PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 CEPIRING KABUPATEN KENDAL Oleh: Yoshi Rachmartdi1 dan Soetomo2
ABSTRAK Peneltian ini bertujuan untuk menentukan hubungan dan pengaruh antara kecerdasan emosinal dan media pembelajaran dengan motivasi belajar peserta didik dan dampaknya terhadap hasil belajar. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel kecerdasan emosi(X1), media pembelajaran(X2), terhadap variabel motivasi belajar(Y) sebagai intervening serta dampaknya terhadap variabel hasil belajar(Z) dan sebagai penguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel keceerdasan emosi(X 1) dengan motivasi belajar (Y), pengaruh positif dan signifikan antara media pembelajaran(X2) dan motivasi belajar (Y), serta pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar(Y) dan hasil belajar (Z). Namun tidak terdapat pengaruh postif dan signifikan kecerdasan emosi(X1) terhadap hasil belajar(Z) sebagai dampak darii motivasi belajar (Y), demikain juga tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara media pembelajaran(X2) dengan hasil belajar (Z) sebgai dampak dari motivasi belajar(Y). Kata Kunci : Pembelajaran, Kecerdasan emosi, media pembelajar-an, motivasi belajar, hasil belajar 1
Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang 2 Staf Pengajar Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang ABSTRACT This study aims to determine the relationship and influence between an emotional intelligence and media with the motivation of learners and their impact on learning outcomes. The research uses a quantitative approach with survey method to explain the causal relationship between emotional intelligence variable (X1), instructional media (X2), learning motivation variable (Y) as intervening variables and their impact on learning outcomes (Z) and as a hypothesis testing. The results show that there is a positive and significant influence between the variables intelligences emotion (X1) with the motivation to learn (Y), positive and significant influence between learning media (X2) and learning motivation (Y),
39
and the influence of positive and significant correlation between learning motivation (Y ) and learning outcomes (Z). However, there is no influence positive and significant emotional intelligence (X1) on learning outcomes (Z) as a result darii learning motivation (Y), demikain also no positive and significant influence between learning media (X2) with learning outcomes (Z) as a result of motivation to learn (Y). Keywords: learning, emotional intelli-gence, learning media, learning motivation, learn-ing outcomes
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benarbenar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; (2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; (3) proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi; (7) pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif; (8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills; (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; (13) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan (14) suasana belajar menyenangkan dan menantang.
40
Untuk memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran guru seharusnya memperhatikan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan perserta didiknya dan diantara faktor penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran adalah adanya kecerdasan emosi peserta didik dalam menanggapi dan berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya, media pembelajaran yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran serta motivasi belajar peserta didik. Istilah kecerdasan emosi muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Sebelumnya Gardner (Goleman, 2009) mengemukakan 8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk). Menurut Goleman (2009) menyatakan bahwa kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner adalah manisfestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ). Salovey menempatkan kecerdasan pribadi dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosi. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Salah satu prinsip pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran adalah dilaksanakannya pembelajaran dengan memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dengan berbantuan pada media pembelajaran berbasis teknologi informasi yang dengannya akan memudahkan peserta didik dalam menguasai kompetensi baik dari ranah sikap, ketrampilan maupun pengetahuan. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan. Menurut National Education Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras. Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Dalam artikel Sumarni (2005), motivasi secara harfiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2008). Pencapaian dalam pendidikan tidak dapat serta merta diukur namun dapat dinilai beberapa hasil belajar yang dapat dilihat dari beberapa hal, Hamalik (2008) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Mulyasa (2008) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan
41
derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Kondisi pembelajaran di SMA Negeri 1 Cepiring, terutama untuk mata pelajaran kimia secara umum dapat dilihat melalui hasil Ujian Nasional peserta didik pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan kondisi seperti pada tabel berikut: Tabel 1.1: Hasil Perolehan Nilai Ujian Nasional SMA Negeri 1 Cepiring 3 tahun terakhir, tahun pelajaran 2012/2013, 2013/2014 dan 2014/2015 Rerata Perolehan Tahun KKM Nilai UN No Pelajaran Mapel Mapel Kimia Kimia 1 2 3
2012/2013 75,3 73.2 2013/2014 75,3 74.6 2014/2015 77,6 64.5 Rerata 76,1 70,76 Sumber: data sekunder diolah, 2015
Perolehan Nilai Perubahan Perubahan Akhir Ket UN NA Mapel Kimia 81.3 84.5 1,4 3,2 84.7 -10,1 0,2 83,5
Terlihat bahwa perolehan nilai ujian nasional mata pelajaran kimia terjadi kenaikan sedikit pada tahun 2013/2014 sebesar 1,4 tetapi mengalami penurunan drastis pada tahun 2014/2015 sebesar 10,1, sementara untuk nilai akhir pada tahun 2013/204/2015 naik 3,2 tetapi pada tahun 2014/2015 hanya naik 0,2. Sementara jika melihat KKM yang telah ditetapkan terlihat bahwa rerata hasil nilai ujian nasional masih di bawah standar KKM yang disyaratkan yaitu kurang 5,3. Terlihat juga kalau dilihat dari rerata nilai akhir mengalami kenaikan sebesar 7,4. Proses pembelajaran mata pelajaran kimia masih banyak didominasi dengan pembelajaran konvensional dan tidak terbiasa menggunakan media pembelajaran yang mencukupi terutama media pembelajaran modern yang mengendepan teknologi komputasi baik dalam bentuk Media Presentasi Pembelajaran (MPP) ataupun Media Pembelajaran Interaktif (MPI) walaupun untuk kesiapan prasarana sudah ada dan relatif mencukupi, demikian juga dengan penggunakaan internet sebagai sumber belajar walaupun tersedia smbungan internet sebesar 43 MB, yang terdiri dari 40 MB koneksi dinamik indiehome dari telkom dan 3 MB koneksi statik indiehome dari telkom . Kondisi ini ditambah dengan kemungkinan rendahnya kecerdasan emosi peserta didik dalam menanggapi mata pelajaran kimia yang dari awal terkonotasikan sebagai pelajaran yang abstrak, sulit untuk dipahami dan dikuasai baik secara sikap, tingkah laku maupun pengetahuan. Kondisi-kondisi ini diduga sebagai penyebab rendahnya motivasi peserta didik
42
dalam melakukan aktifitas ilmiahnya dalam pembelajaran kimia sehingga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan desain penelitian dengan pendekatan asosiatif. Pendekatan asosiatif dilakukan dengan tujuan untuk menemukan adanya pengaruh Kecerdasan Emosi dan Media Pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik yang dimediasi motivasi belajar dan seberapa erat tingkat pengaruhnya. Gambar desain penelitian dapat dilihat di gambar 1 berikut ini:
H3
Kecerdasan emosi H1
X1
Motivasi belajar Y Media Pembelajaran X2
Hasil belajar H5
Z
H2 H4
Gambar 1. Desain yang digunakan dalam penelitian Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Tahun Pelajaran 2015/2016 yang mendapatkan mata pelajaran kimia berjumlah 524 peserta didik. Berdasarkan rumus Slovin, sampel penelitian ini yakni 210 responden. Sampel diambil dengan bantuan kuesioner, yaitu komunikasi tertulis antara peneliti dan responden. Analisis Deskriptif Teknik statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data kedalam perhitungan rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviasi), rentangan (range), dan perhitungan statistik deskriptif lainnya. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran penyebaran hasil penelitian masing-masing variabel menurut kategori-kategori tertentu. Analisis Jalur Secara teoretis hubungan antar variabel pada penelitian ini bersifat satu arah, sebagaimana digambarkan pada gambar 2 (model konseptual). Pada dasarnya, analisis jalur digunakan untuk menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebagaimana dikemukakan oleh Kerlinger (1986) bahwa “path analysis use one can calculate the direct and indirect influences of independent variabels on a dependent variabel”. Demikian 43
pula Suwarno dan Raharjo (1988) mengemukakan bahwa teknik analisis model jalur (path) digunakan untuk melihat arah dan besarnya pengaruh di antara pasangan-pasangan variabel independen, variabel penengah (moderator), dan variabel dependen. Model analisis dapat digambarkan sebagai berikut. Pyr1
R2
R1
PYr2
Pz1
X1
Py1 Pz
Y X2
Z
Py2 Pz2 Gambar 2. Model yang digunakan dalam analisis data
Hasan (1990) mengemukakan bahwa model hubungan kausal yang bisa disebut analisis jalur (path analysis) merupakan perkembangan lebih lanjut dari analisis korelasi dan regresi. Analaisis korelasi dan regresi hanya untuk mengetahui hubungan secara langsung antar satu variabel ataupun hubungan secara bersama (multiple correlation). Pada gambar 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagai variabel dependen pada blok pertama dan kedua masing-masing yakni Y dan Z. selanjutnya model analisis tersebut dapat dituliskan dalam 2 bentuk persamaan yang merupakan hasil 2 blok analisis regresi ganda.
