OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER Ceria Farela Mada Tantrika, Prof. Ir. Suparno, MSIE, Ph.D Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Inventory dapat diartikan sebagai material yang dimiliki suatu organisasi dalam suatu waktu tertentu. PT. Meco Inoxprima sebagai produsen storage tank senantiasa menginginkan service level yang tinggi dalam memuaskan keinginan customer. Karena itu, segera setelah order diterima dari customer, PT. Meco memesan bahan baku dari supplier. Yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan supplier adalah sertifikasi material dan harga yang murah. Karena itu pembelian tiap material dilakukan secara terpisah. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi biaya inventory plate stainless steel SS 304 yang terdiri dari 22 jenis berdasarkan ketebalan dan ukurannya. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan jika holding costnya di-nolkan. Sementara itu, dilakukan pula pengembangan formulasi Basnet dan Leung, yaitu disesuaikan dengan kondisi existing perusahaan. Setelah itu, hasilnya digunakan untuk menghitung ulang biaya inventory. Hasil perhitungan ketiga cara tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui metode mana yang lebih baik. Dari hasil penelitian, berdasarkan sistem inventory perusahaan, inventory cost selama tahun 2005 untuk 22 jenis material yang diamati sebesar Rp 6.690.216.000,05. Perhitungan dengan meng-nol-kan holding cost menurunkan inventory cost sebesar 0,95%. Sedangkan formulasi Basnet dan Leung menunjukkan adanya kenaikan purchasing cost sebesar 0,08% serta penurunan ordering cost dan holding cost masing-masing sebesar 31,07% dan 93,85% sehingga dapat menurunkan total biaya inventory sebesar 1,04%. Dengan demikian, terbukti bahwa formulasi Basnet dan Leung ini dapat lebih mengoptimalkan biaya inventory yang dikeluarkan dan dapat digunakan untuk menentukan kebijakan inventory selanjutnya. Kata kunci: Biaya Inventory, Formulasi Basnet dan Leung, Multi-supplier, Multi-item
ABSTRACT Inventory can be determined as material which organization had in a period. PT. Meco Inoxprima as producer of storage tank always expect to reach high service level in satisfying customer’s need. Because of that, soon after PT. Meco Inoxprima receive an order from customer, he will take an order of raw material to supplier. PT. Meco Inoxprima consider suppliers based on their material’s sertification and prices. It make a material purchasing is independent from the other materials. This research evaluates inventory cost of SS 304 stainless steel plate that can be divided based on its thickness and size. Inventory cost is calculated both based on existing condition and with assumming that holding cost is equal to zero. Basnet and Leung formulation is improved to fit the existing condition of the company. Then, the new formulation is used to recalculate inventory cost. The result of three methods is compared so that we can decide whether the existing method or improved`Basnet and Leung method is the best method to reach the optimum inventory cost. This research result that inventoy cost, in 2005 based on their existing method, is Rp 6.690.216.000,05. When assumming that holding cost is equal to zero, inventory cost decrease 0,95%. And, after being recalculated with Basnet and Leung formulation, purchasing cost increases for 0,08% but ordering cost and holding cost decrease for 31,07% and 93,85%. This means Basnet and Leung formulation can decrease inventory cost for 1,04%. It is the reason why this method is chosen as the better method to optimize inventory system. Keywords: Inventory Cost, Basnet and Leung Formulation, Multi-supplier, Multi-item
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Inventory dapat diartikan sebagai material yang dimiliki suatu organisasi dalam suatu waktu tertentu, yang bisa dibedakan menjadi supplies, raw material, in process, dan finished good. Inventory penting bagi perusahaan karena menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dimana seringkali terjadi pertentangan tujuan di dalamnya, yaitu keinginan untuk menekan biaya dan memenuhi service levelnya terhadap demand dari customer. Dengan kata lain, perusahaan senantiasa berusaha agar tidak terjadi stockout ketika terdapat demand dari customer, namun juga tidak mengeluarkan biaya holding cost yang besar karena penyimpanan stock yang terlalu banyak. PT. Meco Inoxprima merupakan perusahaan yang berbasis make to order. Dalam perusahaan make to order tidak terdapat inventory finished good karena begitu produk jadi langsung dikirim ke atau diambil oleh customer. Karena itu di sini yang akan dibahas lebih lanjut hanya inventory bahan baku (raw material). Produk utama PT. Meco Inoxprima adalah storage tank. Namun demikian, order yang diterima tentu saja tidak hanya storage tank, tetapi sangat beragam sesuai dengan demand dari customer. Demand datang dari customer yang beragam pula, dari luar dan dalam negeri, mulai dari industri kimia, minyak, gas, makanan, minuman, bahkan sesama produsen storage tank. Demand tersebut dapat berupa storage tank dalam berbagai ukuran, komponennya saja seperti ballfront, bottom cover, top cover, dan lain-lain. ataupun modifikasinya, misalnya mixer, vacuum, dan lain-lain. Proses ordering dalam PT. Meco Inoxprima diawali dengan negosiasi antara customer dengan bagian pemasaran. Jika keduanya telah sepakat, maka order diserahkan kepada bagian engineering untuk penggambaran produk yang akan dibuat. Beberapa customer telah membawa gambar rancangannya sendiri namun engineering tetap harus mengecek ulang agar sesuai dengan kondisi perusahaan dan kondisi pemasangan produk yang dipesan. Setelah gambar selesai dibuat, dinegosiasikan kembali oleh bagian pemasaran kepada customer. Ini yang menjadi deal sebenarnya antara kedua
