perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” DI DUSUN BADEGAN BANTUL
OLEH : ALIEDHA NOORRAFISA PUTRI D 0306018
SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dra. Hj. Trisni Utami, M.si Nip.196307301991032001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
·
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Arruum : 41)
·
Maka sesungguhnya dibalik kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai. Sungguh beserta kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai (QS Al Insyiroh :4-5)
·
Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa. Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan menghampiri. (3 idiots movie, 2009)
·
Belajarlah untuk melihat dunia dengan kacamata positif, karena dengan begitu seburuk apapun yang terjadi akan selalu ada hal ‘baik’ yang dapat dipetik (Penulis)
iv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERESEMBAHAN
Kagem ibuku, ibuku, ibuku juga bapakku, terimakasih untuk do’a, cinta kasih tak terhingga dan motivasi tanpa tandingan. Robbighfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa robbayanii shoghiroo
Adek-adek tercinta, untuk support dan doa tak tergantikan
Sahabat, rekan-rekan, serta alamamater tercinta
v commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Sembah syukur tak terkira kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam penyusunan skripsi ini. Sungguh tanpa kasih-Nya penulis tidak akan akan mampu menyelesaikan karya sederhana berjudul : “ PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (BKKLBM)” Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Berbagai pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku ketua Jurusan Sosiologi FISIP UNS dan juga pembimbing skripsi, terima kasih sekali atas kesabaran ibu dalam membimbing dan mengarahkan penulis. 3. Bapak Muhammad Rosyid Ridlo, S.Ag selaku Pembimbing Akademik penulis. 4. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 5. Seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret untuk pelayanan yang sangat memudahkan penulis. 6. Kepada Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si beserta segenap Kru BKKLBM. Terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga selama penulis bermukim di sana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Keluarga Bapak Harjono dan Ibu Widowati atas kesediaan menampung penulis selama bermukim di Dusun Badegan. Serta seluruh warga masyarakat Dusun Badegan yang telah menyediakan ruang bagi penulis untuk belajar. 8. Bapak dan Ibu tercinta, untuk support, doa serta segala fasilitas yang disediakan untuk memudahkan penulis. Terimakasih untuk kasih sayang yang luar biasa. 9. Elsyafa Azizun Nisa dan Alfaini Husna Fie, untuk support, doa dan bantuan selama pengerjaan skripsi ini. 10. Keluarga besar Mutiara Permata Bangsa. 11. Sahabat terbaik Putri, Desta, Dila, serta seluruh teman-teman Sosiologi 2006 yang tidak dapat penulis sebut satu per satu 12. HIMASOS beserta seluruh awaknya, terima kasih untuk kesempatan bagi penulis berproses dan bejalar. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Surakarta, September 2010 Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................................
iii
MOTTO ............................................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
vi
ABSTRAK ........................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
x
DAFTAR BAGAN ...........................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................
8
1.5. Tinjauan Pustaka..........................................................................................
8
1.6. Konsep Yang Digunakan .............................................................................
15
1.7. Kerangka Berpikir .......................................................................................
18
1.8. Metodologi Penelitian .................................................................................
20
1.8.1. Jenis penelitian ............................................................................
20
1.8.2. Lokasi Penelitian .........................................................................
21
1.8.3. Jenis Data ....................................................................................
21
1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
22
1.8.4. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... commit to user
24
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.8.5. Validitas Data ..............................................................................
25
1.8.6. Teknik Analisis Data ...................................................................
25
BAB II DESKRIPSI LOKASI 2.1. Deskripsi Dusun Badegan ...........................................................................
35
2.1.1. Letak dan Batas Wilayah ............................................................
35
2.1.2. Demografi Dusun ........................................................................
36
2.1.3. Potensi Dusun .............................................................................
36
2.2. Profil BKKLBM ..........................................................................................
39
2.2.1. Latar Belakang Berdiri ................................................................
40
2.2.2. Tujuan BKKLBM .......................................................................
40
2.2.3. Visi BKKLBM ............................................................................
41
2.2.4. Misi BKKLBM ...........................................................................
41
2.2.5. Kelembagaan dan Sistem Manajemen ........................................
41
2.2.6. Hubungan Kelembagaan .............................................................
44
2.2.7. Program Kerja .............................................................................
35
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Profil Informan ............................................................................................
46
3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Tehadap Sampah....................................
49
3.3. Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah ....................................
62
3.4. Peran BKLBM .............................................................................................
77
3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan .....................................
78
3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan ........................................
86
3.5. Matriks Hasil Penelitian .............................................................................. 105 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan .................................................................................................. 108 4.2. Saran ............................................................................................................ 110 LAMPIRAN
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN” DI DUSUN BADEGAN BANTUL Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) di Dusun Badegan Bantul serta bagaimana BKKLBM berperan dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena biasa digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata, kasus yang spesifik serta memiliki batasan yang jelas. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yakni observasi partisipatoris, wawancara serta penelaahan dokumentasidokumentasi yang berkaitan dengan studi ini. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan snowball sampling, sehingga sampel yang diambil penulis benar-benar representatif serta mengetahui secara pasti apa yang penulis butuhkan. Informan dalam penelitian ini berasal dari pihak perempuan/masyarakat partisipan BKKLBM, pengelola BKKLBM, serta pemerintah dusun dan kelurahan setempat. Hal ini difungsikan sebagai trianggulasi konstruk yang dalam penelitian studi kasus digunakan sebagai uji validitas data. Partisipasi perempuan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing dapat terbilang baik. Hal ni diperoleh dari wawancara dengan penduduk setempat serta dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh BKKLBM. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di Bank Sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah, dan sebagainya. Adapun peran BKKLBM sendiri sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan adalah dengan menstimulus perempuan untuk peduli dengan sampah dan mencintai lingkungan. Peran dalam pengelolaan lingkungan dirintis BKKLBM mulai dari hal kecil dan sederhana namun tepat guna, seperti pengelolaan air sederhana, pembuatan kompos, biopori, serta daur ulang sampah yang sudah mulai digeluti secara professional. Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga tidak akan berjalan baik tanpa adanya peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan serta mendorong perempuan dalam pengelolaan lingkungan. Sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Berbagai peran yang dilakukan oleh BKKLBM telah menimbulkan dampak-dampak positif seperti meningkatnya kualitas perempuan dalam hal kesehatan lingkungan, kualitas lingkungan Dusun Badegan yang semakin membaik serta munculnya lapangan commit to user pekerjaan baru dari mendaur ulang sampah. viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 WOMAN PARTICIPATION IN WASTE MANAGEMENT TROUGH “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” IN BADEGAN VILLAGE BANTUL Department of Sociology, Faculty of Social Science and Political Science, Sebelas Maret University The aims of this research are not only to know how woman participation in household waste management trough a community organization named Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ( BKKLBM) in Badegan Village Bantul but also to know how BKKLBM play a part in empowering of woman and management of environment. This is a qualitative research by using case study method. Case study method selected because it commonly use to check contemporary phenomenon in reality life, specific case and also have clear limit. Process of data collecting conducted with several techniques, which are participative observation, interview and also observation of documentations related to this study. The writer use purposive sampling technique and snowball sampling technique to take some samples for this research, so that the samples taken by the writer is really representatives and also knowing better what the writer needs for this research. Informants of this research had been taken from woman or participants of BKKLBM, organizers of BKKLBM and also government of local sun-district (kelurahan) and village government. This matter is functioned as construct triangulation which in case study method used as data validity test. Generally, the woman participation in waste management can be told in good condition. The writer got that assessment from interviewed with local resident also woman participant and reconciled the data with BKKLBM’s documents. The participation is conducted by many ways, such as sorting the waste pursuant to its type, saving the waste in Bank Sampah, a sub-division of BKKLBM, making handicraft from waste materials, etcetera. BKKLBM played as facilitator of their own programs for empowering woman and managing environment. Empowering woman is conduct by giving stimulus to woman so they could be more care with their environment and household waste. Role in management of environment is started from effective simple step, such as simple water management, chlorine diffuser, solar disinfectant, making of compos also recycling waste which is have started to be organize professionally. Woman participation in Badegan Village in this case will not take place better without role of BKKLBM in empowered woman and managed environments. So that, booth the things of each other interconnected one another. Various role of BKKLBM had positive impacts, which are increasing woman quality in healthy environment, environment quality of Badegan Village which is better and had good progress, also new work field by recycling waste commit to user materials.
ix
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuhan menciptakan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dapat dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup manusia mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manusia. Sebagai satu kesatuan, manusia dan lingkungan hidup (yang termasuk di dalamnya tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup mereka. Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup mulai lebih banyak mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati lingkungan, politisi maupun masyarakat awam. Hal ini disebabkan semakin memburuknya kondisi bumi dalam beberapa dekade terakhir. Menipisnya lapisan ozon, lahan hutan yang banyak berkurang serta tingkat emisi gas yang tinggi yang dihasilkan oleh negara-negara industri ditengarai menjadi penyebab meningkatnya suhu permukaan bumi. Suhu permukaan bumi yang semakin panas menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair, akibatnya permukaan air laut terus meningkat. Bila permukaan air laut terus meningkat maka lambat laun pulaupulau yang ada di permukaan bumi akan tenggelam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Di Indonesia kerusakan lingkungan secara luas dan massif terjadi sejak tiga dekade terakhir yan ditandai dengan lahirnya tiga UU yang membuka peluang eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran. Ketiga UU tersebut adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah tahun 1999), UU Pertambangan tahun 1967, serta UU Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri tahun 1967. Sejak adanya UU tersebut berturut-turut masuklah investor asing untuk mengeruk sumber daya alam Indonesia tanpa peduli dengan akibat dari eksploitasi yang dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan di masa itu di mana aturan perlindungan lingkungan dan kesadaran lingkungan belum berkembang seperti sekarang. Kerusakan lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an.1 Namun demikian, kini mulai muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009. Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga menguntungkan membuat perempuan acapkali dipandang sebelah mata. Rentannya posisi perempuan ini diantaranya diakibatkan oleh kuatnya dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini membuat posisi perempuan semakin lemah. Prinsip kesetaraan gender yang akhir-akhir ini 1
Arimbi Heroepoetri, dalam artikel Sekilas Masalah Lingkungan di Indonesia yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan diterbitkan oleh kerja sama DFID British Council Link Program Team, University of Brighton UK, dan Program Kajian commit to user Wanita Pasca Sarjan UI, 2003.
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
marak diusung oleh beberapa kalangan ternyata masih belum sepenuhnya mampu mengangkat perempuan dari ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan. Ketika terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, maka perempuan menjadi pihak yang paling beresiko terkena dampak dari kerusakan lingkungan tersebut. Kehidupan perempuan sebagian besar memang bersentuhan langsung dengan alam, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi, konsumsi hingga kegiatan sosial perempuan, pendek kata perempuan lebih sering berhubungan langsung dengan alam ketimbang laki-laki. Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak, namun bukan berarti tidak ada. Ruang untuk keterlibatan perempuan secara lebih mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan sering tidak dilibatkan dalam sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap sumber daya alam yang menopang kehidupan mereka. Padahal pada target capaian Millenium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015, mensyaratkan pentingnya keterlibatan perempuan pada semua tujuan yang akan di capai. Mengikutsertakan perempuan dalam pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya lingkungan sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan, dengan demikian perempuan akan mempunyai andil besar untuk menjaga, memelihara lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dari lingkup yang paling kecil.2
to user Handout Seminar Nasional Pengelolaancommit Lingkungan Hidup Berwawasan Gender, 11 September 2007, P3G LPPM UNS dengan KLH RI 2
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sejauh ini tercatat ada 18 perempuan-perempuan perkasa pemerhati lingkungan dari sembilan propinsi di Indonesia penerima penghargaan Kalpataru selama kurun waktu 1980 sampai 2008.3 Jumlah tersebut dirasa masih sangat minim. Di samping itu, masih banyak ibu rumah tangga kita yang belum memahami betul pentingnya menjaga lingkungan, mereka tidak memilah sampah rumah tangga, melakukan pemborosan dalam penggunaan plastik, dan sebagainya. Padahal dampak kerusakan lingkungan lebih sering dirasakan oleh perempuan, seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Contoh sederhana adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga. Perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian lingkunga tersebut bukan berarti mereka tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, namun bisa jadi arena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki. Kedekatan antara perempuan dan lingkungan menumbuhkan paham ecofeminisme. Paham ecofemisme muncul pertama kali pada tahun 70-an. Adalah Francoisc
d’Eaubonne
seorang
feminis
Prancis
yang
memperkenalkan
ecofeminisme. Dalam karangannya yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (1974) ia mengemukakan bahwa kontrol lelaki terhadap produksi dan seksualitas perempuan telah mengakibatkan kerusakan ganda pada lingkungan melalui surplus produksi dan kelebihan populasi melalui surplus kelahiran.
Menurut
D’Eaubonne, pertalian antara perempuan/keperempuanan dan sikap ramah tamah
commit to user 3
Nur R Fajar, www.antaranews.com , Maret 2009 diakses pada tanggal 11 Mei 2010
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
terhadap alam dunia dalam mencari perubahan sosial akan mengatasi masalah dan memperlihatkan kkedekatan dengan alam, dibandingkan dengan lelaki.4 Di belahan dunia selatan, gerakan ecofeminisme dipelopori oleh Vandana Shiva. Shiva mengungkapkan adanya gendered nature atau alam memiliki dimensi gender. Ekofeminisme menurut Vandana Shiva adalah keseluruhan cara pandang dunia yang lebih dari sekadar menggabungkan penyelamatan lingkungan dengan perjuangan hak-hak perempuan, melainkan juga meliputi seluruh kompleks persoalan yang dihadapi manusia, dari kemiskinan, kelaparan, penolakan privatisasi air, penghapusan utang, perdamaian dunia, antirekayasa genetika dan plasma nuftah, dan gongnya adalah menolak pasar bebas.5 Gadis Arivia dalam artikel Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan dengan Perempuan mengungkapkan jika perempuan dan alam mempunyai kesamaan simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri maskulin. Dalam praktek-paktek yang berkaitan dengan lingkungan hidup ada hubungan kekuasaan yang tidak adil, memarginalisasikan perempuan dan merusak lingkungan.
Misalnya di masyarakat pedesaan di negara yang sedang
berkembang, relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan lakilaki mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam.6 Permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya permasalahan tentang sampah yang hingga kini masih belum juga ditemukan solusinya secara global. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan
4
Mary Mellor dalam artikel berjudul Pemikiran Ekofeminis (1997) yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan, ibid, 2003. 5 commit user11:56:38 www.ccde.com diakses tanggal 13 Februari 2010topukul 6 www.ghelp.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:13:42
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
akhir (end of pipe), yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang lain (TPS/TPA). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan penuh dengan timbunan sampah. Merespon kondisi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU Pengelolaan Sampah no 18 tahun 2008. Dalam UU tersebut tersebut pemerintah mendorong adanya pengelolaan sampah langsung dari sumbernya. Sumber sampah berdasarkan UU tersebut adalah asal dari timbulan sampah, seperti rumah tangga, industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan Sampah tersebut juga menjelaskan pentingnya kegiatan 3R (Re-use, Reduce, & Recycle) 7 agar volume sampah tidak terus bertambah. Maka melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah satu cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik di masa mendatang. Namun seringkali perempuan belum memiliki pemahaman yang cukup tentang penglolaan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di kehidupan rumah tangga masing-masing, sehingga perempuan akan lebih mudah mengorganisir gerakangerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangga masing-masing. Selain itu,
7
Reduce : mengurangi atau meminimalisir barang atau material yang menimbulkan sampah, seperti mengurangi penggunaan kantong plastik Reuse : memakai kembali , menggunakan barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta menghindari barang atau material sekali pakai, buang. Seperti menggunakan kotak makan ketika membeli makanan ketimbang menggunakan bungkus styrofoam Recycle : Mendaur ulang ulang barang atau material yang sudah tidak terpakai menjadi barang commit to user yang memiliki manfaat. Hal ini dapat memperpanjang masa pemakaian barang tersebut sebelum menjadi sampah. Seperti menggunakan plastic bekas pembungkus kopi sebagai kantong blanja
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
faktor kedekatan perempuan dengan lingkungan hidup juga menjadi salah satu alasan yang kuat, ketika keseimbangan alam terganggu akibat adanya timbunan sampah, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali. Berangkat dari kesadaran tersebut, maka di Dusun Badegan Bantul dibentuklah sebuah Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat – selanjutnya penulis singkat dengan BKKLBM- yang memiliki program unggulan salah satunya adalah Bank Sampah Gemah Ripah (Gerakan Memilah dan Mereuse Sampah). Bambang Suwerda, SST,M.Si salah seorang warga Dusun Badegan yang mencetuskan ide pembentukan BKKLBM. Berawal dari keprihatinan melihat kondisi lingkungan yang ada ditambah pula musibah gempa yang melanda Bantul di tahun 2006 lalu, terbentuklah lembaga tersebut. BKKLBM menjawab krisis lingkungan dengan tidakan nyata serta melibatkan masyarakat, khususnya perempuan, bukan mengabaikan atau memandang perempuan sebelah mata. Salah satu program pokok dalam pelestarian lingkungan adalah pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat. Sampah yang dikelola di BKKLBM paling banyak berasal dari sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak langsung BKKLBM telah membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal pengelolaan sampah. Perempuan, ibu-ibu rumah tangga di Dusun Badegan Bantul dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan rumah tangga. Di samping itu, BKKLBM juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan dan masyarakat luas di Dusun Badegan Bantul tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang benar dan bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan hidup. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian. Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat? 2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolan sampah. 2. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah serta tentang peran LSM/Ormas dalam hal pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan.
