OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
ADE ASTRI MULIASARI A24051850
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ADE ASTRI MULIASARI. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit pada Padi Sawah (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh SUGIYANTA. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi sawah antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan penggunaan umur bibit yang tepat. Jarak tanam dipengaruhi oleh sifat varietas padi yang ditanam dan kesuburan tanah. Belakangan berkembang teknologi SRI dan PTT yang mengintroduksikan jarak tanam lebar dan jarak tanam sempit sistem legowo. Umur bibit pindah tanam belakangan dianjurkan sekitar 10-14 hari, sedangkan sebagian besar masih menggunakan anjuran Insus, Supra Insus atau BIMAS sekitar 21-25 hari bahkan lebih tua. Berkenaan dengan introduksi teknologi tersebut perlu diteliti lebih dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah jarak tanam yang terdiri dari : Legowo 2 : 1 (JT1), Legowo 5: 1 (JT2), 20 cm x 20 cm (JT3), 30 cm x 30 cm (JT4). Faktor kedua adalah umur bibit yang terdiri dari: Umur 10 hari (U1), Umur 21 hari (U2), Umur 25 hari (U3). Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Pada percobaan ini digunakan tiga kali ulangan (tiga kelompok). Dengan demikian dalam percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa jarak tanam lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah serta hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak yang lebih sempit 20 cm x 20 cm, logowo 2:1 maupun legowo 5:1. Umur bibit tua (25 HSS) menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi, menganak lebih cepat walaupun pada akhirnya tidak berbeda nyata dengan umur bibit 10 dan 21 HSS. Umur bibit muda (10HSS) menganak lebih lambat dibandingkan bibit tua. Produktivitas gabah yang dihitung berdasarkan ubinan menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan produktivitas tertinggi, sedangkan berdasarkan potensi hasil/ha, perlakuan legowo 2:1 memberikan produktivitas tertinggi. Indeks panen tertinggi diperoleh pada umur bibit 21 HSS yang ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm.
OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ADE ASTRI MULIASARI A24051850
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul
: OPTIMASI JARAK TANAM DAN UMUR BIBIT PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
Nama
: Ade Astri Muliasari
NRP
: A24051850
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sugiyanta, MSi NIP: 19630115 198811 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc NIP: 19610218 198403 1 002
Disetujui tanggal:
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, yang dilahirkan di Majalengka pada tanggal 7 Maret 1987 dari pasangan Bapak Sade Susana dan Ibu Uwat. Penulis menempuh pendidikan Formal di SDN 02 Sukamulya pada tahun 1993-1999. Tahun 1999-2002, penulis melanjutkan studi ke SMPN 1 Kertajati dan tahun 2002-2005 ke SMUN 02 Majalengka. Pada tahun 2006, penulis diterima pada Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanaman Pangan tahun akademik 2008/2009. Selain itu penulis juga menjadi asisten dosen dalam pengujian Pupuk dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Selama menjalankan studi, penulis menerima beasiswa yaitu beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmatNya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini berjudul “Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit pada Padi Sawah (Oryza sativa L.)” yang berlokasi di Kebun Percobaan Sawah Baru Babakan Darmaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyeleseian tugas akhir pada Departemen Agronomi dan Hortikutura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu tahapan dalam penyusunan tugas akhir. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Sugiyanta, MSi sebagai pembimbing skripsi, yang banyak memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan penelitian. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat serta informasi mengenai jarak tanam dan umur bibit yang dapat meningkatkan hasil pada tanaman padi sawah. Bogor, Juli 2009 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji hanya bagi Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tua, nenek, kakak (Dimas Muliatin dan Jajang Japarudin) dan alief yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan pengorbanan. Semoga pengorbanan ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. 2. Dr. Ir. Sugiyanta, Msi yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 3. Dr. Ir. Suwarto, MS dan Ir. Heny Purnamawati, MSc. Agr yang telah bersedia menjadi dosen penguji bagi penulis. 4. Dosen dan Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB atas ilmu dan Pelajaran yang diberikan kepada penulis. 5. Pak Rahmat dan Pak Joko yang telah membantu dalam penelitian. 6. Permana Yoga Nugraha atas semangat dan motivasinya serta sahabatsahabatku Seri, Devita, Yunita, Rani, Mirzah, Era, Eka, candra, zamzami, aan, indra, goni, dll atas bantuan dan do’anya. 7. Teman sepenelitian dan seperjuangan, Hida dan Devi. Terima kasih atas bantuannya selama penelitian ini. 8. Teman-teman AGH angkatan 42 atas kebersamaan dan bantuannya. 9. Petugas lapangan Kebun Percobaan Sawah Baru, Darmaga IPB. Keluarga besar Sawah Baru mang njai, umi, amar, marda, marha, dll. 10. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian maupun penuisan skripsi ini.
Bogor,
Penulis
Juli 2009
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................................. Tujuan ........................................................................................................... Hipotesis........................................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi ................................................................................... Jarak Tanam .................................................................................................. Populasi ......................................................................................................... Umur Bibit ....................................................................................................
4 4 6 7
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ....................................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................................. Metode Percobaan ......................................................................................... Pelaksanaan ................................................................................................... Pengamatan ..................................................................................................
9 9 9 10 11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................... Kondisi Umum ........................................................................................ Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ............................................................. Populasi Tanaman ................................................................................... Pertumbuhan Tanaman ........................................................................... Tinggi Tanaman ...................................................................................... Jumlah Anakan ........................................................................................ Bagan Warna Daun ................................................................................. Panjang Akar, Panjang Tajuk, Bobot Kering Biomassa dan Volume Akar ......................................................................................................... Bobot Kering Kerami .............................................................................. Hasil dan Komponen Hasil ..................................................................... Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Malai, serta Bobot 1000 Butir Gabah ....................................... Hasil/Rumpun, Indeks Panen, Hasil Ubinan ........................................... Dugaan Hasil/ha danPotensi Hasil/ha ..................................................... Pembahasan ................................................................................................
24 26 28 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................. Saran........................................................................................................
38 38
13 13 16 18 18 18 20 21 22 23 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
39
LAMPIRAN ..................................................................................................
42
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Luas Panen, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi dari Tahun 2004 hingga 2008 ..................................................
2
Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan umur Bibit terhadap Beberapa Peubah pengamatan ..................................
17
3.
Populasi Tanaman Tiap Perlakuan Jarak Tanam ..............................
18
4.
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah ........................................................................
19
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi Tanaman pada saat 5 MST ....................................................
20
Pengaruh Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Tanaman ..................................................................
21
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah ..............................................................................
22
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun Pada saat 8 MST ...........................................................
22
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Akar-Tajuk, Bobot Kering Akar-Tajuk serta Volume Akar ............
23
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Jerami ....................................................................................
24
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Bobot 1000 butir dan Jumlah Malai ..................................................
25
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Bernas dan Bobot Gabah Hampa ......................................................
26
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah/ Rumpun.................................................................................
27
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam danUmur Bibit terhadap Indeks Panen .............................................................................................
27
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Ubinan .............................................................................................
28
2.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13. 14. 15.
16. 17.
Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil Gabah/ha .....................................................................
29
Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Potensi Hasil/Ha .
29
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Kondisi Umum Pertanaman..............................................................
Halaman 15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Denah Tata Letak Percobaan..............................................................
43
2. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan Jarak Tanam..............................
44
3. Keragaan Rumpun Tanaman Tiap Perlakuan.....................................
46
4. Keragaan Akar Tanaman Tiap Perlakuan...........................................
47
5. Deskripsi Padi Varietas Pepe.............................................................
48
6. Data Iklim Bulan September 2008 sampai Februari 2009.................
49
7. Analisi Tanah Sesudah Penelitian......................................................
50
8. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 3 MST..............................................................................
51
9. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 4 MST.............................................................................
51
10. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 5MST..............................................................................
51
11. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 6 MST............................................................................
51
12. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 7 MST............................................................................
52
13. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 8 MST.............................................................................
52
14. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 3 MST ..............................................................
52
15. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 4 MST ..............................................................
52
16. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 5 MST ..............................................................
53
17. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 6 MST ..............................................................
53
2
18. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 7 MST ..............................................................
53
19. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 8 MST ..............................................................
53
20. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 3 MST ........................................................
54
21. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 4 MST ........................................................
54
22. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 5 MST ........................................................
54
23. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 6 MST ........................................................
54
24. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 7 MST ........................................................
55
25. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 8 MST ........................................................
55
26. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Akar .....................................................................................
55
27. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Tajuk ..................................................................................
55
28. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Akar ............................................................................
56
29. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Tajuk...........................................................................
56
30. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Volume Akar .....................................................................................
56
31. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Jerami .........................................................................
56
32. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Produktif...................................................................
57
33. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Malai ...................................................................................
57
3
34. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Gabah/Malai ..........................................................................
57
35. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot 1000 Butir ..............................................................................
57
36. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Isi ...............................................................................
58
37. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Hampa ........................................................................
58
38. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Basah/Rumpun ............................................................
58
39. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Kering/Rumpun ...........................................................
58
40. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Indeks Panen ....................................................................................
59
41. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Basah Ubinan ..............................................................
59
42. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Kering Ubinan .............................................................
59
43. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil/Ha (GKP) ..................................................................
59
44. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil/Ha (GKG) ..................................................................
60
45. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Potensi Hasil/Ha ...............................................................................
60
4
PENDAHULUAN
Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan utama yang dikonsumsi oleh sekitar setengah penduduk dunia. Di masa mendatang, diperkirakan banyak negara akan mengalami bencana kekurangan pangan. Menurut Prasetiyo (2002) lebih dari 88 negara di dunia mengalami krisis pangan, diantaranya Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkurangnya luas lahan padi, tenaga kerja semakin sedikit, dan ketersediaan air semakin berkurang. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan pangan semakin tinggi, produksi pangan, khususnya beras harus ditingkatkan, mengingat beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu memberi kontribusi dan solusi yang tepat, dalam menghadapi tantangan tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada beras impor. Namun, dengan teknologi baru yang diintroduksikan kepada para petani akhirnya bangsa Indonesia mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Tahun tersebut merupakan puncak produktivitas pangan Indonesia,
sebagai
perbandingan tahun
1969 Indonesia hanya
mampu
memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton maka pada tahun 1984 produksi Indonesia bisa mencapai 25,8 juta ton (Adiratma, 2004). Menurut Badan Pusat Statistik (2008) produksi padi Indonesia dari tahun 2004-2008 menunjukkan trend yang semakin meningkat. Pada tahun 2004, produksi Indonesia sebesar 54.088.468 ton dan pada tahun 2005 meningkat 0,12% menjadi 54.151.097 ton. Peningkatan produksi yang signifikan terlihat pada tahun 2006 meningkat sebesar 4,77% dari 54.454.937 ton menjadi 57.051.679 ton. Peningkatan juga terjadi di tahun 2008 meningkat sebesar 2,13% menjadi 58.268.796 dibandingkan tahun 2007. Kondisi yang demikian belum mampu membuat Indonesia surplus beras karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dan pola konsumsi penduduk Indonesia yang menitikberatkan pada komoditas beras. Produksi padi dari tahun 2004 hingga 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi dari Tahun 2004 hingga 2008. Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Luas Panen (ha) 11.922.974 11.839.060 11.786.430 12.124.827 12.299.391
Produktivitas (Kwintal/ha) 45,41 45,74 46,20 47,05 47,38
Produksi (ton) 54.088.468 54.151.097 54.454.937 57.051.679 58.268.796
Pertumbuhan Produksi (%) 3,74 0,12 0,56 4,77 2,13
(Badan Pusat Statistik, 2008)
Produksi beras akhir-akhir ini menghadapi berbagai kendala, diantaranya : penerapan tenik budidaya padi yang kurang tepat. Faktor yang menyebabkan pengelolaan tanaman berhasil dipengaruhi oleh ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh tanaman. Hal tersebut dapat dicapai antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan penggunaan umur bibit yang tepat. Belakangan berkembang teknologi SRI dan PTT yang mengintroduksikan jarak tanam lebar dan jarak tanam sempit sistem legowo. Umur bibit pindah tanam belakangan dianjurkan sekitar 10-14 hari, sedangkan sebagian besar masih menggunakan anjuran Insus, Supra Insus atau BIMAS sekitar 21-25 hari bahkan lebih tua. Berkenaan dengan introduksi teknologi tersebut perlu diteliti lebih dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil suatu pertanaman padi. Pengaturan jarak tanam dipengaruhi oleh sifat varietas padi dan kesuburan tanah. Varietas padi yang memiliki kemampuan menganak tinggi membutuhkan jarak tanam lebih lebar jika dibandingkan dengan varietas yang memiliki daya menganak yang rendah. Selain itu, jika kesuburan tanah tinggi maka jarak tanamnya diperkecil, dan pada kesuburan tanah yang rendah, jarak tanamnya diperlebar. Penggunaan umur bibit yang masih muda (5-15 hari) sangat beresiko karena masih lemah dan perakaran yang belum kuat namun berpotensi menganak dan pertumbuhan tanaman yang tinggi, sedangkan umur bibit yang jauh lebih tua (> 25hari) akan menurunkan produksi (Siregar, 1981). Pada umumnya petani
6
memindahkan bibit dari persemaian ke tempat penanaman padi atau sawah berkisar antara umur 21-25 hari (Prasetiyo, 2002). Secara umum jarak tanam dan umur bibit pada padi sawah diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah. Walaupun demikian umur bibit dan jarak tanam yang optimum masih belum diketahui dengan tepat, oleh karena itu penelitian mengenai jarak tanam dan umur bibit masih sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan 1. Mempelajari jarak tanam yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil padi sawah yang tinggi. 2. Mempelajari umur bibit yang tepat untuk proses pemindahan bibit dari persemaian ke tempat penanaman padi (sawah) sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil padi sawah yang tinggi.
