4/23/2015
Pajak Penghasilan Pasal 21
Presented and Designed by M. Marthadiansyah
Apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 21 ?
PAJAK ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN
PEKERJAAN ATAU JABATAN - JASA DAN KEGIATAN , YG DILAKUKAN SP ORANG PRIBADI (Dalam Negeri) -
1
4/23/2015
Pemotong PPh Pasal 21
Pemberi kerja (OP/Badan, Cabang/Perwakilan/Unit) Bendahara/Pemegang Kas Pemerintah (Pusat/Daerah) Dana Pensiun,Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/Tenaga Kerja, berkaitan dengan uang pensiun/JHT/THT Penyelenggara Kegiatan (Badan Pemerintah, Organisasi, Perkumpulan, OP serta lembaga lainnya)
Yang membayarkan gaji/tunjangan/honorarium/imbalan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan yang dilakukan oleh WP OP DN
Dikecualikan sebagai Pemotong PPh Pasal 21
Kantor Perwakilan Negara Asing
Organisasi Internasional yang dikecualikan sebagai Subjek Pajak PPh
OP sebagai pemberi kerja yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas
2
4/23/2015
Objek PPh Psl 21
Penghasilan berupa gaji, tunjangan, honorarium, upah, komisi, atau imbalan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan/jasa/kegiatan yang dilakukan oleh OP sebagai SP DN
TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21
PENGHASILAN PEMBAYARAN MANFAAT ATAU SANTUNAN ASURANSI DARI PERUSAHAAN SEHUBUNGAN DGN ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA PENERIMAN DLM BENTUK NATURA DAN/ATAU /KENIKMATAN DLM BENTUK APAPUN YG DIBERIKAN OLEH WAJIB PAJAK ATAU PEMERINTAH, KECUALI YG DIBAYARKAN OLEH WP YANG PH-NYA DIKENAKAN PPh FINAL/YG MENGGUNAKAN DEEMED PROFIT IURAN PENSIUN YANG DIBAYARKAN KEPADA DANA PENSIUN YG PENDIRIANNYA TLH DISAHKAN MENKEU,IURAN TUNJANGAN HARI TUA ATAU IURAN JAMINAN HARI TUA KEPADA BADAN PENYELENGGARA TUNJANGAN HARI TUA/JAMSOSTEK YANG DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA ZAKAT YG DITERIMA OLEH ORANG PRIBADI YG BERHAK DARI BADAN/ LEMBAGA AMIL ZAKAT YG DIBENTUK ATAU DISAHKAN PEMERINTAH, ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YG SIFATNYA WAJIB BAGI PEMELUK AGAMA YG DIAKUI DI INDONESIA YG DITERIMA OLEH ORANG PRIBADI YG BERHAK DARI LEMBAGA KEAGAMAAN YG DIBENTUK ATAU DISAHKAN PEMERINTAH BEASISWA YG DITERIMA WNI DLM RANGKA MENGIKUTI PENDIDIKAN DI DLM/LUAR NEGERI PADA TK PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH & TINGGI DGN SYARAT PEMBERI DGN PENERIMA BEASISWA TDK MEMPUNYAI HUB. ISTIMEWA 6
3
4/23/2015
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Pegawai :Pegawai Tetap/Tidak Tetap Bukan Pegawai Anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama Mantan pegawai Peserta kegiatan: perlombaan, rapat, sidang, konferensi, anggota kepanitian, pendidikan dan pelatihan, dan kegiatan lainnya
PEGAWAI TETAP : PEGAWAI YG MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DLM JUMLAH TERTENTU SECARA TERATUR, TERMASUK ANGGOTA DEWAN KOMISARIS & ANGGOTA DEWAN PENGAWAS, SERTA PEGAWAI YG BEKERJA BERDASARKAN KONTRAK UTK SUATU JANGKA WAKTU TERTENTU YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN DALAM JUMLAH TERTENTU SECARA TERATUR.
PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS: PEGAWAI YG HANYA MENERIMA PENGHASILAN APABILA PEGAWAI YBS BEKERJA, BERDASARKAN JUMLAH HARI KERJA, JUMLAH UNIT HASIL PEKERJAAN YG DIHASILKAN ATAU PENYELESAIAN SUATU JENIS PEKERJAAN YANG DIMINTA OLEH PEMBERI KERJA
4
4/23/2015
Bukan Pegawai
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas: pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris Pemain musi, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film/sinetron/iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, penari, pemahat, pelukis, seniman lainnya Olahragawan Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderator Pengarang, peneliti, dan penerjemah Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, komputer, telekomunikasi, eletronika, fotografi, ekonomi, dan sosial Agen iklan Pengawas atau pengelola proyek Agen perantara Petugas penjaja barang dagangan Petugas dinas luar asuransi Distributor perusahaan MLM/direct selling/yang sejenisnya
Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-rang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar jabatan/pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakukan timbal balik Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan menteri keuangan, yang bukan WNI dan tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
5
4/23/2015
Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang (yg bersifat non final) Pegawai: Pegawai Tetap/Tidak Tetap Penerima Pensiun Berkala Bukan Pegawai Peserta Kegiatan Penerima Penghasilan Lainnya
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap (1 Tahun) Total Penghasilan bruto: Gaji, tunjangan, dan imbalan lain selama 1 tahun takwim (Januari s.d Desember)
Dikurangi: Biaya jabatan : 5% x ph bruto, maksimal Rp 6 jt/ th atau Rp 500 ribu/ bulan Iuran Pensiun/ JHT/ THT yg dibayar sendiri
Penghasilan Netto 1 Tahun
PPh Pasal 21 terutang 1 tahun
Dikalikan Tarif Pasal 17 UU PPh
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
6
4/23/2015
Tarif Pasal 17 UU PPh untuk Pemotongan PPh Pasal 21 Lapisan PKP
Tarif Pajak
s.d Rp 50 juta
5%
> Rp 50 juta s.d Rp 250 juta
15%
> Rp 250 juta s.d Rp 500 juta
25%
> Rp 500 juta
30%
Penerima Ph yang belum memiliki NPWP, dikenakan tarif PPh lebih tinggi sebesar 20% dari tarif berlaku
Kondisi awal th takwim
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Untuk diri WP OP
Rp 24.300.000
Tambahan untuk status kawin
Rp 2.025.000
Tambahan untuk tanggungan, per orang (Keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat)
Rp 2.025.000
Maksimal 3 orang Bagaimana PTKP Wanita Kawin ?
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap (per Bulan) Total Penghasilan bruto: Gaji, tunjangan, dan imbalan lain yang teratur selama 1 bulan
Dikurangi: Biaya jabatan : 5% x ph bruto, maksimal Rp 500 ribu Iuran Pensiun/ JHT/ THT yg dibayar sendiri per bulan
Penghasilan Netto 1 bulan Dikurangi PTKP
x 12 PPh Pasal 21 terutang 1 tahun Dibagi 12
Dikalikan Tarif Pasal 17 UU PPh
Penghasilan Kena Pajak
7
4/23/2015
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap (Jasa Produksi/Bonus/THR) Total Penghasilan bruto: Gaji, tunjangan, dan imbalan lain selama 1 tahun takwim (Januari s.d Desember), termasuk Bonus/THR/Jasprod
Dikurangi: Biaya jabatan : 5% x ph bruto, maksimal Rp 6 jt/ th atau Rp 500 ribu/ bulan Iuran Pensiun/ JHT/ THT yg dibayar sendiri
Penghasilan Netto 1 Tahun PPh Psl 21 terutang atas gaji/tunj dan Bonus/THR
Dikalikan Tarif Pasal 17 UU PPh
Dikurangi PPh Psl 21 atas Gaji dan tunjangan lain tanpa bonus/THR
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
PPh Psl 21 atas bonus/THR/Jasprod
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Penerima Pensiun Berkala Total Penghasilan bruto: Uang Pensiun selama 1 bulan
Dikurangi: Iuran Pensiun: 5% x ph bruto, maksimal Rp 200 ribu per bulan/ Rp 2,4 juta per tahun
Penghasilan Netto 1 bulan x 12
PPh Pasal 21 terutang 1 tahun Dibagi 12
Dikurangi PTKP
Dikalikan Tarif Pasal 17 UU PPh
Penghasilan Kena Pajak
8
4/23/2015
PPh Pasal 21: Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 6.000.000 Dikali 12
Upah/Uang Saku Harian ≤ 200.000
>200.000, maks.2,025jt Dikurangi 200.000
Dikurangi PTKP Setahun Penghasilan Kena Pajak
Tidak Dipotong Dipotong 5% Upah kumulatif sebulan > Rp2,025 jt 5% X ( upah – (harikerja X PTKP/360))
Dikenakan Tarif Ps 17 PPh Ps 21 Setahun Dibagi 12 PPh Pasal 21 Sebulan
