Organisasi dan Profesi Konservasi [Sketsa Sains Konservasi Lukisan]
prima
storia.
net
Oleh Puji Yosep Subagiyo
Primastoria Studio
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia Web: primastoria.net Email:
[email protected] Phone | Line | WA : 0812 8360 495 [38]
Pengantar Pekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Kerusakan dapat juga terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara penanganannya. Dalam kasus semacam ini, konservator harus dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidentifikasiklasifikasikan berbagai jenis bahan dan sifat-sifatnya (fisik & kimiawi). Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai; Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda; Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Dengan “Organisasi dan Profesi Konservasi” ini, kita akan mendapatkan wawasan tentang sebuah organisasi (wewenang) dan profesi (kompetensi), pekerjaan teknis konservasi lukisan secara utuh, sistematis dan terarah. Sketsa sains konservasi ini diharapkan dapat membantu dalam penyusunan instrumen pengumpulan dan pengolahan data, analisis data serta identifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai seni - budaya sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya.
Kata Kunci :
1. Mengenal Organisasi & Profesi Museum; 2. Mengenal Lukisan; 3. Mengenal Seniman; 4. Mengenal Bahan, Kerusakan dan Proses Konservasi; 5. Analisis/ Kajian Konservasi; 6. Mengenal Bahan dan Alat Konservasi; dan 7. Uraian Jabatan Konservator [Prof. Colin Pearson].
Bekasi, Oktober 2016 Puji Yosep Subagiyo
Rujukan :
(1). https://primastoria.files.wordpress.com/2016/01/konservasi-lukisan.pdf (2). https://primastoria.files.wordpress.com/2015/12/identifikasi-kanvas-lukisan.pdf (3). https://primastoria.files.wordpress.com/2016/09/sekilas_konservasi_lukisan.pdf (4). Marion F. Mecklenburg, A. Elena Charola, and Robert J. Koestler (2013): New Insights into the Cleaning of Paintings, Washington DC., Smithsonian Institution Press. (5). http://www.huevaluechroma.com/ (6). https://www.royaltalens.com/en-gb/ (7). http://www.winsornewton.com/row/
[40] [i]
A. Mengenal Organisasi & Profesi Museum
Struktur Tipe B
Visitor Services
Development
Maintenance
Finance
Personnel
DEPUTY DIRECTOR (ADMINISTRATION)
Registrar
Conservator
Science Curator
Art Curator
Marketing
Events
Media
Publication
Education
History Curator
DEPUTY DIRECTOR (COLLECTION) OR CHIEF CURATOR
DEPUTY DIRECTOR (PROGRAMMES)
Exhibition
Struktur Organisasi : Kewenangan dan Kompetensi
DIRECTOR
Security
Struktur Tipe A
Gail D. Lord & B. Lord (1997): The Manual of Museum Management, London, The Stationery Office, pp. 13-37.
DIRECTOR SECRETARY
DEPUTY DIRECTOR (COLLECTION) OR CHIEF CURATOR
DEPUTY DIRECTOR (PROGRAMMES)
Kurator Senior Sekretaris Koleksi
DEPUTY DIRECTOR (ADMINISTRATION)
Collection Secretary
Registrar E.473
Curatorial Assistants
Asisten Kurator
Cataloguer
Kataloger
Librarian
Data Entry Clerk
Juru Tulis [Register]
Archivist
Library Technician
Photographer
Juru Foto [Fotograper]
Pustakawan Arsiparis
Registrar
Petugas Perpustakaan
Curators
Kurator E.126
Konservator Senior
Chief Conservator Conservation Scientist
Analis Konservasi E.068; E.223
Conservator
Konservator E.125
Conservation Technician
Asisten Konservator E.122
Kualifikasi Profesi Konservator di Museum
Definisi: Orang yang mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda-benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menerapkan metode atau teknik yang memadai. Syarat Kemampuan: Memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan, karya seni bermedia kertas, buku (bahan-pustaka), (pita) film, pita perekam suara, foto, logam, tekstil, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator. 1. Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya. 2. Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, benda-benda koleksi lain alam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode dan teknik yang memadai; dan melaporkan perlakuan konservasi yang dilaksanakan.
[01]
Daftar Kode, Nama dan Ikhtisar Jabatan Fungsional Menurut Permendikbud No. 8 Tahun 2015
1. [E.125] Konservator Ikhtisar Jabatan : Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan, dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka pelestarian koleksi di .... 2. [E.173] Pengadministrasi Data Perawatan dan Pengawetan Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan data kerusakan, merawat dan memelihara benda cagar budaya sesuai dengan prosedur dalam rangka pelestarian cagar budaya. 3. [E.292] Pengolah Data Observasi Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data observasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 4. [E.340] Pengolah Data Perawatan Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 5. [E.320] Pengolah Data Pengawetan Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 6. [E.473] Registrar Ikhtisar Jabatan : Melaksanakan registrasi benda bernilai budaya berskala nasional berdasarkan klasifikasi agar tertata dengan baik dan valid, menata dan mengonsep storage berdasarkan jenis koleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran tugas. 7. [E.152] Penata Koleksi Ikhtisar Jabatan : Melaksanakan penataan koleksi secara berkelanjutan dan peninjauan kembali rencana penataan di seluruh ruang penyimpanan untuk kepentingan pemanfaatan dan pengendalian koleksi. 8. [E.175] Pengadministrasi Dokumen Kelembagaan Ikhtisar Jabatan : Menerima, mencatat, dan menyimpan dokumen kelembagaan sesuai dengan jenisnya untuk memudahkan pelayanan. 9. [E.394] Penyusun Dokumentasi Ikhtisar Jabatan : Menganalisis data, menyusun saran pemecahan masalah pelaksanaan pendokumentasian sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan pimpinan.
10. [E.126] Kurator Ikhtisar Jabatan : Menyusun konsep kajian dan menganalisis data, serta saran pemecahan masalah/ konsep petunjuk pelaksanaan identifikasi, klasifikasi, pencarian, pengumpulan dan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai Prosedur Operasional Standar (POS) sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan pimpinan. 10. [E.171] Pengadministrasi Data Koleksi Ikhtisar Jabatan : Menerima, mencatat, memproses dokumen identifikasi dan klasifikasi masuk/ keluar, melayani peminjaman dokumen identifikasi dan klasifikasi, dan mengecek koleksi serta layanan Seksi Identifikasi dan Klasifikasi sesuai dengan ketentuan untuk tertib administrasi di lingkungan Bidang Pengkajian dan Pengumpulan. 11. [E.275] Pengolah Data Koleksi Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data identifikasi dan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 12. [E.258] Pengolah Data Katalogisasi Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 14. [E.465] Preparator Ikhtisar Jabatan : Menyusun konsep desain dan displai tata pameran serta menata benda koleksi yang akan dipamerkan sesuai dengan desain dan konsep tata pameran. 15. [E.293] Pengolah Data Pameran Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data pameran sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis. 16. [E.153] Penata Pameran Ikhtisar Jabatan : Menata benda koleksi sesuai dengan kondisi sarana pameran dan desain layout tata pamer untuk kerapihan dan kelancaran pameran. 18. [E.184] Pengadministrasi Kerumahtanggaan Ikhtisar Jabatan : Melakukan pengadministrasian dokumen kerumahtanggaan dan memberikan layanan penggunaan sarana kerumahtanggaan. 19. [E.256] Pengolah Data Inventarisasi dan Pelaporan BMN Ikhtisar Jabatan : Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data inventarisasi dan pelaporan Barang Milik Negara (BMN) serta bahan penetapan rumah negara golongan I dan II di lingkungan Kemendikbud sesuai dengan prosedur sebagai bahan analisis.
Landasan/ Dasar Hukum : 1. UU CAGAR BUDAYA (UU No. 11 Tahun 2010)
2. MUSEUM (PP No. 66 Tahun 2015)
3. PEMELIHARAAN & PEMANFAATAN BCB DI MUSEUM (PP No. 19 Tahun 1995) 4. KAMUS JABATAN FUNGSIONAL PNS (Perka BKN No. 3 Tahun 2013) 5. URAIAN JABATAN DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD (Permendikbud RI No. 8 Tahun 2015)
6. ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMDIKBUD (Permendikbud RI No. 1 Tahun 2012) 7. ORGANISASI & TATA KERJA MUSEUM NASIONAL (Permendikbud RI No. 48 Tahun 2012) 8. RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL (Permendikbud RI No. 27 Tahun 2013)
[02]
Struktur Organisasi MUSEUM NASIONAL
Eselon II.b.
KEPALA MUSEUM
Permendikbud No. 48 Tahun 2012
E.126 E.126 E.126 E.171 E.275 E.258
E.125 E.125 E.125 E.292 E.340 E.320
Rincian Tugas Seksi Observasi:
[Pasal 11, Permendikbud No. 27 Thn 2013]
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang; b. melakukan pengamatan dan pendataan kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan klasifikasi kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang observasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan evaluasi pelaksanaan observasi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi.
E.293 E.153 E.364 E.120 E.403 E.362 E.465 E.465 E.426 E.248 E.435
Eselon IV.b.
Subbagian Rumah Tangga
E.184 E.256 Bidang Registrasi dan Dokumentasi Seksi Perpustakaan
Seksi Promosi
Seksi Kemitraan
Bidang Kemitraan dan Promosi
Seksi Layanan Edukasi
Seksi Publikasi
Seksi Penyajian
E.075 E.264
Seksi Dokumentasi
E.034
Bidang Penyajian dan Publikasi Seksi Perancangan
Seksi Pengawetan
Seksi Perawatan
Bidang Perawatan dan Pengawetan
Seksi Observasi
Seksi Katalogisasi
Seksi Pencarian dan Pengumpulan
Bidang Pengkajian dan Pengumpulan
Seksi Klasifikasi dan Identifikasi
Kode JFU
Permendikbud No. 8 Tahun 2015 [URAIAN JABATAN KEMDIKBUD]
Seksi Registrasi
Hubungan Kerja: Antar Bidang, Seksi & Profesi [Personal]
Subbagian Keuangan dan Kepegawaian
Subbagian Perencanaan dan Tata Laksana
Bagian Tata Usaha Eselon III.b.
E.473 E.175 E.450 E.152 E.394
Rincian Tugas Seksi Perawatan:
Rincian Tugas Seksi Pengawetan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pengkajian perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan pembersihan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan perbaikan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melakukan evaluasi pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional; i. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan j. melakukan penyusunan laporan Seksi.
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan penguatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan pelapisan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan pemantauan lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan evaluasi pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
[Pasal 12, Permendikbud No. 27 Thn 2013]
[Pasal 13, Permendikbud No. 27 Thn 2013]
[03]
Rincian Tugas & Hubungan Kerja Bidang Terkait [Kewenangan & Non Profesi] Rincian Tugas Museum Nasional
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q.
[Pasal 1, Permendikbud No. 27 Thn 2013] melaksanakan penyusunan program kerja Museum; melaksanakan pengkajian benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan pengumpulan dan akuisisi benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan registrasi, inventarisasi, dan katalogisasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional melaksanakan penyimpanan dan pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan kemitraan dan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan pemanduan, penyuluhan, seminar, lokakarya, dan layanan edukasi lainnya yang berhubungan dengan benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang pengkajian, pengumpulan, perawatan, pengamanan, pengawetan, dan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan evaluasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional; melaksanakan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan, kearsipan, barang milik negara, kerumahtanggan Museum; melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum; melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Museum; dan melaksanakan penyusunan laporan Museum.