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pengaruh jarak tanam padi terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. 2. Terdapat perbedaan pengaruh umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. 3. Terdapat pengaruh interaksi jarak tanam dan umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Padi (Oryza sativa L.) termasuk subfamili Bambusoidae, suku Oryzae dan genus Oryza. Padi dapat dibedakan menjadi 3 subspesies yaitu Indica, Japonica dan Javanica (Siregar, 1981). Menurut Siregar (1981) padi merupakan tanaman rumput semusim dengan tinggi 50-130 cm hingga 5 m. Batangnya berbentuk bulat, berongga dan beruasruas serta berakar serabut. Daun terdiri atas helai daun yang menyelubungi batang. Bunga padi membentuk malai keluar dari buku paling atas dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga. Sedangkan buah atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran dan warnanya. Padi tumbuh di daerah tropis tapi masih muncul di daerah temperate dengan beberapa faktor pembatas. Menurut De Datta (1981) daerah pertumbuhan padi berkisar diantara Tropic of cancer (23°27’ lintang utara) dan Tropic of Capricorn (23°27’ lintang selatan). Meskipun padi adalah tanaman tropis dan subtropis, produksi dan produktivitas tertinggi diperoleh di daerah temperate seperti Po Valley, Italy (45°45’ lintang utara), bagian utara Honshu, Jepang (38° lintang utara), Korea (37° lintang utara), Selandia Baru dan Australia (35° lintang selatan).
Jarak Tanam Dalam hal budidaya tanaman, banyak faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah jarak tanam. Pada penanaman di lahan, beberapa model jarak tanam telah dianjurkan, antara lain secara jajar legowo, yaitu bertanam dengan jarak dan barisan yang beselang seling secara teratur agar penyiangan, pemberian pupuk dan proteksi terhadap hama penyakit lebih mudah dilakukan. Menurut Deptan (2008) keuntungan sistem jajar legowo antara lain: semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir), pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah,
8
menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi, penggunaan pupuk lebih berdaya guna. Jarak tanam legowo biasanya menggunakan ukuran 30 cm x 15 cm x 10 cm atau yang lebih lebar baik 40 cm x 20 cm x 20 cm maupun 40 cm x 20 cm x 20 cm. Di samping itu dapat pula dianjurkan dengan jarak tanam bujur sangkar (equidistant plant spacing). Cara bujur sangkar ini lebih efisien karena terjadinya titik awal kompetisi akan tertunda. Beberapa keuntungan yang didapat tanaman pada jarak yang lebih rapat, antara lain: energi awal yang dibutuhkan untuk elongasi akar relatif sedikit, akar yang dibutuhkan relatif tidak panjang, lebih cepat mencapai sumber nitrogen, dan pada gilirannya lebih singkat jalan hara menuju daun (Salisbury and Ross, 1985). Jarak tanam merupakan pengaturan tata letak populasi tanaman dengan jarak yang pasti menurut dua arah tertentu dalam satu areal per tanaman (Bleasdale, 1973). Di Indonesia pada umumnya jarak tanam padi disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebiasaan daerah setempat, selain itu jarak tanam tergantung pada kesuburan tanah dan sifat varietas padi yang akan ditanam yaitu banyak sedikitnya anakan. Menurut Masdar (2005), jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan antar sistem perakaran dalam konteks pemanfaatan pupuk. Kondisi tanah yang subur, menggunakan jarak tanam yang lebih pendek dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Varietas padi yang jumlah anakan banyak, jarak tanamnya lebih lebar dibandingkan dengan varietas padi yang jumlah anakannya sedikit (Prasetiyo, 2002). Tanaman memiliki plastisitas tinggi yang mempengaruhi ukuran dan bentuknya dalam kondisi lingkungan yang berbeda. Salah satu faktor luar yang pengaruhnya paling besar yaitu adanya tetangga pesaing yang dapat mempengaruhi ukuran bagian-bagian suatu tanaman. Hal ini merupakan ciri khas dari tanaman pertanian. Melalui pengaturan jarak tanam yang tepat tingkat persaingan intra maupun inter tanaman dapat ditekan serendah mungkin. Persaingan intensif antar tanaman mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi pada tanaman, seperti jumlah organ yang terbentuk berkurang sehingga berdampak kurang baik terhadap perkembangan dan hasil tanaman.
9
Jarak tanam pada tanaman padi merupakan faktor penting yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil. Jarak tanam akan mempengaruhi hasil dengan dua cara, yakni penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat, tanaman akan mengalami kompetisi dengan tanaman lain didekatnya. Pemakaian jarak tanam yang terlalu lebar mungkin akan mengurangi hasil per satuan luas, karena jumlah tanamannya menjadi berkurang, meskipun ukuran produksi dari masing-masing individu tanaman makin besar. Kerapatan tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan hasil padi. Jarak tanam bergantung pada kesuburan tanah, musim, dan varietas yang ditanam (Sumarno dan Harnoto, 1983). Varietas dengan daya menganak yang tinggi ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar sebaliknya varietas yang mempunyai daya menganak rendah ditanam pada jarak tanam yang rapat dan tidak renggang. Pertanaman pada musim kemarau dalam keadaan kekurangan air, lebih baik menggunakan jarak tanam yang lebih rapat. Semakin rapat pertanaman, maka pertumbuhan gulma akan terhambat karena faktor cahaya dan faktor penting lainnya yang membantu perkecambahan gulma tidak dapat mencapai tanah akibat terhalangi oleh tanaman pokoknya, disamping itu kemampuan kompetisi tanaman akan sangat dipengaruhi oleh varietas dan jarak tanam yang digunakan.
Populasi Tanaman Populasi tanaman erat hubungannya dengan jarak tanam. Makin sempit jarak tanam, makin tinggi populasi sehingga makin rendah intensitas cahaya yang diterima oleh masing-masing tanaman (Enyl, 1973). Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman yang bersangkutan sehingga persaingan dalam penyerapan cahaya matahari, air, dan unsur hara diantara maing-masing individu tanaman dapat ditekan sekecil-kecilnya. Jarak tanam erat hubungannya dengan lingkungan pertumbuhan tanaman, terutama cahaya. Menurut Donald (1963), dengan meningkatnya populasi dan pertumbuhan tanaman, sehingga daun-daunnya saling menaungi, makin meningkat pula kebutuhan cahaya untuk proses fotosintesis akibat makin beratnya persaingan diantara masing-masing tanaman dalam memperebutkan cahaya.
10
Dengan populasi yang rendah produksi per tanaman akan lebih besar dibandingkan dengan populasi yang lebih tinggi, sedangkan dengan populasi yang lebih rendah produksi per satuan luas akan lebih rendah dibandingkan dengan populasi yang lebih tinggi. Peningkatan populasi tanaman mula-mula diikuti oleh meningkatnya hasil per satuan luas, kemudian setelah titik maksimum tercapai, hasil akan turun. Sebaliknya hasil per tanaman akan terus menurun dengan meningkatnya populasi tanaman. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi diantara tanaman untuk memperebutkan faktor-faktor pertumbuhan. Dengan demikian, populasi tanaman merupakan faktor penentu terhadap besar kecilnya persaingan. Pada umumnya, meningkatnya populasi tanaman sampai batas-batas tertentu akan diikuti oleh meningkatnya hasil per satuan luas.
Umur Bibit Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor. Taslim et al. (1989) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah teknik budidaya. Salah satu cara teknik budidaya atau metodologi dalam produksi tanaman padi adalah SRI (System Rice Of Intensification) dan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu). Kedua metodologi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil padi. Salah satu usaha yang diterapkan antara lain melalui penggunaan umur bibit muda. Penanaman bibit dapat dilakukan dengan cara tanam pindah maupun tanam benih langsung. Cara tanam pindah lebih banyak diterapkan di lapangan karena memiliki beberapa keuntungan. Menurut Vergara (1985) Cara tanam (pindah) lebih tahan terhadap rebah karena pangkal tanaman lebih kuat tertambat dalam tanah daripada tabur langsung. Keuntungan lain cara tanam pindah bahwa bibit lebih cepat melekat dengan tanah, sehingga apabila turun hujan bibit tetap ditempatnya. Letak benih yang satu dengan lainnya lebih teratur karena ada pengaturan jarak tanam. Adanya jarak tanam antara dua bibit dengan sendirinya akan mempunyai ukuran yang lebih seragam (Siregar, 1981). Umur bibit pindah tanam harus tepat dan sesuai untuk mengantisipasi perkembangan akar yang umumnya berhenti pada umur 42 hari sesudah semai, sementara jumlah anakan produktif akan mencapai maksimal pada umur 49-50
11
hari sesudah semai (Thangaraj and O’Toole, 1985). Di Indonesia sejak lama dianjurkan menanam bibit berumur 3 minggu, dengan tinggi sekitar 22-25 cm (Utomo dan Nazarudin, 2007), sementara sistem intensifikasi yang dikembangkan di China, lebih disukai menanam bibit umur 15 hari atau lebih muda daripada itu, dan mampu menghasilkan jumlah anakan produktif maksimal 60 batang (Hui and Jun, 2003). Bibit yang lebih muda akan menghasilkan anakan yang lebih tinggi dibandingkan bibit yang lebih tua (Deptan, 2008). Pemotongan daun bibit tidak dianjurkan karena pertumbuhan tanaman menjadi terkonsentrasi pada pemulihan pertumbuhan tajuk bukan pemulihan dan pertumbuhan pada akar yang melekat pada tanah. Menurut Vergara (1985) pemotongan daun bibit hanya dilakukan apabila daun padi panjang dan terkulai menyentuh air lumpur dan memberi peluang penyakit atau hama yang menyerang daun.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah irigasi Kebun Percobaan IPB Babakan Sawah Baru IPB Darmaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 - Februari 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih padi varietas Pepe yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, Sp-36, KCl, dan untuk mengendalikan hama dan penyakit digunakan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah traktor, cangkul, kored, ajir, tali rafia, ember, meteran, sprayer, mesin perontok padi, timbangan digital, dan Bagan Warna Daun (BWD).
Metode Percobaan Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jarak tanam yang terdiri dari : •
Legowo 2 : 1 (JT1)
•
Legowo 5: 1 (JT2)
•
20 cm x 20 cm (JT3)
•
30 cm x 30 cm (JT4)
Faktor kedua adalah umur bibit yang terdiri dari: •
Umur 10 hari setelah sebar (U1)
•
Umur 21 hari setelah sebar (U2)
•
Umur 25 hari setelah sebar (U3) Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan. Pada
percobaan ini digunakan tiga kali ulangan (tiga kelompok). Dengan demikian
13
dalam percobaan ini terdapat 36 satuan percobaan. Petak satuan percobaan berukuran 5m x 5m, sehingga total lahan yang dibutuhkan seluas 900 m2. Model linier untuk analisis statistik dari percobaan ini adalah : Yijk = µ + αi + βj + γk + (αβ)ij + εijk Yijk = Respon pengamatan pada perlakuan jarak tanam ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum pengamatan αi = Pengaruh jarak tanam pada taraf ke-i βj = Pengaruh umur bibit pada taraf ke-j γk = Pengaruh ulangan pada taraf ke-k (αβ)ij
= Pengaruh interaksi jarak tanam (αi) dan umur bibit (βj)
εijk = Galat percobaan Analisis statistik dilakukan terhadap semua data hasil pengamatan dengan menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila pada sidik ragam peubah memberikan pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf uji 5%.
