MORFOSINTAKSIS VERBA TRILITERAL
FI’IL TSULATSI MUJARRAD
PADA JUZ 30 AL-QUR’AN AL-KARIM
Annisa Andriani Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Depok, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Jurnal ini ditulis untuk menganalisis verba triliteral dalam juz 30 Al-Qur’an dari segi morfologi dan sintaksis. Analisis ini merupakan analisis kualitatif dan desain deskriptif. Tujuan pengalisisan verba triliteral dalam juz 30 AlQur’an untuk memamparkan pola-pola verba triliteral yang paling banyak digunakan dan memaparkan analisis sintaksis dalam bahasa Arab. Data dalam skripsi ini didapatkan dari juz 30 Al-Qur’an dan dipersempit hanya dengan menganalisa verba triliteral. Teori yang digunakan dalam menganalisa morfologi dan sintaksis dalam bahasa Arab ini adalah teori morfologi dari Holes (1995) dan teori morfologi yang dikemukakan oleh Ahmed (2008). Hasil dari analisis ini dalam segi morfologi adalah pola-pola konjugasi verba triliteral yang paling banyak digunakan dalam juz 30 dan dari segi sintaksis dengan mengalisa klasifikasi verba, modus, dan struktur yang terdapat dalam juz 30 Al-Qur’an. Kata kunci: Morfologi, sintaksis, verba triliteral, Al-Qur’an .
Morphosyntax of Triliteral verb Fi’il Tsulatsi Mujarrad in Chapter 30 of Qur’an Karim Abstract This journal was written to analyze the triliteral verbs in chapter 30 of Quran in terms of morphology and syntax. This analysis is an analysis of qualitative and descriptive design. Purpose of analyzing triliteral verbs in 30 chapters of the Quran to describe patterns of triliteral verbs which are the most widely used and explained in Arabic syntactical analysis. The data in this paper come from chapter 30 of Quran and narrowed only by analyzing the triliteral verbs. The theory used to analyze the morphology and syntax of the Arabic language are the theory of morphology of Holes (1995) and morphology theory proposed by Ahmed (2008). The results of this analysis in terms of morphology is verb conjugation patterns triliteral of the most widely used in terms of chapters 30 and by analyzing the syntactic classification of verbs, mood, and structure contained in the 30 chapters of the Qur’an. Key word: Morphology, syntax, triliteral verb, Qur’an
3 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
1.1 Latar Belakang Masalah “Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”(Kridalaksana, 2005: 3). Dalam kalimat ini telah dijelaskan bahwa sesuatu yang keluar dari organ alat ucap dan memiliki arti dan disepakati orang banyak maka dapat disebut dengan bahasa. Banyak bahasa yang berkembang di dunia ini, baik bahasa yang diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) atau bahasa yang berkembang di negara atau masing-masing daerah sebagai bahasa ibu. Dalam penelitian skripsi ini, penulis akan memfokuskan penelitian di dalam bahasa Arab. Bahasa Arab termasuk ke dalam kelompok bahasa Semit. Kelompok bahasa semit itu sendiri ada banyak, di antaranya bahasa Akkadia (Babylonia dan Assyria), Ugaritik, Ibrani, Funisia, Syiria, Etiopia, Arabia Selatan, dan banyak dialek Arab lainnya (Mahjudin, 1996: 29). Bahasa Arab ini sendiri juga memiliki sistem atau peraturan-peraturan di dalamnya. Sama dengan kebanyakan bahasa lainnya, bahasa Arab juga bahasa yang di dalamnya terdapat aturan tentang morfologi dan sintaksis. Pembahasan mengenai morfologi dan sintaksis ini yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Morfologi merupakan hal yang penting dalam mempelajari suatu bahasa karena dari sini kita dapat mengetahui bagaimana sebuah bahasa itu dapat dimengerti dari segi pemahaman tiap kelas kata. Dalam buku Pesona Bahasa dijelaskan bahwa pada dasarnya morfologi digunakan untuk menelaah struktur intern kata (Kushartanti, dkk: 2005). Karena itu, morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk. Kamus Linguistik menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana: 2008). Sintaksis yang dijelaskan di dalam buku sintaksis bahasa Indonesia adalah sintaksis yang membahas tentang penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut dengan satuan-satuan sintaksis, yakni, frase, kalusa, kalimat dan wacana. Dalam kamus linguistik, sintaksis dijelaskan sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar di dalam bahasa. Fungsi dari sintaksis adalah untuk menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa hingga kalimat (Kushartanti, dkk: 2008). Penulis memilih judul ini karena ingin mengkaji pola verba triliteral yang paling banyak digunakan di dalam Al-Qur’an, sehingga para pembaca yang ingin mengetahui mengenai masalah ini akan merujuk kepada analisis yang telah penulis kaji. Pemaparan di latar belakang yang menjadikan alasan
bagi penulis untuk menulis tentang bentuk dan pola verba yang dominan digunakan dalam Juz 30 ALQur’an. 1.2 Perumusan Masalah Jurnal ini akan lebih memfokuskan terhadap beberapa masalah. Permasalahan tersebut akan dirinci sebagai berikut, yaitu: 1. Bagaimana morfosintaksis verba triliteral fi’il tsulatsi mujarrad pada juz 30 AlQur’an Al-Karim? 2. Pola – pola verba trliteral apa saja yang paling produktif dalam juz 30 Al-Qur’an Al-Karim? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisann jurnal ini adalah: 1. Menjelaskan morfosintaksis verba triliteral fi’il tsulatsi mujarrad pada juz 30 AlQur’an Al-Karim. 2. Menjelaskan pola – pola verba triliteral yang paling produktif dalam juz 30 AlQur’an Al-Karim. 1.4 Metodologi Penelitian Sub bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji penelitian ini. Metodologi penelitian ini sendiri membahas hal-hal seperti korpus data yang digunakan dalam penelitian ini, berikutnya adalah metode dan teknik pemerolehan data yang digunakan oleh penulis dimulai dengan studi pustaka dari buku-buku yang digunakan sebagai acuan penelitian ini. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode dekriptif, arti dari deskriptif itu sendiri adalah menjelaskan atau mendeskripikan, maka metode ini digunakan untuk mengambarkan atau menjelaskan apa yang menjadi pusat penelitian dari jurnal ini. Tujuan dari metode ini adalah agar para pembaca dapat mengerti objek penelitian yang telah diteliti oleh penulis. 1.5
Sistematika Penulisan
Jurnal ini terdiri dari lima bab, yang masingmasing babnya memiliki topik sendiri-sendiri. Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Bab ini berisikan beberapa sub bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua terdiri dari tinjauan pustaka dari buku-buku yang sangat berkaitan dengan penelitian ini. Bab tinjauan pustaka ini ada untuk mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya yang sangat berkaitan atau mendekati dengan penelitian yang sedang dikerjakan oleh penulis. Bab ketiga merupakan bab kerangka teoritis. Bab ini digunakan untuk
4 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
menjelaskan teori-teori dasar yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data yang ada. Teori-teori dasar yang termasuk dalam bab ini adalah teori yang menjelaskan mengenai morfosintaksis dan verba triliteral. Bab keempat menjelaskan analisis verba dalam juz 30. Analisis ini berdasarkan verba – verba yang paling dominan digunakan di dalam juz 30 ALQur’an. Analisis morfologi dan sintaksis terkait verba yang terdapat di juz 30 Al-Qur’an. Bab kelima merupakan bab terakhir dalam jurnal ini. Bab ini merupakan kesimpulan analisis data yang sudah dibahas dalam jurnal ini.
morfem ini dengan menggunakan contoh dari bahasa Inggris, yaitu: (1) Writers ‘penulis-penulis’ Dari contoh di atas dijelaskan bahwa kata tersebut berasal dari leksem write ‘menulis’ yang berubah menjadi writer ‘penulis’ setelah mengalami proses morfologi leksikal karena mendapat imbuhan er, yaitu sebuah morfem derivatif. Ketika kata tersebut mendapat sufiks –s sebagai penanda plural maka perubahan ini merupakan perubahan dari morfologi inflektif. Dapat disimpulkan bahwa derivasi terjadi sebelum kata, sedangkan inflektif terjadi setelah kata terbentuk (Kridalaksana, 1987: 2).
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengantar Tinjauan pustaka itu sendiri merupakan pembahasan penelitian atau upaya untuk membaca penelitian yang sudah ada dan pada akhirnya terkait dan akan dikembangkan oleh penulis. Tinjauan pustaka biasanya merupakan buku-buku atau artikel yang pernah membahas hal-hal yang berkaitan dengan apa yang ditulis oleh penulis.
2.3 Holes (1995) Buku ini terdiri atas beberapa bab dan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah bab tiga yaitu morfologi verba dalam bahasa Arab. Hal-hal yang dijelaskan di dalam bab morfologi verba ini adalah hal-hal mengenai prinsip dasar dari derivasi morfologi bahasa Arab yang berkaitan dengan root (akar) dan pattern (pola) dalam kosa kata bahasa Arab. Holes memberi simbol akar kata tersebut dengan tiga konsonan, yaitu K1K2K3, simbol dasar ini didapatkan dari kata dalam bahasa Arab yang disusun oleh beberapa konsonan. Menurutnya, sebuah kata bahasa Arab dibentuk dengan cara struktural dan semantis berkaitan dengan akar katanya. Contoh yang dikemukakan oleh Holes dalam bukunya adalah kataba, yang disimbolkan dengan KTB / ﻙك ﺕت ﺏب/ yang memiliki arti menulis. Dari akar kata KTB / ﻙك ﺕت ﺏب/ dapat ditemukan turunan kata-kata, seperti KiTa:B / ﻛِﺘَﺎﺏب/ ‘buku’, makTaB / ﻣَﻜْﺘَﺐ/ ‘meja’, maKTaBa / ﻣَﻜْﺘَﺒَﺔ/ ‘perpustakaan’ dan lain sebagainya. Holes juga menjelaskan bahwa di dalam bahasa Arab modern (Modern Standard Arabic), verba bahasa Arab mengenal 15 pola, akan tetapi hanya 10 pola yang aktif digunakan hingga sekarang. Kesepuluh pola tersebut adalah: K1K2K3 / ﻓﻌﻞ/, K1aK2K2aK3a / َﻞ ﻓَ ﻌﱠ/, K1âK2aK3a / َﻞ ﻓَﺎﻋ /, ?K1K2aK3a / َﻞ ﺃأَﻓْ ﻌ / , taK1K2K2aK3a / َﻞ ﺗَ ﻔَ ﻌﱠ/, taK1âK2K3a / َﻞ ﺗ ﻔَﺎﻋ/, inK1aK2aK3a / َﻞ ﺍا ﻧْﻔَ ﻌ/, iK1taK2aK3a / َﻞ ﺍا ﻓْﺘَ ﻌ/, iK1K2aK3K3a / ﻞﱠ َ ﺍاﻓْ ﻌ/, istaK1K2aK3a / َﻞ ﺳْ ﺘَﻔْ ﻌ ﺍا/.