Penghitungan PPh Pasal 21: Bukan Pegawai Atas Imbalan Berkesinambungan Memiliki NPWP dan Hanya Menerima Penghasilan Dari Pemotong Pajak Yang Bersangkutan Tarif Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif Penghasilan Kena Pajak PKP adalah 50% x Penghasilan Bruto Dikurangi PTKP per bulan
Tidak Punya NPWP Atau Menerima Penghasilan Dari Selain Pemotong Pajak Yang Bersangkutan Tarif Pasal 17 (20% lebih tinggi) x 50% x Jumlah Kumulatif Penghasilan Bruto
9
4/23/2015
PPh Pasal 21 : Bukan Pegawai
Atas Imbalan Yang Tidak Bersifat Berkesinambungan
TARIF PS. 17 x 50% x PENGHASILAN BRUTO
PPh Pasal 21: Peserta Kegiatan TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
10
4/23/2015
PPh Pasal 21: Mantan Pegawai, Dewan Komisaris/Pengawas, Penarikan Dana Pensiun oleh Peserta yg masih berstatus pegawai TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO KUMULATIF
Penghitungan PPh Pasal 21 Terutang (yg bersifat final) • Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus
• Manfaat pensiun, JHT/THT yang dibayarkan sekaligus • Imbalan kepada Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang dananya berasal dari APBN/D
11
4/23/2015
PPh Pasal 21 : Pesangon yang dibayarkan sekaligus Penghasilan Bruto Sampai dengan Rp 50 juta
Tarif PPh Tidak dipotong PPh 21
Di atas 50 juta s.d 100 juta
5%
Di atas 100 juta s.d 500 juta
15%
Di atas 500 juta
25%
Pembayaran sekaligus: Pembayaran sebagian atau seluruhnya yang dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun kalender
PPh Pasal 21 : Manfaat Pensiun, JHT/THT yang dibayarkan sekaligus Penghasilan Bruto Sampai dengan Rp 50 juta Di atas 50 juta
Tarif PPh Tidak dipotong PPh 21 5%
12
4/23/2015
Manfaat Pensiun : Pembayaran sebanyak-banyaknya 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan sekaligus pada saat pegawai sebagai peserta pensiun atau meninggal dunia Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah tertentu yang ditetapkan dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan yang dibayarkan secara sekaligus Pengalihan uang manfaat pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa
Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan lainnya berupa honorarium atau imbalan lain selain penghasilan yang tetap dan teratur Diterima oleh Pejabat Negara/ PNS/ anggota TNI/POLRI dan pensiunannya
Penghasilan Bruto yg dibayarkan x tarif
Tarif 0%
Yg menerima PNS gol. I/II Anggota TNI/POLRI pangkat Tamtama dan Bintara
Tarif 5%
Yg menerima PNS gol. III Anggota TNI/POLRI pangkat perwira pertama
Tarif 15%
Yg menerima PNS gol. IV Anggota TNI/POLRI pangkat perwira menengah/ tinggi
13
4/23/2015
Pajak Penghasilan Pasal 22
Pemungut PPh Pasal 22
Bendahara Pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang Badan-Badan tertentu untuk memungut pajak dari WP yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong mewah
Pasal 22 UU PPh 1984, PMK-154/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK-146/PMK.011/2013, PMK-253/PMK.03/2008
14
4/23/2015
Objek Pemungutan PPh Pasal 22
Atas kegiatan impor barang Atas transaksi pembelian barang oleh Badan Pemerintah atau Badan/Instansi tertentu yang ditunjuk Atas penjualan BBM, bahan bakar gas dan pelumas oleh produsen atau importir Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan usaha industri tertentu (semen, kertas, baja, otomotif, farmasi) Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir umum kendaraan bermotor Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau ekportir yang bergerak di sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah
Pasal 22 UU PPh 1984, PMK-154/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PMK-146/PMK.011/2013, PMK-253/PMK.03/2008
PPh Pasal 22 : Impor Barang
Dengan API
2,5% x Nilai Impor
Impor kedelai, gandum, tepung terigu
0,5% x Nilai Impor
Tanpa API
7,5% x Nilai Impor
Tidak dikuasai
7,5% x Nilai Impor
Nilai Impor =( CIF + Bea Masuk + Pungutan lainnya cfm UU Kepabeanan )
15
4/23/2015
PPh Pasal 22 atas impor barang, dipungut dengan cara penyetoran langsung ke kas negara oleh : Importir yang bersangkutan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Dibayar bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk
PPh Pasal 22 : Pembelian Barang Bendahara pemerintah/lembaga negara, dan BUMN
1,5% x Harga Pembelian (tanpa PPN)
BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang untuk keperluan keg. usahanya, meliputi: PT Pertamina, PT PLN, PT Perusahaan Gas Negara, PT Telekomunikasi Indonesia, PT Garuda Indonesia, PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, PT Adhi Karya, PT Hutama Karya, PT Krakatau Steel, dan Bank BUMN
Dipungut pada saat pembayaran, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final dan dapat menjadi kredit pajak bagi WP yang dipungut
16
4/23/2015
PPh Pasal 22 : Penjualan BBM, BBG, Pelumas
Dipungut oleh Produsen atau importir BBM, BBG, Pelumas Jenis Produk
Tarif PPh
BBM (Penjualan kepada SPBU umum Pertamina)
0,25% x Penjualan (tanpa PPN)
BBM (Penjualan kepada SPBU umum nonPertamina)
0,3% x Penjualan (tanpa PPN)
BBM (Penjualan kpd pihak lainnya selain SPBU)
0,3% x Penjualan (tanpa PPN)
BBG
0,3% x Penjualan (tanpa PPN)
Pelumas
0,3% x Penjualan (tanpa PPN)
Dipungut bersamaan dengan penerbitan surat perintah pengeluaran barang
PPh Pasal 22 : Penjualan BBM, BBG, Pelumas
Penjualan kepada penyalur/agen, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat final Penjualan kepada selain penyalur/agen, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final
17
4/23/2015
PPh Pasal 22 : Penjualan Hasil Produksi Sektor Industri Tertentu
Dipungut oleh Produsen, atas penjualan kepada distributor di dalam negeri Jenis Produk
Tarif PPh
Semua jenis semen
0,25% x DPP PPN
Kertas
0,1% x DPP PPN
Baja
0,3% x DPP PPN
Semua jenis kendaraan roda dua atau lebih
0,45% x DPP PPN
Semua jenis obat
0,3% x DPP PPN
Dipungut pada saat penjualan, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final dan dapat menjadi kredit pajak bagi WP yang dipungut
PPh Pasal 22 : Penjualan kendaraan bermotor di DN oleh ATPM, APM, dan Importir Umum Kendaraan Bermotor
Dipungut oleh ATPM, APM, Importir
0,45% x DPP PPN Dipungut pada saat penjualan, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final dan dapat menjadi kredit pajak bagi WP yang dipungut
18
4/23/2015
PPh Pasal 22 : Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri/ekspor bagi badan usaha sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
Dipungut oleh badan usaha yang melakukan pembelian
0,25% x Harga Beli (tanpa PPN) Dipungut pada saat pembelian, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final dan dapat menjadi kredit pajak bagi WP yang dipungut
PPh Pasal 22 : Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah
WP Badan yang melakukan penjualan
5% x Harga Jual (tanpa PPN)
Dipungut pada saat penjualan, PPh Pasal 22 yang dipungut bersifat tidak final dan dapat menjadi kredit pajak bagi WP pembeli
19
4/23/2015
Barang yang tergolong sangat mewah:
Pesawat udara pribadi, harga jual > Rp 20 Milyar Kapal pesiar/sejenisnya, harga jual > Rp 10 Milyar Rumah dan isinya, harga jual > 10 Milyar dan LB > 500m2 Apartemen, kondominium dan sejenisnya, harga jual > Rp 10 Milyar dan/atau LB > 400m2 Kendaraan jenis sedan, jeep, SUV, MPV, minibus dan sejenisnya, harga jual > Rp 5 Milyar dan kapasitas mesin 3000cc
Untuk pemungutan PPh Pasal 22 yang bersifat tidak final, apabila pihak yang dipungut tidak memiliki NPWP, dikenakan tarif PPh Pasal 22 yang lebih tinggi 100% dari tarif yang berlaku
20
4/23/2015
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor/penyerahan barang yang tidak terutang PPh berdasarkan UU Impor barang yang dibebaskan dari pungutan BM/PPN: Barang perwakilan negara asing dan para pejabatnya yang bertugas di Indonesia Barang keperluan badan internasional & pejabatnya (WNA) yg bertugas di Indonesia Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau penanggulangan bencana Barang keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam atau yang sejenis yang terbuka untuk umum Barang untuk keperluan peneiitian dan pengembangan ilmu pengetahuan Barang keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya Peti/kemasan lain yang berisi jenazah/abu jenazah Barang pindahan Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengna UU Kepabeanan Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk kepentingan umum Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang Barang/bahan untuk menghasilkan produk yang yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara Vaksin polio dalam rangka PIN Buku-buku ilmu pengetahuan/teknologi, pelajaran umum, kitab suci, dan bukubuku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor barang yang dibebaskan dari pungutan BM/PPN: Kapal dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional/ Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional/Jasa Angkutan Sungai/Danau/Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan/keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional Kereta apai dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana yang diimpor oleh PT KAI (Persero), dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yg ditunjuk oleh PT KAI (Persero) Peralatan dan suku cadang untuk kepentingan pertahanan keamanan oleh kementerian pertahanan/TNI atau pihak yang ditunjuk Barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor KKS
