PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA KEBONAGUNG DI IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Annisaa Nur Widyastuti NIM 13102244010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri (Q.S Ar-Rad ayat 11) Setiap perbuatan bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan niatnya (HR. Bukhari dan Muslim) Jika seseorang individu atau tokoh itu mempunyai kredibiliti dan kekuatan maknawi yang tersendiri, ide dan falsafah hidupnya tetap boleh menerangi persekitarannya meskipun dia tidak menjawat apa-apa jabatan (Raja Ahmad Aminullah)
v
PERSEMBAHAN Atas karunia Allah Subhanahuwata‟alla Karya tulis ini saya persembahkan kepada: Ayah, Ibu, dan keluarga yang selalu ada di dalam hatiku. Terima kasih atas segala doa, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan. Serta Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
vi
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA KEBONAGUNG DI IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA Oleh Annisaa Nur Widyastuti NIM 13102244010 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang : (1) kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung Di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, (2) partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung, dan (3) faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang meliputi pengurus Desa Wisata Kebonagung, POKDARWIS, pemilik homestay, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Wisata Kebonagung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data penelitian dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana/infrastruktur, dan masyarakat/lingkungan sosial, (2) terdapat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung namun belum berjalan secara optimal/maksimal. Partisipasi tersebut terdiri dari macam partisipasi dan bentuk partisipasi. Dalam macam partisipasi, yang dilakukan masyarakat Desa Kebonagung yaitu (a) tidak terdapat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, (b) partisipasi dalam pelaksanaan, masyarakat telah ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa wisata, (c) partisipasi dalam pengambilan manfaat dengan didapatkannya keuntungan financial, (d) partisipasi dalam evaluasi dalam dua hal yaitu ekstern dan intern. Dalam bentuk partisipasi, yang dilakukan adalah (a) tidak adanya partisipasi dalam bentuk pikiran, (b) partisipasi dalam bentuk tenaga diberikan masyarakat dalam setiap kegiatan, (c) partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga belum ada karena bagi masyarakat partisipasi hanya sebatas tenaga dalam setiap kegiatan, (d) partisipasi dalam bentuk keahlian juga minim karena keahlian masyarakat berbeda dalam setiap bidangnya, (3) faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung antara lain: kepedulian masyarakat, rasa optimis dan semangat, dan potensi desa yang dapat dimanfaatkan. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: minim pendanaan, kurang ada partisipasi pemerintah desa , dan kurang ada regenerasi. Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, pengembangan desa wisata, desa wisata
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Di Imogiri, Bantul, Yogyakarta dengan baik. Skripsi ini disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan tugas akhir skripsi ini merupakan suatu proses belajar dan usaha yang tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang mendukung. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak terkait, sebagai berikut : 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas sehingga skripsi saya menjadi lancar. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, atas kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Nur Djazifah ER, M.Si., dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama penyusunan skripsi. 4. Bapak R.B. Suharta, M.Pd dosen pembimbing akademik yang membantu dalam masa studi. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal penulisan skripsi ini. 6. Bapak Dalbiya dan seluruh pengurus dan pokdarwis Desa Wisata Kebonagung di Imogiri, Bantul, Yogyakarta atas ijin dan bantuannya selama mengadakan penelitian. 7. Orang tuaku tercinta, Bapak, Ibu dan Adikku atas do‟a, semangat, dan dukungan yang tiada ternilai. 8. Sahabat-sahabatku yang telah menemani, membantu dan memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
viii
9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013 yang bersama-sama menempuh studi dan telah memberikan semangat, dukungan, dan bantuan dari awal hingga akhir perkuliahan. 10. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, 11 April 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI hal. HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv MOTTO ............................................................................................................... v PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 8 C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 8 D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ........................................................................................................... 11 1. Partisipasi Masyarakat ............................................................................... 11 a. Pengertian Partisipasi ........................................................................... 11 b. Pengertian Masyarakat .......................................................................... 13 c. Pengertian Partisipasi Masyarakat ......................................................... 16 d. Partisipasi sebagai Pemberdayaan Masyarakat ..................................... 18 e. Macam-Macam Partisipasi Masyarakat ................................................ 20
x
f. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat .................................................. 22 g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ................ 26 h. Manfaat Partisipasi Masyarakat ............................................................ 28 2. Desa Wisata ............................................................................................... 29 a. Pengertian Pariwisata ........................................................................... 29 b. Pengertian Desa Wisata ......................................................................... 31 c. Karakteristik Desa Wisata .................................................................... 32 d. Tipologi Desa Wisata ............................................................................ 34 e. Jenis Wisatawan Yang Mengunjungi Desa Wisata ............................... 35 3. Pengembangan Desa Wisata ...................................................................... 37 a. Unsur Pengembangan Desa Wisata ....................................................... 39 b. Prinsip Pengembangan Desa Wisata ..................................................... 40 c. Tujuan Pengembanagn Desa Wisata .................................................... 41 d. Sasaran Pengembanagn Desa Wisata .................................................... 41 e. Pendekatan Pengembangan Dalam Desa Wisata .................................. 42 B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................................... 46 C. Kerangka Berpikir ................................................................................................. 48 D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian........................................................................................... 52 B. Subjek Penelitian ................................................................................................... 53 C. Setting dan Waktu Penelitian............................................................................... 54 D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................... 54 E. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 60 F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 60 G. Keabsahan Data ..................................................................................................... 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 65 1. Profil Desa Wisata Kebonagung ................................................................ 65 2. Kegiatan Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ................................. 76 a. Obyek Dan Daya Tarik Wisata.............................................................. 76
xi
b. Prasarana Wisata ................................................................................... 81 c. Sarana Wisata ....................................................................................... 85 d. Tata laksana/infrastruktur ...................................................................... 88 e. Masyarakat/lingkungan ......................................................................... 92 3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ......................................................................... 96 a. Macam Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ..................................................................... 96 b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung .................................................................. 105 4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung .................................. 111 a. Faktor Pendukung Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ................................................................... 111 b. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung .................................................................. 115 B. Pembahasan .......................................................................................................... 119 1. Kegiatan Pengembangan Desa Wisata Kebonagun ................................. 119 a. Obyek Dan Daya Tarik Wisata............................................................ 119 b. Prasarana Wisata ................................................................................. 121 c. Sarana Wisata ..................................................................................... 123 d. Tata laksana/infrastruktur .................................................................... 125 e. Masyarakat/lingkungan ....................................................................... 127 2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ....................................................................... 129 a. Macam Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ................................................................... 129 b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung .................................................................. 134 4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ................................... 139 a. Faktor Pendukung Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung ................................................................... 139 b. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung .................................................................. 141 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................................... 145 B. Saran ..................................................................................................................... 147
xii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 149 LAMPIRAN ........................................................................................................ 153
xiii
DAFTAR TABEL hal. Tabel 1. Proses Kegiatan Pengumpulan Data ........................................................ 54 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 59 Tabel 3. Susunan Pengurus Dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung ..... 70 Tabel 4. Daftar Kunjungan Wisatawan Desa Kebonagung ................................. 71 Tabel 5. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2016 ............................ 154 Tabel 6. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2015 ............................ 154 Tabel 7. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2014 ............................ 155 Tabel 8. Pedoman Observasi ................................................................................. 157
xiv
DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 1. Delapan Tingkatan Dalan Tangga Partisipasi Masyarakat ............... 21 Gambar 2. Kerangka Berpikir ................................................................................. 49 Gambar 3. Komponen Dalam Analisis Data .......................................................... 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN hal. Lampiran 1. Daftar Pengunjung Wisata Desa Wisata Kebonagung ................. 154 Lampiran 2. Pedoman Observasi .......................................................................... 157 Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ..................................................................... 159 Lampiran 4. Pedoman Wawancara ....................................................................... 160 Lampiran 5. Catatan Lapangan ............................................................................. 174 Lampiran 6. Catatan Wawancara .......................................................................... 189 Lampiran 7. Analisis Data ..................................................................................... 218 Lampiran 8. Dokumentasi ...................................................................................... 243 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 245
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang ada di negara Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta ini terbagi menjadi lima kabupaten yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Madya (Kota Yogyakarta itu sendiri). Kota Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pelajar, yang mana banyak orang yang datang ke Kota Yogyakarta untuk menuntut ilmu. Selain terkenal dengan Kota Pelajar, Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki sumber daya alam yang melimpah serta terdapat suku, agama, seni dan budaya yang beraneka ragam. Dari banyaknya sumber daya alam ini, Kota Yogyakarta juga terkenal dengan sebutan Kota Pariwisata. Banyaknya sumber daya alam yang ada menjadi salah satu daya tarik sehingga banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang untuk menikmati obyek wisata serta kebudayaannya. Kota Yogyakarta memang terkenal dengan potensi pariwisatanya yang beraneka macam. Mulai dari pantai, pegunungan, sungai, waduk atau danau buatan, goa, museum, serta peninggalan-peninggalan bersejarah seperti candi-candi, makam dan masih banyak lainnya. Bentuk wisatanya pun meliputi wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus, dan berbagai fasilitas wisata lainnya. Menurut Chafid Fandeli (2002:7) pariwisata merupakan suatu industri yang banyak menghasilkan devisa bagi negara, sehingga pemerintah berusaha untuk meningkatkan sektor ini dengan mengambil langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan pariwisata.
1
Sektor pariwisata saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari data peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara selama tahun 2014 mencapai 3,348,180 juta kunjungan wisatawan dan pada tahun 2015 mencapai 4,122,205 juta wisatan, dari data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan kunjungan wisatawan sebesar 5,28%
(www.visitingjogja.jogjaprov.go.id),
jadi
sudah
sewajarnya
jika
pemerintah Kota Yogyakarta mulai menggalakkan program pengembangan pariwisata di berbagai kabupaten yang ada di provinsi DIY. Pariwisata kini menjadi salah satu alternatif yang memegang peran penting dalam perkembangan perekonomian di suatu wilayah karena dengan adanya pariwisata di suatu wilayah tersebut akan dapat membuka peluang atau lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar. Potensi dari sebuah pariwisata yaitu dari mengandalkan adanya keunikan, kelokalan, kekhasan, serta keaslian alam, budaya, dan adat istiadat yang berjalan dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Menurut Dirjen Pariwisata, negara kita memiliki tiga unsur pokok yang sangat menunjang ke arah penyelenggaraan wisata alam dan wisata minat khusus, ketiga unsur tersebut adalah people (orang/masyarakat), natural heritage (potensi alam), dan cultural heritage (potensi budaya) yang khas (Arief Suswantoro, 1999: 3). Dari ketiga unsur tersebut telah ada di dalam masyarakat kita sendiri sehingga pariwisata yang ada dapat dikembangkan lebih baik baik lagi. Dalam hal ini pariwisata yang dimaksud menurut Sunyoto Usman (2008:56) adalah pariwisata berbasis masyarakat, pariwisata di mana masyarakat atau warga setempat
2
memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan, memengaruhi, dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Desa wisata (tourist village) menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman (2007: 7) : “Desa Wisata adalah pengembangan suatu wilayah desa yang pada hakikatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsurunsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi rangkaian aktivitas pariwisata serta mampu menyediakan dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukungnya.” Desa wisata (tourist village) merupakan salah satu pengembangan wisata alternatif di mana dengan pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata dengan tujuan untuk mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai penduduk setempat, memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya, mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya dan agar mereka mendapat jaminan memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata, mendorong kewirausahaan masyarakat setempat dan mengembangkan produk wisata desa. Hal tersebut tidak terlepas dari peran serta masyarakat sebagai salah satu stakeholders pembangunan yang pada prinsipnya memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap pengelolaan pariwisata di daerahnya masing-masing. Keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan
3
pariwisata menjadi satu faktor penting, karena masyarakatlah yang memahami dan menguasai wilayahnya tersebut. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Kota Yogyakarta dan memiliki 36 desa wisata. Kabupaten ini berpotensi untuk dibangun desa wisata karena potensi alamnya yang besar. Sebagai salah satu dari beberapa daerah yang menjadi sasaran wisatawan, di Kabupaten Bantul itu sendiri memiliki banyak obyek wisata yang perlu dikembangkan lagi guna untuk dijadikan suatu peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Obyek wisata yang ada di Kabupaten Bantul yang berpeluang mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Desa wisata yang ada di Kabupaten Bantul menjadi salah satu alternatif tujuan wisata yang sayang jika dilewatkan. Di desa wisata tersebut wisatawan dapat menikmati keindahan alam dan kehidupan masyarakat yang masih khas dengan kebiasaan dan kebudayaan yang ada di lingkungannya. Imogiri merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bantul, Kecamatan Imogiri berada di sebelah tenggara dari ibukota Kabupaten Bantul dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Pleret dan Jetis di sebelah utara, Kecamatan Dlingo di sebelah timur, Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul di sebelah Selatan, serta Kecamatan Jetis dan Pundong di sebelah Barat. Jarak Kecamatan Imogiri dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bantul adalah 8 km. Kecamatan Imogiri mempunyai luas wilayah 5.448,6880 Ha. Kecamatan Imogiri dihuni oleh 13.119 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Imogiri adalah 56.357 orang dengan rincian jumlah laki-laki 27.291 orang dan penduduk perempuan 29.966
4
orang dengan kepadatan penduduk mencapai 1.934 jiwa/km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Imogiri dalah petani. Dari data monografi Kecamatan Imogiri tercatat 13.431 orang atau 23,83% penduduk Kecamatan Imogiri bekerja di sektor pertanian (https://bantulkab.go.id/kecamatan/Imogiri.html). Kecamatan Imogiri berada di dataran rendah. Kecamatan Imogiri beriklim seperti layaknya derah dataran rendah di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang ada di Kecamatan Imogiri adalah 260C dengan suhu terendah 230C. Letak Kecamatan Imogiri yang berada di dataran rendah sehingga banyak sawah menjadikan sebuah potensi wisata dengan model desa wisata. Selain itu juga adanya wisata alam, cagar budaya dan sentra industri sebagai potensi wisata lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Imogiri. Salah satu desa wisata yang ada saat ini adalah Desa Wisata Kebonagung. Desa Wisata Kebonagung dikenal sebagai Desa Wisata Pendidikan Pertanian dan Budaya terletak di wilayah kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Dengan letak geografis sebelah selatan dari makam raja-raja Mataram, ibukota Provinsi DIY, kantor Kecamatan Imogiri dan di sebelah utara dari Pantai Parangtritis. Desa Wisata Kebonagung memiliki luas sebesar 1,87 km2. Desa Kebonagung menyuguhkan pesona keindahan wisata desa alami dan memiliki berbagai macam potensi wisata yang cocok untuk didatangi wisatawan domestik maupun mancanegara. Suasana alam pedesaan yang asri terlihat ketika memasuki kawasan Desa Kebonagung, udara yang masih sejuk dan masih terdapat area persawahan dan pepohonan yang luas dan hijau serta pesona wisata air Sungai
5
Opak dan Bendung Tegal menggunakan perahu naga. yang dapat memberikan kenyaman sebuah kehidupan di desa dengan adanya rumah limasan dan rumah joglo yang berbeda jauh dengan kehidupan di kota. Desa Wisata Kebonagung mulai dirintis bersamaan dengan berdirinya Bendung Tegal
pada tahun 1998 dari ide atau gagasan Pemerintah Desa
Kebonagung yang melihat khususnya untuk sebagian besar warga Kebonagung bekerja hanya sebagai buruh tani dengan penghasilan tidak tetap dan sedikit atau hanya mendapat penghasilan selama panen dalam jangka waktu tiga bulan sekali. Pada tahun 2001 dinyatakan sebagai daerah tertinggal dan dituntut untuk mengadakan perbaikan dan keinginan masyarakat untuk menambah pendapatan, sehingga pada tahun 2003 mulai adanya kunjungan pertama dari SMA 71 Jakarta. Desa Wisata Kebonagung mendapat bantuan dana dari PNPM Pariwisata pada tahun 2009, 2010, dan 2011 dalam program pemberdayaan masyarakat untuk menghidupkan kembali kelompok tari, gejog lesung, kentongan, jathilan, laras madya
serta untuk
membeli
peralatan
yang diperlukan untuk
proses
pengembangan. Di Desa Wisata Kebonagung wisatawan mendapatkan pengalaman bertani seperti membajak sawah secara tradisional menggunakan kerbau, menanam padi, menggaru dan memanen padi. Selain itu juga ada kesenian karawitan, gejog lesung, gamelan, seni wisata dan kerajinan tangan seperti membatik dan membuat gerabah, memasak, genduri, dan lain sebagainya. Dari adanya Desa Wisata Kebonagung ini akan menjadi suatu pariwisata berbasis masyarakat yang menarik dalam pengembangannya apabila dapat di dukung oleh seluruh komponen
6
masyarakat diantaranya berbentuk dari partisipasi masyarakat Desa Kebonagung. Menurut Slamet (1994: 158), partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata budaya merupakan aspek terpenting dalam pengembangannya, akan tetapi partisipasi masyarakat belum menyeluruh dalam semua aspek pengembangan, partisipasi masyarakat lebih banyak pada aspek pelaksanaan kegiatan pariwisata, padahal acuan partisipasi mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan desa wisata jika terdapat faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang berpartisipasi, seperti usia, pekerjaan, pendidikan, lamanya tinggal, dan lingkungan (Robert C. dalam Saca Firmansyah, 2009). Kecenderungan partisipasi seseorang tersebut juga harus di dukung dari dorongan moral, motivasi, kebutuhan, harapan, sarana dan prasarana, serta adanya kelembagaan baik formal maupun informal. Agar paket wisata yang ditawarkan dapat menarik wisatawan sehingga dapat melakukan pengembangan maka partisipasi masyarakat menjadi sebuah faktor terpenting dalam pariwisata. Namun, gambaran di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Wisata Kebonagung belum secara maksimal, hal ini dapat dilihat dari kebanyakan generasi tua yang mengelola dan mengembangkan Desa Wisata Kebonagung karena pemudanya sendiri masih berusia sekolah ataupun sudah bekerja sehingga minat untuk ikut dalam mengelola dan mengembangkan belum ada, sebagian masyarakat sering lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan untuk mengembangkan strategi untuk mempertahankan Desa Wisata Kebonagung karena masyarakat memiliki pekerjaan pokok lain daripada
7
mengembangkan Desa Wisata Kebonagung dan mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan selalu mendapatakan penghasilan dari adanya wisatawan sehingga masyarakat belum sepenuhnya untuk berpartisipasi. Berangkat dari adanya permasalahan di atas untuk itu perlu dilakukan pengkajian dan penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung di Imogiri Bantul Yogyakarta.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Sebagian masyarakat sering lebih mementingkan kepentingan pribadi sehingga partisipasi masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata Kebonagung masih kurang. 2. Rendahnya kesadaran dan komitmen masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata. 3. Belum
semua
masyarakat
Desa
Kebonagung
berpartisipasi
dalam
mengembangkan desa wisata. 4. Kebanyakan
masih
dipegang
generasi
tua
untuk
mengelola
dan
mengembangkan Desa Wisata Kebonagung. 5. Masih kurang adanya kepedulian dari stakeholder di lingkungan Desa Wisata Kebonagung. C. Pembatasan Masalah Mengingat kompleksnya identifikasi masalah yang ada, maka perlu adanya batasan masalah. Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti dapat memperoleh
8
data yang komprehensif dan mendalam terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Peneliti hanya akan membahas mengenai : “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung
di Imogiri Bantul Yogyakarta”,
mengingat partisipasi masyarakat sangat penting dalam mengembangkan desa wisata. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, sebagai berikut : 1. Bagaimana kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung di Imogiri Bantul Yogyakarta? 2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian. Secara umum tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung di Imogiri Bantul Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung.
9
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat yaitu memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata. Adapun manfaat yang diperoleh secara praktis, sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman belajar secara langsung mengenai partisipasi masyarakat pengembangan desa wisata. 2. Bagi Pengurus atau Masyarakat Desa Wisata Kebonagung Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memotivasi agar semakin berperan aktif dalam kegiatan dan berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung. 3. Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Penelitian ini memberikan manfaat bagi jurusan Pendidikan Luar Sekolah yakni dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian program ke PLSan selanjutnya. 4. Bagi Pembaca Lainnya Melalui penelitian ini, pembaca lainnya dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Partisipasi Masyarakat a. Pengertian Partisipasi Dalam Kamus Bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal turut berperan serta suatu kegiatan atau keikutsertaan atau peran serta. Selain itu terdapat banyak pengertian partisipasi dalam ilmu sosial, partisipasi berarti mengambil bagian, Seperti yang dikemukan oleh Hoofsteede dalam Khairuddin (1992: 124), “The taking part in one or more phases of the process” (partisipasi) berarti ambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses. Secara etimologik berasal dari kata Latin “participatio” atau “participationis” yang berarti “hal ikut serta atau hal ikut bagian”, atau “pesertaan”. Dengan demikian, “berpartisipasi” berasal dari kata “participo” atau “particeps” yang berarti “ikut serta seseorang dalam suatu aktivitas”, atau “membagi sesuatu dengan orang lain” atau juga mengambil bagian dari sesuatu (kegiatan)” (Nurhattati Fuad, 2014: 106107). Menurut Jnanabrota Bhattacharyya dalam Taliziduhu Ndraha (1987: 102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Mubyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1987: 102) juga mendefinisikannya sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap
11
program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Sedangkan secara agak lengkap T.B. Simatupang (Khairuddin, 1992: 124) memberikan beberapa rincian tentang partisipasi sebagai berikut : 1) Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama. 2) Partisipasi berarti pula sebagai kerja untu mencapai tujuan bersama di antara semua warga negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara Pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberi sumbangan demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita. 3) Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan rencana pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan itu, nilai-nilai kemanusiaan dan citacita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi. 4) Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kea rah pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan hidup manusia, juga untuk generasi-generasi yang akan datang. Menurut Loekman Soetrisno (1995: 207) partisipasi adalah kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan. Sedangkan pendapat dari Keith Davis dalam Khairuddin (1992: 124) memberikan pengertian partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dimana menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan atau tujuan dan tanggungjawab terhadap kelompok.
12
Dr. Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 50) menyatakan bahwa “partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya atau berinisiatif dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala keterlibatan.” Pendapat lain juga dikemukakan dalam jurnal Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Program-Prgram Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Ngudi Kapinteran oleh Nasdian dalam Yudan dan Yoyon (2016), mengemukakan bahwa partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab terhadap kelompoknya (Siti Irene Astuti Dwiningrum, 2015: 50). Berdasarkan beberapa pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan yang memiliki tujuan serta komitmen bersama. b. Pengertian Masyarakat Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa
13
Arab yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1989: 47). Mac Iver dan Page (Soerjono Soekanto, 2006: 22) mendefinisikan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Pengertian lain dari masyarakat menurut Koentjaraningrat (2009: 117-118) yaitu Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Ciri kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yaitu : 1) Interaksi antar warga-warganya. 2) Adat istiadat. 3) Kontinuitas waktu. 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga. Menurut Ralph Linton (seorang ahli antropologi) dalam Hartomo, dkk (2008: 88) mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Selo
Soemardjan
dalam
Soerjono
Soekanto
(2006:
22)
mengemukakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
14
bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Menurut Abdul Syani (2012: 30), mendefinisikan masyarakat yaitu : “Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang; pertama, memandang community sebagai unsur statis artinya community terbentuk dalam suatu wadah / tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuankesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampong, dusun, atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis artinya menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka di dalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional”. Soerjono Soekanto dalam Abdul Syani (2012: 32), menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok : 1) Manusia yang hidup bersama. 2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. 3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Ciri-ciri tersebut selaras dengan definisi masyarakat yang dikemukakan oleh J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam Abdul Syani (2012: 32), bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan
15
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Sedangkan menurut Hartomo, dkk (2008: 90) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut : Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di suatu daerah yang tertentu dan mempunyai aturan (undang-undang) yang mengatur tata hidup mereka untuk menuju kepada tujuan yang sama. Jadi yang menjadi unsur dari masyarakat ialah: 1) Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya dan bukan mengumpulkan binatang. 2) Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu. 3) Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama. Berdasarkan beberapa pengertian masyarakat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan individu yang tinggal di suatu
tempat atau daerah yang mana mereka saling berinteraksi dan
mengikuti aturan atau tata tertib yang ada yang telah dibuat untuk dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. c. Pengertian Partisipasi Masyarakat Parwoto dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 56) partisipasi masyarakat
merupakan
keterlibatan
anggota
masyarakat
dalam
pembangunan dan pelaksanaan atau implementasi program atau proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. Menurut Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 50) partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan.
16
Hal ini juga dipertegas oleh Gaventa dan Valderma dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 54-55) bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keiikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Menurut Loekman Soetrisno (1995: 222) partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara perencanaan dan rakyat
dalam
merencanakan,
melaksanakan,
melestarikan,
dan
mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Sedangkan Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 326) menekankan partisipasi masyarakat pada “partisipasi” langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintah. Dalam partisipasi masyarakat tersebut memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif (artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara. (Parwoto dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum, 2015: 56) Sedangkan Talizuduhu Ndraha (1987: 149) mengartikan partisipasi mayarakat sebagai usaha untuk menggali, menggerakan, dan mengerahkan dana dan daya (dari) masyarakat dalam rangka mensukseskan programprogram pemerintah.
17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan seluruh komponen masyarakat di suatu daerah atau wilayah dalam suatu program dimana hasil dari program tersebut nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat di daerah tersebut. d. Partisipasi sebagai Pemberdayaan Masyarakat Partisipasi merupakan salah satu alternatif yang dilakukan dalam sebuah proses pembangunan. Partisipasi sebagai suatu bentuk keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan yang dilakukan untuk membantu suatu proses pembangunan. Partisipasi dalam pengembangan pariwisata ini merupakan bidang pendidikan luar sekolah. Dimana dalam partisipasi yang dilakukan masyarakat untuk pengembangan pariwisata dengan melibatkan
masyarakat
sebagai
pelaku
pengembangan
dengan
memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal yang ada. Menurut Sunit Agus Tri Cahyono (2008:9) konsep pemberdayaan berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu
sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki masyarakat. Suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan apabila masyarakat ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
18
Menurut Sunyoto Usman (2008:56) menyatakan bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata di mana masyarakat atau warga setempat memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan memengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat di dalamnya terdapat konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat ini juga mengandung arti pembangunan masyarakat (community development). Community development sebagai suatu proses di mana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa intervensi) untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural dan atau lingkungan mereka. (Soetomo, 2013:81). Dalam konsep tersebut telah dijelaskan bahwa didalamnya terdapat sebuah
konsep
partisipasi
pemberdayaan
penting
dalam
masyarakat.
Masyarakat
memiliki
pengembangan
pariwisata
tersebut.
Pemberdayaan masyarakat ini dengan model bottom-up approach dimana dalam proses pengembangan pariwisata yang dilakukan atas inisiatif dari masyarakat
untuk
dapat
meningkatkan
dan
mendukung
proses
pembangunan. Dalam pengembangan pariwisata ini semua lapisan masyarakat diikutsertakan dan mereka melakukan sesuai dengan kultur dan lingkungan kehidupan mereka sendiri.
19
e. Macam-Macam Partisipasi Masyarakat Apabila kita menyadari bahwa partisipasi masyarakat yang aktif akan kembali berdampak pada kepentingan mereka sendiri, karena dalam pengembangan suatu desa dibutuhkan kerjasama dengan setiap lapisan masyarakat di dalamnya agar dapat mengembangkan potensi serta peluang yang ada. Terdapat dua klasifikasi partisipasi dilihat dari keterlibatannya menurut Sundariningrum dalam Ambar Teguh S (2004: 75) yaitu : 1) Partisipasi langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya. 2) Partisipasi tidak langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain. Macam-macam partisipasi masyarakat juga merujuk kepada pendapat Arnstein dalam Ambar Teguh S (2004: 125) dengan membagi dalam delapan tangga atau tingkatan partisipasi :
20
Sumber : www.google.com Gambar 1. Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat Sedangkan menurut Wilcox (1988) dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 202) mengemukakan bahwa terdapat lima tingkatan partisipasi yaitu : 1) Memberikan informasi (information) 2) Konsultasi (consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar yang baik untuk memberikan umpan-balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut. 3) Pengambilan keputusan bersama (deciding together) dalam arti memberikan dukungan terhdap ide, gagsan, pilihan-pilihan serta mengembangkan peluang yang diperlukan guna pengambilan keputusan. 4) Bertindak bersama (acting together) dalam arti tidak sekadar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya. 5) Memberikan dukungan (supporting independent community interest) dimana kelompok-kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat, dan dukungan lain untuk mengembangkan agenda kegiatan. Nelson dalam Taliziduhu Ndraha (1987: 102) menyebut dua macam partisipasi : partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakannya partisipasi horizontal dan partisipasi
21
yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron, atau antar masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang disebut dengan pastisipasi vertikal. Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengembangan baru dimulai pada akhir tahun 2014 sehingga masih cenderung awal dan dengan disesuaikan dari adanya kebutuhan untuk kegiatan pengembangan desa wisata ini berfokus sesuai pendapat Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 61-62) yang intinya terdapat empat macam partisipasi yaitu : 1) Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternative dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama. 2) Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan. 3) Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. 4) Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. f. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi yang dikutip dari Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015: 58) terbagi atas partisipasi vertikal dan parisipasi horizontal. Partisipasi vertikal terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai
22
status bawahan, pengikut, atau klien. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat mempunya prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Menurut Basrowi (Siti Irene Astuti Dwiningrum, 2015: 58-59) partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah, menyelenggarakan usaha-usaha beasiswa, membantu pemerintah membangun gedung-gedung untuk masyarakat, dan menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan berupa buku atau bentuk bantuan lainnya. 2) Partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarkat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah. Davis dalam jurnal yang ditulis oleh Anthonius Ibori (2013: 4) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat terbagi menjadi beberapa jenis atau bentuk, diantaranya adalah : 1) Partisipasi dalam bentuk pikiran (psychological participation). 2) Partisipasi dalam bentuk tenaga (physical participation). 3) Parisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga (psychological and physical participation). 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian (participation with skill). 5) Partisipasi dalam bentuk barang (material participation). 6) Partisipasi dalam bentuk uang (money participation).
23
Menurut Hoofstede dalam Khairuddin (1992: 125) terdapat tingkat partisipasi sebagai berikut : 1) Partisipasi inisiasi (Inisiation Participation) Partisipasi inisiasi adalah partisipasi yang mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang proyek tersebut merupakan kebutuhan masyarakat. Partisipasi insiasi memiliki kadar yang lebih tinggi disbanding partisipasi legitimasi dan partisipasi eksekusi. Masyarakat tidak hanya menjadi obyek pembangunan tetapi sudah dapat menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan dilaksanakan. 2) Partisipasi legitimasi (Legitimation Participation) Partisipasi legitimasi adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang suatu proyek, seperti jika masyarakat hanya ikut dalam tahap pembicaraan seperti rembug desa. 3) Partisipasi eksekusi (Execution Participation) Partisipasi eksekusi adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan. Partisipasi eksekusi merupakan partisipasi terendah dari semua tingkatan. Masyarakat hanya turut serta dalam pelaksanaan proyek, tanpa ikut serta menentukan dan membicarakan proyek tersebut. Sedangkan menurut Dusseldrop dalam Mardikantoro (2013: 84) bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap masyarakat berupa : 1) Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. 2) Melibatkan pada kegiatan diskusi kelompok. 3) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasional untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. 4) Menggerakkan sumberdaya masyarakat. 5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. 6) Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya. Lebih lanjut lagi, bentuk partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh derajat kesukarelaan partisipasi. Dalam hal ini kunci dari pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah adanya kesukarelaan
24
(anggota) masyarakat untuk terlibat dan atau melibatkan diri dalam kegiatan pembangunan. Dusseldrop dalam Mardikantoro (2013: 87) membedakan adanya jenjang kesukarelaan sebagai berikut : 1) Partisipasi spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsic berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan-nya sendiri. 2) Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik seperti bujukan, pengaruh, maupun dorongan yang berasal dari luar diri. 3) Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan seperti untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, norma yang diambil masyarakat setempat. Jika tidak berperan khawatir akan tersisih atau dikucilkan oleh masyarakat. 4) Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut kehilangan status sosial, memperoleh kerugian, dan tidak mendapatkan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. 5) Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan atau ketentuan yang sudah diberlakukan. Raharjo (1983) dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 203-204) mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi yaitu : 1) Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan, tetapi untuk kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas nasional dan kalangan pembangunan, di atasi. 2) Patisipasi penuh (full scale participation) artinya partisipasi seluas-luasnya dalam segala aspek kegiatan pembangunan. 3) Mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mempertimbangkan kepentingan pribadi dan tidak diberi kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya kebijaksanaan pemerintah. Jika dilihat dari segi keterlibatannya yang melihat tingkat intensitas atau dinamika keterlibatannya maka terdapat dua bentuk
25
partisipasi menurut Nurhattati Fuad (2014: 114), yaitu : partisipasi nyata (real-participation), merupakan bentuk keterlibatan seseorang atau kelompok yang diwujudkan secara sesungguhnya dan sepenuhnya, dan partisipasi semu (pseudo-participation), mewujudakan diri dalam bentuk keterlibatan sesuai instruksi atau inisiatif organisasi. Berdasarkan pendapat, peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada intinya ada empat yaitu : 1) Partisipasi dalam bentuk pikiran. Partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk pemberian ide, saran, maupun pendapat dengan tujuan untuk pengembangan program kegiatan. 2) Partisipasi dalam bentuk tenaga. Partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga yang masyarakat miliki untuk membantu dalam berjalannya suatu program kegiatan. 3) Parisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga. Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa ide, saran, pendapat serta tenaga yang dimiliki untuk membantu program kegiatan yang ada. 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian. Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa suatu kemampuan keahlian yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam program kegiatan yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat tersebut. g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pada kenyataannya, tidak semua anggota masyarakat mau berpartisipasi, dengan berbagai macam alasan yang ada. Hal ini terjadi
26
karena adanya beberapa faktor yang mungkin membuat mereka terdorong maupun tidak terdorong untuk berpartisipasi. Dalam hal ini Rahardjo Adisasmita (2006: 135) menjelaskan faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat antara lain : 1) Sifat malas, apatis, masa bodoh dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat. 2) Aspek-aspek tipologis (pembuktian dan jurang). 3) Geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya). 4) Demografis (jumlah penduduk). 5) Ekonomi (desa miskin/tertinggal). Di sisi lain juga terdapat faktor pendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang diungkapkan oleh Khairuddin (1992: 126) partisipasi anggota masyarakat terjadi ditinjau dari segi motivasinya, terjadi karena takut atau terpaksa akibat adanya perintah yang kaku dari atasan, ikutikutan dengan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi di antara sesame anggota masyarakat desa dan kesadaran yaitu partisipasi yang timbul karena hendak kehendak dari pribadi anggota masyarakat. Pada dasarnya masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu kegaiatan atau aktivitas apabila dalam kondisi-kondisi seperti berikut : 1) Pertama, warga atau masyarakat akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu atau aktivitas tertentu. 2) Kedua, warga atau masyarakat berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok, dan komunitas. 3) Ketiga, perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. 4) Keempat, orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. 5) Kelima, struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. (Fredian Tonny Nasdian, 2014: 100-101)
27
Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain (Talliziduhu Ndraha, 1987: 105) memberikan kesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika : 1) Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan. 2) Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan. 3) Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat. 4) Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya control yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan. h. Manfaat Partisipasi Masyarakat Setiap kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat tentunya akan memberikan sebuah dampak yang positif maupun negatif yang akan di dapatkan dan berguna untuk kehidupan masyarakat tersebut. Beberapa keuntungan dari partisipasi adalah : 1) Partisipasi memungkinkan pembangunan dan program dibuat menjadi efektif memenuhi kebutuhan sekolah dan dukungan masyarakat yang beragam. 2) Partisipasi memungkinkan perwakilan lebih besar untuk berbagai aspirasi dari masyarakat setempat dalam keputusan yang membuat dukungan masyarakat untuk pembangunan sekolah yang lebih besar. 3) Partisipasi membuat peningkatan kemampuan lembaga dalam melakukan administrasi lebih besar (Nurhattati Fuad, 2014: 111). Menurut Santosa dan Heroepoetri (2005: 2) menjelaskan manfaat dari partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut : 1) Menuju masyarakat yang lebih bertanggung jawab. 2) Meningkatkan proses belajar. 3) Mengeliminir perasaan terasing.
