SEJARAH BANGUNAN-BANGUNAN BERSEJARAH SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI KOTA MEDAN
OLEH SYARIFUDDIN SURAPATI NIM. 309121077 Program Studi Pendidikan Sejarah
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014
0
ABSTRAK Syarifuddin Surapati. NIM : 309121077. Sejarah Bangunan-Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Medan.2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis peninggalan kebendaan berupa bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota medan.Baik, Dalam hal upaya penyelamatan, pengembangan dan penyuluhan Benda Cagar Budaya yang ada diwilayahnya sesuai Perda yang berlaku di Kota Medan.Adapun objek yang diteliti adalah 40 Situs/Bangunan bersejarah yang masih tersisa dan memiliki nilai-nilai penting dalam rentetan peristiwa sejarah Kota Medan.Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode penelitian melalui studi kepustakaan ( library research ) dan studi lapangan ( field research ). Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi, yakni dengan cara mengambil gambar/foto bangunan bangunan bersejarah tersebut. Dari hasil penelitian dapat diklasifikasikan bangunan bersejarah di Kota Medan menjadi 4 bagian berdasarkan peran dan fungsi sosialnya : I.Bangunan Belanda, II.Bangunan Melayu(Peninggalan Kesultanan Deli), III.Bangunan Cina, dan yang terakhir IV.Bangunan Hindu. Bangunan bersejarah tersebut antara lain : (1). Gedung Balai Kota Lama (2). Kantor Bank Indonesia (3). Hotel De Boer (4). Kantor Pos dan Giro (5). Stasiun Kereta Api Medan (6). Jasindo (7). Kesawan (rumah-rumah tua) di Jl Hindu (8). London Sumatera (9) Exs Kantor Depnaker (10). Bank Exsport - Import (Bank Mandiri) (11). Kuil Soepramaniem Nagarattar (12). Rumah Tjong A Fie (13). Masjid Gang Bengkok (14). Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan (15). Gedung BKS-PPS (Avros) (16).Kantor Dinas Pariwisata Tk I (17). Restaurant Tiptop (18). Masjid Raya (19). Istana Maimun (20). Kolam Sri Deli (21). Kolam Paradiso (22). Menara Air Tirtanadi (23). Rispa Perkebunan (24). Kantor Gubernur Provsu (25).Gereja Immanuel (26). GKI (Gereja Kristen Indonesia) (27). Kuil Shri Mariamman (28). Gedung Jiwasraya (29) Rumah Dinas Gubernur (30). Kantor PTPN IV Persero (31). Rumah Dinas Walikota Medan (32). Rumah Sakit Tembakau Deli (33). Sekolah Immanuel (34).Gedung Pengadilan (35) Museum Juang (36) Restaurant Ria (37). Kantor PT.Kereta Api (38). Kantor Telkom (39) Standard Chartered Bank (40). RS.Elisabeth. Dalam pemanfaatannya sangat disayangkan karena eksistensi keberadaan bangunan bersejarah tersebut luput dari pengetahuan masyarakat dan peserta didik tentang Benda Cagar Budaya yang ada diwilayahnya serta ketidakberdayaan dan lambannya Pemerintah Kota Medan menjawab arus kemajuan pembangunan yang pesat tanpa disadari sudah merenggut beberapa bangunan bersejarah dari wujud aslinya. Dalam hal ini pemerintah Kota Medan harus memiliki landasan hukum yang kuat dan menindak tegas serta diberikannya sanksi hukum bagi siapa saja yang berniat ingin menggadaikan bagunan bersejarah tersebut untuk dirubuhkan demi kepentingan ekonomi semata. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ditinjau berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranannya maka Kota Medan memiliki modal dasar pembangunan ekonomi yang potensial. Hal ini ditandai dengan terus berkembangnya pembangunan di wilayah kota. Dalam Kondisi tersebut maka dapat dilihat di dalam RKPD Kota Medan Tahun Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa :“Secara geografis, Kota Medan diperkirakan terletak diantara : 2ᴼ.27’ - 2ᴼ.47’ Lintang Utara dan 98ᴼ.35’ - 98ᴼ.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km² atau sama dengan 3,6 persen dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan jumlah penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif terus berkembang semakin besar dan strategis, namun Kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian dari daya dukung lingkungan kota” (Perwal Nomor 40 Tentang RKPD Kota Medan, 2013:II-1). Sebagai kawasan kota yang terus berkembang, di kawasan Kota Medan menyimpan banyak warisan bersejarah. Sinar (2001:65) menyebutkan bahwa : “Kota Medan sendiri setelah adanya penyerahan tanah oleh Sultan Deli kepada Pemerintah Hindia Belanda”, embrio pembangunan pusat kota Medan mulai tampak, ditandai dengan dibuatnya lapangan Esplanade (Lapangan Merdeka). Semenjak itu seiring dengan kesuksesan perdagangan hasil-hasil perkebunan Deli 1
Maatschappij seperti tembakau dan karet di dunia Internasional, kota Medan berkembang menjadi kota Perdagangan, bangunan-bagunan penting didirikan yang menjadikan Kota Medan kaya akan tinggalan kolonial Belanda berupa bangunan – bangunan hasil dari aktivitas perkebunan sebagai bukti dari warisan bersejarah Kota Medan. Warisan bersejarah tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan bangunan - bangunan bersejarah di kawasan lingkungan kota Medan yang bernilai historis yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah khususnya bagi masyarakat dan peserta didik. Untuk itu dperlukan adanya peran serta pemerintah daerah dalam melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat dan peserta didik dalam pengenalan Benda Cagar Budaya tersebut. Kemudian langkah selanjutnya, perlu diperhatikan upaya – upaya perlindungan warisan bangunan-bangunan bersejarah tersebut. Upaya melindungi peninggalan peninggalan bersejarah melalui kebijakan Peraturan Daerah kota Medan sebagai bentuk payung hukum dalam menjaga dan melestarikan benda Cagar Budaya di wilayahnya. Keberadaan warisan bangunan bersejarah di Kota Medan mencerminkan bahwa secara holistik Kota Medan banyak memiliki warisan historis yang dapat dikenang dengan melihat warisan kebendaan bangunan – bangunan bersejarah ini. Pentingnya pengetahuan akan keberadaan bangunan – bangunan bersejarah dan upaya perlindungan sebagai bentuk landasan hukum yang kuat, maka perlu diatur kedalam Peraturan Daerah yang mengikat. Sehingga pada akhirnya warisan bersejarah ini tidak akan punah dari proses penghancuran yang di nilai syarat
2
kepentingan dan akan menjadikan Kota Medan dapat kehilangan identitasnya sebagai kota bersejarah. Dalam pembelajaran sejarah diperlukan fakta dan bukti sejarah, dimana fakta dan bukti sejarah ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan – bangunan bersejarah dikawasan inti Kota Medan sebagai basis pusat pemerintahan kolonial Belanda disebabkan oleh pembukaan perkebunan-perkebunan Barat di Pesisir Timur Sumatera di masa lampau . Adapun fakta dan data yang dapat digunakan menjadi sumber pembelajaran sejarah adalah hadirnya bangunan – bangunan bersejarah ini di kawasan Kota Medan. Seperti beberapa bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di kawasan inti Kota Medan, sedikitnya terdapat 40 objek bangunan peninggalan sejarah dan budaya (Heritage) yang dapat di temukan di Kota Medan, mengingat lokasi bangunan bangunan bersejarah tersebut sangat berdekatan ditinjau dari aksesibilitas menuju kawasan bangunan bersejarah tersebut. Adapun bangunan – bangunan bersejarah tersebut diantaranya (1). Gedung Balai Kota Lama (2). Kantor Bank Indonesia (3). Hotel De Boer (4). Kantor Pos dan Giro (5). Stasiun Kereta Api (6). Jasindo (7). Kesawan (8). London Sumatera (9) Exs Kantor Depnaker (10). Bank Exsport - Import (Bank Mandiri) (11). Kuil Kuil Soepramaniem Nagarattar (12). Rumah Tjong A Fie (13). Masjid Gang Bengkok (14). Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan (15). Gedung BKS-PPS (Avros) (16). Kantor Dinas Pariwisata Sumut TkI (17). Restaurant Tiptop (18). Masjid Raya (19). Istana Maimun (20). Kolam Sri Deli.
3
Kemudian, (21). Kolam Paradiso (22). Menara Air Tirtanadi (23). Rispa Perkebunan (24). Kantor Gubernur Provsu (25).Gereja Immanuel (26). GKI (Gereja Kristen Indonesia(27). Kuil Shri Mariamman (28). Gedung Jiwasraya (29) Rumah Dinas Gubernur (30). Kantor PTPN IV Persero (31). Rumah Dinas Walikota Medan (32). Rumah Sakit Tembakau Deli (33). Sekolah Immanuel (34).Gedung Pengadilan (35) Museum Juang (36) Restaurant Ria (37). Kantor PT.Kereta Api (38). Kantor Telkom (39) Standard Chartered Bank (40). RS.Elisabeth. Untuk itu, keberadaan peninggalan – peninggalan bersejarah yang ada di kawasan Kota Medan menjadi penting dan menarik
untuk dipelajari serta
mengingatkan pada kesadaran, objek, kawasan, peristiwa yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang sebagai pembelajaran, khususnya pembelajaran sejarah. Dalam pembelajaran sejarah, sudah menjadi pondasi yang paling penting bagaimana peran pemerintah dalam upaya pemanfaatan warisan bangunan – bangunan bersejarah tersebut termasuk masyarakat dan peserta didik yang ada di wilayahnya sebagai objek dari peninggalan bersejarah baik dalam bentuk fisik maupun non fisik yang dapat dijaga dan menjadikannya sebagai sumber pembelajaran sejarah. Mengingat begitu pentingnya peninggalan – peninggalan bersejarah tersebut, Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Sejarah Bangunan - Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan”.
4
B. Identifikasi Masalah Bertolak dari masalah di atas maka yang menjadi identifikasi masalah peneliti adalah : 1. Sejarah bangunan- bangunan bersejarah di Kota Medan. 2. Peraturan daerah yang berlaku tentang bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan. 3. Pemanfaatan sejarah bangunan-bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan.
C. Rumusan Masalah Bertolak dari permasalahan di atas maka secara singkat perumusan masalah dapat di rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan ? 2. Bagaimana Peraturan Daerah yang berlaku tentang bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan ? 3. Bagaimana pemanfaatan sejarah bangunan - bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan ?
D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yakni adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah bangunan - bangunan bersejarah di Kota Medan? 2. Untuk mengetahui Peraturan Daerah yang berlaku tentang bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan ? 5
3. Untuk mengetahui pemanfaatan sejarah bangunan - bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan ?
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Akademis, penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah lembaga pendidikan khususnya mahasiswa pendidikan sejarah dan masyarakat maupun akademisi lainnya mengenai Sejarah Bangunan - Bangunan Bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan. 2. Praktis, penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan serta memperkaya kajian keilmuan melalui hasil -
hasil penelitian yang di dapat
melalui kajian pustaka, bahkan menjadi masukan dan bahan bagi peneliti yang ingin tertarik membahasnya. 3. Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah maupun khalayak umum tentang arti penting sebuah kawasan yang di dalamnya terdapat bangunan – bangunan yang bernilai historis. 4. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam objek penelitian yang sama.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Sejarah Menurut kata Inggris History (sejarah), History berasal dari kata benda Yunani “istoria” yang berarti ilmu (Tamburaka, 1999 : 1). Dari sisi lain, kata sejarah berasal dari “syajarah” yakni dari bahasa arab yang berarti pohon. Selanjutnya menurut Suhartono ( 2010 : 2) Sejarah adalah ilmu pengetahuan dari subjek yang definit diisyaratkan oleh metode yang bebas dan teratur atau proses dan diatur dalam ketentuan yang dapat diterima. Dalam hal ini, penyerapan ilmu sejarah memiliki ketentuan yang dapat
diterima melalui proses yang
komprehensif. Esensi yang lebih komprehensif tentang sejarah adalah kisah atau peristiwa masa lampau manusia. Defenisi ini mengandung dua makna sekaligus, yakni sejarah sebagai kisah atau cerita dan sebagai peristiwa. Sejarah sebagai kisah merupakan sejarah dalam pengertian subjektif, karena peristiwa masa lalu itu telah menjadi pengetahuan manusia. Sedangkan sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah secara objektif, sebab peristiwa masa lampau itu sebagai kenyataan yang masih di luar pengetahuan manusia. Menurut Gilbert J, dalam Suhartono (2007 :2) menyatakan bahwa :“Sejarah dapat dibedakan menjadi kejadian masa lampau manusia, aktualitas masa lampau, catatan aktualitas masa lampau, dan proses dan teknik pembuatan catatan”. Maka kegiatan yang berhubungan dengan keberadaan bangunan – bangunan bersejarah ini merupakan aktualitas dari proses kegiatan manusia di masa lampau, yang di 7
tulis berdasarkan keadaan bangunan yang sebenarnya sesuai dengan keadaan perjalanan sejarah Kota Medan. Kemudian menurut R. A. Ghani dalam Tamburaka (1999:7) menjelaskan bahwa :“Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi yaitu pertama penglihatan ke masa silam, ke masa sekarang, ke masa depan”. Maka dari pengertian di atas penelitian tentang Warisan Bangunan Bersejarah Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Kota Medan termasuk kajian sejarah, karena melibatkan pandangan ilmu sejarah yang terangkum dalam penglihatan sejarah di masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
2. Keberadaan Bangunan Bersejarah Wujud sebuah Kota terkait dengan masa lampau memerlukan keterkaitan langsung dengan persfektif sejarah yang berhubungan dengan kondisi keberadaan bangunan – bangunan bersejarah. Menurut Rahardjo (2007 :47 ) menyatakan bahwa :“Bangunan adalah sesuatu yang diciptakan dengan maksud utama untuk tempat berlindung untuk berbagai aktivitas manusia. Dalam pengertian di atas, bangunan sebagai sarana tempat tinggal dan tempat melakukan segala aktivitas manusia yang memiliki suatu nilai historis seperti bangunan-bangunan lama yang dilindungi dalam Undang-Undang. Bangunan bersejarah sebagai bentuk dari identitas Kota Medan yang cukup banyak memiliki warisan sejarah bangunan lama. Keberadaan bangunan tersebut usianya kini sudah lebih dari 50 tahun sebagai tolak ukur dari bangunan yang harus dilindungi. Berdasarkan Undang – 8
Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Bab III kriteria Bangunan Bersejarah dalam pasal 5 menyebutkan bahwa : “Benda, bangunan, atau struktur yang dapat di usulkan sebagai benda Bangunan Bersejarah, Bangunan Bangunan Bersejarah, atau struktur Bangunan Bersejarah apabila memenuhi kriteria : a. Berusia 50 tahun atau lebih. b. Mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, Ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan dan, d. Memiliki nilai budaya sebagai penguatan keperibadian bangsa.
Dari pernyataan tersebut bahwa keberadaan bangunan – bangunan bersejarah di Kota Medan memiliki usia lebih dari 50 tahun dan memiliki muatan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang penting bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda kedepannya, mengingat bangunan-bangunan tua tersebut kini mulai memprihatinkan keberadaannya dan kini Kota medan sudah banyak kehilangan bukti – bukti bersejarah. Untuk itu diperlukan adanya upaya perlidungan keberadaan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara :
2.1.Penyelamatan Menurut
Undang-Undang
Cagar
Budaya
(2010:5)
menyebutkan
penyelamatan adalah upaya menghindarkan atau/ menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan,kehancuran,atau kemusnahan”. Penyelamatan dilakukan untuk menghindarkan
terjadinya
pengrusakan
atau
menghancurkan
keberadaan
bangunan bersejarah, hal ini dapat mencegah kawasan Kota Medan kehilangan warisan sejarah yang kini kebendaannya mulai tergerus arus globalisasi 9
pembangunan. Maka dari itu harus ada usaha penuh dari pemerintah dalam upaya penyelamatan kehancuran bangunan bersejarah tersebut dengan cara melakukan pemberlakuan peraturan daerah, terkait keberadaan bangunan bersejarah tersebut.