belah pihak. Jika telah terjadi kesepakatan ini, maka rancangan tadi dibawa ke bagian PPC untuk melakukan pengadaan bahan baku dan perencanaan produksinya. Saat order tersebut diterima sudah ditentukan pula kapan order tersebut harus diselesaikan atau dikirim kepada customer. Untuk meningkatkan service levelnya, proses produksi harus berjalan tepat waktu. Untuk mendukung hal ini diperlukan bahan baku pada waktu dan dalam jumlah yang tepat dengan kualitas yang baik. Pengendalian inventory menjadi hal yang penting di sini. Untuk itu perlu dijalin kerja sama dengan beberapa supplier yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Seringkali bahan baku dibeli tepat setelah order diterima. PT. Meco Inoxprima sendiri memiliki dua patokan utama dalam mempertimbangkan supplier yang diajak kerja sama, yaitu sertifikasi yang dimiliki dan harga yang murah. Sayangnya, selama ini PT. Meco kurang memperhatikan adanya lead time, ordering cost dan holding cost. Alasan utamanya yaitu ketiga hal tersebut kecil pengaruhnya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan agar bagian PPC dapat menentukan kebijakan inventory dan pengadaan bahan baku dengan cepat dan teratur dan memenuhi service levelnya terhadap bagian produksi. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan utama yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana melakukan pengendalian inventory dan membuat suatu kebijakan pengadaan bahan baku yang terdiri dari multi-item dengan multisupplier sehingga diperoleh biaya yang optimal. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi biaya inventory yang dikeluarkan perusahaan 2. Membuat formulasi dari sistem inventory perusahaan 3. Menentukan kebijakan pengadaan bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat. 4. Minimasi biaya inventory bahan baku. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diberikan antara lain:
2
1. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai waktu pemesanan, item bahan baku mana saja yang harus dipesan dan berapa jumlahnya, serta melakukan order pada supplier yang mana saja sehingga dapat memberikan total biaya yang optimal. 2. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan sistem inventory dan kebijakan pengadaan bahan baku dengan lebih cepat dan teratur. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian tugas akhir ini meliputi batasan dan asumsi yang digunakan. 1.5.1 Batasan Batasan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini antara lain: 1. Bahan baku yang diamati hanya jenis plat stainless steel SUS 304 untuk shell. 2. Data yang diteliti adalah data 10 Januari 2005 sampai dengan 10 Januari 2006. 3. Pemilihan supplier hanya didasarkan pada faktor biaya, tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang lain. 1.5.2 Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Lead time dari semua supplier sama dan konstan. 2. Kapasitas inventory tak terbatas. 3. Tidak memperhitungkan bahan baku yang diperoleh dari/dibawa sendiri oleh customer. 4. Tidak diijinkan adanya shortage maupun backordering. 5. Tidak ada diskon. 2. Metodologi Penelitian Pada dasarnya, metodologi penelitian yang dilakukan peneliti dapat dibedakan menjadi tiga tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap analisa dan kesimpulan. 2.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan ini merupakan tahap pengumpulan informasi awal untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menentukan tujuan dari pemecahan masalah dengan mempertimbangkan pengetahuan berdasarkan literatur yang ada. 2.1.1
Identifikasi Masalah
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, maka masalah yang ingin diselesaikan/diteliti harus diidentifikasikan secara jelas untuk menghindari kerancuan yang dapat timbul, serta menentukan studi kasus yang bagaimana yang akan digunakan. Masalah yang diangkat yaitu optimisasi inventory bahan baku dengan studi kasus di PT. Meco Inoxprima. 2.1.2
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Setelah masalah teridentifikasi, maka dilanjutkan dengan perumusan masalah yang ada secara rinci agar diketahui secara tepat pokok permasalahannya. Selain itu, ditentukan pula tujuan apa saja yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini sehingga memberi pedoman pula pada penelitian ini pembahasan permasalahan lebih fokus dan tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya. 2.1.3 Studi Lapangan Sebagai observasi awal, dilakukan studi lapangan di perusahaan tempat studi kasus dilaksanakan, dalam hal ini di PT. Meco Inoxprima. Observasi ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh gambaran umum tentang sistem yang akan diteliti dan memahami permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, bagaimana implementasinya di lapangan. 2.1.4 Studi Pustaka Studi literatur ini dilakukan untuk memperoleh dan lebih memahami teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Selain itu juga untuk mengetahui penelitianpenelitian terdahulu yang telah dilakukan untuk meyakinkan bahwa yang diteliti saat ini belum pernah dilakukan atau merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu. Konsep yang harus dipahami oleh peneliti antara lain mengenai aktivitas supply chain yang berkaitan dengan supplier, pengendalian inventory khususnya raw material, inventory cost, dan formulasi Basnet dan Leung (2005). 2.2
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap pengumpulan dan pengolahan data ini dilakukan untuk memperoleh bahan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. 2.2.1
Pengambilan Data
3
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan, dari pengamatan, maupun dari hasil wawancara dengan karyawan perusahaan. Pengambilan data dilakukan di perusahaan sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan, meliputi data-data: jenis produk yang diamati dan demand yang pernah diterima, jenis bahan baku yang diamati, order yang pernah dilakukan, daftar supplier beserta daftar harga per item dan ordering costnya, holding cost, dan lead time masing-masing bahan baku. 2.2.2 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan berdasarkan literatur yang digunakan dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Yang dilakukan meliputi: perhitungan biaya inventory Menghitung kebutuhan raw material selama 1 tahun berdasarkan order yang diterima dari customer kemudian menghitung biaya inventorynya sesuai dengan kondisi existing perusahaan selama ini. Biaya inventory terdiri dari purchasing cost, ordering cost, dan holding cost. Namun, pemesanan ke supplier dilakukan pada periode order datang. formulasi problem Formulasi Basnet dan Leung dibandingkan dengan kondisi existing di perusahaan, kemudian dikembangkan agar formulasinya sesuai dengan kondisi tersebut. Formulasi yang telah dikembangkan digunakan untuk menghitung biaya inventory yang harus dikeluarkan perusahaan dan dibandingkan dengan hasil pengolahan yang pertama. kebijakan procurement bahan baku Dari hasil perbandingan tersebut ditentukan formulasi yang terbaik untuk digunakan menghitung biaya inventory yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan sekarang dan mendatang. 2.3 Tahap Analisa dan Kesimpulan Tahap akhir ini terdiri dari tahap analisa dan interpretasi data dan tahap kesimpulan dan saran. 2.3.1 Analisa dan Interpretasi Data Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat dinterpretasikan sehingga lebih mudah dimengerti maksudnya dan dilakukan analisa yang lebih mendalam. Dari analisa ini dapat diketahui kebijakan inventory yang
bagaimana yang harus diambil, item mana saja yang harus dibeli dan dari supplier mana item tersebut harus dibeli.