28
4) Menimbulkan dukungan dan penerimaan dari rencaa pemerintah. 5) Menciptakan kesadaran politik. 6) Keputusan dari hasil partisipasi mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat. 7) Menjadi sumbe dari informasi yang berguna. Pendapat lain mengenai manfaat partisipasi yang dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti, 2008: 14) manfaat partisipasi antara lain : 1) Lebih banyak komunikasi dua arah. 2) Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan. 3) Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif. 4) Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat yang tinggi. 2. Desa Wisata a. Pengertian Pariwisata Undang-Undang Kepariwisataan No.9, Bab I, Pasal 1, Tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Menurut Muljadi (2012: 7) istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat kira-kira pada abad ke-18, khususnya sesudah Revolusi Industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata (tour), yaitu suatu aktivitas perubahan tempat tinggal sementara seseorang, di luar tempat tinggak sehari-hari dengan suatu alasan apapun selain melakukan kegiatan tang bisa menghasilkan upah atau gaji.
29
Dalam kegiatan wisata, ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi. Menurut Gamal Suwantoro (2004: 1516) bentuk wisata dilihat dari berbagai macam segi sebagai berikut : 1) Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas : a) Individual Tour (wisatawan perorangan) b) Family Group Tour (wisata keluarga) c) Group Tour (wisata rombongan) 2) Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas : a) Pre-arranged Tour (wisata berencana) b) Package Tour (wisata paket atau paket wisata) c) Coach Tour (wisata terpimpin) d) Special Arranged Tour (wisata khusus) e) Optional Tour (wisata tambahan/manasuka) 3) Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas : a) Holiday Tour (wisata liburan) b) Familiarization Tour (wisata pengenalan) c) Educational Tour (wisata pendidikan) d) Scientific Tour (wisata pengetahuan) e) Pileimage Tour (wisata keagamaan) f) Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus) g) Special Programe Tour (wisata program khusus) h) Hunting Tour (wisata perburuan)
30
b. Pengertian Desa Wisata Desa wisata adalah pengembangan suatu wilayah desa yang pada hakikatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsurunsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi rangkaian aktivitas pariwisata serta mampu menyediakan dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukungnya. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman 2007:7) Menurut Chafid Fandeli (2002:45) menjelaskan bahwa : desa wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehiudpan sosial budaya, adat istiadat, aktivitas keseharian, arsitektur bangunan, dan struktur tata ruang desa serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik wisata misalnya : atraksi, makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu, 1993. Concept, Perspective, and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasil mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3) Sedangkan Edward Inskeep dalam Tourism Planning An Integreted and Sustainable Development Approach, memberikan definisi : “wisata
31
pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dapam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat”. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata : 1) Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. 2) Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagau partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. Berdasarkan paparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa desa wisata adalah suatu wilayah yang menjadi obyek wisata dimana wilayah tersebut memiliki ciri khas seperti keindahan alamnya, seni budaya dan kebiasaan masyarakatnya yang mana para wisatawan dapat ikut terjun langsung merasakan kehidupan masyarakat di desa tersebut. c. Karakteristik Desa Wisata Setiap desa wisata tentunya memiliki karakteristik tersendiri hal tersebut dilihat dari adanya potensi di desa tersebut sehingga layak untuk dijadikan sebagai desa wisata. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman (2007:10-11), karakteristik desa wisata sebagai berikut : 1) Desa dengan lingkungan alam, dengan unsur kriterianya meliputi: a) Keindahan alamnya.
32
b) Jenis sumber daya alam yang menonjol untuk kegiatan wisata. c) Keunikan sumber daya alam. 2) Desa dengan kehidupan ekonomi atau mata pencaharian: a) Mata pencaharian penduduk yang utama yang dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata. b) Kurangnya tingkat pengangguran masyarakat. c) Pemerataan yang berhubungan dengan hasil investasi lokal. 3) Desa dengan kehidupan adat atau seni budayanya: a) Tata cara adat sangat kental mendominasi kehidupan masyarakat. b) Pengelolaan kegiatan seni budaya yang berlangsung di lingkungan desa dilakukan murni oleh masyarakat. c) Kehidupan masyarakat sangat unik dan tradisional. 4) Desa dengan bangunan tradisionalnya: a) Bangunan khas dan unik. b) Arsitektur lokal sangat dominan. c) Struktur tata ruang bersifat khas. d) Pola lengkap serta material yang digunakan sangat alami menggambarkan unsur kelokalan dan keaslian. e) Interior peralatan makan dan minum menggambarkan unsur kelokalan dan keaslian.
33
d. Tipologi Desa Wisata Surya Sakti Hadiwijoyo (2012: 70) menjelaskan tipe desa wisata menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau wisata di Indonesia terbagi dalam dua bentuk yaitu : 1) Tipe terstruktur (enclave) Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter debagai berikut : a) Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang
ditumbuhkannya
sehingga
mampu
menembus
pasar
internasional. b) Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal sehingga
dampak
negatif
yang
ditimbulkannya
diharapkan
terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini. c) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integrative dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Contoh dari kawasan atau perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, Bali dan beberapa kawasan wisata di Lombok.
34
2) Tipe terbuka (spontaneous) Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. e. Jenis Wisatawan Yang Mengunjungi Desa Wisata Dalam dunia wisata atau kepariwisataan tidak pernah terlepas dari wisatawan. Menurut Hadiwijoyo (2012: 70) terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa wisata yaitu : 1) Wisatawan Domestik Wisatawan domestik terdapat tiga jenis pengunjung domestik yaitu : a) Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan. Pada perayaan tertentu, pengunjung tipe pertama ini akan memadati desa wisata tersebut. b) Wisatawan dari luar daerah (luar provinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan motivasi membeli hasil kerajinan setempat. c) Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaan penghasil kerajinan secara pribadi.
35
2) Wisatawan Manca Negara a) Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya wisatawan ini tidak ingin bertemu dengan wisatawan lainnya dan berusaha mengunjungi kampong dimana tidak begitu banyak wisatawan asing. b) Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Pada umumnya mereka tidak tinggal lama di dalam kampong dan hanya tertarik pada hasil kerajinan setempat. c) Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar komunitas. Sedangkan menurut IUTO (The International Union of Official Travel Organization) dalam Gamal Suwantoro (2004: 4) mengemukakan batasan mengenai wisatawan secara umum : Pengunjung (visitor) yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni : 1) Wisatawan (tourist) Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurangkurangnya 24 jam di suatu negara. Wisatwan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi : a) Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.
36
b) Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya. 2) Pelancong (excursionist) Pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam. Tentunya tedapat motivasi yang mendorong wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata sebagai berikut : 1) Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi, 2) Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian, 3) Dorongan kebutuhan keagamaan, 4) Dorongan kebutuhan kesehatan, 5) Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian, 6) Dorongan kepentingan keamanan, 7) Dorongan kepentingan hubungan keluarga, 8) Dorongan kepentingan politik. 3. Pengembangan Desa Wisata Sebuah pengembangan harus ada di setiap aktivitas yang dilakukan, pengembangan tersebut harus diaplikasikan agar dapat mencapai sebuah proses perubahan menjadi lebih baik. Pengembangan berasal dari kata kembang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 473), pengembangan berarti sebuah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Dalam kegiatan pariwisata pengembangan sangat perlu dilakukan karena melihat persaingan wisata saat ini sangat ketat, terlebih wisata dalam bentuk tourist village (desa
37
wisata) saat ini sudah tidak dapat dihindari lagi, sudah banyak muncul desa wisata baru yang menyuguhkan pesona dan ciri khasnya masing-masing. Maka dari itu hal ini tidak terlepas dari perlunya peran yang kuat dari pemerintah dalam memberikan layanan penuh yang harus menyiapkan dan memperbaiki infrastruktur dan sarana penunjang di daerah wisata tersebut agar dalam pemeliharaan obyek dan daya tarik desa wisata dapat selalu terjaga. Hal tersebut dapat dilakukan berjalan dengan selalui menjalin kerjasama yang baik dengan dinas kepariwisataan daerah serta masyarakat setempat. Menurut Panji (2005) dalam jurnal Desa Wisata oleh Soemarno (2010), usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara
finansial
dan keahlian
yang berkualitas untuk
mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya, sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan, dan kebersihan lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka
mendukung program sapta pesona, serta
menanamkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengembangan desa wisata. Dari hal tersebut, pengembangan desa wisata ini sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat di pedesaan karena dapat membuka sebuah peluang ke masyarakat untuk dapat memahami lebih jauh mengenai esensi
38
dalam dunia pariwisata serta manfaat yang didapatkan dari hasil kegiatan kepariwisataan tersebut. a. Unsur Pengembangan Desa Wisata Gamal Suwantoro (2004: 19-24) unsur pokok yang harus ada untuk menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata meliputi lima unsur sebagai berikut : 1) Obyek dan daya tarik wisata Umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada : a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih. b) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka. d) Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. e) Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. f)
Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
2) Prasarana wisata Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya
39
di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. 3) Sarana wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Misalnya hotel atau penginapan, biro perjalanan, alat transportasi, rumah makan dan restoran serta sarana pendukung lainnya. 4) Tata laksana / infrastruktur Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi dan sistem keamanan atau pengawasan. 5) Masyarakat / lingkungan sosial Ada tiga faktor di dalamnya yaitu dari masyarakat disekitar obyek wisata, lingkungan yang berupa lingkungan alam di sekitar obyek wisata, dan budaya yang ada di masyarakat dalam lingkungan wisata. b. Prinsip Pengembangan Desa Wisata Menurut Gumelar S. Sastrayuda (2010: 3), prinsip pengembangan desa wisata adalah salah satu produk wisata alternative yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan
40
serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah : (1) memanfaatkan menguntungkan
sarana
dan
prasarana
masyarakat
masyarakat
setempat,
(3)
setempat,
berskala
kecil
(2) untuk
memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat,
(4)
melibatkan
masyarakat
setempat,
(5)
menerapkan
pengembangan produk wisata pedesaan. c. Tujuan Pengembangan Desa Wisata Menurut Gumelar S. Sastrayuda (2010: 5) tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah : 1) Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang disukai penduduk setempat. 2) Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya. 3) Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan
lingkungannya
dan
agar
mereka
mendapat
jaminan
memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. 4) Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat. 5) Mengembangkan produk wisata desa. d. Sasaran Pengembangan Desa Wisata Dalam pengembangan desa wisata tentunya selain adanya sebuah tujuan yang ingin dicapai juga pastinya ada subyek atau sasaran untuk
41
dapat mewujudkan tujuan tersebut. Menurut Gumelar S. Sastrayuda (2010: 5-6) sasaran pengembangan desa wisata meliputi : 1) Tersusunnya
pemodelan
kawasan
desa
wisata
yang
didasari
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan / ramah lingkungan. 2) Memadukan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta membuat kemungkinan alternatif pengembangannya. 3) Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga keselamatan pengunjung. 4) Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampong dan arsitektur bangunan rumah tradisional. 5) Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara, menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat, yang berguna bagi kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan tersedianya makanan khas daerah dari bahan mentah yang ada di desa. e. Pendekatan Dalam Pengembangan Desa Wisata Pentingnya suatu pendekatan dalam proses pembanguan pemodelan agar dalam upaya pembangunan tetap berorientasi kepada kepentingan masyarakat setempat, lingkungan, dan peletakan/pembagian zonasi yang tepat dan penataan. Lanskap yang didasarkan kepada kondisi, potensi alam
42
serta karakter sosial budaya serta ekonomi masyarakat setempat. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Pendekatan kualitas lingkungan masyarakat, dasar utama yang senantiasa harus dijaga keutuhannya sehingga situasi konflik tidak akan timbul bila langkah-langkah pendekatan dengan segala kearifan untuk memenuhi fungsi-fungsi timbal balik, estetika, rekreatif, ilmiah, dan konservasi. 2) Pendekatan perencanaan fisik yang meliputi daya tamping ruang, pemilihan daya tampung ruang, pemilihan lokasi yang tepat serta peletakan zonasi yang seimbang antara zona inti, zona penyangga, dan zona pelayanan, fisis, tanah, air, dan iklim biotis. 3) Pendekatan terhadap unsur-unsur pariwisata yang dapat dibangun dalam
hubungan
dengan
pemenuhan
kebutuhan
fasilitas
bagi
wisatawan. 4) Pendekatan dasar rencana tapak yang berkaitan dengan peletakan fisik, sistem transportasi, sistem utilitas tipologis, pola penghijauan, pola desain/arsitektural, tata bangunan, topografi, iklim dan desain lanskap. 5) Pendekatan struktur geo-klimatoligis dan geo-morfologis setempat harus
mendukung
kesuburan
dan
keindahan
seperti
karakter,
pegunungan/perbukitan indah, udara yang sejuk serta kondisi hidrologis yang memungkinkan, budi daya pertanian berkembang.(Gumelar S. Sastrayuda, 2010: 7-8)
43
Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata, yaitu : 1) Pendekatan pasar untuk pengembangan desa wisata a) Interaksi tidak langsung Model pengembangan didikati dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. Bentuk kegiatan yang terjadi semisal : penulisan buku-buku tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, arsitektur tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya. b) Interaksi setengah langsung Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan
meliputi
makan
dan
berkegiatan
bersama
penduduk dan kemudian wisatawan dapat kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model ini adalah bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak tinggal bersama penduduk. c) Interaksi langsung Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang dimiliki oleh desa tersebut. Dalam penekatan yang pertama ini, menurut Hadiwijoyo (2012: 85) diperlukan beberapa kriteria yaitu :
44
a) Atraksi wisata, yaitu semua yang mencakuo alam, budaya, dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. b) Jarak tempuh, adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. c) Besaran desa, menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa. d) Sistem kepercayaan dan kemasyarakatan, merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adala agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada. e) Ketersediaan infrastruktur, meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon, dan sebagainya. Masing-masing kriteria dapat digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa wisata, apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe one day trip, atau tipe tinggal inap. 2) Pendekatan fisik pengembangan desa wisata Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standarstandar khusus dalam mengontrol perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi (Hadiwijoyo, 2012:86).
45
B. Penelitian Yang Relevan 1. Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Hesty Noor Ramadhani (2014) tentang “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran Kecamatan Patuk Gunungkidul”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran telah berlangsung dalam setiap tahap pengelolaan. Pada tahap perencanaan hanya sebagian kelompok masyarakat yang terlibat sedangkan masyarakat yang lain hanya bersifat menerima informasi. Pada tahap pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, terjadi peningkatan jumlah anggota masyarakat yang terlibat dan mendapatkan manfaat baik pada aspek ekonomi, sosial dan budaya, sehingga Desa Wisata Nglanggeran merupakan sebuah wujud pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism). Dari penelitian terdahulu yang relevan, persamaan penelitian ini adalah membantu penulis dalam mencari referensi kajian teori, analisis data dan penggunaan pendekatan penelitian yaitu secara deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu mengenai partisipasi masyarakat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pengambilan obyek penelitian, jika peneliti tersebut meneliti partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata
46
di Desa Wisata Nglanggeran sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah berfokus pada partisipasi masyarakat dalam berkontribusi dan pengembangan Desa Wisata Kebonagung. 2. Hasil penelitian relevan yang kedua yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nipan (2014) tentang “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo”. Penelitian ini bertujuan untuk memahami partisipasi masyarakat dan dinamika level partisipasi dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo masih rendah karena peran masyarakat dalam setiap tahap pelaksanaan program sangat kurang. Bentuk partisipasi masyarakat dalam tahapan program yaitu (a) partisipasi masyarakat dalam perencanaan, dalam hal ini masyarakat tidak terlibat, perencanaan hanya dilakukan oleh perangkat desa dan panitia pelaksana program, (b) partisipasi dalam pelaksanaan, dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat tergolong rendah karena masyarakat bisa berpartisipasi sebagai pelaksanaan proyek dengan status buruh harian, (c) partisipasi masyarakat dalam menikmati hasil, dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
47
masyarakat sangat senang karena ada pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung mobilitas mereka, akan tetapi masyarakat mengeluhkan kualitas pembangunan yang dihasilkan serta aspek kebermanfaatn program yang tidak semua tepat sasaran. Dari penelitian terdahulu yang relevan, persamaan penelitian ini adalah membantu penulis dalam mencari referensi kajian teori, dan analisis data yang digunakan. Penelitian tersebut berkaitan dengan bidang kajian penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu mengenai partisipasi masyarakat. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah pengambilan obyek penelitian, jika peneliti tersebut meneliti partisipasi masyarakat dalam program PNPM-MPd di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah berfokus pada partisipasi masyarakat dalam berkontribusi di setiap tahap pengembangan Desa Wisata Kebonagung serta dalam penggunaan metode penelitian, jika peneliti tersebut meneliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif. C. Kerangka Berpikir Dalam setiap penelitian pasti terdapat kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini yang akan dijadikan patokan untuk menentukan arah penelitian yang selanjutnya, agar sebuah penelitian yang dilakukan tersebut lebih fokus ke arah masalah yang akan di kaji. Dalam penelitian ini, fokus dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung, dengan alur hubungan kerangka berpikir sebagai berikut :
48
Kegiatan Desa Wisata Kebonagung
Kebutuhan Pengembangan Desa Wisata
Potensi
SDM(Masyarakat)
Pendukung
SDA
Hambatan
Partisipasi
Gambar 2. Kerangka Berpikir Partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan yang ada di desa sangat penting dan dibutuhkan, apalagi jika desa tersebut menjadi sebuah kawasan desa wisata. Agar tetap bisa menjadi kawasan desa wisata, tentunya ada upaya kebutuhan
untuk
mengembangkan
desa
wisata
tersebut.
Kebutuhan
pengembangan desa wisata ini tentunya akan melihat lagi segala potensi yang ada di dalam desa tersebut untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain potensi alam yang dimaksimalkan, terdapat juga potensi sumber daya manusianya agar mau untuk terlibat di dalam mengembangkan desa wisata ini. Namun, tidak dapat dipungkiri selain adanya faktor pendukung juga masih terdapat berbagai masalah yang menjadi faktor penghambat di dalam sebuah
49
kehidupan masyarakat sehingga menyebabkan keterlibatan masyarakat tersebut menjadi belum optimal sehingga dalam kegiatan pengembangan desa wisata ini akan kurang berjalan maksimal jika peran serta atau partisipasi masyarakat untuk ikut andil masih sangat kecil. D. Pertanyaan Penelitian Untuk mengarahkan penelitian yang dilaksanakan agar dapat memperoleh hasil yang optimal, maka perlu adanya pertanyaan penelitian antara lain : 1.
Bagaimana kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung di Imogiri Bantul Yogyakarta? a. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? b. Bagaimana kegiatan pengembangan prasarana Desa Wisata Kebonagung? c. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana Desa Wisata Kebonagung? d. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? e. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan sosial Desa Wisata Kebonagung?
2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? a. Bagaimana macam partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan Desa Wisata Kebongaung?
50
2) Bagaimana
partisipasi
masyarakat
dalam
pelaksanaan
untuk
pengembangan Desa Wisata Kebongaung? 3) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat untuk pengembangan Desa Wisata Kebongaung? 4) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi untuk pengembangan Desa Wisata Kebongaung? b. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 2) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 3) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 4) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? a. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? b. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung?
51
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Secara umum penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Pendekatan penelitian yang diguanakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 5). Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013: 1). Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sifat data yang dikumpulkan adalah berupa data kualitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini tidak mengubah situasi, lokasi, dan kondisi responden. Situasi subyek tidak dikendalikan dan dipengaruhi sehingga tetap berjalan
sebagaimana
mestinya.
Menurut
Lexy
J
Moleong
(2012:6)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memenafaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian ini semua data yang terkumpul kemudian dianalisa dan diorganisasikan hubungannya untuk menarik kesimpulan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Dengan metode deskriptif kualitatif diharapkan mampu
52
mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata di Desa Wisata Kebonagung. B. Subjek Penelitian Pengambilan sumber data atau subjek penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling” yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sample itu (Nasution, 2006: 98). Dalam hal ini penentuan sumber/ subjek penelitian berdasarkan atas informasi apa saja yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 54) purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data/subjek penelitian dengan pertimbangan tertentu. Caranya yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sumber data sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sumber data/subjek penelitian lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Subjek dalam penelitian ini meliputi pengurus Desa Wisata Kebonagung, POKDARWIS,
tokoh
masyarakat
Desa
Kebonagung,
masyarakat
Desa
Kebonagung, dan pemilik homestay. Dalam penelitian ini yang menjadi informan key yaitu pengurus Desa Wisata Kebonagung dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung. Sedangkan yang menjadi pelaku dalam subjek penelitian ini yaitu tokoh masyarakat Desa Wisata Kebonagung, masyarakat Desa Wisata Kebonagung, dan pemilik homestay.
53
C. Setting dan Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung akan dilaksanakan di Desa Wisata Kebonagung yang beralamatkan di Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pertimbangan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan wisata dengan ciri khas pertanian, banyaknya kegiatan wisata yang diadakan pengurus desa wisata dan pokdarwis di Desa Wisata Kebonagung. Waktu penelitian ini akan dilakukan kurang lebih 2 bulan yaitu pada bulan Desember 2016-Januari 2017. Adapun proses kegiatan dapat dirinci sebagai berikut. Tabel 1. Proses Kegiatan Pengumpulan Data No.
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1.
Observasi dan Pengamatan
Oktober
2.
Tahap Penyusunan Proposal
Oktober-November
3.
Tahap Perizinan
Desember
4.
Tahap Pengumpulan Data
Desember-Februari
5.
Tahap Analisis Data
Januari-Februari
6.
Penyusunan Laporan
Februari
7.
Ujian
Maret
D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumen, observasi, dan wawancara. Untuk mengumpulkan data kegiatan
54
penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Menurut Sugiyono (2013: 308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian, dalam artian tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumenter atau dokumentasi, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhdap gejala yang tampak pada objek penelitian (S. Margono dalam Nurul Zuriah, 2009:173). Sedangkan menurut Nasution dalam Sugiyono (2013: 310), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Jadi, para ilmuwan hanya bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Lebih lanjut lagi Marshall dalam Sugiyono (2013: 310) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2013: 310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation) dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).
55
Susan Stainback dalam Sugiyono (2013: 311) menyatakan bahwa dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka, sehingga dengan observasi partisipatif ini, peneliti dapat memahami lebih lanjut mengenai perilaku atau peristiwa yang terjadi di lapangan. Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback yang dikutip oleh Sugiyono (2013: 311-312) mengemukakan bahwa observasi dapat digolongkan menjadi empat yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap. Partisipasi pasif yaitu dalam hal inipeneliti datang di tempat kegiatan orang yang di amati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi moderat yaitu dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegaiatan, tetapi tidak semuanya. Partisipasi aktif yaitu dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. Dan partisipasi lengkap yaitu dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhdap apa yang dilakukan sumber data. Dari penjelasan di atas mengenai teknik observasi, dalan penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi pasif, karena dalam penelitian ini peneliti hanya datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati langsung kegiatan dari program-program yang ada di Desa
56
Wisata kebonagung serta peneliti juga akan mengamati partisipasi masyarakat dalam keterlibatan di setiap program maupun kegiatan. 2. Wawancara Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Teknik wawancara ini merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, di mana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing (Nurul Zuriah, 2009: 179). Sedangkan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013: 317) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a
meeting of two persons to
exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik wawancara pada penelitian ini akan dilakukan kepada : a. Pengurus Desa Wisata dan Pokdarwis Desa Wisata Wawancara kepada pengurus dan pokdarwis dilakukan untuk memperoleh data tentang kegiatan yang ada di Desa Wisata Kebonagung serta keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan.
57
b. Pemilik Homestay Wawancara kepada pemilik homestay dilakukan untuk memperoleh data tentang partisipasinya dalam kegiatan di Desa Wisata Kebonagung. c. Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Wawancara kepada tokoh masyarakat dan masyarakat dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan di Desa Wisata Kebonagung. 3. Studi dokumenter atau dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang (Sugiyono, 2013: 329). Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel / dapat dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Dalam penelitian ini akan digunakan dokumen-dokumen pribadi maupun dokumen resmi yaitu catatan harian, foto-foto aktivitas pokdarwis, dan masyarakat. Dokumen tersebut akan dijadikan sebagai data pelengkap hasil wawancara dan observasi. Adapun teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 2.
58
Tabel 2. Kisi-Kisi Pengumpulan Data No
1.
2.
3.
Aspek
Sumber
Kegiatan pengembangan yang ada di Desa Wisata Kebonagung : a. Obyek dan daya tarik wisata b. Prasarana wisata c. Sarana wisata d. Tata laksana/infrastruktur e. Masyarakat/Lingkungan sosial Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung : a. Macam-macam partisipasi masyarakat 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan 2) partisipasi dalam pelaksanaan 3) partisipasi dalam pengambilan keputusan 4) partisipasi dalam evaluasi b. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat 1) Partisipasi dalam bentuk pikiran 2) Partisipasi dalam bentuk tenaga 3) Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian Faktor pendukung dan faktor penghambat partisipasi masyarakat terhadap pengembangan Desa Wisata Kebonagung a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat
a. Pengurus desa wisata b. Pokdarwis (kelompok sadar wisata) c. Tokoh masyarakat d. Pemilik Homestay e. Masyarakat
a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi
a. Pengurus desa wisata b. Pokdarwis (kelompok sadar wisata) c. Tokoh masyarakat d. Pemilik homestay e. Masyarakat
a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi
a. Pengurus desa wisata b. Pokdarwis (kelompok sadar wisata) c. Tokoh masyarakat d. Pemilik homestay e. Masyarakat
a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi
59
Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 59), terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian ini instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, dikembangkan dengan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. F. Teknik Analisis Data Secara umum , menurut Nurul Zuriah (2009: 217) menjelaskan bahwa analisis data melibatkan pengerjaan data, organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain. Bogdan dalam Sugiyono (2013: 334) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Hal senada mengenai analisis data juga diungkapkan oleh Sugiyono (2013: 335) yaitu :
60
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2013: 336) menyatakan, “analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin teori yang grounded”. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan mengikuti konsep Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Dengan model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
61
1. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari alapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci serta perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2013: 338). Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan karena data yang diperoleh dari proses penelitian di lapangan tidak sedikit, sehingga diperlukan proses sortir agar dapat mempermudah peneliti dalam mencari data selanjutnya apabila dibutuhkan. 2. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian kualitatif lebih sering menggunakan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2013: 341). Untuk itu peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik tersebut, nantinya berkembang atau tidak. Dalam penelitian ini, penyajian data akan dilakukan dengan merumuskan dan menafsirkan data tentang penelitian. 3. Conclusion Drawing/Verivication (Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulam awal ini masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
62
kuat selanjutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013: 345). G. Keabsahan Data Dalam
pengujian
keabsahan
data,
metode
penelitian
kualitatif
menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Susan Stainback dalam Sugiyono (2013: 365) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan validasi data dengan melakukan pengujian terhdap keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010) yang dikutip oleh Yanuar Ikbar, triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam memmbandingkan hasil wawancara terhadap objek peneliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013: 372) triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Keuntungan penggunaan metode triangulasi ini adalah dapat mempertingi validitas, memberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data dari
63
sumber pertama masih ada kekurangan. Untuk memperoleh data yang semakin dipercaya maka data yang diperoleh dari wawancara juga dilakukan pengecekan melalui pengamatan, sebaliknya data yang diperoleh dari pengamatan juga dilakukan pengecekan melalui wawancara atau menanyakan kepada responden. Teknik uji kredibilitas pada penelitian ini dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2013: 373) triangulasi sumber yaitu dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis nantinya akan menghasilkan kesimpulan yang akan dimintakan kesepakatan (member check). Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pengurus desa wisata, pokdarwis, pemilik homestay, tokoh masyarakat, dan masyarakat. Data dari kelima sumber ini dianalisis oleh peneliti sehingga didapatkan suatu kesimpulan yang sama. Sedangkan triangulasi teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2013: 373). Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumenter atau dokumentasi. Dengan ke tiga teknik tersebut jika dapat menghasilkan kesimpulan yang sama, maka data dianggap percaya. Namun, jika dengan ke tiga teknik tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda, maka peneliti perlu melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data untuk memastikan data yang diperoleh tersebut.
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profile Desa Wisata Kebonagung Hasil pengumpulan data berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi yang mendukung. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut : a. Kondisi Geografis Desa Kebonagung Desa Kebonagung merupakan salah satu desa yang berada di Kabuaten Bantul, bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya yaitu di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata Kebonagung merupakan satu kawasan wisata dengan berbagai obyek wisata seperti wisata religi makam raja-raja Mataram di Pajimatan Imogiri, wisata alam seperti Goa Cerme, dan wisata kuliner di Pantai Parangtritis dan Pantai Depok yang berada di Kabupaten Bantul. Desa Kebonagung memiliki luas sekitar ± 167836 hektar yang terdiri dari 5 pedukuhan yaitu Jayan, Kanten, Kalangan, Mandingan, dan Tlogo. Dan di Dusun Jayan ini merupakan salah satu dusun yang tertinggal, dimana masyarakat Dusun Jayan ini mayoritas pekerjaannya adalah hanya sebagai buruh bangunan, buruh tani, tukang becak, dan penambang pasir. Desa Wisata Kebonagung terletak kurang lebih 10 kilometer dari Kota Bantul dengan letak geografis sebagai berikut : 1) 1 km selatan dari kantor Kecamatan Imogiri. 2) 2 km sebelah selatan makam raja-raja Mataram.
65
3) 10 km sebelah selatan Desa Wisata Kerajinan Gerabah Kasongan. 4) 10 km selatan Desa Wisata Kulit Manding. 5) 15 km utara dari pantai Parangtritis. 6) 20 km sebelah selatan Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Kondisis Fisik Wilayah Desa Kebonagung 1) Topografi Secara topografi, wilayah Desa Kebonagung membujur arah utaraselatan. Di wilayah timur terdapat jalan provinsi menuju pantai Parangtritis dan Kabupaten Gunungkidul. 2) Hidrologi Secara hidrologi, Desa kebonagung dilalui sungai di atas tanah yaitu sungai opak sehingga untuk pengairan tanaman padi sudah dilengkapi dengan adanya bending tegal. 3) Geologi Secara geologi, Desa Kebonagung berupa daratan alluvium terbentang dari kerucut gunung api hingga daratan fluvial yang meliputi tiga kabupaten yaitu Sleman, Kota Yogyakarta dan Bantul. c. Sejarah Desa Wisata Kebonagung Berdasarkan data yang diperoleh dalam kegiatan wawancara dan dokumentasi peneliti, diperoleh data bahwa awal mula Desa Wisata Kebonagung dirintis sejak tahun 1998 oleh pemerintah desa dan LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) yang semasa itu kepala desa di jabat oleh bapak Kristya Bintara dan bapak R. Martadi sebagai ketua LPMD.
66
Dengan kegigihan beliau dan adanya bimbingan dari salah satu travel dari Yogyakarta “Tourista Tour” dengan pimpinan bapak Hasbullah Ashari. Ide beliau terinspirasi dengan adanya bendungan sungai opak yang berada di pinggiran Kampung Tegal, Dusun Jayan, Desa Kebonagung. Sebelum ada bendungan tersebut banyak penduduk masyarakat beraktifitas sebagai penambang pasir. Dengan terjadinya bending tegal pada tahun 1998 para penambang pasir dapat dikatakan kehilangan mata pencaharian. Selain aktivitas tersebut mayoritas penduduk di Dusun Jayan, Desa Kebonagung pada umumnya sebagai pekerja buruh tani yang baru akan menuai hasil panen setiap tiga bulan sekali, sementara kebutuhan setiap hari masyarakat tetap berjalan seperti halnya uang saku anak sekolah dan lain sebagainya. Dengan terjadinya hal tersebut tidak jarang penduduk masyarakat menjadi nasabah Bank Perkreditan Harian (bank plecit) yang hanya bersifat konsumtif. Berawal dengan sosialisasi pada masyarakat tentang pemahaman sebuah desa wisata yang meliputi sikap ramah tamah yang harus disikapi masyarakat sampai kebersihan lingkungan juga akses jalan masuk lokasi harus dibenahi, sehingga bila ada pengunjung akan merasa nyaman. Sosialisasi ini dilaksanakan secara terus menerus sehingga masyarakat yang sangat awam dengan adanya desa wisata lambat laun akan dapat memahami. Masih dengan minimalnya pemahaman desa wisata namun bimbingan dari travel “Tourista Tour” selalu memberi motivasi kepada masyarakat dan bahkan sejak tahun 2002 travel tersebut telah mampu mendatangkan wisatawan pelajar dari Kota Bandung dan Jakarta. Pada tanggal 30 September
67
2003 dibentuk Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Tambak Tegal Agung, dan dikukuhkan oleh Lurah Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul pada tanggal 10 September 2010. Tahun 2005, Desa Wisata Kebonagung pertama kali menerima kunjungan siswa yang live in selama tiga hari dari SMA 71 Jakarta yang waktu itu ada 250 siswa dan guru pembimbing. Dari kunjungan pertama ini, Kelompok Sadar Wisata Tambak Tegal Agung dan semua pihak bersepakat bahwa Desa Wisata Kebonagung merupakan Desa Wisata Pendidikan Pertanian, Kultur, dan Budaya, dengan harapan dimasa mendatang dapat sebagai tempat wisata alternative di pedesaan. d. Visi dan Misi Desa Wisata Kebonagung 1) Visi Terwujudnya masyarakat yang sadar wisata dengan selalu berpegang pada Sapta Pesona. 2) Misi a) Membuat perencanaan dengan melibatkan tokoh masyarakat atas bimbingan pemerintah. b) Menjaga kelestarian lingkungan, adat dan budaya. c) Menjadi mitra pemerintah dan swasta guna mencapai tujuan bersama. d) Memberdayakan warga masyarakat secara menyeluruh. e. Tujuan Desa Wisata Kebonagung 1) Umum
68
Mewujudkan destinasi tempat kunjungan wisata alternatif di pedesaan sebagai upaya untuk menambah penghasilan masyarakat, khususnya bagi masyarakat Kebonagung. 2) Khusus a) Menciptakan pekerjaan baru di bidang pelayanan jasa. b) Meningkatkan pendapatan masyarakat, serta turut melaksanakan program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. c) Turut menciptakan tempat tujuan wisata pedesaan sebagai upaya untuk mengurangi kejemuhan bagi semua kalangan. d) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam kepariwisataan, kewirausahaan serta kelestarian lingkungan. e) Menambah pengetahuan bagi wisatawan secara menyeluruh. f. Prestasi Desa Wisata Kebonagung Setelah desa Kebonagung dijadikan mejadi sebuah desa wisata pendidikan pertanian, kultur, dan budaya pernah meraih sebuah prestasi yang cukup membanggakan. Prestasi yang pernah di raih Desa Wisata Kebonagung antara lain : 1) Sebagai desa wisata dengan keunikan produk. 2) Tahun 2009 juara II lomba desa wisata se-provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3) Tahun 2015 juara harapan I lomba POKDARWIS Kabupaten Bantul. 4) Tahun 2015 juara III kategori desa wisata mandiri.