2.2.Pengembangan Pengembangan menurut Undang-Undang Cagar budaya 2010:6) adalah “ Peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian”.Maka pengembangan dapat dilakukan dengan tujuan agar keberadaan bangunan bersejarah tersebut dapat dijadikan income bagi pemerintah daerah sebagai peningkatan potensi nilai tujuan wisata sejarah di Kota Medan, mengingat tujuan wisata sejarah di Kota Medan sangat minim sekali, maka diperlukan adanya upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan bangunan bersejarah tersebut sebagai objek kawasan wisata. Dalam hal ini perlu dilakukan kerjasama dengan dinas pariwisata dan dinas pendidikan dengan tujuan agar kawasan bersejarah tersebut bisa menjadi pendapatan daerah.
2.3.Penyuluhan Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyuluhan adalah memberi petunjuk, penjelasan, keterangan dst”. Maka dalam hal ini, Penyuluhan dilakukan untuk memberi petunjuk serta penjelasan kepada seluruh elemen masyarakat tentang pentingnya warisan bangunan bersejarah ini yang berhubungan sebagai 10
sumber ilmu pengetahuan dan pendidikan bagi seluruh elemen masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi dengan masyarakat melalui mobil sosialisasi langsung ke jalan – jalan ataupun membuat baliho yang bertuliskan benda cagar budaya di kota medan sebagai simbol perhatian pemerintah.
B. Kerangka Konseptual 1. Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Pemanfaatan Menurut Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 ( 2010:7) adalah “Pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyar dengan tetap mempertahakan kelestariannya”. Maka segala kegiatan yang berhubungan dengan bangunan Cagar Budaya sangat perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat serta untuk tetap dilestarikan. Dengan adanya perubahan paradigma baru tentang benda Cagar budaya, maka dianggap penting untuk dilestarikan dan dikembangkan sebagai aset sejarah yang bermanfaat. Wujud aset tersebut berupa bangunan Cagar Budaya yang dapat kita temukan di Kota Medan. bangunan bersejarah tersebut dikelompokkan ke dalam situs Cagar budaya. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar budaya “Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat/atau di air yang mengandung benda Cagar Budaya,Bangunan Cagar Budaya,dan/struktur Cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian di masa lampau”.
11
Maka dengan demikian,bangunan-bangunan bersejarah merupakan bukti historis dari sejarah Kota Medan, dan banyak diantara bangunan bersejarah ini yang berada di jantung kota, sehingga keberadaannya dikhawatirkan akan menjadi permasalahan pembangunan ekonomi kota terhadap bangunan bangunan bersejarah. Menurut Perroux dalam Adisasmita ( 2010:44 ) menyatakan :” pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di seluruh daerah, akan tetapi terbatas hanya pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang berbeda – beda intensitasnya”. Dalam hal ini ia lebih menekankan pada aspek pemusatan proses interaksi dan pertumbuhan ekonomi dan dianggap spasial. .Kemudian menurut Kamus Tata ruang yang diterbitkan oleh Direktorat jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan ikatan Perencanaan Indonesia (IAP), Edisi 1, Jakarta, 1997 dalam Adisasmita (2010:59 ) menjelaskan bahwa : “Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya; ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsi fungsional serta memiliki ciri tertentu”. Pentingnya fungsi sebuah kawasan adalah untuk melindungi kawasan - kawasan tertentu terkait peninggalan yang memeiliki nilai sejarah terkait kawasan lama di dalamnya. Kemudian
juga diutarakan dalam konsep kawasan Lama/Tua dalam
Adisasmita. ( 2010 :63) : “Kawasan Lama/Tua adalah kawasan di sekitar pusat kota besar yang umumnya berupa bangunan tua atau lama yang secara cepat berubah fungsi karena tidak sesuai dengan potensi lokasinya sehingga musnah atau hilang disebabkan faktor fisik dan sosial”. 12
Maka kawasan bangunan Bangunan Bersejarah di Kota Medan merupakan kawasan yang termasuk kawasan Lama/Tua yang patut di kelola sebagai kawasan lindung yang memiki nilai historis yang tinggi sebagai bagian sejarah panjang Kota Medan lewat tinggalan Bangunan kolonial Belanda sebagai aktivitas perekonomian dari pekebunan. Kemudian muncul pengelolaan kawasan lindung mengacu kepada Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung dalam Adisasmita ( 2010:76-77 ) di kelompokkan dalam : Kawasan Lindung di daerah meliputi : 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya, terdiri atas : a. Hutan lindung b. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung c. Kawasan resapan air 2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas : a. Sempadan Pantai b. Sempadan Sungai c. Kawasan sekitar waduk dan situ d. Kawasan sekitar mata air e. Tanah timbul 3. Kawasan Suaka Alam dan Bangunan Bersejarah dan Ilmu pengetahuan a. Kawasan suaka Alam b. Kawasan Bangunan Bersejarah dan Ilmunpengetahuan
Jenis Kawasan Kawasan Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan.
Defenisi Melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan – peninggalan sejarah, bangunan arkeologis dan monumen nasional, dan keragaman bentukan geologi, yang berguna untuk
Tujuan Perlindungan Kawasan Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang 13
Kriteria Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi,situs purbakala dan kawasan dalam bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kriteria kawasan Bangunan Bersejarah mengacu
mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang di sebabkan leh kegiatan alam maupun manusia.
memiliki bentukan geologi alam yang khas berada.
pada monumentren Ordinantie Staatblad 1931 Nomor 238,sementara kriteria yang lengkap belum ada Pemerintah daerah berkewajiban untuk menetapkan kawasan Bangunan Bersejarah dan ilmu pengetahuan di daerahnya.
Tabel 1. Sumber : Adisasmita ( 2010:80 ). Berdasarkan kesimpulan yang bersifat sementara ini, maka peneliti akan menelusuri apakah bangunan - bangunan bersejarah yang bersifat kebendaan tersebut mampu dipertahankan sesuai iklim perkembangan zaman yang memiliki peranan sebagai sumber ilmu pengetahuan serta sumber pembelajaran sejarah termasuk didalamnya masyarakat dan peserta didik.
2.
Sumber Pembelajaran Sejarah Perhatian yang melibatkan sumber pembelajaran sejarah merupakan bagian
terpenting dalam menyajikan pembelajaran. Mengenai pengertian pembelajaran menurut Trianto ( 2009:5 ) yang menyatakan bahwa “masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah ) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik”. Pendidikan merupakan kunci dari peningkatan kualitas peserta didik melalui penerapan yang dilakukan secara bertahap dengan menyajikan pembelajaran yang inovatif melalui media pendidikan. Pendidikan merupakan suatu dorongan yang diterapkan melalui kegiatan yang terprogram sesuai kebutuhan lingkungan belajar siswa, baik dalam 14
pengenalan ke lapangan langsung, teori ataupun melalui sumber pengetahuan pribadi siswa untuk mengetahui sejauh mana keadaan siswa dalam menyerap ilmu dalam proses pembelajaran. Untuk mengenai lebih mendalam apa itu pembelajaran menurut Dimyanti dan Mudjiono dalam Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa :“Kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Maka pentingnya sumber belajar bagi peserta didik terkait pentingnya sumber belajar yang mengutamakan kegiatan secara aktif yang dilakukan oleh pendidik sebagai penentu keberhasilan pendidik dalam menyediakan sumber belajar yang relevan terkait warisan bangunan – bangunan bersejarah dengan mengamati secara langsung warisan kebendaan yang ada diwilayahnya terkait aspek penting dalam penyediaan lingkungan belajar. Kemudian menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa : “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar”. Pembelajaran memerlukan proses interaksi yang menyediakan sumber belajar sebagai pelengkap kegiatan pendidikan yang bertujuan menciptakan wawasan yang lebih teraah kepada peserta didik dalam penyediaan lingkungan belajar. Menurut Saiful Sagala ( 2009:62 ) menyatakan bahwa : ”bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan tindakan memberikan dorongan dalam belajar yang tertentu pada pencapaiaan tujuan belajar”. 15
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa warisan bangunan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan merupakan alat bantu pendukung dalam prsoses pembelajaran diluar sekolah, sehingga peran guru sebagai pengajar bukan hanya semata – mata memberikan informasi saja kepada siswa, melainkan juga siswa juga terlibat langsung dalam mencari nilai pengetahuan yang baru sebagai proses akhir dari belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya mengenai sumber pembelajaran, disadari perlu adanya trilogi yang mencakup sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menjembatani tentang warisan bersejarah di Kota Medan yang diterangkan dalam bentuk pengetahuan dasar serta asumsi dari
masyarakat dan
peserta didik.
2.1.Masyarakat Pememberdayaan
masyarakat
melalui
pengenalan
sejarah,
ilmu
pengetahuan dan kebudayaan merupakan langkah penting yang harus dicermati oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah sebagai pengayom masyarakat, seharusnya harus lebih bijak ketika budaya asing yang hedonis yang kini sedang mendoktrin masyarakat untuk bertransformasi dengan budaya asing secara bebas mengakibatkan lunturnya pemahaman akan budaya lokal. Dalam hal ini seharusnya pemerintah dapat merangkul masyarakat sehingga dapat menciptakan kerjasama secara kolektif.
16
Menurut Selo Soemardjan “Menyatakan bahwa masyarakat adalah orangorang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soekanto,1982:19). Kebudayaan merupakan sebuah jati diri yang melibatkan masyarakat secara kolektif
dan sadar akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam
pemahaman identitas diwilayahnya. Pemahaman identitas tersebut, dalam hal yang berkaitan dengan menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya sebuah identitas mengenai warisan kebendaan di Kota Medan.
2.2.Peserta Didik Peserta didik merupakan elemen pendukung pembangunan di masa mendatang dalam dunia pendidikan. Menurut Trianto (2010:1) “Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Maka peserta didik sebagai penerus generasi kedepannya harus memiliki jiwa yang sadar dan peduli serta memiliki tanggung jawab akan warisan kebendaan di Kota Medan.
17
C. Kerangka Berpikir
Bangunan Bersejarah di Kota Medan
40 Bangunan Bersejarah
Masyarakat
Peraturan Daerah (PERDA) Peserta Didik Penyelamatan
Pengembangan
Sumber Pembelajaran Sejarah
Penyuluhan
18
Keterangan Mengingat Kota Medan merupakan aktivitas perekonomian tinggalan Kolonial Belanda yang sangat menguntungkan lewat kegiatan perdagangan tembakau, medan secara tidak langsung berkembang dari sebuah kampung menjadi kota metropolitan yang di dalamnya terdapat peninggalan – peninggalan bangunan bersejarah. Sebagai bangunan kuno bersejarah merupakan karya cipta bangunan yang memiliki nilai sejarah sebagai warisan yang dapat terus dipertahankan. Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 disebutkan bahwa “Benda, bangunan, atau struktur yang dapat diusulkan sebagai benda Bangunan Bersejarah, Bangunan - Bangunan Bersejarah, atau struktur Bangunan Bersejarah apabila usianya sudah 50 tahun. Dalam kenyataannya sekarang ini, Kota Medan sebagai kota yang memiliki nuansa sejarah dan dikenal sebagai identitas kota yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi lewat bangunan – bangunan bersejarahnya yang kini kian menemui ajalnya lewat penghancuran bagunan- bangunan bersejarah tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Phill Ichwan Azhari, di Medan, Senin, mengatakan, secara perlahanlahan Medan terancam kehilangan indentitas atau ikon sebagai kota bersejarah. ( Dalam Harian Kompas, Rabu 19 Mei 2010) Dalam konteks masa kini, bangunan – bangunan bersejarah kini mulai terlupakan dan mulai hilang ditelan oleh zaman. Padahal apabila dikembangkan dalam sistem pembelajaran
yang
mengedepankan arti penting
sumber
pembelajaran sejarah maka bangunan - bangunan bersejarah tersebut dapat 19
dijadikan bukti otentik termasuk didalamnya masyarakat dan peserta didik agar dapat mengetahui dan menjaga keberadaan dari situs bangunan – bangunan bersejarah tersebut sebagai pewaris asli dari sejarah yang ditinggalkan oleh bangsa kolonial Belanda sebagai bukti hadirnya bangsa Belanda di Kota Medan yang tercermin dari bangunan sisa – sisa aktivitas perkebunan tembakau di Sumatera Timur. Kemudian, Bangunan – bangunan yang ada di kawasan Kota Medan ini akan bisa dilihat langsung oleh generasi – generasi berikutnya jika masyarakat dan pemerintah saring bekerjasama dalam menjaga kelestarian bangunan – bangunan tersebut. Dalam langkah selanjutnya, keberadaan warisan Bangunan – bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena sampai hari ini pembelajaran sejarah masih banyak berbicara teori – teori yang buta tanpa ada bukti nyata. Maka dari skema berfikir diatas perlunya bangunan – bangunan bersejarah di Kota Medan dijadikan sumber pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah.
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi kepustakaan (library research) dan
studi lapanagan (field
research). 1. Studi Kepustakaan ( library research ) Metode penelitian studi pustaka ini dilakukan dengan cara menelusuri teoriteori serta buku-buku, artikel, dokumen maupun foto-foto yang relevan terhadap masalah yang akan diteliti. Studi pustaka ini penting dilakukan karena kemungkinan data-data yang hendak kita cari dilapangan sudah ada di dalam buku-buku ataupun terbitan terdahulu yang telah dikumpulkan oleh orang lain. 2. Penelitian Lapangan ( field research ) Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengumpulkan data – data dari instansi terkait, baik komunikasi langsung dan observasi terhadap bangunan Bersejarah di kawasan Kota Medan.
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan lingkungan Kota Medan, adapun objek yang akan diteliti disini adalah 40 bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan.
21
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. a. Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara diskusi atau wawancara dengan berbagai nara sumber seperti masyarakat , pemerintah dan lembaga pendidikan terkait langsung permasalahan yang sedang diteliti. b. Data Sekunder Data skunder adalah sumber data yang dapat diperoleh dari keterangan – keterangan yang didapat dari literatur – literatur berupa buku, surat kabar, artikel yang berkaitan dengan masalah di dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Wawancara Estenberg dalam Sugiyono ( 2010 : 317 ) menyatakan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data – data langsung lewat wawancara ataupun diskusi dengan orang – orang yang mengetahui tentang warisan bangunan bersejarah di Kota Medan.
22
2. Observasi Nasution dalam Sugiyono ( 2010 :310 ) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengumpulkan data, berdasarkan data yang diperoleh melaui observasi dengan cara mengamati secara langsung warisan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data dengan cara merekam mendokumentasikan) objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau merekam bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan.
E. Teknik Pengolahan Data Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka perlu adanya pengolahan data yang menggunakan teknik analisis data yaitu dengan menggunakan langkah sebagai berikut : a. Tahap awal adalah dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan penelitian atau disebut tahap Heuristik yaitu sebuah kegiatan mencari sumbersumber untuk mendapatkan data-data, materi sejarah atau evidensi (bukti) sejarah (Sjamsuddin, 2007:86).
23
b. Tahap kedua adalah verifikasi atau kritik sumber yang terbagi atas kritik eksternal dan internal. Tujuannya mencari kebenaran (truth), untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007:131). c. Tahap ketiga mendeskripsikan atau menceritakan warisan bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan. d. Tahap ke lima Menyusun laporan penelitian secara ilmiah yang diterangkan dalam bab pembahasan yang disajikan sebagai bentuk skripsi e. Menyajikan kembali fakta – fakta dalam suatu cara yang menarik dan dapat mendeskripsikan dengan jelas dan komunikatif kepada para pembaca agar mudah dipahami.
