Paul Karl Feyerabend
Paul Karl Feyerabend lahir di Wina, Austria pada tahun 1924. Pada masa mudanya ia tertarik untuk belajar ilmu pasti. Menjelang Perang Dunia II di saat Austria diduduki Nazi Jerman, ia ditarik sebagai tenaga kerja bagi The Third Reich dan sempat menjadi tentara di front Rusia. Sekembalinya ia dari perang, ia belajar filsafat di Wina. Di sana ia sempat belajar dari Berthold Brecht. Kemudian ia pindah ke Cambridge karena tertarik untuk berguru pada Wittgenstein. Sepeninggal Wittgenstein, ia pindah ke London School of Economics dan di sana ia berguru pada Karl Popper. Setelah sebelumnya menganut falsifikasi Popper, ia kemudian menyusun pemikirannya sendiri yang melawan pemikiran Popper. Ia kemudian mengajar di beberapa tempat seperti University of California-Berkeley, Yale dan Minnesota. Feyerabend adalah seorang filsuf ilmu pengetahuan yang cukup kontroversial. Di kalangan tertentu ia dianggap sebagai musuh ilmu pengetahuan karena mengadvokasi sisi nonilmiah untuk mencapai kebenaran. Ia juga dituduh sebagai anti rasionalitas karena mengadvokasi sisi intuitif manusia. Untuk tidak jatuh ke dalam pendapat umum, maka ada baiknya untuk melihat terlebih dahulu apa sebenarnya proyek yang ingin dikerjakan oleh Feyerabend. Feyerabend, sebagaimana Thomas Kuhn, mewarnai filsafat ilmu pengetahuan abad ke20 dengan melihat sejarah ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang sentral di dalam filsafat ilmu pengetahuan. Melalui analisis sejarah ilmu pengetahuan, ia melihat bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang tidak mungkin salah. Sepanjang sejarah ilmu umat manusia, setiap teori selalu digagalkan oleh teori yang berikutnya. Karena itu bagi Feyerabend tidak ada yang sakral tentang teori itu sendiri, seperti halnya klaim ilmu pengetahuan pada umumnya. Kita hanya bisa sekedar puas kalau teori ini benar pada batas tertentu dan pada waktu tertentu. Ia juga sependapat dengan Kuhn tentang ketidakterbandingan (incommensurability) antara dua paradigma ilmu yang berbeda. Artinya dua teori yang berbeda tidak bisa diukur dengan standar yang sama. Ia menolak bahwa pengamatan adalah standar yang bisa dipakai untuk melihat apakah sebuah teori terbukti atau tidak. Benar tidaknya sebuah pengamatan ditentukan oleh kerangka teorinya.[1] Contoh yang bisa kita pakai misalnya adalah konsep “panjang” dalam fisika Newtonian dan fisika relativistik. Dalam fisika Newtonian, “panjang” adalah sebuah entitas yang independen terhadap kecepatan benda, kecepatan pengamat dan medan gravitasi, namun dalam fisika relativistik “panjang” tidaklah independen terhadap kecepatan benda, kecepatan pengamat dan medan gravitasi.*2+ Dengan kata lain “panjang” dalam fisika Newtonian adalah mutlak, sedangkan dalam fisika relativistik adalah relatif.
Feyerabend lalu melakukan serangan melalui bukunya Against Method. Seperti yang diungkapkan dengan judulnya, Feyerabend melawan positivisme yang mengatakan bahwa kebenaran hanya bisa dicapai melalui metode ilmiah. Positivisme di dalam ilmu pengetahuan mengatakan bahwa kebenaran hanya bisa dicapai melalui pengamatan. Pengamatan menurut penganut positivisme adalah sesuatu yang betul-betul bebas nilai dan oleh karena itu objektif. Feyerabend menolak klaim ini. Ia berpendapat bahwa pengamatan tidaklah bebas nilai, melainkan terkandung di dalamnya metode yang dipakai (theory laden).[3] Dengan kata lain, metodologi yang berbeda akan menghasilkan pengamatan yang berbeda, oleh sebab itu pengamatan sama sekali tidak objektif. Seperti halnya Kuhn, Feyerabend justru melihat bahwa kemajuan ilmu pengetahuan, atau bahasa Kuhn perubahan paradigma, justru terjadi disaat metodologi ilmu pengetahuan dilanggar. Contohnya adalah pada kasus Galileo. Pembelaannya pada heliosentrisme justru dilakukan dengan melanggar standar ilmu pengetahuan Aristotelian yang berlaku pada waktu itu. Ini bisa terjadi karena realitas sesungguhnya jauh lebih kaya daripada apa yang bisa dijangkau oleh metode ilmiah,[4] secanggih apa pun metode ilmiah tersebut. Karena itulah Feyerabend mengambil jalan anarkistik untuk mencapai kebenaran di dalam ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain “anything goes”.*5+ Inilah yang membuat ia dipandang sebagai seorang anarkis ilmu pengetahuan. Namun apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh Feyerabend? Untuk itu ia kembali merujuk pada sejarah. Ia melihat sesuatu yang menakutkan di dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan karena sesungguhnya ilmu pengetahuan, yang di dalam sejarahnya lahir untuk melawan metafisika khususnya metafisika agama, telah menjelma menjadi sebuah agama baru. Seperti halnya agama yang mempunyai klaim otoritatif yang tidak bisa diganggu gugat karena klaim ilahiah, ilmu pengetahuan pun mulai mencapai status “ilahiah”-nya melalui klaim metode ilmiah yang tidak bisa dibantah.[6] Ia telah menjadi metafisika yang telah dilawannya sendiri. Feyerabend melihat ini sebagai sesuatu yang tidak menggembirakan, karena seperti telah dijelaskan di depan, perkembangan ilmu pengetahuan terjadi justru karena penumbangan satu metode oleh metode yang lain. Jika suatu metode ilmiah tidak ditumbangkan, yang terjadi adalah kemandegan ilmu pengetahuan, karena metodologi menciptakan kebenarannya sendiri. Feyerabend kemudian merunut sejarah untuk melihat mengapa ini terjadi. Ia mengacu pada pernyataan Protagoras: Kamu dan saya, para dokter, seniman, dan pengrajin, tahu tentang banyak hal dan kita hidup karena mereka memiliki pengetahuan itu. Sekarang mereka yang menamakan diri mereka filsuf mengatakan bahwa pengetahuan kita hanyalah sekedar pendapat umum yang berdasarkan pada pengalaman yang tidak tetap dan membedakan kita “yang banyak” dengan “yang sedikit”, yang telah tercerahkan, yaitu mereka dan teori-teori aneh mereka.[7] Protagoras dengan ini ingin melawan pendapat Plato yang menganggap bahwa para filsuf tahu lebih baik tentang realitas dibandingkan dengan para praktisi sehari-hari. Menurut Plato, para praktisi ini sering kali membuat reduksi untuk bisa menjelaskan fenomena sesuai dengan bidang keahlian mereka. Dengan demikian mereka hanya memiliki kebenaran di dalam wilayahnya masing masing. Untuk bisa sampai kepada pengetahuan sejati, kepingan-kepingan pengetahuan ini haruslah disatukan supaya menjadi sebuah kebenaran yang utuh. Tugas untuk menyatukan kepingan-kepingan yang terpisah ini jatuh kepada filsuf.[8] Pandangan Plato ini sebenarnya juga tidak salah, jika filsuf dilihat secara sejajar dengan yang lain, atau menjadi sekedar moderator di dalam perdebatan di dalam mencari kebenaran. Protagoras tidak menyangkal bahwa keberadaan orang-orang bijak, seperti filsuf, dibutuhkan. Bahkan ia mengatakan bahwa perubahan hanyalah bisa dilakukan oleh orang-orang bijak ini,
mungkin karena mereka memiliki pandangan lebih luas dari orang pada umumnya. Namun, dengan mengacu pada kehidupan polis di Yunani terutama di Athena, Protagoras mengatakan bahwa keputusan untuk melakukan perubahan, dalam hal ini perubahan politis, tetap ada di tangan warga masyarakat banyak. Kapasitas filsuf adalah sebagai penasihat, bukanlah sebagai diktator. Protagoras memperingatkan bahwa jika para filsuf ini diberikan hak untuk menentukan masyarakat, mereka cenderung akan mengubah masyarakat menjadi sesuai dengan apa yang mereka anggap benar, bukan untuk semakin mendekati kebenaran hakiki.[9] Menurut Feyerabend, ini adalah awal dari otoritarianisme ilmu pengetahuan, dan proyek yang ingin dilakukan oleh Feyerabend adalah meruntuhkan otoritarianisme ini. Feyerabend juga menunjukkan bahwa usaha pengetahuan untuk membuat klaim kebenaran tunggal pun sebenarnya adalah sia-sia. Ia mengambil contoh dengan ilmu fisika sebagai ilmu yang paling eksak dibandingkan dengan ilmu yang lain. Dengan merujuk pada perkembangan ilmu pengetahuan, sampai saat ini tidak ada satu kesetujuan pandangan mengenai konsep ruang dan waktu di dalam ilmu fisika.[10] Yang ada satu teori yang bertentangan dengan teori yang lain. Lalu apa yang ditawarkan oleh Feyerabend untuk mencapai kebenaran? Feyerabend mengidealkan situasi di zaman Yunani Kuno. Kebenaran di zaman itu dipraktekkan dalam kehidupan di polis, di mana keputusan diambil di dalam rapat warga. Kebenaran, di dalam hal ini keputusan politik, di ambil dalam sebuah debat terbuka yang melihatkan orang-orang biasa warga polis. Semua suara berhak didengarkan. Setiap orang memiliki hak suara yang sama, tidak peduli ia seorang ahli atau bukan. Jika dinyatakan dalam sebuah proposisinya, bunyinya kurang lebih seperti ini: Warga masyarakatlah, bukan sekelompok tertentu yang menentukan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang berguna dan apa yang tidak berguna untuk masyarakat mereka sendiri.[11] Feyerabend menamakan ini sebagai relativisme demokratis (democratic relativism). Ini bukan berarti seorang ahli sama sekali tidak memiliki tempat dalam menentukan kebenaran. Seorang ahli tetap dapat dipanggil untuk memberikan pendapatnya, tetapi ia tidak memiliki semacam hak veto untuk menentukan apa yang salah dan apa yang benar. Ini selaras dengan logika Aristoteles yang mengatakan bahwa kebenaran yang dikatakan seseorang tidaklah ditentukan oleh siapa orang itu, apa jabatannya, atau apa kompetensinya (ad hominem), melainkan oleh apa yang dikatakannya. Kebenaran yang dicapai dalam konsensus secara demokratis tentu saja tidak memberikan jaminan sama sekali bahwa itu adalah kebenaran yang sejati. Tetapi jika kebenaran yang diambil itu terbukti salah kemudian, ia akan menjadi sebuah pembelajaran yang baik bagi mereka yang telah mengambil keputusan yang salah. Dengan membuat kesalahan mereka akan menjadi semakin bijak untuk mengambil keputusan di kemudian hari.[12] Ini berbeda dengan keputusan yang diambil oleh elit. Masyarakat umum tetap harus menderita kalau keputusan yang diambil elit salah. Sementara itu karena keputusan diambil oleh elit secara tertutup, masyarakat tidak dapat melihat kompleksitas persoalan yang diputuskan. Dan dengan demikian elit pengambil keputusan dapat dengan mudah membelokkan kenyataan bahwa mereka telah salah mengambil keputusan dengan menutupinya, karena toh masyarakat tidak memiliki akses. Feyerabend justru melihat jalan inilah, yaitu relativisme demokratis, yang tidak menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Tujuan Feyerabend meruntuhkan kedigjayaan ilmu pengetahuan dengan klaim absolutnya justru adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan. Ia ingin menyelamatkan ilmu pengetahuan dari kemandegannya sendiri. Ia mencoba
menyadarkan bahwa secanggih apapun sebuah metodologi, ia masih memiliki kekurangan. Metodologi absolut yang menjadi impian kaum positivistik, alih-alih mencapai kebenaran justru akan menciptakan kebenarannya sendiri yang justru menghambat kemajuan ilmu pengetahuan.[13] Feyerabend bahkan berani selangkah lebih maju untuk membela apa yang sering dicibir para ilmuwan sebagai tidak ilmiah seperti voodoo atau firasat. Feyerabend melihat bahwa halhal yang sering diklaim tidak ilmiah tidaklah otomatis tidak benar, melainkan sekedar tidak bisa dimasukkan ke dalam kerangka metodologis ilmu pengetahuan yang berlaku di saat itu. Feyerabend menolak untuk mengatakan bahwa pendekatan-pendekatan yang tidak ilmiah ini sebagai tidak rasional. Ia justru mempertanyakan definisi rasionalitas yang terlalu sempit.[14] Pandangan rasionalitas yang sempit sebagaimana yang didefinikan kaum positivistik, yaitu logis dan empiris, tidak dapat menangkap seluruh kekayaan dari realitas, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Namun ini tidak berarti kita bisa dengan semenamena memasukkan pandangan-pandangan ke dalam ilmu pengetahuan. Feyerabend justru mengharuskan kebenaran ilmu pengetahuan untuk diuji, bukan hanya sekedar sesuatu yang dipercaya begitu saja. Ia menolak klaim bahwa dunia barat lebih unggul dibandingkan dengan tradisi lainnya. Ia menyarankan studi perbandingan untuk membandingkan dunia dunia yang berbeda tersebut dan tidak langsung mengatakan bahwa yang satu lebih baik dari yang lain. Pengobatan tradisional Cina misalnya, yang menurut ilmu pengobatan barat tidak bisa dipertanggungjawabkan, adalah efektif bagi ahli pengobatan Cina. Keduanya tidak terbandingkan karena menganut metodologi yang berbeda. Namun ketidakterbandingan dua teori yang berbeda tidaklah membuat tidak ada dialog di antara kedua ilmu tersebut. Lagi pula ketidakterbandingan adalah masalah para filsuf, menurut Feyerabend.[15] Dalam ranah praktek, pembandingan antara dua teori yang berbeda tetap dapat dilakukan. Pendekatan yang dipakainya sama dengan pendekatan yang diusulkan oleh Protagoras, yaitu pendekatan rekayasa atau pragmatis.[16] Pendekatan seperti inilah yang disebut Feyerabend sebagaimana seorang empiris yang baik atau seorang metafisikus yang kritis: Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan asumsi yang cukup umum namun tidak dihubungkan secara langsung dengan pengamatan; ini berarti langkah pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan sebuah metafisika baru. Kemudian metafisika baru ini harus diuraikan secara mendetail untuk bisa berhadapan dengan teori yang ingin diuji, sehubungan dengan generalitas, detail dari prediksi, keakuratan perumusan … Pembuangan semua metafisika, alih-alih meningkatkan muatan empirik dari teori tersebut, justru membuat teori tersebut menjadi sebuah dogma.[17] Dengan demikian cukup jelas bahwa apa yang dilawan oleh Feyerabend bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan “fundamentalisme” ilmu pengetahuan. Yang dibela oleh Feyerabend bukalah sekedar “kemajuan” ilmu pengetahuan, tapi manusia itu sendiri. Sudah terlihat dari sejarah umat manusia, bahwa klaim universal ilmu pengetahuan telah menimbulkan penindasan dari satu kelompok manusia kepada kelompok manusia lain. Feyerabend ingin membela manusia, bahwa sekecil apapun suaranya ia tidak diabaikan. Pembelaan Feyerabend terhadap ilmu pengetahuan yang humanis dan pluralis ini mungkin bisa diringkas dengan sebuah kutipan darinya: Ilmu pengetahuan adalah salah satu ciptaan dari pikiran manusia yang paling menakjubkan … melawan ideologi yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan untuk membunuh kebudayaan.[18]
