3 . BEBEllLPA F!EVOR 3.1.
YBNG MBiPBTGARDHI FEXUANG
Faktor-faktor Perorangan
Kemampuan perorangan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai akan berperanan l e b i h besar apabila t e r j a d i perubahan
w-
l a kesempatan kerja. Beberapa ha1 yang menyebabkan pola kesempatan d i Desa '::argabinangun
berubah : pada t a n m padi s e k a l i
setahun menjadi dua k a l i setahun s e r t a diterapkannya sistem tanam padi serempak, adanya perkembangan usahatani s e l a i n ta-
naman padi, timbulnya kesempatan kerja baru d i luzr usahatani misal petesnakan bebek. Apabila tinggi rendahnya pel-
k e r j a diukmdengan per-
ubahan ekonomi rumah tangga ( ~ a b1.4.3 .) maka f &or-faktor
yang mempengaruhi peluang k e r j a ( l i h a t Tabel 3.1 .) adalah :
a) keaktifan seseorang dalam bekerja memperqpzuhi peluang kerj a yang tinggi. b) pemah tidaknya seseorang bekerja sebagai "bujang sawah"
dan atau pernah membantu orang tua dalam usahatani padi pal i n g s e d i k i t lima t-,
tinggi
mempengaruhi peluang k e r j a yang
.
c) umur sama dan atau l e b i h d a r i 35 tahun, mempengaruhi pelu-
ang k e r j a yang t i n g g i . d) punya keterampilan berdagang, mempengaruhi peluang k e r j a yang r e n d a h . Faktor-faktor yang l z i n s e p e r t i : buta hunrf latin, "nilair'
agama Islam terhadap k e r j a , "nilai" nasehat dukun terhadap ker-
ja tidak ada hubungannya s e c a n langsung terhadap peluang
kerja.
D a r i keadaan tersebut di a t a s hypothesa b&wa peluan,~ kerja d i p e n , d
oleh : s i f a t a k t i f atau pasifnya seseorang
dalam bekerja, pemah tidaknya orang yang bersangkutw- bekerj a sebagd "bujang sawah" d m a t a u pernah membantu orang tua dalar usahatani sawah p a l i n g s e d i k i t lima tahun, punya keterampilan mum, "nilai" agama Islam terhadap kerja, "nilai" nasehat dukun terhadap k e r j a sebagian dapat dibuktikan kebenarannya, karena dua falctor yang terakhir ( " n i l a i " iyama Is-
l a m dan " n i l a i r ' nasehat dukun terhadap kerja) tidak berpengaruh secara langsung. Keadaan
yule. agak
mirip t e r j a d i _pula di masyardcat trans-
migrasi di Sulawesi '?en=-
pada takun 1980 di mana keberha-
s i l a n seseorang disebabkan oleh faktor-faktorl/(~eam SDP-SBE, 1980 halaman
164)
:
1). rnempuayai usaha l a i n d i samping bertani (&gang,
tukang
ka3ru). 2). memprrnyai modal,
3 ) . giat/tekrm/rajirt. Faktor-f &tor kegiatan ( k e a k t i f an dalam bekerj a) s e r t a keterampilan berdagang yang berpengamh terhadap keberbasilan seseorang dalam bekerja mungkin -an
hanya kebetulan terjadi
Sebab-sebab keberhasilan transmigrasi seluruhnya ada delapan, yang &kutig adalah ?tan tiga t e r a t a s .
berssmsan di Desa Wargabinangun '
P
wa am Barat)
dan di Sulawesi
v t e t a p i juga dapat berlaku untuk desa-desa l a i n .
FBktor liogkungan yang d h a k s - ~ ddalam tulisan i n i i a l a h keadaan lingkungan yang disebabkan adanya pola tanam padi d m k a l i di sawah.
D i Desa Wargabinangun sebelum pola tanam padi
dua k a l i , pola tanam pacU s a t u k a l i setahun dengan menanam bib i t padi lokal.
Pembahan pola tanam tersebut dimungkinkan
dengan perbaikan pengairan dan b i b i t unggul (telmologi baru).
Dalam pelaksanaannya untuk menanggulangi masalah hama dan perg i l i r a n tanam sejumlah petani yang t e r l e t a k dalam blok
yang
bersamaan pergiliran pengairaunya terpaksa melakukan tanam se-
rempak dan panen serempak.
Perubahan tersebut meogakibatkan
pula terjadinya perubahan pola tingkah laku ddam bekerja t e r utama dalam usahatani.
3.2.1.