Berikut ini merupakan buku-buku yang ditulis oleh para pakar linguistik dan menjadi tinjauan pustaka penulis yang terkait dengan morfologi dan sintaksis di dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab. 2.2 Kridalaksana (1987) Hal-hal yang berkaitan dengan judul jurnal penulis ada pada bab 1, yaitu pendahuluan mengenai morfologi dan bagaimana kata itu terbentuk dari satuan morfem. Dalam buku ini dijelaskan bahwa morfologi dapat dipandang sebagai pola-pola yang memuat unsur-unsur bahasa dan kaidah-kaidah yang menjadi faktor-faktor wujud kata dan dari sudut lain subsistem ini dapat dipandang sebagai proses mengolah unsurunsur bahasa tersebut menjadi kata. Buku ini juga menjelaskan bahwa berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya morfem terbagi menjadi 2 jenis, yaitu morfem leksikal yang makna dan bentuknya sedikit banyak sama dengan leksem dan morfem gramatikal yaitu satuan pembentuk kata yang sedikit banyak menyebabkan leksem itu mempunyai makna gramatikal (Kridalaksana, 1987: 2). Morfem leksikal dan morfem gramatikal ini berlaku untuk proses pembentukan kata sebagai satuan sintaksis. Hal-hal yang mendasari sehingga dapat terbentuknya sebuah kata adalah leksem dan karena proses ini menyangkut pembentukan kata maka subsistem ini disebut morfologi leksikal dan morfologi derivatif. Dijelaskan juga mengenai sektor gramatika yang menyangkut perubahan kata menjadi satuan yang dapat berperan dalam sintaksis disebut dengan morfologi inflektif. Kridalaksana menerangkan kedua
2.4 Kushartanti, dkk (2005) Bahasan morfologi di dalam buku Pesona Bahasa dibahas oleh Djoko Kentjono. Kentjono menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah studi gramatikal intern kata. Morfologi ini sendiri sering juga disebut dengan tata kata atau tata bentuk. Bab ini menjelaskan banyak hal mengenai morfologi. Yang dibahas dalam bab ini adalah satuan gramatikal terkecil (morfem), wujud lahirnya, jenisnya, hubungannya dengan kata, proses pembentukan kata, serta makna gramatikalnya, dan banyak hal lainya yang masuk ke dalam bab morfologi ini. Morfologi menurut Djoko Kentjono merupakan studi gramatikal struktur intern kata. Oleh karena itu,
5 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
morfologi juga disebut dengan tata kata atau tata bentuk. Penulis telah memaparkan di kajian pustaka mengenai morfologi di dalam bahasa Indonesia yaitu yang dimaksud dengan studi gramatikal intern kata (Kushartatnti, dkk, 2005: 144). Hal berikutnya yang akan dibahas oleh penulis adalah hal-hal yang terkait dengan sintaksis di dalam bahasa Indonesia pada khususnya. Seperti yang telah ditulis oleh Liberty P. Sihombing dan Djoko Kentjono bahwa yang dimaksud dengan sintaksis itu adalah menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, dimulai dari frasa hingga kalimat. Dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antar kata, seperti yang dijelaskan keduanya di dalam buku Pesona Bahasa. 2.5 Ahmed (2008) Buku ini menjelaskan mengenai kata dan lebih khususnya membahas mengenai verba di dalam bahasa Arab. Berdasarkan pembagian kelas kata, kata di dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah kata benda, kedua adalah kata kerja atau (verba) dan hurf. Penulis akan mengkhususkan pada kata kerja atau verba. Menurut Ahmed (2008) verba dibagi menjadi tiga, yaitu: Verba Perfektif, fi’il mahdi ( ) ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ, Verba Imperfektif, ( ) ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/ fi’il mudhâri’ /, Verba Imperatif, ( )ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/ fi’il ?amr /. 2.6 Chaer (2009) Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses) merupakan buku yang dikarang oleh Abdul Chaer. Dalam buku ini Abdul Chaer (2009) tidak menjelaskan analisis dan deskripsi dari satuan-satuan sintaksis melainkan lebih menekankan pada penjelasan satuansatuan sintaksis dan bagaimana proses pembentukan satuan-satuan tersebut. Sintaksis itu sendiri menurut (Chaer, 2009: 3) membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yag lebih besar. Satuan-satuan sintaksis itu sendiri adalah: kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Chaer juga menjelaskan bahwa analisis sintaksis yang selama ini dilakukan oleh orang-orang hanya terfokus pada struktur kalimat, sehingga dikenal adanya kalimat sempurna dan kalimat tidak sempurna. 2.7 Wahyoedin (2011) Wahyoedin (2011) menjelaskan yang dimaksud dengan ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas baris/ harakat akhir sebuah kalimah, apakah dia mabni, mu’rob, rofa’, jar atau jazm. Harakat ini lebih dikenal dengan dhomah, fathah, kasrah atau sukun. Ilmu sharaf adalah ilmu yang membahas bentuk kata, apakah kata tersebut termasuk di dalam fi’il madhi, fi’il mudharie, fi’il amr, fi’il nahyi, isim
mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim zaman, isim makan dan lain sebagainya. Fi’il yang dimaksud oleh Wahyoedin dikenal di dalam bahasa Indonesia dengan kata kerja/ verba. Verba atau fi’il dijelaskan dengan pengertian kata yang menunjukkan kepada perbuatan dan disertai keterangan waktu; telah, sedang atau akan. 2.8 Sintesa Penulis mengambil beberapa rujukan untuk menganalisis topik morfosintaksis verba triliteral dalam juz 30 Al-Qur’an. Penulis lebih memilih Holes (1995) untuk kajian morfologi karena dalam penjelasan Holes (1995) dalam bukunya yang lengkap mengenai enam pola konjugasi verba triliteral dan lima belas pola derivasi. Penulis juga banyak sekali merujuk pada buku Ahmed (2008) yang banyak sekali menjelaskan perihal klasifikasi verba beserta modus dan banyak hal yang dipelajari dalam sintaksis bahasa Arab. LANDASAN TEORI 3.1 Pengantar Morfologi merupakan ilmu sharf di dalam bahasa Arab. Ilmu sharf merupakan ilmu yang membahas bentuk kata, apakah kata tersebut merupakan verba perfektif /fi’il madhi/, verba imperfektif /fi’il mudhari/, verba imperatif /fi’il amr/ dan lain-lain (Wahyoedin, 2011: 7). Sintaksis pada bahasa Arab disebut dengan ilmu nahwu. Ilmu ini menjelaskan tentang makna kata dan penempatan kata tersebut pada suatu kalimat. Sintaksis secara rinci akan dijelaskan dalam skripsi ini dan penulis akan lebih memfokuskan mengenai verba. Berikut ini adalah penjelasan dan deskripsi dari morfologi dan sintaksis verba dalam bahasa Arab. 3.2 Morfologi Bahasa Arab Morfologi dalam bahasa Arab disebut dengan ilmu sharaf. Apabila kata sharaf ini dijadikana ma’rifah (nomina definit) maka akan menjadi sebuah nama, yaitu ilmu sharaf. Dalam ilmu sharaf dikenal juga yang disebut tashrif. Tashrif adalah perubahan satu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda dan tanpa perubahan ini makna yang berbeda tak akan terlahirkan (Alwasilah, 1990: 101). Tasrif terbagi menjadi dua dalam bahasa Arab, pertama tashrif istilahi dan kedua tashrif lughawi. 3.2.1 Tasrif Istilahi Buku “Metode Praktis Tashrif: suatu teori mentashrif bahasa Arab untuk menguasai kaidah sharaf” bahwa tashrif istilahi adalah perubahan dan tashrif istilahi dibagi menjadi tiga, yaitu: tashrif istilahi tsulatsi mujarrad, tasrif tsulasti mazid dan terakhir tashrif istilahi rubba’i mujarrad. Definisi tashrif istilahi itu sendiri adalah perubahan kata yang
6 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
didasarkan pada perbedaan bentuk katanya (Razin, 2010: 19).
tetapi yang aktif digunakan hingga sekarang hanya 10 pola saja.
3.2.2 Tashrif Lughawi 3.4 Sintaksis Bahasa Arab Tashrif lughawi merupakan bentuk tashrif yang kedua dalam bahasa Arab. Tashrif lughawi adalah perubahan kata yang didasarkan pada perubahan jumlah dan jenis pelakunya (Razin, 2010: 19) 3.3 Pola-Pola Verba Bahasa Arab Bahasa Arab memiliki banyak pola-pola yang beragam di dalamnya. Pola yang beragam ini dibagi menjadi dua, yaitu pola yang kata kerja /l/ ﻝل/’/ ﻉع/f/ ﻑفdan pola kata kerja yang diberi imbuhan atau tambahan huruf di dalamnya. Tambahan huruf itu akan sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi, makna, dan lain sebagainya. 3.3.1 Pola Konjugasi Verba Triliteral Pola kata kerja yang pertama adalah pola kata kerja dengan huruf /l/ ﻝل/’/ ﻉع/f/ ﻑفmaupun /l/ ﻝل/l/ ﻝل /’/ ﻉع/f/ ﻑفyang di dalamnya tidak ditemukan tambahan konsonan selain pola dasar tersebut. Pola ini terbagi menjadi bentuk pola yang akarnya terdiri atas 3 dan 4 konsonan. Berikut ini adalah bentuk pola yang terdiri dari tiga konsonan yang di dalam bahasa Arab dibagi menjadi enam pola: Pola [ a – a ], Pola [ a – i ], Pola [ i – a ], Pola [ a – u ], Pola [ u – u ], Pola [ i – i ]. Bentuk pola dengan 4 konsonan dalam bahasa Arab adalah َﻞ ﻓَﻌْ ﻠ/fa’lala/ - ُﻞ ِ ﻳﯾُﻔَﻌْ ﻠ/yufa’lilu/ (Ahmed, 2008: 69). Dari semua poin di atas, penulis lebih memfokuskan dalam pembahasan fi’il shahih verba triliteral dalam bahasa Arab. Fi’il Shahih itu sendiri terbagi menjadi tiga, pertama fi’il shahih salim, fi’il mahmuz, fi’il mudha’af. Fi’il shahih salim adalah verba yang dalam salah satu akar dasar /l/ ﻝل/’/ ﻉع/f/ ﻑف nya tidak terdapat konsonan ﺃأ/?/ ﻱي/y/ dan ﻭو/w/. Contoh: َﻞ ﺩدَﺧ/dakhala/ ‘masuk’. Berikutnya, Fi’il mahmuz adalah verba yang di dalam salah satu radikal pola dasar /l/ ﻝل/’/ ﻉع/f/ ﻑفnya terdapat konsonan ﺃأ/?/ dan fi’il mahmuz ini terbagi menjadi tiga, yaitu mahmuz fa?, mahmuz ‘ain, mahmuz lam. Contoh: َﻞ ﺃأَ ﻛ /?akala/ ‘makan’, َﻝل ﺳَ ﺄ/sa?ala/ ‘bertanya’, َ ﻗَﺮﺃأ/qara?a/ ‘membaca’. Terakhir, fi’il mudha’af adalah verba yang memiliki huruf yang sama dalam radikal kedua dan ketiganya. Contoh: ﻦﱠ َ ﻅظ/zhanna/ ‘berfikir’ (Ahmed, 2008: 159-160).