Relativisme dan Nilai Ilmu
Kritik Thomas Kuhn dari pandangan umum bahwa sains telah meningkatkan secara besar
pengetahuan kita mengenai dunia, melalui sifat obyektif dan standar berbagi untuk menilai teori-teori. Seperti Kuhn, Paul Feyerabend telah mengklaim bahwa pandangan pengetahuan ilmiah ini sangat keliru, karena ilmu terkadang tidak mengarah pada basis akumulasi pengetahuan berdasarkan standar objektif dan berbagi. Sebaliknya, berisi episode revolusioner di mana teori-teori yang ada benar-benar digulingkan, dan standar penaksiran teori kami secara radikal berubah. Ia juga berpendapat bahwa transisi dari pra-sains ke sains berisi episode revolusioner yang sama. Tidak seperti Kuhn, Feyerabend kadang-kadang berpendapat bahwa perubahan tersebut bisa begitu menyeluruh bahwa tidak mungkin untuk memberikan gambaran dunia dengan catatan independen mengapa gambaran baru harus disukai. Standar sendiri penting untuk internal dari gambaran dunia yang secara teori terdiri dari bagian, sehingga teori-teori tidak dapat cukup dinilai dengan benar secara independen dari sudut pandang tertentu. Sejumlah Tampilan Feyerabend terhadap relativisme di mana sifat alami dunia dan standar yang tepat untuk menilai teori adalah sepenuhnya internal untuk gambaran dunia. Dia berpendapat bahwa gambaran dunia tidak hanya catatan saingan dari dunia kita yang sebenarnya, akan tetapi beberapa pengertian mengenai hasil dunia itu sendiri; artinya adalah terdapat berbagai gambaran berbeda dari dunia yang berbeda. Ontologi gambaran itu adalah konstitutif (menurut kosnstitusi) sifat dasar dunia. Sebuah gambaran dunia yang mengacu pada dewa secara harfiah adalah gambar dari dunia yang berisi dewa. Karena gambaran dunia yang berbeda membuat dunia yang berbeda, hubungan sebab akibat antara hal-hal dan cara-cara yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan tentulah berbeda dalam dunia yang berbeda. Dalam dunia yang berisi dewa, mengandalkan nubuat tertentu adalah cara yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan, sementara banyak pengalaman yang tidak dapat dipercaya karena mungkin dihasilkan oleh dewa ganas yang sangat jahat. Selanjutnya, Feyerabend mengatakan bahwa apa yang merupakan pengetahuan tergantung pada gambar satu hal yang dibicarakan dalam dunia tersebut. Dalam gambaran dunia Homer dari orang-orang Yunani awal, pengetahuan adalah semacam daftar mengenai bagaimana aspek segala sesuatu hal yang telah dialami. Dalam pandangan dunia dari para filsuf Yunani, pengetahuan adalah pemahaman tentang apa yang ada di balik segala penampilan yang menyesatkan.[2] Hal ini penting untuk memahami betapa radikal implikasi dari catatan Feyerabend. Feyerabend ini, pada dasarnya, mengklaim bahwa tidak ada yang istimewa tentang sains saat ini sebagai metode pengumpulan pengetahuan, kecuali mungkin dalam satu gambaran dunia. Pernyataan bahwa sains saat ini adalah cara yang lebih aman untuk mengumpulkan pengetahuan daripada memungut dari teks-teks agama merupakan sesuatu yang tidak dapat dibenarkan karena dominasi keunggulan suatu gambaran dunia atas gambaran yang lainnya. Gambaran dunia yang ilmiah tidak lebih baik dari yang lain, kecuali dari sudut pandang yang sudah mengasumsikan standar ilmiah lebih unggul. Feyerabend tidak hanya menimbulkan masalah filosofis mengenai pandangan pengetahuan ilmiah. Ia berpendapat bahwa sains tidak seharusnya memiliki tempat khusus dalam hidup kita: karena hal ini tidak memberi kita pemahaman tentang dunia yang layak dengan penghormatan yang mendalam; cita-cita dan metode tidak terlalu layak sebagai emulasi; dan seharusnya sains tidak memiliki tempat khusus dalam sistem pendidikan, dalam bidang kedokteran dan dalam sistem hukum. Selanjutnya, dana untuk sains harus dikontrol oleh badan-badan yang berada di bawah kontrol demokratis langsung. Jika beberapa warga ingin voodoo diajarkan kepada anakanak mereka daripada fisika, ilmuwan tidak harus bisa mencegah dari apa yang diajarkan. Jika beberapa warga berpikir penyembuh iman/dukun dapat menyembuhkan penyakit lebih baik daripada dokter, maka dukun seharusnya mendapat kesempatan untuk melaksanakan praktik kedokteran. Jika sebagian besar warga berpikir bahwa fisika partikel berbahaya dan tidak boleh didanai, maka fisika partikel tidak boleh didanai. Jika sebagian besar warga berpikir bahwa ahli mistik tahu tentang peristiwa yang jauh bahkan mereka belum pernah melihatnya, maka mistik harus diperlakukan sebagai saksi ahli di pengadilan.
Bagian dari argumen Feyerabend untuk mengatakan bahwa sains tidak harus memiliki tempat khusus dalam masyarakat kita bergantung pada pembelaan terhadap relativisme. Tetapi dia juga berpendapat bahwa bahkan jika sains memberi kita sifat obyektif terhadap kebenaran pengetahuan, ini tidak berarti bahwa sains harus memiliki tempat khusus dalam masyarakat kita. Hal ini akan tergantung pada nilai komitmen kita dimana dan sejauh mana kedudukan sains harus terletak dalam masyarakat kita. Kita harus merasa sangat bebas untuk memperlakukan para ilmuwan sebagai orang yang terkadang menghasilkan gadget yang berguna bagi kita yang mereka kemudian juga dibayar. Berbeda dengan Feyerabend, Popper jelas berpikir bahwa sains adalah praktek yang tidak boleh dihargai hanya untuk aplikasi teknologinya. Ia berpendapat bahwa sains adalah contoh paradigmatik dari praktik rasional di mana diskusi kritis terbuka dapat terjadi dan masalah yang menarik secara intelektual dapat ditingkatkan. Ia berpikir bahwa belajar bagaimana dengan benar melakukan penelitian ilmiah adalah belajar bagaimana untuk terlibat dalam diskusi kritis dengan cara yang sesuai untuk kebebasan masyarakat. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa ketika kita membatasi diri kita sendiri atau orang lain dalam pertanyaan yang kita ajukan dan bagaimana kita menjawabnya, kita mengambil sikap otoriter yang merupakan ancaman bagi peradaban demokrasi kita. Popper juga mengklaim bahwa untuk penelitian ilmiah atau diskusi penting lainnya untuk menjadi benar rasional, itu tidak dapat dibatasi oleh tujuan yang telah ditentukan. Solusi imajinatif untuk permasalahan mungkin mengubah sains dan kehidupan sosial kita dengan cara yang benar-benar tak terduga. Masalah yang kita mulai mungkin berubah menjadi sepele atau memiliki prasangka keliru. Menyalurkan penelitian ilmiah ke daerah-daerah yang telah ditentukan adalah tidak rasional dan tidak diinginkan. Perbedaan pandangan yang ditunjukkan oleh Popper dan Feyerabend dapat ditelusuri kembali ke Pencerahan dan kritik. Pandangan Popper diturunkan dari gagasan Pencerahan bahwa sains harus memiliki tempat khusus dalam pemikiran kita karena itu merupakan pencapaian tertinggi, usaha yang dibangun dan dilakukan secara rasional. Namun, tidak seperti beberapa pendahulu Pencerahannya, Popper menyatakan bahwa teori-teori ilmiah dan sosial adalah keliru dan bahwa teori-teori yang benar tentang nilai-nilai dapat sama sekali tidak secara logis berasal dari pengetahuan ilmiah. Akibatnya, ia berpikir ada kebutuhan bagi perdebatan terus-menerus bahkan teori-teori ilmiah terbaik yang teruji. Dia juga menganggap kebijakan sosial harus tunduk kepada diskusi kritis yang konstan. Namun demikian, Popper menyatakan bahwa dengan mengikuti cita-cita metodologis sains kita akan memiliki lembaga-lembaga sosial dan ilmiah yang toleran, di mana kita sampai pada kesimpulan sementara tentang dunia dan apa yang harus kita lakukan, melalui kritik rasional dan debat. Kehidupan manusia akan meningkat sebagai penganiayaan yang menurun dan sebagai peningkatan teknologi yang diterapkan untuk meringankan kesengsaraan manusia. Feyerabend sangat menekankan pada gagasan kebebasan individu, yang dipertahankan oleh beberapa filsuf Pencerahan. Namun, jalur utama argumennya diturunkan dari ide-ide antiPencerahan bahwa berpikir dengan cara-cara ilmiah tidak memadai untuk memahami dunia, dan bahwa pendekatan yang bersifat saintistik untuk banyak masalah memimpin kehidupan manusia ke arah kesengsaraan dan kehilangan jalan yang kaya dan bermakna bagi kehidupan. Saya akan menyatakan bahwa argumen Feyerabend untuk relativisme keliru. Saya juga akan berpendapat bahwa kritiknya tentang penempatan sains dalam masyarakat kita tidak memadai dan bahwa argumen Popper – bahwa sains harus memiliki peran penting dalam masyarakat kita – memiliki beberapa hal yang masuk akal. Namun demikian, saya akan setuju dengan klaim Feyerabend bahwa hal itu tidak akan masuk akal bagi seseorang untuk memilih sains yang hanya memiliki peran kecil dalam masyarakat kita.
1.
PERUBAHAN RADIKAL DAN RELATIVISME
Argumen Sejarah Feyerabend Feyerabend mengklaim bahwa tidak ada teori dari metode yang dapat membenarkan apa yang terjadi dalam revolusi ilmiah karena apa yang terjadi tidak dapat dinilai telah rasional dengan standar obyektif dan berbagi (shared). Apa yang seharusnya menjadi pertumbuhan pengetahuan kadang-kadang lebih seperti konversi agama. Dia mengatakan bahwa contoh penting dari episode tersebut adalah revolusi Copernicus. Peristiwa ini telah dianggap oleh banyak sejarawan dan filsuf telah menghasilkan kemajuan besar dalam pengetahuan. Dengan menyerang tampilan standar itu, Feyerabend artinya menantang apa yang ia pikirkan tersebut sebagai salah satu mitos sentral yang telah didukung status sains. Untuk memberikan pembaca pengetahuan yang cukup mengenai latar belakang untuk memahami argumennya, izinkan saya memulai dengan menjelaskan beberapa perubahan teoritis penting yang terjadi selama revolusi Copernicus sebagaimana Feyerabend ingin memahaminya. Dari akhir abad keenam belas dan seterusnya, campuran abad pertengahan fisika dan kosmologi Aristoteles dan Ptolemeus, yang akan saya sebut ‘the Ptolemaic view’, digantikan oleh pandangan Copernicus yang sangat berbeda dari sifat dan struktur alam semesta.[3] Ptolemeus berpikir ada sejumlah aneka macam materi, masing-masing memiliki kecenderungan yang berbeda. Ide ini digantikan oleh gagasan Copernicus bahwa ada satu jenis materi yang mematuhi hukum yang sama. Ptolemeus disusun dari materi sederhana dengan anggapan materi tersebut memerlukan suatu penggerak eksternal untuk tetap bergerak dalam garis horizontal.[4] Selanjutnya, dalam pandangan mereka, hal sederhana jatuh menuju tempat alaminya pada pusat bumi yang seharusnya memiliki percepatan sebanding dengan beratnya. Dalam konsepsi Copernican yang baru, semua materi memiliki kecenderungan untuk terus bergerak dalam gerakan garis lurus, atau untuk tetap diam. Tubuh yang jatuh menuju pusat bumi berakselerasi dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan berat badan mereka, dan gerakan mereka bukan karena kecenderungan yang melekat pada mereka, tetapi karena daya tarik gravitasi bumi. Ptolemais berpikir benda-benda langit yang bergerak berada dalam bola raksasa kristal yang terbuat dari eter, zat yang memiliki kecenderungan secara alami agar benda tetap pada gerakan melingkar. Bumi digelar berada di tengah langit. Dalam konsepsi Copernicus, tidak ada bola kristal; dan planet-planet yang mirip dengan bumi, yang merupakan salah satu badan di antara banyak yang berputar mengelilingi matahari. Badan-badan ini disimpan dalam orbitnya dengan kombinasi kecenderungan alami mereka untuk terus bergerak dalam garis lurus dan daya tarik gravitasi matahari. Feyerabend mengklaim ada banyak perbedaan lainnya antara gambaran dunia Ptolemaic dan Copernicus. Arti dari istilah deskriptif dalam dua gambaran dunia tersebut adalah berbeda secara radikal. Untuk memahami maksudnya, Ptolemaic mempertimbangkan penggunaan istilah ‘kinesis’ yang berarti equivalent dalam Latin. ‘Kinesis’ digunakan oleh Ptolemeus untuk menggambarkan pergerakan benda ke arah pusat bumi, pergerakan planet-planet dan bintangbintang. Ini tidak berarti ‘gerak’, untuk itu istilah ini digunakan untuk menunjukkan jenis perubahan yang melibatkan realisasi dari potensi alam, seperti pertumbuhan dan perkembangan anak laki-laki menjadi seorang pria. Ini berarti bahwa kasus sehari-hari apa yang kita alami, dipengaruhi oleh konsepsi Copernicus, suatu istilah yang disebut ‘gerak’, adalah apa yang disebut oleh Ptolemeus baik sebagai kinesis atau perubahan tidak wajar yang disebabkan oleh penggerak eksternal (dan dijelaskan oleh prinsip-prinsip yang terpisah). Feyerabend mengatakan bahwa perbedaan antara dua gambaran dunia yang sedemikian rupa tersebut menyebabkan penggunaan istilah deskriptif dari sebuah teori tidak dapat didefinisikan dengan menggunakan istilah-istilah dari teori lain. Hal ini akan membuat mereka secara konseptual tidak dapat dibandingkan. (Gagasan tidak dapat dibandingkan secara konseptual dijelaskan dalam Bab 1.)
