OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA
DODY SIHONO
SKRIPSI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Optimasi Penyediaan Bahan Bakar Solar Untuk Unit Penangkapan Ikan di PPP Sungailiat, Bangka adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2008
Dody Sihono C 54104038
ABSTRAK
DODY SIHONO. Optimasi Penyediaan Bahan Bakar Solar Untuk Unit Penangkapan Ikan di PPP Sungailiat, Bangka. Dibimbing oleh Sugeng Hari Wisudo. Pengelolaan persediaan bahan bakar solar dalam kegiatan perikanan sangat diperlukan. Selain untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang selalu berfluktuatif, tujuan dari pengelolaan persediaan juga dapat mengefisienkan biaya persediaan dan sekaligus akan memaksimumkan keuntungan usaha. Kebijakan sediaan pada dasarnya dilakukan dengan menambah kuantitas pemesanan sehingga mengurangi frekuensi pemesanan untuk meminimumkan total biaya yang dikeluarkan, namun dengan mengurangi kuantitas pemesanan, dapat juga meminimumkan total biaya yang dikeluarkan. Pemesanan yang selama ini dilakukan oleh APMS dan SPDN ke Pertamina adalah sebesar 20.000 liter/pesanan. Hasil perhitungan pengendalian sediaan menghasilkan pemesanan solar APMS tahun 2006 sebesar 2.400.000 liter memiliki pemesanan optimum berkisar antara 18.201 liter/pesanan hingga 28.686 liter/pesanan. Pemesanan optimum APMS pada tahun 2007 berkisar antara 9.168 liter/pesanan hingga 22.828 liter/pesanan. Pemesanan optimum SPDN pada tahun 2007 berkisar antara 13.193 liter/pesanan hingga 25.566 liter/pesanan. SPDN yang mulai beroperasi pada Maret 2007, ternyata memberikan pengaruh besar bagi APMS karena menurunkan volume pemesanan dan penjualan solar APMS.
OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA
DODY SIHONO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
SKRIPSI Judul skripsi
: Optimasi Penyediaan Bahan Bakar Solar Untuk Unit Penangkapan Ikan di PPP Sungailiat, Bangka
Nama mahasiswa
: Dody Sihono
NRP
: C 54104038
Departemen
: Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Disetujui, Pembimbing,
Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si NIP : 131953486
Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc NIP : 131578799
Tanggal lulus : 25 Maret 2008
KATA PENGANTAR Skripsi ini berjudul “Optimasi Penyediaan Bahan Bakar Solar Untuk Unit Penangkapan Ikan di PPP Sungailiat, Bangka”. Isi skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada Pembaca mengenai tingkat penyediaan bahan bakar solar yang optimum di APMS Hendri Thamrin dan SPDN PPP Sungailiat serta pengaruh beroperasinya SPDN terhadap volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar di APMS. Penelitian berlangsung selama 21 hari (antara 11 Juli - 31 Juli 2007). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si. selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya;
2.
Dr. Eko Sri Wiyono S.Pi, M.Si; Iin Solihin S.Pi, M.Si; dan Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si atas masukan dan saran yang diberikan;
3.
Pengelola Agen Premium Minyak Solar (APMS) Hendri Thamrin dan Koperasi Himpunan Pengusaha Ikan dan Nelayan Sungailiat (HPNSI) PPP Sungailiat ;
4.
Kepala dan Karyawan Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini;
5.
Alm Ayah, ibu, kakak dan abang tercinta atas semua dorongan dan do’anya ;
6.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Maret 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Februari 1987 di Muntok, Bangka dari orang tua bernama Sihono Nugroho dan Sumarni. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2004, penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Muntok. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Optimasi Penyediaan Bahan Bakar Solar Untuk Unit Penangkapan Ikan di PPP Sungailiat, Bangka”.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xi
1
2
3
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2
Tujuan Penelitian .................................................................................
2
1.3
Manfaat Penelitian ..............................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pelabuhan Perikanan Pantai .................................................................
3
2.2
Pengendalian Sediaan ..........................................................................
3
2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4
Pengertian sediaan ................................................................... Fungsi pengendalian sediaan ................................................... Komponen biaya sediaan ......................................................... Model economic order quantity (EOQ) ...................................
3 5 6 8
2.3
Penyediaan Bahan Bakar .....................................................................
9
2.4
Konsumsi Bahan Bakar Kapal Ikan .....................................................
10
METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
12
3.2
Metode Penelitian ...............................................................................
12
3.2.1 Metode pengumpulan data ....................................................... 3.2.2 Metode analisis data ................................................................
12 13
Perumusan Masalah dan Asumsi Model Pengendalian Sediaan ........
14
3.3.1 Mekanisme dan permasalahan penyediaan solar ..................... 3.3.2 Asumsi model pengendalian sediaan bahan bakar ..................
14 15
3.3
4
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1
Keadaan Umum Daerah Sungailiat .....................................................
16
4.1.1 Keadaan geografis dan topografis ........................................... 4.1.2 Daerah dan musim penangkapan .............................................
16 17
4.2
Keadaan Umum PPP Sungailiat ..........................................................
18
4.3
Unit Penangkapan Ikan ........................................................................
18
4.4 5
4.3.1 Kapal atau perahu .................................................................... 4.3.2 Alat penangkapan ikan ............................................................ 4.3.3 Nelayan ....................................................................................
18 19 20
Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan ....................................
21
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Dimensi, Mesin dan Tingkat Konsumsi Solar Kapal di PPP Sungailiat .............................................................................................. 5.1.1 Dimensi, kekuatan mesin dan kebutuhan solar kapal di PPP Sungailiat ................................................................................. 5.1.2 Tingkat konsumsi dan proyeksi kebutuhan solar unit penangkapan ikan ...................................................................
5.2
5.3
23 23
Hasil Analisis .......................................................................................
26
5.2.1 Model pengendalian sediaan bahan bakar ............................... 5.2.1.1 Komponen biaya sediaan ........................................ 5.2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian sediaan bahan bakar ................................................ 5.2.2 Pengendalian sediaan yang dilakukan oleh Agen Premium Minyak Solar (APMS) dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN)...................................................................................... 5.2.3 Analisis sediaan solar dengan model economic order quantity (EOQ) ...................................................................................... 5.2.4 Analisis Perbandingan Volume Pemesanan dan Penjualan Solar APMS dan SPDN Tahun 2007 .......................................
26 26
Pembahasan .......................................................................................... 5.3.1 Perbandingan Pengendalian Sediaan pada Kondisi Aktual APMS dan SPDN dengan Hasil Perhitungan Model Economic Order Quantity (EOQ) ............................................. 5.3.2 Pengaruh beroperasinya SPDN terhadap APMS pada tahun 2007 ........................................................................................ 5.3.3 Perbandingan proyeksi kebutuhan solar nelayan tahun 2006 dengan penjualan solar tahun 2006 .......................................... 5.3.4 Kebijakan sediaan dan penetapan keputusan ...........................
6
23
28
33 35 37 39
39 42 43 44
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan ..........................................................................................
45
6.2
Saran .....................................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
46
LAMPIRAN .........................................................................................
48
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7
Halaman Data pengendalian sediaan solar APMS Hendri Thamrin Sungailiat Januari 2006 – Mei 2007 ............................................................................. 34 Data pengendalian sediaan solar SPDN Sungailiat Maret 2007 – Juni 2007 ............................................................................................................
34
Hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat dengan model EOQ ..................................................................
36
Hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di SPDN Sungailiat dengan model EOQ .................................................................................................
36
Perbandingan pengendalian sediaan solar APMS berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya ..........................................................................
41
Perbandingan pengendalian sediaan solar SPDN berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya ...........................................................................
41
Perbandingan volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007 ....................................................................
42
DAFTAR GAMBAR
1
Halaman Komponen-komponen biaya pengendalian sediaan (Handoko, 1985) ....... 7
2
Grafik model pengendalian sediaan (Handoko, 1985) ...............................
8
3
Perkembangan jumlah kapal atau perahu di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ..................................................................................................
19
Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ..................................................................................................
20
5
Perkembangan jumlah nelayan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ......
21
6
Perkembangan produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ..................................................................................................
21
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ..................................................................................................
22
Tingkat konsumsi solar unit penangkapan ikan di PPP Sungailiat (kuesioner) .................................................................................................
24
Tingkat konsumsi solar unit penangkapan ikan di PPP Sungailiat (perhitungan) .............................................................................................
25
10
Kekuatan mesin kapal ................................................................................
25
11
Saluran distribusi solar di PPP Sungailiat .................................................
28
12
Proses penyediaan solar APMS dan SPDN di PPP Sungailiat ..................
28
13
Volume pemesanan dan penjualan solar di APMS periode Januari 2006 - Mei 2007 .........................................................................................
30
Nilai pemesanan dan penjualan solar di APMS periode Januari 2006 - Mei 2007 .........................................................................................
31
Volume pemesanan dan penjualan solar di SPDN periode Maret 2007 - Juni 2007 ........................................................................................
31
Nilai pemesanan dan penjualan solar di SPDN periode Maret 2007 - Juni 2007 .........................................................................................
32
Perbandingan volume pemesanan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007 ......................................................................................
38
Perbandingan volume penjualan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007 .......................................................................................
39
4
7 8 9
14 15 16 17 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1
Lokasi penelitian .........................................................................................
49
2
Perkembangan jumlah kapal atau perahu di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ..................................................................................................
50
3
Perkembangan alat tangkap di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ...........
50
4
Perkembangan jumlah nelayan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ......
50
5
Produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 ...............
50
6
Tabulasi kuesioner hasil wawancara nelayan PPP Sungailiat ...................
51
7
Perincian biaya pemesanan bahan bakar solar di APMS Hendri Thamrin PPP Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 .....................................................
52
Perincian biaya pemesanan bahan bakar solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 ........................................................................................
52
Perincian biaya penyimpanan bahan bakar solar di APMS Hendri Thamrin PPP Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 ......................................
53
Perincian biaya penyimpanan bahan bakar solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 ..............................................................................
53
Volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 ..............................................
54
Volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 ..............................................................................
54
Contoh perhitungan pengendalian sediaan berdasarkan model deterministik ..............................................................................................
55
14
Jumlah alat tangkap yang mendaratkan dan kebutuhan solar tahun 2006 ...
55
15
Foto hasil penelitian ...................................................................................
56
8 9 10 11 12 13
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sektor perikanan khususnya perikanan laut sangat dominan di Kabupaten Bangka mengingat Pulau Bangka dikelilingi oleh lautan dan berbatasan dengan Laut Cina Selatan yang memiliki sumberdaya laut yang relatif besar untuk dikembangkan. Komoditi yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi seperti ikan Kerapu, Kakap Merah, Udang, Cumi-cumi, Sirip Ikan dan lain-lain. Produksi ikan di PPP Sungailiat pada tahun 2006 adalah sebesar 3.926,06 ton. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan produksi ikan di PPP Sungailiat pada tahun 2005 yang sebesar 3.629,75 ton (Laporan Tahunan PPP Sungailiat 2007). Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran strategis dalam kegiatan perikanan tangkap karena merupakan perbekalan yang paling utama dalam operasi penangkapan ikan. Pada perikanan tangkap, biaya operasional terbesar dalam operasi penangkapan ikan adalah biaya BBM yang dapat menghabiskan sekitar 30 % - 45 % dari total biaya operasional (Fauziyah, 2003). Pola konsumsi BBM pada suatu wilayah pelabuhan dapat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis armada penangkapan yang aktif beroperasi di pelabuhan tersebut. Kebutuhan BBM setiap kapal ikan dipengaruhi oleh waktu trip dan jarak daerah operasi. Permintaan bahan bakar yang cenderung mengalami peningkatan, memerlukan persediaan BBM untuk mengantisipasi permintaan yang fluktuatif. Permasalahan yang sering terjadi di PPP Sungailiat adalah permintaan konsumen yang berfluktuatif menyebabkan persediaan solar yang dimiliki tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumen sehingga terjadi pemesanan solar kepada Pertamina secara mendadak yang menyebabkan pihak penyedia solar harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan pasokan solar dengan cepat. Untuk mengatasi permasalahan mengenai persediaan BBM, diperlukan strategi pengelolaan sehingga dapat mengoptimumkan persediaan serta menekan biaya total persediaan dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Sampai saat ini penelitian mengenai model sediaan bahan bakar solar di PPP Sungailiat belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai model sediaan yang pernah dilakukan antara lain : model sediaan stokastik solar packed dealer nelayan di PPP Eretan Wetan, Indramayu (Mailany, 2005), sistem pengendalian sediaan produk udang beku (Yusnita, 2003), analisis pengendalian sediaan produk cakalang beku (Fahzuri, 1999), dan model pengendalian sediaan bahan baku untuk produk fillet kakap merah (Risfianthi, 1997).
1.2 Tujuan Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan penyediaan bahan bakar di PPP Sungailiat 2) Menduga jumlah sediaan BBM yang optimum di APMS dan SPDN 3) Mengidentifikasi pengaruh beroperasinya SPDN terhadap volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS.
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pihakpihak yang memerlukannya, diantaranya bagi pemerintah daerah terutama instansi yang terkait yang memiliki wewenang dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pembuatan kebijakan yang tepat mengenai pengembangan dan pemanfaatan PPP Sungailiat, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh masyarakat nelayan dalam pengelolaan bahan bakar agar dapat mengoptimalkan biaya operasi.
