DAFTAR ISI
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………...……... 1.2 Tujuan………………………………………...……..……………………………………… 1.3 Keluaran/ Output Kegiatan……..…………………………………………...…………….
1 3 3
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL 2.1 Kesuburan Tanah...................................................................................................... 2.2 Pemupukan................................................................................................................ 2.3 Kelompok Utama Road Map (RM)............................................................................
4 6 9
BAB III
KONDISI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SAAT INI 3.1 Gambaran Umum Kutai Kartanegara………………………………………......………. 3.2 Kependudukan…………………………………………………………………..………… 3.3 Administrasi Pemerintah…………………………………………………………..……… 3.4 Perkembangan Luas Panen Padi dan Palawija……………………………………...… 3.5 Perkembangan Produksi Padi dan Palawija……………………………………………. 3.6 Perkembangan Produktivitas Padi dan Palawija…………………………………...….. 3.7 Kemampuan Penyediaan Konsumsi Padi Tahun 2004-2008…………….………... 3.8 Kemampuan Penyediaan Konsumsi Jagung Tahun 2004-2008….………………… 3.9 Kemampuan Penyediaan Konsumsi Kedelai Tahun 2004-2008…………………… 3.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara………………………………
13 16 19 20 23 26 27 29 31 33
LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI 4.1 Keadaan Lokasi Pengembangan………………………………………………………... 4.2 Kelembagaan Swadaya Petani..................................................................................
39 46
PELUAN DAN KENDALA 5.1 Asumsi …………………………………………………………………………………….. 5.2 Kebutuhan Biaya Investasi ……………………………………………………………….
31 32
PENUTUP……………………………………………………………………………………...……..
35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..…………………………………….
36
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………..……………….
37
BAB IV
BAB V
BAB VI
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
DAFTAR TABEL Tabel 1
Perkembangan ekspor jagung dunia tahun 2002-2006................................................................................
3
Tabel 2
Impor jagung Indonesia menurut negara eksportir........................................................................................
4
Tabel 3
Perkembangan impor dan ekspor jagung Indosesia (ribu ton).....................................................................
5
Tabel 4
Perkembangan harga jagung internasional tahun 1994-2004 .....................................................................
5
Tabel 5
Perkembangan harga jagung ditingkat produsen, konsumen dan pasar dunia tahun 1995-2003................
6
Tabel 6
Jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah menurut Kabupeten/Kota tahun 2008..............................
9
Tabel 7
Rata-rata suhu udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, cura hujan dan penyinaran matahari menurut stasiun .............................................................................................................................
10
Tabel 8
Potensi lahan kering yang sesuai untuk perkembangan jagung di Indonesia dan uas pertanaman jagung pada pulau/regional yang berkenaan ...........................................................................................................
11
Tabel 9
Perkembangan produksi jagung dunia tahun 2002-2006 .............................................................................
12
Tabel 10
Perkembangan produksi, konsumsi, impor dan ekspor jagung Indonesia (ribu ton) ....................................
13
Tabel 11
Perkembangan permintaan jagung untuk konsumsi,industri pangan dan industri pakan di Indonesia tahun 1980-2006 (ribu ton) ...........................................................................................................................
14
Tabel 12
Perkembangan luas areal penanaman jagung di Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota tahun 2000-2007 (Ha)............................................................................................................................................
15
Tabel 13
Perkembangan produksi jagung di Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota tahun 2000-2007.............
16
Tabel 14
Formulasi komposisi pellet pakan ternak......................................................................................................
16
Tabel 15
Parameter produktivitas ternak ayam terhadap tiga kelas produktivitas yang dipengaruhi kualitas pakan.............................................................................................................................................................
17
Tabel 16
Populasi ternak berpotensi menggunakan pakan yang berasal dari pellet/jagung pipil di Kalimantan Timur Tahun 2003-2007................................................................................................................................
17
Tabel 17
Estimasi kebutuhan jagung pipil kering dilihat dari pemenuhan pakan ternak tahun 2006-2007 di Propinsi Kalimantan Timur..........................................................................................................................................
18
Tabel 18 Tabel 19
Kriteria kesesuaian lahan untuk jagung ....................................................................................................... Umur panen dan produkstivitas beberapa varietas jagung ..........................................................................
19 22
Tabel 20
Persyaratan kualitas mutu jagung ................................................................................................................
24
Tabel 21
Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi-laba dari budidaya tanaman jagung berdasarkan tahun proyek (per hektar).........................................................................................................
31
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 22
Biaya investasi budidaya tanaman jagung dalam kawasan 100 Ha...........................................................
32
Tabel 23
Hasil analisis finansial proyek .....................................................................................................................
32
Tabel 24
Analisis sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya tanaman jagung .........................................................
34
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Pangsa ekspor dunia beberapa eksportir utama tahun 2006.....................................................................
3
Gambar 2
Harga rata-rata jagung internasional tahun 1994-2004 .............................................................................
6
Gambar 3
Pohon industri jagung ................................................................................................................................
7
Gambar 4
Peta Kalimantan Timur……………………………………………..……….....................................................
8
Gambar 5
Share produksi jagung negara produsen utama jagung dunia tahun 2006 ...............................................
12
Gambar 6
Grafik perkembangan produksi dan konsumsi jagung di Indonesia kurun waktu 1996-2006.....................
14
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Diagram alir proses perizinan
38
Lampiran 2
Cash flow usahatani jagung
39
Lampiran 3
Analisis finansial usahatani jagung
40
Lampiran 4
Peta kesesuaian lahan tanaman jagung
41
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi Jagung sedang menjadi salah satu primadona dalam agribisnis di Indonesia. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama selain padi dan kedelai (Rusastra et al, 2004). Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Jagung digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung jagung (comstarch) untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas, dan farmasi. Di beberapa Negara, jagung dibuat menjadi alkohol sebagai campuran bahan bakar kendaraan untuk mengurangi polusi (Park, 2001). Kondisi ini memberi isyarat kepada investor bahwa jagung mempunyai prospek pemasaran yang lebih baik. Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan. Konsumsi jagung untuk pakan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 11,52%, sementara itu pertumbuhan produksi hanya 6,11%. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15%/tahun. Dengan demikian, produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan yang merupakan sumber utama protein masyarakat. Disamping untuk pakan ternak, jagung juga diperlukan untuk industri makanan ternak yang pertumbuhannya juga makin meningkat. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin meningkat lebih tinggi dari peningkatan produksi, menyebabkan makin besarnya jumlah impor dan makin kecilnya ekspor. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging terlihat juga terus meningkat. Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak. Peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar. Dalam perekonomian nasional, jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian Indonesia Rp. 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat tajam menjadi Rp. 18,2 trilyun. Kondisi ini mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional pada umumnya. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Selama periode tahun 1990-2001, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81%pertahun. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2000, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04%, sementara 52,96% sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005). Saat ini laju produksi jagung cenderung melambat. Jika selama periode 1993-1997 rata-rata laju pertumbuhan produksi 4,97%, maka periode 2000-2004 mengalami penurunan menjadi 4,13 %per tahun. Perlambatan laju produksi ini antara lain konversi lahan pertanian produktif terutama pulau Jawa untuk penggunaan non-pertanian. Menurut Departemen Pertanian (2005) pada periode 1981-1999 terjadi konversi lahan sawah ke penggunaan non-pertanian seluas 1,63 juta hektar dan sekitar 1 juta hektar di antaranya terjadi di pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan produksi tidak hanya dilakukan pada lahan-lahan beririgasi atau lahan-lahan yang secara intensif telah dimanfaatkan, melainkan juga pada lahan-lahan alternatif seperti lahan pasang surut, gambut maupun lahan kering. Lahan-lahan alternatif tersebut umumnya berada di luar pulau Jawa. Potensi lahan kering yang sesuai untuk jagung menurut data Departemen Pertanian (2005) sekitar 20,5 juta hektar yang tersebar di Sumatera (2,9 juta hektar), Kalimantan (7,2 juta hektar), Sulawesi (0,4 juta hektar), Maluku dan Papua (9,9 juta hektar), Bali dan Nusa tenggara (0,06 juta hektar).
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Kalimantan Timur merupakan provinsi yang mempunyai potensi lahan kering yang berpotensi besar untuk pengembangan tanaman jagung di Indonesia. Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang menjadi unggulan di Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2007, luas areal penanaman jagung 9,975 hektar yang tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan produksi mencapai 11,620 ton. Terkait dengan fungsi tanaman jagung yang multiguna, dan sesuai dengan kebijakan pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada produksi melainkan guna meningkatkan kesejahteraan petani, maka pengembangan tanaman jagung merupakan satu pilihan yang dapat dilakukan melalui pengelolaan skala besar yang terintegrated dengan industri pakan ternak. Upaya untuk mendorong pengembangan tanaman jagung yang terintegrated dengan industri pakan ternak, serta memberikan informasi yang tepat tentang potensi dan peluang investasi kepada calon investor maka diperlukan kajian secara spesifik mengenai kelayakan usaha, finansial, dan teknis. Hasil kajian ini ditindaklanjuti dengan penyusunan profil investasi budidaya tanaman jagung yang terintegrated dengan industri pakan ternak yang memuat tentang aspek teknis, ekonomi, sosial lingkungan, pemasaran, dukungan lokasi, sarana dan prasarana serta aspek legalitas guna memberikan informasi yang benar dan tepat untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi calon investor mengambil keputusan berinvestasi di sektor agribisnis di Kalimantan Timur dan pada akhirnya mampu meningkatkan daya saing komoditas Kalimantan Timur.
1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan profil proyek usaha budidaya tanaman jagung terintegrated dengan industri pakan ternak ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi kelayakan teknis, pasar dan finansial. Dari hasil identifikasi ini disusun buku yang dapat memberikan informasi mengenai kelayakan teknis, pasar dan finansial budidaya tanaman jagung yang terintegrated dengan industri pakan ternak bagi para investor.