69
g. Susunan Pengurus Desa Wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung Susunan pengurus desa wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3. Susunan Pengurus dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung NO 1) 2) 3)
JABATAN Penasehat Pembina Ketua
4)
Sekretaris
5) 6)
Bendahara Seksi-Seksi : Homestay
NAMA Dinas Pariwisata Bantul Lurah Desa Kebonagung 1. Bachroni 2. R. Martadi 1. Ir. Priya Haryanta, MMA 2. Sarjono Dalbiya 1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Keamanan dan Ketertiban
Kesenian dan Keindahan
Kenangan dan Kerajinan
Humas
Konsumsi
Perlengkapan
Sardi Sugiyanto Suradi Sidiq Praptono Ngadi Dalhari Suhari Asih Dewi Ery Setiawan Bodin Viky Jumakir Slamet Joyo S Asih Yanti Sugiyarti Riswanti Bibit Ngadino Muji R
Sumber : Arsip Pengurus dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung h. Pendanaan Desa Wisata Kebonagung Di Desa Wisata Kebonagung, segala bentuk kegiatan yang dilakukan semuanya di danai secara mandiri. Ketika masih awal atau baru dijadikan
70
sebagai desa wisata, Desa Wisata Kebonagung pernah mendapatkankan bantuan pendaan dari PNPM Pariwisata yaitu PNPM Pariwisata pada tahun 2009, tahun 2010, dan tahun 2011 dengan alokasi dana yang tidak sama dan uang tersebut digunakan untuk memenuhi sarana dan prasarana serta untuk memberikan pelatihan ke masyarakat Desa Kebonagung. Namun setelah tahun 2011 tidak ada pendaan yang di bantu dari pemerintah atau swasta, segala pendanaan untuk melayani wisatawana secara mandiri ketika adanya wisatawan yang datang. i. Kunjungan Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tabel 4. Daftar Kunjungan Wisatawan Desa Kebonagung Tahun Wisatawan 2014
2015
2016
Domestik
3218
1510
612
Asing
205
110
194
3423
1620
806
Jumlah Wisatawan
Sumber : Rekap daftar kunjungan wisatawan Desa Wisata Kebonagung Dari rekap data daftar kunjungan wisatawan di Desa Wisata Kebonagung dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan yang datang dari tahun 2014 sampai 2016 mengalami penurunan, hal tersebut dapat terjadi karena sekarang ini banyak tempat wisata baru yang ada di Bantul yang memiliki daya tarik lebih untuk kalangan wisatawan, dan untuk di Desa Wisata Kebonagung sendiri kegiatan untuk pengembangan wisata baru mulai dilakukan pada akhir tahun 2014 sehingga dari rekap tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kunjungan wisatawan. Pengembangan desa wisata
71
sebenarnya harus selalu dilakukan agar dapat mempertahankan eksistensi wisata yang ditawarkan tersebut. Untuk wisatawan asing yang datang berkunjung ke Desa Wisata Kebonagung ini datang untuk menikmati dan merasakan kehidupan suasana desa yang masih asri dan kental dengan budaya yang ada di Desa Kebonagung, mereka dapat tinggal selama tiga sampai lima hari dan menikmati kehidupan desa dengan masyarakat Desa Kebonagung. Sedangkan untuk wisatawan lokal, mereka datang berkunjung untuk dapat belajar mengenai pertanian karena untuk kegiatan pertanian di Desa Wisata Kebonagung sudah baik sehingga sering wisatawaan lokal melakukan study banding mengenai pertanian. Daftar kunjungan wisatawan Desa Wisata Kebonagung (terlampir). j. Paket Kegiatan Wisata Desa Wisata Kebonagung Desa Wisata Kebonagung merupakan salah satu desa wisata yang ada di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Desa Wisata Kebonagung ini terkenal dengan desa wisata pendidikan pertanian, kultur dan budaya. Desa Wisata Kebonagung memiliki beberapa kegiatan wisata antara lain yaitu : 1) Wisata pertanian Desa Kebonagung memiliki luas lahan pertanian sebesar 117,670 hektar. Dari luasnya lahan pertanian ini Desa Kebonagung menawarkan beragam aktivitas di bidang pertanian yang dapat di dapatkan oleh para wisatawan yang mengunjungi Desa Kebonagung. Beberapa kegiatan pertanian yang dapat dilakukan wisatawan seperti : membajak sawah dengan kerbau
72
(ngluku), meratakan tanah (nggaru), menanam padi (tandur), dan memanen padi (panen). Bidang pertanian ini merupakan salah satu tujuan utama wisata yang akan didapatkan oleh wisatawan yang mendatangi Desa Wisata Kebonagung, karena desa wisata ini merupakan desa wisata yang berbasis pendidikan pertanian sehingga wisatawan yang datang ke Desa Kebonagung tertarik untuk mempelajari seluk beluk mengenai pertanian. 2) Wisata air Desa Wisata Kebonagung memiliki atraksi wisata air dengan pesona sungai opak dan bedungan tegal yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan. Bendungan Tegal ini menawarkan beragam kegiatan wisata air untuk para wisatawan yang datang ke Desa Wisata Kebonagung seperti : perahu naga, sampan, dayung, perahu canoe, tubing sungai oya, memancing, dan aktifitas outbound. 3) Wisata budaya dan kesenian Kehidupan masyarakat Desa Kebonagung sendiri masih kental dan melestarikan budaya dan kesenian, sehingga wisatawan yang datang terlebih juga menginap akan mendapatkan wisata kehidupan di sebuah desa yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan di perkotaan. Kesenian yang dapat dinikmati di Desa Kebonagung adalah gejog lesung, ngenger, seni karawitan atau gamelan, shalawatan, macapatan, seni tari dan jatilan. Sedangkan wisata budaya yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Kebonagung sendiri adalah gendurian dan wiwit atau labuhan.
73
4) Wisata kerajinan Kerajinan tradisional masih banyak dikembangkan oleh masyarakat Desa Kebonagung melalui industri kerajinan rumah tangga. Hal ini juga menjadi nilai plus yang di dapatkan oleh wisatawan yang menunjang nuansa kebudayaan yang lebih kental lagi. Kerajinan yang masih ada di Desa Kebonagung seperti gerabah, membatik, batik topeng kayu, pembuatan tatah sungging, anyaman bamboo, hias caping, rias janur, dan lain sebagainya. 5) Wisata kuliner Selain wisata pertanian, air, budaya dan kesenian serta kerajinan masyarakat Desa Kebonagung juga masih melestarikan makanan tradisional seperti pembuatan telur asin, kue apem, kue cemplon, gudeg manggar, jadah tempe, wedang uwuh, geplak, dan lain sebagainya. k. Fasilitas Desa Wisata Kebonagung Dari hasil pengumpulan data di lapangan, diperoleh data bahwa di Desa Wisata Kebonagung memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik dan sudah dapat mendukung kenyamanan para wisatawan selama di Desa Kebonagung. Sarana dan prasarana yang ada meliputi : 1) Gedung sekretariatan Gedung sekretariatan Desa Wisata Kebonagung ini berbentuk bangunan tetap dan keadaan fisik bangunan baik, namun bangunan ini belum aset milik pengurus dan POKDARWIS masih milik salah satu pengurus saja
74
yang diperuntukkan untuk kesekretariatan pengurus dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung. 2) Homestay Homestay di Desa Wisata Kebonagung sejumlah ± 52 unit dan sudah dilengkapi dengan MCK yang sesuai standard, ada pula yang sudah sesuai dengan standar internasional. Homestay ini merupakan rumah milik masyarakat Desa Kebonagung sendiri. 3) Paket wisata Terdapat banyak paket wisata yang ada dan dapat dipilih oleh para wisatawan yang datang dan juga dengan harga yang tidak mahal. 4) Pramuwisata Pramuwisata
berasal
dari
penduduk
atau
masyarakat
setempat.
Pramuwisata ini sangat fleksibel dan posisi mereka tidak tetap, tergantung pada kebutuhan dan kondisi. 5) Aula atau tempat pertemuan Aula atau tempat pertemuan ini masih milik masyarakat, bangunannya berbentuk joglo yang luas sehingga dapat menampung banyak wisatawan yang hadir. 6) Seperangkat alat karawitan dan gejog lesung Seperangkat alat karawitan dan gejog lesung ini sudah merupakan aset dari pengurus dan pokdarwis Desa Wisata Kebonagung. Seperangkat alat karawitan dan gejog lesung ini sering digunakan untuk menjamu dalam penerimaan tamu ataupun dalam pertunjukan kesenian.
75
7) Catering dari kelompok ibu-ibu masyarakat Desa Kebonagung Catering ini merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat terutama ibu-ibu. Catering ini sudah dikelompokkan menjadi beberapa untuk melayani wisatawan. Makanan yang dibuat juga disesuaikan dengan permintaan dari wisatawan. 8) Sarana dan prasarana pendukung meliputi : MCK di setiap homestay, masjid, sepeda sejumlah ± 50 unit, soundsystem, panggung, penerangan atau listrik, jasa tukang pijat, gardu poskamling, peta atau penunjuk arah menuju Desa Wisata Kebongagung, puskemas pembantu, kandang ternak komunal, dan biogas dari limbah ternak. 2. Kegiatan Pengembangan Desa Wiasata Kebonagung a. Obyek dan daya tarik wisata Sebagaimana bentuk kegiatan pengembangan desa wisata yang dijelaskan oleh Gamal Suwantoro yakni umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasarkan pada (1) adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih (2) adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat megunjunginya (3) adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka (4) adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir (5) objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, pantai, pasir, hutan dan sebagainya (6) objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara
76
adat, nilai leluhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik wisata Desa Kebonagung
sebagaimana
yang
telah
dirangkum
peneliti
dalam
wawancara dan dokumentasi, pada dasarnya Desa Wisata Kebonagung ini memiliki obyek wisata dan daya tarik alam dimana Desa Kebonagung ini dilewati alur sungai Oya dan dari hal tersebut di bentuknya bendung Tegal dimana bendung Tegal ini digunakan masyarakat sebagai lahan untuk mencari nafkah dengan menambang pasir. Selain itu objek wisata dan daya tarik desa wisata ini hanya berupa pemandangan alam yang masih khas dengan kehidupan pedesaan dimana masih banyaknya area persawahan di Desa Kebonagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Ya kalau di desa wisata ini hanya punya objek wisata dan daya tarik dari bendung Tegal ini mbak sama pemandangan sawah yang masih hijau dan masih kental dengan kehidupan desa saja. Namun, dulu setelah diamati Desa Wisata Kebonagung ini akhirnya dialihkan menjadi desa wisata pendidikan pertanian, kultur dan budaya. Yang mana wisatawan datang untuk merasakan kehidupan desa dan belajar mengenai proses bertani. Tapi belum lama ini juga dari dosen-dosen UST itu berkunjung kesini untuk merencanakan layout Desa Wisata Kebonagung ini mbak,” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB “Bedanya dengan desa wisata lain, Desa Wisata Kebonagung ini kan desa wisata pertanian, budaya mbak jadi masih khas dengan kehidupan pedesaan mbak jadi wisatawan yang datang itu merasa puas dan senang mbak mendapatkan pelayanan yang baik dari masyarakat mbak. Karena wisatawan tersebut langsung merasakan kehidupan dengan masyarakat atau keluarga di homestay yang mereka tinggali mbak. Dan juga mereka dapat belajar bertani dari mulai ngluku, nggaru, nandur hingga penen mbak.” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB
77
Seperti yang diungkapkan menurut Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung bahwa : “Dari adanya bendungan Tegal tahun 1998, yang dijadikan sebagai objek wisata air yang menarik dengan sebutan „Tirta Bendung Tegal‟ sampai tahun 2003 lalu mati. Desa Kebonagung pernah menjadi desa tertinggal ya karena masyarakat hanya sebagai petani, buruh tani, dan penambang pasir di sungai Oya lalu dilakukan pengembangan menjadi desa wisata pertanian.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Sebagaimana yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa terdapat kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik
Desa Wisata
Kebonagung agar dapat untuk tetap mempertahankan dan menarik minat para wisatawan untuk mengujungi Desa Wisata Kebonagung ini. Kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik ini berupa dengan akan dibuatnya sebuah spot untuk berfoto di sekitar bendung Tegal seperti spot foto yang banyak terdapat di desa wisata atau tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Bantul ini. Pernyataan ini dipekuat oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Wisata Kebonagung yang menyatakan : “Jadi gini ya mbak, kemarin itu Desa Wisata Kebonagung kedatangan tamu dari dosen UST mbak, mereka menjalin kerjasama dengan Desa Wisata Kebonagung mbak untuk membuat desa wisata ini lebih maju lagi mbak, dosen-dosen UST melihat masih terdapat lahan kosong mbak di sekitar bendung Tegal mbak… nantinya akan dibuat objek wisata sebagai daya tarik wisatawan lagi gitu mbak, entah berupa dibuat tempat selfie kaya di Mangunan dan mungkin taman disekitar bendung mbak. Selain itu juga mbak rata-rata wisatawan yang datang itu senang mbak tinggal disini, mereka kan rata-rata orang kota yang jarang to mbak bisa melihat pemandangan sawah dan ngobrol sama orangtua atau tetangga, jadi ketika mereka datang itu wisatawan merasa punya
78
keluarga baru disini mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Selain kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik tersebut, terdapat kegiatan pengembangan lain dalam objek wisata yaitu pembuatan papan-papan petunjuk, bak sampah dari karung, gapura, dsb dengan menggunakan bahan dari alam yang sesuai dengan ciri khas kehidupan pedesaan di Desa Wisata Kebonagung. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Kan saya di sie kerajinan, disini saya juga membuat seperti papanpapan petunjuk gapura atau yang lain agar dapat menarik wisatawan untuk datang kesini. Sekarang baru saya mulai membuat lagi mbak, tapi ya belum selesai. Lha saya hanya mengerjakan sendiri je mbak…nggak ada yang membantu ya jadi terkadang kalau pas selo saya lanjutkan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, di Desa Wisata Kebongaung terdapat gapura dari bambu yang telah dibuat namun sampai saat ini dalam pengerjaannya masih belum sempurna, gapura tersebut berada di depan jalan masuk utama Desa Wisata Kebonagung. Pernyataan di atas diperkuat pendapat Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Memang ada mbak, pembuatan gapura, papan-papan petunjuk seperti itu tapi ya tidak jadi secepat atau sesuai yang ditarget ya soalnya saya juga memiliki pekerjaan lain mbak, jadi saya membantu juga ketika hari libur gitu saja mbak. Dan untuk para pemuda-pemudi disini pun juga rata-rata mereka lebih asik untuk main sendiri mbak daripada kerjabakti untuk memajukan desa wisata mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB
79
Dan juga dari pendapat Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Gimana ya mbak, saya sudah sepuh gini dan memiliki kekurangan fisik jadi kalau mau membantu langsung membuat saya sudah tidak bisa e mbak. Jadi ya yang pasti pokok ikut membantu dalam pembuatan papan-papan petunjuk seperti itu ya dari pengurus dan pokdarwis sih mbak. Namun untuk taman ataupun spot foto tersebut dibantu oleh beberapa tukang mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan oleh beberapa subjek penelitian dan pengamatan dari peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Desa Wisata Kebonagung memiliki kegiatan pengembangan dari segi objek wisata dan daya tariknya yaitu dibuatnya : 1) Spot untuk berfoto di atas bendung Tegal sehingga nantinya akan banyak para pemuda-pemudi yang berkunjung seperti halnya mereka mengunjungi tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Bantul. 2) Pembuatan taman di lahan kosong di sekitar bendung Tegal, pembuatan taman ini juga menjadi salah satu kegiatan pengembangan yang dilakukan dan nanti setelah adanya taman ini juga sebagai daya tarik wisatawan yang datang yang dapat mereka nikmati selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat untuk outbound dan flying fox yang berada di dekat bendung Tegal. 3) Pembuatan papan-papan petunjuk, gapura, dsb. Pembuatan gapura, papan-papan petunjuk dsb juga dapat sebagai penunjang objek wisata dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung dan agar lebih kental lagi dengan suasana kehidupan pedesaan yang masih ada disana.
80
b. Prasarana wisata Menurut Gamal Suwantoro prasarana wisata berarti sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kegiatan pengembangan dari segi prasarana wisata Desa Wisata Kebonagung sebagaimana yang telah dirangkum peneliti dalam wawancara dan dokumentasi, pada dasarnya Desa Wisata Kebonagung ini memiliki prasarana wisata yang baik dilihat dari akses jalan, listrik, air, telekomunikasi yang sudah ada di Desa Wisata Kebonagung. Akses jalan menuju Desa Wisata Kebonagung sudah merupakan jalan aspal, hanya saja untuk masuk ke tiap-tiap dusun masih ada juga yang belum di aspal atau masih berupa jalan setapak. Untuk listrik juga sudah tersedia baik, hampir setiap rumah sudah dapat di aliri listrik, kabel telekomunikasi dan sinyal juga sudah tersedia. Ketersediaan air juga masih murni dari air tanah yang dibuat sumur sehingga masih jernih. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yang mengemukakan bahwa : “Untuk kegiatan pengembangan prasarana sendiri mungkin tidak terlalu terlihat mbak, ya karena bisa dilihat sendiri to mbak. Jalur masuk Desa Wisata Kebonagung juga sudah di aspal, di jalan utama yang merupakan jalur ke Wonosari/Gunungkidul sendiri juga sudah jalan aspal jadi selalu ramai dengan lalu lintas kendaraan jadi untuk perbaikan ya dari pemerintah langsung untuk di jalan utamanya mbak. Paling juga hanya jalan yang masuk di dusun itu mbak itu juga per-RT disetiap dusun kerjabakti cuma pasang konblok atau cuma dibersihin aja ga pasti juga mbak kalau masih bagus jalannya juga ga dibenerin. Kalau untuk listrik,
81
telekomunikasi, air sudah dapat mencukupi dan baik mbak, jadi wisatawan tidak perlu khawatir akan hal tersebut.” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yakni : “Kalau untuk di Dusun Kalangan sendiri jalannya sudah ada yang di aspal ada yang belum juga mbak, yang belum itu juga biasanya jalan masuk gang-gang kecil jadi memang masih setapak. Tapi sekiranya jalan sudah rusak berat ya warga kerja bakti mbak di konblok atau cuma diratakan gitu mbak. Jalan kan digunakan umum ya mbak, jadi ya tergantung nanti dana yang terkumpul di dusun atau RT gitu mbak. Untuk yang jalan di aspal juga itu jalan utama masuk yang menyalurkan ke jalan utama lain mbak jadi yang aspal dari pemerintah mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Sebagaimana
yang
telah
dikutip
oleh
peneliti,
bahwa
pengembangan prasarana wisata di Desa Wisata Kebonagung masih jarang karena dilihat dari akses jalan utama ataupun jalan masuk Desa Kebonagung sudah jalan aspal karena juga sering dilalui truk atau bis jadi biasanya dari pemerintah jika akan mengembangkan jalan. Hanya saja di jalan-jalan kecil atau gang-gang yang ada di setiap dusun di Desa Kebonagung yang sekiranya sudak rusak diperbaiki oleh masyarakat per dusun atau per RT dan dananya juga secara dipikul bersama. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa untuk akses dari jalan raya yang masuk ke jalan utama Desa Wisata Kebonagung sudah berupa jalan aspal semua, jalan-jalan kecil maupun gang juga untuk dapat untuk dilewati kendaraan roda empat. Pernyataan ini diperkuat oleh Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung yang menyatakan bahwa :
82
“Disini perbaikan jalannya di jalan setapak mbak, itupun masih ada yang belum dikonblok, ada juga yang belum. Lha rata-rata jalan di Desa Kebonagung itu sudah aspal je mbak jadi tidak terlalu ada kegiatan pembenahan jalan. Nanti kalau semua di aspal ndak malah kekhasan nuansa pedesaan malah nggak ada to mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB Selain dari segi prasarana wisata yang berupa jalan. listrik, air, telekomunikasi yang ada dan sudah di Desa Wisata Kebonagung ini, yang kini masih menjadi pembahasan yakni mengenai prasarana untuk lahan parkir. Setiap wisatawan yang datang apalagi dengan menggunakan busbus pariwisata masih terparkir dipinggir sisi kiri ataupun kanan di jalan utama Desa Kebonagung sehingga kurang enak jika dilihat. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Apa to mbak yang dimiliki desa wisata ini. Tempat parkir untuk wisatawan aja nggak punya. Setiap kendaraan apalagi bus pariwisata hanya dipinggir jalan saja mbak. Harapan saya mbak, dengan pemerintah desa yang kemarin baru ini nantinya bisa lebih memperhatikan desa wisata ini mbak. Ikut memajukannya mbak, dengan salah satunya ya memberikan lahan kosong untuk area parkir mbak. Lha kalau desa wisata maju namun untuk area parkir tidak tersedia juga nanti akan mengganggu keindahan to mbak. Apalagi prasarana yang ada aja milik umum seperti akses jalan udah di aspal sama pemerintah, untuk listrik, air, dan telekomunikasi sekarang sudah baik disini mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Selain itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Wah, kalau jalan, listrik, air sudah mencukupi mbak desa ini. Jadi wisatawan tidak perlu takut kalau kekurangan mbak. Hanya saja untuk tempat parkir ki masih dipinggir jalan utama desa mbak. Jadi kadang masyarakat kalau aktivitas agak susah. Kan kebanyakan petani biasanya bawa jerami itu di motor jadi pas ada kunjungan jalan jadi agak sempit mbak. Selain itu juga banyak anak-anak
83
yang bermain mbak. Takutnya nanti bus nya rusak gara-gara anakanak pada bermain gitu mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Pernyataan di atas diperkuat pendapat Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yang mengemukakan : “Menurut saya mbak yang perlu kegiatan prasarana wisata disini ya pembuatan lahan parkir mbak. Biar kelihatan rapi apalagi kalau kunjungan dari instansi provinsi lain mbak. Masa desa wisata yang udah terkenal tempat parkir aja nggak punya. Nanti akan membuat nama dinas pariwisata Kabupaten Bantul ikut jelek kan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Dan juga pendapat serupa dari Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung, yang mengemukakan : “….semisal gini mbak, kalau wisatawana sedang berkunjung kesini lha mereka turun dipinggir jalan lalu mereka berpikir memang diturunkan disitu nanti bus nya tinggal parkir, tapi sampai wisatawan selesai berwisata bus kok tetap parkir disitu. Apakah nanti aman dengan barang yang ada di dalam bus, kan disini banyak anak-anak yang bermain dan lewat mbak. Pikiran setiap orang kan beda to mbak, jadi takunya kalau ada kehilangan nanti siapa yang tanggungjawab kalau lahan parkir tidak tersedia mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk kegiatan pengembangan prasarana wisata Desa Wisata Kebonagung masih minim hal untuk proses pembuatan lahan parkir agar wisatawan yang berkunjung dapat memakirkan kendaraannya di satu tempat yang tentunya aman. Sedangkan untuk prasarana lain sudah baik dan mencukupi untuk aktivitas wisatawan yang datang. Akses jalan utamanya pun masih sangat baik sudah beraspal, listrik, air, dan jaringan seluler juga disetiap rumah tersedia.
84
c. Sarana wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Misalnya hotel atau penginapan, biro perjalanan, alat transportasi, rumah makan dan restoran serta sarana pendukung lainnya (Gamal Suwantoro, 2004: 19-24). Berikut sarana wisata yang ada di Desa Wisata Kebonagung : Homestay, yang terdiri dari ± 52 homestay yang merupakan milik masyarakat Desa Kebonagung sendiri, alat transportasi, dan catering makanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti, Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung mengatakan : “Sarana wisata disini sudah terdapat homestay. Untuk homestay sendiri kami serahkan kepada masyarakat mbak, masyarakat yang bersedia rumahnya dijadikan homestay dan yang cukup luas, selain itu juga alat transportasi, dan catering makanan. Untuk kegiatan pengembangan sarana wisata disini untuk homestay nya dulu dilakukan dalam pengembangan MCK yang ada di setiap homestay mbak agar sesuai standar nasional maupun internasional mbak. Tahun 2009 – 2011 Desa Wisata Kebonagung mendapat dana dari PNPM Pariwisata mbak, kan wisatawan yang kesini juga dari mancanegara juga mbak. Namun untuk sekarang ini karena ini pengembangan sarana wisata dari homestay nya dilakukan secara masing-masing masyarakat karena kami sudah tidak pernah menerima dana sepeserpun jadi untuk pengembangan sarana dari dana individu saja.” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.3018.00 WIB Hal ini dibenarkan oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Dana disini minim mbak, dulu 3 kali mendapat dana dari PNPM Pariwisata digunakan untuk pengembangan sarana desa wisata mbak seperti perbaikan MCK di setiap homestay mbak agar sesuai standar internasional. Selain itu juga sebagian untuk sound system,
85
panggung kesenian, dan pelatihan bagi masyarakat sini mbak. Tapi karena sekarang sudah nggak dapat dana lagi ya kegiatan pengembangan untuk homestay dilakukan dari pemilik sendiri mbak. Sedangkan ketika masih ada sisa uang dari wisatawan nanti untuk pengembangan sarana lain yang lebih kecil seperti panggung, alat kesenian, soundsystem gitu mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Sebagaimana yang telah dikutip peneliti dari hasil wawancara, dimana untuk pengembangan sarana wisata homestay sendiri dilakukan masyarakat sendiri secara individu. Dengan perbaikan yang dilakukan dari pemilik homestay untuk membuat lebih bagus dan lebih nyaman itu juga menjadi daya saing bagi masyarakat. Dimana bagi pemilik homestay yang homestay nya sudah lebih menarik untuk wisatawan tentunya akan dilirik oleh penggurus ketika kedatangan tamu. Selain dari homestay juga terdapat kegiatan pengembangan sarana alat transportasi yang dimiliki. Terkait dengan pengembangan sarana alat transportasi, Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung menjelaskan bahwa : “Alat transportasi yang dimiliki desa wisata ini hanya berupa sepeda mbak, itu saja hanya hibah dari Bank BPD. Jadi ya kami selaku pengurus atau POKDARWIS yang merawat sepeda sebagai sarana alat transportasi disini mbak. Untuk pengembangan alat transportasi disini mungkin belum berjalan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung yang menyatakan : “….sarana alat transportasi di desa wisata ini hanya sepeda ontel mbak, jumlahnya juga hanya sekitar 20an itu pemberian atau hibah dari Bank BPD saja mbak. Kami hanya rajin membersihkan sepeda ontel seminggu sekali mbak, dan dicek ketika akan digunakan
86
wisatawan saja mbak.” Catatan Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-14.00 WIB Sarana alat transportasi di Desa Wisata Kebonagung hanya ada sepeda karena wisatawan yang kebanyakan datang dari kota maupun mancanegara dimana mereka jarang memakai sepeda atau bahkan ada yang tidak bisa. Sepeda ini juga wisatawan gunakan ketika mereka ingin berkunjung ke makam raja-raja Imogiri. Untuk kegiatan pengembangan sarana alat transportasi sejauh ini masih dalam merawat dan memperbaiki ketika kerusakan saja. Pengembangan sarana yang lain yang dilakukan yakni dalam catering makanan. Dimana catering makanan wisatawan ini diserahkan langsung ke ibu-ibu Desa Kebonagung. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yakni : “Untuk catering makanan biasanya langsung sekalian dengan homestay mbak. Tapi disini juga tedapat beberapa kelompok ibuibu yang dibentuk dengan tujuan melayani wisatawan yang meminta di buatkan makanan tradisional atau khas sesuai yang wisatawan inginkan.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Pendapat serupa juga diungkapkan oleh “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Gini mbak untuk kelompok ibu-ibu itu dibantu kelompok LSM Agung Tirtowening mbak. Ibu-ibu itu diberikan pelatihan memasak. Masakan tradisional khususnya dari Bantul. Jadi ketika wisatawan minta dibuatkan geplak untuk oleh-oleh misalnya tidak usah dibelikan tinggal ibu-ibu kelompok itu bisa membuatkan mbak.” Datan Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB
87
Dalam pengembangan catering makanan ini sudah dibantu oleh LSM Agung Tirtawening dan Daya Annisa, jadi kelompok ibu-ibu tersebut diberikan pelatihan memasak dimana dari hasil yang di dapatkan nantinya akan di petik sendiri manfaatnya oleh ibu-ibu tersebut. Namun terkadang ibu-ibu masih malu untuk menawarkan hasil masakan yang telah dibuatnya sehingga ibu-ibu masih meminta tolong pengurus desa wisata atau POKDARWIS untuk menawarkan ke wisatawan. Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung yang mengungkapkan : “Wah jan mbak, ibu-ibu disini sudah diberi pelatihan memasak tapi kadang mereka masih malu menawarkan mbak. Padahal wisatawan pasti tertarik dari yang sudah dimasak ibu-ibu mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Kegiatan
pengembangan
sarana
wisata
di
Desa
Wisata
Kebonagung meliputi kegiatan pengembangan sarana homestay, alat transortasi, dan catering makanan. Walaupun tidak mendapatkan dana dari pemerintah, masyarakat maupun pengurus desa wisata serta POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung tetap melakukan kegiatan pengembangan yang di danai dengan uang masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ikut andil dalam kegiatan pengembangan desa wisata ini, karena mereka telah memiliki kesadaran akan mendapatkan manfaat ketika ada wisatawan yang datang ke Desa Kebonagung untuk berwisata. d. Tata laksana/infrastruktur Sebagaimana yang telah diuraikan dalam kajian teori, Gamal Suwantoro (2004: 19-24) menyatakan bahwa infrastruktur adalah situasi
88
yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, dan sistem keamanan atau pengawasan. Tata laksana atau infrastuktur di Desa Wisata Kebonagung ini sendiri semua dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kebonagung, karena pada dasarnya di desa wisata ini semua paket wisata sesuai dengan kehidupan masyarakat desa sehingga untuk kegiatan pengembangan tata laksana atau infrastruktur ini juga dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung baik dari secara individu atau secara bersama-sama disesuaikan dari kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Kalau kegiatan pengembangan untuk tata laksana atau infrastruktur kurang lebih sama dengan sarana wisata mbak. Ya karena desa wisata ini segala bentuk kegiatan wisata itu diberikan langsung ke masyarakat jadi untuk kegiatan pengembangannya juga dari masyarakat sendiri mbak. Contohnya saja, wisatawan menginap disini 3 hari selama 3 hari itu mereka tinggal di homestay yang telah kami sediakan jadi dalam penyediaan air bersih dan listrik nanti sudah ditangani oleh pemilik homestay tersebut mbak. Tentunya pemilik homestay tersebut sudah selalu mengecek atau memperbaiki untuk penyediaan air maupun listrik sehingga kalau ada wisatawan mereka sudah siap gitu mbak.” Catatan Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB Dalam kegiatan pengembangan tata laksana atau infrastruktur dari penyediaan air bersih dan listrik ini dilakukan oleh para pemilik homestay jadi untuk setiap homestay yang airnya kadang ada gangguan langsung
89
diperbaiki oleh pemiliknya. Listrik juga, kalau kebutuhan tenaga listrik banyak pemilik homestay tentunya langsung berpikir untuk menambahkan daya atau tegangan listrik di rumahnya. Tentunya itu sebagai salah satu hal yang dilakukan masyrakat agar dapat menunjang kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung ini dan juga untuk melayani wisatawan akan dapat maksimal. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Ya mbak, dalam penyediaan air bersih sudah selalu saya lakukan sendiri mbak ketika wisatawan menginap di gubuk saya ini mbak. Segala permintaan dari wisatawan saya dan keluarga yang menangani mbak. Aliran istrik juga sudah mencukupi mbak ketika ada wisatawan mbak. Terkadang saja wisatawan juga minta masakan sayur lodeh gitu, ya dari ibunya yang masakin mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Penyediaan air bersih dan juga listrik sudah diserahkan ke setiap homestay yang ditempati mbak, jadi untuk di rumah saya sendiri memang sudah saya siapkan untuk kebersihan air dan listriknya mbak. Nggak jarang juga saya nguraske sumur saya mbak. Biar kebersihannya tetap terjaga mbak. Kan tidak hanya untuk wisatawan mbak, itu juga digunakan keluarga saya sehari-hari mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Selain kegiatan pengembangan infrastruktur penyediaan air bersih dan listrik yang dilakukan oleh pemilik homestay. terdapat juga kegiatan pengembangan dalam sistem keamanan yang selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
90
Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung yang mengungkapkan bahwa : “Khususnya di Dusun Jayan ini mbak sudah ada sistem ronda mbak setiap malam. Jadi bapak-bapak selalu gentian sesuai kelompok dan jadwal rondanya mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Sistem keamanan dan pengawasan di Desa Wisata Kebonagung sudah selalu dilakukan oleh masyarakat. Baik ketika ada wisatawan ataupun tidak masyarakat tetap menjaga keamanan Desa Kebonagung, yaitu dengan adanya ronda keliling yang dilakukan bapak-bapak ini akan menjaga keadaaan lingkungan menjadi aman. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh wisatawan. Hal tersebut juga dipaparkan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yaitu : “Iya mbak, ada ronda keliling mbak disini. Untuk malam minggu disini yang meronda itu dari pemudanya mbak jadi biar mereka juga ikut serawung dan menjaga keamanan lingkungan mbak. Apalagi jika lagi ada wisatawan mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung juga menguatkan dengan pendapat bahwa : “Di Desa Kebonagung ini masih ada ronda mbak tiap malam untuk menjaga desa kami mbak, tapi ketika ada wisatawan yang menginap keamanan dan pengawasan disini semakin diperketat lagi mbak. Maksudnya dari pengurus maupun POKDARWIS juga ikut siaga setiap malam mbak. Kalau lagi tidak ada wisatawan yang menginap ya pengurus dan POKDARWIS juga meronda tapi ya hanya sesuai dengan jadwalnya gitu mbak.” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB
91
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan tata laksana atau infrastruktrur juga dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung, baik secara mandiri maupun bersama. Untuk kegiatan pengembangan infrastruktur
yang bersifat mandiri
tersebut berupa penyediaan sumber listrik, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dsb karena masyarakat ingin memberikan pelayanan terbaik untuk wisatawan yang datang. Sedangkan untuk sistem kemanan dan pengawasan di Desa Wisata Kebonagung dengan adanya ronda keliling yang dilakukan setiap malam oleh bapak-bapak dan ketika ada wisatawan, pengamanan mereka lebih ketat dengan dibantu langsung oleh pengurus desa wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung sendiri agar dapat tercipta kenyamanan dan keamanan untuk para wisatawan. e. Masyarakat/Lingkungan Sebagaimana telah dijelaskan oleh Gamal Suwantoro (2004: 1924), pengembangan desa wisata tidak terlepas dari masyarakat atau lingkungan, terdapat tiga faktor di dalamnya yaitu dari masyarakat disekitar objek wisata, lingkungan yang berupa lingkungan alam di sekitar objek wisata, dan budaya yang ada di masyarakat dalam lingkungan wisata. Di Desa Wisata Kebonagung ini telah memiliki ketiga faktor untuk pengembangan desa wisata yang dilihat dari segi masyarakat atau lingkungan. Pada dasarnya wisata yang ditawarkan di desa wisata ini adalah dari kehidupan dan budaya yang ada di Desa Kebonagung. Hanya
92
saja perlu penambahan kegiatan untuk pengamalan SAPTA PESONA lagi agar masyarakat tetap dapat menjaga ciri khas dari Desa Wisata Kebonagung. Hal ini diungkapkan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Kegiatan pengembangan masyarakat atau lingkungan sebenarnya juga penting mbak dilakukan. Untuk disini sendiri saja, kami selaku pengurus atau POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung selalu memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mengamalkan SAPTA PESONA sebagai desa wisata. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan lebih memahami bahwa di desanya sudah menjadi kawasan wisata dimana manfaat yang didapatkan untuk masyarakat sendiri.” Data Wawancara 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB Pernyataan di atas sejalan dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung yang mengatakan bahwa : “Setiap ada pertemuan kampung sebulan sekali, setelah membahas apa yang dibutuhkan kampung tidak lupa kami juga mendapat pengarahan dan pemahaman dari tokoh masyarakat maupun kepengurusan desa wisata mbak agar tetap bisa mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih di desa kami ini mbak. Jadi sewaktu-waktu kedatangan wisatawan masyarakat kami tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan biasa mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Keterangan tersebut diperkuat oleh Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Memang benar mbak. setiap ada pertemuan di kampung kami selalu diingatkan agar tetap mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih desa kami sebagai desa wisata mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB
93
Kegiatan untuk selalu mengamalkan SAPTA PESONA yang dilakukan masyarakat Desa Kebonagung ini juga selalu diingatkan oleh tokoh masyarakat maupun pengurus desa wisata dan POKDARWIS setiap ada pertemuan di kampung merupakan salah satu cara yang dilakukan agar masyarakat tetap menjaga keaslian desa wisata ini. Karena jika di suatu desa wisata telah meraih SAPTA PESONA ini mereka tidak dapat melakukan penerapan dalam sehari-hari tentunya akan mempengaruhi wisatawan yang berkunjung, terlebih di Desa Wisata Kebonagung ini ke khasannya terletak pada pertanian dan kehidupan masyarakat desa. Selain tetap selalu mengamalkan SAPTA PESONA, masyarkat juga tetap menjaga budaya yang telah lama tinggal dan dilakukakn di Desa Kebonagung ini. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung yang menyampaikan bahwa : “Warga kami disini tetap melakukan tradisi yang telah ada sejak dulu mbak. Sebelum atau sesudah ditetapkannya Desa Kebonagung ini sebagai desa wisata, kehidupan warga kami tetap sama mbak. Budaya, tradisi yang ada masih mereka junjung mbak seperti tradisi genduri yang dilakukan di desa kami ini mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Seperti yang diungkapkan menurut Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yaitu : “Iya mbak, disini masih banyak adat-dat jawa yang dilakukan seperti genduri, syukuran waktu panen gitu mbak. Ya gimana ya mbak itu juga sebagai wujud syukur masyarakat desa kami dari pemberian yang di atas kepada kami mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB
94
Sebagaimana yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa selain pengamalan SAPTA PESONA juga terdapat usaha yang dilakukan untuk mengembangkan Desa Kebonagung ini agar tetap menjadi desa wisata dengan tetap mempertahankan dan melakukan tradisi yang telah ada sejak zaman nenek moyang. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Wisatawan yang datang kesini pada umumnya ingin merasakan kehidupan desa mbak, jadi adat-istiadat disini masih dilestarikan oleh masyarakat juga mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan dari segi masyarakat atau lingkungan di Desa Wisata Kebonagung ini yaitu tetap mengamalkan SAPTA PESONA dengan selalu mengingatkan masyarakat ketika dalam pertemuan yang dilakukan maupun ketika sedang kumpul-kumpul yang dilakukan oleh pengurus
desa
wisata
maupun
POKDARWIS.
