PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-G SMPN 07 MALANG PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
Oleh:Herlina Binti Marthin Pembimbing: (1) Ipung Yuwono dan (2) Rini Nurhakiki Program Studi Pendidikan MatematikaFMIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak: Mathematics was considered difficult by most students. The instruction method is among many things that affects mathematics achievement. Mathematics instruction methods which prioritize memorizing rather than comprehending cause students’ lack of understanding on mathematics concept. The implementation of proper learning model will determine the effectiveness of teaching and learning process. STAD cooperative learning model is one of potential learning models which focus on upgrading the students’ achievement. It is also the simplest model and applicable in all subjects that require concept comprehension.This research aims to increase the learning achievement of students in SMPN 07 Malang by implementing STAD cooperative learning model. This is classroom action research, which uses qualitative approach. The data collected involves: (1) test results, (2) field observation result (of students and teachers), and (3) field notes.STAD cooperative learning model which can increase the students’ learning achievement on linier inequality with one variable contains four components: (1) class presentation: presenting the purpose of learning and materials learned in general, (2) group work: consisting of 4-5 students who discuss problems, compare answers, or correct some misconceptions together, (3) individual test: quizzes for every students in which cooperation is not allowed, and (4) group reward. The research results show that the students’ leaning achievement increases. In the first cycle, it is indicated by 68.4% students who obtain quiz score ≥ 75 in the first meeting and 73.68% students who obtained quiz score ≥ 75 in the second meeting. In the second cycle, there were 78.5% students who obtain quiz score ≥ 75 in the first meeting and 85.37% students who obtained it in the second meeting. The increase is also shown in the percentage of activity score of the students. In the first cycle, there were 65.79% who got activity score ≥ 75 in the first meeting and 76.92% who got it in the second meeting. In the second cycle, there were 90.24 % who got activity score ≥ 75 in the first meeting and 92.68% who got it in the second meeting. Kata Kunci : pembelajaran kooperatif tipe STAD, pertidaksamaan linear satu variabel Pendahuluan Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini akan tercapai jika siswa sebagai subyek terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar mengajar.
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas 7G SMPN 07 Malang terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias untuk mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal menjadi rendah. Dari hasil observasi awal yang dilakukan di kelas VII-G diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan metode yang diterapkan guru selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dari observasi diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 16orang siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 25 orang siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 45% siswa mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi matematika. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran di mana para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2008:4). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran di mana siswa ditempatkan dalam tim belajar yang terdiri dari empat sampai lima orang dengan anggota kelompok merupakan campuran menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku untuk belajar menuntaskan pelajaran (Slavin, 2008:143). Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari bidang studi matematika. Hasil belajar yang dimaksud adalah skor yang diperoleh dari tes tertulis(kuis) dan dari aktivitas siswa saat bekerja dalam kelompok. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) atau sering disingkat dengan PTK. Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahapan dan dilakukan rencana berulang-ulang dan membutuhkan siklus. Tahapan penelitian ini adalah tahapan perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan pemberi tindakan dalam penelitian. Instrumen kunci berarti sebagai tindakan dan pengamat. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 07 Malang pada tahun pembelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-G semester ganjil, pada materi pelajaran Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1)kuis, kuis adalah alat pengumpulan data untuk mengetahui perubahan prilaku siswa setelah proses pembelajaran. kuis ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diajarkan. kuis dilaksanakan pada
akhir setiap tindakan yang bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran, merumuskan analisis, dan refleksi untuk tindakan berikutnya. 2) pengamatan atau observasi, Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam satu kelas selama penelitian sebagai upaya mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan. 3) catatan lapangan, Catatan lapangan digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung. Dalam catatan lapangan ini peneliti mencatat semua kegiatan dalam proses belajar mengajar. Moleong (2004: 208) mengatakan bahwa catatan lapangan ini berguna sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Data dianalisis setelah pengumpulan data. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman (Hariyani, 2004: 36) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu 1) mereduksi data, 2) menyajikan data, 3) menarik kesimpulan dan verifikasi data. Hasil Prosedur ketuntasan belajar siswa diukur melalui skor kuis dan penilaian aktivitas. Skor kuis dan penilaian aktivitas pada setiap siklus menjadi tolak ukur prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dikatakan meningkat jika skor kuis diakhir pembelajaran paling sedikit 75% dari jumlah siswa telah mencapai skor ≥75 dan penilaian aktivitas diakhir pembelajaran paling sedikit 75% dari jumlah siswa telah mencapai skor ≥75.