Sintaksis dalam bahasa Arab dikenal dengan ilmu nahwu. Dalam buku Pelajaran Tata Bahasa Arab yang dimaksud dengan ilmu nahwu adalah ilmu yang membahas baris atau harokat akhir sebuah kalimat. Apakah dia mabni, mu’rob, rofa, nasab, jar, jazm (Wahyoedin, 2008: 6). Ilmu nahwu mempelajari tentang tata bahasa dalam bahasa Arab. Penulis hanya mendeskripsikan hal-hal yang menurut penulis sangat berkaitan dengan judul penulis dan yang akan penulis bahas adalah kalimat, verba dan bagaimana verba itu tersusun di dalam sebuah kalimat. Kalimat di dalam bahasa Arab menurut Ghufron (2007) dibagi menjadi dua, yang pertama jumlah fi’liyah dan kedua jumlah ismiyah. Jumlah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il. Ahmed (2008) menjelaskan mengenai jumlah ismiyah dalam buku yang ditulisnya. Jumlah ismiyah merupakan kalimat yang diawali dengan nomina, contoh: ٌﺏبُﺟَﺪِﻳﯾْﺪ ﺍاﻟ ﻜِﺘَ ﺎ /al-kitâbu jadîdun/ ‘buku itu baru’. Jumlah ismiyah terdiri dari /al-mubtada?/ ﺍاﻟﻤﺒﺘﺪﺃأ ‘subjek’ dan ﺍاﻟﺨﺒﺮ/al-khabar/ ‘predikat’. Ahmed (2008) juga menjelaskan mengenai jumlah ismiyah yang mempunyai kesepakatan perihal jumlah dan jenis antara subjek dan predikat. Apabila subjek dalam bentuk maskulin atau feminin tunggal, dual atau jamak maka predikat yang mengikutinya juga harus sama dengan subjeknya. 3.5 Klasifikasi Verba Bahasa Arab Berdasarkan Waktu Pola verba yang sangat umum itu pada dasarnya dalah verba bentuk lampau dan verba bentuk sekarang. Adapun verba di dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu: verba perfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/al-fi’il almâdhi/, verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’il almudhari/, dan verba imperatif ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/. 3.5.1 Verba Perfektif Fi’il Madhi Verba perfektif ini menjelaskan suatu keadaan atau hal-hal yang sudah terjadi. Penjelasan dari fi’il madhi dalam buku pelajaran tata bahasa Arab adalah kata kerja yang menunjukan kepada peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Wahyoedin, 2011: 66).
3.3.2 Pola Derivatif 3.5.2 Verba Imperfektif Fi’il Mudhari Holes (1995) menjelaskan pola verba derivatif di dalam buku Modern Arabic: Structures, Function and Varieties. Pengarang menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat 15 pola di dalam bahasa Arab, akan
Verba imperfektif atau lebih dikenal dengan ﻓﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il mudhâri/. Fi’il mudhâri adalah verba yang tidak sempurna dan menunjukkan bahwa sebuah
7 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
pekerjaan itu sedang dikerjakan atau belum selesai dikerjakan (Ahmed, 2008: 95). 3.5.3 Verba Imperatif Fi’il Amr Ahmed (2008) menerangkan bahwa verba imperatif adalah bentuk ketiga dari verba yang mana menandakan sebuah perintah, permintaan atau permohonan seperti duduk, menulis, bangun, keluar dan lain sebagainya. 3.6 Pola Morfologi Infinitif Mashdar Verba dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari, fi’il amr. Mengkaji verba dalam bahasa Arab, maka harus juga mengkaji mashdar. Mashdar atau infinitif menurut Kridalaksana (2008) adalah bentuk verba yang sama sekali tidak ada bentuk fleksinya. Holes (1995) menjelaskan bahwa mashdar adalah nomina verbal. 3.7 Modus Verba Modus verba dalam bahasa Arab dikenal juga dengan ﺣ ﺎَﻟَﺔُﺍاﻟﻔِﻌﻞ/ḥâlatu al-fi’l/. Pada penjelasanya sebelumnya telah dijelaskan bahwa verba terbagi menjadi tiga yaitu verba perfektif, verba imperfektif dan verba imperatif. Verba perfektif dan verba imperatif memiliki harkat akhir yang tidak dapat diubah-ubah atau ﻣَﺒْﻨِﻲ/mabnî/ sedangkan verba imperfektif harakat akhirnya dapat berubah sesuai dengan fungsinya atau disebut juga dengan ْﺏب َﻣُﻌْ ﺮ /mu’rab/. Modus dalam verba imperfektif terbagi menjadi tiga yaitu modus jusif, modus indikatif, modus subjungtif. Harakat akhir pada verba imperfektif bentuk jamak orang ketiga dan kedua feminim ﺿﻤﻴﯿﺮ ﻣﺨﺎﻁطﺐ ﺍاﻟﻤﺆﻧﺚ ﻭو ﺿﻤﻴﯿﺮ ﻏﺎﺋﺐ ﺍاﻟﻤﺆﻧﺚ ﻟﺠﻤﻊ/dhamîr mukhâtab al-mu?anats wa dhamîr ghâ?ib al-mu?anats lijam’i/ biasanya berakhiran ﻣَﺒْﻨِﻲ/mabnî/ atau tidak dapat diubah. (Ahmed, 2008: 104). 3.7.1 Modus Subjungtif Modus ini adalah modus yang mengubah harakat akhir dhammah verba imperfektif menjadi fathah. 3.7.2 Modus Jusif Modus berikutnya adalah modus jusif dalam verba imperfektif dengan berubahnya harakat akhir dhammah menjadi sukun.
ANALISIS VERBA TRILITERAL FI’IL TSULATSI MUJARRAD DALAM JUZ 30 ALQUR’AN AL-KARIM
4.1 Pengantar Penulis akan menganalisis morfologi verba triliteral shahih salim di dalam juz 30 Al-Qur’an dan dalam analisis sintaksis verba akan penulis lakukan dengan menganalisis hal-hal yang terkait dengan struktur, kalimat verbal dan kalimat nominal, kemudian modus yang terkait dengan modus indikatif, jusif, dan subjungtif. Analisis terakhir mengenai klasifikasi verba yaitu verba perfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/fi’il madhi/, verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il mudhari/dan verba imperatifﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il amr/. 4.2 Morfologi Verba Triliteral Shahih Salim Verba triliteral shahih salim yang akan penulis ambil adalah verba triliteral yang berakar dasar /l/ ﻝل/’/ ﻉع/f/ ﻑفyang memiliki pola dengan konfik [a], [i] dan [u], dan juga verba imperfektif yang memiliki akar dasar [yaK1K2K3] dengan konfik [Ø], [a], [i] dan [u]. 4.2.1 Alomorf Imperfektif Pola [K1aK2aK3a]: َﻞ ﻓَ ﻌ Pola ini memiliki tiga buah alomorf pertama [yaK1K2[u]K3[u]]ُﻞ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’ulu/, kedua [yaK1K2[i]K3[u]]ُﻞ ِ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’ilu/ dan terakhir [yaK1K2[a]K3[u]] ُﻞ َ ﻳﯾَﻔ ﻌ/yaf’alu/. 4.2.1.1 Pola [K1K2aK3] – [yK1K2uK3]: ُﻞ ﻳﯾَﻔْ ﻌ َﻞ ﻓَ ﻌ (40 :)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻨّ ﺒﺎء.. ُﺍاﻟﻤَﺮءُﻣَﺎﻗَﺪﱠﻣَﺖْﻳﯾ َﺪ َﺍا ﻩه ُﻳﯾَ َﻮْﻡم ﻳﯾَﻨْﻈﺮ. . (1) /…yawma yandzhuru al-mar?u mâ qaddamat yadâhu... / (Q.S, 78: 40) ‘…, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;’ (2) ( 6 :ﻋ ْﻤ َﺎ ﻟَﻬﮭُﻢْ)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﺰّﻟﺰﻟﺔ َ ﺱس ُﺍاَﺷْﺘَﺎﺗ ﺎًﻟﱢﻴﯿُﺮَﻭو ْﺍا ﺍا ﺍاﻟ ﻨﱠﺎ ُﺼْ ﺪﺭر َﻳﯾَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻳﯾ /yawma?idzin yashduru an-nâsu asytâtaâ liyuraw a’mâluhum/ (Q.S, 99: 6) ‘Pada hari itu manusiakeluardari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.’ (Q.S, 99: 6) Data pertama ُ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ/yanzhuru/ dan kedua ﺼْﺪُﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/ ini merupakan pola pertama dari verba triliteral, pola [K1K2[a]K3] – [yaK1K2[u]K3]. Pola [K1K2[a]K3] – [yaK1K2[u]K3] apabila diberi tambahan konfik [a], [i] dan [u] maka akan menjadi [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[u]K3[u]]. Hal yang akan penulis bahas pertama kali adalah data pertama yaitu kata ُ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ/yanzhuru/, kata ini memiliki akar yang setara dengan akar pola verba
8 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