E. TINJAUAN PUSTAKA Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa Yunani socio dan logos yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat. Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin mendefinisikannya sebagai berikut : “….adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbalto user sosial (misalnya antara gejala balik antara aneka macamcommit gejala-gejala
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekonomi dengan agama, dsb); antara gejala-gejala sosial dengan gejalagejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejalagejala sosial. ” 8
Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai berikut : “Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.”9
Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi sosiologi sebagai : “ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “10
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi. Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu sosiologi.
George
Ritzer
dalam
bukunya
Sosiologi
Ilmu
Pengetahuan
Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan
8
Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19 commit to user Ibid,hlm 20 10 Ibid,hlm 19 9
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari dari : a. Bermacam-macam objek sosial b. Bermacam-macam objek non sosial Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan
akibat-akibat
atau
perubahan
dalam
faktor
lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan aktor.11 Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan issue yang penulis angkat, maka teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology. Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
commit to user 11
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, 2002, hlm 72-72
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. 12 Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan berkaitan dengan konsep Community Development. Partisipasi merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep community development. Seperti dikutip dari Hasim dan Remiswai, Community Development merupakan satu pendekatan pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumbersumber yang tersedia di dalamnya. 13 Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power).14 Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter masing-masing. 12
Ibid, hlm 74 Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47 14 Diunduh dari http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/partisipasi/ pada to user tanggal 18 September 2010 pukul 23:04 commit wib 13
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein15 Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy). Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4) konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal, pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6) 15
commit to user ibid
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.16
Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan, konsepkonsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah. Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,
commit user Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Arif Aliadi dkk, Peranserta Masyarakat dalam to Pelestarian Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung, 1994, hlm 3-5 16
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in Madras Revisited menyebutkan “Waste is an inevitable by-product (for some, a consequence) of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the consumption of resources such as fresh water or the pollution of rivers and waterways. While waste production rates increase with economic growth, so too do the social and environmental costs of disposal of these wastes; but many of these costs are hidden (for instance, treating the cost of governmentowned land used for waste landfill operations as zero). Economists would argue that to become sustainable, such cities would have to stop “freeloading” and would have to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and businesses (as user charges) is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains relevance in such a context.”17 Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari. Negaranegara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume
17
Waste Management in Madras Revisited oleh PB Anand dari kumpulan jurnal Environment and Urbanization Vol 12 No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 commit to user pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:20:18
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka. Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini BKKLBM (sebagai organisasi masyarakat), serta instansi pemerintah yang memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in urban environmental management: an approach to solving environmental problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi. Disebutkan dalam jurnal tersebut “...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”18 Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah
18
Jurnal Partnerships In Urban Environmental Management: An Approach To Solving Environmental Problems In Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi dari commitVol to 12 user kumpulan jurnal Environment and Urbanization No 2 Oktober 2009 diunduh dari http://eau.sagepub.com/content/11/2/161 pada tanggal 8 Agustus 2010 pukul 10:19:08
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan pendekatan end of pipe tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara umum pemerintah masih menggunakan pendekatan end of pipe. Penanganan sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode open dumping maupun sanitary landfill. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering digunakan
metode
open
dumping.
Seperti
disebutkan
Gunarto
dalam
penelitiannya, Reduce, Reuse dan Recycle adalah model relatif aplikatif dan bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa masih sangat relevan digunakan untuk menangani permasalahan sampah, pada commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST, M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.
F. KONSEP YANG DIGUNAKAN 1) Lingkungan hidup Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan
manusia
terhadap
tatanan
ekosistem.
Otto
Sumarwoto
mendefinisikan lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup dengan benda hidup dan benda tak hidup.
19
Istilah
Lingkungan hidup dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 20 Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup
19 20
to user Otto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungancommit Hidup dan Pembangunan,2004: 23 id.wikipedia.com, diakses tanggal 5 Maret 2010
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup, hubungan yang terjalin diantaranya merupakan hubungan resiprositas, dimana manusia dan lingkungan sama-sama saling membutuhkan satu sama lain. 2) Pengelolaan Sampah Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994)21, Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan dan memang harus dibuang. Persoalan sampah menjadi persaoalan yang sangat serius mengingat jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk. Indonesia termasuk negeri dengan penanganan sampah yang buruk. Banyak perusahaan-perusahaan industri besar yang menghasilkan sampah kimia beracun namun tidak mengolahnya sesuai standar. Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi bebas Wikipedia mengartikan Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan commit to user 21
Dikutip dari blog www.anafio.multiply.com diakses tanggal 11Maret 2010 pukul 19:50:13
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sampah yang tepat akan berdampak positif bagi lingkungan. Idealnya, pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Adapun untuk membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang penulis maksudkan disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga. 3) Partisipasi Perempuan Partisipasi merupakan sebuah konsep yang dewasa ini semakin sering digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi memungkinkan masyarakat untuk turut serta ambil bagian dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan maupun kebijakan yang akan diterapkan pada masyarakat. Partisispasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan
sebagai
pembangunan
masyarakat
yang
mandiri,
perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian sosial yang merata terhadap hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi rakyat. 4) Pemberdayaan Perempuan Konsep Pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian yaitu (1) to give power or authority, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan ke pihak yang lain, (2) to give ability to atau
to
enable,
usaha
untuk
commit to user
memberi
kemampuan
atau
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberdayakan.22 Menurut Y Sugeng pemberdayaan merupakan alat penting
dan
strategis
untuk
memperbaiki,
memperbaharui
dan
meningkatkan kinerja organisasi baik organsasi yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan dunia usaha/swasta.23 Pemberdayaan perempuan merupakan suatu uasaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat. Perempuan tidak lagi pasif serta tidak lagi tertinggal.
G. KERANGKA BERPIKIR Manusia dan alam, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia hidup berdampingan dengan alam. Kajian tentang hubungan manusia dan alam/lingkungan hidup telah ada sejak tahun 1980. Bermula dari adanya kajian psikologi mengenai kesadaran ekologi (ecological awareness). Sosiologi sendiri termasuk salah satu bidang ilmu yang juga memberikan perhatian pada bidang lingkungan. Sosiologi lingkungan dicanangkan keberadaannya oleh Riley Dunlap dan William Cotton di tahun 1978.
24
Sejak saat itu kajian mengenai
sosiologi lingkungan terus berkembang. Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dirasa mulai pudar. Berbagai macam kecanggihan teknologi dan industri yang kini dinikmai seluruh umat manusia di dunia harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem
22
Randy R Wrihnatolo et all, Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, 2007:115-116 23 commit to user2008, hlm 1 Drs.Y. Sugeng, SU, MM, Pemberdayaan Masyarakat, 24 Rahmat K Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, 2007, hlm 5
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alami. Hutan-hutan gundul, permasalahan sampah, air yang tercemar, polusi udara dan suara adalah beberapa diantara sekian banyak persoalan lingkungan sebagai dampak dari perbuatan manusia. Selama ini, manusia cenderung mengeksploitasi alam dengan kandungan di dalamnya secara besar-besaran tanpa peduli dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Manusia modern merupakan representasi paham antroposentrisme. Paham ini memandang
alam sebagai alat untuk
menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia. Mengutip Susilo, orientasi manusia kepada alam tidak diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia, melainkan alam haya sebatas sebagai alat bagi kepentingan manusia. Mental manusia antroposentris terwujud dalam bentuk manusia berkarakter pembuka dan pendobrak lahan baru.
25
Karakteristik manusia seperti ini sangat identik dengan
kehidupan manusia sekarang. Manusia selalu mencari cara agar terus maju dan mangeksploitasi alam untuk mengeruk semua kekayaan alam. Lambat laun, budaya yang tercipta di lingkungan masyarakat menjadi budaya yang tidak mencintai lingkungan. Membuang sampah dan limbah rumah tangga di sungai, terbiasa memakai plastik, styrofoam dan bahan yang sulit diurai tanah yang lain dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Masyarakat kita tanpa sadar telah “turut andil” dalam membuat kerusakan di bumi. Indonesia menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya yang belum tertangani dengan baik.26 Maka perlu ada sebuah solusi konkret serta efektif sebagai upaya menyelamatkan lingkungan.
25 26
Op.Cit, hlm 62 Op.Cit, hlm 67
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Memberikan edukasi yang benar tentang sampah menjadi pe-er besar bagi pemerintah. Pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang sampah perlu diubah. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkup yang kecil. Hal ini tentu bukan perkara mudah. Banyak pihak terkait yang harus dilibatkan misalnya, Pemda, NGO, Ormas dan sebagainya. Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat terutama perempuan dalam pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga secara tidak langsung juga dapat dikatakan sebagai upaya pemberdayaan. Perempuan diajak untuk lebih proaktif dalam menangani kasus-kasus mengenai lingkungan di wilayah mereka. Dengan adanya konsep partisipasi yang dikembangkan oleh BKKLBM, maka perempuan secara tidak langsung telah diberdayakan untuk memahami dan mencintai lingkungan. Pemberdayaan ini bukan berarti mengeksploitasi perempuan namun untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan kapasitas perempuan di Dusun Badegan agar lebih memahami lingkungannya demi masa depan yang lebih baik.
H. METODOLOGI 1. Jenis Penelitian, Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian yang “multimethod in focus involving an interpretative naturalistic approach to commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
its subjek matter”
27
Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep
penelitian kualitatif maka dirumuskan karakteristik penelitian kualitatif. Berikut, karakteristik penelitian kualitatif a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari laboratorium atau penelitian yang terkontrol. b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi alamiah subyek c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi yang alamiah28 Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat tergantung pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu kepadanya. Untuk mendesain kerangka penelitian ini peneliti akan menggunakan strategi penelitian studi kasus. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini. Studi kasus di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau mengapa (how or why).29 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambi lokasi di Dusun Badegan Kelurahan Bantul, Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan pertimbangan BKKLBM berada di dusun tersebut. 27
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 2006:4. commit to user Ibid hlm 25 29 Robert K Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode, 2002:1 28
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
3. Jenis Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni : a. Data Primer Sumber data primer diperoleh dari key informan, yang menjadi informan kunci sekaligus membukakan peta kondisi lapangan untuk kemudian diperoleh subjek penelitian (informan) lain yang dibutuhkan peneliti. Data primer ini sendiri di peroleh dari hasil wawancara dengan informan yang merupakan tokoh masyarakat Dusun Badegan, ibu rumah tangga nasabah Bank Sampah, pengelola Bank Sampah dan sebagainya. b. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung. Data sekunder biasanya diperoleh dari data-data tertulis, seperti arsip, buku, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya yang dapat mendukung peneliti dalam menganalisis masalah. Dalam hal ini, referensi atau data tertulis dapat diperoleh dari dokumen-dokumen milik BKKLBM ataupun data lain yang dapat mendukung penelitian ini.
4.
Teknik Pengumpulan Data, Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
memiliki enam teknik dalam pengumpulan data atau sumber bukti, yakni dokumen, rekaman arsip, wawancara, observasi langsung, observasi commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
partisipasan serta perangkat-perangkat fisik.
30
Penulis menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yakni: a. Observasi partisipatoris Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Pada observasi partisipastoris, peneliti terlibat secara langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam hal ini peneliti memeliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan pelaku kegiatan.31 b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban
pewawancara.
32
atas
pertanyaan
yang
diajukan
oleh
Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang. 33 Peneliti menggunakan teknik wawancara open-ended yang 30
Ibid, hlm101 Y.Slamet, Metode Penelitian Sosial, 2006:85-86 32 commit to user Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2005:168 33 Agus Salim, Op.Cit, 2006:58 31
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lazim digunakan pada penelitian studi kasus, dimana peneliti dapat bertanya kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu peristiwa serta opini mereka mengenai peristiwa yang ada.34 Wawancara dilakukan dengan cara semi-formal, sehingga informan lebih leluasa dalam menjawab, tidak kaku, namun tetap beracuan pada daftar pertanyaan yang telah penulis buat sebelum melakukan wawancara agar informasi yang diperoleh tidak terlalu melebar, meskipun
pada
pelakasanannya,
daftar
pertanyaan
tersebut
berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. c. Dokumentasi Pada penelitian ini penulis juga menggunakan data-data yang diperoleh dari sumber dokumentasi yang dapat berupa hasil penelitian, dokumen-dokumen administratif, artikel, dan buku yang dapat mendukung penelitan ini. Dokumen-dokumen tersebut diperoleh dari BKKLBM maupun dari sumber-sumber yang lain. Peneliti juga melakukan pendokumentasian selama melakukan observasi berupa foto, rekaman wawancara, serta fieldnote. 5. Teknik Pengambilan Sampel, Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Sampling yang
34
commit to user Robert K Yin,Op.Cit,hlm108
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat internal, sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalaman datanya.35 Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak dilaksanakan secara kaku, melainkan lentur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik untuk pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sample yang didasarkan atas berbagai
pertimbangan
kecenderungan
peneliti
tertentu. untuk
Purposive memilih
sampling
informan
yang
memiliki dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan data dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam meperoleh data. Teknik yang digunakan adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah penarikan sampel secara bertahap yang semakin lama jumlah inforannya semakin banyak.36 Adapun jumlah informan yang penulis wawancarai dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dan 1 orang informan kunci dengan rincian sebagai berikut : · Penggagas BKKLBM
: 1 orang
· Pengelola BKKLBM
: 2 orang
· PKK/Dasawisma
: 2 orang
· Partisipan BKKLBM/Masyarakat : 4 orang · Tokoh Masyarakat 35 36
: 1 orang
commit to user HB Sutopo,Metode Penelitian Kualitatif, 2005:54-55 Y.Slamet,Op.Cit, hlm 63
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Pemerintah Kelurahan
: 1 orang
Selain informan tersebut penulis juga dibantu oleh pemandu lapangan yang disediakan oleh BKKLBM agar memudahkan penulis untuk masuk ke dalam komunitas masyarakat Dusun Badegan. Adapun penggunaan Snowball Sampling penulis gambarkan pada bagan di bawah ini Pak Bambang
Mbak Yuni
Ibu Kemin
Ibu Tatik
Pak Taufiq
Pak Panut
Ibu Ari Pak Agus
Ibu Ismi
Ibu Sri
6.
Validitas Data, Validitas data diperlukan dalam suatu penelitian untuk menguji
kesahihan data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Penilitian ini menggunakan uji validitas yang memang relevan digunakan untuk studi kasus,yakni uji validitas konstruk.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Validitas konstruk dilakukan untuk menerapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Ada tiga taktik yang bisa dipakai untuk meningkatkan validitas konstruk, yaitu: 1) Penggunaan multi sumber bukti 2) Membangun rangkaian bukti selama pengumpulan data. 3) Meminta informan kunci meninjau ulang laporan studi kasusnya.37
7.
