OMSET PENJUALAN PUPUK DITINJAU DARI MODAL DAN PEMBERIAN KREDIT PADA KELOMPOK TANI DESA GILIREJO KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sering kali di artikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi, pembangunan pertanian dapat di artikan jika terjadi pertumbuhan dalam sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan dalam masyarakat yang pada umumnya adalah petani yang kurang baik menjadi lebih baik. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat yang pesat, semakin besar pula kemungkinan kebutuhan manusia yang tidak terbatas untuk bisa terpenuhi. Khususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih memiliki lahan pertanian dan tidak mempunyai keahlian lain ataupun tingkat pendidikan yang rendah maka secara tidak langsung untuk mencukupi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan lahan pertanian yang ada. Pertanian pada mulanya merupakan suatu yang sederhana dan sangat alami pada pembawaannya, melihat kenyataan tersebut tidak sedikit pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian kurang bisa memaksimalkan hasil panen mereka. Karena sebagian dari sekian banyak petani yang ada, sudah menggunakan berbagai macam kemajuan alat pertanian yang tentunya sangat mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian masih ada yang mengunakan alat-alat tradisional. Walaupun dengan alat tradisional tersebut dapat menghemat biaya akan tetapi kurang bisa
memanfaatkan waktu dengan baik. Dengan melihat hal yang seperti itu maka kelompok tani juga memberikan kemudahan bagi petani dengan cara memberikan bantuan berupa alat-alat pertanian. Kelompok tani itu sendiri secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usahauntuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama–sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal. Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Jika suatu kinerja yang dibentuk dapat berjalan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan maka dalam proses penjualan barang atau jasa tersebut bisa mendapatkan omset yang memiliki potensi yang sangat baik. Pada dasarnya omset penjualan identik dengan volume penjualan. Omset penjualan akan meningkat jika diiringi dengan kegiatan penjualan yang efektif. Menurut Sutamto (1997) penjualan merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan sebelumnya. Maka usaha yang dilakukan kelompok tani untuk mencapai omset penjualan yang lebih baik juga memerlukan strategi yang baik untuk dapat menarik minat petani. Dalam mengupayakan peningkatan omset penjualan kelompok tani setidaknya lebih mampu mengupayakan hal- hal yang dapat mendorong dalam kegiatan-kegiatan pertanian itu sendiri, sehingga timbulah kesadaran pada masyarakat yang khususnya petani kecil dalam upaya meningkatkan produktifitas pendapatan hasil tani mereka sehingga petani dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut J.Ravianto (1990:4) bahwa: “kesesuaian antara kebutuhan individu (pekerja) dengan kebutuhan perusahaan merupakan faktor yang penting untuk menunjang produktivitas kerja”.
Dalam usaha
peningkatan produktivitas kerja petani memang tidak selalu dapat berjalan lancar. Untuk itu pihak perusahaan harus berupaya memadukan antara kebutuhan petani dengan kebutuhan kelompok tani, sehingga dapat menunjang semakin meningkatnya omset penjualan pada kelompok tani.