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan Pantai Pelabuhan Perikanan Pantai sebagaimana dimaksud dalam PERMEN 16 tahun 2006 ditetapkan berdasarkan kriteria teknis: a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; b. Memiliki
fasilitas
tambat
labuh
untuk
kapal
perikanan
berukuran
sekurangkurangnya 10 GT; c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 2 m; d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. Peranan pelabuhan perikanan pada hakikatnya adalah sebagai basis utama kegiatan industri perikanan tangkap, selain itu harus dapat menjamin suksesnya aktifitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna tinggi. Pelabuhan perikanan merupakan pusat kegiatan yang melibatkan berbagai komponen, seperti nelayan, pengusaha sarana produksi perikanan, penjual macam-macam jasa dan masyarakat umum. Pengelola pelabuhan perikanan sebagai instansi pemerintah dapat diandalkan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan statistik perikanan tangkap (Murdiyanto, 2002).
2.2 Pengendalian Sediaan 2.2.1 Pengertian sediaan Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang tersimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan
komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan (Handoko, 1985). Menurut Pardede (2006), teori pengendalian sediaan (Inventory Control Theory) merupakan salah satu alat riset operasi sebagai penerapan proses kemungkinan dan statistik yang bersifat objektif dan subjektif. Dijelaskan pula, sistem persediaan merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumberdaya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Menurut Taha (1982), model pengendalian sediaan dibedakan atas dua jenis yaitu model pengendalian sediaan deterministik dan model pengendalian sediaan stokastik. Pada model pengendalian sediaan deterministik permintaan pasar telah tertentu dan diketahui dengan pasti, sedangkan pada model pengendalian sediaan stokastik, permintaan pasar tidak tertentu dengan pasti akan tetapi menyebar menurut fungsi peluang. Persediaan ada beberapa jenis, setiap jenisnya mempunyai karakteristik khusus dan cara pengolahannya yang berbeda.
Menurut jenisnya, persediaan dapat
dibedakan (Handoko, 1985) : 1)
Persediaan bahan mentah (raw materials) yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi.
2)
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts atau components) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3)
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4)
Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5)
Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.
2.2.2
Fungsi pengendalian sediaan Fungsi dasar persediaan (inventory) meliputi beberapa kegiatan secara
berurutan seperti pembelian, pengolahan dan penyaluran, dimana kegiatan-kegiatan bisa independent atau bebas satu sama lain berupa bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi (Supranto, 1988). Pardede (2006), menyatakan bahwa fungsi utama pengendalian persediaan adalah menyimpan untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah atau barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi tersebut ditentukan oleh berbagai kondisi antara lain : 1)
Jangka waktu pengiriman yang relatif lama ;
2)
Jumlah yang dibeli lebih besar daripada yang dibutuhkan ;
3)
Permintaan barang bersifat musiman, sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah konstan ;
4)
Biaya untuk mencari barang pengganti atau biaya kehabisan barang (stockout cost) relatif besar. Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi
penting persediaan.
Harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk
fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi pengendalian sediaan dapat didefinisikan sebagai berikut (Handoko, 1985) :
1) Fungsi decoupling Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal kebebasan (independence).
Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. 2) Fungsi economic lot sizing Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya). 3) Fungsi antisipasi Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories).
Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi
ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
2.2.3 Komponen biaya sediaan Eriyatno (1998) menyatakan bahwa secara garis besar kontrol terhadap inventory adalah untuk meminimumkan biaya persediaan. Beberapa biaya dalam sistem sediaan yaitu : 1)
Biaya barang
2)
Biaya pemesanan
3)
Biaya pengiriman atau penyimpanan
4)
Biaya keamanan barang
5)
Biaya pengeluaran barang
Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan masalah tingkat pengendalian persediaan, salah satunya adalah faktor biaya (Yusnita, 2003). Komponen-komponen biaya pengendalian secara garis besar dibedakan atas tiga bagian menurut Supranto (1988) yaitu : 1) Biaya pemesanan (ordering cost) Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menanggung biaya pemesanan, yang meliputi antara lain : gaji pegawai, biaya telepon, biaya pengepakan dan penimbangan. 2) Biaya penyimpanan (holding cost) Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan antara lain : biaya menyimpan, biaya kerusakan, biaya asuransi, pajak, dan sebagainya. 3) Biaya kekurangan (shortage costs) Biaya yang disebabkan karena keterlambatan di dalam memenuhi permintaan atau ketidakmampuan untuk memenuhinya sama sekali, misalnya karena kehabisan stok. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya kekurangan antara lain : biaya pemesanan khusus, terganggunya operasi dan tambahan pengeluaran kegiatan manajerial.
Gambar 1 Komponen-komponen biaya pengendalian sediaan (Handoko, 1985)
Gambar 1 menunjukkan komponen dari biaya pengendalian sediaan (Handoko, 1985) adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Titik potong antara biaya peyimpanan dan pemesanan menunjukkan jumlah pemesanan yang optimum dan penjumlahan dari biaya pemesanan dan penyimpanan ini akan menghasilkan biaya total persediaan yang optimum.
2.2.4 Model economic order quantity (EOQ) Menurut Handoko (1985), tujuan model ini adalah menentukan besarnya persediaan pengaman (safety stock) untuk meminimumkan biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortages cost) dan biaya penyimpanan persediaan pengaman (holding cost).
Gambar 2 Grafik model pengendalian sediaan (Handoko, 1985) Gambar 2 menunjukkan grafik tingkat persediaan teoritik dan persediaan nyata dari waktu ke waktu.
Seperti ditunjukkan dalam gambar tersebut, ada tingkat
persediaan tertentu sebagai pengaman yang disebut safety atau buffer stock. Safety stock ini menyediakan sejumlah persediaan selama lead time. Dalam kenyataan, sering terjadi parameter-parameter model sediaan stokastik merupakan nilai-nilai
yang tidak pasti, satu atau lebih. Parameter-parameter yang merupakan variabel acak adalah permintaan tahunan (D), permintaan harian (d), lead time (L), biaya penyimpanan per unit (H), biaya pemesanan per pesanan (S), biaya kekurangan persediaan atau shortages (stock-out) cost (B), dan harga (C)
2.3 Penyediaan Bahan Bakar Bahan bakar minyak (BBM) terutama solar untuk nelayan saat ini harganya masih disubsidi oleh Pemerintah.
Satu-satunya perusahaan milik negara yang
mengelola penyaluran BBM di dalam negeri adalah Pertamina, dengan tujuan menyalurkan BBM kepada masyarakat guna memutar roda perekonomian nasional. Penyaluran BBM kepada nelayan di PP atau PPI melibatkan beberapa instansi, (Pertamina, 2003 diacu dalam Razak, 2004) yaitu : 1) Pertamina ; 2) Departemen Kelautan dan Perikanan ; 3) Tim Pelaksana Penanggulangan Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak (TP3 BBM) ; 4) Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPP HNSI) ; dan 5) Departemen Koperasi. Instansi-instansi tersebut bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : 1) Mendekatkan lokasi penyaluran BBM ke sentra-sentra nelayan ; 2) Menyediakan pasokan BBM bagi nelayan dalam jumlah yang cukup ; dan 3) Menjamin harga BBM yang dibeli nelayan sama dengan harga seperti di SPBU. Jatah BBM yang diberikan Pertamina kepada PP atau PPI ditentukan berdasarkan besarnya konsumsi BBM di PP atau PPI sendiri dengan melihat jumlah kapal, jenis kapal dan tonase kapal.
Jatah BBM juga ditetapkan berdasarkan
rekomendasi dari TP3 BBM dan juga harus disesuaikan dengan kapasitas mobil tangki (8 Kilo Liter). Lembaga-lembaga penyalur BBM pertamina saat ini sudah turut melayani kebutuhan nelayan, namun jumlah dan lokasinya terbatas (tidak menyebar). Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi kesulitan nelayan, pemerintah membangun
Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar khusus Nelayan (SPBN). Program hasil kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan dengan Pertamina ini bertujuan memberikan kemudahan bagi nelayan agar bisa mendapatkan BBM solar untuk kebutuhan operasi kapal penangkap ikan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah (Direktorat Sarana Perikanan Tangkap DKP, 2003 diacu dalam Razak, 2004). Lembaga penyalur khusus nelayan beserta kriterianya : 1)
Solar Packed Dealer (SPD) Nelayan a. SPD Nelayan darurat (embrio SPD Nelayan) -
Lokasi adalah Pelabuhan Perikanan, PPI, Desa Nelayan ;
-
Menempati areal tanah minimum 200 m2 ;
-
Berada di pantai yang memungkinkan kapal merapat ;
-
Lokasi dapat dicapai dengan mobil tangki dari Depot Pertamina ; dan
-
Memiliki fasilitas penimbunan darurat.
b. SPD Nelayan (embrio SPBN)
2)
-
Lokasi adalah Pelabuhan Perikanan, PPI, Desa Nelayan ;
-
Menempati areal tanah minimum 300 m2 ;
-
Berada di pantai yang memungkinkan kapal merapat ;
-
Lokasi dapat dicapai dengan mobil tangki dari Depot Pertamina ; dan
-
Memiliki fasilitas dispensing unit dan tangki timbun fixed.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar khusus Nelayan (SPBN) -
Lokasi adalah Pelabuhan Perikanan, PPI, Desa Nelayan ;
-
Menempati areal tanah minimum 300 m2 ;
-
Berada di pantai yang memungkinkan kapal merapat ;
-
Lokasi dapat dicapai dengan mobil tangki dari Depot Pertamina ; dan
-
Memiliki fasilitas sebagaimana SPBU pada umumnya.
2.4 Konsumsi Bahan Bakar Kapal Ikan Menurut Samsumar (2002) diacu dalam Dewi (2004) yang dimaksud dengan konsumsi bahan bakar kapal ikan adalah banyaknya jumlah bahan bakar yang dipakai
tiap satuan waktu ketika mesin beroperasi. Prosedur Tetap Pertamina (2005) mengemukakan rumusan konsumsi bahan bakar solar, yaitu hasil perkalian dari fuel consumption rate (besarnya 0,16) dengan kekuatan mesin (Horse Power /HP) serta waktu operasi mesin dalam satuan ton. Jika dikonversikan ke dalam satuan liter adalah dengan rumusan ; Konsumsi Bahan Bakar (liter) = 0,16 x HP x waktu mesin beroperasi Volume (liter) = massa (ton) / berat jenis (0,85 ton/m3) dimana kekuatan mesin atau Horse Power (HP) merupakan unit satuan kekuatan mesin atau unit daya yang besarnya sama dengan 75 m/second atau 4500 kg m/minute (Mangunsukarto dkk, 1979 diacu dalam Dewi, 2004 ). Perhitungan matematis diatas mendefinisikan bahwa konsumsi bahan bakar kapal penangkap ikan dipengaruhi oleh kekuatan mesin dan lama kerja mesin kapal penangkap ikan tersebut. Semakin besar kekuatan mesin kapal, maka semakin besar jumlah bahan bakar yang dikonsumsi oleh kapal tersebut. Demikian halnya dengan lamanya mesin kapal beroperasi, semakin lama mesin kapal bekerja atau beroperasi, maka semakin besar pula jumlah bahan bakar yang dibutuhkan. Hal lain yang mempengaruhi jumlah konsumsi bahan bakar adalah jenis mesin.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sungailiat pada Februari 2007 untuk survey awal dan dilanjutkan penelitian pada Juli 2007. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengendalian sediaan bahan bakar Agen Premium Minyak Solar (APMS) dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di Sungailiat adalah survei menggunakan studi kasus dengan mempelajari mengenai pengendalian sediaan bahan bakar di APMS dan SPDN. Hal ini dimulai dari pengamatan langsung, pendefinisian masalah dengan jelas, pengidentifikasian faktor yang berpengaruh dalam kegiatan penyediaan bahan bakar, pengembangan alternatif penyelesaian dan pemilihan penyelesaian optimal melalui perhitungan matematis. 3.2.1
Metode pengumpulan data Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer
merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung dengan mengambil 40 orang responden nelayan dengan alat tangkap yang mayoritas dioperasikan yaitu mini purse seine, gillnet, payang dan pancing serta wawancara dengan manager koperasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik kapal yaitu dimensi kapal, mesin kapal, kebutuhan solar/hari dan jumlah trip, dan halhal yang berhubungan dengan pengendalian sediaan bahan bakar di APMS dan SPDN meliputi lokasi, fasilitas, dan sistem pengelolaan persediaan yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari APMS, SPDN, Koperasi, dan Kantor Pelabuhan. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi statistik perikanan, keadaan umum daerah penelitian dan data-data tentang pengendalian sediaan. Data-data tentang pengendalian sediaan yang dikumpulkan meliputi : 1) Biaya pemesanan (ordering cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh APMS dan SPDN dalam pengadaan bahan bakar untuk persediaan. Biaya ini meliputi biaya pemesanan lewat telepon, upah pegawai, dan biaya ongkos angkut ;
2) Biaya penyimpanan (holding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pihak APMS dan SPDN untuk menangani dan menyimpan bahan bakar. Biaya ini meliputi biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, biaya listrik untuk keperluan pengisian bahan bakar, dan biaya penanganan persediaan ; 3) Harga beli dari Pertamina (Rp/liter) ; 4) Harga jual ke konsumen (Rp/liter) ; 5) Frekuensi pemesanan, yaitu frekuensi pemesanan bahan bakar yang dilakukan oleh APMS dan SPDN ke Pertamina perbulan (kali/bulan); 6) Volume pemesanan, yaitu besarnya jumlah bahan bakar yang dipesan APMS dan SPDN perbulan (liter/bulan); 7) Volume penjualan, yaitu besarnya jumlah bahan bakar yang dijual oleh APMS dan SPDN perhari (kali/hari); 8) Frekuensi penjualan, yaitu frekuensi penjualan bahan bakar yang dilakukan oleh APMS dan SPDN perhari (kali/hari). 3.2.2 Metode analisis data Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan penyediaan bahan bakar solar diidentifikasi dengan melihat jumlah permintaan konsumen akan solar, kemampuan APMS dan SPDN dalam memenuhi permintaan konsumen dilihat dari stok solar yang dimiliki dan kehadiran agen solar lain diluar pelabuhan yang menjual solar kepada nelayan dengan harga yang berbeda. Model yang digunakan untuk menghitung jumlah sediaan solar yang optimum adalah model sediaan deterministik. Untuk meminimumkan total biaya (TC) sebagai fungsi tujuan ditempuh dengan cara menurunkan biaya total (TC) terhadap tingkat persediaan (Q). Penyelesaian optimal dari fungsi tujuan TC akan diperoleh pada saat TC minimum. Secara matematis tingkat persediaan (Q) dihitung sebagai berikut (Handoko, 1985) : Q =
2 SD H
Untuk menghitung jumlah berikut :
…………………………………… (1) pesanan per tahun digunakan
rumus
sebagai
Jumlah pesanan =
D Q
…………………………………… (2)
Sedangkan untuk menghitung permintaan rata-rata per hari : d =
D Jumlah hari kerja
……….………………… (3)
Apabila diperlukan masa tenggang antara pemesanan sampai tersedianya barang di tempat, maka untuk menjaga supaya jangan terjadi kehabisan stok, harus diadakan persediaan pengaman (safety stock).
