PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA PANCING ULUR YANG DIOPERASIKAN MALAM HARI DI TELUK PALABUHANRATU
MAS FARIZ FITRIYANA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) pada Pancing Ulur yang dioperasikan Malam Hari di Teluk Palabuhanratu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2016 Mas Fariz Fitriyana NIM C44120024
ABSTRAK MAS FARIZ FITRIYANA. Penggunaan Umpan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) pada Pancing Ulur yang Dioperasikan Malam Hari di Teluk Palabuhanratu. Dibimbing oleh ZULKARNAIN dan ROZA YUSFIANDAYANI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi total hasil tangkapan ikan, menganalisis pengaruh umpan cacing tanah yang dioperasikan malam hari dengan umpan yang biasa nelayan gunakan di Teluk Palabuhanratu dan menganalisis pengaruh perbedaan waktu penangkapan perjenis ikan dominan. Penelitian ini menggunakan metode uji coba penangkapan (experimental fishing) dengan 20 kali ulangan (trip). Komposisi hasil tangkapan terdiri atas 9 jenis ikan dengan jumlah total 201 ekor yang didominasi oleh ikan kuwe (Caranx sp) sebanyak 67 ekor atau 33.3%, terapon (Terapon jarbua) sebanyak 29 ekor atau 14.4%, kakap (Lutjanus sp) sebanyak 26 ekor atau 12.9%, dan kerapu (Epinephelus pachycentru) sebanyak 20 ekor atau 10.0%. Perbandingan hasil tangkapan pancing ulur berbeda pada setiap perlakuan dengan menggunakan kedua jenis umpan. Pancing ulur dengan menggunakan umpan ikan tembang memberikan jumlah hasil tangkapan sebanyak 115 ekor atau 57.2% dan menggunakan umpan cacing tanah sebanyak 86 ekor atau 42.8%. Jenis umpan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan dengan selang kepercayaan 95%. Kata kunci : cacing tanah, komposisi hasil tangkapan, malam hari, pancing ulur, umpan ABSTRACT MAS FARIZ FITRIYANA. Utilization of Earthworm (Lumbricus rubellus) by Handline at Night Time Operation on Palabuhanratu Bay. Supervised by ZULKARNAIN and ROZA YUSFIANDAYANI. The research was designed in order to determine the composition of total fish catch, to analyze the influence of worm bait operated at night compared to regular bait which usually used by fishermen at Palabuhanratu bay and to analyze the effect of different fishing time for each dominant fish species. The research was performed by experimental fishing methods by the number of replication of 20 trips. Catch composition were consisted of 9 species with total catches of 201 individuals, dominated by travelly (Caranx sp) with 67 individuals or 33%, bunded grunt (Terapon jarbua) with 29 individuals or 14.4%, snapper (Lutjanus sp) with 26 individuals or 12.9% and grouper (Epinephelus pachycentru) with 20 individuals or 10.0%, respectively. Proportion of hand line catches using two different types of bait were different. Handline with sardines as bait caught 115 individuals or 57.2%, better than handline with earthworm bait which caught 86 individuals or 42.8% of total catch. Bait types showed significance effect on total catch with confidence interval of 95%. Key words: bait, catch composition, earthworms, handline, night
PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA PANCING ULUR YANG DIOPERASIKAN MALAM HARI DI TELUK PALABUHANRATU
MAS FARIZ FITRIYANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini ialah Penggunaan Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) pada Pancing Ulur yang dioperasikan Malam Hari di Teluk Palabuhanratu. Penulis ucapkan terimakasih kepada : 1) Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kelancaran dalam penyusunan skripsi. 2) Bapak Dr Ir Zulkarnain, MSi dan ibu Dr Roza Yusfiandayani, SPi selaku dosen pembimbing yang telah melakukan banyak pengarahan dan koreksi dalam pengerjaan skripsi. 3) Ibu Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi sebagai dosen penguji tamu pada ujian sidang skripsi. 4) Bapak Dr Mochammad Riyanto, SPi, MSi sebagai komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 5) Bapak (Mas Ahen Solihin), mamah (Astuti) dan adik (Mas Shinta Septiawati) serta seluruh keluarga besar atas dukungan dan doa yang diberikan. 6) Bapak Eman, ibu Nyai, bapak Adem dan bapak Wahyu yang telah membantu dalam melancarkan penelitian ini. 7) Gita Artanti, Retty Gusni Widyasari, Muslim, Rizqi Ramadhan Putra, Gamal Abde Nasser, Sudirman Aditia, Denta Tirtana, Natasya Oriza Irtaufiku Rahmah, Harun Ar Rosyid, Asep Deni Nurdiansyah, Tiara Karlinda, keluarga besar PSP 49, penghuni B22, penghuni sahabat, kapal purse seine yang telah memberikan semangat dan membantu dalam pengumpulan data penelitian. 8) Bella Apriyanti yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan skripsi. 9) Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu yang telah membantu dalam penelitian dan pengumpulan data. 10) Pak Zulfa, ibu Fina dan seluruh civitas PSP yang telah terlibat dalam proses penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Oktober 2016 Mas Fariz Fitriyana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Penelitian Terdahulu Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Prosedur Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Penangkapan Pancing Ulur Metode Pengoperasian Komposisi Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand line) Hasil Analisis Uji t Hasil Tangkapan Dominan Hasil Pengukuran Suhu Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 5 6 7 7 8 9 11 12 18 20 22 22 23 23 25 36
DAFTAR TABEL 1 Spesifikasi alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian 2 Komposisi hasil tangkapan pancing ulur (Hand line) 3 Uji t statistik pengaruh umpan terhadap hasil tangkapan ikan dominan
7 10 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Peta lokasi penelitian Bagan alir penelitian yang dilakukan Posisi pancing ulur penelitian di atas kapal Kontruksi alat tangkap pancing ulur Perahu yang digunakan dalam penelitian Pemasangan umpan (a) dan umpan (b) Total hasil tangkapan dalam (ekor) berdasarkan jenis umpan Total berat hasil tangkapan dalam (kg) berdasarkan jenis umpan Frekuensi tertangkapnya ikan kuwe berdasarkan jenis umpan Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kuwe Frekuensi tertangkapnya ikan kakap berdasarkan jenis umpan Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kakap Frekuensi tertangkapnya ikan kerapu berdasarkan jenis umpan Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kerapu Frekuensi tertangkapnya ikan terapon berdasarkan jenis umpan Rata-rata frekuensi tertangkap ikan terapon Frekuensi waktu tertangkap ikan kuwe dengan menggunakan ikan tembang dan cacing tanah Frekuensi waktu tertangkap ikan kakap dengan menggunakan ikan tembang dan cacing tanah Frekuensi waktu tertangkap ikan kerapu dengan menggunakan ikan tembang dan cacing tanah Frekuensi waktu tertangkap ikan terapon dengan menggunakan ikan tembang dan cacing tanah Temperatur permukaan air laut pada pukul (19.00-20.00 WIB) Temperatur permukaan air laut pada pukul (00.00-01.00 WIB) Temperatur permukaan air laut pada pukul (04.00-05.00 WIB)
3 5 5 7 8 9 10 11 12 13 13 14 14 15 15 16 umpan 17 umpan 17 umpan 18 umpan 18 19 19 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Jumlah hasil tangkapan pada umpan yang berbeda ........................................ 25 Frekuensi tertangkapnya ikan ....................................................................... 25 Waktu tertangkapnya ikan dominan ............................................................... 27 Dokumentasi Kegiatan Experimental fishing ................................................. 30 Ikan Hasil Tangkapan ..................................................................................... 21 Anova single faktor dan Uji t .......................................................................... 32
