Pamor Batik pun Ada di Buaran
humas pemkab pekalongan
Para perajin sedang membuat kain batik cap.
Memasuki gapura pintu gerbang Kabupaten Pekalongan di belahan timur –berdekatan dengan wilayah Kota Pekalongan, tentunya bisa dilihat puluhan toko batik khas pesisir yang berderet rapat. Maklum, di kawasan Desa Simbang Kulon, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan ini, sejak lama dikenal sebagai sentra industri batik. Para perajin yang menyebar di kampung atau gang-gang Desa Simbang Kulon, itu boleh disebut sangat cerdas dalam menangkap pasar. “Untuk batik khas Pekalongan, khususnya produksi dari desa-desa di Kecamatan Buaran, khususnya di Desa Simbang Kulon memang memiliki pangsa pasar khusus, yaitu pangsa pasar kalangan menengah ke bawah,” ujar Kunainah, 37 tahun, perajin batik yang juga me milik toko “Batik Pusoko” di Simbang Kulon.
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
REPRO INTERNET
Perajin sedang mencuci kain batik untuk menghilangkan malam.
43
Kaprahnya batik pesisir, Batik Pekalongan memang kental dengan ragam hias yang berkarakter naturalis. Inilah yang tentunya disajikan oleh para perajin di sentra bantik Buaran. Di sentra batik Buaran tersebut setidaknya juga membuat pamor Kabupaten Pekalongan sebagai sebagai Kota Santri yang berkarakter tradisi pembatik semakin terbukti. Menurut Kunainah, batik yang dibuat oleh perajin di Buaran kebanyakan menggunakan teknik printing atau sablon. ”Memang kalau di Buaran ini, produk batik terbanyak dengan menggunakan teknik sablon. Untuk motif ber gantung pada selera pasar,” ujar Musa, 45 tahun,
REPRO INTERNET
Sejumlah kain batik yang siap dipasarkan.
perajin batik di Simbang Kulon, Buaran.
Membidik Pangsa Pasar Kaum Muda Adalah
”Qun
Joyo”,
nama
perusahaan batik yang berada di wilayah Desa Simbang Kulon, Kecamatan
Buaran,
Kabupaten
Pekalongan. Pengusaha batik ini merupakan salah satu di antara sekian banyak pengusaha batik yang ada di sentra batik Buaran. Pemilik usaha batik ini adalah Kaffa, 36 tahun. Pemuda yang tergolong cukup cerdas dan kreatif ini seolah berhasil mengurai kebekuan pasar batik, khususnya jenis kaos. Nah, sejak lima tahun silam, persisnya pada 2007, Kaffa yang membuka usaha batik kaos di Jalan K.H. Wahab I No.339 Simbang Kulon itu mulai memutar otak untuk membuat REPRO INTERNET
Kaos batik dengan gambar klub sepakbola dunia.
44
batik sablon alias printing di media kain kaos.
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
Sasaran pangsa pasarnya? Kaffa dengan penuh optimistis membidik kalangan anak muda. ”Bagi saya, anak muda itu suka motif yang lagi ngetrend, misalnya motif bergambar logo klub-klub sepakbola dunia dari Inggris, Spanyol, maupun dari Itali. Inilah yang saya jadikan pasar adalan,” kata Kaffa. Lantas kenapa memilih batik dengan menggunakan teknik sablon? Dengan alasan yang realistis, Kaffa mengatakan bahwa usaha yang digerakkannya tentu hanya
REPRO INTERNET
memfokuskan soal harga yang bisa terjangkau.
Kaos batik lainnya yang juga bermotif klub sepakbola.
”Kalau bicara tentang harga jual, jawabannya
disablon, hasil produk batiknya bisa tahan
hanya satu, bagaimana caranya produk itu
lama? Nah, kalau dikatakan dengan logika
laku dengan harga yang sangat terjangkau. Ya,
sederhananya, batik yang menggunakan
anak-anak muda itu kan tidak banyak duitnya,”
sablon memang lama kelamaan akan memudar
terang Kaffa menambahkan.
warnanya. ”Jangankan menggunakan sablon,
Dengan kata lain, Kaffa berkeinginan
batik tulis pun kalau sudah lama dipakai akan
membuat karya batik dengan jargon; murah
memudar warnanya,” papar Kaffa yang asli
meriah dan berkualitas. Apakah dengan cara
Desa Simbang Kulon itu.
