AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract System of Rice Intensification (SRI) is one approach to rice cultivation practices that emphasize the cultivation of land management, crop and water through the empowerment of indigenous groups and based on environmentally friendly activities. One application of the idea of SRI is the wide plant spacing. The use of wide plant spacing on the System of Rice Intensification allow light into the paddy crop will be more so that the process run more optimum photosynthesis which ultimately will result in growth and high crop production. Plant spacing 30 cm x 30 cm for rice plants (Oryza sativa L.) with System of Rice Intensification (SRI) gave the best effect on plant growth. Key words: System of Rice Intensification, plant spacing, light
PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. dengan populasi sebesar 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,4% per tahun, kebutuhan akan beras meningkat setiap tahunnya, sedangkan pasokan beras pada saat ini telah mencapai tingkat terendah di dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang disertai oleh kenaikan harga beras dalam 10 tahun terakhir. Upaya peningkatan produksi beras terus dilakukan, namun saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktivitas. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan untuk mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha. System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu pendekatan praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengolahan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Penerapan gagasan SRI berdasarkan enam komponen penting yaitu: 1) transplantasi bibit muda; 2) bibit ditanam satu lubang; 3) Jarak tanam lebar; 4) kondisi tanah lembab (irigasi berselang); 5) melakukan pendagiran (penyiangan), dan; 6) hanya menggunakan bahan organik (kompos). Penggunaan jarak tanam yang lebar pada SRI memungkinkan cahaya yang masuk ke pertanaman padi akan lebih banyak sehingga proses fotosintesis berjalan lebih optimum yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi.
Dosen Tetap Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Baturaja
Nurlaili, Hal; 22 – 27 22
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
Energi matahari yang optimal untuk kebutuhan tanaman baik pertumbuhan dan produksi berkisar 350 cal/cm2 - 400 cal/cm2 tiap hari (day light). Di daerah sub tropis pencahayaan matahari lebih panjang daripada daerah tropis, dengan perbedaan 100 - 200 cal/cm2 tiaphari. Di daerah dataran tinggi lebih besar dibandingkan dataran rendah, juga tergantung pada musim. Hari berawan juga lebih rendah dibandingkan hari cerah. Jarak tanam yang biasa digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm atau 40 cm x 40 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi, dengan pendekatan pengaturan jarak tanam yang tepat pada budidaya tanaman padi melalui SRI diharapkan cahaya yang sampai ke tanaman maupun tanah akan optimal sehingga diharapkan tanaman padi akan mampu meningkatkan produktivitasnya yang selanjutnya memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Sejauh mana pengaturan jarak tanam dapat mengoptimalkan cahaya matahari yang diperoleh tanaman dan pengaruhnya terhadap beberapa parameter pertumbuhan?”
PEMBAHASAN Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman yang tergolong pada tanaman C4 dimana untuk melangsungkan fotosintesisnya diperlukan cahaya matahari yang memiliki intensitas tinggi. Untuk mendapatkan cahaya matahari yang optimum yang diperlukan pada proses fotosintesis tanaman pada pertanaman padi diperlukan pengaturan jarak tanam yang tepat. Menurut Masdar (2007), jarak tanam yang memberikan hasil terbaik terhadap beberapa variabel pertumbuhan tanaman padi yang menggunakan System of Rice Intensification (SRI) adalah 30 cm x 30 cm. Penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa jarak tanam yaitu 20 cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm. Adapun respon pertumbuhan yang dipengaruhi oleh pengaturan jarak tanam sbb: 1. Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) Tanaman yang menggunakan jarak tanam yang pendek akan lebih awal lembaran daunnya saling menaungi. Akibatnya, hanya sebagian saja daun tanaman pada jarak tanam tersebut mengalami fotosintesis, sebagian lainnya terhalang karena dinaungi. Menurut Salisbury and Ross (1985), masing-masing lembaran daun yang saling menaungi akan berlangsung proses fotosintesis yang tidak optimal. Pada saat bersamaan, daun tanaman pada jarak tanam relatif lebih renggang relatif masih leluasa memanfaatkan ruang, dimana masing-masing daun tanaman tidak saling menaungi, sehingga masing-masing daun tanaman bertentangga tidak saling menghalangi proses fotosintesis pada masing-masing daun. Akibatnya LPT pada jarak relatif lebih renggang menjadi semakin tinggi.
