Kuliah 9
Paradigma Kesejahteraan
5/16/2016
Marlan Hutahaean
1
Pendahuluan
Paradigma Pertumbuhan fokus pada pertumbuhan ekonomi yang bersifat agregat. Paradigma Kesejahteraan fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masalahnya apa yang dimaksud dengan kesejahteraan tidak ada persamaan diantara para pakar. Untuk itu, dalam kategori paradigma kesejahteraan tercakup sub paradigma yang bervariasi, yaitu : 1. P. Wawasan Indikator Sosial 2. P. Pendekatan Kebutuhan Pokok 3. P. Wawasan Redistribusi dengan Pertumbuhan.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
2
1. Paradigma Wawasan Indikator Sosial
Lahir dari ketidakpuasan terhadap paradigma pertumbuhan. Paradigma pertumbuhan tdk dapat mengungkap penduduk di bawah garis kemiskinan. Indikator paradigma pertumbuhan seperti pertumbuhan ekonomi atau pendapatan per kapita tdk dapat merefleksikan apa yg dialami kaum miskin. Tidak menolak paradigma pertumbuhan, ttp melengkapi economic accounting dengan social accounting. Objek yg dipantau wawasan indikator sosial adalah kesejahteraan (welfare), well being atau happiness, yg berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Overseas Development Council, memperkenalkan ukuran kesejahteraan yg disebut Physical Quality of Life Index (PQLI), yg meliputi : (1) angka kematian bayi (infant mortality rate). (2) Harapan hidup pada bayi berumur satu tahun (life expectancy at age one), (3) Tingkat kemampuan membaca dan menulis (basic literacy) (Morris, 1979)
5/16/2016
Marlan Hutahaean
3
Sambungan…. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pemerintah Filipina mengembangkan indikator sosial yang meliputi : Kesehatan dan gizi Pendidikan Pendapataan dan konsumsi Kesempatan kerja Sumber-sumber produktif alami (bukan manusia) Perumahan, sanitasi dan lingkungan Keamanan dan keadilan Nilai-nilai politik Mobilitas sosial (Mangahas, 1976)
5/16/2016
Marlan Hutahaean
4
Indikator Sosial Filipina 1.
Dimensi Kesejahteraan Kesehatan dan gizi
1. 2. 3. 4.
2.
Pendidikan
5/16/2016
5.
Marlan Hutahaean
Indikator Angka kematian bayi Harapan hidup pd waktu kelahiran Suplai kalori per kapita per hari Suplai protein per kapita per hari Rasio anak usia sekolah yg terdaftar di sekolah 5
Sambungan…. 3. Pendapatan dan konsumsi
4. Kesempatan kerja
5/16/2016
6. Ratio pendapatan rata2 20% pddk terkaya dgn 20% pddk termiskin 7. Proporsi dan jumlah keluarga yg hidup di bawah garis kemiskinan 8. Angka inflasi barang-barang konsumsi. 9. Angka pengangguran dan setengah pengangguran berdasarkan tkt pendidikan 10. Indeks upah berdasar jenis pekerjaan dan tingkat ketrampilan (Skilled vs Unskilled)
Marlan Hutahaean
6
Sambungan….. 5. Sumber produktif bukan manusia (alami)
6. Perumahan, sanitasi dan lingkungan
5/16/2016
11. Luas lahan yg beririgasi 12. Luas hutan 13. Cadangan mineral berdasarkan jenisnya 14. Proporsi rumah yg mempunyai sumber air bersih 15. Indeks kelaikan rumah 16. Indeks polusi udara
Marlan Hutahaean
7
Sambungan…. 7. Keamanan dan keadilan
8. Nilai-nilai Politik
Mobilitas sosial
17. Angka kriminalitas berdasarkanb tipe kejahatan 18. Jumlah kasus pengadilan yg diselesaikan sebagai proporsi kasus pengadilan yg harus diselesaikan 19. Ratio pemilih dgn mereka yg berhak memilih 20. Indeks mobilitas penduduk 21. Indeks partisipasi politik 22. Indeks mobilitas jabatan 23. Indeks persepsi tentang mobilitas sosil
Sumber : Mangahas dalan Tjokrowinoto, 1995)
5/16/2016
Marlan Hutahaean
8
Pengaruhnya di Indonesia
Wawasan indikator sosial ini pun memberikan pengaruhnya di Indonesia. Pada tahun 1974, di Indonesia Indikator Sosial terdiri atas 10 komponen dan 115 indikator (Esmara, 1986, pp. 382-385). Komponen tersebut mencakup : (1) kependudukan, KB, dan Transmigrasi, (2) Kesehatan, (3) Gizi, (4) T. Kerja dan Koperasi, (5) Pendidikan dan Kebudayaan, (6) kesejahteraan sosial, (7) perumahan, (8) keamanan dan ketertiban, (9) Agama, (10) Umum
5/16/2016
Marlan Hutahaean
9
Sambungan….