PEMBAHASAN Analisis Jalur Berdasarkan rancangan model analisis jalur, maka dapat dilakukan dua tahap analisis regresi ganda dengan model sebagaimana gambar 2. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan analisis regresi ganda blok 1. Untuk keperluan pengujian ini digunakan toleransi 5%, sehingga kriteria yang digunakan adalah adalah hipotesis kerja (Ha) diterima apabila nilai Fhitung > Ftabel atau koefisian probabilitas yang diperoleh < dari 0,05. Selanjutnya pengujian hipotesis kedua menggunakan analisis jalur (path analysis). Sementara itu untuk menguji model hubugan kausal yang dispesifikasikan koefisien jalur (path coefficient) adalah nilai beta atau koefisien regresi yang distandarkan. Seperti dijelaskan oleh Kerlinger (1992) dan Hasan (1994), bahwa koefisien jalur (path coefficient) pada dasarnya adalah koefisien regresi yang dibakukan atau beta () Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Media Pembelejaran terhadap Motivasi Belajar Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda pada blok pertama menghasilkan persamaan regresi Y = 0,280X1 + 0,232X2 dengan nilai F sebesar 217,403. Nilai Fhitung pada analisis regresi ganda blok 1 adalah 217,403 lebih besar dibanding Ftabel (3,032). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat
44
kepercayaan 95%, model regresi yang digunakan sesuai dengan model konseptual yang dirancang sehingga persamaan regresi tersebut memiliki makna yang berarti apabila digunakan untuk membuat suatu prediksi. Demikian pula hasil koefisien probabilitas (“sig”) 0,00 ternyata lebih kecil dari toleransi yang diberikan sebesar 0,05. Analisis regresi ganda menghasilkan nilai R2 yang disesuaikan (adjust R square) sebesar 0,634. Demikian pula perolehan terhadap koefisien regresi terstandar beta () sebagai ukuran nilai jalur pada analisis hubungan kausal diperoleh koefisien terstandar, berikut disajikan rangkuman hasil koefisien jalur. Tabel 2 Koefisien Jalur Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1) dan Media Pembelajaran (X2) terhadap Motivasi Belajar (Y) Pengaruh antar variabel X1 terhadap Y X2 terhadap Y
Koefisien Jalur () 0,280 0,232
Nilai thitung
Nilai F
1,987 15,074
217,409
Hasil Pengujian H0 ditolak H0 ditolak
Koefisien Diterminan Rsquare 0,634
Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1) dan Media Pembelajaran (X2) pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5%. Begitu juga apabila dilihat dari probabilitasnya, menghasilkan koefisien “sig” yang lebih kecil (0,00) dibanding toleransi yang diberikan 0,05. Hal ini berarti kedua variabel tersebut memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap motivasi belajar. Dari hasil tersebut, model hubungan kausal kedua variabel bebas terhadap variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut. Kecerdasan Emosi(X1) P = 0,280 Motivasi Belajar (Y)
Perhatian orang tua (X2)
P = 0,232
Gambar 3. Jalur Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1) dan Media Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Pengaruh Kecerdasan Emosi, Media Pembelajaran, dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar. Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda pada blok II menghasilkan persamaan regresi Z = 0,378X1 + 0,272X2 + 0,248Y dengan nilai F sebesar 315,715. Nilai Fhitung pada analisis regresi ganda blok 1 adalah 217,403 lebih besar dibanding Ftabel (2,641). Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%, model regresi yang digunakan sesuai dengan model konseptual
45
yang dirancang sehingga persamaan regresi tersebut memiliki makna yang berarti apabila digunakan untuk membuat suatu prediksi. Demikian pula hasil koefisien probabilitas (“sig”) 0,47 ternyata lebih kecil dari toleransi yang diberikan sebesar 0,05 (lampiran print out regresi ganda blok 2 khusunya pada tabel ANOVA). Analisis regresi ganda menghasilkan nilai R2 yang disesuaikan (adjust R square) sebesar 0,791. Demikian pula perolehan terhadap koefisien regresi terstandar beta () sebagai ukuran nilai jalur pada analisis hubungan kausal diperoleh koefisien terstandar, berikut disajikan rangkuman hasil koefisien jalur. Tabel 3 Koefisien Jalur Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1), Media Pembelajaran (X2), dan Motivasi Belajar (Y) terhadap Hasil Belajar (Z) Pengaruh antar variabel X1 terhadap Z X2 terhadap Z Y terhadap Z
