Panggung indah bernama Sepakbola “Bagaimanapun, sepakbola lebih dari sekedar permainan. Sepakbola adalah kehidupan itu sendiri”
Sebuah gol Wayne Rooney di menit 35, ternyata tidak cukup membendung permainan berkualitas tiki taka ala Barcelona. United yang mendapatkan momentum setelah tertinggal melalui gol Pedro Rodriguez, terpaksa harus kembali menelan pil pahit setelah pemain terbaik dunia dua kali, Lionel Messi memecahkan kebuntuan di menit 54 dan David Villa yang melebarkan keunggulan tim Catalan menjadi 3-1. Barcelona juara untuk kedua kalinya di tanah Inggris, tepatnya Wembley. Uniknya, aktor utama pada perhelatan dua kontes final Eropa tersebut sama yaitu Pep Guardiola. Secara historis, fakta unik menunjukkan bahwa kedua tim merupakan refleksi kesuksesan, kualitas, dan keindahan dari sepakbola itu sendiri. Selain itu, keduanya pernah merasakan juara di tempat yang sama (Wembley) dan bahkan United pernah membuat sejarah penting tahun 1999 di stadion kebanggaan Barcelona, Camp Nou, ketika secara dramatis mengalahkan Bayern Munich di tiga menit terakhir dan merengkuh trofi Eropa kedua kalinya. Pertemuan dua tim bergaya menyerang ini sebenarnya bukanlah hal baru. Tahun 1999, mereka pernah bertemu dalam laga banjir gol di dua stadion, dimana masing-masing laga berkesudahan dengan skor 3-3. Ketika itu, United terlihat sangat kuat dengan diperkuat pelatih sekelas Alex Ferguson dan generasi emas Class of 92 yang dipimpin oleh Ryan Giggs, sedangkan Barcelona mengandalkan skill individual pemain terbaik dunia 1999, Rivaldo, Luis Enrique dan Geovanni. Pada tahun tersebut, United berhasil menjadi juara Eropa dan bermain nyaris sempurna, tanpa kalah, menghibur, dan atraktif. Sembilan tahun kemudian, tepatnya tahun 2008, United kembali bertemu Barcelona. Kali ini di semifinal Liga Champions. United yang saat itu diperkuat trio berbahaya Cristiano Ronaldo-Wayne Rooney-Carlos Tevez, tampak lebih unggul mental bertanding dibanding Barcelona. Skor di Camp Nou adalah tanpa gol (dengan kegagalan Ronaldo mengeksekusi penalti di menit ke3), sedangkan di Old Trafford skor adalah 1-0 untuk United melalui gol tendangan melengkung indah Paul Scholes dari luar kotak penalti. Tahun 2008 adalah tahun United dan mereka menjadi juara dengan mengalahkan Chelsea 1-1 (6-5) melalui adu penalti.
1|STRATEGIC
DEVELOPMENT INSTITUTE ©2011
Panggung pertemuan dua sepakbola indah kembali digelar di tahun 2009 dan 2011. Kali ini, punggawa United dibuat frustasi oleh permainan atraktif Barcelona melalui passing game mematikan. Di kedua laga final tersebut, United gigit jari dan harus rela melihat kemenangan Barcelona, masing-masing dengan skor 2-0 dan 3-1. Otak permainan atraktif Barcelona adalah Pep Guardiola dan ketiga trisula maut mereka, pemain terbaik dunia dua kali (2009 & 2010) Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez, sedangkan ruh permainan mereka pertama kali diciptakan oleh maestro sepakbola Belanda yang menjadi legenda Barcelona dan Ajax Amsterdam, Johan Cruyff. Johan, adalah master dibidang sepakbola, melalui permainan menyerang ala total football yang dikomandoi Rinus Michel. Johan dan sepakbola Belanda selalu dikenang dunia, meskipun selalu gagal meraih trofi Piala Dunia. Atraktifitas gaya bermain, kemampuan individu, dan kekompakan tim berubah menjadi kekuatan menakjubkan dalam panggung bernama sepakbola. Barcelona, berubah bukan hanya sekedar tim sepakbola, melainkan refleksi kehidupan, karena mampu memberikan bukti, teladan, dan cinta bagi sepakbola menyerang atraktif. Football DNA Kesuksesan Barcelona dan United adalah gambaran betapa kedua tim tersebut sangat mencintai sepakbola dan menjadikannya sebagai bagian penting hidup mereka. United memiliki hampir 330 juta lebih penggemar aktif diseluruh dunia atau yang terbanyak diantara klub di dunia (bahkan mengalahkan El Real), sedangkan Barcelona dicintai oleh hampir semua orang di dunia, termasuk pendukung United sekalipun. Namun, satu hal yang harus diperhatikan adalah kesuksesan kedua tim tersebut tidak dicapai dengan mudah dan melalui proses perjalanan berliku nan panjang. Persamaan mutlak kedua tim adalah kepercayaan bahwa membangun tim tangguh tidak bisa dilakukan secara instan dengan