2.3.2 Kesimpulan dan Saran Setelah semua pengolahan, interpretasi, dan analisa data maka ditarik suatu kesimpulan yang merupakan ringkasan akhir dari hasil yang mampu menjawab tujuan penelitian yang dilakukan. Setelah itu diberikan pula saransaran, baik untuk perusahaan maupun untuk penelitian mendatang yang berupa perbaikan maupun pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan demi kemajuan bersama. 3.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1 Pemilihan Material yang Diamati Sebagai perusahaan make to order, banyak jenis material yang digunakan oleh PT. Meco Inoxprima untuk membuat produknya. Hal ini disesuaikan dengan spesifikasi yang diinginkan oleh customer. Namun demikian, dari sedemikian banyak jenis terdapat beberapa yang paling sering digunakan, antara lain Stainless Steel SS 304 dan SS 316, serta Carbon Steel SS 400 dimana satu produk menggunakan satu jenis material. Dari masing-masing material tersebut masih dibagi lagi dalam berbagai ketebalan dan ukuran. Pada penelitian ini hanya material SS 304 saja yang diamati, dengan mempertimbangkan ketebalan dan ukuran. Ketebalan yang diamati antara lain 1.5 mm, 2 mm, 3mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 8 mm, dan 10 mm. Sedangkan ukuran material yang tersedia antara lain 4 feet x 8 feet, 5 feet x 20 feet, dan coil. Khusus untuk coil, tidak tersedia untuk ketebalan lebih dari 6 mm dan pembelian harus lebih dari satu ton (dalam satuan kilogram). 3.2 Pemilihan Supplier PT. Meco Inoxprima menjalin kerja sama dengan banyak supplier mengingat banyak pula jenis material yang harus dibeli. Dalam pemilihan suppliernya, PT. Meco Inoxprima memberikan syarat mutlak: memiliki sertifikasi dan harga murah. Untuk material SS 304 terdapat kurang lebih 9 supplier yang memberikan penawaran, namun dalam penelitian kali ini yang diamati hanya 5 supplier. Berdasarkan wawancara, kelima supplier tersebut yang paling sering mendapat
4
order material dibandingkan keempat supplier yang lain karena lebih berani menawarkan harga material yang relatif rendah. 3.3 Data Order Tahun 2005 Order selama tahun 2005 yang diterima PT. Meco Inoxprima mencapai lebih dari 700 produk. Namun karena dibatasi oleh jenis produk dan material yang diamati, dalam penelitian ini hanya menyajikan data order untuk produk storage tank (dan modifikasinya) yang memiliki komponen shell dengan material stainless steel SS 304, yaitu sebanyak 231 order. Pada tabel tersebut terdapat tanggal order masuk dimana ini merupakan tanggal terjadinya kesepakatan antara customer dan PT. Meco Inoxprima dan nantinya akan dikonversi menjadi periode per minggu dalam satu tahun. Dari data yang diperoleh pula, yang terlihat hanya ukuran shell sesuai dengan design yang dibuat serta jenis material dan ketebalan yang dibutuhkan. Untuk ukuran yang digunakan harus dihitung terlebih dahulu berdasarkan ukuran shell, diameter untuk menghitung keliling shell yang kemudian dikonversi menjadi panjang material, sedangkan tinggi shell dikonversi menjadi lebar material. Nantinya, dipilih ukuran material (4 ft x 8 ft, 5 ft x 20 ft, atau coil) yang memberikan hasil optimal (membuang lebih sedikit sisa material dan memberikan harga yang terendah). 3.4 Data Lead time Memesan suatu material pada supplier harus mempertimbangkan lead timenya. Lead time masing-masing supplier untuk material yang sama dalam penelitian ini adalah sama. Lead time tiap material dapat dilihat pada tabel 1. 3.5 Data Biaya Biaya inventory yang dikeluarkan meliputi harga pembelian (purchasing cost), ordering cost (biaya transaksi dengan supplier), dan holding cost (biaya menyimpan material dalam gudang sebelum digunakan). 3.5.1 Purchasing Cost Purchasing Cost dihitung dari harga pembelian per plate dikalikan dengan banyaknya plate yang dibutuhkan. Daftar harga yang ditawarkan kelima supplier untuk masing-masing material dapat dilihat pada tabel 1. 3.5.2 Ordering Cost Ordering Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan pemesanan
kepada supplier. Ordering cost kelima supplier tersebut berbeda-beda. Ordering cost ini meliputi biaya transaksi dan transportasi (pengantaran material). Besarnya ordering cost supplier A, B, C, D, dan E secara berurutan adalah Rp 400.000,00, Rp 400.000,00, Rp 375.000,00, Rp 500.000,00, dan Rp 350.000,00. 3.5.3 Holding Cost Holding cost merupakan biaya yang timbul karena melakukan penyimpanan material atau adanya stock. Jadi, material dibeli sebelum dibutuhkan. Biaya inventory ini terdiri atas biaya opportunity loss dari cost of capital, biaya kerusakan, dan biaya gudang. Holding cost yang ditetapkan PT. Meco Inoxprima sebesar 24% per tahun dengan perincian sebagai berikut: - Opportunity Loss = 15 % - Biaya Kerusakan = 3 % - Biaya Gudang = 6 % Total = 24 % Dalam penelitian ini digunakan periode waktu dalam satuan minggu. Karena itu, holding costnya juga diberlakukan tiap minggu. Dengan asumsi bahwa 1 tahun = 52 minggu, maka besarnya holding cost per periode adalah 0.46%. Besarnya holding cost masing-masing material yang diamati dapat dilihat pada tabel 1. 3.6 Penentuan Kebutuhan Material Data yang tersedia adalah data ketebalan dan ukuran shell, sedangkan yang dibutuhkan untuk pengolahan lebih lanjut (perhitungan biaya inventory) adalah ketebalan dan ukuran material yang dibutuhkan dalam setiap order. Dalam membuat produknya, karena keterbatasan ukuran material, PT. Meco Inoxprima melakukan pemotongan dan penyambungan plate sedemikian hingga menghasilkan sisa terbuang dan biaya yang minimum. Sebagai catatan, PT. Meco Inoxprima tidak mengijinkan adanya penyambungan dari material dengan lebar yang berbeda karena akan lebih sulit melakukannya dan menjadi kurang bagus. Langkah pertama dalam menentukan kebutuhan material ini adalah menentukan berapa banyak yang dibutuhkan suatu material dengan ukuran tertentu jika digunakan untuk membuat shell dengan ukuran yang telah ditentukan. Ini dilakukan dengan menghitung panjang dan lebar material yang dibutuhkan suatu order. Panjang dihitung dengan mencari keliling shell, sedangkan lebar berdasarkan tingginya. Karena diameter dan tinggi yang diketahui dalam satuan
5
milimeter maka harus dikonversikan menjadi dalam satuan feet (1 ft = 300.48 mm).