Rata-rats sawah per rnmah tangga d i Desa Wargabinangun tahun 1975 = 0.64 hektar; tahuu 1980 = 0.49 hektar per
rumah t w a menunjukkan adanya kecenderungan men-. Sehingga dapat diperkirakan bahwa pada sebelum tahun
1975 rata-rata sawah per rumah tangga lebih besar dari sekarang.
Dalam keadaan di mana l u a s sa~f2.h rata-rata
per m a h tangga dapat lembciga milik tanah
relatif
cukup besar
s o s i a l "pajegann.
menyakapkan
di
desa ter-
D d a m "pajegm" pe-
sawahnya
pada
sekelompok
44
buruh t a n i pada musim kemarau d i m a sekelompok b m u ? ~ t a n i tersebut pada m u s h hujan mempunyai kemajiban menggarap sawah dengan upah harian.
Kelompok buruh t a n i
yang menggarap earnah tersebut umumnya juga menggaxap sawahnya secara "tolong menolongrJ(daerah liliuran).
= lilibotan,
Sesudah t e k n o l o a baru dalam usahatani padi
diterapkan d i desa pola "pajegan" mengalami prubahan. Kelompok buruh tani yang dulunya bekerja dengan sistem upah harian menuntut kepada pemilik dengan upah borongan disamping pada m u s k kemarau kelompok tersebut berhak sebagai penyakap d i tanah sawah yang peuggarapamya diborong.
D i dalam meng-analisa pemakaian tenaga k e r j a d i
sawah d i c a t a t jumlah has. k e r j a dan jumlah orang yang bekerja pada t i a p j e n i s kegiatan.
pada Tabel 3.2.
H a l tersebut t e r l i h a t
d h a n a r a t i o a n t a r a jumlah h a r i k e r j a
laki-laki dan jumlah orang (laki-laki) yang bekerja seb w a i tenaga upahan pada t i a p jenis kegiatan berkisar pada angka satu.
Keadaan tersebut berlaku bagi petani
laas maupun pet& kemarau (Tabel 3.2.
sempit pada m u s h hujan maupun mush dibuat berdasarkan Lampiran
3, 4, 5
dan 6 ) . Keadaan tersebut dapat diartikan bahwa pada t i a p jenis kegiatan d a r i membabat jerami sampai mengang-
Tiap bumh t a n i (petani pnggarap) secara bergantian bekerja pada masing-masing sawah garapan anggota kelompok dengan jumlah hari yang sama.
Tabel 3.2,
an Usa-
Ratio a n t a r a Jumlah Hari Kerja dan Jumlah Laki-laki Orang yang Bekerja sebagai Tenaga Upahan (LUW Rumah ~ a n g g a ) ,Tiap J e n i s Kegiatan Usahatani P&, Petani Luas, Petani Sempit pada Im 1979/1980 dan TvUC 1980 di Desa ~argabinanSunl/
Membabat Jerami a
Keteran~an:
Pers emaian
b
1Data 20 rumah
a
b
Mencangkul
a
b
Membajak
a
b
t n u ~ p .contoh LPSP/ILO, 1980 a = petani sempit (kurang d a r i 50 a r e ') b = h t a n i l u i ( l e b i h d&i 50 a r e ) Catatan : Berlaku pada laki-lalci saja.
hIenanam
a
b
Menyiang
hlemupuk Memedan Me- r i k s a nyemPengmot airan
Canen dan Meront0k
a
a
a
b
b
a
b
b
Mengangkut
a
b
kut h a s i l r a t a - r a t a diselesaikan dalam sehari.
Dimana
petani luas mempergunakan sistem borongan dan petani sempit memakai sistem "tolong menolong:'
Umumnya k e r j a
borongan dilakukan pada pagi h a r i ( j a m 07.00 sampai de-
ngan jam 12.00) sedangkan kerja "tolong menolong" d i l a kukan pada sore hari (jam 14.00 sampai dengan jam 17.00). Sistem tanam padi serempak menyebabkan penggarapan serempak sekingga waktu penggarapan menjadi pendek.
bfes-
kipun pennintaan tenaga kerja meningkat, jumlah h a r i k e r j a per orang berburuh tani rnenjPdi lebih kecil. Dalam s i t u a s i demikian p
a buruh tani berhasil mendapatkan
keuntmgan d a s i sistem borongan dibandingkan dengan ke-
adaan sebelwimya yaitu t e r i k a t bekerja pada seorang pet a n i dengan upah harian.
