POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id. Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi
BANK INDONESIA
i
terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794 Fax. (021) 351.8951
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut. Jakarta, Desember 2008
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL PANCING ULUR BERUMPON No 1 2 3
4
Unsur Pembiayaan Jenis Usaha Lokasi usaha Dana yang digunakan
Sumber dana a. Modal Sendiri b. Kredit : (1) Kredit Investasi :
(2) Kredit Modal Kerja
5 6
Periode pembayaran kredit Kelayakan usaha A Periode proyek B Produk C Skala proyek D Teknologi E
7
Pemasaran Produk
Kriteria kelayakan usaha NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period BEP Penjualan rata-rata BEP Produksi rata-rata Penilaian
Uraian Pancing Ulur Berumpon Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo Investasi : Rp. 222.600.000 Modal Kerja : Rp. 70.493.000 Total : Rp. 293.093.000 Rp. 175.855.000 Rp. 117.238.000 Plafond : Rp. 133.560.000 Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun Plafond : Rp. 42.495.000 Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan 3 tahun Ikan (hasil tangkapan pancing rawai) Produksi per bulan : 625 kg Rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan Konsumen langsung, pedagang pengumpul dan industri pengolah Rp 34,818,970 20.41% 1.12 2.7 Rp. 271,308,047 339.135 Layak
BANK INDONESIA
iii
No 8
Unsur Pembiayaan Analisis sensitivitas (1) Biaya variabel a
b
(2) a
b
(3)
iv
Biaya variabel naik 2% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian Biaya variabel naik 4,8% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian Pendapatan Pendapatan turun 2% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian Pendapatan turun 3,5% NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period Penilaian
Uraian
Rp 16,268,226 17.01% 1.06 2.9 Layak Rp (9,619,707) 12.21% 0.97 3.1 Tidak Layak
Rp 9,243,872 15.72% 1.03 2.9 Layak Rp (9,937,452) 12.14% 0.97 3.1 Tidak Layak
Biaya variabel dan pendapatan Biaya variabel naik 1% dan pendapatan turun 1% NPV Rp 12,749,866 IRR 16.36% Net B/C Ratio 1.04
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
No
Unsur Pembiayaan Uraian Pay Back Period 2.9 Penilaian Layak Biaya variabel naik 2,1% dan pendapatan turun 2% NPV Rp (10,233,111) IRR 12.09% Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1 Penilaian Tidak Layak
BANK INDONESIA
v
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ...................................................................................... RINGKASAN ………….………………………………………………………...… DAFTAR ISI ………….…………………………………………………………..... DAFTAR GAMBAR ......…………................................................................... DAFTAR PHOTO ………………..................................................................... DAFTAR TABEL …………..……………………………………..........................
i iii vi viii viii ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha …………………………………......................... 2.2 Pola Pembiayaan ……..……………………...........................
3 4
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar …………………………………......................... 3.1.1 Permintaan ……………………………........................ 3.1.2 Penawaran ……………………………......................... 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ........................ 3.2 Aspek Pemasaran …………………………........................... 3.2.1 Harga …………………………………......................... 3.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..……………......................... 3.2.3 Kendala Pemasaran …………………..........................
7 7 8 9 9 9 10 11
ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………………………………........................... 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………................................ 4.3 Tenaga Kerja ………………………………........................... 4.4. Teknologi ...……………………………………………………. 4.5 Proses Produksi ………………….......................................... 4.6 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ........................................ 4.7 Produksi Optimum ………………………….......................... 4.8 Kendala Produksi ……………………………........................
13 13 14 15 16 19 19 20
BAB III
BAB IV
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Hal BAB V
ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha ………………………......................... 5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ....……..... 5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ........................................................................ 5.3.1 Biaya Investasi ………………………........................... 5.3.2 Biaya Operasional ………........................................... 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ........................ 5.5 Produksi dan Pendapatan ……............................................ 5.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point .................. 5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha .............................. 5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha .................................. 5.9 Hambatan dan Kendala …..................................................
25 25 26 27 28 28 30 30 33
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial …………………......................... 6.2 Aspek Dampak Lingkungan ………………...........................
35 35
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ………………………………….......................... 7.2 Saran …………………………………………........................
37 38
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….......................... LAMPIRAN ……………………………………………......................................
39 41
BANK INDONESIA
vii
BAB VI
BAB VII
23 23
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Hal
Skema Jalur Pemasaran hasil tangkapan pancing ulur..........................
11
DAFTAR PHOTO Photo 1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4
viii
Hal Rumpon dan Konstruksi...................................................................... Perahu Pancing Ulur............................................................................ Perahu Penampung ………………...................................................... Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan .......................................... Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon ............................... Hasil Tangkapan Pancing Ulur…..........................................................
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
1 3 14 15 18 20
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12
Hal Volume ikan pelagis besar (ton) yang diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo.. Pengeluaran untuk ikan, konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007 ........................................................................ Produksi hasil tangkapan utama pancing ulur di Propinsi Gorontalo ............. Harga Ikan hasil tangkapan pancing ulur di Gorontalo tahun 2008 .............. Peralatan penangkapan ikan pancing ulur dan rumpon …………………....... Asumsi untuk Analisis Keuangan …………………………………………........ Komposisi Biaya Investasi (Rp)............……………………………………......... Komponen Biaya Operasional (Rp)........…………………………………......... Komponen Dan Struktur Biaya Proyek ……………………………………...…. Perhitungan Angsuran Kredit …………………………………………….......... Proyeksi Produksi dan Pendapatan ………………………………………...…... Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha …………………………….....…... Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha …………………………………….....…... Kelayakan Usaha pancing ulur berumpon ……………………………......…… Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik ……………………………................. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ...……………………………….....…… Analisis Sensitivitas Kombinasi …………………………..................................
BANK INDONESIA
7 8 9 10 14 24 25 26 27 28 28 29 29 30 31 32 33
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
x
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB I PENDAHULUAN
Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan berburu di laut. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, maka nelayan mengubah pola berburu ikan di laut dengan cara menggembalakan ikan untuk kemudian memanennya dengan mudah. Proses penggembalaan ikan dilakukan dengan memanipulasi kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam merespon suatu rangsangan dari luar. Dalam hal ini, ikan mempunyai kebiasaan melindungi diri dari mangsa atau mencari mangsa dengan cara berkumpul pada suatu benda yang terapung di permukaan air. Atas dasar tersebut, kemudian nelayan membuat benda terapung buatan untuk mengumpulkan ikan dan menggembalakannya untuk kemudian dipanen. Benda yang sering digunakan untuk mengumpulkan ikan tersebut sering di sebut sebagai rumpon. Berdasarkan penempatannya, rumpon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumpon laut dalam dan rumpon laut dangkal.
Photo 1.1 Rumpon dan Konstruksi
BANK INDONESIA
1
PENDAHULUAN Rumpon laut dalam digunakan untuk menangkap jenis-jenis yang sifatnya migratory di laut lepas. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan adalah ikan tuna, tongkol, cakalang, madidihang, layang, dsb. Sebagai daerah migrasi ikan-ikan jenis tuna, nelayan di Teluk Tomini khususnya di Propinsi Gorontalo mengembangkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Selain di Gorontalo, perikanan pancing ulur dan rumpon untuk menangkap ikan tuna juga berkembang di beberapa daerah seperti, perairan Sulawesi, Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Papua. Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha perikanan rumpon dan pancing ulur, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pancing ulur dan rumpon ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia.
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha Usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dikombinasikan dengan menggunakan rumpon merupakan kegiatan yang mempunyai prospek cukup baik. Dari sisi hasil tangkapannya, ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rumpon mempunyai mutu yang baik (dari kondisi fisik dan biologis). Dengan kondisi hasil tangkapan yang baik, maka hasil tangkapannya tidak mengalami kendala dalam pemasarannya.