Dalam karya awalnya, Feyerabend mengakui bahwa hanya konsep yang tidak dapat dibandingkan yang meningkatkan masalah yang mana barangkali tidak serius sejak, seperti yang saya jelaskan di Bab I, teori yang sekedar konseptual tidak dapat dibandingkan ini dapat secara rasional dibandingkan. (teori tersebut membuat prediksi jenis tertentu dan kita dapat membandingkan prediksi mereka dengan memeriksa mereka terhadap apa yang terjadi, dijelaskan dalam hal masing-masing teori itu sendiri.) Namun, Feyerabend kemudian berpendapat bahwa prosedur ini cacat karena tidak ada standar gambar-independen yang dapat dibenarkan untuk pengujian manfaat relatif dari teori yang dapat dibandingkan. Perubahan revolusioner dalam ilmu yang terjadi di episode seperti revolusi Copernicus melibatkan perubahan standar untuk menilai teori yang tidak dapat dinilai sendiri dengan mengacu pada standar umum, sebagaimana teori-teori tersebut terlalu berbeda. Galileo dan penerusnya akan menyukai untuk menyatakan bahwa cara-cara baru mereka memperoleh pengetahuan dan asumsi baru mereka tentang dunia, lebih masuk akal daripada pendahulu Ptolemeus. Tapi mereka tidak mampu melakukannya. Hal ini memaksa mereka untuk menggunakan tipu daya dan propaganda untuk menggantikan gambaran dunia Ptolemaic, karena mereka tidak bisa menggunakan metode rasional. Ini berarti bahwa ‘kemajuan’ dalam ilmu kadang-kadang tidak kumulatif atau rasional sesuai dengan gambar-teramat penting dan secara standar obyektif dapat dibenarkan rasionalitasnya. Feyerabend menyajikan tiga argumen utama untuk klaim bahwa revolusi Copernicus terjadi melalui tipuan dan bukan argumen rasional. Pertama, Feyerabend mengatakan bahwa Galileo diam-diam, dan tanpa argumen yang baik, mendapat banyak lawan-lawannya untuk menerima bahwa bukti teleskopik lebih unggul daripada bukti-bukti yang diberikan oleh mata telanjang. Menurut Ptolemy, orang normal dalam kondisi normal memandang dunia dengan benar. Instrumen dari berbagai jenis adalah tidak dapat dipercaya ketika digunakan dalam sesuatu yang berada di luar jangkauan persepsi manusia normal. Feyerabend menunjukkan bahwa, bagaimanapun, Galileo menggunakan hasil pengamatan dengan teleskop sebagai bukti sentral terhadap gambaran Ptolemaic. Dia melakukan ini tanpa memiliki teori yang memadai tentang bagaimana teleskop bekerja, sebagai apa yang akan diperlukan untuk membantah klaim Ptolemaic. Misalnya, dengan mata telanjang, ukuran dan kecerahan Venus hampir terlihat berubah dari waktu ke waktu. Namun menurut catatan Copernicus, ukuran dan kecerlangan banyak yang harus bervariasi karena kadang-kadang berarti jaraknya lebih dekat ke bumi. Hal ini tampaknya memberikan Ptolemaists sanggahan dari Copernicanism. Namun, Galileo menemukan bahwa bila dilihat melalui teleskop, Venus berubah dalam ukuran dan kecerahan sesuai dengan prediksi Copernicus. Galileo menggunakan bukti teleskopik untuk membantah argumen Ptolemeus melawan Copernicanism. Tetapi argumen Galileo dibenarkan menganggap pengamatan teleskopik lebih dapat diandalkan dibandingkan pengamatan mata telanjang. Kedua, Feyerabend berpendapat bahwa Galileo tidak bisa berurusan dengan kritik penting dari Copernicanism secara memadai tanpa cukup asumsi akan kebenaran yang merupakan bagian penting dari teori Copernican. Saat ia tidak bisa mempertahankan pandangan rasionalnya, ia menggunakan Muslihat untuk mengubah orang agar menyetujui pandangannya. Mari saya jelaskan klaim kedua Feyerabend secara detail. Menurut Copernicans, bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan tinggi, sehingga orang akan berpikir batu jatuh dari menara akan mendarat ratusan meter di belakang menara. Bahkan, mendarat di kaki menara. Ptolemaists mengambil ini menjadi sanggahan percobaan Copernicanism. Solusi Galileo untuk masalah ini adalah bahwa batu dan menara keduanya bergerak ke arah yang sama, tetapi kita tidak melihat bahwa batu bergerak dengan cara Copernicus karena kita hanya mengamati gerak relatif terhadap menara. Dengan menggunakan serangkaian contoh cerdik, Galileo menunjukkan bahwa persepsi kita sehari-hari tentang gerak kadang-kadang sangat keliru. Dia menunjukkan bahwa hal ini terjadi ketika kita melihat gerak hanya relatif terhadap beberapa objek yang diamati dan menganggap gerakan yang mutlak. Dia mendalilkan bahwa ini juga berlaku untuk kasus-kasus lainnya. Feyerabend mengatakan, bagaimanapun, bahwa argumen ini tidak berurusan dengan argumen menara, sebagaimana Galileo membutuhkan prinsip inersia untuk menunjukkan bahwa, dalam kasus tertentu, persepsi sehari-hari adalah keliru. Feyerabend menegaskan bahwa Galileo memperkenalkan prinsip inersia melingkar agar dengan benar berurusan dengan argumen menara. Prinsip inersia melingkar menyatakan bahwa sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan sudut pada
gesekan bola di sekitar pusat bumi akan terus bergerak dengan kecepatan sudut yang sama selamanya. Jika prinsip ini benar, salah satu asumsi utama di balik argumen tower salah dan argumen tower tidak memiliki kekuatan sebagai kritik terhadap pandangan Copernicus. Namun, Feyerabend mengklaim bahwa Galileo memperkenalkan prinsip inersia melingkar tanpa pembenaran eksperimental. Jadi, dengan catatan Feyerabend, Galileo tidak berurusan dengan argumen Ptolemaic dengan menarik bukti eksternal; sebaliknya, ia menyelundupkan dalam suatu asumsi yang tidak konsisten dengan pandangan Ptolemeus tanpa berdebat untuk itu. Asumsinya adalah hipotesis ad hoc, sehingga Galileo tidak cukup berurusan dengan argumen menara. Ketiga, Feyerabend menegaskan bahwa Copernicus menggantikan standar Ptolemaic yang penting untuk menilai manfaat relatif dari teori yang melalui tipuan. Ptolemeus berpikir teoriteori ilmiah yang sangat baik dapat tiba dengan menggunakan intuisi seseorang untuk memahami prinsip universal di balik pengamatan sehari-hari. Mereka tidak peduli apakah teori harus dimodifikasi ad hoc untuk menjelaskan pengamatan. Misalnya, astronomi Ptolemeus yang berpusat pada bumi ‘tidak dapat memprediksi pergerakan planet-planet atau bintang dengan menggunakan lingkaran sederhana atau potongan tetapi harus diubah dengan cara yang sangat kompleks, namun mereka tidak berpikir bahwa ini adalah suatu masalah. Sebaliknya, Copernicus kemudian sangat menekankan fakta bahwa astronomi heliosentris mereka memiliki kekuatan untuk memprediksi fakta-fakta baru. Feyerabend mengklaim bahwa untuk mengatasi masalah tersebut, Copernicans dan pendukung filsafat modern mereka telah menggunakan berbagai macam trik untuk menggantikan tampilan Ptolemaic dengan mereka sendiri, tanpa memberikan argumen yang baik.
Argumen Feyerabend Dari Relativisme Terlepas dari argumen historis, Feyerabend memiliki argumen besar bagi klaim bahwa revolusi ilmiah tidak dapat dinilai telah rasional dengan standar obyektif. Hal ini dapat dibandingkan bahwa teori-teori merupakan gambaran dunia yang selalu mengacu pada item yang berbeda, sehingga kita tidak bisa membandingkan mereka secara rasional. Dengan ini tidaklah berarti bahwa teori yang dapat dibandingkan menangani domain yang berbeda dari penjelasan di dunia kita dan mengacu pada item yang berbeda. Dia tidak mengatakan, misalnya, bahwa teoriteori geologi dan teori ekonomi yang tidak dapat dibandingkan dan merujuk ke berbagai item. Sebaliknya ia mengatakan bahwa teori yang tidak dapat dibandingkan berurusan dengan item yang berbeda dalam domain yang sama penjelasannya. Misalnya, dengan catatannya, dalam mencoba untuk menjelaskan pergerakan planet-planet, Ptolemaists menyebut planet sebagaimana fitur bola kristal sedangkan Copernicans menyebut planet sebagai objek seperti bumi di langit. Baik Ptolemaic dan pandangan Copernican berurusan dengan domain yang sama penjelasannya, sehingga mereka mengecualikan satu sama lain dalam arti bahwa seseorang tidak percaya keduanya untuk menjadi kenyataan. Untuk memahami argumen Feyerabend secara detail, kita mempertimbangkan dua teori yang secara konseptual tidak dapat dibandingkan meskipun berhubungan dengan domain yang sama. Seperti yang kita lihat dalam Bab 1, mereka akan harus sedemikian rupa sehingga: (a) istilah deskriptif tunggal dari suatu teori tidak dapat didefinisikan dengan menggunakan istilah deskriptif yang lain, dan (b) penggunaan salah satu terminologi dari teori menjadikan tidak berlakunya ketentuan lainnya. Feyerabend berpendapat bahwa teori-teori tersebut harus mengacu pada dunia yang berbeda karena: Tentu kita tidak bisa berasumsi bahwa dua teori yang tidak dapat dibandingkan berurusan dengan satu kondisi dan tujuan yang sama atas suatu urusan (untuk membuat asumsi kita harus berasumsi bahwa keduanya merujuk pada situasi objektif yang sama. Tapi bagaimana kita dapat menyatakan bahwa ‘keduanya’ mengacu pada situasi objektif yang sama ketika ‘keduanya’ tidak pernah masuk akal bersama-sama? Selain itu, pernyataan tentang apa yang dapat dan tidak bisa diperiksa hanya jika hal dimaksud dijelaskan dengan benar, tapi kemudian akan muncul lagi masalah dengan kekuatan yang baru.) oleh karena itu, kecuali kita ingin berasumsi bahwa teori itu tidak berurusan dengan apapun, kita harus mengakui bahwa teori tersebut menghadapi dunia yang berbeda dan bahwa perubahan (dari satu dunia yang lain) telah dibawa oleh saklar dari suatu teori ke teori yang lainnya. (Feyerabend, 1978 b: 70)
Kesimpulan akhirnya adalah bahwa dua teori yang tidak dapat dibandingkan menghasilkan dunia yang berbeda dan dengan demikian tidak dapat secara obyektif dibandingkan. Jumlah ini merupakan relativisme ontologis, seperti yang sedang diklaim bahwa adopsi oleh sekelompok asumsi teoritis fundamental tertentu tentang sifat dunia kadang-kadang cukup untuk membuat asumsi-asumsi yang benar bagi mereka dan membuat asumsi dasar saingan palsu untuk mereka. Sebagaimana yang Feyerabend katakan pada argumennya, kegiatan epistemik kita mungkin memiliki pengaruh yang menentukan bahkan pada bagian paling kokoh kita mengenai kosmologis furnitur-mereka yang dapat membuat para dewa musnah dan digantikan dengan tumpukan atom dalam ruang kosong ‘(Feyerabend, 1978 b: 70 ). Argumen ini tampaknya cacat sebagaimana adanya sekarang, untuk itu sepertinya kita mungkin dapat menggunakan istilah-istilah yang tidak termasuk kedalam kedua teori maupun yang netral di antara kedua teori tersebut, untuk merujuk ke item yang ada di dunia. Tampaknya kita kemudian bisa memeriksa apakah item dimaksud dijelaskan dengan baik oleh salah satu dari teori-teori ini dengan memeriksa prediksi yang dibuat oleh teori-teori tersebut. Sebagai contoh, itu mungkin dikatakan dalam bahasa Inggris yang umum bahwa planet adalah item di langit dan bagian dari sesuatu yang biasanya terlihat dengan cara tertentu, sehingga kita tidak mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang sedang dimaksud. Tapi Feyerabend memperjelas hal lainnya bahwa ketika ia berbicara tentang teori-teori yang tidak dapat dibandingkan, ia hanya berbicara tentang teori yang tidak dapat dibandingkan tersebut merupakan gambaran dunia; yaitu, teori-teori yang berhubungan dengan segala sesuatu yang ada dengan segala fiturnya (Feyerabend, 1988: 269; 1981b: 154, teks utama dan fn 54). Dia mengklaim teori tersebut memiliki implikasi untuk penggunaan setiap istilah dalam konteks apapun. Dalam kasus dua gambaran dunia yang tidak kompatibel, tidak ada istilah deskriptif dalam satu bahkan sebagian didefinisikan dari segi istilah deskriptif yang lain. Selanjutnya, masing-masing teori mengesampingkan yang lainnya dalam arti bahwa adopsi suatu teori tidak memungkinkan sebagai bahan referensi dalam teori lainnya. Dalam pandangan Ptolemeus, ‘langit’, ‘lihat’, dan istilah lainnya memiliki arti sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang mereka maksud dalam pandangan Copernicus. Jadi, menurut catatan Feyerabend, seorang Copernicus yang menggunakan pengertian umum dalam bahasa Inggris harus menggunakan istilah dalam pengertian Copernican, sementara Ptolemaist menggunakan bahasa Inggris yang umum harus menggunakan istilah dalam arti Ptolemaic. Selain itu, bahasa lainnya yang menjadi istilah dapat digunakan untuk merujuk kepada benda-benda yang relevan di langit dan akan diliputi oleh asumsi kosmologis beberapa gambaran dunia, sehingga penggunaan istilah tersebut tidak akan menjadi netral untuk alam dan kegiatan bintang beserta planet-planetnya.