D d a m uraian di a t a s hypothesa bahwa sistem pengairan s e r t a penggunaan teknologi baxu dalaa usahatani
padi ( b i b i t u n g g u l / ~ ~tanam , serempak) menyebabkan sistern pengupahan penggarapan tanah cenderung ke sistem boroagan &a
s e t i a p jenis kegiatan (tahap) asahatani pahi
t e l a h diperkuat khus~l~mya dalam h a l tenaga k e r j a laki-
laki. Kelangkaau akan tenaga kerja pengolaha! sawah pads bulan-bulan sibuk sebetulnya sudah t e r l i h a t sejak adanya perubahan bahwa bukan buruh t a n i yaug menaari "majik;mn
(petani pe-arap)
t e t a p i majikau mencari buruh tani,
sejak berhasilnya pola hun.
tanam padi dua kali ddlam seta-
K e n a i k a n upah beburuhtanu biasanya tidak
ter-
jadi secara langsung t e t a p i bertahap dengan melalui proses-proses tertentu.
D i Desa Wa;rgabinangun proses
kenaikan upah t e r l i h a t pada waktu majikan menczri buruh t a n i pada peristiwa-peristiwa : a)
terutama pad2 ~ u s i mkemarau untuk mendapatkan buruh
hi para petani berlomba memberi makanan yang bih enak ( l e b i h mahal) daripada biasanya.
le-
Sehinggs
apabila diperhitungkan secara cermat upah riil ber-
buruhtani tinggi daripada yang t e r c a t a t (dalam survey).
Umumnya petani k e c i l memberikan makanan le-
bih enak diantaranya dengan t e l u r sebutir, daripada petani luas.
Kalau dibandingkan secara riil petani
k e c i l memberikan upah lebik tinggi daripada petani
b)
supaya buruh t a n i bersedia bekerja pada orang yang
membutuhkan, kadang-kadang s e l a i n upah diberikan pula "uang jalann sebanyak Rp dan Ip,
50,- untnk perempnan
1W,-untuk laki-laki, sebelum upah sebsnar-
nya diterima.
Biasanya "uang jalan" diberikan sore
h a r i sebelum paginya bekerja. c)
gads waktu pola twam padi masih sekali setahun bu-
mh h i "oel;lokan" tidak dibayar pada waktu tanam
dan upahnya hanya berupa makan ( ~ a n gWang-kadang
ini juga tidak diberikan) dan hak panen.
Setelah
pols tanam padi dua kali setahun banyak buruh t a n i "ceblokan" yang juga mendapat upah seperti upah tanam biasa disamping hak panen.
Jika l e t & sawah
berdekatan dengan nunah buruh tani, buruh t a u i ceblokan tidak mendapat upah tanam yang berupa uang selain makan dan hak panen. Perkembangul tingkat upah buruh tani l e l a k i dan perempuau d a r i tahun 1977 sampai tahun 1980 t e r l i h a t pada Tabel 3.3.,
dimana upah dikonversikan dalam kilo-
gram beras.
Tabel 3.3.
I.
Rata-rata Upah dalam Setara Kilogram Beras, Lelaki dan Perempuan Etusim Hujan dan Gusim Kernmu Tahun 1977, 1978, 1979 dan 1980_1/
B1usim K e m a u
- LelakiiY (a) - Perempuan (b)
2.15 1.37
2.33 1.67
2.13 1.37
2.46
1.34 0.67
1.35 0.91
1.40 1.06
1.46 1.05
1.82
11. Kusim Huj an
- LelakiY (a) - Ferempuan (b) J ',
Data upah SAE-SDP Upah mencangkul; sehari bekerja l i a a jam Upah menyian@: dan tanam padi; sehari lima jam.
Upah bulan September den Oktober dikeluarkau dari perhitungan pada Tabel 3.3 (dibuat berdasarkan Lanpiran
7)
karena tanah sawah s e b q i a n besar diberakan, ke-
di
giatan-kegiatan pada Man-bulan tersebut terpusat
tanah "kebon" (tanah s a w a h yang kering) dan d i
tanah
darat ( tanah d a r a t dan tanah l'jolonean"/nintercropphgl').
D a r i Tabel 3.3. t e r l i h a t bahwa ada kecenderungan kenaikan upah d a r i tahun
1977 sampai dengan 1980. Dapat
diaebutkan b&wa upah memanen (bawon) d i desa contoh 16 persen atau satu bagian pemanen, lima bagian p e m i l i k , up& bawon i n i tergolong tinggi.
Hypothesa bahwa pe-
ngamh pola tanam padi dua k a l i s e t h mendomng upah berburuhtani cendemng naik, diperkuat oleh data tersebut di atas.