triliteral yang pertamaَﻞ →ﻓَ ﻌ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala ُﻞ → yaf’ulu/,dengan akar yang setara maka kata ُﻳﯾَﻨْﻈﺮ /yanzhuru/ berasal dari َﻧَﻈﺮ → ُﻳﯾَﻨْﻈﺮ /nadzara – yandzuru/ ‘melihat’. Kalimat ini merupakan kalimat transitif karena kalimat ini memiliki objek di dalamnya. kata ُﻳﯾَﻨْﻈﺮ /yanzhuru/ ‘melihat’ memiliki fungsi sebagai predikat atau ُﻞ ْ ﺍاﻟﻔِ ﻌ/al-fi'lu/, ُ ﺍا ﻟﻤَﺮء/al-mar?u/ berfungsi sebagai subjeknya dan yang berfungsi menjadi objek dalam kalimat ini adalah ُ ﻳﯾَﺪَﺍاﻩه/yadâhu/. Berbicara tentang verba maka berbicara juga mengenai mashdar dan pola morfologi infinitif dari kata ُﻳﯾَﻨْﻈﺮ /yanzhuru/ ‘melihat’ adalah ﻈَﻧَﺮ/nazhar/ ‘melihat’, َﻣﻈْﻨَﺮ/manzhar/ ‘melihat’,ﻈَﺓة َْﻧﺮ /nazhrah/ ‘melihat’ dan dengan polaٌﻞ ْ ﻓِ ﻌ/fi’lun/ maka akan terbentuk kataٌ ﻧِﻈْﺮ/nidzrun/ ‘mirip’ sebagai bentuk mashdar dari kata tersebut(Cowan, 1979: 1145). Berikutnya adalah data yang kedua, yaitu kataُﺼْ ﺪﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/. Contoh ini juga merupakan data dari pola verba triliteral yang pertama [K1K2[a]K3] – [yaK1K2[u]K3] dimana apabila telah diberi tambahankonfik di dalamnya, [a], [i] dan [u] maka akan menjadi [K1[a]K2[a]K3[a]]→ [yaK1K2[u]K3[u]] atau َﻞ ﻞُ → ﻓَ ﻌ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala→yaf’ulu/. Kataُﺼْ ﺪﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/ ini memiliki kesetaraan pola dengan polaَﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/→ ُﻞ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’ulu/ maka akan menjadi َ ﺻَ ﺪﺭر/shadara/ → ُﺼْ ﺪﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/ yang bermakna ‘keluar’ dalam surat ke 99 ayat 6. Data pada nomor dua ini termasuk ke dalam kalimat intransitif tetapi objeknya lesapdalam data ini, kataُﺼْ ﺪﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/ ‘keluar’berfungsi sebagai fi’il atau predikat dan yang memiliki fungsi sebagai subjek atau fâil adalah kata ُﺱس ﺍاﻟﻨ ﱠﺎ/an-nâsu/ ‘manusia dan objeknya adalah kubur yang dapat kita ketahui dengan melihat makna dari data tersebut. Pola infinitif dari kata ُﺼْ ﺪﺭر َ ﻳﯾ/yashduru/ ‘keluar’ ini adalah ٌﻞ ْ ﻓَ ﻌ/fa’lun/ dengan merujuk pada bentuk pola ini, maka didapati bahwa mashdar dari kata ini adalah ﺻَﺪْﺭر/shadr/ ‘dada’ (Cowan, 1979: 592). 4.2.1.2 Pola [K1K2aK3] – [yK1K2iK3]:ُﻞ ِﻳﯾَﻔْ ﻌ
َﻞ ﻓَ ﻌ
( 19 :ﻄﺎﺭر ﱢّ ِ )ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻻﻧ ﻔ.ٍﻻَﻣْﺮ ُ ﻳﯾَﻮْ ﻣَ ﺌِ ﺬ ﻴﯿْﺌﺎ ً ﻭوﺍا ٍ ﺲ َﺷ ْ ﺲٌﻟ ﱢﻨَﻔ ْﻧَﻔ ِﻳﯾَﻮْﻡمﻻَ ﺗَﻤْ ﻠ ُﻚ (3) /yawma lâ tamliku nafsun linafsin syay?an wa al?amru yawma?idzin lillahi/ (Q.S, 82: 19) ‘(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya ( menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.’ (Q.S, 82: 19) (4) ( 14 : ﻥنَ ) ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻤﻄﻔﻔﻴﯿﻦ ْﻰﻗ ُﻠُﻮْﺑِﻬﮭ ِﻢْﻣﱠﻛَﺎ ﻧُﻮﺍا ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ َ ﻥنَﻋَﻠ ﻼ ّﺑَﻞْﺭر ﺍا َﻛ /kallâ bal râna ‘alâ qulûwbihim mâ kânû yaksibûna/(Q.S, 83: 14)
‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupihati mereka.’ (Q.S, 83: 14) Penulis mengambil dua data untuk menganalisis pola [K1K2[a]K3] – [yaK1K2[i]K3], di nomor tiga ada data dengan kata ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ dan َﻥن ْ ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ/yaksibûna/. Kata dalam nomor tiga adalah ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ kata ini memiliki pola setara dengan pola [K1K2[a]K3] – [yaK1K2[i]K3] yang apabila diberi tambahan konfik [a], [i] dan [u] akan menjadi [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[i]K3[u]]. Dalam bahasa Arab pola itu dituliskan sebagai berikut َﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/ → ُﻞ ِﻳﯾَ ﻔْ ﻌ/yaf’ilu/ pola ini setara dengan pola kata ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ yaitu ُﻚ ِﻳﯾَﻤْ ﻠ ﻣَ ﻠ/malaka – َﻚ yamliku/ ‘berdaya’, dimana kata ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ adalah fi’il mudhari untuk orang kedua perempuan tunggal. Kalimat dalam data nomor tiga ini termasuk ke dalam kalimat transitif, kata kata ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ adalah predikat atau fi’il dalam kalimat ini dan yang berfungsi sebagai subjek atau fâilnya adalah ‘orang’ dan yang menjadi objek adalah kata ً ﺷَﻴﯿْﺌﺎ/syay?an/ Kembali mengingat analisis ini menganalisis verba dalam Al-Qur’an juz 30 maka dengan itu tidak lupa akan membahas tentang pola morfologi infinitif dari kata ُﻚ ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ yaitu ﻠَﻣْﻚ/malk/ ‘memerintah’ dan polaٌﻞ ْ ﻓُ ﻌ/fu’l/ → ﻠُﻣْﻚ/mulk/ ‘memerintah’, ﻠِﻣْﻚ/milk/ ‘kepemililikan’, ﻠَﻣِﻚ/malik/ ‘malaikat’ (Cowan, 1979: 1082). Data berikutnya di nomor empat yaitu kata ْ ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ/yaksibûna/. Kata ini sama dengan kata َﻥن ِ ﺗَﻤْ ﻠ/tamliku/ yang polanya setara dengan pola ُﻚ [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[i]K3[u]] atau َﻞ ﻓَ ﻌ/fa’la/ → ُﻞ ِ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’ilu/. Maka pola dari kata َﻥن ْ ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ/yaksibûna/ adalah َﺐ ﻛَ ﺴ/kasaba/ →ﺴِﺐ ْ ﻳﯾَ ﻜ/yaksibu/ ‘menutupi’. Kalimat dalam data nomor empat merupakan kalimat intransitif, karenahanya terdiri dari subjek dan predikat. Subjek dari kalimat ini adalah ْ ﻫﮬﮪھُﻢ/hum/ ‘mereka laki-laki’ dan predikatnya adalah kata ْ ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ/yaksibûna/ ‘menutupi’. َﻥن Berbicara tentang verba, maka membicarakan juga bentuk mashdar dari sebuah kata atau verba dan pola morfologi bentuk infinitif dari kata َﻥن ْ ﻳﯾَﻜْﺴِﺒُ ﻮ/yaksibûna/ ‘menutupi adalah ﻓَﻌْﻞ/fa’l/ dan ﻓُﻌْﻞ/fu’l/ → ﺴْﺐ َ ﻛ/kasb/ ‘perolehan’ danﺴْﺐ ُ ﻛ/kusb/ ‘minyak kue’. 4.2.1.3 Pola [K1K2aK3] – [yK1K2aK3]:ُﻞ َﻳﯾَﻔ ﻌ
َﻞ ﻓَ ﻌ
(5)( 2 :ﻻًﻭو ﱠﻋَ ﺪﱠﺩدَﻩهُ)ﺳﻮﺭر ﺓة ﺍاﻟﻬﮭﻤﺰﺓة ﻣَ ﺎ َﻱي ﺟَ ﻤﻊ ِ ﺍاﻟﱠﺬ /alladzî jama’amâ lâwwa ‘addadahu/(Q.S, 104: 2) Yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya, (Q.S, 104: 2) (6)( 28 :ﺕت ﺳﻮﺭر ﺓة ﺍاﻟﻨّﺎﺯز ﻋَﺎ )ﺳَﻤْﻜَ ﻬﮭَ ﺎ ﻓَﺴَﻮﱠﺍاﻫﮬﮪھَﺎ
َﺭرَ ﻓﻊ
9 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
/rafa’a samkahâ fasawwâhâ/(Q.S, 79: 28) ‘Dia telah Meninggikan bangunannya lalu Menyempurnakannya,’ (Q.S, 79: 28)
‘Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman’
Penulis mengambil dua data verba dalam AlQur’an untuk menganalisis pola ini, dua data tersebut adalah kata pada nomor lima dengan kata َ ﺟَ ﻤﻊ/jama’a/ dan nomor enam dengan kata َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/. Kedua kata ini setara dengan pola [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] atau pola ُﻞ َﻳﯾَﻔ ﻌ َﻓﻞَﻌ/fa’ala – yaf’alu/, maka kata َ ﺟَ ﻤﻊ/jama’a/ berasal dari َ ﺟَ ﻤﻊ/jama’a/ → ُﺠْﻤَﻊ َﻳﯾ /yajma’u/ ‘mengumpulkan’. Data ini merupakan kalimat transitif karena objeknya ada dalam kalimat tersebut, adapun yang menjadi subjeknya adalah َﻮُﻫﮬﮪھ/huwa/ yang lesap di dalam kalimat ini dan predikatnya adalah kata َ ﺟَﻊﻤ/jama’a/ ‘mengumpulkan’ dan objeknya adalah kata ﻣ َﺎ/mâlan/ ‘harta’ .Kata َ ﺟَ ﻤﻊ/jama’a/ ini memiliki pola ًﻻ mashdar yaitu pola ﻓَﻌْﻞ/fa’l/ → ﺟﻤَﻊ/jam’/ ‘pertemuan’ (Cowan, 1979: 160). Kata berikutnya adalah kata nomor ke enam yaitu َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/. Kata ini setara dengan pola [K1K2[a]K3] – [yK1K2[a]K3] yang apabila diberi tambahan vokal pendek /a/, /i/ dan /u/ akan menjadi [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] atauَﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔ ﻌ/yaf’alu/.Jadi apabila kata َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/ setara dengan pola [K1[a]K2[a]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] maka kata ini berasal dari akar kata َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/ → ُ ﻳﯾَﺮْﻓَﻊ/yarfa’u/ ‘meninggikan’. Kalimat dalam data ini merupakan kalimat transitif. Kalimat transitif adalah kalimat yang lengkap di dalamnya terdapat objek, adapun objek dari ayat ini adalah َﻚ ْ ﺳَ ﻤ/samaka/ ‘bangunan’, subjek dari kalimat ini adalah َ ﻫﮬﮪھُﻮ/huwa/ ‘dia’ yang lesap dalam kalimat ini, dan predikatnya adalah َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/ ‘meninggikan’. Kata َ ﺭرَ ﻓﻊ/rafa’a/ ‘meninggikan’ memiliki pola mashdar yaitu ﻓَﺭرْﻊ/raf’/ ‘mengangkat’, pola ٌﻞ ْ ﻓُ ﻌ/fu’lun/ → ٌ ﺭرُﻓْﻊ/ruf’un/ ‘pengangkatan’, pola ﻓِﻌَﺎﻝل/fi’âl/ → ﺭرِﻓَﺎﻉع /rifâ’/ ‘Shrovetide’ dan pola َﻣﻌْﻔَﻞ/maf’al/ → ﻣَﺮْﻓَﻊ /marfa’/ ‘Shrovetide’ (Cowan, 1979: 405-406).