Peningkatan omset penjualan dapat dicapai melalui penggunaan pupuk yang berkualitas, pada umumnya petani khususnya petani kecil mengalami hambatan terutama dalam pengadaan dana untuk membeli berbagai input produksi, seperti pembelian pupuk yang harganya mudah dijangkau dengan tingkat kualitas yang memadai. Dalam kondisi ini petani dihadapkan pada dilema peningkatan hasil produksi usaha pertaniannya. Disatu pihak petani dituntut untuk meningkatkan produktivitas usaha tani pada luas lahan yang terbatas untuk dapat meningkatkan pendapatannya. Dilain pihak untuk meningkatkan produktivitas, petani harus mengeluarkan tambahan biaya akibat meningkatnya jumlah dan jenis input yang harus dibeli, serta akibat meningkatnya harga input karena berkurangnya subsidi pemerintah terhadap harga pupuk, obat-obatan dan benih unggul. Pada kenyataanya, untuk mendapatkan bahan-bahan pertanian masih banyak yang bergantung pada pengecer yang harganya lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh kelompok tani. Selain itu adanya perbedaan kualitas produk yang ditawarkan oleh kelompok tani dengan pengecer pada umumnya. Karena dalam kelompok tani mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan seperti yang dirumuskan oleh Basu Swastha dalam bukunya Azas-Azas Marketing (2008:27) adalah sebagai berikut: (a) Berusaha mencapai penjualan tertentu, (b) Berusaha mendapatkan laba, dan (c) Menunjang pertumbuhan perusahaan. Usaha untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh pelaksana penjualan atau para ahli penjualan, dalam hal ini perlu adanya kerjasama
didalam perusahaan. Akan tetapi tujuan-tujuan tersebut dapat terlaksana jika tersedianya modal kerja. Pada hakekatnya modal juga dapat dikatakan sebagai modal kerja yang merupakan salah satu faktor produksi usaha tani yang penting, disamping faktor lahan, tenaga kerja dan manajemen. Menurut Sofyan Safri Harahap (2007:288) Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang lancar. Oleh karena itu permodalan yang lemah akan membatasi ruang gerak dan aktivitas usaha untuk menunjang keberhasilan pembangunan pertanian, terutama meningkatkan kemampuan berusaha bagi petani. Jadi untuk meningkatkan kemampuan ruang gerak dan aktivitas dalam berusaha tani khususnya pelaksanaan intensifikasi, maka petani memerlukan pinjaman modal berupa kredit usaha tani. Dari pinjaman modal tersebut diharapkan kelompok tani mampu memanfaatkannya dengan maksimal sehingga tingkat poduktivitas pendapatan petani menjadi lebih baik dan tingkat penjualan pupuk juga bisa lebih maksimal. Produktivitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk melakuan jual-beli barang dagangan yang khususnya pada penjualan pupuk. Dengan pola pemberian kredit usaha tani, petani dibimbing untuk menerapkan teknologi usaha tani sesuai dengan yang direkomendasikan, dengan bimbingan tersebut diharapkan petani dapat memanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga produksi dan pendapatan petani diharapkan akan meningkat, dengan meningkatnya pendapatan para petani diharapkan pengembalian kredit usaha tani tersebut akan menjadi lancar. Akan tetapi
pada kenyataannya sering terjadi kelangkaan pupuk pada saat pupuk itu sendiri sedang dibutuhkan oleh petani.“Salah satu unsur yang selalu melekat dalam setiap pemberian kredit adalah adanya “ resiko “ sehingga pemberian kredit disebut juga sebagai penanaman dana dalam bentuk “ risk assets “. Dan sebagaimana juga diketahui bahwa resiko atas suatu hal, adalah bersifat merugikan, dan sebagai sesuatu musibah atau malapetaka, resiko datangnya tidak pasti dan tidak dapat diduga dan dapat terjadi dengan tiba-tiba harus terjadi” ( Hasanudin Rahman, 2008:5). Melihat hal tersebut maka dalam sebuah bentuk kelompok tani berusaha memberikan kemudahan bagi petani untuk memperoleh modal yang dapat menunjang dalam pertanian. Kemudahan tersebut diberikan oleh kelompok tani dengan sistem pinjaman kredit yang sama-sama mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut dapat terbukti dengan sistem pinjaman kredit tersebut maka kelompok tani memperoleh omset penjualan pupuk yang sudah di targetkan dan bagi petani dapat memperoleh pupuk dengan mudah tanpa harus memiliki uang untuk membeli pupuk langsung pada pengecer. Dalam sistem pinjaman ini juga memberikan keamanan dan kemudahan tanpa adanya resiko yang sekiranya dapat merugikan para petani. Kelompok tani sangatlah membantu dalam usaha yang dilakukan petani untuk meningkatkan hasil pertanian menjadi lebih baik. Dalam meningkatkan omset penjualan pupuk itu sendiri, kelompok tani bekerja keras untuk bisa merangkul masyarakat untuk bisa memilih pupuk yang berkualitas dan mampu memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat menentukan judul “OMSET PENJUALAN PUPUK DITINJAU DARI MODAL DAN PEMBERIAN KREDIT PADA KELOMPOK TANI DESA GILIREJO KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI”. B. Pembatasan Masalah Untuk memfokuskan penelitian ini sehingga didapatkan hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan, penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut: 1.
Omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali pada tahun 20092011.
2.
Modal (modal kerja) yang digunakan pada Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
3.
Harga penjualan pupuk secara kredit pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas agar dapat secara jelas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah: 1. Apakah modal (modal kerja) dapat menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali?