Photo 2.1 Perahu Pancing Ulur Kegiatan ini banyak dioperasikan di Propinsi Gorontalo, khususnya Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Usaha pancing ulur sendiri merupakan kegiatan penangkapan yang sederhana dan membutuhkan modal biaya operasi maupun investasi yang rendah. Karena membutuhkan modal usaha yang rendah, maka pancing ulur dioperasikan hampir sebagian nelayan di lokasi kajian.
BANK INDONESIA
3
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN Dengan target tangkapan tuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, usaha penangkapan ini mempunyai prospek yang cukup baik. Selain tuna, ikan yang biasa tertangkap adalah jenis baby tuna, cakalang dan madidihang. Unit usaha perikanan pacing ulur dan rumpon terdiri atas satu unit rumpon, 5 unit perahu penangkap dan satu unit perahu pengumpul. Rumpon dan kapal penampung, biasanya dimiliki oleh perusahaan atau milik kelompok, sedangkan kapal penangkap biasanya dimiliki oleh perseorangan. Untuk menjaga dan mengetahui nelayan-nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar rumpon, rumpon biasanya dijaga oleh satu orang yang ditugaskan oleh perusahaan atau kelompok. Kapal penangkap yang biasanya dioperasikan oleh 2 orang nelayan, akan meminta ijin kepada penjaga rumpon sebelum operasi penangkapan dilakukan. Bila diijinkan, maka perahu penangkap berkewajiban untuk membayar bagi hasil tangkapannya sebesar 10% dari nilai hasil tangkapannya. Perahu penampung, akan berkeliling antar kapal di rumpon untuk menampung hasil tangkapan nelayan. Selama ini, nelayan-nelayan di lokasi kajian tidak memiliki hubungan kerjasama atau keterikatan dengan perusahaan penampung atau industri pengolahan ikan. Nelayan bebas melakukan penjualan, karena modal yang mereka butuhkan selama ini dipenuhi oleh Taksi Mina Bahari (TMB), suatu unit ekonomi produktif pemerintah propinsi Gorontalo. Dengan posisi yang seperti ini, maka harga ikan dapat dijaga sehingga tetap menguntungkan nelayan. 2.2. Pola Pembiayaan Sumber pembiayaan usaha rumpon pancing ulur biasanya berasal dari pengusaha sendiri, bantuan pihak lain maupun dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari beberapa sumber modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir nelayan di lokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI Unit Gorontalo. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja
4
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON dan atau modal investasi. Dalam pelaksanaannya, pimpinan BRI unit atas mandat yang dimilikinya kemudian menentukan nilai pinjaman yang dapat diberikan. Nilai plafond maksimum yang dapat diberikan adalah Rp 50 juta. Dalam rangka pemberian kredit perorangan, bank melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah, kemampuan manajemen, kemampuan keuangan meliputi modal dan laba usaha, aspek teknis, kondisi dan prospek usaha serta agunan. Suku bunga untuk skim kredit KUK yang diberikan oleh BRI untuk usaha ini berkisar antara 21-24% per tahun dengan jangka waktu kredit satu hingga dua tahun. Adapun beberapa prosedur yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit dari bank adalah: 1. Surat pengajuan kredit dari debitur. 2. Pengumpulan data (data keuangan, jaminan). 3. Pembuatan proposal. 4. Pengajuan ke komite kredit. Beberapa persyaratan lain adalah semua transaksi keuangan dilakukan melalui rekening di bank yang bersangkutan. Biaya administrasi yang ditanggung oleh calon debitur adalah provisi sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 1O/oo (permil), biaya pengikatan jaminan, biaya notaris dan biaya resiko. Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi).
BANK INDONESIA
5
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan Komoditas hasil tangkapan pancing ulur pada rumpon mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi ikan tuna, cakalang serta tenggiri menjadi komoditas eksport baik yang diperdagangkan langsung dari Gorontalo maupun melalui pedagang pengumpul di kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali. Secara umum, perdagangan produk tuna dari Propinsi Gorontalo dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat yang stabil. Berdasarkan cacatan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, produk tuna setelah dikirim ke pedagang pengumpul di kota lain kemudian diekspor ke negara tujuan utama Jepang dan beberapa negara tujuan lainnya. Tabel 3.1. Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo No. 1 2 3 4
Jenis ikan Tuna Cakalang Tenggiri Tuna loin
2005 50.37 1.718,00 32,15 292,29
2006 15,00 41,10 7,30 605,00
2007 73,40 137,40 75,00 801,00
Sumber : DKP Propinsi Gorontalo (Data diolah kembali).
Meskipun masih tergolong rendah, permintaan ikan di dalam negeri terus mengalami peningkatan. Bila pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.675 meningkat menjadi Rp. 13.622 pada tahun 2007. Lebih lanjut BPS (2008) melaporkan bahwa tingkat konsumsi rata-rata per kapita seminggu
BANK INDONESIA
7
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN untuk ikan dan udang juga mengalami peningkatan, bila konsumsi udang dan ikan segar pada tahun 2005 sebesar 0,252 kg/kapita/minggu kemudian naik menjadi 0,260 kg/kapita/minggu (table 3.2). Dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, dan kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik tentang konsumsi ikan, maka permintaan ikan dari tahun ke tahun akan selalu bertambah besar. Sehingga penambahan produksi ikan di masa yang akan datang menjadi tantangan tersendiri. Disisi lainnya, dari sisi perdagangan luar negeri, performa perdagangan ikan dan udang juga menunjukkan peningkatan. Dengan masih mengandalkan pada produk udang dan tuna, nilai ekspor perikanan meningkat dari US$ 1.324 pada tahun 2005 meningkat menjadi US$ 1.493 pada tahun 2007. Tabel 3.2 Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007 No.
Keterangan
1
Pengeluaran pangan per kapita (Rp. 1000)
2
Pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan (Rp.)
3
Konsumsi rata-rata per kapita seminggu
4
2005
Tahun 2006
2007
168,8
-
194,2
10.675
13.374
13.622
a. Udang dan Ikan segar (kg)
0,252
0,281
0,260
b. Udang dan ikan yang diawetkan (ons)
0,441
0,499
0,523
Eksport udang dan ikan (juta US$)
1.324
1.456
1.493
3.1.2. Penawaran Secara umum, produksi tuna dan cakalang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, produksi tongkol menunjukkan tingkat produksi yang menurun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Harga jual produk yang stabil dan tinggi mendorong untuk melakukan proses penangkapan yang lebih intensif. Disisi lainnya, tren peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi perairan di lokasi kajian masih belum menunjukkan gejala lebih tangkap (Tabel 3.3.)
8
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi utama
2001
2002
2003
2004
Tuna
1.752,5
3.448,7
3,342,2
1.881
Cakalang
1.847,2
2.186
2.057,9
Tongkol
2.704,4
4.816
3.816,9
2005
2006
2007
4.508
5.375
4.394
2.147,5
4.021
5.004
4.427
8.308,5
3.635
5.573
4.546
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo.
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Dalam prakteknya, kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di rumpon ini tidak terjadi persaingan dalam proses pemasaran hasil. Persaingan terjadi pada proses penangkapan ikan, dimana rumpon yang tersedia di lokasi kajian belum optimal untuk menampung seluruh armada penangkapan ikan yang ada. Karena produk ikan yang relatif sulit dalam pengolahannya dan harga ikan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk protein hewani lainnya seperti ayam atau telur ayam, maka pesaing utama dari perdagangan ikan ini adalah produk-produk substitusi yang memang sudah cukup dikenal masyarakat baik dari sisi kebiasaan atau cara pengolahannya. 3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga Ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur di rumpon ini cukup banyak, seperti tuna, cakalang, tenggiri dan baby tuna. Harga jual dari produk tangkapan usaha ini secara rata-rata adalah Rp. 19.800 per kg. Secara umum, selama ini nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan, Harga ikan biasanya ditentukan oleh pedagang pengumpul yang mengambil hasil
BANK INDONESIA
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN tangkapannya di laut. Sementara itu, pada tahapan rantai pemasaran selanjutnya, pedagang pengumpul juga tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan pada saat menjual ikan kepada pedagang besar antar pulau. Pada level nelayan, harga jual untuk ikan tuna adalah sebesar Rp. 27.000/kg dan cakalang dijual dengan nilai Rp. 20.000/kg. Sedangkan baby tuna dijual dengan harga Rp. 12.500/kg. Tabel 3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008 NO
Produk
Harga (Rp./kg)
1
Tuna (Thunnus sp)
27.000
2
Cakalang (Katsuwonus sp)
20.000
3
Baby tuna
12.500
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk Penjualan produk usaha pancing ulur ini dapat dilakukan sendiri oleh nelayan atau melalui pedagang pengumpul (toke) untuk kemudian diekspor atau dijual langsung ke konsumen. Pola pemasaran produk pancing ulur ini secara umum terbagi tiga, yaitu : a. Nelayan menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kota yang sama dengan daerah produsen pancing ulur yang bersangkutan. b. Nelayan atau pengumpul menjual ikan ke pengolah untuk kemudian di pasarkan ke luar negeri. c. Pedagang besar di Gorontalo, kemudian menjual ikan kepada pedagang eksportir di Jakarta, Bali dan Surabaya. d. Pedagang eksportir kemudian mengekspor ikan ke luar negeri.