6
Tabel 1. Data Awal Material No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
SUS 304 Lead Time T (mm) L (feet) P (feet) / m (kg) (minggu) 1.5 4 8 3 1.5 4 1 kg 3 1.5 5 20 3 1.5 5 1 kg 3 2 4 8 2 2 4 1 kg 2 2 5 20 2 2 5 1 kg 2 3 4 8 2 3 4 1 kg 2 3 5 20 2 3 5 1 kg 2 4 4 8 2 4 4 1 kg 2 4 5 20 2 4 5 1 kg 2 5 4 8 2 5 4 1 kg 3 5 5 20 2 5 5 1 kg 3 6 4 8 3 6 4 1 kg 3 6 5 20 3 6 5 1 kg 3 8 4 8 4 8 5 20 4 10 4 8 4 10 5 20 4
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
A 1,063,500.00 27,500.00 3,335,000.00 28,500.00 1,377,500.00 29,000.00 4,209,000.00 28,500.00 2,022,000.00 28,000.00 6,114,000.00 28,000.00 2,797,000.00 28,000.00 8,588,000.00 29,000.00 3,244,000.00 29,500.00 10,691,000.00 29,500.00 3,845,000.00 28,500.00 12,600,000.00 30,000.00 5,105,000.00 15,470,000.00 6,455,000.00 21,094,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
B 969,000.00 29,000.00 2,989,000.00 26,000.00 1,280,000.00 27,000.00 4,266,000.00 27,500.00 2,132,000.00 26,000.00 5,892,000.00 28,500.00 2,757,000.00 27,000.00 8,026,000.00 28,750.00 3,175,000.00 27,250.00 10,937,000.00 27,750.00 3,992,500.00 28,500.00 12,470,000.00 29,000.00 5,355,500.00 15,486,000.00 7,100,000.00 22,278,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Supplier C 989,500.00 28,500.00 2,953,500.00 26,500.00 1,356,500.00 30,000.00 4,346,000.00 28,000.00 1,987,000.00 26,500.00 6,051,500.00 27,500.00 2,489,000.00 26,500.00 8,572,500.00 27,500.00 3,466,000.00 28,000.00 9,717,000.00 28,000.00 4,004,500.00 28,000.00 13,082,000.00 27,500.00 5,176,500.00 16,571,000.00 6,607,000.00 21,954,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
D 1,064,500.00 28,500.00 2,990,000.00 27,000.00 1,267,000.00 28,500.00 4,386,000.00 30,000.00 2,036,000.00 29,500.00 6,562,500.00 27,000.00 2,520,000.00 26,000.00 8,810,000.00 27,000.00 3,555,000.00 28,500.00 10,241,000.00 27,500.00 3,970,000.00 26,000.00 11,964,000.00 26,500.00 4,987,000.00 16,805,000.00 6,533,000.00 21,489,000.00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
E 954,000.00 27,000.00 3,010,000.00 30,000.00 1,375,500.00 29,500.00 4,406,000.00 29,500.00 1,974,000.00 28,000.00 5,918,000.00 29,000.00 2,771,000.00 30,000.00 8,092,500.00 29,500.00 3,554,000.00 29,500.00 10,434,000.00 28,000.00 4,162,500.00 29,500.00 13,051,000.00 27,000.00 5,452,000.00 17,024,000.00 6,750,000.00 21,435,000.00
Supplier Terpilih E E C B D B A B E B B D C D B D B B C D A D D D D A A A
Holding Cost Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4,403.08 124.62 13,631.54 120.00 5,847.69 124.62 19,426.15 126.92 9,110.77 120.00 27,193.85 124.62 11,487.69 120.00 37,043.08 124.62 14,653.85 125.77 44,847.69 126.92 17,746.15 120.00 55,218.46 122.31 23,016.92 71,400.00 29,792.31 97,356.92
7
Setelah diketahui panjang dan lebar yang dibutuhkan untuk membuat satu produk, dengan mempertimbangkan pula jumlah unit yang dipesan, dihitung pula kebutuhan untuk tiap-tiap ukuran material. Ini dilakukan dengan mempertimbangkan apakah mungkin satu lembar dibagi 2 secara membujur (lebarnya) kemudian membagi panjang yang dibutuhkan dengan ukuran panjang dengan pembulatan ke atas, atau untuk coil dengan menghitung massanya sesuai dengan panjang yang dibutuhkan tersebut. Setelah diketahui jumlah material yang dibutuhkan dalam satu order tersebut, dicari material mana yang paling menguntungkan berdasarkan harga. Karena PT. Meco Inoxprima selama ini mendasarkan pilihan suppliernya berdasarkan harga termurah, begitu pula dengan pemilihan material ini. Jadi, kebutuhan material yang diperoleh dikalikan dengan harga satuannya dan kemudian dipilih yang menghasilkan harga yang termurah. Namun demikian, yang patut diingat adalah bahwa coil tidak tersedia untuk plate dengan ketebalan 8 dan 10 ft, dan tidak bisa dibeli dalam jumlah kurang dari 1 ton (1 ton = 1000 kg). Ini menjadi kesepakatan agar tidak merugikan supplier.