Diskusi Kritis Kritik Terhadap Argumen Sejarah Feyerabend Semua klaim kunci sejarah Feyerabend yang masuk akal dapat kembali menyela. Pertama, seperti yang saya tunjukkan dalam Bab 1, kita tidak perlu teori yang kompleks untuk mengetahui bahwa instrumen seperti teleskop adalah reliabel. Data teleskopik dapat diperiksa untuk akurasi dalam domain terestrial, dan itu masuk akal untuk ekstrapolasi (perluasan data di luar data yg tersedia, tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yg tersedia itu) dari pengetahuan tersebut. Tanggapan Ptolemeus bahwa teleskop tidak dapat diandalkan dalam domain langit adalah tidak masuk akal jika seseorang menggunakan induksi, berbagai penalaran yang meyakinkan dari yang dapat ditegaskan tanpa mengemis pertanyaan sebagai mana teori fisika atau mekanika langit lebih unggul. Hal ini tentu saja mungkin, meskipun tidak masuk akal, bahwa teleskop tidak dapat diandalkan dalam domain langit, seperti yang diklaim Ptolemaists. Tapi dalam hal apapun, Galileo menggunakan inferensi kepada penjelasan terbaik untuk menunjukkan bahwa teori Copernicus sangat masuk akal, dan inferensi untuk penjelasan terbaik adalah metode lain penalaran yang memiliki hal meyakinkan yang dapat ditegaskan secara independen dari teori tertentu fisika atau mekanika langit. Dengan menggunakan asumsi Copernicus, Galileo mampu memprediksi
item apa yang akan terlihat seperti melalui teleskop sebelum item tersebut diamati. Pada banyak kesempatan, ilusi seharusnya tampak seperti hal-hal yang diharapkan menurut pandangan Copernicus. Pertimbangkan dua contoh ini: 1. Galileo memprediksi hilangnya dan munculnya kembali titik-titik yang diyakini bulan Jupiter. Seperti yang dia katakan, jika titik-titik artefak selalu dihasilkan oleh teleskop, mengapa ia berulang kali dapat berhasil untuk menghitung periode hilangnya titik tersebut dan kembali denganasumsi bahwa mereka adalah satelit Jupiter? 2. Ketika merekamelihat bulanmelalui teleskop, banyak pengamatindependenberpikirbahwa fiturdi bulantampak agakseperti gunungdan tampaknyamenyebabkan bayangandengan cara yang persis seperti gunungakanmenangkap bayangan.[5] Seperti yang Galileo tunjukkan, mengapa fitur tersebut akan terlihat seperti ini jika Ptolemaists benar?[6] Dalam kasus apapun, Galileo tidak hanya mendalilkan bahwa pengamatan mata telanjang yang biasa dari planet adalah tidak dapat diandalkan, tapi juga menunjukkan secara eksperimental bahwa iradiasi yang mengelilingi sumber cahaya yang kecil, cerah dan jauh mengacaukan penglihatan mata telanjang di malam hari. Dia menetapkan ini dengan eksperimen di mana kita melihat obor yang jauh di malam hari dan membandingkan ukuran jelasnya pada siang hari. Pada malam hari, obor muncul jauh lebih besar dari ukuran sebenarnya. (Ini sebenarnya menggunakan gaya yang disetujui dari argumen Ptolemaic untuk berdebat pada intinya, yaitu pengamatan di siang hari seorang pengamat normal ditentukan sebagai standar.) Selanjutnya, Galileo berpendapat bahwa ketika Venus dilihat pada waktu senja dengan mata telanjang. Ketika objek tersebut memiliki tingkat terang yang tidak normal dibandingkan latar belakangnya yang gelap – akan menjadi berubah dalam ukurannya sehingga lebih sesuai dengan Copernicanism. Dengan demikian, jika kita menyiapkan kondisi eksperimental di mana kita memiliki alasan yang baik untuk berpikir bahwa iradiasi yang mengacaukan mata dihilangkan, planet-planet terlihat, seperti yang Copernicanism prediksi mereka akan terlihat, bahkan dengan mata telanjang (Chalmers, 1990: 56 ff. ) Feyerabend membalas argumen tersebut dengan menunjukkan bahwa banyak ilusi teleskopik adalah saling subjektif dan bahwa banyak pengamatan awal teleskopik adalah ilusi. Hal ini, tentu saja, juga berlaku bagi ilusi yang terjadi ketika kita menggunakan mata kita (dan Galileo mampu menunjukkan hal ini dengan mudah). Dengan demikian, fakta bahwa teleskop kadangkadang menghasilkan ilusi tidak menunjukkan bahwa mereka tidak dapat berfungsi dengan baik dalam banyak situasi. Lebih penting lagi, kita berbicara tentang prediksi yang cukup tepat dari penampilan ilusi yang seharusnya tertentu, dimana tidak dapat dijelaskan secara masuk akal dengan asumsi mereka yang adalah artefak dari teleskop. Tentu saja, Feyerabend benar jika mengatakan teleskop kadang-kadang tidak dapat diandalkan, tapi ini hanya berarti bahwa pengamatan memerlukan pemeriksaan antar-subyektif, jika mungkin, prediksi harus dibuat atas dasar teori. Klaim Galileo yang cukup baik didukung oleh argumen yang masuk akal. Pengamatan teleskopik yang dikenal sering tidak dapat diandalkan, tetapi Galileo berpendapat bahwa mereka bisa diandalkan dalam keadaan tertentu.[7] Fakta bahwa Galileo kadang-kadang salah, dan bahwa itu diketahui bahwa metodenya mungkin gagal, hal ini hanya menjadi penting jika seseorang salah mengasumsikan pengetahuan yang haruslah dapat diandalkan/reliabel. Kedua, klaim Feyerabend bahwa Galileo menggunakan inersia sirkular sebagai perangkat ad hoc adalah salah. Galileo telah melakukan percobaan rinci dengan bidang miring untuk menunjukkan bahwa keberadaan semacam inersia horisontal dapat dibuktikan secara eksperimental dengan menggunakan pengamatan mata telanjang sebelum ia secara terbuka membela pandangan Copernicus (Chalmers, 1986:. 12 ff). Setelah berurusan dengan bagian pertama dari kedua klaim historis Feyerabend ini, biarkan Saya beralih ke klaim ketiga mengenai kunci sejarah Feyerabend, yang menunjukan adanya perbedaan asli dan tidak terselesaikan dalam standar untuk menilai teori antara Ptolemaists dan Copernicans. Ini memang tampak seolah-olah Ptolemaists agak tidak cemas tentang memodifikasi hipotesis ad hoc. Namun, ketika kita ingat bahwa Ptolemaists dapat mengenali bahwa mereka harus
membenarkan asumsi itu masuk akal untuk memodifikasi hipotesis ad hoc dengan merujuk pada standar bersama, kasus Feyerabend dapat dilihat menjadi jauh lebih lemah. Pandangan Para Ptolemaic yang menjadi pandangan dominan di lingkungan intelektual pada saat itu, tetapi bukan satu-satunya pandangan yang ditawarkan. Ini hanya sebagian yang sangat mempengaruhi akal sehat masyarakat abad pertengahan akhir. Pandangan Ptolemaic itu terlihat memiliki masalah serius dari sudut pandang akal sehat sebagai revolusi Copernicus yang dikembangkan. Sampai sekitar masa Kepler dan Galileo, tidak ada yang menghasilkan suatu teori yang tidak harus jauh dimodifikasi ad hoc sebelum dapat digunakan sebagai alat untuk membuat beberapa prediksi. Hal tersebut akan menjadi sia-sia untuk menyatakan bahwa teori tidak boleh ad hoc, dan harus memprediksi banyak fakta baru karena hanya tidak tampak dalam teori tersebut – dan itu tidak jelas bahwa siapa pun bisa menghasilkannya. Namun sejak saat itu, program penelitian Copernicus mulai memproduksi serangkaian prediksi yang luar biasa dari fakta-fakta baru. Dari perspektif yang masuk akal, ini menawarkan sesuatu yang baru dan semacam bukti yang mendukung program Copernicus yang tidak terbayangkan. Standar ilmiah untuk menilai teori-teori yang rasional diubah ketika menjadi jelas teori mana yang harus digunakan dalam hal tersebut. Dari sudut pandang pergeseran rasional ini pada standar ilmiah yang dimotivasi oleh akal sehat, pandangan Ptolemeus dipandang cukup tidak masuk akal. Selain itu, seperti yang saya telah katakan, Galileo akan mengklaim bahwa teorinya tentang kecenderungan dan sifat benda dapat dibenarkan dengan menggunakan pengamatan seharihari, seperti yang orang-orang lakukan dengan memanfaatkan bidang miring atau dengan mengamati Venus di senjakala. Banyak klaim umum itu dari satu sama lainnya dihasilkan melalui hasil observasi sehari-hari yang membuat Ptolemais akan terpaksa menyetujui, bahkan pada asumsi mereka sendiri. Dengan cara ini, Galileo bisa menggunakan metode Ptolemeus dalam memperoleh pengetahuan untuk memperluas cara-cara di mana orang bisa mendapatkan pengetahuan (misalnya dengan menggunakan teleskop), mengkritik keandalan teknik yang disetujui dalam keadaan tertentu (misalnya dengan menunjukkan pengamatan mata telanjang di malam hari tidak bisa diandalkan), dan mengkritik teori fisika dan kosmologi Ptolemaic (misalnya dengan berdebat secara logis bagi keberadaan planet lain seperti kita sendiri). Pandangan para Ptolemaic itu tidak nampak sebagai jaringan mulus dari ide yang membentuk gambaran dunia, tetapi sesuatu yang sebagiannya dapat orang gunakan untuk mengkritik orang lain. Dengan demikian, klaim historis ketiga Feyerabend juga adalah salah. Ada satu masalah penting pada catatan Feyerabend tentang sejarah dalam revolusi Copernicus adalah bahwa ia berbicara seolah-olah pandangan Ptolemeus meresap dalam segala aspek kehidupan sehari-hari dengan cara dimana hal tersebut membuat semua pengamatan dan argumen tergantung pada asumsi Ptolemeus. Artinya, ia berbicara seolah-olah teori itu adalah gambaran dunia. Namun pandangan Ptolemeus telah relatif baru menjadi doktrin yang lebih atau kurang resmi dan doktrin lainnya secara luas dibahas. Hal ini juga diketahui bahwa argumen Ptolemeus telah ditantang di zaman kuno dan Ptolemais masih harus mempertahankan pandangan mereka. Selanjutnya, banyak pemikir yang cenderung untuk menerima beberapa aspek dari pandangan Ptolemeus tetapi tidak dengan aspek yang lainnya. Gambaran menyeluruh dari keyakinan yang diandaikan oleh Feyerabend tidak konsisten dengan bukti-bukti sejarah. Akhirnya, standar yang masuk akal dapat digunakan untuk menilai baik itu terhadap pandangan Ptolemaic serta saingannya.[8] Permasalahan yang melingkupi catatan Feyerabend tentang evolusi Copernicus adalah masalah yang menembus semua catatan relativistik yang berpikiran tentang peristiwa historis. Untuk tujuan kesederhanaan, antropolog sering menggambarkan asumsi tertentu sebagai asumsi yang berlaku dalam masyarakat yang saling berhubungan serta membentuk segala sesuatu. Namun asumsi ini lebih dari bauran pandangan yang kadang-kadang bertentangan dibanding keseluruhan konsep terpadu. Selain itu, seluruh masyarakat manusia yang sebenarnya berisi penentang yang menganut pandangan yang sangat berbeda dan yang memiliki pandangan yang terbilang dikenal secara luas.[9] Pada akhirnya, meskipun para pendukung yang disebut ‘pandangan yang berlaku’ mengakui berbagai persoalan dengannya dan berusaha untuk mengatasinya.
Permasalahan penting lain dengan catatan Feyerabend adalah bahwa ia menganggap bahwa penalaran seseorang yang meyakinkan ditentukan oleh apa yang sedang ditentukan oleh pandangan yang dianggap berlaku. Dengan demikian, ia menganggap bahwa Ptolemais tidak bisa dibujuk oleh penalaran yang tidak seharusnya berada di luar hal masuk akal tentang teori Ptolemaic. Tetapi orang-orang kadang-kadang akan menemukan alasan tertentu yang meyakinkan, apakah itu ditentukan atau tidak. (Hal ini tampaknya terutama berlaku ketika penalaran melibatkan kepentingan praktis mereka.). Saya menyarankan bahwa ini adalah karena, sama seperti ketika kita telah dilatih dalam lingkungan tertentu, struktur biologis kita akan menyebabkan cara tertentu untuk kita mengenai hal yang harus dilihat, maka demikian juga argumen yang akan menyerang dengan meyakinkan membuat secara wajar bertahan terhadap pengaruh teoritis. Saya mengusulkan bahwa banyak intuisi kita tentang alasan yang masuk akal tidak terpengaruh oleh keyakinan teoritis kita. Tentu saja, sama seperti kita dapat belajar untuk mengesampingkan laporan secara prima facie (berdasarkan kesan pertama; diterima sebagai benar sampai dibuktikan sebaliknya.) dari indera kita, kita dapat belajar untuk mengesampingkan laporan intuisi kita tentang jenis argumen. Akan tetapi jika Saya memang benar, laporan ini akan mempertahankan kekuatan residual tertentu, dan dapat dibawa kedalam peran ketika standar yang diterima meluas karena menilai manfaat relatif dari teori yang bersangkutan.[10] Saya telah membahas studi kasus Feyerabend yang paling penting dan menemukan catatannya tidak masuk akal. Namun, pembaca harus memperhatikan bahwa Feyerabend benar untuk mengajak bahwa sebagian masalah secara empiris mengenai apakah perubahan radikal dalam teori-teori ilmiah terjadi dengan alasan objektif yang baik. Itu selalu mungkin bahwa baru saja ditemukan materi historis yang mungkin menanggung analisis Feyerabend tentang revolusi ilmiah. Hal ini juga selalu mungkin bahwa bahan empiris akan terungkap dan meruntuhkan beberapa klaim non-historis yang telah Saya gunakan untuk mengkritisi Feyerabend. Misalnya, klaim saya bahwa ada akal sehat yang mendasari dimana kita bisa menilai masuk akal argumen dan yang melampaui batas perspektif teoritis tertentu, klaim ini merupakan klaim yang dapat diuji tentang psikologi manusia. Dengan demikian, apakah catatan Feyerabend adalah benar atau tidak sangat bergantung pada penemuan empiris.
