Teknologi Alat Penangkapan Ikan .... Berbasis di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Rahmat, E & A. Salim)
TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Enjah Rahmat dan Agus Salim Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta Teregistrasi I tanggal: 05 Maret 2013; Diterima setelah perbaikan tanggal: 31 Juli 2013; Disetujui terbit tanggal: 30 Agustus 2013
PENDAHULUAN Laut Sulawesi merupakan bagian barat Samudera Pasifik, sehingga menjadi alur lintas masa air Samudera Pasifik. Di Laut Sulawesi banyak di temui beranekaragam komoditas sumberdaya ikan pelagis besar. Ikan pelagis besar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah; tuna, cakalang, tongkol, cucut, tenggiri, dan setuhuk. Dalam pengusahaannya sumberdaya ikan pelagis besar banyak ditangkap menggunakan alat tangkap pancing ulur (handline), huhate (pole and line), pancing tonda (troll line) dan jaring lingkar/pajeko (purse seine). Pelabuhan penting yang terdapat di Propinsi Sulawesi Utara untuk pendaratan ikan hasil tangkapan nelayan di Laut Sulawesi antara lain di Pelabuhan Perikanan Tumumpa di Kota Manado, Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, dan di Tempat Pendaratan Ikan Towo’e di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki luas mencapai 11.863,58 km2 terdiri dari lautan 11.126,61 km2 dan daratan 736,97 km2. Ibu kota berkedudukan di Tahuna secara keseluruhan jumlah keKabupaten Kepulauanan yang ada di Kabupaten Kepulauan ini berjumlah 105 keKabupaten Kepulauanan dengan rincian; 79 keKabupaten Kepulauanan yang tidak berpenghuni dan 26 Kabupaten Kepulauan berpenghuni.Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak antara 2° 4’ 13" – 4° 44’ 22" LU dan 125° 9' 28" - 125° 56' 57" BT dan posisinya terletak di antara Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan Kabupaten Kepulauanan Mindanao (Pilippina). Di perairan sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe banyak nelayan beroperasi dengan menggunakan berbagai alat tangkap terutama pancing ulur dan pajeko. Nelayan pancing ulur biasa beroperasi untuk menangkap ikan tuna ukuran ekspor yaitu yang berukuran > 20 kg. Daerah penangkapan sumberdaya tuna dengan alat penangkapan ikan pancing ulur terutama adalah di perairan sebelah selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe, sedangkan di perairan sebelah utara banyak terdapat sumberdaya ikan cucut. Makalah ini membahas penggunaan pancing ulur untuk menangkap ikan pelagis besar di perairan Laut
Sulawesi oleh nelayan di KeKabupaten Kepulauanan Sangihe pada tahun 2012 untuk mengetahui teknik pengoperasian, daerah penangkapan dan komposisi jenis hasil tangkapannya. POKOK BAHASAN Bahan dan Metoda Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat ukur yaitu meteran dan timbangan, kamera, buku identifikasi ikan, dan formulir penelitian. Data dan informasi mengenai aspek-aspek perikanan seperti karekteristik armada (dimensi kapal, mesin, alat tangkap, komposisi hasil tangkapan, dan lain-lain), daerah penangkapan, dan teknik pengoperasian alat tangkap menggunakan formulir perikanan pancing ulur dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan nelayan dan pemilik kapal pancing ulur. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan pancing ulur didapatkan dari hasil observasi yang dibantu oleh tenaga observer. Identifikasi jenisjenis ikan hasil tangkapan mengacu pada Carpenter dan Niem (1998) dan Anonim (2000) serta Itano (2004). Teknologi Pancing Ulur Tuna a. Armada Jenis armada pancing ulur tuna nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe menggunakan beberapa tipe kapal/perahu. Jumlah anak buah kapal bervariasi mulai 2 orang hingga belasan orang tergantung tipe perahu yang digunakan. Nelayan pancing ulur yang beroperasi di perairan sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe didominasi oleh nelayan pendatang (andon) dari Philippines. Jumlah hari operasi penangkapan bervariasi mulai dari 1 hari (one day fishing) sampai dengan 2 minggu. Armada pancing ulur nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari armada pamo dan pamboat (Gambar 1). Pamo terbuat dari bahan kayu adapun pamboat umumnya terbuat dari bahan kayu lapis. Pamo Pamo merupakan jenis kapal pancing ulur tuna dengan bentuk seperti kapal pada umumnya tetapi