Rumus yang digunakan untuk
menentukan kuantitas reorder (R) selama lead time adalah sebagai berikut : R = dL
….…..……………………..……… (4)
dimana : R = kuantitas reorder d = permintaan per hari L = lead time Persamaan biaya total model sediaan deterministik yang diperkirakan minimum adalah : E(TC) = biaya penyimpanan + biaya pemesanan
D ⎛Q⎞ = H⎜ ⎟ + S Q ⎝2⎠
.......................................…...……
(5)
Pengaruh beroperasinya SPDN terhadap APMS diidentifikasi dengan membandingkan volume pemesanan dan penjualan solar SPDN dan APMS sejak mulai beroperasinya SPDN pada Maret 2007, kondisi fasilitas yang dimiliki, lokasi penjualan dan pelayanan dari kedua pihak. 3.3 Perumusan Masalah dan Asumsi Model Pengendalian Sediaan 3.3.1 Mekanisme dan permasalahan penyediaan solar
Kegiatan pengisian perbekalan biasanya dilakukan di zona tambat labuh. Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) yang merupakan fasilitas yang ada di zona tambat labuh. Dengan adanya SPDN ini dapat memudahkan nelayan untuk mengisi bahan bakar. Mekanisme penyediaan BBM di SPDN yang ada di PPP Sungailiat diserahkan
urusannya pada Koperasi HPINS (Himpunan Pengusaha Ikan dan Nelayan Sungailiat). Permasalahan yang sering terjadi adalah permintaan solar dari konsumen yang berfluktuasi menyebabkan persediaan yang dimiliki sering tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga memaksa pihak SPDN melakukan pemesanan mendadak kepada Pertamina dan mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan pasokan lebih cepat. Untuk Agen Premium Minyak Solar (APMS) nelayan melakukan pembelian menggunakan jirigen, mengingat lokasi APMS yang cukup jauh dari zona tambat labuh. Selain itu, permasalahan yang sering terjadi sebelum beroperasinya SPDN adalah permintaan solar dari konsumen berfluktuasi menyebabkan persediaan yang dimiliki tidak dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga pihak APMS harus melakukan pemesanan mendadak kepada Pertamina dan mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan pasokan lebih cepat. Setelah beroperasinya SPDN, masalah yang muncul adalah fasilitas yang dimiliki dan pelayanan SPDN lebih baik dari APMS dan membuat sebagian besar nelayan pindah membeli ke SPDN. 3.3.2 Asumsi model pengendalian sediaan bahan bakar
Asumsi-asumsi yang ditentukan terlebih dahulu sebelum membuat model sediaan deterministik kebutuhan bahan bakar adalah : 1) Harga bahan bakar minyak konstan ; 2) Biaya penyimpanan per liter per tahun (H) relatif konstan ; 3) Biaya pemesanan per pesanan (S) relatif konstan ; dan 4) Dimungkinkan untuk melakukan pemesanan kembali (back orders). Dalam tulisan ini yang diteliti adalah pengendalian sediaan bahan bakar di APMS dan SPDN. Kapasitas tangki yang tersedia di APMS dapat menampung 30.000 liter solar yang terbagi dalam 3 tangki dan di SPDN memiliki 2 tangki yang dapat menampung 20.000 liter solar. Apabila sebuah kapal membutuhkan pengisian bahan bakar, maka pihak pengelola SPDN/APMS dapat langsung menyediakannya saat itu. Di dalam tangki penyimpanan tersedia sejumlah stok pengaman (safety stock). Untuk perhitungan selanjutnya digunakan rumus baku yang diturunkan dari pengendalian sediaan deterministik seperti tertera pada rumus (1) sampai dengan (5).
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sungailiat 4.1.1 Keadaan geografis dan topografis
Sungailiat merupakan ibukota Kabupaten Bangka yang memiliki luas wilayah ± 2.950,68 ha. Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka yang berada disebelah pesisir timur Sumatera Bagian Selatan yaitu pada 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Batas wilayah Kabupaten Bangka adalah : 1) Sebelah utara dibatasi oleh Laut Natuna; 2) Sebelah selatan dibatasi oleh Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Tengah; 3) Sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bangka Barat, Selat Bangka dan Teluk Kelabat; dan 4) Sebelah timur dibatasi oleh Laut Natuna dan Selat Karimata. Batas wilayah Sungailiat adalah : 1) Sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Riau Silip; 2) Sebelah selatan dibatasi oleh Kecamatan Pemali; 3) Sebelah barat dibatasi oleh Kecamatan Bakam; dan 4) Sebelah timur dibatasi oleh Selat Karimata. Pada umumnya tanah Pulau Bangka berpasir, sedangkan PH tanahnya rata-rata di bawah 5. Tanah umumnya berat, berwarna abu-abu, berpasir kuarsa. Tanah bagian atas terdiri dari gromula 8,9 %, 27,7 % hitam dan 64,4 % pasir. Dilihat dari segi morfologi dan topografi, struktur tanah di Kabupaten Bangka beraneka ragam dan dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk dan keadaan tanah yaitu (Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2006/2007) : 1) Tanah berbukit sampai bergunung
5%
2) Tanah berombak dan bergelombang
51 %
3) Tanah lembah / datar
20 %
4) Tanah rawa dan bencah / datar
25 %
Menurut data stasiun Meteorologi Pangkalpinang, iklim di Kabupaten Bangka adalah iklim tropis tipe A dengan curah hujan 107,6 hingga 343,7 mm per bulan. Dengan musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim penghujan dan kemarau di Kabupaten Bangka juga dipengaruhi oleh dua musim angin, yaitu muson barat dan muson tenggara. Angin muson barat yang basah pada bulan November, Desember dan Januari banyak mempengaruhi bagian utara Pulau Bangka. Sedangkan, angin muson tenggara yang datang dari laut jawa mempengaruhi cuaca di bagian selatan Pulau Bangka (Bangka Dalam Angka 1999). Suhu rata-rata di Kabupaten Bangka menunjukkan variasi antara 25,9 hingga
27,3° Celcius. Menurut stasiun Meteorologi Pangkalpinang, suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus, dan suhu terendah terjadi pada bulan Desember dan Januari. Sementara, besarnya intensitas penyinaran rata-rata bervariasi antara 18,5 % hingga 70 %, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi, yaitu antara 77 % pada bulan Agustus hingga 89 % pada bulan Januari. Sedangkan tekanan udara memiliki pola yang cukup stabil dengan kisaran variasi yang sempit antara 1006,3 MBS hingga 10111,1 MBS. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan terendah terjadi pada bulan Desember (Bangka Dalam Angka 1999).
4.1.2
Daerah dan musim penangkapan
Secara umum iklim di selat karimata ditentukan oleh angin muson yang diakibatkan oleh perbedaan temperatur di dua benua dan Samudera.
Musim
umumnya dibedakan atas musim timur, musim barat dan musim peralihan. Musim penangkapan di PPP Sungailiat terjadi pada bulan April – Juni dan musim paceklik terjadi pada bulan September - Desember. Daerah penangkapan kapal-kapal yang berasal dari PPP Sungailiat adalah di WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) Laut Cina Selatan dan belum ada ke WPP Lain. Untuk kapal-kapal kecil daerah penangkapannya sekitar perairan Sungailiat yang dapat ditempuh 1-3 jam dari fishing base.
4.2 Keadaan Umum PPP Sungailiat
Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat terletak di tepi barat sungai Air Kantung yang merupakan bekas galian timah yang berada di bagian timur kota Sungailiat, kabupaten Bangka dan berjarak ± 32 Km dari Pangkalpinang yang merupakan ibukota Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis, PPP Sungailiat terletak pada 01°51’56” LS dan 106°07’20” BT. Batas wilayah administratif PPP Sungailiat adalah sebagai berikut : 1) Sebelah utara dibatasi oleh sungai Air Kantung ; 2) Sebelah selatan dibatasi oleh kantor Administrator Pelabuhan Pangkal Balam lokasi kerja Sungailiat dan pemukiman penduduk; 3) Sebelah barat dibatasi oleh Jalan Yos Sudarso ; dan 4) Sebelah timur dibatasi oleh sungai Air Kantung. Semua fasilitas yang ada di PPP Sungailiat disesuaikan dengan kegiatan operasional dari pelabuhan itu sendiri.
Dalam pengadaan kelancaran kegiatan
operasional di laut, salah satu fasilitas yang disediakan adalah fasilitas perbekalan yaitu Agen Premium Minyak dan Solar Hendri Thamrin dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) yang diresmikan Februari 2007 dan mekanisme penyediaan BBM yang ada SPDN diserahkan urusannya pada Koperasi HPINS (Himpunan Pengusaha Ikan dan Nelayan Sungailiat).
4.3 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam melakukan suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari : kapal atau perahu, alat tangkap dan nelayan. Keadaan unit penangkapan ikan di PPP Sungailiat dapat dijelaskan sebagai berikut : 4.3.1 Kapal atau perahu
Banyaknya produksi perikanan terutama perikanan laut yang di daratkan sangat tergantung pada armada dan alat tangkap yang digunakan. Tabel data jumlah kapal yang memanfaatkan PPP Sungailiat disajikan pada Lampiran 2 dan perkembangan jumlah kapal masuk ke PPP Sungailiat periode 2002-2006 disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Perkembangan jumlah kapal atau perahu di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Kapal yang masuk PPP Sungailiat dibedakan menjadi kapal yang mendaratkan, berkunjung dan berdomisili. Selama periode 2002-2006 jumlah kapal yang masuk ke PPP Sungailiat untuk mendaratkan hasil tangkapannya mengalami fluktuasi. Kapal yang mendaratkan pada tahun 2002 sebanyak 11.446 unit dan mengalami penurunan pada tahun 2003 menjadi 11.324 unit namun naik kembali menjadi 12.294 unit pada tahun 2004. Tahun 2005 sempat mengalami penurunan menjadi 10.922 unit, namun tahun 2006 jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya kembali naik menjadi 11.206 unit. Selama periode 2002-2006 jumlah kapal yang hanya berkunjung ke PPP Sungailiat cenderung menurun. Pada tahun 2002 sebanyak 2.485 unit dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2005 yang secara berurutan menjadi 1.702 unit pada tahun 2003, 1.249 unit pada tahun 2004 dan 858 unit pada tahun 2005. Tahun 2006, jumlah kapal yang berkunjung naik menjadi 1.074 unit. Jumlah kapal yang berdomisili di PPP Sungailiat selama periode 2002-2006 cenderung meningkat. Jumlah kapal pada tahun 2003 sama dengan tahun 2002 yaitu sebanyak 253 unit dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2006 yang secara berurutan menjadi 279 unit pada tahun 2004, 284 unit pada tahun 2005 dan 292 unit pada tahun 2006.
4.3.2
Alat penangkapan ikan
Jenis alat tangkap yang dipergunakan di Sungailiat antara lain : gillnet, pancing, purse seine, payang. Tabel jumlah alat tangkap yang ada di Sungailiat disajikan pada Lampiran 3.
Gambar 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Gambar 4 menunjukkan selama periode 2002-2006 pertumbuhan alat tangkap gillnet cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2002 sebanyak 67 unit, tahun 2003 sebanyak 78 unit, tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebanyak 90 unit dan tahun 2006 sebanyak 104 unit.
Selama periode 2002-2006 pertumbuhan alat tangkap
pancing mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tahun 2002 sebanyak 92 unit, tahun 2003 sebanyak 110 unit, tahun 2004 sebanyak 147 unit, tahun 2005 sebanyak 152 unit dan tahun 2006 sebanyak 195 unit. Selama periode 2002-2006 pertumbuhan alat tangkap purse seine cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2002 sebanyak 7 unit, tahun 2003 sebanyak 8 unit, tahun 2004, 2005 dan 2006 masing-masing sebanyak 12 unit. Pertumbuhan alat tangkap payang selama periode 2002-2006 cenderung mengalami penurunan. Tahun 2002 hingga 2004 masing-masing 60 unit dan pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebanyak 55 unit.