Pelaksanaan Percobaan Kegiatan percobaan ini meliputi pengolahan tanah, persemaian, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, pengamatan dan panen. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor sebanyak dua kali dan dilumpurkan hingga siap tanam. Kegiatan ini dimulai sejak dua minggu sebelum tanam. Penanaman dilakukan sesuai perlakuan umur bibit yang terdiri dari 10, 21 dan 25 HSS (hari setelah sebar). Penanaman bibit sebanyak 1 bibit per lubang tanam guna menghindari persaingan antar tanaman dalam satu lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan berdasarkan perlakuan yang terdiri dari perlakuan pertama: legowo 2:1 (30 cm x 15 cm x 10 cm) cara tanam ini berselangseling 2 baris dan 1 baris kosong, kedua: legowo 5:1 (30 cm x 15 cm x 10 cm) cara tanam ini berselang-seling 5 baris dan 1 baris kosong, ketiga dan keempat: jarak tanam bujur sangkar masing-masing 20 cm x 20 cm dan 30 cm x 30 cm. Penyulaman dilakukan pada 1-3 MST dengan menggunakan bibit yang masih tersedia di persemaian. Pemupukan pertama dilakuakan pada 1 MST dengan dosis
14
100 kg/ha urea, 100 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha KCl. Pemupukan urea selanjutnya dilakukan pada saat 4 MST dan 6 MST dengan dosis 75 kg/ha setiap aplikasi. Pemupukan dilakukan dengan cara top dressing. Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan susulan secara manual atau dengan bantuan kored. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan petakan-petakan sawah hingga bersih dari gulma. Pengairan lahan sawah berasal dari irigasi dan hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakuakan menggunakan insektisida Curacron 500 EC dengan dosis 1 l/ha. Pemanenan dilakukan setelah memenuhi kriteria panen.
Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh untuk satu satuan percobaan. Peubah yang diamati adalah: 1.
Jumlah anakan diamati setiap minggu sejak tanaman berumur 3 MST hingga keluar malai (heading).
2.
Tinggi tanaman diamati dari permukaan tanah sampai daun tertinggi sejak tanaman berumur 3 MST hingga keluar malai (heading).
3.
Panjang akar, panjang tajuk, bobot basah dan kering biomassa dan volume akar diamati pada saat tanaman berumur 7 MST (pada masa pertumbuhan vegetatif maksimum). Pengamatan ini menggunakan contoh sebanyak 2 tanaman tiap petakan.
4.
Bobot basah dan bobot kering jerami.
5.
Komponen hasil, meliputi:
jumlah anakan produktif/rumpun, dihitung dari seluruh anakan yang menghasilkan malai pada saat panen.
jumlah gabah/malai, diamati dari setiap 5 malai/tanaman contoh.
panjang malai, diukur dari pangkal malai sampai ujung malai dari 5 malai/tanaman contoh.
bobot per 1000 butir gabah diamati dari 1000 butir gabah isi yang diambil dari tanaman contoh.
6.
Hasil gabah basah dan gabah kering/rumpun.
15
7.
Hasil ubinan, dilakukan dengan mengukur seluas 2.5 m x 2.5 m pada tengah petakan.
8.
Dugaan hasil/ha gabah basah dan gabah kering.
9.
Persentase gabah isi dan gabah hampa, dihitung dari gabah sebanyak 100 gram yang diambil dari tiap tanaman contoh.
10.
Pengamatan warna daun dilakukan menggunakan alat bagan warna daun (BWD). Pengamatan ini dilakukan mulai 3 MST hingga keluar malai dengan cara mengamati daun teratas yang telah membuka sempurna.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Curah hujan selama penelitian berkisar antara 255 mm/bulan sampai 509 mm/bulan dengan hari hujan 21 sampai 30 hari/bulan dengan temperatur rata-rata bulanan 29.3°C sampai 32.8°C (Lampiran 4). Curah hujan dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Desember dan November. Sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, untuk jumlah hari hujan tertinggi terjadi di bulan September dan Desember. Kondisi curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan lahan sawah tergenang secara terus menerus sehingga pemakaian air menjadi tidak efisien. Menurut Prasetiyo (2002), Kebutuhan air untuk budidaya sawah ada dua tahap, yaitu pada saat pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman. Pemberian air pada tahap pertumbuhan tanaman diberikan secara terputus-putus dan mengatur ketinggian genangan. Tahapan pertumbuhan tersebut
meliputi
tahap
awal
pertumbuhan/perkembangan
akar,
tahap
pembentukan anakan, tahap pembentukan bulir, tahap pembungaan dan menjelang panen. Kondisi curah hujan yang sesuai untuk tanaman padi menurut klasifikasi Oldeman adalah 200 mm/bulan. Curah hujan dan jumlah hari hujan yang tinggi selama penelitian menyebabkan jumlah hari cerah berkurang, hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi. Menurut De Datta (1968) bahwa respon pemupukan pada tanaman padi akan menurun dengan menurunnya jumlah sinar matahari yang diterima selama 45 hari sebelum panen. Dengan menurunnya respon tanaman padi terhadap pemupukan karena berkurangnya jumlah sinar matahari maka pertumbuhan tanaman tersebut tidak optimal. De Datta (1981) menyatakan bahwa padi membutuhkan temperatur yang berbeda selama pertumbuhannya, pada fase perkecambahan membutuhkan temperatur optimal antara 18°C-40°C, Fase anakan memerlukan temperatur optimal antara 25°C31°C, dan fase antesis temperatur optimal sekitar 30°C-33°C. Bibit ditanam berdasarkan perlakuan umur yaitu 10, 21 dan 25 hari setelah sebar (HSS) dengan 1 bibit per lubang. Kondisi awal semua perlakuan tanaman mengalami stagnasi, layu dan warna daun menguning karena belum beradaptasi
17
dengan lingkungan sekitar. Tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, rusak atau bahkan mati harus segera diganti dengan bibit yang baru. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), penyulaman dapat dilakukan 7 hari setelah tanam (HST). Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati, mengisi sela ruangan dengan tanaman, memperjarang tanaman yang tumbuh bergerombol, serta memindahkan tanaman yang tumbuh tidak pada tempatnya (Pitojo, 2003). Saat tanaman berumur 1-3 MST tanaman diserang oleh hama keong mas (Pomacea canaliculata). Hama ini menyerang dengan memotong dan memakan bagian tajuk tanaman sehingga menyebabkan bibit hilang dari pertanaman. Populasi hama ini kian meningkat akibat kondisi air yang tergenang. Upaya pengendalian dilakukan sejak sebelum penanaman bibit (transplanting) yaitu dengan mengeringkan lahan dan memungut secara manual telur serta keong dari lahan sawah. Kondisi serangan ini mulai menurun pada 4 MST, karena laju pertumbuhan tanaman lebih tinggi dibandingkan tingkat kerusakan. Intensitas serangan tersebut tidak lagi menyebabkan kerusakan atau penurunan hasil terhadap tanaman karena tingkat kerusakan tersebut dibawah 2%. Serangan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) terjadi pada fase masak susu. Hama ini dapat merusak padi dengan cara menghisap korbohidrat yang terdapat di dalam bulir. Akibat serangan ini buah padi menjadi kosong, berwarna kuning kecoklatan, selain buah padi hama ini juga menyukai daunnya. Intensitas serangan pada fase masak susu mencapai 1-3%. Upaya pengendalian serangan ini dengan aplikasi insektisida Curacron 500 EC dengan dosis 1 l/ha. Aplikasi insektisida ini dilakukan satu kali pada saat keluar malai yaitu 8 MST. Hama penghisap lain yang menyerang yaitu kepik hijau (Nezara viridula), merusak padi dengan menghisap cairan daunnya. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan tersebut adalah warna daun menjadi pucat, terbentuk noda bahkan mengering dan mengeriting. Namun intensitas serangan hama ini tidak sebesar serangan hama walang sangit. Intensitas serangan tersebut dibawah 1%. Hama lain yang menyerang yaitu burung pemakan bulir padi. Hama ini menyerang pada saat di persemaian dan menjelang padi menguning, serangan ini terjadi hampir setiap pagi dan sore hari. Serangan hama burung ini berkelompok dan sulit untuk dikendalikan. Hama ini memakan bulir padi secara massal
18
sehingga hanya menyisakan batang – batang padi kosong dan mengering. Akibat serangan ini dapat merusak pertanaman padi, batang patah, dan mengurangi hasil. Intensitas serangan hama tersebut sangat tinggi karena tidak terdapat areal tanaman padi lain yang malainya menguning. Hal ini menyebabkan serangan hama burung terkonsentrasi pada satu areal saja. Intensitas kerusakan akibat hama tersebut mencapai 3%. Pengaruh serangan hama tersebut dapat menurunkan hasil padi sawah. Upaya penanggulangannya yaitu dengan membuat orang-orangan sawah di sekitar lahan sawah. Kondisi pertanaman padi sawah secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun jenis gulma yang terdapat pada areal sawah terdiri dari gulma rumput (grasses), berdaun lebar (broad leaf), dan teki-tekian (sedges). Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabutnya satu persatu hingga tidak terdapat lagi gulma pada areal pertanaman padi sawah pada 4 MST dan 6 MST.
Gambar 1. Kondisi Umum Pertanaman
19
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 118 HST. Menurut Pitojo (2003), waktu panen yang tepat yaitu jika gabah telah tua dan matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Panen dilakukan pada waktu yang bersamaan tiap perlakuan. Waktu pemanenan sedikit terlambat karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan pemanenan ditunda beberapa hari. Panen pada saat turun hujan menyebabkan kadar air dan kelembaban gabah tinggi sehingga dapat menurunkan kualitas gabah. Kadar air gabah pada saat panen sangat tinggi yaitu sekitar 34.93%. Hal ini tidak sejalan dengan yang diungkapkan oleh Purwono dan Purnamawati (2007) bahwa panen sebaiknya dilakukan pada saat kadar air gabah sekitar 23-25%.
Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman pada saat 5 MST dan jumlah anakan pada saat 4–8 MST, serta hasil dan komponen hasil menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif, bobot basah dan kering ubinan, bobot basah dan kering jerami, bobot basah dan kering gabah/rumpun, dan dugaan hasil/ha. Perlakuan Umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap peubah pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman sejak 3-8 MST, jumlah anakan saat 3-5 MST, bagan warna daun (BWD) saat 3-4 MST dan pada saat 7-8 MST. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap BWD pada saat 5 MST dan komponen hasil bobot 1000 butir. Perlakuan umur bibit berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan kering ubinan serta bobot basah jerami. Interaksi antara perlakuan jarak tanam dan umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 5 MST, bobot basah dan kering ubinan, serta bobot kering jerami. Interaksi juga berpengaruh nyata terhadap BWD saat 8 MST, namun tidak berpengaruh tehadap peubah lainnya. Secara rinci hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 2.
