BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai bagian dari manajemen perusahaan/organisasi, PR berorientasi pada aktivitas yang dilakukan oleh industri, perusahaan, perserikatan,
organisasi
sosial,
atau
jawatan
pemerintah,
untuk
menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan maksud menyesuaikan dirinya pada keadaan sekeliling dan memperkenalkan diri pada masyarakat. Minimal ada dua fungsi utama PR yang utama dalam masyarakat. Pertama, PR bertujuan mendapatkan dan menambahkan penilaian serta jasa bagi masyarakat. Kedua, secara defensif berusaha menjadi sarana pembelaan diri terhadap pendapat negatif tatkala menerima penyerangan yang tidak wajar dari pihak luar. Pada tataran praksisnya, implementasi PR mengarah pada tiga bidang kerja, yakni marketing, publishing dan dokumentasi. Pada dua bidang marketing dan publishing mungkin memang demikian fungsi PR.
Adapun kewajiban PR adalah melaksanakan kebijakan manajer perusahaan dalam memperkenalkan produk barunya dan mempengaruhi masyarakat. Sedangkan terhadap pihak internal perusahaan, PR mempunyai kewajiban memberikan penjelasan tujuan dari setiap kebijakan agar semua pihak merasa terpanggil dan mau menyukseskan 1
2
program perusahaan sesuai dengan visi manajer yang akan memakai barang atau jasa.
Dari sini terlihat, PR mempunyai dua arah komunikasi. Dari dua arah ini, tugas terberat PR adalah keberhasilannya mewujudkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat melalui sarana yang positif berupa, public understanding (pengertian publik), public confidence (kepercayaan publik), public support (dukungan publik) dan public cooperation (kerja sama publik).
Kaitan antara bidang PR dengan dunia komunikasi, secara otomatis mengarahkan proses komunikasi PR berhadapan dengan dua bentuk hubungan yang berbeda strateginya, yakni hubungan secara psikologis dan hubungan sosiologis dengan publik. Yang pertama, kegiatan PR dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan opini masyarakat dan proses persuasi. Sementara yang kedua dihadapkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi massa, human relations dan group relation.
Kompetisi dalam pasar bebas sekarang sangat erat kaitannya dengan maraknya media massa, koran, radio, televisi dan internet. Media massa bagi PR bukanlah sekadar mitra kerja yang sifatnya sementara, melainkan bersifat permanen. Saking pentingnya media massa, pengelola
3
PR dituntut untuk mengenal dunia pers sebagaimana para wartawan bekerja. Mulai dari soal penyampaian materi konferensi pers, editor bahasa teks release, materi hingga style siaran radio/televisi, semuanya menjadi bagian keseharian dalam dunia PR.
Wacana PR dalam dunia bisnis sekarang ini tampaknya harus terus dikembangkan secara dinamis baik dalam tataran akademis maupun praktis di perusahaan dan organisasi manapun. Fungsi PR sekarang ini bukanlah sekadar formalitas untuk menampung pengangguran di sebuah perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan terutama dalam berkomunikasi dengan berbagai pihak sangat bergantung dari misi PR yang dijadikan aparatnya. Maraknya media massa sebagai medium penghubung menuntut berbagai perusahaan-perusahaan skala menengah dan skala atas di Hong Kong, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa saat ini melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produktivitasnya dengan memaksimalkan PR, ketimbang sekadar memanfaatkan iklan di berbagai media massa.
Banyak upaya yang dilakukan oleh perusahaan, dengan mengambil langkah – langkah tertentu demi tercapainya sebuah publisitas yang positif di mata masyarakat. Salah satu cara yang umumnya dilakukan ialah dengan Media Relation. Media Relation terdiri dari dua kata, yaitu Media dan Relation. Kata Media berasal dari bahasa Latin dan
4
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (sumber: Wikipedia). Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Melalui pengertian media, secara umum dapat dilihat bahwa media adalah wadah, ataupun saluran yang memungkinkan pengantar dan penerima sebuah pesan terhubung di dalam suat jalur yang sama.
Sehubungan dengan adanya peran sebuah Media terhadap masyarakat tersebut, mulai muncul peran dari Media Massa. Menurut Effendy (2000) “media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak”.