4.3.3 Nelayan
Nelayan di kawasan Sungailiat dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki kapal dan alat tangkap.
Nelayan pemilik bertanggungjawab dalam pengadaan
perbekalan operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bersentuhan langsung dengan kegiatan perikanan di laut. Tabel jumlah nelayan di Sungailiat disajikan pada Lampiran 4.
Gambar 5 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Gambar 5 menunjukkan perkembangan jumlah nelayan periode 2002-2006 cenderung meningkat. Tahun 2002 hingga 2004 dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan. Tahun 2002 sebanyak 1100 orang, pada tahun 2003 naik menjadi 1186 orang, tahun 2004 menjadi 1350 orang dan pada tahun 2006 menjadi 1469 orang. Tahun 2005 jumlah nelayan tetap sebanyak 1350 orang.
4.4 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan
Ikan hasil tangkapan yang dominan didaratkan dan dilelang di PPP Sungailiat antara lain : tembang, pari burung, selar bentong, lemuru, tenggiri papan, kerapu karang, bawal hitam dan tetengkek. Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 6 Perkembangan produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Gambar 6 menunjukkan produksi ikan di PPP Sungailiat, selama periode 20022006 mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Tahun 2003 terjadi penurunan
produksi dari 3.388,92 ton pada tahun 2002 menjadi 3.229,66 ton. Tahun 2004 meningkat menjadi 4.290,36 ton namun pada tahun 2005 kembali menurun menjadi 3.629,75 ton. Tahun 2006 produksi kembali meningkat menjadi 3.926,06 ton.
Gambar 7 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Gambar 7 menunjukkan nilai produksi di PPP Sungailiat selama periode 20022006 cenderung mengalami peningkatan dan hanya mengalami pertumbuhan negatif 1 kali, yaitu pada tahun 2003 yang mengalami penurunan nilai produksi dari Rp 22.836.960.000,00 pada tahun 2002 menjadi Rp 18.248.851.300,00 pada tahun 2003. Tahun 2004, 2005 dan 2006, nilai produksi di PPP Sungailiat terus mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp 29.077.966.250,00 pada tahun 2004, Rp 32.274.929.500,00 pada tahun 2005 dan Rp 32.274.929.500,00 pada tahun 2006.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dimensi, Mesin dan Tingkat Konsumsi Solar Kapal di PPP Sungailiat 5.1.1
Dimensi, kekuatan mesin dan kebutuhan solar kapal di PPP Sungailiat
Unit penangkapan ikan yang banyak beroperasi di daerah PPP Sungailiat yaitu mini purse seine, gillnet, payang dan pancing. Kapal mini purse seine memiliki ukuran panjang berkisar 9 - 13,5 m dengan lebar 1,9 – 2,9 m dan dept 0,7 – 1 m. Mesin kapal yang digunakan adalah mesin tempel dengan merk yang bermacammacam antara lain Yanmar, Jian Dong, Mitsubishi, Isuzu, Thung Fung dan Colt Diesel. Kekuatan mesin kapal antara 12 – 40 HP (Horse Power). Pengoperasian mini purse seine adalah one day fishing (ODF) dengan kebutuhan solar 20 – 90 liter/hari. Kapal gillnet memiliki ukuran panjang berkisar 7,25 - 15 m dengan lebar 1,5 – 2,5 m dan dept 0,5 – 1 m. Mesin kapal yang digunakan adalah mesin tempel dengan merk antara lain Isuzu, Jian Dong, Dong Feng, Yanmar dan Shang Hai. Kekuatan mesin kapal antara 12 – 36 HP. Nelayan hanya melakukan ODF dengan kebutuhan solar 20 – 30 liter/hari. Kapal payang memiliki ukuran panjang berkisar 7,5 - 13 m dengan lebar 1,8 – 2,8 m dan dept 0,7 – 1 m. Mesin kapal yang digunakan adalah mesin tempel dengan merk antara lain Jian Dong, Mitsubishi, Wujin, Kubota, Dong Feng dan Shang Hai. Kekuatan mesin kapal antara 19 – 26 HP. Pengoperasian payang adalah ODF dengan kebutuhan solar 25 – 60 liter/hari. Kapal pancing memiliki ukuran panjang berkisar 9 - 13 m dengan lebar 2 – 2,3 m dan dept 0,75 – 1,5 m. Mesin kapal yang digunakan adalah mesin tempel dengan merk antara lain Jian Dong, Shang Hai, Chan Dong, Wujin, Dong Feng, Yanmar dan Isuzu. Kekuatan mesin kapal antara 12 – 36 HP. Nelayan hanya melakukan ODF dengan kebutuhan solar 20 – 40 liter/hari. Tabulasi kuesioner hasil wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.3.1 Tingkat konsumsi dan proyeksi kebutuhan solar unit penangkapan ikan
Pengoperasian unit penangkapan ikan mini purse seine adalah one day fishing dengan operasi mesin 12 - 15 jam berkekuatan 36 HP berbahan bakar solar. Tingkat
konsumsi solarnya dapat dihitung melalui hasil perkalian dari fuel consumption rate (besarnya 0,16) dengan kekuatan kapal (HP) dan waktu operasi mesin (satuan jam) (Pertamina, 2005). Maka diperoleh konsumsi solarnya untuk 12 jam yaitu 0,16 x 36 HP x 12 jam = 69,12 liter dan untuk 15 jam yaitu 0,16 x 36 HP x 15 jam = 86,4 liter. Gillnet juga termasuk ODF, operasi mesin 6 – 8 jam, kekuatan mesin kapal 23 HP berbahan bakar solar. Konsumsi bahan bakarnya untuk 6 jam yaitu 0,16 x 23 HP x 6 jam = 22,08 liter dan untuk 8 jam yaitu 0,16 x 23 HP x 8 jam = 29,44 liter. Payang, juga ODF dengan operasi mesin selama 12 - 15 jam, berkekuatan 26 HP berbahan bakar solar. Konsumsi bahan bakarnya untuk 12 jam, yaitu 0,16 x 26 HP x 12 jam = 49,92 liter dan untuk 15 jam yaitu 0,16 x 26 HP x 15 jam = 62,4 liter. Unit penangkapan ikan pancing beroperasi 5 - 8 jam dengan mesin berkekuatan 20 HP. Konsumsi bahan bakarnya untuk 5 jam, yaitu 0,16 x 20 HP x 5 jam = 16 liter dan untuk 8 jam yaitu 0,16 x 20 HP x 8 jam = 25,6 liter.
Gambar 8 Tingkat konsumsi solar unit penangkapan ikan di PPP Sungailiat (kuesioner)
Gambar 8 menunjukkan konsumsi bahan bakar solar masing-masing unit penangkapan ikan berbeda. Mini purse seine menduduki peringkat teratas dengan 90 liter/trip/unit, diikuti payang sebagai kedua tertinggi dengan 60 liter/trip/unit, pancing ketiga tertinggi dengan 40 liter/trip/unit dan yang terakhir adalah gillnet dengan konsumsi solar terkecil yaitu 30 liter/trip/unit.
Gambar 9 Tingkat konsumsi solar unit penangkapan ikan di PPP Sungailiat (perhitungan)
Gambar 9 merupakan hasil perhitungan konsumsi bahan bakar solar, yang menunjukkan unit penangkapan ikan mini purse seine menduduki peringkat teratas dengan 86,4 liter/trip/unit, diikuti payang sebagai kedua tertinggi dengan 62,4 liter/trip/unit, pancing ketiga tertinggi dengan 25,6 liter/trip/unit dan yang terakhir adalah gillnet dengan konsumsi solar terkecil yaitu 22,08 liter/trip/unit.
Gambar 10 Kekuatan mesin kapal
Gambar 10 memperlihatkan, kapal mini purse seine mempunyai kekuatan mesin kapal yang terbesar dengan 36 HP sehingga membutuhkan solar yang lebih banyak, diikuti mesin kapal payang dengan kekuatan 26 HP, mesin kapal gillnet dengan kekuatan 23 HP dan yang terakhir mesin kapal pancing dengan kekuatan 20 HP.
Selama tahun 2006, tercatat jumlah kapal/perahu yang masuk ke PPP Sungailiat untuk mendaratkan sebesar 11.206 unit dan berkunjung sebesar 1.074 unit. Kapal yang masuk PPP Sungailiat untuk mendaratkan hasil tangkapan, akan melakukan pembelian bahan bakar solar kembali untuk operasi penangkapan selanjutnya. Hal serupa juga terjadi pada kapal yang berkunjung ke PPP Sungailiat. Kapal yang berkunjung ke PPP Sungailiat sebagian besar datang dari pelabuhan lain yang datang hanya untuk melakukan pembelian perbekalan melaut terutama solar, kemudian melakukan operasi penangkapan dan hasil tangkapannya didaratkan di tempat lain. Ada pula kapal yang datang hanya untuk mengikuti lelang dan membeli ikan hasil pendaratan dan sebelum kembali ke tempat asalnya juga melakukan pembelian solar. Proyeksi tingkat konsumsi solar kebutuhan nelayan tahun 2006 yang murni digunakan untuk melaut dihitung dari jumlah kapal yang mendaratkan berdasarkan data dari TPI Sungailiat pada Lampiran 14. Proyeksi jumlah solar kebutuhan nelayan gillnet tahun 2006 yaitu 2.328 unit x 22,08 liter/trip/unit = 51.402,24 liter, untuk pancing yaitu 2.202 unit x 25,6 liter/trip/unit = 56.371,20 liter, untuk mini purse seine yaitu 3.422 unit x 86,4 liter/trip/unit = 295.660,80 liter dan untuk payang yaitu 3.254 unit x 62,4 liter/trip/unit = 203.049,60 liter. Proyeksi total kebutuhan solar kapal di PPP Sungailiat pada tahun 2006 adalah 606.483,84 liter.
5.2 Hasil Analisis 5.2.1 Model pengendalian sediaan bahan bakar 5.2.1.1 Komponen biaya sediaan
Biaya persediaan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kegiatan pengendalian sediaan bahan bakar. Biaya persediaan akan menentukan jumlah persediaan bahan bakar yang disimpan secara optimal, sehingga besarnya biaya yang dikeluarkan oleh Agen Premium Minyak Solar (APMS) Hendri Thamrin dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) Sungailiat dalam pengelolaan sediaan bahan bakar dapat ditekan. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu meminimumkan biaya total persediaan. Komponen biaya persediaan yang mempengaruhi persediaan bahan bakar di APMS dan SPDN terdiri dari :
a.
Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengadaan bahan bakar untuk menunjang tersedianya persediaan bahan bakar di APMS dan SPDN yang meliputi biaya pegawai yang bekerja pada bagian pembelian, biaya telepon untuk pengadaan bahan bakar dan biaya transportasi untuk keperluan pemesanan. Biaya transportasi untuk satu kali pemesanan yaitu sebesar Rp 200.000,00. Biaya pegawai untuk satu kali pemesanan yaitu Rp 100.000,00 untuk satu orang pegawai yang bekerja pada bagian pembelian bahan bakar.
Jumlah biaya
pemesanan yang dikeluarkan tergantung pada frekuensi pemesanan, semakin sering memesan berarti semakin besar pula biaya pemesanan yang dikeluarkan. Perincian biaya pemesanan (ordering cost) APMS Januari 2006 – Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan biaya pemesanan SPDN Maret 2007 - Juni 2007 pada Lampiran 8. b.
Biaya penyimpanan (holding cost) Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan bahan bakar di dalam tangki. Biaya ini meliputi biaya pegawai dan biaya listrik untuk keperluan penyimpanan.
Biaya pegawai yang bekerja pada bagian
penyimpanan sekaligus keamanan bernilai tetap untuk tiap bulannya yaitu sebesar Rp 5.000.000,00 untuk empat orang pegawai di APMS dan Rp 4.500.000,00 untuk tiga orang pegawai di SPDN. Perincian biaya penyimpanan (holding cost) APMS Januari 2006 – Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 9 dan biaya penyimpanan SPDN Maret 2007 - Juni 2007 pada Lampiran 10. c.
Biaya Total (Total Cost) Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya pemesanan (Ordering Cost) dengan biaya penyimpanan (Holding Cost). Pada periode Januari 2006 – Mei 2007, biaya total (Total Cost) yang dikeluarkan oleh pihak APMS sebesar Rp 158.251.350,00. Pihak SPDN mengeluarkan biaya total (Total Cost) sebesar Rp 33.239.476,00 pada periode Maret 2007 – Juni 2007.
5.2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian sediaan bahan bakar
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian sediaan bahan bakar di APMS dan SPDN meliputi stok bahan bakar, harga bahan bakar dan tingkat kebutuhan konsumen terhadap bahan bakar. Gambaran saluran distribusi solar di PPP Sungailiat dapat dilihat pada Gambar 11. Skematis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian sediaan bahan bakar solar di APMS dan SPDN dapat dilihat pada Gambar 12. SPDN /APMS
Pertamina
Konsumen PENGECER (Agen Solar)
Gambar 11 Saluran distribusi solar di PPP Sungailiat
Pertamina merupakan pemasok utama solar ke SPDN dan APMS di PPP Sungailiat. SPDN dan APMS menjual solar kepada konsumen, dalam hal ini adalah nelayan dan kepada pengecer (agen solar) yang menjual solar kepada nelayan maupun konsumen lain seperti industri. APMS/SPDN Persediaan
Jual
Ya
Cukup ? Tidak
Unit Penangkapan Ikan
Kapal
Order
Transportasi Distribusi
Pertamina
Gambar 12 Proses penyediaan solar APMS dan SPDN di PPP Sungailiat
Gambar 12 menunjukkan suatu flow chart yang dapat diidentifikasi sebagai suatu aliran distribusi solar dan pengkondisian pemesanan solar, dimana APMS dan SPDN melakukan pemesanan solar ke Pertamina apabila stok bahan bakar yang dimiliki diperkirakan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan konsumen hari selanjutnya sekaligus memiliki stok baru karena lead time (waktu tunggu kedatangan pasokan) adalah 1 hari. Pasokan yang masuk akan menjadi persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen. Nelayan yang ingin melakukan pembelian solar dapat langsung melakukan pembelian dan kebutuhannya dapat langsung dipenuhi oleh pihak APMS maupun SPDN. Harga jual bahan bakar APMS dan SPDN yang berdasarkan HET (Harga Eceran Tertinggi) lebih murah daripada harga jual bahan bakar agen diluar pelabuhan sehingga nelayan lebih memilih membeli di APMS dan SPDN. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengendalian sediaan bahan bakar dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Stok bahan bakar Stok bahan bakar merupakan komponen utama yang mempengaruhi ketersediaan bahan bakar solar di APMS dan SPDN. Ketersediaan bahan bakar yang melimpah saat sedang paceklik ikan atau menurunnya operasi penangkapan para nelayan dan bahan bakar yang langka saat musim ikan atau meningkatnya operasi penangkapan para nelayan merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam pengelolaan sediaan bahan bakar. Pertamina merupakan supplier tetap yang memasok bahan bakar solar ke APMS dan SPDN dan sepanjang tahun 2006 hingga pertengahan 2007 tidak pernah ada masalah dalam pengiriman pasokan solar dari Pertamina ke APMS dan SPDN. APMS dan SPDN melakukan pemesanan 2 tangki sekaligus dalam 1 kali pemesanan yang berarti melakukan pemesanan 20.000 liter dalam satu kali pemesanan.
b.
Harga bahan bakar Harga pembelian bahan bakar ditetapkan atas dasar HET (Harga Eceran Tertinggi). APMS dan SPDN membeli solar dari Pertamina dengan harga 1 liter solar sebesar Rp 3.870,00.
Tahun 2006 hingga pertengahan 2007 harga
pembelian per liternya konstan sebesar Rp 3.870,00 karena tidak ada kenaikan harga jual. APMS dan SPDN menjual solar ke konsumen dengan harga Rp 4.300,00 per liternya. Semakin tinggi volume pemesanan maupun volume penjualan solar, maka nilai pemesanan dan nilai penjualan akan semakin tinggi. Volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat periode Januari 2006 – Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 11 dan volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di SPDN Sungailiat periode Maret 2007 - Juni 2007 dapat dilihat pada Lampiran 12.
Gambar 13 Volume pemesanan dan penjualan solar di APMS periode Januari 2006 - Mei 2007
Volume pemesanan bahan bakar relatif besar terjadi pada bulan Maret 2006 hingga Juni 2006. Hal ini disebabkan pada periode bulan tersebut merupakan musim puncak.
Pembelian bahan bakar ke Pertamina dilakukan berdasarkan jumlah
persediaan bahan bakar yang disimpan dalam tangki dan tingkat permintaan bahan bakar dari konsumen. Gambar 13 menunjukkan, beberapa bulan seperti Februari 2006 dan April 2006, volume pemesanan lebih kecil daripada volume penjualan. Hal ini disebabkan terdapatnya stok bulan sebelumnya sehingga walaupun volume pemesanan lebih kecil dari penjualan, permintaan solar akan tetap terpenuhi karena kumulatif dari stok bulan sebelumnya dengan volume pemesanan pada bulan tersebut lebih besar daripada volume penjualan. Volume pemesanan dan penjualan solar mengalami penurunan pada bulan Maret 2007 hingga Mei 2007. Hal ini dikarenakan adanya kebocoran tangki penyimpanan APMS yang menyebabkan berkurangnya
pasokan dan persediaan solar serta beroperasinya SPDN sehingga persaingan penjualan solar menjadi lebih ketat.
Gambar 14 Nilai pemesanan dan penjualan solar di APMS periode Januari 2006 - Mei 2007
Nilai pemesanan APMS ke Pertamina berbanding lurus dengan volume pemesanan. Nilai pemesanan terbesar terjadi pada bulan Maret 2006 dan Juni 2006 dengan nilai Rp 851.400.000,00. Nilai pemesanan terkecil terjadi pada bulan April 2007 dengan nilai Rp 232.200.000,00. Nilai penjualan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2006 sebesar Rp 895.690.000,00 dan terendah pada bulan April 2007 sebesar Rp 287.630.000,00. Grafik nilai pemesanan dan penjualan solar APMS periode Januari 2006 – Mei 2007 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 15 Volume pemesanan dan penjualan solar di SPDN periode Maret 2007 - Juni 2007
Volume pemesanan bahan bakar tertinggi terjadi pada bulan Juni 2007 sebesar 200.000 liter. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut adanya kebocoran tangki penyimpanan APMS yang menyebabkan berkurangnya pasokan solar APMS dan pelayanan SPDN yang lebih baik kepada nelayan. Gambar 15 menunjukkan, pada bulan yang sama, volume pemesanan lebih kecil daripada volume penjualan. Hal ini disebabkan terdapatnya stok bulan sebelumnya sebesar 26.050 liter sehingga walaupun volume pemesanan lebih kecil dari penjualan, permintaan solar akan tetap terpenuhi karena kumulatif dari stok bulan sebelumnya dengan volume pemesanan pada bulan tersebut lebih besar daripada volume penjualan. Selain bulan Juni 2007, bulan Mei 2007 juga mengalami volume pemesanan lebih kecil dari penjualan.
Gambar 16 Nilai pemesanan dan penjualan solar di SPDN periode Maret 2007 - Juni 2007
Nilai pemesanan dan penjualan terbesar terjadi pada bulan Juni 2007 dengan nilai masing-masing Rp 774.000.000,00 dan Rp 887.778.000,00. Nilai pemesanan terkecil terjadi pada bulan April 2007 dengan nilai Rp 464.400.000,00. Nilai penjualan terkecil terjadi pada bulan Maret 2007 dengan nilai Rp 495.089.100,00. Grafik nilai pemesanan dan penjualan solar SPDN periode Maret 2007 – Juni 2007 dapat dilihat pada Gambar 16. c.
Tingkat kebutuhan konsumen Permintaan konsumen terhadap bahan bakar bersifat fluktuatif, hal ini dapat menyebabkan kendala dalam penyusunan strategi penyimpanan bahan bakar.
Volume permintaan bahan bakar konsumen ke APMS dapat dilihat pada Lampiran 11 yang menggunakan keterangan volume penjualan. Lampiran 11 menunjukkan, volume permintaan konsumen terbesar terjadi pada bulan April 2006 dengan volume permintaan sebesar 208.384 liter dengan nilai penjualan Rp 896.051.200,00. Adanya permintaan bahan bakar yang cukup besar pada bulan April disebabkan adanya musim puncak. Volume permintaan terkecil terjadi pada bulan April 2007 yaitu sebesar 66.891 liter dengan nilai penjualan Rp 287.631.300,00. Volume permintaan bahan bakar konsumen ke SPDN dapat dilihat pada Lampiran 12 yang menggunakan keterangan volume penjualan. Lampiran 12 menunjukkan, volume permintaan konsumen terbesar terjadi pada bulan Juni 2007 dengan volume permintaan sebesar 206.460 liter dengan nilai penjualan Rp 887.778.000,00. Volume permintaan terkecil terjadi pada bulan Maret 2007 yaitu sebesar 115.137 liter dengan nilai penjualan Rp 495.089.100,00.
5.2.2 Pengendalian sediaan yang dilakukan oleh Agen Premium Minyak Solar (APMS) dan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN)
Perhitungan biaya persediaan berdasarkan strategi persediaan bahan bakar di APMS dan SPDN dilakukan dengan cara menganalisis biaya yang berpengaruh dalam operasional pengadaan bahan bakar dan penyimpanan bahan bakar di dalam tangki.
Biaya-biaya yang dimaksud adalah biaya pemesanan yang dikeluarkan
APMS dan SPDN untuk melakukan pemesanan solar ke Pertamina, biaya penyimpanan solar persediaan APMS dan SPDN, dan biaya total yang merupakan penjumlahan dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Identifikasi dan analisis pengendalian sediaan bahan bakar yang selama ini diterapkan di APMS Hendri Thamrin Sungailiat selama periode Januari 2006 – Mei 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data pengendalian sediaan solar APMS Hendri Thamrin Sungailiat Januari 2006 – Mei 2007 Bulan Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007
Volume Penjualan (liter) 186.620 207.630 208.320 208.060 207.420 207.720 207.100 206.680 194.360 181.400 191.010 187.400 198.275 203.046 82.579 66.891 80.996
Volume Pemesanan (liter) 200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 200.000 180.000 200.000 180.000 200.000 200.000 80.000 60.000 70.000
Holding Cost (Rp)
Ordering Cost (Rp)
Total Cost (Rp)
6.206.000 6.207.000 6.215.000 6.208.000 6.212.000 6.209.000 6.205.000 6.206.000 6.205.000 6.206.500 6.205.000 6.210.000 6.206.000 6.207.000 6.215.000 6.208.000 6.212.000
3.579.241 3.556.230 3.839.645 3.558.900 3.459.275 3.787.620 3.428.723 3.503.870 3.495.233 3.135.900 3.472.450 3.158.387 3.438.700 3.276.980 1.454.961 1.186.345 1.376.390
9.785.241 9.763.230 10.054.645 9.766.900 9.671.275 9.996.620 9.633.723 9.709.870 9.700.233 9.342.400 9.677.450 9.368.387 9.644.700 9.483.980 7.669.961 7.394.345 7.588.390
Frekuensi Pemesanan (kali/bulan) 10 10 11 10 10 11 10 10 10 9 10 9 10 10 4 3 4
Frekuensi Penjualan (kali/bulan) 836 957 1.023 982 1.082 1.091 949 927 1.023 829 902 855 859 962 403 374 421
Perhitungan terhadap biaya total persediaan bahan bakar dalam satu bulan, dilakukan dengan menjumlahkan biaya total pemesanan, dan biaya total penyimpanan dalam bulan tersebut. Biaya total tertinggi yang dikeluarkan oleh APMS dalam rangka pengadaan dan penyediaan solar periode Januari 2006 – Mei 2007 adalah pada bulan Maret 2006 dengan nilai Rp 10.054.645,00. Frekuensi penjualan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2006 sebanyak 1.091 kali dengan volume penjualan 207.720 liter. Volume penjualan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2006 sebesar 208.320 liter yang menghasilkan biaya total tertinggi. Tabel 2 Bulan Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007
Data pengendalian sediaan solar SPDN Sungailiat Maret 2007 – Juni 2007 Volume Penjualan (liter) 115.137 134.360 137.990 206.460
Volume Pemesanan (liter) 140.000 120.000 140.000 200.000
Holding Cost (Rp)
Ordering Cost (Rp)
Total Cost (Rp)
5.530.700 5.546.800 5.598.700 5.602.450
2.546.350 2.298.075 2.602.419 3.513.982
8.077.050 7.844.875 8.201.119 9.116.432
Frekuensi Pemesanan (kali/bulan) 7 6 7 10
Frekuensi Penjualan (kali/bulan) 689 739 791 961
Biaya total tertinggi yang dikeluarkan oleh SPDN dalam rangka pengadaan dan penyediaan solar periode Maret 2007 – Juni 2007 adalah pada bulan Juni 2007 dengan nilai Rp 9.116.432,00. Frekuensi penjualan tertinggi juga terjadi pada bulan Juni 2007 sebanyak 961 kali dengan volume penjualan tertingi pada periode tersebut sebesar 20.6460 liter. Identifikasi dan analisis pengendalian sediaan bahan bakar yang selama ini diterapkan di SPDN Sungailiat periode Maret 2007 – Juni 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.
5.2.3
Analisis sediaan solar dengan model economic order quantity (EOQ)
Model economic order quantity (EOQ) digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Hasil perhitungan pengendalian sediaan bahan bakar solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat berdasarkan model EOQ secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil perhitungan pengendalian sediaan bahan bakar solar di SPDN Sungailiat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di APMS dengan model EOQ perbulan mulai dari bulan Januari 2006 hingga Mei 2007. Perhitungan model EOQ menunjukkan jumlah pesanan optimum (EOQ) tiap bulannya berbeda. Nilai EOQ terbesar terjadi pada bulan Maret 2006 sebesar 28.686 liter/pesanan dengan biaya penyimpanan/unit terkecil pada periode tersebut sebesar Rp 186,64/liter. Nilai EOQ terkecil terjadi pada bulan April 2007 sebesar 9.168 liter/pesanan dengan biaya penyimpanan/unit terbesar pada periode tersebut sebesar Rp 564,57/liter. Biaya pemesanan/pesanan tertinggi juga terjadi pada bulan April 2007 sebesar Rp 395.448,33/pesanan. Biaya pemesanan/pesanan terendah terjadi pada bulan Februari 2007 sebesar Rp 327.698,00/pesanan. Biaya total tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2006 dengan nilai Rp 7.700.335,00 yang merupakan hasil penjumlahan biaya penyimpanan dan pemesanan yang bernilai masing-masing Rp 3.850.167,00. Biaya total terendah terjadi pada bulan Mei 2007 dengan nilai Rp 4.220.851,00 yang merupakan hasil penjumlahan biaya penyimpanan dan pemesanan yang bernilai masing-masing Rp 2.110.425,00.
