PANCASILA Modul ke:
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Nurohma, S.IP, M.Si Fakultas
FASILKOM Program Studi
Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
ABSTRACT Menjelaskan Pengertian, Ciri karakter, cabang Filsafat dan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.
KOMPETENSI Mahasiswa mampu memahami pengertian, ciri karakter dan cabang filsafat serta Pancasila sebagai sistem filsafat.
Pendahuluan • Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tunttan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. • Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah konflik internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia.
Pendahuluan • Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “ di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilainilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.
Pengertian Filsafat • Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani,(philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, inteligensi (Bagus, 1996:242). Dengan demikian “philosophia” secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan juga dikenal dalam bahasa Inggris, wisdom. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia. • istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh Pythagoras (572 -497 SM) untuk menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan kebijaksanaan itu sendiri.
Pengertian Filsafat • Secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut sebagai usaha berpikir radikal, menyeluruh, dan integral, atau dapat dikatakan sebagai suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. • Sejak kemunculannya di Yunani, dan menyusul perkembangan pesat ilmu pengetahuan, kedudukan filsafat kemudian dikenal sebagai The Mother of Science (induk ilmu pengetahuan). • Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai sebuah pencarian. Arti ini menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terusmenerus harus mengejarnya.
Ciri Karakter Filsafat • Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah: 1) sistematis, 2) mendalam, 3) mendasar, 4) analitis, 5) komprehensif, 6) spekulatif. 7) representatif, dan 8) evaluatif. • Aliran Filsafat meliputi: (1). Rasionalisme (2). Idealisme (3). Positivisme (4). Eksistensialisme (5). Hedonisme (6). Stoisme (7). Marxisme (8). Realisme (9). Materialisme (10). Utilitarianisme (11). Spiritualisme (12). Liberalisme.
Cabang Filsafat Filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama, yaitu: • Metafisika; cabang filsafat segala sesuatu yang mempelajari asal mula-ada dan yang mungkin-ada. Metafisika terdiri atas metafisika umum (ontologi), yaitu ilmu membahas segala sesuatu yang-ada, dan metafisik khusus (teodesi) yang membahas adanya Tuhan, (kosmologi) yang membahas adanya alam semesta, dan (antropologi metafisik) yang membahas adanya manusia • Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan. Dalam epistemologi, terkandung pertanyaanpertanyaan mendasar tentang pengetahuan seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu yang kita percaya dapat diketahui, dan apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan yang dianggap benar.
Cabang Filsafat • Aksiologi; cabang filsafat yang menelusuri hakikat nilai.Dalam aksiologi terdapat etika yang membahas hakikatnilai baik-buruk, dan estetika yang membahas nilai-nilai keindahan. Dalam etika, dipelajari dasar-dasar benar-salah dan baik-buruk dengan pertimbangan-pertimbangan moral secara fundamental dan praktis.Sedangkan dalam estetika, dipelajari kriteria-kriteria yang mengantarkan sesuatu dapat disebut indah. • Logika; cabang filsafat yang memuat aturan-aturan berpikir rasional. Logika mengajarkan manusia untuk menelusuri struktur-struktur argumen yang mengandung kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan manusia berdasarkan bukti-buktinya. Bagi para filsuf, logika merupakan alat utama yang digunakadalam meluruskan pertimbangan-pertimbangan rasional mereka untuk menemukan kebenaran dari problemproblem kefilsafatan.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat • Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia mengandung pengertian sebagai hasil perenungan mendalam dari para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika berusaha menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya didirikan negara Republik Indonesia. Hasil perenungan itu secara resmi disahkan bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. • Kelima dasar atau prinsip yang terdapat dalam sila-sila Pancasila tersebut merupakan satu kesatuan bagian-bagian sehingga saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu sehingga dapat disebut sebagai sistem.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat • Pengertian suatu sistem, sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 66) dari Shrode dan Don Voich memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) suatu kesatuan bagian-bagian; 2) bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri; 3) saling berhubungan, saling ketergantungan; 4) kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem); dan 5) terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. • Sehingga sebagai filsafat, pancasila memiliki karasteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, di antaranya: Pertama, sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistim yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila. Kedua, susunan pancasila dengan suatu sistim yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan bahwa:
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat • Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwa: sila 2, 3, 4, dan 5. • Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai sila 3,4, dan 5. • Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan menjiwa sila 4 dan 5. • Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari dan menjiwai sila 5. • Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4. Dari karakteristik ini maka Pancasila sebagai sebuah sistem filsafat diartikan sebagai; Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/ permanen/ primer; Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri; Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat • Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang semua itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistemsistem filsafat lain yang ada di dunia, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan lain sebagainya. • Hal ini yang kemudian menjadi Prinsip-Prinsip dalam Pancasila sebagai sistem filsafat yang bila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat • Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri; . • Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal); • Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka; serta • Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Terima Kasih Nurohma, S.IP, M.Si