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Teluk Palabuhanratu secara geografis terletak pada (PRTK 2004). Perairan tersebut merupakan perairan pantai selatan Jawa Barat yang memiliki hubungan langsung dengan Samudera Hindia sehingga karakteristik oseanografi perairan ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik oseanografi Samudera Hindia. Kondisi oseanografi khususnya pola arus di Teluk Palabuhanratu lebih dipengaruhi oleh adanya fenomena pasang surut, saat pasang massa air bergerak kedalam teluk dan pada kedalaman kurang lebih 200 m di sebelah barat daya Palabuhanratu, sebagian massa air dibelokkan ke arah sisi barat menyusuri Cimaja, Cisolok, Palabuhanratu. Sebagian massa air lainya dibelokan ke sisi timur menyusuri pantai Cidadap, Cimandiri dan Tanjung kembang (Bambang dan Subakti 2004). Alat tangkap yang ada di Palabuhanratu diantaranya adalah jenis alat tangkap payang, pancing ulur, gillnet, pancing tonda, tuna longline dan lain-lain. Salah satu alat tangkap yang banyak digunakan nelayan, hususnya di Palabuhanratu adalah pancing ulur (hand line). Tercatat tahun 2014 di PPN Palabuhanratu jumlah alat tangkap pancing ulur merupakan alat tangkap paling dominan penggunaannya dengan jumlah rata-rata 106 unit (PPN Palabuhanratu 2014). Pancing ulur (hand line) termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing (Ayodhyoa 1981). Pancing ulur adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat luas, utamanya dikalangan nelayan. Pancing merupakan alat penangkapan ikan yang sederhana, tidak membutuhkan modal yang banyak untuk pengoperasiannya, merupakan alat tangkap yang selektif karena penggunaan mata pancing digunakan sesuai dengan ukuran ikan dan termasuk alat tangkap yang ramah lingkungan. Hasil tangkapan pancing ulur adalah ikan kakap, kerapu, mackerel dan ikan dasar lainnya (Baskoro dan Yusfiandayani 2015). Faktor yang sangat berpengaruh penting dalam operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ulur adalah umpan. Umpan berpengaruh pada daya tarik dan rangsangan ikan (Gunarso 1985). Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan yang berbentuk fisika/kimiawi yang dapat memberikan respon terhadap ikan-ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan (Hendrotomo1989). Cacing tanah (Lumbricus rubellus) merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avetebrata) dan bertubuh lunak. Hewan ini paling sering dijumpai di tanah dan tempat lembab yang banyak mengandung senyawa organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam maupun dari sampah limbah pembuangan penduduk sebagaimana habitat alaminya. Bagi sebagian orang cacing tanah masih dianggap mahluk yang menjijikkan dikarenakan bentuknya, sehingga tidak jarang cacing masih dipandang sebelah mata. Terlepas dari hal tersebut, cacing masih dicari oleh sebagian orang untuk dimanfaatkan secara luas seperti penghasil pupuk organik, bahan pakan ternak, bahan baku obat, kosmetik, makanan dan minuman. Kandungan gizi yang terdapat pada cacing
2 tanah sangat tinggi sehingga fungsinya sangat luas untuk dimanfaatkan (Palungkung 1999). Tingkah laku ikan terhadap umpan memiliki sifat yang berbeda-beda, ikan memiliki naluri untuk mencari makan dengan menggunakan organ sensori yang dimiliki, organ yang sering digunakan untuk mencari makan yaitu organ penglihatan, organ penciuman dan linea lateralis (Liang et al. 1998 dan Baker et al. 2002). Bau yang diterima organ penciuman akan mengkondisikan rheotaxis ikan untuk melakukan suatu respons dengan cepat dan efisien terhadap sumber bau (makanan) tanpa melakukan penyeleksian terhadap informasi bau tersebut sebagai suatu isyarat yang kompleks (Carton dan Montgomery 2003). Cacing tanah menjadi umpan alternatif dalam penangkapan ikan dasar di laut, karena cacing tanah memiliki kandungan protein yang tinggi mencapai 6476% melebihi kandungan protein yang ada pada mamalia dan ikan. Selain mengandung protein tinggi cacing tanah mengandung asam amino esensisal seperti arginine, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalani, treonin dan valin. Asam amino non esensial seperti sistin, glisin, serin dan tirosin (Palungkung 1999). Kandungan dari asam amino tersebut diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan ikan (Riyanto 2008). Penelitian tentang umpan pada pancing ulur ini dilakukan pada malam hari karena operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ulur ini tidak hanya dioperasikan pada siang hari tetapi dioperasikan pada malam hari juga. Sehingga diperlukan penelitian tentang pancing ulur menggunakan umpan cacing tanah pada malam hari yang dioperasikan pada malam hari. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka diperlukan informasi keragaan alat tangkap pancing ulur dengan umpan cacing tanah yang dioperasikan pada malam hari. Perumusan Masalah Perkembangan teknologi dalam perikanan tangkap jelas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan agar hasil tangkapan lebih maksimal lagi. Umpan merupakan bagian yang sangan vital dalam perikanan tangkap, umumnya nelayan pancing ulur yang beroperasi pada malam hari menggunakan seperti ikan tembang (Sardinella fimbriata) dan cumi-cumi (Loligo sp.) yang membutuhkan biaya untuk membeli umpan tersebut, sehingga dengan menggunakan cacing tanah nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli umpan, karena cacing tanah mudah di dapatkan oleh nelayan karena bisa mendapatkanya dari alam. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain Zulkarnain (2011) tentang penggunaan umpan cacing tanah telah dilakukan dengan menggunakan alat tangkap bubu lipat dengan jenis tangkapan lobster hijau (Panulirus versicolor), lobster hijau pasir (Panulirus homarus) dan lobster mutiara (Panulirus ornatus). Penggunaan umpan cacing tanah juga telah dilakukan penelitian oleh Fazri (2014) dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur pada waktu siang hari dengan hasil tangkapan ikan layang (Decapterus kurroides),
3 swanggi (Priacanthus tayenus), kurisi (Nemipterus hexodon), kuwe (Caranx sp), barracuda (Sphyraena sp) dan pepetek (Leiognathus sp) yang dilakukan di Teluk Palabuhanratu. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui komposisi total hasil tangkapan ikan pada alat tangkap pancing ulur. 2. Menganalisis pengaruh umpan cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada alat tangkap pancing ulur (hand line) yang dioperasikan malam hari dengan umpan yang biasa nelayan gunakan di Teluk Palabuhanratu. 3. Menganalisis pengaruh perbedaan waktu penangkapan per jenis ikan dominan pada alat tangkap pancing ulur. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Memberikan manfaat berupa informasi alternatif umpan penangkapan pancing ulur menggunakan umpan cacing tanah yang bisa digunakan nelayan Palabuhanratu untuk melakukan operasi penangkapan ikan pada malam hari. 2. Memberikan acuan dalam upaya pengembangan IPTEK bagi masyarakat nelayan sebagai paket teknologi tepat guna dalam penggunaan umpan alternatif pada alat tangkap pancing ulur yang dioperasikan pada malam hari. 3. Memberikan kontribusi bagi kegiatan penelitian lanjutan untuk pengembangannya. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan April 2016 yang bertempat di Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1).
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
4 Alat dan BahanPenelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dua unit alat tangkap pancing ulur (hand line), dengan no mata pancing 12, tali ukuran no 600 dan tali cabang ukuran no 400. 2. Satu unit perahu pancing ulur dengan dimensi panjang (P) 7 m, lebar (L) 0,6 m, tinggi (D) 0,7 m. 3. Peralatan lain yang digunakan meliputi : a) Timbangan digital dan manual untuk mengukur bobot ikan b) 1 unit kamera digital untuk melakukan dokumentasi penelitian c) Mistar untuk alat pengukur panjang ikan d) Alat bantu menulis berupa papan jalan e) Buku dan alat tulis untuk mencatat f) Jam untuk mengukur waktu setting dan hauling g) Termometer batang untuk mengukur suhu permukaan h) Software Ms. Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cacing tanah hidup spesies (Lumbricus rubellus) dan ikan tembang (Sardinella fimbriata) segar. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan uji coba penangkapan ikan (experimental fishing) dengan melakukan kegiatan operasi penangkapan ini secara langsung di lapangan. Penelitian ini membandingkan hasil tangkapan alat tangkap pancing ulur (hand line) dengan diberi perlakuan berupa pemberian umpan standar yang biasa digunakan oleh nelayan misalnya umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata) yang dibandingkan dengan umpan yaitu cacing tanah (Lumbricus rubellus). Penelitian ini dilakukan sebanyak 20 trip sebagai ulangan penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.
