PRODUKTIVITAS PENANGKAPAN PANCING ULUR IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) BERDASARKAN WAKTU DI PERAIRAN KECAMATAN TAMBELAN
PRODUCTIVITY OF CATCHING FISHOOD EXTENDED SPANISH MACKEREL (Scomberomorus commerson) BASED ON THE WATERS TIME IN THE TAMBELAN SUBDISTRICT
Jumsurizal, Alfa Nelwan, Muh. Kurnia
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Jumsurizal., S.Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245 Hp: 085272357877 Email;
[email protected]
Abstrak Variabilitas hasil tangkapan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) di perairan Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau penting untuk dilakukan guna mengetahui pola produktivitas hasil tangkapan ikan tenggiri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas penangkapan pancing ulur ikan tenggiri berdasarkan waktu pagi, siang, sore. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan mengikuti secara langsung operasi penangkapan ikan yang menggunakan pancing ulur selama 40 trip penangkapan. Perbandingan produktivitas hasil tangkapan pancing ulur ikan tenggiri antara waktu pagi, siang dan sore menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penangkapan pada saat pagi hari yaitu 0.050 kg per menit, siang hari 0.036 kg dan sore hari 0.037 kg per menit, berdasarkan non parametrik Kruskal-Wallis hasil tangkapan pada waktu pagi, siang dan sore menunjukkan perbedaan yang signifikan. Disimpulkan bahwa nilai produktivitas penangkapan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas pada siang dan sore hari, sehingga perlu dikaji lebih lanjtut tentang faktor yang mempengaruhi perbedaan produktivitas antara pagi, siang dan sore hari. Kata kunci: pancing ulur, tenggiri, produktivitas, kecamatan tambelan
Abstract The result of variability is catches Spanish mackerel (Scomberomorus commerson) in the waters Tambelan sub district and Bintan regency, Kepulauan Riau is very important to do for know the pattern of productivity Spanish mackerel catches result. This research aims to determine catching Spanish mackerel productivity is grounded in the morning, noon, and afternoon. Survey method that using as research method with follows operation catching fish directly that using handline extend for forty catches trip. The comparison of productivity based on the result catches handline Spanish mackerel between morning, noon, and afternoon using Kruskal-Wallis test. The result shows that catching in the morning is 0.050 kg per minutes, for noon 0.036 kg and for afternoon 0.037 kg per minutes based on non parametric Kruskal-Wallis. The result of catches in the morning, noon, and afternoon is shows that the significant differences. It can be conclude that productivity value in catching in the morning more high than productivity in the noon and afternoon. So that, it needs to examine more about factor which give the differences impact for productivity in the morning, noon, and afternoon. Key words: handline, mackerel, productivity, Kecamatan Tambelan
PENDAHULUAN Sumberdaya hayati laut di Kepulauan Riau menjadi suatu aset penting dan utama di wilayah yang sebagian besar terdiri dari lautan. Aset berupa kekayaan alam yang melimpah di dalamnya berpotensi besar untuk menjadi sumber perekonomian bagi masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya hayati laut yang melimpah tersebut adalah dengan melakukan usaha perikanan tangkap. Usaha perikanan tangkap sangat potensial untuk dikembangkan mengingat Kepulauan Riau yang terdiri dari gugusan pulau-pulau dengan wilayah perairan yang sangat luas. Salah satu kabupaten yang memiliki potensi perikanan yang bersar di Provinsi Kepulauan Riau yaitu Kabupaten Bintan. Potensi sumberdaya ikan mencapai 165.956,85 ton/tahun, dengan potensi sumberdaya ikan pelagis besar adalah 10.374,56 ton per tahun, pelagis kecil 97.575,50 ton per tahun dan ikan demersal adalah 563,60 ton per tahun (DKP Provinsi Kepulauan Riau, 2011). Salah satu komoditas unggulan dari hasil tangkapan perikanan pelagis besar nelayan di Kabupaten Bintan yaitu ikan tenggiri (Scomberomorus commerson). Berdasarkan data tahun 2006 – 2011 (DKP Provinsi Kepulauan Riau, 2011), rata-rata hasil tangkapan ikan tenggiri adalah 3.637 ton/tahun (44 % dari total tangkapan pelagis besar). Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan upaya dan armada penangkapan ikan masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi sumberdaya ikan bisa lebih optimal. Salah satu alternatifnya adalah dengan ketersediaan armada yang memadai untuk kegiatan penangkapan ikan. Potensi sumber daya perikanan pelagis yang cukup melimpah diantaranya adalah potensi ikan tenggiri. Ikan tenggiri yang merupakan sumberdaya yang potensial karena jumlahnya yang masih melimpah dan merupakan salah satu tujuan utama armada penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Bintan, khususnya wilayah perairan Kecamatan Tambelan. Masyarakat nelayan di Kecamatan Tambelan menggunakan pancing ulur dengan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan tenggiri. Pemanfaatan rumpon sebagai alat bantu penangkapan merupakan upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumsurizal (2012), menunjukkan bahwa setiap nelayan yang melakukan penangkapan ikan tenggiri memiliki perbedaan jumlah hasil tangkapan. Namun tidak diketahui faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah hasil tangkapan tersebut. Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga dipengaruhi oleh waktu pemancingan dan faktor lingkungan (kondisi oseanografi). Kondisi suhu permukaan laut mempengaruhi hasil tangkapan ikan tenggiri (Masturah et al., 2014; Simbolon 2010). Daerah penyebaran tenggiri meliputu hampir seluruh perairan Indonesia, perairan Indo-Pasifik, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan, kea rah selatan sampai perairan Australia, ke barat sampai Afrika Timur dan ke arah utara Sampai Jepang (Simbolon, 2007; Hoolihan et al., 2006; Shojaei et al., 2007; Buckworthet et al., 2007). Selain itu, Simbolon (2007) menyatakan bahwa distribusi ikan di suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain faktor oseanografi, faktor internal dan eksternal dari ikan tersebut. Faktor internal berkaitan dengan dinamika populasi (umur, genetik) sedangkan faktor eksternal meliputi suhu perairan, salinitas perairan, kedalaman perairan dan ketersediaan sumber makanan. Oleh karena itu penelitian tentang variabilitas hasil tangkapan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) di perairan Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas penangkapan pancing ulur ikan tenggiri berdasarkan waktu pagi, siang, sore. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada nelayan dan stake holder perikanan tentang variabilitas hasil tangkapan pancing ulur ikan tenggiri di perairan Kecamatan Tambelan.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2013 sampai April 2014, di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Gambar 1). Alat-alat Penelitian Pengambilan data selama penelitian menggunakan beberapa peralatan yaitu: Global Positioning System (GPS) sebagai penentu posisi penangkapan; timbangan untuk mengukur berat hasil tangkapan; Thermometer Digital digunakan untuk mengukur suhu permukaan laut; layangan arus untuk mengukur kecepatan arus permukaan laut; Stopwacth sebagai penghitung
lama waktu pemancingan; kamera digital digunakan untuk dokumentasi penelitian dan alat tulismenulis guna mencatat segala kegiatan penelitian. Pengambilan Data Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan mengikuti secara langsung operasi penangkapan ikan yang menggunakan pancing ulur selama 40 trip penangkapan. Data yang diambil adalah produktivitas pancing ulur berdasarkan waktu pemancingan (pagi, siang dan sore) dan faktor oseanografi (suhu permukaan laut dan kecepatan arus permukaan laut). Analisis Data Perbandingan produktivitas hasil tangkapan pancing ulur ikan tenggiri antara waktu pagi, siang dan sore menggunakan uji Kruskal-Wallis. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer SPSS 19.00.
HASIL Produktivitas hasil tangkapan pancing ulur ikan tenggiri selama 40 trip penangkapan pada saat pagi hari yaitu 0.050 kg per menit, produktivitas penangkapan pada siang hari adalah 0.036 kg per menit dan produktivitas penangkapan pada waktu sore hari adalah 0.037 kg per menit. Selanjutnya hasil pengukuran parameter oseanografi di lokasi penelitian, menunjukkan suhu pada pagi hari berkisar antara 27.4 – 29.2 °C, suhu pada siang hari berkisar antara 27.5 – 29.4 °C dan suhu pada saat sore hari berkisar antara 27.7 – 29.3 °C. Sebaran kecepatan arus pada pagi hari berkisar antara 6.4 – 23.0 cm/dtk, kecepatan arus pada saat siang hari berkisar antara 6.4 – 22.2 cm/dtk dan kecepatan arus pada sore hari berkisar antara 5.6 – 21.3 cm/dtk. Berdasarkan hasil analisis non parametrik Kruskal-Wallis pada taraf kepercayaan 95% (P=0.05). Hasil tangkapan pada waktu pagi, siang dan sore di lokasi penelitian menunjukkan nilai signifikasi 0.000. Hasil analisis ini menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai 0.05. Hal ini berarti penangkapan berdasarkan perbedaan waktu pagi, siang dan sore memiliki perbedaan yang signifikan (Tabel 1 dan 2).