Bagian Lain Rincian Tugas Bidang Perawatan dan Pengawetan
[Pasal 10, Permendikbud No. 27 Thn 2013] a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan observasi kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan klasifikasi kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; f. melaksanakan pengkajian perawatan benda bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan pembersihan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melaksanakan perbaikan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; j. melaksanakan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; k. melaksanakan penguatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; l. melaksanakan pelapisan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; m. melaksanakan fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; n. melaksanakan pemantauan lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; o. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; p. melaksanakan evaluasi di bidang perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; q. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan r. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Rincian Tugas Bidang Registrasi dan Dokumentasi
[Pasal 22, Permendikbud No. 27 Thn 2013] a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan pengembangan sistem registrasi dan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan pencatatan, akuisisi, dan pemberian nomor registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan penyimpanan dan pengamanan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional; f. melaksanakan penyusunan bahan pemberian izin mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala nasional yang bukan atau belum menjadi koleksi museum; h. melaksanakan penghapusan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; j. melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum Nasional; k. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang registrasi dan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; l. melaksanakan evaluasi pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; m. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan n. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Bidang Lain Rincian Tugas Bidang Pengkajian dan Pengumpulan
[Pasal 6, Permendikbud No. 27 Thn 2013] a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan inventarisasi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan pendataan jenis benda bernilai budaya berskala nasional yang belum menjadi koleksi; f. melaksanakan pencarian, pengumpulan, dan pengadaan benda bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melaksanakan penyusunan konsep label koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan penyusunan data dan informasi hasil kajian benda bernilai budaya berskala nasional; j. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang pengkajian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional; k. melaksanakan evaluasi di bidang pengkajian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional; l. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan m. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
[04]
Penjelasan Permendikbud No. 8 Tahun 2015
Ikhtisar Jabatan dan Uraian Tugas Konservator [KJ : E.125] Identifikasi Kompetensi (Manajerial, Teknis & Tambahan) A. Ikhtisar Jabatan Konservator Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka pelestarian koleksi di ........................................ IDENTIFIKASI KOMPETENSI
1. Menyiapkan bahan rencana kerja seksi sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan dan hasil evaluasi pelaksanaan tugas tahun sebelumnya sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
[Per]
2. Menyusun instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan sebagai panduan pelaksanaan tugas;
[BK]
3. Menganalisis data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui permasalahan;
[BA]
4. Mengidentifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya;
[BA]
5. Menyiapkan bahan dalam pembuatan konsep penanganan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk memecahkan masalah dan peningkatan kinerja;
[PI]
6. Menyiapkan bahan dalam pembuatan materi/ naskah pengkajian perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penetapan perawatan dan pengawetan koleksi;
[PI]
7. Melakukan uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/ pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui karakteristik benda bernilai budaya berskala nasional;
[BpK]
8. Melakukan pembersihan, perbaikan dan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk merawat koleksi agar tetap lestari;
[BpK]
9. Melakukan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penelusuran bentuk;
[BpK]
10. Melakukan konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut;
[BpK]
11. Melakukan fumigasi pada koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk melindungi koleksi organik dari faktor penyebab kerusakan berupa hama;
[BpK]
12. Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut;
[BpK]
13. Menyiapkan bahan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari pelayanan;
[BpK]
14. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan hasil yang telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas;
[PI]
15. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
[KtO]
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
B. Uraian Tugas Konservator
KPI
Penjelasan Kode Identifikasi Kompetensi [Key Performance Indicators (KPI)] Per = Perencanaan; BK = Berpikir Konseptual; BA = Berpikir Analitis; BpK = Berorientasi pada Kualitas; PI = Pencarian Informasi; KtO = Komitmen terhadap Organisasi.
[05]
Skema Proses Observasi, Perawatan & Pengawetan
1
Persiapan
Lingkungan Mikro dan Lainnya
Observasi
2
Benda
2A
2C
4
Kerusakan
Uji Lab
Analisis
3A
2B
3B
2A
Cat
Lukisan
Perawatan dan Pengawetan 4
1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %]
Media
1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik
1. Kulit 2. Bulu 3. Sutera 4. Lain
Emas 1. Perak 2. Timah 3. Perunggu 4.
Campuran
Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/cm2) -- = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) E. Kelembaban Udara (%) -- = ......... (........) F. Kandungan Air (%) ----- = ......... (........) G. Keasaman (pH) --------- = ......... (........) H. ORP (mili Volts) -------- = ......... (........) I. Catatan: ..............................................
3B
Anorganik
Non Logam
Selulose
Organik
3A
Komposisi, Identifikasi dan Klasifikasi Bahan (Mengenal Sifat - Interaksi Bahan)
Bahan (Komposisi)
Uji Lab
Konstruksi (Pertimbangan Restorasi)
Analisis
Pigura
Logam
2C
Lingkungan Mikro dan Lainnya
1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi 5. Bau 6. Noda 7. Kristal garam
Bentuk (Konstruksi)
2A
Benda
2
Observasi 1
Biotis
* C. Air * C. minyak.
Rapuh Kotor Lemak Kelupas Gores Retak Patah
Keramik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2B
Kimiawi
Patung
Fisik
Protein
Kerusakan 2B
Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan
Kayu. 1. Kulit. 2. Bambu. 3. Rotan. 4.
Persiapan
Detail Proses Observasi, Perawatan & Pengawetan
Perawatan dan Pengawetan
1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester
2C
ORP = Oxidation Reduction Potential (Potensial Redoks), diukur dalam mili Volts). Semakin nilai negatifnya kuat - semakin baik kondisi tersebut menekan oksidasi. Created by Puji Y. Subagiyo 2016
[06]
PENJELASAN TEKNIS LEMBAR KONDISI LUKISAN
Data Iklim Makro Ruang A Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 28 29
Identitas dan Lokasi Benda No.
No. Inv.
002
Judul Karya Pahlawan Teuku Umar
Nama Seniman Hendra Gunawan
Ukuran dan Tahun 98 x 145,5 cm, 1956
Prioritas Tindakan : X A. Segera
Lokasi:
B. Sedang
Kondisi
C. Rendah
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan
C. I. BAHAN PEMBENTUK BENDA
B.
JENIS CAT
X 1. C.minyak 2. Cat air 3. Tinta 4. Akrilik 5. Pastel 6. Krayon 7. Lain-lain
JENIS MEDIA (SUBSTRAT)
X 1. Kanvas 2. Kertas 3. Kayu 4. Kaca 5. Logam 6. Lain-lain
C.
KIMIAWI: 1. Karat 2. Kristal 3. Oksidasi 4. Pudar
5. Lapuk 6. Bau 7. Noda 8. Lain-lain
F.
Ruang B. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 27 28 28,5 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 75
LAIN: sobekan di 3 tempat
Ruang C. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 22 24 26,5
Analisis (mempelajari, menelaah atau mengkaji) hubungan antara jenis kerusakan, bahan dan iklim (mikro/ makro)
Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) B. Radiasi UV (μW/cm2) - = ........ (.......) G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) C. Suhu Udara (0C) -------- = ........ (.......) H. ORP (mili Volts) ------ = ........ (.......) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ........ (.......) I. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) Catatan : ORP = Potensial Redoks.
TEKNIK
menelaah hubungan iklim mikro-makro, tekanan barometrik, dll.
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
X 1. C.minyak
A. X Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) B. X Pembersihan lemak, varnis, dsb.
2. Aquarel 3. Pastel 4. Guase 5. Tempera 6. Litografi 7. Batik 8. Lain-lain
C.
dengan pelarut: 5. 2-ethoxy ethanol 1. air 6. toluene 2. white-spirit X 3. turpentin 7. acetone 4. air sabun (amonia) X 8. 2-aceton alcohol
D. X Penyempurnaan (finishing treatment) 1. isolating (varnish) X 2. inpainting (+mixing varnish) 3. dressing/ retouching (varnish) X 4. (re)varnishing
Catatan :
Oils on Canvas laid on Canvas (No Adhesive).
E.
Penguatan dan Konsolidasi MEK X 1. penguatan cat dengan ............................ 2. penguatan kanvas/ substrat ................... 3. perbaikan kanvas/ substrat. 4. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
bongkar pasang spanram dan mengencangkan kanvas G.
sobekan, dobel kanvas tanpa lem CATATAN: sambung ................................................................................................................
BANTUAN TEKNIS Teknis Penguatan Kain Rapuh, Penetralan Keasaman, perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC), EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); kapasitas buffering (MH), rekondisi silicagel, dll. V.
USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :
.........................................................................................................................................
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar X C. Mikroskop. ................ X Lampu Ultra Violet D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
10 April 2016 (DD/MM/YYYY)............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 72 74 76
Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)
F. X Perlakuan lain.
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 99
Ruang D. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5
Rekomendasi
A.
ANALISIS
Identifikasi dan Klasifikasi Bahan dan Mengenal Sifat - Interaksi Bahan
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup X Rusak .................................... A. FISIK: kendor D. KONDISI SPANRAM: G. No Foto : ..................... X 1. Kotor X 8. Gelombang X 1. Baik 9. Gores 2. Lemak 2. Cukup X 3. Deposit X 10. Sobek 3. Rusak X 4. Rapuh X 11. Kelupas parah 12. Lubang 5. Patah 13. Basah 6. Retak E. KONDISI PIGURA: 14. Lain-lain 7. Distorsi X 1. Baik B. BIOTIS: 2. Cukup 1. Jamur 3. Busuk 3. Rusak 2. Serangga 4. Lain-lain
Ruang E. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 27 28 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 76 78 99
Keterangan :
1
Beresiko
3
Ideal
~
Bahaya
2
Cukup ~ Beresiko
~
Cukup
UJI LABORATORIUM Identifikasi Serat, Pigmen, Jenis Oksidasi, Efek Bahan Lemari Simpan dan Pamer, Lampu Dalam Vitrin, dll.
Puji Yosep Subagiyo ..............................................
Catatan: Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diamati (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat optik/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika ditindaklanjuti dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”.
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
[07]
B. Mengenal Lukisan
Lukisan karya S. Sudjojono (1913 - 1985)
Basoeki Abdullah
Lukisan karya Affandi (1907 - 1990)
Close-up “plototan”
Lukisan karya Abdullah Sr. (1878-1941)
Lukisan karya Raden Saleh (1814 - 1880)
Basoeki Abdullah (1915 - 1993)
Harijadi S. (1919 - 1997)
Lukisan karya Hendra Gunawan (1918 - 1983)
Hanya Ilustrasi Lukisan Dinding Gua di Maros [40.000 tahun]
Pemandangan karya Soedjono Abdullah (1911-1991)
[08]
PENGENALAN BAHAN LUKISAN
CAT
retakan
PRIMING KANVAS GESSO
{
cat detail cat lukisan cat dasaran gesso sottile gesso grosso priming
Gesso
{
{
VARNIS
{
{
Varnis Spray
{
CAT
KANVAS, CAT, VARNIS dan PIGMEN
Varnis
NOTASI PENULISAN TEKNIK TENUN & KERAPATAN KANVAS
Priming
Tabby 1/1, 16/22, Z
Tabby 2/2, 24/24, Z
Twill 2/2, 20/24, Z
Pigmen
Cat Minyak, Cat Air, Akrilik, Tinta, Guase, Dll. Created by Puji Y. Subagiyo 2016
CAT
CAT = Pigmen + Binder
Binder
Pigmen
WARNA CAT
Lead Carbonate
Handheld XRF Spectrometer
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam [09]
http://www.huevaluechroma.com/ 113 A S2 Cadmium Yellow Light
Lab Color H : 450
RGB Color CMYK Color
S : 95%
G : 197
R : 255
B : 100% B : 12 346 A S1 Lemon Yellow
C : 0% M : 23% Y : 98% K : 0% Cat Akrilik
Key to Coding
AA Extremely Permanent A Permanent S Series number Transparent Semi -Transparent Opaque Semi-Opaque Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Cerulean Blue
137 AA S2
Cadmium Red Medium
099 A S2
Lemon Yellow
346 A S1
178 AA S2
Cadmium Red Hue
Cobalt Blue
Cadmium Red Dark
095 A S1
138 AA S1
104 A S2
Cadmium Yellow Light
Cerulean Blue Hue
119 A S1 Cadmium Yellow Pale Hue
113 A S2 116 A S2
Cadmium Red Deep Hue
098 A S1
Cadmium Yellow Medium
109 A S1
Permanent Rose
502 A S1
Cadmium Yellow Hue
Permanent Alizarin Crimson
468 A S1
Cadmium Yellow Deep Hue
115 A S1
MENGENAL WARNA CAT Cat Minyak
Cat Minyak
Pigmen Cat Air
Cat Minyak
(Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna
Chroma Meter
[10]
LEMBAR INVENTARIS KOLEKSI (lama) .................................. (baru) 0020 1. Nomor Inv.: .................................. Nomor Reg.: ................................