20
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Berbagai Peubah Pengamatan. Peubah Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Jumlah Anakan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Bagan Warna Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Bobot Kering Akar (7 MST) Bobot Kering Tajuk (7 MST) Bobot Kering Total (7 MST) Volume Akar (7 MST) Hasil dan Komposisi Hasil Jumlah Anakan Total Jumlah anakan produktif Jumlah Gabah/Malai Panjang Malai Bobot 1000 Butir Bobot Basah per Rumpun Bobot Kering per Rumpun Bobot Basah Ubinan Bobot Kering Ubinan Dugaan Hasil/ha Gabah Kering Panen
JT
U
JT*U
Koefisien Keragaman (%)
tn tn ** tn tn tn
** ** ** ** ** **
tn tn ** tn tn tn
6.29 7.86 5.44 6.70 4.25 4.68
tn ** ** ** ** **
** ** ** tn tn tn
tn tn tn tn tn tn
23.05 16.15 17.90 17.71 24.89 29.32
tn tn * tn tn tn tn tn tn tn
** ** tn tn ** ** tn tn tn tn
tn tn tn tn tn * tn tn tn tn
6.49 8.02 10.00 7.08 8.32 4.69 21.731 15.511 5.831 6.33
** ** tn tn * ** ** ** **
tn tn tn tn tn tn tn * *
tn tn tn tn tn tn tn ** **
14.97 21.33 16.23 5.171 0.86 23.43 29.10 20.28 22.34
**
*
**
20.28
21
Gabah Kering Giling Bobot Jerami Kering Bobot Gabah Isi Bobot Gabah Hampa Potensi Hasil/ha
** ** tn tn **
* tn tn tn tn
** ** tn tn tn
22.34 19.62 7.95 21.90 18.021
Ket. * = Nyata pada taraf 5%, ** = Nyata pada taraf 1%, tn = Tidak nyata, , 1 = Transformasi x0.5.
Populasi Tanaman Pengaturan jarak tanam adalah cara pengaturan tanaman dengan jalan mengatur jarak tanam pada kepadatan/populasi tertentu. Populasi tanaman adalah banyaknya tanaman dalam satu areal tertentu. Populasi tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang penting karena berkaitan erat dengan ketersediaan cahaya, air, dan unsur hara yang merupakan faktor pertumbuhan yang sering dipersaingkan oleh tanaman (Donald, 1963). Populasi tanaman pada jarak tanam legowo lebih tinggi dibandingkan jarak tanam bujur sangkar. Populasi jarak tanam legowo 5:1 sekitar 444400 tanaman/ha lebih tinggi dibandingkan dengan legowo 2:1, 20 cm x 20 cm dan 30 cm x 30 cm. Populasi terendah pada jarak tanam 30 cm x 30 cm sekitar 111200 tanaman/ha. Secara rinci populasi tanaman pada masing-masing perlakuan jarak tanam terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Populasi Tanaman Tiap Perlakuan Jarak Tanam Perlakuan JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm)
Populasi Tanaman/petak Tanaman/ha 1111 444400 1389 555600 625 250000 278 111200
Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa secara umum perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Perlakuan jarak tanam memiliki pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman hanya pada saat 5 MST. Perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm menghasilkan tinggi tanaman yang lebih
22
tinggi dibandingkan perlakuan lainnya pada saat 5 MST. Perlakuan jarak tanam yang lebih rapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan jarak tanam yang lebih lebar. Secara umum perlakuan umur bibit 10, 21 dan 25 hari setelah sebar (HSS) memiliki pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman sejak awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Perlakuan umur bibit menggunakan 25 HSS memiliki nilai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Bibit yang lebih tua memiliki ketinggian tanaman yang lebih tinggi dibandingkan umur bibit yang lebih muda. Hal ini diduga karena sejak awal ditanam bibit muda memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan tinggi tanaman pada umur bibit tua sehingga bibit muda pertumbuhannya lebih lambat. Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi Tanaman Padi Sawah Perlakuan
Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10 HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
Umur Tanaman (MST) 3 4 5 6 7 8 .....................................cm........................................... 38.13a 38.53a 36.60a 37.00a
46.58a 47.29a 45.84a 45.38a
55.09b 53.78b 62.16a 56.38b
66.76a 62.40a 64.36a 63.89a
29.600c 39.783c 48.93c 55.65b 38.400b 45.833b 57.88b 67.32a 44.700a 53.200a 63.73a 70.08a
73.98a 72.02a 71.84a 72.71a
75.18a 72.64a 73.27a 73.67a
64.23b 71.20b 77.80a 71.87b 75.88a 78.00a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %.
Interaksi jarak tanam dan umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 5 MST. Interaksi perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan umur bibit 25 HSS menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 71.80 cm. Sedangkan nilai tinggi tanaman
23
terendah terdapat pada interaksi perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan umur bibit 10 HSS sebesar 46.40 cm. Terdapat kecenderungan bahwa apabila bibit ditanam dengan umur muda (10 hari), tinggi tanaman tertinggi dicapai apabila digunakan jarak tanam yang lebar. Berbeda dengan bibit umur 10 hari, bibit yang lebih tua (21 dan 25 hari) tinggi tanaman tertinggi pada jarak tanam 20 cm x 20 cm. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara potensi bibit untuk tumbuh dan lingkungan tumbuhnya. Pengaruh interaksi jarak tanam dan umur bibit terhadap tinggi tanaman pada saat 5 MST dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi Tanaman pada saat 5 MST Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm)
Umur Bibit U1 (10 HSS) U2 (21 HSS) U3 (25HSS) .................................cm................................. 46.67e 55.73cd 62.87b 46.47e 54.67cd 60.20bc 46.40e 68.27a 71.80a 56.20cd 52.87d 60.07bc
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5
Jumlah Anakan Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa jarak tanam dan umur bibit berpengaruh terhadap jumlah anakan. Sejak tanaman berumur 4-8 MST, jarak tanam paling lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan jarak tanam legowo maupun jarak tanam 20 cm x 20 cm. Seperti terlihat pada Tabel 6, Perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan jumlah anakan sekitar 28 anakan/rumpun, sedangkan perlakuan jarak tanam legowo dan 20 cm x 20 cm menghasilkan jumlah anakan berkisar 14.7-19.6 anakan/rumpun. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam mendorong tanaman padi untuk mengembangkan anakan lebih banyak.
24
Perlakuan umur bibit terlihat berpengaruh terhadap jumlah anakan pada 35 MST. Pada umur tersebut terdapat kecenderungan bahwa semakin tua umur bibit hingga 25 HSS menghasilkan jumlah anakan yang semakin banyak. Walaupun demikian mulai umur 6-8 MST tidak terdapat lagi perbedaan jumlah anakan antar perlakuan bibit. Hal tersebut menunjukkan bahwa bibit yang berumur lebih muda menganak lebih lambat dibandingkan umur bibit yang lebih tua, walaupun pada akhirnya jumlah anakan tidak berbeda. Pengaruh perlakuan jarak tanam dan umur bibit dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Tanaman Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
Umur Tanaman (MST) 5 6
3
4
10.51a 10.53a 10.49a 12.56a
13.64bc 12.09c 15.04ab 16.29a
14.09c 14.20c 18.98b 23.04a
6.50c 11.20b 15.37a
11.25b 15.23a 16.32a
15.95b 16.60b 20.18a
7
8
16.56bc 14.29c 19.56b 25.33a
14.11b 14.18b 14.64b 27.00a
16.27b 14.73b 19.60b 28.02a
17.62a 18.65a 20.53a
18.67a 15.03a 18.75a
18.92a 21.03a 19.02a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Bagan Warna Daun Secara umum perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap bagan warna daun. Pengaruh jarak tanam terhadap bagan warna daun hanya terlihat pada saat tanaman berumur 5 MST. Pada umur tersebut terlihat bahwa jarak tanam 20 cm x 20 cm menghasilkan warna daun yang paling hijau (bagan warna daun yang paling tinggi). Seperti umumnya, pola perkembangan bagan warna daun, pada saat tanaman masih muda umumnya rendah dan meningkat dengan meningkatnya umur tanaman. Walaupun demikian hingga tanaman berumur 8 MST, bagan warna daun tidak mencapai skala 4 yang berarti tanaman belum tercukupi unsur hara nitrogennya.
25
Pola pengaruh umur bibit terhadap bagan warna daun lebih jelas pada saat tanaman masih muda (3 dan 4 MST). Bibit umur tua (21 dan 25 HSS) memiliki bagan warna daun yang lebih tinggi, sedangkan pada saat tanaman sudah mendekati akhir fase vegetatif (8 MST), bibit muda (10 HSS) memiliki bagan warna daun lebih tinggi dibandingkan bibit umur tua. Kondisi tersebut diduga berhubungan dengan perkembangan perakaran tanaman. Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap bagan warna daun dapat dilihat pada Tabel 7. Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam dan umur bibit berpengaruh terlihat pada saat 8 MST. Apabila bibit dipindahkan pada umur 10 HSS terlihat tidak berpengaruh oleh perlakuan jarak tanam pada bagan warna daun, walaupun terbaik pada jarak tanam 20 cm x 20 cm tetapi tidak berbeda dengan jarak tanam lain. Demukian pula dengan umur bibit 25 HSS menghasilkan bagan warna daun yang tidak berbeda apabila ditanam pada berbagai jarak tanam. Pengaruh interaksi jarak tanam dan umur bibit terhadap bagan warna daun pada saat 8 MST dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun Padi Sawah. Perlakuan 3 Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
4
Umur Tanaman (MST) 5 6 7
8
3.27a 3.22a 3.07a 3.18a
3.38a 3.27a 3.29a 3.22a
3.22b 3.00b 3.56a 3.20b
3.64a 3.49a 3.67a 3.64a
3.62a 3.49a 3.58a 3.60a
3.76a 3.62a 3.80a 3.78a
2.97b 3.07b 3.57a
2.97b 3.45a 3.45a
3.37a 3.27a 3.15a
3.60a 3.57a 3.72a
3.28b 3.83a 3.60a
3.88a 3.60b 3.73b
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun Pada saat 8 MST. Perlakuan
Umur Bibit
26
Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Rata-rata
U1 (10 HSS) 3.93ab 3.80abc 4.00a 3.80abc 3.88
U2 (21 HSS) 3.73abc 3.27d 3.53cd 3.87abc 3.6
U3 (25HSS) 3.60bc 3.80abc 3.87abc 3.67abc 3.7
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Panjang Akar, Panjang Tajuk,Bobot Kering Biomassa dan Volume Akar Perlakuan jarak tanam berpengaruh terhadap bobot kering akar tanaman pada saat 7 MST. Perlakuan jarak tanam paling lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yang lebih tinggi dibandingkan legowo 2:1 tetapi tidak berbeda dengan jarak tanam legowo 5:1 dan 20 cm x 20 cm. Perlakuan jarak tanam tidak bepengaruh terhadap eubah panjang akar dan tajuk, bobot kering tajuk, serta volume akar. Secara umum perlakuan jarak tanam yang paling lebar memiliki nilai yang paling tinggi untuk tiap–tiap peubah yang diamati dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam yang lainnya kecuali untuk peubah panjang tajuk. Perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm menghasilkan panjang tajuk tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan umur bibit tidak berpengaruh terhadap peubah-peubah yang diamati (panjang akar, panjang tajuk, bobot kering akar dan tajuk, serta volume akar) pada saat 7 MST. Demikian pula tidak terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan umur bibit. Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap peubah panjang akar-tajuk, bobot kering akar-tajuk dan volume akar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang AkarTajuk, Bobot Kering Akar-Tajuk serta Volume Akar Panjang (cm) Perlakuan
Akar
Tajuk
Bobot Kering (g) Akar
Tajuk
Volume Akar (ml)
.....................................7 MST.................................. Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1)
24.81a
73.31a
8.37b
20.94a
42.50a
27
JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
25.74a 24.63a 26.46a
75.75a 76.81a 75.06a