Tabel 3
Hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat dengan model EOQ
Bulan
EOQ (liter / pesanan)
Januari 2006
25.386
200.000
7.692,31
1
7.692,31
222,16
Biaya Pemesanan /pesanan (Rp/pesanan) 357.924,10
2.819.857
Februari 2006
21.498
200.000
7.142,86
1
7.142,86
307,78
355.623,00
3.308.378
Maret 2006
28.686
220.000
7.096,77
1
7.096,77
186,64
349.058,64
April 2006
23.903
200.000
6.666,67
1
6.666,67
249,16
355.890,00
Mei 2006
19.307
200.000
6.451,61
1
6.451,61
371,20
Juni 2006
26.341
220.000
7.333,33
1
7.333,33
Juli 2006
21.770
200.000
6.451,61
1
6.451,61
Agustus 2006
18.201
200.000
6.451,61
1
6.451,61
Permintaan 1 Bulan (liter)
Permintaan Harian (liter/hari)
Lead Time (hari)
Reorder Point
Biaya Penyimpanan / unit (Rp/liter)
Total Cost (Rp)
Frekuensi (kali/ bulan)
2.819.857
5.639.713
8
3.308.378
6.616.756
9
2.676.973
2.676.973
5.353.946
8
2.977.794
2.977.794
5.955.587
8
345.927,50
3.583.401
3.583.401
7.166.802
10
218,35
344.329,09
2.875.807
2.875.807
5.751.615
8
289,37
342.872,30
3.149.882
3.149.882
6.299.765
9
423,07
350.387,00
3.850.167
3.850.167
7.700.335
11
Holding Cost (Rp)
Ordering Cost (Rp)
September 2006
21.634
200.000
6.666,67
1
6.666,67
298,71
349.523,30
3.231.167
3.231.167
6.462.333
9
Oktober 2006
19.713
180.000
6.428,57
1
6.428,57
322,78
348.433,33
3.181.540
3.181.540
6.363.081
9
November 2006
25.698
200.000
6.666,67
1
6.666,67
210,33
347.245,00
2.702.530
2.702.530
5.405.060
8
Desember 2006
21.053
180.000
6.206,90
1
6.206,90
285,03
350.931,89
3.000.404
3.000.404
6.000.808
9
Januari 2007
22.828
200.000
6.451,61
1
6.451,61
263,95
343.870,00
3.012.716
3.012.716
6.025.433
9
Februari 2007
20.789
200.000
7.142,86
1
7.142,86
303,28
327.698,00
3.152.545
3.152.545
6.305.090
10
Maret 2007
11.413
80.000
2.580,65
1
2.580,65
347,46
363.740,25
2.248.420
2.248.420
4.496.841
7
April 2007
9.168
60.000
2.000,00
1
2.000,00
564,57
395.448,33
2.587.998
2.587.998
5.175.997
7
Mei 2007
11.413
70.000
2.258,06
1
2.258,06
369,82
344.097,50
2.110.425
2.110.425
4.220.851
6
Total Cost (Rp)
Frekuensi (kali/ bulan)
Tabel 4
Hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di SPDN Sungailiat dengan model EOQ
Maret 2007
21.398
140.000
4.516,13
1
4.516,13
222,45
Biaya Pemesanan /pesanan (Rp/pesanan) 363.764,29
2.379.975
2.379.975
4.759.949
7
April 2007
13.193
120.000
4.000,00
1
4.000,00
528,12
383.012,50
3.483.747
3.483.747
6.967.495
9
Mei 2007
15.253
140.000
4.516,13
1
4.516,13
447,43
371.774,14
3.412.334
3.412.334
6.824.667
9
Juni 2007
25.566
200.000
6.666,67
1
6.666,67
215,04
351.398,20
2.748.906
2.748.906
5.497.812
8
Bulan
EOQ (liter / pesanan)
Permintaan 1 Bulan (liter)
Permintaan Harian (liter/hari)
Lead Time (hari)
Reorder Point
Biaya Penyimpanan / unit (Rp/liter)
Holding Cost (Rp)
Ordering Cost (Rp)
Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan pengendalian sediaan solar di SPDN dengan model EOQ perbulan mulai dari bulan Maret 2007 hingga Juni 2007. Perhitungan model EOQ menunjukkan jumlah pesanan optimum (EOQ) tiap bulannya berbeda. Nilai EOQ terbesar terjadi pada bulan Juni 2007 sebesar 28.686 liter/pesanan dengan biaya penyimpanan/unit terkecil pada periode tersebut sebesar Rp 215,04/liter. Nilai EOQ terkecil terjadi pada bulan April 2007 sebesar 13.193 liter/pesanan dengan biaya penyimpanan/unit terbesar pada periode tersebut sebesar Rp 528,12/liter. Biaya pemesanan/pesanan tertinggi juga terjadi pada bulan April 2007 sebesar Rp 383.012,50/pesanan. Biaya pemesanan/pesanan terendah terjadi pada bulan Februari 2007 sebesar Rp 351.398,20/pesanan. Biaya total tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2006 dengan nilai Rp 6.967.495,00 yang merupakan hasil penjumlahan biaya penyimpanan dan pemesanan yang bernilai masing-masing Rp 3.483.747,00. Biaya total terendah terjadi pada bulan Maret 2007 dengan nilai Rp 4.759.949,00 yang merupakan hasil penjumlahan biaya penyimpanan dan pemesanan yang bernilai masing-masing Rp 2.379.975,00.
5.2.4
Analisis Perbandingan Volume Pemesanan dan Penjualan Solar APMS dan SPDN Tahun 2007
APMS Hendri Thamrin yang berdiri pada tahun 2002 memegang peranan vital dalam perbekalan bahan bakar solar untuk kebutuhan melaut di PPP Sungailiat sehingga mampu melakukan penjualan hingga 200.000 liter per bulan. SPDN yang diresmikan pada Februari 2007 dan aktif beroperasi pada Maret 2007 memberikan pengaruh yang besar bagi APMS. Volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS Januari 2007 - Mei 2007 dapat dilihat pada Lampiran 11 dan volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar SPDN Maret 2007 – Juni 2007 dapat dilihat pada Lampiran 12.
Gambar 17 Perbandingan volume pemesanan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007
Gambar 17 menunjukkan bulan Januari dan Februari 2007, volume pemesanan solar APMS tidak jauh berbeda dengan volume pemesanan solar pada tahun sebelumnya yang berkisar 200.000 liter/bulan. Perubahan terlihat pada bulan Maret dan seterusnya, dimana volume pemesanan pada bulan Maret 2007 turun menjadi 80.000 liter dan mencapai pemesanan terendah pada bulan April 2007 dengan pemesanan sebesar 60.000 liter. Pada bulan Juni 2007 APMS melakukan perbaikan total tempat penjualan dan tangki persediaannya sehingga pada bulan Juni tidak ada pemesanan solar ke Pertamina. Sejak beroperasi Maret 2007, volume pemesanan SPDN selalu lebih besar daripada APMS. Mengawali beroperasi, volume pemesanan SPDN pada bulan Maret 2007 sebesar 140.000 liter. Volume pemesanan terkecil terjadi pada bulan April 2007 sebesar 120.000 liter, namun kembali meningkat pada Mei 2007 menjadi 140.000 liter dan tertinggi pada bulan Juni 2007 sebesar 200.000 liter karena meningkatnya permintaan konsumen sebagai dampak dari tidak beroperasinya APMS karena perbaikan.
Gambar 18 Perbandingan volume penjualan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007
Gambar 18 menunjukkan bulan Januari dan Februari 2007, volume penjualan solar APMS tidak jauh berbeda dengan volume penjualan solar pada tahun sebelumnya yang berkisar 200.000 liter/bulan. Perubahan mulai terlihat pada bulan Maret dimana volume penjualan turun menjadi 82.579 liter dan mencapai penjualan terendah pada bulan April 2007 dengan penjualan sebesar 66.891 liter. APMS menutup volume penjualan pada Mei 2007 sebesar 80.996 liter sebelum melakukan perbaikan total tempat penjualan dan tangki persediaannya pada bulan Juni 2007. Sejak beroperasi Maret 2007, volume penjualan SPDN selalu lebih besar daripada APMS dan selalu meningkat tiap bulannya. Volume pemesanan SPDN pada bulan Maret 2007 sebesar 115.137 liter, bulan April 2007 sebesar 134.360 liter, kembali meningkat pada Mei 2007 menjadi 137.990 liter dan tertinggi pada bulan Juni 2007 sebesar 206.460 liter.
5.3 Pembahasan 5.3.1 Perbandingan Pengendalian Sediaan pada Kondisi Aktual APMS dan SPDN dengan Hasil Perhitungan Model Economic Order Quantity (EOQ)
Model Economic Order Quantity diterapkan dengan kondisi permintaan diketahui secara pasti, ada lead time, dan ada reorder point. Tujuan digunakan model ini
adalah
untuk
mengetahui
kuantitas
optimum pemesanan
yang
dapat
meminimumkan biaya penyimpanan (holding cost) dan biaya pemesanan (ordering cost), sehingga menghasilkan biaya total (total cost) yang minimum. Hasil perhitungan dengan model ini digunakan sebagai pembanding dengan kondisi nyata (aktual) yang terjadi di lapangan untuk melihat apakah pihak APMS dan SPDN telah menjalankan pengendalian sediaan sesuai dengan perhitungan Economic Order Quantity. Tabel 5 merupakan perbandingan pengendalian solar APMS berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya pada periode Januari 2006 hingga Mei 2007. APMS selama ini melakukan pembelian solar sebesar 20.000 liter/pesanan menyesuaikan dengan kapasitas tangki yang mereka miliki yaitu 3 tangki dengan kapasitas total 30.000 liter. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pengendalian solar dengan model EOQ menghasilkan biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi aktual dengan model yang sama. Hal ini terlihat dari nilai penghematan yang diperoleh apabila menerapkan model EOQ. Penghematan terbesar terjadi pada bulan April 2007 sebesar 24,24%. Penghematan terkecil terjadi pada bulan Oktober 2006 sebesar 0,01%. Tabel 6 merupakan perbandingan pengendalian solar SPDN berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya pada periode Maret 2007 hingga Juni 2007. Pasokan solar SPDN sebesar 20.000 liter/pesanan karena hanya memiliki 2 tangki dengan kapasitas total 20.000 liter. Pengendalian solar dengan model EOQ menghasilkan biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan kondisi aktual dengan model yang sama. Penghematan terbesar terjadi pada bulan April 2007 sebesar 8,07%. Penghematan terkecil terjadi pada bulan Maret 2007 sebesar 0,23 %.