Teknik Analisis Data
a. Analisis Digram Venn PRA Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi
Pedesaan
(PRA)
adalah
pendekatan
dan
metode
yang
memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode PRA dicetuskan oleh Robert Chambers. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. commit to user 37
Robert K Yin,Op.Cit, 2005:41
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain adalah : saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program. 38 Pada penelitian ini penulis memang tidak menggunakan teknik PRA sebagai teknik penelitian, penulis hanya meminjam salah satu teknik yag ada di dalam PRA untuk analisis antar lembaga yakni Diagram Venn. Diagram
venn
dapat
menggambrakan
hubungan
antar
lembaga
berdasarkan peran serta kepentingan lembaga tersebut yang digambarkan dalam lingkaran dengan ukuran yang berbeda, dimana lingkaran tersebut saling berhubungan satu sama lain secara simbolis. Diagram venn digunakan untuk menggambarkan perasaan di kalangan peserta, kalangan organisasiatau kelompok setempat. Besarnya pancake atau chapatti berbeda-beda satu sama lain, menggambarka bobot berbeda yang dialokasikan pada organisasi atau kelompok dari sudut pandang peserta. 39 b. Analisis Gender Analisis Gender muncul karena adanya perbedaan kehidupan antara laki-laki
dan
perempuan.
Perbedaan
tersebut
memicu
timbulnya
ketidakadilan pada perempuan. Budaya-budaya patriarkhi yang banyak dianut masyarakat menjadikan posisi perempuan dipandang sebelah mata 38
Robert Chambers seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya commit to user Pemberdayaan oleh Britha Mikkelsen, 2001:21 39 Op.Cit ,hlm 92
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibandingkan laki-laki. Tujuan dari analisis gender adalah adanya keadilan bagi perempuan, bukan persamaan antara laki-laki dan perempuan. Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat teridentifikasi.
Ketidakpahaman
mengenai
isu
gender
sangat
mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang berdampak merugikan aspirasi dan kepentingan perempuan.40 Dalam teknik Analisis Gender, terdapat tujuh kerangka kerja. Namun dalam penelitian-penelitian sosiologis kerangka kerja yang lazim digunakan terdapa empat, yakni Kerangka Kerja Harvard, Mosser (Perencanaan Gender), Longwee (Pemberdayaan Perempuan), dan Kabeer (Hubungan Sosial). Adapun kerangka kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Kerangka Kerja Harvard. Kerangka kerja Harvard merupakan kerangka kerja yang paling sederhana. Kerangka ini merupakan satu jaringan (atau matriks) untuk mengumpulkan data di tingkat mikro (komunitas atau rumah tangga).41 Kerangka analitis Harvard memiliki tiga komponen utama, yakni : v Profil Kegiatan Mengidentifikasikan seluruh tugas produktif dan reproduktif serta mengajukan pertanyaan : siapa melakukan apa? v Profil Akses dan Kontrol 40
Dra Trisakti Handayani, et all, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:159 commit to user OXFAM UM Gender Learning Team, Pisau Bedah Gender,Tujuh Kerangka Analisis Gender dan Alat Perencanaan, 1995 : 27 41
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Profil ini memperlihatkan siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya dan kontrol atas penggunaannya. Siapa punya apa? v Analisis Faktor dan Tren Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh serta kecenderungan yang terjadi. Bagaimana kegiatan, akses, dan pola kontrol ditentukan oleh faktor struktural (demografi, ekonomi, hukum, dan institusi) serta faktor budaya, agama dan sikap. Apa konteks sosial dan ekonominya?
Tabel Profil Aktifitas Aktifitas Produksi
Laki-laki Dewasa
Anak
Aktifitas 1 Aktifitas 2 Aktifitas 3 Aktifitas Reproduksi Aktifitas 1 Aktifitas 2 Aktifitas 3
commit to user
Perempuan Dewasa
Anak
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel Akses dan Kontrol Sumberdaya
Laki-laki Akses
Perempuan
Kontrol
Akses
Kontrol
Sumberdaya 1 Sumberdaya 2 Sumberdaya 3 Manfaat Manfaat 1 Manfaat 2 Manfaat 3
Tabel Analisis Faktor dan Tren Faktorfaktor
Dampak Lk
Pr
Kesempatan Lk
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3
commit to user
Pr
Kendala Lk
Pr
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
BAB III HASIL PENELITIAN
Lingkungan, sampah dan masyarakat, ketiganya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Lingkungan akan sehat bila sampah dikelola dengan baik, sampah dapat dikelola dengan baik bila masyarakat yang menghasilkan sampah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pengamatan penulis secara langsung di Dusun Badegan selama kurang lebih 6 minggu. Tulisan pada bab ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah yang penulis paparkan pada pendahuluan. 3.1. Profil Informan Pada penelitian ini penulis dibantu oleh 10 orang informan dan 1 orang informan kunci. Bertindak sebagai informan kunci adalah Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si (44 tahun), yakni penggagas berdirinya BKKLBM yang juga merangkap sebagai penasehat. Beliau adalah dosen atau staff pengajar di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan DIY, jurusan Kesehatan Lingkungan. Beliau menjadikan BKKLBM sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat luas di bidang kesehatan lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Adapun informan yang lain adalah sebagai berikut : ·
Pengelola 1. Bapak Agus Sugiantoro, SH (45 tahun) Direktur BKKLBM yang juga merupakan kakak ipar dari Bapak Bambang Suwerda. Pekerjaan utama beliau sebagai seorang pengusaha rental mobil. Meskipun kurang bisa begitu aktif dalam kegiatan BKKLBM
dikarenakan
kesibukannya,
namun
beliau
tetap
memonitoring dan memberikan masukan-masukan pada saat ada permasalah, baik secara formal maupun informan. 2. Bapak Panut Susanto (55 tahun) Direktur Bank Sampah Gemah Ripah yang juga ketua RT 12 Dusun Badegan. Beliau memilih fokus untuk membesarkan Bank Sampah, meskipun income yang diperoleh tidak seberapa besar. Jabatan sebagai ketua RT membuat beliau lebih mudah melakukan pendekatan kepada warga, hasilnya 95% warga RT 12 telah bergabung dengan BKKLBM melalui Bank Sampahnya. ·
Partisipan/Masyarakat 1. Ibu Sri (36 tahun) Ibu rumah tangga partisipan BKKLBM serta merangkap sebagai pengrajin daur ulang sampah plastik. Tertarik menekuni daur ulang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
sampah plastik karena karena dapat memberikan penghasilan tambahan bagi keluarga serta menambah wawasan. 2. Ibu Ismiyati (45 tahun) Ibu rumah tangga, seorang single parent yang menjadi pengrajin daur ulang sampah plastik sekaligus staff teller Bank Sampah. Masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Bapak Panut dan Mbak Yuni 3. Ibu Ari (37 tahun) Ibu rumah tangga, partisipan BKKLM yang sudah aktif sejak awal berdirinya BKKLBM. Memiliki keterampilan menjahit kerajinan berbahan sampah plastik tetapi enggan untuk menjadi pengrajin. Ibu Ari juga merupakan pengurus PKK tingkat RT. 4. Mbak Yuni (20 tahun) Mbak Yuni adalah Staff Teller Bank Sampah Gemah Ripah. Lulusan SMK Negeri 3 Bantul yang juga seorang santri kalong1 di pesantren yang letaknya bersebelahan dengan Dusun Badegan. Selain mengaji di pesantren , kegiatan utama Mbak Yuni adalah mengurus BKKLBM. ·
PKK/UPGK/Dasawisma 1. Ibu Kemin (60 tahun) Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan. Mantan tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit yang juga aktif
1
Santri Kalong : Kegiatan mengikuti pendidikan di pesantren namun tidak menginap, siang-sore mengikut pendidikan agama di pesantren, malam hari pulang ke rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
mengajar PAUD milik PKK Dusun Badegan ini tertarik pada kegiatan BKKLBM karena ajakan Bapak Bambang. 2. Ibu Tatik Ruslan (50 tahun) Merupakan kader PKK Dusun Badegan dan Dasawisma RT 11. Beliau menaruh perhatian yang sangat besar pada pemberantasan Deam Berdarah di Dusun Badegan. Karena merasa memiliki kesamaan pendapat mengenai kesehatan lingkungan dengan BKKLBM, beliau memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan BKKLBM. ·
Tokoh Masyarakat Bapak Taufiq Santosa (45 tahun) Bapak Taufiq adalah Kepala Dusun Badegan yang belum ada 1 tahun dilantik. Sebelum menjadi Kepala Dusun beliau termasuk sebagai salah satu tokoh masyarakat di Dusun Badegan.
·
Pemerintah Kelurahan Bapak Sasmito (38 tahun) Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan (Ka.Ur Ekbang) Kelurahan Bantul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah Dusun Badegan, merupakan sebuah wilayah yang masih banyak memiliki lahan untuk penghijuan. Seperti layaknya pemukiman desa yang hijau, sebagian besar rumah-rumah penduduk Dusun Badegan memiliki halaman depan yang luas dan dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan. Gempa bumi yang melanda propinsi DIY di tahun 2006 silam membuat sebagian besar rumah penduduk Dusun Badegan roboh bahkan tidak jarang rata dengan tanah. Gempa bumi meluluhlantakkan bangunan rumah permanen milik warga, menyisakan puing-puing yang berserak. Meskipun kini kehidupan penduduk Dusun Badegan telah kembali normal dengan rumah-rumah baru yang mereka bangun pasca gempa, namun masih terdapat bencana lain yang mengancam mereka, yakni bencana lingkungan. Lingkungan dusun yang sebenarnya asri dan hijau terancam akibat ulah penduduk Dusun Badegan sendiri. Pasca gempa, banyak sekali puing-puing bangunan yang terongok begitu saja, sampah-sampah berserakan tidak diatasi dengan baik. TPS-TPS liar bertebaran di beberapa sudut Dusun Badegan. Persoalan sampah tidak dapat disepelekan begitu saja, karena penanganan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan banyak dampak negatif bagi masyarakat. Keberadaan sampah tidak terlepas dari kehidupan manusia. Segala bentuk aktifitas manusia menghasilkan sampah. Volume dan jenis sampah berbanding lurus dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang-barang yang digunakan seharihari. Semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin banyak pula sampah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
dihasilkan. Berdasarkan kamus istilah lingkungan tahun1994 "Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”2 Kondisi lingkungan di Dusun Badegan sebenarnya masih terbilang asri, banyak pepohonan serta sawah yang terhampar luas. Di sekitar dusun juga belum banyak pabrik-pabrik industri sehingga kondisi udara masih relatif bersih. Pencemaran lingkungan justru seringkali dilakukan oleh penduduk Dusun Badegan sendiri. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk Dusun Badegan masih sangat awam tentang pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah. Sejatinya, permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara individu, karena permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama masyarakat. Individu-individu di dalam masyarakat yang hidup berdampingan terus memproduksi sampah. Setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat berdasarkan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin banyak tingkat konsumsi masyarakat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Penangan sampah pada skala masyarakat sangat tergantung dengan pola pikir, budaya serta perilaku masyarakat terhadap sampah. Pola pikir tentang pengelolaan sampah yang dianggap benar oleh masyarakat akan mempengaruhi perilaku
2
Bambang Suwerda, S.ST, M,Si, Bank Sampah Sebagai Alternatif Pengelolaan Sampah, 2009:9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
masyarakat dalam menyikapi persoalan sampah. Perilaku tersebut lambat laun akan menjadi budaya yang dianggap benar dan dianut oleh masyarakat. Masyarakat di Dusun Badegan, secara umum berpandangan sampah sebagai hal yang harus dibuang, dilenyapkan atau dihilangkan dengan cara apapun. Sampah adalah hal yang kotor serta tidak dapat dimanfaatkan kembali. Sampah dianggap sebagai barang yang sudah tidak ada nilainya. Setiap hari mereka memproduksi sampah setiap hari pula mereka akan berusaha untuk melenyapkan sampah. Umumnya masyarakat menangani sampah dengan dibakar, ditimbun, dibuang di TPS liar dan menggunakan jasa DPU dan petugas kuning. Mengutip Suwerda, 30 % masyarakat membakar sampah yang dihasilkan, 25% membuang di sembarang tempat, 20% menimbun sampah tanpa dipisah serta 25% berlangganan jasa pasukan kuning serta 5% dengan cara lain.3 Petugas kuning merupakan petugas pengangkut sampah tidak resmi yang mengambil sampah rumah tangga milik warga secara berkala berdasarkan kesepakatan dengan warga yang menjadi pelanggan. Warga yang menjadi pelanggan membayar uang retribusi kepada petugas kuning. Sampah yang diambil oleh petugas kuning tersebut kemudian dibuang di TPS resmi milik pemerintah. Persoalan sampah bagi warga Badegan dianggap sebagai urusan laki-laki. Karena biasanya para bapaklah yang membakar dan menimbun sampah. Para bapak pulalah
yang membuat jugangan atau lubang untuk menimbun sampah di
3
Bambang Suwerda, S.ST, M,Si, Penerapan Sistem Bank Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah di Pedukuhan Badegan Bantul Yogyakarta, 2009:2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
pekarangan. Selain itu, sebagian masyarakat berpikir bahwa sampah adalah urusan pemerintah. Pemerintah yang berkewajiban mengurus persoalan sampah dan mengelolanya tanpa harus melibatkan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh Direktur BKKLBM Agus Sugiantoro, SH yang disampaikan dalam wawancara tanggal 01 Juni 2010 “…bukan hanya itu, namun masyarakat juga berpikiran bahwa sampah itu urusannya pemerintah mbak. Mereka tidak mau tau bagaimana pengurusan sampah karena itu sudah menjadi pekerjaan DPU atau pemerintah… ”
Tidak peduli cara yang digunakan untuk melenyapkan sampah tersebut adalah cara yang membahayakan kesehatan mereka sendiri. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh ibu Kemin, Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan dalam wawancara tanggal 25 April 2010 “Nggih sakderengipun wonten bank sampah, kertas-kertas niku dijual mbak ke tukang rosok kan kathah ingkang lewat mriki, botol-botol juga dijual. Menawi sampah daun, plastik ya dibakar teng jugangan niku.Jadi setiap rumah itu memang biasanya punya jugangan sendiri-sendiri“
Sebelum berdirinya Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan di Dusun Badegan, masyarakat terbiasa mengelola sampah dengan cara dibakar dan dijual ke tukang rosok atau pengepul. Di lingkungan Dusun Badegan sendiri memang terdapat beberapa warga yang berprofesi sebagai pengepul kertas. Sampah yang dijual ke pengepul seperti botol kaca, botol kaleng dan plastik. Sedangkan sampah-sampah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
plastik, dedaunan, dan sampah rumah tangga lainnya dibakar setelah ditimbun didalam lubang/jugangan. Sudah menjadi budaya dan tradisi masyarakat membakar dan menimbun sampah. Seperti umumnya masyarakat desa, mayoritas rumah warga Dusun Badegan memiliki pekarangan yang luas. Pekarangan yang luas tersebut dimanfaatkan warga untuk membuat jugangan. Hampir setiap rumah di Dusun Badegan memiliki jugangan atau lubang besar yang digunakan untuk menimbun sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun anorganik. Setelah sampah terkumpul (tanpa dipilah/gado-gado), jugangan ditutup dengan tanah atau sampah dibakar. Bila jugangan sudah ditutup, mereka akan membuat jugangan baru, begitu seterusnya. Dapat dipastikan kegiatan membakar sampah hampir selalu terjadi setiap hari di Dusun Badegan bahkan sampai sekarang. Beberapa warga menjadikannya sebagai kegiatan rutin pengisi waktu luang di sore hari, terutama yang biasa melakukannya adalah para lansia. Mereka tidak menyadari bahaya besar yang mengancam mereka sebagai akibat dari membakar sampah. Bila terus menerus dilakukan asap dari pembakaran sampah tersebut memiliki efek yang sangat buruk bagi kesehatan manusia. Asap pembakaran sampah mengandung zat dioxine . Selain efek dari pembakaran tersebut, sampah yang ditimbun dalam jugangan/lubang tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi nyamuk, lalat dan bintang-binatang lain pembawa virus dan penyakit. Sehingga tidak salah bila Dusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Badegan sempat menduduki peringkat 1 penderita Demam Berdarah terbanyak sewilayah kerjaPuskesmas Bantul Timur.4 Jugangan-jugangan yang dimiliki warga tersebut memicu timbulnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar di wilayah Dusun Badegan. Banyak lahan kosong, seperti pekarangan rumah dan tanah kosong yang digunakan sebagai TPS liar. Sedikitnya terdapat 5 titik TPS liar di wilayah Dusun Badegan. Selain warga yang membuang sampah di TPS liar tersebut ada pula warga di luar Dusun Badegan yang sengaja membuang sampahnya ke TPS liar di sekitar Dusun Badegan. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh salah satu pengurus Bank Sampah Sdr. Yuni pada wawancara tak terstruktur dengan penulis tanggal 28 April 2010. “ Emang sebelum ada bank sampah warga biasanya membakar sampah di jugangan. Selain itu juga ada TPS-TPS liar yang sampahnya tidak diangkut oleh petugas DPU, hanya dibiarkan saja. Biasanya TPS nya itu di tanah kosong, kayak halaman rumah, tanah bekas sawah gitu lah. Ada banyak lho mbak, di deket rumahku tu ada, trus deket rumah Bu Ari sama depan kesling. ”