Kritik Terhadap Relativisme Argumen Feyerabend untuk relativisme tidak bekerja karena dua alasan. Pertama, ia tidak bisa menunjukkan kepada kita bahwa ada dua gambaran dunia yang dapat dibandingkan mengacu pada item dalam dunia yang berbeda. Dalam Asumsinya, untuk menunjukkan hal tersebut dalam gambaran dunia kita, ia akan perlu untuk menunjukkan hal tersebut ketika menggunakan konsep dan asumsi dasar. Tapi ini tidak mungkin, karena, dengan catatanya, referensi dari konsep-konsep kita ditentukan oleh asumsi dasar kita mengenai gambaran dunia – yang sangat berbeda dari asumsi dalam dalil gambaran dunia lainnya. Ini berarti bahwa dalam gambaran dunia kita konsep dalam gambaran dunia lainnya seharusnya tidak dapat merujuk. Dengan demikian, ketika dia bergantung pada asumsi dasar kita untuk berpendapat bahwa konsepkonsep dalam gambaran dunia lain juga merujuk, dia harus gagal. Kedua, untuk mendirikan relativisme tersebut tepat ketika mempresentasikan argumen yang digunakan pada konsep kita, ia akan perlu untuk menunjukkan bahwa beberapa orang di dunia kita juga memiliki gambaran dunia secara radikal dapat dibandingkan dengan kita dan menghuni dunia yang berbeda. (Jika mereka hanya menghuni dunia yang dihasilkan oleh gambaran dunia mereka, kita tidak bisa memiliki bukti bahwa mereka eksis menggunakan konsep gambaran dunia kita.) Ini berarti bahwa memahami individu harus menghuni kedua dunia pada saat yang sama karena, untuk memahami dunia Anda harus berada di dalamnya, dan dianggap dalam dunia Anda harus berada di dalamnya. Tapi, hal ini berarti bahwa jika Feyerabend bisa menunjukkan ada dua dunia, harus ada satu dunia – sebagai istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada seseorang di dunia kita juga harus mengacu pada individu yang sama di dunia lain.
Feyerabend tidak bisa membenarkan teorinya bahwa terdapat gambaran dunia yang tidak dapat dijustifikasi yang menghasilkan di dunia.[11] Dengan demikian, Feyerabend tidak dapat menghasilkan argumen yang baik untuk klaim bahwa beberapa perubahan dalam teori begitu radikal sehingga teori-teori tersebut tidak dapat dinilai dengan standar umum. Ilmuwan yang berbeda dapat memiliki teori yang sangat berbeda tentang dunia kita dan tentang standar untuk menilai manfaat dari teori-teori tersebut. Namun teori-teori tersebut dapat masuk akal dinilai dengan menarik bagi bukti pengalaman yang diakses manusia normal, atau dengan menarik bagaimana prediksi tarif teori dibandingkan dengan para pesaingnya. (Saya jelaskan prosedur tersebut untuk membandingkan teori-teori yang secara radikal berbeda dalam Bab 1.)
Kesimpulan Pandangan dunia yang tidak dapat dibandingkan adalah artefak dari rekonstruksi filsuf dan sejarawan ‘daripada fitur nyata sains. Orang-orang di setiap masyarakat menerima beberapa bagian doktrin, memiliki keraguan tentang yang lain dan menolak yang lainnya. Mereka terus dapat menggunakan pengalaman dan beberapa metode yang masuk akal mengenai penalaran untuk menilai teori-teori jika kritikus menunjukkan masalah kepada mereka. Mereka tidak sepenuhnya diambil oleh klaim yang diterima secara luas. Namun demikian, Feyerabend telah menunjukkan bahwa perubahan besar dapat terjadi dalam standar untuk menilai teori-teori yang diterima dalam sains, sehingga gambar sederhana dari pertumbuhan pengetahuan ilmiah berdasarkan standar yang tidak berubah tidak dapat dipertahankan. Asumsi mendalam tentang sifat dunia dan bagaimana kita harus melanjutkan dalam pencaritahuan mengenai sesuatu tersebut dapat berubah dalam revolusi ilmiah. Galileo dan yang lainnya secara bertahap mampu menunjukkan bahwa mata telanjang kita adalah instrumen yang tidak dapat diandalkan dalam astronomi dan bahwa argumen yang tampaknya kuat dari pengamatan sehari-hari kita dapat berubah menjadi sangat tipis. Sehingga mereka menunjukan jalan ke astronomi di mana eksperimen harus dilakukan sangat hati-hati, pengamatan melalui instrumen yang dibangun dengan baik dan prediksi yang tepat memainkan peran yang amat penting.
2.
NILAI SAINS
Dalam buku ini saya telah berdebat bahwa, pada umumnya, sains memberi kita pembenaran (justified) pengetahuan yang obyektif. Orang sering mengira bahwa ini akan menjadi cukup obyektif untuk membenarkan para ilmuwan agar melakukan hampir semua jenis penelitian ilmiah. Bagaimanapun juga, untuk mengatakan bahwa sains memberi kita pembenaran pengetahuan yang obyektif berarti pula mengatakan bahwa sains memberi kita kebenaran tentang dunia. Namun, untuk menjustifikasi penelitian ilmiah kita harus menunjukkan jauh lebih dari mengenai penelitian ilmiah yang memberi kita kebenaran tersebut. Sains yang memberi kita kebenaran tidak memberitahu kita apakah mencari kebenaran adalah bernilai. Untuk menjustifikasi penelitian ilmiah, kita perlu alasan untuk berpikir bahwa mencari pengetahuan ilmiah adalah berharga. Penelitian ilmiah akan menggunakan banyak uang dan waktu yang bisa dihabiskan untuk hal-hal lain, dan digunakan untuk mengubah kehidupan masyarakat di berbagai macam cara. Bahkan jika kita menganggap bahwa mencari pengetahuan ilmiah biasanya aktivitas yang berharga, hal ini tidak memberitahu kita jenis pengetahuan ilmiah yang harus kita coba untuk temukan. Ia tidak memberitahu kita apakah kita harus mencari hanya pengetahuan yang mungkin berguna atau apakah itu mungkin lebih baik tidak untuk mengetahui hal-hal tertentu. Sebagai hasil dari semua fitur dari penelitian ilmiah, masalah filosofis yang penting muncul. Masalahnya adalah: apa, jika ada, adalah tujuan yang tepat dari penelitian ilmiah?.
Ini adalah masalah serius yang dapat dinilai dengan mempertimbangkan bahwa jumlah kolosal uang dan waktu yang dihabiskan untuk penelitian ilmiah mungkin akan lebih berguna apabila dihabiskan di tempat lain, dan dengan mempertimbangkan peran dari pengetahuan ilmiah mengenai semua jenis hal yang telah memainkan peranan dalam mengubah kehidupan manusia menjadi lebih buruk. Sejumlah besar uang dihabiskan untuk penelitian ilmiah ke dalam hal-hal yang paling muskil. Setidaknya sejak pemboman Hiroshima, sejumlah besar ilmuwan telah digunakan dalam penelitian yang sangat mahal, yang secara langsung atau tidak langsung membantu pemerintah untuk memproduksi senjata yang bersifat merusak secara masif. Selain itu, sejak Revolusi Industri, orang di seluruh dunia telah sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmiah non militer. Jutaan buruh pertanian telah dibuat berlebihan oleh penerapan penemuanpenemuan ilmiah. Banyak dari mereka dipaksa bekerja berjam-jam di pabrik-pabrik yang mengerikan untuk menghasilkan komoditas yang tidak terbayangkan sebelumnya. Mereka tinggal di daerah kumuh tercemar yang mengelilingi kota besar. Kehidupan sosial dan budaya mereka sebelumnya telah hancur dalam hitungan beberapa generasi. Pembela sains memberikan jawaban terhadap orang yang membawa fakta-fakta tersebut untuk perhatian mereka bahwa penyalahgunaan pengetahuan ilmiah tidak mempengaruhi nilai dalam mencari pengetahuan ilmiah. Hal tersebut hanya mempengaruhi nilai dalam penerapan pengetahuan ilmiah secara bermoral (misalnya Popper, 1966: 234). Tetapi untuk menjawab dengan cara ini mengandaikan bahwa para ilmuwan tidak pernah menanggung tanggung jawab moral untuk penggunaan pengetahuan ilmiah karena permasalahan tersebut tidak diinginkan atau tidak terduga. Anggapan ini sangat tidak masuk akal. Jika seseorang menghasilkan sesuatu yang dia cukup tahu kemungkinan hasilnya akan digunakan untuk apa, individu tersebut memiliki beberapa tanggung jawab moral untuk hasilnya. Hal ini berlaku bahkan jika ia tidak melakukan secara langsung. Para ilmuwan sering mengetahui secara luas cara di mana daerah kemungkinan sains tersebut akan diterapkan dan hasil yang akan dihasilkan ketika sains itu diterapkan. Dalam dunia modern, banyak penelitian ilmiah hanya dapat dilakukan dengan pendanaan dari pemerintah atau perusahaan. Semua orang tahu bahwa pemerintah atau perusahaan berniat untuk menggunakan penelitian dengan cara yang mungkin untuk menghasilkan hasil tertentu. Alasan utama mengapa perusahaan menghabiskan uang pada beberapa jenis penelitian geologi adalah bahwa mereka akan dapat menemukan lebih banyak minyak. Hasil kemungkinan penelitian tersebut adalah bahwa minyak akan digunakan lebih lanjut untuk mencemari lingkungan. Beberapa pemerintah mendanai penelitian partikel dasar sehingga pengetahuan yang akan diproduksi akan memungkinkan mereka untuk memproduksi senjata nuklir yang lebih baik. Hasil kemungkinan penelitian tersebut adalah bahwa negaranegara lain akan terancam oleh senjata tersebut. Alasan utama mengapa perusahaanperusahaan komputer menghabiskan uang untuk penelitian dalam ilmu kognitif adalah untuk menghasilkan komputer yang lebih baik. Hasil kemungkinan dari penelitian ini adalah bahwa komputer yang lebih baik akan diterapkan dengan cara-cara yang akan menghasilkan ribuan orang kehilangan pekerjaan mereka.[12] Ilmuwan mengetahui dengan sempurna fakta tersebut dan menanggung sebagian tanggung jawab atas konsekuensi yang diprediksi tentang kegiatan penelitian mereka.[13] Tentu saja, pembela penelitian ilmiah akan menjawab bahwa, secara keseluruhan, penelitian ilmiah – termasuk penelitian yang telah digunakan untuk menghasilkan banyak masalah – telah meningkatkan kehidupan kebanyakan orang. Mereka mungkin berpendapat bahwa, untuk alasan ini, para ilmuwan secara moral bertanggung jawab akan terus melakukan sebagian besar penelitian yang saat ini mereka lakukan. Untuk merasakan kekuatan argumen ini mempertimbangkan pula manfaat yang mungkin dikatakan bahwa penelitian ilmiah telah dihasilkan. Pengetahuan mengenai pertanian telah digunakan untuk mengurangi secara drastis proporsi penduduk planet yang hidup di ambang kelaparan. Obat telah membuat kemajuan besar dalam menghilangkan banyak penyakit, mengurangi rasa sakit dan dalam memperluas rentang hidup masyarakat. Kontrasepsi telah sangat meningkatkan kontrol banyak perempuan mengenai kesuburan mereka. Minyak bumi yang merupakan hasil dari penelitian mengenai geologi memungkinkan kita untuk memberikan banyak orang kemampuan untuk melakukan hal-hal yang mereka nilai sangat besar. Komputer, yang merupakan hasil penelitian dalam ilmu kognitif telah memungkinkan kita untuk menghasilkan, telah menghilangkan kebutuhan untuk sejumlah besar orang dan mematikan jenis pekerjaan akan tetapi telah membantu untuk membuat sejumlah besar pekerjaan baru yang lebih menarik. Dalam argumen yang terang
seperti itu, kita mungkin cukup menyimpulkan bahwa banyak penelitian ilmiah secara moral dan praktis dibenarkan, meskipun kita tidak bisa cukup menyimpulkan bahwa semua penelitian ilmiah sangat dibenarkan. Misalkan, bagaimanapun, bahwa kita mengakui bahwa banyak penelitian ilmiah secara moral dan praktis dibenarkan; berbagai pertanyaan lebih lanjut muncul ketika kita mempertimbangkan peran penting sains di sebagian besar masyarakat modern. Dalam beberapa hal penting, sains telah menggantikan agama. Banyak uang rakyat yang dihabiskan untuk mengajar kebenaran ilmiah dan metode ilmiah di sekolah, dan penerimaan yang luas dari kebenaran-kebenaran ini telah menyebabkan banyak orang untuk meninggalkan atau secara substansial memodifikasi pandangan agama atau pandangan metafisik mereka yang lain. Selanjutnya, kami membayar hal besar untuk pandangan para ahli/pakar sains tentang berbagai isu, beberapa di antaranya tidak ada hubungannya dengan bidang kompetensi mereka yang seharusnya. Kami juga membantu negara untuk meningkatkan kekuatan ilmuwan dengan melarang banyak praktek dan hanya mengizinkan pandangan para ahli ilmiah untuk dihitung sebagai bukti dalam banyak situasi. (Sebagai contoh, negara melarang siapa pun kecuali ahli yang dilatih oleh praktisi medis mengenai berbagai macam pengobatan.) Namun ada sedikit diskusi tentang apa peran pengetahuan ilmiah dan ahli/pakar yang harus ada dalam masyarakat kita. Kita bisa cukup mengajukan beberapa pertanyaan penting: Peran apa yang seharusnya ada bagi para peneliti ini untuk bermain dalam kehidupan kita? Peran apa yang harus dimainkan oleh pendidikan secara ilmiah? Peran apa yang harus dimiliki oleh para ahli/pakar di masyarakat kita? Jawaban untuk pertanyaan tentang tujuan yang tepat dari penelitian ilmiah, dan tentang pengetahuan ilmiah dan peran yang harus dimiliki para ahli/pakar dalam hidup kita, bukan jawaban yang dapat dibenarkan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Jawaban tersebut tidak dapat terbukti benar dengan menarik fakta saja. David Hume menekankan pada abad kedelapan belas, tidak ada pernyataan tentang apa yang harus