1.3. Kegunaan Melalui terbitnya buku profil komoditi unggulan usaha budidaya tanaman jagung terintegrated dengan industri pakan ternak diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Informasi peluang usaha dan investasi usaha budidaya tanaman jagung yang terintegrated dengan industri pakan ternak kepada investor baik asing maupun dalam negeri serta kalangan dunia usaha, sehingga dapat memacu pertumbuhan investasi di Kalimantan Timur. 2. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor tanaman pangan khususnya budidaya tanaman jagung yang terintegrated dengan industri pakan ternak di Kalimantan Timur.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
BAB II SITUASI PEMASARAN 2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik U.S, China, Brazil, Mexico, dan Argentina adalah negara penghasil jagung utama dunia. Negara penghasil jagung utama tersebut, kecuali Mexico, adalah juga eksportir jagung terbesar dunia. Dunia sangat bergantung pada pasokan ekspor jagung dari AS mengingat 68% ekspor jagung dunia berasal dari negara ini. Argentina menggantikan posisi China sebagai eksportir jagung terbesar kedua sejak tahun 2003. Perkembangan Ekspor jagung dunia menurut negara penghasil utama dunia tahun 2002-2006 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan ekspor jagung dunia tahun 2002-2006 World Corn Export by Country 2002 USA 40,924 China 15,244 Argentina 12,349 Brazil 3,181 South Africa 1,141 Ukraine 811 Serbia & Montenegro 353 Romania 144 Others 4,286 World 78,433
Major Countries (1,000 MT) 2003 2004 2005 48,809 45,347 56,181 7,553 7,589 3,727 10,439 13,752 10,707 5,818 1,431 2,826 797 1,517 1,406 1,238 2,334 2,464 57 589 1,274 93 587 271 4,435 3,341 4,215 79,239 76,487 83,071
2006 55,500 4,000 12,000 3,500 500 2,000 1,200 600 2,525 81,825
Sumber: Charoen Pokphand Indonesia, 2008 Pangsa ekspor jagung dunia beberapa negara eksportir utama jagung dunia tahun 2006 digambarkan melalui diagram batang berikut. World Corn Export Share 2006 Others
3%
South Africa
1%
Romania
1%
Serbia & Montenegro
1%
Ukraine
2%
Brazil
4%
China
5%
Argentina
15%
USA
68% 0%
10% 20% 30%
40% 50% 60% 70%
Gambar 1. Pangsa ekspor jagung dunia beberapa eksportir utama tahun 2006 Meskipun AS merupakan eksportir jagung terbesar dunia, hampir 90% dari produksinya dialokasikan untuk memenuhi permintaan domestik. Jagung di AS banyak digunakan di sektor industri terutama industri pakan ternak. Program bio fuel AS dan dampak negatif MTBE terhadap air tanah telah memicu kenaikan konsumsi ethanol di AS. Pemberlakukan EPACT (Energy Policy Act) pada tahun 2005 dipastikan akan mendorong penggunaan ethanol untuk memproduksi bio fuel. Kenaikan produksi
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak ethanol mengakibatkan peningkatan drastis penggunaan jagung untuk memproduksi ethanol. Kenaikan produksi jagung AS yang tidak mampu secara proporsional mengimbangi kenaikan konsumsi domestik mengakibatkan stok akhir jagung AS menyentuh level terendah sejak masa tanam 1995-1996. Antisipasi terhadap penurunan stok akhir jagung di AS berakibat pada kenaikan tajam harga jagung di pasar AS. Kenaikan produksi ethanol diprediksikan menimbulkan kenaikan permanen konsumsi dan harga jagung domestik di AS. Kenaikan harga permanen berkisar antara $1 sampai dengan $2 per bushel (Paul Aho: Oct 2006). Mengingat 70% ekspor jagung dunia berasal dari AS, penurunan tajam stok akhir jagung AS berakibat pada penurunan stok akhir jagung dunia. Pasar jagung dunia juga terbuka pada kemungkinan berkurangnya pasokan ekspor jagung dari AS. Sebagian besar tambahan kebutuhan jagung domestik yang dipicu oleh kenaikan produksi ethanol akan diambil dari alokasi jagung untuk ekspor (USDA Baseline Projection 2006). Dengan demikian, negara-negara importir jagung akan terbuka pada kemungkinan menanggung resiko kenaikan harga dan kelangkaan pasokan jagung. Situasi pasar jagung AS dapat berdampak langsung pada pasar Tabel 2. Impor jagung Indonesia menurut Negara jagung di Indonesia. Peran China yang menurun sebagai eksportir eksportir jagung utama dunia mengakibatkan Indonesia berpindah ke Argentina Negara 2003 2004 2005 untuk memenuhi kebutuhan impor jagung. Keterbatasan produksi sangat Argentina 0% 12% 87% Thailand 2% 11% 11% berpotensi menurunkan pasokan jagung dari Argentina jika terjadi United States 0% 21% 2% 0% 14% 1% penurunan produksi akibat kegagalan panen. Dengan demikian, India Singapore 0% 0% 0% Malaysia 0% 0% 0% Indonesia sangat dimungkinkan untuk bergantung pada AS dalam Myanmar 0% 0% 0% 1% 0% 0% pemenuhan kebutuhan impornya. Impor jagung Indonesia menurut Korea Austria 0% 2% 0% negara eksportir disajikan pada Tabel 2. Brazil 0% 0% 0% China South Africa
97% 0%
40% 0%
Sumber: Charoen Pokphand Indonesia, 2008
0% 0%
Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan jagung yang begitu pesat tidak diimbangi oleh peningkatan produksi dalam negeri, maka kesenjangan antara permintaan dan produksi akan semakin lebar. Kesenjangan tersebut untuk saat ini ditutupi dengan cara mengimpor. Rata-rata impor jagung selama kurun waktu tahun 1990-2007 mencapai 750 ribu ton per tahun, dengan laju peningkatan sekitar 10,46%/tahun. Bahkan sejak tahun 2000, volume impor jagung Indonesi sudah di atas 1 juta ton. Apabila dilihat dari pangsanya terhadap permintaan dalam negeri, volume impor jagung Indonesia sebenarnya masih relatif kecil, yaitu hanya sekitar 8,21%. Permintaan jagung di pasar domestik maupun pasar dunia meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan industri pangan olahan berbahan baku jagung. Selama periode tahun 1990-2001, penggunaan jagung impor sebagai bahan baku industri pakan di dalam negeri meningkat cukup tajam dengan laju sekitar 11,81%per tahun. Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi, yaitu sekitar 40,29%. Pada tahun 2000, penggunaan jagung impor dalam industri pakan sudah mencapai 47,04 %, sementara 52,96 % sisanya berasal dari jagung produksi dalam negeri (Departemen Pertanian, 2005). Tabel 3. Perkembangan impor dan ekspor jagung Indonesia selain melakukan impor, juga melakukan ekspor ke Indonesia (ribu ton) beberapa negara tertentu dalam bentuk produk segar. Ditinjau dari sisi Tahun Ekspor Impor kontinuitas di negara tujuan ekspor, tampak Indonesia mampu 1990 141.80 90.10 memelihara ekspor secara kontinu. Ekspor jagung terbesar ke negara 1991 33.20 323.30 tujuan terjadi pada tahun 2001, kemudian turun drastis pada tahun 2002 1992 149.70 55.70 sebesar 80,76% dan mulai meningkat kembali pada tahun 2003 dan 1993 60.80 494.50 2004. Dalam 5 tahun terakhir, Hongkong merupakan pasar ekspor 1994 37.40 1,118.30 terbesar. Perkembangan ekspor dan impor jagung Indonesia kurun 1995 79.10 969.20 waktu 1990-2006 disajikan pada Tabel 3. 1996 26.80 616.90 1997 18.90 1,098.40 Permintaan dan penawaran jagung dipasar dunia maupun 1998 632.50 313.50 domestik akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga jual. Harga 1999 90.60 618.10 rata-rata jagung dalam 10 tahun terakhir cenderung fluktuasi, tahun 1994 2000 28.10. 1,264.60 harga rata-rata jagung US$ 94,08 /MT. Harga tersebut mencapai harga 2001 90.50 1,035.80 tertinggi US$ 130,98 /MT pada tahun 1996. FOB rata-rata tahun 2004 2002 16.30 1,154.10 dari bulan Januari - Desember US$ 90,37 /MT. Harga jagung dunia pada 2003 33.70 1,345.50 bulan Januari 2004 US$ 87,74 /MT. 2004 28.99 306.37 2005 2006
Laju (%/thn)
62.75 29.16
414.76 2,327.95
-0.93
10.46
Sumber: Departemen Pertanian, 2005-2007 (diolah)
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Namun sejak bulan Pebruari harga mulai meningkat dan mencapai harga tertinggi US$ 106,09 /MT pada bulan April. Akan tetapi sejak bulan Mei harga jagung mulai menunjukkan penurunan dan pada bulan Desember harga menjadi US$ 73,05 /MT. Perkembangan harga jagung dunia tahun 1994-2004 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan harga jagung internasional tahun 1994-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Rata-rata
1994 99.12 102.42 100.70 97.28 95.45 95.45 96.18 96.18 97.28 97.65 73.05 78.19
1995 80.40 81.86 82.60 86.64 88.84 92.14 96.55 96.55 98.75 102.42 105.36 112.70
1996 113.44 123.72 128.85 141.34 151.98 154.19 162.63 157.86 130.32 106.09 97.65 96.55
1997 98.75 97.28 102.42 102.79 98.75 93.98 88.84 91.78 92.51 93.25 92.14 92.51
1998 93.98 93.61 93.61 88.47 85.90 83.70 80.40 69.38 67.18 70.12 70.85 73.42
Tahun 1999 75.62 75.26 75.62 74.89 73.05 72.32 63.88 64.24 64.24 62.04 63.51 66.81
2000 69.75 72.69 74.52 74.52 77.09 70.12 60.21 56.17 59.10 60.57 68.28 72.32
2001 72.69 71.95 71.95 69.38 66.81 64.61 68.65 69.75 70.12 67.55 67.91 72.69
2002 72.32 70.85 71.22 70.12 70.85 72.32 78.19 87.37 90.68 85.90 83.33 85.17
2003 85.54 85.90 85.54 85.90 87.37 85.90 79.66 78.93 80.76 77.83 80.76 85.17
2004 87.74 95.81 100.95 106.09 105.36 102.42 92.14 85.90 80.76 78.93 75.26 73.05
94.08
93.73
130.38
95.42
80.89
69.29
67.95
69.51 79.18
83.27
90.37
Sumber: Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, 2004. Fluktuasi harga rata-rata jagung periode 1994-2004 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Harga rata-rata jagung internasional tahun 1994-2004 Harga jagung dunia turut mempengaruhi fluktuasi harga domestik. Harga jagung di tingkat produsen dalam periode 1990-2003 rata-rata Rp 925/kg dan cenderung meningkat 15,5%pertahun. Pada periode yang sama, harga jagung di tingkat konsumen domestik rata-rata Rp.1.171/kg dan meningkat 12,5%pertahun. Harga jagung yang diterima petani 79% dari harga di tingkat konsumen, sehingga margin pemasaran (biaya dan keuntungan pelaku pasar) adalah 21% (Rp 246/kg). Harga jagung domestik di tingkat produsen maupun konsumen selama periode 1990-2003 ternyata lebih tinggi, masing-masing 1,36% dan 28,33% di atas harga dunia. Perkembangan harga jagung di tingkat produsen, konsumen, dan pasar dunia tahun 1995-2003 disajikan pada Tabel 5.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 5. Perkembangan harga jagung di tingkat produsen, konsumen, dan pasar dunia tahun Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Laju (%/thn) % terhadap harga konsumen % terhadap harga dunia
Produsen1 (Rp/kg) 394 478 499 869 1,074 930 1,231 1,317 1,533 15.49 78.98
1995-2003
Harga Jagung Konsumen1 Dunia2 (Rp/kg) (Rp/kg) (US$/kg) 507 370 0.1630 619 474 0.2020 700 466 0.1614 1,224 1,153 0.1437 1,480 925 0.1302 1,440 1,198 0.1248 1,450 1,288 0.1239 1,500 1,134 0.1269 1,620 1,205 0.1415 12.54 12.80 -4.61 -
101.36 128.33 Sumber: 1 BPS, 1993-2003 (diolah). 2 FAO, 2004 (diolah). Dalam bentuk dollar Amerika Serikat, harga jagung dunia selama periode 1990-2003 menurun 4,61%pertahun, sebaliknya dalam bentuk rupiah meningkat 12,80%pertahun. Hal ini disebabkan oleh gejolak depresiasi (melemahnya) rupiah terhadap dollar lebih tajam dari penurunan harga jagung dunia dalam bentuk dollar. Dalam situasi seperti ini, impor jagung memberikan insentif yang lebih menarik bagi importir.