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON
Nelayan
Pengolah
Pengumpul
Pedagang eksportir
Konsumen luar negeri
Pedagang besar
Konsumen lokal
Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Pancing ulur
3.2.3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang dihadapi oleh usaha pancing ulur adalah fluktuasi hasil tangkapan karena berubahnya sistem musim. Selain itu, lemahnya pemasaran dimana jalur-jalur pemasaran masih dikuasai oleh pedagang perantara, menyebabkan nelayan kurang mempunyai posisi tawar yang baik.
BANK INDONESIA
11
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha Kegiatan ini berlokasi di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi ini berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, yang merupakan lokasi penangkapan ikan bagi perahu pancing ulur. Untuk melakukan aktivitas penangkapan, rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan dilepas di lepas pantai untuk beberapa hari. Selanjutnya, dengan mendatangi rumpon yang telah dipasang sebelumnya kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Fasilitas produksi yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: rumpon, perahu penangkap ikan dan perahu penampung (Tabel 4.1). Dalam satu unit usaha pancing ulur dengan rumpon ini, terdiri atas 1 unit rumpon, 5 unit kapal penangkap dan 1 kapal penampung. Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan mempunyai ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m. Untuk menggerakkan perahu tersebut dibutuhkan mesin perahu dengan kekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan biasanya mempunyai panjang 21m, lebar 3 m dan tinggi 1,4 m. Mesin penggerak perahu penampung berkekuatan 90 PK. Pada operasi penangkapan yang dikombinasikan dengan rumpon, rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Perahu biasanya dibeli jadi dari Sulawesi Tengah, sedangkan bagan dan pancing ulur dibuat sendiri.
BANK INDONESIA
13
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Photo 4.1 Perahu Penampung Tabel 4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon No. 1 2 3 4
Keterangan Kapal penangkap Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m Pancing ulur Mesin Penggerak 5,5 PK Kapal penampung Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m Mesin Penggerak 90 PK Rumpon Rumpon (3X12X3m) Biaya lainnya Biaya Surat-surat
Jumlah/ unit usaha 5 25 5 1 1 1 1
Harga satuan 5.000.000 20.000 3.500.000 60.000.000 80.000.000 39.000.000 600.000
4.3. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari 2 orang untuk masing-masing perahu penangkap ikan, 1 orang penunggu rumpon dan 5 orang yang mengoperasikan perahu penampung. Total tenaga kerja yang terlibat dalam satu unit usaha kegiatan ini adalah 16 orang. Jurumudi/kapten perahu penangkap ikan, biasanya adalah pemilik perahu, dibantu oleh tenaga kerja lainnya, yang biasanya
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON diambil dari anggota keluarga yang lain. Sedangkan penjaga rumpon, adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh kelompok atau perusahaan untuk menjaga dan mencatat perahu-perahu yang melakukan penangkapan di rumpon. Lima orang yang mengoperasikan kapal penampung, selain membeli ikan-ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga membawa perbekalan penangkapan ikan untuk perahuperahu penangkap ikan. ABK perahu penampung adalah anggota kelompok. Bila perahu penampung milik perusahaan, maka ABK adalah tenaga kerja yang dibayar oleh perusahaan. Untuk kapal penampung milik kelompok, ABK akan mendapatkan bayaran sebesar 70% dari nilai hasil tangkapan setelah dikurangi perguliran (30% dari total hasil tangkapan), biaya operasional dan biaya perawatan (30% dari 70% hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional).
Photo 4.2. Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan
4.4. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam operasi penangkap ikan ini masih sangat sederhana. Upaya untuk mengumpulkan ikan dilakukan dengan menggunakan rumpon. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hasil tangkapan, utamanya untuk mengurangi stress ikan dan banyaknya darah yang keluar, nelayan di Gorontalo
BANK INDONESIA
15
ASPEK TEKNIS PRODUKSI menggunakan jaket tuna, yaitu kerangka besi seperti tabung yang digunakan untuk mengurangi gerak ikan setelah ditangkap dengan pancing. Pada kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dilengkapi rumpon ini, ketergantungan kegiatan penangkapan ikan terhadap rumpon sangat tinggi. Sehingga, teknologi rumpon yang diterapkan akan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Dalam banyak kesempatan, rumpon ini sering terbawa oleh gelombang yang besar dan rusak. Oleh sebab itu, teknologi rumpon yang lain dengan memanfaatkan drum plastic atau dari bahan besi bisa dijadikan alternatif perbaikan teknologi yang ada. 4.5. Proses Produksi Proses produksi pancing ulur yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. Proses penangkapan ikan dengan pancing ulur adalah sebagai berikut: 1. Persiapan, yaitu mempersiapkan seluruh perbekalan ke laut dan anak buah kapal yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Persiapan biasanya dilakukan pada waktu subuh atau menjelang pagi hari. 2. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, setelah persiapan selesai, armada penangkapan kemudian menuju daerah penangkapan (rumpon) yang telah direncanakan. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya akan memakan waktu 2-4 jam dari pelabuhan perikanan. Kira-kira pukul 06.00-08.00 WITA perahu penangkapan ikan sudah sampai di daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan. 3. Pemasangan pancing, bila ikan di sekitar rumpon dinilai layak, dari segi jumlah ikan dan keselamatan operasi penangkapan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Untuk dapat mengoperasikan pancing ulur di sekitar rumpon, maka nelayan harus meminta ijin terlebih dahulu. Bila diijinkan kemudian dilakukan penambatan perahu ke rumpon, dan perahu penangkap siap beroperasi. Penjaga rumpon kemudian mencatat
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON nelayan yang menangkap di rumponnya. Nama-nama nelayan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemilik/pengurus rumpon di darat untuk kemudian dijadikan dasar penagihan kepada pengumpul ikan dimana hasil tangkapan nelayan-nelayan tersebut dijual. 4. Perendaman pancing, untuk memberi kesempatan ikan datang mendekati mata pancing dan memakan umpan yang ada di mata pancing, pancing direndam selama kurang lebih 2 jam. Untuk mendapatkan umpan, nelayan melakukan penangkapan umpan terlebih dahulu. Umpan ditangkap dengan jenis pancing yang berukuran lebih kecil. Pada proses perendaman pancing ini, biasanya nelayan akan membuat variasi dengan cara menyentak-nyentakkan senar pancing. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai mata pancing dimakan ikan atau umpan hilang. Bila umpan sudah habis atau hilang maka kemudian dilakukan proses pemasangan umpan dan memancing lagi. 5. Pengangkatan pancing, bila mata pancing dimakan oleh ikan, maka nelayan kemudian melakukan proses pengangkatan pancing. Untuk proses pengangkatan pancing, diperlukan keahlian khusus, karena ikan yang ditangkap berukuran besar. Bila umpan dimakan ikan, maka nelayan akan mengulur senar pancing dan kemudian menarik mendadak dengan menyentak senar. Selanjutnya secara perlahan ikan ditarik ke perahu. 6. Pemasangan ulang, bila belum membuahkan hasil tangkapan, dan hasil tangkapan belum mencukupi secara ekonomi akan dilakukan proses penangkapan ulang. 7. Penjualan hasil tangkapan, hasil tangkapan nelayan yang sudah masuk kelompok biasanya akan ditampung oleh perahu penampung, akan tetapi bagi nelayan non-anggota dapat menjual hasil tangkapannya dimana saja.