Selain
itu
juga
mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga dengan baik tradisi yang ada di masyarakat Desa Kebonagung. Hal tersebut merupakan aset penting dalam keberlanjutan penunjang kegiatan pengembangan desa wisata ini. Dari kelima segi kegiatan pengembangan desa wisata, yang paling penting untuk tetap ada yaitu dari tetap terjaganya keharmonisan kehidupan masyarakat Desa Kebonagung, karena jika dari masyarakat tidak mau diajak untuk ikut serta membangunnya Desa Wisata Kebonagung tidak akan dapat berdiri dan bertahan selama ini.
95
3. Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan
Desa
Wisata
Kebonagung a. Macam Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Dari berbagai kegiatan pengembangan yang dilakukan tersebut, tentunya tidak terlepas dari partisipasi masyarakat sebagai salah satu hal terpenting di desa wisata ini. partisipasi masyarakat menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015:61-62) adalah : 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama. Partisipasi masyarakat Desa Kebonagung dalam pengambilan keputusan terkait segala kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan desa wisata tidak melibatkan masyarakat secara langsung. Pengambilan keputusan tersebut hanya dilakukan oleh pengurus yang benar-benar aktif terjun dalam aktivitas dalam Desa Wisata Kebonagung ini. Hal ini sesuai dengan pemaparan Bapak “DY” selaku
pengurus Desa Wisata
Kebonagung, yaitu: “Dalam segala aktivitas baik dari yang menerima tamu, mengurus persiapan itu ya hanya saya sendiri mbak. Paling juga Cuma dibantu sama pak Dalhari itu pun juga ketika pak Dalhari nggak sibuk dengan kerjanya mbak tapi pak Dalhari juga sewaktu-waktu dibutuhkan itu siap mbak. Namun ya selama ini dalam pengambilan keputusan itu ya saya yang ambil mbak. Dari yang menerima tamu,
96
koordinasi ya atau tidaknya itu ya hanya saya sendiri mbak. Hla tamu yang datang juga mencari saya e mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Sedangkan Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung menambahkan bahwa : “Dalam pengambilan kami tidak diikutsertakan mbak, jadi ketika ada tamu ya pengurus yang mengurusnya. Nanti kami tinggal terima jadi dari pengurus gitu mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB Disusul oleh pendapat Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung bahwa : “Untuk pengambilan keputusan secara bermusyawarah ke masyarakat itu masih jarang mbak, padahal segala kegiatan yang ada dilibatkan langsung dengan masyarakat mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Sebagaimana
yang dikutip oleh peneliti, bahwa partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan ini belum diikutsertakan sehingga
masyarakat
tidak
tahu
menahu
mengenai
bagaimana
perkembangan dan sejauh mana desanya menjadi sebuah desa wisata. Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung yang menyatakan bahwa : “Disini saya memang sebagai ketua mbak, tapi segala kegiatan itu yang mengatur pak Dalbiya mbak. Kalau ada yang menghubungi saya lalu saya arahkan untuk menghubungi pak Dal mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yakni : “Gimana ya mbak, kalau pengambilan keputusan untuk kegiatan desa wisata ini masyarakat tidak diikutsertakan mbak. Jadi hanya
97
pengurus nya saja yang tahu mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan belum diikutsertakan oleh pengurus Desa Wisata Kebonagung. Padahal sebenarnya masyarakat menjadi bagian terpenting karena dapat menjadi desa wisata tentunya mendapat dukungan dari masyarakat itu sendiri, sehingga dari awalnya proses pengambilan keputusan entah itu hal kecil atau hal besar masyarakat harus ikut andil di dalamnya nanti akan terjalin kerjasama yang lebih baik lagi yang tentunya juga akan berdampak positif untuk desa wisata maupun masyarakat Desa Kebonagung yang akan menerimanya. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat Desa Kebonagung. Seperti yang disampaikan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Kebonagung, yakni : “Dalam segala kegiatan desa wisata semua masyarakat ikut terlibat mbak, dari anak-anak sampai simbah-simbah itu diikutkan baik secara langsung atau tidak langsung mbak. Ya itu juga sesuai dengan desa wisata pendidikan petanian, kultur, dan budaya sebagai julukannya mbak. Jadi semua kegaiatan/ aktivitas masyarakat itu langsung terjun mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Seperti apa yang dinyatakan oleh Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yakni :
98
“Semuanya ikut terlibat mbak,mereka sangat antusias mbak. Apalagi ketika tamu yang datang jumlahnya banyak dan pada menginap. Masyarakat melayani dengan baik mbak, mereka anggap tamu seperti keluarga mereka sendiri mbak. Jadi, tamu juga merasa nyaman mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di Desa Wisata Kebonagung masyarakat sendiri yang menangani tentunya. Tidak ada kegiatan entah itu dalam melayani paket wisata ataupun pengembangan yang tidak melibatkan masyarakat. Hal tersebut diperkuat oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, bahwa : “Kami senang mbak ketika dapat ikut membantu dalam setiap kegaiatan yang ada mbak. Dari kegiatan persiapan untuk menyambut tamu, melatih kesenian seperti gejog lesung, jathilan gitu.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Dipertegas pula oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung, yaitu : “Masyarakat kami sangat antusias mbak, kalau lagi belum ada tamu atau wisatawan saja mereka pada tanya kok nggak ada tamu to pak. Seperti itu mbak masyarakat kami. Semua bentuk kegiatan yang ada dimasyarakat kami semisal kerjabakti, genduri selalu melibatkan masyarakat mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.0014.30 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah desa wisata akan sukses jika seluruh masyarakat itu ikut mendukung dan melaksanakan segala kegiatan wisata yang ada, baik dalam pelayanan ke wisatawan maupun dalam kegiatan pengembangan yang dilakukan. Karena masyarakat menjadi potensi terbesar untuk dapat berkontribusi dalam setiap pelaksanaan kegaiatan tersebut. Sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk pengembangan desa wisata.
99
3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dalam hal ini, ketika masyarakat secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu dalam segala kegiatan desa wisata berarti masyarakat akan mendapatkan manfaat entah itu manfaat yang berwujud atau tidak. Dalam hal ini masyarakat menggunakan keterampilan atau keahlian yang telah mereka miliki dimana dari keterampilan tersebut masyarakat akan membantu apa yang dibutuhkan wisatawan sehingga akan adanya interaksi antara wisatawan dengan masyarakat. Menurut Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, mengungkapkan bahwa : “Manfaat itu selalu masyarakat dapatkan mbak dalam setiap kegiatan yang ada, karena juga memberdayakan masyarakat kami secara menyeluruh dan langsung mbak. Jadi manfaat tersebut tentunya mereka dapatkan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB “Masyarakat memiliki keterampilan sendiri-sendiri mbak, khusus untuk ibu-ibu yang agak tua ada yang bisa gejog lesung, nanti gejog lesung akan dipentaskan ketika wisatawan meminta dan ibu-ibu tersebut mendapatkan hasil dari mereka menampilkan gejog lesung. Lalu beberapa pemuda dan bapak-bapak bisa kesenian jatilan itu juga menjadi suguhan ke wisatawan yang nanti mereka akan mendapatkan hasil berupa uang jasa setelah kesenian tersebut ditampilkan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.0012.00 WIB Diperkuat juga oleh pendapat bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Dari adanya wisatawan atau tamu yang tinggal di rumah saya ini mbak, saya dan keluarga dapat bertukar wawasan, pengetahuan
100
mbak. Mereka selama tinggal disini kan sudah kami anggap seperti keluarga sendiri mbak, jadi sering ngobrol gitu mbak. Selain itu juga mbak manfaat yang diterima untuk keluarga kami juga dapat membantu perekonomian mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Dengan adanya manfaat yang diterima oleh masyarakat Desa Kebonagung ini mereka jadi sangat terbantu karena mereka dapat saling bertukar wawasan yanga mana masyarakat akan lebih dapat mengetahui perkembangan saat ini dari adanya wisatawan yang datang tersebut. Selain itu juga manfaat yang mereka terima tersebut berupa hasil financial dimana akan dapat membantu kehidupan masyarakat sendiri. Hal tersebut di utarakan oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung, yakni : “Masyarakat sini menanggapi dengan senang mbak ketika banyak wisatawan yang datang itu. Ya giman aya mbak, dari banyaknya wisatawan perekonomian akan bertambah mbah dan juga pemasukan untuk kas setiap dusun mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Hal tersebut diperkuat oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, bahwa : “Semua masyarakat yang melayani tamu akan menerima jasa mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB “….baik individu atau kelompok menangkap positif manfaat yang nanti akan didapatkan mbak. Yang lebih senang lagi itu pemilik homestay yang digunakan oleh tamu mbak, karena selain sudah menerima jasa dari pengurus setiap tamu atau wisatawan yang tinggal di rumah mereka pasti juga memberi „tip‟ dan itu biasanya akan melebihi dari pemberian kami mbak. Jadi mereka berlomba untuk memberi layanan terbaik mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB
101
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika melibatkan masyarakat dalam segala kegiatan yang ada disitu masyarakat akan mendapatkan manfaat bagi diri mereka sendiri. Masyarakat yang memiliki keterampilan lebih tersebut biasanya yang akan mendapatkan manfaat lebih besar seperti ibu-ibu kelompok gejog lesung, pemuda dan bapak-bapak yang bermain kesenian jatilan, dan ibu-ibu yang ikut kelompok masak yang dapat membuat makanan tradisional seperti geplak, wingko, peyek dsb yang dapat ditawarkan ke wisatawan yang datang berkunjung. Manfaat yang masyarakat dapatkan meliputi saling mengenal budaya dari asal para wisatawan, saling bertukar wawasan maupun pengetahuan, dan manfaat yang paling dirasakan yaitu dalam hal keuntungan financial. Karena setiap hal yang dilakukan masyarakat baik hal besar atau kecil pasti selalu ada uang jasa yang diberikan untuk mereka, sehingga uang jasa tersebut dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu dengan terlibatnya seluruh masyarakat ini juga menjadi nilai tambah bahwa ternyta masyarakat dapat saling menyatu dan adanya kekompakan. 4) Partisipasi dalam evaluasi Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Dalam hal ini masyarakat terlibat dalam pelaksanaan program yang ada dan yang berjalan untuk mencapai tujuan awal yang telah ditetapkan. Ketika berjalannya evaluasi masyarakat juga setidaknya dilibatkan sehingga menjadi tahu apa
102
kekurangan yang harus diperbaiki untuk kemajuan kedepannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Ada mbak. Evaluasi selalu dilaksanakan, sebagai timbal balik dari apa yang telah kita kerjakan selama ini.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Evaluasi menjadi hal penting dalam segala proses atau kegiatan, dengan adanya evaluasi tersebut nantinya akan membantu segala pihak yang terlibat agar apa dalam pelayanan ke wisatawan selanjutnya menjadi lebih baik. Hal ini dikemukakan oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung yang mengatakan bahwa : “Memang mbak, selama ini evaluasi selalu dilakukan. Apalagi ketika setelah ada wisatawan mbak. Pasti kami dikupulkan bersama di secretariat untuk melakukan evaluasi mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Selain itu juga diperjelas lagi oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yaitu : “Forum musyawarah ada mbak disini, itu juga untuk menjaring aspirasi dari masyarakat mbak. Tapi terkadang masyarakat masih enggan untuk menyampaikannya mbak. Jadi ya kalau pas evaluasi mereka lebih sering jadi pendengar setia.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Dan dipertegas oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung yang mengatakan bahwa: “Secara perwakilan dari masyarakat dipanggil mbak ketika pengurus mengevaluasi apa yang telah dijalankan. Dengan harapan nanti perwakilan tersebut dapat menyampaikan ke masyarakat agar tidak ada rasa saling menutupi mbak antara pengurus dengan masyarakat mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB
103
Selain evaluasi dengan masyarakat, evaluasi dengan pengurus dan POKDARWIS juga dilakukan. Evaluasi dengan pengurus tidak dilakukan setiap hari namun, pasti selalu ada waktu untuk melakukan evaluasi bagi pengurus dan POKDARWIS. Hal ini disampaikan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, bahwa : “Pertemuan rutin tiap bulan ada mbak. Walaupun untuk tanggal tidak selalu menetap ya karena melihat keadaan dan kegiatan di desa saja mbak. Pengurus dan POKDARWIS juga tidak terlalu formal ketika kumpul untuk evaluasi, santai gitu mbak yang penting nanti mengena ke pengurus maksud dan tujuan dari kegiatan kumpul itu mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Hal tersebut diperkuat oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Secara tidak formal kami sering kumpul mbak, ya entah itu membahas untuk membuat inovasi baru atau mengevaluasi kegiatan yang telah berjalan.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.0012.00 WIB Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat juga mengikuti kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh pengurus
Desa
Wisata
Kebonagung,
walaupun
evaluasi
dengan
masyarakat dilakukan ketika sehabis ada tamu. Selain itu evaluasi juga dilakukan oleh pengurus dan POKDARWIS dimana mereka akan membahas lebih rinci lagi terkait desa wisata yang nantinya juga akan dapat membuat Desa Kebonagung menjadi lebih baik. Dari hal tersebut partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini bisa masuk ke dalam dua kelompok yakni secara ekstern dan secara intern, sehingga dari kegiatan
104
evaluasi tersebut tujuan yang telah ada dapat dijalankan sesuai dengan kemampuan masyarakat. b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Bentuk-bentuk partisipasi pada umumnya ada empat yaitu meliputi : partisipasi dalam bentuk pikiran, partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga, partisipasi dalam bentuk keahlian. Dari masing-masing bentuk partisipasi ini sudah memiliki perannya sendiri. 1) Partisipasi dalam bentuk pikiran Partisipasi dalam bentuk pikiran merupakan partisipasi dimana masyarakat memberikan sebuah ide, saran, maupun pendapat dengan tujuan untuk pengembangan program kegiatan desa wisata. Namun yang terjadi di Desa Wisata Kebonagung, partisipasi dalam bentuk pikiran belum dilakukan oleh masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Masyarakat disini dalam pemberian ide belum ada jadi ya kalau partisipasi dalam bentuk pikiran dari masyarakat sini belum diberikan. Contohnya saja setiap kami melakukan evaluasi setelah kegiatan, kebanyakan masyarakat hanya mendengarkan saja mbak. Jadi masih sedikit kritik atau saran yang kami dapatkan dari masyarakat. Mereka masih enggan berbicara mbak kepada kami.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Untuk saya atau masyarakat lain memang tidak pernah mbak ikut dalam rapat atau kegiatan apa yang membahas untuk Desa Wisata
105
Kebonagung mbak, ya karena dari segi pendidikan saya aja juga tidak terlalu tinggi jadi pemahaman saya masih kurang mbak. Jadi kalau memberikan ide saya belum mbak. Tapi kalau untuk pelaksanaaan membantu ikut mbak selagi saya bisa.” Data wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Selama ini masyarakat Desa Kebonagung belum memberikan ide maupun
kritik
dan
saran
dalam
pengembangan
desa
wisata.
Masyarakatnya sendiri masih enggan untuk menyampaikan pendapat. Padahal pendapat, kritik, maupun saran dari masyarakat juga menjadi hal penting sebagai salah satu bentuk partisipasi dari masyarakat. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Wisata Kebonagung, yang mengatakan bahwa : “Jadi gini ya mbak, masyarakat kami masih enggan mbak. Masih malu-mau mbak untuk ngomong. Masih kurang memiliki rasa percaya diri mbak. Tapi kalau membantu melayani ataupun kerja bakti dan kegiatan lain masyarakat kami siap untuk melakukan mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kebonagung belum mau memeberikan masukan ke pengurus Desa Wisata Kebonagung, sehingga masih pengurus saja yang memikirkan seluruh kegiatan desa wisata. Padahal sebuah masukan dari masyarakat ini walaupun kecil akan sangat membantu keberlangsungan pengembangan desa wisata namun masyarakat masih enggan untuk melakukan hal tersebut.Masyarakat menganggap bahwa diri mereka tidak memiliki kemampuan mengenai desa wisata sehingga mereka sudah merasa minder terlebih dahulu.
106
2) Partisipasi dalam bentuk tenaga Partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga yang masyarakat miliki untuk membantu dalam berjalannya suatu program kegiatan. Seluruh lapisan masyarakat Desa Kebonagung telah siap tenaganya untuk membantu seluruh kegiatan yang ada. Seperti yang disampaikan oleh Bapak “DY”, bahwa : “Menurut saya, masyarakat sini memang partisipasi yang dilakukan dalam bentu tenaga tersebut mbak. Hal tersebut saya lihat dari kesigapan masyarakat dimana mereka bersedia jika ada tamu dadakan. Semua kegiatan juga memerlukan tenaga dari masyarakat kami sendiri mbak. Pengurus maupun POKDARWIS hanya mengarahkan saja mbak ke tamu. Misalnya saja ketika tamu meminta untuk diajari kesenian gejog lesung, pasti nanti kami arahkan ke masyarakat yang dapat bermain gejog lesung, tamu minta diajari memasak apem nanti kami arahkan ke Pak Bachroni yang punya keahlian membuat apem dan sebagainya mbak. Contoh kecilnya seperti itu mbak. Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB. Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay, yaitu : “Kalau dalam bentuk pikiran belum saya lakukan mbak. namun dalam bentuk tenaga sudah dilakukan mbak. Kan sewaktu tamu menginap di gubuk saya yang melayani mereka ya saya dan keluarga mbak. Tenaga itu yang bisa kami berikan mbak. Masyarakat lain juga kaya gitu mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga yang diberikan untuk kegiatan pengembangan desa wisata sudah baik. Masyarakat Desa Kebonagung siap ketika mereka diminta untuk membantu memberikan tenaganya
dalam
kegiatan
pengembangan
desa
wisata
sehingga
keseluruhan kegiatan Desa Wisata dapat berjalan dengan baik. Hal ini
107
dipertegas oleh Bapak “BC” selaku
ketua Desa Wisata Kebonagung,
yakni : “Masyarakat sini partisipasinya dalam bentuk tenaga mbak. Yang setiap tenaga atau jerih payah masyarakat kami selalu kami beri jasa yang sepadan mbak, jadi tidak ada masyarakat kami yang merasa dirugikan mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.0012.00 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi yang terjadi di masyarakat Desa Wisata Kebonagung adalah berupa tenaga yang dimiliki oleh masyarakat untuk membantu seluruh kegiatan yang ada. Partisipasi dalam bentuk tenaga dari masyarakat ini merupakan wujud nyata dimana masyarakat ikut andil besar dalam kegiatan yang ada. Desa wisata akan dapat berjalan jika masyarakat mau terjun langsung membantu melayani wisatawan atau tamu yang datang. Dan di Desa Kebonagung ini masyarakat siap kapanpun untuk membantu karena masyarakat juga hanya memiliki tenaga yang dapat diberikan ke desa wisata ini. 3) Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa ide, gagasan, saran, pendapat, serta tenaga yang dimiliki untuk membantu program kegiatan yang ada. Jika di sebuah desa wisata partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga ini dapat selalu dilaksanakan pasti sebuah desa wisata tidak akan tergusur dengan desa wisata lain. Untuk masyarakat Desa Kebonagung sendiri, taraf partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga masih belum ada. Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenga tersebut dilakukan masih dari
108
pengurus desa wisata saja. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Iya mbak. Kalau dalam bentuk pikiran dan tenaga masih dari pengurus dan POKDARWIS sendiri mbak. Masyarakat sini masih sungkan mbak ikut memberikan sumbangan pikiran kepada kami mbak, jadi ya dalam pembuatan keputusan masih dilakukan sendiri mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Seperti
yang diungkapkan
juga
oleh
Bapak
“DL”
selaku
POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Memang desa wisata kami masih terbatas dalam memberikan pikiran sekaligus tenaganya mbak. Jadi terkadang sulit mbak kalau mau membuat kegiatan untuk pengembangan mbak. Masyarakat sini masih dalam bentuk tenaga saja mbak keikutsertaannya mbak. Jadi kalau hanya dari pengurus saja yang berpikir nanti kalau tidak bisa sepaham dengan masyarakat juga akan sulit mbak koordinasinya.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Sebagaiman yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa partisipasi dalam bentuk pikiran sekaligus tenaga masih belum dilakukan di Desa Wisata Kebonagung. Masyarakat masih mengikuti apa yang pengurus minta, sehingga masyarakat tidak berkeinginan untuk memberikan sumbangan ide maupun saran untuk pengembangan desa wisata. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak “GN” selaku masyarakat Desa Kebonagung, yakni : “Belum mbak. Saya belum pernah kalau untuk berpartisipasi dalam pikiran dan tenaga mbak. Sebatas dalam bentuk tenaga saja mbak yang saya lakukan. Soalnya pendidikan saya juga cuma tamatan SMP saja.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kebonagung partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga belum berjalan. Masih dari pengurus saja partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga
109
tersebut. Hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat Desa Wisata Kebonagung baru sebatas berpartisipasi dalam bentuk tenaga saja dan mereka menganggap bahwa mereka tidak mengetahui tentang desa wisata secara lebih mendalam. 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa suatu kemampuan keahlian yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam program kegiatan yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat tersbut. Partisipasi dalam bentuk ini juga masih minim dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Partisipasi dalam bentuk keahlian juga dilakukan mbak tapi ya tapi masih seadanya saja mbak, karna masyarakat kami juga punya bidang masing-masing mbak. Contonya Pak Dalhari ini bisa batik, buat kerajinan jadi ketika ada tamu dan meminta untuk diajari membatik atau membuat kerajinan ya sama Pak Dalhari ini mbak. Masyarakat lain belum bisa kalau diminta menangani hal ini mbak, soalnya juga masyarakat sudah punya keterampilan masing-masing to mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Setiap masyarakat kami sudah memiliki keterampilannya masingmasing, jadi ketika wisatawan meminta untuk kegiatan a misalnya pasti nanti kami berikan ke masyarakat yang memiliki keterampilan tersebut. Tapi untuk secara keseluruhan untuk hal-hal yang pada umumnya dapat dilakukan, masyarakat secara langsung sangat andil dalam kegiatan desa wisata dengan memberikan tenaga mereka.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam partisipasi dengan bentuk keahlian ini sebenarnya masih dangat minim dilakukan
110
oleh masyarakat Desa Kebonagung, karena setiap orang tentunya memiliki keterampilan masing-masing dan masyarakat yang memiliki keterampialan lebih dan berani memunculkannya itu yang akan memiliki peluang besar dibanding dengan masyarakat lain. Jadi dari beberapa pernyataan di atas mengenai bentuk partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa yang terjadi di masyarakat Desa Kebonagung bentuk partisipasi yang mereka lakukan adalah dalam bentuk tenaga, dimana masyarakat Desa Kebonagung siap memberikan tenaga yang dimilikinya untuk membantu seluruh kegiatan desa wisata. Tidak mengenal tua, muda, laki-laki, perempuan. Jika mereka dimintai tolong untuk membantu mereka siap memberikan bantuan. Bentuk pasrtisipasi ini selaras dengan partisipasi dalam pelaksanaan, karena masyarakat Desa Kebonagung dalam pelaksanaan kegiatan mereka yang terjun langsung melayani tamu atau wisatawan tersebut, dengan tenaga mereka lah tamu atau wisatawan tersebut dapat merasakan wisata sesuai dengan keinginannya sehingga ada kekompakan dan kerukunan di Desa Kebonagung ini dan tamu yang berkunjung disini merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. 4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung a. Faktor Pendukung Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung
111
Partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan
Desa
Wisata
Kebonagung tidak lepas dari faktor pendukung yang ada untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan yang dilakukan. Faktor pendukung tersebut sangat berpengaruh dalam setiap kegiatan atau aktivitas pengembangan desa wisata. Dari adanya faktor pendukung tersebut memberikan dampak yang nayata yang diterima oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pengurus desa wisata, POKDARWIS, pemilik homestay, tokoh masyarakat dan masyarakat di Desa Wisata Kebonagung terdapat faktor pendukung yang menunjang partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata, diantaranya adalah : Pertama, kepedulian masyarakat. Masyarakat Desa Kebonagung memiliki rasa antusias yang tinggi untuk dapat mengikuti kegaiatan yang dilaksanakan. Pengembangan desa wisata tidak akan pernah terlepas dari partisipasi masyarakat sekitar untuk menunjang kelancaran dan kesuksesan setiap kegiatan yang berjalan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Wah mbak, saya senang kalau kedatangan tamu gitu mbak. Kalau pas lama nggak ada tamu gitu saya sering tanya ke pak dal, pak kok belum ada tamu lagi sih.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 14.30-16.00 WIB Senada dengan hal tersebut diperkuat oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung mengatakan bahwa :
112
“Disini itu masyarakat sangat antusias mbak, senang kalau melihat ada tamu datang. Apalagi ibu-ibu mbak. Nanti ibu-ibu lalu berlomba untuk membuat masakan yang nantinya akan dipasarkan ke tamu mbak. Masyarakat juga dapat menerapkan kenyamanan ketika ada wisatawan mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat menjadi faktor terpenting dalam pengembangan sebuah desa wisata. Apalagi masyarakat dapat menciptakan rasa aman, nyaman dan dapat mengamalkan SAPTA PESONA yang ada. Kedua, rasa optimis dan semangat. Rasa optimis dan semangat ini dimiliki oleh pengurus dan masyarakat dalam kegiatan desa wisata. Pengurus memiliki rasa optimis untuk tetap mengembangkan desa wisata akan mendukung juga masyarakat agar juga mau semangat untuk mengembangkan desa wisata. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Keluarga kami selalu siap ketika menerima tamu mbak, dan selalu kami berikan pelayanan terbaik agar tamu tidak kecewa.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB Hal tersebut diperkuat oleh Bapak “BC” selaku ketua Desa Wisata Kebonagung, yakni : “Selama jadi ketua disini saya percayakan kepada pengurus atau teman-teman saya mbak. Disini kami selalu menciptakan suasana terbuka entah dengan POKDARWIS, pengurus lain maupun ke masyarakat mbak. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan mempunyai rasa memiliki jadi dapat mendorong kemajuan desa wisata ini mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.0012.00 WIB Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasa optimis dan semangat perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat dan pengurus agar
113
masyarakat dan pengurus yakin bahwa dengan adanya kegiatan desa wisata ini dapat menimbulkan dampak positif yang memberdayakan masyarakatnya. Ketiga, adanya potensi desa yang dapat dimanfaatkan. Dengan adanya segala potensi Desa Wisata Kebonagung yang dapat dimanfaatkan ini nanti segala kegiatan untuk pengembangan tidak akan sia-sia. Seperti yang
diungkapkan
oleh
Bapak
“GN”
selaku
masyarakat
Desa
Kebonagung, mengatakan bahwa : “Desa saya ini memiliki banyak potensi mbak, dari pertanian sebagai potensi utama dalam kegiatan desa wisata disini mbak, selain itu juga kuliner, kesenian langsung ada di masyarakat desa kami mbak.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 10.00-11.00 WIB Hal tersebut diperkuat oleh Bapak “NG” selaku tokoh masyarakat Desa Kebonagung, yaitu : “Wisatawan yang datang kesini dapat belajar bertani seperti ngluku, nggaru, tandur mbak. Kuliner juga ada mbak membuat apem, geplak. Pokoknya semua yang ada di desa ini dapat kami jual kami tawarkan ke wisatawan mbak, tinggal mereka mau nya apa mbak.” Data Wawancara 17 Januari 2017 pukul 13.00-14.30 WIB Potensi yang ada di Desa Wisata Kebonagung ini merupakan potensi yang selalu bisa untuk dikembangkan agar dapat memajukan desa wisata. Segala potensi yang ada dan dapat untung dikembangkan seperti kehidupan masyarakat yang rukun serta dapat berinteraksi dengan wisatawan adalah sisi tambah untuk desa wisata ini, selain itu ada kesenian yang berupa gejog lesung, jathilan, tradisi genduri, dan tentunya potensi
114
utama yaitu alam yang berupa area persawahan untuk kegiatan pertanian sebagai produk unggulan dari desa wisata ini. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung adalah kepedulian masyarakat, rasa optimis dan semangat, dan potensi desa yang dapat dimanfaatkan. b. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Dalam kegiatan pengembangan desa wisata tidak juga selalu dapat berjalan
dengan
baik.
Terkadang
partisipasi
masyarakat
dalam
keikutsertaan kegiatan juga masih terdapat hambatan. Tidak jarang karena hambatan tersebut pengembangan tidak dapat dilakukan sehingga membuat desa wisata tersebut berjalan mundur dan hilang karena kalah dengan desa wisata yang baru. Untuk itu perlunya koreksi baik dari pengurus desa wisata, POKDARWIS maupun masyarakat di Desa Kebonagung. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan pengurus desa wisata, POKDARWIS, pemilik homestay, tokoh masyarakat, dan masyarakat sendiri terdapat beberapa kendala yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung antara lain Pertama, minim pendanaan. Dalam setiap kegiatan, selain subjek yang menjadi faktor utama, faktor pendukung laiinya yaitu dari pendanaan. Namun jika faktor pendukung tersebut tidak ada, akan menjadi
115
faktor penhambat karena disetiap kegiatan pendanaan itu merupakan hal terpentik agar seluruh kegiatan dapat berjalan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak “BC” selaku ketua POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, bahwa : “Belum pernah mendapat dana tahunan. Secara mandiri pendanaan desa wisata ini mbak, dan ya minim mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Minim mbak dana di desa wisata ini. Ada dana juga dari ketika ada wisatawan mbak, kalaupun tidak ada wisatawan yang tidak ada dana yang masuk mbak. Dulu pernah ada sistem kas mbak tapi ya sering dipinjam ke oknum yang tidak bertanggungjawab jadi sistem kas tersebut ditiadakan mbak.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Sebuah kegiatan pengembangan itu selalu memerlukan dana, terlebih untuk mengembangkan sebuah desa wisata. Tentunya memerlukan biaya yang besar agar segala kegiatan untuk menunjang keberlangsungan dan kemajuan desa wisata tersebut dapat dijalankan. Walaupun sudah banyak masyarakat yang terjun dalam kegiatan, namun jika biaya untuk memnuhi kegiatan tersebut tidak ada tentunya akan menjadikan masalah. Pasti masalah dalam pendanaan tidak hanya dialami di Desa Wisata Kebonagung saja, pasti di desa wisata lain awalnya juga terkendala pada pendanaan. Minimnya pendanaan tersebut akan menjadi masalah yang tidak terselesaikan apabila pengurus tidak bergerak atau tergugah kembali untuk berpikir bagaimana akan mendapatkan dana untuk dapat
116
menjalankan kegiatan pengembangan untuk kemajuaan desa wisata sendiri. Kedua, kurang ada partisipasi pemerintah desa. Selain masyarakat, partisipasi pemerintah desa itu sangat penting untuk dapat mendukung keberlangsungan sebuah desa wisata. Namun yang terjadi di Desa Wisata Kebonagung, partisipasi pemerintah desa kurang didapatkan. Seiiring dengan
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
bapak
“DL”
selaku
POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Pemerintah desa sini kurang ikut berperan mbak. Mungkin yak karena kekosongan kepala desa, jadi dari pemerintah desa belum ikut untuk menanganinya mbak. Semoga saja setelah pergantian kepala desa ini akan menjadi lebih baik mbak.” Data Wawancara 14 Januari 2017 pukul 12.00-14.00 WIB Hal ini diperkuat oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung, yaitu : “Dulu awal pembentukan desa wisata disini lurah lama semangat untuk membangun dan mengembangkan desa wisata mbak, tapi sekarang sudah tidak ada tindak lanjtnya mbak setelah berakhirnya jabatan lurah lama tersebut.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 10.00-12.00 WIB Padahal pemerintah desa sendiri pastinya tidak akan secara langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan partisipasi. Pasti mereka juga akan menyuruh bawahannya. Selain itu pula pemerintah desa bisa juga hanya membantu dalam mempromosikan Desa Wisata Kebonagung ini, namun juga tidak pernah dilakukan. Kesadaran yang ada dalam pemerintah desa mengenai desa wisata ini masih perlu untuk ditumbuhkan agar
117
mereka dapat tersadar bahwa dari dijadikannya sebuah desa wisata ini masyarakatnya memperoleh banyak manfaat. Ketiga, kurang ada regenerasi. Faktor penghambat lain yang ada di Desa Wisata Kebonagung ini adalah kurangnya regenerasi. Regenerasi dari pengurus sekarang yang sudah tua ke pengurus baru itu belum ada. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh Bapak “SG” selaku pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung, yang mengutarakan bahwa : “Kurang terlibatnya pemuda selama ini mbak dalam kegiatan. Masyarakat yang ikut berpartisipasi ya dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak yang membantu kegiatan mbak. Untuk pemuda sampai saat ini masih sangat kecil keterlibatannya.” Data Wawancara 21 Januari 2017 pukul 11.00-12.30 WIB Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung”, yakni : “Faktor penghambatnya ya disini belum ada regenerasi ke pemuda sini mbak. Pemuda sini masih dalam usia belajar mbak, sifat malu dalam diri pemuda juga tinggi mbak sehingga mungkin mereka belum percaya diri.” Data Wawancara 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB Padahal sebuah tempat yang sudah dijadikan desa wisata sampai kapanpun jika orang mencari alamat tersebut pasti mengenalnya dengan sebuah desa wisata, kalau regenerasi sampai saat ini belum ada padahal untuk pengurus dan POKDARWIS yang ada sudah tua-tua nanti kedepannya Desa Wisata Kebonagung ini dapat tersingkir dengan desa wisata lain. Jadi perlunya menyadarkan masyarakat terlebih pemuda agar mau ikut andil berpartisipasi dalam kegiatan desa wisata ini agar dapat selalu bertahan ditengah maraknya wisata baru yang banyak saat ini.