2.2. Pohon Industri Jagung Jagung sebagai bahan pangan yang mengandung 70 persen pati, 10% protein, dan 5% lemak mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas jagung disajikan pada Gambar 3. P akan Kom pos D aun Jagung
K u lit/ K e lo b o t Kom pos Tanam an Jagung
P akan Kom pos In d u s tri R o k o k P akan Pangan
G rit
B uah Jagung Jagung P ip ila n
Tepung
P a ti
Tongkol R am but
Lem baga K u lit A ri
B a ta n g Jagung
P akan P u lp K e rta s Bahan B akar
P akan P u lp Kom pos B ahan B akar
Gambar 3. Pohon Industri Jagung
P akan Pangan B a h a n B a k u In d u s tri P akan Pangan B a h a n B a k u In d u s tri M in y a k
B a h a n B a k u In d u s tri
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
BAB III TEKNIS PRODUKSI DAN POTENSI DAERAH 3.1. Potensi Lokasi dan Produksi 3.1.1. Potensi Lokasi 3.1.1.1. Keadaan Wilayah Propinsi Kalimantan Timur
Kab. Nunukan Kota Tarakan Kab. Bulungan
Kab. Malinau
Kab. Timur Kab.Kutai Berau Kota Bontang
Kab. Kutai Kartanegara Kota Samarinda
Kab. Kutai Barat
Kota Balikpapan Kab. Penajam Paser Utara
Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km2 terletak antara 113º44’ Bujur Timur dan 119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, provinsi terluas kedua setelah Papua ini dibagi menjadi 10 (sepuluh) kabupaten, 4 (empat) Kota, 136 kecamatan dan 1.410 desa/kelurahan. Kesepuluh Kabupaten tersebut adalah Pasir dengan ibukota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibukota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibukota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibukota Sengatta, Berau dengan ibukota Tanjung Redeb, Malinau dengan ibukota Malinau, Bulungan dengan ibukota Tanjung Selor, Nunukan dengan ibukota Nunukan, Penajam Paser Utara dengan ibukota Penajam, dan Tana Tidung dengan ibukota Tideng Pale. Sedangkan keempat kota adalah Balikpapan, Samarinda, Tarakan dan Bontang.
Gambar 4. Peta Kalimantan Timur Kab. Pasir
Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua Kabupaten/Kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam. Provinsi Kalimantan Timur terletak di sebelah paling Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Batas Wilayah Utara Batas Wilayah Timur Batas Wilayah Selatan Batas Wilayah Barat
: : : :
Malaysia Selat Makassar dan Laut Sulawesi Kalimantan Selatan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Malaysia
Kabupaten/Kota yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kabupaten Malinau dengan luas 39.799,88 Km2 atau 20,06 % dari total wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan daerah yang memiliki luas wilayah terkecil adalah kota Bontang yang hanya memiliki luas wilayah sebesar 163,39 Km2 atau 0,08 %. Rincian jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 6.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 6. Jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008 Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Banyaknya Kecamatan
Banyaknya Desa/Kelurahan
(1) Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang Tana Tidung
(2) 10 21 18 18 13 12 10 9 4 5 6 4 3 3
(3) 125 223 225 135 107 108 81 223 47 27 53 20 15 21
Jumlah
136
1.410
Luas Wilayah Daratan km2 (4) 10.936,38 30.943,79 26.326,00 31.884,59 22.521,71 39.799,88 17.249,61 13.875,42 3.209,66 560,70 718,23 251,81 163,39 198.441,17
% (5) 5,51 15,59 13,27 16,07 11,35 20,06 8,69 6,99 1,62 0,28 0,36 0,13 0,08 100,00
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 2008.
3.1.1.2. Topografi dan Jenis Tanah Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari pegunungan dan bukit yang terdapat hampir di seluruh kabupaten. Sedang untuk danau yang berjumlah sekitar 18 buah, sebagian besar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Danau Melintang dengan luas masing-masing 13.000 hektar, dan 11.000 hektar. Jenis tanah yang mendominasi adalah ultisol.
3.1.1.3. Iklim, Suhu, dan Curah Hujan Kalimantan Timur beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat Nopember-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau seba-liknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang. Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum Kalimantan Timur beriklim panas dengan suhu udara pada tahun 2007 berkisar dari 21,10 ºC (Stasiun Meteorologi Nunukan=September) sampai dengan 35,80 ºC (Stasiun Meteorologi Tanjung Selor = Mei). Suhu udara rata-rata terendah sebesar 21,96 ºC dan tertinggi sebesar 34,90 ºC masing-masing terjadi di Kabupaten Berau dan Kabupaten Bulungan. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis dengan habitat hutan yang sangat luas, Kalimantan Timur mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 73,60 – 90,00%. Kelembaban udara paling rendah yang dapat dipantau melalui Stasiun Meteorologi Tarakan terjadi pada bulan Februari sebesar 73,60 %, sedang yang paling tinggi terdapat di Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb yang terjadi pada bulan Januari, Februari dan Desember sebesar 90,00%. Rata-rata suhu minimum dan maksimum serta kelembaban udara rata-rata pada tahun 2007 di beberapa stasiun pengamat meteorologi bisa dilihat pada Tabel 7.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 7. Rata-rata suhu udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, curah hujan dan penyinaran matahari menurut stasiun Stasiun
Uraian (1)
Samarinda
Balikpapan
Tarakan
(2)
(3)
(4)
Tanjung Selor (5)
Tanjung Redeb (6)
Nunukan (7)
1. Suhu Udara (OC) - Minimum
24,10
27,20
24,50
22,70
21,96
22,50
- Maximum
32,00
32,00
30,80
34,90
34,88
31,80
82,80
85,90
83,30
84,70
87,67
84,00
1.010,05 1.010,50
1.009,80
2. Kelembaban Udara (%) 3. Tekanan Udara (mb)
1.010,40
4. Kecepatan Angin (Knot) 5. Curah Hujan (mm) 6. Penyinaran Matahari (%)
- 1.008,40
1,90
5,10
8,10
2,60
2,92
5,00
204,50
235,26
329,50
262,60
238,74
214,20
45,90
40,00
46,10
54,30
-
64,00
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Timur, 2008. Curah hujan di daerah Kalimantan Timur sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan bulanan sepanjang tahun 2007 menurut stasiun disajikan pada Tabel 7. Rata-rata curah hujan tertinggi dan terendah selama tahun 2007 tercatat pada Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb dan Stasiun Meteorologi Nunukan masing-masing sebesar 493,10 mm dan 25,60 mm. Keadaan angin di Kalimantan Timur pada tahun 2007 yang dipantau di beberapa stasiun pengamat, menunjukkan bahwa kecepatan angin berkisar antara 1,20 knot sampai 10,30 knot. Kecepatan angin paling tinggi 10,30 knot terjadi di Kota Tarakan pada bulan Juni, sedang terendah 1,20 knot terjadi di Kota Samarinda pada bulan Juni.
3.1.1.4. Potensi Sumberdaya Alam Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang mempunyai kekayaan alam yang besar dan sangat beragam berupa sumber daya hutan tropis, sumber daya mineral, sumber daya kelautan dan sumber daya lahan. Berbagai keunggulan yang dimiliki tersebut dapat menjadikan Kalimantan Timur sebagai daerah tujuan investasi dan perdagangan bagi penanam modal dan pelaku-pelaku usaha perdagangan dalam dan luar negeri. Diperkirakan besarnya potensi sumberdaya mineral dan energi yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur berupa minyak sebanyak 1,17 juta mstb (metric stock tank barrel), gas bumi sebesar 46.680 scf (standard cubic feet), batu bara sebanyak 21 milyar ton dan emas sebesar 60,50 juta ton. Dalam hal penggunaan lahan, ada Kesepakatan Bersama Antara Gubernur Kalimantan Timur dengan Bupati/Walikota se-Kalimantan Timur pada tanggal 12 Januari 2006 yang berisi; Pengurangan Kawasan Budidaya Kehutanan Yang Sebelumnya Seluas + 9.774.753,19 Ha Menjadi Seluas + 7.653.565,36 Ha (39,14 % ). Penambahan Kawasan Budidaya Non Kehutanan Yang Sebelumnya Seluas + 5.170.784,60 Ha Menjadi Seluas + 6.520.622,73 Ha (33,36 %). Penambahan Kawasan Lindung Termasuk Hutan Penelitian Yang Sebelumya Seluas + 4.604.972,75 Ha Menjadi Seluas + 4.951.853,64 Ha (25,33 %). Kawasan Strategis Nasional (Radius 5 Km Sepanjang Garis Perbatasan Negara) Seluas + 424.516,12 Ha (2,17 %). Provinsi Kalimantan Timur memiliki beberapa daerah yang berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman jagung. Daerah-daerah tersebut antara lain: Kabupaten Penajam Paser Utara, Bulungan, Kutai Kertanegara, Nunukan, dan Kutai Timur,
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak sedangkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Timur juga berpotensi namun tidak sebesar kelima daerah diatas kecuali kota Tarakan. Kelima Kabupaten tersebut merupakan penyumbang produksi jagung untuk Kalimantan Timur dalam periode 20032007. Perkembangan jagung di kelima daerah ini didukung oleh potensi lahan yang masih cukup luas serta dukungan kebijakan pemerintah daerah dimasing-masing Kabupaten yang memprioritaskan pertanian sebagai visi dan misi pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Kalimantan Timur memiliki potensi luas lahan kering yang sesuai dan belum dimanfaatkan untuk tanaman jagung 9,11 juta hektar. Potensi tersebut jauh lebih besar dari luas pertanaman jagung saat ini. Potensi riil yang diperuntukkan bagi pengembangan jagung perlu ditetapkan sebab lahan tersebut juga menjadi sasaran pengembangan komoditas lainnya (perkebunan, hortikultura, dan pangan lainnya). Potensi lahan kering di Provinsi Kalimantan Timur disajikan pada Tabel. 8 dengan adanya perbandingan dengan daerah-daerah lain yang berpotensi untuk perluasan areal penanaman jagung lahan kering di Indonesia. Tabel 8. Potensi lahan kering yang sesuai untuk pengembangan jagung di Indonesia dan luas pertanaman jagung pada pulau/regional yang berkenaan
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
3.1.2. Potensi Produksi
3.1.2.1. Perkembangan Produksi Jagung Dunia Amerika Serikat, China, Brazil, Mexico, dan Argentina adalah negara penghasil jagung utama dunia. Produksi kelima negara tersebut mencapai 500 juta ton di tahun 2006 yang merupakan 72% produksi jagung dunia. Perkembangan produksi jagung dunia periode tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan produksi jagung dunia tahun 2002-2006 World Corn Production by Major Countries (1,000 MT) Country 2002 2003 2004 2005 USA 227.767 256.278 299.914 282.311 China 121.300 115.830 130.290 139.365 EU-25 49.360 39.876 52.968 48.618 Brazil 44.500 42.000 35.000 41.700 Mexico 19.280 21.800 22.050 19.500 Argentina 15.500 15.000 20.500 15.800 India 11.100 14.720 14.180 15.090 South Africa 9.675 9.700 11.716 6.935 Canada 8.999 9.600 8.840 9.461 Romania 7.300 7.020 12.000 10.300 Indonesia 6.100 6.350 7.200 6.900 Egypt 6.000 5.740 5.840 5.860 Serbia & Montenegro 5.585 3.800 6.569 6.600 Nigeria 5.200 5.500 6.500 7.000 Philippines 4.430 4.900 5.050 5.900 Ukraine 4.180 6.850 8.800 7.150 Others 56.698 60.726 64.855 67.086 World 602.974 625.690 712.272 695.576
2006 272.931 143.000 44.385 42.000 22.000 19.000 14.500 10.000 9.300 8.500 6.600 5.870 6.600 7.500 5.800 6.500 68.400 692.886
Sumber: Charoen Pokphand Indonesia, 2008