Pengertian Media Massa tersebut membawa kita ke dalam suatu realitas baru, bahwa Media Massa ternyata sangat berperan di dalam membentuk, bahkan merubah proses pola pikir yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini didukung dengan pernyataan Effendy
5
diatas yang menitikberatkan kepada wilayah penyebaran suatu informasi yang dapat disalurkan oleh Media Massa. Suatu informasi yang terjadi, melalui peran Media Massa dapat disebarkan secara luas dan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Informasi yang disampaikan pun menjangkau siapa saja dan tidak terbatas pada suatu kalangan tertentu.
Dengan melihat fenomena dari adanya suatu peran besar dari sebuah Media Massa, Perusahaan pun mulai melihat posisi Media Massa sebagai pihak yang harus diperhatikan keberadaannya. Perusahaan mulai melihata adanya suatu pengaruh besar, yang dapat ditimbulkan terhadap masyarakat jika mereka dapat menjalin hubungan yang baik dengan media massa. Tentu saja hal ini berkaitan erat dengan adanya publisitas positif dari perusahaan. Perlu diingat bahwa publisitas positif yang dimiliki perusahaan tidak akan hanya berdampak kepada naiknya penjualan ataupun pendapatan perusahaan, namun juga akan sangat berpengaruh terhadap kinerja dari perusahaan itu sendiri.
Pemahaman
ini
memiliki
makna
bahwa
kepuasan
dan
kepercayaan akan datang dengan sendirinya dari upaya yang ditempuh suatu perusahaan sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk memperoleh kinerja perusahaan yang positif. Upaya membangun kinerja perusahaan tidak dapat dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja, melainkan merupakan suatu
6
proses yang panjang. Perusahaan yang telah memiliki kinerjanya yang positif pada umumnya berhasil membangun sistem positif tersebut setelah belajar banyak dari pengalaman.
Berkaitan dengan adanya pemahaman tersebut, tiap perusahaan pun mulai membangun kerangka dasar dari sebuah publisitas yang baik. Salah satu fondasi yang patut dibangun oleh perusahan ialah dengan menjalankan sebuah fungsi yang dinamakan Media Relations. Menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations (1995: 98) dan Periklanan (1997:
275),
fungsi media
relations adalah
menyiarkan
atau
mempublikasikan seluas-luasnya informasi PR guna menciptakan pengetahuan dan memberi pengertian bagi publiknya. Menjalin dan menjaga hubungan dengan media merupakan cara yang efektif untuk membangun, menjaga, dan meningkatkan citra atau reputasi organisasi di mata stakeholder. Media relations sangat penting artinya sebagai wujud komunikasi dan mediasi antara suatu lembaga dengan publiknya. Di sisi lain, fungsi media relations yang berjalan baik sangat bermanfaat bagi aktivitas lembaga karena pihak media memberi perhatian pada isu-isu yang diperjuangkan.
Media relations merujuk pada relasi suatu organisasi dengan media massa sehingga cenderung memiliki cakupan arti yang lebih terbatas. Dari limitasi ini kemudian berkembang menjadi media
7
relations yang mencakup berbagai jenis dan karekteristik media. Dari yang bersifat cetak, elektronik, bahkan interaktif-maya (cyber) dengan kehadiran PR on-line via internet. Dalam konteks Indonesia, istilah media relations mulai memasyarakat. Pada berbagai organisasi formal, terutama yang beraktivitas dalam dunia bisnis, sudah lazim menyebut salah satu bagian dari divisi PR-nya dengan nama media relations officer (MRO).
Pentingnya media relations bagi sebuah organisasi tidak terlepas dari “kekuatan” media massa yang tidak hanya mampu menyampaikan pesan kepada banyak khalayak, namun lebih dari itu, media sebagaimana konsep dasar yang diusungnya memiliki fungsi mendidik, memengaruhi, mengawasi, menginformasikan, menghibur, memobilisasi, dsb. Dari sinilah media memiliki potensi strategis untuk memberi pengertian, membangkitkan kesadaran, mengubah sikap, pendapat, dan perilaku sebagaimana tujuan yang hendak dituju perusahaan / organisasi.
Media Relations tidak hanya terkait dengan kepentingan sepihak, organisasi saja ataupun media massa saja, melainkan kedua pihak memiliki kepentingan yang sama. Dengan demikian, akan membuat hubungan kerjasama menjadi win-win solutions. Dalam hal ini, perusahaan atau praktisi PR harus benar-benar memahami kepentingankepentingan perusahaan media, wartawan serta insan-insan media lain yang terlibat di dalam aktivitas industri media itu sendiri.