BANK INDONESIA
17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI 8. Kembali ke fishing base, bila hasil tangkapan telah mencukupi atau bila waktu operasi telah lebih dari 12 jam, maka kemudian diputuskan untuk kembali ke fishing base. Secara umum, nelayan-nelayan di lokasi kajian akan sampai di fishing base (pelabuhan perikanan) sekitar pukul 14.00 – 16.00 WITA.
Photo 4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon
Karena laut merupakan wahana multifungsi, maka pemasangan rumpon harus memperhatikan beberapa hal: a) Tidak mengganggu alur pelayaran. b) Jarak antar rumpon minimal 10 mil laut. c) Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag).
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON Selanjutnya, berdasarkan Kep.30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon, maka pengajuan ijin pemasangan rumpon diatur dengan ketentuan sbb.: a) Pemasangan pada perairan dengan jarak 2 mil laut sampai 4 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota. b) Pemasangan pada perairan dengan jarak 4 mil laut sampai 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Propinsi. c) Pemasangan pada perairan dengan jarak di atas 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah sampai ZEE ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota. 4.6. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Jenis ikan yang dihasilkan dari proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon ini adalah tuna, cakalang, baby tuna, tenggiri dan beberapa jenis ikan lainnya. Secara umum, dalam satu kali operasi penangkapan ikan akan dihasilkan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 15 kg ikan per perahu penangkap ikan. Ini dengan asumsi bahwa dalam setiap 3 hari dihasilkan 1 ekor ikan tuna yang bobotnya mencapai 50 kg/ekor, atau produk lain yang setara. Karena ikan tuna ditangkap dengan menggunakan pancing maka mutu ikan terjamin. Disamping itu, inovasi dalam mengurangi gerakan ikan dengan menggunakan jaket tuna juga mempertinggi kualitas ikan hasil tangkapan. 4.7. Produksi Optimum Seperti kegiatan menangkap ikan pada umumnya, maka faktor cuaca dan musim memegang peranan yang sangat penting. Pada musim ikan, dengan asumsi setiap hari tertangkap ikan tuna dengan bobot 34 kg, maka dalam sebulan (25
BANK INDONESIA
19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI hari kerja) sudah mampu menghasilkan ikan sebanyak 850 kg. Bila dalam satu unit penangkapan pancing ulur 5 kapal penangkap, maka secara total akan dihasilkan 4.250 kg. Tuna yang menjadi target utama penangkapan, tidak tertangkap sepanjang tahun, melainkan hanya sekitar 6 bulan saja. Musim tuna berkisar antara bulan September sampai dengan Februari. Sedangkan untuk target penangkapan ikan yang lainnya, akan ditemukan sepanjang tahun namun dengan jumlah dan jenis yang bervariasi.
Photo 4.4 Hasil Tangkapan Pancing Ulur 4.8. Kendala Produksi Faktor kritis usaha penangkapan ikan adalah cuaca buruk. Bila musim gelombang tinggi tiba, maka nelayan yang menggunakan kapal relatif kecil tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Pada musim seperti ini, rumpon-rumpon rusak dan tidak jarang yang putus dan hilang.
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON Bila rumpon hilang, maka kegiatan penangkapan juga akan terhenti. Agar produksi terus bisa dilakukan, maka penentuan lokasi penempatan rumpon menjadi kunci terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dengan rumpon. Disisi yang lainnya, usaha ini juga mendapatkan persaingan dari armada penangkapan lain, yaitu purse seine yang juga melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. Bila purse seine sudah melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon, maka ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon khususnya tuna akan berpencar sehingga menyulitkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur.
BANK INDONESIA
21
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB V ASPEK KEUANGAN
Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pancing ulur rumpon. 5.1. Pemilihan Pola Usaha Pola usaha yang dipilih adalah pancing ulur berumpon. Kegiatan ini mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat komoditas yang dihasilkan adalah produk yang diekspor sehingga harga jual dan permintaan pasar bisa terjamin. Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara pancing ulur (5 unit), rumpon (1 unit) dan perahu penampung (1 unit). Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan berukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 meter, dengan tenaga penggerak berkekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan berdimensi (pxlxt) 21 x 3 x 1,4 meter. Sebagai penggerak perahu penampung adalah mesin inboard berkekuatan 90 PK. Rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Untuk mengoperasi 1 unit usaha ini dibutuhkan 16 tenaga kerja terdiri dari 10 nelayan penangkap (2 orang x 5 perahu), 1 orang penjaga rumpon dan 5 orang ABK perahu penampung. 5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.1. Dalam kegiatan ini diasumsikan periode proyek 3 tahun dimana dalam kegiatan per tahunnya hanya mempertimbangkan 6 bulan musim ikan. Dalam kegiatan ini juga
BANK INDONESIA
23
ASPEK KEUANGAN diasumsikan produksi ikan secara total adalah 4.250 kg/bulan dari hasil tangkapan tuna dan beberapa ikan tangkapan sampingan lainnya. Dengan asumsi 50% ikan hasil tangkapan tuna dan 50% ikan lainnya kemudian dengan menggunakan ratarata terbobot diasumsikan harga ikan rata-rata terbobot Rp. 21.600/kg. Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan No
Asumsi
Satuan
1
Periode proyek
tahun
3
2
Bulan kerja tahun
bulan
6
3
Output, Produksi dan Harga:
a. Produksi ikan per bulan
kg
4.250
b. Produksi ikan per hari
kg
170,0
c. Harga penjualan ikan
Rp/kg
21.600
d. Lama menunggu pendapatan
hari
1
e. Hasil penjualan
hari
1
f. Keberhasilan produksi
4
Tenaga kerja :
a. Produksi
persen
100%
b. Waktu kerja per bulan
24
Nilai / Jumlah
orang
16
hari
25
5
Penggunaan input dan harga:
a. BBM
liter/bln
850
b. Harga BBM
Rp/liter
8.000
6
Suku Bunga per Tahun
%
14%
7
Proporsi Modal :
a. Kredit
%
60%
b. Modal Sendiri
%
40%
8
Jangka waktu Kredit
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
tahun
3
PANCING ULUR BERUMPON 5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pancing ulur berumpon dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi perahu, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi. 5.3.1. Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha pancing ulur berumpon ini meliputi rumpon, pancing ulur, serta perahu penangkap dan perahu penampung beserta mesin penggeraknya. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 222.600.000. Komponen terbesar adalah kapal penampung (62,64%) kemudian kapal penangkap (19,24%) dan rumpon (17,90%) (Tabel 5.2). Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 2. Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp) No
Komponen Biaya
1
Kapal penangkap
a. Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m
b. Pancing ulur
c. Mesin Penggerak 5,5 PK
2
Kapal penampung
a. Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m
b. Mesin Penggerak 90 PK
3
Rumpon
Rumpon
4
Biaya lainnya
Biaya Surat-surat
Jumlah
Jumlah Fisik
Harga per Satuan Rp
Jumlah Biaya Rp
43.000.000
5
5.000.000
25.000.000
25
20.000
500.000
5
3.500.000
17.500.000
140.000.000
1
60.000.000
60.000.000
1
80.000.000
80.000.000
1
39.000.000
39.000.000
1
500.000
600.000 222.600.000
BANK INDONESIA
25