2. Kelompok Koleksi: X Lukisan Keramik Patung Lain Sub Kelompok Koleksi: ..........................................................................
Hutan Wataturi Irian 3. Nama/ Judul: ............................................................................................
7. Visualisasi Benda: 0020 X Foto Digital .............................. Foto Cetak .............................. Slide .......................................... Video ........................................ Lain-lain ...................................
Srihadi Soedarsono 4. Nama Pembuat/ Seniman: ....................................................................
5. Tempat Penyimpanan: ........................................................................... 6. Deskripsi Benda: Manusia Dengan Alam Sekitar a. Bentuk/ Tema (Karya): Hubungan ...................................................................... Naturalisme b. Aliran Seniman (Lukisan): ................................................................. 92 x 142 cm c. Ukuran (Lukisan): ............................................................................... (Pigura): ............................................................................... Cat-minyak, kanvas. d. Bahan: .................................................................................................. Hijau, biru, coklat, hitam, krem (putih). e. Warna: .................................................................................................. Cat-minyak dengan sapuan kuas. f. Teknik Pembuatan: ............................................................................. g. Lain-lain: ..............................................................................................
............................................................................................................... ...............................................................................................................
ATAS
8. Riwayat Benda: 1975 a. Tahun Pembuatan: ............................................. Periode Pembuatan: .................................................... Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. b. Asal (Benda/Pembuat/Seniman): ......................................................................................................................... Prof. KRHT H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA. lahir di c. Riwayat (Benda/Pembuat/Seniman): .................................................................................................................. Surakarta (Jawa Tengah) pada 4 Desember 1931. Pada tahun 1952 ia mulai memasuki pendidikan seni di Balai ..................................................................................................................................................................................... Pendidikan Universiter Guru Gambar Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa ..................................................................................................................................................................................... Institut Teknologi Bandung). Pada tahun 1955, ia juga menciptakan logo Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR). Logo ..................................................................................................................................................................................... berbentuk sebuah palette dengan kata-kata "SENI RUPA BANDUNG" dengan lambang Universitas Indonesia. Setelah ..................................................................................................................................................................................... Maret 1959, bentuk Ganesha menggantikan logo UI di palette tersebut. ..................................................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................................................... d. Tahun Perolehan: ..................................................................................................................................................
e. Cara Perolehan:
Beli Temuan
Hadiah/ Hibah Transaksi lain .............................................................................................
9. Kondisi: Baik (kondisi fisik kuat, utuh, tanpa/ sedikit kerusakan). X Cukup (kondisi fisik cukup kuat/ sedikit utuh, sedikit/ tanpa kerusakan). Rusak (kondisi fisik tidak kuat/ rapuh, sedikit/ tidak utuh, banyak kerusakan). Lain-lain ................................................................................................................................................................. Bagian atas noda ada goresan
10. Keterangan: ........................................................................................................................................................................................ 11. Teknik Pengamatan: X Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop ............. X Lain-lain ..................... .....................................
Januari 2007 Tanggal Pengamatan: 2................................................
Tanda tangan Kurator: Nama Kurator:
Puji Yosep Subagiyo ............................................................
[11]
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN A. KETERANGAN POKOK 1. Nomor Inv.: 2. Judul : Tema:
B. SAMPLING
0020
Tempat Sampel
Hutan Wataturi Irian
3. Seniman:
No. Sample:
Srihadi Soedarsono
Aliran Seniman:
Naturalisme
C. FOTO
Periode/ Angkatan: 4. Tahun:
[Lokasi Sampel]
Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar
008 No. Foto: 0020
1975
Kanvas Kertas
Pastel Krayon
Hardboard Tripleks
Lain-lain
Kayu Kaca
Logam Lain-lain
6. Teknik: C.minyak Aquarel Pastel
Tempera Litografi Batik
Kolase Lain-lain
92 x 142 cm
7. Ukuran:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) 1. Jenis Tenunan :
Tabby 2/2
2. Kerapatan Tenunan: 3. Jumlah Benang:
Agak longgar, regular per 1 cm2
28/24
4. Arah Pilinan:
Z
5. Kuat Pilinan:
Regular
6. Jenis Serat: 7. Keterangan Kanvas: 8. Kondisi:
Bagus
Cukup
Rusak
Lain-lain
Bagian atas noda ada goresan
E. KETERANGAN TAMBAHAN
Detail Obyek / Lukisan Belakang
Media
[substrat]
Tinta Akrilik
DETAIL MEDIA
C.minyak Cat air
Cat
FOTO DEPAN
5. Bahan:
1. Catatan Pengamatan Visual:
Tgl. Pengamatan:
2. Catatan Pengamatan Teknis: [Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]
Tanda tangan Konservator Konservator:
2 Januari 2007
Puji Yosep Subagiyo
Penjelasan :
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4). b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
[12]
C. Mengenal Seniman
Affandi (1907 - 1990)
Affandi lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Ayahnya yang bernama R. Koesoema adalah seorang mantri ukur pada pabrik gula di Ciledug. Affandi menempuh pendidikan terakhir AMS-B di Jakarta. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika. Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerjasama saling membantu sesama pelukis. Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai --yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur-- memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno. Sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta, Affandi aktif membuat poster-poster perjuangan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap kaum kolonialisme Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pelukis dan seniman lain yang tergabung dalam Seksi Kebudayaan Poetera, antara lain: S. Soedjojono, Dullah, Trubus, dan Chairil Anwar. Selanjutnya, Affandi memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan mendirikan perkumpulan "Seniman Masyarakat" 1945. Perkumpulan ini akhirnya menjadi "Seniman Indonesia Muda" setelah S. Soedjojono juga pindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1947, Affandi mendirikan "Pelukis Rakyat" bersama Hendra Gunawan dan Kusnadi, untuk memberikan kesempatan belajar kepada angkatan muda yang haus mendapatkan pendidikan dan praktek seni lukis. Lalu pada tahun 1948, Affandi pindah kembali ke Jakarta dan turut mendirikan perkumpulan "Gabungan Pelukis Indonesia". Tidak lama setelah itu, yaitu pada tahun 1949, Affandi mendapat Grant dari pemerintah India dan tinggal selama 2 tahun di India. Di sana, Affandi melakukan aktivitas melukisnya dan juga mengadakan pameran di kota-kota besar hingga tahun 1951 di India. Selanjutnya, Affandi mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa, diantaranya London, Amsterdam, Brussel, Paris dan Roma. Affandi juga ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk mewakili Indonesia dalam pameran Internasional (Biennale Exhibition) tiga kali berturut-turut, yaitu di Brasil (1952), di Venice (Italia - 1954), dan di Sao Paulo (1956). Di Venice, Italia, Affandi berhasil memenangkan hadiah. Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat. Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan. Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang menggambarkan gerak sebagian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang dinamis. Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari plototan tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi. Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas.Objek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Oleh karenanya, ia sering disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya. Dalam berbagai pernyataan dan lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa matahari, tangan dan kaki merupakan simbol kehidupannya. Matahari merupakan manifestasi dari semangat hidup. Tangan menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya dan merealisir segala idenya. Kaki merupakan ungkapan simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.
[13]
PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965 mempolitikkan kesenian
Pameran ASRI - ITB (>1950)
Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso, Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto, Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya, Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.
Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)
G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil, Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono
4
REVOLUSI FISIK (1945 - 1949)
Masa Terisolir dari Negara Luar: Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat minyak harus bergantian dengan seniman lain Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)
Gabungan Pelukis Indonesia (1948):
Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.
Pelukis Rakyat (1947)
Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso,Sudiardjo, Trubus, Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi.
Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:
di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.
Seniman Indonesia Muda (SIM),1946
di Yogyakarta: Affandi, Hendra, Trubus, Dullah, Soedarso, Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini. SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakijan, Srihadi S.
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:
Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito. Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)
Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:
Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.
3
Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945) Keimin Bunka Shidoso (1944)
Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.
Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:
Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:
Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya W. Spies & Gde A. Sukowati
2
PITA MAHA (1935)
Masa Abdullah Sr. (1878 - 1914) Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)
1
1990
1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 1982 1981
1980
1979 1978 1977 1976 1975 1974 1973 1972 1971
1970
1969 1968 1967 1966 1965 1964 1963 1962 1961
1960
1959 1958 1957 1956 1955 1954 1953 1952 1951
Alimin Henk Ngantung (1921 - 1990) Ida Bagus Made Nadera I Gusti Putu Gede I Gusti Ketut Kobot Lim Wasim (1929 - 2004) Mahjuddin S. Nashar (1928 -1994) Sobrat, A. A. Gede Sumardi Thamdjidin, M. Wayan Sudana
Pelukis Asing
6
(Lukisan Ada Di Indonesia) Amato, L. Dezentje, Ernest Giovanetti, G. Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959) Koenig, Arthur Johann Li Shuji (1943 - ?) Makovsky, Konstantin E. (1839-1915) Renato, Cristiano Simonetti Snel, Han (1925 - 1998) Talwinski, Igor (1907-1983)
Pelukis Asing
7
1904
(di Bali, dari 1904 - 1967) Ambron, Emilio Covarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990) Friend, Donald Israel, Isaac Mooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982) Smit, Arie Sonnega, Auke C. Sten, John 1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999) 1941 > Lee Man-fong (1913-1988) 1938 > Willem & Maria Hofker 1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978) 1927 > Walter Spies 1922 > Rolland Strasser (1895-?) 1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946) 1904 > W. O. J. Nieuwenkamp
1800
Lukisan Dinding Gua di Maros - Sulawesi berusia 40.000 tahun
1950 1949 1948 1947 1946 1945 1944 1943 1942 1941
1940
1900
Masa Raden Saleh (1814 - 1880)
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Pelukis Koleksi Istana, dll. 5
[14]
KRONOLOGI dan KONDISI 88 Lukisan Le Mayeur 1921 MLMB052
MLMB021
1927
MLMB082
1928 1929 MLMB015
1935 1937 1938
MLMB035 MLMB012
1942 MLMB075
1945
3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]
4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C] 3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C] 27 buah lukisan: 5 cm/ knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B] Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18). 3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C] 13 buah lukisan: 1pastel/ kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B] 23 buah lukisan: 22 catTB/ bagor, 1 cm/hardboard [14R/7C/2B] 1 buah lukisan cm/ knv [1R]
MLMB045 MLMB084
1957
10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
[15]
D. Mengenal Bahan, Kerusakan dan Proses Konservasi LEMBAR KONDISI LUKISAN
No.
No. Inv.
002
Judul Karya Pahlawan Teuku Umar
I. BAHAN PEMBENTUK BENDA
JENIS CAT
X 1. C.minyak 2. Cat air 3. Tinta 4. Akrilik 5. Pastel 6. Krayon Other... 7. Lain-lain B.
JENIS MEDIA (SUBSTRAT) X 1. Kanvas 2. Kertas 3. Kayu 4. Kaca 5. Logam Other... 6. Lain-lain
C.
TEKNIK
X 1. C.minyak 2. Aquarel 3. Pastel 4. Guase 5. Tempera 6. Litografi 7. Batik 8. Lain-lain
Catatan :
Ukuran dan Tahun 98 x 145,5 cm, 1956
Prioritas Tindakan : X A. Segera
Lokasi:
A.
Nama Seniman Hendra Gunawan
Oils on Canvas laid on Canvas (No Adhesive).