8
Berkaitan dengan fungsi Media Relations tersebut, salah satu pihak yang sangat berperan terhadap proses Media Relations itu sendiri ialah divisi Public Relations. Public Relations merupakan ujung tombak terdepan dalam usaha membangun sebuah Media Relations di dalam perusahaan. Sebuah perusahaan pasti menjalin komunikasi dengan publik. Komunikasi diupayakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, public relations berperan membantu dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan dan kerja sama
antara
organisasi
dan
publiknya.
Public
Relations
juga
menggunakan riset dan komunikasi yangs sehat dan etis sebagai alat utamanya.
Sebagai bidang ilmu komunikasi yang signifikan, Public Relations akan terus menjadi salah satu bidang yang sangat dinamis dalam kehidupan berorganisasi di seluruh dunia. Hal ini beralasan karena praktisi Public Relations membutuhkan keterampilan, kapabilitas serta level profisiensi yang beragam untuk keberhasilan pekerjaan mereka. Keseluruhan kerja public relations terkait dengan upaya membangun hubungan yang efektif antara suatu organisasi dengan pihak-pihak yang dianggap penting oleh organisasi tersebut, seperti media, pelanggan, pekerja, investor, pemimpin masyarakat, kelompok aktivis, dan badan pemerintahan.
9
Public Relations sudah mulai dianggap sebagai bagian yang penting dari suatu perusahaan. Banyak dari Perusahaan yang sudah mempunyai Divisi Public Relations internal sendiri. Bagi perusahaan yang belum mempunyai divisi PR sendiri, ada sebuah alternatif lain, yaitu dengan memakai jasa dari PR konsultan yang kini semakin luas perkembangannya
PR Konsultan memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan staf internal perusahaan, yaitu di antaranya adalah variasi bakat dan keahlian serta objektivitas. Objektivitas menjadi salah satu ketentuan penting ketika suatu perusahaan dihadapkan pada persoalan kebijakan krusial sehingga membutuhkan penilaian independen dari pihak luar. Oleh karena itu, mengacu pada konsep objektivitas, konselor akan menjalankan peran dan tugasnya secara objektif yakni tidak dipengaruhi oleh politik perusahaan. Di samping itu, rentang pengalaman terdahulu juga menjadi keunggulan konselor. Dalam jangka waktu setahun, konselor menangani banyak problem yang berbeda-beda untuk beberapa klien yang berbeda. Hal ini menjadikan perusahaan Public Relations sebagai wadah yang riil di dalam kompetensi Public Relations perusahaan, yang mana setiap proyek selalu memberikan tambahan pengetahuan.
10
Reputasi konselor juga bisa menjadi keunggulan tersendiri. Secara eksternal, reputasi konselor di mata media massa dan pejabat pemerintah dapat menguntungkan klien. Secara internal, pakar luar seringkali dapat memperkenalkan ide baru yang tidak pernah berhasil diperjuangkan oleh staf internal untuk dimasukkan ke dalam agenda.
Salah satu PR Konsultan yang ada di Indonesia adalah Weber Shandwick PR Consultant. Berdiri sejak 2003, Weber Shandwick Indonesia adalah PR Konsultan yang tergabung di dalam The Interpublic Group (IPG), yang merupakan salah satu perusahaan Advertising & Marketing Services terbesar di dunia. Weber Shandwick secara khusus bergerak di bidang Corporate & Financial Communications, Consumer Marketing, Technology, Strategic Media Relations, Issues Management, Public Affairs, Cross-Border PR Support, Restructing / Litigation, dan Healthcare. Weber Shandwick juga mempunyai jaringan di bidang Media, Investment Coommunity, Influencers dan Policymakers di Indonesia. Pada tahun 2009 & 2010, Weber Shandwick dianugerahi The Holmes Report sebagai Global Agency of the Year, Digital Firm of The Year dari PR News dan International Consultancy of The Year dari PRWeek.
Salah satu peran Weber Shandwick di dalam meningkatkan publisitas yang baik dan meningkatkan pencitraan klien ialah dengan Media Relations. Weber Shandwick banyak menggunakan aspek Media
11
Relations sebagai salah satu hal yang krusial selaku hubungannya dengan tingkat kepuasan klien. Namun saya merasa masih ada beberapa kekurangan di dalam proses Media Relations yang dijalankan Weber Shandwick. Masih ada beberapa media yang belum sepenuhnya mau bekerjasama dengan Weber Shandwick dikarenakan kurangnya rasa percaya Media tersebut terhadap PR consultant yang bisa dibilang masih “baru” di Indonesia.