61
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 : 61-65
dioperasikan untuk penangkapan ikan tuna dengan pancing ulur. Terdapat dua jenis ukuran pamo di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu pamo kecil dan pamo besar. Pamo kecil umumnya berukuran panjang x lebar x dalam 8,0 x 2,0 x 0,6 meter atau 3-4 GT menggunakan mesin dompeng 24 PK (1 cylinder) sebagai mesin utama. Pamo dilengkapi dengan 1 buah palkah untuk menampung hasil tangkapan dengan kapasitas 500 kg Anak buah kapal (ABK) berjumlah 2-3 orang. Jumlah hari penangkapan pamo umumnya adalah 3 hari per trip. Pamo besar umumnya berukuran e” 10 GT dengan ukuran panjang x lebar x dalam 16,0 x 3,6 x 1,2 meter, palka tersedia 4 lobang dengan kapasitas 10-15 ton. Jumlah ABK pamo ukuran besar adalah 8 orang. Jumlah hari penangkapan bisa mencapai 2 minggu per trip. Hasil tangkapan diawetkan dengan es, pamo ukuran kecil membawa es dari Tahuna atau Manganitu, sedangkan pamo ukuran besar membawa es dari Bitung. Pamboat Pamboat merupakan perahu yang dilengkapi dengan katir (semah) sebagai penstabil saat berlayar. Terdapat tiga jenis pamboat yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, yaitu
ukuran kecil, besar dan fuso. Pamboat ukuran kecil mempunyai dimensi panjang x lebar x dalam adalah 7,0 x 0,7 x 0,6 meter dengan jumlah ABK 1-2 orang. Mesin penggerak merek Ryu atau Honda 13-16 PK. Jumlah hari penangkapan hanya 1 hari (one day fishing) dengan waktu pemancingan mulai pagi hingga sore hari. Pamboat ukuran besar berukuran panjang x lebar x dalam 12 x 1,6 x 1,0 meter, mesin penggerak 16-22 PK dan jumlah ABK 4-5 orang per pamboat. Trip penangkapan 4–7 hari atau sampai persediaan es habis terpakai. Fuso merupakan istilah lokal untuk memyebut pamboat besar bermesin fuso. Kapal ini berfungsi sebagai kapal penampung hasil tangkapan dengan kapasitas muat sampai 10 ton (100-150 ekor per trip) ikan tuna. Fuso berukuran 22,0 x 5,0 x 2,0 meter dan membawa 10-11 pakura. Pakura adalah perahu kecil seperti kano bermesin 5-10 HP yang merupakan kelengkapan dari pamboat (fuso) untuk dioperasikan didaerah penangkapan. Ukuran pakura 2,5 x 0,7 x 0,2 dan diawaki oleh 1-2 orang pemancing, jadi jumlah ABK pamboat fuso biasanya sama dengan jumlah pamo yang dibawa oleh pamboat fuso. meter. Pakura bisa diawki oleh 1-2 orang nelayan pemancing ikan tuna. Jumlah hari operasi bisa mencapai 30 hari pertrip.
Gambar 1. Armada pancing ulur tuna berbasis di Sangihe. b. Alat Penangkapan Ikan Pancing ulur tuna terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: (1) gulungan tali, (2) tali pancing, (3) mata pancing, dan (4) pemberat (Subani, 1989). Nelayan Kabupaten Kepulauan Sangihe mengoperasikan pancing ulur di perairan sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe. Alat bantu
62
penangkapan yang digunakan adalah rumpon. Selain rumpon alat bantu penangkapan pancing ulur ikan tuna adalah ‘sabu-sabu’ yaitu sejenis cairan berwarna hitam dan yang menggunakan batu kali pada saat penurunan unit alat tangkap pancing ulur. Target utama pancing ulur tuna adalah madidihang (Thunnus albacares) dan tuna matabesar (T. obesus).
Teknologi Alat Penangkapan Ikan .... Berbasis di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Rahmat, E & A. Salim)
Proses pengoperasian pancing ulur tuna yang dipraktekkan oleh nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebgai berikut: setelah armada mencapai rumpon di daerah penangkapan, maka nelayan terlebih dahulu akan memancing ikan umpan dengan menggunakan pancing ulur dengan ukuran mata pancing kecil. Pancing ulur untuk menangkap ikan umpan biasa disebut sebagai pancing bira-bira. Jenis mata pancing yang digunakan adalah jenis mata pancing berkait balik nomor 12. Spesifikasi pancing bira-bira disajikan pada Gambar 2. Ada beberapa jenis ikan umpan yang biasa digunakan yaitu ikan layang, juwana cakalang, juwana tuna dan jenis ikan tongkol. Setelah mendapatkan ikan umpan penangkapan ikan tuna dilakukan dengan menggunakan pancing ulur khusus untuk tuna dengan ukuran tali dan mata pancing besar. Spesifikasi pancing ulur tuna seperti pada Gambar 3. Pancing ulur tuna dioperasikan pada siang hari yaitu mulai pagi hingga sore hari.
