Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Oleh Feny Ernawati, SP dan Umiati, SP POPT Ahli Muda BBPPTP Surabaya Pendahuluan Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasa sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya (Untung, 1993). Menurut Soviani (2012), parasitoid memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kebanyakan parasitoid monofag (memiliki inang yang spesifik), akan tetapi ada juga yang oligofag 2. Parasitoid memiliki tubuh yang lebih kecil daripada inangnya. 3. Parasitoid hanya berkembang pada satu inang dalam siklus hidupnya. 4. Parasitoid desawa tidak lagi melakukan aktifitas parasitasi. 5. Parasitoid yang mencari inang adalah serangga dewasa betina. Terdapat 4 tahap suatu parasitoid untuk menemukan inangnya yaitu: tahap penemuan habitat inang (host habitat finding), penemuan inang (host finding), penerimaan inang (host acceptance) dan kesesuaian inang (host suitability) De Bach (1964) dalam Husni et al (2011).
Tetrastichus brontispae Parasitoid Tetrastichus brontispae merupakan parasitoid larva pupa dan merupakan parasitoid gregarious. Parasitoid ini menyerang instar akhir stadia larva dan pupa yang berumur 1-2 hari. Parasitoid gregarius merupakan tipe parasitoid yang mampu tumbuh dan berkembang lebih dari satu individu parasitoid dalam satu inidividu inang. Pada parasitoid gregarius, superparasitisme (peletakan telur atau sejumlah telur pada inang yang telah diparasit oleh parasitoid lain dari famili yang sama) berpengaruh terhadap ukuran telur dan jumlah telur yang diletakkan (Husni et al, 2011)
(Rismansyah, 2012) Gambar 1. Gambar Imago Tetrastichus brontispae
Parasitoid Tetrastichus brontispae berwarna hitam, bertubuh kecil, ukuran panjang antara 1,5 mm- 2 mm. Stadia telur lamanya ± 2 hari, masa stadia larva antara 5-8 hari, pupa lamanya 7-11 hari. Parasitoid jantan ujung abdomennya sedangkan yang betina ujung abdomennya runcing. Umur imago betina 10-11 hari, sedangkan untuk imago jantan berumur 3-4 hari. Imago betina meletakkan telur pada larva instar IV dan pupa yang baru berumur 1-2 hari. Setelah 4-6 hari pupa yang telah terinfeksi menjadi tegang dan tidak bergerak, kemudian pupa akan mengalami kematian Deptan (1994) dalam Sihombing
(2009).
Perkembangbiakan
yang
optimal
bagi
Tetrastichus
brontispae antara 25-30°C dengan kelembaban 70-75%. Suhu
merupakan
mempengaruhi
salah
perkembangan,
satu
variabel
reproduksi,
lingkungan panjang
utama
umur
yang
parasitoid,
kelangsungan hidup parasitoid, kinerja parasitisme dan produksi keturunan. Kelangsungan hidup T. brontispae menurun ketika suhu meningkat. Suhu yang meningkat
mengakibatkan
penurunan
ketahanan
hidup
dewasa,
dan
kelangsungan hidup parasitoid betina. Suhu yang rendah (dibawah 16°C) dan suhu yang tinggi (diatas 31 °C) menurunkan daya parasit T. brontispae (Liu, et al, 2014)
Perilaku Parasitoid Tetrastichus brontispae Menurut Husni et al (2011), hasil pengamatan terhadap perilaku parasitoid pada saat pemaparan inang sampai dua jam setelah pemaparan didapatkan bahwa pada saat pertama kali inang dipaparkan tampak parasitoid betina tidak langsung mendekati inang. Beberapa parasitoid cenderung berjalan dan kadang-kadang terbang melewati inang. Namun, setelah lima menit berlalu beberapa parasitoid mulai mendekati inang tapi belum melakukan oviposisi. Beberapa menit selanjutnya parasitoid mulai menaiki tubuh inang dan melakukan oviposisi. Pada beberapa perlakuan, terjadi saling mengganggu antar parasitoid dalam proses peletakan telur, kecuali pada perlakuan dengan satu parasitoid. Beberapa parasitoid cenderung menunggu untuk mendapatkan kesempatan dalam meletakkan telur sehingga waktu oviposisi tidak terjadi secara bersamaan.