Kondisi diatas mendorong saya untuk membahas apa sajakah langkah yang dilakukan Weber Shandwick selaku PR Konsultan di dalam membangun sebuah Media Relations. Bagaimanakah langkah Weber Shandwick di dalam membangun komitmen dan kepercayaan dengan Media, sehingga dapat menimbulkan adanya suatu hubungan baik yang terjalin terhadap Media itu sendiri. Serta tingkat efektifitas yang ada pada program Media Relations itu sendiri, apakah sudah cukup dan efisien? Bagaimana analisa saya terhadap hal tersebut? Penulis akan membahas segala hal yang berhubungan dengan kinerja media relations dan perannya di dalam meningkatkan publisitas yang positif di dalam masyarakat.
12
1.2
Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, diperlukan adanya ruang lingkup permasalahan agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Ruang lingkup permasalahan secara umum dari penelitian ini yaitu, “Bagaimana Strategi Public Relations PT. Weber Shandwick dalam menjaga hubungan baik melalui media relations?” Dari permasalahan umum ini dapat dirinci menjadi permasalahan khusus.
Permasalahan khususnya adalah Bagaimana strategi Public Relations PT. Weber Shandwick di dalam menjalankan hubungan baik melalui Media Relations. Didalam menjalankan Media Relations, PT. Weber-Shandwick pasti mempunyai strategi yang dijalankan untuk menciptakan hubungan baik tersebut, strategi yang dilakukan tentu saja berkaitan dengan proses media relations itu sendiri dan memperhatikan asas dari Public Relations sebagai bagian di dalam proses media relations, di dalam kaitannya membangun sebuah hubungan baik dengan media.
1.3
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan menguji
apakah
pengimplementasian
Media
Relations
dapat
13
meningkatkan publisitas positif yang secara langsung juga akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap Weber Shandwick
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi Public Relations yang dijalankan PT. Weber -Shandwick di dalam menjaga hubungan baik melalui media relations. Strategi yang dimaksud adalah bagaimana PT. Weber-Shandwick selaku PR Konsultan merencanakan strategi di dalam menjalin sebuah hubungan baik dengan media melalui dengan media relations.
1.4
Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.4.1
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penulisan akademis mengenai komunikasi serta menambah pengetahuan di bidang komunikasi, khususnya berkaitan dengan Public Relations dalam spesifikasinya mengenai Media Relations.
14
1.4.2
Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:.
a.
Bagi perusahaan, dapat menjadi referensi di dalam
menjalankan
program
Media
Relations
agar
ke
depannya dapat meningkatkan profesionalitas dan efektifitas dari sebuah Media relations itu sendiri.
b.
Bagi masyarakat, dapat menjadi bahan kajian studi
literatur sehubungan dengan ilmu di bidang Public Relations dan impelemntasinya di dalam perusahaan.
1.5
Metodologi Penelitian
Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku serta fungsionalisasi organisasi. Salah satu alasan saya menggunakan pendekatan kulitatif adalah metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
15
Di dalam penelitian ini, peneliti memilih metode kualitatif karena metode kualitatif membahas secara mendalam untuk lebih mengetahui opini,sikap tanggapan,keinginan dan kemauan seseorang atau sekelompok secara deskriptif. Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13): “Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur – prosedur statistic atau cara – cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”
Pengertian Metode Kualitatif menurut Strauss & Corbin kembali diperkuat dengan adanya teori dari Creswell yang seakan mendukung teori diatas, yang berbunyi.“Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami “(Creswell, 1998:15).
Berbagai definisi diatas menjadikan metodologi kuliatatif sebagai metode yang penulis pilih. Disamping mengenai sifatnya yang tidak dapat diukur, ada satu lagi definisi mengenai jenis dari hasil penelitian metode kualitatif itu sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) yang mengemukakan bahwa
16
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Paradigma
dalam
penelitian
sosial
salah
satunya
melalui
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian komunikasi menekankan pada bagaimana sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. (Bungin, 2009:306). Studi yang menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan khasanah dari fenomena empiris,
17
seperti studi kasus, pengalaman pribadi, life history, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks visual maupun konten pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika serta makna kehidupan individu
(Budi
Irawanto,
2001:1).