24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Wilayah Secara administratif wilayah Kota Medan secara keseluruhan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Deli serdang, hal ini dapat dilihat dengan, :
Sebelah Utara
:Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Timur
:Berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan
:Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat
:Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan batas-batas administratif tersebut, maka luas wilayah Kota Medan berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Deli serdang, tetapi secara ekonomi Kota Medan dikelilingi lingkungan regional dengan basis ekonomi yang sangat beragam.Hal ini ditandai Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar dan saling menguntungkan dan saling memperkuat daerahdaerah disekitarnya. Di sisi lain, kondisi tersebut juga menempatkan Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan strategis secara Internasional. Kota Medan saat ini telah mengalami kemajuan dan pembangunan yang sangat pesat. Sebagai pusat pemerintahan daerah Sumatera Utara, Kota Medan 25
tumbuh menjadi kota Metropolitan dengan berpenduduk lebih kurang 7.520 jiwa/km². Sekarang Medan adalah kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan sangat dinamis dan selalu berhias diri dalam membangun wajah kota dalam kemajemukan tanpa melupakan aspek historisnya. Selain bangunan-bangunan baru seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan, selain itu keistimewaan yang dimiliki pemerintah Kota Medan adalah bangunan sisa-sisa peninggalan Kolonial Belanda yang sangat banyak untuk kita temukan.
2. Keadaan Iklim Kota Medan memiliki iklim tropis, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kondisi iklim tersebut berdasarkan kondisi klimatologis” Kota Medan menurut BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0º C – 24,1º C dan suhu maksimum berkisaran antara 30,6º C – 33,1º C. Kelembapan udara Kota Medan rata-rata berkisar antara 78 – 82 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya berkisar antara 211,67 mm – 230,3 mm (RKPD Kota Medan Tahun Anggaran 2013:II-1). Dengan tingginya keadaan curah hujan tersebut, ternyata Kota Medan secara langsung juga merupakan lintasan dari beberapa aliran sungai diantaranya adalah sungai Belawan, sungai Badra, sungai Sikambing, sungai Putih, sungai Babura, sungai Deli, dan sungai Kera.Dari keadaan tersebut membuktikan bahwa di kota Medan memiliki kawasan resapan alami dalam pemanfaatannya mengatasi banjir di Kota Medan. 26
3. Keadaan Penduduk Komposisi penduduk yang mendiami Kota Medan berdasarkan etnis, memiliki ciri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsur agama, suku, etnis, budaya dan adat istiadat. Hal ini ditandai dengan keberadaan penduduk yang bersuku Jawa, suku Batak Tapanuli/Toba, Mandailling/Angkola, Minang, Melayu serta etnis Tionghoa dan Tamil di Kota Medan. Menurut Sinar, (2001:81) menyebutkan bahwa : “Penduduk Medan di tahun 1905 tercatat 14.250 orang dan ditahun 1920 ada 45.248 orang dan diantaranya ada 24.000 orang bumiputera dimana sebagian besar penduduk asal Tapanuli dan Minangkabau”. Disisi lain kemajemukan tersebut timbul dari suku yang mendiami Kota Medan seperti suku Jawa, Cina dan Tamil yang didatangkan dari luar daerah Keresidenan Deli masa itu. Didatangkannya beberapa etnis tersebut awalnya di iming-imingi dengan gaji yang besar serta mendapatkan kesejahteraan yang layak sehingga banyak orang-orang dari luar pulau datang berbondong-bondong untuk bekerja di Deli. Padahal, secara tidak langsung kedatangan mereka bertujuan mengisi kekosongan pekerja-pekerja perkebunan yang ada di Deli sebagai akibat pembukaan areal perkebunan yang dilakukan oleh Nienhuys, menandakan dahulunya Kota Medan merupakan sebuah kota yang memiliki nuanasa historis lewat kedatangangan kuli kontrak
dari cina dan Jawa serta India dan
diperkerjakan sesuai bidang keahlian mereka. Keanekaragaman budaya serta adat-istiadat tersebut secara perlahan-lahan turut mendorong terbangunnya karakter sebagian besar penduduk Kota Medan 27
yang bersifat terbuka dengan terjadinya perkawinan silang dari beberapa suku bangsa yang mendiami Kota Medan. Dalam pencapaiannya menuju kota yang majemuk, Medan
mendapatkan identitas nasional berupa
kota nomer 1 di
Indonesia yang memiliki kemajemukan yang beraneka ragam tanpa membedakan dan memandang unsur SARA (suku, agama dan ras).
4.
Adminstrasi Pemerintahan dan Pembagian wilayah Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Sumatera Utara yang
secara hierarki dipimpin langsung oleh Walikota Medan sebagai pejabat tertinggi dilingkungan pemerintahan, dan sekarang sedang digantikan oleh Plt (Pelaksana Tugas) Bapak Drs. Dzulmi Eldin S, M.Si didampingi oleh Sekda Kota Medan Ir. Syaiful Bahri, M.Si Dalam tata pengelolaan wilayahnya. Secara administrasi pemerintahan Kota Medan Terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II medan (DKKM,2011:4). Kota Medan dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 Kelurahan dan 2.001 lingkungan. (Lihat Tabel)
No {1) 1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan {2} Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia
Luas (Ha) {3} 2.068 1.458 1.119 905 584 298 901 584
Persentase {4} 7,80 7 4,22 3,41 2,20 1,12 3,40 2,20 28
Kelurahan {5} 9 6 7 6 12 6 5 6
Lingkungan {6} 75 81 77 82 172 82 46 64
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Medan Baru 1.281 4,83 6 Medan Selayang 1.544 5,82 6 Medan Sunggal 1.316 4,96 7 Medan Helvetia 533 2,01 7 Medan Petisah 682 2,57 6 Medan Barat 776 2,93 11 Medan Timur 409 1,54 9 Medan Perjuangan 799 3,01 7 Medan Tembung 2.084 7,86 6 Medan Deli 3.667 13,83 6 Medan Laabuhan 2.382 8,99 5 Medan Marelan 2.382 8,99 5 Medan Belawan 2.625 9,90 6 Total 26.510 100.00 151 Tabel.2. Sumber: Kota Medan Dalam Angka,2010 (DKKM,2011:8)
63 88 88 69 98 128 128 95 105 99 88 88 143 2.001
Berdasarkan peraturan pemerintah mengenai pemekaran Kecamatan, Kelurahan dan Lingkungan tersebut. Maka sangat perlu dilakukan demi meningkatkat kualitas dan pelayanan umum serta mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik kedepannya. Adapun hal lain yang dapat dilakukan pihak Kecamatan dan Kelurahan dalam hal ini adalah dapat melaksanakan tugas dengan baik, terlebih melakukan inventarisasi (pendataan) terhadap Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya yang ada diwilayahnya. Karena pada kenyataannya keberadaan
bangunan-bangunan bersejarah tersebut tanpa kita
sadari berada pada wilayah kerja masing-masing pihak Kecamatan dan Kelurahan.
B.Asal Usul Nama Medan Secara Singkat Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, hal ini dapat terbukti dengan dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus dan secara tekstual nama sebuah kampung ini berubah menjadi suatu kota yang memiliki potensi strategis. Mengenai asal nama Medan, 29
ada yang mengatakan kalau itu berasal dari kata Maidan dalam bahasa India yang artinya tanah datar. Dalam bahasa Melayu sendiri kata Medan adalah tempat berkumpul, Karena sejak zaman dahulu kala tempat berkumpulnya orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lain-lain untuk berdagang, bertaruh dan lain-lain(Sinar, 2001:53), sehingga kata itu digunakan untuk peranan daerah (yang kelak menjadi sebuah kota) yang sejak dahulu menjadi sebuah tempat berkumpul orang-orang dari berbagai penjuru.
Kemudian Menurut Creamer dalam “Delische Schetsen” menjelaskan dalam Sinar (2001:52) “Nienhuys pindah ke Medan dalam tahun 1869.Medan dahulunya merupakan benteng besar mungkin sekali untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan Aceh sisa dari zaman itu ialah dinding dua lapis berbentuk bundaran mengelilingi tanak menjorok antara Sungai Deli dan Sungai Babura.
Hal ini persis seperti apa yang digambarkan oleh N.Ten Kate dalam Sinar (2001:52) “Dahulu kala Medan adalah merupakan benteng dan sisa-sisa dari zaman itu masih ada terdiri dari dinding bundar 2 lapis, terdapat diatas tanah menjorok ( landtong) pertemuan Sungai Deli dengan Babura. Rumah administratur terletak di tepi sungai dan diseberangnya ada kampung orang melayu,Medan”. Hal ini membuktikan bahwa Kampung Medan pada saat itu memiliki posisi penting dan cukup strategis dimana setelah kedatangan Nienhuys Medan disulap menjadi areal perkebunan tembakau setelah adanya “Acte Van Schenking” ( Akte 30
Hibah) yang dilakukan Sultan Deli dengan menyerahkan sebagian tanah tersebut kepada pemerintah Hindia Belanda(Gubernemen).
.C.Dibangunnya Medan Sebagai Pusat Pemerintahan Dibangunnya
Medan
sebagai
Kotapraja
mengakibatkan
terjadinya
perubahan dinamika pemerintahan menuju otonomi kotapraja. Hal ini disusul dengan diangkatnya Walikota Medan yang pertama yaitu Baron Daniel mackay. Sendi-sendi pemerintahan mulai nampak setelah didirkannya bangunan-bangunan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda di Medan. Pembangunan banyak diarahkan didaerah kesawan dan kawasan Esplanade (Lapangan Merdeka Sekarang), sehingga sampai saat ini Keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan sangat banyak di temukan. Hal ini ditandai pada tahun 1874 sudah dibuka 22 pekebunan-perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina, 4.476, kuli Tamil 459 dan orang Jawa 316 (Sinar, 2001:55) orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau
di
Sumatera Timur yang dipelopori oleh J.Nienhuyis, Van Der Falk dan Elliot berdasarkan hasil penyelidikan mereka dipastikan wilayah antara Sungai Ular dengan Sungai Wampu sangat baik untuk menanam tembakau, dan hasilnya dalam waktu satu tahun mencapai F1.1000.000 Gulden. Penanaman tembakau tersebut sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Pesisir Sumatera Timur.
31
Perkembangan perekonomian yang pesat tersebut dibuktikan dengan dibangunnya perusahaan Kereta Api oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), tujuan dibangunnya sarana transportasi tersebut dengan tujuan mempercepat akses jalan darat yang digunakan untuk
kepentingan perusahaan perkebunan
pemerintah Belanda.Secara keseluruhan, awal perkembangan kota Medan merupakan dampak dari keberhasilan usaha perkebunan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan Belanda seperti Deli Maatschappij yang bergerak dalam bidang perkebunan. Semenjak itu, seiring dengan kesuksesan perdagangan hasilhasil perkebunan Deli Maatschappij di dunia Internasional, kota Medan berkembang menjadi kota perdagangan dan perekonomian pemerintahan kolonial Belanda. Maka
bangunan-bangunan
pentingpun
didirikan
dengan
rancangan
arsitektur-arsitektur yang telah memiliki reputasi Internasional pada saat itu, seperti perusahaan Anyer Bersih, Deli Proef Station, Hotel De Boer, Deli Spoorweg Maatschappij dll. bangunan-bangunan tersebut saat ini menjadi suatu ciri khas Kota Medan ditinjau dari segi historis dimana keberadaannya mulai luntur tergerus arus modernisme dan kapitalisme yang mengharuskan eksistensi bangunan-bangunan bersejarah tersebut kian sirna (hilang). Sebagai warga negara yang santun dan sadar akan kondisi di lingkungan sekitarnya, maka diperlukan adanya usaha preventif serta kolektif demi menjaga eksistensi bangunanbangunan bersejarah tersebut. Menjalani usia Kota Medan yang ke 423 tahun, tentu bukan merupakan waktu yang sangat singkat.Tentunya begitu banyak prestasi yang diraih dalam 32
mewujudkan sebuah Kota terbesar ketiga di Indonesia ini, salah satu prestasi yang diraih adalah saat bagaimana Kota Medan menyabet Piala Adipura tahun 20122013 yang merupakan wujud kota yang bersih, aman, nyaman, asri, dan indah. Keadaan ini sebenarnya yang menjadikan Kota Medan harus berbenah tanpa harus melupakan rekam jejak historisnya, rekam jejak tersebut tidak lain adalah kawasan lingkungan bangunan bersejarah yang merupakan cikal bakal Kota Lama di masa kolonial Belanda. Apabila ini tetap dipertahankan dan dilestarikan sebagai wujud historis kota, maka generasi penerus kedepannya akan terus dapat melihat rekam jejak sejarah Kota Medan dan menjadi aset pemerintah dalam memperkenalkan ikon Kota Medan kepada wisatawan asing maupun lokal demi menambah PAD (pendapatan asli daerah).
D.Jenis-Jenis Peninggalan Bangunan Bersejarah di Kota Medan Dalam melakukan suatu perjalanan di jantung Kota Medan yang terletak di Lapangan Merdeka menuju kawasan Kesawan, mustahil bagi kita tidak melihat keindahan dan keberagaman bangunan-bangunan lama yang tanpa kita sadari memilki kelainan dengan bangunan-bangunan yang baru. Di tinjau dari keberadaannya, ternyata di Kota Medan masih banyak terdapat bangunanbangunan lama yang secara fisik masih tegak berdiri sampai sekarang dan memiliki aspek historis di dalamnya. Dalam penglihatan sepintas, sebuah bangunan akan terlihat biasa saja jika kita tidak mengetahui sejarah dibaliknya. Adapun bangunan-bangunan lama yang memiliki keistimewaan yang menarik dan 33
memiliki nuansa historis dalam rekam jejak perjalanan sejarah Kota Medan serta masih berdiri kokoh adalah sebagai berikut :
1. Gedung Balaikota Lama Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota, tepatnya bersebelahan dengan Kantor Bank Indonesia ( BI). Bangunan ini pada awalnya ditempati oleh Walikota Medan yang pertama yaitu Baron Daniel Mackay. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya. Dahulu bangunan ini bernama Gemeen Tehnis dibangun oleh biro arsitek Hulswit tahun 1908, diperbaiki kembali tahun 1923. Bangunan yang terletak di jalan Balaikota ini pada tahun 1913 direnovasi dengan menempelkan jam dinding besar pada dinding bagian atas bangunan. Jam dinding ini di sumbangkan oleh milioner Tjong A Fie buatan Firma Van Bergen di Hialigerlee (Holland). Jam dinding ini dahulunya mengeluarkan bunyi (Jelajah Medan Heritage, 2013:1)
Kemudian diperkuat dengan
gagasan lain didalam karangan (Tengku
Lukman Sinar (Sinar,2001:85) menyebutkan bahwa :” Kepada Kotapraja Medan menghadiahkan sebuah jam besar yang sampai sekarang ada di Kantor Walikota Medan” Pada tahun 1913 seorang millioner Cina yang bernama Tjong A fie menambahkan menara jam pada bangunan ini. Jam pada menara tersebut adalah buatan Firma Van Bergen di Hoiligerlee (Holland) dan dahulu mengeluarkan bunyi carillon. Bangunan Balaikota ini menjadi salah satu Land Mark di Sumatera Utara yang terdapat di kota Medan, namun tidak lagi difungsikan sebagai kantor 34
Balai Kota. Arsitektur bangunan ini dipengaruhi gaya Eropa Klasik.seperti bangunan eropa lainnya,sebagian dari lantai dasar bangunan terletak dibawah tanah. Ciri khas dari bangunan Balaikota Lama ini adalah Gedung Balai Kota Lama Medan yang diarsiteki oleh Hulswit ini adalah salah satu bangunan bergaya Eropa klasik, dengan dominasi warna putih. Dahulu Gedung Balai Kota Lama Medan ini sering dimanfaatkan oleh pemerintahan Belanda sebagai gedung pertemuan untuk para petinggi Belanda yang berada di Medan. Tetapi setelah pemerintahan Belanda lengser, Gedung Balai Kota Lama Medan ini mulai tidak terawat bahkan pada masa penjajahan Jepang bangunan ini sempat akan dihancurkan. Sekarang bangunan Balaikota Lama ini sudah digadaikan dengan pemilik Hotel Grand Aston City Hall yang tepat berada dibagian depan Hotel Grand Aston. Bangunan Balaikota Lama ini sekarang tidak difungsikan lagi sebagai kantor Walikota, Namun bangunan Balaikota lama ini di buat Baru persis dengan bangunan yang lama, dan di bangun tepatnya dekat dengan bangunan Balaikota Lama yang persis di pinggiran sungai Deli sebagai Kantor administrasi pemerintahan Kota Medan.