Selain jugangan, munculnya TPS liar juga dpicu oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan Dusun Badegan yang banyak terdapat pekarangan kosong, lahan tidur tidak produktif yang bila rapi dan dijaga kebersihannya akan sedap dipandang. Namun, lahan-lahan tersebut dibiarkan saja menjadi TPS liar. Hanya sesekali ketika kegiatan kerja bakti diadakan lahan-lahan tersebut dibersihkan. Rendahnya kesadaran masyarakat dikarenakan
4
Wawancara dengan Ibu Tatik Ruslan pada tanggal 25 April 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
banyaknya lahan kosong di Dusun Badegan yang bukan milik masyarakat Dusun Badegan. Pemilik lahan justru warga yang tinggal di luar Dusun Badegan yang tidak ambil pusing bila lahannya dijadikan TPS liar, karena mereka memang tidak menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan produksi ataupun tempat tinggal. Sebagaimana dijelaskan oleh Bambang Suwerda dalam wawancara tidak terstruktur dengan penulis pada tanggal 10 Juni 2010 “ …… memang belum terlalu padat penduduknya, masih banyak lahan kosong. Tapi lahan kosong tersebut banyak yang pemiliknya orang luar Badegan, sehingga kepedulian masyarakatnya jadi berkurang…”
Selain dibakar dan ditimbun, penanganan sampah yang ada di Dusun Badegan adalah dengan menggunakan pendekatan akhir (end of pipe), yakni sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke TPA Piyungan.5 Beberapa warga menjadi pelanggan tetap dinas Pekerjaan umum (DPU) untuk mengangkut sampahnya ataupun menjadi pelanggan pasukan kuning. Secara berkala petugas DPU datang untuk mengangkut sampah rumah tangga milik warga pelanggan. Bila warga berlangganan pasukan kuning (tidak resmi dari DPU) skala pengambilan sampah rumah tangga dapat disepakati sesuai dengan kebutuhan warga. Setelah terkumpul sampah tersebut dibuang di TPA Piyungan. Hal ini sejatinya bukan merupakan solusi dari persoalan persampahan, karena konsep pendekatan akhir sama halnya dengan memindahkan permasalahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Masyarakat Dusun Badegan menjadi terbiasa dengan perilaku memindahkan sampah dari satu tempat ke 5
Bambang Suwerda,SST,M,Si, Op.Cit, 2009:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
tempat lain yang dianggap layak untuk menampung sampah. Alih-alih berusaha untuk mengolahnya, masyarakat Dusun Badegan justru berusaha agar sampah yang mereka hasilkan lenyap dari lingkungan rumahnya. Realita tersebut menjadikan masyarakat Dusun Badegan begitu tergantung dengan keberadaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
Bukan hanya
masyarakat Dusun Badegan, bahkan masyarakat seluruh Bantul pun begitu tergantung dengan keberadaan TPA. Hal ini disebabkan karena memang belum adanya gerakan penanganan sampah rumah tangga untuk didaur ulang (re-cycle) ataupun digunakan kembali (re-use) secara terpadu dan berbasis komunitas oleh Pemkab Bantul. Sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Bantul bermuara ke TPA Piyungan. TPA Piyungan merupakan tempat pembuangan sampah akhir resmi milik propinsi DIY yang menampung sampah-sampah dari Kota Yogyakarta, Kab. Sleman dan Kab. Bantul. Terletak di RT 04 Dukuh Bendo Ngablak dan RT 05 Dukuh Watu Gender, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, TPA Piyungan ini memiliki luas lahan 10 ha. Masa penggunaannya diperkirakan 10 tahun sejak dioperasikan tahun 1995, namun diperkirakan tahun 2012 TPA tersebut sudah tidak lagi mampu beroperasi. TPA Piyungan
kini hanya memiliki volume sisa sebesar
723.706 meter kubik karena volume sampah yang dipasok per harinya yang mencapai 400 ton per hari.Total daya tampung TPA Piyungan mencapai 1.776.224 meter kubik. Pengurusan sampah di TPA Piyungan menggunakan sistem sanitary landfill
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
(membuang
sampah
di
tempat
yang
cekung,
memadatkannya
kemudian
menimbunnya dengan tanah) meskipun pada prakteknya sekarang yang digunakan adalah sistem open dumping (sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa adanya pengolahan). 6
3.3. Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah Melihat banyaknya persoalan persampahan yang belum juga teratasi, menjadi dasar bagi Bambang Suwerda, S.ST, M.Si untuk mengajak masyarakat mendirikan Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. Sistem yang digunakan bukan lagi pengelolaan sampah dengan pendekatan akhir, melainkan pengelolaan sampah dengan sistem mandiri dan produktif. Menurut Iswanto seperti dikutip oleh Suwerda, sistem ini merupakan sistem pengelolaan sampah yang melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola sampah.7 Peran serta masyarakat sangat diperlukan karena dalam sistem ini sangat ditekankan kesadaran dan kemauan masyarakat dalam memilah sampah dari sumbernya, yakni sampah rumah tangga masing-masing. Rumah tangga merupakan penghasil sampah yang cukup besar, bila sampah rumah tangga dipilah, kemudian didaur ulang maka sampah yang masuk ke TPA akan berkurang. Dengan demikian langkah kecil ini dapat menyelamatkan usia TPA dengan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
6
www.bukansarjanabiasa.wordpress.com diakses pada tanggal 29 Mei 2010pukul 12:04:50 wib
7
Bambang Suwerda, Op.Cit, 2010:23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Kondisi sosial masyarakat Dusun Badegan yang termasuk sebagai masyarakat sub-urban membuat karakter mereka belum sepenuhnya seperti masyarakat modern yang terbuka dan cepat merespon perubahan. Masyarakat Dusun Badegan cenderung masih sulit menerima perubahan dan apatis dengan hal baru. Keberadaan Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (BKKLBM) dengan sistem pengelolaan sampahnya yang cenderung baru dan mendobrak tradisi masyarakat yang ada, juga tidak luput dari sikap apatisme masyarakat Dusun Badegan. Meskipun tidak semua bersikap demikian, namun sebagian besar, baik laki-laki maupun perempuan pada awalnya cenderung tidak merespon dengan baik. Hal tersebut sangat berpengaruh dengan partisipasi perempuan warga Dusun Badegan terhadap kegiatankegiatan BKKLBM. Pengurus BKKLBM membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan masyarakat bahwa sistem pengurusan sampah yang sekarang diterapkan oleh masyarakat merupakan sistem yang tidak ramah lingkungan serta berbahaya bagi masa depan bumi anak-anak mereka. Pengurus juga harus bertahan dengan cobaan-cobaan mental seperti cemoohan warga, serta sikap tidak bersahabat lainnya. Membutuhkan waktu 3 bulan lamanya untuk menarik warga masyarakat agar bersedia menjadi nasabah Bank Sampah milik BKKLBM serta berkecimpung dalam pengurusan sampah. Itupun tidak semua warga Dusun Badegan bersedia, hingga sekarang masih banyak yang belum bergabung dengan BKKLBM serta masih belum mengelola sampah rumah tangganya.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Penggagas Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) Bambang Suwerda, S.ST, M.Si pada wawancara dengan penulis tanggal 04 Juni 2010 “Pada awalnya mereka masih sangat sulit menerima konsep baru, karena masyarakat sama sekali tidak mengerti tentang kesehatan lingkungan,masih sangat awam soal kesling. Kami membutuhkan watu yang sangat lama untuk mensosialisasikan melalui arisan RT, PKK dan sebagainya. Pertama kali mereka memang tidak direspon, sering pas penyuluhan itu waktunya dibatasi, ditaruh pada akhir acara sehingga nggak pada mendengarkan. Bahkan pada 3 bulan pertama berdirinya bank sampah hanya pengurus bengkel kesling yang menabung. Tiap kali kita buka, kita hanya thengukthenguk itu mbak di tempat bank sampah yang lama, soalnya nggak ada yang nabung.”
Sosialisasi terus gencar dilakukan oleh pengurus BKKLBM. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan meaparkan akan bahaya kerusakan lingkungan bagi anak-anak kelak. Dengan menggunakan media anak-anak ternyata lebih berhasil setelah sebelumnya dengan pendekatan perbaikan lingkungan dan pendapatan. Seperti yang dijelaskan oleh Bambang Suwerda, S.St, M.Si dalam wawancara dengan penulis tanggal 04 Juni 2010 “ Awalnya dengan menggunakan pendekatan tentang bahaya kerusakan lingkungan, mental mbak. Dengan iming-iming penghasilan tambahan dari sampah juga mental, karena mungkin banyak yang pendapatannya lebih besar. Kemudian dengan pendekatan bahaya kerusakan bagi anak-anak mereka baru diterima, baru mereka mulai ada yang sedikit-sedikit bertanya tentang Kesling dan Bank Sampah ”
Kegiatan pengelolaan sampah oleh BKKLBM ini melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat, terutama perempuan. Mengapa perempuan? Perempuan dalam kesehariannya begitu dekat dengan sampah, karena sebagian besar pekerjaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
domestik rumah tangga dilakukan oleh perempuan. Bila perempuan tidak memiliki pemahaman yang cukup baik dan benar tentang sampah, mereka akan memusuhi sampah dan mengelolanya dengan cara dibuang atau bahkan tidak peduli sama sekali. Mengingat adanya anggapan sampah adalah urusan laki-laki, maka perempuan pun penting dilibatkan dalam program ini. Namun bukan berarti kegiatan ini memperdayakan perempuan untuk mengelola sampah, akan lebih tepa rasanya bila disebut dengan meningkatkan keberdayaan perempuan dalam pengurusan sampah. Partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah ini sepanjang pengamatan penulis terwujud dalam beberapa hal, seperti : · Kemauan memilih dan memilah sampah rumah tangga Menurut pengamatan penulis setiap kali perempuan selesai melakukan pekerjaan domestik rumah tangga seperti memasak, mencuci, mereka tidak lupa untuk menempatkan sampah yang dihasilkan seperti plastik bekas tempe, kresek pembungkus belanja, atau bungkus deterjen ke dalam kantong terpilah yan dimiliki setiap rumah. · Kemauan mendorong anggota keluarga untuk menyadari pentingnya memilah sampah Perempuan ibu rumah tangga di Dusun Badegan, terutama yang sudah aktif menjadi pengurus ataupun nasabah bank sampah, mengajarkan kepada anak-anak maupun cucu mereka untuk memilah sampah. Biasanya para ibu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
tersebut tidak lupa untuk sekedar berujar kepada anggota keluarganya “jangan lupa sampahnya dipilah!” . · Ikut serta dalam setiap kegiatan BKKLBM Pada awal berdirinya, perempuan-perempuan Dusun Badegan, baik dewasa maupun anak, kerap kali dilibatkan dalam setiap acara atau kegiatan BKKLBM, dengan begitu mereka akan terbiasa untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan BKKLBM. Perempuan yang semula tidak tertarik, lambat laun akan menaruh perhatian dan mulai aktif berecimpung. · Ikut serta dalam proses daur ulang sampah plastik Daur ulang sampah plastik yakni mengkreasikan sampah plastik bekas bungkus makanan, obat ataupun bekas deterjen menjadi berbagai macam kerajinan seperti tas, dompet, sampul buku dan sebagainya dengan cara dijahit. Proses ini terbilang cukup mudah, dari mulai memilih bahan baku yang bisa didaur ulang, membersihkan bahan baku dari kotoran atau debu, hingga menjahitnya menjadi berbagai macam kreasi. Kegiatan ini dilakukan para ibu di rumah masing-masing di waktu senggang. Setelah terkumpul banyak, mereka menyetorkan hasil kerajinan tersebut ke Kantor Kesling untuk dijual kepada para pengunjug. Dengan mengikuti kegiatan ini mereka mendapatkan penghasilan tambahan. Penghasilan diperoleh dari setiap kerajinan yang terjual. Semakin banyak mereka memproduksi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
semakin banyak yang laku terjual maka semakin banyak pula keuntungan yang akan mereka dapat. · Ikut serta dalam kegiatan penyuluhan/menjadi penyuluh BKKLBM selain melakukan pengurusan sampah dan lingkungna di Dusun Badegan juga melayani penyuluhan tetang kesehatan lingkungan dari berbagai kalangan yang mengajukan permintaan penyuluhan. Banyak instansi, lembaga atau daerah lain yang menginginkan mendirikan bank sampah atau sejenisnya di daerahnya, sehingga mereka berinisiatif mengundang pihak BKKLBM untuk mengisi penyuluhan atau presentasi tentang BKKLBM. Sejauh pengamatan penulis, seringkali yang menjadi pembicara dalam penyuluhan adalah pengurus laki-laki. Pengurus perempuan masih sangat sedikit, itupun masih dalam skala kecil dan belum terlalu sering.
3.4. Peran BKKLBM BKKLBM sebagai lembaga otonom masyarakat yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat memang salah satu tujuan utamanya adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan. Penggunaan teknologi tepat guna untuk pengelolaan lingkungan memang diperlukan. Namun, banyak sekali masyarakat yang masih awam dengan penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana untuk pengelolaan lingkungan. Penggagas BKKLBM Bambang Suwerda sebagai praktisi di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
bidang kesehatan lingkungan menjelaskan bahwa sebenarnya ada banyak sekali teknologi sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkunga, hanya saja memang masyarakat belum mengenal. Sehingga salah satu fungsi dari BKKLBM ini ditujukan sebagai wadah untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat Dusun Badegan khususnya dan masyarakat secara umum mengenai pengelolaan lingkungan secara tepat dan berkelanjutan. Peran BKKLBM yang begitu vital penulis kelompokkan menjadi dua, yakni peran dalam pemberdayaan perempuan serta peran dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini juga penulis maksudkan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang penulis utarakan pada BAB I.
3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan yang dilakukan oleh BKKLBM sebenarnya tidak hanya terbatas pada perempuan saja. Namun, perempuan di Dusun Badegan memiliki potensi yang bisa dikembangkan dan diberdayakan. Maka perempuan di Dusun Badegan merupakan potensi besar yang perlu dilatih dan dikembangkan sehingga posisi perempuan menjadi lebih kuat dan tidak tergantung dengan laki-laki. Upaya pemberdayaan tersebut terwujud dalam peran-peran BKKLBM yang dimulai dari skala rumah tangga hingga tingkat pedukuhan. Perempuan didorong untuk bersikap kritis dan berpikir ke depan mengenai pengelolaan sampah dan lingkungan secara keseluruhan. Agar lebih mudah dipahami, penulis mencatat dan mengkelompokkan peran BKKLBM meliputi tiga tahap :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
·
Tahap pertama Tahap pertama adalah mengenalkan kepada perempuan bahwa sampah memiliki nilai ekonomi yang dapat terus digali dan dikembangkan. Pada tahapan ini, pengurus BKKLBM belum melibatkan perempuan dan masyarakat
secara
keseluruhan
dalam
pengelolaan
sampah
dan
lingkungan. Pengurus melakukan aksi nyata dengan membuat kerajinan dari daur ulang sampah yang kemudian hasil dari kerajinan tersebut diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, perempuan dapat belajar untuk mengenal dan mencintai sampah. Pada
tahap ini output yang
diharapkan adalah perempuan dapat mulai mengakrabi sampah, tidak lagi memusuhi sampah. ·
Tahap kedua Tahapan yang kedua adalah memberikan sosialisasi agar mindset perempuan mengenai sampah berubah. Karena pada dasarnya mengubah pola perilaku tentang pengelolaan sampah adalah mengubah tradisi atau budaya yang biasa dilakukan (seperti membakar sampah, membuang sampah sembarangan, dsb). Hal ini membutuhkan waktu untuk memberikan pemahaman bagi perempuan. Setelah mereka memahami, maka lambat laun perilaku mereka akan berubah. Sosialiasasi diadakan melalui forum-forum yang memang sudah terbentuk di lingkup masyarakat dusun badegan, misalnya PKK, UPGK,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
PAUD, dan Arisan RT. Melalui forum-forum tersebut pengurus BKKLBM membangun kesadaran perempuan mengenai pentingnya pengelolaan sampah dan lingkungan secara tepat dan berkelanjutan. Sosialisasi dilakukan secara berkala dan kontinu, agar perempuan menjadi cepat memahami akan pentingnya pengelolaan sampah dan lingkungan. Output yang diharapkan dari tahapan ini adalah perempuan mulai memahami dan mulai melakukan pengelolaan sampah dan lingkungan pada skala rumah tangga. ·
Tahap ketiga Pada tahap ini, perempuan mulai dilibatkan dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah dan lingkungan yang diadakan oleh BKKLBM. Perempuan didorong untuk lebih peduli dengan lingkungan di sekitarnya, tidak hanya di rumahnya sendiri. BKKLBM melibatkan dan mendorong perempuan melalui kegiatan seperti yang penulis sebutkan pada tabel dibawah ini.