gulungan tali
senar PA no. 80
c. Alat Bantu Penangkapan Ikan Alat bantu penangkapan ikan tuna yang digunakan nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari: 1. Rumpon laut dalam atau biasa juga disebut sebagai payaos (Philipina) yang berfungsi sebagai pengumpul ikan. Pada umumnya, nelayan pancing ulur tuna Kabupaten Kepulauan Sangihe mengoperasikan pancingnya di sekitar rumpon mililk nelayan kapal pajeko (pukat cincin mini) Tahuna. Selain itu, Dinas Perikanan dan Kelautan setempat juga memberikan bantuan rumpon bagi nelayan pancing ulur. Jarak rumpon terdekat dari basis pendaratan di Pelabuhan Perikanan Tahuna sekitar 10 mil (2 jam) dari Tahuna, 122 mil ke arah selatan (P. Siau) 7 jam. 2. Sabu-sabu yaitu cairan yang berwarna hitam yang menyerupai zat tinta pada cumi-cumi, yang berfungsi untuk penarik/pemikat ikan tuna. 3. Batu kali berbentuk oval seperti buah mangga dengan ukuran sebesar kepalan orang dewasa atau berat sekitar ½ kg, berfungsi untuk mempercepat proses tenggelamnya umpan pancing ulur hingga kedalaman tertentu.
Swivel/kili-kili
d. Pengoperasian Alat Tangkap
pemberat (timah) 0,5 kg
Nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe mengoperasikan pancing ulur dengan target penangkapan ikan tuna ukuran ekspor yaitu ukuran e” 20 kg. Sebelum menangkap ikan target yaitu jenis ikan tuna yang berukuran besar dilakukan penangkapan ikan umpan yaitu jenis ikan layang, juwana tuna, tongkol dan juwana cakalang pancing bira-bira. Setelah hasil tangkapan ikan umpan dianggap sudah cukup, maka nelayan mulai memancing tuna menggunakan pancing ulur tuna. Ikan untuk umpan yang berukuran relatif besar dipotong-potong hingga berukutan 100-15 gram/ potong. Selain ikan umpan, pada mata pancing ulur tuna dikaitkan satu plastik kecil ukuran 20-30 mili liter beriasi sabu-sabu (cairan tinta cumi-cumi). Setelah itu pancing yang telah dipasang ikan umpan dan sabu-sabu, pada unjung tali pancing dekat mata pancing dikaitkan batu yang diikat dengan teknik khusus sehingga mudah lepas dengan kejutan tarik (disentak) saat mata pancing yang berumpan telah mencapai kedalaman tertentu (biasanya antara 100180 meter). Pada saat tarikan kejut tersebut, plastik sabu-sabu juga pecah dan cairan sabu-sabu akan tumpah dan membuat air di sekitar umpan menjadi hitam.
kawat stainlis 4 mm
Swivel/kili-kili
10 m
mata pancing no 12 dan umpan palsu
Gambar 1. Disain pancing ulur ikan umpan (bira-bira)
gulungan tali
senar PA no. 130-150
Swivel/kili-kili
pemberat (timah) 0,8 – 1,0 kg
60 cm
senar PA no. 90-100 Swivel/kili-kili
15 m
5 cm mata pancing no 5 dan ikan umpan
3 cm
Gambar 2. Disain pancing ulur ikan tuna
63
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 : 61-65
Cairan sabu-sabu atau cairan tinta yang tumpah tersebut menarik perhatian ikan tuna untuk mendekat karena menganggap ada cumi-cumi yang sedang berada disekitar umpan yang telah terkait pada mata pancing ulur. Cumi-cumi merupakan jenis ikan yang sangat digemari tuna sebagai mangsa. Dengan mendekatnya tuna ke sekitar pancing, maka mempecepat proses pemangsaan umpan pancing. e. Daerah Penangkapan Daerah penangkapan pancing ulur tuna terutama di perairan sebelah selatan dan barat daya, daerah penangkapan perairan sebelah utara Kabupaten Kepulauan Sangihe didominasi ikan cucut (Gambar 4). Di perairan sebelah Utara KeKabupaten Kepulauanan Lipang dan KeKabupaten Kepulauan Talaud jenis ikan tuna yang tertangkap mempunyai kisaran bobot 30-40 kg per ekor, sedangkan di sebelah selatan dan barat daya KeKabupaten Kepulauanan Sangihe, banyak ikan tuna yang tertangkap dengan kisaran bobot 70-100 kg per ekor.