11.41ab 28.71a 13.83a 28.52a 15.04a 28.78a
56.67a 55.00a 62.22a
25.91a 24.95a 25.38a
76.23a 74.08a 75.38a
12.954a 30.65a 10.66a 24.35a 12.87a 25.21a
62.08a 48.75a 51.46a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Bobot Kering Jerami Interaksi jarak tanam dan umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering jerami/rumpun pada saat panen. Interaksi perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan nilai bobot kering jerami yang paling tinggi dibandingkan interaksi perlakuan lainnya sebesar 108.25 g. Sedangkan bobot kering jerami terendah terdapat pada perlakuan legowo 2:1 sebesar 25.87 g yang tidak berbeda dengan interaksi perlakuan jarak tanam legowo 2:1 dan umur bibit 21 HSS, legowo 2:1 dan umur bibit 25 HSS serta legowo 5:1 dan umur bibit 25 HSS. secara umum pada semua perlakuan umur bibit diperoleh bahwa jarak tanam legowo menghasilkan bobot kering jerami yang lebih rendah dibandingkan jarak tanam bujur sangkar baik 20 cm x 20 cm maupun 30 cmx 30 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebar menghasilkan bobot jerami kering lebih tinggi dibandingkan jarak yang lebih rapat apalagi jika bibit ditanam pada umur muda. Hal ini disebabkan pertumbuhan tajuk tanaman lebih leluasa pada jarak tanam yang lebih lebar dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat. Pengaruh interaksi jarak tanam dan umur bibit terhadap bobot kering jerami dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Jerami Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1)
Umur Bibit U1 (10 HSS) U2 (21 HSS) U3 (25HSS) ....................................g.................................. 25.87f 44.49def 38.94def 35.83def 45.73de 27.95ef
28
JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm)
67.55bc 108.25a
54.18cd 53.85cd
53.71cd 81.83b
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Hasil dan Komponen Hasil Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/malai, serta Bobot 1000 Butir Perlakuan jarak tanam terlihat berpengaruh terhadap komponen hasil (jumlah anakan produktif dan bobot 1000 butir). Berbeda dengan jarak tanam, umur bibit terlihat tidak berbeda nyata terhadap peubah komponen hasil. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah gabah/malai. Perlakuan jarak tanam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah anakan produktif. Perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm (JT4) menghasilkan anakan produktif yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Jumlah pada perlakuan jarak tanam tersebut adalah 23.07 anakan produktif. Sedangkan jumlah terendah adalah pada perlakuan jarak tanam Legowo 5:1 (JT2) yaitu sebesar 12.40 anakan produktif. Kondisi tersebut terlihat berkorelasi positif terhadap jumlah anakan total saat panen dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.9872. Perlakuan jarak tanam dan umur bibit terlihat tidak berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah gabah/malai. Pada berbagai perlakuan jarak tanam dan umur bibit yang dicoba, panjang malai dan jumlah gabah/malai masing-masing berkisar 24.25-36.33 cm dan 131.18-154.62 butir. Panjang malai terlihat berkorelasi positif dengan jumlah gabah/malai. Nilai koefisien korelasi tersebut sebesar 0.8995. Perlakuan jarak tanam berpengaruh terhadap bobot 1000 butir gabah, tetapi perlakuan umur bibit tidak berpengaruh terhadap peubah tersebut (Tabel 11). Perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan bobot gabah terbesar walaupun tidak berbeda dengan perlakuan legowo 2:1 dan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dari berbagai peubah komponen hasil terlihat bahwa jarak tanam 30 cm x 30
29
cm paling baik, sedangkan perlakuan legowo 5:1 paling rendah. Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap komponen hasil dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Bobot 1000 butir dan Jumlah Malai. Perlakuan
Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
Jumlah Anakan produktif
Panjang Malai (cm)
Jumlah Gabah/ Malai
Bobot 1000 butir (g)
14.36b 12.40b 14.93b 23.07a
24.84a 36.33a 24.25a 24.84a
152.24a 131.18a 143.18a 154.62a
27.21b 27.24b 27.52a 27.42ab
14.60a 17.36a 17.02a
32.42a 24.63a 24.67a
135.95a 153.11a 148.68a
27.36a 27.34a 27.35a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap bobot gabah isi dan hampa tidak terlihat berpengaruh seperti yang terlihat pada Tabel 12. Bobot gabah bernas yang diambil dari 100 g gabah terlihat relatif sama yaitu berkisar 75.03-78.28 g begitupun dengan bobot gabah hampa berkisar antara 25.30-29.63 g. Tabel 12. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Isi dan Bobot Gabah Hampa. Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS)
Gabah (%) Gabah isi
Gabah Hampa
79.31a 75.03a 75.33a 75.62a
25.82a 28.59a 28.53a 27.70a
78.28a
25.30a
30
U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
75.63a 75.06a
28.06a 29.63a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Hasil/Tanaman, Indeks Panen, Hasil Ubinan Hasil gabah/tanaman sangat nyata dipengaruhi oleh jarak tanam baik gabah basah maupun kering. Jarak tanam yang lebih lebar menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat. Jarak tanam yang paling lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan hasil gabah basah dan hasil gabah kering/rumpun paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Jarak tanam legowo baik 2:1 maupun 5:1 memiliki hasil gabah/rumpun yang rendah dibandingkan jarak tanam bujur sangkar. Hasil gabah paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm masing-masing gabah basah dan kering sebesar 46.37 g dan 34.87 g. Jarak tanam legowo 5:1 memiliki hasil gabah basah dan kering yang tidak berbeda dengan legowo 2:1, yaitu sebesar 22.85 g dan 16.42 g.
Hasil gabah/rumpun tidak dipengaruhi oleh umur bibit tanaman.
Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap bobot gabah/rumpun dapat dilihat pada Tabel 13. Interaksi jarak tanam dan umur bibit berpengaruh terhadap indeks panen. Jarak tanam paling lebar 30 cm x 30 cm dan umur bibit 21 HSS menghasilkan indeks panen tertinggi tetapi tidak berbeda dengan umur bibit 10 HSS yang ditanam pada jarak tanam legowo 2:1 dan legowo 5:1, umur bibit 21 HSS yang ditanam dengan jarak tanam legowo 5:1 dan jarak tanam 20 cm x 20 cm, serta umur bibit 25 HSS dengan seluruh jarak tanam yang dicoba (Tabel 14). Nilai indeks panen menunjukkan rasio gabah kering dengan total keseluruhan bobot kering biomassa. Semakin tinggi nilai indeks panen maka semakin tinggi gabah yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Tabel 13. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah/ Tanaman. Perlakuan
Hasil Gabah/Tanaman Bobot Basah Bobot Kering
31
............................g........................... Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
28.19bc 22.85c 33.95b 46.37a
20.56bc 16.42c 25.43b 34.87a
29.61a 33.45a 35.46a
20.88a 26.01a 26.07a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Tabel 14. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Indeks Panen. Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x30 cm)
U1 (10 HSS) 0.42a bc
Umur Bibit U2 (21 HSS) U3 (25HSS) 0.27bc 0.41ab 0.30abc 0.32abc 0.34abc 0.33abc 0.43a 0.30abc
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Hasil gabah ubinan sangat nyata dipengaruhi oleh interaksi jarak tanam dan umur bibit. Hasil gabah basah dan kering ubinan paling tinggi dihasilkan oleh umur bibit 21 HSS yang ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan hasil 3.53 kg. Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa apabila digunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm, hasil yang tinggi diperoleh apabila digunakan umur bibit 10 HSS dan 21 HSS walaupun masih lebih rendah dibandingkan perlakuan umur bibit 21 HSS yang ditanam pada jarak tanam bujur sangkar 30 cm x 30 cm. Perlakuan yang lain umumnya menghasilkan hasil gabah ubinan yang rendah. Dihubungkan dengan hasil per tanaman terlihat bahwa hasil tertinggi yang diperoleh pada jarak tanam 30 cm x 30 cm apabila ditanama pada umur bibit 21 HSS. Hal tersebut karena walaupun ditanam pada jarak tanam 30 cm x 30 cm tetapi menggunakan umur bibit muda atau bibit tua memberikan hasil ubinan yang rendah. Pengaruh interaksi terhadap hasil ubinan dapat dilihat pada Tabel 15.
32
Tabel 15. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Ubinan. Perlakuan
JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3(20cmx20cm) JT4(30cmx30cm)
Umur Bibit U1 (10 HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS) Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot Basah Kering Basah Kering Basah Kering .........................................kg........................................... 1.53e 1.23de 1.67de 1.33de 2.03bcde 1.73bcde 1.73cde 1.50cde 1.7cde 1.47cde 2.57b 1.13e 2.57b 2.30b 2.5bc 2.23bc 1.47e 1.37de 2.17bcde 1.93bcd 3.80a 2.47bcd 2.30b 3.53a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Dugaan Hasil/Ha danPotensi Hasil/ha Analisis dugaan hasil/ha memiliki kecenderungan yang sama dengan hasil ubinan, karena dugaan hasil/ha tersebut dikonversi dari hasil ubinan. Hasil gabah kering panen (GKP) paling tinggi dan terendah terdapat pada interaksi perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan bibit 21 HSS dan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan bibit 25 HSS. Dugaan hasil GKP tertinggi adalah 6080 kg dan terendah sekitar 2352 kg. Hasil gabah kering giling (GKG) paling tinggi dan terendah dibandingkan dengan perlakuan lain masing-masing dihasilkan oleh perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan bibit 21 HSS dan jarak tanam legowo 2:1 dengan bibit umur 10 HSS. Hasil tersebut masing-masing adalah 5648 kg dan 1968 kg. Dari hasil ubinan maupun dugaan hasil/ha diperoleh bahwa jarak tanam 30 cm x 30 cm dengan bibit 21 HSS menghasilkan hasil tertinggi. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh Interaksi Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil Gabah/ha Perlakuan
JT1 (legowo 2:1)
Umur Bibit U1 (10 HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS) GKP GKG GKP GKG GKP GKG .......................................kg............................................ 2448e 1968de 2672de 2128de 3248bcde 2768bcde
33
JT2 (legowo 5:1) JT3(20cmx20cm) JT4(30cmx30cm)
2768cde 2400cde 2720cde 2352cde 4112b 3680b 4000bc 3568bc 3472bcde 3088bcd 6080a 5648a
4112b 2352e 3952bcd
1808e 2192de 3680b
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5 %
Pengaruh perlakuan jarak tanam terlihat berpengaruh terhadap potensi hasil/ha, namun umur bibit tidak berpengaruh (Tabel 17). Perlakuan jarak tanam legowo baik legowo 2:1 maupun legowo 5:1 terlihat menghasilkan potensi hasil/ha lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak tanam bujur sangkar sebesar 22.93 ton/ha dan 21.51 ton/ha. Hal ini karena populasi legowo lebih banyak dibandingkan jarak tanam bujur sangkar sehingga potensi hasil/ha tinggi. Pengaruh jarak tanam dan umur bibit terhadap potensi hasil/ha dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Potensi Hasil/ha Perlakuan Jarak Tanam JT1 (legowo 2:1) JT2 (legowo 5:1) JT3 (20cm x 20cm) JT4 (30cm x 30 cm) Umur Bibit U1 (10HSS) U2 (21 HSS) U3 (25 HSS)
Potensi Hasil/ha ...............ton............. 22.93a 21.51a 12.40b 9.17b 13.99a 17.79a 17.73a
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5
%.