Jenis Kegiatan
Bentuk Kegiatan
Pemilahan sampah rumah Mendorong perempuan untuk melakukan tangga
pemilahan sampah di rumah masingmasing.
commit to user
Sampah
terpilah
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
kemudian ditabung di bank sampah. Perempuan
juga
bertindak
sebagai
penggerak bagi anggota keluarga yang lain agar melakukan pemilahan sampah. Hasil dari menabung samoah tersebut meskipun tidak seberapa namun dapat membantu perekonomian keluarga. Daur ulang sampah plastik
Mengadakan pelatihan pembuatan daur ulang sampah plastik bekas kemasan makanan, minuman atau sabun untuk dijadikan
beragam
kerajinan
tersebut
kerajinan. dijual
dan
Hasil dapat
menambah income keluarga. Pengurus BKKLBM
Merekrut perempuan untuk ikut menjadi pengurus BKKLBM. Dengan menjadi pengurus,
maka
perempuan
akan
terdorong untuk belajar lebih banyak mengenai
bagaimana
mengelola
organisasi yang baik. Hal ini dapat menjadi sarana belajar secara informal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
bagi perempuan yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang rata-rata tidak berpendidikan tinggi. Penerima tamu
Tidak semua perempuan bersedia menjadi pengurus
BKKLBM,
kepengurusan
BKKLBM
membutuhkan
terlalu
sehingga
BKKLBM
disamping juga
banyak
tidak orang,
melibatkan
perempuan yang tidak menjadi pengurus sebagai
penerima
tamu/among
tamu
setiap kali terdapat kunjungan. Pengurus melibatkan
mereka berdasarkan latar
belakang mereka, misalnya bila tamu yang berkunjung adalah rombongan PKK maka BKKLBM melibatkan ibu-ibu PKK setempat sebagai among tamu, bila yang berkunjung adalah rombongan pengajian maka yang diminta menjadi among tamu adalah ibu-ibu kelompok pengajian, dan sebagainya. Dengan demikian hal ini dapat juga membantu perempuan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
mengembangkan jaringan atau network sesuai dengan latar belakang masingmasing. BKKLBM selain melakukan pengelolaan
Penyuluh Kesehatan
sampah
dan
lingkungan
berbasis
masyarakat di dusun badegan, juga melayani permintaan menjadi penyuluh kesehatan lingkungan di berbagai tempat. Maka
sebagai
perempuan,
bentuk
BKKLBM
pendidikan mendorong
perempuan untuk berani tampil di depan dan menyampaikan materi penyuluhan.
·
Tahap keempat Tahap keempat yakni monitoring dan evaluasi. Pada fase ini, keterlibatan perempuan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala. BKKLBM dalam satu bulan sekali mengadakan acara rutin monitoring dan evaluasi. Acara tersebut membahas ketercapaian dari target dan program kerja yang telah direncanakan bersama. Kegiatan ini secara tidak langsung akan memaksa perempuan
untuk
berani
angkat
commit to user
bicara
untuk
menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
pendapatnya, meskipun belum semua perempuan yang berpartisipasi berani melakukannya. Masih banyak dari perempuan yang menganggap mereka tidak memiliki hak bicara dan merasa tidak memiliki keberanian untuk berbicara karena mereka bukan dari kalangan berpendidikan tinggi dan tidak pantas mengambil keputusan. Namun demikian, setiap keputusan
yang
dihasilkan
oeh
BKKLBM
selalu
berdasarkan
musyawarah bersama.
3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan BKKLBM sebagai lembaga yang memang fokus dalam pengelolaan lingkungan tentunya memiliki peran yang sangat besar dalam pengelolaan lingkungan di dusun badegan dan kabupaten bantul. Pada tingkat dusun badegan, BKKLBM memulai pengelolaan dari skala rumah tangga yang dilanjutkan dengan kegiatan kolektif melalui program berikut : · Daur Ulang Styrofoam Styrofoam merupakan jenis sampah yang tidak dapat diurai oleh tanah. Kebanyakan ibu-ibu rumah tangga sangat akrab dengan penggunaan styrofoam. Styrofoam biasanya digunakan sebagai tempat nasi atau snack (pada saat arisan, PKK, dan sebagainya). Styrofoam dipilih karena lebih praktis dibandingkan dengan dari kardus biasa. Banyaknya sampah styrofoam menjadi insipirasi bagi pengurus BKKLBM untuk mendaur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
ulang styrofoam. Setelah melalui proses trial and error , styrofoam dapat didaur ulang dengan cara mencampurnya dengan semen air dan antacid8, sehingga butiran styrofoam menjadi lebih berat dan dapat dibentuk sesuai keinginan. Dari styrofoam tersebut dapat dibuat berbagai macam barang seperti pot bunga, penyangga tiang bendera, topeng, hiasan dinding, bahkan batako. Namun, proses daur ulang styrofoam ini ternyata tidak ada perempuan yangg tertarik untuk berkecimpung di dalamnya. Pekerjaan yang berhubungan dengan semen seperti styrofoam ini dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. Seperti wawancara penulis dengan beberapa informan dibawah ini “…..kan ya itu berhubungan dengan kotor-kotor gitu, pake semen semacamnya jadi ya pada gak mau,,itu kan cenderung kerjaan laki-laki ya..” (wawancara dengan Sdri. Yuni pada tanggal 27 Mei 2010)
“ sebenarnya mungkin tertarik ya mbak, cuma kan itu peralatannya berat-berat, perempuan pasti nggak bisa,nggak kuat. Cetakan potnya itu berat lho mbak, kurang cocok juga kalau untuk perempuan. Ya mungkin nanti kedepannya kami bisa menyediakan cetakan atau peralatan yang lebih ringan atau kecil jadi bisa dipake perempuan” (wawancara dengan Direktur BKKLBM Agus Sugiantoro, SH pada tanggal 01 Juni 2010)
“Sebenarnya bukan dikhususkan bagi laki-laki saja, namun sejauh ini memang belum ada perempuan yang tertarik buat menekuni. Selain kondisi kerajinan Styrofoam yang sedang jalan ditempat. Kalo sosialisasi sudah dilakukan, di awal berdirinya BKKLBM malah
8
Zat kimia yang berfungsi untuk melembabkan styrofoam dan memiliki massa sehingga tidak mengapung di dalam air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
mbak,” (wawancara dengan Bapak Bambang Suwerda, pada tanggal 08 juni 2010)
Pekerjaan mendaurulang memang lekat dengan semen, air dan kotor, sehingga hal ini membuat perempuan berpikir dua kali untuk bergabung. Selain itu masih adanya anggapan dari perempuan bahwa hal tersebut adalah pekerjaan laki-laki. Namun bukan berarti prempuan tidak tertarik, mereka memiliki ketertarikan namun masih belum memiliki keinginan.
“…pengen sih mbak sebenarnya, ya pengen ngerti, pengen tau itu gimana bikinnya tapi waktunya itu lho mbak…belum harus ngurus uang, ngurus anak, rumah,,,repot je mbak” (wawancara dengan pengurus BKKLBM Ibu Ari pada tanggal 26 Mei 2010)
“….iya, pengen itu, saya mau itu kalo diajarin tapi ya gimana nanti, waktunya itu,,malem-malem juga biasanya, nanti anaknya gimana? Cuma kan sekarang kayaknya lagi mandeg ya itu mbak.” (wawancara dengan Koordinator Pokja Daur Ulang Sampah Plastik Ibu Ismiyati pada tanggal 26 Mei 2010)
Perempuan memang tertarik untuk belajar, namun mereka terbentur dengan kewajiban pekerjaan rumah tangga yang sebagian besar dibebankan kepada mereka. Sehingga gerak mereka menjadi sedikit terbatasi. · Daur Ulang Sampah Plastik Plastik menjadi salah satu icon gaya hidup praktis di masa modern ini. Penemuan plastik telah mengubah banyak hal. Masyarakat pun telah terbiasa dengan penggunaan plastik, seperti kantong plastik, peralatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
rumah tangga dari plastik dan sebagainya. Plastik memang telah memudahkan hidup manusia, tapi manusia tidak sadar dengan bahaya yang mengancam mereka bila limbah plastik tidak ditangani dengan baik. Tanah membutuhkan waktu 50-80 tahun untuk dapat mengurai sampah plastik. Bila setiap hari sampah plastik dihasilkan oleh masyarakat dalam jumlah yang sangat tinggi, maka akan dibutuhkan lahan yang sangat luas untuk menimbun plastik tersebut dengan waktu yang sangat lama. Kenyataan ini disampaikan kepada masyarakat Dusun Badegan, sehingga BKKLBM memunculkan pokja daur ulang sampah plastik yang mengajak masyarakat
untuk
mendaur
ulang
sampah
plastik.
BKKLBM
menyelenggarakan pelatihan pembuatan daur ulang plastik menjadi aneka ragam barang kerajinan. Pada saat diselenggarakan pelatihan banyak sekali perempuan yang datang untuk mengikuti pelatihan, selai perempuan lakilaki juga mengikuti pelatihan meskipun jumlahnya hanya sedikit. Sekarang pengrajin tetap daur ulang sampah plastik berjumlah 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. ·
Bank Sampah Gemah Ripah Berdirinya bank sampah merupakan terobosan baru BKKLBM dalam menanggulangi
permasalahan
sampah.
Membiasakan
masyarakat
menabung sampah terpilah memang membutuhkan waktu yang tidak dapat dikatakan sebentar. Namun hal tersebut kini dapat dirasakan manfaatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
oleh masyarakat Dusun Badegan. Bank sampah dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan. Manfaat langsung yang dirasakan masyarakat adalah masyarakat tidak lagi kesulitan membuang sampah mereka, lingkungan menjadi lebih bersih serta masyarakat mendapatkan penghasilan tabahan meskipun jumlahnya tidak seberapa. Bank sampah memberi jangka waktu pelayanan agar masyarakat memiliki kesempatan untuk mengumpulkan sampah. Jenis sampah yang dapat ditampung bank sampah adalah sampah anorganik, seperti kertas, botol, kaleng, plastik, styrofoam dan sebagainya. Sampah tersebut dipilah menjadi tiga kelompok yakni kertas, plastik dan kaleng. Untuk sampah organik, saat ini sedang diupayakan untuk menggalakkan pembuatan kompos dari sampah organik serta biopori oleh Bengkel Kesling. Dalam pengoperasiannya, bank sampah memberlakukan dua sistem penabungan, yakni sistem individual dan sistem komunal. I. Sistem Individual Sistem individual melayani penabung individu. Nasabah individu datang langsung ke kantor Bank Sampah Gemah Ripah dengan membawa sampah terpilah yang akan ditabung. Sampai saat ini Bank Sampah Gemah Ripah telah memiliki 168 nasabah individu yang berasal dari berbagai daerah, mulai dari dusun Badegan hingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Sleman. Kebanyakan nama yang tertera pda buku tabungan nasabah adalah nama anak-anak nasabah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang pentingnya menabung dan mengelola sampah sejak dini. Alur pelayanan bank sampah pada sistem individual seperti dijelaskan pada bagan berikut ini
Pemilahan Sampah Oleh Warga
Warga Menabung Sampah Terpilah
Pelayanan Penabung oleh Petugas Bank Sampah Penabung Mengetahui Jumlah Tabungan
Pencatatan, Penimbangan, dan Pemasukan Sampah dalam Karung Terpilah
Penabung Selesai Dilayani dan Pulang
Penjualan ke Pengepul yang ditunjuk
Penambahan dana ke dalam rekening nasabah sesuai dengan jumlah sampah yang commit to user ditabung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Pada sistem individual ini, bank sampah menerapkan sistem bagi hasil, yakni dari 100 % hasil tabungan nasabah, 15% digunakan untuk operasional bank sampah selebihnya dimasukkan ke dalam rekening masing-masing nasabah. Tabungan tersebut dapat ditarik oleh nasabah dalam jangka menengah per 3 bulan. Penarikan tabungan berjangka tersebut bertujuan agar nilai nominal dari menabung sampah itu terlihat, mengingat harga sampah yang tidak seberapa dan sangat fluktuatif. II. Sistem Komunal Sistem konumal melayani nasabah berkelompok. Sistem ini mulai diberlakukan di bank sampah mulai 1 Januari 2009 karena banyaknya permintaan dari warga sekitar. Sarana untuk mengembangkan sistem ini diperoleh dari Badan Linkungan Hidup Kab. Bantul setelah pengelola Bank Sampah Gemah Ripah mengajukan proposal. Sarana yang diperoleh adalah tong-tong sampah terpilah, yakni tong sampah untuk sampah kertas, sampah plastik, serta sampah kaleng dan botol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Satu set tong sampah terpilah tersebut diletakkan di 16 titik yang tersebar di wilayah Dusun Badegan dan 2 titik di Lembaga Pendidikan yang terdapat di sekitar Dusun Badegan. Setiap 3-4 kali dalam satu minggu petugas dari bank sampah akan berkeliling untuk mengambil sampah-sampah tersebut. Seperti halnya dengan sistem individual, sistem komunal juga menerapkan sistem bagi hasil. Di mana dari 100% hasil penjualan sampah 70% masuk ke kas bank sampah dan selebihnya kembali ke kas masing-masing RT. 70 % bagian yang masuk ke dalam kas operasional bank sampah tersebut digunakan untuk menggaji petugas yang mengambil sampah dan operasional. Untuk menjual sampah plastik, kertas, kaleng dan botol bank sampah bekerja sama dengan pihak ketiga (tukang rosok/pengepul). Pihak ketiga ini yang akan memilah secara teliti dan memberikan nilai nominal dari sampah-sampah yang ditabungkan. Selain dijual ke pihak ketiga, ada sebagian sampah yang langsung dibeli oleh kelompok daur ulang untuk dijadikan tas ransel, wadah pensil, dompet dan penutup galon air. Sampah yang dibeli kelompok daur ulang adalah sampah yang dapat langsung didaur ulang, misalnya bungkus miuman ringan, bekas wadah minyak goreng, bungkus deterjen dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Selain menangani sampah organik dan anorganik, Bank Sampah juga membuka pelayanan pembuangan sampah residu. Sampah residu atau sering juga disebut sebagai sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), merupakan sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang, seperti pampers, pembalut, batu baterai, sisa makanan dan sebagainya. Bank sampah bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bantul untuk membuang sampah tersebut ke TPA Piyungan. Hanya saja nasabah yang menabung sampah residu tersebut tidak mendapatkan uang, tetapi dikenakan retribusi untuk dibayarkan ke Dinas PU. Setiap rumah tangga dikenakan biaya 8000 rupiah bila mereka mengantarkan sendiri sampah residu ke bank sampah atau 10000 rupiah bila sampah residu mereka diambil oleh petugas dari Bank Sampah. Selain ketiga pokja di atas yang menjadi ujung tombak BKKLBM dalam menangani permasalahan lingkungan, BKKLBM juga mempelopori penggunaan teknologi tepat guna sederhana dalam pengelolaan air yang hemat energi serta mudah diaplikasikan. Teknologi tersebut meliputi : ·
Sodis Sodis kependekan dari Solar Disinfektan. Yakni teknik memasak air mentah dengan menggunakan sinar matahari agar dapat dikonsumsi. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan air ke dalam botol-botol kaca, kemudian botol kaca tersebut ditempatkan pada penyangga yang terbuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
dari seng. Penyangga dengan botol berisi air kemudian dijemur pada saat matahari terik. Membutuhkan waktu kurang lebih dua jam lamanya agar kuman-kuman di dalam air mati dan air layak dikonsumsi. Hal ini telah diuji di laboratorium dan memang terbukti bahwa tenaga matahari dapat membunuh kuman di dalam air. 9 ·
Chlorine Diffuser Merupakan disinfektan air yang dibuat dari pipa paralon, kaporit, dan pasir. Kaporit dimasukkan kedalam pipa paralon dan ditutup dengan rapat. Selanjutnya paralon tersebut dimasukkan ke dalam pipa yang lebih besar yang telah dilapisi dengan pasir, kemudian ditutup rapat. Penggunaan alat ini dengan cara dimasukkan ke dalam sumber air sehari-hari, seperti sumur.