Pola [K1K2[i]K3] – [yK1K2[a]K3] apabila diberi tambahan konfik [a], [i] dan [u] akan menjadi [K1[a]K2[i]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] atau َﻞ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’alu/. Kata ُﺸْﻬﮭَﺪ َ ﻳﯾ/yasyhadu/ memiliki pola yang setara dengan pola [K1[a]K2[i]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] atau َﻞ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’alu/. Kata ُﺸْﻬﮭَﺪ َ ﻳﯾ/yasyhadu/ berasal dari َ ﺷَﻬﮭِﺪ/syahida/ → ُﺸْﻬﮭَﺪ َ ﻳﯾ/yasyhadu/ ‘disaksikan’. Kalimat dalam ayat ini adalah kalimat transitif, memiliki objek di dalamnya. Subjek dalam kalimat ini adalah ﺍاﻟﻤﻼﺋﻜﺔ/al-malâikatu/ ‘malaikat-malaikat’ dan predikatnya adalah ُﺸْﻬﮭَﺪ َ ﻳﯾ/yasyhadu/ ‘disaksikan’. Pola morfologi infinitif dari kata ُﺸْﻬﮭَﺪ َ ﻳﯾ/yasyhadu/ adalah ﺷُﻬﮭُﻮﺩد/syuhûd/ ‘menyaksikan’, ﻓَﻌْﻞ/fa’l/ dan ﻓُﻌْﻞ/fu’l/ → ﺷَﻬﮭْﺪ/syahd/ dan ﺷُﻬﮭْﺪ/syuhd/ yang memiliki makna ‘madu’ (Cowan, 1979: 571). Kata berikutnya ada di nomor delapan yaitu kata ِ ﺿَ ﺤ/dhaḥika/. Kata ini juga memiliki akar yang setara َﻚ dengan pola [K1[a]K2[i]K3[a]] – [yaK1K2[a]K3[u]] atau َﻞ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’alu/. Apabila kata ِ ﺿَ ﺤ/dhaḥika/ memiliki akar yang sama dengan pola َﻚ [K1[a]K2[i]K3[a]] – [[yaK1K2[a]K3[u]] atau َﻞ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’alu/ maka kata َﻚ ِ ﺿَ ﺤ/dhaḥika/ berasal dari kata َﻚ ِ ﺿَ ﺤ/dhaḥika/ → ُﻚ َﻀْ ﺤ َ ﻳﯾ/yadhḥaku/ ‘tertawa’. Kalimat dalam ayat ini merupakan transitif, karena lengkap di dalamnya terdapat subjek, predikat dan objek. Subjek dari ayat ini adalah ﺟْﺮَﻣُﻮﺍا َ ﺍا/ajramû/ ‘orang-orang yang berdosa, predikatnya ada dalam kata َﻀْ ﺤ ُﻚ َ ﻳﯾ/yadhḥaku/ ‘tertawa’ dan objek dari kalimat ini adalah ﺍاﻣَﻨُﻮﺍا/amanû/ ‘orang-orang yang beriman’. Pola morfologi infinitif dari kata ُﻚ َﻀْ ﺤ َ ﻳﯾ/yadhḥaku/ ‘tertawa’ adalah ﻓَﻌْﻞ/fa’l/ dan ﻓِﻌْﻞ/fi’l/ → ﺤْﻚ َ ﺿ/dhaḥk/ dan ﺤْﻚ ِ ﺿ/dhiḥk/ yang memiliki makna ‘tertawa’ (Cowan, 1979: 626).
4.2.2 Alomorf Imperfektif Pola [K1aK2iK3a]:َﻞ ِﻓَ ﻌ Pola ini adalah akar kata yang kedua dalam pola konjugasi verba triliteral, yaitu َﻞ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila/. Akar kata ini hanya memiliki satu alomorf imperfektif yaitu, َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/yaf’alu/. ُﻞ
4.3 AnalisisSintaksis Verba Triliteral dalam Struktur Kalimat Analisis berikutnya adalah analisis sintaksis verba triliteral dalam struktur. Struktur dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu kalimat verba ُﺠُﻤْﻠَﺔُﺍاﻟﻔِﻌْﻠِﻴﯿﱠﺔ ﺍاﻟ /aljumlatu al-fi’liyyatu/ dan kalimat nomina ُﺍاﻟﺠُﻤْﻠَﺔ ُﻹِﺳْﻤِﻴﯿﱠﺔ ﺍا/al-jumlatu al-?ismiyyatu/ (Ahmed, 2008: 59).
4.2.2.1 Pola [K1K2iK3] – [yK1K2aK3]:ُﻞ َﻳﯾَﻔْ ﻌ
َﻞ ِﻓَ ﻌ
(7) ( 21 :ﻦ ﻄ ﻔﻴﯿ ﻩه ُ ﺍاﻟ ﻤُ ﻘَﺮﱠ ﺑُﻮْﻥنَ)ﺳ ﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻤ ُﺸْﻬﮭَﺪ َﻳﯾ /yasyhaduhu al-muqarrabûna/ (Q.S, 83: 21) ‘yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).’ (Q.S, 83: 21) (29 : ﻥنَ ) ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻤﻄﻔﻔﻴﯿﻦ ْﻀْﺤَﻜُ ﻮ َﻳﯾ ﻦَ ﺍاﻣَ ﻨُﻮﺍا ْ ﻦَ ﺍاﻟﱠﺬِﻳﯾ ِ ﺟْﺮَﻣُﻮﺍاﻛ َﺎﻧُﻮﺍاﻣ َﻦَ ﺍا ْ ﻥنﱠ ﺍاﻟﱠﺬِﻳﯾ ِ ﺍا (8) /inna alladzîna ajramû kânû mina alladzîna amanû yadhḥakûna(sûratu al-muthafifîn: 29)/
4.3.1 Kalimat Verbal Al-jumlah Al-fi’liyyah Kalimat verba adalah kalimat yang diawali dengan verba (Ahmed, 2008: 59). Merujuk dari landasan teori di bab sebelumnya, maka sekarang penulis akan menganalisis contoh kalimat verba di dalam juz 30 AlQur’an. Data-data kalimat verba itu adalah: (9) ( 40 : )ﺳﻮﺭرﺓةﺍاﻟﻨﺒﺎء. . ُ ﺖ ْﻳﯾَﺪَﺍاﻩه َ ﻣﻗَﺎَﺪﱠﻣ ُﻳﯾَﻨْﻈﺮُ ﺍاﻟﻤَﺮْء َﻳﯾَﻮْﻡم. . /…yauma yanzhuru al-mar?u mâ qaddamat yadâhu…/
10 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
‘…, pada hari manusiamelihatapa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya…’ (Q.S, 78: 40) Dari data nomor sembilan (9) kita mengambil data kata yang digarisbawahi, yaitu kata ُ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ/yanzhuru/ ‘melihat’ dan kata ُ ﺍاﻟﻤَﺮْء/al-mar?u/ ‘manusia’. Kita dapat melihat bahwa kalimat ini dimulai dengan verba ُ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ/yanzhuru/ ‘melihat’dan diikuti oleh kata kedua sebagai subjeknya atau ﻓﻋﺎَِﻞ/fâ’il/ yaitu ُ ﺍاﻟﻤَﺮْء/al-mar?u/ ‘manusia’, dengan bentuk seperti ini maka dapat disimpulkan bahwa kalimat di atas ini merupakan contoh dari kalimat verbal. Karena rumus dari kalimat verbal adalah ( Predikat + Subjek ). ﻦ ُﻭوَﻗ ﺎ َﻝل ﺣْﻤ ﻥنَ ﻟ َﻪﮫُ ﺍاﻟﺮﱠ ِﻦ ْﺍاَ ﺫذ َ ﺍاِﻻﱠﻣ ْﻻ ﱠﻳﯾَ ﺘﻜَ ﻠﱠﻤُ ﻮ َﻥن ﺻﻔّ ًﺎ ُﺡحُ ﻭوَ ﺍاﻟﻤَ ﻠٰﺌِﻜَﺔ ﻳﯾَﻮْﻡمَ ﻳﯾَﻘُﻮ ْﻣُﺎﻟﺮ ﱡﻭو (38 :()ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻨّﺒﺄ 10 )ﺻَﻮَﺍاﺑًﺎ /yauma yaqûmu ar-rûhu wa al-malâ?ikatu shaffan lâ yatakallamûna illa man adzina lahu ar-rahmânu wa qâla shawaban/ ‘Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar’ (Q.S, 78: 38) Data berikutnya di nomor sepuluh (10). Kata pertama adalah ُ ﻳﯾَﻘُﻮْﻡم/yaqûmu/ ‘berdiri’ yang berfungsi sebagai predikat atau ُﻞ ْ ﺍاﻟﻔِ ﻌ/al-fi'lu/ dan kata kedua ﺍاﻟﺮ ﱡﻭو/ar-rûḥu/ ‘ruh’ dan kata ُ ﺍاﻟﻤَ ﻠٰﺌِﻜَﺔ/al-malâ?ikatu/ ُﺡح ‘malaikat-malaikat’ berfungsi sebagai ﻓﻋﺎَِﻞ/fâ’il/ atau subjeknya. Dengan melihat kalimat di atas yang tersusun dengan kata ُ ﻳﯾَﻘُﻮْﻡم/yaqûmu/ ‘berdiri’ di awal kalimat dan diikuti dengan kata ُﺡح ﺍاﻟﺮ ﱡﻭو/ar-rûḥu/ ‘ruh’ dan kata ُ ﺍاﻟﻤَ ﻠٰﺌِﻜَﺔ/al-malâ?ikatu/ ‘malaikat-malaikat’ dibelakangnya maka dapat disimpulkan bahwa kalimat ini adalah kalimat verbal. 4.3.2 Kalimat Nominal Al-jumlah Al-?ismiyyah Jumlah ismiyah atau kalimat nomina adalah kalimat yang diawali dengan nomina (Ahmed, 2008: 59). Kalimat nomina ini terdiri atas dua bagian yang pertama subjek dan yang kedua adalah predikat (Ahmed, 2008: 87). Subjek di dalam kalimat nomina disebut dengan ﺍاﻟﻤُﺒْﺘَﺪَﺃأ/al-mubtada?/ dan predikatnya disebut dengan ُﺨَﺒَﺮ ﺍاﻟ/al-khabaru/. Adapun contoh kalimat nomina di dalam juz 30 Al-Qur’an adalah sebagai berikut: (11)( 9 : ﺸَﻲ) ﺳﻮﺭرﺓة ﻋﺒﺲ ْﻭوَ ﻫﮬﮪھُ ﻮﻳﯾَﺨ /wa huwa yakhsya/ ‘Sedang dia takut kepada Allah’(Q.S, 80: 9) Di nomor sebelas (11) ada dua kata yang digarisbawahi yaitu kata َ ﻫﮬﮪھُﻮ/huwa/ ‘dia laki-laki’ dan kata kedua adalah kata ﺸَﻲ ْ ﻳﯾَﺨ/yakhsya/ ‘takut’. Katakata ini memiliki fungsinya sendiri-sendiri, yang berfungsi sebagai ﺍاﻟﻤُﺒْﺘَﺪَﺃأ /al-mubtada?/ atau subjek dalam kalimat ini adalah kata َ ﻫﮬﮪھُﻮ/huwa/ ‘dia laki-laki’, sedangkan ﺸَﻲ ْ ﻳﯾَﺨ/yakhsya/ ‘takut’ memiliki fungsi sebagai ُﺨَﺒَﺮ ﺍاﻟ/al-khabaru/ atau predikat. Maka dengan bukti seperti ini, (subjek di awal kalimat dan diikuti