21
4/23/2015
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor sementara, yang dimaksudkan untuk diekspor kembali Re-impor, barang-barang yang telah diekspor yang diimpor kembali dalam kualitas yang sama/ barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian Pembayaran yang dilakukan oleh Pemungut Pajak (Bendahara Pemerintah/Lembaga Negara, BUMN), berkaitan dengan: Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pemerintah/lembaga negara yang jumlahnya paling banyak Rp 2 juta dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah Pembayaran yang dilakukan oleh BUMN yang jumlahnya paling banyak Rp 10 juta dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah Pembayaran untuk pembelian BBM, BBG, pelumas, benda-benda pos dan pemakaian air/listrik Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, atau produk sampingan dari kegiatan hulu di bidang migas bumi yang dihasilkan di Indonesia dari kontraktor KKS Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari WP yang menjalankan usaha dibidang panas bumi berdasarkan KKS Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan untuk tujuan ekspor Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS
Pajak Penghasilan Pasal 23
22
4/23/2015
Pemotong PPh Pasal 23
Badan Pemerintah, pusat maupun daerah Subjek Pajak Badan DN Penyelenggara Kegiatan Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP yang sebagai akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT(bkn camat), pengacara, konsultan yg melakukan pekerjaan bebas OP yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan, atas pembayaran sewa dan/atau pembayaran lain sehubungan dengan penggunaan harta
Objek dan Tarif Pemotongan PPh Pasal 23
Dividen, kecuali yang telah dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2 Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang Royalti Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dikenai PPh Pasal 21
Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali yang telah dikenai PPh Pasal 4 ayat 2
15% x Nilai Bruto
Jika pihak yang dipotong PPh Psl 23 belum memiliki NPWP, dikenakan tarif lebih tinggi 100% dr tarif yg berlaku
2% x Nilai Bruto
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, dan jasa lain selain yang telah dikenai PPh Pasal 21
23
4/23/2015
Jasa penilai (appraisal) Jasa aktuaris Jasa akuntansi, pembukuan, & atestasi laporan keuangan Jasa perancang (design) Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan migas, kecuali yang dilakukan oleh BUT Jasa penunjang di bidang penambangan migas Jasa penambangan & jasa penunjang di bidang penambangan selain migas Jasa penunjang di bidang penerbangan & bandar udara Jasa penebangan hutan Jasa pengolahan limbah Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services) Jasa perantara & /atau keagenan Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali yang dilakukan oleh KSEI Jasa custodian/ penyimpanan /penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI Jasa pengisian suara (dubbing) & /atau sulih suara Jasa mixing film
PMK-244/PMK.03/2008
• •
•
• • • • • • • •
Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan Jasa instalasi/ pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, & /atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi & mempunyai izin & /atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi Jasa perawatan/ perbaikan/ pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi/ kendaraan &/ atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi & mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi Jasa maklon Jasa penyelidikan & keamanan Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer Jasa pengepakan Jasa penyediaan tempat & /atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi Jasa pembasmian hama Jasa kebersihan atau cleaning service Jasa catering atau tata boga PMK-244/PMK.03/2008
24
4/23/2015
