Artikel
OPTIMALISASI PERAN TP PKK DALAM MEMBANGUN KELUARGA SEHAT BERKETAHANAN Oleh: Drs. Mardiya
Seakan sudah menjadi tradisi, keluarga yang sehat dalam arti sehat secara fisik maupun non fisik, dari masa ke masa menjadi dambaan setiap keluarga. Karena hanya dengan kondisi keluarga yang sehat, sebuah keluarga akan lebih mudah mencapai tahapan sejahtera yang diidentikkan dengan tercukupinya kebutuhan hidup materiil dan spirituil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi selaras dan seimbang antar anggotanya dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Sayangnya, keluarga sehat yang diimpikan oleh setiap keluarga sulit dicapai di era sekarang ini. Belakangan ini banyak kasus keluarga yang orangtua dan anak-anaknya rentan terhadap penyakit karena lingkungan fisik (rumah dan luar rumah) yang kumuh dan tidak terjaga kebersihannya. Endemi penyakit demam berdarah di banyak daerah di Indonesia yang sulit sekali diberantas, adalah salah satu contoh dari rendahnya kualitas lingkungan fisik keluarga. Sementara di negeri ini masih terdapat tidak kurang dari 11,8 juta keluarga yang rumahnya berlantai tanah yang dipastikan lembab, kurang sanitasi, tiadanya tempat pembuangan limbah rumah tangga yang memadai, serta pekarangan rumah yang cenderung tak terawat. Ini belum termasuk tercemarnya lingkungan sosial budaya oleh pengaruh globalisasi dan informasi yang terbuka tanpa batas. Saat ini bukanlah hal yang sulit, menemukan anak atau remaja dengan pola hidup yang tidak sehat,
seperti
suka
merokok,
minum-minuman
keras
dan
mabuk-mabukan,
menyalahgunakan narkoba atau menganut paham seks bebas. Hal yang terakhir tersebut telah meresahkan para orangtua khususnya yang memiliki anak perempuan. Ini jelas menjadi keprihatinan bersama, karena dalam lingkungan keluarga itulah akan terlahir individu-individu yang menjadi harapan bangsa untuk meneruskan pembangunan. Bagaimana mungkin mereka dapat diharapkan perannya dalam pembangunan bila ternyata kondisi mereka sendiri tidak sehat baik secara jasmani
maupun rohani. Apa pula jadinya bila pemimpin di negeri ini adalah orang-orang yang “ternoda” dengan segala perilakunya yang buruk, kepribadiannya yang ecek-ecek dan moral agamanya yang lemah. Menghadapi kenyataan yang demikian, keluarga harus digugah kepeduliannya untuk dapat melihat kenyataan yang terjadi. Sekarang ini keluarga memang telah banyak berubah. Penelitian LPKGM-FK UGM tahun 2001 lalu di Purworejo, Jawa Tengah, menemukan fakta bahwa keluarga sekarang tidak lagi mampu menjadi tempat aman bagi anggotanya karena harmonisasi keluarga yang melemah.
Suatu keadaan yang telah
menjungkirbalikkan peranan keluarga yang ada selama ini. Adalah tidak terlalu sulit untuk menyebutkan beberapa contoh ketidakharmonisan keluarga saat ini, seperti tingginya angka perselingkuhan, perceraian, kekerasan terhadap anak dan perempuan, serta segudang persoalan lainnya. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, dalam lingkup internal keluarga, hubungan antar anggota keluarga sekarang ini tidak seharmonis dulu. Baik antara suami isteri sebagai orangtua, orangtua dengan anak maupun antara sesama anak.
Perbedaan
pandangan dan pendapat saja sekarang ini menjadi pemicu kurang harmonisnya hubungan suami isteri yang berujung pada terjadinya perselisihan dan ketidaksetiaan antara sesama pasangan. Bila hal ini terus dibiarkan tanpa kendali, maka akan terjadi berbagai kasus perselingkuhan yang menyebabkan terjadinya keretakan rumahtangga dan perceraian. Hal tersebut jelas akan mengurangi penghormatan anak terhadap orangtua. Kasus ini tidak hanya terjadi di kalangan keluarga miskin, tetapi juga terjadi pada keluarga berada, pejabat dan publik figur seperti artis, seniman dan lain-lain. Retaknya hubungan orangtua akan berdampak pada kurang harmonisnya hubungan antara orangtua dan anak maupun sesama anak. Anak menjadi kehilangan pegangan sehingga tidak jarang mengakibatkan kegoncangan jiwanya. Dalam kasus yang lebih ringan, meskipun tidak terjadi keretakan rumah tangga, terjalinnya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sekarang ini sudah menjadi barang yang mahal. Ketatnya persaingan dan perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup seiring dengan semakin modernnya kehidupan, telah mengakibatkan para orangtua lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari nafkah daripada mengurus anak
sehingga anak menjadi kurang terperhatikan. Mereka merasa sendiri dan kesepian. Bahkan tidak sedikit anak yang merasa asing dan tidak nyaman di tengah-tengah orangtuanya, manakala setiap bertemu ibu bapaknya selalu hanya dimarahi, kurang ini itu, dan sebagainya. Dampaknya perkembangan emosi dan jiwa anak menjadi terganggu. Karena merasa kecewa, sebagian anak mencari pelampiasan dengan melakukan tindakan untuk menarik perhatian orangtua. Sayangnya, upaya yang dilakukan cenderung negatif dan melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Atas dasar kenyataan tersebut memang sudah saatnya keluarga khususnya para orangtua harus lebih peduli terhadap kondisi keluarganya. Keluarga harus dipertahankan sebaik mungkin agar tetap dapat melaksanakan fungsi-fungsinya terutama yang berkaitan dengan fungsi reproduksi dalam keluarga. Kasus-kasus yang terjadi, terutama yang terkait dengan kehidupan seks bebas pada remaja yang telah menyebabkan kehamilan dan banyaknya kasus aborsi, harus segera ditindaklanjuti oleh keluarga dengan upaya antisipatif agar hal-hal yang menghancurkan masa depan keluarga tidak terjadi lagi. PKK yang merupakan kepanjangan dari Pembinaan Ketahanan Keluarga merupakan salah satu dari gerakan ibu-ibu sebagai pendamping suami untuk mencapai kemuliaan keluarga. Kemuliaan yang dimaksud adalah keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin. Karena bahagia, sejahtera lahir dan batin dalam konteks operasional ditandai dengan ketahanannya yang tinggi seiring dengan dapat dilaksanakannya 8 fungsi keluarga (fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan) maka tidalah terlalu salah bila sasaran akhir dari kegiatan PKK adalah mencapai keluarga yang sehat dan berketahanan. Ketahanan keluarga yang dimaksud adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir maupun kebahagiaan batin. Sebagaimana diketahui, di Daerah Istimewa Yogyakarta, PKK sudah begitu melembaga baik di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa. Bahkan belakangan PKK dengan berbagai kegiatannya telah merambah hingga ke tingkat dusun dan RT. Agar pengelolaannya efektif maka di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa telah dibentuk Tim Pembina (TP) PKK yang fungsinya selain mengkoordinir kegiatan,
juga memfasilitasi berbagai kegiatan dalam rangka menunjang berbagai
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di wilayahnya masing-masing, termasuk di antaranya adalah dalam rangka membangun keluarga yang sehat berketahanan. PKK memiliki sepuluh program pokok yang kemudian lebih dikenal sebagai “Sepuluh Program Pokok PKK”. Kesepuluh program pokok tersebut adalah: (1) Penghayatan dan pengamalan Pancasila; (2) Gotong royong; (3) Pangan; (4) Sandang; (5) Perumahan dan tata laksana rumah tangga; (6) Pendidikan dan ketrampilan; (7) Kesehatan; (8) Pengembangan kehidupan koperasi; (9) Kelestarian lingkungan hidup; (10) Perencanaan sehat. Dengan sepuluh program pokok PKK tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa TP PKK memiliki agenda dan tujuan yang sangat mulia, yaitu ingin mencapai kemajuan dan kesejahteraan keluarga yang menjadi dambaan setiap keluarga. Supaya dalam pelaksanaannya dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka TP PKK membentuk Kelompok Kerja (Pokja) dengan spesifikasi penanganan yang khusus. Pokjapokja tersebut (sekarang ada empat pokja) berjalan seiring dan saling melengkapi sehingga koordinasi di antara keempat pokja tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. Dengan demikian fungsi dan peran TP PKK dalam menciptakan keluarga yang sehat dan berketahanan sangat besar mengingat kedudukannya yang sangat strategis. Karena TP PKK menjadi motor penggerak sekaligus motivator, dinamisator dan fasilitator kegiatan. TP PKK baik di tingkat propinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa selalu bergerak aktif melakukan pembinaan dan penyuluhan pada masyarakat dan ibu-ibu anggota dengan harapan hasil pembinaan dan penyuluhan tersebut di bawa dan diterapkan oleh ibu-ibu di keluarganya masing-masing. Sehingga ibu sebagai pendamping suami dapat berperan lebih optimal dalam ikut mewujudkan keluarga yang sehat dan berketahanan. Tidak sekedar hanya mengurusi dapur, sumur dan kasur yang notabene hanya sebagai pelayanan suami. Namun demikian, selama ini masih sangat dirasakan oleh masyarakat dan ibu-ibu anggota PKK bahwa peran TP PKK selama ini belum optimal walaupun kemanfaatan kegiatan yang selama ini dilakukan telah dapat dirasakan. Belum optimalnya peran yang dimainkan oleh TP PKK ini sebagai akibat keterbatasan sumber daya manusia, sumber
dana, waktu dan tenaga. TP PKK memiliki banyak keterbatasan SDM karena pengurus tim penggerak khususnya di tingkat desa umumnya tidak berpendidikan tinggi, sehingga jangkauan pengetahuan dan wawasannya belum cukup mampu menerjemahkan sekaligus mengembangkan program-program PKK agar lebih variatif, menarik dan berdaya ungkit tinggi dalam rangka mewujudkan keluarga yang sehat dan berketahanan. Sementara itu, masalah pendanaan kegiatan juga masih sangat minim mengingat dukungan dari APBDes umumnya juga relatif kecil, sementara bila mengacu pada program dan kegiatan yang mestinya dilaksanakan, dibutuhkan dana yang mencukupi agar pelaksanaannya bisa optimal. Sedangkan dilihat dari sisi waktu dan tenaga, ibu-ibu TP PKK umumnya adalah ibu pekerja, entah sebagai PNS, wiraswastawan, karyawan perusahaan dan lain-lain sehingga praktis waktu dan tenaga yang disediakan sangat terbatas. Dengan ketersediaan waktu dan tenaga yang terbatas, maka hasilnya juga sulit untuk mencapai harapan. Mendasarkan pada kenyataan tersebut, maka upaya optimalisasi peran TP PKK dalam membangun keluarga sehat berketahanan paling tidak harus menyentuh tiga substansi yang mendasar yaitu: (1) Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan TP PKK melalui pendidikan dan pelatihan, orientasi, seminar dan sejenisnya yang dilakukan oleh TP PKK di level yang lebih tinggi dengan memanfaatkan tenaga-tenaga yang ahli di bidangnya; (2) Meningkatkan sumber-sumber pendanaan untuk memperlancar kegiatan TP PKK baik melalui APBDes, APBD maupun APBN. Selain itu bila memungkinkan, dukungan dana dari para pengusaha atau donatur lainnya juga sangat diperlukan terutama untuk membiayai berbagai kegiatan yang mengerahkan massa seperti bazar, pasar murah, pameran produk dan sebagainya; (3) Guna mengatasi keterbatasan waktu dan tenaga, TP PKK perlu mendidik secara profesional tenaga penyuluh yang khusus untuk membantu tugas-tugas KIE-konseling yang diemban oleh TP PKK. Tenaga penyuluh yang dimaksud berposisi seperti Juru Penerang
(Jupen) sehingga kebijakan dan program maupun
kegiatan yang hendak dijalankan oleh TP PKK Desa dapat segera diketahui oleh masyarakat umum maupun anggota PKK di seluruh pelosok wilayah. Bila ketiga upaya tersebut dapat dilakukan, maka diyakini akan mampu mengoptimalkan fungsi dan peran TP PKK dalam membangun keluarga sehat berketahanan terlepas dari tantangan dan permasalahan lain yang dihadapi. Dengan optimalnya peran TP PKK, maka program-program dan kegiatan yang memiliki daya
ungkit tinggi untuk menuju keluarga yang sehat dan berketahanan akan dapat dicapai dengan mudah, termasuk dalam rangka mengatasi berbagai persoalan yang membuat keluarga sulit untuk mencapai kesejahteraannya. Seiring dengan visi program KB yang baru yakni “Seluruh Keluarga Ikut KB” dan misi “ Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” sudah selayaknya bila upaya-upaya memberdayakan TP PKK agar dapat fungsi dan perannya dapat lebih optimal, kita dukung bersama. Terlebih kita telah samasama menyadari bahwa TP PKK memiliki andil yang sangat besar untuk ikut mewujudkan keluarga yang sehat dan berketahanan.
Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Remaja sekaligus Pengelola Sanggar Karya Tulis Keluarga “Nidya Pena” Sentolo Kulonprogo. HP. 081328819945 email:
[email protected]