Pembahasan Jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan umur bibit 21 atau 25 HSS menghasilkan tinggi tanaman tertinggi. Menurut Yoshida (1981) bahwa diasumsikan kecepatan awal pertumbuhan elongasi jaringan akar pada masingmasing tanaman adalah homogen. Tanaman umur bibit muda memiliki ukuran bagian-bagian tanaman yang lebih pendek dan kecil dibandingkan tanaman yang ditanam dengan umur bibit tua. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh jangkauan akar terhadap pupuk maka akar yang lebih panjang akan lebih cepat menjangkau pupuk dibandingkan akar yang lebih pendek sehingga umur bibit 21 dan 25 HSS lebih tinggi dibandingkan umur bibit 10 HSS dan jarak tanam 20 cm x 20 cm lebih tinggi dibandingkan 30 cm x 30 cm. Perlakuan umur bibit yang lebih tua menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan umur bibit yang lebih muda. Hal ini karena tanaman yang ditanam dengan bibit muda lebih lambat mangalami pertumbuhan dibandingkan bibit tua. Hal ini sesuai dengan penelitian Faruk et al.,(2008) bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan umur bibit 4 minggu setelah sebar. Hal ini juga dikatakan oleh Kim et al.,(1999) bahwa penanaman bibit muda dari persemaian efektif menekan ruas batang tanaman dibandingkan dengan penggunaan umur bibit tua. Interaksi jarak tanam dan umur bibit terhadap tinggi tanaman sangat nyata pada saat 5 MST. Interaksi jarak tanam 20 m x 20 cm dan umur bibit 21 HSS (JT3U3) menunjukkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan interaksi perlakuan lainnya yaitu sebesar 71.80 cm sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada interaksi perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm (JT3U1) sebesar 46.40 cm pada saat 5 MST. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah anakan sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan jarak tanam kecuali pada saat 3 MST. Rata-rata jumlah anakan sekitar 6.5-28.02 anakan per tanaman. Pertambahan rata-rata anakan tiap minggu berkisar antara 1-3 anakan per minggu. Pertambahan anakan rata-rata tertinggi terdapat pada saat 4 MST ke 5 MST sebesar 3.3 anakan per minggu, sedangkan terendah pada saat 5 MST ke 6 MST sebesar 1.4 anakan per minggu. Bahkan Pada saat 6 MST ke 7 MST terjadi penurunan jumlah anakan
35
sebesar 1.5 anakan/minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Vergara (1975) bahwa kenaikan jumlah anakan berlangsung terus menerus sampai tercapai jumlah anakan maksimum, kemudian beberapa anakan mati dan jumlahnya akan menurun, sampai tercapai pada kondisi jumlah yang tetap. Jarak tanam 30 cm x 30 cm adalah yang paling tinggi dalam menghasilkan jumlah anakan per rumpun. Hal ini sesuai dengan penelitian Masdar (2005) bahwa Jarak tanam 30 cm x 30 cm menunjukkan jumlah anakan yang paling banyak. Pada awalnya inisiasi anakan berupa 4 tunas primer tumbuh normal dan berkembang menjadi 4 anakan primer (Yoshida, 1981). Namun, tunas berikutnya tidak sepenuhnya bisa berkembang menjadi anakan karena tergantung dukungan makanan dari anakan primer yang berfungsi sebagai induk. Pada jarak tanam lebar tanaman memiliki akses hara, air, dan cahaya lebih banyak sehingga dukungan untuk perkembangan anakan berikutnya terpenuhi. Tanaman pada jarak tanam lebih sempit mengalami persaingan yang lebih berat untuk mendapatkan unsur hara, cahaya maupun air. Unsur hara diperlukan dalam jumlah yang sangat besar dan penting untuk metabolisme tanaman. Persaingan tanaman untuk mendapatkan unsur hara terutama nitrogen, fosfat dan kalium akan terjadi pada masing-masing tanaman. Pada jarak tanam yang rapat, kemungkinan terjadi persaingan yang berat dalam perakaran. Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000) perakaran tanaman dan jumlah anakan dipengaruhi oleh unsur hara P. Jarak tanam yang lebar cenderung untuk tumbuh lebih baik, karena pada jarak tanam ini tanaman mempunyai kesempatan lebih baik untuk mendapatkan cahaya, unsur hara yang cukup daripada jarak tanam sempit. Jumlah anakan sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan umur bibit pada saat 3-5 MST. Jumlah anakan paling banyak terdapat pada perlakuan umur bibit tua yaitu 25 HSS (U3) sedangkan jumlah anakan paling sedikit terdapat pada perlakuan umur bibit muda yaitu 10 HSS (U1). Hal ini berbeda dengan penelitian Masdar (2005) bahwa perlakuan umur bibit 7-14 HSS menghasilkan jumlah anakan paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya dalam konsep SRI (System of Rice Intensification). Selaras dengan hal tersebut menurut Deptan (2008) bibit lebih muda akan menghasilkan anakan lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bibit lebih tua. Pada umur 3-5 MST terdapat kecenderungan bahwa
36
semakin tua umur bibit hingga 25 HSS menghasilkan jumlah anakan yang semakin banyak. Bibit yang berumur lebih muda menganak lebih lambat dibandingkan umur bibit yang lebih tua, walaupun pada akhirnya jumlah anakan tidak berbeda. Penggunaan bagan warna daun bertujuan agar pemupukan efektif dan efisien. Penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan BWD. Tingkat skala warna daun tanaman padi dipengaruhi oleh populasi tanaman, fase pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan dan kandungan unsur N dalam tanah. Bagan warna daun (BWD) nyata dipengaruhi oleh jarak tanam pada saat 5 MST. Perlakuan umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap bagan warna daun pada saat 3-4 MST dan 7-8 MST. Interaksi perlakuan jarak tanam dan umur bibit berpengaruh nyata terhadap bagan warna daun pada saat 8 MST. Rata-rata nilai BWD pada pengamatan umumnya berada di bawah skala 4 dan faktor penyebabnya adalah kandungan N dalam tanah rendah yaitu rata-rata hanya sekitar 0.14%. Perlakuan jarak tanam dan umur bibit tidak berpengaruh terhadap panjang akar, panjang tajuk, bobot tajuk dan volume akar tanaman. Interaksi jarak tanam dan umur bibit juga tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang akar, panjang tajuk, bobot akar, bobot tajuk dan volume akar pada saat pertumbuhan maksimum yaitu 7 MST. Jarak tanam dan umur bibit tidak berpengaruh terhadap panjang akar dan tajuk, hal ini berarti bahwa pertumbuhan daun dan batang (bagian tajuk) selalu didampingi pertumbuhan sistem perakarn secara seimbang. Bobot kering akar tanaman dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi tidak dipengaruhi oleh umur bibit. Jarak tanam paling lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan bobot kering akar paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan terendah pada legowo 2:1. Hal ini diduga karena kondisi persaingan antara tanaman dengan pola jarak tanam yang diterapkan. Bobot kering akar paling tinggi terdapat pada perlakuan jarak tanam yang paling lebar yaitu jarak tanam 30 cm x 30 cm (JT3). Hal ini karena dengan jarak tanam yang lebar, tanaman lebih dapat memanfaatkan lingkungan sekitar guna
37
mendukung pertumbuhannya. Jarak tanam yang lebar memungkinkan akar tanaman tersebut menjangkau lebih jauh untuk memperoleh unsur hara dan air dalam tanah, akibatnya pertumbuhan akar lebih baik dengan jarak tanam yang lebih lebar dibandingkan jarak yang lebih rapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Donald (1963) bahwa tanaman pertanian mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi lingkungan yang lebih luas, disamping kemampuannya untuk bertahan hidup. Interaksi jarak tanam dan umur bibit berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering jerami padi. Bobot kering jerami paling tinggi terdapat pada interaksi perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm dan umur bibit 10 HSS (JT4U1) sebesar 108.25 g dan terendah pada interaksi perlakaun jarak tanam legowo 2:1 (JT1U1) sebesar 25.87 g. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Panikar et al.(1981) bahwa umur bibit 4 minggu (25 HSS) menghasilkan bobot kering jerami tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (2,3, dan 5 minggu setelah sebar). Jarak tanam lebar dengan cahaya yang cukup akan menghasilkan kapasitas fotosintesis yang lebih besar. Tanaman akan menghasilkan jumlah bahan kering yang semakin tinggi dengan semakin banyaknya bagian daun yang kontak dengan cahaya matahari (Salisbury and Ross, 1985). Komponen hasil pada pengamatan terdiri dari jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir. Jumlah anakan produktif sangat nyata dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi tidak nyata oleh perlakuan umur bibit. Interaksi jarak tanam dan umur bibit juga pengaruhnya tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif. Perlakuan jarak tanam dan umur bibit tidak nyata berpengaruh terhadap peubah panjang malai dan jumlah gabah/malai. Interaksi perlakuan jarak tanam dan umur bibit juga tidak nyata berpengaruh terhadap peubah tersebut. Bobot 1000 butir gabah nyata dipengaruhi oleh jarak tanam. Hal ini berbeda dengan penelitian Faruk et al.(2008) bahwa komponen hasil tanaman padi dipengaruhi oleh perlakuan umur bibit kecuali bobot 1000 butir mulai dari 2 hingga 5 MSS. Jumlah anakan produktif dipengaruhi oleh ukuran ruang antar rumpun. Semakin luas ruang antar rumpun, semakin banyak jumlah anakan produktif. Hal ini sesuai dengan penelitian Masdar (2005) bahwa semakin lebar jarak tanam
38
jumlah anakan produktif semakin banyak dibandingkan jarak tanam yang lebih sempit. Tunas tertier tidak sepenuhnya bisa tumbuh bugar sampai usia berbunga karena masih pendek dan kalah dalam persaingan antar anakan. Anakan yang relatif pendek dan posisi di bagian dalam rumpun, akan mengalami kekalahan pada persaingan kontak dengan cahaya matahari. Sistem perakaran pada anakan tertier masih relatif sedikit dan pendek sudah harus bersaing dengan banyak sistem perakaran lainnya dalam satu rumpun yang sudah relatif banyak dan panjang. Dalam hal ini, sistem perakaran yang terbatas dalam jumlah dan panjangnya akan kalah sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan hara untuk daun. Tanaman dalam satu rumpun terlalu awal menghadapi persaingan tanaman antar rumpun, baik dalam konteks areal perakaran maupun saling menaungi antar daun. Jarak tanam mempengaruhi bobot 1000 butir gabah, tetapi tidak oleh perlakuan umur bibit. Jarak tanam yang paling lebar menghasilkan bobot 1000 butir paling tinggi yaitu 27.52 g. Berbeda juga dengan penelitian Masdar (2005) bahwa bobot biji tidak dipengaruhi oleh jarak tanam, namun dikarenakan volume lemma dan palea dari gabah yang ditentukan oleh faktor genetis tanaman itu sendiri. Berbeda pula dengan penelitian Faruk et al.,(2008) bahwa umur bibit tidak berpengaruh terhadap bobot 1000 butir gabah. Pengaruh jarak tanam terhadap bobot 1000 butir diduga berhubungan dengan persaingan fotosintat. Perlakuan jarak tanam legowo 5:1 (JT2) menghasilkan panjang malai yang lebih panjang daripada perlakuan lainnya, sedangkan jumlah gabah/malai paling tinggi pada perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm (JT4), namun perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang malai dan jumlah gabah/malai. Pengamatan terhadap bobot gabah isi dan hampa yang diambil 100 g tiap perlakuan menunjukkan rata-rata persentase gabah isi berkisar 76.32% dan gabah hampa sebesar 27.66%. Perlakuan jarak tanam dan umur bibit tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tersebut. Namun, kondisi lingkungan diduga berpengaruh mengurangi total pengisian biji. Tingkat jumlah hari hujan relatif tinggi, dimana rata-rata jumlah hari hujan selama penelitian berlangsung sekitar 26 hari hujan/bulan dan suhu harian rata-rata sekitar 30.58 °C. Dengan banyaknya jumlah
39