Kelima negara penghasil jagung utama tersebut, kecuali Mexico, adalah juga eksportir jagung terbesar dunia. Dunia sangat bergantung pada pasokan ekspor jagung dari AS mengingat 68% ekspor jagung dunia berasal dari negara ini. Argentina menggantikan posisi China sebagai eksportir jagung terbesar kedua sejak tahun 2003
Gambar 5. Share produksi jagung Negara Produsen utama jagung dunia tahun 2006
Pasar produksi jagung dunia dikuasai Amerika Serikat dengan pangsa sebesar 39% pada tahun 2006. China berada pada urutan kedua, diikuti oleh Eropa, Brazil, Mexico, Argentina, dan India, sisanya 19% dimasuki oleh Negara-negara lain di dunia. Peluang ini memungkinkan produksi jagung Indonesia untuk merebut pasar jika Indonesia memiliki kemampuan produksi jagung dalam negeri yang meningkat dan memiliki daya saing di pasar dunia.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak 3.1.2.2. Perkembangan Produksi Jagung Nasional Produksi jagung Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 produksi mencapai 10.169.488 ton, namun pada tahun 1999 produksi turun menjadi 9.204.036 ton (turun sekitar 9,49% dan merupakan penurunan produksi terbesar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir). Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa Barat. Perkembangan produksi, konsumsi, impor dan ekspor jagung Indonesia dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Perkembangan produksi, konsumsi, impor, dan ekspor jagung Indonesia (ribu ton) Tahun
Produksi
Permintaan
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Laju (%/thn)
6,734.03 6,255.91 7,995.46 6,459.74 6,868.89 8,245.90 9,307.42 8,770.85 10,169.49 9,204.04 9,676.90 9,347.19 9,585.28 10,886.00 11,609.46 12,523.89 11,609.46 3.71
6,352.30 6,220.10 7,556.00 6,497.70 7,551.90 8,678.10 9,402.10 9,357.50 9,357.00 9,244.50 10,366.50 9,595.30 10,309.20 11,676.40 12,176.15 12,698.29 13.240.73 4.28
Sumber: Departemen Pertanian, 2005-2007 (diolah)
Kebutuhan jagung nasional juga terus meningkat dari tahun ke tahun, bukan saja dikarenakan pertambahan penduduk, tetapi juga pertumbuhan usaha peternakan dan industri pangan. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan. Meski kebutuhan jagung untuk konsumsi terus mengalami penurunan dengan laju 2 % pertahun, namun kebutuhan jagung untuk industri pangan dan pakan terus mengalami peningkatan yang cukup pesat dengan laju masing-masing 3% dan 5,78% pertahun. Pada tahun 1990 walaupun penggunaan jagung masih didominasi untuk konsumsi langsung, tetapi penggunaan untuk industri pangan sudah di atas untuk industri pakan. Dalam periode 1989-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung walaupun masih dominan untuk kebutuhan konsumsi langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat. Selama tahun 2000-2004, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar 2,0% pertahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masing-masing 5,76% dan 3,0% pertahun. Dari gambaran di atas terlihat bahwa orientasi pengembangan jagung ke depan sebaiknya lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri pakan dan pangan, mengingat produk kedua industri ini merupakan barang normal (elastis terhadap peningkatan pendapatan), sebaliknya merupakan barang inferior dalam bentuk jagung konsumsi langsung seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat. Perkembangan penggunaan jagung dalam negeri tahun 1980-2006 disajikan pada Tabel 11.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 11. Perkembangan permintaan jagung untuk konsumsi, industri pangan, dan industri pakan di Indonesia Tahun 19802006 (ribu ton) Tahun
Konsumsi
1980
3,705 (93.99) 5,703 (86.44) 4,657 (43.45) 4,567 (41.76) 4,478 (40.11) 4,388 (38.53) 4,299 (37.01) 4,213 (35.46) 4,129 (33.94) -2.00
1990 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Laju (%/thn)
Industri Pangan 0 (0.00) 499 (756) 2,340 (21.83) 2,415 (22.08) 2,489 (22.29) 2,564 (22.51) 2,638 (22.71) 2,717 (22.87) 2,799 (23.01) 3.00
Pakan
Total
237 (6.01) 396 (6.00) 3,713 (34.64) 3,955 (36.16) 4,197 (37.59) 4,438 (38.96) 4,680 (40.29) 4,950 (41.66) 5,235 (43.04) 5.76
3,942 6,598 10,719 10,937 11,164 11,390 11,617 11,880 12,162 2.02
Sumber: Departemen Pertanian, 2005-2007 (diolah) Keterangan: Angka dalam kurung ( ) menunjukkan persentase terhadap permintaan total
Perbandingan antara produksi dan konsumsi jagung di Indonesia selama tahun 1996-2006 berfluktuatif. Situasi kondisi jagung Indonesia dari sisi produksi dan konsumsi disajikan pada grafik berikut. Indonesia Corn Situation 8,000
7,500
Domestic Consumption
7,000 Production 6,500
6,000
5,500 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Gambar 6. Grafik perkembangan produksi dan konsumsi jagung di Indonesia kurun waktu 1996-2006 Kebutuhan jagung domestik pada tahun 2010 meningkat menjadi 13,6 juta ton, dan pada tahun 2015 dan 2020 masingmasing 15,9 juta ton dan 18,9 juta ton. Tanpa upaya khusus untuk memacu produksi nasional, maka impor jagung diperkirakan pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing sebesar 937 ribu ton dan 740 ribu ton, dan pada tahun 2015 dan 2020 mencapai 1,03 juta ton dan 1,68 juta ton. Di sisi lain, rata-rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia dalam periode 1990-2003 hanya 75,5 juta ton atau 13,5% dari total produksi dunia, dan menurun 0,02%/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar jagung dunia relatif tipis (thin market).
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Berpijak dari informasi di atas, maka prospek pasar jagung di pasar domestik maupun pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Meningkatnya permintaan dan tipisnya pasar jagung dunia menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terbuka lebar bagi para eksportir baru. Oleh karena itu, upaya Indonesia untuk mengembangkan jagung dalam jangka menengah (2005-2009) dan jangka panjang (2010-2025) prospektif ditinjau dari aspek pasar.
3.1.2.3. Perkembangan Produksi Jagung Kalimantan Timur Kalimantan Timur memiliki program pengembangan agribisnis khusus tanaman pangan, diantaranya jagung. Luas areal pertanaman jagung menurut data statistik tanaman pangan Provinsi Kalimantan Timur berfluktuasi. Setelah pemekaran wilayah, luas areal pertanaman jagung sempat terjadi penurunan, namun setelah itu mulai stabil kembali dapat dilihat pada Tabel 12, dimana antara tahun 2003-2007 terjadi peningkatan meskipun dengan laju pertumbuhan yang relatif kecil. Kabupaten Penajam Paser Utara, Bulungan, Kutai Kertanegara, Nunukan, dan Kutai Timur merupakan daerah yang memiliki areal penanaman jagung yang luas dan berpotensi untuk pengembangan jagung. Luas areal penanaman jagung di Kalimantan Timur yang meningkat maka berpotensi untuk menghasilkan produksi jagung. Keberhasilan peningkatan produksi jagung akan terkait dengan luas areal penanaman yang berhasil dipanen. Perkembangan produksi jagung di Kalimantan Timur masih mengalami pertumbuhan yang relatif kecil sehingga perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk investasi dalam pengembangan budidaya jagung sehingga mampu meningkatkan produksi dan perluasan areal produksi jagung. Tabel 12. Perkembangan luas areal penanaman jagung di Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota tahun 2000-2007 (Ha) No
Kab/kota
2000
2001
2002
2003
2004
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pasir Kutai Kertanegara Kutai Timur Kutai Barat Bontang Berau Bulungan Nunukan Malinau Tarakan Balikpapan Samarinda PPU Kaltim
2,204 5,839 458 869 246 728 10,364
2,068 3,130 549 924 106 660 611 225 986 329 232 588 10,408
1,748 5,827 1,752 774 76 757 368 295 213 270 561 12,641
1,162 2,941 1,203 883 67 748 359 229 363 543 283 538 615 9,934
770 1,635 1,348 1,026 61 658 686 433 257 257 443 987 8,561
2005
2006
2007
833 1,935 838 408 81 572 1,535 1,136 199 546 368 496 813 9,761
568 2,208 831 366 77 602 1,127 610 153 695 312 461 1,621 9,631
591 2,007 726 696 45 414 1,150 588 235 823 531 385 1,694 9,975
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur, 2008.
Perkembangan produksi jagung di Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota disajikan pada Tabel 13. Tabel ini menunjukkan bahwa produksi jagung Kalimantan Timur masih perlu terus ditingkatkan. Tahun 2004, produksi jagung mengalami peningkatan mencapai 14,410 ton, akan tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan produksi menjadi 11,260 ton. Tabel 13. Perkembangan produksi jagung di Kalimantan Timur menurut Kabupaten/Kota No 1 2 3 4 5 6 7
Kab/kota
2000
Pasir Kutai Kertanegara Kutai Timur Kutai Barat Bontang Berau Bulungan
4.877 5.290 722 2.379
2001 2.725 2.310 750 956 220 427 1.049
2002 2.831 3.407 2.195 767 122 770 688
2003
2004
2.424 1.839 3.202 710 120 658 566
2.359 1.437 1.876 1.016 96 711 1.851
2005 1.643 1.689 1.328 706 718 1.565
2006 1.423 2.550 1.170 495 1.006 3.793
tahun 2000-2007 (ton) 2007 1.242 2.147 944 623 745 1.827
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak 8 9 10 11 12 13
Nunukan Malinau Tarakan Balikpapan Samarinda PPU Kaltim
179 410 13.827
289 1.358 66 53 175 10.378
382 783 21 215 12.181
261 476 45 222 454 10.997
430 588 36 93 1.917 12.411
1.975 315 82 77 1.082 11.180
1.228 271 24 144 2.307 14.410
1.385 270 16 39 2.382 11.620
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur, 2008.
Berdasarkan tujuan penyusunan profil proyek usaha budidaya tanaman jagung terintegrated dengan industri pakan ternak, maka perlu diketahui mengenai kebutuhan jagung pipil kering dalam komposisi pakan ternak pellet berbasis jagung dan estimasi kebutuhan jagung sesuai dengan potensi populasi ternak di Kalimantan Timur. Hal ini berkaitan dengan pencapaian pemenuhan kebutuhan jagung. Jagung berbentuk pipil kering dalam formulasi komposisi pellet pakan ternak dibutuhkan sebesar 51,4%. Formulasi komposisi pellet pakan ternak disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Formulasi komposisi pellet pakan ternak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
Nama Bahan
Persentase dalam pellet pakan(%) Ayam Pedaging (1)
Jagung pipil giling Bungkil kedelai Tepung ikan Corn Gluten Meal Premiks Crude Palm Oil (CPO) Dedak/Bekatul Tepung daging Tepung tapioka Tepung gamal Kapur Minyak Kelapa Bagasse
51,4 18,0 5,0 7,0 0,6 2,0 16
Ayam Buras(2)
Kelinci(3)
35,0 20,0 10,0
58,2 9,4 5,0 12,4
30,0 3,0 1,0 1,0
100,0
100,0
15,0 100,0
Sumber: (1) Dirjen Peternakan Deptan (2008), (2) LPTP Koya Barat (2000), (3) Susandri, dkk (2004).
Formulasi komposisi pellet pakan ternak tersebut akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak yang diusahakan. Ternak ayam merupakan contoh ternak yang produktivitasnya dipengaruhi oleh kualitas pakan. Tabel berikut menyajikan parameter produktivitas ternak ayam yang digunakan sebagai dasar dalam estimasi kebutuhan pakan ternak di Kalimantan Timur. Tabel 15. Parameter produktivitas ternak ayam terhadap tiga kelas produktivitas yang dipengaruhi kualitas pakan Parameter Produktivitas Berat karkas (g) Konversi pakan terhadap berat badan (FCR) Peluang hidup ternak (%) Karkas tidak layak jual (%) Biaya yang dikeluarkan (sen $US/ayam) Sumber: Jones, 2002.