ASPEK KEUANGAN 5.3.2. Biaya Operasional Biaya operasional dalam usaha pancing ulur berumpon meliputi biaya operasional perahu penangkap, perahu penampung dan perawatan rumpon. Untuk pengoperasi perahu penangkap dibutuhkan Rp. 4.450.000 per bulan. Pengoperasian kapal penampung, memerlukan Rp. 55.990.000 per bulan dan untuk perawatan rumpon dibutuhkan Rp. 300.000 per bulan ( Tabel 5.3 serta Lampiran 3 dan 4). Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp) No
Struktur biaya
Satuan
Jumlah Fisik
Biaya per satuan Rp
Jumlah biaya 1 bulan Rp
Jumlah biaya 1 tahun Rp
4.450.000
26.700.000
I
Kapal Penangkap
1
Perbekalan
Rp
125
4.000
500.000
3.000.000
2
BBM (solar)
Liter
250
8.000
2.000.000
12.000.000
3
Oli
Liter
25
24.000
600.000
3.600.000
4
Perawatan Kapal
Trip
5
100.000
500.000
3.000.000
5
Perawatan alat tangkap
Trip
5
70.000
350.000
2.100.000
6
Perawatan Mesin
Trip
5
100.000
500.000
3.000.000
II
Kapal Penampung
55.990.000
335.940.000
1
Perbekalan
Rp
25
2.000.000
50.000.000
300.000.000
2
BBM (solar)
Liter
600
8.000
4.800.000
28.800.000
3
Es
Balok
100
10.000
1.000.000
6.000.000
4
Oli
Liter
5
24.000
120.000
720.000
5
Perawatan alat tangkap
Trip
1
70.000
70.000
420.000
III
Perawatan rumpon
Rp
1
300.000
300.000
1.800.000
IV
Upah ABK
RP
16
609.563
9.753.000
58.518.000
Total Biaya Variabel
70.493.000
422.958.000
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Untuk menjalankan satu unit usaha pancing ulur berumpon ini dibutuhkan dana sebesar Rp. 293.093.000, dimana Rp. 117.237.200 berasal dari modal sendiri (40%), dan 60% lainnya (Rp. 175.855.800) berasal dari pinjaman bank. Dalam kegiatan ini diasumsikan modal kerja diberikan bersamaan dengan pemberian kredit investasi. Sehingga jangka waktu kredit dihitung secara bersama-sama dengan kredit investasi. Kredit investasi dan kredit modal kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 3 tahun dengan suku bunga 14%. Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek No 1
2
3
Komponen Biaya Proyek
Persentase
Biaya Investasi
Total Biaya (Rp) 222.600.000
a. Kredit
±60%
133.560.000
b. Modal Sendiri
±40%
89.040.000
Biaya Modal Kerja
70.493.000
a. Kredit
±60%
42.295.800
b. Modal Sendiri
±40%
28.197.200
Total Biaya Proyek
293.093.000
c. Kredit
±60%
175.855.800
d. Modal Sendiri
±40%
117.237.200
Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran bunga dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Rekapitulasi jumlah angsuran kredit pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5. sedangkan perhitungan jumlah angsuran kredit perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5 dan 6.
BANK INDONESIA
27
ASPEK KEUANGAN Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Tahun
Angsuran Pokok
Angsuran Bunga
Total Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
175.855.800
175.855.800
1
58.618.600
21.377.852
79.996.452
175.855.800
117.237.200
2
58.618.600
13.171.248
71.789.848
117.237.200
58.618.600
3
58.618.600
4.964.644
63.583.244
58.618.600
0
5.5. Produksi dan Pendapatan Berdasarkan kapasitas yang ada,hasil tangkapan dengan pancing ulur per bulan sebanyak 2.250 kg ikan tuna, 1.000 kg cakalang dan 1.000 kg baby tuna. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan rata-rata harga jual ikan sebesar Rp 21.600 per kg, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan untuk memperoleh pendapatan sebesar Rp 93.250.000 per bulan. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 4. Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan No
Produk
Volume
Unit
Harga Jual
Penjualan 1 Bulan
1
Tuna
2.250,0
kg
27.000
60.750.000
2
Cakalang
1.000,0
kg
20.000
20.000.000
3
Baby tuna
1.000,0
kg
12.500
12.500.000
TOTAL
93.250.000
5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pancing ulur telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 44.664.148 dengan nilai profit on sales 6,89%, dan mengalami peningkatan laba hingga tahun ke-3 yang berjumlah Rp 51.915.753 dengan profit on sales 9,43% (Tabel 5.7).
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha No
Uraian
Tahun 2
1
3
A
Penerimaan
Total Penerimaan
B
Pengeluaran
i. Biaya Variabel
550.800.000
550.800.000
550.800.000
422.958.000
422.958.000
422.958.000
ii. Depresiasi
49.800.000
49.800.000
49.800.000
iii. Angsuran Bunga
21.377.852
13.171.248
4.964.644
iv. Biaya Pemasaran/Distribusi
12.000.000
12.000.000
12.000.000
Total Pengeluaran
506.135.852
497.929.248
489.722.644
C
R/L Sebelum Pajak
D
Pajak (15%)
E
Laba Setelah Pajak
F
Profit on Sales
G
BEP:
44.664.148
52.870.752
61.077.356
6.699.622
7.930.613
9.161.603
37.964.526
44.940.139
51.915.753
6,89%
8,16%
9,43%
Rupiah kg
306.665.734
271.308.047
235.950.359
383.332
339.135
294.938
Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp. 306.665.734 pada tahun ke-1 hingga Rp. 235.950.359 pada tahun ke-3. Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7. Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha Uraian Laba per tahun Profit Margin BEP: Rupiah Kg
Nilai Rp. 44.940.139 8,16% Rp. 271.308.047 339.135 kg
BANK INDONESIA
29
ASPEK KEUANGAN 5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga dan pajak penghasilan. Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Usaha pancing ulur berumpon dengan menggunakan asumsi yang ada menghasilkan NPV Rp 34.818.970 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 20,41% dan Net B/C Ratio 1,12. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha pancing ulur ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 2,7 tahun. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pancing ulur berumpon selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 8. Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pancing Ulur Berumpon No 1.
Kriteria NPV (Rp)
2.
IRR
3.
Net B/C Ratio
4.
Pay Back Period
Nilai Rp. 34.818.970
Justifikasi Kelayakan >0
20,41%
> 14%
1,12
> 1,00
2,7 tahun
< 3 tahun
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu: (1). Skenario I Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan baku dan bahan pembantu maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel 5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 9 dan 10. Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik No 1. 2. 3. 4.
Kriteria NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio Pay Back Period
Naik 2% Rp. 16.268.226 17,01% 1,06 2,9 tahun
Naik 4,8% - Rp. 9.619.707 12,21% 0,97 3,1 tahun
Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario I, biaya variabel mengalami kenaikan 2% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 2%, Net B/C Ratio masih lebih dari satu, NPV positif dan IRR mencapai 17,01% serta PBP 2,9 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 14% dengan kenaikan biaya variabel sebesar 2% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 4,8% menunjukkan kinerja sudah tidak layak lagi.
BANK INDONESIA
31
ASPEK KEUANGAN (2). Skenario II Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan produk hasil tangkapan yang dapat terjual atau penurunan harga jual ikan hasil tangkapan, sedangkan biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 11 dan 12. Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun No 1. 2. 3. 4.
Kriteria NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio Pay Back Period
Turun 2% Rp. 9.243.872 15,72% 1,03 2,9 tahun
Turun 3,5% - Rp. 9.937.452 12,14% 0,97 3,1 tahun
Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar 2% diperoleh NPV positif, Net B/C Ratio lebih dari satu dengan IRR mencapai 15,72%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan sebesar 2% proyek tersebut layak dilaksanakan. Namun demikian, penurunan lebih dari 3,5% sudah tidak menunjukkan performa usaha yang layak lagi. (3). Skenario III Pada Skenario III, sensitivitas dilakukan dengan mengkombinasikan sensitivitas pada skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 13 dan 14.
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi
No
Kriteria
1. 2. 3. 4.
NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Ratio Pay Back Period
Biaya Variabel Naik 1% dan Pendapatan Turun 1% Rp. 12.749.866 16,36% 1,04 2,9 tahun
Biaya Variabel Naik 2,1% dan Pendapatan Turun 2% - Rp. 10.233.111 12,09% 0,97 3,1 tahun
Analisis sensitivitas menurut Skenario III, diasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel. Pada penurunan pendapatan 1% dan kenaikan biaya variabel masing-masing sebesar 1%, proyek tersebut masih layak dilaksanakan tingkat suku bunga 14% menghasilkan Net B/C Ratio lebih dari satu dan NPV positif serta IRR 16,36% (untuk kenaikan biaya 1%). Usaha sudah tidak menunjukkan tingkat kelayakannya pada tingkat penurunan pendapatan sebesar 2% dan peningkatan biaya variabel sebesar 2,1%. 5.9. Hambatan dan Kendala Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pancing ulur berumpon adalah perubahan musim dan cuaca buruk. Pada cuaca buruk, tidak jarang rump[on yang dipasang dilaut putus dan hilang. Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk mencadangkan dana pembelian rumpon baru.
BANK INDONESIA
33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Sebagian besar kegiatan usaha masyarakat Kota Gorontalo khususnya dan Propinsi Gorontalo pada umumnya adalah bertani, berkebun atau nelayan. Sementara sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan pegawai negeri. Roda perekonomian, selain dari perdagangan hasil pertanian dan perikanan, juga dari gaji pegawai negeri. Keberadaan usaha pancing ulur berumpon mampu meningkatkan pendapatan nelayan di daerah yang bersangkutan. Adanya usaha pancing ulur berumpon ini juga mendorong berkembangnya usaha perdagangan dan pengolahan, sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan nilai tambah usaha. Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberi manfaat yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah. 6.2. Aspek Dampak Lingkungan Proses produksi dalam usaha pancing ulur berumpon akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa ikan atau kotoran ikan yang dibuang. Limbah-limbah padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai menjadi bahan-bahan anorganik unsur hara tanah.
BANK INDONESIA
35
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian ikan yang umumnya langsung dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama limbah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Pembuatan bak penampung limbah cair sederhana dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang dihasilkan dari usaha pancing ulur berumpon.
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan a. Usaha pancing ulur berumpon mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga bagi masyarakat nelayan. b. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha pancing ulur berumpon selain faktor cuaca dan pemilihan lokasi penangkapan juga keterampilan nelayan. c. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha pancing ulur berumpon adalah Rp 293.093.000, yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 175.855.000) dan modal sendiri 40% (Rp. 117.238.000), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja adalah sebesar Rp 70.493.000 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 42.295.000) dan biaya sendiri 40% (Rp 28.197.000), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit selama 3 tahun. d. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha pancing ulur berumpon sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp.34.818.970, IRR 20,41%, Net B/C 1,12 dan PBP 2,7 tahun. Industri ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank. e. Usaha pancing ulur berumpon ini sensitif terhadap kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan. f.
Pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.
BANK INDONESIA
37
KESIMPULAN DAN SARAN 7.2. Saran a. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, usaha pancing ulur berumpon ini, layak untuk dibiayai. b. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek keuangan dan manajemen pembukuan.
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2005. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2006. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2007. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo. BPS. 2008. Perkembangan beberapa indikator sosial ekonomi Indonesia. BPS. Jakarta
BANK INDONESIA
39
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
40
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
LAMPIRAN
BANK INDONESIA
41
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Asumsi Untuk Analisis Keuangan .......................................................... Biaya Investasi ..............………………………………………………........ Biaya Variabel .....…………………………………………………………... Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor .............................................. Angsuran Kredit Investasi (Suku bunga 14%)....……………………….... Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku bunga 14%)................……………. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp).............………………………………….... Proyeksi Arus Kas .............……………………………………………….... Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2% ................................ Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 4,8% ........................….. Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 2% ........................……..
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
12 13
Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 3,5% ...........................… Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 1% dan Penurunan Pendapatan 1% .................................................. Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2,1% dan Penurunan Pendapatan 2% .……...………............................
54 55
Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Kelayakan Usaha..............
57
14 15
42
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
56
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Asumsi Periode proyek Bulan kerja tahun Output, Produksi dan Harga: a. Produksi ikan per bulan b. Produksi ikan per hari c. Harga penjualan ikan d. Lama menunggu pendapatan e. Hasil penjualan f. Keberhasilan produksi Tenaga kerja : a. Produksi Penggunaan input dan harga: a. BBM b. Harga BBM Suku Bunga per Tahun Proporsi Modal : a. Kredit b. Modal Sendiri Jangka waktu Kredit
Satuan tahun bulan kg kg Rp/kg hari hari persen orang orang liter/bln Rp/liter % % % tahun
Nilai / Jumlah 3 6 4.250 170.0 21.600 1 1 100% 16 850 8.000 14% 60% 40% 3
BANK INDONESIA
43
LAMPIRAN
Lampiran 2. Biaya Investasi
No
Komponen Biaya
Satuan
Jumlah Fisik
Harga per Satuan Rp
Jumlah Biaya Rp
Umur Ekonomis (tahun)
Nilai Penyusutan Rp
Nilai Sisa Rp
1
Kapal penangkap
Kapal Ukuran 6.0 x 0.6 x 0.7 m
buah
5
5.000.000
25.000.000
5
5.000.000
10.000.000
Pancing ulur
buah
25
20.000
500.000
1
500.000
0
Mesin Penggerak 5.5 PK
buah
5
3.500.000
17.500.000
5
3.500.000
7.000.000
2
Kapal penampung
Kapal Ukuran 21 x 3.0 x 1.4 m
buah
1
60.000.000
60.000.000
5
12.000.000
24.000.000
Mesin Penggerak 90 PK
buah
1
80.000.000
80.000.000
5
16.000.000
32.000.000
3
Rumpon
Rumpon
buah
4
Biaya lainnya
Biaya Surat-surat
unit
Jumlah
44
43.000.000
140.000.000
5 1
39.000.000
39.000.000
1
39.000.000
0
1
600.000
600.000
5
100.000
0
49.800.000
73.000.000
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
222.600.000
PANCING ULUR BERUMPON
Lampiran 3. Biaya Variabel
No
Struktur biaya
Satuan
Jumlah Fisik
Biaya per satuan Rp
Jumlah biaya 1 bulan Rp
Jumlah biaya 1 tahun Rp
I
Kapal Penangkap
4.450.000
26.700.000
1
Perbekalan
Rp
125
4.000
500.000
3.000.000
2
BBM (solar)
liter
250
8.000
2.000.000
12.000.000
3
Oli
liter
25
24.000
600.000
3.600.000
4
Perawatan Kapal
trip
5
100.000
500.000
3.000.000
5
Perawatan alat tangkap
trip
5
70.000
350.000
2.100.000
6
Perawatan Mesin
trip
5
100.000
500.000
3.000.000
II
Kapal Penampung
1
Perbekalan
2
BBM (solar)
3
Es
Rp
25
liter Balok
55.990.000
335.940.000
2.000.000
50.000.000
300.000.000
600
8.000
4.800.000
28.800.000
100
10.000
1.000.000
6.000.000
4
Oli
liter
5
24.000
120.000
720.000
5
Perawatan alat tangkap
trip
1
70.000
70.000
420.000
III
Perawatan rumpon
Rp
1
300.000
300.000
1.800.000
IV
Upah ABK
RP
Total Biaya Variabel
16
609.563
9.753.000
58.518.000
70.493.000
422.958.000
BANK INDONESIA
45
LAMPIRAN
Lampiran 4. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor No
Produk
1 2 3
Tuna Cakalang Baby tuna TOTAL
46
Volume
Unit
2.250,0 1.000,0 1.000,0
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Harga Jual
Penjualan 1 Bulan