kita lakukan dapat secara logis berasal dari pernyataan fakta. Ada kesenjangan logis antara pernyataan fakta dan pernyataan nilai, sehingga fakta bahwa beberapa teori ilmiah benar, tidak berarti bahwa itu harus memainkan peran tertentu dalam hidup kita. Ini berarti bahwa hal itu adalah konsisten dengan menerima bahwa teori kira-kira benar untuk melarang mengajarkannya, tidak membiarkan penelitian yang harus dilakukan pada rincian dan tidak memungkinkan untuk diterapkan pada masalah-masalah praktis. Sebagai contoh yang harus diperhatikan. Misalkan kita adalah pemimpin komunitas fundamentalis agama. Anggaplah kita percaya bahwa kita harus selalu bertujuan untuk membuat orang merasa puas dengan kehidupan mereka. Mari kita juga mengatakan bahwa kita datang untuk belajar teori evolusi Darwin dan yakin bahwa itu sekiranya adalah benar. Namun, kami menemukan bahwa perkenalan dengan teori Darwin cenderung membuat orang di komunitas fundamentalis merasa sangat tidak puas dengan kehidupan mereka. Misalkan, konsisten dengan komitmen nilai yang kita anut, kita memutuskan untuk melarang siapa pun dari menyebutkan teori Darwin. Jika Hume benar, tidak akan ada irasional tentang keputusan kita. Selanjutnya, jika Hume benar, seseorang yang ingin mengkritik larangan kita tidak bisa memberikan alasan-alasan yang meyakinkan berpendapat bahwa kita bertindak salah tanpa memunculkan premis tentang nilai. Untuk berpendapat dengan alasan yang meyakinkan bahwa kita salah, ia harus menarik premis mengenai nilai. Sebagai contoh, orang ingkar mungkin berpendapat bahwa larangan kita salah karena orang dewasa selalu memiliki hak untuk mengetahui kebenaran yang mungkin relevan dengan kehidupan mereka. Jika ada kesenjangan logis antara pernyataan fakta dan pernyataan tentang apa yang harus kita lakukan, orang-orang yang berpikir bahwa mengejar pengetahuan ilmiah atau penerapan pengetahuan ilmiah harus memainkan peran penting dalam kehidupan kita, perlu berdebat tentang kasus mereka dengan menarik klaim tentang apa yang bernilai- atau setidaknya dengan menarik nilai apa yang orang temukan. Sebuah jawaban yang mungkin untuk beberapa masalah yang saya telah angkat tentang peran sains dalam kehidupan kita adalah bahwa sains yang paling berharga karena membantu orang mencapai berbagai macam tujuan. Apakah kita ingin menjarah alam atau menjaga ekosistem
yang sensitif, pengetahuan ilmiah akan berguna. Selanjutnya, mungkin dikatakan bahwa pengetahuan ilmiah lebih dapat diandalkan dibandingkan klaim pengetahuan dari tradisi nonilmiah karena klaim dalam tradisi ini belum diuji dengan cara yang sama ketat. Untuk alasan ini, bisa dikatakan bahwa pendidikan ilmiah akan berguna bagi kebanyakan orang, dan kebanyakan orang akan mengakui bahwa para ahli/pakar ilmiah lebih dapat diandalkan dalam banyak hal daripada orang-orang dari tradisi-tradisi lain. Karena pengetahuan ilmiah berguna untuk mencapai berbagai macam tujuan dan lebih dapat diandalkan dibandingkan klaim dari tradisitradisi lain, penelitian ilmiah harus dikejar, informasi ilmiah dan pengetahuan tentang metode ilmiah harus memiliki peran khusus dalam sistem pendidikan, dan ahli/pakar ilmiah harus diberikan peran khusus dalam menangani berbagai masalah. Satu masalah dengan jawaban ini dengan beberapa masalah yang telah saya ajukan adalah bahwa pengetahuan ilmiah menjadi hal yang terbaik karena memiliki aplikasi praktis. Ini tidak membenarkan kita dalam memberikan peran penting untuk pendidikan ilmiah atau dalam pendanaan penelitian kecuali sejauh mereka mungkin berguna untuk sejumlah besar orang. Popper telah mencoba untuk menyajikan kasus untuk klaim bahwa pendidikan ilmiah dan penelitian ilmiah juga berharga untuk alasan lainnya. Ia bertujuan untuk menunjukkan bahwa penelitian ilmiah fundamental dan pendidikan yang luas dalam metode ilmiah keduanya berharga dalam cara-cara yang tidak ditangkap oleh keuntungan praktis yang jelas. Dia menyajikan tiga argumen. Pertama, secara sejarah, penelitian ilmiah adalah satu cara di mana terdapat banyak dihasilkannya teknologi yang berharga sebagai hasil dari mengejar pertanyaan yang cukup muskil. Cara kebetulan di mana penemuan tersebut dibuat berarti bahkan mereka yang hanya tertarik pada aplikasi teknologi harus membantu para ilmuwan dan mahasiswa untuk mengejar masalah penting intelektual daripada mencoba untuk membatasi mereka untuk tujuan yang telah ditentukan. Kedua, penelitian ilmiah adalah contoh paradigmatik dari aktivitas rasional. Dalam penelitian tersebut, kami mencoba untuk menjawab masalah penting intelektual melalui diskusi kritis berbagai teori alternatif melalui tes yang berat. Untuk diskusi yang benar-benar penting, harus dilakukan dengan cara yang tidak memungkinkan kita untuk menyisihkan masalah penting intelektual. Seperti diskusi kritis yang diperlukan dalam kegiatan kami untuk menjadi rasional dan obyektif. Dengan demikian, Popper berpendapat, jika kita ingin sampai pada pemahaman tentang dunia secara rasional dan obyektif, kita harus memungkinkan penelitian fundamental dilakukan tanpa arah yang sangat spesifik dan belajar untuk melakukan penelitian secara ilmiah sehingga kita bisa meniru contoh sains. Ketiga, terlibat dalam diskusi kritis terbuka (open-ended) memiliki manfaat non-teknologi karena juga mengajarkan kita untuk menghargai cita-cita masyarakat yang bebas, karena kita belajar untuk nilai hipotesis imajinatif dan mengajukan kritik yang baik daripada pernyataan otoritatif atau perspektif yang sudah diterima secara konvensional. Kita juga belajar untuk menghargai toleransi, karena kita menyadari bahwa kita mungkin salah dalam ide-ide yang paling dihargai sekalipun dan bahwa makhluk rasional lainnya mungkin dapat menghasilkan kritik yang baik dari mereka. Popper mengatakan bahwa argumennya untuk nilai penelitian ilmiah yang tidak diarahkan oleh kepentingan dalam aplikasi praktis penemuan ilmiah tidak bisa sekuat argumen untuk pernyataan ilmiah. Setidaknya argumen kedua dan argumen ketiga adalah argumen untuk posisi etika dan dengan catatannya, posisi etika tidak dapat dipertahankan atas dasar buktibukti faktual.[14]
Feyerabend Tentang Peran Ilmu Feyerabend tidak percaya bahwa peran sains dalam masyarakat modern dapat dibenarkan baik oleh kekuatan teknologi atau oleh argumen seperti yang Popper ajukan. Ia berpendapat bahwa sains tidak harus memainkan peran yang dimainkannya sebagaimana dalam masyarakat modern. Dia mengklaim bahwa hal itu harus dipisahkan dari negara dengan cara seperti agama yang dipisahkan dari negara. Teori-teori ilmiah, tidak peduli seberapa masuk akal mereka
tampaknya, seharusnya tidak memiliki status istimewa dalam pendidikan yang didanai negara. Selanjutnya, para ilmuwan tidak harus memiliki status istimewa dalam praktek medis atau di hukum pengadilan. Akhirnya, jika dana yang disediakan untuk proyek-proyek ilmiah, keputusan tentang apakah dan bagaimana mengalokasikan dana harus dibuat lebih atau kurang langsung oleh warga – dengan alasan mereka memutuskan untuk diri mereka sendiri. Feyerabend mengatakan bahwa kita harus berusaha untuk menghasilkan masyarakat yang bebas di mana sains tidak memiliki tempat istimewa. Anggota sub-masyarakat di masyarakat harus mampu hidup dengan cara yang mereka inginkan, asalkan mereka tidak mengganggu sub-masyarakat lain. Jika mereka tidak ingin memberikan sains peran istimewa dalam hidup mereka, mereka tidak harus melakukannya. Semua tradisi di masyarakat, apakah mereka tradisi ilmiah atau tidak, harus diberikan hak yang sama. Sejauh keputusan umum harus diambil untuk semua masyarakat, keputusan harus diambil oleh komite yang terpilih secara demokratis di mana debat adalah terbuka, dalam arti bahwa hal itu tidak selalu dipandu oleh standar ilmiah. Banyak argumen Feyerabend untuk klaimnya bergantung pada relativisme yang telah saya kritik pada bagian sebelumnya. Saya tidak akan membahas argumen ini seperti yang saya kritik dalam pembahasan saya tentang relativisme. Biarkan saya berjalan sekarang untuk beberapa argumen yang lain.[15] Pertama, apa yang praktis berguna dan apa yang tidak tergantung pada keputusan tentang bagaimana kita harus hidup. Jika kita memilih untuk hidup dalam beberapa hal tertentu, banyak pengetahuan ilmiah akan sia-sia atau bahkan penghalang bagi kita. Orang rasional juga bisa memilih untuk hidup dengan cara yang tidak bergantung pada sains. Jadi, bahkan jika sains memberi kita pengetahuan tentang dunia, seharusnya sains tidak memiliki tempat istimewa dalam masyarakat yang bebas. Untuk memahami hal ini, mempertimbangkan sekelompok orang yang menemukan banyak fakta yang ditemukan oleh sains adalah membingungkan dan meresahkan. Mereka merasa bahwa penemuan dunia oleh sains tidak ada titik utama untuk apa pun dan tidak ada yang benar-benar memperdulikannya. Mereka menemukan cara hidup yang sangat menarik pada masyarakat fundamentalis agama, di mana semua orang berpikir bahwa Tuhan selalu mengawasi mereka dan semua orang percaya bahwa Alkitab memberikan rencana rinci tentang jalan bagaimana untuk hidup. Mereka bersedia untuk menyerahkan banyak pengetahuan ilmiah dibidang medis dan bidang lainnya untuk hidup dalam komunitas tersebut. Feyerabend berpendapat bahwa banyak dari pengetahuan ilmiah akan kurang bermanfaat bagi orang-orang seperti ini. Mereka tidak memiliki alasan yang baik untuk memberikan sains dan para ahli/pakar ilmiah suatu tempat khusus di masyarakat. Secara sikap beberapa orang tersebut tidak akan irasional, ia berpikir bahwa masyarakat tidak boleh begitu terstruktur untuk memaksa mereka untuk menerima dan melaksanakan rekomendasi dari para ahli ilmiah atau untuk membuat mereka memiliki anak-anak yang diajarkan oleh metode ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Feyerabend mencatat, untuk melindungi dirinya sendiri, masyarakat dapat membatasi sejauh mana sub-masyarakat anti-ilmiah dapat mengabaikan rekomendasi dari para ahli/pakar ilmiah. Sebagai contoh, masyarakat dapat menginterferensi sub-komunitas tersebut untuk mencegah penyebaran penyakit menular kepada orang-orang yang tidak memiliki nilai-nilai anti-ilmiah. Namun menurut catatan Feyerabend, bahkan memutuskan kebijakan untuk campur tangan dalam kasus tersebut harus diambil oleh komite warga dan bukan oleh para ilmuwan. Jika komite waga tersebut yang memutuskan bahwa mereka tidak percaya pada keberadaan penyakit menular, tampaknya Feyerabend akan berkomitmen terhadap klaim bahwa interferensi untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut tidak bisa dibenarkan secara moral. Kedua, bahkan jika apa yang para ilmuwan katakan tentang dunia adalah benar, ini bukan argumen yang cukup untuk memberikan pengetahuan tersebut untuk memproduksi status khusus dalam pendidikan, hukum atau medik. Juga bukan alasan untuk menyediakan banyak uang untuk mendanainya. Banyak proyek penelitian ilmiah memberikan beberapa keuntungan praktis secara proporsional dengan jumlah uang yang telah dihabiskan dan menghasilkan sedikit yang mengesankan bagi mereka yang belum dicuci otak untuk berpikir bahwa sains pada hakikatnya adalah indah. Misalnya, program Amerika mengenai pemberangkatan manusia ke bulan menggunakan sejumlah besar uang untuk mendapatkan manusia yang tidak dapat