5 Perikanan Pancing
Pancing Ulur
Jumlah 3 Tali Cabang
Ukuran Mata Pancing No 12
Umpan Asli
Umpan Cacing Tanah
Umpan Ikan Tembang
Experimental Fishing 20 kali ulangan Analisis Keragaan pancing ulur pada malam hari
Gambar 2 Bagan alir penelitian yang dilakukan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan melihat perbandingan hasil tangkapan dari kedua jenis umpan yaitu umpan standar ikan dan umpan alternatif cacing tanah yang digunakan. Data hasil tangkapan mencakup waktu penangkapan per trip, komposisi hasil tangkapan, jumlah, ukuran dan berat hasil tangkapan. Sebagai ulangan jumlah trip yang dilakukan sebanyak 20 trip dengan perlakukan secara bersamaan. Posisi pancing ulur pada saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Posisi pancing ulur penelitian di atas kapal
6 Analisis Data Analisis yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam analisis, yaitu: 1. Analisis Deskriptif Data hasil tangkapan disajikan dalam bentuk tabel beserta diagram, kemudian dianalisis secara deskriptif menurut pokok-pokok pembahasan seperti komposisi total hasil tangkapan pancing ulur, hasil tangkapan pancing ulur pada umpan yang berbeda dan jenis ikan dominan hasil tangkapan pada umpan yang berbeda dari 20 kali trip penangkapan. 2. Uji Statistik Penelitian ini terdapat satu faktor yaitu umpan dengan dua macam perlakuan jenis umpan. Umpan dianggap dapat mempengaruhi komposisi hasil tangkapan baik jenis maupun jumlahnya. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis umpan adalah uji t (Walpole 1995). Uji t dilakukan terhadap hasil tangkapan pancing ulur menggunakan umpan ikan tembang dan cacing tanah baik dari jumlah (ekor) ataupun berat total (kg) serta analisis terhadap ikan dominan. Uji t yang dilakukan adalah uji t berpasangan (paried ttest) karena penelitian dilakukan secara bersamaan dalam satu perahu, dengan asumsi yang diterapkan selama penelitian adalah : a. Ikan tujuan penangkapan menyebar merata atau menyebar normal diperairan. b. Ikan tujuan penangkapan memiliki peluang yang sama untuk tertangkap pada kedua umpan. Dasar keputusan yang akan diambil dalam uji t adalah: a. Jika t hitung > t tabel maka tolak H0, berarti perlakuan kedua jenis umpan memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan. b. Jika t hitung < t tabel maka gagal tolak H0, perlakuan kedua jenis umpan tidak memberikan perlakuan yang nyata terhadap hasil tangkapan. Hipotesis atau kesimpulan yang akan diambil : H0 : Tidak terdapat pengaruh antara kedua umpan terhadap hasil tangkapan. H1 : Terdapat pengaruh antara kedua umpan terhadap hasil tangkapan. Analisis dilakukan pada taraf (α) = 0,05. Jumlah ulangan (n) = 20 kali. ̅ ̅ Nilai t dihitung sbb : t= √
Keterangan : t = nilai t hitung S = simpangan baku n = ulangan ̅1 = rataan sampel kelompok 1 ̅2 = rataan sampel kelompok 2
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Penangkapan Pancing Ulur Alat tangkap pancing ulur Pancing ulur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kontruksi yang sama seperti pancing ulur yang digunakan pada umumnya oleh nelayan, yaitu terdiri dari tali utama (main line), tali cabang, mata pancing, pengulung, swivel dan pemberat. Spesifikasi alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1 dan kontruksi pancing ulur disajikan pada Gambar 4. Tabel 1 Spesifikasi alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian ini per satu alat tangkap. Jumlah Ukuran Spesifikasi Bahan (unit) /No Mata pancing 3 12 Kawat baja Tali utama 1 600 Nylon Tali cabang 3 400 Nylon Pemberat 1 1kg Timah Swivel 4 7 Stainless steel Pengulung 1 7(sedang) Plastik (pp)
Gambar 4 Kontruksi alat tangkap pancing ulur
8 Perahu Perahu yang digunakan dalam penelitian ini berupa perahu yang berbahan dasar kayu dan bagian luar dilapisi oleh bahan fiber, dengan panjang (P) 9 m, lebar (L) 0,8 m, dan depth (D) 0,7 m (Gambar 5). Menggunakan tenaga pengerak berupa mesin tempel yang dilengkapi propeller berbatang panjang dengan kekuatan mesin 4 PK. Perahu juga dilengkapi dengan alat penyeimbang berupa bambu yang biasa disebut dengan katir dikedua sisinya. Khusus untuk pengoperasian pada malam hari, perahu dilengkai dengan lampu penerangan berupa 6 buah lampu yang ditempatkan dibagian kiri dan kanan perahu sebagai alat bantu penerangan dalam pengoperasian alat tangkap pancing ulur. Perahu dilengkapi dengan genset sebagai alat untuk menyalakan lampu pada saat pengoperasian alat tangkap.
Gambar 5 Perahu yang digunakan dalam penelitian Nelayan Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing ulur biasanya terdiri dari tiga orang, satu orang sebagai juru mudi sekaligus pemancing dan menentukan daerah operasi penangkapan ikan, yang lainya sebagai pemancing dan mempersiapkan alat tangkap untuk dioperasikan. Lampu Pengoperasian pancing ulur pada malam hari dibantu oleh lampu sebagai alat bantu peneraangan dan sebagai alat untuk mengumpulkan ikan. Lampu yang digunakan sebanyak 6 buah lampu yang diletakkan dibagian kanan dan kiri dari perahu. Lampu dinyalakan dengan menggunakan bantuan genset sebagai alat penyalur listrik terhadap lampu. Metode Pengoperasian Metode pengoperasian alat tangkap pancing ulur dilakukan dengan cara (one day fishing) atau dioperasikan dalam waktu satu hari, operasi penangkapan dimulai dengan melakukan kegiatan persiapan alat tangkap seperti mempersiapkan pancing yang akan digunakan, mempersiapkan umpan, memperbaiki alat tangkap yang rusak, mempersiapkan lampu penerangan untuk menarik datangnya ikan mempersiapkan genset (apabila melakukan penangkapan pada malam hari) dan mempersiapkan cool box untuk tempat ikan. Persiapan
9 kapal penangkapan ikan yaitu dengan cara mempersiapkan bahan bakar kapal dan mengecek mesin kapal. Setelah persiapan selesai armada penangkapan pun siap menuju fishing ground. Operasi penangkapan dilakukan pada pukul 17.00 sore sampai pukul 07.00 pagi. Operasi penangkapan diawali dengan penentuan daerah fishing ground, biasanya nelayan Palabuhanratu telah memiliki spot penangkapan ikan sendiri yang mereka gunakan sebagai daerah fishing ground. Daerah fishing ground yang biasa didatangi oleh nelayan pancing ulur seperti daerah Cibangban, Cipatuguran dan Karanghawu. Daerah tersebut bisa di tempuh dengan waktu ±1 sampai 2 jam dari dramaga PPN Palabuhanratu. Daerah Cibangban dan Karanghawu memiliki kedalaman ±30 depa atau 45 meter, sedangkan Cipatuguran memiliki kedalaman 60 depa atau 90 meter. Setelah sampai fishing ground jangkar mulai di turunkan agar kapal tidak berpindah tempat dengan sendirinya dan mulai menaikkan shaff dan baling-baling mesin. Selanjutnya nelayan mulai mempersiapkan alat tangkap dan mempersiapkan umpan untuk melakukan penangkapan, lalu nelayan mulai menyalakan genset dan menyalakan lampu untuk menarik datangnya ikan. Setelah pancing siap mulai dipasang umpan ikan tembang yang telah disayat dan umpan cacing tanah pada setiap pancingnya, lalu umpan dilemparkan dengan jarak tertentu dan tidak berdekatan agar setiap pancing tidak saling tersangkut satu sama lain, pancing diturunkan secara vertikal dengan ukuran depa, apabila ikan tidak ada yang memakan umpan maka kedalaman akan di tambah. Ketika umpan sudah dimakan, maka pancing akan ditarik dengan cepat agar ikan tidak terlepas dari mata pancing dan di angkat ke atas perahu, kemudian ikan hasil tangkapan dilakukan pengukuran sebelum dimasukan kedalam cool box. Pemasangan umpan pun kembali dilakukan sampai pagi datang dan nelayan rasa ikan hasil tangkapan sudah cukup. Operasi penangkapan ikan selesai maka jangkar diangkat dan mesin diturunkan dan operasi penangkapan ikan pun selesai nelayan kembali menuju dramaga PPN Palabuhanratu. Cara pemasangan umpan bisa dilihat pada Gambar 6. (1)