Yj
=
1 jika dilakukan order pada supplier j; 0 jika tidak
Hi
=
holding cost produk i
D it
=
kebutuhan material produk untuk diproduksi di periode t
t pi
=
periode produksi material i
t oi
=
periode order masuk material i
Li
=
lead time material i
Hasil perhitungan inventory cost selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel 2. 3.8
Perhitungan Biaya Inventory dengan Meng-NOL-kan Holding Cost Perhitungan biaya inventory dengan meng-nolkan holding cost ini dapat dilakukan dengan memesan material tepat pada periode produksi dikurangi lead time material. Dengan demikian material datang tepat pada saat periode produksi dan tidak terjadi penyimpanan sehingga tidak timbul holding cost. Dengan demikian dapat dihitung berapa biaya inventory yang harus dikeluarkan dengan mempertimbangkan harga termurah yang ditawarkan supplier. Dengan demikian dapat dirumuskan dengan: IC Pij X ij O jY j j
3.7
Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Kondisi Existing Hasil perhitungan sebelumnya memberikan informasi kebutuhan material dari tiap order. Setelah tanggal order masuk dikonversikan menjadi periode masuk (dalam minggu ke-) maka dibuat tabel permintaan/kebutuhan material tiap periode atau tiap minggu. Dari tabel permintaan tersebut dihitung berapa biaya inventory yang harus dikeluarkan dengan mempertimbangkan harga termurah yang ditawarkan supplier. Dengan demikian dapat dirumuskan dengan:
IC
P X O Y H t t L D ij
j
ij
j
i
j
pi
oi
i
it
dimana: IC =
(1)
Inventory Cost
P ij j
=
harga beli material i dari supplier
X ij
=
jumlah material i yang dipesan dari supplier j
Oj
=
ordering cost untuk supplier j
(2)
j
Inventory Cost
P ij j
=
harga beli material i dari supplier
X ij
=
jumlah material i yang dipesan dari supplier j
Oj
=
ordering cost untuk supplier j
Yj
=
1 jika dilakukan order pada supplier j; 0 jika tidak
Hasil perhitungan inventory cost selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel 2.
j
i
i
dimana: IC =
3.9
i
i
Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Formulasi Basnet dan Leung
3.9.1 Formulasi Basnet dan Leung Basnet dan Leung (2005) memformulasikan “multi-product multi-period lot-sizing with supplier selection problem”. Notasi yang digunakan antara lain: Indeks: i = 1 ... I indeks produk (item bahan baku) j
= 1
... J
indeks supplier
8
t
= 1
... T
indeks periode waktu
Pij = harga pembelian produk i dari supplier j
supplier pada suatu periode dan 0 jika tidak. Dengan demikian constraintnya yaitu: Subject to: (6) Y jt 0 atau 1
Hi = holding cost produk i
untuk semua j dan t.
Oj = transaction cost untuk supplier j
Yang terakhir yaitu bahwa nilai Xijt harus bernilai non-negatif. Dengan demikian constraintnya yaitu: Subject to: (7) X ijt 0
Parameter: Dit = demand produk i di periode t
Variabel keputusan: Xijt = jumlah produk i yang dipesan dari supplier j pada periode t Yjt = 1 jika dilakukan order pada supplier j pada periode t; 0 jika tidak Variabel intermediate: Rit = inventory produk i yang tersisa dari periode t sampai (t+1) Dengan notasi di atas maka dapat dirumuskan fungsi tujuannya yaitu meminimasi biaya inventory yang dikeluarkan, yang terdiri dari biaya pembelian produk (purchasing cost), biaya transaksi dengan supplier (ordering cost), dan biaya penyimpanan (holding cost) tiap periode. Fungsi tujuan:
P X
Min
ij
t
j
ijt
i
O jY jt j
t
t H X Dik i t i ijk k 1 k 1 j t
(3)
3.9.2
Pengembangan formulasi Basnet dan Leung Basnet dan Leung tidak Formulasi memperhitungkan adanya lead time dari produk/material (lead time diasumsikan sama dengan nol, atau dengan kata lain barang yang dipesan tiba tepat setelah dilakukan pemesanan). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, material yang dibeli dari supplier membutuhkan jeda waktu untuk diantarkan (memiliki lead time). Karena itu dilakukan sedikit perubahan pada formulasi tersebut yang memperhitungkan lead time sehingga persamaannya berubah menjadi:
Min
P X
t pi Li
Untuk memenuhi fungsi tujuan tersebut terdapat beberapa batasan (constraint) yang berlaku. Yang pertama yaitu semua permintaan harus dipenuhi dalam periode mereka dibutuhkan, tidak diijinkan terjadinya stockout maupun backordering. Dengan demikian constraintnya yaitu: Subject to: t
untuk semua i, j, dan t.
j t pi Li
ij ( t pi Li )
i
O Y j
j ( t pi Li )
t pi Li t pi Li H X Dik i t i ijk k 1 k 1 j
Dimana: D it =
t
Rit X ijk Dik 0
ij
j
kebutuhan material i diproduksi di periode t
(8)
untuk
P ij j
=
harga beli material i dari supplier
untuk semua i dan t.
Hi
=
holding cost produk i
Yang kedua yaitu bahwa perusahaan tidak dapat memesan tanpa mengeluarkan biaya transaksi. Dengan demikian constraintnya yaitu: Subject to:
Oj
=
ordering cost untuk supplier j
Li
=
lead time material i
X ijt
=
jumlah produk i yang dipesan dari supplier j pada periode t
(5)
Y jt
=
1 jika dilakukan order pada supplier j pada periode t; 0 jika tidak
Yang ketiga yaitu bahwa nilai Yjt bernilai binary yaitu 1 jika dilakukan order kepada suatu
Rit
=
inventory produk i yang tersisa dari periode t sampai t+1
k 1
j
(4)
k 1
T Dik Y jt X ijt 0 k t untuk semua i, j, dan t.