dikatakan untuk menjejakan kakinya ke ruang hampa udara dan batuan panas dalam waktu yang singkat. Beberapa pengetahuan diperoleh, tapi tidak ada alasan yang baik untuk berpikir bahwa prestasi ini layak diberikan pendanaan. Jika kita tidak mengasumsikan keunggulan sains, kita mungkin akan jauh lebih terkesan dengan visi mistik abad pertengahan yang mengaku telah melakukan perjalanan melalui bola langit untuk melihat Tuhan dalam semua kemegahannya – visi ini lebih berwarna dan membutuhkan biaya yang sangat sedikit untuk diproduksi. Ketiga, bahkan jika kita tertarik dalam memajukan pengetahuan ilmiah, kita harus membiarkan tradisi-tradisi lain untuk eksis dan bersaing dengan sains untuk bisnis. Sains telah sering belajar hal-hal penting dari tradisi-tradisi lain, dan warga mendapat keuntungan dari yang diperbolehkan untuk berkonsultasi kepada mereka yang terlatih dalam tradisi ini, karena ‘alternatif’ ini adalah praktisi yang kadang-kadang berhasil menangani masalah yang sains belum mampu menanganinya. Sebagai contoh, praktisi medis non-ilmiah terkadang menyembuhkan penyakit atau melegakan nyeri pada kasus di mana pengobatan ilmiah telah gagal. Di Cina, kebangkitan obat tradisional yang diprakarsai oleh kaum Komunis telah menyebabkan penemuan teknik penting untuk mengurangi rasa sakit dan pada penemuan sejumlah obat penting. Dengan demikian, individu harus mampu memilih kepada siapa dia akan pergi untuk menangani masalah dan ilmuwan seharusnya tidak dapat menggunakan hukum untuk mencegah pesaing mereka dari menawarkan jasa mereka. Keempat, bahkan jika kita berpikir bahwa teori-teori ilmiah yang diterima umumnya benar, para ilmuwan tidak bisa dipercaya. Mereka sering membuat klaim muluk tentang hal-hal yang mereka tidak selidiki dengan benar dan saling tidak setuju dengan satu sama lain tentang klaim penting. Contoh dari kasus yang terdahulu adalah bahwa banyak ilmuwan terkemuka telah menandatangani dokumen untuk mengutuk astrologi; namun sebagian besar dari mereka sebenarnya hampir tidak tahu dan berkecimpung tentang penelitian dalam astrologi. Contoh yang terakhir adalah seringnya ketidaksepakatan antara praktisi medis mengenai pengobatan beberapa jenis kanker. Klaim ilmuwan harus dipertimbangkan oleh warga, yang harus bebas untuk menerima atau menolaknya. Para Ahli ilmiah seharusnya dapat menyarankan warga namun warga harus mampu menolak saran mereka. Kelima, warga masyarakat yang bebas harus mampu memutuskan sendiri apakah mereka dalam menyelesaikan masalah lebih suka dengan berkonsultasi kepada seorang ilmuwan atau orang lainnya, bahkan jika ini secara dramatis mengurangi kemungkinan mereka untuk dapat sukses dalam menangani masalah itu. Alasan untuk ini adalah bahwa bernilai secara moral bagi masyarakat untuk memilih bagaimana menangani masalah yang mereka hadapi, bahkan jika ini mengurangi tingkat keberhasilan dalam menangani masalah itu. Jika warga negara ingin masalah medis mereka harus ditangani oleh penyembuh iman (paranormal/dukun) dan bukan dokter, mereka harus mampu menempatkan diri di tangan penyembuh iman (paranormal/dukun) – bahkan jika ini mengurangi kemungkinan bahwa penyakit mereka akan disembuhkan. Demikian pula, jika komite warga terpilih ‘ingin memberikan dana penelitian pemerintah untuk dukun daripada peneliti ilmiah, mereka harus mampu melakukannya, bahkan jika ini mengurangi kemungkinan pemberantasan penyakit menular. Sebelum saya memulai diskusi kritis saya, perlu dicatat bahwa klaim Popper dan Feyerabend tentang peran sains yang harus dimiliki dalam masyarakat kita, adalah tidak bertentangan sebagaimana nampaknya. Popper berpendapat bahwa kita harus meniru standar ilmiah dalam menghadapi masalah untuk melanjutkan sikap berfikir rasional, dan bekerja melalui masalah secara ilmiah membuat kita lebih baik dan lebih rasional. Tapi dia tidak membantah dengan argumen bahwa warga seharusnya tidak diperbolehkan untuk mengikuti saran dari praktisi nonilmiah. Ia juga tidak berpendapat bahwa sains harus memiliki tempat khusus dalam masyarakat secara independen dari keinginan warga. Karya Popper dalam filsafat politik membuat jelas bahwa ia berpikir warga tidak boleh dipaksa untuk melakukan hal-hal oleh para ahli seharusnya, tetapi harus membiarkan diri mereka diyakinkan oleh argumen rasional yang diberikan oleh para ahli. Seperti Feyerabend, ia menempatkan nilai besar pada kebebasan individu untuk hidup seperti yang mereka lihat cocok asalkan mereka tidak merugikan orang lain. Hal ini tampaknya berarti bahwa jika seorang warga ingin memperoleh penyembuhan dari penyembuh iman (dukun/paranormal), ia harus mampu untuk dirawat oleh mereka. Namun, tampaknya ada perbedaan penting antara Popper dan Feyerabend. Popper berpikir bahwa, ketika membuat
keputusan mereka, warga harus bergantung pada pandangan yang telah tiba melalui diskusi kritis yang mengemulasi metode ilmiah. Sebaliknya, Feyerabend berpikir itu bisa diterima bagi masyarakat untuk membuat keputusan mereka dengan cara non-ilmiah.
Diskusi Kritis Semua argumen Popper untuk nilai fundamental dalam penelitian sains memiliki masalah. Argumen pertama bergantung pada premis bahwa penelitian ilmiah fundamental dan pendidikan ilmiah yang bersifat terbuka (open-ended) sering berubah menjadi tidak berguna dalam praktiknya dengan cara yang sangat tidak terduga. Premis ini benar, tetapi kesimpulan bahwa dasar penelitian ilmiah dan pendidikan ilmiah yang terbuka (open-ended) harus sangat dihargai secara mendalam dengan tidak mengekor pada klaimnya. Tiga keberatan dapat diajukan kepada gambaran kesimpulan Popper. 1. Seseorang yang berpikir bahwa cara hidup sederhana seorang fundamentalis agama adalah kehidupan terbaik tidak akan tertarik pada penemuan-penemuan ilmiah inovatif yang menyebabkan hidup kita sedang berubah dengan cara yang tak terduga. Untuk seseorang dengan nilai-nilai tersebut, sifat kebetulan penemuan ilmiah bukan merupakan argumen yang baik bagi penelitian fundamental dalam sains atau pendidikan ilmiah yang terbuka (open-ended). Popper menunjukkan bahwa seseorang yang memegang nilai-nilai tersebut tidak rasional atau salah. Dengan demikian, kesimpulannya gagal untuk menghasilkan argumen universal diterima untuk menilai dasar penelitian ilmiah. 2. Beberapa penelitian fundamental ternyata menghasilkan pengetahuan yang tak terduga yang menghasilkan efek yang mengerikan. Tergantung pada nilai-nilai yang kita anut, kita mungkin cukup memutuskan bahwa penelitian fundamental dapat mengarah kepada aplikasi tak terduga yang sangat berbahaya sehingga penelitian tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh, kita mungkin telah mempelajari cara di mana penelitian tentang bahan radioaktif di bagian awal abad kedua puluh menyebabkan perkembangan senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir, dan akibatnya mungkin menyimpulkan bahwa penelitian ilmiah fundamental tidak seharusnya dilakukan. 3. Bahkan jika kitaberpikir bahwapenelitian fundamentaldanpendidikanilmiah yang terbukaakan membawa kita kepadapenemuanyang memungkinkanterhadap peningkatankehidupan manusia, tidak jelas berapabanyak penekanankitaterhadap pemakaiandana penelitianilmiah dan berapa banyak yang harus diletakkan untukmenerapkan pengetahuanyang ada bagipermasalahan praktis. ArgumenPopperuntuknilaipenelitian fundamentalterlalu samaruntukbanyak bergunadalam menetapkan bahwapenelitian ilmiahfundamentaladalah sangat penting. Argumen kedua Popper adalah bahwa dengan melakukan penyelidikan melalui perdebatan kritis terbuka di mana kita membiarkan pandangan kita untuk dikritik dan bahkan difalsifikasi secara terbuka, berarti kita sedang bertindak rasional. Namun, tidak masuk akal untuk percaya bahwa orang-orang tidak rasional hanya karena mereka menolak untuk terlibat dalam diskusi kritis berdasarkan pandangan mereka yang sesuai dengan standar ilmiah. Andaikata seorang wanita, misalnya, adalah jenis orang yang resah oleh debat ilmiah karena dia pikir itu mengancam kedamaian pikiran dan cara fundamentalis yang disukai dalam jalan hidupnya. Dia kemudian mungkin sangat rasional dalam menolak untuk masuk ke dalam diskusi kritis tentang manfaat keyakinannya. Popper mungkin berpendapat bahwa fundamentalis hanya bisa rasional jika dia setidaknya memungkinkan keyakinannya menjadi sasaran kritik. Tapi fundamentalis dapat masuk akal dalam menjawab bahwa ini tidak diperlukan, karena ia memiliki bukti dari pengalaman sehari-hari mengenai hal-hal yang mengganggu ketenangan dia, dan bahwa dia tidak akan terlibat dalam perdebatan lebih lanjut hanya karena dia mungkin salah. Argumen ketiga Popper terlibat dalam jenis diskusi kritis yang termasuk dalam penelitian ilmiah terbuka (open-ended) yang bernilai karena mengajarkan kita untuk menghargai cita-cita kebebasan masyarakat. Masalah awal dengan argumen ini adalah bahwa hal itu gagal untuk membedakan antara penelitian yang berakhir terbuka (open-ended) dalam sains dan jenis lain
dari diskusi kritis. Kita mungkin benar-benar tidak tertarik untuk terlibat dalam diskusi kritis mengenai teori-teori ilmiah dan masih belajar dalam hal yang sama dengan terlibat dalam diskusi kritis teori politik. Selanjutnya, Popper tidak memberi kita alasan mengapa kita harus mengikuti standar penting yang berlaku umum dalam sains. Filsuf kuno tidak mengikuti norma dari metode ilmiah meskipun mereka terlibat dalam banyak diskusi kritis mengenai teori-teori ilmiah. Mereka relatif membayar sedikit perhatian untuk keberhasilan atau kegagalan dari suatu prediksi dalam teori-teori. Meskipun masalah ini dengan argumen ketiga Popper, Popper mungkin mengatakan bahwa jika kita menilai masyarakat yang mentolerir pandangan yang berselisih dan cara hidup yang berbeda, kita akan menghargai perusahaan seperti penelitian ilmiah mendasar karena kita akan memegang aspek penting dari perusahaan tersebut untuk menjadi layak bagi persaingan. Namun, ada dua masalah yang lebih dalam dengan argumen ketiga Popper: 1. Jika kitabelummenghargai masyarakat bebas, tidak jelas mengapakita harusmenghargaifiturpenelitianterbuka (open ended)dalam sains. 2. Seperti yangFeyerabendtunjukan, diskusiilmiahmembatasidebatdengan menerimahanyastandarkritis tertentuuntuk menilaiteori-teori. Dengan cara ini, mereka mendorongorang-orang yangtelah dilatihsecara ilmiahuntuk mempersempitjeniskritikyang mereka anggapdapat diterima, dandapat membuatpenghinaanbagiorang-orang yangtidak menggunakanargumenilmiahuntuk mendukungatau mengkritikteori. Ini berarti, dapat dikatakan, bahwa pelatihanilmiahcenderungmembuatpenampilandebatbebas sementaramenutupparameterperdebatansecara dramatis. Sebagai contoh,dapat dikatakanbahwa kita dilatih secara ilmiahuntuk mengabaikankritik yang berada diluar daripenggunaanmetode ilmiahdan menolakseruan bagiintuisimistisatautulisantulisanagama sebagai kekonyolan. Jadi, bahkan jika kitamenghargaimasyarakat yang bebas, kita mungkin tidakmenghargai melatih orang-orang dalam hal bagaimanauntuk terlibat dalamperdebatanilmiahyangadalah carauntuk membuatorang agar menjadilebih toleran. Meskipun saya telah mengangkat masalah mengenai argumen Popper, argumennya yang pertama dan ketiga tampaknya memiliki beberapa kekuatan jika mereka ditujukan kepada orang-orang yang memiliki pandangan etika tertentu. Bagi orang-orang yang berpendapat bahwa cara hidup fundamentalis buruk dan percaya bahwa manfaat teknologi merupakan potensi dari sains lebih besar daripada potensi kerugiannya, Popper menempatkan kasus yang masuk akal untuk beberapa dana untuk penelitian ilmiah fundamental dan nilai pendidikan ilmiah yang terbuka (open-ended). Bagi orang-orang yang menghargai kebebasan dan toleransi untuk beberapa derajat, tetapi berpikir bahwa kita harus mencegah orang-orang yang menggunakan metode yang sangat meragukan argumen untuk membenarkan klaim mereka, Popper menempatkan kasus yang masuk akal untuk membuat pendidikan terbuka (openended) dalam metode ilmiah merupakan komponen penting dari pendidikan . Sekarang saya beralih ke pembahasan mengenai argumen Feyerabend. Masalah pertama argumennya adalah bahwa klaimnya mengenai pendidikan ilmiah tidak harus menjadi bagian wajib dan penting dari pendidikan bagi semua anak, adalah tidak masuk akal dikarenakan tiga alasan. 1. Hampir semuaorang tidak menemukanpengetahuan ilmiahmenjadi begitumenggangguuntukmau membuangmanfaatpengetahuanilmiah bagi jalan hidup dengancara yang lebih sederhana. Bahkanfundamentalisagamayang paling fanatik dalam masyarakat Baratmodern menggunakanmanfaatdaripengetahuan ilmiahdalam banyak haldi kehidupansehari-hari mereka. Selanjutnya, apakah orang-orangberpikir bahwacara terbaikuntuk hidupmelibatkanaplikasi luassainsatau tidak, masyarakat yang lebih luasdi mana mereka tinggaltelahsedemikian sangat tergantung padapenerapansainsuntuk menanganimasalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Mesin pertanian,AC, pesawat terbang, mobil, dansebagainyamerupakan bagianpenting yang sangat besardalam kehidupan modern. Untuk mempelajari carauntuk bertahan hidup, semua orang perlutahu beberapasains dasar. Bahkan jika seseoranghanyaingin tahuapa yang harus dihindari, hal ini membantukita untuk memilikipengetahuan sains