Sedangkan apabila operasi penangkapan berlangsung lebih dari 1 hari maka isi perut dan insang ikan tuna hasil tangkapan dikeluarkan sebelum ikan tuna tersebut disimpan di dalam palkah. Ikan hasil tangkapan biasanya di bawa ke Pelabuhan Tahuna atau langsung di bawa ke Philipina untuk dipasarkan. Ikan tuna hasil tangkapan yang di bawa ke Philipina biasanya dalam keadaan utuh. Perjalanan pergi dan pulang dari perairan sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe ke Philipina adalah selama 2-3 hari. Sedangkan ikan tuna yang dipasarkan ke Kota Bitung, biasanya isi perut dan insangnya dikeluarkan terlebih dahulu. g. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur tuna terdiri dari tuna madidihang, cakalang tenggiri lemadang dan barakuda. Namun demikian perahu pancing ulur tuna juga mendaratkan ikan-ikan jenis layang malalugis dan tongkol hasil tangkapan pancing bira-bira. Secara keseluruhan hasil tangkapan ikan yang didaratkan oleh perahu pancing ulur tuna terdiri dari madidihang, cakalang, tenggiri, barakuda, malalugis dan tongkol dengan komposisi sebagaimana disajikan pada Gambar 5. KESIMPULAN
Gambar 4. Posisi rumpon sebagai daerah penangkapan ikan pelagis besar di perairan sekitar Kabupaten Kepulauan Sangihe. f. Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Ikan hasil tangkapan disimpan di dalam palkah dengan bahan pengawet es balok yang telah dipotongpotong menjadi bagian kecil. Apabila operasi penangkapan hanya berlangsung selama 1 hari (one day fishing) maka ikan tuna yang berhasil tertangkap disimpan dalam palkah dalam bentuk gelondongan tanpa dikeluatkan isi perut dan insangnya.
64
1. Armada pancing ulur tuna yang berbasis di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 3 jenis yaitu pamo, pamboat dan fuso. 2. Pancing ulur yang digunakan pada perikanan tuna ada dua jenis yaitu pancing bira-bira untuk menangkap ikan umpan dan pancing ulur tuna yang berukuran tali dan mata pancing besar. 3. Daerah penangkapan pancing tuna adalah perairan sebelah selatan dan barat daya Kabupaten Kepulauan Sangihe. 4. Pancing ulur tuna dioperasikan dengan alat bantu penangkapan rumpon dalam yang dikombinasikan dengan cairan sejenis tinta yang disebut sabusabu. 5. Jenis tuna yang tertangkap terutama adalah madidihang. PERSANTUNAN Tulisan ini merupakan bagian dari hasil kegiatan Penelitian Distribusi dan Kelimpahan Sumberdaya Ikan Pelagis Besar di WPP-716 Laut Sulawesi dan WPP-712 Laut Jawa Tahun Anggaran (TA) 2012 Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta.
Teknologi Alat Penangkapan Ikan .... Berbasis di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Rahmat, E & A. Salim)
FEB 51,3
MAR
APR
35,3
51,3
29,6 280
252 375,7
585,3 585,3
375,7 477
MEI 107
JUN
253
210
69,5
311,6
111 69,5 115,3 165
150
464,6
Gambar 5. Komposisi hasil tangkapan yang didaratkan armada pancing ulur tuna di Pelabuhan Perikanan Tahuna periode bulan Februari-Juni 2012. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000. The Living Marine Resources of The Western Central Fasific. Volume 6. Bony fishes part 4 (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals). FAO Species Identification Guide For Fishery Purposes. ISSN 1020-6868: 3721-3764 p. Carpenter, K.E. & V.H. Niem. 1998. FAO Species identification guide for fishing purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Vol. 2. Cephalopods, crustaseans, holoturians and sharks. FAO, Rome: 1194-1366.
Itano, David G. 2004. Buku Panduan untuk Identifikasi Ikan Madidihang dan Tuna Matabesar dalam Keadaan Segar. Pelagic Fisheries Research Program. University of Hawai. JIMAR. Honolulul, Hawaii USA. p. 28. (Unpublish). Subani, W. & H.R. Barus, 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia (Fishing Gears for Marine Fish and Shrimp in Indonesia). Jurnal Penelitian Perikanan Laut (Edisi Khusus) No. 50. 248 p.
65
BTL. Vol.11 No. 2 Desember 2013 :
66