hari hujan pada siang hari sehingga memperpendek hari cerah pada hari tersebut. Pada akhirnya akan mengurangi pengisian bahan kering. Hasil gabah/rumpun sangat nyata dipengaruhi jarak tanam. Hasil gabah basah dan kering/rumpun terbaik dihasilkan oleh jarak tanam yang paling lebar yaitu 30 cm x 30 cm (JT4). Hal ini sesuai pendapat Masdar (2005) bahwa penggunaan jarak tanam 30 cm x 30 cm nyata meningkatkan hasil dan komponen hasil padi dibandingkan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 25 cm x 25 cm. Sependapat dengan hal tersebut menurut Donald (1963) hendaknya diusahakan agar penggunaan jarak tanam selebar mungkin tanpa menimbulkan kerugian atau penurunan hasil. Hasil gabah/rumpun yang tinggi pada jarak tanam lebar diduga karena kompetisi (hara, cahaya, air) yang rendah dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih sempit dengan kompetisi yang tinggi. Semakin tinggi nilai indeks panen maka semakin tinggi hasil gabah/rumpun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Dalam hal ini interaksi jarak tanam 30 cm x 30 cm dan umur bibit 21 HSS menghasilkan indeks panen tertinggi dibandingkan yang lainnya. Hal ini karena jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan jumlah anakan produktif paling banyak dibandingkan perlakuan jarak tanam lainnya. Interaksi jarak tanam dan umur bibit menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap bobot basah ubinan, bobot kering ubinan dan dugaan hasil/ha. Interaksi jarak tanam 30 cm x 30 cm dan umur bibit 21 HSS memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan interaksi perlakuan lainnya. Jarak tanam 30 cm x 30 cm memberi harapan hasil terbaik dibandingkan jarak tanam lainnya. Variabel bobot 1000 butir, jumlah anakan produktif dan jumlah gabah/malai berperan nyata kepada harapan produksi tinggi. Dari dugaan hasil/ha diperoleh bahwa jarak tanam model bujur sangkar lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan hasil yang lebih tinggi. Rata-rata produktivitas per hektar tertinggi yang dicapai pada jarak tanam model legowo baik legowo 2:1 maupun legowo 5:1 hanya sekitar 1808 kg-2768 kg gabah kering giling (GKG) dengan rata-rata produksi sebesar 2237 kg/ha. Berbeda dengan jarak tanam bujur sangkar baik jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 30 cm x 30 cm menghasilkan GKG yang lebih tinggi berkisar antara 2192 kg-5648 kg dengan
40
rata-rata produksi 3643 kg/ha. Hal ini berarti jarak tanam bujur sangkar (20 cm x 20 cm maupun 30 cm x 30 cm) menghasilkan hasil sekitar 62.81% lebih tinggi dibandingkan dengan pemakaian jarak tanam legowo. Jarak tanam bujur sangkar yang lebih renggang yaitu 30 cm x 30 cm lebih tinggi menghasilkan hasil padi sawah dibanding jarak tanam 20 cm x 20 cm. Produktivitas gabah yang dihitung berdasarkan ubinan menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan produktivitas tertinggi, tetapi berdasarkan potensi hasil/ha, perlakuan legowo 2:1 memberikan produktivitas tertinggi. Hal ini karena jumlah tanaman dalam luasan tertentu lebih banyak dibandingkan jarak tanam bujur sangkar sehingga memiliki potensi hasil yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Donald (1963), bahwa peningkatan populasi sampai batas-batas tertentu dapat meningkatkan hasil per satuan luas sedangkan hasil per tanaman menurun. Tanaman yang ditanam dengan jarak tanam bujur sangkar lebar menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak namun populasi/ha lebih sedikit dibandingkan dengan jarak tanam legowo baik legowo 5:1 dan 2:1 yang memiliki jumlah anakan sedikit namun populasi/ha lebih banyak. Pada jarak tanam lebar, persaingan diantara tanaman untuk mendapatkan faktor-faktor pertumbuhan pada awal pertumbuhannya belum tampak dan primordia bunga dibentuk dalam jumlah yang banyak sehingga persediaan zat makanan untuk tiap-tiap bunga sedikit. Hal ini mengakibatkan jumlah biji yang dihasilkan oleh masing-masing bunga serta bobot bijinya lebih rendah dibandingkan dengan jarak tanam sempit dalam hal ini jarak tanam legowo. Dengan demikian jarak tanam legowo memiliki potensi hasil yang tinggi apabila kebutuhan tanaman akan cahaya, unsur hara, air, udara dan ruang dapat terpenuhi. Pemilihan sifat varietas padi menentukan jarak tanam yang akan digunakan sehingga pada akhirnya menentukan hasil yang diperoleh. Apabila hendak menggunakan varietas padi dengan daya menganak tinggi maka jarak tanamnya diperlebar, sebaliknya apabila hendak menggunakan varietas dengan daya menganak rendah maka menggunakan jarak tanam yang lebih sempit. Hal ini berkaitan dengan potensi tanaman itu sendiri yang didukung oleh lingkungannya. Umur bibit 21 HSS yang ditanam pada jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil tertinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Faruk et al. (2008)
41
bahwa hasil panen paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan umur bibit 3-4 MSS (minggu setelah sebar) artinya hasil panen gabah tertinggi dihasilkan oleh umur bibit 21-25 HSS dibandingkan perlakuan umur bibit lainnya. Di Indonesia sejak lama dianjurkan menanam bibit berumur 3 minggu, dengan tinggi sekitar 22-25 cm (Utomo dan Nazarudin, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jarak tanam lebar (30 cm x 30 cm) menghasilkan jumlah anakan, jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah serta hasil gabah yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak yang lebih sempit 20 cm x 20 cm, logowo 2:1 maupun legowo 5:1. Umur bibit tua (25 HSS) menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi, menganak lebih cepat walaupun pada akhirnya tidak berbeda nyata dengan umur bibit 10 dan 21 HSS. Umur bibit muda (10HSS) menganak lebih lambat dibandingkan bibit tua. Produktivitas gabah yang dihitung berdasarkan ubinan menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm menghasilkan produktivitas tertinggi, sedangkan berdasarkan potensi hasil/ha, perlakuan legowo 2:1 memberikan produktivitas tertinggi. Indeks panen tertinggi diperoleh pada umur bibit 21 HSS yang ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm.
Saran Perlu dilakukan penelitian ulang terutama untuk mengetahui potensi hasil jarak tanam bujur sangkar lebar dan sempit serta jarak tanam legowo.
43
DAFTAR PUSTAKA
Adiratma, E.R. 2004. Stop Tanam Padi, Memikirkan Kondisi Petani Indonesia dan Upaya Meningkatkan Kesejahteraannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal. Bleasdale, J. K. A. 1973. Plant Physiology in Relation to Hortikulture 1st Ed. The Macmillan Press Ltd. New York. 144p. BPS. 2008. Food Crops Statistik 04-08. Badan Pusat Statistik Indonesia. http://www.bps.com. [ 3 Mei 2008]. De Datta, S. K. 1968. The Environment of Rice Production in Tropical Asia. IRRI. Field Experiment Workshop. 11:1. --------------------. 1981. Principle and Practices of Rice Production. IRRI, Los Banos. Philippines. 618 p. Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. 40 hal. Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice Nutrient Disorders & Nutrient Management. Tham Sin Chee. 191p. Donald, C. M. 1963. Competition Among Crop and Pasture Plants. Advances in Agronomy IV. Academic Press. Inc. Publ. New York. 1-118p. Enyl, B. A. C. 1973. Effects of intercroping maize or sorghum with cowpeas, pigeon peas or beans. Fac. of Agric. Morogoro. Tanzania. Agric. 9:83-90. Hui, M. G. and M. Jun. 2003. Evaluation of SRI used together with its hybrid varieties. Proceeding of China National S. R. I Workshop. Hangzhou, March 2-3, 2003. Faruk, M. O., M. A. Rahman, and M. A. Hasan. 2008. Effect of seedling age and number of seedling per hill on the yield and yield contributing characters of BRRI dhan 33. Int. J. Sustain. Crop Prod. 4(1): 58-61. Kim, S. S., B. K. Kim, M. G. Choi, M. H. Back, W. Y. Choi, And S. Y. Lee, 1999. Effect of seedling age on gowth and yield of machine transplanted rice in southrern plain region. Korean J. Of Sci. 44(2):122-128.
44
Masdar, Musliar K., Bujang R., Nurhajati H., Helmi. 2005. Tingkat hasil dan komponen hasil sistem intensifikasi padi (SRI) tanpa pupuk organik di daerah curah hujan tinggi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 8 (2):126-131. Masdar, 2005. Interaksi jarak tanam dan jumlah bibit per titik Tanam pada sistem Intensifikasi Padi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Akta Agrosia Ed. Khusus. (1):92-98. Panikar, K.S., P.B. Pillai, and P. Chandrasekharan. 1981. Influence of age of seedling, spacing and time of application of nitrogen on the yield of rice var. IR8. Agric. Res. Kerala. 16 (2):227-229 [Cited from Rice Abst.4 (1):10. Pitojo, S. 2003. Budidaya Padi Sawah Tabela. Penebar Swadaya. Jakarta. 55 hal. Prasetiyo, Y.T. 2005. Budidaya Padi Sawah TOT ( Tanpa Olah Tanah). Kanisius. Yogyakarta. 59 hal. Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 139 hal. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1985. Plant Physiology. Book. Wadsworth Publishing Company. Belmont, California. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. 318 hal. Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bul. Teknik 6: 53 hal. Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, I.N. Widiarta, A. Setyono, S.D. Indrasari, O. S. Lesmana, H. Sembiring. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang. 80 hal. Thangaraj, M., and J.C. O’Toole. 1985. Root behavior, field and laboratory studies for rice and nonrice crops. In Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna. Philippines. Taslim, Haerudin dan A.M. Fagi. 1985. Ragam Budidaya Padi. In: M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam, A.Widjono (Eds.). Padi I. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian da Pengembangan Tanaman Bogor. Bogor. Utomo, M dan Nazaruddin. 2007. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 48 hal.
45
Vergara, B.S. 1975. Tumbuh dan perkembangan tanaman padi, 1-32 hal. Dalam H. Suseno (Ed). S. Harran dan S. Sudiatso (Penerjemah). Fisiologi Tanaman Padi (Bahan dari IRRI). Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 51 hal. -----------------. 1985. Komponen Hasil, Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hasil Padi. Dewan Redaksi Bhatara (Penerjemah). Bhatara Karya Aksara. Jakarta. 47 hal. Terjemahan dari: A Farmer’s Primer on Growing Rice. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos. Laguna, Philippines. p 269.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan
Ulangan 2 J2U2 J3U2 J1U1 J4U1 J2U3 J3U3 J1U2 J3U1 J4U2 J4U3 J1U3 J2U4
J1U2 J4U3 J2U1 J3U3
Ulangan 1 J4U1 J2U2 J1U3 J3U1 J4U2 J2U3 J1U1 J3U2
U
Keterangan: J1
: Jarak tanam legowo 2 : 1
J2
: Jarak tanam legowo 5 : 1
J3
: Jarak tanam 20 cm x 20 cm
J4
: Jarak tanam 30 cm x 30 cm
U1
: Umur bibit 10 hari
U2
: Umur bibit 21 hari
U3
: Umur bibit 25 hari
Ulangan 3 J3U2 J2U1 J1U3 J3U3 J1U2 J4U1 J1U1 J2U2 J2U3 J4U2 J4U3 J3U1
48
Lampiran 2. Keragaan Tanaman Tiap Perlakuan Jarak Tanam
Legowo 2:1
Legowo 5:1
49
Jarak Tanam 20 cm x 20 cm
Jarak Tanam 30 cm x 30 cm
50
Lampiran 3. Keragaan Rumpun Tanaman Tiap Perlakuan
Legowo 2:1
Legowo 5:1
20 cm x 20 cm
30 cm x 30 cm
51
Lampiran 4. Keragaan Akar Tanaman Tiap Perlakuan
Legowo 2:1
20 cm x 20 cm
Legowo 5:1
30 cm x 30 cm
52
Lampiran 5. Deskripsi Padi Varietas Pepe Nomor seleksi Asal persilangan Golongan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan Produktif Warna kaki Warna batang Warna telinga daun Warna lidah daun Warna daun Muka daun Posisi daun Daun bendera Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur nasi Kadar amilosa Bobot 1000 butir Rata-rata hasil Potensi hasil Ketahanan terhadap Hama Penyakit Anjuran tanam Instansi pengusul Pemulia Tim peneliti
Teknisi Dilepas tahun
: B8971B-15 : Simariti/4*IR64 : Cere : 120-128 hari : Tegak : 100-110 cm : 9-16 batang : Hijau : Hijau : Tidak berwarna : Tidak berwarna : Hijau : Kasar : Miring : Miring : Ramping : Kuning : Mudah rontok : Tahan : Pulen : 23% : 27 g : 7.0 t/ha : 8.1 t/ha : : - Tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 : - Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III : Baik untuk lahan sawah dataran rendah (< 500 m dpl) di sawah tadah hujan : Balitpa dan BPTPH Jawa Tengah : Soewito T., Erwina Lubis, Murdani D. : Subagyo, Tino Vihara, Sriyono, Joko Kodrat, Kris Sumarno, Indrawati S., Sri Hartati, Dadang Suherman, Sukarno R., Aan A. Daradjat. : Ade Santika, Sunaryo, Panca HS dan Gusminar : 2003
53