35
2. Kantor Bank Indonesia/ Kantor Bank Unit I Bangunan yang persis tepat bersebelahan dengan kantor Balaikota Lama disebelah kiri, dan bersebelahan dengan Hotel De Boer sebelah kanan merupakan bangunan sisa tinggalan pemerintah Kolonial-Belanda dan Kondisinya masih terawat dan baik sampai sekarang. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya. Bank Indonesia yang terletak di jalan Balaikota ini dibangun tahun 1910 oleh arsitek Hulsurt/Fermunt E.d. Caypers, dahulunya dipakai sebagai Java She Bank. Bentuk bangunan segi empat gaya Eropa Tua (Jelajah Medan Heritage, 2013:2). Bangunan
ini
menggambarkan
arsitektur
yang
kelihatan
sangat
dipengaruhi oleh gaya kolonial yang sangat banyak digunakan orang Inggris di negeri-negeri jajahannya.bangunan ini didesain oleh Cuypers dan Hulswit tahun 1908.Dahulunya dipakai sebagai Kantor Cabang De Javasche Bank. Javasche Bank merupakan bank cabang milik Belanda di Jawa yang digunakan untuk mensosialisasikan mata uang Gulden milik Belanda. Keindahan bangunan Javasche Bank menggunakan gaya renaisance dengan ciri-ciri bangunan berbentuk simetris dengan garis-garis horizontal sepanjang dinding. Bangunan Bank Indonesia ini didominasi dengan warna putih dan sekarang digunakan sebagai Kantor Bank Indonesia.
36
3. Hotel de Boer/Dharma Deli Peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota Nomor 2 Medan, tepatnya bersebelahan dengan Kantor Bank Indonesia ( BI) di sebelah kiri. Bangunan ini pada awalnya bangunan ini merupakan sebuah hotel yang didalamnya terdapat bar dan restoran mewah di masa pemerintahan Belanda. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya. Hotel De Boer yang letaknya di jalan Balaikota ini dibangun tahun 1909. Nama hotel ini sesuai dengan nama pemiliknya yaitu Herman De Boer yang datang ke Medan tahun 1899. Hotel ini sekarang bernama Hotel Dharma Deli dan dibangun lagi bangunan baru 8 tingkat namun bangunan lama masih tetap dipertahankan (Jelajah Medan Heritage, 2013:3) Pada awalnya Hotel ini terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari sebuah restaurant,sebuah bar dan tujuh ruang tamu,dan merupakan hotel pertama kali di Asia Tenggara yang kamarnya memakai kawat nyamuk. Hotel tersebut dijual pada tahun 1935.dan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia,menjadi Hotel Dharma Bakti atau Inna Dharma Deli. Dengan semakin meningkatnya kepopuleran hotel tersebut,maka hotel tersebut meluas dengan ditinggikan menjadi 8 lantai dengan menggabungkannya dengan bangunan lama yang berada disebelah kanan bangunan baru tersebut. Dalam meningkatkan potensi kunjungan wisatawan ke Hotel bersejarah tersebut, maka seorang sejarawan Universitas Negeri Medan selaku Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial mengatakan :
Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis), Dr. Phil Ichwan Azhari kepada antarasumut.com Selasa mengatakan, sejarah Hotel Dharma Deli yang kaya itu adalah potensi yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan 37
berkunjung. Untuk itu seluruh karyawan hotel sebaiknya memberi ruang dan kesempatan kepada masyarakat umum untuk masuk melihat ke dalamnya sekaligus belajar sejarah keberadaan hotel.“Saya yakin kisah tentang Dharma Deli akan menarik minat banyak orang untuk berkunjung,” katanya (http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=116) Dalam perkembangannya sekarang, bangunan ini masih sering dikunjungi wisatawan yang ingin menginap kedalam hotel tersebut. Bangunan Hotel Dhrma Deli atau Inna Dharma Deli ini diperbesar dan ditinggikan dan masih bersatu dengan bangunan aslinya yang berada tepat disebelah kanan bangunan megah tersebut. Hotel ini sampai sekarang masih populer untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal yang sedang berada di Medan. Kepopuleran bangunan ini masih persis seperti bangunan Hotel aslinya dimasa lalu.
4. Kantor Pos dan Giro Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota, tepatnya didepan Hotel Dhrma Deli. Bangunan ini merupakan salah satu dari dampak kemajuan tembakau Deli, yang dalam perkembangannya dibangunnya sarana dan prasarana infrastruktur dalam menunjang kegiatan perkebunan. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan IX. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang terletak berhadapan dengan Hotel De Boer, disebelah Utara Lapangan Merdeka ini dibangun lantai tegel, atap genteng dan tiang beton bertulang (Jelajah Medan Heritage, 2013:4). 38
Dibangun sebagai Kantor Pos Pusat dan masih berfungsi sampai sekarang. Keadaan kondisi bangunan ini masih sangat baik, kemudian diatas bangunan Kantor Pos tersebut ada logo burung merpati dalam bola dunia yang menjadi logo Kantor Pos tersebut, dan diatas bangunan tersebut bertuliskan ANNO 1911 yang berarti bangunan tersebut berdiri tahun 1911. Dalam keterangan lebih lanjut tentang tujuan awal didirikannya Kantor Pos, Gedung ini merupakan proyek besar pertama dilakukan oleh Snuyf, seorang arsitek yang telah menjadi kepala Sipil Pekerjaan Umum untuk Indonesia. Karena pertumbuhan yang cepat dari pemerintah Hindia Belanda, ada kebutuhan bangunan baru untuk berbagai layanan pemerintah, seperti sekolah, penjara dan kantor pos. Sebagian besar bangunan ini harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat karena itu standarisasi desain (http://www.disbudpar.pemkomedan.go.id/index.php?option=com_content& view=article&id=146&Itemid=107).
Dalam hal pelayanan yang diberikan, saat ini Kantor Pos Medan masih melayani tugas dan fungsinya sebagai tempat penjualan materai (perangko), pengiriman surat, pengiriman barang dan mulai berakulturasi dengan media elektronik yang digunakan sebagai tempat pembayaran kredit, pengambilan uang pensiun dan pengiriman berkas CPNS. Bangunan bersejarah ini memiliki atap langit-langit yang tinggi dan memiliki struktur bangunan yang kokoh serta memiliki ruangan yang cukup luas. Selain itu, bangunan bersejarah ini memiliki aspek historis yang kental terutama dari segi bentuk arsitektur bangunannya yang sangat nampak sekali sudah sangat lama dan berbeda sekali dengan bangunanbangunan modern yang ada terdapat disekelilingnya, Ketika dilihat dari dalam ruangan maupun di luar ruangan, bangunan Kantor Pos ini terlihat sangat menarik untuk dilihat karena bentuknya yang unik. 39
Dalam hal memajukan pendidikan di Kota Medan, Maka diharapkan kedepannya Kantor Pos Medan ini juga bisa difungsikan sebagai museum pos seperti Kantor Pos Besar Jakarta, sehingga di bangunan bersejarah ini dapat menyimpan serta memamerkan prangko-prangko lama, gambar hitam putih tempo dulu tentang keadaan Medan di masa Belanda, mata uang lama yang tidak lagi ditemukan di pasaran dll. Dan pada akhirnya, masyarakat maupun pelajar masih dapat menemukan dan melihat aspek historis di Kota Medan.
5. Stasiun Kereta Api Medan Stasiun Kereta Api merupakan fasilitas penting yang sangat memberi kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan kota Medan. Bangunan ini merupakan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Stasiun Kereta Api, tepatnya bersebelahan dengan Titi Gantung di sebelah kanannya yang merupakan situs peninggalan Belanda.Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya, Tahun 1891, bangunan awal selesai. Tahun 1910, karena dirasa kecil, diperbesar lagi. Akhirnya, tahun 1939 renovasi dilakukan oleh pihak DSM (Deli Spoorweg Maatschappij) dengan maksud mengikuti perkembangan langgam arsitektur modern.Pihak DSM berkonsultasi dengan J.H Valh, seorang arsitek dari Dinas PU. Renovasi terbesar yang dilakukan adalah pengurangan bagian yang tidak dirasa diperlukan (fungsional saja) serta penambahan menara jam setinggi 20 m, sebagai penanda bangunan, serta sekaligus cerobong ventilasi udara, dengan jam yang menunnjukkan waktu keberangkatan kereta kepada penumpang (Jelajah Medan Heritage, 2013:5).
40
Walaupun Bangunan ini sudah direnovasi dengan melakukan penggantian seluruh struktur bangunan, akan tetapi ciri khas bentuk aslinya tidak dirubah, seperti jam yang menunnjukkan waktu keberangkatan diatas menara Stasiun Kereta Api yang masih dapat dilihat diatas bangunan. Di sampingnya terdapat monumen lokomotif uap bertipe 2-6-4 T buatan Hartmann (Arsitektur Stasiun Medan) telah mengalami perombakan total dari bentuk aslinya. Hal yang tersisa dari kompleks bangunan stasiun lama adalah adanya menara jam di bagian muka stasiun.Rel yang terdapat di Stasiun Medan membujur dari utara ke selatan. Rel yang mengarah ke selatan menuju Rantauprapat, sedangkan rel yang mengarah ke utara ke Belawan, Binjai dan Besitang, Dari Stasiun Medan dahulunya terdapat percabangan rel ke Pancurbatu. Bangunan Stasiun Kereta Api Besar ini didominasi dengan warna putih.
6. Jakarta Llyod (Sekarang Asuransi Jasindo) Diantara perusahaan-perusahaan dagang besar yang menguasai perniagaan dan perdagangan di Sumatera masa itu adalah beberapa perusahaan-perusahaan Eropa seperti : Bank en Handelsvereeniging
Naudin ton Cate & Co” yang
didirikan pada tahun 1892 dengan modal F1. 1 juta (Sinar,2001:61). Bank ini merupakan sebuah agen perusahaan yang bekerjasama dengan Lloyds, The Central, The Sun, The State, De Insulinde, Oostindische, De Nederlandsche Lloyd yang bertugas melakukan administrasi dalam berbagai aktivitas perkebunan dan terus bergerak dalam import/eksport hasil-hasil perkebunan. Keberhasilan 41
penanaman tembakau di Sumatera Timur turut mendorong perusahaan-perusahaan di bidang pelayaran. Seperti Jakarta Lloyd yang pada saat didirikan adalah Kantor Perusahaan Pelayaran The Netherlands Shipping Company. Bangunan Jakarta Lloyd ini berada dilingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang berada didepan Lapangan Merdeka ini dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1920-an, dulu dipergunakan untuk kantor “Stoomvaart Maatschappij Nedherland” dan “Rotterdamshe Lloyd” dan sampai sekarang berfungsi menjadi kantor pusat asuransi PT Jasindo Provinsi Sumatera Utara (Jelajah Medan Heritage, 2013:7). .Gedung ini pada awalnya merupakan kantor perusahaan kapal uap Belanda (Stoomvaart
Maatschappij
Nederland)
dimana
Nederlandsche
Handel
Maatshappij (NHM) juga meniliki saham di dalamnya.Gedung Exs Stoomvaart Maatscappij Nederland dan Rotterdam's Lloyd ini pernah digunakan sebagai kantor Jakarta Lloyd.Bangunan ini berada di pusat Kota medan tepatnya bersebelahan dengan Lapangan Merdeka. Pada saat ini gedung tersebut berfungsi sebagai kantor Asuransi Jasindo Provinsi Sumatera Utara.
7. Kesawan (Rumah-Rumah Tua) Potret peninggalan-peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di kawasan Kota Medan adalah kawasan bangunan-bangunan lama yang terdapat di Kesawan tepatnya di Jalan Hindu. Bangunan bersejarah yang tepatnya berada di Jalan Hindu ini kebanyakan berupa ragam pertokoan, perkantoran pada masa pemerintahan Belanda. Kondisi bangunan bersejarah tersebut terlihat sangat tidak 42
terawat dan kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal kawasan Kesawan di masa lalu merupakan potret cikal bakal pertumbuhan sebuah Kota di Medan. Bangunan bersejarah yang ada di Jalan Hindu ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan. Dalam proses sejarahnya, Kesawan merupakan bagian dari sejarah Kota Medan, yang berada di pusat Kota Medan. Di lokasi ini terdapat banyak peninggalan gedung-gedung tua dari zaman kolonial. Kesawan sering dikunjungi wisatawan untuk menikmati keindahan sebuah kota di masa lalu. Pusat kesawan terletak di jalan Ahmad Yani (Jelajah Medan Heritage,2013:8). Sinar (2001:54) menyebutkan Kesawan berasal dari kata “Kesawahan, pergi ke sawah”. Kesawan merupakan bagian dari sejarah Kota Medan, dulunya Kesawan merupakan cikal bakal pemusatan wilayah Kota Medan dan sangat kental sekali disebut-sebut dengan kata Medan-Deli.pada masanya Kesawan ini adalah kawasan Eropa dan menjadi sebuah kampung tempat persinggahan para pedagang yang datang untuk berdagang dan menyabung ayam, semua kegiatan dilakukan disana. Tempat ini merupakan kawasan sentral penduduk yang berasal dari Serdang yang akan menuju ke Sunggal atau dari Percut ke Hampaaran Perak, bahkan dari Labuhan ke Deli Tua. Kawasan Eropa inilah yang kemudian berkembang menjadi Kesawan, seiring perkembangan waktu, permukiman etnis Cina banyak mendominasi wilayah tersebut dan dijadikan kawasan bisnis Tahun 1918, wilayah itu diserahkan Kesultanan Deli kepada Pemerintah Hindia-Belanda, setelah diambil alih oleh Pemerintah Hindia-Belanda, kawasan ini disulap menjadi tempat kantor pemerintahan, maskapai perkebunan, bank, kantor perusahaan asing dan restoran hingga kesawan menjadi pusat kota. Dimasa sekarang, lokasi ini masih memiliki banyak gedung-gedung tua zaman kolonial. 43
8. London Sumatera (LONSUM) Bangunan yang letaknya persis di persimpangan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Ahmad Yani VII didirikan tahun 1914 oleh pemerintah Belanda. Arsitektur bangunan banyak dipengaruhi gaya kolonial Inggris, bahan bangunan lantai tegel, dinding batu bata, atap genteng, tiag beton bertulang. Pernah direhab untuk kebutuhan ruang pegawai tanpa merubah bentuk dan corak arsitekturnya. Status kepemilikan adalah milik PT. London Sumatra Indonesia.Terlihat di bagian atas bangunan terdapat nama bangunan PT. London Sumatera. Bangunan bersejarah ini berada dilingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan Lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang terletak dipersimpangan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Ahmad Yani VII ini didirikan pada tahun 1914 oleh pemerintah Belanda. Arsitektur bangunan banyak dipengaruhi “British Colonial Style”, bahan bangunan lantai tegel, dinding batu bata, atap genteng tiang beton bertulang. Pernah direhab untuk kebutuhan ruang pegawai tanpa mengubah bentuk dan corak arsitekturnya. Status kepemilikan adalah milik PT. London Sumatera Indonesia (Jelajah Medan Heritage, 2013:9). London Sumatera merupakan Kantor Perwakilan perkebunan yang ada di Medan, posisi London Sumatera ini berada tepat pada pintu masuk Kesawan Square. Gedung Lonsum pada awalnya digunakan sebagai kantor perkebunan Inggris Harrisons & Crosfield dan kemudian dijual kepada pemerintah Belanda dan namanya diubah menjadi Juliana Building sesuai nama puteri Belanda.Batubatu granit yang menghiasi gedung didatangkan dari Eropa.Gedung ini merupakan bangunan pertama di Kota Medan yang Memakai lift berbentuk sangkar besi yang dihiasi motif bunga-bunga dengan dekorasi art deco. 44
Lift yang mulai digunakan sejak tahun 1910 tersebut masih berfungsi dengan baik dan diservis setiap hari sabtu dan setiap tahun teknisi dari inggris didatangkan untuk memeriksanya.Yang menarik adalahung Harrison & Crosfield yang berpusat di London justru meniru gedung London-Sumatera-Indonesia yang merupakan kantor cabangnya. Kondisi Bangunan PT. London Sumatra ini kondisinya baik dan terawat. Bangunan Bersejarah ini masuk kedalam situs/bangunan Cagar Budaya di Kota Medan yang dilindungi dan di lestarikan sebagai aset bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan.