(2)
Gambar 6 Pemasangan umpan ikan tembang hasil sayatan (1) dan umpan cacing tanah (2) Komposisi Total Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) Hasil tangkapan pancing ulur yang dioperasikan sebanyak 20 kali ulangan terdiri dari 9 jenis ikan hasil tangkapan, terdiri dari ikan kuwe (Caranx sp), kakap
10 (Lutjanus sp), kerapu (Epinephelus pachycentru), terapon (Terapon jarbua), kapas-kapas (Geres punctatus), kurisi (Nemipterus hexodon), swanggi (Priacanthus tayanus), sidat (Anguilla marmorata) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus). Total hasil tangkapan per individu ikan berjumlah 201 ekor dengan bobot total hasil tangkapan sebesar 30 kg. Komposisi hasil tangkapan pancing ulur dijrlaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi hasil tangkapan pancing ulur Jenis Ikan No
Jumlah
Nama
Nama
Nama
1
Lokal Kuwe
Umum Kuwe
Latin Caranx sp
2
Kakap
Kakap
3
Kerapu
Kerapu
4
Terapon
5
Kerongkerong Kakapasan
6
Ekor
Berat %
Kg
%
67
33.3
8.43
27.9
Lutjanus sp
26
12.9
6.26
20.7
Epinephelus pachycentru Terapon jarbua
20
10.0
2.90
9.6
29
14.4
3.38
11.2
Geres punctatus
14
7.0
0.59
1.9
Boce
Kapaskapas Kurisi
Nemipterus hexodon
13
6.5
2.32
7.7
7
Camaul
Swanggi
Priacanthus tayanus
7
3.5
1.53
5.1
8
Sidat
Sidat
Anguilla marmorata
2
1.0
0.25
0.8
9
Bentong
Selar bentong Total
Selar crumenophthalmus
23
11.4
4.52
15.0
201
100
30
100
Komposisi Hasil Tangkapan Berdasarkan Jenis Umpan Tangkapan pancing ulur memiliki hasil yang berbeda-beda pada setiap umpan yang digunakan, yaitu umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah. Jumlah hasil tangkapan pada setiap umpan disajikan pada grafik Gambar 7 dan 8. Selar bentong Sidat
Jenis Ikan
Swanggi Kurisi Umpan Cacing Tanah Umpan Ikan Tembang
Kapas-kapas Terapon Kerapu Kakap Kuwe 0
10
20 30 40 50 Total Hasil Tangkapan (ekor)
60
Gambar 7 Total hasil tangkapan dalam (ekor) berdasarkan penggunaa jenis umpan
11 Selar bentong Sidat
Jenis Ikan
Swanggi Kurisi
Umpan cacing tanah Umpan ikan tembang
Kapas-kapas Terapon Kerapu Kakap Kuwe 0
1
2 3 4 5 Total Hasil Tangkapan (kg)
6
7
Gambar 8 Total berat hasil tangkapan dalam (kg) berdasarkan penggunaan jenis umpan Kuwe (Caranx sp) adalah jenis ikan paling dominan tertangkap pada penelitian ini. Jumlah ikan kuwe yang tertangkap sebanyak 67 ekor dari total hasil tangkapan dengan berat total 8,43 kg. Selain ikan kuwe, ikan hasil tangkapan yang dominan adalah ikan terapon (Terapon jarbua) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 29 ekor dengan berat total 3,38 kg. Ikan yang dominan selanjutnya adalah kakap (Lutjanus sp) sebanyak 26 ekor dengan berat total sebesar 6,26 kg. Ikan selanjutnya adalah ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 23 ekor dengan berat total sebesar 4,52 kg. Ikan hasil tangkapan dominan yang terakhir yaitu ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 20 ekor dengan berat total sebesar 2,90 kg. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan lainnya secara berturut-turut adalah ikan kapas-kapas (Geres punctatus) sebanyak 14 ekor dengan berat 0,59 kg, ikan kurisi (Nemipterus hexodon) sebanyak 13 ekor dengan jumlah berat 2,32 kg, ikan swanggi sebanyak 7 ekor dengan berat 1,53 kg dan yang terakhir ikan sidat (Anguila marmorata) sebanyak 2 ekor dengan berat 0,25 kg. Berdasarkan komposisi hasil tangkapan diperoleh hasil tangkapan umpan ikan tembang lebih tinggi dibandingkan dengan umpan cacing tanah. Alat tangkap pancing ulur yang menggunakan umpan ikan tembang memberikan jumlah total hasil tangkapan sebanyak 115 ekor (57.2%) dengan berat total 17,93 kg (59.4%), sedangkan pancing ulur yang menggunakan umpan cacing tanah memberikan jumlah total hasil tangkapan sebanyak 86 ekor (42.8%) dengan berat total 12,26 kg (40.6%). Hasil Analisis Statistik Uji-t Berdasarkan analisis uji t statistik pengaruh perbedaan kedua jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan (ekor) diperoleh nilai thit > ttab (4,68 > 4,10) (Lampiran 6 ). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dari kedua jenis umpan yaitu umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah memberikan pengaruh yang
12 nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan, sedangkan uji t statistik pengaruh perbedaan kedua jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan (kg) diperoleh nilai thit < ttab (3.03 < 4,10) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dari kedua jenis umpan yaitu umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan (kg) pada selang kepercayaan 95%. Hasil tangkapan Ikan Dominan pada Umpan yang Berbeda Berdasarkan hasil tangkapan pada alat tangkap pancing ulur menggunakan dua jenis umpan yang berbeda, diperoleh hasil tangkapan 4 jenis ikan dominan yaitu kuwe (Caranax sp), kakap (Lutjanus sp), kerapu (Epinephelus pachycentru) dan terapon (Terapon jerboa). Ikan kuwe yang menggunakan umpan ikan tembang memperoleh hasil tangkapan sebanyak 49 ekor dibandingkan dengan umpan cacing tanah yang berjumlah 18 ekor. Nilai rata-rata hasil tangkapan (ekor) per trip ± SE pada umpan ikan tembang adalah 2.45 ekor ± 0.49 dan pada umpan cacing tanah adalah 0.85 ekor ± 0.17. Ikan kakap yang menggunakan umpan ikan tembang memperoleh hasil tangkapan sebanyak 8 ekor dan pada umpan cacing tanah sebesar 18 ekor. Nilai rata-rata hasil tangkapan adalah 0.4 ekor ± 0.13 pada umpan ikan tembang dan pada umpan cacing tanah adalah 0.9 ekor ± 0.13 . Ikan kerapu yang menggunakan umpan ikan tembang memperoleh hasil tangkapan sebanyak 4 ekor dan pada umpan cacing tanah sebanyak 16 ekor. Nilai rata-rata hasil tangkapan pada umpan ikan tembang adalah 0.2 ekor ± 0.11 dan pada umpan cacing tanah adalah 0,8 ekor ± 0.11. Ikan terapon pada umpan ikan tembang memperoleh hasil tangkapan sebanyak 14 ekor dan pada umpan cacing tanah sebanyak 15 ekor. Nilai rata-rata hasil tangkapan pada umpan ikan tembang adalah 0.7 ekor ± 0.25 dan pada umpan cacing tanah adalah 0.75 ekor ± 0.17.
Frekuensi tertangkap ikan Kuwe (ekor)
1. Ikan kuwe (Caranx sp) a. Frekuensi hasil tangkapan Ikan kuwe (Caranx sp) Ikan kuwe adalah ikan hasil tangkapan terbanyak dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 67 ekor. Grafik frekuensi tertangkapnya ikan kuwe dengan perlakuan 20 kali ulangan (trip) dapat dilihat pada Gambar 9. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (Trip)
Gambar 9 Frekuensi tertangkapnya ikan kuwe (Caranx sp)berdasarkan jenis Umpan
13
Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kuwe ± SE
b. Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kuwe (Caranx sp) ± SE Ikan kuwe memperoleh rata-rata frekuensi hasil tangkapan terbanyak dengan menggunakan umpan ikan tembang. Nilai rata-rata ± SE adalah 2.45 ± 0.49 sedangkan menggunakan umpan cacing tanah rata-rata ± SE adalah 0.9 ± 0.17 (Gambar 10). 3 2.45
2.5 2
1.5 1
0.9
0.5 0 Umpan cacing
Umpan ikan tembang Jenis umpan
Gambar 10 Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kuwe (Caranx sp) ± SE
2. Ikan kakap (Lutjanus sp) a. Frekuensi hasil tangkapan ikan kakap (Lutjanus sp) Ikan kakap tertangkap sebanyak 26 ekor dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur, dengan perlakuan 20 kali ulangan/trip. Grafik hasil tangkapan ikan kakap dapat dilihat pada Gambar 11.