B. Sedang
Kondisi
C. Rendah
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup X Rusak .................................... A. FISIK: kendor D. KONDISI SPANRAM: G. No Foto : ..................... X 1. Kotor X 8. Gelombang X 1. Baik 9. Gores 2. Lemak 2. Cukup X 3. Deposit X 10. Sobek 3. Rusak X 4. Rapuh X 11. Kelupas parah 12. Lubang 5. Patah Other... 13. Basah 6. Retak E. KONDISI PIGURA: 14. Lain-lain Kering 7. Distorsi X 1. Baik B. BIOTIS: 2. Cukup 1. Jamur 3. Busuk 3. Rusak Other... 2. Serangga 4. Lain-lain C.
KIMIAWI: 1. Karat 2. Kristal 3. Oksidasi 4. Pudar
5. Lapuk 6. Bau 7. Noda Other... 8.Lain-lain
ATAS F.
LAIN: sobekan di 3 tempat
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : 50 F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) 2 0,4 G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) B. Radiasi UV (μW/cm ) --- = ........ (.......) 20 H. ORP (mili Volts) ------ = ........ (.......) C. Suhu Udara (0C) -------- = ........ (.......) I. Tekanan Udara (mb) = ........ (.......) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ........ (.......) 50 J. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) Catatan : ORP = Potensial Redoks. dianjurkan IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : A. X Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) B. X Pembersihan lemak, varnis, dsb.
C.
dengan pelarut: 5. 2-ethoxy ethanol 1. air 6. toluene 2. white-spirit 7. acetone X 3. turpentin 4. air sabun (amonia) X 8. 2-aceton alcohol
Penguatan dan Konsolidasi MEK X 1. penguatan cat dengan ............................ 2. penguatan kanvas/ substrat ................... 3. perbaikan kanvas/ substrat. 4. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
D. X Penyempurnaan (finishing treatment) F. X Perlakuan lain. E. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) 1. isolating (varnish) bongkar pasang X 2. inpainting (+mixing varnish) spanram dan 3. dressing/ retouching (varnish) mengencangkan X 4. (re)varnishing kanvas sambung sobekan, dobel kanvas tanpa lem G. CATATAN: ...................................................................................................................................................... V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
........................................................................................................................................................................... VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar X C. Mikroskop. ................ X Ultra Violet D. Lampu ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
10 April 2016 (DD/MM/YYYY) ............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
Puji Yosep Subagiyo ..............................................
[16]
Ilustrasi Pengamatan Teknis Lukisan
1
2
Rismoyo Yosep
Pengamatan retakan dan konstruksi pendobelan kanvas tanpa perekat.
Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.
Varnis lama harus diangkat untuk mengetahui warna & tekstur cat asli cat/ priming yang terangkat harus diratakan
retakan cat terjadi akibat perbedaan elastisitas cat (cenderung statis) dan kanvas (cenderung lentur/ elastis), yang selanjutnya mengakibatkan kontraksi antara kedua bahan tersebut.
Cat
{
3
Priming Kanvas 1
kanvas 2 hanya sebagai pelindung kanvas 1.
Kanvas 2
{
DETAIL
Gambar 4 menunjukkan close-up, yang mana pada sisi bawah lukisan telah termakan bubuk. paku berkarat Gambar 5 ini menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.
5
4 illustrated by Primastoria 2016
6 5.000 μm = 5 mm = 0,5 cm 1.000 μm
1. Kanvas asli lukisan (kiri) Perb. 30X
7
2. Kanvas dobelan lukisan (kanan). Perb. 30X
[17]
D 2 1C
Keterangan Gambar :
B
A
rongga Gesso Grosso
Gesso Sottile
CAT VARNIS
retakan Cat Dasaran
} }
KANVAS GESSO PRIMING
E
retakan
G F
Oils on Board Oils on Canvas
A = Substrat (Kayu, Tripleks, Hardboard, Kanvas); B = Priming; C = GESSO; D = Dasar Cat; E = Cat Lukisan; F = Varnis; G = Kotoran, Debu, dll.
ANATOMI LUKISAN
}
SERAT
a. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel). Bahan: kayu jati, hard board. b. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi). Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll. c. Priming (lihat definisi butir b diatas) Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko grafik-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”. d. Dasar Lukisan (first coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksudkan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air). e. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE). Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (1). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (2). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (3). rendam dalam air untuk membentuk pasta. f. Cat (definisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat). Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut: 1. Underpainting (lapisan cat bawah); 2. Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah); 3. Glazes atau Scumblings (lapisan seperti film yang transparan); 4. Isolating varnishes atau veils. (lihat butir g dibawah). g. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish). Bahan-bahan: 1. Picture Varnish = campuran damar resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin. 2. Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin. 3. Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35. 4. Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl. Referensi :
1. Alan Phenix and Sue Ann Chui (2009): FACING THE CHALLENGES OF PANEL PAINTINGS CONSERVATION: TRENDS, Treatments, and Training, Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 234 pages. 2. Arie Wallert, Erma Hermens, and Marja Peek. (1995): HISTORICAL PAINTING TECHNIQUES, MATERIALS, AND STUDIO PRACTICE; (Art History Institute of the University of Leiden, Central Research Laboratory for Objects of Art and Science, Amsterdam), Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 241 pages. 3. Francesca Caterina Izzo (2009-2010): 20TH CENTURY ARTISTS’ OIL PAINTS: A CHEMICAL-PHYSICAL SURVEY, Università Ca’ Foscari Venezia, 234 pages. 4. Kathleen Dardes and Andrea Rothe (1995): THE STRUCTURAL CONSERVATION OF PANEL PAINTINGs, Los Angeles, The Getty Conservation Institute, 582 pages. 5. Marion F. Mecklenburg, A. Elena Charola, and Robert J. Koestler (2013): NEW INSIGHTS INTO THE CLEANING OF PAINTINGS, Washington D.C., Smithsonian Institution, 256 pages. 6. Patricia Sherwin Garland (1983): JOSEF ALBERS: HIS PAINTINGS, THEIR MATERIALS, TECHNIQUE, AND TREATMENT, JAIC 1983, Volume 22, Number 2, Article 2 (pp. 62 to 67). 7. Sheldon Keck (1984): SOME PICTURE CLEANING CONTROVERSIES: PAST AND PRESENT, JAIC 1984, Volume 23, Number 2, Article 1 (pp. 73 to 87). [18]
Proses Konservasi Lukisan
2-aceton alcohol
X Lain-lain X Kotor debu sobekan di X Kanvas kendor 3 tempat Varnis menguning Varnis cacat X Cat rapuh/ kering X Cat kelupas parah Jamur
2-ethoxy ethanol
spanram
Hendra Gunawan [Pahlawan Teuku Umar, 98 x 145,5 cm, Oils on Canvas, 1956] A. Kondisi :
toluene & acetone
picture cleaner
turpentine
1. air 2. white-spirit X 3. turpentin 4. air sabun (amonia) 5. 2-ethoxy ethanol 6. toluene 7. acetone X 8. 2-aceton alcohol
white spirits
Lukisan
pigura
kanvas
1
B. Rekomendasi Konservasi : X Pembersihan ringan X Chemical cleaning X Framing/ reframing X Restretching X Inpainting Repainting X Retouching X Varnishing X Penguatan cat MEK Fumigasi X Lain-lain sambung sobekan, dobel kanvas tanpa lem LocTite Gel Glue 4 gram
sobek Catatan:
Liquin
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
2
1. Pembersihan ringan = pembersihan ringan dengan kwas/ penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = varnish for retouching or protection; 9. Penguatan cat dengan perekat thermosetting atau lainnya; 10. Fumigasi dengan thymol, dll.
[19]
cat terkelupas
a b
Le Mayeur
Gambar 1. a. Seluruh permukaan kotor, warna tidak keluar dan sebagian cat terkelupas. b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis. Tarmizi?, 1968
cat terkelupas
cat terangkat
Detail
Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Detail
Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat
Gambar 2. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN
b
Serat lapuk
a
Jamur
Li Shuji
c
illustrated by Primastoria 2016
Spora jamur
Jamur
Gambar 3. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan; b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat kerusakan kanvas/ kain; c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.
[20]
E. Analisis/ Kajian Konservasi Gambar 1. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
B
D
Kondisi
12 (8%) 16 (11%)
151 (9%)
C
Kondisi dan Lokasi
123 (81%)
333 (86%)
389 (23%) 25 (6%) 52 (12%)
A
Baik Sedang Rusak
9 (2%) 47 (12%)
0
6 (1,2%)
100
71 (15%)
200
12 (5%) 70 (32%)
221 (13%)
300
139 (62%)
448 (26%)
Per Ruang & Persebaran
371 (82%)
400
485 (29%)
500
Jumlah
408 (84%)
Jumlah (Persebaran/ Presentasi & Kondisi)
600
E
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan. Baik Sedang Rusak
894 (78%)
1000
Data Iklim Mikro Lukisan Ruang A Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 28 29
800
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
Jumlah
600
Ruang C.
133
Batik
32 (89%) 2 (6%) 2 (6%)
48 (4%)
4 (2%) 23 (9%)
227 (89%)
115 (86%)
Akrilik
66 (89%) 2 (3%) 6 (8%)
0
7 (5%) 11 (8%)
200
211 (18%)
400
Cat air Cat minyak Pastel
74 254 1.153 36 Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan
Ruang B. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 27 28 28,5 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 75
Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 22 24 26,5
Ruang D. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 99
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 72 74 76
Ruang E. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 27 28 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 76 78 99
Keterangan :
3
Ideal
2
Cukup ~ Beresiko
1
Beresiko
~
Cukup
~
Bahaya
[21]
A
B
D
Kondisi
12 (8%) 16 (11%)
Analisa Kuantitatif
123 (81%)
151 (9%)
C
Kondisi dan Lokasi
9 (2%) 47 (12%)
0
25 (6%) 52 (12%)
6 (1,2%)
100
71 (15%)
200
Baik Sedang Rusak 333 (86%)
389 (23%) 221 (13%)
300
12 (5%) 70 (32%)
448 (26%)
Per Ruang & Persebaran
139 (62%)
400
Jumlah
371 (82%)
485 (29%)
500
Perbandingan Jumlah Kerusakan Koleksi terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
408 (84%)
Jumlah (Persebaran/ Persentase & Kondisi)
600
Penjelasan Analisa Kuantitatif dan Kualitatif
E
Catatan: Pembandingan persentase kerusakan dikaitkan dengan kondisi suhu dan kelembaban pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kualitatif, sedangkan pembandingan jumlah (bukan persentase) kerusakan pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kuantitatif.
Grafik Analisis Spontan (GAS) URB, NJB dan TKB Untuk Mengetahui Hubungan Usia, Bahan dan Tingkat Kerusakan 26 Tekstil di Museum Nasional
160 140
URB NJB TKB
100 90
95
80
30
20 10
0
45
25 15
KNI (Kode Nomor Inventaris) Keterangan NJB => 40 : Kapas; 45 : Kapas + Logam; 50 : Sutera; 55 : Sutera + Logam; 90 : Kapas + Sutera; 95 : Kapas + Sutera + Logam. Keterangan TKB => 10 : Baik; 15 : Cukup; 20 : Rusak; 25 : Hancur; 30 : Aktif. URB = Usia Relatif Benda; NJB = Notasi Jenis Bahan; TKB = Tingkat Kerusakan Benda.
Analisa Kualitatif
40
55
357 358 773 743 782 783 784
50
808 839 840 843 907 926 949 950 952 345 901 346
60
123 124 157 159 170 313 314
Besaran URB, NJB dan TKB
120
[22]
[23]
TEKNIK
C.
KIMIAWI: 1. Karat 2. Kristal 3. Oksidasi 4. Pudar 5. Lapuk 6. Bau 7. Noda 8. Lain-lain F. LAIN: sobekan di 3 tempat
C.
dengan pelarut: 5. 2-ethoxy ethanol 1. air 6. toluene 2. white-spirit X 3. turpentin 7. acetone 4. air sabun (amonia) X 8. 2-aceton alcohol
A. X Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) B. X Pembersihan lemak, varnis, dsb. Penguatan dan Konsolidasi MEK X 1. penguatan cat dengan ............................ 2. penguatan kanvas/ substrat ................... 3. perbaikan kanvas/ substrat. 4. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ........ (.......) G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) 0 C. Suhu Udara ( C) -------- = ........ (.......) H. ORP (mili Volts) ------ = ........ (.......) 0 D. Suhu Permukaan ( C) -- = ........ (.......) I. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) Catatan : ORP = Potensial Redoks.
C.
Alat Perekam Gambar Mikro
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar X C. Mikroskop. ................ X Ultra Violet D. Lampu ....................................... E. ....................................... F. ........................................
Puji Yosep Subagiyo ..............................................
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Nama :
Tandatangan Observator, Konservator, dll.
VII. TANGGAL PENGAMATAN 10 April 2016 (DD/MM/YYYY) ............................................
...........................................................................................................................................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
D. X Penyempurnaan (finishing treatment) F. X Perlakuan lain. E. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) 1. isolating (varnish) bongkar pasang X 2. inpainting (+mixing varnish) spanram dan mengencangkan 3. dressing/ retouching (varnish) kanvas X 4. (re)varnishing sobekan, dobel kanvas tanpa lem G. CATATAN: sambung ......................................................................................................................................................
Oils on Canvas laid on Canvas (No Adhesive).
Catatan :
2. Aquarel 3. Pastel 4. Guase 5. Tempera 6. Litografi 7. Batik 8. Lain-lain
X 1. C.minyak
X 1. Kanvas 2. Kertas 3. Kayu 4. Kaca 5. Logam 6. Lain-lain
JENIS MEDIA (SUBSTRAT)
B.
X 1. C.minyak 2. Cat air 3. Tinta 4. Akrilik 5. Pastel 6. Krayon 7. Lain-lain
JENIS CAT
A.
C. Rendah
Jumlah
Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan.
254
Cat air
1.153
Cat minyak
Baik Sedang Rusak
36
Pastel
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Ave. 28
Ruang A
3
1
~
Cukup
Ideal
Bahaya
~
Beresiko
Max. 29 Keterangan : Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
Min. 26
Temperatur (°C)
2
Cukup ~ Beresiko
Output Analisis Data Bahan & Kerusakan
Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan
74
Batik
Portable XRF Spectrometer
133
Akrilik
Instrumen (Alat) Uji Lab
0
200
400
800
900
115 (86%)
B. Sedang
7 (5%) 11 (8%)
Prioritas Tindakan : X A. Segera
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup X Rusak .................................... A. FISIK: kendor D. KONDISI SPANRAM: G. No Foto : ..................... X 1. Kotor X 8. Gelombang X 1. Baik 9. Gores 2. Lemak 2. Cukup X 3. Deposit X 10. Sobek 3. Rusak X 4. Rapuh X 11. Kelupas parah 12. Lubang 5. Patah 13. Basah 6. Retak E. KONDISI PIGURA: 14. Lain-lain 7. Distorsi X 1. Baik B. BIOTIS: 2. Cukup 1. Jamur 3. Busuk 3. Rusak 2. Serangga 4. Lain-lain
66 (89%)
I. BAHAN PEMBENTUK BENDA
6 (8%)
Lokasi:
2 (3%)
Kondisi
227 (89%)
Ukuran dan Tahun 98 x 145,5 cm, 1956
23 (9%)
Nama Seniman Hendra Gunawan
894 (78%)
Judul Karya Pahlawan Teuku Umar
4 (2%)
No. Inv.
Penjelasan Teknis: Instrumen Pengumpulan dan Pengolahan Data Observasi
48 (4%)
No. 002
Digital Microscope
Instrumen (Alat) Observasi
Instrumen Pengumpul dan Pengolah Data (KONVENSIONAL)
Instrumen Pengumpul dan Pengolah Data (DIGITAL)
211 (18%)
LEMBAR KONDISI LUKISAN
32 (89%)
Komputer + Database Konservasi
2 (6%)
OUTPUT OBSERVASI
2 (6%)
Observasi & Indikator Keterawatan :
Menelaah Kerusakan Dulu - Kini - Akan Datang lubang
Masa Depan (Kapan ?)
lubang
pudar
lipatan
Kondisi Rusak Foto Tahun 2016
lubang
22 tahun
22 tahun
2016
Foto Tahun 2016, Foto-foto detail & Mikro tersimpan di Seksi Observasi
Kondisi Bagus
136 tahun
cukup terawat
Foto Tahun 1994
23147: Kain Dodot dari Yogya, 360 x 210 cm, 1938. Kain dodot ini memiliki tengahan biru berbentuk belah ketupat. Bentuk tengahan ini lazim disebut sebagai "sidangan". Dodot yang berwarna biru, biru gelap (tua) dan coklat ini dihiasi dengan gambar-gambar gunung, burung, dan pohon yang sebagian dalam warna emas (prada). Salah satu sudut tertulis "Ping 1 Maulud Dal 1839" (Tanggal 1 Maulud Dal 1839 atau 17 November 1858) dalam huruf keemasan. Warisan Tuan J.W Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 1 Oktober 1937, Diterima di Museum Nasional tahun 1938.
80 tahun
Sedikitnya ada 8 (delapan) kain dodot diperoleh di tahun ini. Lihat dodot no inv. : 23144, 23145, 23146, 23147, 23148, 23149, 23150, dan 23334.
lubang
kondisi kain kuat, masih utuh & tidak ada lubang
158 tahun
TAHUN PEROLEHAN 1938 (REGISTRASI)
kurang terawat
78 tahun
TAHUN OBSERVASI 1994 KONDISI 1
56 tahun
USIA RELATIF BENDA (URB)
TAHUN OBSERVASI KONDISI 2
pudar lipatan
Kondisi Bagus TAHUN PEMBUATAN 1858
Analisis Kerusakan :
Foto Tahun 1994, Kondisi Tahun 1858 Bisa Lebih Bagus.
Hasil kajian menunjukkan bahwa kerusakan koleksi tekstil bisa disebabkan oleh kondisi koleksi (faktor internal) dan kondisi lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: garam logam komplek (mordan), logam pemberat sutera, dan benang logam yang dapat mengalami oksidasi; unsur-unsur belerang (yang biasa terikat dengan mordan alum) akan membentuk asam kuat. Selanjutnya hasil oksidasi (korosi) dan asam kuat yang terbentuk akan melapukkan serat (pemecahan rantai molekul). Penyimpanan koleksi yang dibungkus kertas minyak dalam kotak kayu (yang bersifat buffering) terbukti menyelamatkan koleksi. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Cek pH (dengan pH meter) dan Potensial Redoks (dengan ORP meter dalam satuan miliVolts) untuk mengatasi pelapukan kain ini.
[24]
Handheld XRF Spectrometer
A non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium. Handheld X-ray fluorescent (XRF) analyzers have the capability to quantify or qualify nearly any element from Magnesium to Uranium, depending on specific instrument configurations. Portable XRF spectrometers allow you to take the battery operated analyzer to the sample rather than bringing the sample into the lab. This is especially useful when the test specimen is large or heavy. Contact our applications team to learn how XRF can help solve your material identification needs. Handheld XRF Industries and applications are very diverse; some examples include: Metal Analysis Environmental & Soil Screening Scrap Sorting Art & Archeometry Positive Material Identification Research and Teaching Mining & Exploration More HHXRF applications Archaeometry, Archaelogical Science with XRF Archaeometry—also known as archaeological science—is the application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample. As technology continues to improve in price, user-friendliness, and data reliability, archeological science will continue to expand and stands to significantly supplement already existing and traditional methods in archaeological investigation. One important and widely used archaeometric technique is handheld XRF (x-ray fluorescence), an elemental analysis technique that quickly and easily provides data regarding the elemental composition of an archaeological sample from magnesium (Mg) to uranium (U). Handheld XRF for Archeological Investigation: The Purpose-Built Bruker Tracer XRF Analyzers Handheld XRF can now be found in universities and archeological research institutions—as well as in the field—in every part of the world, providing researchers with information from soil composition at an excavation site to no-longer-visible pigment composition on ceramics. The Bruker Tracer family of XRF analyzers is the de facto standard for XRF as applied archeological science with a presence in over 500 universities worldwide. Bruker workshops prepare hundreds of scientists, archeologists, and conservators annually to properly collect, interpret, and use XRF data, you can count on being able to compare data sets with colleagues when using the Tracer. While new archaeometric XRF applications are developed constantly, here are just a few of the applications in which the Tracer handheld XRF instrument is being used for 100% non-destructive elemental analysis all over the world: Archeological soil analysis for evidence of human activity Sourcing/source separation of obsidian and other lithics Ceramics analysis and sourcing Pigment analysis (including analysis of faded/ no-longer-visible pigments on porous materials; paint on canvas; textile dyes; etc.) Analysis of glazes, varnishes, lacquers, and patinas Analysis of objects in museum contexts for treatment with toxic heavy metal pesticides (As, Hg, Pb) as part of NAGPRA compliance Glass analysis Analysis of archeological metals and alloys Sumber : http://www.bruker.com/products/x-ray-diffraction-and-elemental-analysis/handheld-xrf/ archaeometry.html
[25]
Tabel 1. Hasil No. Sampel
Analisa Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X Unsur-unsur Terdeteksi dengan XRF (%/w) Mg
Al
Si
P
S
Cl
K
Ca
Ti
Fe
Ni
Cu
Zn
Sr
Ba
Pb
Basuki A. 07
-
3
6
0,2
8
6
2
50
15
2
-
-
8
-
-
-
Hendra G. 17
-
4
9
-
13
-
1
14
-
2
-
3
37
2
16
-
Srihadi S. 20
-
-
3
-
5
-
7
4
-
1
-
-
44
1
32
4
Sudibyo 26
-
6
12
0,4
4
-
1
7
-
3
-
-
36
1
29
-
Sudjojono 31
-
9
23
1
7
-
3
20
2
8
-
-
10
-
3
14
Sudjojono 35
-
4
7
1
10
-
5
10
3
4
-
-
36
1
21
Sunarto 42
-
2
8
1
6
-
9
14
52
10
-
-
1
-
-
-
Sunarto 43
-
10
25
2
6
-
5
19
24
9
0,3
-
2
-
-
-
Sunarto 45
2
1
2
-
6
17
4
56
7
2
-
-
1
-
-
1
{
retakan
Skema Interpretasi Data Unsur
PRIMING VARNIS KANVAS GESSO CAT
Gambar 1.
1
1. Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]
2
2. Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]
3
3. English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]
cat detail cat lukisan cat dasaran
{ {
gesso sottile gesso grosso priming
4 5 6
8. Mayer 1991:116 9. Mayer 1991:115 10. Mayer 1991:50 11. Mayer 1991:52,116,452 12. Mayer 1991:38-39 13. Mayer 1991:44,60,67,82,229 14. Mayer 1991:148-9
Timbal (Pb)
5. Kalsium Sulfat [CaSO4.1/2H2O]
Kalsium (Ca)
6. Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]
7
8
REFERENSI (Library Research) : 1. Mayer 1991:142-144 2. Remington & Francis 1954:53-61 3. Remington & Francis 1954:67-71 4. Remington & Francis 1954:36-39 5. Mayer 1991:308-310,488-489 6. Mayer 1991:290-291 7. Mayer 1991:114
4. Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2]
9
7. Mg (Magnesium, Magnesium Carbonate)
10
8. Ni (Nickel, Nickel Titanium Yellow)
11
9. Si (Silikon, Silikon Dioksida [SiO2]) 10. Sr (Strontium, Strontium White)
12
11. Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04] 12. Zn (Zinc, Zinc White = Zinc Oxide [ZnO]) 13. Cu (Copper), Prussian Blue?
13
14. P (Phosphorus), “cat luminous”
14
1. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber. 2. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.
Hasil Interpretasi Data Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X
No. Sampel
Senyawa Mayor/Minor, Unsur Ikutan dan Kegunaannya Priming
Gesso (Grosso/ Sottile), Cat Dasaran, Campuran
Unsur Ikutan
Basuki A. 07 Kaolin? Hendra G. 17 Kaolin? Srihadi S. 20 Flake White, E. Kaolin Sudibyo 26 Kaolin? Sudjojono 31 Flake White
Fe (2), K (2), P (0,2) Fe (2), K (1), Cu (3), Sr (2) Fe (1), K (7), Sr (1), Pb (4) + Kalsium Sulfat,+++ Leaded Zinc White (++ Barytes) Fe (3), K (1), Sr (1), P (0,4) + Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (++ Barytes) ++ Kalsium Sulfat, - Titanium White, + Leaded Zinc Oxide (+ Barytes) Fe (8), K (3), P (1)
Sudjojono 35 Sunarto 42 Sunarto 43 Sunarto 45
Kaolin? E. Kaolin? Kaolin?
+ Kalsium Sulfat, - Titanium White, ++ Zinc White (++ Barytes) Fe (4), K (5), Sr (1), P (1) Fe (10), K (9), P (1) ++ Kalsium Sulfat, +++ Titanium White, - Zinc White Fe (9), K (5), P (2), Ni (0,3) ++ Kalsium Sulfat, ++ Titanium White, - Zinc White
E. Kaolin?
+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White, - Zinc White
+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White + Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (+ Barytes)
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Tabel 2.
2
Fe (2), K (4), Mg (2), Pb (1)
Catatan: China Clay = Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]; English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]; Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2]; Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]; Gypsum = Kalsium Sulfat Hidrat [CaSO4.1/2H2O]; Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]; Zinc White = Zinc Oxide [ZnO]; Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04].
[26]
Key to Coding
http://www.huevaluechroma.com/
AA Extremely Permanent A Permanent S Series number Transparent Semi -Transparent Opaque Semi-Opaque
Lab Color H : 450
RGB Color CMYK Color
S : 95%
G : 197
R : 255
B : 100% B : 12
C : 0% M : 23% Y : 98% K : 0%
Konica-Minolta CR-400/410 Chroma Meter
Chroma Meter
(Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna
More powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series. The Chroma Meters CR-400 supersedes the internationally recognized and acclaimed series CR-100, CR-200 and CR-300. It offers a huge number of added value features and improved versatility, while fully maintaining all optical properties and therefore, guaranties full data compatibility with the previous series. The CR-400, with its 8 mm measuring area is suitable for measuring reflected colour and colour difference in a wide range of industrial fields. It is able to meet the needs of various applications, from all sorts of ingredients, foods, raw materials and finished products to pharmaceuticals and dermatological applications - the CR-400 handles all! If your samples are structured or uneven in surface, such as granulates, fabrics, wood, stones, bricks, then the CR-410 is the right choice. Its unique very large aperture of 50 mm is perfectly suited for such samples and thus avoids averaging of several measurements. The main improvements focus on enhanced usability and functionality such as the re-designed Data Processor, featuring a large back light display for numerical or graphic display of measurement data and a built-in thermal high speed printer. The data memory now can store up to 100 target colours and up to 2000 measurements. Several new colour spaces and Pass/Fail formulas as well as indices for whiteness and yellowness enhance the usage into various fields of applications. The new "user indices" function allows the input of up to six different user or application specific equations using XYZ, Yxy or CIELAB values. Furthermore, the communication languages can be set for English, German, French, Italian, Spanish and Japanese. For even more user flexibility the measuring head, equipped with Display, function keys and power supply, can now be used as "stand alone" without the Data Processor or as an additional option even directly be interfaced to the PC to run with the optional Windows® QC software SpectraMagic NX. With all these features, the unsurpassed ease of use and the legendary ruggedness, the fourth generation of Chroma Meters is bound to continue its success throughout the world of modern colour control. Konica-Minolta CR-410 Chroma Meter for Color Measurement. Sumber : http://sensing.konicaminolta.asia/products/cr-400-410-chroma-meter-difference-with-colorimeter/
[27]
F. Mengenal Bahan dan Alat Konservasi 1. Peralatan Tukang
Berbagai model dan ukuran kwas
Palu
Easel
Obeng 1
Tang
r
iso
iv pt
ng
e Ob
3
O
Pinset, Tweezer, dll.
Meteran
Stap le
eng
Ob
2
Tarikan Kanvas Solder Lukisan
Gun
2. Peralatan Lukis
Pisau palet Kwas tusir warna
Varnis
Papan palet
Terpentin
Varnis
PRIMING
yak, dll. Set Cat Min
Tempat cuci kwas
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Gel Glue “LocTite”
2-aceton alcohol
2-ethoxy ethanol
toluene & acetone
turpentine
white spirits
picture cleaner
3. Bahan Kimia
[28]
Gambaran Sarana - Peralatan Observasi, Konservasi, Simpan dan Pamer Lukisan
Gambar 01a.
Gambar 01b.
Gambar 01c.
Gambar 03.:
pH ORP Meter
Gambar 02.:
Alat Pengukur Keasaman dan Potensial Redoks r
Fume Hood Portabel
dp
Hm
ete
Gambar 04.:
&s
em
i-s
oli
b
Moisture Meter
Alat Pengukur Kadar Air
so
lid
a
a
Gambar 05.:
Gambar 06.:
Handheld XRF Spectrometer
Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Alat Perekam Data Warna
Ultra Violet [A/B] Light Meter
Alat pengukur radiasi ultra violet A [320-360 nm] dan ulltra violet B [290-320 nm]. [UV sensor spectrum: 290~390 nm] μW/cm2 Lux 11.830 561 5.640 230 650 8 140 8 Batas Atas & Bawah :
Place Luar Dp Pt Ruang TL 40
0.375 μW/cm2 (sensitif); 1.5 μW/cm2 (kurang sensitif).
Ryer, Alexander D. (1997): Light Measurement Handbook, International Light, Newburyport, MA 01950
Gambar 08.:
Infrared Thermometer
Alat ini ideal untuk mengukur suhu permukaan benda (non-kontak), perekat thermosetting, dan inspeksi lampu, rangkaian listrik, dll.
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Gambar 07.:
b
[29]
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi Gambar 09.:
Lux Meter
(Alat pengukur intensitas cahaya)
Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela. Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci). 1. Kuat Penerangan (Illumination, E) F (Fluks) Lumen E= = = Lux. A (Luas) m2 2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. Energi (Joule/m2) J = T Waktu (Jam) E.R2 4. Kuat Cahaya (I) = = Lumen.m = Candela Cos Q
3. Fluks Cahaya (F) =
Sensor/ cell penangkap sinar. Displai/ monitor harga hasil pengamatan.
Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.
Gambar 10.:
Ultra Violet Monitor (4 in 1)
(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban) Panel monitor menunjukkan besaran angka dan satuan
Sensor suhu dan kelembaban udara
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.
Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.
CATATAN :
E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda, bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan. Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor: Kelembaban Udara (RH) = % Suhu Udara (T) = 0C Kuat Penerangan (E) = Lux Kuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen KONVERSI ENERGI : 1 Joule = 107 erg. 1 kwh = 3.600.000 J. 1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA: 1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt Energi = kekuatan untuk melakukan usaha. Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL UV, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, λ = 263 nm. E= 2 μW/cm2.
Catatan : 1 Watt/cm2 = 683 Lumen/cm2 1 Watt = 75 Lumen; 1 Lux = 1 Lumen/m2 1 Lux = 0,0079 W/cm2 atau 683 Lux = 1 W/cm2 1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6 1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9
λ dibaca “ lambda” = panjang gelombang. 1 lux = 1.464128843338 x 10-7 watt/cm2 (at 555 nm). http://www.easyunitconverter.com/ [30]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi Gambar 11.:
Thermohygro-barometer elektronik
Created
by Puji Y .S
ubagiyo
2016
Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan, suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan.
Gambar 12.:
Climate Datalogger
KELEMBABAN DAN SUHU UDARA 1. Pengertian/ Definisi
Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari, minggu atau bulan.
Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan. Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun. Kelembaban relatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya. RH =
kelembaban absolut suatu udara kelembaban absolut udara jenuh pada suhu sama
x 100%
Contoh: Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%. Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.
2. Satuan-satuan
Satuan Suhu (T) Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32} Reamur (R) Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9} Kelvin (K) ===> C = (K-273)
Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)
[31]
Alat Pengukur
Suhu dan Kelembaban Udara Gambar 13.:
Wet & Dry Bulb Psychrometer Banyak digunakan untuk kalibrasi alatalat pengukur RH & T jenis lain.
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
selisih harga
“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian. Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besarnya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.
Sling Psychrometer Alat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Sekarang perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.
Maintenans Alat: Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
INAKURASI + 2%
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
Gambar 14.: Thermohygrometer
Catatan:
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung. Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.
Gambar 15.: Thermohygrograph Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasilkan panas setara dengan 100 watt lampu pijar. Referensi: Bachmann (1992:15-22)
INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi) + 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)
Kertas grafis Tanganan pemegang pena pencatat
Pena pencatat RH dan T
Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari
Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.
Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.
[32]
Alat Kontrol Udara Kelembaban Ruangan dan Koleksi di Museum
Gambar 16.:
Weather Station
Gambar 17.:
Dehumidifier
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
(Alat Penyerap Uap Air)
Tempat masuknya air
Control Panel
Keterangan “Control Panel” (1) Tombol Operasi (Power) (2) Tombol pengoperasian (RH 60 ~ 65%) (3) Pengoperasian non-stop (4) Tombol “Humidity” (5) Tombol “Defrost” (6) Lampu indikator Humidity (7) Lampu indikator Defrost
CATATAN:
Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%.
Bak Penampungan (Uap) Air
Gambar 18b.:
Moisturizer
(Alat Portabel u/ Pelembab Benda)
Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisar antara 1 ~ 35 derajat celcius.
Alat pemantau kelembaban, suhu, tekanan udara dan arah angin dengan sistem nir-kabel (wireless).
Gambar 18a.:
Humidifier
(Alat Pelembab Udara)
Control Panel
Tempat Keluarnya uap air
Bak Penampungan Air Distilasi
TOBI Steamer
Gambar 19.: Hydrogen water ionizer Mesin pembuat air alkali yang bermanfaat untuk penetralan keasaman suatu benda. Air ini untuk mengisi Humidifier atau Moisturizer.
Gambar 20. BLUEAIR Air Purifier alat pembersih udara
[33]
Pengenalan Sifat Bahan dan Kondisi Yang Mempengaruhinya Tabel 1. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi (Materials Sensitive to High Relative Humidity) Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
logam (metal)
korosi/ karat (corrosion)
40% RH, or lower
kertas (paper)
berjamur, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
tekstil (textile)
berjamur, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
kayu (wood)
berjamur, melengkung (fungal attack, warping) cat mengelupas (flaking paint)
50 - 55% RH, constant/ stable
40% RH, or lower
tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer) bahan penyempurna (finishes)
korosi/ karat, cat mengelupas (corrosion, flaking paint) lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment) berjamur/ noda (mold, stains)
perkamen, gading (parchment, ivory) bubur kertas (papier-mache)
melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold) berjamur/ noda (mold, stains)
50 - 55% RH, constant
bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)
berjamur (mold)
60 - 65% RH, constant
lepas/ copot, berjamur (detachment, mold)
50 - 55% RH, constant
kayu bercat (painted wood) logam bercat (painted metal)
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Bahan (Materials)
Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah (Materials Sensitive to Low Relative Humidity) Bahan (Materials)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
kayu (wood) kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins)
mengkerut (checks/ dries out) pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)
50 - 55% RH, constant/ stable 45 - 55% RH
perkamen (parchment)
50 - 55% RH, constant
bulu ayam (quill)
mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement) rapuh (embrittlement)
serat keranjang (basket fibers)
rapuh (embrittlement)
60 - 65% RH, constant
ancur, lem nabati (animal glue)
kering, merapuh (dries out, weakens) retak, melengkung (cracks, warps) retak, melengkung (splits, warps) lepas, melengkung (detachments, warps)
50 - 55% RH, constant
kulit kura-kura (tortoise shell) semua gading (all ivory) permukaan tatakan (inlaid surface)
45 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant
Tabel 3. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat (Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents) kulit (leather, skins) kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk) wol (wool)
beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam (natural fibers) kayu (wood) kertas (paper)
perekat kanji (starch) gelatin (gelatin) tempera telor (egg tempera)
[34]
Tabel 4. Rekomendasi Penyinaran & Suhu Udara (Recommendations for Light & Temperature) Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
rapuh, gelap (embrittlement, darkening) persenyawaan, gelap (crosslinking, darkening) mengeras, kering (hardening, drying) rapuh, pucat/ pudar (embrittlement, fading) rapuh, pucat (embrittlement, fading) pudar/ pucat (fading)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage) buram, pucat (develops haze, fading) pucat/ pudar (fading)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
pucat/ pudar (fading)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
hancur (deterioration crumbles)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
serat alam (natural fibers)
rapuh, pucat (embrittlement, fading)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
kayu (wood)
pucat (fading)
kertas (paper) media cat (paint media) ancur/ lem nabati (animal glue) kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair) kulit, kulit olahan (skins, leather) pigmen, bahan celup (pigment, dyes) sutera, beludru (silk, velvet) permukaan lak (lacquered surface) permukaan cat (painted surface) bahan dicelup warna (dyed materials) karet (rubber)
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C 50 luxs [75 μW/Lumen], 180C 50 luxs [75 μW/Lumen], 180C 50 luxs [75 μW/Lumen], 180C 50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C 50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
50 luxs [75 μW/Lumen], 180C
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Bahan (Materials)
Tabel 5. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials) Kombinasi Bahan (Materials Combination)
Masalah Konservasi (Conservation Problems)
kayu/ kayu (wood/wood) kayu/ kertas (wood/paper) kayu/ tekstil (wood/textile) kayu/ logam (wood/metal) kayu/ serat alam (wood/natural fibers) kayu/ cat (wood/paint) logam/ logam (metal/metal) logam/ kain (metal/cloth) logam/ kertas (metal/paper) logam/ cat (metal/paint)
perubahan ukuran, regang, patah (dimensional changes, stress, breaks) kertas menjadi rapuh, gelap, noda (paper becames brittle, dark, stained) tekstil ternoda, rapuh (textile became stained, brittle) logam menjadi berkarat (metal corrodes in contact with wood) serat menjadi lemah, putus (fibers become weak, break) saat kayu mengembang, cat mengelupas (wood expand and contracts, paint flakes)
logam/ kulit (metal/leather)
tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam (tannins in leather can corrode metals)
logam/ ancur (metals/animal glue)
ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis & menyebabkan karat logam. (glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)
terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi) (possible electrochemical corrosion) logam berkarat, kain ternoda (metal corrodes, cloth becames stained) logam berkarat, kertas ternoda (metal corrodes, paper becames stained) logam berkarat, cat mengelupas (metal corrodes, paint flakes)
Jika kita ambil patokan 50 lux pada 75 μW/Lumen untuk benda sensitif, dan 200 lux pada 75 μW/Lumen untuk benda kurang sensitif, maka kita akan mendapatkan batas maksimum UV : 0.375 μW/cm2 (3.75 mW/m2) dan 1.5 μW/cm2 (15 mW/m2). Jika jam buka museum/ galeri: 7 jam dalam sehari, 6 hari dalam seminggu, 52 minggu per tahun (2.184 jam per tahun), maka kita akan mendapatkan dosis maksimum UV per tahun: 3 Joules/cm2 untuk koleksi sensitif, dan 12 Joules/cm2 untuk koleksi kurang sensitif. [Dr. Barry Knight (2001:1); Subagiyo, P.Y. (2015:30)]
[35]
G. Uraian Jabatan Konservator [Prof. Dr. Colin Pearson] 1. Kemampuan Dasar : Asisten Konservator dan Konservator 1 - 4.
Definisi: Lingkup pekerjaan pada posisi kelompok ini meliputi konservasi karya seni (works of art), artifak, relik (benda peninggalan), dan benda lain yang merupakan bagian dari koleksi, dibawah pengawasan institusi (lembaga) konservasi. Ini meliputi penelitian dan pemberian saran bagi pengembangan standar (dasar-dasar) konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain. Ini juga termasuk pengawasan (supervisi) bagi karyawan yang terlibat (dipekerjakan) dalam lingkup tugas kerja konservasi. Gambaran: Pekerjaan konservator meliputi pengamatan karya seni, relik, atau benda-benda lain untuk maksud pencegahan dari suatu proses kerusakan dan perlakuannya, serta perbaikannya (jika perlu). Konservator mengamati benda ini untuk ditempatkan pada ruang pamer dan penyimpanan dengan kondisi yang benar; serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan serangga dan jamur. Konservator juga bertanggung jawab bagi pemasangan alat-alat yang standar bagi kebutuhan ruang pamer dan penyimpanan koleksi. Ia dituntut untuk memberikan jaminan secara maksimal pada pemeliharaan dan penanganan karya seni, relik, dan benda lain dalam proses peminjaman atau dalam pameran keliling (benda dalam perjalanan). Disamping ia juga memberikan saran kepada kurator dan desainer pameran (untuk menjaga kondisi ruangan yang benar), berikut pemasangan alat-alat bagi kebutuhan suatu pameran. Walaupun kualifikasi pemberian kewenangan (mandat) tidak diterangkan dalam kelompok ini, pembuktian secara teori(tis) dan pengetahuan praktis untuk konservasi sangat diperlukan. Secara umum ini diperlukan bahwa pembuktian akan dapat ditunjukkan bagi yang memiliki kualifikasi tingkat ketiga (tertier), yang setara dengan disiplin ilmu yang terkait, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science). Konservator dengan kualifikasi tingkat terampil (mahir) sangat diperlukan untuk pekerjaan yang menuntut tingkat kesulitan tinggi. Tetapi pengetahuan teoritis dan praktis yang diperlukan bagi pekerjaan konservasi ini dapat juga diperoleh melalui kursus, diklat atau pelatihan dengan bimbingan khusus. Pekerjaan konservator juga memerlukan wawasan (apresiasi) terhadap nilai kultural (budaya) untuk karya seni, relik dan benda lain yang akan dikonservasi. Konservator juga diharapkan mengetahui kapan suatu benda tertentu tidak dapat dikonservasi secara layak dalam suatu laboratorium konservasi lembaga yang memiliki benda yang akan dikonservasi; dan menganjurkan bagaimana sebaiknya benda tersebut ditangani. Beberapa aspek kerja konservasi dapat memerlukan pengetahuan khusus dalam tahap analisis dan perlakuan pada kelompok benda tertentu, seperti: lukisan, tekstil, keramik, kaca, logam, kayu, buku, karya seni bermedia kertas, kertas lain pada umumnya, foto, dan pita perekam suara (tape magnetik). Istilah-istilah yang digunakan: Analisis adalah pengamatan suatu benda, barang, atau bahan untuk digunakan dalam perawatan atau perlakuan pada suatu benda, untuk mempertimbangkan komposisi dan/ atau kondisi pada bahan (materials) pembentuknya. Konservasi meliputi identifikasi, pencegahan, penghambatan, penahanan (pemberhentian?) dan mengembalikan pengaruhpengaruh kerusakan fisik pada (bahan pembentuk) karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain; serta mencakup semua
aspek pemeliharaan benda, yang meliputi: perbaikan, merekondisi, atau membuat kondisi yang sesuai terhadap benda rusak mendekati aslinya. Lembaga Konservasi adalah sebuah lembaga atau badan yang memiliki tanggung-jawab dalam menangani, mengawasi, dan melaksanakan konservasi benda yang merupakan bagian daripada koleksi nasional secara profesional; atau yang memiliki tanggung-jawab lain dalam kaitannya dengan konservasi benda, seperti: pemberian saran dan asistansi (bantuan) tenaga ahli kepada badan/ lembagalembaga dalam pelaksanaan konservasi. Koleksi nasional meliputi koleksi-koleksi seni-rupa, sejarah, teknologi, etnografi, arkeologi, benda (dalam kajian ilmu) alam, perpustakaan dan arsip.
2. Kemampuan Khusus : a. Asisten Konservator. Definisi: Di bawah supervisi yang terus-menerus melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah lembaga konservasi. Gambaran: Konservator pada tingkat ini, meliputi orang-orang yang hanya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pada awalnya, pekerjaan mereka diawasi secara ketat, tetapi dalam perkembangannya tingkat pengawasannya menjadi berkurang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Mereka juga membantu staf konservasi lain dalam melaksanakan pekerjaan konservasi, dan jika memungkinkan juga membantu dalam pelaksanaan analisis dan penelitian (riset). Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Asisten Konservator. Melaksanakan pekerjaan konservasi secara terusmenerus pada karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) lembaga konservasi, seperti: • Pencucian, pelepasan bahan penguat (support/ back-up) yang sudah tidak memenuhi syarat, dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih cocok, seperti: perekat berupa film atau (cello) tape magnetik; • Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh; • Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip; • Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan • Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak. • Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu). • Memberikan instruksi dalam penanganan dan pemeliharaan benda koleksi. • Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir). • Menyiapkan dan melengkapi catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain.
................................................................................................................................................................................. Sumber : Prof. Dr. Colin Pearson (1990): “Establishment of A Conservator Classification Structure in Australia”, Los Angeles, Getty Conservation Institute (GCI).
[36]
b. Konservator 1. Definisi: Di bawah pengawasan yang tidak begitu ketat, orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik yang memadai. Gambaran: Seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan jagrag (easel painting), karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, logam, tekstil, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservator pada tingkat ini dapat diminta untuk mengawasi staf konservasi bawahan. Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 1. Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya. Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode dan teknik yang memadai; dan melaporkan pekerjaan konservasi yang dilakukannya, seperti: • Pembersihan (permukaan) lukisan; melaksanakan penguatan (supports); “tusir” (inpainting); dan konsolidasi terhadap cat yang terangkat (cracking) pada lukisan; • Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh; • Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standar arsip; • Perlakuan benda logam dengan teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan • Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang atau “tusir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak. • Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu). • Memberikan instruksi didalam penanganan dan pemeliharaan benda koleksi. • Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat konservasi tingkat lanjut (mahir). • Menyiapkan dan melengkapi lembar kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan teknis lain. c. Konservator 2. Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, orang ini mampu mengarahkan pekerjaan kelompok yang diemban dalam pelaksanaan konservasi khusus karya seni, artifak, relik dan benda koleksi lain di laboratorium konservasi. Dalam kondisi yang sama, orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi tingkat lanjut terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam
(pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik yang memadai. Gambaran: Seseoramg yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta mampu menampilkan metode dan teknik konservasi. Disamping ia telah menunjukkan kompetensi unjuk-kerja konservasi (konsisten dengan tidak berpindah-pindah profesi). Mereka secara umum dapat diminta untuk mengawasi staf bawahan/ pembantu. Konservator pada tingkat ini juga mampu mengarahkan pekerjaan kelompok staf. Mereka dapat juga melaksanakan penelitian dan analisis; serta melaksanakan pekerjaan konservasi. Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 2. • Merancang sebuah program kerja konservasi untuk sebuah kelompok; • Mempertimbangkan peralatan dan permintaan sumber daya baru; serta pengonsepan rekomendasi bagi staf senior; • Menjamin penggunaan peralatan secara optimal; • Mengalokasikan tenaga didalam kelompok; • (Bilamana perlu) membantu staf bawahan/ asisten; dan menunjukkan saran bagi staf pada institusi konservasi lain dalam aspek teknis konservasi; Melaksanakan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi, meliputi: pengembangan dan/ atau adaptasi metode atau teknik yang lebih baik. Sebagai contoh: • Memperbaiki kerusakan pada kertas yang sangat rapuh; • Mengkonsolidasi secara ekstensif terhadap kerusakan atau pengelupasan cat (cracking) pada lukisan; • Melaksanakan kerja konservasi secara ekstensif atau pekerjaan “tusir” (inpainting) yang rumit pada lukisan; • Memperbaiki atau merestorasi koleksi yang sangat rentan dan rumit, seperti: kelim renda (lace) dan peta kuno yang sangat rapuh; • Perlakuan terhadap benda etnografi yang rapuh; • Merestorasi/ penjilidan buku; dan • Memperbaiki tatakan (inlays) yang terbuat dari kayu, kulit [binatang] (leather), atau logam. * Melaksanakan penelitian masalah konservasi, dan bilamana mungkin menerapkan hasil penelitian itu; * Melaksanakan survai dan laporan bagi kebutuhan konservasi benda koleksi; * Melatih staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk supervisi terhadap siswa dari suatu program kursus atau diklat konservasi tingkat lanjut; * Memberikan saran yang berkenaan dengan aktifitas kurasi (pengelolaan koleksi) dan staf lain yang berhubungan dengan penyimpanan, pemindahan koleksi, dan kebutuhan pada sebuah pameran koleksi; * Memberikan saran dalam perawatan, perbaikan, dan rehabilitasi benda koleksi yang rusak dalam keadaan darurat, seperti: bencana banjir, kebakaran, gempa, dll. * Melaksanakan atau mengatur analisis instrumental komplek dan interpretasinya; * Mengarahkan program restorasi yang berhubungan dengan bidang kegitan konservasi.