Ppeneliti juga menggunakan metode observasi partisipan. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Oleh sebab itu observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal sebagai observer dan objek yang di observasi. Dalam hal ini observer terlibat langsung dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan subyek yang diamati. Pelaku
1.5.1
peneliti
merupakan
Teknik Pengumpulan Data
1.5.1.1 Data Primer
bagian
dari
mereka.
18
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian
yang
penting,
karena
hanya
dengan
mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan teknik sampling yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan.
Teknik penentuan sample sumber data primer di dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampling dengan tujuan dan kriteria tertentu. Teknik penentuan
ini
dilakukan
dengan
memperhatikan
kredibilitas dari para narasumber, yaitu dipilih berdasarkan dari narasumber yang mengetahui bahkan menjalankan secara langsung kegiatan media relations.
Data yang digunakan di dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut menjadi sumber informasi yang nantinya akan diolah oleh peneliti untuk keperluan skripsi.
19
Menurut Bungin ( 2004:122 ) data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.
a.
Wawancara Wawancara ini merupakan salah satu metode pengumpulan data pada riset kualitatif. Namun saat ini beberapa riset kuantitatif banyak juga yang menjadikan wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan data. Wawancara sendiri merupakan salah satu faktor yang penting karena kapasitasnya sebagai sumber informasi kedua di dalam skripsi. Hal tersebut dijelaskan oleh Berger. Pengertian wawancara menurut Berger adalah percakapan antara riset periset seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informasi seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek, wawancara merupakan pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
20
Dengan
melakukan
wawancara,
akan
memudahkan peneliti untuk mengumpulkan informasi lebih mendalam dan melakukan tanya jawab mengenai segala sesuatu yang ingin diketahui. Para narasumber akan menjawab pertanyaan dengan menggunakan katakata, istilah dan gaya bicara masing-masing, sehingga penulis
berharap
pandangan
dapat
subjektif
mengumpulkan berdasarkan
beberapa
pengalaman
narasumber masing-masing. Wawancara dalam riset kualitatif yang disebutkan sebagai wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan
tak
berstruktur.
Tujuannya
untuk
mendapatkan data kualitatif yang mendalam.
b. Observasi Sebenarnya kegiatan observasi adalah kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan pancainderanya yang kita miliki, kita sering mengamati objek-objek disekitar kita. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami
lingkungan,
selain
membaca
koran,
21
mendengarkan radio dan televisi atau berbicara dengan orang lain. Bedanya kegiatan membaca, mendengar dan berbincang-bincang adalah kegiatan yang memerlukan mediator tertentu, misalnya koran, radio atau orang lain. Observasi di sini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut.
Namun tidak semua observasi bisa disebut sebagai metode dalam riset, karena metode pengumpulan data melalui observasi memerlukan syarat-syarat tertentu agar bermanfaat bagi kegiatan riset. Suatu kegiatan observasi baru bisa dimasukan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat sebagai berikut: •
Observasi digunakan
dalam riset dan telah
direncanakan secara sistematik. •
Observasi harus berkaitan dengan tujuan riset yang telah ditetapkan.
•
Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi
22
umum dam bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian. •
Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas
dan
reliabilitasnya.
(Kriyantoro,Rachmat;2010;108)
1.5.1.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan penulis dari studi kepustakaan berupa data-data yang diperoleh dari buku yang ada di perpustakaan dan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya untuk memperoleh data serta teori yang relevan dengan penelitian. Selain itu peneliti juga memanfaatkan internet untuk mengumpulkan referensi tambahan dalam penelitian ini.
Pengertian data sekunder sendiri merupakan data yang dibutuhkan di dalam proses penulisan skripsi sebagai sumber data kedua, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bungin ( 2004:122) data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah studi pustaka dan dokumentasi.
23
-
Studi Pustaka Pada penelitian ini penulis mendapatkan informasi-
informasi yang terdapat diteliti dengan membaca buku teks, makalah, dan catatan kuliah untuk dijadikan perbandingan
antara
teori
yang
ada
dengan
kenyataan.Dengan studi pustaka ini diharapkan dapat melengkapi isi dari penulis. -
Studi Dokumentasi Penulis membuat hasil penelitian pada akhir skripsi
ini yang terdapat pada bagian lampiran berisikan gambargambar dari hasil objek yang diteliti. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa studi dokumen menjadi metode pelengkap bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya menempati posisi yang kurang dimanfaatkan dalam teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari teknik pengumpulan data dalam metodologi penelitian kualitatif. Hal senada diungkapkan Nasution (2003; 85) bahwa meski metode observasi dan wawancara menempati posisi dominan dalam penelitian kualitatif, metode dokumenter sekarang ini perlu mendapatkan perhatian selayaknya, dimana dahulu bahan dari jenis ini kurang dimanfaatkan secara
24
maksimal. Ada catatan penting dari Sugiyono (2005; 83) mengenai pemanfaatan bahan dokumenter ini, bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga
harus
selektif
dan
hati-hati
dalam
pemanfaatannya. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen
dalam
penelitian
kualitatif,
seperti
yang
dikemukakan Nasution (2003; 85); •
Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.