Tabel 5 Perbandingan pengendalian sediaan solar APMS berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya Bulan
Aktual
EOQ
d
l
R Aktual
R EOQ
H
S
HC Aktual
OC Aktual
HC EOQ
OC EOQ
TC Aktual
TC EOQ
Jan 06
20.000
25.386
7.692,31
1
13.032,50
7.692,31
222,16
357.924,10
2.221.585,82
3.579.241,00
2.819.856,57
2.819.856,57
5.800.826,82
5.639.713,14
Hemat (%) 2,78
Feb 06
20.000
21.498
7.142,86
1
13.697,50
7.142,86
307,78
355.623,00
3.077.800,37
3.556.230,00
3.308.378,15
3.308.378,15
6.634.030,37
6.616.756,30
0,26
Mar 06
20.000
28.686
7.096,77
1
15.542,18
7.096,77
186,64
349.058,64
1.866.366,37
3.839.645,00
2.676.972,97
2.676.972,97
5.706.011,37
5.353.945,94
6,17
Apr 06
20.000
23.903
6.666,67
1
14.633,60
6.666,67
249,16
355.890,00
2.491.571,68
3.558.900,00
2.977.793,55
2.977.793,55
6.050.471,68
5.955.587,11
1,57
Mei 06
20.000
19.307
6.451,61
1
15.690,80
6.451,61
371,20
345.927,50
3.711.980,88
3.459.275,00
3.583.400,99
3.583.400,99
7.171.255,88
7.166.801,98
0,06
Jun 06
20.000
26.341
7.333,33
1
14.744,27
7.333,33
218,35
344.329,09
2.183.499,79
3.787.620,00
2.875.807,27
2.875.807,27
5.971.119,79
5.751.614,55
3,68
Jul 06
20.000
21.770
6.451,61
1
14.704,40
6.451,61
289,37
342.872,30
2.893.718,23
3.428.723,00
3.149.882,26
3.149.882,26
6.322.441,23
6.299.764,52
0,36
Agu 06
20.000
18.201
6.451,61
1
15.820,40
6.451,61
423,07
350.387,00
4.230.690,57
3.503.870,00
3.850.167,50
3.850.167,50
7.734.560,57
7.700.335,00
0,44
Sep 06
20.000
21.634
6.666,67
1
14.992,90
6.666,67
298,71
349.523,30
2.987.050,50
3.495.233,00
3.231.166,58
3.231.166,58
6.482.283,50
6.462.333,16
0,31
Okt 06
20.000
19.713
6.428,57
1
15.378,00
6.428,57
322,78
348.433,33
3.227.844,81
3.135.900,00
3.181.540,28
3.181.540,28
6.363.744,81
6.363.080,56
0,01
Nov 06
20.000
25.698
6.666,67
1
14.920,20
6.666,67
210,33
347.245,00
2.103.318,53
3.472.450,00
2.702.530,01
2.702.530,01
5.575.768,53
5.405.060,01
3,06
Des 06
20.000
21.053
6.206,90
1
15.386,33
6.206,90
285,03
350.931,89
2.850.323,59
3.158.387,00
3.000.404,13
3.000.404,13
6.008.710,59
6.000.808,27
0,13
Jan 07
20.000
22.828
6.451,61
1
16.059,40
6.451,61
263,95
343.870,00
2.639.503,23
3.438.700,00
3.012.716,34
3.012.716,34
6.078.203,23
6.025.432,69
0,87
Feb 07
20.000
20.789
7.142,86
1
15.935,80
7.142,86
303,28
327.698,00
3.032.834,95
3.276.980,00
3.152.544,92
3.152.544,92
6.309.814,95
6.305.089,84
0,07
Mar 07
20.000
11.413
2.580,65
1
7.780,25
2.580,65
347,46
363.740,25
3.474.590,48
1.454.961,00
2.248.420,26
2.248.420,26
4.929.551,48
4.496.840,51
8,78
Apr 07
20.000
9.168
2.000,00
1
7.022,33
2.000,00
564,57
395.448,33
5.645.689,34
1.186.345,00
2.587.998,32
2.587.998,32
6.832.034,34
5.175.996,65
24,24
Mei 07
20.000
11.413
2.258,06
1
7.441,75
2.258,06
369,82
344.097,50
3.698.200,00
1.204.341,25
2.110.425,27
2.110.425,27
4.902.541,25
4.220.850,54
13,90
Bulan
Aktual
EOQ
d
l
R Aktual
Mar 07
20.000
21.398
4.516,13
1
Apr 07
20.000
13.193
4.000,00
1
Mei 07
20.000
15.253
4.516,13
Jun 07
20.000
25.566
6.666,67
Tabel 6 Perbandingan pengendalian sediaan solar SPDN berdasarkan EOQ dengan kondisi aktualnya R EOQ
H
S
HC Aktual
OC Aktual
HC EOQ
OC EOQ
TC Aktual
TC EOQ
Hemat (%)
6.384,86
4516,13
222,45
363.764,29
2224470,10
2.546.350,00
2.379.974,67
2.379.974,67
4.770.820,10
4.759.949,34
0,23
7.872,83
4000,00
528,12
383.012,50
5281157,76
2.298.075,00
3.483.747,50
3.483.747,50
7.579.232,76
6.967.495,00
8,07
1
7.479,71
4516,13
447,43
371.774,14
4474306,72
2.602.419,00
3.412.333,63
3.412.333,63
7.076.725,72
6.824.667,27
3,56
1
7.159,50
6666,67
215,04
351.398,20
2150404,94
3.513.982,00
2.748.906,01
2.748.906,01
5.664.386,94
5.497.812,02
2,94
5.3.2
Pengaruh beroperasinya SPDN terhadap APMS pada tahun 2007
Sebagai penyedia solar utama terbesar di PPP Sungailiat sejak tahun 2002, APMS memberikan peranan yang sangat penting bagi penyediaan perbekalan melaut nelayan Sungailiat. Penerapan harga eceran tertinggi sesuai dengan harga bahan bakar bersubsidi dari Pemerintah, membuat APMS yang merupakan milik perseorangan, kebanjiran permintaan solar dari nelayan, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan harga solar ditingkat pengecer atau agen luar pelabuhan. Sebagai bentuk kerjasama Pertamina dengan Pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan, pada Februari 2007 diresmikan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di PPP Sungailiat. Kehadiran SPDN ini memberikan warna baru dalam penyediaan solar di PPP Sungailiat sekaligus memberikan pengaruh yang besar bagi APMS yang telah berdiri lebih dulu sebelum adanya SPDN dalam persaingan penjualan solar kepada nelayan. Tabel 7
Bulan Januari Februari
Perbandingan volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS dan SPDN Januari - Juni 2007 Volume Pemesanan APMS (liter) 200.000
Selisih (%) -
Volume Penjualan APMS (liter) 198.275
Selisih (%) -
200.000
0
203.046
2,41
80.000
-60,00
82.579
-59,33
April
60.000
-25,00
66.891
Mei
70.000
16,67
80.996
Juni
-
Maret
-
-
Volume Pemesanan SPDN (liter) -
-
Volume Penjualan SPDN (liter) -
-
-
Selisih (%)
Selisih (%) -
140.000
-
115.137
-
-19,00
120.000
-14,29
134.360
16,70
21,09
140.000
16,67
137.990
2,70
-
200.000
42,86
206.460
49,62
Tabel 7 menunjukkan, beroperasinya SPDN pada Maret 2007 sangat memberikan pengaruh bagi APMS. Terjadi penurunan pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS hingga lebih dari 50 %. Volume pemesanan pada bulan Maret 2007 menurun 60 % dari 200.000 liter menjadi 80.000 liter. Volume pemesanan bulan April kembali menurun 25 % dibandingkan dengan bulan Maret, namun kembali meningkat pada bulan Mei sebesar 16,67 %. Volume penjualan pada bulan Maret 2007 menurun 59,33 % dari 203.046 liter menjadi 82.579 liter. Volume pemesanan bulan April kembali menurun 19 % dibandingkan dengan bulan Maret,
namun kembali meningkat pada bulan Mei sebesar 21,09 %. Beberapa penyebab yang dapat diidentifikasi antara lain, lokasi SPDN yang lebih dekat dengan zona tambat labuh, sehingga nelayan lebih mudah untuk melakukan pembelian bahan bakar solar karena lokasinya lebih dekat dengan kapal mereka daripada membeli di APMS yang lokasinya lebih jauh. Penyebab lain adalah adanya fasilitas tangki penyimpanan APMS yang mengalami kebocoran, sehingga mengurangi pasokan persediaan sejak Maret 2007. Pada bulan Juni 2007, APMS melakukan perbaikan tempat penjualan bahan bakarnya sehingga tidak melakukan pemesanan ataupun penjualan bahan bakar. Hal ini menyebabkan meningkatnya volume pemesanan dan penjualan di SPDN. SPDN yang dikelola Koperasi Himpunan Pengusaha Ikan dan Nelayan Sungailiat (HPINS) memiliki hubungan yang lebih erat dengan nelayan karena sebagian nelayan menjadi anggota koperasi dan fasilitas dispensing unit yang dimiliki SPDN lebih modern sehingga takarannya lebih tepat.
5.3.3
Perbandingan proyeksi kebutuhan solar nelayan tahun 2006 dengan penjualan solar tahun 2006
Hasil proyeksi kebutuhan solar nelayan PPP Sungailiat tahun 2006 menunjukkan jumlah 606.483,84 liter. Permintaan konsumen selama tahun 2006 ke APMS yang dalam hal ini sebagai penyedia utama solar terbesar di PPP Sungailiat sebelum beroperasinya SPDN adalah 2.393.423 liter. Terdapat penjualan solar berlebihan sebesar 1.786.939,16 liter oleh pihak APMS. Hal ini menunjukkan bahwa solar yang dijual oleh pihak APMS digunakan tidak hanya untuk kebutuhan melaut. Salah satu pembelian solar yang dapat diidentifikasi yang digunakan bukan untuk kebutuhan melaut adalah pembelian yang dilakukan oleh nelayan yang memiliki usaha sebagai agen solar luar pelabuhan yang menjual solar kepada nelayan lain ataupun pihak lain diluar pelabuhan dengan harga lebih tinggi. Agen ini biasanya melakukan penjualan solar kepada nelayan yang tidak mampu membeli solar dengan perjanjian terlebih dahulu antara kedua belah pihak. Penjualan juga dilakukan kepada pihak industri pertambangan timah inkonvensional.
Pembelian yang lain adalah pembelian solar oleh nelayan untuk kebutuhan menambang timah. Nelayan seringkali menjadi perpanjangan tangan pihak-pihak diluar pelabuhan dalam hal ini industri pertambangan timah inkonvensional untuk membeli solar bersubsidi di APMS dalam jumlah besar dengan perjanjian, nelayan dapat ikut bergabung dalam pertambangan timahnya, karena apabila harus membuka lahan pertambangan sendiri, akan membutuhkan biaya yang sangat besar, sementara dari pihak nelayan untuk melaut saja terkadang sangat sulit untuk membeli solar.
5.3.4
Kebijakan sediaan dan penetapan keputusan
Hasil analisis dapat memberikan informasi kebijakan sebagai langkah pemecahan masalah sediaan bahan bakar. Kebijakan sediaan tidak hanya dilakukan dengan menambah kuantitas pemesanan sehingga mengurangi frekuensi pemesanan untuk meminimumkan total biaya yang dikeluarkan. Analisis pada tulisan ini membuktikan bahwa dengan mengurangi kuantitas pemesanan dapat juga meminimumkan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan dilakukan perbulan karena terjadinya fluktuasi pemesanan dan penjualan solar. Pihak APMS dan SPDN selama ini melakukan pemesanan solar ke Pertamina sebanyak 20.000 liter/pesanan, namun pada Mei 2007 APMS melakukan satu kali pemesanan sebanyak 10.000 liter agar pada akhir bulan Mei, persediaan yang dimiliki tepat habis sebelum tangki penyimpanan dibongkar pada Juni 2007 untuk perbaikan total. Tidak terdapat kendala apabila menerapkan strategi pengelolaan sediaan. Fasilitas tangki penyimpanan yang dimiliki dapat memenuhi jumlah pesanan optimum hasil perhitungan EOQ yang artinya tidak diperlukan penambahan tangki penyimpanan. Ini berarti bahwa kebijakan yang paling tepat untuk diterapkan oleh pihak APMS dan SPDN agar biaya yang dikeluarkan paling kecil adalah dengan menerapkan model pengendalian sediaan EOQ.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian sediaan bahan bakar di APMS meliputi stok bahan bakar, harga beli bahan bakar, dan tingkat kebutuhan konsumen terhadap bahan bakar. 2) Pemesanan solar APMS tahun 2006 sebesar 2.400.000 liter memiliki pemesanan optimum berkisar antara 18.201 liter/pesanan hingga 28.686 liter/pesanan. Pemesanan optimum APMS pada tahun 2007 berkisar antara 9.168 liter/pesanan hingga 22.828 liter/pesanan. Pemesanan optimum SPDN pada tahun 2007 berkisar antara 13.193 liter/pesanan hingga 25.566 liter/pesanan. 3) Beroperasinya SPDN pada Maret 2007 memberikan pengaruh besar bagi APMS. Volume pemesanan dan penjualan bahan bakar solar APMS menurun drastis hingga lebih dari 50 %.
6.2 Saran
APMS Hendri Thamrin perlu memperbaiki fasilitas penyimpanan dan meningkatkan pelayanan. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan APMS dan SPDN dalam satu pelabuhan perikanan dalam penyediaan bahan bakar solar.
DAFTAR PUSTAKA Dewi DFR. 2004. Pola Konsumsi dan Distribusi Bahan Bakar Kapal Ikan di Pelabuhanratu. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Bogor : IPB Press. 147 hal. Fanzuri MS. 1999. Analisis Pengendalian Sediaan Produk Cakalang Beku di PT Sultra Tuna Samudera Kendari [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Fauziyah. 2003. Dampak Kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) terhadap Pendapatan Usaha Nelayan Gillnet dan Rawai di PPN Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Farham Surrey England : Fishing News Book Ltd. Handoko HT. 1985. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : Balai Pustaka Fakultas Ekonomi. Kabupaten Bangka. Salinan Peraturan Daerah Kabupaten Bangka. http://www.bangka.go.id/sources/perda/p2001_07.doc. (15 Januari 2008). Mailany H. 2005. Model Sediaan Stokastik Solar Packed Dealer Nelayan di PPP Eretan Wetan, Indramayu [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Mulyono S. 2004. Riset Operasi (Edisi Revisi). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Murdiyanto B. 2002. Pelabuhan Perikanan Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional, Antrian Kapal. Bogor : PSP FPIK IPB. Pardede PM. 2006. Manajemen Operasi dan Produksi Teori, Model dan Kebijakan. Yogyakarta : Andi. Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat. 2007. Laporan Tahunan 2006. PPP Sungailiat.
Pemerintah Kabupaten Bangka. Kondisi http://www.bangka.go.id/iklim_cuaca.htm. (21 Januari 2008).
Geografis.