9. Exs Gedung Depnaker Peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Ahmad Yani, tepatnya berada di persimpangan Jalan Hindu..Bangunan ini pada awalnya merupakan pusat perbelanjaan bagi orang Belanda, bangunan ini merupakan Bangunan Bersejarah yang berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya, Bangunan Kantor Tenaga Kerja yang berada dipersimpangan Jalan Hindu yang dulunya bernama Jalan Kebudayaan dan Jalan Ahmad Yani VII didirikan pada tanggal 16 Februari 1919 oleh Walikota Medan pertama Daniel Baron Mackay. Angka tahun pendirian ini tertulis pada bagian tembok bangunan. Arsitek bangunan ini adalah G. Bos, nama G. Bos juga tertulis di dinding tembok (Jelajah Medan Heritage, 2013:10). Bangunan ini dibangun dan difungsikan pertama kali pada tanggal 12 Februari 1916, setelah secara resmi dibuka Walikota Medan pertama, Daniel Baron Mac kay. Bangunan ini dikenal sebagai Medan Warenhuis, sebuah pusat perbelanjaan 45
untuk orang Belanda yang tinggal di Medan pada masa Kolonial.Sekarang bangunan tersebut dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dan di fungsikan sebagai gedung perkantoran dari beberapa departemen.Perawatan terhadap bangunan tersebut sangat kurang. Bangunan ini dilengkapi oleh sebuah menara tepat disudut dan dua menara lainnya pada sayap kiri dan kanan bangunan, suatu ide rancangan yang dipengaruhi oleh gaya renaissance.Pada Lantai dua, terdapat balkon dengan balustrade yang dekoratif.
10. Bank Exsport-Import (sekarang Bank Mandiri) Salah satu dari Peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Hindia-Belanda yang berada di jalan Balaikota, tepatnya bersebelahan dengan Lapangan Merdeka. Bangunan ini pada awalnya merupakan pemerintahan Belanda. Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan lingkungan VII. Dalam proses sejarahnya. Bangunan Bank Export Import yang letaknya di simpang jalan Raden Saleh dan Jalan Ahmad Yani menurut Keterangan dibangun pada tahun 1924. Gedung ini mula-mula dipergunakan untuk kantor “Nederlanshe Handel Maatschappij”, dan pada masa penjajahan Jepang gedung ini dipakai sebagai kantor “Gunseikambu”. Selain untuk Kantor Bank Eksport Import, gedung ini juga dipakai untuk kantor pemasaran bersama PT. Perkebunan Nusantara Is/d IV Cabang Medan (Jelajah Medan Heritage, 2013:11). Bangunan ini dibangun oleh pemerintah Belanda dengan seorang arsitek bernama Van Oywend dibuat tipikal dengan bangunan yang berlanggam modern style seperti bangunan yang bergaya Eropa. Keterangan dibangun tahun 1924, 46
gedung ini mula-mula dipergunakan untuk kantor “Nederlansche Maatschappij” dan pada masa penjajahan jepang gedung ini dipakai sebagai kantor “Gunseikambu”.Selain untuk kantor Bank Exsport Import, gedung ini juga dipakai untuk kantor pemasaran bersama PT Perkebunan Nusantara I sampai IV Cabang Medan. Dan sekarang menjadi Bank Mandiri. Bangunan Bank Mandiri yang berada dipersimpangan Jalan Raden Saleh dan Jalan Balaikota ini didominasi dengan warna putih dan kondisi keadaan bangunan bersejarah tersebut dalam kondisi baik dan terawat. Dan sekarang Bangunan Bank Mandiri tersebut di tetapkan sebagai Benda Cagar Budaya yang ada di Kota Medan sebagai situs/benda yang wajib di lindungi di Kota Medan versi BWS ( Badan Warisan Sumatera).
11. Kuil Sree Soepramaniem Nagarattar Kuil Soepramaniem Nagarattar adalah salah salah satu Kuil tertua di Kota Medan, dan kuil ini dibuat Setelah dibangunnya Kuil Sri Mariamman yang terletak di jalan Tengku Umar. Kuil Supramaniem ini dibangun pada tahun 1896 dan terletak di Jalan Kebun Bunga Nomor 6 (Jalan Kejaksaan Nomor 12), sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada di sisi Sungai Babura Medan.Kuil ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa-Dewa seperti Mudra, Ganesha, Syiwa, Wisnu, Brahmana dll. Kuil ini dibuka setiap harinya dengan estimasi waktu pagi dan sore hari. Pada pagi hari pukul 06.00 sampai pukul 11.00 Wib. Dan pada sore hari dibuka pada pukul 16.00 sampai pukul 20.00 Wib.kecuali pada 47
hari Minggu dibuka pukul 04.00 sampai pukul 20.30 Wib. Kuil ini memiliki kantor di dalamnya sebagai tempat layanan dan informasi bagi pengunjung yang ingin beribadah dan bagi orang yang ingin jalan-jalan mengunjungi bangunan Kuil tersebut. Di dalam Bangunan tersebut banyak sekali terdapat foto-foto Dewa-Dewa yang bisa kita lihat serta ada Kendaraan Dewa Mudra yang yang dilapisi dengan emas.Kuil ini tidak sebesar dan tidak semegah kuil yang pertama kali dibangun oleh umat Hindu yang bernama Kuil Shri Mariamman yang berada di Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Tetisah Tengah. Umumnya umat Hindu bersembah ke Kuil ini setiap hari. Kuil ini juga untuk acara ritual lainnya dalam Agama Budha seperti memperingati hari Ulang Tahun Sidharta Gautama, Perayaan Imlek dan sebagainya.
12. Rumah Tjong A Fie Bangunan Bersejarah yang paling populer di Kota Medan adalah bangunan Tjong A Fie pemilik dari seorang tiongkok yang dermawan dan rendah hati yang namanya sangat terkenal dalam membangun Kota Medan dimasa pemerintah Belanda di Sumatera Timur. Bangunan bersejarah ini berada dilingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan Lingkungan IV. Dalam proses sejarahnya, Kediaman Tjong A Fie merupakan gedung bergaya arsitektur Tiongkok kuno yang sangat fantastis dan dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak di jalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalah jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang, walaupun dia sudah wafat pada tahun 1921. 48
Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat ini, rumah tersebut masih di tempati oleh keluarga Tjong A Fie (Jelajah Medan Heritage, 2013:13).
Kediaman Tjong A Fie merupakan gedung gaya arsitektur Tiongkok Kuno yang sangat menarik dan memiliki nuasa bangunan lama. Dibangun pada tahun 1900, lokasinya terletak di Jalan Ahmad Yani (kesawan).Dia adalah jutawan dari Tiongok yang pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang. Di tanah Deli, Tjong A Fie mempunyai pergaulan yang luas dan terkenal sebagai pedagang yang luwes dan dermawan, tanpa membeda-bedakan bangsa, ras, agama dan asal usul, ia kemudian membina hubungan yang baik dengan Sutan Deli, Makmoen Al Rasyid Perkasa Alamsjah dan Tuanku Raja Moeda.Dengan demikian ia memperoleh reputasi yang baik dan terkenal di seluruh Deli.Walaupun dia sudah wafat pada tahun 1921.Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dengan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Dimasa ia hidup, Tjong A Fie sangat banyak membantu pembangunan khususnya Medan di kala itu. Contonya saja seperti pembangunan Masjid Raya, Masjid Gang Bengkok, pembangunan jembatan dll. Di Kota Medan, Nama Tjong A Fie telah menjadi legenda dan namaanya dikenang oleh penduduk Kota Medan. Hingga pada akhir hayatnya ia pun diantar oleh ribuan masyarakat dari berbagai kalangan ke pemakaman. dan hingga saat ini, rumah tersebut masih terawat dengan baik serta di dalamnya banyak menyimpan koleksi foto serta benda-benda kepunyaan Tjong A Fie.
49
13. Masjid Gang Bengkok Perkembangan wajah Kota Medan tidak lepas dari pengaruh nuansa Islam di sekelilingnya, Salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di Medan adalah Masjid Bengkok. Masjid tua yang masih berdiri kokoh di Kesawan ini dibangun atas bantuan dana dari Tjong A Fie pada tahun 1890. Masjid Gang Bengkok merupakan masjid tertua kedua setelah masjid Al Osmani. Penamaan Masjid Gang Bengkok, pada awalnya karena letak dari keberadaan Masjid tersebut berada di sudut persimpangan Jalan. Lokasi masjid Gang Bengkok ini berada di Jalan Masjid Nomer 62 Medan. Bangunan Masjid Gang bengkok ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan, Lingkungan II Medan. Dalam proses sejarahnya, Bangunan ini dinamakan Masjid Gang Bengkok Karena letaknya ditikungan jalan, tepatnya tikungan jalan Masjid.Dibangun diatas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya, disekelilingnya sudah padat rumah penduduk.dibelakang (sebelah barat bangunan Masjid) terdapat makam umum.menurut keterangan dari penjaga Masjid, bahwa masjid ini dibangun oleh Tjong A Fie pada tahun 1890. Dulunya bernama “Moske Straat”, dan dipergunakan sebagai tempat ibadah, setelah bangunan diserahkan kepada Sultan Deli Makmun al Rasjid Perkasa Alamsjah.Dipergunakan untuk shalat pertama kali pada tanggal 17 januari 1934, Nazir pertama yang bertugas di Masjid ini adalah Sjech H.M. Jakub Jelajah Medan (Jelajah Medan Heritage, 2013:14). Di masjid yang terletak di Jalan Ahmad Yani Medan inilah Said Bakrin dan Abubakar Yacub yang merupakan anak dari Syekh Mohd. Yacub yang juga sebagai ketua badan kenaziran mesjid Lama Gang Bengkok yang pertama menyebarkan agama Islam di kota Medan. Masjid Bengkok yang memadukan gaya Cina dan Melayu ini dijadikan tempat aktivitas dakwah di kala itu. Bangunan Masjid Gang bengkok bagi yang belum pernah beribadah ataupun berkunjung kesana, maka akan merasa kesulitan untuk menemukannya. Karena 50
Bangunan Masjid tersebut agak tersembunyi dari pusat keramaian di sekitar Kesawan karena letaknya agak mencorok di tikungan jalan . Untuk menuju bangunan Masjid Gang bengkok ini, kita dapat melihat persimpangan yang mengarah dari Jalan Ahmad Yani, setelah menemukan Toko Bata dibarisan rukoruku di sebelah kiri, maka kita masuk ke dalam persimpangan tersebut. Kira-kira jarak 100 meter dari Toko Bata tersebut maka akan terlihat persimpangan Jalan Masjid. Bangunan Masjid Gang Bengkok saat ini masih dalam kondisi terawat dan baik. Bangunan Masjid ini sampai sekarang masih sesuai dengan fungsi/manfaatnya sebagai tempat ibadah bagi umat muslim di kawasan ini.
14. Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Bangunan yang berdiri tegak di berseberangan dengan bekas Gedung Pusat DSM (sekarang Kantor Telkom) adalah Bangunan Kantor yang difungsikan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Bangunan bersejarah tersebut berada dilingkungan Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Gang Buntu. Dalam proses awal pendiriannya, bangunan ini dahulunya didirikan sebagai villa milik Deli Spoorweg (DSM).Letaknya berdampingan dengan kantor DSM, pernah digunakan sebagai perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Sekarang digunakan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Pada bagian dalam ruangan difungsikan sebagai ruang kerja pegawai yang berbentuk sekat-sekat. Desain bangunan ini mengingatkan kita pada 51
arsitektur Hindia dimasa lalu yang menunjukkan struktur dinding sangat kuat terbuat dari batu bata.Dinding depan terdapat yang masif dan tebal yang diletakkan dengan dua pilar klasik, membentuk pintu masuk yang khas.bangunan ini memperlihatkan sistem bangunan tertutup sebagaimana terdapat di negaranegara eropa dan tidak beradaptasi dengan iklim tropis kecuali penempatan ventilasi atap dibagian atas bangunan. Bangunan bersejarah ini didominasi dengan warna putih dan terdapat penambahan kubah atap yang memiliki ciri khas yang di disain dengan bentuk istana-istana Melayu Deli (Istana Maimun. Kondisi bangunan ini masih terawat.
15. Gedung BKS-PPS (AVROS) Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang masih tersisa di Kota Medan adalah bangunan bersejarah di masa pemerintah Belanda. Bangunan ini di bangun pada tahun 1918 oleh GH. Mulder. Avros yang dahulunya dikenal dengan sebutan asosiasi/persatuan maskapai-maskapai perkebunan di Sumatera Timur merupakan suatu badan usaha kongsi dagang yang para anggotanya kebanyakan dari perusahaan Belanda. Dan bergerak dalam penanaman beberapa komoditas seperti karet, kakao, gula, dan kelapa sawit. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang berada di simpang antara Jalan Palang Merah dan Jalan Pemuda ini didirikan tahun 1918-1919. Angka tahun pendiriannya ini tertulis didinding bagian atap. Bangunan ini dipergunakan untuk gedung AVROS (gabungan Maskapai Perkebunan) Sampai sekarang (Jelajah Medan Heritage, 2013:16). Avros yang disebut dengan penamaan bahasa Belanda (Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatera atau asosiasi Pemilik 52
Perkebunan Karet di Pantai Timur Sumatera). Bangunan ini berada disimpang antara Jalan Palang Merah dan Jalan Pemuda, didirikan tahun 1918-1919.Angka tahun pendiriannya ini tertulis didinding bagian atap.Bangunan ini dipergunakan untuk
gedung
Avros
(gabungan
Maskapai
Perkebunan)
hingga
sekarang.Bangunan ini masih sesuai fungsinya dan belum ada perubahan hingga sekarang. Menurut keterangan pegawai setempat ketika bertanya tentang bentuk kubah tersebut “dalam Kubah itu merupakan jam yang masih bekerja dengan setia mesin jam bermerek “Netherlandschefabriek Torenuurwerken B. Eijsbouts – Asten” dan baru dipasang pada 1920 dan masih terlihat diatas bangunan. Bangunan bersejarah ini sekarang masih tetap difungsikan sebagai gedung BKSPPS yang bertugas mengurusi masalah aturan-aturan perburuhan dengan ketentuan Badan kerjasama Pengusaha Perkebunan Sumatera yang mengurusi masalah upah tenaga buruh, Jaminan Sosial tenaga Kerja, Tunjangan Hari Raya dan hak mendapatkan cuti.
