $80.0
Road
Access to ports & airports
Road
Trans Kalimantan
385 km
RPJM, IEDC, KN
Road
Ketapang and surrounding mills
67.6 km
IEDC
$67.6
Road
Kotawaringin and surrounding mills
116 km
IEDC
$116.0
2500 ss
CI
120 km
KN
Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi dengan sistem swtch transit bertingkat Power Pembangunan Listrik Tenaga Tinggi Serawak – Kalbar – Bengkayang dalam rangka ASEAN Connectivity
$385.0
275 kfac Total
$6,821.0
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
101
Kebutuhan infrastruktur di koridor Sulawesi Estimasi kapasitas
Estimasi biaya ($jt)
Tipe
Nama proyek
Port
Kendari
IEDC
Port
Makassar expansion
RPJM, KN, IEDC
$222.0
Port
Manado / Bitung expansion
RPJM, KN, IEDC
$41.4
Port
Poso (Sulteng) - Marisa (Gorontalo)
RPJM
$40.0
Power
Sulawesi Power Plant
Road
Gorontalo airport access
Road
Trans Sulawesi
450 MW
Sumber
Kemungkinan PPP
IEDC, PN RPJM
1890km
$0.9
$450.0 $15.0
RPJM, IEDC, KN
$1,890.0
Total
$2,659.0
Investasi yang sudah/sebagian diidentifikasi lewat proyek
102
Kebutuhan infrastruktur di koridor Bali – Nusa Tenggara Type
Project Name
Airport Airport
Ngurah Rai airport expansion New international airport
Port
Cruise terminal (Tanah Ampo/Benoa)
Power
EJBNT power generation facilities
Road
Trans-Bali toll road1
Road
Estimated Capacity 15 Mn pax 30 Mn pax
RPJM RTRW Bali, IEDC
Estimated Size ($ Mn) 222 510
2 cruise liners
RPJM, PPP, WG
36
457 MW
Source
PPP Potential
IEDC, PN
1,607
27 km
RPJM, RTRW Bali
1,371
Sarangan-Tanjung Benoa access
8 km
RPJM, PPP, WG
149
Road
Probolinggo-Banyuwangi toll road
170 km
IEDC
800
Water
Water reclamation plant
80 Mn m3
IEDC
200
Water
Tukad Unda water treatment plant
31 Mn m3
PPP
44
Total
4,939
Investment identified through projects
1. Comprises of Canggu-Beringkit-Purnama, Tohpati-Kusamba-Padang Bai, Pekutatan-Soka, Negara-Pekutatan, Gilimanuk-Negara, Serangan-Tohpati, Kuta-Ngurah Rai aiport, KutaDenpasar-Tohpati, Kuta-Tanah Lot-Soka PN = Blue Book & Other National Programs; WG = Working Group discussion Source: RPJM, RTRW Bali, PPP book, Blue book, Sislognas, BCG analysis
103
Kebutuhan infrastruktur di koridor Papua Type
Project Name
Roads Roads Power
Trans-Papua Road Access roads in Merauke Urumka Hydropower
Port Port Port
Jayapura Port Merauke Port Teluk Bintuni
Estimated Capacity 6000 km 28 km 350MW 1.235 MT 0.252 MT
Source
PPP Potential
RPJM IEDC IEDC
Yes Yes
IEDC IEDC CI
Yes Yes Yes
Estimated Size ($mn) $5000 $28 $350 $4300 $900
Investment identified through projects
104
Strategi Pelaksanaan Transformasi Ekonomi • Pelaksanaan Transformasi Ekonomi merupakan kolaborasi antara dunia usaha dan pemerintah. • Private sector led dalam pengambilan keputusan investasi dan penciptaan lapangan kerja (terutama untuk pusat-pusat pertumbuhan). • Pemerintah sebagai katalisator dan fasilitator (regulasi, penyediaan fasilitas publik, SDM dan aspek pemerataan) • Integrasi rencana aksi yang sudah ditetapkan ke dalam dokumen perencanaan dan anggaran (RKP dan RAPBN) • Sosialisasi intensif kepada berbagai stake holders • Mekanisme khusus untuk monitoring dan evaluasi
106
Pembiayaan transformasi ekonomi sebagian besar oleh sektor swasta dalam dan luar negeri Pembiayaan Publik Bersifat Fasilitator dan Katalisator
Domestic Investment
..... Bil USD
FDI .... Bil USD
108
Tindak Lanjut Penyusunan Grand Design transformasi ekonomi – Menjabarkan arahan Presiden ke dalam dokumen rancangan pembangunan transformasi ekonomi – Melakukan pertemuan dengan stakeholders, khususnya sektor swasta dan pemerintah daerah – Penetapan 20 Program Utama merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah dan dunia usaha. – Finalisasi grand design – penetapan koridor ekonomi dan program utama
Penyusunan Rencana Aksi – Pembentukan tim-tim khusus untuk menggodok secara mendalam masing-masing program utama (meliputi K/L terkait, KEN, swasta, akademisi, pemda dsb nya) termasuk aspek pembiayaan – Penjabaran dan penetapan list of projects untuk masing-masing Program Kunci, merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha – Penetapan rencana aksi/proyek 110
Time Frame Proses Penyusunan 2011 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Penyusunan rancangan Grand Design Pelaksanaan National Summit Penyusunan Rencana Aksi oleh Tim Khusus
Diisi berdasarkan arahan dari retreat 30 Desember 2010
Integrasi rencana aksi kedalam RKP dan RAPBN Penyusunan mekanisme Monev
111