•
Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.
•
Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.
•
Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.
•
Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.
•
Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
25
Dokumen sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti, terutama untuk untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Lebih lanjut Moleong (2007; 217) memberikan lasan-alasan kenapa studi
dokumen
berguna
bagi
penelitian
kualitatif,
diantaranya; •
Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.
•
Berguna sebagai bukti (evident) untuk suatu pengujian.
•
Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir, dan berada dalam konteks.
•
Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu.
•
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk
lebih
memperluas
tubuh
pengetahuan
terhadap sesuatu yang diselidiki. 1.5.2
Metode Analisa Data
Metode analisa data kualitatif mempunyai dua model, diantaranya;
penelitian
kualitatif
Etnographic
(Model
26
Spradley), dan penelitian kualitatif Grounded (Model Miles dan Huberman). Masing- masing tekniknya seperti di bawah ini:
•
Etnographic. Analisis
Domain
(Domain
Analysis).
Merupakan proses untuk menemukan bagianbagian, unsur-unsur, atau domain pengelompokan makna budaya yang terkandung dalam kategori yang lebih kecil.
•
Analisis Taksonomi (Taxonomic Analysis). Menyoroti pusat perhatian dengan satu langkah lebih dalam untuk mengungkap hubungan antaraunsur-unsur dari setiap domain.
•
Analisis
Komponensial
(Componential
Analysis). Mencari mengelompokkan,
kontras, dan
memilah-milah, memasukkan
semua
informasi yang diperoleh ke dalam peta informasi.
27
•
Analisis Tema Kultural. Kegiatan menganalisis data yang dimulai dari analisis domain, taksonomi dan komponensial untuk
memperoleh
pemahaman
lebih
lauas
terhadap domain yang dipilih dalam situasisosial yang diteliti.
•
Grounded Reduksi
Data
(Reduction).
Merangkum,
memilih hal yang pokok, fokus pada hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam reduksi ini memungkinkan peneliti untuk membuang dan memasukkan data yang dianggap perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data berikutnya.
•
Penyajian Data (Display). Menyajikan data atau narasi data secara sederhana
dalam
bentuk
kata-kata,
dapat
dilakukan dengan membentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka
28
data akan terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan,
sehingga
akan
semakin
mudah
dipahami.
•
Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion). Dalam tahap pengumpulan data sebelumnya, peneliti
sudah
membuat
simpulan-simpulan
sementara. Pada tahap verifikasi ini, peneliti mengecek hasil simpulan-simpulan tersebut untuk dijadikan sebuah kesimpulan pasti dari hasil penelitiannya. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode analisa data deskriptif karena metode deskriptif merupakan metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
29
Secara detail, penelitian deskriptif berfokus kepada hal-hal yang bersifat “alami” atau terjadi di dalam masyarakat, yang sifatnya tidak dapat diukur. Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (status study). (Nazir:2009;54)
1.6
Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti memberikan penjelasan yang memuat mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian serta metodologi penelitian.
30
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab ini peneliti membahas mengenai dasar-dasar teoritis yang diterapkannya sebagai pemahaman dasar yang selanjutnya
digunakan
untuk
membahas
dimensi-dimensi
permasalahan yang dirumuskan di dalam penelitian ini.
BAB 3 OBYEK PENELITIAN
Pada
bab
ini
peneliti
memberikan
pemaparan
dan
merumuskan apa saja yang menjadi objek penelitian disertai dengan pembahasan akurat dan menyeluruh terkait objek penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas mengenai data-data dan fakta yang telah dikumpulkan peneliti mencakup relevansinya dengan dasar-dasar teoritis sebagai pedoman penelitian yang telah dirumuskan di BAB 2 dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Peneliti akan memberikan saran dan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai strategi Media Relations.
31