Lampiran 6. Data Iklim Bulan September 2008 sampai Februari 2009 Bulan/tahun September Oktober November Desember Januari Februari Rata-rata
Jumlah Hari Hujan ....hari/bulan.... 30 25 21 30 27 27 26
Temperature Rata-Rata ....°C.... 32.8 32.2 31.3 30.5 29.3 29.6 30.58
Jumlah Curah Hujan ....mm/bulan.... 343 311 509 255 361 305 348.2
54
Lampiran 7. Analisi Tanah Sesudah Penelitian Perlakuan JT1U1 JT2U1 JT3U1 JT4U1 JT1U2 JT2U2 JT3U2
pH H2O KCl 5.3 4.4 5.4 4.3 5.6 4.6 5.5 4.7 5.4 4.6 5.6 4.6 5.5 4.6
N total 0.12 0.13 0.15 0.14 0.15 0.16 0.16
C/N rasio 10.5 10.4 8.8 9.9 10.4 9.2 9.3
P (ppm) 3.8 4.2 4.8 4.5 4.3 5.6 5.2
K (ppm) 0.3 0.32 0.41 0.43 0.47 0.46 0.54
55
Lampiran 8. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 3 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.6667 22.6000 1380.5600 41.3333 122.8000 1567.9600
KT 0.3333 7.5333 690.2800 6.8889 122.8000
F Hitung 0.06 1.35 123.67 1.23
Pr > F hit 0.2841 0.2841 0.0001 0.3271
Lampiran 9. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 4 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 21.3356 18.9900 1083.5089 25.0333 291.0644 1439.9322
KT 10.6678 6.33000 541.7544 4.17222 13.2302
F Hitung 0.81 0.48 40.95 0.32
Pr > F hit 0.4593 0.7005 0.0001 0.9220
Lampiran 10. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 5 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 1.8467 368.2078 1333.4600 562.2289 210.6067 2476.3500
KT 0.9233 122.7359 666.7300 93.7048 9.5730
F Hitung 0.10 12.82 69.65 9.79
Pr > F hit 0.9084 0.0001 0.0001 0.0001
Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 6 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 14.4600 88.2167 1408.3467 61.3067 408.7400 1981.0700
KT 7.2300 29.4056 704.1733 10.2178 18.5790
F Hitung 0.39 1.58 37.90 0.55
Pr > F hit 0.6822 0.2220 0.0001 0.7647
56
Lampiran 12. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 7 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 19.6622 25.2833 1293.8022 65.9400 210.0178 1614.7056
KT 9.8311 8.42778 646.9011 10.9900 9.5463
F Hitung 1.03 0.88 67.76 1.15
Pr > F hit 0.3736 0.4652 0.0001 0.3669
Lampiran 11. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Tinggi saat 8 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 49.7489 31.3778 337.2089 53.84889 261.1311 733.3156
KT 24.8744 10.45926 168.6044 168.6044 11.86959
F Hitung 2.10 0.88 14.20 0.76
Pr > F hit 0.1469 0.4660 0.0001 0.6116
Lampiran 14. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 3 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.4289 28.222 472.2756 6.2311 141.9444 649.1022
KT 0.2144 9.4074 236.1378 1.03851 6.4520
F Hitung 0.03 1.46 36.60 0.16
Pr > F hit 0.9674 0.2533 0.0001 0.9845
Lampiran 15. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 4 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 6.000 88.4178 170.8467 7.9889 116.8267 390.0800
KT 3.00000000 29.47259259 85.42333333 1.33148148 5.31030303
F Hitung 0.56 5.55 16.09 0.25
Pr > F hit 0.5764 0.0054 0.0001 0.9538
57
Lampiran 16. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 5 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 24.0822 498.8356 124.7356 73.3178 217.7311 938.7022
KT 12.0411 166.2785 62.3678 12.2196 9.8968
F Hitung 1.22 16.80 6.30 1.23
Pr > F hit 0.3154 0.0001 0.0069 0.3269
Lampiran 17. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 6 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 18.9800 617.1467 52.4867 45.1667 247.3400 247.3400
KT 9.4900 205.7156 26.2433 7.5278 11.2427
F Hitung 0.84 18.30 2.33 0.67
Pr > F hit 0.4434 0.0001 0.1204 0.6751
Lampiran 18. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 7 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 2.1067 1088.3233 108.0867 50.2067 416.5867 1665.3100
KT 1.0533 362.7744 362.7744 8.3678 18.9358
F Hitung 0.06 19.16 2.85 0.44
Pr > F hit 0.9460 0.0001 0.0791 0.8428
Lampiran 19. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan saat 8 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 38.0022 951.4533 34.2289 31.5133 730.8511 1786.0489
KT 19.0011 317.1511 17.1144 5.2522 33.2205
F Hitung 0.57 9.55 0.52 0.16
Pr > F hit 0.5726 0.0003 0.6044 0.9852
58
Lampiran 20. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 3 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.0200 0.1989 2.0600 0.1711 0.9400 3.3900
KT 0.0100 0.0663 1.0300 0.0285 0.0427
F Hitung 0.23 1.55 24.11 0.67
Pr > F hit 0.7933 0.2294 0.0001 0.6767
Lampiran 21. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 4 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.5489 0.1156 1.8689 0.5311 1.5311 4.5956
KT 0.2744 0.2744 0.2744 0.0885 0.0696
F Hitung 3.94 0.55 13.43 1.27
Pr > F hit 0.0344 0.6512 0.0002 0.3103
Lampiran 22. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 5 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.1356 1.4311 0.1756 1.4689 2.3178 5.5289
KT 0.0678 0.4770 0.0878 0.2448 0.1053
F Hitung 0.64 4.53 0.83 2.32
Pr > F hit 0.5351 0.0128 0.4479 0.0687
Lampiran 23. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 6 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.1356 0.1822 0.2422 0.3178 1.4378 2.3156
KT 0.0678 0.0607 0.1211 0.0529 0.0653
F Hitung 1.04 0.93 1.85 0.81
Pr > F hit 0.3712 0.4431 0.1804 0.5730
59
Lampiran 24. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 7 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.0289 0.0922 1.8289 0.1178 1.9444 4.0122
KT 0.0144 0.0307 0.9144 0.0196 0.0883
F Hitung 0.16 0.35 10.35 0.22
Pr > F hit 0.8502 0.7911 0.0007 0.9654
Lampiran 25. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bagan Warna Daun saat 8 MST SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total Lampiran 26. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.0689 0.1722 0.4822 0.6644 0.6778 2.0656
KT 0.0344 0.0574 0.2411 0.1107 0.0308
F Hitung 1.12 1.86 7.83 3.59
Pr > F hit 0.3448 1.86 0.0027 0.0123
SidikRagam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Akar DB 2 3 2 6 22 35
JK 45.5507 19.6068 5.5837 38.6679 205.8929 315.3018
KT 22.7752 6.5356 2.7919 6.4446 9.3588
F Hitung 2.43 0.70 0.30 0.69
Pr > F hit 0.1110 0.5630 0.7450 0.6610
Lampiran 27. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang Tajuk SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 1082.8229 58.3802 28.0104 29.6145 380.4688 1579.2969
KT 541.4114 19.4600 14.0052 4.9358 17.2940
F Hitung 31.31 1.13 0.81 0.29
Pr > F hit <.0001 0.3604 0.4578 0.9376
60
Lampiran 28. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Akar SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 2.48657222 4.61943056 0.93650556 6.60162778 11.86936111 26.51349722
KT 1.24328611 1.53981019 0.46825278 1.10027130 0.53951641
F Hitung 2.30 2.85 0.87 2.04
Pr > F hit 0.1234 0.0605 0.4337 0.1031
Lampiran 29. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Tajuk. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 14.8916 3.3962 2.3504 7.0795 13.5367 41.2544
KT 7.4458 1.1321 1.1752 1.1799 0.6153
F Hitung 12.10 1.84 1.91 1.92
Pr > F hit 0.0003 0.1694 0.1719 0.1228
Lampiran 30. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Volume Akar. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 3.9778 8.4768 4.7543 10.0399 39.0371 66.2859
KT 1.9889 2.8256 2.3771 1.6733 1.7744
F Hitung 1.12 1.59 1.34 0.94
Pr > F hit 0.3439 0.2197 0.2825 0.4849
Lampiran 31. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Kering Jerami.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 172.0956 12399.3074 696.71636 5137.2033 2396.3438 20801.6665
KT 86.0478 86.0478 348.3582 856.2005 108.9247
F Hitung 0.79 37.94 3.20 7.86
Pr > F hit 0.466 0.0001 0.0604 0.0001
61
Lampiran 32. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Anakan Produktif.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 5.02889 541.60000 21.40222 83.88667 154.06444 805.98222
KT 2.51444 180.53333 10.70111 13.98111 7.00293
F Hitung 0.36 25.78 1.53 2.00
Pr > F hit 0.7024 <.0001 0.2391 0.1096
Lampiran 33. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Panjang malai. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.2486 0.2301 0.1275 0.4390 1.4226 2.4678
KT 0.1243 0.0767 0.0637 0.0732 0.0647
F Hitung 1.92 1.19 0.99 1.13
Pr > F hit 0.1700 0.3380 0.3891 0.3770
Lampiran 34. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Jumlah Gabah/Malai. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 3120.9089 2656.8622 1802.4289 3969.0911 12048.7444 23598.0356
KT 1560.4544 885.6207 901.2144 661.5152 547.6702
F Hitung 2.85 1.62 1.65 1.21
Pr > F hit 0.0794 0.2141 0.2158 0.3393
.
Lampiran 35. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot 1000 Butir. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.37167 0.37167 0.0017 0.5139 1.2150 2.6900
KT 0.18583 0.1959 0.0008 0.0856 0.0552
F Hitung 3.36 3.55 0.02 1.55
Pr > F hit 0.0531 0.0311 0.9850 0.2086
62
Lampiran 36. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Isi. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 53.45167 108.56306 71.01500 297.40944 810.10833 1340.54750
KT 26.72583 36.18768 35.50750 49.56824 36.82310
F Hitung 0.73 0.98 0.96 1.35
Pr > F hit 0.4952 0.4189 0.3968 0.2794
Lampiran 37. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Bobot Gabah Hampa.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 162.71722 45.04111 115.07389 284.61056 807.20278 1414.64556
KT 81.35861 15.01370 57.53694 47.43509 36.69103
F Hitung 2.22 0.41 1.57 1.29
Pr > F hit 2.22 0.7480 0.2309 0.3013
Lampiran 38. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Basah/Rumpun.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 93.13562 2752.16769 212.00149 482.34624 1302.98651 4842.63756
KT 46.56781 917.38922 106.00074 80.39104 59.22666
F Hitung 0.79 15.49 1.79 1.36
Pr > F hit 0.4679 0.0001 0.1905 0.2750
Lampiran 39. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Kering/Rumpun. SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 133.74016 1701.29676 212.47882 212.47882 1101.64544 3445.10876
KT 66.87008 567.09892 106.23941 49.32459 50.07479
F Hitung 1.34 11.33 2.12 0.99
Pr > F hit 0.2836 0.0001 0.1437 0.99
63
Lampiran 40. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Indeks Panen.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 0.00632 0.02111 0.01635 0.11974 0.11208 0.27560
KT 0.00316 0.00704 0.00817 0.01996 0.00509
F Hitung 0.62 1.38 1.60 3.92
Pr > F hit 0.5471 0.2747 0.2236 0.0082
Lampiran 41. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Basah Ubinan.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 2.28222 7.10000 1.80722 5.41500 4.03111 20.63556
KT 1.14111 2.36667 0.90361 0.90250 0.18323
F Hitung 6.23 12.92 4.93 4.93
Pr > F hit 0.0072 0.0001 0.0170 0.0025
Lampiran 42. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Hasil Gabah Kering Ubinan.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 1.30722 8.69667 1.72056 4.78833 3.71278 20.22556
KT 0.65361 2.89889 0.86028 0.79806 0.16876
F Hitung 3.87 17.18 5.10 4.73
Pr > F hit 3.87 0.0001 0.0152 0.0031
Lampiran 43. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil/ha (GKP).
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 5842488.88889 18175999.99999 4626488.88889 13862400.00000 10319644.44444 52827022.22222
KT 2921244.44444 6058666.66667 2313244.44444 2310400.00000 469074.74747
F Hitung Pr > F hit 6.23 0.0072 12.92 0.0001 4.93 0.0170 4.93 0.0025
Lampiran 44. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Dugaan Hasil/ha (GKG).
64
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 3346488.88889 22263466.66667 4404622.22222 12258133.33333 9504711.11111 51777422.22222
KT 1673244.44444 7421155.55556 2202311.11111 2043022.22222 432032.32332
F Hitung Pr > F hit 3.87 0.0362 17.18 0.0001 5.10 0.0152 4.73 0.0031
Lampiran 45. Sidik Ragam Perlakuan Jarak Tanam dan Umur Bibit terhadap Potensi Hasil/ha.
SK UL JT UMUR JT*UMUR Galat Total
DB 2 3 2 6 22 35
JK 1.53790556 17.97383333 2.40702222 1.08640000 11.11569444 34.12085556
KT 0.76895278 5.99127778 1.20351111 0.18106667 0.50525884
F Hitung Pr > F hit 1.52 0.2404 11.86 0.0001 2.38 0.1158 0.36 0.8972