Menahan kantuk yang teramat sangat. Daud berkalikali mencuci mukanya. Berkali-kali berwudhu namun berkali-kali
pula
menguap.
Namun
tangannya
terus
menggoreskan pena mengikuti kitab dihadapannya. Jam demi jam berlalu, sampai masjid mengumandangkan surat Al Mulk. Pertanda sebentar lagi subuh. “Sudah selesai?” “Sedikit lagi, Bi” “Satu jam lagi subuh. Harus selesai. Abi tunggu”. Abi duduk dihadapan Daud, mengawasi dengan pandangan tajam. Tapi Daud sudah terbiasa dengan sifat disiplin Abinya itu. Bagi Abi lelah bukan penghalang, selama masih ada sisa-sisa kekuatan, maka dilarang menyerah. “Selesai Bi” Daud menyeka peluh di dahi dengan lengannya. “Bagus. Hafalkan!” “Tapi Bi… Hafalan qur‟an Daud masih 3 juz lagi. Daud baru hafal 27 juz” “Bukan alasan. Hafalan qur‟an harus kau selesaikan dan hafalan kitab Al Masih Dajjal ini, kau setorkan langsung ke Abi”.
Daud tertunduk. “Daud, inilah yang bisa Abi wariskan
padamu.
Sesuatu yang berhubungan dengan hadist itu. Dan ini tidak Abi berikan pada Ilyas kakakmu atau Jannah adikmu”. Daud tertunduk makin dalam. “Kau anak Abi yang bisa dipercaya” Abi meraih tangan
Daud.
Digenggamnya
erat-erat
seolah
ingin
memberikan kekuatan. “Tugasmu kelak akan lebih berat dari sekadar menyalin dan menghafal. Suatu saat nanti kau akan paham. Abi percaya kamu bisa”. Daud tidak berkata-kata, hanya air mata yang mengalir menerobos temaram pandangan hatinya yang kesal. Kesal dengan tambahan tugas menghafal.. Abi Daud, Fattah bin Arsyad adalah sesepuh Kampung
Fattah.
Biasa
di
panggil
Abi
Fattah.
Perkampungan itu amat sangat terpencil, dikelilingi oleh pagar bambu dan hutan. Mungkin inilah satu-satunya hutan yang masih tersisa, diantara gersangnya bumi. Pagar bambu itu ditumbuhi oleh tumbuhan merambat sehingga orang tidak akan mengira bahwa dibaliknya hidup sekumpulan manusia.
Abi Fattah mendirikan “Kampung Fattah” sebuah pondok majelis ilmu yang mengajarkan keislaman. Sebagai tugas yang diembannya yaitu menjaga ilmu-ilmu yang diajarkan Rasulullah agar tidak musnah. Sebelum akhirnya mereka bisa meninggalkan Nusantara untuk pergi ke tanah Harom. Begitu ketatnya Abi menjaga perkampungan yang didirikannya, sehingga tidak sembarang orang bisa masuk dan tidak sembarang penghuni bisa keluar kampung. Barakbarak yang terbuat dari batang kayu nan kokoh, beratap tumpukan dedaunan yang terjalin kuat, dibangun dengan sederhana namun tertata rapi itu sebisa mungkin terlindungi. Mereka menyebutnya pondok. Terbagi atas tiga areal yaitu pondok akhwat, pondok ikhwan dan pondok ilmu. Pondok akhwat adalah pondok tempat para wanita yang belum menikah dan wajib mempelajari Islam. Pondok ikhwan adalah pondok khusus laki-laki yang belum menikah dan juga dalam masa pendidikan. Sedang pondok ilmu, terdiri dari beberapa pondok yang ditempati oleh jama‟ah yang
sudah
berkeluarga
pengawasan dan penjagaan.
dan
masjid.
Semua
dalam
Menjaganya dari serangan brutal orang tak dikenal. Menjaga aqidah, menyuburkan iman, menegakkan syariat Islam dan menanamkan akhlaqul karimah. Ini sangat berbeda dengan kehidupan-kehidupan di luar Kampung Fattah. Dan inilah yang Abi Fattah takutkan. “Bagaimana
rupa
Dajjal?
Pasti
kau
sudah
mempunyai gambaran. Kau bisa membayangkan wajahnya?” “Belum bisa, bi. Terlalu seram” “Daud, bukankah kau sudah menghafalnya? Dajjal berambut keriting. Matanya menyembul keluar dan buta sebelah. Tubuhnya besar serta ada huruf „kaf, fa, ra‟ di keningnya. Huruf itu tepat diantara kedua matanya” Abi diam sejenak. “Kau bisa membayangkannya?” suara Abi terdengar berat. Suasana mendadak mencekam dan seram. “Entahlah Bi. Sulit membayangkannya” Daud yang masih berusia empat belas tahun itu bergidik. “Dajjal keluar dari jalan diantara Syam dan Irak. Membuat kerusakan, memberi siksaan kepada penentangnya dan memberi nikmat pada pengikutnya. Bagi yang tidak
mempunyai kekuatan iman, maka dia akan menerima nikmat dari Dajjal lalu menjadi pengikutnya. Padahal nikmat Dajjal adalah neraka dan siksa Dajjal adalah syurga. Jika kau bertemu dengannya, apa yang akan kau lakukan?” “Kalau melihatnya, Daud akan menghindarinya Bi” “Kalau bertemu?” “Mmmm… menurut hadist, jika bertemu maka hendaklah membaca permulaan surat Al Kahfi” “Jika Dajjal menyuruhmu untuk memilih antara air dan api, mana yang akan kau pilih?” “Hadist menganjurkan untuk memilih api. Karena sesungguhnya api Dajjal adalah air dan air Dajjal adalah api. Neraka Dajjal adalah syurga dan syurga yang ditawarkan Dajjal adalah neraka”. “Bagus. Sedikit banyak kau telah mengerti. Perlu kau ingat bahwa Dajjal bisa menjelma menjadi apa saja, siapa saja serta berada dimana saja, sesuai dengan yang dia kehendaki. Mengaku bahwa dialah Tuhan. Selalu menyebar kesesatan dimana pun dia berada. Dajjal adalah musuh yang nyata. Dajjal adalah kepastian”. Abi terdiam. Menatap Daud dengan pandangan aneh. Seolah ada sesuatu yang tidak
berani dia ucapkan. Beberapa saat, sampai akhirnya dia menghela nafas. Daud tertunduk tidak mengerti. “Tuntaskan hafalanmu” perintah Abi. Dan Daud hanya bisa sami‟na wa ato‟na.