dengan predikat dibelakangnya) kalimat ini merupakan kalimat nominal atau ُﻹِﺳْﻤِﻴﯿﱠﺔ ﺍاﻟﺠُﻤْ ﻠَﺔُ ﺍا /al-jumlatu al?ismiyyatu/. (12) ( 7 :ﺝج ﻦ َﺷُ ﻬﮭُﻮْﺩدٌ)ﺳﻮﺭر ﺓة ﺍاﻟ ﺒﺮﻭو ْ ﺑ ِﺎﻟﻤُﺆْﻣِﻨ ِﻴﯿ ْﻲَﺎ ﻳﯾَﻔْ ﻌَﻠُ ﻮ َﻥن َﻭوَ ﻫﮬﮪھُﻢْ ﻋ َﻠﻣ /wa hum ‘ala mâ yaf’alûna bil mu?minîna syuhûdun/ ‘Sedang mereka menyaksikan apa yang merekaperbuat terhadap orang-orang mukmin’ (Q.S, 85: 7) Berikutnya yang akan penulis analisis adalah kalimat di nomor dua belas (12), dalam kalimat ini ada dua kata yang digarisbawahi. Kalimat ini merupakan kalimat nomina atau yang dimaksud dengan ﺠ ُﺔَﻠ ُﻟﺍا ْﻤ ُﻹِﺳْﻤِﻴﯿﱠﺔ ﺍا/al-jumlatu al-?ismiyyatu/. kalimat ini masuk ke dalam kalimat nomina karena di dalamnya didahulukan dengan subjek kemudian predikat, dan kata – kata yang berfungsi sebagai subjek ﺍاﻟﻤُﺒْﺘَﺪَﺃأ/al-mubtada?/ adalah kata ْ ﻫﮬﮪھُﻢ/hum/ ‘mereka laki – laki’ dan sedangkan yang berfungsi sebagai predikat atau ُﺨَﺒَﺮ ﺍاﻟ /al-khabaru/ adalah kata َﻥن ْ ﻳﯾَﻔْ ﻌَﻠُ ﻮ/yaf’alûna/ ‘perbuat’, dengan adanya dua kata ini maka kalimat di nomor dua belas ini adalah kalimat nomina atau ُﺳْﻤِﻴﯿﱠﺔ ِﺍاﻟﺠُ ﻤْﻠَ ﺔُﺍاﻹ /al-jumlatu al?ismiyyatu/. 4.4 Analisis Sintaksis Verba Triliteral dalam Modus Poin berikut ini akan menjelaskan tentang analisis modus di dalam juz 30 Al-Qur’an. Modus ini hanya terjadi di dalam verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/karena verba ini mu’rab ﻣُﻌْﺮَﺏبyang artinya dapat berubah fungsinya di dalam kalimat. Ada 3 modus yang dikenal di verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/ diantaranya adalah subjungtif, jusif, indikatif dan semua ini akan dianalisis apakah terdapat modus-modus ini di dalam AL-Qur’an juz 30 (Ahmed, 2008: 104). 4.4.1 Modus Subjungtif (13)( 30 :ﻻ ﱠﻋَ ﺬَ ﺍاﺑًﺎ)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻨّﺒﺄ ِ ﻛُﻢْ ﺍا َﻓَﺬُﻭوْﻗُﻮﺍاﻓَ ﻠَﻨْﻨَﺰِﻳﯾْﺪ /fadzûqû falannazîdakum illa ‘adzâban/ ‘Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan Kami tambahkan kepadamu selain azab’ (Q.S, 78: 30) Dari nomor ini penulis menganalisis bahwa di surat An-Naba’ ayat: 30 mengandung modus subjungtif di dalamnya. Modus subjungtif itu sendiri terlihat dengan adanya harakat fathah (َ◌ )di verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri/. Seperti di kata َ ﻧَﺰِﻳﯾْﺪ/nazîda/ ‘tambah’harakat fathah (َ )dapat ditemukan di verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/ hal ini dikarenakan terdapat kata ْﻦ َ ﻟ/lan/ ‘tidak’. Apabila tidak ada huruf ْﻦ َ ﻟ/lan/ ‘tidak’ maka seharusnya kata َ ﻧَﺰِﻳﯾْﺪ/nazîda/ menjadi ُ ﻧَﺰِﻳﯾْﺪ/nazîdu/. 4.4.2 Modus Jusif (14)( 4 :ﺹص ﺧﻼ ﺣَﺪ ُ)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍا ﻹ َ ﻟَﻪﮫُﻛ ُﻔُﻮ ًﺍا ﺍا ُﻭوَ ﻟَﻤْﻴﯿَ ﻜ ْﻦ /wa lam yakun lahu kufuwan aḥadun/
11 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
‘Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia’ (Q.S, 112: 4) Berikutnya yang akan penulis analisis adalah nomor empat belas (14), dari ayat ini penulis mendapati bahwasanya verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/ nya berharakat sukun atau ) (ْ ◌ . Hal ini jelas tergambarkan dari kata ْﻦ ُ ﻳﯾَ ﻜ/yakun/ yang di akhir katanya berhuruf sukun. Asal kata ُ ﻳﯾَ ﻜ/yakun/ sebenarnya berharakat akhir dengan ْﻦ dhammah ( ُ ) yaitu kata ُﻥن ْ ﻳﯾَﻜُ ﻮ/yakûnu/ dan hilang huruf ﻭو/waw/ nya karena sebelum kata ْﻦ ُ ﻳﯾَ ﻜ/yakun/ terdapat kata ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’. Apabila muncul salah satu huruf jazm atau huruf ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ maka verba imperfektif yang mengikutnya akan berharakat sukun, seperti ayat di atas ini. (15)( 14 :ﻖ ﻥن ﱠﷲّ َ ﻳﯾَﺮَﻯى)ﺳﻮﺭرﺓةﺍا ﻟﻌ ﻠ َ ﺑِﺎ ْﺍاَ ﻟَﻤْﻴﯿَﻌْﻠَﻢ /alam ya’lam bianna llaha yara/ (Q.S, 96: 14) ‘Tidakkan dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Melihat (segala perbuatannya)?’ (Q.S, 96: 14) Ayat di atas ini merupakan data ayat kedua dari modus jusif. Surat Al-Alaq ayat 14 (empat belas) ini yang akan penulis analisis. Dalam ayat tersebut ada dua buah kata yang telah digaris bawahi yaitu kata ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ dan kata ْ ﻳﯾَﻌْﻠَﻢ/ya’lam/ ‘mengetahui’. Harakat di verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l almudhâri’/ adalah sukun(ْ)hal ini terjadi dikarenakan ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ merupakan salah satu huruf jazm, apabila sebuah verba diikuti dengan huruf jazm yang dalam contoh ini merupakan huruf ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ maka kata yang mengikutinya akan berharakat sukun. Kata ْ ﻳﯾَﻌْﻠَﻢ/ya’lam/ ‘mengetahui’ tadinya berharakat dhammah di akhirnya, tetapi karena bertemu dengan salah satu huruf jazm maka harakat akhirnya berubah menjadi sukun. (16)( 2 :ﻞ ﻞ ٍ)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍا ﻟﻔﻴﯿ ﻛَﻴﯿْ ﺪَﻫﮬﮪھُﻢﻓِﻲ ﺗَﻀْ ﻠِ ﻴﯿ َﺠْ ﻌ ْﻞ َﺍاﻟَﻢْ ﻳﯾ /alam yaj’al kaydahum fî tadhlîl/ (Q.S, 105: 2) ‘Bukankah Dia yang telah Menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?’ (Q.S, 105: 2) Tidak jauh dengan pembahasan sebelumnya nomor berikut ini juga akan menjelaskan tentang modus jusifdi dalam juz 30 Al-Qur’an. Ada dua kata yang di garis bawahi dalam ayat di atas ini. Kata tersebut adalah kataْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ dan kata ْﻞ َﺠْ ﻌ َ ﻳﯾ/yaj’al/ ‘menjadikan’. Kata ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ adalah salah satu huruf jazm dengan adanya huruf jazm yang terletak di depan verba, akan menjadikan verba yang tadinya berharakat dhammah menjadi berharakat sukun. Seperti kata ْﻞ َﺠْ ﻌ َ ﻳﯾ/yaj’al/ ‘menjadikan’, kata ini sebelum bertemu huruf jazm berharakat akhir dhammah yaitu َ ﺠْﻳﯾَ ﻌ/yaj’alu/ ‘menjadikan’ akan tetapi setelah bertemu ُﻞ dengan ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ kata ini akan berharakat sukun, karena kata yang mengikuti huruf jazm akan berakhiran sukun di akhir kata.