27.000 20.000 12.500
60.750.000 20.000.000 12.500.000 93.250.000
kg kg kg
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 5. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 14%) Periode
Kredit
Tahun-0 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-1 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-2 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-3
133.560.000
Angsuran Tetap
Bunga
1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 1.855.000 44.520.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 1.855.000 44.520.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 1.855.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 5.565.000 1.855.000 44.520.000
Total
1.558.200 1.536.558 1.514.917 1.493.275 1.471.633 1.449.992 1.385.067 1.320.142 1.255.217 1.190.292 1.125.367 1.060.442 16.361.100 1.038.800 1.017.158 995.517 973.875 952.233 930.592 865.667 800.742 735.817 670.892 605.967 541.042 10.128.300 519.400 497.758 476.117 454.475 432.833 411.192 346.267 281.342 216.417 151.492 86.567 21.642 3.895.500
Saldo Awal
3.413.200 3.391.558 3.369.917 3.348.275 3.326.633 7.014.992 6.950.067 6.885.142 6.820.217 6.755.292 6.690.367 2.915.442 60.881.100 2.893.800 2.872.158 2.850.517 2.828.875 2.807.233 6.495.592 6.430.667 6.365.742 6.300.817 6.235.892 6.170.967 2.396.042 54.648.300 2.374.400 2.352.758 2.331.117 2.309.475 2.287.833 5.976.192 5.911.267 5.846.342 5.781.417 5.716.492 5.651.567 1.876.642 48.415.500
133.560.000 133.560.000 131.705.000 129.850.000 127.995.000 126.140.000 124.285.000 118.720.000 113.155.000 107.590.000 102.025.000 96.460.000 90.895.000 89.040.000 87.185.000 85.330.000 83.475.000 81.620.000 79.765.000 74.200.000 68.635.000 63.070.000 57.505.000 51.940.000 46.375.000 44.520.000 42.665.000 40.810.000 38.955.000 37.100.000 35.245.000 29.680.000 24.115.000 18.550.000 12.985.000 7.420.000 1.855.000
Saldo Akhir
133.560.000 131.705.000 129.850.000 127.995.000 126.140.000 124.285.000 118.720.000 113.155.000 107.590.000 102.025.000 96.460.000 90.895.000 89.040.000 87.185.000 85.330.000 83.475.000 81.620.000 79.765.000 74.200.000 68.635.000 63.070.000 57.505.000 51.940.000 46.375.000 44.520.000 42.665.000 40.810.000 38.955.000 37.100.000 35.245.000 29.680.000 24.115.000 18.550.000 12.985.000 7.420.000 1.855.000 0
BANK INDONESIA
47
LAMPIRAN
Lampiran 6. Angsuran Kredit modal kerja (Suku Bunga 14%) Periode Tahun-0 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-1 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-2 Bulan -1 Bulan -2 Bulan -3 Bulan -4 Bulan -5 Bulan -6 Bulan -7 Bulan -8 Bulan -9 Bulan -10 Bulan -11 Bulan -12 Tahun-3
48
Angsuran Tetap
Kredit
42.295.800
Bunga
1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 14.098.600 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 14.098.600 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 1.174.883 14.098.600
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Total
493.451 479.744 466.037 452.330 438.623 424.916 411.209 397.502 383.795 370.088 356.381 342.674 5.016.752 328.967 315.260 301.553 287.846 274.139 260.432 246.726 233.019 219.312 205.605 191.898 178.191 3.042.948 164.484 150.777 137.070 123.363 109.656 95.949 82.242 68.535 54.828 41.121 27.414 13.707 1.069.144
Saldo Awal
1.668.334 1.654.627 1.640.920 1.627.213 1.613.506 1.599.799 1.586.093 1.572.386 1.558.679 1.544.972 1.531.265 1.517.558 19.115.352 1.503.851 1.490.144 1.476.437 1.462.730 1.449.023 1.435.316 1.421.609 1.407.902 1.394.195 1.380.488 1.366.781 1.353.074 17.141.548 1.339.367 1.325.660 1.311.953 1.298.246 1.284.539 1.270.832 1.257.125 1.243.418 1.229.711 1.216.004 1.202.297 1.188.590 15.167.744
42.295.800 42.295.800 41.120.917 39.946.033 38.771.150 37.596.267 36.421.383 35.246.500 34.071.617 32.896.733 31.721.850 30.546.967 29.372.083
Saldo Akhir
28.197.200 27.022.317 25.847.433 24.672.550 23.497.667 22.322.783 21.147.900 19.973.017 18.798.133 17.623.250 16.448.367 15.273.483
27.022.317 25.847.433 24.672.550 23.497.667 22.322.783 21.147.900 19.973.017 18.798.133 17.623.250 16.448.367 15.273.483 14.098.600
14.098.600 12.923.717 11.748.833 10.573.950 9.399.067 8.224.183 7.049.300 5.874.417 4.699.533 3.524.650 2.349.767 1.174.883
42.295.800 41.120.917 39.946.033 38.771.150 37.596.267 36.421.383 35.246.500 34.071.617 32.896.733 31.721.850 30.546.967 29.372.083 28.197.200
12.923.717 11.748.833 10.573.950 9.399.067 8.224.183 7.049.300 5.874.417 4.699.533 3.524.650 2.349.767 1.174.883 0
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 7. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)
No A B C D E F G
Uraian Penerimaan Total Penerimaan Pengeluaran i. Biaya Variabel ii. Depresiasi iii. Angsuran Bunga iv. Biaya Pemasaran/Distribusi Total Pengeluaran R/L Sebelum Pajak Pajak (15%) Laba Setelah Pajak Profit on Sales BEP: Rupiah Kg
1
Tahun 2
3
550.800.000
550.800.000
550.800.000
422.958.000 49.800.000 21.377.852 12.000.000 506.135.852
422.958.000 49.800.000 13.171.248 12.000.000 497.929.248
422.958.000 49.800.000 4.964.644 12.000.000 489.722.644
44.664.148 6.699.622 37.964.526 6,89%
52.870.752 7.930.613 44.940.139 8,16%
61.077.356 9.161.603 51.915.753 9,43%
306.665.734 383.332
271.308.047 339.135
235.950.359 294.938
BANK INDONESIA
49
LAMPIRAN Lampiran 8. Proyeksi Arus Kas No A
Uraian
Tahun 0
1
2
3
550.800.000
550.800.000
550.800.000
293.093.000
550.800.000
550.800.000
623.800.000
-
480.307.000
550.800.000
623.800.000
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
73.000.000
222.600.000
-
-
-
70.493.000
352.465.000
422.958.000
422.958.000
4. Angsuran Pokok
58.618.600
58.618.600
58.618.600
5. Angsuran Bunga
21.377.852
13.171.248
4.964.644
6. Pajak
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Total Arus Keluar
293.093.000
439.161.074
502.678.461
495.702.847
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
293.093.000
359.164.622
430.888.613
432.119.603
C
Arus Bersih (NCF)
-
111.638.926
48.121.539
128.097.153
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR
(293.093.000)
121.142.378
119.911.387
191.680.397
Discount Factor (14%)
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Present Value
(293.093.000)
106.265.244
92.267.919
129.378.808
Cummulative
(293.093.000)
(186.827.756)
(94.559.838)
34.818.970
E
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Rp. 34.818.970 20,41% 1,12 2,7
tahun
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 9. Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2% No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
550.800.000
550.800.000
550.800.000
293.093.000
550.800.000
550.800.000
623.800.000
-
480.307.000
550.800.000
623.800.000
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
4. Angsuran Pokok
73.000.000
222.600.000
-
-
-
71.902.860
358.076.243
431.417.160
431.417.160
5. Angsuran Bunga
58.618.600
58.618.600
58.618.600
6. Pajak
21.377.852
13.171.248
4.964.644
Total Arus Keluar
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
294.502.860
444.772.317
511.137.621
504.162.007
C
Arus Bersih (NCF)
294.502.860
364.775.865
439.347.773
440.578.763
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR
Discount Factor (14%)
Present Value E
F
Cummulative
(1.409.860)
106.027.683
39.662.379
119.637.993
(294.502.860)
115.531.135
111.452.227
183.221.237
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Analisis Kelayakan Usaha NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Rp 16.268.226 17,01% 1,06 2,9
tahun
BANK INDONESIA
51
LAMPIRAN Lampiran 10. Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 4,8% No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
550.800.000
550.800.000
550.800.000
293.093.000
550.800.000
550.800.000
623.800.000
-
480.307.000
550.800.000
623.800.000
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
6. Pajak
Total Arus Keluar
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
73.000.000
222.600.000
-
-
-
73.876.664
365.837.240
443.259.984
443.259.984
4. Angsuran Pokok
58.618.600
58.618.600
58.618.600
5. Angsuran Bunga
21.377.852
13.171.248
4.964.644
6.699.622
7.930.613
9.161.603
296.476.664
452.533.314
522.980.445
516.004.831
296.476.664
372.536.862
451.190.597
452.421.587
(3.383.664)
98.266.686
27.819.555
107.795.169
(296.476.664)
107.770.138
99.609.403
171.378.413
C
Arus Bersih (NCF)
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR
Discount Factor (14%)
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Present Value
(296.476.664)
94.535.208
76.646.201
115.675.547
Cummulative
(296.476.664)
(201.941.456)
(125.295.254)
(9.619.707)
E
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Rp (9.619.707) 12,21% 0,97 3,1