membeli pemain semahal dan sebaik mungkin, melainkan
melalui
pembinaan berkarakter yang kontinyu dan berkualitas. DNA sepakbola ada pada pembinaan akademi klub itu sendiri. Visi United yang dibawa oleh Sir Alex Ferguson, 25 tahun lalu, secara jelas menunjukkan bahwa pembinaan dan promosi pemain akademi menjadi strategi utama pembangunan tim kuat dan berkarakter. Fergie memulainya dengan Class of 92 (sebutan untuk pemain-pemain junior United lulusan tahun 1992). Dari program tersebut dihasilkan pemain berbakat kelas dunia, seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, Gary Neville, David Beckham, Nicky Butt, Phil Neville dan Robbie Savage. Semuanya, kecuali nama terakhir, menjadi ruh permainan United selama dua dekade lebih. Dikombinasikan dengan pemain sekelas Steve Bruce, Paul Ince, Gary
2|STRATEGIC
DEVELOPMENT INSTITUTE ©2011
Pallister, Bryan Robson, dan Eric “King” Cantona, United bertransformasi menjadi kekuatan menakutkan di Premier League, bahkan sebagian pemain Class of 92 (Ryan, Gary, dan Paul) mendedikasikan sepanjang umur karir sepakbolanya hanya untuk satu nama yaitu United dan sukses menorehkan tinta emas sebagai Legenda. Tak hanya itu, mereka adalah teladan bagi para pemain muda di United dan para pemain lainnya di dunia. Ryan, adalah teladan bagi semuanya, karena dedikasi dan totalitasnya terhadap sepakbola sulit untuk disamakan pesepakbola manapun. Jumlah penampilan terbanyak, gelar terbanyak
sebagai
pemain,
dan
dedikasi
kesetiaannya
untuk
tim,
adalah
bukti
keteladanannya. Paul, adalah refleksi pesepakbola pengusung permainan indah dan cantik. Benar kata mayoritas orang bahwa “Paul menjadikan pekerjaan tim lebih mudah”. Paul menjadi contoh atau role model bagi pesepakbola dengan passing terbaik saat ini, Xavi Hernandez. Bahkan, ketika David Beckham hijrah ke Real Madrid tahun 2003, pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh rekan-rekan setimnya di Madrid, bukanlah mengenai tempat tinggal, ambisi di klub barunya, atau kenyamanan keluarganya, melainkan tentang “Bagaimana rasanya bermain dengan Paul Scholes?”. Dibalik itu, Paul adalah pribadi rendah hati, jauh dari publisitas, dan kesehajaan yang tinggi. Terlepas dari tackling-nya yang terkadang keras dan membahayakan, Paul adalah refleksi keunikan sepakbola itu sendiri dan menunjukkan bahwa sepakbola lebih dari sekedar kemenangan dan gol semata. Memang benar bahwa hasil ditentukan oleh jumlah gol dan hanya pemenang yang akan diingat mayoritas orang, namun menancapkan permainan indah dan atraktif juga dapat meninggalkan kenangan tersendiri dan menghadirkan tidur lebih berkualitas bagi para penikmat sepakbola. Apa yang dilakukan United dengan Class of 92 menjadi sejarah tersendiri yang selalu dikenang orang dalam 10 sampai 20 tahun mendatang. Permainan menyerang, atraktif, dan catatan prestasi yang diraih sulit untuk dilupakan dan menjadi contoh teladan bagi insan sepakbola dunia. Cerita tentang Class of 92, ternyata juga diadopsi dengan baik oleh Barcelona. Sebagai penganut filosofi sepakbola indah, Barcelona mengembangkan akademi La Mansia sebagai DNA utama dan penopang kualitas permainan klub saat ini dan masa depan. Model dan sistem pembinaan yang unik di akademi tersebut bukan hanya melahirkan pemain bertalenta tinggi dan berkualitas, tetapi juga pribadi bermental juara, rendah hati, dan teladan. Filosofi akademi La Mansia-lah yang menjadi DNA permainan Barcelona saat ini. Lionel Messi adalah bukti kesuksesan akademi tersebut. Meskipun saat usia 7 tahun, Lionel ditolak oleh berbagai klub Argentina karena masalah kesulitan pertumbuhan. Itu tidak menyurutkan motivasi dan semangatnya menjadi pesepakbola handal. Pemain