16. Kantor Dinas Pariwisata Sumut Tk I Salah satu peninggalan bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Kota Medan yang masih dapat ditemukan adalah bangunan Kantor Dinas Pariwisata Sumatera Utara TkI yang letaknya berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomer 107 Medan. Bangunan bersejarah ini
dahulunya merupakan tinggalan
kolonialisme dan kemudian dijadikan sebagai gedung percetakan. Bangunan 53
bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan kesawan, Lingkungan IV. Dalam proses sejarahnya, Bangunan ini didirikan oleh bangsa Belanda tahun 1921. Setelah bangunan diambil alaih oleh pemerintah RI. Pada masa transisi, gedung ini dijadikan Kantor Percetakan Negara. Sejak tahun 1984 gedung ini dipakai oleh Dinas Pariwisata Tingkat I sampai sekarang. Bangunan ini terletak di Jalan Ahmad Yani, Kesawan (Jelajah Medan Heritage, 2013:15). Bangunan ini didirikan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1921. Bangunan ini bersebelahan dengan Rumah Tjong A fie di sebelah kiri, dan gedung Bank Mandiri di sebelah kanan. Kantor Dinas Pariwisata Sumut TkI ini dahulunya gedung ini bernama gedung Varekamp & Co, sebuah gedung percetakan Harian Sumatra Post yang merupakan gedung percetakan.Gedung ini merupakan salah satu bangunan tinggalan kolonialisme Belanda yang berada dikawasan Kesawan. gedung Varekamp & Co ini memang sengaja dikonstruksi sebagai gedung yang fungsional, da terdapat kantor penerbit, toko buku dan percetakan.
Bangunan
ini
dibuat
dengan
desain
Art
Deco,
dimana
pembangunanya mengunakan material seperti Metal, Kaca, Bakelit dan plastik. Bangunan ini sekarang difungsikan sebagai Kantor Dimas Pariwisata Sumut Tk I dan termasuk salah satu Benda Cagar Budaya yang dilindungi di Kota Medan.
17. Restaurant Tip Top Salah satu Bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota Medan adalah pusat sajian makanan kuliner tertua di Medan yang tepatnya tidak jauh dari kediaman Rumah Tjong A Fie di Jalan Jenderal Ahmad Yani. Bangunan 54
bersejarah ini dari dulu hingga sekarang masih tetap menggunakan nama asli restoran tersebut dengan nama Restoran Tiptop. Restoran Tiptop merupakan salah satu pusat jajanan makanan kuliner yang menawarkan ciri khasnya baik dari segi historisnya maupun dari alat-alat yang digunakan dalam memasak. Restoran ini merupakan warisan turun temurun yang diwariskan kepada anak cucu dari pemilik restoran tersebut. Dilihat dari letaknya, maka restoran Tiptop ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan. Dalam proses sejarahnya, Dibangun pada tahun 1939, merupakan salah satu restoran tertua di Kota Medan dengan dekorasi dan suasana bersantap tahun 1940-an.Restoran ini masih menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak yang sama dengan cara memasak dimasa lalu.Pilihan makanan Barat, Chinese, dan Lokal yang disajikan dengan harga yang pantas, porsi yang sesuai dan rasa yang dapat diterima.Tempat ini merupakan permata yang tersembunyi. Makanan yang lezat dan apabila anda mendapat kesempatan makan malam anda di beranda restoran ini, anda akan menikmati santapan malam dengan bernostalgia suasana zaman kolonial, restoran ini terletak di di Jalan Ahmad Yani (Jelajah Medan Heritage, 2013:18). Walaupun zaman telah berganti, restoran ini tetap saja setia pada dirinya sendiri, masih sama seperti dulu, dimulai dari perabotannya seperti meja, kursi, piano yang masih ada ditempat itu serta peralatan memasak yang sudah tua pun yang sampai sekarang masih digunakan. Restroran Triptop ini sampai sekarang masih banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal untuk menikmati makanan sekaligus nuansa historis yang terkandung didalam ruang makan restoran yang menawarkan foto-foto hitam putih Medan Tempo Dulu.
55
18. Masjid Raya Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah Masjid Raya yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja/lebih tepatnya di Jalan Masjid Raya, Masjid ini bersebelahan dengan Taman Sri Deli (Taman Chadijah). Bangunan ini pada awalnya dibangun berdekatan dengan Istana Maimun, Kerapatan Deli dan Taman Sri Deli dengan tujuan sebagai tempat peribadatan Sultan Deli .Lokasi Bangunan Bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Kota, Kelurahan Masjid lingkungan VI. Dalam proses sejarahnya, Masjid ini sebagai lambang Kota Medan. Masjid terindah yang memiliki nilai budaya dan sejarah dan terbesar diSumatera Utara. Masjid ini dapat menampung sekitar 1.500 jemaah untuk melaksanakan sholat setiap hari. Masjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid, yang didisain oleh Dengumans dari Belanda dengan gaya arsitektur Moorish dan berdiri pada tahun 1906. Banyak turis dari berbagai negara datang mengunjungi masjid ini (Jelajah Medan Heritage, 2013:19). Masjid Raya ini adalah salah satu peninggalan Sultan Deli di Sumatera Utara setelah Istana Maimoon.Dibangun tahun 1906 sampai tahun 1909. Dalam proses pembangunan Masjid Raya tersebut, seorang milioner di Medan yang bernama Tjong A Fie turut menyumbang/membantu Sultan Makmun Alrasyid dalam proses mendirikan Masjid Raya. Sinar,2001:85) menyebutkan “Ketika Sultan Makmun Al Rasyid Deli bermaksud mendirikan Masjid Raya Medan, maka Tjong A Fie menyumbang 1/3 biayanya”.Pembangunan Masjid Raya berjalan dengan lancar dan selesai pada tahun 1906. Masjid ini merupakan masjid termegah serta memiliki perpaduan aritektur yang menarik, dengan memadukan gaya arsitektur melayu, India, arab (Timur Tengah), dan Eropa. 56
Sebahagian
bahan-bahannya
yang
dari
Italia
dipergunakan
untuk
dekorasi.Misalnya pada lantai dan dinding sebagai penutup digunakan marmer, sedangkan pada langit-langit menggunakan kayu dan tembaga pada atapnya. Masjid Raya pada saat ini menjadi ikon Kota Medan. Melihat fungsi serta kegunaannya, Masjid ini masih sering dikunjungi dan dipergunakan oleh masyarakat muslim untuk sholat (sembahyang) setiap hari.Mesjid ini dikunjungi oleh Wisatawan Mancanegara dari berbagai negara diseluruh dunia dan merupakan yang terindah di Sumatera Utara. Jarak Masjid ke Istana Maimoon kira-kira 200 meter. Masjid ini dapat menampung sekitar 1500 jemaah untuk melaksanakan sholat setiap hari.Masjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid, yang didisain oleh Degumans dari Belanda dengan gaya arsitektur Moorish dan berdiri pada tahun 1906.
19. Istana Maimun Bangunan bersejarah peninggalan Kesultanan Deli telah berusia lebih dari satu abad. Bangunan Istana Maimun tersebut merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Kota Medan yang Masih dapat di lihat dan disaksikan secara langsung dengan berkunjung kedalam Istana tersebut. Pada awal pendirian pembangunan Istana Maimun dijelaskan ,Sinar(2001:104)” Berdasarkan prasasti Belanda dan Melayu yang dipahat pada sekeping marmer pada kedua tiang di ujung tangga naik dapat diketahui bahwa peletakan batu pertama pembangunan Istana Maimun dilakukan pada tanggal 26 Agustus 1888 oleh Sultan Ma'mun Al 57
Rasyid Perkasa Alamsyah, dan mulai ditempati pada tanggal 18 Mei 1891”.Bangunan Istana Maimun yang megah ini melambangkan kemakmuran serta kejayaan Kesultanan Deli semasa Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Dalam proses sejarahnya, Istana Maimon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, istana ini dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya adalah T.H Van Erp yang bekerja sebagai tentara KNIL. Rancangannya melambangkan bangunan tradisional Melayu dan India Muslim, sedangkan gaya arsitekturnya antara Indonesia, Persia dan eropa. Di halaman stana terdapat meriam puntung yang merupakan bagian dari legenda Istana Maimon (Jelajah Medan Heritage, 2013:20). Bangunan yang terletak di Jalan Katamso merupakan peninggalan zaman Kerajaan Deli.Istana Maimoon atau Istana Sultan Deli dibangun oleh Sultan Makmud Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888.Yang merancang adalah seorang arsitek Italia.Pada bagian kanan bangunan, terdapat meriam yang kelihatan sudah puntung (putus) dan bagi kalangan masyarakat melayu, meriam ini dianggap suci dan sering dianalogikan dengan legenda Puteri Hijau. Bangunan Istana ini berdiri menghadap timur, dan menjadi pusat Kerajaan Deli.Istana didisain dengan gaya tradisional istana-istana Melayu yang memanjang didepan dan didominasi dengan warna kuning adalah warna khas melayu.Dibangunnya
istana
ini
berkaitan
dengan
Belanda
mengadakan
reorganisasi pemerintahan dengan memindahkan kedudukan Residen Sumatera Timur yang tadinya berada di Labuhan dan Bengkalis dipindahkan ke Medan.Kemudian Belanda membentuk Land Raad (pengadilan) di Medan, dan akibatnya Medan menjadi pusat pemerintahan di Sumatera Timur.Mengunjungi
58
Istana Maimoon berarti juga melihat awal berdirinya Kota Medan yang pada saat ini sudah berusia 126 tahun.
20. Kolam Sri Deli Salah Satu peninggalan Kesultanan Deli Pada Masa Sultan Amaluddin Sani Perkasa Alamsyah adalah pembangunan Taman Sri Deli. Taman Sri Deli adalah bukti dari keberadaan Kerajaan Melayu di Deli, bahwa kerajaan Melayu pernah berjaya di masa lampau. Pada bagian taman ini terdapat kolam di dalamnya. Lokasi taman Sri Deli tidak jauh dari lokasi masjid raya dan Istana Maimun yang berseberangan dengan taman Sri Deli. Tempat ini tepatnya terletak di persimpangan antara Jalan Sisingamangaraja dan jalan Masjid Raya, Medan, Sumatera Utara. Taman ini dahulunya dibangun dengan tujuan
yang Dalam
proses sejarahnya, Kolam Sri Deli ini berada ± 100 m di depan Istana Maimon, tepatnya dibelakang “Bangunan Kerapatan” yang kondisinya sekarang sudah hancur dan disamping Masjid Raya Al Mashun (berseberangan dengan masjid) seperti lazimnya istana kerajaan islam. Kolam Sri Deli ini berkaitan dengan Istana Maimon dan Masjid Raya Al Mashun. Kolam Sri Deli ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah (Jelajah medan Heritage, 2013:21). Pertama kali taman ini ditandai dengan nama Tengku Chalidjah, merunjuk pada nama istri Sultan Amaludin Sani Perkasa yang menjadi Sultan Deli pada tahun 1925-1945.Taman ini mulai terbengkalai seiring dengan meredupnya Dinasti Sultan setelah revolusi sosial tahun 1946. Fokus utama taman ini adalah kolamnya, pergola sepanjang kolam dibuat sebagai tempat tetirah keluarga Sultan pada sore hari sambil menunggu waktu shalat Magrib yang dilakukan di Masjid 59
Raya di depan taman.Di masa sekarang Taman Sri Deli/Kolam Sri Deli merupakan areal yang menyajikan hiburan berupa wisata kuliner, rekreasi, serta menjadi tempat wisata malam yang paling banyak di kunjungi. Taman sri Deli juga menjadi tempat wisata malam ketika Bulan Ramadhan pun tiba, Tempat ini pun menjadi tempat wisata di saat berbuka dan menyajikan segala macam makanan Dan hiburan.
21. Kolam Paradiso Salah satu peninggaloan bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah Kolam Paradiso yang berada di Jalan Sisingamangaraja Nomer 6 Medan. Bangunan bersejarah ini pada awalnya merupakan kolam pemandian bagi orang-orang Belanda. Bangunan ini didirikan kira-kira sekitar tahun 1920-an yang pada masa itu belum adanya pemandian yang nyaman seperti yang terdapat di kolam-kolam pemandian lain di Kota Medan. Di lihat dari letak lokasinya, maka bangunan bersejarah ini terletak di lingkungan Kecamatan Medan Kota, Kelurahan Masjid. Dalam proses sejarahnya, Awalnya hanya berupa kolam renang yang dibuat pada tahun 1920-an, maka dilakukan pengembangan dengan menggunakan jasa arsitek Han Groenewegen. Kolam ini juga merupakan tempat Asosiasi Renang Medan (Medansche Zwem Vereeniging) pada zaman kolonial. Menurut Groenewegen, olahraga renang membawa kenyamanan tidak hanya dalam kolam, tetapi area sekitar yang memancing ketertarikan. Dengan Langgam modernisme nieuwebouwen, Groenewegen membuat sebuah dak teras. Kolam ini berlokasi di jalan Sisingamangaraja (Jelajah Medan Heritage, 2013:22). Kolam renang ini pada awalnya hanya berupa kolam renang yang dibuat pada tahun 1920-an, maka dilakukan pengembangan dengan menggunakan jasa arsitek 60
Han Groenewegen dengan langgam modernisme.Pada masa pendudukan sekutu 1945-1946 dikolam renang ini didirikan pos tentara Hindia-Inggris dan diseberangnya terdapat pos terdepan Laskar rakyat sehingga sering terjadi tembak menembak diantara kedua pasukan. Kolam ini juga tempat Asosiasi Renang Medan (Medansche Zwern Vereniging) pada zaman kolonial. Bangunan bersejarah ini kondisinya masih terawat dan baik. Bangunan ini didominasi oleh warna biru pada setiap sisi depan kolam tersebut.
22. Bangunan Menara Air Tirtanadi Bangunan Menara PDAM Tirtanadi merupakan salah satu bangunan bersejarah yang didirikan pemerintah Belanda dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Medan. Di tahun 1886 kebutuhan air bersih dikelola oleh sebuah perusahaan partikelir yang bernama Ajer Bersih Maatschappij. Pada masa peralihan menjadi Negara Republik Indonesia, perusahaan Air Bersih ini di nasionalisasi dan di kelola oleh perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) menjadi milik PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum ) Tirtanadi. Bangunan bersejarah PDAM Tirtanadi ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Kota, kelurahan Pasar Baru. Dalam proses sejarahnya, Satu lagi ciri khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tritanadi. Ketika anda memasuki kota ini dari arah selatan melewati Jalan Sisingamangaraja, anda akan disambut pemandangan puncak Menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersih kebutuhan warga kota sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang (Jelajah Kota Medan, 2013:23).
61
Bangunan Menara PDAM Tirtanadi ini menjadi simbol/ikon bagi perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi dalam mensosialisasikan ragam sejarahnya, sehingga mudah dikenal dan diketahui bagi masyarakat Kota Medan dalam menggunakan air bersih. Pada bagian Bangunan Menara Air Tirtanadi terdapat sebuah bak besar penyimpanan air. Bak penyimpan Air bersih ini dibangun pada tuhun 1908 oleh perusahaan swasta Belanda Ajer Bersih yang sudah beroperasi mengalirkan air minum penduduk Medan dari tanah Karo sejak tahun 1883.Sekarang diambil alih oleh PDAM Tirtanadi.Tinggi bak air ini sekitar 55,5 Meter terbuat dari besi dengan sistem intel dengan penutup kayu dan atap mominer.Tinggi kerangka besinya 30 kaki dengan lantai berkapasitas 1200 m³ air.
23. Gedung Rispa Perkebunan Bangunan bersejarah yang berada di Jalan Brigjen Katamso ini dahulunya adalah Bekas Gedung AVROS Proefstation. Gedung ini didirikan pada tahun 1918 yang merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda. Bangunan ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Medan Baru, Kelurahan Kampung Baru. Dalam proses sejarahnya, Bangunan Kantor Pusat Penelitian Perkebunan di Jalan Brigjen Katamso ini dulunya adalah gedung Avros Proefstasion (gabungan perusahaan perkebunan Belanda), dibangun pada tahun 1918 oleh bangsa belanda dengan arsitek G.H Muller (Jelajah Medan Heritage, 2013:24).