tahun
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 11. Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 2% No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
539.784.000
539.784.000
539.784.000
293.093.000
539.784.000
539.784.000
612.784.000
-
469.291.000
539.784.000
612.784.000
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
73.000.000
222.600.000
-
-
-
70.493.000
352.465.000
422.958.000
422.958.000
4. Angsuran Pokok
58.618.600
58.618.600
58.618.600
5. Angsuran Bunga
21.377.852
13.171.248
4.964.644
6. Pajak
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Total Arus Keluar
293.093.000
439.161.074
502.678.461
495.702.847
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
293.093.000
359.164.622
430.888.613
432.119.603
-
100.622.926
37.105.539
117.081.153
(293.093.000)
110.126.378
108.895.387
180.664.397
C
Arus Bersih (NCF)
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR
Discount Factor (14%)
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Present Value
(293.093.000)
96.602.086
83.791.464
121.943.322
Cummulative
(293.093.000)
(196.490.914)
(112.699.450)
9.243.872
E
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Rp 9.243.872 15,72% 1,03 2,9
tahun
BANK INDONESIA
53
LAMPIRAN Lampiran 12. Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 3,5% No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
531.522.000
531.522.000
531.522.000
293.093.000
531.522.000
531.522.000
604.522.000
-
461.029.000
531.522.000
604.522.000
222.600.000
-
-
-
70.493.000
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
4. Angsuran Pokok
352.465.000
422.958.000
422.958.000
5. Angsuran Bunga
58.618.600
58.618.600
58.618.600
6. Pajak
21.377.852
13.171.248
4.964.644
Total Arus Keluar
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Arus Keluar unt Menghitung IRR
293.093.000
439.161.074
502.678.461
495.702.847
C
Arus Bersih (NCF)
293.093.000
359.164.622
430.888.613
432.119.603
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR -
92.360.926
28.843.539
108.819.153
(293.093.000)
101.864.378
100.633.387
172.402.397
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Discount Factor (14%)
Present Value E
Cummulative
73.000.000
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
54
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Rp (9.937.452) 12,14% 0,97 3,1
tahun
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 13. Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 1% dan Penurunan Pendapatan 1%
No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
545.292.000
545.292.000
545.292.000
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
4. Angsuran Pokok
73.000.000 293.093.000
545.292.000
545.292.000
618.292.000
-
474.799.000
545.292.000
618.292.000
222.600.000
-
-
-
71.197.930
355.277.671
427.187.580
427.187.580
5. Angsuran Bunga
58.618.600
58.618.600
58.618.600
6. Pajak
21.377.852
13.171.248
4.964.644
Total Arus Keluar
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
293.797.930
441.973.745
506.908.041
499.932.427
C
Arus Bersih (NCF)
293.797.930
361.977.293
435.118.193
436.349.183
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR (704.930)
103.318.255
38.383.959
118.359.573
(293.797.930)
112.821.707
110.173.807
181.942.817
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
Discount Factor (14%)
Present Value E
Cummulative
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
Rp 12.749.866 16,36% 1,04 2,9
tahun
BANK INDONESIA
55
LAMPIRAN Lampiran 14. Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2,1% dan Penurunan Pendapatan 2%
No
Uraian
A
Arus Masuk
1. Total Penjualan
2. Kredit
a. Investasi
b. Modal Kerja
Tahun 0
1
2
3
539.784.000
539.784.000
539.784.000
293.093.000
539.784.000
539.784.000
612.784.000
-
469.291.000
539.784.000
612.784.000
222.600.000
-
-
-
71.973.353
133.560.000 42.295.800
3. Modal Sendiri
a. Investasi
89.040.000
b. Modal Kerja
28.197.200
4. Nilai Sisa Proyek
Total Arus Masuk
Arus Masuk untuk Menghitung IRR
B
Arus Keluar
1. Biaya Investasi
2. Biaya Variabel/operasional
4. Angsuran Pokok
358.355.325
431.840.118
431.840.118
5. Angsuran Bunga
58.618.600
58.618.600
58.618.600
6. Pajak
21.377.852
13.171.248
4.964.644
Total Arus Keluar
6.699.622
7.930.613
9.161.603
Arus Keluar untuk Menghitung IRR
294.573.353
445.051.399
511.560.579
504.584.965
294.573.353
365.054.947
439.770.731
441.001.721
(1.480.353)
94.732.601
28.223.421
108.199.035
(294.573.353)
104.236.053
100.013.269
171.782.279
1,0000
0,8772
0,7695
0,6750
(294.573.353)
91.435.134
76.956.963
115.948.145
C
Arus Bersih (NCF)
D
Cash Flow Untuk Menghitung IRR
Discount Factor (14%)
Present Value E
Cummulative
73.000.000
F
Analisis Kelayakan Usaha
NPV (14%)
IRR
Net B/C
PBP
56
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
Rp (10.233.111) 12,09% 0,97 3,1
tahun
PANCING ULUR BERUMPON Lampiran 15. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan 1. Menghitung Jumlah Angsuran.
Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk kredit modal kerja. Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n). Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman. Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.
2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus dengan Nilai Sisa 0 (nol). Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis. 3. Menghitung Net Present Value (NPV).
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
n
B1 – Ct
NPV = ∑ –––––––––
t = 1
(1 + i)t
Keterangan : Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun ke-t. Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau dana rutin/operasional. i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital. n = Umur Proyek.
BANK INDONESIA
57
LAMPIRAN
Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV sebagai berikut: a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial; b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya). c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.
4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan 0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :
NPV1
IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––
(NPV1 – NPV2)
Keterangan : IRR
= Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar i1
= Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2
= Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR sebagai berikut: a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
58
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
5. Menghitung Net B/C.
Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.
Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:
NPV B-C Positif
Net B/C = ––––––––––
NPV B-C Negatif
Keterangan : Net BC
= Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif
= Net present value positif.
NPV B-C Negatif = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut: a. Apabila nilai Net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan. b. Apabila nilai Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).
Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
BANK INDONESIA
59
LAMPIRAN
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih, namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini : Biaya Tetap a. Titik Impas (Rp.) = ————————————— Total Biaya Variabel 1 - ————————— Hasil Penjualan Titik Impas (Rp) b. Titik Impas (satuan) = ——–——————— Harga satuan Produk c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik
impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran. Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan. Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek. Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran. Titik Impas (Rp.) d. Titik Impas (n) = —————————— X Total Produksi Hasil Penjualan (Rp.) 7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal).
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah sebagai berikut: a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
60
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PANCING ULUR BERUMPON maka suatu proyek dinyatakan layak. b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek dinyatakan tidak layak. 8. Menghitung Discount Factor (DF). DF dapat didefinisikan sebagai: Faktor yang dipergunakan untuk memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga “faktor nilai sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai dengan 1. Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut : Rumus DF per tahun
1 = ———— , (1+ r) n
dimana
r = suku bunga n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek
BANK INDONESIA
61