Frekuensi tertangkap Ikan Kakap (ekor)
8 7 6 5 Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (trip)
Gambar 11 Frekuensi tertangkapnya ikan kakap (Lutjanus sp) berdasarkan jenis umpan b. Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kakap (Lutjanus sp) ± SE Ikan kakap memperoleh rata-rata frekuensi hasil tangkapan terbanyak dengan menggunakan umpan cacing tanah. Nilai rata-rata ± SE adalah 0.9 ± 0.12 sedangkan menggunakan umpan ikan tembang rata-rata ± SE adalah 0.4 ± 0.13 (Gambar 12).
Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kakap ± SE
14 3 2.5 2 1.5 1
0.9 0.4
0.5 0 Umpan cacing
Umpan ikan tembang Jenis umpan
Gambar 12 Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kakap (Lutjanus sp) ± SE 3. Ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) a. Frekuensi hasil tangkapan Ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) Ikan kerapu tertangkap sebanyak 20 ekor menggunakan alat tangkap pancing ulur, dengan perlakuan 20 kali ulangan/trip. Grafik hasil tangkapan ikan kerapu dapat dilihat pada Gambar 13.
Frekuensi tertangkap Ikan Kerapu (ekor)
7 6 5 4
Umpan ikan tembang
3
Umpan cacing tanah
2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (Trip)
Gambar 13 Frekuensi tertangkapnya ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) berdasarkan jenis umpan b. Rata-rata frekuensi tertangkapnya Ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) Ikan kakap memperoleh rata-rata frekuensi hasil tangkapan terbanyak dengan menggunakan umpan cacing tanah. Nilai rata-rata ± SE adalah 0.8 ± 0.11 sedangkan menggunakan umpan ikan tembang rata-rata ± SE adalah 0.2 ± 0.11 (Gambar 14).
Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kerapu ± SE
15 3 2.5 2 1.5 1
0.8
0.5
0.2
0 Umpan cacing
Umpan ikan tembang Jenis umpan
Gambar 14 Rata-rata frekuensi tertangkap ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) ± SE 4. Ikan terapon (Terapon jarbua) a. Frekuensi hasil tangkapan Ikan terapon (Terapon jarbua) Ikan terapon tertangkap sebanyak 29 ekor menggunakan alat tangkap pancing ulur dengan perlakuan 20 kali ulangan. Grafik hasil tangkapan ikan terapon dapat dilihat pada Gambar 15.
Frekuensi tertangkap Ikan Terapon (ekor)
8 7 6 5 4 3
Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (trip)
Gambar 15 Frekuensi tertangkapnya ikan terapon (Terapon jarbua) berdasarkan jenis umpan b. Rata-rata frekuensi tertangkapnya ikan terapon (Terapon jarbua) Ikan terapon memperoleh rata-rata frekuensi hasil tangkapan terbanyak dengan menggunakan umpan cacing tanah. Nilai rata-rata ± SE adalah 0.75 ± 0.17 sedangkan menggunakan umpan ikan tembang rata-rata ± SE adalah 0.7 ± 0.25 (Gambar 16).
Rata-rata frekuensi tertangkap ikan terapon ± SE
16 3 2.5 2 1.5 1
0.75
0.7
0.5 0 Umpan cacing
Umpan ikan tembang Jenis umpan
Gambar 16 Rata-rata frekuensi tertangkap ikan terapon (Terapon jarbua) ± SE Hasil Analisis Statistik Uji-t Berdasarkan Hasil Tangkapan Ikan Dominan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t mengenai pengaruh kedua umpan terhadap 4 jenis hasil tangkapan ikan dominan, umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah memberikan pengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan ikan kuwe (Caranx sp) dan ikan kakap (Lutjanus sp) didapatkan nilai Thit secara berturut-turut 4.23 dan 4.35 dengan Ttab sebesar 4.10 dan 4.10. sedangkan untuk ikan kerapu (Ephinepelus pachycentrus) dan terapon (Terapon jarbua) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kedua jenis umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah dengan nilai Thit sebesar 3.94 dan 0.29 dengan nilai Ttab sebesar 4.10 dan 4.10 pada selang kepercayaan 95%. Hasil analisis statistik uji-t berdasarkan hasil tangkapan ikan dominan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Uji t statistik pengaruh umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah terhadap hasil tangkapan ikan dominan (ekor) Jenis Ikan Kuwe Kakap Kerapu Terapon
Thit
Ttab 4.23 4.35 3.94 0.29
4.10 4.10 4.10 4.10
α
Hasil Analisis
0.05 Berpengaruh nyata 0.05 Berpengaruh nyata 0.05 Tidak berpengaruh nyata 0.05 Tidak berpengaruh nyata
Frekuensi Waktu Tertangkap Ikan 1. Frekuensi waktu tertangkap ikan kuwe Ikan kuwe memperoleh hasil tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 2.35 ekor ± 0.48 pada umpan ikan tembang. Umpan cacing tanah tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.85 ± 0.18 (Gambar 17).
17
Rata-rata frekuensi waktu tertangkap ± SE
3 2.5
2.35
2 Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
1.5 0.85
1 0.5
0.1
0.05
0 19.00-00.00 00.00-05.00 Waktu tertangkap
Gambar 17 Frekuensi waktu tertangkapnya ikan kuwe dengan menggunakan umpan ikan tembang dan cacing tanah
2. Frekuensi waktu tertangkap ikan kakap Ikan kakap memperoleh hasil tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.3 ekor ± 0.11 pada umpan ikan tembang. Umpan cacing tanah tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.75 ekor ± 0.10 (Gambar 18). Rata-rata frekuensi waktu tertangkap ± SE
3 2.5 2 Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
1.5 1 0.5
0.75 0.3 0.05
0.15
0 19.00-00.00 00.00-05.00 Waktu tertangkap
Gambar 18 Frekuensi waktu tertangkapnya ikan kakap dengan menggunakan umpan ikan tembang dan cacing tanah 3. Frekuensi waktu tertangkap ikan kerapu Ikan kerapu memperoleh hasil tangkapan sama banyak pada pukul 19.00-00.00 dan 00.00-05.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.1 ekor ± 0.07 pada umpan ikan tembang. Umpan cacing tanah tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.65 ekor ± 0.13 (Gambar 19).
18
Rata-rata frekuensi waktu tertangkap ±SE
3 2.5 2 Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
1.5 1 0.5
0.65 0.1
0.1
0.15
0 19.00-00.00 00.00-05.00 Waktu tertangkap
Gambar 19 Frekuensi waktu tertangkapnya ikan kerapu dengan menggunakan umpan ikan tembang dan cacing tanah 4. Frekuensi waktu tertangkap ikan terapon Ikan terapon memperoleh hasil tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.7 ekor ± 0.25 pada umpan ikan tembang. Umpan cacing tanah tangkapan terbanyak pada pukul 19.00-00.00 WIB dengan nilai rata-rata ± SE adalah 0.65 ekor ± 0.18 (Gambar 20). Rata-rata frekuensi waktu tertangkap ± SE
3 2.5 2 Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
1.5 1
0.7
0.65
0.5 0
0.1
0 19.00-00.00 00.00-05.00 Waktu tertangkap
Gambar 20 Frekuensi waktu tertangkapnya ikan kerapu dengan menggunakan umpan ikan tembang dan cacing tanah Hasil Pengukuran Suhu Permukaan Air Laut Suhu permukaan air laut berbeda-beda pada setiap jamnya, karena nilai suhu permukaan air laut akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. Pengukuran suhu dilakukan pada 3 tahap setiap kali trip, yaitu pada pukul 19.00-20.00 WIB, 00.00-01.00 WIB dan pukul 04.00-05.00 WIB. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata suhu ketika penelitian ini dilakukan pada setiap tripnya dan berturut-turut hasil pengukuran suhu permukaan air laut dapat dilihat pada Gambar 21, 22, 23.