118
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung adalah minim pendanaan, kurang ada partisipasi pemerintah desa, dan kurang ada regenerasi. B. Pembahasan 1. Kegiatan Pengembangan Desa Wiasata Kebonagung a. Obyek dan daya tarik wisata Sebagaimana bentuk kegiatan pengembangan desa wisata yang dijelaskan oleh Gamal Suwantoro yakni umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan pada (1) adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih (2) adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat megunjunginya (3) adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka (4) adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir (5) objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, pantai, pasir, hutan dan sebagainya (6) obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai leluhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Kegiatan pengembangan objek dan daya tarik wisata Desa Kebonagung
sebagaimana
yang
telah
dirangkum
peneliti
dalam
wawancara dan dokumentasi, pada dasarnya Desa Wisata Kebonagung ini memiliki objek wisata dan daya tarik alam dimana Desa Kebonagung ini
119
dilewati alur sungai Oya dan dari hal tersebut di bentuknya bendung Tegal dimana bendung Tegal ini digunakan masyarakat sebagai lahan untuk mencari nafkah dengan menambang pasir. Selain itu objek wisata dan daya tarik desa wisata ini hanya berupa pemandangan alam yang masih khas dengan kehidupan pedesaan dimana masih banyaknya area persawahan di Desa Kebonagung. Sebagaimana yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa terdapat kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik
Desa Wisata
Kebonagung agar dapat untuk tetap mempertahankan dan menarik minat para wisatawan untuk mengujungi Desa Wisata Kebonagung ini. Kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik ini berupa dengan dibuatnya sebuah spot untuk berfoto di sekitar bendung Tegal seperti spot foto yang banyak terdapat di desa wisata atau tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Bantul ini. Selain kegiatan pengembangan objek wisata dan daya tarik tersebut, terdapat kegiatan pengembangan lain dalam objek wisata yaitu pembuatan papan-papan petunjuk, bak sampah dari karung, gapura, dsb dengan menggunakan bahan dari alam yang sesuai dengan ciri khas kehidupan pedesaan di Desa Wisata Kebonagung. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, di Desa Wisata Kebongaung terdapat gapura dari bambu yang telah dibuat namun sampai saat ini dalam pengerjaannya masih belum sempurna, gapura tersebut berada di depan jalan masuk utama Desa Wisata Kebonagung.
120
Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan oleh beberapa subjek penelitian dan pengamatan dari peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Desa Wisata Kebonagung memiliki kegiatan pengembangan dari segi objek wisata dan daya tariknya yaitu dibuatnya : 1) Spot untuk berfoto di atas bendung Tegal sehingga nantinya akan banyak para pemuda-pemudi yang berkunjung seperti halnya mereka mengunjungi tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Bantul. 2) Pembuatan taman di lahan kosong di sekitar bendung Tegal, pembuatan taman ini juga menjadi salah satu kegiatan pengembangan yang dilakukan dan nanti setelah adanya taman ini juga sebagai daya tarik wisatawan yang datang yang dapat mereka nikmati selain itu juga dapat digunakan sebagai tempat untuk outbound dan flying fox yang berada di dekat bendung Tegal. 3) Pembuatan papan-papan petunjuk, gapura, dsb. Pembuatan gapura, papan-papan petunjuk dsb juga dapat sebagai penunjang objek wisata dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung dan agar lebih kental lagi dengan suasana kehidupan pedesaan yang masih ada disana. b. Prasarana wisata Menurut Gamal Suwantoro prasarana wisata berarti sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
121
Untuk kegiatan pengembangan dari segi prasarana wisata Desa Wisata Kebonagung sebagaimana yang telah dirangkum peneliti dalam wawancara dan dokumentasi, pada dasarnya Desa Wisata Kebonagung ini memiliki prasarana wisata yang baik dilihat dari akses jalan, listrik, air, telekomunikasi yang sudah ada di Desa Wisata Kebonagung. Akses jalan menuju Desa Wisata Kebonagung sudah merupakan jalan aspal, hanya saja untuk masuk ke tiap-tiap dusun masih ada juga yang belum di aspal atau masih berupa jalan setapak. Untuk listrik juga sudah tersedia baik, hampir setiap rumah sudah dapat di aliri listrik, kabel telekomunikasi dan sinyal juga sudah tersedia. Ketersediaan air juga masih murni dari air tanah yang dibuat sumur sehingga masih jernih. Sebagaimana
yang
telah
dikutip
oleh
peneliti,
bahwa
pengembangan prasarana wisata di Desa Wisata Kebonagung masih jarang karena dilihat dari akses jalan utama ataupun jalan masuk Desa Kebonagung sudah jalan aspal karena juga sering dilalui truk atau bis jadi biasanya dari pemerintah jika akan mengembangkan jalan. Hanya saja di jalan-jalan kecil atau gang-gang yang ada di setiap dusun di Desa Kebonagung yang sekiranya sudak rusak diperbaiki oleh masyarakat per dusun atau per RT dan dananya juga secara dipikul bersama. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa untuk akses dari jalan raya yang masuk ke jalan utama Desa Wisata Kebonagung sudah berupa jalan aspal semua, jalan-jalan kecil maupun gang juga untuk dapat untuk dilewati kendaraan roda empat.
122
Selain dari segi prasarana wisata yang berupa jalan. listrik, air, telekomunikasi yang ada dan sudah di Desa Wisata Kebonagung ini, yang kini masih menjadi pembahasan yakni mengenai prasarana untuk lahan parkir. Setiap wisatawan yang datang apalagi dengan menggunakan busbus pariwisata masih terparkir dipinggir sisi kiri ataupun kanan di jalan utama Desa Kebonagung sehingga kurang enak jika dilihat. Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk kegiatan pengembangan prasarana wisata Desa Wisata Kebonagung masih minim hal untuk proses pembuatan lahan parkir agar wisatawan yang berkunjung dapat memakirkan kendaraannya di satu tempat yang tentunya aman. Sedangkan untuk prasarana lain sudah baik dan mencukupi untuk aktivitas wisatawan yang datang. Akses jalan utamanya pun masih sangat baik sudah beraspal, listrik, air, dan jaringan seluler juga disetiap rumah tersedia. c. Sarana wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Misalnya hotel atau penginapan, biro perjalanan, alat transportasi, rumah makan, dan restoran serta sarana pendukung lainnya (Gamal Suwantoro, 2004: 19-24). Berikut sarana wisata yang ada di Desa Wisata Kebonagung : Homestay, yang terdiri dari ± 52 homestay yang merupakan milik masyarakat Desa Kebonagung sendiri, alat transportasi, dan catering makanan.
123
Sebagaimana yang telah dikutip peneliti dari hasil wawancara, dimana untuk pengembangan sarana wisata homestay sendiri dilakukan masyarakat sendiri secara individu. Dengan perbaikan yang dilakukan dari pemilik homestay untuk membuat lebih bagus dan lebih nyaman itu juga menjadi daya saing bagi masyarakat. Dimana bagi pemilik homestay yang homestay nya sudah lebih menarik untuk wisatawan tentunya akan dilirik oleh penggurus ketika kedatangan tamu. Selain dari homestay juga terdapat kegiatan pengembangan sarana alat transportasi yang dimiliki. Sarana alat transportasi di Desa Wisata Kebonagung hanya ada sepeda karena wisatawan yang kebanyakan datang dari kota maupun mancanegara dimana mereka jarang memakai sepeda atau bahkan ada yang tidak bisa. Sepeda ini juga wisatawan gunakan ketika mereka ingin berkunjung ke makam raja-raja Imogiri. Untuk kegiatan pengembangan sarana alat transportasi sejauh ini masih dalam merawat dan memperbaiki ketika kerusakan saja. Pengembangan sarana yang lain yang dilakukan yakni dalam catering makanan. Dimana catering makanan wisatawan ini diserahkan langsung ke ibu-ibu Desa Kebonagung. Dalam pengembangan catering makanan ini sudah dibantu oleh LSM Agung Tirtawening dan Daya Annisa, jadi kelompok ibu-ibu tersebut diberikan pelatihan memasak dimana dari hasil yang di dapatkan nantinya akan di petik sendiri manfaatnya oleh ibu-ibu tersebut. Namun terkadang ibu-ibu masih malu untuk menawarkan hasil masakan yang telah
124
dibuatnya sehingga ibu-ibu masih meminta tolong pengurus atau POKDARWIS untuk menawarkan ke wisatawan. Kegiatan
pengembangan
sarana
wisata
di
Desa
Wisata
Kebonagung meliputi kegiatan pengembangan sarana homestay, alat transortasi, dan catering makanan. Walaupun tidak mendapatkan dana dari pemerintah, masyarakat maupun pengurus desa wisata serta POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung tetap melakukan kegiatan pengembangan yang di danai dengan uang masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ikut andil dalam kegiatan pengembangan desa wisata ini, karena mereka telah memiliki kesadaran akan mendapatkan manfaat ketika ada wisatawan yang datang ke Desa Kebonagung untuk berwisata. d. Tata laksana/infrastruktur Sebagaimana yang telah diuraikan dalam kajian teori, Gamal Suwantoro (2004: 19-24) menyatakan bahwa infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah, sumber listrik dan energy, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, dan sistem keamanan atau pengawasan. Tata laksana atau infrastuktur di Desa Wisata Kebonagung ini sendiri semua dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kebonagung, karena pada dasarnya di desa wisata ini semua paket wisata sesuai dengan kehidupan masyarakat desa sehingga untuk kegiatan pengembangan tata
125
laksana atau infrastruktur ini juga dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung baik dari secara individu atau secara bersama-sama disesuaikan dari kebutuhannya. Dalam kegiatan pengembangan tata laksana atau infrastruktur dari penyediaan air bersih dan listrik ini dilakukan oleh para pemilik homestay jadi untuk setiap homestay yang airnya kadang ada gangguan langsung diperbaiki oleh pemiliknya. Listrik juga, kalau kebutuhan tenaga listrik banyak pemilik homestay tentunya langsung berpikir untuk menambahkan daya atau tegangan listrik di rumahnya. Tentunya itu sebagai salah satu hal yang dilakukan masyrakat agar dapat menunjang kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung ini dan juga untuk melayani wisatawan akan dapat maksimal. Selain kegiatan pengembangan infrastruktur penyediaan air bersih dan listrik yang dilakukan oleh pemilik homestay terdapat juga kegiatan pengembangan dalam sistem keamanan yang selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung. Sistem keamanan dan pengawasan di Desa Wisata Kebonagung sudah selalu dilakukan oleh masyarakat. Baik ketika ada wisatawan ataupun tidak masyarakat tetap menjaga keamanan Desa Kebonagung, yaitu dengan adanya ronda keliling yang dilakukan bapak-bapak ini akan menjaga keadaaan lingkungan menjadi aman. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh wisatawan.
126
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan tata laksana atau infrastruktrur juga dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung, baik secara mandiri maupun bersama. Untuk kegiatan pengembangan infrastruktur
yang bersifat mandiri
tersebut berupa penyediaan sumber listrik, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dsb karena masyarakat ingin memberikan pelayanan terbaik untuk wisatawan yang datang. Sedangkan untuk sistem kemanan dan pengawasan di Desa Wisata Kebonagung dengan adanya ronda keliling yang dilakukan setiap malam oleh bapak-bapak dan ketika ada wisatawan, pengamanan mereka lebih ketat dengan dibantu langsung oleh pengurus desa wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung sendiri agar dapat tercipta kenyamanan dan keamanan untuk para wisatawan. e. Masyarakat/Lingkungan Sebagaimana telah dijelaskan oleh Gamal Suwantoro (2004: 1924), pengembangan desa wisata tidak terlepas dari masyarakat atau lingkungan, terdapat tiga faktor di dalamnya yaitu dari masyarakat disekitar objek wisata, lingkungan yang berupa lingkungan alam di sekitar objek wisata dan budaya yang ada di masyarakat dalam lingkungan wisata. Di Desa Wisata Kebonagung ini telah memiliki ketiga faktor untuk pengembangan desa wisata yang dilihat dari segi masyarakat atau lingkungan. Pada dasarnya wisata yang ditawarkan di desa wisata ini adalah dari kehidupan dan budaya yang ada di Desa Kebonagung. Hanya saja perlu penambahan kegiatan untuk pengamalan SAPTA PESONA lagi
127
agar masyarakat tetap dapat menjaga ciri khas dari Desa Wisata Kebonagung. Kegiatan untuk selalu mengamalkan SAPTA PESONA yang dilakukan masyarakat Desa Kebonagung ini juga selalu diingatkan oleh tokoh masyarakat maupun pengurus desa wisata dan POKDARWIS setiap ada pertemuan di kampung merupakan salah satu cara yang dilakukan agar masyarakat tetap menjaga keaslian desa wisata ini. Karena jika di suatu desa wisata telah meraih SAPTA PESONA ini mereka tidak dapat melakukan penerapan dalam sehari-hari tentunya akan mempengaruhi wisatawan yang berkunjung, terlebih di Desa Wisata Kebonagung ini ke khasannya terletak pada pertanian dan kehidupan masyarakat desa. Selain tetap selalu mengamalkan SAPTA PESONA, masyarkat juga tetap menjaga budaya yang telah lama tinggal dan dilakukakn di Desa Kebonagung ini. Sebagaimana yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa selain pengamalan SAPTA PESONA juga terdapat usaha yang dilakukan untuk mengembangkan Desa Kebonagung ini agar tetap menjadi desa wisata dengan tetap mempertahankan dan melakukan tradisi yang telah ada sejak zaman nenek moyang. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan dari segi masyarakat atau lingkungan di Desa Wisata Kebonagung ini yaitu tetap mengamalkan SAPTA PESONA dengan selalu mengingatkan masyarakat ketika dalam pertemuan yang
128
dilakukan maupun ketika sedang kumpul-kumpul yang dilakukan oleh pengurus
desa
wisata
maupun
POKDARWIS.
Selain
itu
juga
mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga dengan baik tradisi yang ada di masyarakat Desa Kebonagung. Hal tersebut merupakan aset penting dalam keberlanjutan penunjang kegiatan pengembangan desa wisata ini. Dari kelima segi kegiatan pengembangan desa wisata, yang paling penting untuk tetap ada yaitu dari tetap terjaganya keharmonisan kehidupan masyarakat Desa Kebonagung karena jika dari masyarakat tidak mau diajak untuk ikut serta membangunnya Desa Wisata Kebonagung tidak akan dapat berdiri dan bertahan selama ini. 2. Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan
Desa
Wisata
Kebonagung a. Macam Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Dari berbagai kegiatan pengembangan yang dilakukan tersebut, tentunya tidak terlepas dari partisipasi masyarakat sebagai salah satu hal terpenting di desa wisata ini. partisipasi masyarakat menurut Cohen dan Uphoff dalam Siti Irene Astuti Dwiningrum (2015:61-62) adalah : 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama.
129
Partisipasi masyarakat Desa Kebonagung dalam pengambilan keputusan terkait segala kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan desa wisata tidak melibatkan masyarakat secara langsung. Pengambilan keputusan tersebut hanya dilakukan oleh pengurus yang benar-benar aktif terjun dalam aktivitas dalam Desa Wisata Kebonagung. Sebagaimana
yang dikutip oleh peneliti, bahwa partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan ini belum diikutsertakan sehingga
masyarakat
tidak
tahu
menahu
mengenai
bagaimana
perkembangan dan sejauh mana desanya menjadi sebuah desa wisata. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan belum diikutsertakan oleh pengurus Desa Wisata Kebonagung. Padahal sebenarnya masyarakat menjadi bagian terpenting karena dapat menjadi desa wisata tentunya mendapat dukungan dari masyarakat itu sendiri, sehingga dari awalnya proses pengambilan keputusan entah itu hal kecil atau hal besar masyarakat harus ikut andil di dalamnya sehingga nanti akan terjalin kerjasama yang lebih baik lagi yang tentunya juga akan berdampak positif untuk desa wisata maupun masyarakat Desa Kebonagung yang akan menerimanya. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan. Partisipasi masyarakat
130
dalam pelaksanaan sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat Desa Kebonagung. Seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di Desa Wisata Kebonagung masyarakat sendiri yang menangani tentunya. Tidak ada kegiatan entah itu dalam melayani paket wisata ataupun pengembangan yang tidak melibatkan masyarakat. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah desa wisata akan sukses jika seluruh masyarakat itu ikut mendukung dan melaksanakan segala kegiatan wisata yang ada, baik dalam pelayanan ke wisatawan maupun dalam kegiatan pengembangan yang dilakukan. Karena masyarakat menjadi potensi terbesar untuk dapat berkontribusi dalam setiap pelaksanaan kegaiatan tersebut, sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk pengembangan desa wisata. 3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat ini tidak terlepas dari kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai. Dalam hal ini, ketika masyarakat secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu dalam segala kegiatan desa wisata berarti masyarakat akan mendapatkan manfaat entah itu manfaat yang berwujud atau tidak. Dalam hal ini masyarakat menggunakan keterampilan atau keahlian yang telah mereka miliki dimana dari keterampilan tersebut masyarakat akan membantu apa yang dibutuhkan wisatawan sehingga akan adanya interaksi antara wisatawan dengan masyarakat.
131
Dengan adanya manfaat yang diterima oleh masyarakat Desa Kebonagung ini mereka jadi sangat terbantu karena mereka akan dapat saling bertukar wawasan yanga mana masyarakat akan lebih dapat mengetahui perkembangan saat ini dari adanya wisatawan yang datang tersebut. Selain itu juga manfaat yang mereka terima tersebut berupa hasil financial dimana akan dapat membantu kehidupan masyarakat sendiri. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika melibatkan masyarakat dalam segala kegiatan yang ada disitu masyarakat akan mendapatkan manfaat bagi diri mereka sendiri. Masyarakat yang memiliki keterampilan lebih tersebut biasanya yang akan mendapatkan manfaat lebih besar seperti ibu-ibu kelompok gejog lesung, pemuda dan bapak-bapak yang bermain kesenian jatilan, dan ibu-ibu yang ikut kelompok masak yang dapat membuat makanan tradisional seperti geplak, wingko, peyek dsb yang dapat ditawarkan ke wisatawan yang datang berkunjung. Manfaat yang masyarakat dapatkan meliputi saling mengenal budaya dari asal para wisatawan, saling bertukar wawasan maupun pengetahuan dan manfaat yang paling dirasakan yaitu dalam hal keuntungan financial. Karena setiap hal yang dilakukan masyarakat baik hal besar atau kecil pasti selalu ada uang jasa yang diberikan untuk mereka, sehingga uang jasa tersebut dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu dengan terlibatnya seluruh masyarakat ini juga menjadi nilai tambah bahwa ternyta masyarakat dapat saling menyatu dan adanya kekompakan.
132
4) Partisipasi dalam evaluasi Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Dalam hal ini masyarakat terlibat dalam pelaksanaan program yang ada dan yang berjalan untuk mencapai tujuan awal yang telah ditetapkan. Ketika berjalannya evaluasi masyarakat juga setidaknya dilibatkan sehingga menjadi tahu apa kekurangan yang harus diperbaiki untuk kemajuan kedepannya. Evaluasi menjadi hal penting dalam segala proses atau kegiatan, dengan adanya evaluasi tersebut nantinya akan membantu segala pihak yang terlibat agar apa dalam pelayanan ke wisatawan selanjutnya menjadi lebih baik. Selain evaluasi dengan masyarakat, evaluasi dengan pengurus dan POKDARWIS juga dilakukan. Evaluasi dengan pengurus tidak dilakukan setiap hari namun, pasti selalu ada waktu untuk melakukan evaluasi bagi pengurus dan POKDARWIS. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat juga mengikuti kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh pengurus
Desa
Wisata
Kebonagung,
walaupun
evaluasi
dengan
masyarakat dilakukan ketika sehabis ada tamu. Selain itu evaluasi juga dilakukan oleh pengurus dan POKDARWIS dimana mereka akan membahas lebih rinci lagi terkait desa wisata yang nantinya juga akan dapat membuat Desa Kebonagung menjadi lebih baik. Dari hal tersebut partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini bisa masuk ke dalam dua
133
kelompok yakni secara ekstern dan secara intern. , sehingga dari kegiatan evaluasi tersebut tujuan yang telah ada dapat dijalankan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Menurut teori dari pendapat Arnstein dalam Ambar Teguh S (2004:125) membagi dalam delapan tangga atau tingkatan partisipasi, dalam teori tersebut partisipasi di Desa Wisata Kebonagung yang telah berjalan baru pada tahap tokenism dalam tingkatan informing dimana segala kegiatan yang ada di Desa Wisata Kebonagung telah rencanakan oleh pengurus saja lalu di informasikan ke masyarakat mengenai segala rencana maupun kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat tinggal melakukan apa yang telah rencanakan dari pengurus tanpa ada komunikasi umpan balik dari masyarakat ke pengurus mengenai rencana yang telah di rencanakan tersebut, sehingga partisipasi masyarakat Desa Wisata Kebonagung ini masih di dorong dari pengurus Desa Wisata Kebonagung yang menentukan segala rencana dan kegiatan yang akan dilaksanakan, masyarakat hanya digerakkan sebagai pelaksanaan saja. b. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Bentuk-bentuk partisipasi pada umumnya ada empat yaitu meliputi : partisipasi dalam bentuk pikiran, partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga, partisipasi dalam bentuk keahlian. Dari masing-masing bentuk partisipasi ini sudah memiliki perannya sendiri.
134
1) Partisipasi dalam bentuk pikiran Partisipasi dalam bentuk pikiran merupakan partisipasi dimana masyarakat memberikan sebuah ide, saran, maupun pendapat dengan tujuan untuk pengembangan program kegiatan desa wisata. Namun yang terjadi di Desa Wisata Kebonagung, partisipasi dalam bentuk pikiran belum dilakukan oleh masyarakat. Selama ini masyarakat Desa Kebonagung belum memberikan ide maupun
kritik
dan
saran
dalam
pengembangan
desa
wisata.
Masyarakatnya sendiri masih enggan untuk menyampaikan pendapat. Padahal pendapat, kritik, maupun saran dari masyarakat juga menjadi hal penting sebagai salah satu bentuk partisipasi dari masyarakat. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kebonagung belum mau memeberikan masukan ke pengurus Desa Wisata Kebonagung, sehingga masih pengurus saja yang memikirkan seluruh kegiatan desa wisata. Padahal sebuah masukan dari masyarakat ini walaupun kecil akan sangat membantu keberlangsungan pengembangan desa wisata namun masyarakat masih enggan untuk melakukan hal tersebut.Masyarakat menganggap bahwa diri mereka tidak memiliki kemampuan mengenai desa wisata sehingga mereka sudah merasa minder terlebih dahulu. 2) Partisipasi dalam bentuk tenaga Partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga yang masyarakat miliki untuk membantu dalam berjalannya suatu program
135
kegiatan. Seluruh lapisan masyarakat Desa Kebonagung telah siap tenaganya untuk membantu seluruh kegiatan yang ada. Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga yang diberikan untuk kegiatan pengembangan desa wisata sudah baik. Masyarakat Desa Kebonagung siap ketika mereka diminta untuk membantu memberikan tenaganya
dalam
kegiatan
pengembangan
desa
wisata,
sehingga
keseluruhan kegiatan Desa Wisata dapat berjalan dengan baik. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi yang terjadi di masyarakat Desa Wisata Kebonagung adalah berupa tenaga yang dimiliki oleh masyarakat untuk membantu seluruh kegiatan yang ada. Partisipasi dalam bentuk tenaga dari masyarakat ini merupakan wujud nyata dimana masyarakat ikut andil besar dalam kegiatan yang ada. Desa wisata akan dapat berjalan jika masyarakat mau terjun langsung membantu melayani wisatawan atau tamu yang datang. Dan di Desa Kebonagung ini masyarakat siap kapanpun untuk membantu karena masyarakat juga hanya memiliki tenaga yang dapat diberikan ke desa wisata ini. 3) Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa ide, gagasan, saran, pendapat, serta tenaga yang dimiliki untuk membantu program kegiatan yang ada. Jika di sebuah desa wisata partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga ini dapat selalu dilaksanakan pasti sebuah desa wisata tidak akan tergusur dengan desa wisata lain. Untuk masyarakat Desa Kebonagung sendiri, taraf partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga masih belum ada.
136
Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenga tersebut dilakukan masih dari pengurus desa wisata saja. Sebagaimana yang telah dikutip oleh peneliti, bahwa partisipasi dalam bentuk pikiran sekaligus tenaga masih belum dilakukan di Desa Wisata Kebonagung. Masyarakat masih mengikuti apa yang pengurus minta, sehingga masyarakat tidak berkeinginan untuk memberikan sumbangan ide maupun saran untuk pengembangan desa wisata. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kebonagung partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga belum berjalan. Masih dari pengurus saja partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga tersebut. Hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat Desa Wisata Kebonagung baru sebatas berpartisipasi dalam bentuk tenaga saja dan mereka menganggap bahwa mereka tidak mengetahui tentang desa wisata secara lebih mendalam. 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian Partisipasi masyarakat yang diberikan berupa suatu kemampuan keahlian yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam program kegiatan yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat tersbut. Partisipasi dalam bentuk keahlian ini juga masih minim dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam partisipasi dengan bentuk keahlian ini sebenarnya masih dangat minim dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung, karena setiap orang tentunya memiliki
137
keterampilan masing-masing dan masyarakat yang memiliki keterampialan lebih dan berani memunculkannya itu yang akan memiliki peluang besar dibanding dengan masyarakat lain. Jadi dari beberapa pernyataan di atas mengenai bentuk partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa yang terjadi di masyarakat Desa Kebonagung bentuk partisipasi yang mereka lakukan adalah dalam bentuk tenaga, dimana masyarakat Desa Kebonagung siap memberikan tenaga yang dimilikinya untuk membantu seluruh kegiatan desa wisata. Tidak mengenal tua, muda, laki-laki, perempuan. Jika mereka dimintai tolong untuk membantu mereka siap memberikan bantuan. Bentuk pasrtisipasi ini selaras dengan partisipasi dalam pelaksanaan, karena masyarakat Desa Kebonagung dalam pelaksanaan kegiatan mereka yang terjun langsung melayani tamu atau wisatawan tersebut membantu dalam kegiatan pengembangan yang dilakukan, dengan tenaga mereka lah tamu atau wisatawan tersebut dapat merasakan wisata sesuai dengan keinginannya sehingga ada kekompakan dan kerukunan di Desa Kebonagung ini dan tamu yang berkunjung disini merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Dalam bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung, pada level bottom-up dimana segala kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam melayani dan membantu kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung ini
dengan memaksimalkan partisipasi dari
masyarakat Desa Kebonagung dengan memaksimalkan partisipasi
138
masyarakat ini diharapkan dapat mendorong proses pembangunan dan dapat menghilangkan anggapan sebagai desa tertinggal untuk Desa Kebonagung sendiri. Dalam hal ini masyarakat sebagai pelaku pembangunan
untuk
meningkatkan
kehidupan
masyarakat
Desa
Kebonagung dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung namun tetap dengan di dorong oleh aktor dari pengurus Desa Wisata Kebonagung karena masih ada rasa minder dalam diri masyarakat dengan kemampuan yang dimilikinya. 3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung a. Faktor Pendukung Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan
Desa
Wisata
Kebonagung tidak lepas dari faktor pendukung yang ada untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan yang dilakukan. Faktor pendukung tersebut sangat berpengaruh dalam setiap kegiatan atau aktivitas pengembangan desa wisata. Dari adanya faktor pendukung tersebut memberikan dampak yang nayata yang diterima oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pengurus desa wisata, POKDARWIS, pemilik homestay, tokoh masyarakat, dan masyarakat di Desa Wisata
139
Kebonagung terdapat faktor pendukung yang menunjang partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata, diantaranya adalah : Pertama, kepedulian masyarakat. Masyarakat Desa Kebonagung memiliki rasa antusias yang tinggi untuk dapat mengikuti kegaiatan yang dilaksanakan. Pengembangan desa wisata tidak akan pernah terlepas dari partisipasi masyarakat sekitar untuk menunjang kelancaran dan kesuksesan setiap kegiatan yang berjalan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat menjadi faktor terpenting dalam pengembangan sebuah desa wisata. Apalagi masyarakat dapat menciptakan rasa aman, nyaman, dan dapat mengamalkan SAPTA PESONA yang ada. Kedua, rasa optimis dan semangat. Rasa optimis dan semangat ini dimiliki oleh pengurus dan masyarakat dalam kegiatan desa wisata. Pengurus memiliki rasa optimis untuk tetap mengembangkan desa wisata akan mendukung juga masyarakat agar juga mau semangat untuk mengembangkan desa wisata. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rasa optimis dan semangat perlu ditanamkan di dalam diri masyarakat dan pengurus agar masyarakat dan pengurus yakin bahwa dengan adanya kegiatan desa wisata ini dapat menimbulkan dampak positif yang memberdayakan masyarakatnya.
140
Ketiga, adanya potensi desa yang dapat dimanfaatkan. Dengan adanya segala potensi Desa Wisata Kebonagung yang dapat dimanfaatkan ini nanti segala kegiatan untuk pengembangan tidak akan sia-sia. Potensi yang ada di Desa Wisata Kebonagung ini merupakan potensi yang selalu bisa untuk dikembangkan agar dapat memajukan desa wisata. Segala potensi yang ada dan dapat untung dikembangkan seperti kehidupan masyarakat yang rukun serta dapat berinteraksi dengan wisatawan adalah sisi tambah untuk desa wisata ini, selain itu ada kesenian yang berupa gejog lesung, jathilan, tradisi genduri, dan tentunya potensi utama yaitu alam yang berupa area persawahan untuk kegiatan pertanian sebagai produk unggulan dari desa wisata ini. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung adalah kepedulian masyarakat, rasa optimis dan semangat dan potensi desa yang dapat dimanfaatkan. b. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Dalam kegiatan pengembangan desa wisata tidak juga selalu dapat berjalan
dengan
baik.
Terkadang
partisipasi
masyarakat
dalam
keikutsertaan kegiatan juga masih terdapat hambatan. Tidak jarang karena hambatan tersebut pengembangan tidak dapat dilakukan sehingga membuat desa wisata tersebut berjalan mundur dan hilang karena kalah dengan desa wisata yang baru. Untuk itu perlunya koreksi baik dari
141
pengurus desa wisata, POKDARWIS maupun masyarakat di Desa Kebonagung. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan pengurus, POKDARWIS, pemilik homestay, tokoh masyarakat, dan masyarakat sendiri terdapat beberapa kendala yang menghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung antara lain : Pertama, minim pendanaan. Dalam setiap kegiatan, selain subjek yang menjadi faktor utama, faktor pendukung laiinya yaitu dari pendanaan. Namun jika faktor pendukung tersebut tidak ada, akan menjadi faktor penhambat karena disetiap kegiatan pendanaan itu merupakan hal terpentik agar seluruh kegiatan dapat berjalan. Sebuah kegiatan pengembangan itu selalu memerlukan dana, terlebih untuk mengembangkan sebuah desa wisata. Tentunya memerlukan biaya yang besar agar segala kegiatan untuk menunjang keberlangsungan dan kemajuan desa wisata tersebut dapat dijalankan. Walaupun sudah banyak masyarakat yang terjun dalam kegiatan, namun jika biaya untuk memnuhi kegiatan tersebut tidak ada tentunya akan menjadikan masalah. Pasti masalah dalam pendanaan tidak hanya dialami di Desa Wisata Kebonagung saja, pasti di desa wisata lain awalnya juga terkendala pada pendanaan. Minimnya pendanaan tersebut akan menjadi masalah yang tidak terselesaikan apabila pengurus tidak bergerak atau tergugah kembali untuk berpikir bagaimana akan mendapatkan dana untuk dapat
142
menjalankan kegiatan pengembangan untuk kemajuaan desa wisata sendiri. Kedua, kurang ada partisipasi pemerintah desa. Selain masyarakat, partisipasi pemerintah desa itu sangat penting untuk dapat mendukung keberlangsungan sebuah desa wisata. Namun yang terjadi di Desa Wisata Kebonagung, partisipasi pemerintah desa kurang didapatkan. Padahal pemerintah desa sendiri pastinya tidak akan secara langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan partisipasi. Pasti mereka juga akan menyuruh bawahannya. Selain itu pula pemerintah desa bisa juga hanya membantu dalam mempromosikan Desa Wisata Kebonagung ini, namun juga tidak pernah dilakukan. Kesadaran yang ada dalam pemerintah desa mengenai desa wisata ini masih perlu untuk ditumbuhkan agar mereka dapat tersadar bahwa dari dijadikannya sebuah desa wisata ini masyarakatnya memperoleh banyak manfaat. Ketiga, kurang ada regenerasi. Faktor penghambat lain yang ada di Desa Wisata Kebonagung ini adalah kurangnya regenerasi. Regenerasi dari pengurus sekarang yang sudah tua ke pengurus baru itu belum ada. Padahal sebuah tempat yang sudah dijadikan desa wisata sampai kapanpun jika orang mencari alamat tersebut pasti mengenalnya dengan sebuah desa wisata, kalau regenerasi sampai saat ini belum ada padahal untuk pengurus dan POKDARWIS yang ada sudah tua-tua nanti kedepannya Desa Wisata Kebonagung ini dapat tersingkir dengan desa wisata lain. Jadi perlunya menyadarkan masyarakat terlebih pemuda agar
143
mau ikut andil berpartisipasi dalam kegiatan desa wisata ini agar dapat selalu bertahan ditengah maraknya wisata baru yang banyak saat ini. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung adalah minim pendanaan, kurang ada partisipasi pemerintah desa dan kurang ada regenerasi.