2. Apakah pemberian kredit dapat menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali? 3. Apakah modal (modal kerja) dan pemberian kredit dapat menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui peningkatan omset penjualan pupuk tahun 2010-2011 pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
2.
Untuk mengetahui omset penjualan dilihat dari modal (modal kerja) pada Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
3.
Untuk mengetahui perbandingan omset penjualan secara kredit dengan penjualan secara tunai tahun 2010-2011 pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari segi ilmiah penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang omset penjualan pupuk ditinjau dari modal dan pemberian kredit pada kelompok tani desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Praktis a.
Bagi Perusahaan / Instansi Sebagai pedoman dalam menentukan kebijakan dan mengatasi masalah yang dihadapi perusahaan / instansi.
b.
Bagi Peneliti, Untuk menambah wawasan pengetahuan dan dapat mengembangkan untuk penelitian selanjutnya.
c.
Bagi Pihak lain, penelitian diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan, informasi sekaligus sebagai bahan acuan untuk perbandingan dalam penelitian serupa.
F. Landasan Teori 1. Omset penjualan Kata omset berarti jumlah, sedang penjualan berarti kegiatan menjual barang yang bertujuan mencari laba/pendapatan. Jadi omset penjualan berarti Jumlah penghasilan/laba yang diperoleh dari hasil menjual barang/jasa. Menurut Sutamto (1997:10) tentang pengertian penjualan: "Penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan uang menurut harga yang dimana si penjual atai produsen memastikan mengaktifkan dan memuaskan kebutuhan atau keinginan pembeli/konsumen agar dicapai mufakat dan manfaat baik bagi si penjual maupun sipembeli yang berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak. Dari pendapat
tersebut maka penjualan itu merupakan kegiatan menawarkan/memasarkan barang dan jasa kepada pembeli yang berminat yang nantinya akan dibayar jika telah terjadi kesepakatan mengenai harga barang/jasa itu. A. Arifinal Chaniago (1995:14) memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah: "Keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu". Basu Swastha (1983:14) memberikan pengertian omset penjualan adalah: "Akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omset penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dar tahun ke tahun. Hal ini diperlukan kemampuan dalam memanajemen modal terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya. 2. Modal (modal kerja) a.
Pengertian modal kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja yang cukup untuk membiayai kegiatan operaionalnya sehari-hari, misalnya : gaji, upah buruh, uang muka pembelian bahan mentah, dan sebagainya. Modal
kerja yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan akan kembali ke perusahaan dalam waktu relatif singkat melalui hasil penjualan yang telah diberikan. Dengan demikian dana tersebut akan berputar setiap saat selama hidup perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pula pada waktunya dan perusahaan akan mengalami masalah likuiditas. Pengertian modal kerja menurut beberapa ahli yaitu :″Modal kerja adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya″Menurut Bambang Riyanto (2001:58). ″Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan″ Menurut S. Munawir (2002:115). Menurut
Kamaruddin
(1989:410)
“Modal
adalah
investasi
perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha”. Jadi modal kerja merupakan investasi dalam bentuk uang tunai, kas, surat berharga, piutang, dan persediaan yang dapat digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
″Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang lancar″. Menurut Sofyan Safri Harahap (2007:288) Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian modal kerja, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan kelebihan dari aktiva lancar diatas hutang lancarnya yang benar-benar digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan seharihari. seperti membiayai pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dimana uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu jangka pendek. b.