Koefisien Jalur () 0,378 0,272 0,248
Nilai thitung
Nilai F
6,380 4,639 4,557
315,715
Hasil Pengujian H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Koefisien Diterminan Rsquare 0,506
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1), Media Pembelajaran (X2), dan Motivasi Belajar (Y) pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5%. Begitu juga apabila dilihat dari probabilitasnya, menghasilkan koefisien “sig” yang lebih kecil (0,00) dibanding toleransi yang diberikan 0,05. Hal ini berarti ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap hasil belajar. Dari hasil tersebut, model hubungan kausal ketiga variabel exogenous yaitu Kecerdasan Emosi (X1), Media Pembelajaran (X2), dan Motivasi belajar (Y) terhadap variabel endogenous yaitu Hasil Belajar (Z) dapat digambarkan sebagai berikut. Kecerdasan Emosi(X1) P = 0,378 P = 0,272 Perhatian orang tua (X2)
Motivasi belajar (Y)
Hasil Belajar (Z)
P = 0,248
Gambar 2. Jalur Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1) dan Media Pembelajaran (X2) dan Motivasi Belajar (Y) terhadap Hasil Belajar Berdasarkan penjelasan analisis regresi ganda Blok 1 dan Blok 2 sebagaimana dijelaskan di atas, maka koefisien jalur hubungan kausal pada model yang dispesifikasikan dapat digambarkan sebagai berikut:
46
P=0,378
Persepsi peserta didik tentang kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru (X1)
P=0,280 Motivasi belajar (Y)
P=0,248 Hasil Belajar (Z)
P=0,232
Perhatian orang tua (X2)
P=0,272
Gambar 4.
Koefisien Jalur Hubungan Kausal bidang Spesifikasi Model Analisis
Secara ringkas, penerimaan tingkat signifikansi dari masing-masing jalur hubungan kausal variabel exogenus terhadap endogenus dapat di ringkas dalam table 4 sebagai berikut. Tabel 4 Koefisien Jalur Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1), Media Pembelajaran (X2), dan Motivasi Belajar (Y) terhadap Hasil Belajar (Z) Blok 1
2
Kode Jalur Py1 Py2
Koef. Reg Terstandar () 0,280 0,232
Nilai t 1,987 15,074
Signifikansi 0,00 0,002
Keterangan Signifikan Signifikan
Pz1 Pz2 Pz
0,378 0,272 0,248
18,742 1,715 4,237
0,000 0,000 0,000
Signifikan Signifikan Signifikan
Rekapitulasi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Secara ringkas, pengaruh langsung dan tidak langsung dapat dapat dilihat di table 5 sebagai berikut. Tabel 5 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung No
Variabel
Jalur
1
X1 ke Y X2 ke Y
X1 – Y X1 – Y
2
X1 ke Z X2 ke Z Y ke Z
X1 – Y – Z X2 – Y – Z Y–Z
Besarnya Pengaruh Langsung Tak Langsung 0,280 0,232 0,378 0,272 0,248
0,0694 0,0575
Keterangan
Langsung > Tak Langsung Langsung > Tak Langsung
Berdasarkan analisis data sebagaimana di tampilkan pada table 5 di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pengaruh Kecerdasan Emosi (X1) terhadap Hasil Belajar (Z)
47
Dari angka yang ada pada table 5 diketahui pengaruh langsung sebesar 0,696, sementara itu angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,0694 lebih kecil dari 0,378. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kecerdasan emosi terhadap hasil belajar adalah dominan langsung. Pengaruh Media Pembelajaran (X2) terhadap Hasil Belajar (Z) Dari angka yang ada pada table 5 diketahui pengaruh langsung sebesar 0,272, sementara itu angka pengaruh tidak langsung sebesar 0,0575 lebih kecil dari 0,272. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Media Pembelajaran terhadap hasil belajar adalah dominan langsung. Koefisien Determinasi (Sumbangan Efektif) Sumbangan efektif bersama adalah koefisien determinasi (R2) (Hasan, 1990) Dengan mendasarkan hasil analisis regesi ganda masing-masing blok (table model summary), besarnya R2 dan sumbangan efektif bersama sebagai berikut. Tabel 6 Sumbangan Efektif Bersama Blok 1 2
Variabel Variabel Bebas X1 dan X2 X1, X2 dan Y
Variabel Terikat Y Z
R2
Sumbangan Efektif
0,193 0,506
19,3% 50,6%
Sementara itu sumbangan efektif per variabel adalah kuadrat dari pengaruh total (penjumlahan dari pengaruh langsung dan tidak langsung) Tabel 5 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabe Terikat Y
Z
Langsung (Var. Bebas) X1 0,280 X2 0,232 X1 0,378 X2 0,272 Y 0,248