·
Penjernih Air Sederhana Alat sederhana yang sudah familiar di masyarakat umum. Dengan menggunakan batu bata merah, ijuk dan kerikil yang disusun dalam tong berpancuran. Air kotor kemudian dimasukkan ke dalam tong tersebut untuk dijernihkan secara alami sehingga layak dikonsumsi.
·
Biopori Lubang resapan air hujan yang juga dapat digunakan untuk membuat kompos. Dibuat dengan cara menggali tanah sedalam 90 cm dengan
9
Disarikan dari wawancara dengan Bapak Bambang Suwerda pada tanggal 04 Mei 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
diameter tidak lebih dari 20 cm. Agar tidak membahayakan, lubang biopori ditutup dengan sejenis batako berornamen, sehingga masih ada celah agar air bisa masuk. Dengan menggunakan bipori maka air hujan dapat ditampung oleh tanah secara maksimal sehingga dapat memperbesar cadangan air tanah. ·
Komposter Adalah alat atau guci dari tanah liat atau gerabah yang dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat digunakan sebagai pembuat kompos. Dengan menggunakan komposter, tidak perlu menggali lubang kompos ditanah. Dedaunan dan ranting cukup dimasukkan ke dalam komposter dengan dtambahkan pupuk kandang atau bahan kimia untuk membuat kompos. Pembuatan kompos secara alami membutuhkan waktu tiga bulan lamanya. Sedangkan bila ditambahkan zat kimia tidak sampai satu bulan kompos sudah dapat digunakan. Saat ini BKKLBM sedang merintis pembuatan kompos secara massal.
Teknologi-teknologi tersebut memang terlihat sepele, namun memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, terutama dalam hal penyediaan air bersih
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis hasil penelitian menjadi kunci dari penelitian yang telah dilakukan. Sebuah laporan penelitian belum dapat dikatakan memadai tanpa adanya analisis hasil berdasarkan dengan teori yang digunakan sebagai landasan. Bab IV ini berisi analisis dari hasil penelitian yang telah penulis paparkan sebelumnya. 4.1.
Teori Behavioral Sociology Masyarakat Dusun Badegan seperti layaknya masyarakat lainnya memiliki
nilai-nilai, kebiasaan dan budaya tidak tertulis yang mereka lakukan serta mereka anggap benar. Budaya tersebut timbul secara tidak sengaja, dari perilaku yang terpola, dilakukan secara terus menerus dan turun temurun maka jadilah kebudayaan. Kebudayaan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Kaitannya dengan pengelolaan sampah dan lingkungan adalah beberapa kebiasaan masyarakat mengenai lingkungan yang mereka lakukan cenderug merugikan dan berdampak negative bagi keberlangsungan lingkungan hidup mereka. Kebiasaan tersebut seperti membuang sampah sembarangan, menimbun sampah, membuat jugangan, membakar sampah, serta kurang peduli dengan lingkungan di sekitar mereka. Kondisi ini semakin parah pasca terjadinya gempa yang menyisakan puing-puing bangunan yang teronggok di beberapa sudut dusun. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh perempuan di Dusun Badegan sangat dipengaruhi oleh mindset mereka tentang sampah serta budaya yang commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka anut. Berdasarkan pada data hasil pengamatan sebelum didirikannya BKKLBM, diketahui bahwa 30 % masyarakat membakar sampah yang dihasilkan, 25% membuang di sembarang tempat, 20% menimbun sampah tanpa dipisah serta 25% berlangganan jasa pasukan kuning serta 5% dengan cara lain. 1 Perilaku masyarakat Dusun Badegan tersebut penulis kaji dengan teori Behavioral Sociology.
Behavioral Sociology dikemukakan oleh B.F Skinner.
Seperti yang telah penulis sebutkan pada tinjauan pustaka, teori ini menerangkan tingkahlaku melalui akibat-akibat yang mengikutinya. Menurut Skinner, kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku. Dengan kata lain kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Pola-pola perilaku masyarakat yang dikerjakan terus-menerus akan berubah menjadi kebiasaan. Dari kebiasaan-kebiasaaan itulah berubah menjadi budaya. Selain menegaskan adanya budaya yang berpengaruh dalam perilau masyarakat, teori ini juga memusatkan perhatian pada adanya hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Akibat tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tngkah laku yang terjadi di masa sekarang. Perilaku membakar sampah yang dilakukan masyarakat Dusun Badegan tentu tidak terlepas dari kebiasaan-kebiasaan yang berubah menjadi budaya. Yakni budaya membenci dan membakar sampah. Kebiasaan yang sudah dilakukan oleh orang tua-orang tua dahulu terus turun-temurun dialukan hingga sekarang. Membuat jugangan juga merupakan salah satu pola perilaku yang menjadi kebiasaan dan budaya di Dusun Badegan. 1
diperoleh dari data BKKLBM, pengamatan kepada masyarakat Dusun BAdegan pada tahun 2009 oleh Bapak Bambang Suwerda, S.ST, M.Si
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perilaku masyarakat tersebut bisa dikatakan sebagai hasil dari adanya pengaruh tingkah laku di masa lalu. Tingkah laku tersebut dipandang sebagai hal yang wajar, lumrah sehingga terus dilakukan oleh masyarakat. Bahkan yang tidak mengerjakan dianggap sebagai hal yang aneh atau tidak lumrah. Kondisi seperti didukung dengan adanya culture masyarakat Dusun Badegan yang masih tradisional sehingga mereka sangat sulit menerima perubahan atau hal baru, tertutup serta cenderung apatis terhadap sistem baru.
Perilaku Aktor
Membenci sampah
Kebiasaan Masyarakat
Membuat jugangan
Budaya Masyaraka t
Menimbun /Membakar Sampah
Skema perilaku masyarakat Dusun Badegan berdasarkan Teori Behavioral Sociology Pada skema tersebut, secara berturut-turut dijelaskan perilaku aktor (masyarakat Dusun Badegan) yang secara tidak langsung menjadi kebiasaan. Kebiasaan tersebut lambat laun menjadi budaya yang mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Sehingga setelah adanya BKKLBM pun, kebiasaankebiasaan masyarakat tersebut belum dapat sepenuhnya hilang atau terganti dengan system baru yang dibawa oleh BKKLBM. Meskipun BKKLBM dirintis commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan digerakkan oleh sebagian masyarakat Dusun Badegan sendiri namun tetap sulit mengubah kebiasaan dan budaya masyarakat.
Skema proses perubahan perilaku masyarakat Dusun Badegan setelah berdirinya BKKLBM Kebiasaan masyarakat tentang sampah dan lingkungan yang cenderung suka menyampah serta tidak peduli akibatnya bagi masa depan mereka bisa jadi merupakan pengaruh dari arus modernisasi. Adanya televisi dan media massa lainnya membawa berbagai macam berita dan gaya hidup modern yang memang commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengagung-agungkan hal yang serba praktis dan cepat. Misalnya saja, dengan alasan praktis kini masyarakat lebih suka menggunakan styrofoam sebagai tempat makanan. Selain harganya yang terjangkau, penggunaan styrofoam memberikan kesan lebih modern ketimbang pemakaian daun pisang atau kardus. Namun masyarakat tidak menyadari bahwa stryrofoam yang mereka pakai mengandung bahan kimia yang berbahaya serta tidak dapat diurai oleh tanah bahkan bila ditimbun ratusan tahunpun. Arus perubahan tersebut tanpa disadari mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat Dusun Badegan. Masyarakat menjadi gemar menghasilkan sampah namun enggan untuk mengelolanya. BKKLBM sebagai badan otonom masyarakat melalui program-programnya berusaha untuk mengubah mindset masyarakat mengenai sampah. Bila mindset lama dapat diubah maka perilaku masyarakat lambat laun akan menjadi lebih positif yang tentunya juga akan berdapak positif bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Baker dalam Sarwono menyebutkan, perilaku manusia tidak hanya ditentukan oleh lingkungan di sekitarnya, namun juga sebaliknya.kedua hal tersebut saling berperan dan tidak dapat dipisahkan. Hubungan perilaku manusia dengan
lingkungannya
adalah
“two
ways
streets”
atau
ecological
interdependencies. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut adalah lingkungan fisik dan pola perilaku baku (standing pattern of behavior). Perilaku manusia bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi alam dan situasi di sekitarnya namun juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, khususnya pranata-pranata sosial commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ada di dalamnya.2 Maka berdasarkan asumsi tersebut, kebiasaan-kebiasaan dan budaya yang dianut masyarakat Dusun Badegan secara tidak langsung mempengaruhi partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan di sekitarnya. Perempuan akan cenderung menjadi tidak peduli karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang kesehatan lingkungan. Bila mindset tersebut dapat berubah, serta dibarengi dengan adanya sosialisasi kepada perempuan maka partisipasi perempuan akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Sejauh pengamatan penulis BKKLBM sudah cukup memberikan warna baru bagi kehidupan masyarakat dan perempuan di Dusun Badegan. Meskipun partisipasi perempuan belum bisa dibilang cukup besar secara kuantitas, namun sudah cukup banyak yang tertarik untuk ikut bergabung. BKKLBM sedikit demi sedikit mulai mengubah mindset dan perilaku masyarakat terhadap sampah dan lingkungan.
Meskipun
hingga
sekarang
masih
ada
pula
warga
yang
“melestarikan” kebiasaan lama dan bertahan dengan mindset lama tetang sampah dan pengelolaan lingkungan.
4.2.
Teknik Analisis Harvard Teknik analisis Harvard penulis gunakan untuk melihat gap antara
partisipasi perempuan dan laki-laki di Dusun Badegan beserta faktor-faktor yang mempengaruhi. Teknik analisis Harvard menggunakan tiga profil dalam penggalian data, yakni profil aktifitas, profil akses dan kontrol serta profil faktor2
Hasim & Remiswal, Op.cit, hlm 231
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor yang mempengaruhi.3 Di bawah ini penulis sajikan ketiga tabel tersebut berikut penjelasannya. Tabel1. Profil Aktifitas Laki-laki
Perempuan
a. Aktifitas Produksi Dewasa
Anak
Dewasa
Anak
Bekerja
70%
-
30%
-
Memilah sampah
20%
10%
45%
25%
Menabung Sampah
20%
20%
40%
20%
10%
-
90%
-
100%
-
-
-
Membersihkan rumah
-
-
60%
40%
Memasak
-
-
100%
-
Mencuci Pakaian
-
-
70%
30%
100%
-
-
-
Menjahit
Kerajinan
daur
ulang Mendaur uang Styrofoam b. Aktifitas Reproduksi
Mengolah Kompos
3
Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:161
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktifitas berdasarkan pisau analisis Harvard ini dibedakan menjadi dua yakni aktifitas produksi dan aktifitas reproduksi. Aktifitas produksi merupakan aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Secara umum, pekerjaan utama atau pencari nafkah utama adalah laki-laki. Hanya sedikit perempuan yang bekerja atau sebagai penghasil nafkah utama. Hal ini disebabkan masih adanya anggapan di Dusun Badegan bahwa mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki sedangkan perempuan cukup mengerjakan pekerjaan rumah atau bekerja sambilan. Untuk kegiatan-kegiatan produktif dalam hal pengelolaan sampah seperti memilah dan menabung sampah banyak dikerjakan oleh perempuan dewasa dan anak. Sebelum adanya BKKLBM laki-laki di dusun memang bertugas mengurus sampah rumah tangga, namun mereka melenyapkannya dengan cara dibakar. Setelah adanya BKKLBM, kegiatan memilah sampah lebih banyak diatur oleh perempuan dewasa sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan untuk mendaur ulang Styrofoam dikerjakan oleh laki-laki dewasa karena pekerjaan tersebut menurut masyarakat Dusun Badegan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki. Aktifitas reproduksi dalam tabel tersebut adalah aktifitas yang dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan domestic rumah tangga yang tidak mendapatkan penghasilan. Dari tabel tersebut diketahui aktifitas reproduksi lebih banyak dikerjakan oleh kaum perempuan dewasa dan anak-anak. Hampir semua kegiatan seperti mencuci pakaian, memasak, serta membersihkan rumah dikerjakan oleh perempuan. Laki-laki hanya bertugas membuat kompos karena memang pekerjaan tersebut identik dengan laki-laki. 20% informan menggunakan jasa pembantu commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga (perempuan) untuk menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangganya. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa masih ada gap yang cukup besar antara kaum laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak dapat mengebangkan diri lebih jauh Karen amasih terbebani dengan pekerjaan rumah tangga. Seklipun perempuan bekerja di luar rumah, pekerjaan rumah tangga juga masih harus dikerjakan oleh mereka. Ini menunjukkan adanya beban ganda perempuan di Dusun Badegan. Pembantu rumah tangga yang membantu beberapa informan dalam
menyelesaikan
pekerjaan
rumahnya
juga
perempuan.
Anggapan
masyarakat yang menilai pekerjaan pembantu rumah tangga hanya pantas dikerjakan oleh perempuan menunjukkan adanya diskriminasi terhadap salah satu jenis gender. Tabel Profil Akses dan Kontrol/Manfaat Laki-laki
Perempuan
a. Sumberdaya Akses
Kontrol
Akses
Kontrol
Kantor Kesling
50%
60%
50%
40%
Bahan Daur ulang
10%
90%
100%
Mesin Jahit
10%
90%
100%
Komposter
60%
100%
40%
Mesin Pemarut Styrofoam
70%
100%
30%
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tong Smpah Terpilah
50%
Uang Kas
50%
Sepeda Motor
70%
Pemasukan tambahan
100%
50%
50%
100%
90%
30%
10%
50%
40%
50%
60%
Jaringan kerja
50%
90%
50%
10%
Pembelajaran berorganisasi
50%
80%
50%
20%
Keterampilan Menjahit
20%
80%
100%
Membuat Keputusan
50%
b. Manfaat
100%
50%
Sumber:hasil wawancara penulis dengan informan Tabel tersebut terdiri dari akses dan kontrol terhadap sumber daya BKKLBM serta akses dan kontrol terhadap manfaat yang diperoleh dengan berpartisipasi di BKKLBM. Sumberdaya yang dimiliki BKKLBM seperti yang disebutkan tabel di atas meliputi kantor, alat pengelolaan sampah, uang kas serta sepeda motor. Secara umum akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh BKKLBM terbilang sama besar. Meskipun terdapat beberapa hal yang sedikit membedakan seperti perempuan menguasai sumberdaya yang berhubungan dengan kegiatan jahit-menjahit daur ulang, kegiatan yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Sedangkan laki-laki lebih cenderung mengusai akses commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap sumberdaya maskulin seperti alat-alat yang digunakan untuk mengelola sampah meliputi mesin pemarut styrofoam, komposter tong sampah terpilah serta sepeda motor. Kontrol terhadap sumberdaya yang ada di lingkup BKKLBM juga tidak jauh berbeda dengan akses sumberdaya. Laki-laki dan perempuan memiliki kontrol yang sama meskipun sumberdaya yang dikontrol penuh oleh laki-laki dan perempuan tidak sama. Sumberdaya yang dianggap maskulin lebih banyak dikontrol oleh laki-laki ketimbang perempuan. Perempuan mendapatkan bagian untuk mengontrol uang kas, dan alat jahit beserta kelengkapannya. Sedangkan sumberdaya seperti kantor BKKLBM dan sepeda motor dapat dikontrol bersama meskipun lebih banyak dikontrol oleh kaum laki-laki. Pembedaan sumberdaya maskulin dan feminin tersebut menunjukkan bahwa di Dusun Badegan masih ada pembagian kerja berdasarkan gender, pekerjaan tertentu dipandang pantas bagi perempuan dan tidak pantas bagi laki-laki demikian juga sebaliknya. Kondisi ini disadari ataupun tidak menjadi saah satu faktor penghambat partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah. Perempuan yang sebenarnya memiliki banyak ketertarikan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan ruang geraknya menjadi terbatasi karena adanya anggapan tersebut serta beban ganda di dalam keluaga masing-masing.