144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Di Imogiri Bantul Yogyakarta Terdapat kegiatan pengembangan di Desa Wisata Kebonagung yang meliputi pengembangan dari segi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata,
sarana
wisata,
tata
laksana/infrastruktur,
dan
masyarakat/lingkungan sosial. 2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Terdapat partisipasi masyrakat oleh masyarakat Desa Kebonagung, namun partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat belum maksimal. Partisipasi tersebut dalam dua hal yaitu: a. Macam partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung 1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan Tidak
terdapat
partisipasi
pengambilan keputusan, dari
dalam
kegiatan
perencanaan sampai evaluasi dalam
kegiatan pengembangan desa wisata. 2) Partisipasi dalam pelaksanaan
145
masyarakat
Partisipasi dalam pelaksanaan yakni masyarakat telah ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan desa wisata. Masyarakat selalu memberikan pelayan terbaik ke wisatawan. 3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat Masyarakat memperoleh manfaat berupa bisa saling bertukar wawasan. Selain dapat bertukar wawasan, manfaat yang paling berarti diperoleh berupa berupa keuntungan financial. 4) Partisipasi dalam evaluasi Partisipasi dalam evaluasi secara intern dilakukan dengan pengurus dan POKDARWIS melalui pertemuan satu bulan sekali sedangkan evaluasi ekstern yang dilakukan oleh pengurus desa wisata bersama masyarakat dilakukan setiap selesai menerima tamu. b. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung 1) Partisipasi dalam bentuk pikiran Tidak adanya partisipasi dalam bentuk pikiran oleh masyarakat Desa Kebonagung. Padahal sebuah masukan dari masyarakat ini walaupun kecil akan sangat membantu keberlangsungan pengembangan desa wisata. 2) Partisipasi dalam bentuk tenaga Partisipasi dalam bentuk tenaga ini merupakan partisipasi yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung dengan memberikan
146
tenaga yang dimiliki masyarakat untuk membantu seluruh kegiatan yang ada. 3) Partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga Masih belum adanya partisipasi dalam bentuk pikiran dan tenaga dari masyarakat Desa Kebonagung, karena masyarakat baru sebatas berpartisipasi dalam bentuk tenaga dan mereka beranggapan bahwa mereka tidak mengatahui tentang desa wisata secara mendalam. 4) Partisipasi dalam bentuk keahlian Partisipasi dalam bentuk keahlian masih sangat minim, hal ini disebabkan keahlian atau keterampilan yang dimiliki setiap masyarakat berbeda-beda sehingga masing-masing masyarakat tidak berani memunculkan keahliannya. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung Dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung, tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor pendukung antara lain : 1) kepeduliam masyarakat, 2) rasa optimis dan semangat, dan 3) potensi desa yang dapat dimanfaatkan. Dan faktor penghambatnya antara lain : 1) minim pendanaan, 2) kurang ada partisipasi pemerintah desa, dan 3) kurang ada regenerasi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti mengenai partisipasi masyarakat dalam mengembangkan desa wisata
147
di Desa Wisata Kebonagung, terdapat beberapa saran yang diharapkan untuk dapat mewujudkan keinginan untuk mengembangkan desa wisata menjadi lebih baik lagi dan agar tetap menjaga eksistensi Desa Wisata Kebonagung, sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat di Desa Wisata Kebonagung karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam partisipasi yang ada. 2. Masyarakat Desa Kebonagung seyogyanya meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri dengan potensi dan kemampuannya agar dapat memberikan ide, gagasan, kritik, ataupun saran sehingga pengurus akan menerima masukan untuk dapat memperbaiki Desa Wisata Kebonagung. 3. Pengurus Desa Wisata Kebonagung seyogyanya dapat menyelenggarakan regenerasi untuk menjadikan pemuda sebagai penerus kepengurusan Desa Wisata Kebonagung. 4. Pengurus
Desa
Wisata
Kebonagung
seyogyanya
meningkatkan
kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra kerja atau pemerintah agar dapat memenuhi pendanaan untuk kegiatan pengembangan desa wisata. 5. Pemerintah Desa Kebonagung seyogyanya dapat mendukung seluruh kegiatan Desa Wisata Kebonagung baik dari dukungan moril maupun materiil.
148
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. (2012). Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. A.J, Muljadi. (2012). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Raja Grafindo (Persada). Ambar Teguh Sulistiyani. (2004). Kemitraan Dan model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Anthonius Ibori. (2013). Governance Vol 5, No. 1. “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pembangunan Di Desa Tembuni Distrik Tembuni Kabupaten Teluk Bintuni. Diakses dari, http//ejournal.unstrat.ac.id/index.php/governance/article/view/1473. Pada tanggal 23 November 2016, pukul 22.30 WIB. Bagja
Waluya. ____. Desa Wisata. Diakses dari, http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1972102420 01121-BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_PARIWISATA/desa_wisata.pdf , pada tanggal 17 November 2016, pukul 10.00 WIB.
Chafid Fandeli. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam Yogyakarta. Yogyakarat: Fakultas Kehutanan UGM. C. Daru Nusastiawan. ____. Pedoman Umum Desa Wisata. Diakses dari https://www.academia.edu/6423956/Buku_Pedoman_Umum_Desa_Wisata, pada tanggal 25 November 2016, pukul 11.32 WIB. Delapan Tingakatan dalam Tangga Partisipasi. Diakses dari, https://www.google.co.id/search?q=arnstein+delapan+tingkatan+dalam+tan gga+partisipasi+masyarakat&espv=2&biw=1366&bih=662&source=lnms& tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwijwnVl6_QAhVHLo8KHR6PAdgQ_AUIBygC#imgrc=i4ZalMX1dR1gM%3A, pada tanggal 17 November 2016, pukul 13.53 WIB. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dhanik Nor Palupi Rorah. (2012). Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) di Desa Wisata Kebonagung, Kecamatan Imogiri. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. (2007). Profil Desa Wisata Sleman. Yogayakarta: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman. Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Statistik Kepariwisataan 2014. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses
149
dari, www.visitingjogja.jogjaprov.go.id, pada tanggal 01 November 2016, pukul 18.30 WIB. Fredian Tonny Nasdian. (2014). Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. Gamal Suwantoro. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Gumelar S. Sastrayuda. (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata. Diakses dari, http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/GUMELAR_S/HAND_OUT _MATKUL_KONSEP_RESORT_AND_LEISURE/PENGEMBANGAN_K AWASAN_DESA_WISATA.pdf, pada tanggal 28 November 2016, pukul 12.12 WIB. Hartomo dan Arnicun Aziz. (2008). Ilmu Dasar Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Hassan Shadily. (1989). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. Hesty Noor ramadhani. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran Kecamatan Patuk Gunungkidul. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY. Ikbar, Yanuar. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: PT Refika Aditama. Khairuddin H. (1992). Pembangunan Masyarakat: Tinjauan Aspek, Sosiologi, Ekonomi, dan Perencanaan. Yogyakarta: Liberty. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rhineka Cipta. Loekman Soetrisno. (1995). Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius. Lexy J Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. M. A. Desky. (2001). Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nipan. (2014). Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di Desa Mergolangu Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Yogyakarta: FIS UNY
150
Nurhattati Fuad. (2014). Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nurul Zuriah. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Nuryanti, Wiendu. (1993). Concept, Perspective, and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasil mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahardjo Adisasmita. (2006). Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Grha Ilmu. S Nasution. (2006). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Saca
Firmansyah. (2009). Partisipasi Masyarakat. Diakses dari http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/ , pada tanggal 20 November 2016, pukul 16.48 WIB.
Santoso A, dan Heroepoetri, A. (2005). Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Daerah (Perspektif Hukum Dan Demokrasi). Bandung: PT. Alumni. Siti Irene Astuti Dwiningrum. (2015). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slamet, Y. (1994). Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Slamet, Juli Soemirat. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soemarno. (2010). Desa Wisata. Diakses dari marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/Desa-wisata.doc , pada tanggal 19 November 2016, pukul 19.00 WIB. Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soetomo. (2013). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sunit Agus Tri Cahyono. (2008). Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Provinsi NTT. Yogyakarta: B2P3KS. Sunyoto Usman. (2008). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
151
Surya Sakti Hadiwijoyo. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suswantoro, Arief. (1999). Potensi Dan Pemanfaatan sungai Citarik Di Kecamatan Cikidang kabupaten Sukabumi Untuk Pengembangan Wisata Arung Jeram. Skripsi. Yogyakarta: Fakulatas Geografi UGM. Statistik Kecamatan Imogiri Bantul. Diakses dari, https://bantulkab.go.id/kecamatan/Imogiri.html, pada tanggal 01 November 2016, pukul 18.50 WIB. Taliziduhu Ndraha. (1987). Pembangunan Masyarakat Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: PT Bina Aksara.
Mempersiapkan
Theresia Aprillia, dkk. (2014). Pembangunan Berbasis Masyarakat Acuan Bagi Praktisi, Akademis, dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat. Bandung: Alfabeta. Totok Mardikantoro dan Poerwoko Soebianto. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Tri Ida Ramadani. (2013). Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan Obyek Wisata Volcano Tour Kaliadem Sleman Yogyakarta. Skripsi. FIS UNY. Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Widi Astuti. (2008). Partisipasi Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakulikuler di SD Negeri Se Kecamatan Godean. Skripsi. FIP UNY. Yudan Hermawan dan Yoyon Suryono. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaran Program-Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Ngudi Kapinteran. Diakses dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/viewFile/8111/pdf, pada tanggal 26 Desember 2016, pukul 12.20 WIB. Yuniati Dina Astuti. (2010). Pemetaan Dampak Ekonomi Pariwisata Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) (Studi Kasus Desa Wisata Kebon Agung Di Kabupaten Bantul). Diakses dari, http://eprints.uns.ac.id/6392/1/135580908201011361.pdf, pada tanggal 06 April 2016, pukul 12:25 WIB.
152
LAMPIRAN
153
Lampiran 1. Daftar Pengunjung Wisata Desa Wisata Kebonagung Tabel 5. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2016 NO 1)
Waktu Kunjungan Bulan Januari
Asal Kunjungan Keluarga dari Jakarta
Domestik 14
Asing
2)
Bulan April
Alam Bahasa (Jepang)
1
1
3)
Bulan Mei
Australia Alam Bahasa (Australia) Kanada SD Jogja Montessori Perancis Perancis BSBI UPN ACICIC Australia Diplomat Asing
4) 5)
Bulan Juni Bulan Juli
6)
Bulan September
7)
Bulan Oktober
8)
Bulan November
1
1 3 2 5
SD IT Kotagede SD Ciputra Surabaya KKN Internasional Universitas Atmajaya SMP Jubilee Jakarta Siswa PAUD SPS Bina Pelita Jogja Petani Kendal Jawa Tengah
60 73 7 130 35
Australia
2
23 2 23 50 6 8 15 21 11
14
70
Penyuluh Anti Korupsi KPK 125 Jakarta 9) Bulan Desember SD Pakel Jogja 65 Keluarga dari Jakarta 2 16 Total Pengunjung Desa Wisata Kebonagung Tahun 2016 612
20
194
Tabel 6. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2015 NO 1) 2)
Waktu Kunjungan Bulan Februari Bulan Mei
Asal Kunjungan Jogja Montessori School Mahasiswa UPN Yogyakarta Keluarga Mama Citra Surabaya
Domestik 30 12 60
Asing
3) 4)
Bulan Juni Bulan Juli
5)
Bulan Agustus Bulan September
1 1 1 2 70 1 1
2 6 2 4
6)
Alam Bahasa (Australia) Wisman Franch Wisman Australia Alam Bahasa Pondok Kasih Surabaya Wisman Jerman Wisman Perancis
154
21
6 6
SD Ciputra Surabaya 7) Bulan Oktober Kelompok Tani Sambi Rembe Sragen Yayasan Sd Hj. Isriyati Semarang SMP Jubilee Jakarta Alam Bahasa Universitas Atmajaya Yogyakarta Prodi Bahasa Inggris UMY 8) Bulan November Kanopi Indonesia-Kaltim SD Netral C Yogyakarta Keluarga dari Salatiga 9) Bulan Desember Jerman Mahasiswa ISI Yogyakarta Joglo Tour (Jkt, Sby, Malaysia) UMY, Malaysia, Thailand, German ACICIS; Mahasiswa Australia Rany Family Australia Keluarga dari Surabaya Indonesian Darling Total Pengunjung Desa Wisata Kebonagung Tahun 2015
70 25 320 110 1 20 470 50 35 4
2 12 2
2 4 6 9 2 7 20 1510
9 11 20 2 3 110
Tabel 7. Wisatawan Desa Wisata Kebonagung Tahun 2014 NO 1)
2)
Waktu Kunjungan Bulan Januari
Bulan Februari
3)
Bulan Maret
4)
Bulan April
5)
Bulan Mei
Asal Kunjungan Keluarga dari Jakarta Jepang Jakarta-Korea Swedia SD Karangwaru Yogyakarta Australia Italia Jerman SMP Al-Azhar Kelapa Gading Jakarta SD-SMA Australia SD Muh Sapen YK Afrika Selatan Kantor Perpajakan Bantul SD YPJ Tembaga Pura Papua SD YPJ Kuala Kencana Papua SMK Perguruan Advent Jkt Mahasiswa Australia Amerika Forkom Regional Alam Bahasa SMP Taruna Bakti Bandung
155
Domestik 20 5
Asing 2 3 2
150 2 2 2 110 23 110 2 30 40 112 130 19 2 100 6 260
30
6)
Bulan Juni
TK Kholifah Yogyakarta SMK Muh 3 Jakarta PKK SGPLB Gamping SD+wali dari Solo Perancis Pondok Kasih Gayungan Sby Perancis ACICIS (Australia) 7) Bulan Juli Kementrian Pariwisata Studi Banding Pokdarwis Klaten Perancis Perancis 8) Bulan Agustus Alam Bahasa (German) Perancis Bumi Langit 9) Bulan September Perancis Australia SD Ciputra Surabaya 10) Bulan Oktober SMA Tunas Bangsa Jakarta Alam Bahasa (Amerika) SMP Jubilee Jakarta SMP Jubilee International School 11) Bulan November SD Percobaan Sleman SD Percobaan Sleman ACICIS (Australia) Jogjakarta Heriteth Work Mahasiswa UGM TK Mutiara Persada+wali 12) Bulan Desember SD Bodon Kotagede SMP Ali-Maksum Krapyak Yk Siswa ECOETHNO Bandung Total Pengunjung Desa Wisata Kebonagung Tahun 2014
40 78 75 86 2 40 7 23 78 20 5 8 2 8 23 9 19 70 23 3 191 90 96 221 7 10 60 500 240 197 48 3218
Sumber : Arsip Pengurus dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung
156
205
Lampiran 2. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSRVASI Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta No
Pernyataan
Deskripsi Hasil Pengamatan
1.
Kondisi fisik lokasi penelitian
2.
Profil Desa Wisata Kebonagung: a. Kondisi geografis b. Profil Desa Kebonagung c. Sejarah berdirinya Desa Wisata Kebonagung d. Visi dan Misi Desa Wisata Kebonagung e. Struktur pengurus Desa Wisata Kebonagung f. Data wisatawan Desa Wisata Kebonagung g. Pendanaan
kegiatan
Desa
Wisata Kebonagung 3.
Fasilitas: a. Sarana dan prasarana b. Pemanfaatannya
4.
Kegiatan: a. Paket wisata b. Kegiatan pengembangan desa wisata
5.
Partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan Desa Wisata: a. Macam-macam
partisipasi
157
masyarakat : -
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
-
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
-
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat
-
Partisipasi masyarakat dalam evaluasi
program
sebagai
upaya untuk pengembangan desa wisata b. Bentuk-bentuk
partisipasi
masyarakat : -
partisipasi
dalam
bentuk
dalam
bentuk
dalam
bentuk
pikiran -
partisipasi tenaga
-
partisipasi
pikiran dan tenaga -
partisipasi
dalam
bentuk
dalam
bentuk
keahlian -
partisipasi barang
6.
Faktor pendukung dan penghambat partisipasi
masyarakat
dalam
mengembangkan desa wisata Tabel 8. Pedoman Observasi
158
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi PEDOMAN DOKUMENTASI Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta 1. Melalui arsip dan dokumen tertulis a. Profil Desa Kebonagung b. Sejarah berdirinya Desa Wisata Kebonagung c. Visi dan Misi Desa Wisata Kebonagung d. Strukturorganisana kepengurusan dan POKDARWIS desa wisata e. Arsip data pengurus desa wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung f. Arsip data wisatawan Desa Wisata Kebonagung g. Pendanaan kegiatan Desa Wisata Kebonagung h. Kegiatan desa wisata i. Fasilitas, sarana dan prasarana desa wisata 2. Melalui foto a. Gedung kesekretariatan Desa Wisata Kebonagung b. Sarana dan prasarana desa wisata c. Pelaksanaan program kerja desa wisata dan partisipasi masyarakat
159
Lampiran 4. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Untuk Pengurus Desa Wisata dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta A. Identitas Diri 1. Nama
:
2. Jabatan
:
3. Usia
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan terakhir
:
(L/P)
B. Pertanyaan 1. Kapan Desa Wisata Kebonagung berdiri? 2. Dimana letak Desa Wisata Kebonagung secara geografis? 3. Apa saja potensi Desa Wisata Kebonagung? 4. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Wisata Kebonagung? 5. Apakah tujuan didirikannya Desa Wisata Kebonagung? 6. Apakah visi dan misi Desa Wisata Kebonagung? 7. Mengapa memilih visi dan misi tersebut? 8. Bagaimana struktur organisasi pengurusan Desa Wisata Kebonagung? 9. Adakah SK (Surat Keputusan) Desa Wisata Kebonagung? 10. Apa saja prestasi yang telah diperoleh Desa Wisata Kebonagung?
160
11. Bagaimana prestasi tersebut diperoleh Desa Wisata Kebonagung? 12. Berapakah jumlah pengunjung wisatawan dalam negeri dan luar negeri dalam 1 tahun terakhir? 13. Bagaimana pendanaan kegiatan Desa Wisata Kebonagung? 14. Darimanakah dana yang digunakan dalam kegiatan Desa Wisata Kebonagung? 15. Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan Desa Wisata Kebonagung? 16. Apakah
dana
tersebut
mampu
digunakan
untuk
kegiatan
pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 17. Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Wisata Kebonagung? 18. Bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada? 19. Apakah sarana dan prasarana tersebut dapat mendukung kegiatan Desa Wisata Kebonagung? 20. Sejak kapan Anda menjadi pengurus atau POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung? 21. Berapa
jumlah
pengurus
atau
POKDARWIS
Desa
Wisata
Kebonagung? 22. Apakah dengan jumlah tersebut mampu mengakomodir kegiatan Desa Wisata Kebonagung? 23. Apa saja jenis wisata yang ditawarkan?
161
24. Kegiatan apa saja yang melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 25. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? 26. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
Desa
Wisata
Kebonagung? 27. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana Desa Wisata Kebonagung? 28. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? 29. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan sosial Desa Wisata Kebonagung? 30. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 31. Dalam kegiatan pengembangan desa wisata apa yang partisipasi masyarakatnya paling besar? 32. Bagaimana partisipasi pengurus atau POKDARWIS, pemerintah, dan tokoh masyarakat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 33. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? 34. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? 35. Bagaimana patisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? 36. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? 37. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran?
162
38. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? 39. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? 40. Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian? 41. Berapa
jumlah
masyarakat
yang
terlibat
dalam
kegiatan
pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 42. Bagaimana antusiasme dan dukungan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengembangan tersebut? 43. Apakah ada keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung dengan kehidupan masyarakat setempat? 44. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya kegiatan dari Desa Wisata Kebonagung? 45. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan dibentuknya desa wisata dan dari adanya kegiatan pengembangan? 46. Apa dampak partisipasi masyakat untuk keberhasilan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 47. Apa saja faktor pendukung dan penghambatnya?
163
PEDOMAN WAWANCARA Untuk Tokoh Masyarakat Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta A. Identitas Diri 1.
Nama
:
2.
Jabatan
:
3.
Usia
:
4.
Agama
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
7.
Pendidikan terakhir
:
(L/P)
B. Pertanyaan 1.
Sejak kapan Anda menjabat sebagai tokoh masyarakat di Desa Wisata Kebonagung?
2.
Bagaimana ide awal pembentukan dan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
3.
Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Kebonagung dengan desa wisata lain?
4.
Apakah seluruh elemen masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
5.
Apakah terdapat forum musyawarah yang digunakan sebagai wadah aspirasi, inspirasi, dan ide ketika kegiatan perencanaan hingga sosialisasi?
164
6.
Apa media yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi program desa wisata?
7.
Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan sosialisasi atau hanya perwakilan?
8.
Bagaimana partisipasi tokoh masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
9.
Apa saja jenis wisata yang ditawarkan?
10. Kegiatan apa saja yang melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 11. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? 12. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
Desa
Wisata
Kebonagung? 13. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana Desa Wisata Kebonagung? 14. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? 15. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan sosial Desa Wisata Kebonagung? 16. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 17. Dalam kegiatan pengembangan desa wisata apa yang partisipasi masyarakatnya paling besar?
165
18. Bagaimana partisipasi pengurus dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 19. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? 20. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? 21. Bagaimana patisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? 22. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? 23. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? 24. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? 25. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? 26. Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian? 27. Menurut Anda, berapa jumlah masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 28. Bagaimana antusiasme dan dukungan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengembangan tersebut? 29. Apakah ada keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung dengan kehidupan masyarakat setempat? 30. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya kegiatan dari Desa Wisata Kebonagung? 31. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan dibentuknya desa wisata dan dari adanya kegiatan pengembangan? 32. Apa dampak partisipasi masyakat untuk keberhasilan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 33. Apa saja faktor pendukung dan penghambatnya?
166
PEDOMAN WAWANCARA Untuk Masyarakat Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta A. Identitas Diri 1.
Nama
:
2.
Jabatan
:
3.
Usia
:
4.
Agama
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
7.
Pendidikan terakhir
:
(L/P)
B. Pertanyaan 1.
Apa yang Anda ketahui mengenai desa wisata?
2.
Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Kebonagung dengan desa wisata lain?
3.
Apakah seluruh elemen masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
4.
Apakah terdapat forum musyawarah yang digunakan sebagai wadah aspirasi, inspirasi, dan ide ketika kegiatan perencanaan hingga sosialisasi?
5.
Apa media yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi program desa wisata?
6.
Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan sosialisasi atau hanya perwakilan?
167
7.
Menurut Anda, bagaimana partisipasi tokoh masyarakat, pemerintah, dan pengurus dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
8.
Apa saja jenis wisata yang ditawarkan?
9.
Kegiatan apa saja yang melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung?
10. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? 11. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
Desa
Wisata
Kebonagung? 12. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana Desa Wisata Kebonagung? 13. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? 14. Bagaimana kontribusi Anda dalam penyediaan sarana dan prasarana desa wisata seperti homestay, air bersih, makanan dan minuman bagi wisatawan? 15. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan sosial Desa Wisata Kebonagung? 16. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan pengembangan? 17. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung?
168
18. Dalam kegiatan pengembangan desa wisata apa yang partisipasi masyarakatnya paling besar? 19. Bagaimana partisipasi pengurus dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 20. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? 21. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? 22. Bagaimana patisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? 23. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? 24. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? 25. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? 26. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? 27. Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian? 28. Bagaimana antusiasme dan dukungan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengembangan tersebut? 29. Apakah ada keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung dengan kehidupan masyarakat setempat? 30. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya kegiatan dari Desa Wisata Kebonagung? 31. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan dibentuknya desa wisata dan dari adanya kegiatan pengembangan? 32. Apa dampak partisipasi masyakat untuk keberhasilan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 33. Apa saja faktor pendukung dan penghambatnya?
169
PEDOMAN WAWANCARA Untuk Pemilik Homestay Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta A. Identitas Diri 1.
Nama
:
2.
Jabatan
:
3.
Usia
:
4.
Agama
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Alamat
:
7.
Pendidikan terakhir
:
(L/P)
B. Pertanyaan 1.
Sejak kapan rumah Anda dijadikan homestay?
2.
Apa yang Anda ketahui mengenai desa wisata?
3.
Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Kebonagung dengan desa wisata lain?
4.
Apakah seluruh elemen masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
5.
Apakah terdapat forum musyawarah yang digunakan sebagai wadah aspirasi, inspirasi, dan ide ketika kegiatan perencanaan hingga sosialisasi?
6.
Apa media yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi program desa wisata?
170
7.
Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan sosialisasi atau hanya perwakilan?
8.
Menurut Anda, bagaimana partisipasi tokoh masyarakat, pemerintah, dan pengurus dalam pengambilan keputusan pembentukan Desa Wisata Kebonagung?
9.
Apa saja jenis wisata yang ditawarkan?
10. Kegiatan apa saja yang melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 11. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? 12. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
Desa
Wisata
Kebonagung? 13. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana Desa Wisata Kebonagung? 14. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? 15. Bagaimana kontribusi Anda dalam penyediaan sarana dan prasarana desa wisata seperti homestay, air bersih, makanan dan minuman bagi wisatawan? 16. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan sosial Desa Wisata Kebonagung? 17. Apakah masyarakat sendiri yang menyediakan sarana dan prasarana untuk kegiatan pengembangan?
171
18. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 19. Dalam kegiatan pengembangan desa wisata apa yang partisipasi masyarakatnya paling besar? 20. Bagaimana partisipasi pengurus dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 21. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? 22. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? 23. Bagaimana patisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? 24. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? 25. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? 26. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? 27. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? 28. Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian? 29. Bagaimana antusiasme dan dukungan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengembangan tersebut? 30. Apakah ada keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Desa Wisata Kebonagung dengan kehidupan masyarakat setempat? 31. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya kegiatan dari Desa Wisata Kebonagung? 32. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan dibentuknya desa wisata dan dari adanya kegiatan pengembangan?
172
33. Apa dampak partisipasi masyakat untuk keberhasilan pengembangan Desa Wisata Kebonagung? 34. Apa saja faktor pendukung dan penghambatnya?
173
Lampiran 5. Catatan Lapangan CATATAN LAPANGAN I Hari, Tanggal: Minggu, 09 Oktober 2016 Waktu
: 16.00-18.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi
:
Pada hari ini, peneliti datang secara langsung ke sekretariat Desa Wisata Kebonagung yang beralamat di Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul. Karena terkendala cuaca,peneliti datang ke sekretariat Desa Wisata Kebonagung pukul 16.00 WIB. Observasi awal oleh peneliti ini secara dadakan, dan karena belum memiliki kontak dari pengurus Desa Wisata Kebonagung ketika peneliti ternyata di sekretariat sepi tidak ada orang, sehingga peneliti hanya dapat menanyakan ke warga yang ada di sekretariatan kontak dari salah satu pengurus yang bisa dihubungi. Lalu peneliti menghubungi salah satu pengurus dari kontak yang diberikan dan membuat jadwal untuk bertemu dengan salah satu pengurus Desa Wisata Kebonagung. Waktu itu peneliti hanya dapat sebatas bertanya ke warga secara umum saja, sehingga belum mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti.
174
CATATAN LAPANGAN II Hari, Tanggal: Kamis, 20 Oktober 2016 Waktu
: 16.30-18.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Observasi Lanjutan
Deskripsi
:
Pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 16.30-18.00 WIB, peneliti sudah membuat janji dengan salah satu pengurus Desa Wisata Kebonagung. Peneliti bertemu pertama kali dengan salah satu pengurus Desa Wisata Kebonagung tersebut, dan peneliti bertemu dengan Bapak “DY” selaku salah satu pengurus Desa Wisata Kebonagung. Peneliti di sambut baik dan ramah oleh Bapak “DY”, sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu ke Bapak “DY” dan menyampaikan maksud kedatangannya untuk observasi terkait Desa Wisata Kebonagung. Peneliti menanyakan beberapa hal untuk mendapatkan informasi terkait Desa Wisata Kebonagung untuk studi pendahuluan. Banyak informasi yang didapatkan oleh peneliti dari Bapak “DY” dan dengan senang hati Bapak “DY” menjawab seluruh pertanyaan yang peneliti berikan. Tidak hanya itu saja, Bapak “DY” juga sedikit curhat mengenai keadaan Desa Wisata Kebonagung. Setelah observasi pada hari ini dirasa cukup, peneliti mohon pamit. Jikalau ada kekurangan informasi yang dibutuhkan peneliti akan segera menghubungi Bapak “DY” lagi.
175
CATATAN LAPANGAN III Hari, Tanggal: Kamis, 17 November 2016 Waktu
: 16.00-18.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Observasi Lanjutan
Deskripsi
:
Pada hari Kamis tanggal 17 November 2016 pukul 16.00-18.00, peneliti mendatangi sekretariat Desa Wisata Kebonagung lagi dan bertemu Bapak “DY” lagi. Peneliti datang dengan tujuan untuk mengadakan observasi lanjutan di Desa Wisata Kebonagung. Peneliti menanyakan beberapa hal kepada Bapak “DY” yang menyangkut tentang fokus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti menanyakan
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan
Desa
Wisata
Kebonagung dan bagaimana kegiatan-kegiatan yang ada di desa wisata yang melibatkan masyarakat. Dari observasi lanjutan ini, peneliti mendapatkan informasi yang banyak dari Bapak “DY”. Bapak “DY” juga terkadang bingung banyak mahasiswa yang datang dengan maksud melakukan penelitian. Peneliti juga menyampaikan ke Bapak “DY” jika fokus penelitian yang diambil peneliti disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti meminta ijin kepada peneliti unuk melakukan penelitian di Desa Kebonagung. Dan Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung menerima dengan senang hati dan memberikan ijin kepada peneliti jika nanti
176
melakukan penelitian di Desa Wisata Kebonagung mengenai partisipasi masyarakat. Setelah observasi lanjutan dirasa cukup, peneliti mohon pamit dan menyampaikan bahwa beberapa waktu kedepan akan mengabari lanjutan akan hal tersebut.
177
CATATAN LAPANGAN IV Hari, Tanggal: Rabu, 14 Desember 2016 Waktu
: 16.30-18.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Menyampaikan rencana penelitian
Deskripsi
:
Pada hari Rabu tanggal 14 Desember 2016 pukul 16.30-18.00, peneliti mendatangi sekretariat Desa Wisata Kebonagung lagi dan bertemu Bapak “DY” lagi. Peneliti datang dengan tujuan untuk menyampaikan bahwa akan melakukan penelitian di Desa Wisata Kebonagung, dari dosem pembimbing sudah menyetujui dengan fokus penelitian yang peneliti ambil. Dan Bapak “DY” selaku pengurus Desa Wisata Kebonagung menyambut dengan baik. Jika peneliti membutuhkan bantuan Bapak “DY” dan pengurus lain akan siap membantu. Setelah meyampaikan informasi tersebut peneliti mohon pamit dan akan membawa surat ijin penelitian dari kampus.
178
CATATAN LAPANGAN V Hari, Tanggal: Rabu, 04 Januari 2017 Waktu
: 10.00-12.00 WIB
Tempat
: Kecamatan Imogiri, Kelurahan Desa Kebonagung, dan Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Penyerahan proposal, surat ijin dan tembusan
Deskripsi
:
Pada hari Rabu tanggal 04 Januari 2017 pukul 10.00 peneliti datang ke kelurahan Desa Kebonagung dan ke Kecamatan Imogiri untuk memberikan surat ijin. Di kelurahan Desa Kebonagung peneliti bertemu salah satu pegawai kelurahan, peneliti memberikan surat tembusan dari Kebupaten sebagai bukti akan melakukan penelitian. Lalu peneliti diarahkan untuk bertemu dengan ibu lurah secara
langsung,
selain
menyerahkan
tembusan
tersebut
peneliti
juga
menyampaikan secara lisan ke lurah Desa Kebonagung. Ibu Lurah Desa Kebonagung memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Kebonagung. Setelah memberikan surat tembusan, peneliti memohon pamit kepada ibu lurah lalu melanjutkan ke Kecamatan Imogiri menyampaikan surat tembusan. Di Kecamatan Imogiri, peneliti bertemu salah satu pegawai kecamatan dan memberikan tembusan tersebut dan diterima oleh pegawai kecamatan. Setelah itu,
179
peneliti melanjutkan datang ke sekretariat Desa Wisata Kebonagung untuk menyerahkan proposal dan surat ijin. Proposal dan surat ijin diterima oleh Bapak “DY” dan Bapak “DY” menyampaikan bahwa untuk pengambilan data nanti bisa minta bantuan dari pengurus agar mudah koordinasi dengan informan yang dibutuhan. Peneliti tinggal membuat jadwal untuk bertemu dengan informan untuk pengambilan data. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit.
180
CATATAN LAPANGAN VI Hari, Tanggal: Sabtu, 07 Januari 2017 Waktu
: 16.30-18.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Pengambilan data (wawancara dengan pengurus Desa Wisata Kebonagung)
Deskripsi
:
Pada hari Sabtu tanggal 07 Januari 2017 pukul 16.30-18.00 WIB, peneliti mendatangi sekretariat Desa Wisata Kebonagung dan bertemu Bapak “DY”. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sudah peneliti buat yang sesuai tentang yang akan diteliti. Bapak “DY” memberikan jawaban dan menjelaskan dengan baik beberapa pertanyaan dari peneliti. Bapak “DY” memaparkan secara menyeluruh mengenai pertanyaan tersebut, karena Bapak “DY” yang selalu ada dan standby di sekretariat jadi mengatahui benar mengenai Desa Wisata Kebonagung. Namun, karena terkendala waktu peneliti tidak dapat melanjutkan pertanyaan yang ada dan akan dilanjtkan pada hari selanjutnya. Peneliti mohon pamit kepada Bapak “DY” dan memohon ijin apabila besok datang lagi untuk melanjutkan pertanyaan yang belum selesai.
181
CATATAN LAPANGAN VII Hari, Tanggal: Kamis, 12 Januari 2017 Waktu
: 13.00-15.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Pengambilan data (wawancara dengan pengurus Desa Wisata Kebonagung)
Deskripsi
:
Pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2017 pukul 13.00-15.00 WIB, peneliti kembali datang ke sekretariat dan melanjutkan wawancara dengan Bapak “DY” yang kemarin sempat tertunda. Peneliti melanjutkan pertanyaan yang belum dijawab oleh Bapak “DY”. Sama halnya dengan hari sebelumnya, Bapak “DY” menjawab dan menjelaskan dengan baik beberapa pertanyaan yang belum djawab pada wawancara sebelumnya. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak “DY” dan memohon ijin apabila di kemudian hari peneliti masih membutuhkan data, peneliti akan datang kembali. Dan Bapak “DY” dengan senang hati akan menerima. Lalu peneliti mohon pamit kepada Bapak “DY”. Dan membuat janji lagi untuk pengambilan data selanjutnya.
182
CATATAN LAPANGAN VIII Hari, Tanggal: Sabtu, 14 Januari 2017 Waktu
: 10.00-14.00 WIB
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Kegiatan
: Pengambilan data (wawancara dengan pengurus dan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung)
Deskripsi
:
Peneliti datang ke sekretariat pada hari Kamis tanggal 14 Januari 2017 pukul 10.00-14.00 WIB, untuk wawancara dengan Ketua Desa Wisata Kebonagung Bapak “BC”. Peneliti mengajukan pertanyaan yang masih tetap sama seperti sebelumnya tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung. Bapak “BC” menjawab dengan jelas dan baik beberapa pertanyaan yang diajukan peneliti. Dalam wawancara dengan Bapak “BC” peneliti diminta juga untuk mencicipi makanan tradisional apem yang dibuat oleh Bapak “BC”. Lalu setelah dirasa cukup informasi dan jawaban dari Bapak “BC”, peneliti mengakhiri wawancara dan memohon ijin apabila di kemudian hari peneliti masih membutuhkan data, peneliti akan datang kembali. Setelah mengakhiri wawancara dengan Bapak “BC”, pada hari dan tempat yang sama juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak “DL” selaku POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung, sekitar pukul 12.15 WIB. Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan yang sama kepada Bapak “DL”. Bapak “DL”
183
juga menjelaskan dengan baik mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung sesuai dengan apa yang beliau ketahui. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak “DL” dan memohon ijin apabila di kemudian hari peneliti masih membutuhkan data, peneliti akan datang kembali.