3.2.3. Kelakuan seseorang salah s a t u diantaranya dipengamki oleh harapan.
D a l a m usahatani padi seorang petani bi-
asanya mempunyai pe&kaan besarnya produksi
dasarkan pengalamannya.
Mi
ber-
Perkiraan besamya produksi
padi dalsm keadaan normal (tidak ada gmgguan) diaaggap
100 peraen.
Tabel 3.4. menoantumlcan rats-rata peram-
t a s e padi pada h iE 1979/1980 dan IdK 1980 terhadap harap
an produkei padi gang normal oleh petzai l u a s dan sempit.
Dari Tabel
3.4. dapat disimpulkan bahwa petani
sempit tingkat produksinya lebih mendekati harapan dari-
Tabel 3.4.
Rats-zata Fersentase Produksi
Padi
MH 1979/1980 dan IdK 1980 Dibandingkan Keadaan Normal, Petani Luas dan Patani Sempit di Desa VIargabinangud
~usim
Golongan
Petani Sempit (~arap Sama dan atau ~ u r a n g mi
Petaxi L u a s (Garapan "bih 50 re)
50 b e )
Bumah tangga contoh LPSP/'/ILO, 1980. Pada MH dan MK adalah m a h tangga contoh yang sama.
pada petani luas.
Secara s t a t i s t i k pada kenyataannya usahatani padi pada XH
tin&at pmduktivitas (absolut) 1979/1980 cia? ME 1979/1980
tidak dipenp;a;nrhi oleh ska-
l a usaha dan s t a t u s garam ( l i h a t Lam2iran 8 dan Tabel
3.6).
Tingginya
persentase produksi padi dibandingkan
keadaan normal d a r i p t a n i sempit dengan pe&i-laas, menyebabkan adanya kecenderungan petani luas untuk
me-
mecah s k d a usahatani padi menjadi r e l a t i f kecil-kecil s e p e r t i t e r l i h a t pada Tabel 3.5. Tingkat produksi yang telah menttekati harapan peta-
ni nya
sempit daripada petani pemakaian
tenaga
luas karenz lebih
kerja
pengahran
jagaan hama d a r i aalam keluarga.
intensif-
air dan pen-
Sedangkan mtuk
Tabel
3.5. Juxdah P e t a n i Penggarap Sawah, Ratar a t a Luas Garapan Menurut Golongan Luas Garapan pada EH 1979/1980 dan EIlC 1980 d i Desa Yiargabinangun
1-24
24-49 are
50-199 are
500 are
Jum-
lA
Garapan
-
Jumlah p e t a n i (or-) Bata-rata luas garapan ( a r e )
- Juml.ah
13
14
17
16
48
66
13
19
23
21
45
57
4
48
350 3400
petan.
(orang)
- Rata-rata
4
59
lu-
as garapvl ( a r e )
334 3776
p e t a n i l u a s b i l a &an melakukan h a l yang sama h a m mengeluarican biaya karena memakai tenaga upahan.
Dari
uraian bi atas hypothesa yang menyatalcan bahwa s i s t e m pengairan s e r t a penggursn teknologi b
m dalam usaha-
tani padi ( b i b i t unggul/IFL, tanam serapa&) rnengakibat-
kan t e r j a d i n y a kecenaerungan memecah usahatani padi dalam bagian-bagian yang l e b i h k e c i l dapat dibenarkan.
Tabel 3.6.
Pengaruh Slcala Usaha, S t a t u s Garapan Usahatani Padi terhadap Froduksi Rata-rata dan "Input" Jam Kerja Rata-rata per 10 Are pada NH 1979/ 1980, &IK 1980 di Desa Wargabinangun
Froduksi dan "In-
Jam
Kemampuan
Berproduksi
"Input" Jam Kerja
luiusim
1979/1980
Skala usaha dan s t a t u s gzrapa?. t i d a k berpengaruh.
ilata-rata produksi per 10 a r e = 256.04 kg ga-
bah
;,a 1980
K e t e r a n ~ a n:
.
Skala usaha dan status garapan t i d a k berpenga-
Skala usaha dan status garapan t i d a k berpengaruh. nata-rata "inpdt'' jam irerja per 10 a r e = 101.26 j.k.
ruh.
S t a t u s -pan tidak berpen-. Skala usaha b e r p e n g d pada l e v e l of s i g n i f i c a n c e 0.05.
Rata-rata produksi per lOare=333.33@gabah.
Rata-rata i n p u t jam kerjaperIOare=122.56 j .k.
- Skala usaha
-
: garapan 1 24 a r e , 25 50 199 a r e .
- S t a h garapan
-
- 49 a r e ,
: penyakap r n m , penyewa murni, Wik penggarap.