Baik 1760 2,13 95,98 1,39 12,02
Kelas Produktivitas Sedang 1737 2,15 95,61 1,19 11,49
Buruk 1719 2,16 92,78 1,73 10,86
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Estimasi kebutuhan jagung pipil kering untuk pakan ternak di Kalimantan Timur, selain dipengaruhi oleh komposisi pakan dan produktivitas ternak yang ingin dicapai, juga dipengaruhi oleh populasi ternak pengguna pakan yang berasal dari pellet/jagung pipil. Populasi ternak unggas di Kalimantan Timur periode tahun 2003-2007 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Populasi ternak berpotensi menggunakan pakan yang berasal dari pellet/jagung pipil di Kalimantan Timur Tahun 20032007 Kabupaten/Kota
Ayam Ras Pedaging
Ayam Kampung
1. Paser 2. Kutai Barat 3. Kutai Kartanegara 4. Kutai Timur 5. Berau 6. Malinau 7. Bulungan 8. Nunukan 9. Penajam P.U 10. Balikpapan 11. Samarinda 12. Tarakan 13. Bontang Jumlah 2007 2006 2005 2004 2003
Ayam Ras Petelur
Itik
648.800 196.100
1.525.500 136.300
61.000 -
6.900 8.900
251.700
2.748.900
196.900
32.800
340.500 251.900 143.400 76.900 91.500 312.500 104.900 367.500 266.200 77.900 3.129.800 2.855.530 2.739.200 3.548.000 3.577.396
234.800 682.800 12.500 309.900 64.800 12.000 7.560.000 7.900.000 1.267.400 1.377.300 23.832.200 26.292.200 25.828.600 21.844.200 21.747.100
33.900 5.200 1.000 7.000 1.300 155.800 187.200 220.000 78.300 947.600 656.500 733.800 697.700 573.000
9.500 10.900 14.700 8.000 11.700 6.800 1.700 45.800 1.200 2.100 161.000 172.700 190.900 284.400 398.300
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur, 2008.
Perhitungan kebutuhan pasokan pakan ternak pada produksi unggas (ayam buras, ras petelur, ras pedaging, dan itik) Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Data yang dibutuhkan untuk estimasi meliputi: berat rerata karkas pada masing-masing tingkat produktivitas ternak yang ingin dicapai, konversi pakan ternak terhadap berat badan (FCR), dan total populasi ternak di Kalimantan Timur. Tabel 17. Estimasi kebutuhan jagung pipil kering dilihat dari pemenuhan pakan ternak tahun 2006-2007 di Provinsi Kalimantan Timur Tahun (asumsi produktivitas)
2006 (baik) 2006 (sedang) 2006 (buruk) 2007 (baik) 2007 (sedang) 2007 (buruk)
Berat rerata karkas (kg) A 1,760 1,737 1,719 1,760 1,737 1,719
FCR B 2,130 2,150 2,160 2,130 2,150 2,160
Total produksi Kaltim (000 karkas) C 29.804,23 29.804,23 29.804,23 27.909,60 27.909,60 27.909,60
Total kebutuhan pakan (ton) D=AxBxC 111.730,10 111.305,39 110.664,30 104.627,51 104.229,80 103.629,46
Total kebutuhan jagung (ton) E = D x 51,4% 57.429,27 57.210,97 56.881,45 53.778,54 53.574,12 53.265,54
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Keterangan: 1. Nilai FCR dan berat rerata karkas diambil dari data Jones (2002) (Tabel 15). 2. Total produksi Kalimantan Timur mengambil data Dinas Peternakan (2008) yang merupakan penjumlahan dari total produksi ayam buras, ras petelur, dan ras pedaging (Tabel 16). 3. Total kebutuhan jagung pada pelet mengambil asumsi formulasi pelet dari Dirjen Peternakan Deptan (2008) (Tabel 14). Berdasarkan perhitungan pada Tabel.17, nilai kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 53,778.54 ton. Jika dibandingkan dengan produksi Kalimantan Timur pada Tahun 2007 yang baru mencapai 11.620 ton, maka masih terdapat kekurangan pasokan jagung untuk bahan baku pakan ternak sekitar 78.39% dari total kebutuhan jagung pipil kering. Apabila asumsi tingkat produksi jagung pipil kering berkisar antara 5.000 – 6.000 kg per hektar, maka masih dibutuhkan perluasan areal penanaman jagung seluas 7000 - 8000 hektar untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di Kalimantan Timur. Perluasan areal penanaman jagung ini masih perlu penambahan karena jagung tidak hanya dibutuhkan untuk pakan ternak, tetapi dibutuhkan pula untuk konsumsi dan industri pangan yang belum masuk dalam estimasi diatas.
3.2. Teknis Produksi 3.2.1. Kesesuaian Lahan Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang berbentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 – 300 cm. Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (ketinggian 0-1.300 m dpl). Curah hujan yang optimal adalah antara 85 – 100 mm/bulan dan turun merata sepanjang tahun. Tingkat kesesuaian lahan untuk jagung digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Penilaian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan kimia tanah. Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kriteria kesesuaian lahan untuk jagung Kriteria Temperatur Rata-rata Tahunan
(t) (oC)
Ketersediaan air Bulan kering Curah hujan/tahun LGP Media Perakaran Drainase Tanah
(w) (<75) (mm) (han) (r)
Tekstur Kedalaman efektif Gambut Kematangan
(cm)
Ketebalan Retensi Hara KTK tanah
(cm) (f)
pH tanah C-organik Kegaraman Salinitas Toksisitas Kejenuhan Al Kedalaman Sulfidik Hara Tersedia Total N
(c) (mmhos /cm) (x) (%) (cm) (n)
S1
S2
20-25
>26-30
1-7 >1200 >150 Baik,sedang
Penilaian S3
N1
N2
>30-32 16-<20
Td
Td
>7-8 900-1200 20-150
>8-9 600-900 90-120
Td
>9 <800 <90
Agak terhambat SL, SC, C
Terhambat, agak cepat LS, SiC, Str C
Td Td
Cepat, sangat terhambat Kerikil,pasir
40-60
24->40
20-24
<24
-
Saprik
Hemik
Saprik-hemik
Saprik
-
<100
100-150
-
>200
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Td
-
6.0-7.0 >0.8
>7.0-7.5 5.5-5.9 >0.8
>7.8-8.0 4.5-<5.5 Td
>8.0-8.5 4.0-4.5 Td
>8.5 <4.0 Td
<2
2-4
>4-6
>6-8
>8
<20 >100
20-40 5-<100
40-60 50-<75
>60 40-<50
<40
≥sedang
Rendah
Sangat rendah
-
-
L,SCL,Sil, Si,CL >60
<90
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak P2O5
Sangat tinggi
Tinggi
Sangat rendah
K2O
≥sedang
Rendah
Sangat rendah
-
-
<3 <3 <2 SR F0-1
Kemudahan pengolahan
(p)
Konsistensi, besar butir Terrain/Potensi Mekanisasi Lereng Batuan Permukaan Singkapan Batuan Tingkat Bahaya Erosi Bahaya Banjir
Keterangan : Td S Str. C
(s/m) (%) (%) (%) (e) (b)
: Tidak Berlaku : Pasir : Liat berstruktur
Sangat rendah -
-
Td
Semenkerikil
-
Sangat keras Sangat teguh Sangat lekat
-
Berbatu
3-8 0-15 2-10 R F2
>8-15 >15-40 >10-25 S F3
>15-24 Td >25-40 B F4
>24 >40 >40 SB
-
Si : Debu L : Lempung Liat masif : Liat dan tipe 2:1 (vertisol)
Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001
3.2.2. Syarat dan Kebutuhan Benih Jagung Mutu benih tidak hanya dilihat dari sifat fisik, tetapi terkait dengan sifat genetik dan proses fisiologi benih. Secara umum, mutu benih jagung yang baik dicirikan oleh daya tumbuh benih yang lebih dari 90%, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit, sehat dan bernas, serta tidak keriput. Kebutuhan benih ± 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air) selama satu malam.
3.2.3. Pengolahan Tanah Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan tenaga manusia, ternak atau mesin (traktor). Tanah dibajak dengan kedalaman 15–20 cm yang kemudian diratakan dengan garu. Setelah tanah diolah, setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, dengan kedalaman 30 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur dengan dosis 1-3 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata pada saat pengolahan tanah, yaitu sekitar 1 bulan sebelum tanam. Kapur yang dianjurkan adalah kapur pertanian (CaCO3) atau dolomit.
3.2.4. Penanaman Jagung Varietas jagung yang ditanam dapat berupa jagung komposit atau hibrida. Kebutuhan benih untuk varietas jagung komposit (Arjuna) adalah 35 kg/ha, sedangkan yang hibrida : Bisi-1, Bisi-3, Pioneer 5 dan Pioneer 6, masing-masing 20 kg/ha, Pioneer 7, Pioneer 8 dan Pioneer 9, masing-masing 17 kg/ha dan Bisi-2 diperlukan 15 kg/ha. Jumlah benih tersebut untuk memenuhi jumlah tanaman yang optimum yang jumlahnya sekitar 66.000 tanaman/ha. Waktu tanam sebaiknya pada awal musim hujan atau waktu musim hujan hampir berakhir. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan pada penanaman jagung antara lain sebagai berikut : a. Tumpang sari (intercropping) Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman pada suatu luasan tertentu dengan umur tanaman sama atau berbeda dan jarak tanam teratur. Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. b. Tumpang gilir (relay planting) Pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok dalam waktu yang berbeda, tetapi ditanam sebelum tanaman pokok dipanen sehingga terjadi overlapping (tumpang tindih). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah atau kacang panjang menjelang jagung panen. c. Tanam campuran (mixed cropping)
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Penanaman terdiri dari beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit serta sulit dalam pemeliharaan. Contoh: tanaman jagung yang ditanam bersama kedelai dan ubi kayu secara sembarang. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panen. Semakin panjang umur panennya, jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih dari 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40 cm x 100 cm dengan 2 tanaman per lubang atau 25 cm x 100 cm (1 tanaman per lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25 cm x 75 cm (1 tanaman per lubang). Sedangkan untuk jagung berumur panen kurang dari 80 hari, jarak tanamnya 20 cm x 50 cm dengan 1 tanaman per lubang.Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal, dengan kedalaman 3-5 cm. Kedalaman lubang perlu diperhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Benih jagung dapat ditanam pada waktu musim hujan atau waktu musim hujan hampir berakhir. Namun, air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Bila kering, tanah perlu diairi terlebih dahulu.
3.2.5. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pengairan dan pemupukan. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dilakukan 7-10 hari setelah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Sementara itu, penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Tanaman yang dibuang adalah tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dilakukan dengan cara dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 4 minggu setelah tanam bersamaan dengan pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Cara pembumbunan, yaitu tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada paritparit di antara bumbunan tanaman jagung. Tanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan biji. Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (45 – 55 hari setelah tanam) dan pengisian biji (60 – 80 hst). Di beberapa daerah yang cukup curah hujannya, kebutuhan air dapat dipenuhi oleh curah hujan tersebut, sedangkan untuk daerah-daerah yang sulit air, para petani dapat menggunakan pompa air. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman jagung sangat tergantung pada kesuburan tanah dan varietas yang ditanam. Dosis anjuran pemupukan tanaman jagung per hektar adalah 200-300 kg urea, 100-200 kg SP-36 dan 50-100 kg KCl, serta 2 ton pupuk kandang. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan seluruhnya pada waktu tanam, sedangkan untuk pupuk urea diberikan 1/3 bagian pada waktu tanam dan sisanya (2/3 bagian) diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam bersamaan dengan pembumbunan. Pupuk diberikan dengan cara ditebar di dalam alur yang dibuat 10-15 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman 10 cm.
3.2.6. Pengendalian Hama dan Penyakit Keberhasilan dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman berperan penting dalam peningkatan produksi tanaman jagung.
3.2.6.1. Hama Beberapa hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) yang menyebabkan daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Jenis Ulat pemotong (Agrotis sp) menyebabkan tanaman terpotong beberapa cm di atas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda tersebut roboh. Sedangkan Penggerek tongkol larva dari ngengat Heliotis armigera Hbn menyerang tongkol dan pucuk tanaman, sehingga akhirnya tanaman mati. Bunga jantan (malai) yang diserang tidak akan berkembang menjadi malai, sehingga produksi berkurang. Beberapa cara yang perlu dilakukan sebagai bentuk pengendalian antara lain (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) penyemprotan insektisida pada benih, misalnya Marshal 25 ST dengan dosis sesuai anjuran.(5) Sebelum ditanami jagung, lahan disemprot terlebih dahulu dengan insekt (6) Pemusnahan ulat.