19 30
Temperatur ̊C
29.5 29 28.5 28 27.5 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ulangan (trip)
Gambar 21 Temperatur permukaan air laut pada pukul (19.00-20.00 WIB) 30
Temperatur ̊C
29.5 29 28.5 28 27.5 0
1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (trip)
Gambar 22 Temperatur permukaan air laut pada pukul (00.00-01.00 WIB) 30
Temperatur ̊C
29.5 29 28.5 28 27.5 0
1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ulangan (trip)
Gambar 23 Temperatur permukaan air laut pada pukul (04.00-05.00 WIB)
20 Pembahasan Umpan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan dengan bubu dan pancing, efektivitas umpan ditentukan oleh sifat fisik dan kimiawi yang dimiliki agar dapat memberikan respon terhadap ikan-ikan tertentu (Subani dan Barus 1989). Umpan yang biasa digunakan nelayan Palabuhanratu adalah umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata) dengan hasil tangkapan ikan seperti ikan dasar atau karang dan ikan pelagis/permukaan. Namun nelayan juga biasa menggunakan umpan ikan layur hasil tangkapan yang telah disayat apabila kehabisan umpan pada saat operasi penangkapan. Penelitian ini mengunakan cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang akan dioperasikan dengan alat tangkap pancing ulur pada malam hari dan umpan yang biasa digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu yaitu umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata). Menurut Fitri (2008) asam amino merupakan kandungan kimia umpan yang dapat merangsang organ penciuman ikan. Kandungan asam amino yang direspon oleh penciuman ikan sekaligus sebagai perangsang nafsu makan antara lain : alanin, arginin, glutamin, methionin, leusin dan prolin. Menurut Palungkung (1999) kandungan asam amino pada cacing tanah terdiri dari asam amino esensian seperti arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin dan valin. Asam amino non esensial seperti sistin, glisin, serin dan tirosin. Dilihat dari kandungan asam amino yang dapat merespon nafsu makan ikan terdapat kandungan yang dimiliki oleh cacing tanah seperti arganin, leusin, lisin, metionin dan glisin sehingga cacing tanah dapat merangsang organ penciuman ikan. Menurut Zulkarnain (2011) proses perendaman di air laut penurunan kadar protein pada umpan cacing tanah lebih lambat dibandingkan dengan umpan ikan tembang, untuk pengujian lemak, kadar penurunan lemak yang cepat dibandingkan dengan penurunan lemak pada umpan ikan tembang. Penggunaan umpan sebagai pikatan dalam penangkapan pada umumnya dikaitkan dengan jenis dan lama waktu perendaman umpan. Jenis umpan sangat ditentukan kebiasaan makan. Perendaman umpan dengan kurun waktu tertentu menentukan kelayakannya terhadap ikan sasaran tangkapan, yaitu apabila dapat merangsang secara kimiawi dan apabila tekstur umpan tidak pudar sehingga penangkapan menjadi lebih efektif dan efisien (Purbayanto et al. 2010). Penurunan kadar protein yang lambat dan tekstur umpan yang tidak mudah pudar menunjukan bahwa cacing tanah lebih tahan sebagai umpan dibandingkan dengan ikan tembang. Ikan menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa indranya, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan linea lateralis. Beberapa jenis ikan berbeda pula alat pengindraanya misalkan untuk jenis ikan yang dinamakan ikan siang hari atau yang umum dikenal diurnal dan ikan malam hari atau ikan nokturnal. Alat-alat pengindraan pada ikan ini umumnya berguna untuk mengindra jarak jauh, dengan indra tersebut memungkinkan ikan untuk mampu mendeteksi benda-benda atau suatu larutan pada suatu jarak tertentu. Indra penglihatan ikan umumnya mempunyai kisaran reaksi yang lebih pendek, sedangkan indra penciuman lebih mengindra bau yang datang dari sumber yang cukup jauh letaknya (Baskoro dan Taurusman 2010). Operasi penangkapan ikan pada malam hari lebih mengandalkan bau dari umpan
21 untuk menarik perhatian ikan, cacing tanah memiliki bau amis yang sangat menyengat, sehingga cacing tanah bisa digunakan sebagai umpan pada alat tangkap pancing ulur yang dioperasikan pada malam hari. Jumlah hasil tangkapan dengan menggunakan umpan ikan tembang lebih banyak dibandingkan dengan mengunakan umpan cacing tanah, yaitu sebanyak 115 ekor (57.2%) dan cacing tanah sebanyak 86 ekor (42.8%) perbedaan hasil tangkapan ini diduga karena kebiasaan makan pada ikan yang biasa tersedia di alam, dan faktor kebiasaan makan pada setiap masing-masing ikan dan habitat hidup ikan (Fazri 2014). Rangsangan untuk menarik perhatian ikan ke dalam suatu area operasi penangkapan karena sifat dari jenis ikan itu sendiri yang berhubungan dengan natural behavior. Sifat dan rangsangan ini dapat berupa rangsangan fisik dan kimiawi (Purbayanto et al. 2010). Terdapat 4 jenis hasil tangkapan dominan yaitu ikan kuwe (Caranx sp), kakap (Lutjanus sp), ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) dan ikan terapon (Terapon jarbua). Ikan kuwe merupakan ikan hasil tangkapan terbanyak dengan menggunakan umpan ikan tembang dibandingkan dengan umpan cacing tanah dengan jumlah sebanyak 49 ekor dengan persentase (73.1%) menggunakan umpan ikan tembang dan 18 ekor dengan persentase (26.9%). Hasil ini diduga karena operasi penangkapan merupakan perairan yang berkarang dan penyebaran ikan kuwe yang melimpah di daerah tersebut, kebiasaan ikan kuwe yang selalu bergerak aktif di permukaan walau tergolong ikan karang, juga tentang kebiasaan makan ikan kuwe terhadap umpan ikan tembang dan ikan tembang lebih memiliki bentuk yang menarik dibandingkan dengan cacing tanah yaitu badannya yang lebih terang, sehingga menarik perhatian pada ikan kuwe. Ikan kakap, kerapu dan terapon meliliki hasil tangkapan terbanyak berturut-turut 18, 16 dan 15 ekor dengan persentase 69.2%, 80.0% dan 46.9% menggunakan umpan cacing tanah sedangkan menggunakan umpan ikan tembang berturut-turut 8, 4 dan 14 dengan persentase 30.8%, 20.0% dan 53.1%. Hal ini bisa disebabkan karena umpan cacing tanah memiliki asam amino yang sanggat tinggi dibandingkan dengan ikan tembang, menurut Zulkarnain (2011), umpan yang mengandung asam amino diidentifikasi dapat menjadi stimulus dan atraktor makan pada ikan dan crustacea. Hampir semua studi mengenai rangsangan kimia untuk tingkah laku makan ikan menunjukkan bahwa rangsangan makan ikan akan hilang seiring dengan hilangnya kandungan asam amino pada umpan. Menurut Stoner (2004) bahwa pada kebanyakan kasus, ikan akan tertarik umpan melalui isyarat kimia pada saat kondisi cahaya kurang tetapi organ penglihatan sangat berperan ketika lokasi umpan dekat dengan posisi ikan dan akhirnya memakan umpan/makanan tersebut, sehingga pada keadaan malam hari organ sensorik yang lebih berperan adalah organ penciuman ketika posisi umpan jauh, namun ketika posisi umpan dekat dengan ikan organ penglihatan lah yang lebih berperan. Berdasarkan uji –t yang dilakukan kedua umpan memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan kuwe dan kakap, untuk ikan kuwe umpan yang lebih baik digunakan adalah ikan tembang karena umpan ikan tembang memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dibandingkan umpan cacing tanah dengan rata-rata hasil tangkapan per trip secara berturut-turut (2.4 ekor ± 2.2) untuk pancing ulur menggunakan umpan ikan tembang dan (0.7 ± 0.9) ekor untuk umpan cacing tanah. Ikan kakap lebih baik menggunakan umpan cacing tanah dibandingkan dengan umpan ikan tembang karena memberikan nilai rata-rata (0.9