Produksi Batik Ramah Lingkungan Membuat
batik
dengan
multimotif dan bergaya selera sesuai dengan ka rakter budaya masyara katnya, memang menyi sakan persoalan yang cu kup serius, yakni masalah limbah buangan dari hasil membatik itu. Residu dari zat pewarna, setidaknya memang harus dibuang. Salah satu tempat pem buangannya tidak lain ada lah ke saluran sungai. Nah, masalah pence REPRO INTERNET
Salah satu karya kain batik yang ramah lingkungan.
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
maran lingkungan inilah yang
perlu
mendapat
45
’bonus besar’ yakni diberi kesempatan untuk mengekspor produksi ke luar negeri. Pasar mancanegara,
khususnya
negara-negara
eropa, menurut Arief, memang lebih memilih produk batik dengan warna alamiah. Untuk program itu telah diwujudkan lewat hasil kerja sama dengan The German-Indonesia Chamber of Industry and Commerce (Ekonid) –kamar dagang dan industri Jerman Indonesia serta Pusat Produksi Bersih Nasional. ”Para industri REPRO INTERNET
Salah satu aktivitas CBI (Clean Batik Inisiative).
kecil
batik
memang
dilakukan
penilaian tentang upaya mereka meredam dampak limbah terhadap lingkungan hidup,” jelas Arief yang juga pengusaha batik dengan
perhatian tersendiri dari banyak pihak. Di Kabupaten
Pekalongan,
masalah
label ”Batik Tuntang Sari” itu.
limbah
Sebenarnya bila menyimak tentang sejarah
industri batik menjadi perhatian yang sangat
perbatikan di Pekalongan, pemakaian warna
khusus. Itulah karenanya, agenda rutin yang
secara alami sudah dilakukan sejak ratusan
dilaksanakan adalah memberikan pelatihan dan
tahun silam. Ya, boleh dibilang bahan-bahan
pembinaan tentang memproduksi batik yang
alami yang dibuat membatik tersebut sudah
ramah lingkungan. Dan, program pelatihan
menjadi warisan para leluhur. ”Saat ini pasar
tersebut bernama Clean Batik Inisiative (CBI)
di negara-negara Eropa dan Amerika banyak
Apa saja program CBI itu? Di antara yang utama adalah program pelatihan memakai
yang memesan batik dengan warna alami itu,” terang Arief, menambahkan.
bahan pewarna batik secara alami. Artinya, de
Industri batik dengan konsep ramah ling
ngan menggunakan bahan-bahan alami, maka
kungan, bagi para pengusaha batik di Kampung
penekanan pada pencemaran lingkungan bisa
Batik Kemplong dan sentra batik di kawasan
diminimalisir. ”Dengan menggunakan zat pe
Buaran, selama ini memang terus dilakukan.
warna dari bahan alami tentunya limbah
”Industri batik dengan menggunakan bahan-
yang dihasilkan bisa menekan pencemaran,”
bahan alami yang mengarah pada industri
kata Konsultan Teknik CBI, Muhammad Arief
ramah lingkungan, sampai saat ini masih terus
Fatkhuriza.
dipegang oleh para perajin di Kampung Batik
Yang lebih penting, terang Arief, bagi
Kemplong,” tutur D.A. Failasuf S.E., Ketua
para produsen batik yang memakai bahan-
Paguyuban Batik Kemplong yang juga pemilik
bahan produksi dari zat alami memperoleh
usaha ”Batik Pesisir” itu.
TRADISI TENUN KAIN PALEKAT Tradisi membuat kain batik yang sudah
budaya asli dalam membikin kain tenun atau
dilakukan masyarakat Kabupaten Pekalongan
kain palekat. Pembuatan kain tenun tersebut
sejak ratusan tahun lalu, tepatnya awal Abad
sejak awal memang banyak dijadikan sebagai
XVIII ternyata juga bersentuhan dengan seni
bahan produk sarung jenis palekat.