184
CATATAN LAPANGAN IX Hari, Tanggal: Selasa, 17 Januari 2017 Waktu
: 13.00-16.00 WIB
Tempat
: Rumah tokoh masyarakat dan pemilik homestay
Kegiatan
: Pengambilan data (wawancara dengan tokoh masyarakat dan pemilik homestay)
Deskripsi
:
Pada hari Selasa 17 Januari 2017 pukul 13.00-16.00 WIB, peneliti datang kembali ke Desa Kebonagung untuk wawancara dengan tokoh masyarakat dengan mendatangi ke rumah ketua RT 04 pukul 13.00 WIB. Peneliti mengajukan pertanyaan mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung. Bapak “NG” menjelaskan dengan baik beberapa pertanyaan yang beliau pahami dan mengerti terkait partisipasi masyarakat di desa wisata. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak “NG” dan memohon ijin apabila di kemudian hari peneliti masih membutuhkan data, peneliti akan datang kembali. Setelah mengakhiri wawancara dengan Bapak “NG”, pada hari peneliti datang ke homestay dan ditemui oleh Bapak “SR” selaku pemilik homestay sekitar pukul 14.30 WIB. Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan ke Bapak “SR” mengenai partisipasi masyarakat di desa wisata. Dan beliau menjelaskan
185
dengan baik tentang partisipasi masyarakat sesuai pengamatan dan pemahaman dari masyarakat sekitar. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak “SR” dan memohon ijin apabila di kemudian hari peneliti masih membutuhkan data, peneliti akan datang kembali.
186
CATATAN LAPANGAN X Hari, Tanggal: Sabtu, 21 Januari 2017 Waktu
: 10.00-12.30 WIB
Tempat
: Rumah pemilik homestay dan masyarakat sekitar
Kegiatan
: Pengambilan data (wawancara dengan pemilik homestay dan masyarakat)
Deskripsi
:
Pada tanggal 21 Januari 2017, menjelang siang sekitar pukul 10.00 WIB peneliti datang lagi ke Desa Wisata Kebonagung untuk melanjutkan pengambilan data dengan pemilik homestay dan masyarakat sekitar. Peneliti bertemu dengan Bapak “GN” di rumah beliau dan peneliti mengajukan beberapa pertanyaan tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung. Beliau menjelaskan dengan baik dan dengan jawaban yang dapat dipahami walaupun singkat terkait pertanyaan yang peneliti ajukan. Setelah dirasa cukup, peneliti memohon ijin apabila masih membutuhkan data akan kembali lagi di kemudian hari. Setelah selesai mewawancarai dengan Bapak “GN”, dilanjutkan dengan masyarakat sekitar yaitu Bapak “SG” sekitar pukul 11.00 WIB. Penenliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait partisipasi masyarakat di desa wisata. Beliau menjelaskan dengan baik terkait pertanyaan yang diajukan. Setelah peneliti
187
memperoleh data dan dirasa cukup maka peneliti memohon ijin untuk pamit pulang.
188
Lampiran 6. Catatan Wawancara CATATAN WAWANCARA I Hari, tanggal : 07 Januari dan 12 Januari 2017 Waktu
: 16.30-18.00 WIB dan 13.00-15.00 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan pengurus Desa Wisata Kebonagunng
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Subyek
: Bapak DY
Deskripsi 1. Apa yang menjadi ciri khas dari Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Bedanya dengan desa wisata lain, Desa Wisata Kebonagung ini kan desa wisata pertanian, budaya mbak jadi masih khas dengan kehidupan pedesaan mbak jadi wisatawan yang datang itu merasa puas dan senang mbak mendapatkan pelayanan yang baik dari masyarakat mbak. Karena wisatawan tersebut langsung merasakan kehidupan dengan masyarakat atau keluarga di homestay yang mereka tinggali mbak. Dan juga mereka dapat belajar bertani dari mulai ngluku, nggaru, nandur hingga penen mbak.” 2. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Ya kalau di desa wisata ini hanya punya objek wisata dan daya tarik dari bendung Tegal ini mbak sama pemandangan sawah yang masih hijau dan masih kental dengan kehidupan desa saja. Namun, dulu setelah diamati Desa Wisata Kebonagung ini akhirnya
189
dialihkan menjadi desa wisata pendidikan pertanian, kultur dan budaya. Yang mana wisatawan datang untuk merasakan kehidupan desa dan belajar mengenai proses bertani. Tapi belum lama ini juga dari dosen-dosen UST itu berkunjung kesini untuk merencanakan layout Desa Wisata Kebonagung ini mbak.” 3. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak DY : “Untuk kegiatan pengembangan prasarana sendiri mungkin tidak terlalu terlihat mbak, ya karena bisa dilihat sendiri to mbak. Jalur masuk Desa Wisata Kebonagung juga sudah di aspal, di jalan utama yang merupakan jalur ke Wonosari/Gunungkidul sendiri juga sudah jalan aspal jadi selalu ramai dengan lalu lintas kendaraan jadi untuk perbaikan ya dari pemerintah langsung untuk di jalan utamanya mbak. Paling juga hanya jalan yang masuk di dusun itu mbak itu juga per-RT disetiap dusun kerjabakti cuma pasang konblok atau cuma dibersihin aja ga pasti juga mbak kalau masih bagus jalannya juga ga dibenerin. Kalau untuk listrik, telekomunikasi, air sudah dapat mencukupi dan baik mbak, jadi wisatawan tidak perlu khawatir akan hal tersebut.” 4. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Sarana wisata disini sudah terdapat homestay. Untuk homestay sendiri kami serahkan kepada masyarakat mbak, masyarakat yang bersedia rumahnya dijadikan homestay dan yang cukup luas, selain
190
itu juga alat transportasi, dan catering makanan. Untuk kegiatan pengembangan sarana wisata disini untuk homestay nya dulu dilakukan dalam pengembangan MCK yang ada di setiap homestay mbak agar sesuai standar nasional maupun internasional mbak. Tahun 2009 – 2011 Desa Wisata Kebonagung mendapat dana dari PNPM Pariwisata mbak, kan wisatawan yang kesini juga dari mancanegara juga mbak. Namun untuk sekarang ini karena ini pengembangan sarana wisata dari homestay nya dilakukan secara masing-masing masyarakat karena kami sudah tidak pernah menerima dana sepeserpun jadi untuk pengembangan sarana dari dana individu saja.” 5. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Kalau kegiatan pengembangan untuk tata laksana atau infrastruktur kurang lebih sama dengan sarana wisata mbak. Ya karena desa wisata ini segala bentuk kegiatan wisata itu diberikan langsung ke masyarakat jadi untuk kegiatan pengembangannya juga dari masyarakat sendiri mbak. Contohnya saja, wisatawan menginap disini 3 hari selama 3 hari itu mereka tinggal di homestay yang telah kami sediakan jadi dalam penyediaan air bersih dan listrik nanti sudah ditangani oleh pemilik homestay tersebut mbak. Tentunya pemilik homestay tersebut sudah selalu mengecek atau memperbaiki untuk penyediaan air maupun listrik sehingga kalau
191
ada wisatawan mereka sudah siap gitu mbak. Selain itu di Desa Kebonagung ini masih ada ronda mbak tiap malam untuk menjaga desa kami mbak, tapi ketika ada wisatawan yang menginap keamanan dan pengawasan disini semakin diperketat lagi mbak. Maksudnya dari pengurus maupun POKDARWIS juga ikut siaga setiap malam mbak. Kalau lagi tidak ada wisatawan yang menginap ya pengurus dan POKDARWIS juga meronda tapi ya hanya sesuai dengan jadwalnya gitu mbak.” 6. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Kegiatan pengembangan masyarakat atau lingkungan sebenarnya juga penting mbak dilakukan. Untuk disini sendiri saja, kami selaku pengurus atau POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung selalu
memberikan
pemahaman
kepada
masyarakat
untuk
mengamalkan SAPTA PESONA sebagai desa wisata. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan lebih memahami bahwa di desanya sudah menjadi kawasan wisata dimana manfaat yang didapatkan untuk masyarakat sendiri.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? Bapak DY : “Dalam segala aktivitas baik dari yang menerima tamu, mengurus persiapan itu ya hanya saya sendiri mbak. Paling juga cuma dibantu sama pak Dalhari itu pun juga ketika pak Dalhari nggak sibuk dengan kerjanya mbak tapi pak Dalhari juga sewaktu-waktu
192
dibutuhkan itu siap mbak. Namun ya selama ini dalam pengambilan keputusan itu ya saya yang ambil mbak. Dari yang menerima tamu, koordinasi ya atau tidaknya itu ya hanya saya sendiri mbak. Hla tamu yang datang juga mencari saya e mbak.” 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? Bapak DY : “Dalam segala kegiatan desa wisata semua masyarakat ikut terlibat mbak, dari anak-anak sampai simbah-simbah itu diikutkan baik secara langsung atau tidak langsung mbak. Ya itu juga sesuai dengan desa wisata pendidikan petanian, kultur, dan budaya sebagai julukannya mbak. Jadi semua kegaiatan/ aktivitas masyarakat itu langsung terjun mbak.” 9. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? Bapak DY : “Semua masyarakat yang melayani tamu akan menerima jasa mbak. Baik individu atau kelompok menangkap positif manfaat yang nanti akan didapatkan mbak. Yang lebih senang lagi itu pemilik homestay yang digunakan oleh tamu mbak, karena selain sudah menerima jasa dari pengurus setiap tamu atau wisatawan yang tinggal di rumah mereka pasti juga memberi „tip‟ dan itu biasanya akan melebihi dari pemberian kami mbak. Jadi mereka berlomba untuk memberi layanan terbaik mbak.” 10. Bagaiamana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak DY : “Ada mbak. Evaluasi selalu dilaksanakan, sebagai timbal balik dari apa yang telah kita kerjakan selama ini. Pertemuan rutin tiap
193
bulan ada mbak. Walaupun untuk tanggal tidak selalu menetap ya karena melihat keadaan dan kegiatan di desa saja mbak. Pengurus dan POKDARWIS juga tidak terlalu formal ketika kumpul untuk evaluasi, santai gitu mbak yang penting nanti mengena ke pengurus maksud dan tujuan dari kegiatan kumpul itu mbak.” 11. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? Bapak DY : “Masyarakat disini dalam pemberian ide belum ada jadi ya kalau partisipasi dalam bentuk pikiran dari masyarakat sini belum diberikan. Contohnya saja setiap kami melakukan evaluasi setelah kegiatan, kebanyakan masyarakat hanya mendengarkan saja mbak. Jadi masih sedikit kritik atau saran yang kami dapatkan dari masyarakat. Mereka masih enggan berbicara mbak kepada kami.” 12. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? Bapak DY : “Menurut saya, masyarakat sini memang partisipasi yang dilakukan dalam bentu tenaga tersebut mbak. Hal tersebut saya lihat dari kesigapan masyarakat dimana mereka bersedia jika ada tamu dadakan. Semua kegiatan juga memerlukan tenaga dari masyarakat kami sendiri mbak. Pengurus maupun POKDARWIS hanya mengarahkan saja mbak ke tamu. Misalnya saja ketika tamu meminta untuk diajari kesenian gejog lesung, pasti nanti kami arahkan ke masyarakat yang dapat bermain gejog lesung, tamu minta diajari memasak apem nanti kami arahkan ke Pak Bachroni
194
yang punya keahlian membuat apem dan sebagainya mbak. Contoh kecilnya seperti itu mbak.” 13. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? Bapak DY : “Iya mbak. Kalau dalam bentuk pikiran dan tenaga masih dari pengurus dan POKDARWIS sendiri mbak. Masyarakat sini masih sungkan mbak ikut memberikan sumbangan pikiran kepada kami mbak, jadi ya dalam pembuatan keputusan masih dilakukan sendiri mbak.” 14. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentu keahlian? Bapak DY : “Partisipasi dalam bentuk keahlian juga dilakukan mbak tapi ya tapi masih seadanya saja mbak, karna masyarakat kami juga punya bidang masing-masing mbak. Contonya Pak Dalhari ini bisa batik, buat kerajinan jadi ketika ada tamu dan meminta untuk diajari membatik atau membuat kerajinan ya sama Pak Dalhari ini mbak. Masyarakat lain belum bisa kalau diminta menangani hal ini mbak, soalnya juga masyarakat sudah punya keterampilan masing-masing to mbak.” 15. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Disini itu masyarakat sangat antusias mbak, senang kalau melihat ada tamu datang. Apalagi ibu-ibu mbak. Nanti ibu-ibu lalu berlomba untuk membuat masakan yang nantinya akan dipasarkan
195
ke tamu mbak. Masyarakat juga dapat menerapkan kenyamanan ketika ada wisatawan mbak.” 16. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak DY : “Minim mbak dana di desa wisata ini. Ada dana juga dari ketika ada wisatawan mbak, kalaupun tidak ada wisatawan yang tidak ada dana yang masuk mbak. Dulu pernah ada sistem kas mbak tapi ya sering dipinjam ke oknum yang tidak bertanggungjawab jadi sistem kas tersebut ditiadakan mbak. Lalu dulu awal pembentukan desa wisata disini lurah lama semangat untuk membangun dan mengembangkan desa wisata mbak, tapi sekarang sudah tidak ada tindak lanjtnya mbak setelah berakhirnya jabatan lurah lama tersebut. Dan faktor penghambatnya ya disini belum ada regenerasi ke pemuda sini mbak. Pemuda sini masih dalam usia belajar mbak, sifat malu dalam diri pemuda juga tinggi mbak sehingga mungkin mereka belum percaya diri.”
196
CATATAN WAWANCARA II Hari, tanggal : 14 Januari 2017 Waktu
: 10.00-12.00 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan ketua Desa Wisata Kebonagunng
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Subyek
: Bapak BC
Deskripsi 1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak BC : “Dari adanya bendungan Tegal tahun 1998, yang dijadikan sebagai objek wisata air yang menarik dengan sebutan „Tirta Bendung Tegal‟ sampai tahun 2003 lalu mati. Desa Kebonagung pernah menjadi desa tertinggal ya karena masyarakat hanya sebagai petani, buruh tani, dan penambang pasir di sungai Oya lalu dilakukan pengembangan menjadi desa wisata pertanian.” 2. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak BC : “Apa to mbak yang dimiliki desa wisata ini. Tempat parkir untuk wisatawan aja nggak punya. Setiap kendaraan apalagi bus pariwisata hanya dipinggir jalan saja mbak. Harapan saya mbak, dengan pemerintah desa yang kemarin baru ini nantinya bisa lebih memperhatikan desa wisata ini mbak. Ikut memajukannya mbak, dengan salah satunya ya memberikan lahan kosong untuk area
197
parkir mbak. Lha kalau desa wisata maju namun untuk area parkir tidak tersedia juga nanti akan mengganggu keindahan to mbak. Apalagi prasarana yang ada aja milik umum seperti akses jalan udah di
aspal sama pemerintah, untuk
listrik,
air, dan
telekomunikasi sekarang sudah baik disini mbak.” 3. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak BC : “Dana disini minim mbak, dulu 3 kali mendapat dana dari PNPM Pariwisata digunakan untuk pengembangan sarana desa wisata mbak seperti perbaikan MCK di setiap homestay mbak agar sesuai standar internasional. Selain itu juga sebagian untuk sound system, panggung kesenian, dan pelatihan bagi masyarakat sini mbak. Tapi karena sekarang sudah nggak dapat dana lagi ya kegiatan pengembangan untuk homestay dilakukan dari pemilik sendiri mbak. Sedangkan ketika masih ada sisa uang dari wisatawan nanti untuk pengembangan sarana lain yang lebih kecil seperti panggung, alat kesenian, soundsystem gitu mbak. Disini juga terdapat sarana alat transportasi di desa wisata ini hanya sepeda ontel mbak, jumlahnya juga hanya sekitar 20an itu pemberian atau hibah dari Bank BPD saja mbak. Kami hanya rajin membersihkan sepeda ontel seminggu sekali mbak, dan dicek ketika akan digunakan wisatawan saja mbak.” 4. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan?
198
Bapak BC : “Disini saya memang sebagai ketua mbak, tapi segala kegiatan itu yang mengatur pak Dalbiya mbak. Kalau ada yang menghubungi saya lalu saya arahkan untuk menghubungi pak Dal mbak.” 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? Bapak BC : “Manfaat itu selalu masyarakat dapatkan mbak dalam setiap kegiatan yang ada, karena juga memberdayakan masyarakat kami secara menyeluruh dan langsung mbak.
Jadi manfaat tersebut
tentunya mereka dapatkan mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak BC : “Secara tidak formal kami sering kumpul mbak, ya entah itu membahas untuk membuat inovasi baru atau mengevaluasi kegiatan yang telah berjalan.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? Bapak BC : “Masyarakat sini partisipasinya dalam bentuk tenaga mbak. Yang setiap tenaga atau jerih payah masyarakat kami selalu kami beri jasa yang sepadan mbak, jadi tidak ada masyarakat kami yang merasa dirugikan mbak.” 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian? Bapak BC : “Setiap masyarakat kami sudah memiliki keterampilannya masingmasing, jadi ketika wisatawan meminta untuk kegiatan a misalnya pasti nanti kami berikan ke masyarakat yang memiliki keterampilan tersebut. Tapi untuk secara keseluruhan untuk hal-hal yang pada umumnya dapat dilakukan, masyarakat secara langsung sangat
199
andil dalam kegiatan desa wisata dengan memberikan tenaga mereka.” 9. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak BC : “Selama jadi ketua disini saya percayakan kepada pengurus atau teman-teman saya mbak. Disini kami selalu menciptakan suasana terbuka entah dengan POKDARWIS, pengurus lain maupun ke masyarakat mbak. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan mempunyai rasa memiliki jadi dapat mendorong kemajuan desa wisata ini mbak.” 10. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak BC : “Belum pernah mendapat dana tahunan. Secara mandiri pendanaan desa wisata ini mbak, dan ya minim mbak.”
200
CATATAN WAWANCARA III Hari, tanggal : 14 Januari 2017 Waktu
: 12.00-14.00 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan POKDARWIS Desa Wisata Kebonagunng
Tempat
: Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Subyek
: Bapak DL
Deskripsi 1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak DL : “Kan saya di sie kerajinan, disini saya juga membuat seperti papan-papan petunjuk gapura atau yang lain agar dapat menarik wisatawan untuk datang kesini. Sekarang baru saya mulai membuat lagi mbak, tapi ya belum selesai. Lha saya hanya mengerjakan sendiri je mbak…nggak ada yang membantu ya jadi terkadang kalau pas selo saya lanjutkan mbak.” 2. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak DL : “Menurut saya mbak yang perlu kegiatan prasarana wisata disini ya pembuatan lahan parkir mbak. Biar kelihatan rapi apalagi kalau kunjungan dari instansi provinsi lain mbak. Masa desa wisata yang udah terkenal tempat parkir aja nggak punya. Nanti akan membuat nama dinas pariwisata Kabupaten Bantul ikut jelek kan mbak.”
201
3. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak DL : “Alat transportasi yang dimiliki desa wisata ini hanya berupa sepeda mbak, itu saja hanya hibah dari Bank BPD. Jadi ya kami selaku pengurus atau POKDARWIS yang merawat sepeda sebagai sarana alat transportasi disini mbak. Untuk pengembangan alat transportasi disini mungkin belum berjalan mbak.” 4. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? Bapak DL : “Wisatawan yang datang kesini pada umumnya ingin merasakan kehidupan desa mbak, jadi adat-istiadat disini masih dilestarikan oleh masyarakat juga mbak.” 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? Bapak DL : “Semuanya ikut terlibat mbak,mereka sangat antusias mbak. Apalagi ketika tamu yang datang jumlahnya banyak dan pada menginap. Masyarakat melayani dengan baik mbak, mereka anggap tamu seperti keluarga mereka sendiri mbak. Jadi, tamu juga merasa nyaman mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak DL : “Ada mbak. Evaluasi selalu dilaksanakan, sebagai timbal balik dari apa yang telah kita kerjakan selama ini.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? Bapak DL : “Memang desa wisata kami masih terbatas dalam memberikan pikiran sekaligus tenaganya mbak. Jadi terkadang sulit mbak kalau
202
mau membuat kegiatan untuk pengembangan mbak. Masyarakat sini masih dalam bentuk tenaga saja mbak keikutsertaannya mbak. Jadi kalau hanya dari pengurus saja yang berpikir nanti kalau tidak bisa
sepaham
dengan
masyarakat
juga
akan
sulit
mbak
koordinasinya.” 8. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak DL : “Pemerintah desa sini kurang ikut berperan mbak. Mungkin yak karena kekosongan kepala desa, jadi dari pemerintah desa belum ikut untuk menanganinya mbak. Semoga saja setelah pergantian kepala desa ini akan menjadi lebih baik mbak.”
203
CATATAN WAWANCARA IV Hari, tanggal : 17 Januari 2017 Waktu
: 13.00-14.30 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Kebonagunng
Tempat
: Rumah Bapak NG
Subyek
: Bapak NG
Deskripsi 1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak NG : “Jadi gini ya mbak, kemarin itu Desa Wisata Kebonagung kedatangan tamu dari dosen UST mbak, mereka menjalin kerjasama dengan Desa Wisata Kebonagung mbak untuk membuat desa wisata ini lebih maju lagi mbak, dosen-dosen UST melihat masih terdapat lahan kosong mbak di sekitar bendung Tegal mbak… nantinya akan dibuat objek wisata sebagai daya tarik wisatawan lagi gitu mbak, entah berupa dibuat tempat selfie kaya di Mangunan dan mungkin taman disekitar bendung mbak. Selain itu juga mbak rata-rata wisatawan yang datang itu senang mbak tinggal disini, mereka kan rata-rata orang kota yang jarang to mbak bisa melihat pemandangan sawah dan ngobrol sama orangtua atau tetangga, jadi ketika mereka datang itu wisatawan merasa punya keluarga baru disini mbak.”
204
2. Bagaiamana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak NG : “Semisal gini mbak, kalau wisatawana sedang berkunjung kesini lha mereka turun dipinggir jalan lalu mereka berpikir memang diturunkan disitu nanti bus nya tinggal parkir, tapi sampai wisatawan selesai berwisata bus kok tetap parkir disitu. Apakah nanti aman dengan barang yang ada di dalam bus, kan disini banyak anak-anak yang bermain dan lewat mbak. Pikiran setiap orang kan beda to mbak, jadi takunya kalau ada kehilangan nanti siapa yang tanggungjawab kalau lahan parkir tidak tersedia mbak.” 3. Bagaimana
pengembangan
tata
laksana/infrastruktur
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak NG : “Khususnya di Dusun Jayan ini mbak sudah ada sistem ronda mbak setiap malam. Jadi bapak-bapak selalu gentian sesuai kelompok dan jadwal rondanya mbak.” 4. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? Bapak NG : “Warga kami disini tetap melakukan tradisi yang telah ada sejak dulu mbak. Sebelum atau sesudah ditetapkannya Desa Kebonagung ini sebagai desa wisata, kehidupan warga kami tetap sama mbak. Budaya, tradisi yang ada masih mereka junjung mbak seperti tradisi genduri yang dilakukan di desa kami ini mbak.” 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan?
205
Bapak NG : “Masyarakat kami sangat antusias mbak, kalau lagi belum ada tamu atau wisatawan saja mereka pada tanya kok nggak ada tamu to pak. Seperti itu mbak masyarakat kami. Semua bentuk kegiatan yang ada dimasyarakat kami semisal kerjabakti, genduri selalu melibatkan masyarakat mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? Bapak NG : “Masyarakat sini menanggapi dengan senang mbak ketika banyak wisatawan yang datang itu. Ya giman aya mbak, dari banyaknya wisatawan perekonomian akan bertambah mbah dan juga pemasukan untuk kas setiap dusun mbak.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak NG : “Secara perwakilan dari masyarakat dipanggil mbak ketika pengurus mengevaluasi apa yang telah dijalankan. Dengan harapan nanti perwakilan tersebut dapat menyampaikan ke masyarakat agar tidak ada rasa saling menutupi mbak antara pengurus dengan masyarakat mbak.” 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? Bapak NG : “Jadi gini ya mbak, masyarakat kami masih enggan mbak. Masih malu-mau mbak untuk ngomong. Masih kurang memiliki rasa percaya diri mbak. Tapi kalau membantu melayani ataupun kerja bakti dan kegiatan lain masyarakat kami siap untuk melakukan mbak.”
206
9. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak NG : “Wisatawan yang datang kesini dapat belajar bertani seperti ngluku, nggaru, tandur mbak. Kuliner juga ada mbak membuat apem, geplak. Pokoknya semua yang ada di desa ini dapat kami jual kami tawarkan ke wisatawan mbak, tinggal mereka mau nya apa mbak.”
207
CATATAN WAWANCARA V Hari, tanggal : 17 Januari 2017 Waktu
: 14.30-16.00 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan pemilik homestay Desa Wisata Kebonagunng
Tempat
: Rumah Bapak SR
Subyek
: Bapak SR
Deskripsi 1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak SR : “Gimana ya mbak, saya sudah sepuh gini dan memiliki kekurangan fisik jadi kalau mau membantu langsung membuat saya sudah tidak bisa e mbak. Jadi ya yang pasti pokok ikut membantu dalam pembuatan papan-papan petunjuk seperti itu ya dari pengurus dan pokdarwis sih mbak. Namun untuk taman ataupun spot foto tersebut dibantu oleh beberapa tukang mbak.” 2. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak SR : “Wah, kalau jalan, listrik, air sudah mencukupi mbak desa ini. Jadi wisatawan tidak perlu takut kalau kekurangan mbak. Hanya saja untuk tempat parkir ki masih dipinggir jalan utama desa mbak. Jadi kadang masyarakat kalau aktivitas agak susah. Kan kebanyakan petani biasanya bawa jerami itu di motor jadi pas ada kunjungan
208
jalan jadi agak sempit mbak. Selain itu juga banyak anak-anak yang bermain mbak. Takutnya nanti bus nya rusak gara-gara anakanak pada bermain gitu mbak.” 3. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak SR : “Wah jan mbak, ibu-ibu disini sudah diberi pelatihan memasak tapi kadang mereka masih malu menawarkan mbak. Padahal wisatawan pasti tertarik dari yang sudah dimasak ibu-ibu mbak.” 4. Bagaimana kegiatan tata laksana/infrastruktur DesaWisata Kebonagung? Bapak SR : “Penyediaan air bersih dan juga listrik sudah diserahkan ke setiap homestay yang ditempati mbak, jadi untuk di rumah saya sendiri memang sudah saya siapkan untuk kebersihan air dan listriknya mbak. Nggak jarang juga saya nguraske sumur saya mbak. Biar kebersihannya tetap terjaga mbak. Kan tidak hanya untuk wisatawan mbak, itu juga digunakan keluarga saya sehari-hari mbak.” 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? Bapak SR : “Untuk pengambilan keputusan secara bermusyawarah ke masyarakat itu masih jarang mbak, padahal segala kegiatan yang ada dilibatkan langsung dengan masyarakat mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? Bapak SR : “Kami senang mbak ketika dapat ikut membantu dalam setiap kegaiatan yang ada mbak. Dari kegiatan persiapan untuk
209
menyambut tamu, melatih kesenian seperti gejog lesung, jathilan gitu.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? Bapak SR : “Dari adanya wisatawan atau tamu yang tinggal di rumah saya ini mbak, saya dan keluarga dapat bertukar wawasan, pengetahuan mbak. Mereka selama tinggal disini kan sudah kami anggap seperti keluarga sendiri mbak, jadi sering ngobrol gitu mbak. Selain itu juga mbak manfaat yang diterima untuk keluarga kami juga dapat membantu perekonomian mbak.” 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak SR : “Memang mbak, selama ini evaluasi selalu dilakukan. Apalagi ketika setelah ada wisatawan mbak. Pasti kami dikupulkan bersama di sekretariat untuk melakukan evaluasi mbak.” 9. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? Bapak SR : “Kalau dalam bentuk pikiran belum saya lakukan mbak. namun dalam bentuk tenaga sudah dilakukan mbak. Kan sewaktu tamu menginap di gubuk saya yang melayani mereka ya saya dan keluarga mbak. Tenaga itu yang bisa kami berikan mbak. Masyarakat lain juga kaya gitu mbak.” 10. Apa saja faktor pendukung yang ada di Desa Wisata Kebonagung? Bapak SR : “Wah mbak, saya senang kalau kedatangan tamu gitu mbak. Kalau pas lama nggak ada tamu gitu saya sering tanya ke pak dal, pak kok belum ada tamu lagi sih.”
210
CATATAN WAWANCARA VI Hari, tanggal : 21 Januari 2017 Waktu
: 10.00-11.00 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan masyarakat Desa Kebonagung
Tempat
: Rumah Bapak GN
Subyek
: Bapak GN
Deskripsi 1. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? Bapak GN : “Kalau untuk di Dusun Kalangan sendiri jalannya sudah ada yang di aspal ada yang belum juga mbak, yang belum itu juga biasanya jalan masuk gang-gang kecil jadi memang masih setapak. Tapi sekiranya jalan sudah rusak berat ya warga kerja bakti mbak di konblok atau cuma diratakan gitu mbak. Jalan kan digunakan umum ya mbak, jadi ya tergantung nanti dana yang terkumpul di dusun atau RT gitu mbak. Untuk yang jalan di aspal juga itu jalan utama masuk yang menyalurkan ke jalan utama lain mbak jadi yang aspal dari pemerintah mbak.” 2. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak GN : “Untuk catering makanan biasanya langsung sekalian dengan homestay mbak. Tapi disini juga tedapat beberapa kelompok ibuibu yang dibentuk dengan tujuan melayani wisatawan yang
211
meminta di buatkan makanan tradisional atau khas sesuai yang wisatawan inginkan.” 3. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? Bapak GN : “Iya mbak, ada ronda keliling mbak disini. Untuk malam minggu disini yang meronda itu dari pemudanya mbak jadi biar mereka juga ikut serawung dan menjaga keamanan lingkungan mbak. Apalagi jika lagi ada wisatawan mbak.” 4. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? Bapak GN : “Setiap ada pertemuan kampung sebulan sekali, setelah membahas apa yang dibutuhkan kampung tidak lupa kami juga mendapat pengarahan dan pemahaman dari tokoh masyarakat maupun kepengurusan desa wisata mbak agar tetap bisa mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih di desa kami ini mbak. Jadi sewaktu-waktu kedatangan wisatawan masyarakat kami tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan biasa mbak. Iya mbak, disini masih banyak adat-dat jawa yang dilakukan seperti genduri, syukuran waktu panen gitu mbak. Ya gimana ya mbak itu juga sebagai wujud syukur masyarakat desa kami dari pemberian yang di atas kepada kami mbak.” 5. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan?
212
Bapak GN : “Gimana ya mbak, kalau pengambilan keputusan untuk kegiatan desa wisata ini masyarakat tidak diikutsertakan mbak. Jadi hanya pengurus nya saja yang tahu mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? Bapak GN : “Forum musyawarah ada mbak disini, itu juga untuk menjaring aspirasi dari masyarakat mbak. Tapi terkadang masyarakat masih enggan untuk menyampaikannya mbak. Jadi ya kalau pas evaluasi mereka lebih sering jadi pendengar setia.” 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? Bapak GN : “Untuk saya atau masyarakat lain memang tidak pernah mbak ikut dalam rapat atau kegiatan apa yang membahas untuk Desa Wisata Kebonagung mbak, ya karena dari segi pendidikan saya aja juga tidak terlalu tinggi jadi pemahaman saya masih kurang mbak. Jadi kalau memberikan ide saya belum mbak. Tapi kalau untuk pelaksanaaan membantu ikut mbak selagi saya bisa.” 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? Bapak GN : “Belum mbak. Saya belum pernah kalau untuk berpartisipasi dalam pikiran dan tenaga mbak. Sebatas dalam bentuk tenaga saja mbak yang saya lakukan. Soalnya pendidikan saya juga cuma tamatan SMP saja.” 9. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung?
213
Bapak GN : “Desa saya ini memiliki banyak potensi mbak, dari pertanian sebagai potensi utama dalam kegiatan desa wisata disini mbak, selain itu juga kuliner, kesenian langsung ada di masyarakat desa kami mbak.”
214
CATATAN WAWANCARA VII Hari, tanggal : 21 Januari 2017 Waktu
: 11.00-12.30 WIB
Kegiatan
: Wawancara dengan pemilik homestay Desa Wisata Kebonagung
Tempat
: Rumah Bapak SG
Subyek
: Bapak SG
Deskripsi 1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Memang ada mbak, pembuatan gapura, papan-papan petunjuk seperti itu tapi ya tidak jadi secepat atau sesuai yang ditarget ya soalnya saya juga memiliki pekerjaan lain mbak, jadi saya membantu juga ketika hari libur gitu saja mbak. Dan untuk para pemuda-pemudi disini pun juga rata-rata mereka lebih asik untuk main sendiri mbak daripada kerjabakti untuk memajukan desa wisata mbak.” 2. Bagaimana kegiatan pengembangan prasarana Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Disini perbaikan jalannya di jalan setapak mbak, itupun masih ada yang belum dikonblok, ada juga yang belum. Lha rata-rata jalan di Desa Kebonagung itu sudah aspal je mbak jadi tidak terlalu ada kegiatan pembenahan jalan. Nanti kalau semua di aspal ndak malah kekhasan nuansa pedesaan malah nggak ada to mbak.”
215
3. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Gini mbak untuk kelompok ibu-ibu itu dibantu kelompok LSM Agung Tirtowening mbak. Ibu-ibu itu diberikan pelatihan memasak. Masakan tradisional khususnya dari Bantul. Jadi ketika wisatawan minta dibuatkan geplak untuk oleh-oleh misalnya tidak usah dibelikan tinggal ibu-ibu kelompok itu bisa membuatkan mbak.” 4. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Ya mbak, dalam penyediaan air bersih sudah selalu saya lakukan sendiri mbak ketika wisatawan menginap di gubuk saya ini mbak. Segala permintaan dari wisatawan saya dan keluarga yang menangani mbak. Aliran istrik juga sudah mencukupi mbak ketika ada wisatawan mbak. Terkadang saja wisatawan juga minta masakan sayur lodeh gitu, ya dari ibunya yang masakin mbak.” 5. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Memang benar mbak. setiap ada pertemuan di kampung kami selalu diingatkan agar tetap mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih desa kami sebagai desa wisata mbak.” 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan?
216
Bapak SG : “Dalam pengambilan kami tidak diikutsertakan mbak, jadi ketika ada tamu ya pengurus yang mengurusnya. Nanti kami tinggal terima jadi dari pengurus gitu mbak.” 7. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Keluarga kami selalu siap ketika menerima tamu mbak, dan selalu kami berikan pelayanan terbaik agar tamu tidak kecewa.” 8. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? Bapak SG : “Kurang terlibatnya pemuda selama ini mbak dalam kegiatan. Masyarakat yang ikut berpartisipasi ya dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak yang membantu kegiatan mbak. Untuk pemuda sampai saat ini masih sangat kecil keterlibatannya.”
217
Lampiran 7. Analisis Data ANALISIS DATA (Reduksi Data, Penyajian Data, Dan Penarikan Kesimpulan Hasil Wawancara)
1. Bagaimana kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik Desa Wisata Kebonagung? DY
: Ya kalau di desa wisata ini hanya punya objek wisata dan daya tarik dari bendung Tegal ini mbak sama pemandangan sawah yang masih hijau dan masih kental dengan kehidupan desa saja. Namun, dulu setelah diamati Desa Wisata Kebonagung ini akhirnya dialihkan menjadi desa wisata pendidikan pertanian, kultur dan budaya. Yang mana wisatawan datang untuk merasakan kehidupan desa dan belajar mengenai proses bertani. Tapi belum lama ini juga dari dosen-dosen UST itu berkunjung kesini untuk merencanakan layout Desa Wisata Kebonagung ini mbak.