3.2.6.2. Penyakit Seperti halnya hama, penyakit dapat menyebabkan gagal panen. Beberapa penyakit yang umumnya ditemukan menyerang tanaman jagung antara lain Penyakit bulai (Downy mildew) yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis, P. javanica serta P. philippinensis yang menyebabkan, (1) Bila tanaman yang terserang berumur 2-3 minggu akan tampak bentuk daunnya runcing, kecil dan kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna daun menguning, dan pada sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan berwarna putih; (2) Pada tanaman berumur 3-5 minggu akan terjadi gangguan pertumbuhan, daun berubah warna menjadi pucat dimulai dari bagian pangkal daun; (3) Pada tanaman dewasa, terdapat garisgaris kecoklatan pada daun tua, dan tongkol berubah bentuk dan isi. Penyakit bercak daun (Leaf blight) yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum. Penyakit ini mengakibatkan pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat. Bercak kemudian berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun. Pada serangan yang berat mengakibatkan seluruh permukaan daun berwarna coklat. Adapun Penyakit karat (Rust) yang disebabkan oleh cendawan Puccinia sorghi Schw dan P. polypora Underw. Penyakit ini mengakibatkan pada tanaman dewasa, daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Sedangkan Penyakit busuk tongkol dan busuk biji yang disebabkan oleh cendawan Fusarium atau Gibberella seperti Gibberella zeae (Schw), G. fujikuroi (Schw), dan G. moniliforme. Penyakit ini mengakibatkan biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) penerapan pola tanam dan pola pergiliran tanaman; (3) penanaman varietas tahan; (4) pencabutan dan pemusnahan tanaman yang terserang; (5) mengatur kondisi lahan tidak lembab (6) penyemprotan dengan pestisida atau fungisida.
3.2.7. Panen 3.2.7.1. Ciri dan Umur Panen Umur panen jagung yang ditanam di dataran rendah lebih pendek dari yang ditanam di dataran tinggi. Umur panen jagung juga tergantung dari varietas yang ditanam. Selain itu, waktu panen tanaman jagung juga sesuai tujuan penanamannya. Jagung semi (baby corn) umumnya dipanen pada umur 45-50 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur atau rebus dipanen sebelum bijinya terisi penuh (masak lunak) atau kira-kira pada umur 60 hari setelah tanam, sedangkan jagung untuk pakan ternak, benih, tepung dan lain-lain dipanen jika sudah matang fisiologis yang ditandai dengan telah terbentuknya lapisan hitam (black layer) pada dasar biji. Pada Tabel 19 dapat dilihat umur panen dan produksi beberapa varietas jagung yang ditanam di Indonesia. Panen jagung terbesar (70%) terjadi pada bulan Januari – April, sedangkan sisanya (30%) berlangsung pada bulan Juni – Agustus. Kadar air jagung yang dipanen di musim hujan, dapat mencapai 35% sedangkan yang dipanen di musim kemarau kadar airnya sekitar 25%. Biji jagung mudah dipipil, jika kadar airnya kurang dari 20%. Untuk pemipilan secara mekanis (dengan corn sheller), kadar air jagung sebaiknya kurang dari 18%. Kadar air yang tinggi akan merusak kualitasnya.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Tabel 19. Umur panen dan produktivitas beberapa varietas jagung No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Varietas Hibrida IPB 4 C-1 C-2 C-3 CPI-1 CPI-2 BISI-1 (CPI-3) BISI-2 (CPI-4) BISI-3 BISI-4 PIONEER-1 PIONEER-2 PIONEER-3 PIONEER-4 PIONEER-5 PIONEER-6 PIONEER-7 PIONEER-8 PIONEER-9 SEMAR-1 SEMAR-2 SEMAR-3
B. Komposit 1. Arjuna 2. Wiyasa 3. Rama 4. Bisma 5. Lagaligo 6. Kalingga Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.
Umur Panen (hari)
Produktivitas (ton/ha)ppk Rata-rata Potensi
100 98 93 95 98 97 92 103 94 98 100 100 98 100 99 96 - 116 100 - 113 100 - 118 100 - 113 100 90 94
5,4 5,8 6,3 6,4 6,2 6,2 7,0 8,9 6,6 6,9 5,0 5,9 6,4 6,9 6,8 9,0 8,7 8,8 9,0 5,3 5,0 6,3
7,0 8–9 8–9 8,2 9,3 8–9 8 –9 12 – 14 9 –10 11 7,0 8,5 9 – 10 9 – 11 9 – 10 10 –12 10 –11 10 –12 10 –12 8–9 8 8–9
85 - 90 96 98 96 90 96
5-6 5,3 5,0 5,7 5,3 5,4
-
3.2.7.2. Cara Panen Jagung pipilan dipanen dengan cara tongkol dipotong dari batang, lalu dijemur dalam keadaan utuh. Panen jagung yang matang fisiologis dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung. Cara memanen jagung semi dan jagung sayur pada dasarnya sama dengan cara memanen jagung pipilan.
3.2.8. Pascapanen Tahap pascapanen jagung terdiri dari pengupasan dan pemipilan, pengeringan, penyortiran, pengemasan dan penyimpanan. Jagung dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, dengan tujuan untuk menurunkan kadar air di dalam tongkol dan kelembaban di sekitar biji sehingga tidak terjadi kerusakan pada biji dan cendawan tidak tumbuh. Proses selanjutnya setelah dikupas, dilakukan pemipilan yaitu memisahkan biji jagung dari tempat pelekatannya atau dari tongkolnya. Pemipilan dilakukan dengan menggunakan tangan atau alat pemipil jagung jika jumlah produksi cukup besar. Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara alami, jagung dijemur di bawah sinar matahari selama 7-8 hari hingga kadar air berkisar 14%. Pengeringan buatan dilakukan terutama pada musim hujan dengan menggunakan mesin pengering dengan panas pengeringan sekitar 38-430C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13%.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan. Ada 3 (tiga) standar kualitas jagung 1. Jenis komoditi : jagung pipilan berwarna kuning 2. Persyaratan Kualitatif : a. Bebas hama dan penyakit. b. Bebas bau busuk, asam apek dan bau-bau asing lainnya. c. Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan, baik secara visual maupun organoleptik. 3. Persyaratan Kuantitatif Tabel 20. Persyaratan kualitas mutu jagung No.
Uraian
% Maksimum Kualitas I
Kualitas II
1.
Kadar Air
14
14
2.
Butir Rusak
5
6
3.
Butiran Warna Hitam
5
10
4.
Kotoran/Benda Asing
3
4
5.
Butiran Pecah
3
4
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa kualitas komoditi jagung Kelas I, yaitu kadar air maksimal 14%, jumlah butir rusak 5%, jumlah warna lain 5%, kotoran/benda asing dan butiran pecah masing-masing 3% dan untuk kualitas Kelas II kadar air 14%, butir rusak 6%, jumlah butiran warna lain 10%, kotoran/benda asing dan butiran pecah masing-masing 4%. Setelah biji bersih dari kotoran, dilakukan pengemasan sesuai tujuan pasar. Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan untuk eceran seberat 1-5 kg. Khusus untuk penjualan di supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping dengan berat kemasan 1 kg (sekitar 6 buah tongkol). Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu tongkol kering atau biji kering. Prinsip penyimpanan adalah jagung tetap kering dan tidak diserang hama gudang. Penyimpanan dalam bentuk biji sebaiknya dalam wadah yang memiliki pori-pori udara sehingga jagung tidak lembab.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
BAB IV
KEBIJAKAN DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG 4.1.
Sarana dan Prasarana
Pengembangan investasi budidaya tanaman kelapa dalam telah didukung dengan tersedianya jaringan jalan, airport, pelabuhan laut, terminal, fasilitas air bersih dan listrik, serta hotel.
4.1.1.
Pelabuhan Beserta Spesifikasinya
Kalimantan Timur memiliki 15 pelabuhan kapal laut di 13 kabupaten kota. Pelabuhan kapal laut tersebut meliputi Tanah Grogot, Kuala Samboja, Sangatta, Sangkulirang, Tanjung Redeb, Sungai Nyamuk, Pulau Bunyu, Tanjung Selor, Nunukan, Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Tanjung Laut, Lhok Tuan, dan Tanjung Santan. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki pelabuhan ferry Penajam yang menjadi sarana penghubung antar kota dan antar propinsi dan sarana transportasi hasil pertanian antar pulau. Bulungan memiliki 1 unit pelabuhan di daerah Tanjung Selor. Kutai Kertanegara memiliki 1 unit pelabuhan kapal laut di daerah Kuala Samboja. Nunukan memiliki 1 unit pelabuhan untuk kapal laut. Kutai Timur memiliki pelabuhan laut yaitu di Sangatta 2 buah (milik KPC 1.800 m2 dan Pertamina 725 m2) dan pelabuhan umum di Sangkulirang seluas 189 m2. Saat ini pemerintah Kabupaten Kutai Timur sedang mengembangkan pelabuhan laut Maloy dalam suatu kawasan industri terpadu seluas 10.000 ha.
4.1.2.
Airport Beserta Fasilitas
Kalimantan Timur telah memiliki 16 bandara, dengan kualifikasi bandara internasional dan perintis yaitu Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, Juata Tarakan, Kalimarau Berau, Nunukan dan Tanjung Harapan Bulungan. Ketersediaan bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandara internasional Sepinggan di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan 15 penerbangan terjadwal (schedule) seperti Garuda Indonesia, Merpati Airlines, Silk Air dan 12 penerbangan tidak terjadwal. Kabupaten Penajam Paser Utara meskipun tidak memiliki pelabuhan udara, namun dengan kedekatan secara geografis dengan Kota Balikpapan yang memiliki bandara berkelas internasional akan memudahkan lintas transportasi ke daerah ini. Bulungan memiliki pelabuhan udara di Tanjung Harapan. Kutai Kertanegara memiliki pelabuhan udara di Senipah. Nunukan memiliki 1 unit pelabuhan udara. Kutai Timur memiliki 9 bandara yaitu KPC di Tanjung Bara dan Bandara Pertamina di Sangkimah serta 7 bandara perintis yaitu di LongLees, Sautara, Batu Ampar, Jabdan, Miau Baru, Long Segar, Pengadan.
4.1.3.
Listrik Beserta Kapasitas
Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan industri di Kalimantan Timur. Sumber listrik hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Umum Listrik Negara dengan produksi pada tahun 2007 sebesar 1.799.906,17 MWh dengan kapasitas terpasang 414.44 MWh. Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2007 memproduksi tenaga listrik sebesar 46.923,02 MWh dengan kapasitas terpasang 16,19MWh. Bulungan memproduksi tenaga listrik sebesar 32.484,73 MWh dengan kapasitas terpasang 12,32 MWh. Kutai Kertanegara memproduksi tenaga listrik sebesar 621.425 MWh dengan kapasitas terpasang 99,96 MWh. Nunukan memproduksi tenaga listrik sebesar 34.095,93 MWh dengan kapasitas terpasang 14,17 MWh. Kabupaten Kutai Timur memproduksi tenaga listrik sebesar 62.950,34 MWh dengan kapasitas terpasang 20, 95 MWh.
4.1.4.
Air Bersih dan Kapasitasnya
Jumlah perusahaan air minum pada tahun 2007 di Kalimantan Timur sebanyak 13 unit dengan status perusahaan milik pemerintah. Kapasitas Potensial yang dihasilkan 5.072 liter/detik. Kapasitas efektif 3.859 liter/detik,dengan efektifitas produksi 76,46 persen.
4.1.5.
Hotel dan Restoran
Kalimantan Timur sebagai daerah sentra perdagangan dan jasa, serta tujuan wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel berbintang maupun non bintang pada tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel berbintang 17
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 tempat tidur. Selain hotel, di Kalimantan Timur terdapat pula restoran sebanyak 912 buah. Keberadaan hotel dan restoran ini mendukung fasilitas bagi investor.
4.1.6.