Hasil observasi terhadap penerapan STAD oleh guru matematika selama proses pembelajaran pada siklus I dan II yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan menunjukkan adanya peningkatan. Berikut tabelnya: observer I II
Pertemuan
Prosentase Taraf Keberhasilan Siklus I Siklus II
Taraf Keberhasilan Siklus I Siklus II
I II I
62,5% 75% 67,5%
82,5% 87,5% 82,5%
kurang Cukup Kurang
baik baik baik
II
82,5%
90%
baik
Sangat baik
Hasil observasi terhadap penerapan STAD oleh siswa matematika selama proses pembelajaran pada siklus I dan II yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan menunjukkan adanya peningkatan. Berikut tabelnya: observer I II
Pertemuan
Prosentase Taraf Keberhasilan Siklus I Siklus II
Taraf Keberhasilan Siklus I Siklus II
I II I
65% 80% 70%
80% 87,5% 80%
kurang baik cukup
baik baik baik
II
82,5%
87,5%
baik
baik
Hasil kuis siswa pada siklus I dan II yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan menunjukkan adanya peningkatan. Berikut tabelnya:
Pertemuan 1 2
Siklus I 68,4% 73,68%
Siklus II 78,5% 85,37%
Hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan II yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan menunjukkan adanya peningkatan. Berikut tabelnya: Pertemuan 1 2
Siklus I 65,79% 76,92%
Siklus II 90,24% 92,68%
Pembahasan Berdasarkan penelitian, dapat diketahui bahwa dengan pembelajaran STAD, prestasi belajar siswa kelas VII-G SMPN 07 Malang mengalami peningkatan. Pada penelitian ini prestasi belajar siswa diperoleh dari skor kuis pada siklus pertama skor kuis pada siklus kedua dan nilai aktivitas siswa pada siklus pertama dan kedua. Pada siklus pertama diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 belum mencapai 75%, yaitu pada pertemuan pertama 68,4 % dan pertemuan kedua 73,68 %. Pada siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75%, yaitu pada pertemuan pertama 78,5% dan pertemuan kedua 85,73 %. Sedangkan untuk prosentasi banyaknya siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa ≥ 75 belum mencapai 75% pada siklus pertama pertemuan pertama, yaitu hanya 65,79%. Pada pertama pertemuan kedua dan siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75%, yaitu pada pertemuan kedua siklus pertama 76,92% dan siklus kedua pertemuan pertama dan kedua masing-masing 90,24 % dan 92,68% . Dari hasil prestasi belajar yang diperoleh pada siklus I dan II dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan prestasi belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002:32) bahwa hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Kerjasama kelompok yang baik dapat menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Ini terjadi karena anggota tiap kelompok berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya. Nur (2005:21) mengungkapkan bahwa anggota tim melakukan yang terbaik untuk timnya, dan setiap tim melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar. Kesimpulan Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran yang telah dipaparkan pada paparan data dan juga pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan 1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model STAD yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah sebagai berikut:
a) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang. Setiap kelompok mewakili heterogenitas kelas dalam hal jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik. b) Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada setiap kelompok dan meminta mereka untuk mendiskusikan LKSbersama-sama anggota kelompok masing-masing. Guru memantau kegiatan siswa dengan berkeliling sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan. Cara guru membantu siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut: 1. Guru mendekati kelompok yang mengalami kesulitan memahami soal. 2. Guru meminta siswa untuk membaca ulang kalimat demi kalimat pada soal. 3. Guru meminta siswa untuk memahami hal yang diketahui pada soal. 4. Guru meminta siswa menulis atau merumuskan hal yang ditanyakan pada soal 5. Kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal. c) Setelah itu, guru menunjuk satu orang siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (LKS) di depan kelas . d) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk mengomentari hasil kerja kelompok yang presentasi yang menurut mereka berbeda dengan hasil kerja mereka pada LKS atau menanggapi hasil kerja (LKS) kelompok yang presentasi jika jawabannya masih kurang lengkap. Siswa dipandu guru bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari. e) Setelah keseluruhan pembelajaran berakhir, guru selanjutnya mengadakan tes/kuis kepada masing-masing individu anggota kelompok. f) Hasil tes ini dikoreksi untuk menentukan poin kemajuan masing-masing individu dan selanjutnya menentukan status kelompok dalam memperoleh penghargaan. 2. Pembelajaran matematika melalui model STAD menunjukkan hasil yang positif, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas VII-G SMPN 07 Malang pada materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran STAD dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model pembelajaran matematika di kelas. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian, bisa mencoba menggunakan pembelajaran model STAD untuk materi yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Haryani, Desti.2004. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Membantu Siswa Kelas I SLTP Negeri 2 Sukoharjo Memahami Pokok Bahasan Kubus dan Balok. Tesis tidak diterbitkan. Malang : FMIPA UM Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo. Moleong Lexy J. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media (Terjemahan Nurulita Yusron).