Nurlaili, Hal; 22 – 27 23
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
Dengan demikian, semakin renggang jarak tanam, akan semakin sedikit masing-masing lembaran daun saling menaungi, sehingga menghasilkan LPT relatif semakin tinggi (Gambar 1.). Gambar 1. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman Padi
2. Indeks Luas Daun Indeks luas daun (ILD) merupakan rasio antara total luas daun dengan luas lahan yang tertutupi oleh tajuk tanaman. Pada jarak tanam terpendek tanaman padi mempunyai Indeks luas daun tertinggi (Gambar 2.). Tingkat ILD ini bisa dipahami sehubungan dengan jarak lubang tugal pupuk dari masing-masing rumpun tanaman relatif pendek. Dengan asumsi bahwa kecepatan awal pertumbuhan elongasi jaringan akar padamasing-masing tanaan adalah homogen (Yosida, 1986). Dengan demikian sitem perakaran tanaman pada jarak tanam yang terpendek akan lebih awal memanfaatkan pupuk. Gambar 2. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Indek Luas Daun Padi
Nurlaili, Hal; 22 – 27 24
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
3. Rasio Luas Daun (RLD) Jarak tanam yang renggang ternyata berpengaruh terhadap perkembangan rasio luas daun (Gambar 3.). Hal ini karena jarak tanam yang renggang memberikan keleluasaan angin membantu percepatan proses transpirasi (Yosida, 1986). Dalam hal ini jarak tanam yang renggang tidak hanya memperbesar tingkat evaporasi, juga menaikan transpirasi yang akhirnya meningkatkan produksi bahan kering. Dengan demikian semakin renggang jarak tanam akan semakin memperbesar jumlah bahan kering yang dihasilkan oleh daun.
Gambar 3. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Rasio Luas Daun Padi
4. Jumlah Anakan Jarak tanam 30 cm x 30 cm adalah yang terbaik terhadap jumlah anakan per rumpun (Tabel 1.). Hal ini disebabkan jarak tanam yang relatif renggang tanaman lebih leluasa untuk mendapatkan nutrien dan cahaya matahari sehingga tanaman tersebut akan lebih optimal melaksanakan metabolismenya dan akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan yang baik terlihat dari jumlah anakan yang diperoleh. Tabel 1. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Jumlah Anakan Per-rumpun dan Rasio E/T
----------------------------------------------------------------------------Jarak tanam Jumlah anakan Rasio E/T -----------------------------------------------------------------------------30cm x 30cm 55,2963a 1,32 c 25cm x 25cm 50,2778a 1,75 b 20cm x 20cm 42,7037b 2,46 a ----------------------------------------------------------------------------Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf 5%.
Nurlaili, Hal; 22 – 27 25
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
5. Rasio Evaporasi/Transpirasi (Rasio E/T) Pada jarak tanam 30 cm x 30 cm Rasio Evaporasi/Transpirasi terkecil dibandingkan dengan jarak tanam lainnya. Semakin renggang jarak tanam maka semakin kecil Rasio E/T. Hal ini diduga semakin renggang jarak tanam laju transpirasi semakin tinggi karena semakin banyak lembaran-lembaran daun yang berkontak langsung dengan cahaya matahari (Tabel 1.). 6. Efisiensi Penggunaan Air (EPA) Jarak tanam berpengaruh terhadap nilai EPA, jarak tanam 30 cm x 30 cm ternyata mempunyai nilai EPA tertinggi (Gambar 4). Diduga hal ini terjadi karena tingkat evaporasi tertinggi terjadi pada jarak tanam 30 cm x 30 cm (Gardner et al., 1985). Nilai EPA paling rendah ditemui pada jarak tanam 20 cm x 20 cm. Diduga, tanaman pada jarak tanam ini mengalami 2 penyebab percepatan pertumbuhan lembaran daun melebihi yang dialami tanaman lainnya. Pertama, jarak tanam yang paling pendek memungkinkan akar tanaman tersebut paling awal mencapai titik tugal pupuk. Akibatnya pertumbuhan lembaran daun tanaman jarak tersebut terpacu lebih awal. Kedua, pertumbuhan lembaran daun yang terpacu lebih awal menyebabkan lembaran daun saling menaungi lebih awal sehingga terjadi persaingan lebih awal pula antar lembaran daun, yang menyebabkan merangsang daun tumbuh menipis dan melebar yang akhirnya daun tanaman akan menutupi seluruh ruang tersebut.
Gambar 4. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap EPA
Nurlaili, Hal; 22 – 27 26
AgronobiS, Vol. 3, No. 5, Maret 2011
ISSN: 1979 – 8245X
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaturan Jarak tanam merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaat cahaya matahari oleh tanaman. 2. Cahaya matahari optimun yang diperoleh oleh tanaman akan berpengaruh pada beberapa parameter pertumbuhan yang pada akhirnya akan memberikan produktivitas yang tinggi bagi tanaman. 3. Jarak tanam 30 cm x 30 cm untuk tanaman padi (Oryza sativa L.) dengan System of Rice Intensification (SRI) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, P.G., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1985. Physiology of Crop Plants. 1 s t ed. Ames, Iowa: The Iowa State University Press. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1985. Plant Physiology. Califonia: Wadsworth Publishing Company. Belmont, California. Yoshida. 1986. Fundamentals of rice crop physiology. Second Edition. Los Banos Laguna, Philippines: International Rice Research Institute. Masdar. 2007. Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Bibit per Titik Tanam pada Sistem Intensifikasi Padi terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus No. 1 hlm 92 – 98.
Nurlaili, Hal; 22 – 27 27