BC
: Dari adanya bendungan Tegal tahun 1998, yang dijadikan sebagai objek wisata air yang menarik dengan sebutan „Tirta Bendung Tegal‟ sampai tahun 2003 lalu mati. Desa Kebonagung pernah menjadi desa tertinggal ya karena masyarakat hanya sebagai petani, buruh tani, dan penambang pasir di sungai Oya lalu dilakukan pengembangan menjadi desa wisata pertanian.
218
DL
: Kan saya di sie kerajinan, disini saya juga membuat seperti papan-papan petunjuk gapura atau yang lain agar dapat menarik wisatawan untuk datang kesini. Sekarang baru saya mulai membuat lagi mbak, tapi ya belum selesai. Lha saya hanya mengerjakan sendiri je mbak…nggak ada yang membantu ya jadi terkadang kalau pas selo saya lanjutkan mbak.
NG
: Jadi gini ya mbak, kemarin itu Desa Wisata Kebonagung kedatangan tamu dari dosen UST mbak, mereka menjalin kerjasama dengan Desa Wisata Kebonagung mbak untuk membuat desa wisata ini lebih maju lagi mbak, dosen-dosen UST melihat masih terdapat lahan kosong mbak di sekitar bendung Tegal mbak… nantinya akan dibuat objek wisata sebagai daya tarik wisatawan lagi gitu mbak, entah berupa dibuat tempat selfie kaya di Mangunan dan mungkin taman disekitar bendung mbak. Selain itu juga mbak rata-rata wisatawan yang datang itu senang mbak tinggal disini, mereka kan rata-rata orang kota yang jarang to mbak bisa melihat pemandangan sawah dan ngobrol sama orangtua atau tetangga, jadi ketika mereka datang itu wisatawan merasa punya keluarga baru disini mbak.
SR
: Gimana ya mbak, saya sudah sepuh gini dan memiliki kekurangan fisik jadi kalau mau membantu langsung membuat saya sudah tidak bisa e mbak. Jadi ya yang pasti pokok ikut membantu dalam pembuatan papan-papan petunjuk seperti itu ya dari
219
pengurus dan pokdarwis sih mbak. Namun untuk taman ataupun spot foto tersebut dibantu oleh beberapa tukang mbak. SG
: Memang ada mbak, pembuatan gapura, papan-papan petunjuk seperti itu tapi ya tidak jadi secepat atau sesuai yang ditarget ya soalnya saya juga memiliki pekerjaan lain mbak, jadi saya membantu juga ketika hari libur gitu saja mbak. Dan untuk para pemuda-pemudi disini pun juga rata-rata mereka lebih asik untuk main sendiri mbak daripada kerjabakti untuk memajukan desa wisata mbak.
Kesimpulan: Kegiatan pengembangan obyek dan daya tarik wisata yang dilakukan Desa Wisata Kebonagunga adalah dibuatnya tempat untuk berfoto di atas bendung tegal seperti yang ada di tempat wisata sekarang ini, pembuatan taman di lahan yang kosong disekitar bendung Tegal, dan pembaharuan lagi papan-papan petunjuk, gapura, dsb agar terlihat nuansa baru di Desa Wisata Kebonagung. 2. Bagaimana
kegiatan
pengembangan
prasarana
wisata
Desa
Wisata
Kebonagung? DY
: Untuk kegiatan pengembangan prasarana sendiri mungkin tidak terlalu terlihat mbak, ya karena bisa dilihat sendiri to mbak. Jalur masuk Desa Wisata Kebonagung juga sudah di aspal, di jalan utama yang merupakan jalur ke Wonosari/Gunungkidul sendiri juga sudah jalan aspal jadi selalu ramai dengan lalu lintas
220
kendaraan jadi untuk perbaikan ya dari pemerintah langsung untuk di jalan utamanya mbak. Paling juga hanya jalan yang masuk di dusun itu mbak itu juga per-RT disetiap dusun kerjabakti cuma pasang konblok atau cuma dibersihin aja ga pasti juga mbak kalau masih bagus jalannya juga ga dibenerin. Kalau untuk listrik, telekomunikasi, air sudah dapat mencukupi dan baik mbak, jadi wisatawan tidak perlu khawatir akan hal tersebut. BC
: Apa to mbak yang dimiliki desa wisata ini. Tempat parkir untuk wisatawan aja nggak punya. Setiap kendaraan apalagi bus pariwisata hanya dipinggir jalan saja mbak. Harapan saya mbak, dengan pemerintah desa yang kemarin baru ini nantinya bisa lebih memperhatikan desa wisata ini mbak. Ikut memajukannya mbak, dengan salah satunya ya memberikan lahan kosong untuk area parkir mbak. Lha kalau desa wisata maju namun untuk area parkir tidak tersedia juga nanti akan mengganggu keindahan to mbak. Apalagi prasarana yang ada aja milik umum seperti akses jalan udah di
aspal sama pemerintah, untuk
listrik,
air, dan
telekomunikasi sekarang sudah baik disini mbak. DL
: Menurut saya mbak yang perlu kegiatan prasarana wisata disini ya pembuatan lahan parkir mbak. Biar kelihatan rapi apalagi kalau kunjungan dari instansi provinsi lain mbak. Masa desa wisata yang udah terkenal tempat parkir aja nggak punya. Nanti akan membuat nama dinas pariwisata Kabupaten Bantul ikut jelek kan mbak.
221
NG
: Semisal gini mbak, kalau wisatawana sedang berkunjung kesini lha mereka turun dipinggir jalan lalu mereka berpikir memang diturunkan disitu nanti bus nya tinggal parkir, tapi sampai wisatawan selesai berwisata bus kok tetap parkir disitu. Apakah nanti aman dengan barang yang ada di dalam bus, kan disini banyak anak-anak yang bermain dan lewat mbak. Pikiran setiap orang kan beda to mbak, jadi takunya kalau ada kehilangan nanti siapa yang tanggungjawab kalau lahan parkir tidak tersedia mbak.
SR
: Wah, kalau jalan, listrik, air sudah mencukupi mbak desa ini. Jadi wisatawan tidak perlu takut kalau kekurangan mbak. Hanya saja untuk tempat parkir ki masih dipinggir jalan utama desa mbak. Jadi kadang masyarakat kalau aktivitas agak susah. Kan kebanyakan petani biasanya bawa jerami itu di motor jadi pas ada kunjungan jalan jadi agak sempit mbak. Selain itu juga banyak anak-anak yang bermain mbak. Takutnya nanti bus nya rusak gara-gara anakanak pada bermain gitu mbak.
GN
: Kalau untuk di Dusun Kalangan sendiri jalannya sudah ada yang di aspal ada yang belum juga mbak, yang belum itu juga biasanya jalan masuk gang-gang kecil jadi memang masih setapak. Tapi sekiranya jalan sudah rusak berat ya warga kerja bakti mbak di konblok atau cuma diratakan gitu mbak. Jalan kan digunakan umum ya mbak, jadi ya tergantung nanti dana yang terkumpul di dusun atau RT gitu mbak. Untuk yang jalan di aspal juga itu jalan
222
utama masuk yang menyalurkan ke jalan utama lain mbak jadi yang aspal dari pemerintah mbak. SG
: Disini perbaikan jalannya di jalan setapak mbak, itupun masih ada yang belum dikonblok, ada juga yang belum. Lha rata-rata jalan di Desa Kebonagung itu sudah aspal je mbak jadi tidak terlalu ada kegiatan pembenahan jalan. Nanti kalau semua di aspal ndak malah kekhasan nuansa pedesaan malah nggak ada to mbak.
Kesimpulan: Kegiatan pengembangan prasarana wisata Desa Wisata Kebonagung secara fisik sedikit, karena dalam prasarana yang ada untuk akses jalan utama sendiri sudah aspal dan dalam kondisi baik, akses listrik, air, dan telekomunikasi juga baik. Perbaikan jalan setapak yang ada di Desa Wisata Kebonagung juga dilakukan namun ya tergantung dari dana yang ada dari RT atau dari dusun saja dan ketika jalan tersebut sudah tidak dapat tidak layak baru dibenahi karena di desa ya umumnya masih tanah jalannya sehingga tidak terlalu untuk diperbaiki. Dan masih minim untuk proses pembuatan lahan parkir. 3. Bagaimana kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung? DY
: Sarana wisata disini sudah terdapat homestay. Untuk homestay sendiri kami serahkan kepada masyarakat mbak, masyarakat yang bersedia rumahnya dijadikan homestay dan yang cukup luas, selain itu juga alat transportasi, dan catering makanan. Untuk kegiatan pengembangan sarana wisata disini untuk homestay nya dulu
223
dilakukan dalam pengembangan MCK yang ada di setiap homestay mbak agar sesuai standar nasional maupun internasional mbak. Tahun 2009 – 2011 Desa Wisata Kebonagung mendapat dana dari PNPM Pariwisata mbak, kan wisatawan yang kesini juga dari mancanegara juga mbak. Namun untuk sekarang ini karena ini pengembangan sarana wisata dari homestay nya dilakukan secara masing-masing masyarakat karena kami sudah tidak pernah menerima dana sepeserpun jadi untuk pengembangan sarana dari dana individu saja. BC
: Dana disini minim mbak, dulu 3 kali mendapat dana dari PNPM Pariwisata digunakan untuk pengembangan sarana desa wisata mbak seperti perbaikan MCK di setiap homestay mbak agar sesuai standar internasional. Selain itu juga sebagian untuk sound system, panggung kesenian, dan pelatihan bagi masyarakat sini mbak. Tapi karena sekarang sudah nggak dapat dana lagi ya kegiatan pengembangan untuk homestay dilakukan dari pemilik sendiri mbak. Sedangkan ketika masih ada sisa uang dari wisatawan nanti untuk pengembangan sarana lain yang lebih kecil seperti panggung, alat kesenian, soundsystem gitu mbak. Disini juga terdapat sarana alat transportasi di desa wisata ini hanya sepeda ontel mbak, jumlahnya juga hanya sekitar 20an itu pemberian atau hibah dari Bank BPD saja mbak. Kami hanya rajin membersihkan sepeda
224
ontel seminggu sekali mbak, dan dicek ketika akan digunakan wisatawan saja mbak. DL
: Alat transportasi yang dimiliki desa wisata ini hanya berupa sepeda mbak, itu saja hanya hibah dari Bank BPD. Jadi ya kami selaku pengurus atau POKDARWIS yang merawat sepeda sebagai sarana alat transportasi disini mbak. Untuk pengembangan alat transportasi disini mungkin belum berjalan mbak.
SR
: Wah jan mbak, ibu-ibu disini sudah diberi pelatihan memasak tapi kadang mereka masih malu menawarkan mbak. Padahal wisatawan pasti tertarik dari yang sudah dimasak ibu-ibu mbak.
GN
: Untuk catering makanan biasanya langsung sekalian dengan homestay mbak. Tapi disini juga tedapat beberapa kelompok ibuibu yang dibentuk dengan tujuan melayani wisatawan yang meminta di buatkan makanan tradisional atau khas sesuai yang wisatawan inginkan.
SG
: Gini mbak untuk kelompok ibu-ibu itu dibantu kelompok LSM Agung Tirtowening mbak. Ibu-ibu itu diberikan pelatihan memasak. Masakan tradisional khususnya dari Bantul. Jadi ketika wisatawan minta dibuatkan geplak untuk oleh-oleh misalnya tidak usah dibelikan tinggal ibu-ibu kelompok itu bisa membuatkan mbak.
Kesimpulan: Kegiatan pengembangan sarana wisata Desa Wisata Kebonagung dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, karena di desa wisata ini
225
tidak mendapatkan dana dari pemerintah setiap tahun jadi dalam pembenahan sarana dilakukan secara mandiri melihat juga segala kegiatan wisata murni dilakukan di kehidupan masyarakat. Namun hanya merawat beberapa sarana yang ada dan umum digunakan untuk kegiatan wisata seperti sepeda, gamelan, soundsystem dsb. 4. Bagaimana kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung? DY
: Kalau kegiatan pengembangan untuk tata laksana atau infrastruktur kurang lebih sama dengan sarana wisata mbak. Ya karena desa wisata ini segala bentuk kegiatan wisata itu diberikan langsung ke masyarakat jadi untuk kegiatan pengembangannya juga dari masyarakat sendiri mbak. Contohnya saja, wisatawan menginap disini 3 hari selama 3 hari itu mereka tinggal di homestay yang telah kami sediakan jadi dalam penyediaan air bersih dan listrik nanti sudah ditangani oleh pemilik homestay tersebut mbak. Tentunya pemilik homestay tersebut sudah selalu mengecek atau memperbaiki untuk penyediaan air maupun listrik sehingga kalau ada wisatawan mereka sudah siap gitu mbak. Selain itu di Desa Kebonagung ini masih ada ronda mbak tiap malam untuk menjaga desa kami mbak, tapi ketika ada wisatawan yang menginap keamanan dan pengawasan disini semakin diperketat lagi mbak. Maksudnya dari pengurus maupun POKDARWIS juga ikut siaga setiap malam mbak. Kalau lagi tidak ada wisatawan yang menginap
226
ya pengurus dan POKDARWIS juga meronda tapi ya hanya sesuai dengan jadwalnya gitu mbak. NG
: Khususnya di Dusun Jayan ini mbak sudah ada sistem ronda mbak setiap malam. Jadi bapak-bapak selalu gentian sesuai kelompok dan jadwal rondanya mbak.
SR
: Penyediaan air bersih dan juga listrik sudah diserahkan ke setiap homestay yang ditempati mbak, jadi untuk di rumah saya sendiri memang sudah saya siapkan untuk kebersihan air dan listriknya mbak. Nggak jarang juga saya nguraske sumur saya mbak. Biar kebersihannya tetap terjaga mbak. Kan tidak hanya untuk wisatawan mbak, itu juga digunakan keluarga saya sehari-hari mbak.
GN
: Iya mbak, ada ronda keliling mbak disini. Untuk malam minggu disini yang meronda itu dari pemudanya mbak jadi biar mereka juga ikut serawung dan menjaga keamanan lingkungan mbak. Apalagi jika lagi ada wisatawan mbak.
SG
: Ya mbak, dalam penyediaan air bersih sudah selalu saya lakukan sendiri mbak ketika wisatawan menginap di gubuk saya ini mbak. Segala permintaan dari wisatawan saya dan keluarga yang menangani mbak. Aliran istrik juga sudah mencukupi mbak ketika ada wisatawan mbak. Terkadang saja wisatawan juga minta masakan sayur lodeh gitu, ya dari ibunya yang masakin mbak.
227
Kesimpulan: Kegiatan pengembangan tata laksana/infrastruktur Desa Wisata Kebonagung kurang lebih sama dengan kegiatan pengmbangan dalam sarana wisata karena segala infrastruktur yang digunakan adalah milik masyarakat sehingga masyarakat sendiri yang melakukan perawatan dan pembenahan. Seperti dalam penyedian air bersih untuk wisatawan itu sudah dari masyarakat disiapkan di rumah merekaa yang akan dijadikan homestay. Selain itu adanya ronda
setiap
malam
tersebut
juga
salah
satu
kegiatan
pengembangan yang dilakukan untuk tetap menjaga kenyamanan Desa Kebonagung terlebih jika ada wisatawan. 5. Bagaimana kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung? DY
: Kegiatan pengembangan masyarakat atau lingkungan sebenarnya juga penting mbak dilakukan. Untuk disini sendiri saja, kami selaku pengurus atau POKDARWIS Desa Wisata Kebonagung selalu
memberikan
pemahaman
kepada
masyarakat
untuk
mengamalkan SAPTA PESONA sebagai desa wisata. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan lebih memahami bahwa di desanya sudah menjadi kawasan wisata dimana manfaat yang didapatkan untuk masyarakat sendiri. DL
: Wisatawan yang datang kesini pada umumnya ingin merasakan kehidupan desa mbak, jadi adat-istiadat disini masih dilestarikan oleh masyarakat juga mbak.
228
NG
: Warga kami disini tetap melakukan tradisi yang telah ada sejak dulu mbak. Sebelum atau sesudah ditetapkannya Desa Kebonagung ini sebagai desa wisata, kehidupan warga kami tetap sama mbak. Budaya, tradisi yang ada masih mereka junjung mbak seperti tradisi genduri yang dilakukan di desa kami ini mbak.
GN
: Setiap ada pertemuan kampung sebulan sekali, setelah membahas apa yang dibutuhkan kampung tidak lupa kami juga mendapat pengarahan dan pemahaman dari tokoh masyarakat maupun kepengurusan desa wisata mbak agar tetap bisa mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih di desa kami ini mbak. Jadi sewaktu-waktu kedatangan wisatawan masyarakat kami tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan biasa mbak. Iya mbak, disini masih banyak adat-dat jawa yang dilakukan seperti genduri, syukuran waktu panen gitu mbak. Ya gimana ya mbak itu juga sebagai wujud syukur masyarakat desa kami dari pemberian yang di atas kepada kami mbak.
SG
: Memang benar mbak. setiap ada pertemuan di kampung kami selalu diingatkan agar tetap mengamalkan SAPTA PESONA yang telah di raih desa kami sebagai desa wisata mbak.
Kesimpulan: Kegiatan pengembangan masyarakat/lingkungan Desa Wisata Kebonagung yakni berupa pengamalan SAPTA PESONA yang telah diraih Desa Kebonagung dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya ketika ada wisatawan saja. Setiap ada pertemuan di
229
kampung, desa, atau rapat tentunya dari pengurus Desa Wisata Kebonagung selalu memberi pesan ke masyarakat agar tetap menjadi kehidupan masyarakat desa yang asli tidak dibuat-buat. 6. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan? DY
: Dalam segala aktivitas baik dari yang menerima tamu, mengurus persiapan itu ya hanya saya sendiri mbak. Paling juga cuma dibantu sama pak Dalhari itu pun juga ketika pak Dalhari nggak sibuk dengan kerjanya mbak tapi pak Dalhari juga sewaktu-waktu dibutuhkan itu siap mbak. Namun ya selama ini dalam pengambilan keputusan itu ya saya yang ambil mbak. Dari yang menerima tamu, koordinasi ya atau tidaknya itu ya hanya saya sendiri mbak. Hla tamu yang datang juga mencari saya e mbak.
BC
: Disini saya memang sebagai ketua mbak, tapi segala kegiatan itu yang mengatur pak Dalbiya mbak. Kalau ada yang menghubungi saya lalu saya arahkan untuk menghubungi pak Dal mbak.
SR
: Untuk pengambilan keputusan secara bermusyawarah ke masyarakat itu masih jarang mbak, padahal segala kegiatan yang ada dilibatkan langsung dengan masyarakat mbak.
GN
: Gimana ya mbak, kalau pengambilan keputusan untuk kegiatan desa wisata ini masyarakat tidak diikutsertakan mbak. Jadi hanya pengurus nya saja yang tahu mbak.
230
SG
: Dalam pengambilan kami tidak diikutsertakan mbak, jadi ketika ada tamu ya pengurus yang mengurusnya. Nanti kami tinggal terima jadi dari pengurus gitu mbak.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di Desa Wisata Kebonagung belum melibatkan seluruh lapisan masyarakat atau pengurus. Pengambilan segala keputusan diambil hanya oleh satu atau beberapa pengurus saja yang benar-benar aktif mengurusi Desa Wisata Kebonagung. 7. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan? DY
: Dalam segala kegiatan desa wisata semua masyarakat ikut terlibat mbak, dari anak-anak sampai simbah-simbah itu diikutkan baik secara langsung atau tidak langsung mbak. Ya itu juga sesuai dengan desa wisata pendidikan petanian, kultur, dan budaya sebagai julukannya mbak. Jadi semua kegaiatan/ aktivitas masyarakat itu langsung terjun mbak.
DL
: Semuanya ikut terlibat mbak,mereka sangat antusias mbak. Apalagi ketika tamu yang datang jumlahnya banyak dan pada menginap. Masyarakat melayani dengan baik mbak, mereka anggap tamu seperti keluarga mereka sendiri mbak. Jadi, tamu juga merasa nyaman mbak.
NG
: Masyarakat kami sangat antusias mbak, kalau lagi belum ada tamu atau wisatawan saja mereka pada tanya kok nggak ada tamu to pak. Seperti itu mbak masyarakat kami. Semua bentuk kegiatan
231
yang ada dimasyarakat kami semisal kerjabakti, genduri selalu melibatkan masyarakat mbak. SR
: Kami senang mbak ketika dapat ikut membantu dalam setiap kegaiatan yang ada mbak. Dari kegiatan persiapan untuk menyambut tamu, melatih kesenian seperti gejog lesung, jathilan gitu.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sudah dilakukan dengan sangat baik oleh masyarakat Desa Kebonagung, telihat dari keikutsertaan masyarakat dalam melayani wisatawan yang datang berkunjung. Karena pada dasarnya segala kegiatan wisata yang ada di Desa Wisata Kebonagung adalah sesuai dengan kehidupan masyarakat sekitar sehingga tanpa diminta pun masyarakat akan langsung ikut berpartisipasi. 8. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat? DY
: Semua masyarakat yang melayani tamu akan menerima jasa mbak. Baik individu atau kelompok menangkap positif manfaat yang nanti akan didapatkan mbak. Yang lebih senang lagi itu pemilik homestay yang digunakan oleh tamu mbak, karena selain sudah menerima jasa dari pengurus setiap tamu atau wisatawan yang tinggal di rumah mereka pasti juga memberi „tip‟ dan itu biasanya akan melebihi dari pemberian kami mbak. Jadi mereka berlomba untuk memberi layanan terbaik mbak.
232
BC
: Manfaat itu selalu masyarakat dapatkan mbak dalam setiap kegiatan yang ada, karena juga memberdayakan masyarakat kami secara menyeluruh dan langsung mbak.
Jadi manfaat tersebut
tentunya mereka dapatkan mbak. NG
: Masyarakat sini menanggapi dengan senang mbak ketika banyak wisatawan yang datang itu. Ya giman aya mbak, dari banyaknya wisatawan perekonomian akan bertambah mbah dan juga pemasukan untuk kas setiap dusun mbak.
SR
: Dari adanya wisatawan atau tamu yang tinggal di rumah saya ini mbak, saya dan keluarga dapat bertukar wawasan, pengetahuan mbak. Mereka selama tinggal disini kan sudah kami anggap seperti keluarga sendiri mbak, jadi sering ngobrol gitu mbak. Selain itu juga mbak manfaat yang diterima untuk keluarga kami juga dapat membantu perekonomian mbak.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam pengambilan manfaat ini sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat. Dengan adanya wisatawan yang datang berkunjung masyarakat mendapatkan hasil secara financial masyarakat Desa Kebonagung mendapat pemasukan dimana dengan pemasukan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga sekarang ini tidak menjadi yang termasuk desa tertinggal. Selain secara financial masyarakat juga mendapatkan manfaat berupa bertambahnya wawasan serta
233
pengetahuan
karena
ketika
ada
wisatawan
mereka
dapat
berinteraksi langsung dan dapat bertukar pikiran dan pengalaman. 9. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam evaluasi? DY
: Ada mbak. Evaluasi selalu dilaksanakan, sebagai timbal balik dari apa yang telah kita kerjakan selama ini. Pertemuan rutin tiap bulan ada mbak. Walaupun untuk tanggal tidak selalu menetap ya karena melihat keadaan dan kegiatan di desa saja mbak. Pengurus dan POKDARWIS juga tidak terlalu formal ketika kumpul untuk evaluasi, santai gitu mbak yang penting nanti mengena ke pengurus maksud dan tujuan dari kegiatan kumpul itu mbak.
BC
: Secara tidak formal kami sering kumpul mbak, ya entah itu membahas untuk membuat inovasi baru atau mengevaluasi kegiatan yang telah berjalan.
DL
: Ada mbak. Evaluasi selalu dilaksanakan, sebagai timbal balik dari apa yang telah kita kerjakan selama ini.
NG
: Secara perwakilan dari masyarakat dipanggil mbak ketika pengurus mengevaluasi apa yang telah dijalankan. Dengan harapan nanti perwakilan tersebut dapat menyampaikan ke masyarakat agar tidak ada rasa saling menutupi mbak antara pengurus dengan masyarakat mbak.
SR
: Memang mbak, selama ini evaluasi selalu dilakukan. Apalagi ketika setelah ada wisatawan mbak. Pasti kami dikupulkan bersama di sekretariat untuk melakukan evaluasi mbak.
234
GN
: Forum musyawarah ada mbak disini, itu juga untuk menjaring aspirasi dari masyarakat mbak. Tapi terkadang masyarakat masih enggan untuk menyampaikannya mbak. Jadi ya kalau pas evaluasi mereka lebih sering jadi pendengar setia.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam evaluasi sudah ada namun masih sangat minim, karena evaluasi yang dilakukan hanya setelah ada tamu saja. Dan juga untuk evaluasi pengurus juga masih minim karena untuk pertemuannya tidak tentu yang jelas setiap satu bulan sekali ada. Jadi evaluasi yang ada di Desa Wisata Kebonagung ada yang secara ekstern dengan masyarakat dan adapula yang intern dengan pengurus saja. 10. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran? DY
: Masyarakat disini dalam pemberian ide belum ada jadi ya kalau partisipasi dalam bentuk pikiran dari masyarakat sini belum diberikan. Contohnya saja setiap kami melakukan evaluasi setelah kegiatan, kebanyakan masyarakat hanya mendengarkan saja mbak. Jadi masih sedikit kritik atau saran yang kami dapatkan dari masyarakat. Mereka masih enggan berbicara mbak kepada kami.
NG
: Jadi gini ya mbak, masyarakat kami masih enggan mbak. Masih malu-mau mbak untuk ngomong. Masih kurang memiliki rasa percaya diri mbak. Tapi kalau membantu melayani ataupun kerja bakti dan kegiatan lain masyarakat kami siap untuk melakukan mbak.
235
GN
: Untuk saya atau masyarakat lain memang tidak pernah mbak ikut dalam rapat atau kegiatan apa yang membahas untuk Desa Wisata Kebonagung mbak, ya karena dari segi pendidikan saya aja juga tidak terlalu tinggi jadi pemahaman saya masih kurang mbak. Jadi kalau memberikan ide saya belum mbak. Tapi kalau untuk pelaksanaaan membantu ikut mbak selagi saya bisa.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran belum berjalan di Desa Wisata Kebonagung, masyarakat desa sendiri masih sungkan untuk mau menyampaikan pendapat, ide, ataupun gagasan ketika ada pertemuan dengan pengurus, sehingga pengurus tidak mendapatkan timbal balik masukan untuk kemajuan dan refleksi menjadi lebih baik lagi. Dan dari pengurus juga masih beberapa saja yang mau memberikan ide, gagasa, maupun masukan untuk kegiatan kedepannya di Desa Wisata Kebonagung. 11. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga? DY
: Menurut saya, masyarakat sini memang partisipasi yang dilakukan dalam bentu tenaga tersebut mbak. Hal tersebut saya lihat dari kesigapan masyarakat dimana mereka bersedia jika ada tamu dadakan. Semua kegiatan juga memerlukan tenaga dari masyarakat kami sendiri mbak. Pengurus maupun POKDARWIS hanya mengarahkan saja mbak ke tamu. Misalnya saja ketika tamu meminta untuk diajari kesenian gejog lesung, pasti nanti kami arahkan ke masyarakat yang dapat bermain gejog lesung, tamu
236
minta diajari memasak apem nanti kami arahkan ke Pak Bachroni yang punya keahlian membuat apem dan sebagainya mbak. Contoh kecilnya seperti itu mbak. BC
: Masyarakat sini partisipasinya dalam bentuk tenaga mbak. Yang setiap tenaga atau jerih payah masyarakat kami selalu kami beri jasa yang sepadan mbak, jadi tidak ada masyarakat kami yang merasa dirugikan mbak.
SR
: Kalau dalam bentuk pikiran belum saya lakukan mbak. namun dalam bentuk tenaga sudah dilakukan mbak. Kan sewaktu tamu menginap di gubuk saya yang melayani mereka ya saya dan keluarga mbak. Tenaga itu yang bisa kami berikan mbak. Masyarakat lain juga kaya gitu mbak.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga adalah bentuk nyata dari masyarakat Desa Kebonagung untuk ikut terlibat dalam seluruh kegiatan. Masyarakat dengan ssiap, sigap membantu dan melayani wisatawan. Hal tersebut sejalan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri dimana seluruh kegiatan adalah kehidupan asli masyarakat Desa Kebonagung sehingga seluruh tenaga masyarakat diberikan untuk berkontribusi melayani wisatawan. 12. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga? DY
: Iya mbak. Kalau dalam bentuk pikiran dan tenaga masih dari pengurus dan POKDARWIS sendiri mbak. Masyarakat sini masih
237
sungkan mbak ikut memberikan sumbangan pikiran kepada kami mbak, jadi ya dalam pembuatan keputusan masih dilakukan sendiri mbak. DL
: Memang desa wisata kami masih terbatas dalam memberikan pikiran sekaligus tenaganya mbak. Jadi terkadang sulit mbak kalau mau membuat kegiatan untuk pengembangan mbak. Masyarakat sini masih dalam bentuk tenaga saja mbak keikutsertaannya mbak. Jadi kalau hanya dari pengurus saja yang berpikir nanti kalau tidak bisa
sepaham
dengan
masyarakat
juga
akan
sulit
mbak
koordinasinya. GN
: Belum mbak. Saya belum pernah kalau untuk berpartisipasi dalam pikiran dan tenaga mbak. Sebatas dalam bentuk tenaga saja mbak yang saya lakukan. Soalnya pendidikan saya juga cuma tamatan SMP saja.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran dan tenaga belum dilakukan oleh masyarakat Desa Kebonagung, karena masyarakat sendiri jenjang pendidikan yang ditempuh juga tidak tinggi sehingga masyarakat merasa tidak memiliki kemampuan atau tidak megetahui
desa
wisata
secara
jauh.
Masyarakat
sendiri
berpartisipasi paling besar dengan berbentuk tenaga yang diberikan. 13. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian?
238
DY
: Partisipasi dalam bentuk keahlian juga dilakukan mbak tapi ya tapi masih seadanya saja mbak, karna masyarakat kami juga punya bidang masing-masing mbak. Contonya Pak Dalhari ini bisa batik, buat kerajinan jadi ketika ada tamu dan meminta untuk diajari membatik atau membuat kerajinan ya sama Pak Dalhari ini mbak. Masyarakat lain belum bisa kalau diminta menangani hal ini mbak, soalnya juga masyarakat sudah punya keterampilan masing-masing to mbak.
BC
: Setiap masyarakat kami sudah memiliki keterampilannya masingmasing, jadi ketika wisatawan meminta untuk kegiatan a misalnya pasti nanti kami berikan ke masyarakat yang memiliki keterampilan tersebut. Tapi untuk secara keseluruhan untuk hal-hal yang pada umumnya dapat dilakukan, masyarakat secara langsung sangat andil dalam kegiatan desa wisata dengan memberikan tenaga mereka.
Kesimpulan: Partisipasi masyarakat dalam bentuk keahlian masih sedikit karena masyarakat juga memiliki keterampilannya masing-masing. Namun untuk keterampilan yang secara menyuluruh masyarakat miliki selalu digunakan untuk membantu kegiatan di Desa Wisata Kebonagung tersebut. 14. Apa saja faktor pendukung partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung?
239
DY
: Disini itu masyarakat sangat antusias mbak, senang kalau melihat ada tamu datang. Apalagi ibu-ibu mbak. Nanti ibu-ibu lalu berlomba untuk membuat masakan yang nantinya akan dipasarkan ke tamu mbak. Masyarakat juga dapat menerapkan kenyamanan ketika ada wisatawan mbak.
BC
: Selama jadi ketua disini saya percayakan kepada pengurus atau teman-teman saya mbak. Disini kami selalu menciptakan suasana terbuka entah dengan POKDARWIS, pengurus lain maupun ke masyarakat mbak. Hal tersebut kami lakukan agar masyarakat akan mempunyai rasa memiliki jadi dapat mendorong kemajuan desa wisata ini mbak.
NG
: Wisatawan yang datang kesini dapat belajar bertani seperti ngluku, nggaru, tandur mbak. Kuliner juga ada mbak membuat apem, geplak. Pokoknya semua yang ada di desa ini dapat kami jual kami tawarkan ke wisatawan mbak, tinggal mereka mau nya apa mbak.
SR
: Wah mbak, saya senang kalau kedatangan tamu gitu mbak. Kalau pas lama nggak ada tamu gitu saya sering tanya ke pak dal, pak kok belum ada tamu lagi sih.
GN
: Desa saya ini memiliki banyak potensi mbak, dari pertanian sebagai potensi utama dalam kegiatan desa wisata disini mbak, selain itu juga kuliner, kesenian langsung ada di masyarakat desa kami mbak.
240
SG
: Keluarga kami selalu siap ketika menerima tamu mbak, dan selalu kami berikan pelayanan terbaik agar tamu tidak kecewa.
Kesimpulan: Faktor yang mendukung partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan maupun kegiatan wisata Desa Wisata kebonagung adalah dari kepedulian masyarakat, rasa optimis dan semangat dari pengurus desa wisata dan masyarakat dalam melayani wisatawan, dan adanya potensi desa yang dapat dimanfaat. 15. Apa saja faktor penghambat partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Kebonagung? DY
: Minim mbak dana di desa wisata ini. Ada dana juga dari ketika ada wisatawan mbak, kalaupun tidak ada wisatawan yang tidak ada dana yang masuk mbak. Dulu pernah ada sistem kas mbak tapi ya sering dipinjam ke oknum yang tidak bertanggungjawab jadi sistem kas tersebut ditiadakan mbak. Lalu dulu awal pembentukan desa wisata disini lurah lama semangat untuk membangun dan mengembangkan desa wisata mbak, tapi sekarang sudah tidak ada tindak lanjtnya mbak setelah berakhirnya jabatan lurah lama tersebut. Dan faktor penghambatnya ya disini belum ada regenerasi ke pemuda sini mbak. Pemuda sini masih dalam usia belajar mbak, sifat malu dalam diri pemuda juga tinggi mbak sehingga mungkin mereka belum percaya diri.
BC
: Belum pernah mendapat dana tahunan. Secara mandiri pendanaan desa wisata ini mbak, dan ya minim mbak.
241
DL
: Pemerintah desa sini kurang ikut berperan mbak. Mungkin yak karena kekosongan kepala desa, jadi dari pemerintah desa belum ikut untuk menanganinya mbak. Semoga saja setelah pergantian kepala desa ini akan menjadi lebih baik mbak.
SG
: Kurang terlibatnya pemuda selama ini mbak dalam kegiatan. Masyarakat yang ikut berpartisipasi ya dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak yang membantu kegiatan mbak. Untuk pemuda sampai saat ini masih sangat kecil keterlibatannya.
Kesimpulan: Faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengembangan maupun kegiatan wisata Desa Wisata kebonagung adalah minimnya pendanaan di Desa Wisata kebonagung sehingga untuk melakukan kegiatan pengembangan bisanya sedikit demi sedikit, kurangnya partisipasi pemerintah desa untuk ikut andil agar Desa Wisata Kebonagung tidak mati karena sudah banyak desa wisata lain yang bagus yang muncul, dan minimnya regenerasi di Desa Kebonagung sehingga ketika pengurus sudah tua tidak ada yang mengganti untuk tetap menjaga desa wisata ini.
242
Lampiran 8. Dokumentasi
Foto 1. Sekretariat Desa Wisata Kebonagung
Foto 2. SK Desa Wisata Kebonagung
Foto 3. SK Desa Wisata Kebonagung
243
Foto 4. Aset dan Alat Transportasi Desa Wisata Kebonagung
Foto 5. Paket Wisata Desa Wisata Kebonagung
Foto 6. Paket Wisata Desa Wisata Kebonagung
244
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
245
246
247