Ruang
yang
terbatas
dalam
tabung
reaksi
diduga
ikut
mempengaruhi fenomena tersebut. Sedang pada perlakuan dengan satu parasitoid betina, tidak terjadi gang-guan sama sekali sehingga alokasi distribusi telur di dalam inang terjadi dengan baik dan peluang untuk berkembang serta muncul sebagai parasitoid dewasa menjadi lebih besar (Husni et al, 2011). Pemanfaatan Tetrastichus brontispae pada Tanaman Kelapa Parasitoid ini menyerang stadium larva tua dan pupa muda dari hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima). Daya parasitasi di laboratorium 10% larva instar akhir dan 60-90% pupa Brontispa longissima. Parasitasi alamiah di Kalbar 59,23% (Wagiman, 2015). Pengendalian dengan musuh alami dengan parasitoid Tetrastichus brontispae telah dilakukan sejak tahun 1932. Pada tahun 1932-1933 pengendalian dilakukan di Sulawesi dengan mendatangkan Tetrastichus brontispae dari Jawa Barat, pengendalian ini menunjukkan hasil yang maksimal Sosromarsono (1989) dalam Sihombing ( 2009). Salah satu ciri pupa Brontispa terparasit adalah adanya perubahan warna dari pupa menjadi berwarna cokelat tua.
(Rismansyah, 2012) Gambar 2. Gambar T. brontispae Memparasit Pupa Brontispa longissima Daya parasitisme Tetrastichus brontispae terhadap pupa lebih tinggi dibanding pada larva, hal ini disebabkan karena larva aktif bergerak daripada pupa
sehingga
parasitoid
Tetrastichus
brontispae
lebih
mudah
untuk
meletakkan telurnya pada pupa. Parasitoid Tetrastichus brontispae setelah keluar dari inang langsung melakukan kopulasi. Ada sifat khas dari parasitoid Tetrastichus brontispae jantan yaitu mengalami kematian beberapa saat setelah melakukan kopulasi (Sihombing, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Husni, Jauharlina, Haraqal. 2011. Pengaruh Superparasitisme Terhadap Perkembangan Progeni Parasitoid Tetrastichus brontispae Ferriere. Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh. Jurnal J. Floratek 6: 28 – 36. Liu K, Buli Fu, Jiangrong Lin, Yueguan Fu, Zhengqiang Peng, Qi’an Jin. 2014. Effect of Temperatures and Cold Storage on Performance of Tetrastichus brontispae (Hymenoptera: Eulophidae), a Parasitoid of Brontispa longissima (Coleptera: Chrysomelidae). Journal of
Insect Science. Oxford University Press. http://jinsectscience. oxfordjournals.org/content/14/1/257. DIakses tanggal 19 November 2015. Rismansyah. 2012. Potensi Parasitasi Parasitoid Tetrastichus Brontispae Terhadap Pupa Kumbang Janur Kelapa Di Laboratorium. http://erlanardianarismansyah.blogspot.co.id/2012/09/potensiparasitasi-parasitoid.html. Diakses tanggal 18 Nopember 2015 Sihombing. 2009. Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae (Hymenoptera: Eulophidae) Terhadap Kumbang Janur Kelapa Brontispa longissima (Colleoptera: Chrysomelidae). Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Skripsi Soviani. 2012. Identifikasi Parasitoid pada Erionata thrax yang terdapat dalam daun pisang (Musa paradiciaca). Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses tanggal 17 November 2015 Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.156 hal Wagiman. 2015. Petunjuk Teknis Pengendalian Hama Brontispa longissima Dengan Parasitoid Tetrastichus brontispae. Laboratorium Pengendalian Hayati Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta