OPTIMALISASI PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN KAJIAN EXTENDED PRODUCER RESPONSIBILITY (EPR) DI KABUPATEN MAGETAN Endah Tri Wahyuni, Sunarto dan Prabang Setyono Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak Sebagian besar masyarakat memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang bisa di manfaatkan. Paradigma lama pengelolaan sampah “kumpul-angkut-buang” dapat memberi beban berat ke TPA. Untuk mencapai pengelolaan persampahan yang optimal, sudah waktunya ada perubahan paradigma pengelolaan sampah menjadi paradigma baru yaitu pengurangan dan penanganan dari sumber sampah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui upaya optimalisasi pengelolaan sampah di Kabupaten Magetan melalui partisipasi masyarakat dan kajian Extended Producer Responsibility (EPR). Penelitian dilakukan di daerah layanan persampahan Kabupaten Magetan untuk mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam system pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) dan mengkaji program EPR. Untuk mengetahui partisipasi dunia industry terhadap program EPR dilaksanakan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisa deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan program 3R di Kabupaten Magetan mampu mereduksi sampah yang masuk ke TPA terutama sampah organik karena diolah menjadi kompos. Namun pengelolaan sampah 3R tersebut masih menyisakan residu berupa sampah anorganik terutama plastik kemasan produk yang tidak dapat didaur ulang oleh masyarakat dan tidak memiliki nilai jual. Dengan konsep EPR, sampah kemasan produk tersebut dikembalikan ke produsen untuk dikelola sendiri atau melalui pihak ketiga. Pelaksanaan EPR dalam industri melalui penggantian bahan baku yang lebih ramah lingkungan, pengurangan bahan yang dapat menghasilkan sampah, penggunaan ulang maupun pendauran ulang sampah kemasan. Mekanisme pengembalian sampah kemasan dari konsumen ke produsen dapat dilakukan melalui bank sampah, potongan harga maupun penggantian dengan uang tunai. Penerapan EPR akan mengurangi sampah kemasan yang masuk ke TPA sehingga memperpanjang umur TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Kata kunci : pengelolaan sampah, partisipasi masyarakat, 3R, EPR
Email:
[email protected] 8
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Pendahuluan Sebagian besar masyarakat memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang bisa di manfaatkan. Pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat masih bertumpu pada pendekatan akhir yaitu pengumpulan sampah, pengangkutan dan pembuangan sampah ketempat pembuangan akhir. Hal tersebut dapat member beban berat ke TPA. Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos ataupun untuk bahan baku industri. Kabupaten Magetan memiliki luas wilayah 688,8474 km2 dengan jumlah penduduk 699.248 jiwa (BAPPEDA Kabupaten Magetan, 2012). Penduduk kabupaten magetan tersebar pada 18 kecamatan. Sedangkan luas daerah pelayanan persampahan adalah 21,41 km2 dengan jumlah penduduk daerah pelayanan adalah 47.682 jiwa. Dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk maka produksi sampah akan semakin meningkat dimana laju timbulan sampah yang masuk ke TPA mencapai ± 149,15 m3/hari. Lahan TPA Milangasri Kabupaten Magetan yang dibangun pada Tahun 1997 seluas 2,5 Ha saat ini sudah overload sehingga dibangun TPA yang baru seluas 1,5 Ha pada Tahun 2011. Dengan asumsi masa pakai TPA adalah 8 tahun, maka apabila manajemen persampahan yang lama masih digunakan TPA Milangasri akan habis masa pakainya pada Tahun 2018. Pendekatan pengelolaan sampah ini diupayakan untuk bergeser ke arah pendekatan penanganan mulai dari sumber. Dengan asas ini, pengelolaan sampah tidak
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
lagi berfikir untuk memusnahkan sampah yang telah dihasilkan tetapi melakukan upaya-upaya pada saat sampah tersebut belum dibuang ke TPA. Usaha pemanfaatan dapat memperlambat eksploitasi sumber daya alam serta menjadi nilai tambah yang bermanfaat. Hasil proses dari daur ulang akan memberikan nilai jual yang cukup tinggi, misalnya kompos, plastik dan kertas. Menindaklanjuti kebijakan nasional pembangunan bidang persampahan (Undang-undang No. 18 Tahun 2008 dan Permen PU No. 21/PRT/M/2006) yang salah satu targetnya adalah pengurangan volume sampah melalui program 3R (reduce, reuse, recycle) dan Extended Producer Responsibility (EPR) diperlukan kesadaran dan komitmen semua stakeholder termasuk kelompok masyarakat dan dunia industri sebagai penghasil sampah dalam mewujudkan sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kabupaten Magetan telah menerapkan praktik 3R, namun sampah anorganik terutama sampah kemasan produk yang tidak dapat dimanfaatkan dan tidak memiliki nilai jual pada akhirnya menjadi residu yang bermuara di TPA. Oleh karena itu perlu dikaji penerapan program EPR (Extended Producer Responsibility) dimana sampah anorganik tidak bermuara di TPA tetapi melibatkan produsen untuk mengelola kembali sampah yang telah dihasilkannya. Kajian terhadap konsep EPR diperlukan untuk mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh industri dalam hal pengelolaan sampah serta bagaimana mekanisme pelaksanaan EPR di masyarakat. Persoalan sampah bisa berkurang jika pemerintah bersinergi dengan masyarakat dan dunia industri serta memberikan porsi yang semakin meningkat untuk berperan serta aktif dalam pengelolaan sampah. Diharapkan dengan strategi pengelolaan yang tepat dapat
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
9
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
mengurangi sampah yang masuk ke TPA sehingga akan memperpanjang masa pakai TPA Milangasri Kabupaten Magetan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui upaya optimalisasi pengelolaan sampah di Kabupaten Magetan melalui partisipasi masyarakat dan kajian Extended Producer Responsibility (EPR) sehingga penelitian ini dapat memberi masukan kepada Pemerintah Kabupaten Magetan dalam pengambilan keputusan strategis dibidang persampahan serta kepada masyarakat dalam pengelolaan persampahan.
berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/ Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA). Pada Tinjauan Pustaka tahap pembuangan akhir/pengolahan, Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah akan mengalami pemrosesan sampah adalah limbah yang bersifat padat baik secara fisik, kimia maupun biologis terdiri dari zat organik dan zat anorganik sedemikian hingga tuntas penyelesaian yang dianggap tidak berguna lagi dan seluruh proses. harus dikelola agar tidak membahayakan Konsep pengelolaan sampah lingkungan dan melindungi investasi 3R menurut buku pedoman 3R berbasis pembangunan. Sedangkan meurut UU RI masyarakat di kawasan permukiman Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan meliputi reduce, reuse, dan recycle. sampah, sampah adalah sisa kegiatan a. Reduce atau Pengurangan Volume sehari-hari manusia dan/atau proses alam Reduce atau reduksi sampah merupakan yang berbentuk padat. upaya untuk mengurangi timbulan Timbulan sampah adalah sampah di lingkungan sumber dan bahkan banyaknya sampah yang timbul dari dapat dilakukan sejak sebelum sampah masyarakat dalam satuan volume maupun dihasilkan. berat per kapita perhari, atau perluas b. Reuse atau Penggunaan Kembali bangunan, atau perpanjang jalan (SNI 19- Reuse berarti menggunakan kembali bahan 2454-2002). Data timbulan sampah sangat atau material agar tidak menjadi sampah penting diketahui untuk menentukan (tanpa melalui proses pengolahan). fasilitas setiap unit pengelolaan sampah dan c. Recycle atau Daur Ulang kapasitasnya misalnya fasilitas peralatan, Recycle adalah mendaur ulang suatu kendaraan pengangkut dan rute angkutan, bahan yang sudah tidak berguna (sampah) fasilitas daur ulang, luas dan jenis TPA. menjadi bahan lain setelah melalui proses Secara umum pengelolaan pengolahan, atau mengolah botol/plastik sampah di perkotaan dilakukan melalui bekas menjadi biji plastik untuk dicetak 3 tahapan kegiatan, yakni pengumpulan, kembali menjadi ember, hanger, pot, dan pengangkutan dan pembuangan sebagainya, atau mengolah kertas bekas akhir. Pengumpulan diartikan sebagai menjadi bubur kertas dan kembali dicetak pengelolaan sampah dari tempat asalnya menjadi kertas dan lain-lain. sampai ke tempat pembuangan sementara Prinsip 3R dalam pengelolaan sampah erat sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada kaitannya dengan prinsip pembangunan tahapan ini digunakan sarana bantuan berkelanjutan (sustainable development), 10
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat khususnya dalam pelaksanaan penghematan sumber daya (resource efficiency) dan penghematan energi (energy efficiency). Dengan menjalankan prinsip 3R maka terjadi upaya pengurangan ekstraksi sumber daya karena sebagian bahan baku dapat terpenuhi dari sampah yang didaurulang dan sampah yang diguna-ulang. Bank sampah merupakan salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah, ditemukan satu solusi inovatif untuk ‘memaksa’ masyarakat memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah. Selain sebagai salah satu solusi mengubah perilaku masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah, sesungguhnya pelaksanaan bank sampah mengandung potensi ekonomi (economic opportunity) kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja (job creation) dalam melaksanakan majemen operasi bank sampah dan investasi dalam bentuk tabungan. Sehingga masyarakat dapat penghasilan dari bekerja di bank sampah atau penghasilan tambahan dari tabungan bank sampah. Partisipasi merupakan suatu bagian terpenting dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan, pelaksanaan program dan evaluasi. Extended Producer Responsibility
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
(EPR) adalah konsep yang didesain untuk mengintegrasikan biaya-biaya lingkungan kedalam proses produksi suatu barang sampai produk ini tidak dapat dipakai lagi, sehingga biaya lingkungan menjadi komponen harga pasar produk tersebut. EPR mewajibkan para produsen untuk bertanggungjawab terhadap seluruh siklus produk dan kemasan dari produk yang mereka hasilkan. Perusahaan yang menjual produk dan kemasan yang berpotensi menghasilkan sampah wajib bertanggung jawab baik secara financial maupun fisik, pada produk dan kemasan yang masa pakainya sudah usai. Tujuan dari Extended Producer Responsibility (EPR) adalah untuk mendorong produsen meminimalisir pencemaran dan mereduksi penggunaan sumber daya alam dan energi dari setiap tahap siklus hidup produk melalui rekayasa desain produk dan teknologi proses. Produsen harus bertanggung jawab terhadap semua hal, termasuk akibat dari pemilihan material, proses manufaktur, pemakaian produk, dan pembuangannya. Sehingga sangat memungkinkan bagi industri untuk menerapkan kebijakan penampungan kembali barang rusak (limbah) melalui distributornya. Selain sebagai bentuk tanggung jawab sosial, mekanisme itu harus diintegrasikan dengan sustem pelayanannya. Timbal baliknya, apresiasi konsumen terhadap industri bersangkutan pun dapat meningkat. Yang terakhir ini lebih terkait ke usaha mengedukasi konsumen agar memilih produk ramah lingkungan. Mekanisme EPR yang biasa digunakan adalah melalui penarikan kembali produk dan/atau kemasan yang habis masa pakainya dan dikelola melalui cara ruse, recycling, atau dimanfaatkan sebagai sumber energi. Seluruh proses mekanisme ini dapat dilaksanakan sendiri oleh eprodusen/perusahaan. Mekanisme kedua adalah dengan mendelegasikan tanggung jawab tersebut ke pihak ketiga,
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
11
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat dimana pihak ketiga tersebut dibayar untuk mengumpulkan dan mengelola produk dan/atau kemasan mereka. Jadi, EPR memindahkan sebagian tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sampah kepada pelaku usaha, dimana mengharuskan produsen, impotir, dan/atau penjual memasukkan biaya pengelolaan sampah ke dalam harga produk mereka. Implikasi penting dari penerapan EPR adalah timbulnya beban yang harus ditanggung oleh konsumen terkait dengan kenaikan harga dari produk dan/ atau kemasan yang dihasilkan. Jadi, penerapan EPR dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan inflasi. Prinsip utama pemberlakuan EPR dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah adanya pembagian peran dan tanggung jawab antara Pemerintah dan dunia usaha dalam pengelolaan sampah. Spirit utama dari UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah secara revolusioner mengubah paradigma pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi reduce at souces and resources recycle. Terkait dengan upaya pengurangan sampah, peran dan tanggung jawab masyarakat dan dunia usaha menjadi sangat penting. Pasal 14 dan 15 UU 18 Tahun 2008 secara tegas mengamanatkan peran dan tanggung jawab produsen dalam pengelolaan sampah. Kedua pasal tersebut menjadi landasan hukum bagi Pemerintah untuk menuntut peran dan tanggung jawab produsen dalam upaya pengurangan dan penanganan sampah, karena produsen, melalui produk dan kemasan produk yang dihasilkan, adalah salah satu sumber penghasil sampah.
12
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Pasal 14: Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/ atau produknya. Pasal 15: Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Pasal 15 UU No. 18 Tahun 2008 adalah landasan hukum diwajibkannya (mandatory basis) penerapan extended producer responsibility (EPR). Kendaraan bermotor, peralatan listrik dan barang elektronik serta kemasan produk tertentu adalah contoh lazim dalam penerapan EPR di negara maju. Dalam undang-undang ini terlihat bahwa pemerintah telah menegaskan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah saja. Pelaku usaha, sebagai penghasil sampah memiliki tanggung jawab dalam mengelola sampah. implementasinya, konsumen dapat mereimburse atau meminta pembayaran kembali dari pengeluaran dana awal untuk pembelian suatu produk yang menyisakan barang tidak bermanfaat seperti sampah plastik. Dalam optimalisasi pengelolaan sampah, tujuan yang ingin dicapai adalah berkurangnya volume sampah yang masuk ke TPA. UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah jelas mengamanatkan kepada pemerintah beserta pihakpihak terkait lainnya untuk proaktif dan lebih responsif terhadap permasalahan pengelolaan sampah dengan kebijakankebijakan yang strategis dan partisipatif bagi masyarakat.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Tabel 1. Strategi Pengelolaan Sampah No 1.
Aspek Teknik Opersional
Strategi • Optimalisasi sarana dan prasarana yang ada • Meningkatkan kapasitas pelayanan • Peningkatan kualitas pengelolaan TPA • Penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi
2.
Kelembagaan
• penanganan sampah tepat guna dan berwawasan lingkungan • Peningkatan bentuk dan kapasitas lembaga pengelola sampah • Memisahkan badan regulator dan operator • Mendorong ke arah penanganan sampah skala regional
3.
Pembiayaan
• Mekanisme insentif untuk kawasan TPA • Meningkatkan prioritas pendanaan • Alokasi dana untuk kampanye publik dan • pemberdayaan masyarakat
4.
Peraturan
• Perbaikan sistem tarif menuju cost recovery • Pengembangan produk hukum Sosialisasi produk hukum • Penyiapan aparat penegak hokum • Melaksanakan uji coba
5.
• Melaksanakan sistem pengawasan dan sanksi hukum yang konsisten Peran serta masyarakat • Promosi dan kampanye upaya 3 R • Mekanisme insentif bagi pengguna sampah • Pengembangan kemitraan dengan swasta • Insentif bagi investasi di bidang persampahan • Fasilitasi dan uji coba kemitraan dengan swasta
Sumber: Ditjend Cipta Karya, 2005 Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
13
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat E. Kerangka Pemikiran Permasalahan persampahan terjadi karena adanya indikasi meningkatnya volume sampah dan daya tampung TPA yang terbatas serta pelaksanaan pengelolaan persampahan yang belum maksimal. Salah satu program pengelolaan sampah dilakukan melalui program 3R. Dalam pelaksanaan program 3R dibutuhkan partisipasi dari masyarakat. Di satu sisi keterlibatan Dunia Industri penghasil sampah khususnya anorganik sangat diperlukan dalam upaya pengelolaan sampah. Dengan penerapan konsep EPR diharapkan dunia industri ikut bertanggung jawab terhadap seluruh siklus produk dan kemasan dari produk yang mereka hasilkan, dimana selama ini tanggungjawab tersebut dibebankan kepada pemerintah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji mengenai partisipasi masyarakat dan dunia industri dalam sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Magetan. Untuk mengkaji partisipasi masyarakat dan dunia industri dalam sistem pengelolaan persampahan, perlu dipertimbangkan berbagai sasaran yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan. Sasaran tersebut antara lain gambaran wilayah studi secara makro dan mikro, karakteristik masyarakat, sistem pengelolaan persampahan di wilayah studi, partisipasi masyarakat dan dunia industri pada pengelolaan 3R dan EPR. Hasil dari analisis direkomendasikan terhadap pengembangan program pengelolaan sampah yang lebih optimal. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah layanan persampahan Kabupaten Magetan dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. pada bulan April s/d September 2013. Kabupaten Magetan terletak di bagian Barat Provinsi Jawa Timur, sedangkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. [Pasuruan Branch], bertempat di Jl. Raya Beji Km. 32 Desa 14
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Cangkring Malang, Bangil, Pasuruan Jawa Timur. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan persampahan di Kabupaten Magetan. Tipe penelitian adalah ekplanatori dengan pendekatan studi kasus mengenai partisipasi masyarakat dalam penerapan program 3R dan partisipasi dunia industri dalam penerapan program EPR terhadap pengelolaan persampahan di Kabupaten Magetan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di daerah layanan persampahan Kabupaten Magetan dan industri yang telibat dalam kegiatan program 3R dan EPR. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling karena seluruh masyarakat dan industri yang terlibat dalam kegiatan program 3R dan EPR yang menjadi populasi dalam penelitian ini memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kabupaten Magetan jumlah masyarakat yang berada di daerah layanan persampahan Kabupaten Magetan sebanyak 47.682 orang, jumlah sampel untuk masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang diambil dengan acak (random). Sedangkan untuk Industri adalah PT. Indofood CPB Sukses Makmur,Tbk. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan pejabat di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan dan beberapa tokoh masyarakat. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel bebas, meliputi partisipasi masyarakat dan partisipasi dunia industri dalam pelaksanaan program 3Rdan EPR di Kabupaten Magetan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya optimalisasi pengelolaan sampah di Kabupaten Magetan.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Dalam penelitian ini data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan instrumen penelitian, peneliti terjun langsung dalam kancah penelitian, peneliti mengadakan pengamatan dan melakukan wawancara langsung dengan informan. Data yang diharapkan dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan dunia industri dalam penerapan program 3R dan EPR terhadap pengelolaan persampahan di Kabupaten Magetan. Teknik yang digunakan untuk memeperoleh data penelitian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam program 3R dan partisipasi industri dalam program EPR di Kabupaten Magetan melalui metode kuesioner, wawancara,observasi, dokumentasi dan studi literature. Validasi data dilakukan dengan melakukan verifikasi lapangan berupa uji petik pemilahan sampah di sampel rumah tangga, kantor dan fasilitas umum. Disamping itu digunakan validasi triangulasi sumber, triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Teknik Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskritif kualitatif dan analisis dengan perhitungan matematis sederhana (distribusi frekuensi), yaitu mengolah data dengan berbagai
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
perhitungan statistik sederhana. Hasil Dan Pembahasan A. Partisipasi Masyarakat Pada Sistem Pengelolaan Sampah 3R Partisipasi Masyarakat Pada Sistem Pengelolaan Sampah 3R meliputi partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan sistem pengelolaan sampah 3R, partisipasi masyarakat pada tahap implementasi sistem pengelolaan persampahan 3R dan partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi sistem pengelolaan persampahan 3R. Berdasarkan hasil kuesioner dari 100 reponden, diketahui partisipasi masyarakat pada sistem pengelolaan sampah 3R sebagai berikut:
Gambar 1. Keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan program 3R
Tabel 2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Implementasi Sistem Pengelolaan Persampahan 3R No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Memilah sampah organik dan anorganik Mengepak sampah Membakar sampah Menimbun sampah Menyetor sampah anorganik ke bank sampah Penghematan penggunan bungkus Menggunakan botol isi ulang
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Presentase (%) Ya Tidak 76 24 74 26 22 78 20 80 70 30 36 64 84 16 15
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
8 Menghemat kertas 9 Mendaur ulang sampah Sumber : Hasil Analisis, 2013
31 74
69 26
Tabel 3. Cara mendaur ulang sampah No Kategori Jawaban 1 Mengolah bahan organik menjadi kompos 2 Mengolah bahan anorganik menjadi kerajinan 3 Mengolah kertas bekas menjadi kertas baru Total
Presentase (%) 74 20 6 100
Sumber : Hasil Analisis, 2013 Tabel 4. Monitoring dan evaluasi program 3R No 1 2 Total
Kategori Jawaban Dilakukan secara bersama-sama Ada tim khusus yang melakukan monitoring
Presentase (%) 72 28 100
Sumber : Hasil Analisis, 2013 B. Partisipasi Masyarakat dalam Program EPR Setelah dilakukan sosialisasi mengenai konsep EPR, tanggapan
masyarakat terhadap pelaksanaan program EPR adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Dukungan masyarakat terhadap program EPR No
Kategori Jawaban
Presentase (%)
1
Mendukung
70
2
Kurang mendukung
30
Total
100
Sumber : Hasil Analisis, 2013 Tabel 6. Potensi mekanisme pengembalian sampah kemasan produk dari konsumen ke produsen No 1 2
Kategori Jawaban Melalui bank sampah Diganti dengan uang tunai 3 Potongan harga Total
Presentase (%) 48 20 32 100
Sumber : Hasil Analisis, 2013 16
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat C. Partisipasi Dunia Industri pada program EPR Penerapan EPR pada pengelolaan sampah industri diperoleh data dari hasil wawancara dengan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk sebagai berikut :
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Pihak Indofood menyadari bukan hanya sebagai produsen makanan tetapi juga produsen sampah plastik yang berasal dari kemasan produk, oleh karena itu pengelolaan sampah plastik juga mendapat perhatian dari PT. Indofood. Pengelolaan
Tabel 7. Partisipasi dunia industri pada pelaksanaan konsep EPR No
Uraian
Sudah
1 2
Pengendalian timbulan sampah Pengurangan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan menghasilkan sampah 3 Penggantian bahan baku yang lebih ramah lingkungan 4 Penarikan kembali produk dan kemasan produk yang telah menjadi sampah 5 Peta jalan per sepuluh tahun 6 Pelabelan 7 Penggunaan kembali bahan anorganik 8 Pendauran ulang bahan anorganik
belum
Tahap perencanaan
√ √
√ √
√ √ √ √
Sumber : Hasil Analisis, 2013 Berdasarkan tabel diatas, PT Indofood telah melakukan pengendalian timbulan sampah melalui praktikpraktik kantor ramah lingkungan. P a d a konsep pelaksanaan EPR, PT. Indofood telah berupaya mengurangi bahan baku penghasil sampah dengan cara mengurangi ketebalan kemasan sepanjang masih aman untuk melindungi produk di dalamnya.
sampah plastik recycling adalah salah satu yang sedang direncanakan oleh perusahaan. Ke depannya PT. Indofood akan mengubah bahan baku ke arah biodegradable packaging. Peta jalan per sepuluh tahun mengenai target pembatasan sampah plastik kemasan makanan (mie instan) telah direncanakan sebagai berikut :
Tabel 8. Target Pembatasan Sampah Bagi produsen Dalam Program Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas (EPR) Melalui Peta Jalan Per Sepuluh Tahun I. Rencana Pembatasan Sampah Kemasan Kemasan Produk Kemasan Plastik Makanan Mie Instan
Pengurangan Timbulan Sampah Kegiatan 10 tahun ke-1 10 tahun ke-2 1. Mengganti bahan baku paling sedikit 10 % paling sedikit 50 % produk yang mudah dari total produksi dari total produksi diurai oleh proses persatu tahun persatu tahun alam
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
17
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat 2. Mengurangi bahan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan sesedikit mungkin sampah 3. Mengganti proses Produksi
4. Proses produksi manufaktur yang baru
5.Menarik kembali kemasan untuk didaur ulang pada perusahaan yang berizin.
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
paling sedikit 10 % paling sedikit 60 % dari total produksi dari total produksi persatu persatu tahun tahun paling sedikit 10 % dari total produksi persatu tahun paling sedikit 50 % dari total produksi persatu tahun paling sedikit 50 % dari total produksi persatu tahun
paling sedikit 50 % dari total produksi persatu tahun paling sedikit 70 % dari total produksi persatu tahun paling sedikit 60 % dari total produksi persatu tahun
II. Rencana Pendaur Ulang Sampah Kemasan Kemasan
Pengurangan Timbulan Sampah Kegiatan 10 tahun ke-1 10 tahun ke-2 Kemasan Plastik 1. Menggunakan bahan paling sedikit 10 % paling sedikit 50 % Makanan Mie baku produksi yang dari total produksi dari total produksi Instan dapat didaur ulang persatu tahun persatu tahun 2.Menarik kembali paling sedikit 50 % sampah kemasan dari total produksi plastik makanan mie persatu tahun instan untuk didaur ulang pada perusahaan yang berizin.
paling sedikit 60 % dari total produksi persatu tahun
III. Rencana Pemanfaatan Kembali Sampah Kemasan Kemasan
Pengurangan Timbulan Sampah Kegiatan 10 tahun 10 tahun ke-1 ke-2 Kemasan Plastik 1.Menggunakan bahan paling sedikit 10 % paling sedikit 50 % Makanan Mie baku produksi yang dapat dari total produksi dari total produksi Instan diguna ulang persatu tahun persatu tahun 2.Menarik kembali paling sedikit 50 % paling sedikit 60 % sampah kemasan plastik dari total produksi dari total produksi persatu tahun makanan mie instan persatu tahun untuk diguna ulang pada perusahaan yang berizin. 18
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Penarikan kembali sampah kemasan plastik makanan mie instan untuk diguna ulang atau didaur ulang dilakukan sebagai berikut : a. Dilakukan melalui jalur distribusinya atau bekerjasama dengan pihak ketiga seperti Bank sampah. b. Refund system dengan dihargai uang tunai atau potongan harga. Optimalisasi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Magetan Beberapa langkah strategis dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah di Kabupaten Magetan dilakukan melalui integrasi berbagai aspek, yaitu : Aspek teknis operasional, dilakukan dengan peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan dengan memaksimalkan pemanfaatan sarana maupun prasarana persampahan, serta mempertimbangkan penerapan berbagai alternatif teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi ramah lingkungan dimaksud misalnya pengomposan dan pembuatan biogas. Aspek pendanaan, optimalisasi dilakukan dengan cara mengalokasikan dana yang
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
memadai bagi pengelolaan persampahan. Aspek kelembagaan, pengembangan kelembagaan dengan cara meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola, meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan, melibatkan peran serta aktif dunia swasta dan organisasi masyarakat. Aspek peraturan, optimalisasi dilakukan dengan menyusun Perda persampahan sesuai amanat Undang-Undang, serta mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Aspek peran serta masyarakat, pendekatan pengelolaan sampah dilakukan melalui rekayasa sosial dengan meningkatkan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat dan swasta sebagai mitra dalam pengelolaan sampah. Rekayasa sosial tersebut diantaranya melalui pengembangan bank sampah, program 3R maupun EPR. Berdasarkan strategi pengelolaan sampah diatas dapat dikembangkan konsep pengelolaan terintegrasi sebagai berkut :
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
19
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Gambar 2. Strategi pengelolaan sampah terintegrasi
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat
20
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Keterangan: EPR : Extended Producer Responsibility; TPS : Tempat Penampungan Sementara; TPA : Tempat Pembuangan Akhir; TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu; UDPK : Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos Kesimpulan Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Masyarakat Kabupaten Magetan telah melaksanakan program 3R yang meliputi tahapan perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Pada tahap perencanaan masyarakat terlibat dalam perencanaan program 3R. Pada tahap implementasi masyarakat telah membiasakan diri untuk memilah sampah organik dan sampah non organik kemudian mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik menjadi karya 3R. Sedangkan tahap monitoring dan evaluasi, pengawasan yang dilakukan dalam program 3R dilakukan secara bersama-sama oleh warga masyarakat. 2. Penerapan program EPR merupakan salah satu solusi dalam rangka mereduksi sampah yang masuk ke TPA, karena upaya daur ulang yang dilakukan masyarakat hanya sebatas pembuatan kompos dan kerajinan dari bahan-bahan anorganik tertentu. Untuk sampah kemasan produk yang tidak dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual rendah akhirnya menjadi residu yang harus berakhir di TPA. Adanya aktivitas pemilahan sampah rumah tangga, fasilitas pengelolaan sampah 3R seperti tempat sampah terpilah, gerobak sampah dan container terpilah, UDPK, TPST maupun bank sampah merupakan factor pendukung terlaksananya program EPR di Kabupaten Magetan. 3. Partisipasi dunia industri sebagai
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
produsen sampah dapat dilakukan dengan cara : a. Pengurangan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya dan beracun atau yang menghasilkan sampah; b. Penggantian bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan mudah diurai oleh proses alam; c. Menarik kembali sampah anorganiknya untuk diguna ulang atau didaur ulang. 4. Potensi mekanisme pengembalian sampah kemasan ke produsen berdasarkan konsep EPR di Kabupaten Magetan adalah : a. Melalui bank sampah b. Dihargai uang tunai c. Potongan harga Saran Penelitian ini berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan dunia industri dalam sistem pengelolaan persampahan 3R dan EPR di Kabupaten Magetan. Rekomendasi yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Kabupaten Magetan agar dapat memperluas wilayah cakupan untuk program 3R dan memberikan modal kepada kelompok masyarakat yang mendaur ulang sehingga masyarakat lebih kreatif dalam pengelolaan sampah daur ulang untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih bermanfaat. Rancangan Perda persampahan yang memuat program EPR perlu dilakukan pembahasan yang melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya. Pentingnya keterlibatan tersebut diharapkan bisa mengantisipasi potensi inflasi dan ekonomi biaya tinggi. Dengan pembahasan lebih detil diharapkan ada jalan keluar yang diterima baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha. 2. Bagi Masyarakat agar lebih memberdayakan kelompok Dasa Wisma di masing-masing tingkat kelurahan.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
21
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Masyarakat juga diharapkan berperan akif dalam sosialisasi serta penerapan pengelolaan sampah melalui sistem 3R demi keberhasilan program mengurangi penumpukan sampah. 3. Bagi dunia industri untuk dapat melaksanakan program EPR sesuai dengan Undang-undang. 4. Bagi penelitian selanjutnya agar menganalisis lebih lanjut mengenai faktorfaktor negatif yang menyebabkan sebagian masyarakat dan dunia industri enggan melaksanakan kegiatan sistem pengelolaan persampahan 3R dan EPR. Daftar Pustaka Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta. Andarani, Pertiwi and Goto, Naohiro, 2012. Preliminary Assessment of Economic Feasibility for Establishing a Households’ E-Waste Treating Facility in Serang, Indonesia. International Journal of Environmental Science and Development, Vol. 3, No. 6, December 2012 Anonim. 1986. Materi training untuk tingkat staf teknis proyek PLP sector persampahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya. Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.Bryant, C and Louise G. White. 1982. Managing Development in the Third World. Westview Press: Boulder Colorado. B. C. J. Zoeteman, H. R. Krikke, J. Venselaar, “Handling WEEE waste flows: on the effectiveness of producer responsibility in a globalizing world,” International Journal Advanced Manufacturing Technology, vol. 47, pp. 415-443, 22
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
2010. Eka Prayitno. 2009. “Pengelolaan sampah berbasis masyarakat.” Available at: http://www.kammi-bandung.or.id. Diakses 22 Januari 2009 Hadi, Sudharto P. 2005. “Agenda Lingkungan Calon Walikota.” Available at: http://www. suaramerdeka.com/harian/0506/02/ opi4.htm. Diakses pada tanggal 20 Januari 2009. Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu. H. Nixon and J. D. M. Saphores, “Financing electronic waste recycling Californian households’ willingness to pay advanced recycling fees,” Journal of Environmental Management, vol. 84, pp. 547–559, 2007. Irawan. 2009. Pengelolaan sampah Kota 2008. www.suaramerdeka.com. Kodoatie, Robert, 2005. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marlia dan Tim Hima IP FISIP Unpad 2009. “Tangani Sampah dengan Prinsip 3R.” Available at: http// www.unpad.ac.id/files/ data/2009/. Diakses tanggal 3 Maret 2009Rao. 1996. Measuring Consumers Perceptions Throught Factor Analysis. The Asian Managers. Santosa, Afit. 2009. “Co-Management, Pendekatan Pengelolaan Sampah.” Available at: http://en.wordpress. com/tag/lingkungan.Diakses tanggal 15 September 2013 Santoso, Nurman. 1990. Pendidikan di Indonesia (Dari Masa ke Masa). Jakarta: Haji Masagung. Sastroputro, S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan. Bandung: Alumni
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES Jakarta. Slamet, Luwihono. 2007. Optimalisasi Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup: Upaya Mewujudkan Kesimbangan Akses Terhadap Lingkungan. http:// percik.or.id. Diakses tanggal 19 September 2013 Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: UNS Press. Subekti, Sri. 2009. “Pengelolaan sampah rumah tangga 3r berbasis masyarakat Pendahuluan.”Availableat:http:// www.scribd.com/doc/19229978/ tulisan-bektihadini Diakses 15 September 2013 Sudradjat, 2002. Mengelola Sampah Kota. Jakarta : Penebar Swadaya. Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Tchobanoglous, 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw Hill: Kogakusha, Ltd Undang-undang No. 18 Tahun 2008 dan Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Andi, Yogyakarta.
Endah Tri Wahyuni, Sunarto Dan Prabang Setyono
Wibisono, C. 1989. Anatomi dan Profil Konglomerat Bisnis Indonesia. Management dan Usahawan Indonesia, Desember. Mayers, Kieren at all, 2013. Implementing Individual Producer Responsibility for Waste Electrical and Electronic Equipment through Improved Financing, Journal of Industrial Ecology, Vol. 17, Issue 2, pp.186198 Nash, Jennifer and Bosso, Christopher, 2013. Extended Producer Responsibility in the United States: Full Speed Ahead?, Journal of Industrial Ecology, Vol.17, Issue 2, pp.175-185. ................ 2009. “Penanganan Sampah Sistem 3R Belum Memasyarakat.” Available at: http://www. mediaindonesia.com.http:// www.slemankab.go.id, (website Pemerintah Kabupaten Sleman) ................ 2008. “Peduli Sampah Peduli Selangkah.” Available at: http;// ratnaariani.wordpress.com.
Jurnal EKOSAINS | Vol. VI | No. 1 | Maret 2014
23