Pengaruh Tak Langsung (Var. Terikat) Y 0,248 Y 0,149 -
Pengaruh Total
Sumbangan Efektif
0,280 0,232 0,0694 0,0575 0,248
28,0% 23,2% 6,94% 5,75% 24,8%
Pembahasan Dari analisi data yang diperoleh temuan-temuan penelitian sebagai jawaban atas masalah dan pembuktian hipotesis yang diajukan. Masalah pokok dalam penelitian telah terjawab, yaitu kecerdasan emosi dan media pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal. Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Motivasi Belajar
48
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka hipotesi pertama (H1) yang berbunyi “ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal” terbukti diterima. Dari hasil perhitungan melalui regresi ditemukan bahwa secara parsial pengaruh Kecerdasan Emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar. Hasil uji hipotesis menyatakan bahwa Kecerdasan emosi terhadap motivasi guru dinyatakan berpengaruh positif. Hal ini sesuai penelitian Chika Gianistika (2014) tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Motivasi Belajar siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kecerdasan emosi terhadap motivasi belajar, atau dapat dikatakan bahwa semakin besar kecerdasan emosional peserta didik maka tingkat motivasinya akan semakin tinggi. Pengaruh Media Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka hipotesi pertama (H2) yang berbunyi “ada pengaruh Media Pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal” terbukti diterima. Dari hasil perhitungan melalui regresi ditemukan bahwa secara parsial pengaruh Media Pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan media pembelajarann terhadap motivasi belajar dengan tingkat koefisien 0,232. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Puji Erfan Priyambodo (2012) tentang “Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Web terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa” dengan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan media interaktif berbasis web berperan dalam meningkatkan ketertarikan mahasiswa dalam belajar dan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil penelitian Handhika (2012) tentang “Efektivitas Media Pembelajaran Im3 Ditinjau Dari Motivasi Belajar” dengan hasil bahwa Siswa dengan motivasi belajar rendah akan lebih baik apabila media yang digunakan adalah media IM3. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi tinggi, menggunakan media apapun akan menghasilkan hasil baik. Pengaruh Kecerdasan Emosi Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Terhadap Hasil Belajar Melalui Motivasi Belajar Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka hipotesi pertama (H 3) yang berbunyi “ada pengaruh langsung maupun tak langsung Kecerdasan Emosi terhadap hasil belajar melalui motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal” terbukti diterima. Dari hasil perhitungan melalui regresi ditemukan bahwa secara parsial pengaruh Kecerdasan Emosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosi mempunyai determinasi pengaruh terhadap hasil belajar yang tinggi yaitu sebesar 69,6% terhadap hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Pengaruh Media Pembelajaran Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Terhadap Hasil Belajar Melalui Motivasi Belajar
49
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka hipotesi pertama (H4) yang berbunyi “ada pengaruh langsung maupun tak langsung Media Pembelajaran terhadap terhadap hasil belajar melalui motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal” terbukti diterima. Dari hasil perhitungan melalui regresi ditemukan bahwa secara parsial pengaruh Media Pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media Pembelajaran mempunyai determinasi pengaruh terhadap motivasi belajar yang tinggi yaitu sebesar 73,4% terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring. SIMPULAN SIMPULAN 1. Ada pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal. Kecerdasan Emosi yang ada di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal dalam kategori baik sehingga mendukung motivasi belajar peserta didik. 2. Ada pengaruh Media Pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal. Media Pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal dalam katagori baik sehingga mendukung motivasi belajar peserta didik. 