Pemotongan PPh Pasal 23 selambat-lambatnya dilakukan pada akhir bulan: Dibayarkannya penghasilan, atau Disediakan untuk dibayarkannya penghasilan, atau Jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu (PP Nomor 94 Tahun 2010)
Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank Pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi Dividen yang dikecualikan sebagai objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf f UU PPh) dan dividen yang diterima oleh orang pribadi Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf I UU PPh SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang menyalurkan pinjaman/pembiayaan, yang merupakan badan usaha bukan bank yang telah memperoleh izin Menkeu
25
4/23/2015
Pajak Penghasilan Pasal 26
Pemotong PPh Pasal 26
Badan Pemerintah, pusat maupun daerah Subjek Pajak DN Penyelenggara Kegiatan
Yang melakukan pembayaran kepada WP LN selain BUT di Indonesia
Bentuk Usaha Tetap (BUT) Perwakilan WP LN lainnya
26
4/23/2015
Dividen Bunga, premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang Royalti , sewa dan imbalan lain dari penggunaan harta Imbalan jasa, pekerjaan dan kegiatan Hadiah dan penghargaan Pensiun dan pembayaran berkala lainnya Premi Swap dan transaksi lindung nilai lainnya Keuntungan karena pembebasan utang
PPh Pasal 26 = 20% x Nilai Bruto Penghasilan
Penjualan harta di Indonesia oleh WP LN selain BUT, selain yang telah dipotong PPh Pasal 4 ayat 2, berupa perhiasan mewah, berlian, emas, intan, jam tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor, kapal pesiar dan/atau pesawat terbang ringan, yang harga jualnya lebih dari Rp 10 juta
PPh Pasal 26 = 20% x 25% x Harga Jual
PMK-82/PMK.03/2009 jo PER-52/PJ/2009
27
4/23/2015
Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi di luar negeri
dibayarkan oleh selain perusahaan asuransi, baik langsung maupun melalui pialang
20% x 50% x Nilai Premi
dibayarkan oleh perusahaan asuransi di Indonesia, baik langsung maupun melalui pialang
20% x 10% x Nilai Premi
dibayarkan oleh perusahaan reasuransi di Indonesia, baik langsung maupun melalui pialang
20% x 5% x Nilai Premi
KMK-624/PMK.03/2009
Penjualan saham Perusahaan “Antara” (conduit company atau special purpose company ) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia, dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan atau BUT di Indonesia tersebut
PPh Pasal 26 = 20% x 25% x Harga Jual
PMK-258/PMK.03/2008
28
4/23/2015
Branch Profit Tax, kecuali jika ditanamkan kembali di Indonesia
PPh Pasal 26 = 20% x (PKP – PPh)
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26: Penanaman kembali di Indonesia harus dilakukan paling lama pada akhir tahun pajak setelah tahun pajak perolehan penghasilan BUT ybs menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada KPP tempat BUT terdaftar mengenai bentuk penanaman modal, realisasi penanaman modal kembali yang telah dilakukan dan/atau saat mulai berproduksi komersial perusahaan yang baru didirikan
Bentuk penanaman kembali Branch Profit Tax yang tidak dikenakan PPh Pasal 26: Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri, dengan syarat: Perusahaan baru tersebut secara aktif telah melakukan kegiatan usaha sesuai akta, paling lama 1 tahun sejak pendirian BUT yang bersangkutan tidak boleh mengalihkan penyertaan modalnya minimal untuk jangka waktu 2 tahun sejak perusahaan baru dimaksud berproduksi komersial Penyertaan modal saham pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia, dengan syarat: Perusahaan dimaksud mempunyai kegiatan usaha aktif di Indonesia BUT yang bersangkutan tidak boleh mengalihkan sahamnya minimal untu jangka waktu 3 tahun sejak penyertaan modalnya Pembelian aktiva tetap atau investasi aktiva tidak berwujud, yang digunakan oleh BUT untuk menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia, sepanjang aktiva tersebut tidak dialihkan untuk jangka waktu minimal 3 tahun sejak perolehan aktiva/investasi
PMK-14/PMK.03/2011
29
4/23/2015
Dalam hal terdapat perjanjian P3B antara Indonesia dengan negara lain (treaty partner), maka pengenaan PPh Pasal 26 mengacu perjanjian P3B, dengan syarat harus menunjukkan Certificate of Demicile (COD), dan penerima adalah Beneficial Owner (peneriman manfaat yang sebenarnya) dari penghasilan
Yang dimaksud dengan Beneficial Owner: Bertindak tidak sebagai agen; Bertindah tidak sebagai nominee; dan Bukan Perusahaan Conduit (PER-25/PJ/2010)
30