9
Tabel 2. Inventory Cost Selama Periode Tahun 2005 Inventory Cost Purchasing Cost Ordering Cost Holding Cost Total
Rp Rp Rp Rp
Existing Biaya 6,584,126,130.00 39,750,000.00 66,339,870.05 6,690,216,000.05
Persentase 98.41% 0.59% 0.99% 100.00%
Sedangkan constraintnya menjadi: Tidak boleh terjadi shortage backordering sehingga:
Rit
t
X ij ( k L )
k L 1 j
t
D
k L 1
i(k L)
Rp Rp Rp Rp
maupun
0
(9)
untuk semua i, t, dan L. Jika dilakukan order kepada satu supplier di periode tertentu, harus dikenai ordering cost, sehingga:
T Di ( k L ) Y j (t L ) X ij ( t L ) 0 k L t
(10)
untuk semua i, j, t, dan L. Y jt bernilai binary, yaitu bernilai 1 jika dilakukan order material i kepada supplier j di periode t sehingga:
Y j (t L ) 0
atau 1 untuk semua j, t, dan L.
(11)
X ijt harus non negatif, sehingga:
X ij (t L ) 0
(12)
untuk semua i, j, t, dan L. Dengan formulasi tersebut, biaya inventory dihitung kembali dengan bantuan software Ms. Excel. Perhitungan dilakukan tiap periode selama 1 tahun. Hasil perhitungan inventory cost selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan selisih biaya yang harus dikeluarkan antara ketiga metode dapat dilihat pada tabel 3. 4.
Analisa dan Interpretasi Data
4.1 Penentuan Kebutuhan Material Data awal yang tersedia adalah data permintaan customer yang hanya mencantumkan ketebalan dan ukuran shell, sedangkan yang dibutuhkan dalam perhitungan biaya inventory adalah ukuran material yang harus dibeli dan jumlahnya. Karena itu, langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan kebutuhan material berdasarkan ketebalan dan ukuran shell.
Holding Cost=0 Biaya Persentase 6,584,126,130.00 99.35% 42,750,000.00 0.65% 0.00% 6,626,876,130.00 100.00%
Rp Rp Rp Rp
Basnet&Leung Biaya Persentase 6,589,486,630.00 99.52% 27,400,000.00 0.41% 4,082,378.10 0.06% 6,620,969,008.10 100.00%
Dalam membuat produknya, karena keterbatasan ukuran material, PT. Meco Inoxprima melakukan pemotongan dan penyambungan plate sedemikian hingga menghasilkan sisa terbuang dan biaya yang minimum. Sebagai catatan, PT. Meco Inoxprima tidak mengijinkan adanya penyambungan dari material dengan lebar yang berbeda karena akan lebih sulit melakukannya dan menjadi kurang bagus. Penghitungan material yang dibutuhkan ini untuk menentukan permintaan yang harus dilakukan kepada supplier. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa dari 28 jenis material yang diamati terdapat 6 jenis material yang tidak dibeli dari supplier sepanjang tahun 2005. Keenam material tersebut yaitu 1.5 mm x 4 feet x 1 kg, 1.5 mm x 5 feet x 1 kg, 2 mm x 4 feet x 1 kg, 4 mm x 5 feet x 1 kg, 5 mm x 5 feet x 1 kg, dan 6 mm x 5 feet x 20 feet. Perlu diingat bahwa coil (ukuran 4 feet atau 5 feet x 1 kg) tidak tersedia pada ketebalan 8 dan 10 mm dan tidak dilayani supplier manapun dengan permintaan di bawah satu ton (1 ton = 1000 kg). Material 1.5 mm x 4 feet x 1 kg dan 1.5 mm x 5 feet x 1 kg tidak pernah dibutuhkan lebih dari 1 ton. Material 2 mm x 4 feet x 1 kg pernah satu kali beratnya lebih dari 1 ton. Namun, pada saat itu yang terpilih adalah material 2 mm x 5 feet x 1 kg karena lebih sedikit membuang sisa dan harganya lebih murah pula. Material 4 mm x 5 feet x 1 kg dan material 5 mm x 5 feet x 1 kg yang juga pernah lebih dari 1 ton tersisih dengan alasan menghabiskan biaya yang lebih besar dibandingkan ukuran lain dengan ketebalan yang sama. Material 6 mm x 5 feet x 20 feet juga tak pernah terpilih karena harganya selalu lebih mahal dibandingkan material 6 mm x 4 feet x 8 feet. Kalaupun 6 mm x Coil terpilih, itu karena beratnya memang melebihi 1 ton dan lebih menghemat biaya. Karena keenam jenis material tersebut tidak terpilih sama sekali dalam satu tahun, ini mempersempit penelitian menjadi hanya 22 jenis material.