Jenis-jenis modal kerja Jenis-jenis modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:61) dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukkan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan menjadi: a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian “normal” disini adalah dalam artian yang dinamis. 2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain : a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. Setiap badan usaha selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus
selalu dalam keadaan berputar selama masih melakukan kegiatan usaha. 3. Pemberian kredit Istilah kredit bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, sering dijumpai ada anggota masyarakat yang jual beli dengan kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi dengan cara mengangsur. Selain itu banyak anggota yang banyak menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang, karena dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan makamereka harus membayar lunas. Sebenernya kata “kredit” itu berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung
pengertian
bahwa
bank
selaku
kreditur
percaya
meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah / debitur karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.Dalam undang-undang No.7
tahun 1992 Pasal 1 butir 12 pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atu
pembagian hasil keuntungan. Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa kredit itu merupakan perjanjian pinjam-meminjam antara kreditur kepada debitur. Dalam perjanjian ini kelompok tani sebagai pemberi kredit percaya petani dalam jangka waktu yang ditentukan dan disepakati bersama antara kelompok tani dengan petani akan membayar pinjaman tersebut tepat waktu. Pada dasarnya aktivitas usaha lembaga kredit seperti Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat dan Koperasi Simpan Pinjam menyalurkan atau meminjamkan dananya kepada masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan bantuan dana. Apa tujuan pemberian kredit itu? Tujuan pemberian kredit adalah untuk memperoleh suatu keuntungan, oleh karena itu lembaga kredit hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya, dalam bentuk kredit, jika ia benar-benar merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, tersimpul unsur keamanan (safety), dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability)
dari suatu kredit. Keamanan atau safety yang dimaksud adalah prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa itu betul-betul terjamin pengemba1iannya, sehingga keuntungan atau profitability yang diharapkan itu menjadi kenyataan. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima, dan karena Pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Melihat hal tersebut maka pemberian kredit dapat disimpulkan suatu perjanjian jual beli barang atau jasa yang berbentuk pinjaman dan berdasarkan kesepakatan bersama antara kreditur dan debitur sanggup melunasi pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan. G. Kerangka Berfikir Untuk memperjelas proses penelitian ini dan penganalisaan masalah yang diharapkan,maka sangat penting untuk dibuat sebuah gambaran yang jelas mengenai arah penelitian ini dalam bentuk sebuah kerangka teoritis berupa bagan sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Modal (x1) Omset Penjualan (Y) Pemberian Kredit (x2)
(variabel Independent)
(variabel Dependent)
H. Hipotesis Menurut Sugiyono (2008:93). ”Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah”.karena sifatnya masih sementara maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Diduga modal (modal kerja) dapat menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. 2. Diduga adanya pemberian kredit dapat menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
3. Diduga adanya modal (modal kerja) dan pemberian kredit dapat bersamasama menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. I.
Jenis Penelitian 1.
Jenis penelitian Menurut
Sugiyono
(2008:13-14).”Jenis-jenis
penelitian
dapat
dibedakan menjadi penelitian kuantitatif dan kualitatif”. a.
Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah penelitian dalam pengumpulan data menggunakan
instrument
penelitian,analisis
bersifat
kuantitatif
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. b. Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif adalah penelitian dalam pengumpulan data trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan akan generalisasi. J.
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian atau objek penelitian merupakan hal penting dalam penelitian, sebagai sumber informasi mengenai data-data yang akan diambil di dalam penelitian. Penelitian ini difokuskan pada Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
K. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi
Menurut
Sugiyono
(2009:72)”Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2009:72) ”Sampel adalah bagian atau jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adlah sama dengan jumlah populasi itu sendiri, makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi. 3.
Sampling Menurut Hadi Sutrisno (2007:74) “sampling adalah cara untuk pengambilan sampel”. Sampling merupakan cara yang digunakan seseorang peneliti dalam pengambilan sampel dari keseluruhan subjek dan objek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat, sehingga penelitiannya tepat pada tujuan. Dengan cara lain pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel (Sukmadinata, 2006:253). Sampel yang representatif, cara pengambilan sampel menggunakan proporsional
random dengan cara diundi. Penghitungannya menggunakan rumus proporsi random sampling dengan cara diundi (Sugiyono, 2007: 68). L. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebasnya adalah modal (modal kerja) dan pemberian kredit. Variabel bebas adalah variabel yang memberi pengaruh pada variabel terikat, variabel bebas yang terdiri dari: a) Modal (X1) adalah kelebihan dari aktiva lancar diatas hutang lancarnya yang benar-benar digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. b) Pemberian kredit (X2) adalah suatu perjanjian jual beli barang atau jasa yang berbentuk pinjaman dan berdasarkan kesepakatan bersama antara kreditur dan debitur sanggup melunasi pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan. 2. Variabel terikat Variabel terikat aadalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah omset penjualan. Yang dimaksud dengan omset penjualan adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. M. Sumber data 1. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi yang memberikan jawaban terhadap peneliti. Data ini diperoleh dari responden yang berasal dari kuesioner yang dibuat oleh peneliti. 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengelola Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Data tersebut berupa catatan yang ada di Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. N. Tehnik Pengumpulan Data 1. Metode Dokumentasi Menurut Margono (2005:181), “Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk juga buku tentang pendapat, teori, dalil, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian”. Dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui data-data yang telah ada yang berbentuk tertulis. Pengertian
dokumentasi
menurut
Arikunto
(2006:158)
“Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai suatu hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, notulen rapat, jurnal jadwal dan sebagainya”.