22 ekor ± 0.5) untuk hasil tangkapan menggunakan umpan cacing tanah dan (0.4 ekor ± 0.5) untuk umpan ikan tembang. Ikan terapon dan kerapu kedua umpan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, namun umpan cacing tanah lebih baik untuk digunakan menangkap ikan terapon dan kerapu dibandingkan umpan ikan tembang karena hasil rata-rata tangkapan per trip ikan terapon dan kerapu lebih besar menggunakan cacing tanah dibandingkan dengan ikan tembang dengan nilai rata-rata hasil tangkapan berturut-turut (0.75 ekor ± 0.7) dan (0.8 ekor ± 0.5) untuk pancing menggunakan umpan cacing tanah, Sedangkan untuk pancing menggunakan umpan ikan tembang pada ikan terapon dan kerapu berturut-turut (0.7 ekor ± 1.1) dan (0.2 ekor ± 0.5). I w , ˚C sekalipun. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis ternyata bertindak sebagai faktor penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokan ikan. Demikian pula, suhu suhu merupakan faktor penting untuk penentuan dan penilaian suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground), dimana hal tersebut tidak saja banyak ditentukan oleh suhu semata akan tetapi juga perubahan suhu. Setiap perairan mempunyai standar suhu rata-rata untuk setiap musim tertentu. Jika suhu pada tempat tersebut lebih tinggi dari standar yang berlaku, atau malah melebihi suhu optimum untuk dilakukan penangkapan, dalam hal demikian ada baik kiranya untuk mencari daerah penangkapan dengan suhu yang lebih sesuai untuk dilakukanya penangkapan (Baskoro dan Taurusman 2010). Menurut Komarova (1939) menerangkan bahwa suhu yang terlalu tinggi, tidak normal dan tidak stabil ternyata akan mengurangi kecepatan makan ikan. Ada kalanya ikan yang berukuran besar akan mencari daerah makan yang bersuhu lebih rendah daripada ikan-ikan yang berukuran lebih kecil dari jenisnya, hal tersebut mungkin disesuaikan dengan kebutuhan fisiologinya. Pengetahuan ini dapat dipergunakan untuk menafsirkan besar dan unsur ikan dengan pengertian bahwa ikan-ikan yang lebih besar dan lebih tua akan lebih cenderung melakukan ruaya kearah perairan yang lebih dingin dalam area penyebarannya, sedangkan ikan yang berukuran lebih kecil akan tetap pada daerah penebaranya yang normal. Berdasarkan pengambilan data tentang suhu permukaan laut dengan cara pengambilan dalam 3 waktu yaitu pukul 19.00-20.00, 00.00-01.00 dan 04.0005.00, rata-rata suhu yang berkisar pada puku 19.00-20.00 adalah 28.75, pada pukul 00.00-01.00 adalah 29.05 dan pada pukul 04.00-05.00 adalah 28.5, dengan perlakuan 20 kali ulangan /trip. Sehingga penghitungan suhu sangat penting dalam penentuan daerah ruaya ikan dan penentuan daerah operasional penangkapan ikan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Komposisi total hasil tangkapan pada alat tangkap pancing ulur terdiri dari 9 jenis ikan yaitu ikan kuwe (Caranx sp) dengan jumlah hasil tangkapan total 67 ekor, kakap (Lutjanus sp) 26 ekor, kerapu (Epinephelus pachycentru) 20 ekor, terapon (Terapon jarbua) 29 ekor, kapas-kapas (Geres punctatus) 14 ekor,
23 kurisi (Nemipterus hexodon) 13 ekor, swanggi (Priacanthus tayanus) 7 ekor, sidat (Anguila marmorata) 2 ekor dan selar bentong (Selar crumenophthalmus). 2. Umpan ikan tembang dan umpan cacing tanah keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap hasil tangkapan. 3. Waktu yang paling baik untuk menangkap ikan kuwe, kakap, kerapu dan terapon yaitu pada pukul 19.00-00.00 WIB karena memberikan hasil tangkapan yang dominan dibandingkan pukul 00.00-05.00 WIB. Saran Perlu adanya penelitian skala laboraturium terhadap tingkah laku ikan dasar berdasarkan penggunaan umpan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa A U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Bambang R, Subakti H. 2004. Simulasi Pola Arus Dua Dimensi diperairan Teluk Palabuhanratu pada Bulan September 2004. Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK) Universitas Riau. Jurnal Kelautan Nasional. 4(1): 1-54. Baker CF, Montgomery JC, Dennis TE. 2002. The Sensory Basis of Olfactory Search Behaviour in Banded Kokopu (Galaxias fasciatus). Journal of Comperative Physiologi Animal (188): 553-560. Baskoro M, Yusfiandayani R. 2015. Metode Penangkapan Ikan. Bogor (ID). Makaira Printing Plus. Baskoro M, Taurusman A. 2010. Tingkah Laku Ikan Hubungan dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Bandung (ID). Lubuk Agung. Carton AG, Montgomery JC. 2003. Evidence of A Rheotactic Component in The Odour Search Behaviour of Freshwater Eels. Journal of Fish Biology(62): 501516 Fazri. 2014. Penggunaan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Sebagai Umpan Alternatif Pancing Ulur (Hand line) di Teluk Palabuhanratu [Skripsi].Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Fitri Aristia DP. 2008. Respon Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu (Serranidae) terhadap Umpan dalam Efektivitas Penangkapan. [Disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Gunarso W. 1985. Suatu Pengantar Tentang Tingkah Laku Ikan Terutama dalam Hubungannya dengan Alat Metode dan Taktik Penangkapan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Hendrotomo M. 1989. Studi Analisa Hasil Tangkapan dengan Menggunakan Umpan yang Berbeda pada Rawai Cucut (Hiu) Permukaan Pelabuhan Ratu [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Komarova IV. 1939. Feeding of long rough dab Hippo-glossoides platessoides in the Barents Sea in connection with food resources. Trudy VNIRO, 4: 297–320. Laevastu T, I Hela. 1970. Fisheries Oceanografy. London (UK). Fishing News (Books) Ltd. Liang XF, Liu JK, Huang BY. 1998. The Role of Sense Organs in The Feeding Behaviour of Chinese Perch. Journal of Fish Biology(52): 1058-1067. Palungkung R.1999. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
24 [PPN] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.2014. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Sukabumi (ID). PPN Palabuhanratu. PRTK. 2004. Laporan Survei Oseanografi Dalam Rangka Pengembangan Industri Air Laut dalam ( Deep Sea Water) Di Pelabuhan Ratu. Pusat Riset Teknologi Kelautan. Purbayanto A, Riyanto M, Fitri Aristia DP. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan Pada Perikanan Tangkap.Bogor (ID). IPB Press. Riyanto M. 2008. Respon Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Umpan Buatan [Tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Stoner AW. 2004. Effects of Environmental Variables on Fish Feeding Ecology: Implications for The Performance of Baited Fishing Gear and Stock Assessment (Review Paper). Journal of Fish Biology (65): 1445-1471. Subani W, HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Departemen Pertanian. Balai Penelitian Perikanan Laut. 248 hal. Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Zulkarnain. 2011. Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dan Penggunaan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Sebagai Umpan Alternatif untuk Penangkapan Spiny Lobster (Panulirus sp) di Perairan Pesisir Timur Teluk Palabuhanratu Jawa Barat. Buletin PSP. 19 (03). 1-84.