------------ http://www.bangka.go.id/keadaan tanah.htm. (21 Januari 2008). ------------ http://www.bangka.go.id/letak geografis.htm. (21 Januari 2008). ------------ http://www.bangka.go.id/pertanian.htm. (27 Maret 2008). Pertamina. 2005. PT.Pertamina (Persero), Indonesia–Corporate Website Info Aktual Harga BBM. http://www.pertamina.com.html. (21 Januari 2008). Numberi F. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan. http://www.papua.go.id/ddpperik/Regulasi/PERMEN/PER-16_MEN_2006.pdf. (31 Maret 2008). Razak M. 2004. Analisis Sistem Distribusi Solar dalam Menunjang Aktivitas Nelayan di PPI Muara Angke Jakarta [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Risfianthi ME. 1997. Model Pengendalian Sediaan untuk Produk Fillet Kakap Merah di PT Danaumatano Persada Raya, Jakarta [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Siahaan M. 1990. Studi tentang Model Antrian dan Pengendalian Sediaan di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Supranto J. 1988. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta : Universitas Indonesia-Press. Taha HA. 1982. Operation Research An Introduction. Third Edition. New York : Macmillan Publishing Co, Inc. Wisudo SH. 1990. Analisa Model Antrian Penyortiran Udang di Pabrik Pengolahan Udang Beku (Studi Kasus di PT Holang Jaya, Graha, Jakarta) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Yusnita I. 2003. Studi Pengendalian Sediaan Produk Udang Beku di PT Suri Tani Pemuka Cold Storage Banyuwangi, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lokasi penelitian
Sumber : Kantor PPP Sungailiat
Lampiran 2 Tahun
Perkembangan jumlah kapal atau perahu di PPP Sungailiat periode 2002-2006
Perahu atau Kapal Mendaratkan Berkunjung Domisili
2002
11.446
2.485
253
2003
11.324
1.702
253
2004
12.294
1.249
279
2005
10.922
858
284
2006 11.206 1.074 292 Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat (2007)
Lampiran 3 Tahun
Perkembangan alat tangkap di PPP Sungailiat periode 2002-2006 Jenis Alat Tangkap Gillnet
Pancing Purse Seine
Payang
2002
67
92
7
60
2003
78
110
8
60
2004
90
147
12
60
2005
90
152
12
55
2006 104 195 12 55 Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat (2007)
Lampiran 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 Tahun
Nelayan (Orang)
Petumbuhan (%)
2002
1100
-
2003
1186
7,82
2004
1350
13,83
2005
1350
0
2006 1469 8,81 Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat (2007)
Lampiran 5 Produksi hasil tangkapan di PPP Sungailiat periode 2002-2006 Tahun
Jumlah (Ton) Pertumbuhan (%)
Nilai (Rupiah)
Pertumbuhan (%)
2002
3.388,92
-
22.836.960.000,00
-
2003
3.229,66
-4,70
18.248.851.300,00
-20,09
2004
4.290,36
32,84
29.077.966.250,00
59,34
2005
3.629,75
-15,40
32.274.929.500,00
10,99
2006
3.926,06
8,16
45.412.336.250,00
40,70
Jumlah
18.464,75
147.851.043.300,00
Rata-rata
3.692,25
29.570.208.660,00
Sumber : Kantor Pelabuhan Perikanan Pantai Sungailiat (2007)
Lampiran 6 Tabulasi kuesioner hasil wawancara nelayan PPP Sungailiat Mesin Kapal Alat Tangkap
Dimensi Kapal (m^3) P L D (m) (m) (m) 12 2,7 0,95 12,5 2,9 0,85 9 1,9 1 13,5 2,1 0,9 9,5 1,7 0,8 15 2,75 0,8 13,05 1,4 0,9 9,25 2 0,7 10,5 2 0,8 10 2,1 0,8
No.
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhardi Amis Muhammad Aris Nurlian Amirudin Tusin Mile H. M. Nurdin Andi Aziz Supardi Josep Andi Harjuna
Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine Mini Purse Seine
Yanmar Jian Dong Mitsubishi Isuzu Thung Fung Isuzu Isuzu Isuzu Isuzu Colt Diesel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Josep Syahdan Mulyono Ilham Bandung Lie Soci Fong Leo Sandri Sakka Sarina Bakri Sarmin
Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet Gillnet
Isuzu Jian Dong Dong Feng Jian Dong Isuzu Yanmar Yanmar Shang Hai Isuzu Yanmar
36 23 16 23 36 12 18 22 36 12
8,5 9 8 9 15 10 6 7,75 15 7,25
2,5 2 2,3 2,4 2,5 2,1 1,5 1,9 2,5 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ambo Rusli M. Azis Durik Bakareng Muin Salba H. Mullar Kadir Erut Sakka Abu
Payang Payang Payang Payang Payang Payang Payang Payang Payang Payang
Jian Dong Mitsubishi Wujin Kubota Dong Feng Jian Dong Jian Dong Dong Feng Shang Hai Jian Dong
23 19 20 22 24 23 24 26 26 23
9 9 13 7,5 9 11 9 12 8,75 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abdul Azis Normi Sabang Hawi Mustakin Herman Petta Hole H. M. Nurdin Andi Toesin Muhammad
Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing Pancing
Jian Dong Shang Hai Chan Dong Wujin Dong Feng Yanmar Yanmar Isuzu Yanmar Jian Dong
20 24 16 20 20 15 15 36 12 23
10,5 9 11 9,5 11 11 10 9 9 13
Merk
HP / PK 33 33 40 36 20 36 36 36 36 12
Solar / hari (liter)
Trip / bulan
60 60 90 50 20 60 20 20 60 20
21 26 21 16 21 16 21 21 21 21
1 0,9 1,6 0,8 1 0,9 0,5 0,9 0,8 0,8
30 30 30 30 30 30 20 30 30 20
18 21 21 18 18 21 21 20 18 21
2,5 1,8 2,2 2 2 2,1 2,3 2,5 2,8 2,25
0,9 0,8 0,8 0,7 0,9 0,7 0,8 1 0,8 0,9
25 25 25 25 25 25 25 25 25 60
21 21 21 21 18 21 21 21 21 26
2,15 2,3 2,15 2 2,1 2,2 2 2 2 2
0,85 0,8 0,94 1,5 0,9 0,9 0,75 0,85 0,8 1,4
40 25 20 20 20 20 20 20 30 20
21 21 21 21 20 20 21 21 21 21
Lampiran 7 Perincian biaya pemesanan bahan bakar solar di APMS Hendri Thamrin PPP Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 Bulan Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007
Frekuensi Pemesanan (kali)
Jumlah Bahan Bakar (liter)
10 10 11 10 10 11 10 10 10 9 10 9 10 10 4 3 4
200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 200.000 180.000 200.000 180.000 200.000 200.000 80.000 60.000 70.000
Biaya Transportasi (Rp) 2.000.000 2.000.000 2.200.000 2.000.000 2.000.000 2.200.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1.800.000 2.000.000 1.800.000 2.000.000 2.000.000 800.000 600.000 700.000
Biaya Pegawai (Rp) 1.000.000 1.000.000 1.100.000 1.000.000 1.000.000 1.100.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 900.000 1.000.000 900.000 1.000.000 1.000.000 400.000 300.000 400.000
Biaya Telepon (Rp) 579.241 556.230 539.645 558.900 459.275 487.620 428.723 503.870 495.233 435.900 472.450 458.387 438700 276980 254961 286345 276390
Ordering Cost (Rp)
OC / JBB
3.579.241 3.556.230 3.839.645 3.558.900 3.459.275 3.787.620 3.428.723 3.503.870 3.495.233 3.135.900 3.472.450 3.158.387 3.438.700 3.276.980 1.454.961 1.186.345 1.376.390
17,8962 17,7812 17,4529 17,7945 17,2964 17,2165 17,1436 17,5194 17,4762 17,4217 17,3623 18 17,1935 16,3849 18,187 19,7724 19,6627
S 357.924,10 355.623,00 349.058,64 355.890,00 345.927,50 344.329,09 342.872,30 350.387,00 349.523,30 348.433,33 347.245,00 350.931,89 343.870,00 327.698,00 363.740,25 395.448,33 344.097,50
Lampiran 8 Perincian biaya pemesanan bahan bakar solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 Bulan
Frekuensi Pemesanan (kali)
Jumlah Bahan Bakar (liter)
Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007
7 6 7 10
140.000 120.000 140.000 200.000
Biaya Transportasi (Rp) 1.400.000 1.200.000 1.400.000 2.000.000
Biaya Pegawai (Rp) 700.000 600.000 700.000 1.000.000
Biaya Telepon (Rp) 446.350 498.075 502.419 513.982
Ordering Cost (Rp) 2.546.350 2.298.075 2.602.419 3.513.982
OC / JBB 18,1882 19,1506 18,5887 17,5699
S 363.764,29 383.012,50 371.774,14 351.398,20
Lampiran 9 Perincian biaya penyimpanan bahan bakar solar di APMS Hendri Thamrin PPP Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 Bulan Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 April 2006 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 September 2006 Oktober 2006 November 2006 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007
Jumlah Bahan Bakar (liter) 27.935 20.167 33.300 24.916 16.735 28.436 21.443 14.669 20.773 19.228 29.501 21.787 28.785 30.858 21.779 12.877 2.380
Biaya Listrik (Rp) 1.206.000 1.207.000 1.215.000 1.208.000 1.212.000 1.209.000 1.205.000 1.206.000 1.205.000 1.206.500 1.205.000 1.210.000 1.206.000 1.207.000 1.215.000 1.208.000 1.212.000
Biaya Pegawai (Rp) 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
Holding Cost (Rp) 6.206.000 6.207.000 6.215.000 6.208.000 6.212.000 6.209.000 6.205.000 6.206.000 6.205.000 6.206.500 6.205.000 6.210.000 6.206.000 6.207.000 6.215.000 6.208.000 6.212.000
HC/Jb 222,16 307,78 186,64 249,16 371,2 218,35 289,37 423,07 298,71 322,78 210,33 285,03 215,6 201,15 285,37 482,1 369,82
Lampiran 10 Perincian biaya penyimpanan bahan bakar solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 Bulan Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007
Jumlah Bahan Bakar (liter) 24.863 10.503 12.513 26.053
Biaya Listrik (Rp) 1.030.700 1.046.800 1.098.700 1.102.450
Biaya Pegawai (Rp) 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Holding Cost (Rp) 5.530.700 5.546.800 5.598.700 5.602.450
HC/Jb 222,45 528,12 447,43 215,04
Lampiran 11 Volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di APMS Hendri Thamrin Sungailiat Januari 2006-Mei 2007 Bulan Jan 2006 Feb 2006 Mar 2006 Apr 2006 Mei 2006 Jun 2006 Jul 2006 Agu 2006 Sep 2006 Okt 2006 Nov 2006 Des 2006 Jan 2007 Feb 2007 Mar 2007 Apr 2007 Mei 2007
Stok Bulan Sebelumnya (liter) 10.000 27.935 20.167 33.300 24.916 16.735 28.436 21.443 14.669 20.773 19.228 29.501 21.787 23.512 20.466 17.887 10.996
Volume Pemesanan (liter) 200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 220.000 200.000 200.000 200.000 180.000 200.000 180.000 200.000 200.000 80.000 60.000 70.000
Nilai Pemesanan (Rp) 774.000.000,00 774.000.000,00 851.400.000,00 774.000.000,00 774.000.000,00 851.400.000,00 774.000.000,00 774.000.000,00 774.000.000,00 696.600.000,00 774.000.000,00 696.600.000,00 774.000.000,00 774.000.000,00 309.600.000,00 232.200.000,00 270.900.000,00
Volume Penjualan (liter) 186.620 207.630 208.320 208.384 207.420 207.720 207.100 206.680 194.360 181.400 191.010 187.400 198.275 203.046 82.579 66.891 80.996
Stok Akhir Bulan (liter) 27.935 20.167 33.300 24.916 16.735 28.436 21.443 14.669 20.773 19.228 29.501 21.787 23.512 20.466 17.887 10.996 0
Nilai Penjualan (Rp) 805.282.500,00 893.402.400,00 889.528.100,00 896.051.200,00 895.178.300,00 895.685.700,00 890.069.900,00 889.128.200,00 833.752.800,00 780.643.500,00 815.826.100,00 807.170.200,00 852.582.500,00 873.097.800,00 355.089.700,00 287.631.300,00 348.282.800,00
Lampiran 12 Volume serta nilai pemesanan dan penjualan solar di SPDN Sungailiat Maret 2007 - Juni 2007 Bulan Maret April Mei Juni
Stok Bulan Sebelumnya (liter) 0 10.503 12.513 26.053
Volume Pemesanan (liter) 140.000 120.000 140.000 200.000
Nilai Pemesanan (Rp) 541.800.000,00 464.400.000,00 541.800.000,00 774.000.000,00
Volume Penjualan (liter) 115.137 134.360 137.990 206.460
Stok Akhir Bulan (liter) 24.863 10.503 12.513 26.053
Nilai Penjualan (Rp) 495.089.100,00 577.748.000,00 593.357.000,00 887.778.000,00
Lampiran 13 Contoh perhitungan pengendalian sediaan berdasarkan model deterministik Diketahui : Jumlah permintaan 1 periode (D) Jumlah hari kerja dalam 1 tahun Lead time Biaya penyimpanan (H) Biaya pemesanan (S) Jumlah pemesanan (Q)
= 2.400.000 liter = 355 hari = 1 hari = Rp 281,98 per liter = Rp 349.795,62 per pesanan
=
2 SD H
=
2 × 349.795,62 × 2.400.000 = 77.164,75 liter/pesanan 281,98
Permintaan harian (d)
=
2.400.000 D = 6.760,56 liter/hari = Jumlah hari kerja 355
Frekuensi pemesanan
=
2.400.000 D = 31 kali dalam setahun = Q 77.164,75
Kuantitas reorder (R)
= dL = 6.760,56 × 1 = 6.760,56 liter per hari
Total biaya yang dikeluarkan (TC)
= biaya penyimpanan + biaya pemesanan D ⎛Q⎞ = H⎜ ⎟ + S Q ⎝2⎠ 2.400.000 ⎛ 77.164,75 ⎞ = 281,98⎜ ⎟ + 349.795,62 2 77.164,75 ⎝ ⎠ = Rp 21.758.885,27
Lampiran 14 Jumlah alat tangkap yang mendaratkan dan kebutuhan solar tahun 2006 Jenis Alat Tangkap Tahun Total Pancing Mini Purse Seine Payang Gillnet 11.206 2006 2.328 2.202 3.422 3.254 Solar (liter / trip / unit) Solar/tahun (liter)
22,08 51.402,24
Sumber : PPP Sungailiat (2008)
25,6 56.371,20
86,4 295.660,80
62,4 203.049,60 606.483,84
Lampiran 15 Foto hasil penelitian
Unit penangkapan ikan di dermaga PPP Sungailiat.
APMS Hendri Thamrin dalam perbaikan.
SPDN PPP Sungailiat.