62
Bangunan Kantor Pusat Penelitian Perkebunan Belanda di Jalan Brigjen Katamso ini dulunya adalah gedung
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(RISPA).Lembaga yang didirikan oleh para pengusaha perkebunan di Sumatera Timur dalam tahun 1904 untuk memberantas penyakit hama dan memusnahkan serDibangun pada tahun 1918 oleh bangsa Belanda dengan arsitek G.H. Muller. Dan sekarang Bangunan ini diambil alih oleh pemerintah menjadi kantor Departemen Pertanian Republik Indonesia. Cikal bakal PPKS bernama APA (Algemeene Proefstation der AVROS/Algemene Vereniging voor Rubber Ondernemingen ter Oostkust van Sumatra) yang didirikan pada tanggal 26 September 1916. APA merupakan sebuah lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatera. Pada saat itu, fokus utama penelitian APA adalah komoditi karet, setelah semakin berkembang APA juga menangani penelitian teh dan kelapa sawit. Latar belakang pendirian APA adalah krisis yang melanda industri tembakau pada tahun-tahun sebelumnya. Krisis industri tembakau telah memberikan pelajaran berharga yaitu dibutuhkan suatu dukungan kuat dari penelitian dan pengembangan (research and development) untuk keberlanjutan dan kemajuan suatu komoditas pertanian. Lembaga penelitian APA berganti nama menjadi Balai Penyelidikan GAPPERSU atau Research Institute of The Sumatra Planters Association (RISPA) pada 1957. Status dan nama RISPA terus menerus berganti hingga pada 1987, kemudian berganti nama menjadi Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan dan bertahan sampai terlaksananya penggabungan antara Puslitbun
63
Marihat, Bandar Kuala, dan Medan pada 24 Desember 1992. Gabungan Puslitbun inilah akhirnya yang menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
24. Kantor Gubernur Sumatera Utara Bangunan bersejarah yang berada tepat di Jalan Diponegoro Nomor 30 Medan, merupakan bangunan bersejarah peninggalan pemerintah kolonial Belanda di Sumatera Timur. Bangunan bersejarah ini didirikan pada tahun 1926. Bangunan ini dahulunya difungsikan sebagai Kantor Pusat Deli Proef Stasion dari Maskapai Perkebunan Belanda HVA-AVROS dengan tujuan untuk meneliti tentang tanaman tembakau yang ada di Deli. Setelah bangsa ini merdeka, maka bangunan bersejarah ini difungsikan sebagai Kantor Gubernur Sumatera Utara. Di lihat dari letaknya, maka bangunan bersejarah ini tepatnya berada di lingkungan Kecamatan Medan Polonia Kelurahan Madras Hulu. Dalam proses sejarahnya, Awalnya merupakan Stasiun Penelitian Tembakau Deli. Bermula dari kerusakan kebun tembakau pada akhir abad ke-19, tahun 1894 institut ini didirikan bekerjasama dengan Kebun Raya Buitenzorg (Bogor). Tahun 1906 menjadi lembaga independen yang juga meneliti tumbuhan lainnya selain tembakau, hingga tahun 1913 gedung Neo-Klasik ini didirikan. Gedung ini berada di Jalan Diponegoro (Jelajah Medan Heritage, 2013:25). Dibangun pada tahun 1916 oleh arsitek Belanda C.Baron.Pada masa awalnya bangunan ini difungsikan sebagai kantor pusat “Deli Proef Station” dari maskapai perkebunan Belanda HVA-AVROS.Pada tahun 1926 bangunan tersebut difungsikan sebagai Kantor Gubernur Sumatera timur dan pada tahun 1936 sampai saat ini difungsikan sebagai Kantor Gubernur Sumatera Utara dibangun secara simetris.Bangunan utama diletakkan pada bagian tengah dan menjadi 64
fokus.Arsitektur bangunan ini dipengaruhi gaya renaissance, hal ini dapat dilihat dari penggunaan balustrade pada puncak atap bangunan sebagai buffer dari panas matahari dan masing-masing jendela dilengkapi folding awning yang terbuat dari bahan textile yang didukung dari bahan konstruksi kayu.Gedung ini berada di Jalan Diponegoro.
25. Gereja Immanuel Salah satu peninggalan pemerintah Kolonial Belanda di Sumatera Timur adalah Gereja tertua di Medan sebagai tempat peribadatan umat kristiani bagi orang-orang Belanda. Bangunan gereja Immanuel ini berada di Jalan Diponegoro tepat berseberangan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara. Bangunan Gereja tertua ini berada dilingkungan Kecamatan MedanDalam proses sejarahnya, Gereja Immanuel merupakan gereja tertua di Medan yang terletak di Jalan Diponegoro. Gereja ini dibangun pada tahun 1921, dan masih digunakan oleh umat Kristiani untuk kebaktian pada hari minggu dan hari lainnya, seperti upacara pernikahan, Misa Natal dan sebagainnya. Gereja ini dapat menampung sekitar 500 umat Kristiani untuk mendengarkan khotbah pendeta (Jelajah Medan Heritage, 2013:26). Gereja Immanuel merupakan gereja tertua di Kota Medan.Gereja ini dibangun pada tanggal 21 Oktober 1921.Pada saat itu gereja tersebut peribadatan anggota gereja Protestan di Hindia-Belanda dengan nama “Indisehe Kerk”.Gereja tersebut diserahkan oleh Walikota Medan dengan hak Eigendom.Gereja tersebut dibangun dengan gaya reneissance dilengkapi dengan menara.Sekitar tahun 1920-an dan 30an ditambahkan sebuah jam yang indah dan sebuah lonceng yang gemanya terdengar sejauh 3 kilometer.Semasa pendudukan tentara Jepang, gedung gereja 65
tersebut digunakan sebagai gudang. Dan pada masa sekarang, gereja tersebut masih digunakan oleh umat kristiani untuk kebaktian pada hari Minggu dan hari lainnya seperti upacara pernikahan, Misa Natal dan sebagainnya.Bangunan Gereja Immanuel ini masih dalam kondisi baik dan terawat. Bangunan ini juga di dominasi dengan warna putih pada bagian dindingnya.
26. GKI (Gereja Kristen Indonesia) Salah satu peninggalan bangunan bersejarah pada masa pendudukan pemerintahan Belanda di Sumatera Timur adalah Gereja Tua yang berada di Jalan Zainul Arifin. Bagunan Gereja Tua yang disebut Gereja Kristen Indonesia didirikan pada tahun 1915. Bagunan Gereja ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Petisah Tengah. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang berada di Jalan Zainul Arifin ini dulunya jalan ini bernama Jalan Petisah Tengah, didirikan tahun 1915 oleh pemerintah Belanda, dulu bernama Gereja Gereformeer, bentuk bangunan bergaya Eropa Tua. Luas bangunan ini panjang 17 m x lebar 8 m, tinggi 8 m. Bahan bangunan laitai tegel, dinding batu bata, atap genteng dan tiang beton bertulang ( Jelajah Medan Heritage, 2013:27). Gereja Kristen Indonesia ( GKI ) Sumut Medan di Jalan K.H.Zainul Arifin No.124 – 126 awalnya tumbuh dari kelompok yang terdiri dari beberapa orang anggota gereja yang disebut dengan “Gereformeerd Kwitang”.Dibangun pada tahun 1917 sebagai tempat peribadatan untuk umat kristiani di Medan.Bangunan ini didirikan oleh pemerintah Belanda, dulu bernama Gereja Gereformeerd. Kondisinya masih baik dan terawat walaupun ada penambahan ruang serba guna.Bangunan yang berlantai satu ini terletak dihalaman yang cukup luas dan 66
diberi perkerasan berupa paving.Dinding yang digunakan adalah pasangan satu bata, sehingga membuat bangunan kelihatan lebih kokoh dan kuat serta memberi kenyamanan thermal dalam ruangan.
27. Kuil Shri Mariamman Bangunan bersejarah yang berlokasi di Jalan Tengku Umar Nomor 18 Medan atau persimpangan antara Jalan Zainul Arifin ini merupakan Kuil bagi masyarakat Hindu yang ada di Kota Medan. Bangunan bersejarah ini merupakan kuil Hindu yang tertua di Medan. Menurut Keterangan dari penjaga di Kuil Subramariamman Nagattar, Bangunan Kuil Sri mariamman ini di bangun kira-kira sekitar tahun 1884, setelah itu baru dibangun Kuil Subramariamman Nagattar di Jalan Kebun Bunga yang jarak lokasi diantara kedua bangunan Kuil Hindu tersebut kira-kira jaraknya 500 meter. Dalam proses sejarahnya, Kuil Sri Mariamman kuil Hindu tertua di Kota Medan, yang dibangun pada tahun 1884 oleh umat hindu. Kuil ini berada di Jalan Zainul Arifin, umumnya umat hindu datang untuk sembahyang di kuil ini setiap pagi. Kuil ini juga digunakan untuk ritual lainnya dalam agama Hindu seperti perayaan Deepvali, perayaan Panen Padi dan lain sebagainya ( Jelajah Medan Heritage, 2013:28). Kuil Shri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Kota Medan.Yang dibangun pada tahun 1884 oleh umat Hindu.Kuil ini berada di persimpangan antara Jalan Zainul Arifin dan Jalan Tengku Umar. Umumnya umat Hindu datang untuk sembahyang di kuil ini setiap pagi.Kuil ini digunakan untuk ritual lainnya dalam agama Hindu seperti perayaan Deepvali, perayaan panen padi dan lain sebagainya. Pada bagian gerbang kuil ini dipenuhi ukiran yang didominasi warna 67
hijau dan berbagai ornamen patung dewa dewi menyambut kehadiran saya. Setelah memasuki bangunan, ada pula patung gajah dan wangi asap dupa yang memenuhi ruangan tersebut.
Lantainya dilapisi karpet hijau yang menjadi alas tempat para penganut hindu yang ingin melakukan sembahyang. Ada tiga ruangan yang dijadikan tempat sembahyang. Salah satunya di ruang utama. Sebuah ruangan yang terdapat patung dewi Mariamman di dalamnya. Mariamman adalah dewi penyakit dan hujan yang utama bagi masyarakat Hindu India Selatan. Di kanan ruangan itu terdapat altar Shri Murugar, Dewa Perang dan dewa pelindung bumi Tamil. Sedangkan di sebelah kiri adalah altar Shri Vinayagar, yang lebih dikenal sebagai Ganesha, dia dikatakan sebagai dewa terpenting dalam kuil Hindu.
28. Gedung Jiwasraya Salah satu aset peninggalan bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota Medan adalah Gedung Jiwasraya yang bergerak di bidang asuransi jiwa. Bangunan ini tepat berada di Jalan Palang Merah Nomer 17 Medan dan juga bersebelahan dengan Gedung BKS-PPS (Avros) di sebelah kiri bangunan Jiwasraya. Di tinjau dari letak lokasinya, maka bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Maimun, Kelurahan Aur, Lingkungan V. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang berada di persimpangan antara Jalan Palang Merah dan Jalan Kolonel Sugiono ini didirikan tahun 1918 oleh N.V. Levensverzkering Mij Nillmij Van. Pada tahun 1984 bangunan ini direhab tanpa mengubah bentuk dan 68
arsitekturnya, untuk memperluas ruang pegawai (Jelajah Medan Heritage, 2013:29). Bangunan yang berada di persimpangan antara jalan palang merah dan jalan Kolonel Sugiono. Perusahaan ini berdiri dengan satu tujuan mulia, yaitu mendidik masyarakat merencanakan masa depan.Tanggal 31 Desember 1859 menjadi awal kiprah Jiwasraya di Indonesia yang lahir dengan nama Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ). Dan ditahun 1859 tercatat dalam sejarah sebagai Perusahaan Asuransi Jiwa pertama di Indonesia, Dalam perjalananya pada tahun 1973 PT. Asuransi Jiwasraya mengalami peleburan dari sembilan perusahaan milik pemerintah kolonial ditambah dengan sebuah perusahaan Nasional, yang kini lebih dikenal sebagai Badan Usaha Milik Negara.Kini perseroan lebih populer dengan nama PT. Asuransi Jiwasraya.
29. Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara Bangunan bersejarah peninggalan pemerintah Belanda lainnya adalah Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara yang dibangun pada tahun 1939 oleh Carpentier. Letak bangunan ini tidak berjauhan dengan Rumah Dinas Walikota Medan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman. Pada bagian belakang bangunan Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara ini terdapat sebuah kebun binatang yang berisikan rusa-rusa seperti yang terdapat di Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Bangunan ini memiliki halaman yang cukup luas serta memiliki taman dan kolam ikan di dalamnya. Dilihat dari letak lokasinya, maka bangunan
69
bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Hamdan. Dalam proses sejarahnya, Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara yang terletak di Jalan Sudirman ini, dibangun pada tahun 1939, oleh G.M.A. Spits dengan arsitek Geb. Carpentier. Angka tahun pendirian dan nama pendiri serta arsitektur bangunan ini tertulis diatas prasasti yang tertempel pada tembok bangunan (Jelajah Medan heritage, 2013:30). Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara berlokasi di jalan Sudirman.Rumah yang besar ini dibangun untuk rumah tinggal Gubernur Sumatera Timur selama masa kolonial.Dibangun pada tahun 1939 oleh G.M.A.Spits dengan arsitek Geb Carpentier.Angka tahun pendirian dan nama pendiri serta arsitektur bangunan ini tertulis diatas prasasti yang tertempel pada tembok bangunan. Setelah Indonesia merdeka,
bangunan
ini
menjadi
rumah
tinggal
Gubernur
Sumatera
Utara.Bangunan ini memiliki halaman yang luas seperti taman yang berhektarhektar luasnya.Bangunan ini dirancang dengan langgam modern style dengan dekorasi yang bergaya bangunan Eropa. Di bagian depan bangunan, terdapat dua pilar yang bulat dimana menjadi elemen struktur bangunan yang utama. Sampai sekarang kondisi bangunan bersejarah ini sangat baik dan terawat.
30. Kantor Pusat PTPN IV Bangunan bersejarah peninggalan pemerintahan Belanda di Sumatera Timur ini merupakan salah satu bangunan tua di Kota Medan. Bangunan bersejarah ini dahulunya merupakan gedung kepunyaan perusahaan perkebunan “ Handels Vereniging Amsterdam” yang dibangun pada tahun 1919 oleh Hulswit-Fermont70
Cuypers. Setelah memasuki masa kemerdekaan, bangunan bersejarah ini pernah difungsikan sebagai markas Polri Sumatera Utara. Sekarang bangunan ini difungsikan kembali menjadi Kantor PTPN IV yang tepatnya berada di Jalan Jenderal Suprapto Nomer 2 Medan dan tertulis di bagian depan bangunan tersebut. Di tinjau dari letak lokasinya, maka bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Hamdan. Dalam proses sejarahnya, Bangunan yang terletak di Jalan Suprapto didirikan pada tahun 1919 oleh Perusahaan Perkebunan milik Belanda, Hendels Vereeniging Amsterdam (HVA). Arsitek bangunan ini adalah Boreau Hulswit Fermont ED. Cuypers. Nama arsitek ini tertulis didalam prasasti yang menempel pada dinding bangunan. Pada Mulanya bangunan ini dipergunakan untuk kantor PT. Perkebunan Sumatera Timur, Kemudian pada masa transisi Pemerintah republik Indonesia digunakan untuk kantor Konwilhan Sumbagut (Komando Wilayah Daerah Pertahanan Sumatera Bagian Utara). Selanjutnya menjadi Kantot Polisi Daerah Sumatera Utara dan Sekarang Menjadi Kantor PTPN IV (PT.Perkebunan Nusantara IV) (Jelajah Medan Heritage, 2013:31). Bangunan yang terletak di jalan Letjen Suprapto didirikan pada tahun 1919 oleh Perusahaan Perkebunan milik Belanda, HVA (Handels Vereeniging Amsterdam).Arsitek bangunan ini adalah banguanan reau Hulswit Fermont ED,Cuypers.Nama arsitek ini tertulis didalam prasasti yang menempel pada dinding bangunan.Pada mulanya bangunan ini dipergunakan untuk kantor PT.Perkebunan Sumatera Timur, kemudian pada masa transisi, pemerintah Republik Indonesia digunakan untuk Kantor Kowilhan Sumbagut (Komando Wilayah Daerah Pertahanan Sumatera Bagian Utara), selanjutnya menjadi kantor Polisi Daerah Sumatera Utara dan sekarang menjadi kantor PTPN IV (PT.Perkebunan Nusantara IV). Kondisi bangunan bersejarah tersebut masih dalam kondisi baik dan terawat. Bangunan bersejarah ini juga termasuk bangunan 71
warisan peninggalan bersejarah di Kota Medan yang sudah teregister sebagai Benda Cagar Budaya yang di lindungi di Kota Medan.