yanglebih canggih.Jikasebuah perusahaan inginmembangunmenaratelepon seluler ataustasiuntenaga nuklirdi sampingtanah seorang fundamentalis, fundamentalisakanperlu tahu bagaimana halini akan mempengaruhidia. Semua iniberartibahwapengetahuan sains yang cukupcanggihharus menjadi bagiandaripendidikansemua orang(Munevar, 1991b: 194). 2. Anak-anak harus dilindungi dari tindakan orang tua mereka. Meskipun beberapa orang dewasa menemukan bahwa mereka akan lebih memilih untuk hidup dengan cara hidup di mana sains tidak memainkan peranan penting, sebagian besar tidak. Hal ini masuk akal untuk percaya bahwa jika seorang anak memiliki kesempatan untuk belajar tentang sains dan aplikasinya, ia akan cenderung untuk menemukan sains yang berharga. Orang tua seharusnya tidak mencabut anak-anak dalam belajar yang dapat membuat mereka akan menemukan sesuatu yang berharga. 3. Hal iniberhargabagianggota lain darimasyarakat untukhidup dalamsebuah komunitaswarga yangmenilaiklaimfaktualsesuai denganstandar ilmiah. Feyerabendberbicaraseolah-olah jika orang-orang berpikir danhidup sesuai dengantradisidi mana merekamembayartanpa memperhatikanstandarobyektifyangtidak mengancambagi orang luar. Namunsikappikiranyangmereka pegangjelasancaman bagiorang luar. Orang-orang yangmembentukkeyakinanutamamereka tentangduniadengan cara yangmengabaikan argumen standar ilmiahkemungkinan akandiambil olehkeyakinandalamilmu sihir, fundamentalismeagama, anti-Semitisme, dansebagainya. Merekacenderung memilihatas dasarkeyakinandan bertindakberdasarkan keyakinandalam interaksisehari-hari mereka dengan orang lain(von Brentano, 1991: 200). Sikap pikiran merekamenimbulkan ancamanserius bagianggota masyarakat luas lainnya. Hal inisahbagi masyarakatuntuk mencegahsikap sepertipikiran tersebut daripengembanganmelalui pendidikan. Saya harus menekankan bahwa tidak ada argumen saya yang menunjukkan bahwa sains harus diajarkan sebagai seperangkat teori yang tidak bisa dikritik atau seolah-olah indah pada hakikatnya. Dalam pandangan saya, siswa harus belajar bahwa apa yang membuat klaim yang baik adalah bukti dan bukan fakta bahwa guru mereka mengatakan kepada mereka untuk menerimanya. Selanjutnya, siswa harus didorong untuk menguji klaim untuk diri mereka sendiri di mana hal tersebut adalah layak. Selain itu, mereka harus belajar bahwa sains merupakan sesuatu yang dibangun dan bisa salah. Saya juga harus menekankan bahwa argumen saya bergantung pada asumsi luas tentang apa yang secara moral benar, akan tetapi asumsi tersebut dapat ditolak oleh beberapa orang. Masalah kedua dengan argumen Feyerabend adalah bahwa klaimnya mengenai praktisi dari tradisi yang lain harus mampu menawarkan jasa mereka kepada individu dari anggota masyarakat (dan mungkin memiliki peran penting dalam pendidikan dan hukum) tidak didukung oleh argumen yang baik. Pembaca akan ingat bahwa ia menawarkan dua argumen untuk klaimnya. Argumen pertama adalah bahwa tradisi-tradisi lain telah berhasil menangani masalah sehari-hari. Argumen kedua adalah bahwa warga dari masyarakat bebas harus mampu memutuskan sendiri bagaimana menghadapi masalah dengan konsultasi non-ilmuwan, bahkan jika ini akan mengurangi peluang mereka berhasil menangani situasi. Argumen pertama Feyerabend adalah tidak masuk akal. Medis/kedokteran adalah satu-satunya daerah di mana ia mengemukakan bukti substansial bahwa masalah yang tidak diselesaikan oleh praktisi ilmiah kadang-kadang dipecahkan oleh para praktisi dari tradisi-tradisi lain. Meskipun keterangannya merupakan beberapa bukti untuk lisensi dan mempercayakan praktisi pengobatan alternatif, ia tidak menghasilkan bukti untuk melakukan hal ini di daerah lain. Dia tidak menghasilkan bukti bahwa navigasi tradisional, bangunan rumah tradisional, atau berbagai macam praktek-praktek tradisional lainnya yang mungkin lebih baik daripada modern, sesuatu yang ilmiah juga dapat menginformasikan praktik/pelatihan. Di daerah selain medis/kedokteran, sains tampaknya memiliki pengetahuan yang dihasilkan yang jauh lebih unggul daripada pengetahuan yang berasal dari tradisi-tradisi lain (Munevar, 1991b:. 191 ff). Selanjutnya, bahkan dalam kasus pengobatan, praktisi alternatif telah mencapai keberhasilan yang terbatas di beberapa daerah, tapi ini tidak berarti bahwa mereka harus memiliki izin untuk praktek secara umum atau dipercayakan. Banyak obat-obatan dan teknik yang mereka gunakan
berpotensi berbahaya dan belum diuji untuk tingkat yang sama seperti obat-obatan ilmiah. Ini berarti bahwa ada kasus yang kuat untuk tidak membiarkan praktisi medis non-ilmiah menjadi dokter umum. Mereka dapat cukup diperbolehkan untuk menawarkan jasa mereka kepada publik dalam beberapa hal, tapi tidak bagi hal lainnya. (Tentu saja, ini tidak berarti bahwa klaim tradisi lain tidak pernah layak untuk dipelajari, atau sains tidak bisa belajar dari teori dalam tradisi tersebut. Sebagaimana yang ditekankan Feyerabend, ide dari tradisi tersebut sering berguna untuk para ilmuwan dan beberapa potongan pengetahuan kadang-kadang ditemukan di dalamnya.) Argumen kedua Feyerabend untuk klaim praktisi tradisi lain harus bebas untuk menawarkan layanan mereka kepada individu dari anggota masyarakat juga tidak masuk akal. Ada dua masalah dengan argumen kedua: 1.
2.
Argumen inimengandaikanbahwa kita harussangat menghargaikebebasanwarga negaradankomitewarga, baik individu ataukomitecenderungdatang denganprogramaksiyangmemajukankepentingan mereka sendiriatau tidak. Tetapi seseorang yangtidakmenempatkan nilai tinggipada aktivitasbebas dariwargatidak setujudengananggapaninidansulit untukmelihat bagaimanaperselisihanbisadiselesaikansecara rasional. Feyerabendtidakbisa membantahbahwa konsekuensiyang memungkinkankebebasan menjadi ada adalah bermanfaat, karena iaberpendapatbahwa, bahkanjika hal tersebut tidakmenguntungkanorangharus bisamelakukan apa yang merekainginkan. Bahkan jika kita setuju dengan Feyerabend dalam menilai kebebasan yang sangat tinggi, ada kasus untuk mengganggu kebebasan warga negara, individu atau kelompok ketika mereka cenderung membunuh dirinya sendiri atau merusak diri mereka. Anggaplah, misalnya, seorang pria yang sedang dirawat oleh seorang dukun diberikan herbal dicampur dengan logam berat yang dikenal sangat beracun. Bahaya yang ditimbulkan oleh herbal tersebut dijelaskan kepadanya, tapi dia tetap mempercayai dukun tersebut. Jika dia terus mengkonsumsi obat herbal itu, mereka cenderung untuk membunuh dirinya dengan cepat sehingga ia tidak akan pernah bisa bertindak secara bebas lagi. Untuk meningkatkan kebebasannya secara keseluruhan kami bisa cukup mencegah dia dari mengkonsumsi herbal tersebut. Dengan demikian, jika kita tertarik dalam melindungi kebebasan jangka panjang individu kadang-kadang terdapat alasan yang baik untuk mencegah mereka dari menggunakan metode non-ilmiah untuk mengatasi masalah mereka.
Saya harus mencatat bahwa sementara ini Feyerabend tidak menghasilkan kasus yang baik untuk memungkinkan praktisi yang tidak diatur dari tradisi-tradisi lain untuk menawarkan layanan mereka, ia bisa membuat kasus yang baik untuk pengawasan publik yang konstan terhadap praktisi ilmiah. Dia juga bisa sangat masuk akal berpendapat bahwa badan-badan profesional yang berlisensi sebagai praktisi ilmiah harus akhirnya di bawah kendali wakil terpilih dari warga, yang harus mampu mengubah bagaimana cara badan-badan tersebut bekerja. Feyerabend mengatakan, studi baru-baru ini mengenai perilaku para ahli ilmiah menunjukkan bahwa mereka sering membuat klaim yang terdengar berwibawa tentang hal-hal yang mereka tak tahu apa-apa, atau melaksanakan prosedur dalam bidang keahlian mereka yang tidak dapat dibenarkan oleh bukti yang ada. Seperti orang lain, para ahli ilmiah cenderung berpikir bahwa ide-ide favorit mereka adalah ide-ide terbaik untuk menghadapi masalah tertentu – apakah bukti untuk ide-ide mereka baik atau tidak. Seperti orang lain, mereka sering cenderung untuk mencoba untuk meningkatkan kekuatan dan prestise dari kelompok mana mereka berasal karena status kelompok yang erat dengan status mereka sendiri (Hull, 1988). Juga seperti orang lain, mereka cenderung mengabaikan prosedur yang lebih murah namun efektif untuk menangani masalah ketika menggunakan prosedur yang lebih mahal akan menguntungkan mereka secara finansial. Bisa masuk akal dikatakan bahwa para ahli ilmiah perlu ditopang oleh struktur sosial di mana penelitian bobrok, praktek-praktek yang berbahaya, dan penggunaan prosedur mahal yang tidak perlu diarahkan dan dicegah. Hal ini juga dapat masuk akal ketika alasan bahwa pendapat dan kegiatan para ahli ilmiah harus berada di bawah pengawasan publik yang konstan dengan kondisi di mana mereka dapat berlatih, harus diatur oleh badan-badan yang dikendalikan oleh publik (bukan ilmuwan lain).
Untuk membantu menguraikan titik ini, menganggap bahwa banyak penulis – termasuk Feyerabend – telah menyoroti bahwa dokter kadang-kadang melakukan prosedur yang menyebabkan pasien ke arah kerusakan/kerugian yang besar, atas dasar bukti-bukti yang jelas bobrok. Hal ini juga telah sering menunjukkan bahwa dokter melakukan banyak prosedur mahal dan tidak perlu. Sebuah alasan penting mengapa masalah ini lebih buruk dalam bidang medis daripada di beberapa disiplin ilmu lainnya adalah bahwa kegiatan dokter tidak berada di bawah pengawasan konstan oleh para ahli lainnya yang kepentingannya akan dilayani ketika mengekspos secara publik mengenai klaim dan kegiatan buruk yang dapat dibenarkan. Sedangkan di beberapa bidang sains, para ilmuwan akan mendapatkan pujian profesional dengan mengekspos praktek penelitian yang bobrok dari ilmuwan saingan, bidang kedokteran adalah – profesi yang relatif tertutup di mana dianggap suatu keburukan ketika mengkritik sesama bidang profesional seseorang, terutama dalam forum publik (Hull, 1988: 345 ff). Masyarakat akan mendapat manfaat besar dari putusnya kekuatan monolitik profesi kedokteran dan dari restrukturisasi praktek kedokteran sehingga mendorong kritik ditayangkan oleh publik secara luas terhadap penggunaan perawatan kedokteran, serta secara bebas dan terbuka dalam mengkritik terhadap tindakan/kegiatan dokter secara spesifik. Masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan jika bisa menarik izin praktek dari praktisi kedokteran. Dokter yang menyelidiki dokter lain cenderung memiliki perasaan sesama mereka. Mereka juga cenderung ingin menutupi kesalahan dokter lain karena paparan kesalahan tersebut merusak status profesi. Sehingga mereka akan enggan untuk membuat skandal publik dengan merekomendasikan terhadap sesama dokter untuk mencabut lisensinya, bahkan jika dokterdokter tersebut tidak kompeten.
Kesimpulan Saya telah menunjukkan bahwa kita dapat membenarkan ketika memberikan sains peran penting dalam pendidikan, dalam praktek teknologi dan sistem hukum jika kita menerima beberapa ide yang diterima secara luas tentang apa yang merupakan cara yang baik untuk hidup. Namun saya belum berpendapat bahwa seseorang yang menolak untuk menerima ideide tersebut tidak rasional atau keliru. Alasannya adalah bahwa hal itu mungkin mustahil untuk memperoleh jawaban pembenaran obyektif untuk pertanyaan: peran apa yang harus sains mainkan dalam masyarakat kita? Secara obyektif untuk membenarkan jawaban atas pertanyaan ini, kita perlu mengandalkan teori yang dibenarkan tentang bagaimana kita harus hidup. Tetapi tidak jelas bahwa teori tentang bagaimana kita harus hidup dapat dibenarkan secara objektif. Mungkin kepercayaan beberapa filsuf Pencerahan yang telah menegaskan bahwa sains harus memainkan peran penting dalam banyak bidang kehidupan kita adalah tidak bisa dibenarkan. Saya tidak bisa mengejar masalah tersebut lebih lanjut di sini. Ada sebuah perdebatan filosofis yang sangat besar tentang masalah dalam literatur tentang etika. Sebagai catatan, bagaimanapun, bahwa jika kita dapat obyektif membenarkan beberapa klaim tentang bagaimana kita harus hidup, kita tidak bisa obyektif membenarkan untuk memberikan sains tempat sentral di dalam kehidupan kita. Misalkan setelah mempertimbangkan masalah dengan hati-hati, kita menemukan bahwa kita dapat menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah dan ahli ilmiah harus memiliki peran dalam kehidupan kita yang mirip dengan yang telah mereka peroleh. Anggaplah kita juga berpikir bahwa kita dapat menunjukkan bahwa sains bernilai terutama karena telah memberikan kita berbagai macam jalan pendek berbagai tujuan kebanyakan dari kita dalam masyarakat Barat modern. Kita bisa, bagaimanapun, belajar dari berbagai kritik dari peran pengetahuan ilmiah dan ahli ilmiah yang bermain di masyarakat kita. Kritik sains bisa masuk akal berpendapat tentang penelitian, apabila hasil penelitian yang mungkin digunakan untuk tujuan tidak bermoral, tidak boleh dilakukan kecuali memiliki manfaat dari kemungkinan aplikasi penelitian yang lebih besar daripada kerugiannya. Selanjutnya, Feyerabend telah membuat kasus yang baik untuk berpikir bahwa praktisi medis dari tradisi non-ilmiah harus mampu menawarkan jasa mereka kepada publik pada beberapa hal dan bahwa klaim tradisi non-ilmiah tentang hal-hal medis pantas untuk diselidiki. Selain itu, saya telah menunjukkan bahwa Feyerabend bisa membuat kasus yang baik untuk mengatakan bahwa profesi ilmiah harus berada di bawah kontrol utama wakil terpilih dari masyarakat dan cara kerja beberapa profesi ilmiah harus direstrukturisasi.