10
Tabel 3. Selisih Biaya Inventory Selisih Inventory Cost Purchasing Cost Ordering Cost Holding Cost Total
Rp Rp Rp Rp
HoldingCost=0 - Existing Biaya Persentase 0.00% 3,000,000.00 7.55% (66,339,870.05) -100.00% (63,339,870.05) -0.95%
Rp Rp Rp Rp
Material yang paling banyak digunakan untuk sheet adalah material 3 mm x 4 feet x 8 feet sebanyak 183 lembar dalam 1 tahun, sedangkan dalam bentuk coil yang paling banyak digunakan adalah material 6 mm x 4 feet x 1 kg, yaitu sebanyak 23111.2 kg dalam 1 tahun. Namun demikian, paling banyak digunakan belum tentu berarti paling sering digunakan dalam proses produksi. Berbeda dengan material 3 mm x 4 feet x 8 feet yang memang cenderung sering digunakan, material 6 mm x 4 feet x 1 kg terhitung jarang digunakan dalam suatu produk namun dalam sekali penggunaannya langsung membutuhkan banyak (panjang). Karena itu material ini memduduki peringkat teratas dalam hal jumlah yang diorder. 4.2
Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Kondisi Existing PT. Meco Inoxprima selama ini menjalankan sistem persediaannya dengan cara konvensional. Supplier diseleksi hanya berdasarkan sertifikasi yang dimiliki dan harga termurah. Supplier yang menawarkan produknya harus memiliki standard ASME Section I dan VIII Division 1, ANSI, API 650, TEMA-R, C, B, ASTM, atau DIN (AD-Merkblatt) untuk materialnya. Jika tidak, maka akan langsung ditolak oleh PT. Meco Inoxprima. Dari supplier-supplier yang memiliki sertifikasi untuk standard materialnya tersebut, dipilih supplier yang paling berani menawarkan harga termurah. Pertimbangan seperti ini menyebabkan dalam satu periode PT. Meco Inoxprima seringkali harus melakukan transaksi dengan beberapa supplier yang berbeda. Hal ini dapat mempertinggi ordering cost. Waktu pembelian material dilakukan ketika terdapat terjadi kesepakatan order produk dengan customer tanpa mempertimbangkan kapan material tersebut digunakan oleh bagian produksi (diproses). Selama tahun 2005, jangka waktu yang terlama antara pemesanan dan produksi selama 12 minggu, dengan lead time selama 2 minggu. Hal ini menyebabkan tingginya holding cost. Dalam kasus tersebut,
Basnet&Leung - Existing Biaya Persentase 5,360,500.00 0.08% (12,350,000.00) -31.07% (62,257,491.95) -93.85% (69,246,991.95) -1.04%
HoldingCost=0 - Basnet&Leung Biaya Persentase Rp (5,360,500.00) -0.08% Rp 15,350,000.00 56.02% Rp (4,082,378.10) -100.00% Rp 5,907,121.90 0.09%
holding cost yang ditanggung adalah holding cost selama 10 minggu. Mengingat holding cost adalah sebesar 24% per tahun atau 0.461% per minggu, holding cost yang harus dikeluarkan sebesar 4.61% dari harga belinya. Alasan yang seringkali dikemukakan PT. Meco Inoxprima yaitu lebih baik mengeluarkan holding cost yang kecil itu untuk mengantisipasi keterlambatan datangnya material daripada membeli sesuai kebutuhan tapi konsekuensinya terjadi keterlambatan produksi. Tidak akan jadi masalah jika keterlambatan produksi tidak menyebabkan keterlambatan pengiriman kepada customer sesuai deadline yang diajukan dalam kontrak. Jika ini terjadi, perusahaan harus memberikan kompensasi kepada customer yang dikecewakan dan/atau akan kehilangan kepercayaan customer tersebut. Meskipun demikian, kenyataannya, jarang ada supplier yang terlambat dalam mengantarkan produknya. Hasil perhitungan inventory cost selama tahun 2005 terdiri dari purchasing cost Rp 6.584.126.130,00, ordering cost Rp cost Rp 39.750.000,00, dan holding 66.339.870.05. Atau, dalam bentuk persentase terhadap total inventory cost berturut-turut adalah 98.414%, 0.594%, dan 0.992%. Selama ini ordering cost dan holding cost tidak dipertimbangkan oleh PT. Meco Inoxprima. Nilainya yang relatif kecil dibandingkan omzetnya menyebabkan PT. Meco Inoxprima beranggapan tidak perlunya kedua unsur biaya tersebut dipertimbangkan. Apalagi, biaya ini biasanya dibebankan pada customer dengan menaikkan harga produk. Seperti diketahui, karena PT. Meco Inoxprima merupakan perusahaan make to order, tidak terdapat patokan pasti mengenai harga produknya. Semua tergantung pada kontrak yang dilakukan. Dalam proses bisnisnya juga terlihat jelas bahwa sebelum kontrak dilakukan, dilakukan estimasi biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan suatu produk, yang didasarkan pula pada dana yang disediakan oleh customer. Yang dilakukan kemudian adalah menyesuaikan desain dengan estimasi biaya tersebut. Jika customer
11
menginginkan spesifikasi yang lebih baik, ia harus berani menyediakan dana dalam jumlah yang lebih besar. 4.3
Perhitungan Biaya Inventory dengan Meng-NOL-kan Holding Cost Holding cost dalam inventory bahan baku ini ditimbulkan akibat adanya penyimpanan material sebelum digunakan. Ini terjadi karena pemesanan dilakukan pada saat order datang tanpa memperhatikan kapan akan digunakan dalam proses produksi sehingga seringkali material datang jauh sebelum waktu penggunaannya. Holding Cost dalam inventory dapat di-nol-kan dengan cara memesan tepat pada waktu dibutuhkan. Agar material datang tepat pada periode produksi, pemesanan harus dilakukan tepat pada periode produksi dikurangi lead time material tersebut. Ketika periode produksi dikurangi lead time tersebut sama dengan periode order masuk, pemesanan kepada supplier dilakukan pada saat itu juga. Tetapi jika periode produksi dikurangi lead time lebih besar daripada periode order masuk, pemesanan harus ditunda terlebih dahulu. Hasil perhitungan inventory cost selama tahun 2005 totalnya adalah sebesar Rp 6.626.876.130,00 yang terdiri dari purchasing cost Rp 6.584.126.130,00 dan ordering cost Rp 42.750.000,00. Atau, dalam bentuk persentase terhadap total inventory cost berturut-turut adalah 99,35% dan 0,65%. Hasil ini diperoleh dengan melakukan pemesanan pada periode produksi dikurangi lead time dengan memesan material kepada supplier yang berani menawarkan harga terendah. Perhitungan ini tidak mempertimbangkan ordering cost yang ditimbulkan. 4.4
Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Formulasi Basnet dan Leung Formulasi Basnet dan Leung tidak memperhitungkan adanya lead time dari produk/material (lead time diasumsikan sama dengan nol, atau dengan kata lain barang yang dipesan tiba tepat setelah dilakukan pemesanan). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, material yang dibeli dari supplier membutuhkan jeda waktu untuk diantarkan (memiliki lead time). Karena itu dilakukan sedikit perubahan pada formulasi tersebut yang memperhitungkan lead time. Meskipun persamaannya diubah,
namun komponen inventory costnya tetap, yaitu purchasing cost, ordering cost, dan holding cost. Begitu pula dengan constraintnya, yaitu tidak boleh terjadi shortage maupun backordering dan jika dilakukan order kepada satu supplier di periode tertentu, harus dikenai ordering cost. Perhitungan inventory cost dengan metode ini dilakukan dengan mempertimbangkan lead time material yang dibutuhkan dan ordering cost supplier. Material dibeli dengan memperhatikan lead timenya sedemikian hingga mampu meminimasi inventory cost. Bisa jadi material tetap dibeli sebelum waktunya (misalnya plate yang dibutuhkan untuk produksi di minggu keempat dengan lead time 2 minggu seharusnya dibeli pada minggu kedua agar tidak terdapat holding cost namun dibeli pada minggu pertama). Hal ini biasanya terjadi jika holding cost yang ditimbulkan lebih sedikit dibandingkan ordering cost yang ditimbulkan jika harus memesan di dua periode berbeda dengan plate lain. Begitu pula, untuk menghemat ordering cost, terkadang dilakukan order pada satu supplier yang sama untuk dua atau lebih plate yang berbeda. Mungkin supplier tersebut hanya terendah harganya pada satu jenis plate sehingga menaikkan purchasing cost. Namun ini dapat dilakukan ketika selisih purchasing cost lebih kecil daripada ordering cost yang harus dikeluarkan jika melakukan order di dua atau lebih supplier yang berbeda. Dengan demikian, ordering cost menjadi salah satu penentu kebijakan inventory yang diambil. Hasil perhitungan inventory cost selama tahun 2005 terdiri dari purchasing cost Rp 6.589.486.630,00, ordering cost Rp 27.400.000,00, dan holding cost Rp 4.082.378,10. Atau, dalam bentuk persentase terhadap total inventory cost berturut-turut adalah 99.524%, 0.414%, dan 0.062%. 4.5 Perbandingan Ketiga Metode Perhitungan biaya berdasarkan kondisi existing menghasilkan biaya inventory yang harus dikeluarkan dalam satu tahun sebesar Rp 6.690.216.000,05. Sedangkan perhitungan biaya dengan meng-nol-kan holding cost dan formulasi Basnet dan Leung yang telah dikembangkan menghasilkan biaya inventory yang dikeluarkan berturut-turut sebesar Rp 6.626.876.130,00 dan Rp 6.620.969.008,10. Ini berarti dengan meng-nol-kan holding cost mampu menghemat Rp 63.339.870,05 atau
12
0.95% jika dibandingkan dengan kondisi existing perusahaan dan formulasi Basnet dan Leung mampu menghemat Rp 69.246.991,95 atau 1.04% dari kondisi existing perusahaan. Dengan demikian, metode meng-nol-kan holding cost menghabiskan lebih banyak biaya, yaitu sebesar Rp 5.907.121,90 atau 0.09% dibandingkan formulasi Basnet dan Leung. Meng-nolkan holding cost mampu menghemat biaya sebesar 0.95% dari total inventory cost. Penurunan biaya ini terdiri dari kenaikan ordering cost sebesar 7.55% dan meniadakan holding cost (dengan kata lain, menurunkan holding cost sebesar 100%). Dari tabel tersebut pula dapat dilihat dengan jelas, meski secara keseluruhan hanya menghemat 1.04% total biaya inventory dan justru menaikkan purchasing cost 0.08%, formulasi Basnet dan Leung mampu menghemat ordering cost sebesar 31.07% dan holding cost sebesar 93.85%. Ini berarti formulasi Basnet dan Leung juga lebih baik daripada meng-nol-kan holding cost. Hal ini dapat juga diperhatikan dari persentase unsur biayanya. Berdasarkan kondisi existing purchasing cost menghabiskan 98.414% dari keseluruhan biaya inventory, sedangkan kondisi yang memperhitungkan lead time purchasing costnya 99.254%. Sedangkan ordering costnya turun dari 0.594% menjadi 0.414% dan holding costnya dari 0.992% menjadi 0.062%. Ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode baru ini akan meningkatkan utilitas biaya yang dikeluarkan. Meskipun persentase ordering cost dan holding cost relatif kecil dibandingkan total biaya inventory sehingga selama ini diabaikan PT. Meco Inoxprima, tetap harus diperhitungkan sebagai waste dalam inventory. Karena itu, penurunan keduanya akan mengurangi waste dalam sistem inventory tersebut. 5. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisa serta interpretasi data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan sistem inventory perusahaan inventory cost selama tahun 2005 untuk 22 jenis material yang diamati sebesar Rp 6.690.216.000,05, terdiri dari purchasing cost Rp 6.584.126.130,00 (98,414%), ordering cost Rp 39.750.000,00 (0,594%), dan holding cost Rp 66.339.870,05 (0,992%).
2. Dengan meng-nol-kan holding cost, biaya inventory turun 0,95%. 3. Formulasi Basnet dan Leung memiliki asumsi lead time sama dengan nol. Karena itu persamaannya dikembangkan sesuai kondisi perusahaan, yaitu dengan memasukkan lead time dalam persamaan tersebut. 4. Penggunaan formulasi Basnet dan Leung dalam sistem inventory raw material di PT. Meco Inoxprima mampu mengurangi total biaya inventory sebesar 1.04%, dengan menaikkan purchasing cost sebesar 0.08% serta menurunkan ordering cost dan holding cost masing-masing sebesar 31.07% dan 93.85%. 5. Dari ketiga metode, yang terbaik adalah perhitungan biaya inventory dengan formulasi Basnet dan Leung. 6. Daftar Pustaka Arda, Yasemin and Hennet, Jean Claude. 2004. “Inventory Control in a Multi-supplier Systems”. International Journal of Production Economics. Ario
Wibisono. 2003. Aplikasi Metode Heuristik Pemesanan untuk Optimasi Sistem Inventory Multi Item Single Supplier dengan Permintaan Acak. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya.
Basnet, Chuda and Leung, Janny M.Y., 2005. “Inventory Lot Sizing with Supplier Selection”. Computers & Operations Research 32, 1-14. Chopra, Sunil and Meindl, Peter. 2004. Supply chain Management: Strategy, Planning, and Operation. Pearson Education International. Haksever, Cengiz and Moussourakis, John. 2004. “A Model for Optimizing MultiProduct Inventory Systems with Multiple Constraints”. International Journal of Production Economics, 97: 18-30. Tersine, Rhichard J., 1994. Principles of Inventory and Materials Management. Prentice-Hall.
13