[37]
c. Konservator 3. Definisi: Di bawah pengawasan yang terbatas, konservator pada tingkatan ini mampu mengarahkan pekerjaan sebuah seksi konservasi pada laboratorium konservasi. Orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis tingkat lanjut; serta melaksanakan konservasi terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran (skill) yang tinggi. Gambaran: Orang-orang pada tingkat ini memiliki pengalaman yang begitu memadai dalam bidang konservasi. Dan karena bidang konservasi ini sangat ditekuninya, maka orang tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ahli dalam bidang konservasi. Bagi orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat lanjut (mahir) dalam disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science) cukup berpengaruh terhadap unjuk-kerja konservasi pada tingkat ini. Orang-orang ini dapat mengarahkan sebuah seksi, serta mampu melaksanakan penelitian, analisis; dan melaksanakan pekerjaan konservasi. Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 3. • Merancang sebuah program kerja konservasi bagi seksi yang bersangkutan; • Menjamin penggunaan sumber daya yang ada secara optimal; • Mengakses dan membuat rekomendasi bagi kebutuhan peralatan baru dan sumber daya yang diperlukan; • Mengalokasikan tenaga-kerja dalam seksi yang relevan; • Membantu (membina) staf bawahannya, bilamana perlu dan • Memberikan saran kepada staf institusi konservasi lain dalam aspek teknis konservasi, yang meliputi: konservasi, penyimpanan, pemindahan (transport), dan kebutuhan bagi pameran benda koleksi; * Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran yang tinggi, seperti: dengan melengkapi dan mengawasi penyelidikan masalah yang belum diketahui cara mengatasinya. * Melaksanakan penelitian tingkat lanjut terhadap masalah konservasi yang lebih rumit; dan mengembangkan metode dan/ atau teknik baru, yang kemudian hasilnya dapat diterapkan.
d. Konservator 4. Definisi: Dalam keterbatasan kebijaksanaan yang diberikan, konservator tingkat ini masih mampu merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah institusi/ lembaga yang besar. Gambaran: Ada gambaran umum pada “Catatan” di bawah, hanya satu kedudukan (jabatan) dalam sebuah institusi yang besar. Orang pada tingkatan ini mampu memberikan saran dalam masalah konservasi kepada kepala (pimpinan tertinggi) pada lembaga yang bersangkutan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang konservasi lebih dari cukup memadai; dan dapat dikualifikasikan sebagai ahli konservasi. Orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ahli dari disiplin ilmu yang relevan (linier), seperti: sains konservasi, seni rupa, dan ilmu bahan (materials science) sangat mempengaruhi dalam memberikan unjukkerja konservator pada tingkat ini. Uraian Tugas: Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 4. * Memberikan saran kepada kepala (pimpinan tertinggi lembaga yang bersangkutan) dan staf lembaga; bilamana perlu bagi lembaga atau badan-badan lain dalam kebutuhan konservasi benda koleksi. * Merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah lembaga besar. * Memperlengkapi dan mengarahkan berbagai perangkat bagi program pengembangan staf konservasi. Catatan: Pada keadaan tertentu, sebuah kedudukan/ jabatan dapat diputuskan pada tingkatan ini, yang mana tidak harus bertanggung-jawab terhadap program konservasi pada sebuah institusi yang besar. Tetapi lingkup pekerjaan konservasi yang diberikan tetap merupakan sebuah kontribusi penting dan unik bagi program yang diemban oleh seorang ahli konservasi berkualifikasi dan cukup dikenal secara internasional.
Mengembangkan strategi kebijaksanaan untuk mengatasi bencana, seperti: • Memberikan masukan pada masalah yang ada hubungannya dengan perawatan, perbaikan (recovery), dan rehabilitasi benda dalam bencana yang tak terduga, seperti: kebanjiran, kebakaran, gempa, dll. • Pelatihan staf dalam teknik-teknik pengelolaan koleksi (kurasi) yang rusak.
[38]
[40]
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia Web: primastoria.net Email:
[email protected] Phone : (021) 2210 2913 Mobile | Line | WA : 0812 8360 495
Primastoria Studio :
PRi
RiA M A S TO
R
Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992 ini mendapatkan pendidikan sains konservasi di Tokyo National Research Institute for Cultural Properties (TNRICP), Jepang dari 1989-1990; pernah mengikuti kursus “spotting” di International Fabricare Institute (IFI) di Maryland - Amerika Serikat; serta mengikuti berbagai kursus analisis konservasi di Museum Conservation Institute (MCI) of the Smithsonian Institution di Washington D.C., Amerika Serikat (1991-1992). Selama periode magang di Smithsonian Institution, Subagiyo telah mengadakan kunjungan observasi di laboratorium-laboratorium museum dan lembaga penelitian di kota New York, Harrisburg, dan Washington D.C. Ia pernah ambil bagian dalam pengamatan kerusakan pakaian astronout di National Air and Space Museum (NASA) di Washington D.C. dan demo pencelupan warna di Carnegie Mellon College, Maryland. Pada akhir tahun 2013, Subagiyo melakukan kunjungan observasi di Museum Nasional Tokyo dan Museum Joshibi University of Art and Design, Kanagawa - Jepang. Puji Yosep Subagiyo lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang konservator senior bersertifikasi internasional, dari tahun 1986 sampai 2016 bekerja di Museum Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.500 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan tekstil tradisional dan lukisan, penulisan, rancang-bangun database konservasi dan kurasi, mengikuti dan pembicara pada berbagai seminar internasional. Di Studio Primastoria, ia juga melayani jasa konsultasi dan konservasi tekstil, lukisan, logam, dan aneka benda etnografi.
Profil dan Riwayat
Museum Action Plan [MAP] 2016
Puji Yosep Subagiyo
Profil dan Sekilas Pengalaman
1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konservasi tekstil dan lukisan : * Survai kondisi (identifikasi bahan dan kerusakan, membuat usulan tindakan konservasi, pembuatan dokumentasi, kalkulasi waktu dan biaya). * Pelaksanaan pekerjaan konservasi. 2. Penguasaan sains komputer (kalkulasi matematis, pemrograman database, 3D modelling, illustration, dsb.) untuk aplikasi sistem perencanaan dan pengembangan konservasi yang berbasis sains konservasi (penerapan sifat fisik - kimiawi bahan, pengaruh jasad hidup/ biotis, faktor iklim, dan interpretasi alat ukur digital/ manual): * Rancang-bangun database untuk survai kondisi keterawatan dan kondisi klimatologi untuk evaluasi teknis konservasi dan uji kompetensi tenaga konservasi. * Rancang-bangun sistem/ model untuk simulasi tata letak (mapping) gedung, ruang, lemari, koleksi berikut kalkulasi ukuran dimensi (objek) dan kalkulasi kebutuhan serta efek alat penunjang displai-storage-konservasi (konsumsi daya listrik, konversi energi semua jenis lampu, hubungan fluktuasi - tekanan barometrik, kebutuhan alat-bahan-biaya, dsb.), serta aplikasi computerized-optical-microscope untuk mengukur objek skala mikro meter, aplikasi weather probe (station), RFID (Radio Frequency Identification), dsb. [1 mikro = 1 per sejuta]. * Pembuatan paket pelatihan elektronis (e-Learning Pack) untuk konservasi & kurasi. 3. Penguasaan sains komputer untuk membantu perencanaan dan pengembangan kurasi, registrasi, dokumentasi, serta pemantauan dan evaluasi kinerja pegawai [Key Performance Indicators (KPI)] : * Rancang-bangun database koleksi museum dan galeri yang memiliki fitur untuk memudahkan pencarian, validasi tata-letak, validasi syarat minimum entri data, map-tracking asal koleksi/ seniman, penanggalan relatif, coding tingkat kerusakan - jenis bahan (konversi data teks ke numerik), dsb. 4. Kajian teknis dan bahan koleksi untuk dokumentasi, konservasi, kurasi, registrasi dan kajian tingkat lanjut.
Spesialisasi & Kompetensi
5. Sebagai nara sumber Bimtek Permuseuman - Konservasi (1996, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta); Bimtek Konservasi Tekstil (2000, Museum Tekstil Jakarta); Bimtek Permuseuman - Konservasi (2002, Asdep Kesenian - Kembudpar); survai kondisi lukisan, rancang-bangun database dan penyusunan rencana induk preservasi (2002 - 2003, Istana Kepresidenan di Jakarta - Bogor - Cipanas - Yogya - Bali). 6. Pembicara Seminar Nasional tentang Warna Alami (1999, Yogyakarta) dan Konservasi Lukisan (2002, Jakarta). 7. Sebagai nara sumber kajian Batik Pantai Utara Jawa dan Madura (1994, ISI Yogya - Univ. Tokyo - Yayasan Toyota) dan kajian kanvas lukisan (2006, Pencarian Penyebab Kerusakan dan Identitas Lukisan, Balai Konservasi - Jakarta). 8. Rancang-bangun database koleksi museum (2012, Museum Nasional - Jakarta). 9. Menyusun kompilasi naskah yang berhubungan dengan tekstil, konservasi dan analisis bahan (Primastoria Studio, 2013). 10. Menyusun laporan hasil Observasi Tekstil di Museum Nasional (Primastoria Studio, 2014-15). 11. Sebagai narasumber Seminar atau Workshop Konservasi di Borobudur - Magelang, Bogor - Jawa Barat dan TMII Jakarta (2015); Museum Basuki Abdullah dan Museum Senirupa & Keramik (2016).
Catatan: Makalah berjudul “The Classification of Indonesian Textiles Based on Structural, Material and Technical Analyses (1994)” menjadi rujukan Prof. Basavaraj S. Anami dan Prof. Mahantesh C. Elemmi dalam International Journal of Signal Processing, Image Processing and Pattern Recognition (Judul Tulisan: “A Rule Based Approach for Classification of Shades of Basic Colors of Fabric Images” ), Vol. 8, No. 2 (2015), pp. 389-400.
1. Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992. 2. Penulisan artikel tentang tekstil, konservasi dan manajemen koleksi museum (1993 - 1995, Majalah Museografi dan Majalah Kebudayaan, Depdikbud - Jakarta). 3. Sebagai Editor dan Anotator untuk terjemahan Buku Seni Batik dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia (1994-5, ISI Yogya - Yayasan Toyota). 4. Pembicara Seminar Internasional tentang Tekstil Tradisional tahun 1994 (Jakarta), 1996 (Jambi), 1999 (Denpasar) dan 2000 (Tokyo University - Toyota Foundation).
Prestasi dan Penghargaan