46
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
REPRO INTERNET
Motif kain palekat dengan warna yang menarik. Sarung yang secara umum merupakan pakaian khas bagi masyarakat Indonesia itu, dalam lembaran sejarah diungkapkan bahwa daerah Pekalongan adalah salah satu kota yang disebut-sebut sebagai pioner dalam memproduksi sarung, khususnya sarung palekat. Khas dan beda. Tentu, inilah yang menjadi ciri utama sarung-sarung buatan masyarakat di pesisir Pantai Utara (Pantura) itu. Selain batik yang telah menjadi ikon masyarakat Pekalongan, kain sarung juga mengukuhkan sebagai ‘simbol’ budaya ma syarakat
Pekalongan
secara
keseluruhan,
–baik di wilayah kota maupun masyarakat di
REPRO INTERNET
kabupaten. Lazimnya, kain sarung memang
Salah satu produk kain palekat yang cukup digemari konsumen.
memunyai motif garis-garis atau kotak-kotak
yang khusus dipakai untuk kemeja, misalnya,
yang tergambar secara vertikal atau horizontal.
memiki anekamotif. Motif-motif tersebut
Dalam perkembangannya, kain palekat
seperti motif bunga atau motif dedaunan.
tidak hanya sekadar dipergunakan sebagai
Demikian pula, dalam pekembangannya
bahan pakaian bawahan atau sarung, tapi juga
kain palekat tidak cuma dijadikan sarung
dibuat juga sebagai bahan kemeja, kebaya atau
dengan motif kotak-kotak atau bergaris-garis
bahkan celana panjang. Kain-kain palekat
geometris, motif-motif lain yang lagi digemari
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan
47
Cashuri memaparkan, dari ungkapan seja rah yang ada, tradisi membuat kain palekat tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Pekalongan sejak Tahun 1800. Kala itu, warga pendatang dari etnis Cina mengawali dengan membuat kain polos dari bahan tenunan benang kapas. Kain-kain polos itu kemudian dibatik dan menghasilkan batik pesisir khas Pekalongan, di antaranya yang kesohor batik jlamprang. Dalam perkembangannya, terang Cashuri, REPRO INTERNET
Produk pakaian wanita dari kain palekat. juga dilahirkan, di antaranya adalah motif sulur, songket, dobby, jacquard, dan sebagainya. Industri pertenunan kain palekat, sejak lama memang menjadi andalan komoditi Kabupaten Pekalongan. Meski dalam perkem bangannya sempat mengalami pasang surut seiring dengan dampat perekonomian global. “Kalau ngomong soal sarung palekat, ya tempatnya di Kabupaten Pekalongan. Para perajin kain palekat di kabupaten ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu,” kata Cashuri S.H., 49 tahun, tokoh warga Kajen yang juga anggota DPRD Kabupaten Pekalongan.
kain-kain polos hasil tenunan itu tidak hanya dibuat sebagai kain batik saja, tapi produkproduksi kain palaket pun tumbuh mengiring inya. Kisah tentang kain palekat yang diutarakan Cashuri ini sepertinya dibenarkan oleh Tuti Harmonis S.E.. M.M, 48 tahun, tokoh masyarakat Tirto. Bagi Tuti, kain palekat seolah memang identik dengan Kabupaten Pekalongan. Perempuan yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan ini, mengatakan bahwa kain palekat di tengahtengah masyarakat Kabupaten Pekalongan, khususnya seperti busana ’kebesaran’. ”Seba gai Kota Santri, kayaknya kok pas kalau kain palekat atau kain sarung menjadi pakaian resmi masyarakat,” ujar Tuti.
Berbahan dari Serat Jong dan Ciam Pembuat kain palekat atau kain bakalan batik (kain polos), tentunya bahan baku utamanya adalah benang. Dari benang yang sebelumnya dipintal untuk menjadi selembar kain itu, memang berasal dari beberapa serat, seperti serat pohon nanas, kapas, dan sebagainya. Nah, kain-kain tenunan yang dibuat oleh masyarakat Kabupaten Pekalongan, dulunya menggunakan bahan dari pohon Jong, yakni sejenis pohon pisang.
48
Dari pohon jong itulah, masya rakat Pekalongan sejak Tahun 1600 mampu memintalnya dan kemudian membuat karya agung; sebuah kain untuk bahan pakaian. ”Dalam sejarah disebutkan bahwa warga
dari
Kecamatan
Desa
Pekajangan,
Kedungwuni
yang
memelopori membuat kain tenun REPRO INTERNET
Kain palekat biasanya menggunakan bahan serat kapas atau jong.
Potret Sisikmelik Kabupaten Pekalongan