Sekolah/ PT/Lembaga Pendidikan
Kalimantan Timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman (UNMUL) sebagai perguruan tinggi negeri di Kalimantan Timur memiliki Fakultas Pertanian yang mampu menyediakan tenaga ahli untuk kebutuhan pengembangan investasi Komoditi Kelapa. Di Kutai Timur pun telah terdapat Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER), Kutai Kertanegara terdapat pula Universitas Kutai Kartanegara (UNIKARTA) yang salah satunya memiliki jurusan Pertanian. Untuk wilayah utara Kalimantan, juga terdapat perguruan tinggi yaitu Universitas Borneo dan memiliki Fakultas Pertanian. Selain pendidikan formal, pelatihan-pelatihan pun dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pelatihan swasta maupun oleh dinas tenaga kerja dan dinas teknis terkait.
4.1.7.
Jalan/ transportasi
Untuk memperlancar arus lintas bahan input maupun hasil Produksi kopra dan budidaya kelapa telah dibangun jalan lintas kalimantan yang terdiri 3 poros, yaitu poros selatan, tengah dan utara. Infrastruktur perhubungan darat yang tersedia telah memadai untuk angkutan antar kota dalam provinsi maupun antar kota antar provinsi. Panjang jalan negara di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2007 mencapai 1.539,70 km, jalan di bawah wewenang Provinsi 1.762,07 km, sedang jalan di bawah wewenang Kabupaten/Kota mencapai 5.283,04 km. Pembangunan jembatan seperti jembatan Dondang dan Mahakam II yang memperpendek jarak tempuh Samarinda-Balikpapan merupakan bagian dari pembangunan highway Bontang-Samarinda-Balikpapan. Pembangunan jalan pintas utara Kalimantan Timur Sangata, Kutai Timur dan Tanjung Redeb, Berau akan mempercepat arus angkutan barang/jasa.
4.1.8.
Perbankan/Asuransi
Lembaga keuangan di Kalimantan Timur tahun 2007 yang berbentuk kantor bank berjumlah 302 unit. Dari 302 unit kantor bank tersebut, 107 unit berada di Kota Samarinda, 95 unit di Kota Balikpapan, 23 unit di Kota Bontang, 20 unit di Kota Tarakan dan 57 unit lainnya tersebar di 9 kabupaten lainnya. Posisi kredit bank yang telah disalurkan pada tahun 2007 berjumlah 24,61 trilyun rupiah, dengan jumlah kredit terbesar pada sektor pertambangan sebesar 5,34 trilyun rupiah, diikuti oleh sektor lainnya sebesar 4,87 trilyun rupiah, sektor perdagangan 4,35 trilyun rupiah, sektor jasa dunia usaha 3,3 trilyun rupiah, sektor konstruksi 2,59 trilyun rupiah dan selebihnya adalah untuk sektor Pertanian, Perindustrian, Pengangkutan serta Listrik, Gas dan Air. Sedangkan posisi deposito bank dirinci menurut kabupaten/kota sampai dengan Desember 2007 sebesar 10,63 trilyun rupiah. Untuk tabungan pada tahun 2007 (periode JanuariDesember) tercatat sekitar 1,65 juta penabung dengan nilai tabungan sebesar 12,99 trilyun rupiah, berarti setiap penabung mempunyai nilai tabungan rata-rata sebesar 7,86 juta rupiah. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki 1 unit bank dan 141 koperasi (10 KUD, 15 koperasi pertanian/perkebunan, 8 koperasi peternakan, 1 unit koperasi tahu tempe, dan sisanya koperasi non pertanian). Bulungan memiliki 6 unit bank dan 135 koperasi (15 KUD, 29 koperasi pertanian/perkebunan, 9 koperasi perikanan, 9 koperasi tahu tempe, dan sisanya koperasi non pertanian). Kutai Kertanegara memiliki 17 unit bank dan memiliki 440 koperasi (60 KUD, 67 koperasi pertanian/perkebunan, 12 koperasi perikanan, 3 koperasi peternakan, dan sisanya koperasi non pertanian). Nunukan memiliki 4 unit bank dan 23 koperasi (1 koperasi pertanian/perkebunan, dan sisnya koperasi non pertanian). Di Kabupaten Kutai Timur terdapat 4 unit bank dengan 3 unit bank pemerintah dan 1 unit bank swasta serta lembaga non perbankan 476 koperasi dengan 30 KUD, 90 koperasi pertanian/perkebunan, 20 koperasi khusus perikanan. Dan ada 3 lembaga asuransi yaitu Asuransi Bumi Putera, Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Mubarakah.
4.1.9.
Pos dan Telekomunikasi
Kalimantan Timur melalui PT. Telkom pada tahun 2007 telah membangun 4.767 SST (Suara Satuan Langsung). Penggunaan jasa telekomunikasi telepon saat ini meningkat pesat, dengan diindikasikan tercatatnya 9 operator 9 telepon selular. Kota Bontang memiliki 8.086 SST dan 9 CCT (komunikasi data circuit). Kabupaten Panajam Paser Utara memiliki 1.870 SST. Bulungan memiliki 19 wartel dan warnet, 2.732 SST, 32 CCT, dan 880 satuan sambungan langsung (ST). Kutai Timur memiliki 5.475 SST DAN 675 CCT dan 7 Kantor Pos Cabang.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
4.2.
Legalitas
Izin usaha pembukaan kebun di Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur mengacu kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang Nomor 24 tahun 1994 tentang Sistem Budidaya Tanaman; Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/pts/HK.350/5/2002 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Adapun izin usaha perkebunan di daerah harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Usaha Perkebunan Rakyat wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas; 2. IUP dapat diberikan kepada: a. Koperasi; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Badan Usaha Milik Nasional; d. Badan Usaha Swasta Nasional; e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing. 3. Usaha budidaya perkebunan wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/ Walikota; 4. IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama; 5. Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas; 6. Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Rekomendasi dari dinas teknis; f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000. i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp. 15.000,- (Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal. 7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat diberikan atau ditolak. Selanjutnya ijin usaha industri perkebunan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan wajib memperoleh izin tertulis dari Bupati; 2. Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah; 3. Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas dengan melengkapi: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun sumber bahan baku industri; h. Analisis kelayakan usaha; i. Kepastian pasokan bahan baku; j. Ijin HO/gangguan dari pejabat berwenang. 4. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Selain peraturan perundangan yang berkaitan dengan kegiatan usaha perkebunan, maka pemrakarsa kegiatan hendaknya juga memahami tentang tata cara penanaman modal dalam negeri, yaitu; I. Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani diatas materai Rp. 6,000.- oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb: 1. Bukti Diri Pemohon: a. Photo Copy Akte Pendirian (PT, BUMN, BUMD, CV, Firma dll); b. Photo Copy Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; c. Photo Copy KTP; 2. Photo Copy Nomor Wajib Pajak (NPWP) Pemohon; 3. Proposal Proyek atau Bidang Usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari awal penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi. 4. Peta Lokasi Proyek Skala 1 : 100.000. 5. Persyaratan dan atau ketentuan sektoral yaitu, rekomendasi dari : 1). Lurah/Kades; 2). Camat; 3). Instansi Teknis yang menjelaskan tentang bahwa lokasi yang dimohon tidak bermasalah dan layak untuk proyek dimaksud seperti rekomendasi dari : a. Dinas Kehutanan; b. Dinas Perkebunan; c. Dinas Pertanian dan Peternakan; d. Badan Pertanahan Nasional; e. Dinas/Instansi lainnya yang berkaitan dengan proyek yang dimohon. 6. Laporan keuangan dan atau akuntabilitas; 7. Pernyataan bersedia berkantor pusat di Kota/Kabupaten; 8. Surat Kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri. 9. Kesepakatan/perjanjian kerjasama untuk bermitra dengan Usaha Kecil yang antara lain memuat : 1. Nama dan alamat masing-masing pihak; 2. Pola kemitraan yang akan digunakan; 3. Hak dan Kewajiban masing-masing pihak; 4. Bentuk pembinaan yang akan diberikan kepada usaha kecil; Hal-hal lain yang dianggap perlu. 10. Akte Pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham; 11. Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995. II. Setelah Permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanaman Modal Setda Kota/Kab, yang selanjutnya Permohonan diperiksa kelengkapannya/ lampirannya oleh Sub Bagian Penanaman Modal dan BUMD. III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh Investor dengan biaya sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat Pemerintah Kota/Kab dan bila dianggap perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM dll. IV. Hasil Presentasi dinilai oleh Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan Pemerintah Kota/Kab.
4.3.
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan industri pakan ternak serta menjamin aspek pemasaran produksi jagung, pemerintah terus menggalakkan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi jagung nasional dan menjamin pasar produksi, baik melalui perluasan areal pertanaman maupun dengan sistem integrasi antara usaha budidaya tanaman jagung dengan industri pakan ternak seperti tertuang dalam Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated dengan Industri Pakan Ternak, dimana Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang direkomendasikan untuk pengembangan jagung dengan pola tersebut.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Aspek sosial ekonomi yang diharapkan dari kebijakan ini adalah adanya peningkatan pendapatan petani melalui terjaminnya pasar produksi jagung, adanya perluasan lahan baru untuk tanaman jagung, menumbuhkan industri hilir (olahan), penciptaan lapangan kerja, peningkatan PAD, pemanfaatan sumberdaya dengan optimal, serta rangsangan untuk memperkuat teknologi di bidang tanaman jagung dengan terus melakukan inovasi teknologi pemanfaatan bagian-bagian tanaman jagung untuk menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis dan memiliki nilai tambah dibandingkan produk jagung dalam bentuk segar. Pembukaan lahan untuk tanaman jagung secara intensif akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan antara lain lingkungan fisik kimia, biota, dan kesehatan masyarakat.Terbukanya lahan akan mengakibatkan peningkatan efek pencucian hara tanah, perubahan pH tanah, dan peningkatan kadar kejenuhan basa. Untuk mengatasi efek negatif perlu dilakukan pengapuran, pemupukan sehingga dapat mengembalikan lingkungan fisik kimia seperti keadaan semula sehingga berubah menjadi dampak positif. Terbukanya lahan menyebabkan berubahnya ekosistem yang tadinya tertutup menjadi ekosistem terbuka, dimana kebanyakan organisme pengganggu tanaman menyukai kondisi ini. Dampak negatif ini perlu diantisipasi dengan melakukan pengendalian hama terpadu yang tepat, baik secara mekanis, kimia, maupun biologi. Adanya kegiatan pembukaan lahan baru secara luas yang disertai oleh adanya kegiatan industri akan banyak mengundang masyarakat pendatang, sehingga kegiatan awal dari pembukaan lahan akan memberikan dampak negatif berupa gangguan kesehatan pada masyarakat. Dampak negatif ini dapat diatasi bila perusahaan (perkebunan inti) menyiapkan fasilitas umum seperti sarana dan prasarana pengobatan termasuk tenaga medisnya. Disamping itu harus dilakukan juga upaya-upaya penciptaan lingkungan masyarakat yang sehat dan harmonis, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan produktivitas kerja yang secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan masyarakat.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
BAB V ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial budidaya tanaman jagung dalam monokultur produknya diarahkan pada produk jagung pipil kering yang akan diintegrasikan untuk industri pakan ternak atau keperluan lain yang memerlukan pati jagung seperti HFS. Jagung diperhitungkan sebagai jagung pipil kering dengan kadar air sekitar 12 %.
5.1.