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel Faktor-Faktor yang Berpengaruh Faktor-faktor
Dampak
Kesempatan
Kendala
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Kesehatan
50%
50%
50%
50%
-
-
Ekonomi
30%
70%
30%
70%
30%
70%
Status sosial
50%
50%
50%
50%
-
-
Pendidikan
40%
60%
50%
50%
20%
80%
Partisipasi perempuan dan laki-laki dalam kegiatan BKKLBM tentu tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, baik sebagai faktor pendorong maupun faktor penghambat. Faktor tersebut meliputi faktor kesehatan, faktor ekonomi, faktor status social, serta faktor pendidikan. a. Kesehatan Dalam bidang kesehatan, perempuan dan laki-laki merasakan dampak dan kesempatan yang sama dari keberadaaan BKKLBM. Karena memang setiap kegiatan BKKLBM ditujukan bagi kesehatan masyarakat
luas,
bukan
kepada
person
tertentu.
Sehingga
manfaatnya bisa dirasakan secara merata meskipun masih dalam lingkup kecil.
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Ekonomi Faktor ekonomi yang lebih banyak dirasakan dampak dan kesempatannya oleh kaum perempuan. Kaum perempuan yang tidak memiliki pekerjaan tetap bergabung dengan kegiatan BKKLBM yang sedikit banyak membantu perekonomian mereka seperti membuat kerajinan daur ulang serta memilah dan menabung sampah. Hal ini menjadi salah satu sumber pemasukan yang cukup membantu meskipun tidak seberapa banyak nilainya. Kendala perempuan di bidang ekonomi juga cukup besar, karena mayoritas perempuan berasal dari kalangan yang bukan berpendidikan tinggi sehingga mereka tidak memiliki pekerjaan atau bergantung kepada suami. Adanya BKKLBM ini sedikit banyak telah membantu perempuan untuk mandiri dan mengembangkan diri meskipun masih terbatas pada kemampuan menjahit dan mengelola organisasi kecil dengan penghasilan yang tidak seberapa. c. Status Sosial Status sosial sering dianggap sebagai hal yang penting di kalangan masyarakat. Semakin tinggi status sosial seseorang tentu akan semakin disegani dan dihormati di lingkungannya. Dengan menjadi pengurus ataupun terlibat dalam kegiatan BKKLBM tidak serta merta seseorang langsung mendapatkan posisi di mata masyarakat. Namun paling tidak masyarakat akan mencotoh mereka yang sudah bergabung di BKKLBM. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setiap orang baik laki-laki memiliki dampak dan kesempatan yang sama untuk menjadi “juru kampanye” BKKLBM di lingkungan sekitarnya. Semakin banyak perempuan yang aktif maka akan semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk bergabung dan berpartisipasi. Selain itu, banyaknya tokoh masyarakat yang mendukung serta aktif tergabung dalam program pengelolaan sampah ini ikut mendorong warga yang belum mengelola sampah dengan 3 R tergerak hatinya untuk turut ambil bagian dalam program ini. Disamping pengaruh dari tokoh masyarakat, popularitas penggagas yakni Bambang Suwerda, S.ST, M.Si juga sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BKKLBM. Memang dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini, Bambang Suwerda, S.ST, M.Si kerap diundang sebagai narasumber pada acara-acara baik di tingkat lokal maupun nasional. Beliau juga beberapa kali menerima penghargaan yang disiarkan di stasiun televisi swasta. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri sehingga masyarakat Dusun Badegan bersedia bergabung dengan BKKLBM. d. Pendidikan BKKLBM secara tidak langsung telah menjadi lembaga pendidikan nonformal bagi perempuan dan masyarakat Dusun Badegan mengenai pengelolaan sampah dan lingkungan. Perempuan yang berpartisipasi mayoritas tidak memiliki latar belakang pendidikan commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang cukup tinggi, sehingga mereka memiliki kesempatan belajar secara non-formal mengenai kesehatan lingkungan dengan aktif mengikuti kegiatan BKKLBM. Selain pendidikan kesehatan linkungan, BKKLBM juga menjadi wadah organisasi baru bagi perempuan dan laki-laki diDusun Badegan. Dengan demikian perempuan
Dusun
Badegan
dapat
mulai
belajarr
untuk
mengaktualisasikan diri melalui di lingkup BKKLBM. Hal ini bisa menjadi salah satu cara pembelajaran yang lebih efektif ketimbang pembelajaran formal, mengingat sebagai ibu rumah tangga mereka memiliki berbagai macam kesibukan.
Sejak awal berdirinya BKKLBM di Dusun Badegan memiliki tujuan utama menyadarkan masyarakat mengeani kesehatan lingkungan di samping itu, juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat secara umum. Dalam konsep pemberdayaan, pemberdayaaan tidak akan berjalan mulus tanpa adanya partisipasi masyarakat. Masyarakat tersebut bisa berarti laki-laki, maupun perempuan. Penulis dalam penelitian kali ini lebih memfokuskan penelitian pada partisipasi perempuan. Partisipasi perempuan sangat diperlukan dalam hal pengelolaan sampah. Mengingat peraturan pemerintah yang mengaskan untuk memilah sampah dari sumbernya. Salah satu sumber penghasil sampah adalah rumah tangga. Volume sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya memang tidak besar, namun
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bila berlangsung terus menerus dengan banyaknya rumah tangga yang ada di Dusun Badegan maka sampah yang akan dihasilkan sangat banyak. Tujuan dari partisipasi ini adalah membekali perempuan dengan pengtahuan mengenai kesehatan lingkungan, serta memberi mereka keterampilan termasuk dalam hal berorganisasi dann keterampilan yang lain. Hal ini juga tercantum dalam visi misi BKKLBM yang penulis dapat dari dokumen milik BKKLBM. Partisipasi perempuan menjadi hal yang sangat penting, karena ketika lingkungan tercemar, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali. Dengan membekali perempuan ilmu tentang kesehatan lingkungan, mereka akan menjadi lebih hati-hati dalam mengelola lingkungan serta mengetahui apa dampak dari perilaku mereka terhadap sampah dan lingkungan. Semakin perempuan paham bahaya sampah maka mereka akan semakin menjaga lingkungan sekitar mereka. Indikator-indikator dari teknik analisis Harvard tersebut memang belum semuanya tercapai dengan baik oleh perempuan di Dusun Badegan. Secara kuantitas memang partisipasi perempuan cukup banyak dibandingkan dengan laki-laki namun secara kualitas perempuan masih banyak tertinggal dari kaum laki-laki. Partisipasi perempuan juga belum bisa dikatakan menyeluruh, karena sebagian besar perempuan yang aktif dalam kegiatan BKKLBM adalah perempuan yang tinggal di sekitar kantor BKKLBM. Kantor BKKLBM sendiri terletak di wilayah RT 12 dan RT 11. Wilayah Dusun Badegan yang sangat luas membuat jarak antar RT cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Zoer’aini Djamal Irawan partisipasi perempuan dalam pengelolaan lingkungan sangat menentukan, artinya demikian dekatnya perempuan dengan lingkungann akan membuat lingkungan menjadi terpelihara.4 Tanpa memiliki kesadaran akan kesehatan lingkungan, perempuan akan terus menerus melakukan budaya-budaya lama dalam mengelola sampah dan lingkungan seperti membakar sampah, dan sebagainya.
4.3.
Community Development BKKLBM meskipun tergolong organisai baru dan belum lama berdiri
namun memiliki peran yang cukup vital bagi masyarakat Dusun Badegan. Peran yang dijalankan antara lain pemberdayaan permpuan dan pengelolaan lingkungan secara keseluruhan dan bertahap. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga dianggap memiliki peranan yang sangat penting bagi pendidikan mengenai kesehatan lingkungan bagi anak-anak generasi masa depan. Perempuan bila diarahkan juga memiliki kemampuan yang sangat memadai dalam berbagai hal terutama dalam hal pengelolaan sampah dan lingkungan. Upaya-upaya yang dilakukan BKKLBM sejalan dengan konsep community development. Community development pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh warga komunitas untuk bekerja sama yang diarahkan untuk masa depan komunitas itu sendiri.5 BKKLBM dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat Dusun Badegan demi masa depan lingkungan 4
Prof. DR. Ir. Zoer’aini Djaal Irawan, MS, Besarnya Eskploitasi Perempuan dan Lingkungan di Indonesia, 2009:118 5 Hasim dan Remiswai, Op.Cit, hlm 45
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat
Dusun
Badegan.
Pengembangan
komunitas
ala
community
development ini memiliki indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan konsep tersebut pada masyarakat secara riil. Kelima aspek tersebut sebagaimana yang telah penulis sebutkan pada pendahuluan, yakni : (1) enabling/pemungkin; (2) empowering/penguatan ; (3) protecting/perlindungan; (4)supporting/penyokong ; (5) fostering/pemeliharaan. Sejalan dengan konsep tersebut, BKKLBM mendorong perempuan untuk diberdayakan, bukan diperdayakan. Beberapa fungsi dalam konsep community development di atas memang belum dapat dipenuhi karena skala yang pemberdayaan oleh BKKLBM belum terlalu besar, karena terfokus pada pengelolaan lingkungan. BKKLBM menjalankan fungsi-fungsi tersebut dengan mengacu pada visi-misi yang ada. Penulis menganalisis peranan BKKLBM dengan kelima aspek tersebut sebagai indikator keberhasilan program BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan lingkungan. 1. Pemungkin BKKLBM
sebagai
wadah
komunitas
menciptakan
iklim
yang
memungkinkan setiap anggota komunitas dapat mengembangan potensi yang dimiliki. Potensi yang ada pengolahan pupuk, penyediaan tenaga penyuluh kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah rumah tangga secara ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable). Disebut berkelanjutan karena dengan adanya pengelolaan tersebut sampah rumah tangga menjadi memiliki nilai jual sehingga dapat menjadi salah satu alternatif pekerjaan bagi perempuan. BKKLBM membuka peluang usaha commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baru disamping juga menjalankan misi penyelamatan lingkungan dan pengelolaan sampah. Fungsi ini dapat dijalankan dengan baik meskipun menurut penulis belum maksimal. Hal ini disebabkan pengurus BKKLBM sendiri yang belum lengkap serta masih sering terjadi tambal sulam pengurus. Kondisi tersebut mempengaruhi jalannya program yang direncanakan. 2. Penguatan/Pemberdayaan Dengan adanya program-program berkenaan dengan pengelolaan sampah dan kesehatan lingkungan, hal tersebut menjadi salah satu upaya pemberdayaan bagi perempuan Dusun Badegan. Karena sebelum berlangsungnya program terlebih dahulu perempuan-perempuan tersebut diberikan sosialisai dan pemahaman tentang pentingnya mengelola sampah dan
menjaga
lingkungan.
perempuan-perempuan
Disamping
Dusun
itu,
Badegan
dengan
dalam
bergabungnya
program-program
pengelolaan lingkungan BKKLBM maka mereka akan belajar bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi. Pemberdayaan berarti memberikan daya, memberikan kemampuan untuk survive, menciptakan peluan untuk keberdayaan seseorang. Pemberdayaan perempuan berarti memberikan kemampuan atau menciptakan peluang bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri. Program-program yang dijalankan
BKKLBM
memberdayakan
bisa
perempuan,
dikategorikan karena
sebagai
kegiatan
program-program
yang
tersebut
memberikan pengetahuan baru bagi perempuan serta membekali commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perempuan dengan keterampilan sehingga mereka mampu untuk merintis sebuah usaha mandiri, meskipun dalam skala kecil. 3. Pelindung Menurut apa yang penulis amati, fungsi ini belum begitu berjalan di dalam tubuh BKKLBM. Selain karena BKKLBM belum menjadi komunitas yang besar dan benar-benar mapan. Tambal sulam pengurus, serta tidak semua pengurus aktif menjalakan perannya menjadi salah satu kendala, sehingga fungsi ini belum dapat berjalan optimal. Perlindungan yang diberikan terhadap anggota komunitas BKKLBM mencakup seperti persaingan yang sehat antar pengrajin dan pemilah sampah (sampah anorganik), serta tidak adanya diskriminasi atas salah satu jenis gender. Tidak ada kelompok dalam komunitas yang mendominasi satu sama lain,boleh dikatakan masih kondusif dan cukup tertata. Selain masih belum mapan, BKKLBM juga belum memiliki peraturan yang tetap dan mengikat (seperti AD/ART,dll), sehingga cenderung ada beberapa
oknum
yang
menyepelekan
atau
sengaja
melalikan
tanggungjawabnya. 4. Penyokong Anggota komunitas dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya (pengrajin, nasabah dan pengelola) mendapatkan pendampingan dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan. BKKLBM juga mengadakan rapat monitoring dan evaluasi satu bulan sekali sebagai bentuk pendampingan commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agar setiap personil dari komunitas dapat berjalan sesuai fungsi masingmasing.
Berdasarkan
susunan
kepengurusan
BKKLBM,
fungsi
supporting/penyokong banyak dilakukan oleh penggagas BKKLBM. Bambang Suwerda, SST, M.Si sebagai penggagas yang juga seorang praktisi di bidang kesehatan lingkungan menjalankan fungsi supporting karena selain penggagas beliau dianggap sebagai orang terpelajar yang sangat paham dengan kesehatan lingkungan. Sehingga baik pengurus maupun partisipan memberikan kepercayaan lebih kepaada beliau. 5. Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan dilakukan oleh BKKLBM dalam bentuk adanya peraturan-peraturan dan visi-misi yang menjadi acuan anggota komunitas. Meski tidak semua anggota komunitas memahami betul apa yang tercantum dalam visi-misi, peraturan, ataupun ketetapan hasil rapat bersama. Hal ini dikarenakan tidak semua anggota komunitas aktif dalam menjalankan perannya. Fungsi pemeliharaan ini menurut penulis masih belum dapat berjalan optimal. Untuk sekarang, BKKLBM masih berkonsentrasi untuk membangun kepercayaan masyarakat serta lebih mematangkan kinerja organisasi. Bila kinerja organisasi sudah mapan dengan sistem manajemen yang memadai tentu fungsi pemeliharaan ini akan berjalan secara otomatis. Community development sebagai salah satu konsep pengembangan masyarakat merupakan konsep yang bisa diterapkan dengan cukup baik di Dusun Badegan melalui BKKLBM. BKKLBM menjalankan perannya secara bertahap commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan terprogram, baik sebagai wadah komunitas yang memberdayakan perempuan maupun peran dalam pengelolaan lingkungan. Penerapan konsep community development sangat dipengaruhi oleh kondisi komunitas serta kultur dan sikap masyarakat setempat.
4.4.
Diagram Venn PRA Diagram venn merupakan salah satu metode yang ada dalam teknik analisis
PRA (Participatory Rural Appraisal). Metode ini digunakan untuk mengurai dan menganalisis lembaga-lembaga apa saja yang ada di sekitar BKKLBM, baik lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah, sejauh mana mereka berperan serta seberapa penting lembaga-lembaga tersebut bagi eksistensi BKKLBM. Dalam diagram venn peran dan penting tidaknya sebuah lembaga dianalogikan dengan bentuk dan jarak gambar dengan gambar utama. Semakin besar gambar dan semakin dekat jarak dengan gambar utama menunjukkan bahwa lembaga tersebut memiliki peranan paling penting serta begitu berpengaruh terhadap jalannya program. Sebaliknya, bila lembaga digambarka kecil serta jauh dari gambar utama berarti lembagai tersebut kurang berperan serta tidak terlalu memiliki pengaruh. Pengamatan yang dilakukan penulis, serta wawancara dari informan menyebutkan bahwa BKKLBM sejauh ini dalam menjalankan perannya secara mandiri. Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, peran BKKLBM banyak dibantu oleh masyarakat Dusun Badegan, puskesmas, serta poltekkes kemenkes, dengan bagan diagram venn seperti dibawah ini commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BLH
Poltek kes
Masyarakat Badegan BKKLM Puskes mas
Pedukuhan PKK
Kel. Bantul
Kec. Bantul DPU
Dari bagan digram venn tersebut dapat diketahui peran antar lembaga sebagai supporting sistem bagi BKKLBM. Masyarakat Dusun Badegan dengan PKK dusun memiliki peran yang paling besar terhadap eksistensi BKKLBM. Selain sebagai objek, masyarakat juga menjadi pelaku bagi dan pemilik BKKLBM. Demikian halnya PKK, PKK merupakan pintu masuk bkklb dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat Dusun Badegan. Selain masyarakat, puskesmas juga memiliki peran yang penting. Puskesmas yang dimaksud dalam diagram venn tersebut adalah puskesmas wilayah kerja Bantul Timur. Puskesmas selain sebagai konsultan dalam hal kesehatan juga menjadi mitra bagi BKKLBM ketika mengadakan pelatihan jumantik (juru pantau jentik-jentik), baik jumantik dewasa maupun jumantik cilik. Mengingat angka penderita DB yang tinggi di wilayah Dusun Badegan, maka secara berkala pula BKKLBM mengadakan kegiatan pelatihan jumantik sebaga upaya penanggulangan DB.