3. Ada pengaruh langsung Kecerdasan Emosi terhadap hasil belajar melalui motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal. Kecerdasan Emosi yang ada di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal dalam kategori cukup baik untuk mendukung hasil belajar peserta didik. 4. Ada pengaruh dominan Media Pembelajaran terhadap terhadap hasil belajar melalui motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal. Media Pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1 Cepiring Kabupaten Kendal dalam katagori tinggi untuk mendukung hasil belajar peserta didik. SARAN 1. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik, hendaknya stakeholder SMA Negeri 1 Cepiring lebih memperhatikan: a. Meningkatkan kecerdasan emosi peserta didik dengan mengedepankan program-program pendidikan karakter terutama kegiatan pembiasaan dan keteladanan b. Memberikan dukungan yang cukup kepada guru untuk lebih mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran baik yang bersifat elektronik maupun manual.
50
2. SMA Negeri 1 Cepiring harus selalu meningkatkan kompetensi untuk mencapai standar kualifikasi yang dituntut pada 8 standar pendidikan nasional, diantaranya adalah standart isi, standar proses dan standar penilaian.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi), Jakarta, Rineka Cipta. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. 2002, Media Pembelajaran, Jakarta, Ciputat Pers. Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta, Gaung Persada. Azhar, Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Bradberry & Greaves, 2009. Taklukan emosimu! The Way of Emotional Quotient for Your Better Life. Yogyakarta, Garailmu. Briggs,
Leslie J. 1977. Instructional Design,Educational Publications Inc.: New Jersey, Englewood Cliffs.
Technology
Brophy, Jere, 2004, Motivating Students to Learning, New Jersey, Lawrence Erlbaum Associates. Fudyartanta, RBS. 2011. Psikologi Umum. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Goleman, D. 2009. Emotional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono, A.T. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multovariate dengan Progam SPSS. Semarang. Badan Penerbit Undip. Hakim,T. 2001, Belajar Secara Efektif, Jakarta, Puspa Swara. Hamidjojo, Santoso S. 1988. Media pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini , Jakarta, Depdikbud Dikti. Hamzah. B. 2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.: Bumi Aksara. Jakarta. Hujair AH. Sanaky. 2011. Media Pembelajaran Buku Pegangan Guru dan Dosen. Yogyakarta, Kaukaba. Nggermanto,A. 2008, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan SQ, Bandung Nuansa,. Sadiman Arief S. dkk. 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta PT Raja GrafindoPersada,. Santrock, John W, 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.: Jakarta Prenada
51
Media Group,. Sardiman, A.M, 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta.PT. Raja Grafindo Persada, Sardiman, A.M., 2011, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada, Sirozi, M. 2007, Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelengaraan Pendidikan, Jakarta.Raja Grafindo Persada, Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta PT Rineka Cipta,. Sudjana Nana dan Ahmad Rivai, 2010, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung.Sinar Baru Algensindo Offset. Sudjana, Anas, 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta Raja Gravindo Persada, Sukmadinata Nana Syaodih, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung.PT Remaja Rosda Karya, Sumarni, Siti. 2005. Pengertian motivasi Belajar. http:// belajarpsikologi.com/ pengertian-motivasi-belajar/. 7 juli 2015@ 20.03 WIB. Suryabrata Sumadi, 1998, Persada,
Psikologi Pendidikan, Jakarta.Raja Grafindo
Thomas Amstrong, 2002, Setiap Anak Cerdas, Panduan Memandu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Kecerdasan majemuk, Jakarta.Gramedia, Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta.PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Woodworth. 1991. Primary Mental Ability, Psichometric Monograph. Washington Personal Press,. Yamin, M. 2009, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta.Diva press,
52