SEJARAH RAFIDHAH DAUD RASYID
ABDULLAH BIN SABA’ Rafidhah lahir di tangan seorang Yahudi bernama
‘ABDULLAH BIN SABA’. Mengakui sebagai Muslim, mencintai Ahlul Bait (keluarga) Nabi, berlebihan menyanjung Ali, mendakwakan adanya wasiat Nabi baginya tentang keKhalifahan, yg pd akhirnya ia mengangkat hingga ke tingkat KETUHANAN. Ideologi seperti inilah yg akhirnya diakui oleh literatur Syi’ah sendiri.
Al Maqolaat, Hal 10-21 Al-Qummy penulis al-Maqolaat wal Firaq, mengaku
dan menetapkan adanya sosok Abdullah Bin Saba’, menganggapnya orang pertama kali menobatkan keIMAMAN (kepemimpinan) Ali bin Abi Tholib serta munculnya kembali sebelum Kiamat. Ia juga adalah orang pertama yang mencela Abu Bakar, Umar, Utsman dan para sahabat lainnya
An-Naubakhti dan Al-Kasyi Juga An-Naubakhti dalam bukunya FIRAQ ASY-
SYI’AH, Al-Kasyi dalam bukunya RIJAL AL-KASYI, mengakui akan hal ini. Mereka adalah para pembesar Syi’ah
Al-Baghdadi Al-Baghdadi berkata: Assaba’iyah adalah pengikut
Abdullah bin Saba’ yg berlebihlebihan dalam mengagungkan Ali, sehingga mendakwanya sebagai Nabi, sampai pada pengakuan bahwa dia adalah Tuhan. Seorang pernakan orang hitam maksudnya Abdullah Ibnu Saba’, seorang Yahudi dari penduduk Hirah, berupaya menampakkan keislamannya, sehingga ia dapat menempati kedudukan dan kepemimpinan pada Ahli Kufah. Ia berkata kepada mereka bahwa ia mendapatkan di dalam Kitab Tairat, bahwa setiap
Lanjutan Nabi memiliki Washy (seorang yang diwasiati
menjadi Khalifah atau Imam). Dan Ali lah yg mendapatkan wasiat langsung dari Nabi.
Asy Syahrastani Asy-Syahrastani menyebutkan tentang Ibnu Saba’: Ia
adalah orang yg pertama kali memunculkan pernyataan ke IMAMAN Ali dengan adanya wasiat tentang itu. Saba’iyyah ialah sekte pertama yang menyatakan tentang hilangnya Imam mereka yang ke-12 dan nanti akan muncul kembali. Pada masa berikutnya ideologi seperti ini diwarisi oleh orang-orang Syiah, meskipun mereka terbagi menjadi beberapa sekte.
Kesimpulan Dapat disimpulkan, pernyataan ttg keImaman Ali
dan Kekhalifahannya dengan adanya wasiat langsung dari Nabi adalah peninggalan yg diwariskan oleh Ibnu Saba’ Jelaslah bahwa Syiah membuat ideologi baru seperti adanya wasiyat keKhalifahan Ali dan munculnya kembali Imam mereka yang ke -12 di kemudian hari. Hilangnya Imam ini dan penuhanan para Imam mereka sbg bukti pengekoran kpd Ibnu Saba’ yang Yahudi itu.
Penamaan Syi’ah dengan Rafidhah Dinyatakan sendiri oleh Pembesar mereka Al-Majlisi
dalam bukunya AL-BIHAR. Ia menyebutkan 4 hadits dari Hadits-hadits mereka (hal. 68,96,97) Mereka diberi nama Rafidhah disebabkan mereka mendatangi Zaid bin Ali bin al-husain, seraya berkata: Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan Umar. Dengan demikian kami akan bergabung bersamamu. Zaid menjawab : Mereka berdua adalah sahabat kakek saya. Saya tak akan bisa berlepas diri dari mereka.Bahkan akan selalu bergabung dgnnya
Penamaan RAFIDHAH Dan berloyalitas kepadanya.Lalu mereka berkata:
Jika demikian,kami menolakmu. Dgn demikian mereka diberi nama RAFIDHAH, artinya gol penolak. Adapun org-org yang berbai’a dan setuju dengan Zaid diberi nama Zaidiyyah. Dalam satu pendapat disebutkan, mereka diberi nama Rafidhah karena penolakannya akan keIMAMAN Abu Bakar dan Umar. Dalam pendapat lain, diberi nama Rafidhah karena penolakannya terhadap Agama.
SEKTE-SEKTE RAFIDHAH Syiah bercabang menjadi lebih dari 73 sekte yg
terkenal. Asy-Syahrastani menyebutkan, Rafidhah terbagi menjadi 5 bagian besar : AL-KISANIYAH, AZZAIDIYYAH, AL-IMAMIYAH, AL-GHALIYAH DAN AL-ISMA’ILIYAH. Al-Baghdadi berkata: Rafidhah setelah masa Ali terbagi menjadi 4 golongan: Zaidiyyah, Imamiyah, Kisaniyah dan Ghulaati. Namun Zaidiyah tidak termasuk dalam gol Rafidhah, melainkan alGharudiyah sempalan dari Zaidiyah yg masuk ke
Sekte Syi’ah dalam Rafidhah. Dikatakan oleh Al-Maqrizy bahwa gol mereka
berjumlah sampai 300 golongan Disebutkan oleh asy Syahrastani bahwa Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : al Kisaniyyah, az Zaidiyyah , al Imamiyyah, al Ghaliyyah dan al Ismailiyyah Al Baghdadi berkata, Rafidhah setelah masa Ali bin Abi Thalib terbagi menjadi 4 golongan, Zaidiyyah, Imamiyyah, Kisaniyyah dan Ghulaati.