2. Metode angket Menurut Arikunto (2006:128) berpendapat bahwa “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau halhal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008 : 199) “Angket atau kuisioner merupakan teknik atau pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Angket dalam penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara tidak langsung melalui daftar bertanya yang harus dijawab oleh orang yang menjadi sasaran angket. Melalui angket, data yang dibutuhkan akan mudah terkumpul dengan waktu yang efisien.. Dalam menentukan skor angket, penilaian angket mengacu pada skala likert 1 sampai 4, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. (Sugiyono, 2004:74). Skoring masing-masing ítem adalah: Sangat Setuju (SS)
:4
Setuju (S)
:3
Tidak Setuju (TS)
:2
Sangat tidak Setuju (STS)
:1
Berikut adalah kisi-kisi instrument angketnya:
Tabel 1 Variabel Modal (modal kerja)
Indikator 1. Sumber
No. Item pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5
Jumlah 5
keuangan
(X1) Pemberian kredit
1. Berdasarkan
6, 7, 8, 9, 10,
5
11, 12, 13, 14,
4
15, 16, 17,
3
18, 19,20
3
biaya
(X2) 2. Potongan harga
Omset penjualan
1. Kualitas produk
(Y) 2. Kualitas pelayanan
O. Tehnik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas Menurut Arikunto (2006:151) “Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan tertentu atau kesahihan suatu instrumen atau suatu test”. Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui validitas angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy
n x
n xy x y 2
x n y 2 y 2
2
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y serta variabel yang di korelasikan. x = skor masing-masing item y = total n = jumlah pasien rawat inap 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk menguji ketepatan suatu tes apabila diuji cobakan terhadap subyek yang sama.Uji reliabilitas angket omset penjualan, modal, dan pemberian kredit dilakukan menggunakan rumus alpha. Alasannya menurut Arikunto (2007) “untuk instrumen yang dapat diberikan skor dan skornya bukan 1 dan 0, ujicoba dapat dilakukan dengan teknik “sekali tembak” yaitu diberikan satu kali saja kemudian hasilnya dianalisis dengan rumus alpha”.
Selain itu jumlah butir pertanyaan setiap indikator angket ada yang ganjil dan ada yang genap. Dengan demikian jika dibelah tidak bisa seimbang antara belahan satu dengan belahan lainnya, sehingga syarat pemakaian rumus reliabilitas teknik belah dua tidak terpenuhi. Menurut Suharsimi Arikunto, persyaratan yang harus dipenuhi apabila hendak menggunakan teknik belah dua adalah: 1) Jumlah butir yang ada pada instrumen harus genap agar dapat dibelah menjadi dua. 2) Butir-butir yang ada di dalam instrumen hendaknya memenuhi persyaratan untuk dibelah. Teknik manakah yang akan diambil disesuaikan dengan penyebaran atau pasangan butir-butirnya. Untuk teknik undian misalnya maka butir-butir tes harus homogin (sama rata di segala tempat) sehingga apabila dibelah akan menghasilkan belahan yang seimbang. Adapun rumus reliabilitas alpha adalah:
r11
2 k 1 σb : 2 k 1 σt
Keterangan: r11
= Indeks reliabilitas alat ukur
k
= Banyaknya butir pernyataan
b t
2
2
= Jumlah varian butir = Varian total
Kriteria besarnya koefisien reliabilitas dalam Suharsimi Arikunto (2006: 276) adalah: 0,80 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 reliabilitas cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah Perhitungan uji reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for windows 15. P. Uji Prasarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak normal. Menurut Hadi (2004:1) “Uji normalitas bertujuan utuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak sebaran data yang digunakan dalam penelitian.” Untuk menggunakan uji normalitas langkah – langkah yang harus dilakukan adalah: a. Mencari nilai terbesar selisih F (Z1)-(S)-(Z1) dan dijadikan L hitung. b. Kesimpulan
1) Jika Lhitung < Ltabel maka terima hipotesis statistik berarti distribusi sebenarnya tidak normal. 2) Jika Lhitung > Ltabel maka terima hipotesis statistik berarti distribusi sebenarnya normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini mengunakan bantuan SPSS V 15.0. 2. Uji Linieritas Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model persamaan linier yang kita peroleh cocok atau tidak. Menurut Sudjana (2003:330 – 337) langkah – langkah yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Fhitung =
RK (TC ) RK E
b. Ftabel = (1-α) (k-2; n;k) c. Kesimpulan: 1) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaannya tidak linier. 2) Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima berarti persamaannya linier. Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS for window versi 15.0.