Asumsi Perhitungan analisis kelayakan budidaya tanaman jagung berdasarkan beberapa asumsi sebagai berikut:
Luas perkebunan Jarak tanam Masa tanam jagung Produksi jagung Harga jagung kering per kg
: : : : :
Umur proyek Tingkat Discount factor
: :
1 ha ( 1 Kawasan seluas 100 ha) 20 X 50 cm 3 kali dalam setahun 5. 000 kg / hektar Rp 2.370 ( harga ditingkat petani 79% dari harga konsumen Rp 3.000,-) 10 tahun 14 % sesuai dengan tingkat suku bunga kredit yang berlaku
Berdasarkan tinjauan lapangan dan penelitian para ahli lainnya, tingkat produksi jagung pipil kering berkisar antara 5.000 – 6.000 kg per hektar tergantung dari varietas jagung yang ditanam dan lingkungan tumbuh. Tabel 21. Produksi, ongkos produksi cost, penjualan, dan perhitungan rugi-laba dari budidaya tanaman jagung berdasarkan tahun proyek (per hektar) Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi Jagung (kg) 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
Biaya (Rp)
Penjualan (Rp) 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000 35.550.000
54,240,000 19,528,500 19.995.088 20.433.340 20.963.548 21.466.012 21.981.037 22.508.938 23.050.037 23.604.662 24.173.159
Laba Kotor (54,240,000) 16.021.500 15.554.913 15.076.660 14.586.452 14.083.988 13.568.963 13.041.062 12.499.963 11.945.338 11.376.846
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
5.2.
Kebutuhan Biaya Investasi
Biaya investasi budidaya tanaman jagung digunakan untuk investasi adalah Rp 54.240.000,- per ha dengan perincian biaya investasi untuk per ha tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 22. Table 22. Biaya investasi budidaya tanaman jagung dalam kawasan 100 Ha Biaya Investment
Investasi -
(Rp)
Perijinan Lahan Bangunan Kendaraan MesinPemipil jagung 4 unit Mesin Pengering 4 unit
Total biaya investasi per kawasan Total biaya investasi per ha
200.000.000,4.000.000.000,600.000.000,300.000.000,144.000.000,180.000.000,5.424.000.000,54.240.000,-
Biaya investasi digunakan untuk investasi infrastruktur berupa biaya pengurusan perizinan, biaya pembelian lahan, biaya pembangunan gudang beserta fasilitas penunjang, biaya pembelian mesin pemipil jagung ( corn sheller) dan mesin pengering. Untuk membantu pendanaan dana investasi, diasumsikan mendapat fasilitas kredit bank sebesar Rp. 50.000.000,-. Sebagai konsekuensi dari pinjaman bank dibebankan angsuran dan bunga bank dipatok 14 %. Angsuran kepada bank mulai dibayarkan pada tahun ke-1 dengan jangka waktu pengembalian selama 5 tahun. Pengembalian kredit dengan pola sliding rate dengan besarnya angsuran pokok pinjaman pertahunnnya sebesar Rp. 10.000.000,- ditambah bunga yang dihitung berdasarkan saldo pokok pinjaman. Selama 10 tahun umur proyek, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman jagung baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp 281.634.316-, sedangkan penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp 355.500.000,-, sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp 73.865.684,5.2.1.
Kriteria Kelayakan Proyek
Analisis kelayakan proyek diukur investasi meliputi Benefit/Cost (B/C) ratio, (BEP) baik harga maupun produksi, Net Internal rate of return (IRR), dan payback 5.2.2.
B/C Ratio
Tabel 23. Hasil Analisis Finansial Proyek Kriteria investasi Nilai Gross B/C 1,09 Net B/C 4,98 BEP Produksi 9.552 Kg
melalui kriteria Break Even Point present value (NPV), period.
NPV Rp 20.428.024 Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara IRR 44,72% total cash inflow terhadap total cash outflow. Gross B/C Payback period 3 tahun 5 bulan rasio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit (penerimaan) akan diperoleh dari cost (biaya) yang dikeluarkan sebelum dikalikan dengan discount factor (DF). Hasil analisis menunjukkan nilai Gross B/C ratio sebesar 1,09. Nilai ini menunjukkan bahwa benefit yang yang diperoleh 1,09 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan Net B/C rasio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan Discount Factor sebesar 14 %. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C rasio adalah 4,98 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 4,98 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak 5.2.3.
Break Even Point (BEP)
BEP (titik impas) adalah kondisi pada saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP dipakai untuk menentukan besarnya volume penjualan dimana perusahaan tersebut sudah dapat menutupi semua biayabiayanya tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan. Nilai BEP volume produksi jagung diperoleh pada tingkat produksi sebesar 9.552 kg pertahun. Artinya, dengan tingkat harga rata-rata sebesar Rp.2.370 usaha budidaya tanaman jagung untuk produksi pakan ternak tidak akan mengalami kerugian atau mendapat keuntungan (impas) dengan memproduksi sebanyak Break Even Point (BEP) dihtung berdasarkan; 9.552 kg pertahun. Rata-rata total biaya pertahun 5.2.4. Payback period = --------------------------------------------Harga rata-rata jagung per kg Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke- 3 lebih 5 bulan.
Rp. 22.639.432 = ------------------------Rp.2.370 = 9.552 kg jagung pertahun
5.2.5.
Net Present Value (NPV)
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14% menunjukan nilai NPV sebesar Rp 20.428.024,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek usaha budidaya tanaman jagung layak untuk diusahakan. 5.2.6.
Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungnan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalammengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 44,72 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14% maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar. 5.2.7.
Analisis Sensitivitas
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sensitivitas budidaya tanaman jagung ketika ada perubahan tertentu yang mempengaruhi usaha. Asumsi kondisi usaha diambil apabila budidaya tanaman jagung mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 10% dan harga jual turun10%. Selengkapnya disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Analisis sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya tanaman jagung Kriteria investasi Gross B/C Ratio Net B/C Ratio Net Present Value (NPV) (Rp)
Sensitivitas Biaya produksi naik 10 % 1,04
Harga jual turun 10 % 1,01
2,11
1,13
10.009.673
1.884.732
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Internal Rate of Return (IRR) Payback Periode (PP)
27,59
16,33
3 tahun 6 bulan
3 tahun 9 bulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi naik 10% dan harga jual jagung turun sebesar 10%, usaha budidaya tanaman jagung masih menguntungkan dan tetap layak untuk dilaksanakan. Hal ini tercermin dari nilai-nilai kriteria investasi yang menunjukkan kelayakan usaha ini. Hasil analisis sensitivitas sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 20, menunjukan bahwa apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10% dan harga jagung turun 10 %, nilai Net B/C rasio masing-masing 2,11 dan 1,13 lebih besar dari 1, berarti net benefit yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman jagung adalah 2,11 dan 1,13 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek juga tergolong tidak berubah jauh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai payback period terjadi tahun ke- 3 tahun 6 bulan jika biaya produksi mengalami kenaikan 10% dan 3 tahun 9 bulan apabila harga jual mengalami penurunan sebesar 10%. Hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV masing-masing sebesar Rp 10.009.673,- dan Rp 1.884.732,- yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek budidaya tanaman jagung layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR juga diperoleh nilai 27,59 % dan 16,33 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14%, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar dibandingkan dengan suku bunga tersebut.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
PENUTUP Berdasarkan pemaparan mengenai peluang investasi budidaya Tanaman Jagung Terintegrated dengan Industri Pakan Ternak di Kalimantan Timur, terlihat jelas bahwa wilayah Kalimantan Timur antara lain Penajam Paser Utara, Bulungan, Kutai Kertanegara, Kutai Timur, dan Nunukan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukka bahwa investasi pada usaha budidaya jagung di Provinsi Kalimantan Timur, dinilai layak (feasible), menguntungkan untuk diusahakan. Para investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi di bidang ini. Ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan memudahkan bagi para investor melakukan investasi dibidang budidaya tanaman jagung ini. Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang Investasi Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated dengan Industri Pakan Ternak dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186 Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866 E-mail : sysadm@ bkpm.go.id Website : http://www.bkpm.go.id Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117 Telp. 62-0541-743235 – 743446 Fax : 0541-736446 Email :
[email protected] Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur Jl. Basuki Rahmat Samarinda Kalimantan Timur Telp. 0541-741676
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
DAFTAR PUSTAKA Amang. 2003. Ekonomi Perberasan, Jagung, dan Minyak Sawit. Dharma Karsa Utama, Jakarta. Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Timur, 2008. Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Menurut Stasiun. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 2008. Jumlah kecamatan dan desa serta luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Badan Pusat Statistik. 2008. Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Badan Pusat Statistik. 2008. Tabel produksi padi, jagung, dan kedelai 2005-2008. Diterbitkan ulang oleh Departemen Pertanian dan dipublikasikan pada Kompas, 10 November 2008, hal. 23. Charoen Pokphand Indonesia. 2008. World Corn Situation: Interactive report. Charoen Pokphand Indonesia. Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. Departemen Pertanian, Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur, 2008. Perkembangan Luas Areal Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian. 2008. (http://www.antara.co.id/arc/2008/2/5/deptan-kembangkan-pabrik-pakan-ternakmini-di-38-lokasi/) Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jones, F. T. 2002. Feed Mills HACCP and Pathogen Reduction Strategies. Multi-State Poultry Meeting, 14-16 May 2002. http://ag.ansc.purdue.edu/poultry/multistate/Multi-State%2520Poultry%2520Meeting%2520Proceedings%2520FJ.pdf LPTP Koya Barat. 2000. Pembuatan Pakan Ternak Ayam Buras. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) Koya Barat, Irian Jaya No. 07/2000. Park, K. J. 2001. Corn Production in Asia.Food and Fertilizer: Technology Center for The Asia and Pasific, Taipei. Pramono, B. R. 2008. Budidaya Tanaman Jagung. Benns com, Jakarta. Puslitbang Tanaman Pangan Bogor. . Umur Panen dan Produktivitas Beberapa Varietas Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan Bogor, Bogor. Rusastra, I.W.,B. Rachman, dan S. Friyatno. 2004. Analisis Daya Saing dan Struktur Proteksi Komoditas Palawija.Dalam: Saliem et al. (Editor) Prosiding Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, 2004. Data base Perdagangan Internasional Jagung. Departemen Pertanian, Jakarta. Susandari, L., C.M.S. Lestari, H.I. Wahyuni. 2004. Komposisi Lemak Tubuh Kelinci yang Mendapat Pakan Pellet dengan Berbagai Aras Lisin. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2004.
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak
Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated Dengan Industri Pakan Ternak Lampiran 1. Diagram alir proses perizinan
1. P E R M O
Model 1 / PMDN Kelengkapan Akte perusahaan atau KTP
Investment (PMA) Peserta Indonesia -Akta perusahaan
-
bagi perorangan Copy NPWP
-
Proses dan flowchart
-Copy NPWP untuk PMA peserta
-
Uraian produksi / kegiatan
H O
Model 1 / Foreigen Capital
-
N
-Copy KTP apabila perorangan asing
usaha
-Akte perusahaan
Surat kuasa, apabila bukan ditandatangani Direksi
-Copy paspor apabila perorangan -Copy NPWP untuk PT PMA -Proses dan flowchart
A
-Uraian produksi kegiatan
N
2. PERSETUJUAN PENANAMAN
Surat Persetujuan
Surat Persetujuan
untuk PMDN
untuk PMA
RENCANA PERUBAHAN - Perubahan bidang usaha atau produksi - Perubahan investasi - Perubahan/pertambahan TKA - Perubahan kepemilikan saham - Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN - Perpanjangan WPP - Perubahan status - Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh asing atau sebaliknya
3. PERIZINAN PELAKSANAAN
-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan -RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA -Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA bagi TKA -IKTA, untuk memperkerjakan TKA -SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong =========================================== Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat Atas Tanah
Copy akta pendirian dan pengesahan
Sebagai dasar untuk
4.
Kelengkapan
-Melakukan produksi komersil -Pengajuan rencana peluasan
REALI-
- Copy akte perusahaan - Copy IMB
SASI IZIN USAHA
investasi
- Copy izin UUG/HO
-Pengajuan restrukturisasi
- Copy sertifikat hak atas tanah
-Pengajuan atau tambahan bahan baku /penolong
- LKPM - RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL BAP - Copy SP PMDN atau SP PMA dan perubahannya