Dalam perkembangannya, tahun 1983, Indikator Sosial berubah menjadi Indikator Kesejahteraan Rakyat (IKR). IKR terdiri atas 6 komponen dan 83 indikator. Komponen tersebut adalah, (1) Penduduk, KB dan migrasi, (2) Diksosbud, (3) kesehatan, gizi dan konsumsi RT, (4) angkatan kerja, (5) kamtibmas, (6) perumahan dan lingkungan.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
10
2. Pendekatan Kebutuhan Pokok (Basic Needs Approach)
Reaksi atas kegagalan paradigma pertumbuhan dlm meningkatkan kesra. Paradigma pertumbuhan diterapkan pd struktur politik dan sistem ekonomi internasional yg timpang dan berat sebelah dan gagal menjangkau penduduk miskin. Kelompok miskin semakin tertinggal dalam gerak laju pembangunan nasional. Laporn Bank Dunia yg dimuat dalam World Development, 1978, telah meramalkan bahwa pada tahun 2000 lalu penduduk dunia yang secara absolut berada di bawah garis kemiskinan 600 juta jiwa dan 540 juta jiwa berasal dari negara-negara berkembang.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
11
Sambungan….
Kegagalan tadi kemudian memunculkan paradigma Basic Needs Approach atau Basic Needs Strategy yg merupakan prakarsa dari Barrilocke Foundation di Argentina pada 1974. Merek berkesimpulan bahwa pemenuhan kebutuhan pokok secara merata bagi setiap manusia merupakan prasyarat bagi peningkatan mutu kehidupan. Sebagai suatu konsep, pendekatan BNA telah menguasai pemikiran para ilmuan dan pakar pada tahun 1960-an, tetapi baru pada sekitar tahun 1970-an mendapat perhatian yang luas. Tahun 1959, Hatta dalam pidato di kongres ISEI menegaskan ttg perlunya pemenuhan kebutuhan pokok utk mewujudkan keadilan sosial.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
12
Sambungan….
Pada tahun 1979, Gunnar Myrdal, dalam bukunya Asian Drama, telah menegaskan ttg perlunya pemenuhan kebutuhan pokok. Lebih jauh Myrdal mengatakan,” Agar sasaran pembangunan yg berupa realisasi potensi kepribadian manusia dapat tercapai, maka syarat minimum untuk memenuhi kebutuhan pokok harus terlebih dahulu dipenuhi.” Barulah tahun 1976, dalam konferensi ILO di Geneva yg dikenal dgn The World Employment Conference, ide kebutuhan pokok mendapat perhatian yg sangat luas. Pada konferensi ini, Richard Jolly, mengemukakan ttg pokok2 baru ttg kebutuhan pokok dalam makalahnya,”World Employment Conference the Enthronement of Basic Needs.”
5/16/2016
Marlan Hutahaean
13
Sambungan…. 1.
2.
3.
Makalah Jolly mengilhami ILO ttg kebutuhan pokok. Konferensi ILO tadi akhirnya berkesimpulan bahwa : Konsep kebutuhan pokok mencakup 2 hal, yaitu, (1) konsumsi minimum utk keluarga, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan (2) pelayanan publik untuk komunitas pd umumnya, seperti sumber air bersih, transportasi, listrik, dsb. Konsep kebutuhan pokok merupakan konsep yg country specific dalam arti bahwa ukuran2 kebutuhan pokok antara negara yg satu dgn negara yg lain tidaklah sama. Konsep kebutuhan pokok merupakan konsep yg dinamis. Artinya ukuran ttg kebutuhan pokok dalam satu negara bisa berbeda antara periode yg satu dgn yg lain.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
14
Sambungan…. 4. Kebutuhan pokok tdk boleh diartikan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan subsistensi (nafkah hidup-sekedar utk menyambung hidup). 5. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pokok tadi perlu didorong partisipasi masyarakat. 6. Utk memenuhi kebutuhan pokok, perlu didorong pertumbuhan ekonomi nasional.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
15
Sambungan….
Dalam dokumen ILO yg berjudul, “Development, Growth and Basic Needs : A One World Problem,; disimpulkan bahwa kebutuhan manusia tidak dipenuhi jika pendapatannya rendah sebagai akibat dari pengangguran. Karenanya, ILO meletakkan 3 sasaran utama dalam kerangka pemikiran kebutuhan pokok tadi, yaitu (1) membuka lapangan kerja, (2) meningkatkan pertumbuhan, dan (3) memenuhi kebutuhan pokok. Pendekatan kebutuhan pokok yg dirumuskan ILO memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan pembangunan berbagai negara.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
16
3. Redistribusi dengan Pertumbuhan (Redistribution with Growth)
Hollis Chenery Paradigma pertumbuhan menjadi penyebab ketimpangan. Paradigma pertumbuhan mengakibatkan terjadinya konsentrasi kekuasaan dan kekayaan pada beberapa negara maju dan golongan masy. tertentu.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
17
Cara mengatasinya
Mengatasinya melalui paradigma redistribusi dengan pertumbuhan (redistribution with growth). Intinya adalah : Disarankan agar negara2 kaya mentransfer 2% dari GNP-nya per tahun kepada negara2 miskin. Adanya transfer resources dari lapisan atas ke lapisan bawah. Misalnya melalui penerapan pajak progressif.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
18
Kritik terhadap Chenery
Kesukaran dalam implementasinya. Hasil simulasi. Jika 2% benar2 ditransfer dari negara kaya ke negara miskin, setelah 25 tahun, tingkat konsumsi negara miskin hanya naik sebesar USD 1 per tahun. Akhirnya para pakar berkesimpulan : pembagian kekuasaan dan kekayaan yg adil akan tercapai apabila dilaksanakan transformasi struktural yang menyeluruh.
5/16/2016
Marlan Hutahaean
19