PEMBAHASAN Perbedaan hasil tangkapan ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya keterampilan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan tenggiri dengan menggunakan pancing
ulur, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumsurizal (2012) yang menyatakan bahwa sedikit banyaknya hasil tangkapan di pengaruhi oleh ketermpilan nelayan dalam melakukan proses pemancingan ikan. Selain itu tinggi rendahnya ketersediaan sumberdaya ikan tenggiri disuatu daerah perairan juga mempengaruhi hasil tangkapan. Ikan Pelagis adalah jenis ikan yang hidup atau menghuni perairan lapisan permukaan sampai dengan kedalaman perairan mencapai 200 m (Masturah et al., 2014). Ikan pelagis besar memilik kemampuan ruaya yang tinggi diantara laut lepas dan wilayah pesisir (Beamish et al., 2005) dan menjadi primadona penangkapan ikan ekonomis penting utama nelayan di wilayah perairan Indonesia, seperti cakalang (Pigawati, 2005), Tuna (Tubalawony et al., 2012) dan tenggiri (Tamrol et al., 2012). Pola suhu permukaan laut di perairan Kecamatan Tambelan menunjukkan pola sebaran yang sama pada umumnya untuk wilayah Indonesia. Menurut (Sari dan Usman 2012) suhu permukaan laut rata-rata di perairan Indonesia berkisar antara 28-31°C dan akan mengalami penurunan satu hingga dua derajat setiap kedalaman 80 m. Kasus tertentu seperti upwelling nilai suhu permukaan laut dapat turun menjadi 25 °C. Suhu permukaan laut merupakan salah satu indikator keberadaan Tenggiri di perairan karena Tenggiri merupakan ikan Poikilothermic dimana suhu tubuh ikan Tenggiri dipengaruhi oleh suhu perairan, hal ini sesuai yang dikatakan oleh (Rosana et al., 2005) bahwa ikan perenang bebas seperti Tenggiri penyebarannya dipengaruhi oleh keadaan suhu perairan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kecepatan arus paling rendah di lokasi penelitian adalah 5.6 cm/dtk dan yang paling tinggi 23.0 cm/dtk. Kecepatan arus di perairan Kecamatan Tambelan diduga dipengaruhi oleh berbagai gaya pembangkit arus seperti angin, pasang surut, perbedaan densitas air, dan tekanan hidrostatis perairan. Lebih lanjut hasil dari laporan DKP Provinsi KEPRI (2011) menyatakan bahwa besarnya pengaruh masing-masing gaya pembangkit arus tadi terhadap kekuatan dan arah aliran arus yang ditimbulkannya bergantung kepada tipe perairannya (pantai, teluk dan laut lepas) serta keadaan geografisnya dan didukung oleh pernyataan Syaifuddin (2010) yang mengemukakan bahwa arus suatu perairan dipengaruhi oleh musim, pasang surut dan topografi perairan sedangkan karakteristik massa airnya dipengaruhi oleh massa air perairan dangkal. Lebih lanjut Dunster (2007) melaporkan tentang kondisi arus permukaan di perairan Laut Cina Selatan pada bulan Februari arus permukaan di laut Cina Selatan dominan bergerak ke selatan dengan kecepatan 0.5 – 0.7 m/dtk di perairan dalam dan sekitar 0.4 di perairan dagkal.
Dari hasil penelitian menunjukkan produktivitas penangkapan tenggiri pada pagi hari lebih tinggi dibandigkan dengan produktivitas penangkapan siang dan sore hari. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingkah laku makan ikan tenggiri pada saat pagi hari, siang hari dan sore hari. Hasil ini diperkuat oleh temuan Matsumoto et al. (1984) yang menyatakan bahwa
pada
umumnya Ikan aktif makan menjelang matahari terbit sampai menjelang siang hari dan pada saat matahari akan terbenam. Pagi hari merupakan waktu yang paling baik untuk melakukan proses penangkapan ikan tenggiri. Hal ini diduga karena pada saat pagi hari merupakan waktu puncak bagi ikan tenggiri untuk mencari makan. Sedangkan pada siang hari intensitas makan ikan tenggiri mulai menurun, hal ini diduga karena ikan tenggiri sebagian besar sudah melakukan proses pencarian makan dipagi hari dan diduga perubahan faktor dinamika oseanografi perairan juga berpengaruh terhadap tingkah laku makan ikan tenggiri disiang hari. Saat sore hari hasil tangkapan ikan tenggiri paling rendah, baik berdasarkan jumlah ekor maupun kg. Hal ini diduga karena pada saat sore mulai dari pukul 13.00 – 16.00 bukan merupakan waktu puncak bagi ikan tenggiri mencari makan, hal ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada nelayan yang melakukan penangkapan lebih dari satu hari dilaut yang menyatakan bahwa selain dipagi hari intensitas makan ikan tenggiri yang tinggi juga terjadi pada saat matahari hampir terbenam yaitu sekitar pukul 17.00 – 18.00.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai produktivitas peangkapan pada pagi hari lebih tinggi di bandingkan dengan produktivitas penangkapan siang dan sore hari. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut tengtang perbedaan produktivitas penangkapan berdasarkan waktu penangkapan (pagi, siang dan sore).