25 LAMPIRAN Lampiran 1 jumlah hasil tangkapan pada umpan yang berbeda No
Jenis Ikan
Ikan Tembang (Umpan A) Jumlah Jumlah % (Ekor) (Berat)
%
Cacing Tanah (Umpan B) Jumlah Jumlah % (Ekor) (Berat)
%
1
Kuwe
49
42.6
6.59
36.8
18
20.9
1.84
15.0
2
Kakap
8
7.0
2.58
14.4
18
20.9
3.68
30.0
3
Kerapu
4
3.5
0.51
2.8
16
18.6
2.39
19.5
4
Terapon
14
12.2
1.6
8.9
15
17.4
1.79
14.6
5
Kapas-kapas
6
5.2
0.25
1.4
8
9.3
0.33
2.7
6
Kurisi
8
7.0
1.42
7.9
5
5.8
0.91
7.4
7
Swanggi
5
4.3
0.97
5.4
2
2.3
0.56
4.6
8
Sidat Selar bentong Total
0
0.0
0
0.0
2
2.3
0.25
2.0
21 115
18.3 100
4.01 17.9
22.4 100
2 86
2.3 100
0.51 12.3
4.2 100
9
Lampiran 2 Frekuensi tertangkapnya ikan a. Frekuensi tertangkapnya ikan kuwe (Caranx sp) berdasarkan jenis umpan. No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Umpan Ikan Tembang (Kali)
Umpan Cacing (Kali) 2 5 4 4 4 0 0 5 0 0 3 6 2 7 1 2 2 0 2 0 49
1 2 1 2 1 0 0 1 0 0 2 2 1 2 0 1 0 1 1 0 18
26 Lampiran 2 lanjutan b. Frekuensi tertangkapnya ikan kakap (Lutjanus sp) berdasarkan jenis umpan No Trip
Umpan ikan tembang (Kali)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8
c. Frekuensi tertangkapnya berdasarkan jenis umpan No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Umpan cacing (Kali)
ikan
kerapu
Umpan ikan tembang (Kali)
2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 18
(Epinephelus
pachycentru)
Umpan cacing (Kali) 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 16
27 Lampiran 2 lanjutan. d. Frekuensi tertangkapnya ikan terapon (Terapon jarbua) berdasarkan jenis umpan No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Umpan ikan tembang (Kali)
Umpan cacing (Kali) 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 2 2 1 0 0 1 0 0 0 14
0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 2 2 2 1 1 0 2 0 1 0 15
Lampiran 3. Tabel waktu tertangkapnya ikan dominan a. Ikan kuwe (Caranx sp) No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Waktu tertangkap (ekor) Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah 19.00-00.00 00.00-05.00 19.00-00.00 00.00-05.00 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 1 15
1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
28 Lampiran 3 lanjutan. b. Ikan kakap (Lutjanus sp) No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Waktu tertangkap (ekor) Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah 19.00-00.00 00.00-05.00 19.00-00.00 00.00-05.00 2 0 1 5 0 2 4 0 1 4 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 5 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 2 6 0 2 2 0 1 7 0 2 1 0 0 2 0 1 2 0 0 0 0 1 2 0 1 0 0 0 47 2 17
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
c. Ikan kerapu (Epinephelus pachycentru) No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Waktu tertangkap (ekor) Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah 19.00-00.00 00.00-05.00 19.00-00.00 00.00-05.00 1 1 0 0 1 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 13
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
29 Lampiran 3 lanjutan. d. Ikan terapon (Terapon jarbua) No Trip 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
Waktu tertangkap (ekor) Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah 19.00-00.00 00.00-05.00 19.00-00.00 00.00-05.00 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 2 0 1 4 0 2 2 0 2 2 0 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 14 0 13
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2
30 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Experimental fishing
Pancing ulur yang digunakan
Menuju fishing ground
Umpan ikan tembang
Sayatan umpan ikan tembang
Umpan cacing tanah
Pemasangan umpan cacing tanah
Penurunan pancing
Hauling
31 Lampiran 5. Ikan Hasil Tangkapan
Ikan Kuwe (Caranx sp)
Ikan Kakap (Lutjanus sp)
Ikan Kerapu (Ephinepelus pachycentrus)
Terapon (Terapon jarbua)
Selar bentrong (Selar crumenophthalmus)
Sidat (Anguila marmorata)
Kapas-kapas (Geres punctatus)
Swanggi (Priacanthus tayanus)
Kurisi (Nemipterus hexodon)
32 Lampiran 6 Anova single factor dan Uji 1. Total hasil tangkapan ANOVA Source of Variation Between Groups
SS
df
MS
F
22.5
1
22.5
Within Groups
131.1
38
3.45
Total
153.6
39
P-value 6.52
F crit
0.014791
4.10
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Umpan_ikan_Tembang
5.8500
20
1.89945
.42473
Umpan_Cacing_Tanah
4.3500
20
1.81442
.40572
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std. Mean Deviati
Std. Error
Interval of the
Mean
Difference
on
Lower
t t
Sig. (2df
tailed)
Upper
Umpan_ikan_Tembang 1.5000 1.4327
.32036
.82948
2.17052 4.682
19
.000
P-value 0.021712
F crit 4.10
Umpan_Cacing_Tanah
2. Berat total hasil tangkapan ANOVA Source of Variation Between Groups Within Groups
SS 0.664866225 4.40867375
Total
5.073539975
df 1 38
MS 0.664866 0.116018
F 5.73
39
Paired Samples Statistics Std. Mean
N
Deviation
Std. Error Mean
Umpan_ikan_tembang
.8755
20
.35717
.07987
Umpan_cacing_tanah
.6170
20
.32475
.07262
33 Lampiran 6 lanjutan. Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Mean
Umpan ikan tembang Umpan cacing tanah
.25850
Std.
Std. Error
Interval of the
Deviation
Mean
Difference
.38140
.08528
Lower
Upper
.08000
.43700
t
df
3.031
19
Sig. (2tailed)
.007
3. Pengaruh ikan kuwe, kakap, kerapu, terapon terhadap jumlah hasil tangkapan pada umpan yang berbeda Paired Samples Statistics Umpan
Mean
Tembang
N
Std Deviation
Std error mean
2.4500
20
2.21181
.49458
Cacing
.9000
20
.78807
.17622
Tembang
.4000
20
.59824
.13377
Cacing
.9000
20
.55251
.12354
Tembang
.2000
20
.52315
.11698
Cacing
.8000
20
.52315
.11698
Tembang
.7000
20
1.12858
.25236
Cacing
.7500
20
.78640
.17584
t-table
Kuwe
4.098
Kakap
4.098
Kerapu
4.098
Terapon
4.098
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Kuwe
Tembang
(ekor)
Cacing
Kakap
Tembang
(ekor)
Cacing
Deviation Mean
1.55000 1.63755
.50000
Std. Error
.51299
Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
.36617
.78360
2.31640
4.233
19
.000
.11471
-.74009
-.25991
4.359
19
.000
34 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Kerapu
Tembang
(ekor)
Cacing
Terapon Tembang (ekor)
Cacing
Difference
Std. Error
Deviation Mean
Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
.60000
.68056
.15218
-.91851
-.28149
3.943
19
.001
.05000
.75915
.16975
-.40530
.30530
.295
19
.772
4. Pengaruh ikan kuwe, kakap, kerapu, terapon terhadap berat total hasil tangkapan pada umpan yang berbeda
Umpan
Mean
N
Std Deviation
Std error mean
t-table
Tembang
.3309
20
.30822
.06892
Cacing
.0920
20
.08613
.01926
Tembang
.1288
20
.25576
.05719
Cacing
.1908
20
.24918
.05572
Tembang
.0254
20
.07022
.01570
Cacing
.1167
20
.09783
.02188
Tembang
.0677
20
.11309
.02529
Cacing
.0848
20
.11099
.02482
Kuwe
4.098
Kakap
4.098
Kerapu
4.098
Terapon
4.098
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Kuwe
Tembang
(ekor)
Cacing
.23890
Std. Error
Deviation Mean .27634
.06179
Difference Lower .10957
Upper .36823
Sig. (2t 3.866
df
tailed) 19
.001
35 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Kakap
Tembang
(ekor)
Cacing
Kerapu
Tembang
(ekor)
Cacing
Terapon Tembang (ekor)
Cacing
Std. Error
Deviation Mean
Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
.06195
.26776
.05987
-.18727
.06337
1.035
19
.314
.09135
.12037
.02692
-.14768
-.03502
3.394
19
.003
0.1715
.10245
.02291
-.06510
.03080
.749
19
.463
36 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pandeglang pada tanggal 17 Maret 1994 dari ayah Mas Ahen Solihin dan ibu Astuti. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara, dengan adik bernama Mas Shinta Septiawati. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SD Negeri Bangkuyung 2, tahun 2009 penulis lulus dari Mts Negeri Cening dan tahun 2012 penulis lulus MA M A w M P , tahun yang sama penulis masuk Institut Pertania Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Managemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Metode Penangkapan Ikan pada tahun 2014/2015 dan 2016/2017. asisten praktikum Kepelautan 2015/2016. asisten praktikum Metode Observasi Bawah Air 2016/2017, dan asisten praktikum Tingkah Laku Ikan 2016/2017. Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) 2013/2014 dan tahun 2014/2015. Penulis pernah menjadi ketua Himafarin On the Stage pada tahun 2014/2015. Kapten basket PSP pada tahun 2014/2015 dan 2015/2016. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan y “P C c (Lumbricus rubellus) Terhadap Pancing Ulur Yang Dioperasikan Malam Hari di Teluk P ”.