3|STRATEGIC
DEVELOPMENT INSTITUTE ©2011
terbaik sejagat raya ini dibesarkan dengan sangat baik oleh Barcelona, bahkan Lionel harus melewati serangkaian suntik hormon untuk merangsang pertumbuhan fisiknya. La Mansia bukan hanya tentang Lionel. Kreator serangan Barcelona, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, bek tangguh mereka, Charles Puyol dan Gerard Pique, serta Kiper atraktif Viktor Valdes, adalah nyawa tim berjulukan Azulgrana tersebut. Program pembinaan La Mansia dibangun dengan filosofi bahwa penyerangan atraktif dan passing game menyusur tanah harus berdiri kokoh sebagai jiwa permainan. Mereka sangat yakin bahwa menyerang adalah pertahanan terbaik. Kuncinya, ketika menguasai bola, bagaimana secepatnya mendominasi permainan melalui umpan-umpan pendek merapat yang disertai penetrasi dan tembakan mematikan. DNA permainan Barcelona hasil akademi La Mansia inilah yang juga diadopsi tim nasional Spanyol, yang pemain intinya beranggotakan 7-8 pemain Barcelona. Adopsi ini dimulai oleh Luis Aragones yang berhasil membawa Spanyol meraih Piala Eropa untuk kedua kalinya tahun 2008 dan ditegaskan kembali oleh Vicente Del Bosque yang berhasil membawa Spanyol menjadi juara dunia pertama kalinya tahun 2010. Ortodoksitas permainan Spanyol yang mirip Barcelona memang sempat mendatangkan kritik kepada Del Bosque, namun untuk keindahan permainan, hal tersebut bukanlah suatu kekeliruan. Football is life Cerita tentang Class of 92 dan La Mansia adalah refleksi bahwa kekuatan dan cinta dalam sepakbola dibangun melalui suatu proses panjang dan berkarakter. Kehidupan sepakbola bukan matematika yang mementingkan hasil kuantitatif semata. Sepakbola adalah bahasa persatuan yang mampu melintasi perbedaan suku, bangsa, dan ras. Seiring globalisasi, sepakbola
hadir
dengan
makna
universalitasnya
dan
mampu
mereduksi
tendensi
pertentangan budaya yang sangat. Sepakbola menghadirkan kehidupan dan teladan bagi semua pihak, terutama tentang pemahaman dan aplikasi nilai-nilai filosofis dan strategis yang tak tergilas oleh zaman. Itupun yang harus dipetik dan dijadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia. Secara identitas, sepakbola hanyalah sebuah olahraga. Namun kita mampu menjadikannya lebih berharga dan menempatkannya sebagai bagian penting kehidupan berbangsa. Kita seharusnya sadar, jika dalam proses pemilihan penggurus sepakbola saja kita tidak mampu bersikap dewasa dan selalu terjebak perselisihan perebutan jabatan, Bagaimana mungkin kita meraih mimpi tampil di perhelatan akbar dunia? Dan Bagaimana caranya kita memberikan contoh teladan bagi generasi muda bangsa, khususnya para pemain, demi membentuk kekuatan sepakbola
4|STRATEGIC
DEVELOPMENT INSTITUTE ©2011
yang tangguh dan disegani? Bukankah keteladanan merupakan aset berharga bagi pengembangan karakter dan kualitas kehidupan? Proses pembinaan berkarakter dunia menjadi kunci pengembangan generasi sepakbola yang unggul. Namun, itu tidak berdiri sendiri. Dibutuhkan komitmen dan konsistensi sebagai syarat keberhasilan pencapaian outcome yang diinginkan. Selain itu, keteladanan dan efektifitas para pemimpin dan insan sepakbola nasional adalah kunci untuk secara bersama-sama mengawal proses pengembangan sepakbola dan menjadikannya sebagai panggung yang dapat mengharumkan nama bangsa dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia (karena sepakbola menghadirkan tren industrialisasi dan mampu meningkatkan
income
per
capita
suatu
negara).
Sepakbola
bukanlah
kerumitan,
perselisihan, atau perdebatan antar kutub kekuatan. Sepakbola adalah panggung keindahan, suatu nilai tak terdefinitif, dan orkestra bagi semua orang yang cinta kebersamaan. Sepakbola adalah sebuah kehidupan dengan nilai-nilai humanistik tak tergantikan. Salam sportivitas,
Penulis: Aji Jaya Bintara, MSM Founder of Strategic Development Institute (SDI) Pemerhati sepakbola nasional dan dunia
5|STRATEGIC
DEVELOPMENT INSTITUTE ©2011