DAFTAR PUSTAKA Beamish, R. J., G.A. McFarlane, J. R. King. (2005). Migratory Patterns Of Pelagic Fishes And Possible Linkages Between Open Ocean And Coastal Of North America. Biological Journal of the Liennean Society. 886-902 Buckworth RC. Newman SJ. Ovenden JR. Lester RJG. McPherson GR. (2007). The stock structure of northern and western Australian Spanish mackerel. Final report, Fisheries Research & Development Corporation Project 1998/159. Iranian Journal of Fisheries Sciences 9(2) 233-244. DKP Provinsi Kepulauan Riau. (2011). Studi Identifikasi Potensi Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Riau. Dunster. R. (2007). Desk Top Study Report on Proposed East to West Malaysia Submarine Cable. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 7(2): 257-270. Hoolihan JP. Anandh P. van Herwerden L. (2006). Mitochondrial DNA analyses of narrowbarred Spanish mackerel (Scomberomorus commerson) suggest a single genetic stock in the ROPME sea area (Arabian Gulf, Gulf of Oman, and Arabian Sea). ICES Journal of Marine Science 63: 1066-1074. Jumsurizal. (2012). Produktivitas Pancing Ulur Untuk Penangkapan Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) dengan Menggunakan Alat Bantu Rumpon di Perairan Tambelan Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Masturah H. Hutabarat S. Hartoko A. (2014). Analisa Variabel Oseanografi Data Modis Terhadap Sebaran Temporal Tenggiri (Scomberomorus commersoni, Lacépède 1800) Di Sekitar Selat Karimata. Diponegoro Journal Of Maquares. Management Of Aquatic Resources. Vol. 3 No. 2. Hal 11-19. Matsumoto, WM., Robert, AS., Andrew, ED. (1984). Synopsis of Biological Data on Skipjack Tuna, Katsuwonus pelamis. NOAA Technical Report NMFS Circular 451, FAO Fisheries Synopsis No. 136. 91 pp. Pigawati B. (2005). Identifikasi Potensi dan Pemetaan Sumberdaya Pesisir Pulau - Pulau Kecil dan Laut Kabupaten Natuna - Provinsi Kepulauan Riau. jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 10 (4); 229 -236. Rosana, R dan Wahopid. (2005). Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Sebaran Klorophyla Untuk Menentukan Sebaran Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis) Pada Bulan Juli di Perairan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Perikanan, Vol. 2. No. 1. Hal. 19-24.
Sari T E Y dan Usman. (2012). Studi Parameter Fisika dan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asm Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 17 No. 1. Hal 88-100. Shojaei G. Taghavi S A. Seyfabadi S J. Bathe B. Dehghani R. (2007). Age, Growth and Mortality Rate of the Narrow- Barred Spanish Mackerel Scomberomorus commerson in Coastal Waters of Iran from length frequency data. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science. 7:115-121. Simbolon D. (2007). Pendugaan daerah penangkapan ikan tongkol berdasarkan pendekatan suhu permukaan laut deteksi satelit dan hasil tangkapan di perairan Teluk Palabuharatu. Jurnal litbangda NTT. Kupang. No. 04: 23-30. Simbolon D. (2010). Eksplorasi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Melalui Analisis Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Palabuharatu. Jurnal Mangrove dan Pesisir X (1). 42-49. Syaifuddin. (2010). Sifat Fisik Oseanografi Perairan Kepulauan Tambelan dan Sekitarnya, Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 15. No 2. Hal 173184. Tamarol J. Luasunaung A. Budiman J. (2012). Dampak Perikanan Tangkap Terhadap Sumberdaya Ikan dan Habitatnya di Perairan Pantai Tabukan Tengah Kepulauan Sangihe. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Vol. VIII. No 1. Tubalawony S. Kusmanto E. Muhadjirin. (2012). Suhu dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin Muson Tenggara di Perairan Bagian Utara Laut Sawu. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 17. No 2. Hal 226-239.
LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Hasil perbandingan produktivitas hasil tangkapan pada waktu pagi, siang dan sore. Test Statisticsa,b hasil Chi-Square 24.593 df 2 Asymp. Sig. 0.000
Tabel 2. Data uji statistik non perametrik Kruskal-Wallis waktu N Mean Rank Hasil Pagi 40 81.43 Tangkapan Siang 40 56.56 Sore 40 43.51 Total 120