Q. Teknik Analisis Data Untuk mencapai hasil analisis yang menuju sasaran, maka dalam menganalisis data digunakan serangkaian analisis sebagai berikut: 1. Analisis Regresi Linear Berganda Dalam Sugiyono (2004 : 211) dijelaskan analisis regresi ganda dua prediktor menggunakan rumus sebagai berukut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y
= Omset penjualan
a
= Konstanta
X1
= modal (modal kerja)
X2
= pemberian kredit
B1,b2,b3
= Koefisien regresi
e
= Error Pengujian analisis regresi berganda ini menggunakan bantuan
program SPSS V 15.0. 2. Uji t Digunakan untuk menguji signifikasi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Langkahlangkah yang digunakan adalah: a. Menentukan hipotesa
H0 : B1 = 0 (bahwa tidak ada hubungan antara modal dan pemberian kredit terhadap omset penjualan pupuk). H0 : B1 0 (bahwa ada pengaruh antara modal dan pemberian kredit terhadap omset penjualan pupuk). b. Level of significant ( 5%) c. Kriteria pengujian H0 diterima , jika - thitung thitung ttabel. H0 ditolak, jika thitung > ttabel atau thitung < ttabel. d. Nilai t hitung
bi sebi
Keterangan: bi
= koefisien regresi variabel independen I
sebi = standar eror variabel independen ke-I e. Kesimpulan Jika thitung > ttabel atau
thitung < -ttabel maka H0 ditolak dan
menerima Hi. Jika -ttabel t hitung ttabel maka menerima H0 dan menolak Hi.
Daerah diterima Daerah ditolak
Daerah ditolak
-t tabel
t ta b e l
Gambar 3
3. Uji F Digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan terikat secara bersama-sama. Langkah-langkah pengujiannya adalah: a. H0 : B = B2 = 0 (tidak ada pengaruh antara X dengan Y) H0 : B = B2 0 (ada pengaruh antara X dengan Y) b. Level of significant ( 5%) c. Kriteria pegujian H0 diterima maka Fhitung Ftabel H0 ditolak maka Fhitung > Ftabel d. Perhitungan F F
R 2 nk 1 1 R 2 k
Keterangan: R2
= Koefisien determinasi
n
= Banyaknya data yang diteliti
e. Kesimpulan Jika Fhitung > Ftabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika Fhitung < Ftabel maka variabel independen dengan variabel dependen tidak ada pengaruh.
Gambar 2
F Daerah diterima Daerah ditolak t
4. Koefisien Determinasi
a
Analisis ini digunakan untukb mengetahui seberapa besar e
sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat l
yang ditunjukan dalam presentase. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
R2
b1 x 1 y b 2 x 2 y
y2
Dimana: R2
= Koefisien determinasi
b
= Koefisien regresi
y
= omset penjualan
x1
= Modal (modal kerja)
x2
= Pemberian kredit
5. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif. Hadi (2000 : 40) mengatakan bahwa peneliti dapat menghitung besar sumbangan relatif masing-masing prediktor terhadap prediksi. Hal ini membantu untuk melihat signifikansi suatu garis regresi antara kriterium dengan prediktor-prediktornya yang ditunjukkan melalui
korelasi tiap variabel yang diteliti. Rumus Sumbangan Relatif (SR) sebagai berikut:
Prediktor SR% X1 =
Prediktor SR% X2 =
b1 x1 y
b1 x1 y b2 x2 y b2 x2 y
b1 x1 y b2 x2 y
Keterangan : b1 = Koefisien prediktor X1 b2 = Koefisien prediktor X2 Adapun untuk mencari Sumbangan Efektif (SE) adalah sebagai berikut: Prediktor X1 SE = SR% X1 x R2 Prediktor X2 SE = SR% X2 x R2