4.4.3 Modus Indikatif (17)( 7 :ﻕق ﻄ ّﺎﺭر ﺐ ِ) ﺳﻮﺭرﺓةﺍا ﻟ ِ ﺐ ِﻭوَ ﺍاﻟ ﺘﱡﺮَ ﺍاﺋ ْ ﺼُﻠ ﻦ ْﺑَﻴﯿْﻦِﺍا ﻟ ِﻣ ﺨْ ﺮ ُﺝج َﻳﯾ /yakhruju min bayni as-shulbi wa at-turâ?ibi/ (Q.S, 86:7) ‘Yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.’ (Q.S, 86:7) Nomor tujuh belas adalah ayat berikutnya yang akan menjelaskan bagaimana modus indikatifitu. Ayat yang akan penulis analisis berikutnya adalah surat athTharîq ayat 7 (tujuh). Ayat ini menjelaskan bahwa verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/ itu pada umumnya berharakat dhammah seperti kata ﺨْ ﺮ ُﺝج َ ﻳﯾ/yakhruju/’keluar’. Kata ini berharakat akhir dhammah karena tidak bertemu dengan salah satu huruf jazm ْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ dan kata ْﻦ َ ﻟ/lan/ ‘tidak’. (18)(28 :ﻦ ﻄ ﻔﻴﯿ ﺑِﻬﮭَ ﺎ ﺍاﻟ ﻤُ ﻘَﺮﱠ ﺑُﻮْﻥنَ)ﺳ ﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻤ َﺸْ ﺮ ُﺏب ﻋَﻴﯿْﻨًﺎ ﻳﯾﱠ /’ayna yasyrabu bihâ al-muqarrabûn/ (Q.S, 83: 28) ‘(yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Allah).’ (Q.S, 83: 28) Modus dalam ayat 28 dalam surat Al-Muthafifîn ialah modus indikatif. Ayat ini termasuk kedalam modus indikatif karena verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/al-fi’l al-mudhâri’/dalam ayat tersebut berharakat akhir dhammah( ُ )seperti kata َﺸْ ﺮ ُﺏب َ ﻳﯾ/yasyrabu/ ‘minum’ harakat akhirnya adalah dhammah( ُ ).Hal ini terjadi karena di dalam ayat ini tidak ditemukannya salah satu huruf jazmْ ﻟَﻢ/lam/ ‘tidak’ atau kata ْﻦ َ ﻟ/lan/ ‘tidak’ seperti di modus subjunctive dan modus jusif. 4.5Analisis Sintaksis Verba Klasifikasi Verba
Triliteral dalam
Verba dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu verba perfektif, verba imperfektifn dan verba imperatif. Ayat-ayat di bawah ini merupakan analisis dari penulis tengtang verba yang terdapt di juz 30 AlQur’an. 4.5.1 Verba PerfektifFi’il Madhi Berikut ini merupakan contoh-contoh ayat yang menggunakan verba perfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/fi’il madhi/ di dalamnya. (19) ( 2 :ﻣَﺎﻻًﻭو ﱠﻋَ ﺪﱠﺩدَﻩهُ)ﺳﻮﺭر ﺓة ﺍاﻟﻬﮭﻤﺰﺓة َﻱي ﺟَ ﻤﻊ ِ ﺍاﻟﱠﺬ /alladzî jama’a mâ lâwwa ‘addadahu/ ‘ Yang mengumpulkan harta dan menghitunghitungnya,’ Nomor 19 (sembilan belas) ini merupakan analisis mengenai ayat yang di dalamnya terkandung verba perfektifﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/al-fi’il al-madhi/. Contoh yang digaris bawahi yaitu kata َ ﺟَ ﻤﻊ/jama’a/ ‘mengumpulkan’. Kata ini merupakan salah satu contoh dari Al-Quran juz 30 yang memiliki bentuk verba perfektif dari verba triliteral karena tidak terdapat
12 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
salah satu huruf ﻱي/y/,ﺕت/t/,ﺍا/a/,ﻥن/n/( ) ﻳﯾﺘﺎﻥنdan verba ini menunjukan orang ke 3 laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah ﺐﺍاﻟﻤُﺬَﻛَﺮ ِﻏَﺎ ﺋ ﺿ َﻤ ِﻴﯿﺮ /dhamîr ghâ?ib almudzakar/. Verba ini termasuk kedalam pola K1[a]K2[a]K3[a] – [ya]K1K2[a]K3[u] atauَﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔ ﻌ/yaf’alu/. (20)( 1 :ﻞ ﻞ ِ)ﺳﻮﺭرﺓة ﺍا ﻟﻔﻴﯿ ْ ﺤَﺎﺏبِ ﺍا ﻟﻔ ِﻴﯿ ْﺻ َﺭرَﺑﱡﻚَﺑ ِﺎ َﻞ ﻒَ ﻓَ ﻌ ْﺍاﻟَﻢْﺗَﺮﻛَ ﻴﯿ /alam kayfa fa’ala rabbuka biashḥâbi al-fîli/ ‘Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhan-mu telah Bertindak terhadap pasukan bergajah?’ Ayat di nomor 20 (dua puluh) merupakan data kedua dari juz 30 Al-Qur’an yang di dalamnya terkandung verba perfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/al-fi’il almadhi/. Verbanya adalah kata yang di garis bawahi dalam ayat tersebut yaitu kata َﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/ ‘bertindak’. Verba ini merupakan verba perfektif karena di dalamnya tidak terdapat hurufﻱي/y/,ﺕت/t/,ﺍا/a/,ﻥن/n/( ) ﻳﯾﺘﺎﻥن dan verba ini menunjukkan orang ke 3 laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah ﺐﺍاﻟﻤُﺬَﻛَﺮ ِﺿَ ﻤِ ﻴﯿﺮﻏَﺎ ﺋ /dhamîr ghâ?ib al-mudzakar/ verba ini masuk kedalam pola K1[a]K2[a]K3[a] → [ya]K1K2[u]K3[u] atau َﻞ → ﻓَ ﻌ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala → yaf’ulu/. ُﻞ 4.5.2 Verba ImperfektifFi’il Mudhari Ayat-ayat di bawah ini merupakan ayat yang penulis analisis bahwa di dalamnya terdapat verba imperfektif atau menggunakan ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il almudhari/. ﺳﺭرﺓة ﺖُﺗُﺮ ًﺍاﺑً ﺎ ) ﻮ ْﻲﻛُﻨ ِﺖ ْﻳﯾَﺪَﺍاﻩه ُﻭوَﻳﯾَﻘُ ﻮْﻝلُﺍاﻟﻜَﻔِﺮ ُﻳﯾَ ﻠَﻴﯿْﺘَ ﻨ َﺍاﻟﻤَﺮءُﻣ َﺎﻗَﺪﱠﻣ ُﻳﯾَﻮْﻡمَ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ. . (21)( 40 :ﺍاﻟﻨ ّﺒﺎء /yawma yanzhuru al-mar?u mâ qaddamat yadâhu wa yaqûlu al-kafiru yalaytanî kuntu turâban/ ‘…, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah” ’ (Q.S, 78:40) Pada ayat nomor 21 (dua puluh satu) ditemukan bahwa ayat ini mengandung verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il al-mudhari/. Verbanya adalah kata yaang di garis bawahi di dalam ayat tersebut yaitu kata ُ ﻳﯾَﻨْﻈﺮ/yanzhuru/ ‘melihat’. Verba ini merupakan verba imperfektif karena di dalamnya terdapat hurufﻱي/y/ yang merupakan salah satu tanda bahwa verba ini adalah verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il almudhari/ dan verba ini menunjukan orang ke 3 lakilaki atau lebih dikenal dengan istilah ﺐ ِ ﺿ َﻤِﻴﯿﺮﻏَﺎﺋ ﺍاﻟﻤُﺬَﻛَﺮ/dhamîr ghâ?ib al-mudzakar/. Verba ini termasuk kedalam pola K1[a]K2[a]K3[a] → [ya]K1K2[u]K3[u] atau َﻞ ﻞُ → ﻓَ ﻌ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala → yaf’ulu/. (22) ( 36 : ﻥنَ ) ﺳﻮﺭرﺓة ﺍاﻟﻤﻄﻔﻔﻴﯿﻦ ْﺏب َﺍاﻟﻜُﻔّﺎﺭرُﻣَﻛَﺎ ﻧُﻮﺍا ﻳﯾَﻔْ ﻌَﻠُ ﻮ ﻞْﺛ ُﻮﱢ َﻫﮬﮪھ /hal tsuwiba al-kuffâru mâ kânû yaf’alûna/ ‘Apakah orang-orang kafir itu diberi balasan (hukuman) terhadap apa yang telah merekaperbuat’ (Q.S, 83:36)
Nomor berikut ini merupakan analisis berikutnya perihal adanya verba imperfektif dalam juz 30 AlQur’an.dari ayat di atas dapat ditemukan verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il al-mudhari/ yang di garis bawahi yaitu kata َﻥن ْ ﻳﯾَﻔْ ﻌَﻠُ ﻮ/yaf’alûna/ ‘perbuat’. Kata ini merupakan ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il al-mudhari/ karena ditemukan huruf ﻱي/y/ yang merupakan salah satu pemarkah verba imperfektif atau ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il almudhari/. Verba ini menunjukan orang ke 3 laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah ِ ﺿ َﻤِﻴﯿﺮﻏَﺎﺋ ﺐ ﺍاﻟﻤُﺬَﻛَﺮ/dhamîr ghâ?ib al-mudzakar/ untuk orang yang jumlahnya lebih dari 3. Verba ini termasuk kedalam pola K1[a]K2[a]K3[a] → [ya]K1K2[u]K3[u] atau َﻞ ﻞُ → ﻓَ ﻌ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala → yaf’ulu/. 