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Poltekkes Kementrian Kesehatan RI di Bantul juga memiliki peranan yang cukup penting. Hal ini dikarenakan instansi tempat Bapak Bambang Suwerda SST, M.Si mengabdi tersebut banyak memberikan dukungan bagi kemajuan BKKLBM. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian kebebasan waktu bagi Bapak Bambang Suwerda,S.ST,M.Si (selaku staff pengajar di lembaga tersebut) dalam menangani BKKLBM. Poltekkes Kemenkes RI Bantul juga selalu mempromosikan BKKLBM untuk studi banding maupun kunjungan tamu. BKKLBM dijadikan contoh pengembangan model pengelolaan kesehatan lingkungan berbasis masyarakat atau komunitas. Sedangkan untuk lembaga pemerintahan justru tidak terlalu memberikan dukungan yang berarti. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bantul menjadi satu-satuya lembaga yang memiliki peran cukup penting dibandingkan dengan lembaga pemerintahan lainnya. BLH membantu BKKLBM dalam bentu penyediaan infrastruktur serta sering bekerja sama dengan BKKLBM sebagai penyuluh di acara-acara kesehatan lingkungan. Meskipun tidak semua lembaga memberikan dukungan penuh dan support yang nyata, namun BKKLBM tetap dapat bertahan bahkan berkembang hingga sekarang.
Sejauh
masyarakat
Dusun
Badegan
masih
mendukung
dan
berpartisipasi maka BKKLBM akan terus mengalami pertumbuhan, meskipun tanpa support dari instansi resmi pemerintah.
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Kehidupan perempuan tidak dapat dilepaskan dari ligkungan hidup. Peran dan partisipasi perempuan dalam pengelolaan lingkungan khususnya pengelolaan sampa rumah tangga sangat diperlukan, demi tercipatanya masa depan lingkungan yang lebih baik. Ekofeminisme menyatakan pentingnya peranan perempuan bagi kelangsungan bumi. Sejalan dengan pemikiran tersebut, perempuan di Dusun Badegan menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun dalam hal partisipasi pengelolaan sampah rumah tangga yang difasilitasi oleh BKKLBM. Partisipasi perempuan mengalami kenaikan dari tahun pertama berdirinya bklbm hingga memasuki tahun ketiga. Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama memilah sampah rumah tangga. Sampah organik digunakan untuk membuat kompos sedangkan sampah anorganik seperti kertas, botol plastik, kaleng dan kaca ditabung di Bank Sampah Gemah Ripah, salah satu unit pengelolaan sampah milik BKKLBM. Meskipun pada awalnya sulit mengajak perempuan untuk lebih peduli dengan lingkungan namun lambat laun perempuan Dusun Badegan mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan pro lingkungan yang diselenggarakan oleh commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BKKLBM. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah popularitas Bambang Suwerda selaku penggagas berdirinya BKKLBM dan bank sampah gemah ripah. Dua tahun terakhir ini Bambang Suwerda acapkali dipanggil sebagai narasumber dala kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Selain itu beliau juga meneria beberapa penghargaan atas terobosannya mendirikan BKKLBM dan bank sampah gemah ripah yang beracuan pada pengelolaan sampah berbasis komunitas atau masyarakat. Hal ini sangat berpengaruh pada kepercayaan masyarakat Dusun Badegan terhadap program-program BKKLBM dan bank sampah gemah ripah. Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam pengelolaan sampah tentu tidak lepas dari peran BKKLBM selaku fasilitator. BKKLBM mengembangkan sebuah terobosan baru dalam pengelolaan sampah yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. BKKLBM memberikan pemahaman mengenai pengelolaan sampah dari sumbernya kepada masyarakat Dusun Badegan. Hal tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi per rt secara kontinu yang melibatkan ibu-ibu kader PKK dan Dasawisma. Selain sosialisasi para pengurus BKKLBM juga tidak segan untuk memberikan contoh langsung kepada masyarakat. BKKLBM juga mempelopori penggunaan teknologi sederhana dan tepat guna yang menggunakan bahanbahan yang mudah ditemukan di sekitar masyarakat. teknologi tepat guna yang berwawasan lngkungan tersebut seperti sodis (penggunaan energy matahari untuk memasak air), pembuatan chlorine diffuser (disinfektan air sumur), dan sebagainya. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masyarakat Dusun Badegan memang pada awalnya sangat tertutup dengan langkah-langkah baru yang dilakukan oleh BKKLBM, namun dengan pendekatan-pendekatan yang gigih dan teru menerus, lambat laun masyarakat dapat memahami dan menerima. Salah satu kunci sukses BKKLBM adalah sosialisasi yang terus-menerus. Meskipun BKKLBM merupakan oranisasi swadaya masyarakat serta kurang mendapat perhatian dari pemerintah, hal tersebut tidak menyurutkan langkah pengelolanya.
5.1.1. Kesimpulan Empiris Dampak dari partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing mulai dirasakan setelah mereka akif berpartisipasi pada kegiatan BKKLBM baik melalui pokja styrofoam, pokja daur ulang plastik maupun Bank Sampah Gemah Ripah.
Perempuan Dusun Badegan
berpartisipasi dengan baik sebagai pengelola maupun anggota. Dampak dari partisipasi ini selain peningkatan kualitas perempuan melalui penyuluhan dan sosialiasasi yang dilakukan oleh pengelola BKKLBM juga menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan persaudaraan antar warga masyarakat. sudah menjadi rahasia umum bila sejak sebelum munculnya BKKLBM terdapat dua kelompok ibu-ibu Dasawisma di Dusun Badegan yang tidak memiliki hubungan baik. Secara tidak langsung, partisipasi mereka dalam BKKLBM mulai dapat mengurangi ketegangan antar kelompok. Selain dampak dalam hal hubungan sosial antar warga, BKKLBM juga berdampak pada kesehatan lingkungan di Dusun Badegan serta perkembangan commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dusun Badegan. Dalam hal kesehatan lingkungan, tumpukan sampah liar di sudut-sudut dusun dapat berkurang cukup drastis sejak banyaknya masyarakat yang tertarik dan sejalan dengan ide BKKLBM. Angka penderita DB juga dapat ditekan serta lingkungan menjadi lebih tertata, meskipun pencemaran udara dengan membakar sampah masih tetap ada beberapa. Kemajuan kesehatan lingkungan ini paling terlihat di lingkungan RT 12, tempat dimana terdapat kantor BKKLBM. Bagi
pertumbuhan
pedukuhan,
BKKLBM
sangat
berperan
mempromosikan Dusun Badegan, baik di lingkup nasional maupun internasional, mengingat banyaknya media massa yang pernah mengulas mengenai sepak terjang BKKLBM. Berawal dari hal tersebut, muncul wacana untuk menjadikan Dusun Badegan sebagai dusun wisata edukatif kesehatan lingkungan. Bila hal ini dapat terealisasi, maka perekonomian masyarakat Dusun Badegan akan mengalami perkembangan pesat. Wacana tersebut kini masih dalam proses pembahasan lebih lanjut serta penyiapan BKKLBM sebagai objek agar dapat lebih layak menjadi tujuan wisata. Partisipasi perempuan Dusun Badegan dalam pengelolaan sampah rumah tangga terbilamg cukup bagus. Partisipasi tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya peranan BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan lingkungan. Sehingga kedua hal tersebut saling melengkapi dan menyokong satu sama lain.
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.1.2. Kesimpulan Teoritis Penulis dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori yang digunakan sebagai pisau analisis. Masing-masing teori memiliki implikasi yang berbeda, yang penulis paparkan dibawah ini : 5.1.2.1. Behavioral Sociology Perilaku masyarakat pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang lambat laun menjadi budaya pada masyarakat tersebut. Demikian halnya dengan perilaku masyarakat terhadap sampah di Dusun Badegan yang juga dipengaruhi oleh adanya kebiasaann adat maupun budaya yang ada di masyarakat Dusun Badegan. Perilaku tersebut tercermin dalam sikap mereka yang antipati terhadap sampah, gemar membuat jugangan, bermunculannya TPS liar, serta kebiasaan membakar sampah. Hal tersebut tentu berpengaruh pada partisipasi perempuan. Semenjak berdirinya BKKLBM, kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut mulai banyak berkurang seiring dengan semakin bertambahnya perempuan yang aktif berpartisipasi pada kegiatan yang diselenggarakan oleh BKKLBM. 5.1.2.2. Teknik Analisis Harvard Teknik analisa Harvard merupakan teknik analisis yang menjadi dasar bagi teknik analisis gender lainnya. Teknik ini digunakan untuk melihat gap antara laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial, hukum, ekonomi, kesehatan, pengembangan SDM dan sebagainya. Penulis menggunakan teknik ini untuk melihat gap partisipasi antara laki-laki dan perempuan penduduk Dusun Badegan dalam hal. Penggunaan teknik ini memudahkan commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penulis dalam menganalisis sejauh mana partisipasi perempuan di Dusun Badegan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga, hal ini disebabkan penggunaan tabel-tabel Harvard yang rinci serta terstruktur. Teknik analisis ini juga telah memiliki indikator-indikator penilaian yang sangat membantu penulis dalam merumuskan interview guide. Meski demikian penulis sedikit memodifikasi teknik ini dengan memberikan persentase pada tabel masingmasing profil agar dapat menggambarkan secara lebih detil hasil temuan yang ada di lapangan. 5.1.2.3. Community Development Community development penulis gunakan untuk menganalisis sejauh mana peran BKKLBM dalam memberdayakan perempuan dan pengelolaan lingkungan. Salah satu yang mendasari mengapa penulis memilih menggunakan teknik ini karena BKKLBM sebagai lembaga otonom ini memang berbasis komunitas, lahir dari sebuah komunitas yang kemudian berkembang dan bertujuan memajukan komunitas dalam hal kesehatan lingkungan. BKKLBM lahir di lingkungan RT 12 yang kemudian berkembang dan besar bersama masyarakat Pedukuhan Badegan Bantul. Sehingga teknik ini relatif bisa diterapkan dalam penelitian ini. BKKLBM juga merupakan wujud adanya aksi bersama (collective action) dalam hal mengelola lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam jurnal .1
1
Lihat hlm
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.1.2.4. Digram Venn PRA Diagram venn merupakan bagan yang menggambarkan hubungan antara satu lembaga dengan lembaga yang lain. Diagram venn ini penulis gunakan untuk menganalisis hubungan antar lembaga, antara BKKLBM dengan lembaga-lembaga yang berperan, antara BKKLBM dengan masyarakat dan sebagainya. Dengan menggunakan diagram venn ini akan terlihat sejauhmana perena lembaga tersebut serta seberapa besar peran mereka.
5.1.3. Kesimpulan Metodologis Penelitian kualitatif ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus digunakan untuk meneliti sebuah fenomena kontemporer di dalam kehidupan nyata. Sebuah studi kasus haruslah memenuhi dua hal, yakni spesifik dan jelas batasannya.
Pada penelitian ini, penulis berusaha
memaparkan tentang partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui BKKLBM serta peran BKKLBM itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan observasi partisipatoris, wawancara serta dokumentasi. Penulis menetap selama kurang lebih enam minggu di Dusun Badegan untuk mengetahui lebih detail serta mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Wawancara dan pendokumentasian juga dilakukan untuk menunjang kelengkapan data.
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam teknik pengambilan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Sehingga peneliti dapat memilih sampel yang memang kredibel serta dibantu dengan rekomendasi dari informan kunci. Snowball sampling sangat membantu penulis pada awal menetap di sana, karena penulis belum terlalu mengenal medan penelitian. Adanya rekomendasi-rekomendasi dari informan kunci sangat membantu penulis dalam memnentukan infoeman pada penelitian ini. Dengan perpaduan keduanya penulis dapat mendapatkan informan yang representatif serta koperatif ketika proses pengumpulan data. Informan penelitian ini berasal dari tiga pihak, yakni dari pihak BKKLBM, masyarakat Dusun Badegan atau partisipan BKKLBM, serta dari pihak pemerintahan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penulis dalam uji validitas data. Trianggulasi konstruk digunakan sebagai uji validitas data, hal ini umum dipakai dalam penelitian studi kasus. Salah satu poin dari trianggulasi konstruk adalah penggunaan multi sumber bukti. Sehingga penulis menggunakan sumber bukti lebih dari dua untuk melakukan uji validitas data. Pengolahan data dilakukan segera setelah peneliti memperoleh data yang dibutuhkan. Proses analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus selama penelitian masih berlangsung maupun pada masa penyusunan laporan.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.2.
Saran Sebagai penutup pada laporan penelitian skripsi ini, penulis memaparkan beberapa saran yang semoga dapat bermanfaat serta dapat ditindaklanjuti. Untuk BKKLBM 1. Sebagai sebuah organisasi swadaya hendaknya BKKLBM mulai menata ulang kondisi internal BKKLBM. Permasalahn pengurus yang masih sering tambal sulam pengelola harus segera dicarikan jalan keluar dengan cara mencari orang-orang yang memang sesuai pada posisinya. Dengan demikian kualitas BKKLBM akan semakin meningkat. Bila kualitas meningkat kepercayaan masyarakat akan semakin bertambah yang tentu juga berdampak pada pasrtispasi perempuan. 2. BKKLBM
yang
semula
merupakan
organisasi
nirlaba
dapat
dikembangkan secara lebih professional. Dengan demikian setiap bulannya terdapat kas tetap melalui usaha-usaha yang dikelola oleh BKKLBM. Hal ini dapat memperkuat kondisi keuangan organisasi yang tentu saja sangat berdampak pada berjalannya program-program organisasi. 3. Pemberian insentif tetap bagi pengelola hendaknya perlu direalisasikan, tentunya dengan melihat kondisi keuangan BKKLBM. Hal ini bertujuan agar
nilai
sampah
dapat
dinikmati
commit to user
secara
sustainable,
serta
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membuktikan bahwa melalui pengelolaan sampah dan lingkungan dapat menjadi lahan pekerjaan baru. 4. Perlunya BKKLBM bekerja sama secara resmi dengan instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang kredibel serta memiliki konsentrasi dalam hal kesehatan lingkungan masyarakat. Kerja sama diperlukan agar posisi BKKLBM semakin kuat dan mendapatkan lebih banyak kepercayaan dari berbagai pihak. Untuk Pemerintah 1. Bagi pemerintah, baik lingkup dusun, kelurahan, kecamatan maupun kebupaten, hendaknya memberikan dukungan yang riil bagi BKKLBM sehingga konsep yang diusung BKKLBM ini dapat berkembang dan digunakan secara massal. 2. Perlunya digagas sebuah peraturan daerah yang mengacu pada UU no 18 tahun 2008, mengenai pengelolaan sampah yang berasal dari sumbernya sebagaimana konsep yang diterapkan oleh BKKLBM. Dengan demikian semua permasalahan sampah di Kabupaten Bantul secara perlahan dapat teratasi. 3. Adanya peraturan daerah memungkinkan Pemkab Bantul menetapkan sanksi bagi pelanggar kesehatan lingkungan misalnya sanksi bagi pembakar sampah, penimbun sampah ataupun sanksi bagi pembuang sampah sembarangan. Hal tersebut sangat membantu mewujudkan lingkungan yang asri dan terhindar dari masalah di masa mendatang.
commit to user