4.5.3 Verba ImperatifFi’il Amr Ayat-ayat di bawah ini merupakan ayat-ayat yang di dalamnya mengandung verba imperatif atau yang lebih dikenal dengan istilah ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/. (23) ( 19 :ﻖ ﻭو َﺍا ﻗْ ﺘَﺮِﺏبْ)ﺳﻮﺭرﺓةﺍا ﻟﻌ ﻠ ْﺳْﺠُﺪ ﻄِﻌْﻪﮫ ُﻭوَ ﺍا ُ ﻼﱠﻻَﺗ َﻛ /kallâ lâ tuthi’hu wasjud waqtarib/ ‘Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah)’ (Q.S, 96: 19) Pada ayat nomor 23 (dua puluh tiga) ditemukan bahwa ayat ini mengandung verba imperatif atau ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/. Verbanya adalah kata yaang digarisbawahi di dalam ayat tersebut yaitu kata ْﺳْﺠُﺪ ﺍا/sjud/ ‘sujudlah’. Verba ini merupakan verba imperatif karena di dalamnya terdapat prefiks ﺻَﻞ َﻫﮬﮪھَﻤْﺰَ ﺓةُﺍاﻟ ﻮ di depan verba dan harakat sukun ( ْ◌ )yang merupakan salah satu ciri bahwa verba ini adalah verba imperatif atau ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/ dan verba ini menunjukan bentuk tunggal orang ke 2 laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah ﺿﻤﻴﯿﺮ ﻣﺨﺎﻁطﺐ ﺍاﻟﻤﺬﻛﺮ/dhamîr mukhâtab al-mudzakar/.Verba ini termasuk kedalam pola K1[a]K2[a]K3[a] → [ya]K1K2[u]K3[u] → [u]K1K2[u]K3 atau َﻞ ﻞُ → ﻓَ ﻌ → ﻳﯾَﻔْ ﻌ ُ ﺍاُﻓْ ﻌ/fa’ala → yaf’ulu→ uf’ul/. ْﻞ (24) ( 17 :ﺕت ﻋﺎ ِ ﺳﻮﺭرﺓةﺍا ﻟﻨﱠﺰ )ﻋَﻮﻥنَ ﺍا ِﻧ ﱠﻪﮫ ُﻁطَﻐَﻰ ْ ﻰﻓ ِﺮ َ ﺍاِﻟ َﺍاِﺫذْ ﻫﮬﮪھ ْﺐ /idzhab ila fir’awna innahu thaga/ ‘Pergilah engkau kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melapaui batas,’(Q.S, 79: 17) Nomor berikutnya juga masih menganalisis ayat yang di dalamnya terdapat verba imperatif. atau ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/. Verbanya adalah kata yaang di garis bawahi di dalam ayat tersebut yaitu kata ْﺐ َ ﺍاِﺫذْ ﻫﮬﮪھ/idzhab/ ‘pergilah’. Verba ini merupakan verba imperatif karena di dalamnya terdapat prefiks ﻫﮬﮪھ ﻤَﺰْﺓةَ ﻟﺍاُﺻَﻮَﻞ/hamzatu alwashl/ di depan verba dan harakat sukun ( ْ◌ )yang merupakan salah satu ciri bahwa verba ini adalah verba imperatif atau ﻓﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il al-?amr/ dan verba ini
13 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
menunjukan bentuk tunggal orang ke 2 laki-laki atau lebih dikenal dengan istilah ﺿﻤﻴﯿﺮ ﻣﺨﺎﻁطﺐ ﺍاﻟﻤﺬﻛﺮ/dhamîr mukhâtab al-mudzakar/.Verba ini termasuk kedalam K1[a]K2[a]K3[a] → [ya]K1K2[a]K3[u] → [i]K1K2[a]K3 atauَﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala/ → ُﻞ َ ﻳﯾَﻔ ﻌ/yaf’alu/ → َ ﺍاِﻓْ ﻌ/if’al/.\ ْﻞ KESIMPULAN Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang terdiri dari tiga puluh juz dan seratus empat belas surat. Banyaknya verba yang tersusun di dalam Al-Qur’an, menjadikan penulis meganalisis verba-verba yang terkait di juz tiga puluh yang di dalamnya terdapat 37 surat, di awali dengan surat An-Naba dan di akhiri dengan surat An-Nas. Setelah menganalisis data dari juz 30 AlQur’an dengan total 318 verba dan dikhususkan dengan menganalisis data fi’il shahih salim yang berjumlah 79 maka dari enam pola konjugasi verba triliteral penulis mendapati bahwa dari enam pola tersebut, hanya empat pola yang aktif. Adapun pola tersebut adalah pola ُﻞ ﻳﯾَﻔْ ﻌ َ ﻓَ ﻞﻌ/fa’ala – yaf’ulu/, pola ِﻳﯾَﻔْ ﻌ ُﻞ َﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala – yaf’ilu/, pola ُﻞ َﻳﯾَﻔْ ﻌ َﻞ ﻓَ ﻌ/fa’ala – yaf’alu/, pola ُﻞ َﻳﯾَﻔْ ﻌ ﻞِﻌ َ َﻓ/fa’ila – yaf’alu/, dari keempat pola ini penulis mendapati bahwa pola pertama yaitu ﻳﯾَﻔْ ﻌ ُﻞ َﻓﻞَﻌ/fa’ala – yaf’ulu/ memiliki sepuluh contoh kata yang akar kata berasal dari pola tersebut. Berikutnya adalah pola kedua yaitu pola ُﻞ ِﻳﯾَﻔْ ﻌ ﻓَ ﻌ َﻞ /fa’ala – yaf’ilu/ dari pola ini penulis mendapatkan satu kata yang memiliki akar yang sama dengan pola kedua ini. Penulis menemukan dalam pola ketiga pola ﻓَ ﻌ َﻞ َ ﻳﯾَﻔْ ﻌ/fa’ala – yaf’alu/ ini terdapat lima kata yang ُﻞ memiliki akar yang sama dengan pola ini. Dalam AlQur’an juz 30 yang memiliki akar yang sama dengan pola keempat yaitu pola ُﻞ َﻳﯾَﻔْ ﻌ ِ ﻓَ ﻌ/fa’ila – yaf’alu/ َﻞ berjumlah tiga kata. Sehingga dari keempat pola yang lebih aktif digunakan dari enam pola konjugasi verba triliteral maka pola yang paling sering digunakan di dalam enam pola konjugasi dan verbanya merupakan shahih salim adalah pola ُﻞ ﻳﯾَﻔْ ﻌ ﻞ َ َ ﻓﻌ/fa’ala – yaf’ulu/ yang memiliki sepuluh kata berakar kata sama dengan pola ini. Berikutnya setelah penulis menganalisis sintaksis di dalam Al-Qur’an juz 30. Penulis menemukan bahwa dalam juz 30 ini terdapat beberapa kasus di dalamnya. Penganalisisan yang pertama, penulis menganalisa verba triliteral di dalam juz 30 menurut struktur yaitu kalimat verba dan nomina dan dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam juz 30 terdapat kalimat verba ُﺠُﻤْﻠَﺔُﺍاﻟﻔِﻌْﻠِﻴﯿﱠﺔ ﺍاﻟ /al-jumlah alfi’liyyah/ dan memiliki kalimat nomina atau yang disebut juga dengan ُﻹِﺳْﻤِﻴﯿﱠﺔ ﺍاﻟﺠُﻤْ ﻠَﺔُ ﺍا /al-jumlah al?ismiyyah/. analisis kedua, penulis menganalisa verba triliteral dalam modus, modus ini terbagi menjadi tiga yaitu modus subjungtif, modus indikatif dan modus
jusif. Setelah penulis berhasil menganalisa juz 30 AlQur’an penulis menemukan bahwa di dalam juz 30 ini terdapat ketiga modus tersebut yaitu modus subjungtif, modus indikatif dan modus jusif. Analisis ketiga dimulai dengan penulis menganalisa klasifikasi verba di dalam juz 30. Verba terbagi menjadi tiga, yaitu verba perfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﺎﺿﻲ/fi’il madhi/, verba imperfektif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻟﻤﻀﺎﺭرﻉع/fi’il mudhari/ dan verba imperatif ﺍاﻟﻔﻌﻞ ﺍاﻷﻣﺮ/fi’il amr/. Dari klasifikasi verba ini dapat disimpulkan bahwa di dalam Al-Qur’an juz 30 bahwa terdapat tiga verba yang aktif digunakan di dalamnya. DAFTAR REFERENSI Ahmed, Zahoor. Essential of Arabic Grammar for Learning Quranic Language. 2008. 10 Juni 1990 <www.sautulquran.org> Al-Ghulayani, Musthafa. (2005). Jâmi’u d-durûsi l‘Arabiyyah. Kairo: Dar el-Hâdits Alwasilah, A. Chaedar (1990). Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa Anwar, Moch. (1996). Ilmu Sharaf. Bandung: Sinar Baru Algensindo Chaer, Abdul. (2009). Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Agama RI. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka Echols, John M. dan Hassan Shadilly. (1996). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Ghufron, Aunur Rofiq bin. (2007). Mukhtarot Qowa’idil Lughotil Arrobiyah Ringkasan KaidahKaidah Bahasa Arab. Gresik: Pustaka Al-Furqon Holes, Clive. (1995). Modern Arabic: Structures, Function and Varieties. New York: Longman Publishing Khaironi, A. Shohib. (2008). ?awdḥah l-manâhij fî mu’jam qawâ’id l-lughati l-‘Arabiyati. A Complete Guide to Arabic Grammar. Jatibening: WCM Press Kridalaksana, Harimurti. (1987). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia II Morfologi (naskah kedua). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
14 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013
-----------------------------. (1993). Kamus Linguistik (4th ed). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Ma’shûm, Muhammad. Al-?amtsilatu At-Tashrifiyyatu. Surabaya: Maktabah wa Mathba’ah Sâlim Nabhân Mahjudin, Ali. (1996). Bahasa Arab dan Peranannya dalam Sejarah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Muhammad, Abubakar. (2000). Metode Praktis Tashrif. Surabaya: Penerbit Karya Abditama Razin, Abu dan Ummu Razin. (2010). Ilmu Sharaf untuk Pemula. Penerbit: maktabah ˂www.arabic.web.id˃ Wahyoedin, Yuyu. (2011). Pelajaran Tata Bahasa Arab. Yogyakarta: Mutiara Media Wher, Hans. (1980). A Dictionary of Modern dan H.J Written Arabic. Beirut: Libraire Du Liban Yunus, Prof. DR. H. Mahmud. (1989). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung
15 Morfosintaksis verba triliteral..., Annisa Andriani, FIB UI, 2013