31. Rumah Dinas Walikota Medan Bangunan bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan bersejarah bekas perumahan villa orang Belanda yang dahulunya di bangun pada tahun 1930-an. Bangunan ini merupakan ciri dari rumah-rumah yang bergaya Eropa. Bangunan bersejarah ini tepatnya berada di Jalan Jenderal Sudirman Nomer 35 Medan, serta berada di lingkungan Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Anggrung. Dalam proses sejarahnya, Rumah Dinas Walikota Medan yang terletak di jalan Sudirman ini menurut informasi dibangun pada sekitar tahun 1930-an. Pada mulanya dibagun untuk perumahan Villa orang Belanda, Kemudian digunakan untuk Rumah Dinas Walikota Medan (Jelajah Medan Heritage, 2013:32). Bangunan ini dibangun pada tahun 1930, dan dulunya merupakan villa milik orang Belanda.Pada perkembangannya bangunan ini menjadi tempat tinggal bagi City Major (Burgermaster).Setelah kemerdekaan, bangunan ini masih berfungsi sebagai Rumah Dinas Walikota Medan.Beberapa penambahan dilakukan pada bangunan ini yaitu pada halaman belakang bangunan tanpa mengganggu keaslian bangunan.Bangunan ini dirancang dengan langit-langit yang ditutupi oleh atap curam dengan sudut yang lebih landai pada bagian yang lebih rendah. Kondisi bangunan Rumah Dinas Walikota Medan ini kondisinya sangat baik dan terawat. 72
Pada bagian pagar bangunan dihiasi oleh lampu-lampu yang memanjang seperti yang dapat ditemukan di sekitar Kawasan Lapangan Merdeka.
32. Rumah Sakit Tembakau Deli Peninggalan bangunan bersejarah lainnya yang dapat di temukan di Kota Medan adalah bangunan Rumah Sakit Tembakau Deli. Rumah Sakit ini ditinjau dari letaknya, maka bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Barat, Kelurahan Kesawan, Lingkungan IX. Ini adalah Rumah Sakit tertua di Medan yang didirikan pada bulan Juli 1899 oleh Perkasa Mr. Inggerman, yang pada waktu itu menjabat Genderal Manager Deli Mij, dan Dominee M.J. Brodners (Sinar,2001:59). Pada awalnya, Rumah Sakit Tembakau Deli ini merupakan ide dari orang Belanda yang pernah tinggal di Medan yaitu Inggerman sehingga mendapat hasil derma F1.15.000 dari P.W.Janssen selaku pendiri perusahaan perkebunan Deli Mij. Rumah Sakit ini dibangun melalui sumbangan-sumbangan yang didapatkan dari orang-orang Belanda dan masyarakat yang tinggal di Medan. Pada masa pembukaannya pihak Rumah Sakit ini melayani seluruh elemen masyarakat yang tinggal dan berdomisili di Kota Medan dan sekitarnya dengan kata lain Rumah Sakit ini memberikan pelayanan kesehatan baik kepada orangorang Belanda maupun juga kepada orang-orang pribumi yang ada di kawasan Sumatera Timur tepatnya Kota Medan dan kawasan sekitarnya. Dari segi pendapatan Rumah sakit Tembakau Deli, didapatkan dari iuran perusahaan 73
maupun klub-klub di Medan dengan tujuan memperingan pasien yang sedang dirawat inap yang mengalami sakit parah. Rumah Sakit yang pertama kepunyaan Deli Mij. Dengan Dokternya yang pertama ( Dr.H. Anders Eza ) dibuka dalam tahun 1871 Cuma kalau ada yang sakit berat diangkut naik tongkang ke Penang (Sinar,2001:55). Pada masa itu, penyakit malaria sedang mewabah dan sulit untuk dikendalikan sehingga banyak memakan korban jiwa, terutama kuli kebun. Rumah Sakit Tembakau Deli adalah satu diantara gedung yang harus dilindungi sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya.Gedung ini menyimpan nilai-nilai sejarah yang sengaja tidak dilestarikan. Padahal bila orang membacanya, tak hanya nilai sejarah yang ia peroleh, tetapi nilai kemanusiaan di dalamnya.Rumah Sakit Tembakau Deli dahulunya dibangun oleh Deli Maatshapij untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada para kuli kebun yang datang dari Sumatera timur. Pada masa kolonial Belanda banyak kuli-kuli yang meninggal. Perusahaan perkebunan Deli Maatshapij mendirikan rumah sakit terlengkap. Bahkan pada masa itu Rumah Sakit Tembakau Deli ditetapkan sebagai rumah sakit laboratorium penyakit tropis. Hanya ada satu Rumah Sakit Tembakau Deli.. Kini sebahagian bangunan rumah sakit itu telah dirubuhkan, beberapa peninggalan lain di dalamnya hilang entah kemana. Namun kondisi sekarang Rumah sakit Tembakau Deli milik PTPN II ini telah dijual kepada pihak swasta dan akan segera dihancurkan.
74
“Sejarawan Sumut Ichwan Azhari menilai, penghancuran RS Tembakau Deli sama artinya menghancurkan jejak peradaban di Medan. Karena bangunan RS Tembakau Deli memiliki arti penting bagi sejarah kesultanan Deli dan penjajahan Belanda. Lahan RS Tembakau Deli seluas 3,8 hektare (ha) itu adalah milik Kesultanan Deli yang dikontrakkan kepada Belanda, sehingga lahan itu adalah hak masyarakat adat Kesultanan Deli di Medan. Penghancuran RS Tembakau Deli ini bukan hanya penghancuran fisik bangunan, tetapi penghancuran memori kota.Kita tidak akan lagi memiliki memori kota tentang rumah sakit pertama di Sumatera Timur ini. Kita akan kehilangan jejak peradaban dan juga identitas kota, kata Ikhwan. Seharusnya, kata dia,Kota Medan bisa bercermin kepada Singapura, dimana generasi muda di sana menangisi hancurnya 30% warisan sejarah (www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=12570). Padahal keberadaan Rumah Sakit Tembakau Deli tidak bisa dipisahkan dari sejarah kota Medan. Dan perlahan kita akan kehilangan banyak bangunanbagunan bersejarah, sehingga pada akhirnya generasi muda Kota Medan kedepannya akan kehilangan identitas sejarah kota mereka.
33. Sekolah Immanuel Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh dan dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan peninggalan pemerintah Belanda. Bangunan bersejarah ini dahulunya digunakan sebagai gedung sekolah bagi anak-anak bangsawan Eropa yang tinggal di Sumatera Timur. Bangunan sekolah peninggalan Belanda ini didirikan pada tahun 1938 yang dirancang oleh Groenewegen. Di tinjau dari letak lokasinya, maka bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Polonia, Kelurahan Madras Hulu. Dalam proses sejarahnya,
75
Bangunan Immanuel yang berada di Jalan Slamet Riyadi Kawasan Madras Hulu ini dibangun pada tahun 1938, oleh Princess Beatrix Shool. Sekarang Bangunan ini dipakai sebagai Gedung SMU Immanuel. Bentuk bangunan gaya Eropa Tua. Bahan bangunan lantai semen, dinding dari batu bata, atap seng, tiang beton bertulang (Jelajah Medan Heritage, 2013:34). Bangunan Immanuel yang berada tepat di jalan Slamet Riyadi kawasan Madras Hulu ini dibangun pada tahun 1938, dan dikenal sebagai sekolah Pangeran Beatriz (Princess Beatrix School), bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek yang bernama Groenewegan, dimana sekolah ini dibangun untuk kepentingan anak-anak Eropa.Sekarang bangunan ini dipakai sebagai gedung SMU Immanuel.Bangunan ini berlokasi di daerah Polonia yang mana menjadi perumahan elite untuk kelompok orang-orang Eropa selama masa kolonial. Sekarang sekolah ini menjadi sekolah Kristen dan menjadi milik organisasi PMSR. Dibagian utama telah didirikan bangunan baru untuk menambah fasilitas kelas. Bangunan ini terletak dibagian halaman belakang yang merupakan tempat berkumpul yang luas dibagian depan bangunan.
34. Gedung Pengadilan Sumatera Utara Gedung Pengadilan Sumatera Utara ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan. Bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Pengadilan Nomer 10 Medan. Dahulunya bangunan ini digunakan sebagai gedung Lanraad dan Raad Van Justitie pada tahun 1914. Pada masa pemerintahan Belanda, gedung ini berfungsi sebagai tempat menjalankan peradilan di Deli. Selain itu, Tengku Lukman Sinar (2001:31) menjelaskan: 76
“Peradilan dan hakim-hakim Gubernemen berhak mengetahui : a. Semua tuntutan terhadap Kaula Sultan : 1. Karena kejahatan dan pelanggaran bersama-sama dengan warga Gubernemen dilakukan. 2. Karena Kejahatan terhadap Gubernemen atau rakyatnya ataupun juga terhadap milik mereka. 3. Melanggar peraturan-peraturan tentang alat-alat senjata, mesiu dan peluru. 4. Karena kejahatan terhadap lin telegrap dan kabel, baik yang terletak di dalam maupun di luar wilayah kerajaan. 5. Karena pelanggaran terhadap peraturan Hindia Belanda yang sudah ditetapkan atau yang akan ditetapkan yang juga mengikat kerajaan dan kaulanya. b.Semua tuntutan sipil terhadap rakyat Sultan : 1. Di mana satu orang atau lebih warga Gubernemen turut terlibat selaku tertuduh. 2. Yang berdasarkan kejahatan dan pelanggaran seperti dalam pasal a diatas”. Dalam perjanjian di atas dijelaskan bahwasannya seluruh pihak Kerajaan Deli maupun rakyat diharuskan mentaati serta tunduk terhadap peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah Belanda walaupun diwilayah kekuasaan Deli, dan bagi siapa yang bersalah ataupun melakukan pelanggaran baik dari pihak Sultan sendiri., maka Sultan Deli harus membantu serta melaksanakan vonnis yang dijatuhkan terhadap mereka. Hal ini menandakan bahwasannya posisi Kerajaan Deli merupakan miniatur dari seperangkat sistem yang diberlakukan pemerintah Belanda khususnya dalam bidang peradilan. Dalam keberadaannya bangunan bersejarah tersebut berada di lingkungan Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Petisah tengah. Dalam proses sejarahnya, Bangunan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara ini letaknya berhadapan dengan lapangan Benteng. Bangunan ini didirikan pada tahun 1913 oleh bangsa Belanda. Sejak didirikan sampai sekarang bangunan ini dipergunakan sebagai Gedung Pengadilan(Jelajah Medan Heritage, 2013:35).
77
Bangunan ini dibangun pada tahun 1914. Sejak pertama kali dibangun pada masa kolonial.Bangunan ini dibangun sebagai Gedung Pengadilan dan begitu pula hingga sekarang.Bangunan ini dipengaruhi oleh gaya Eropa.Pada bagian sudut atap, menara kecil dengan dinding kaca dan atap kubah yang disusun dengan indah pada bagian depan atap.Tiga atap jendela ditempatkan berderet, meskipun bangunan ini memiliki satu fungsi, besar bangunan dibuat tinggi untuk memberikan respon terhadap suhu tropis.Sampai sekarang bagunan ini dipergunakan sebagai Gedung Pengadilan Tinggi Sumatera Utara. Kondisi bangunan Pengadilan Tinggi Sumatera Utara ini masih terawat dan diperhatikan dengan baik, walaupun sudah ada dilakukan renovasi dibagian atap bangunan.
35. Museum Perjuangan (Museum Juang) Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota Medan adalah bangunan Museum Perjuanagan. Museum ini jika ditinjau berdasarkan lokasinya, maka bangunan ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Madras Hulu. Dalam proses sejarahnya, Museum perjuangan ini di buka pada tahun 1971, yang terletak di jalan Zainul Arifin. Museum ini merupakan salah satu tempat menarik untuk dikunjungi yang menyimpan benda-benda bersejarah ABRI dan rakyat di Sumatera Utara, seperti senjata, obat-obatan dan pakaiaan seragam yang digunakan pada perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Mengunjungi museum ini dapat membayangkan kehebatan perjuangan pahlawan di masa lalu. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin (Jelajah Medan Heritage, 2013:36).
Museum Perjuangan ini dibuka pada 5 Oktober 1996 dan difungsikan sebagai Museum Perjuangan oleh pemerintah. Museum ini pertama sekali 78
didirikan oleh Belanda pada tahun 1928, dan awalnya merupakan markas pasukan militer milik Belanda sebagai tempat menyimpan pasukan dan amunisi berupa senjata. Kemudian di tahun 1942, kedatangan bangsa kulit putih lansat dari negeri Sakura tidak bisa dibendung. Hal ini ditandai dengan Jatuhnya seluruh kekuasaan pemerintah Belanda di Seluruh Tanah Air Indonesia kepada pemerintah Jepang (Dai Nippon) secara de facto.
Maka dari itu, roda kepemimpinan bangsa Indonesia khususnya di Sumatera Timur di kejutkan dengan berkibarnya bendera Jepang dimana-mana. Akan tetapi kepemimpinan pemerintah Jepang di Sumatera Timur ditak lah lama. Hal ini ditandai dengan ramalan kuno Jayabaya yang menyebutkan kolonialisme bangsa kulit kuning hanya lah seumur Jagung. Di tahun 1945 keadaan pemerintah Jepang mulai goyang dan tandas. Pasalnya, keadaan Jepang pada perang melawan tentara sekutu di Fasifik banyak menemui kegagalan dan dijatuhkannya bom di Hiroshima dan Nagashaki oleh sekutu sontak membuat Kaisar Jepang memberikan pidatonya dengan pesan singkat agar seluruh pasukan Dai Nippon mundur demi keberadaan dan kelangsungan bangsa kita kedepan. Menyerahnya tentara Dai Nippon (Jepang) kepada sekutu membuat bangsa Indonesia harus kembali pada cengkraman kolonialisme bangsa kulit putih Belanda. Akan tetapi bangsa Indonesia tidak tinggal diam menanggapi keadaan tersebut.
Hal ini di buktikan dengan perlawanan yang sengit yang dilakukan oleh TNI AD sebagai upaya melawan dan mengusir tentara sekutu. Sebagai bentuk sungbangsih dan jasa yang sudah dilakukan oleh para pejuang kita di Sumatera 79
Timur. Maka, Museum Perjuangan yang ada di Jalan Zainul Arifin/Jalan Slamet Riyadi Nomor 1 Medan. Museum ini adalah milik pemerintah Republik Indonesia di bawah Bintal Kodam I/BB pada 5 Oktober 1996, bangunan diresmikan menjadi museum Perjuangan oleh Pangdam I /BB, Mayjend TNI Sedaryanto.
Museum Perjuangan TNI Medan memiliki koleksi sedikitnya 555 jenis benda-benda bersejarah perjuangan revolusi fisik tahun 1945 sampai 1948. Museum Perjuangan ini selalu dibuka setiap hari senin sampai jumat dan digunakan sebagai museum milik umum. Bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke Museum Perjuangan untuk sekedar jalan-jalan dan melihat bukti-bukti peninggalan bersejarah di Kota Medan maka langkah anda untuk menuju ke tempat ini adalah pilihan yang tepat dan akses masuk ke dalam
Museum
Perjuangan adalah gratis.
36. Restauran Ria Bangunan peninggalan bersejarah yang lain dan masih dapat ditemukan di Kota Medan adalah Gedung Restoran Ria yang tepatnya berada di Jalan Palangkaraya Nomer 145 Medan. Bangunan bersejarah ini dahulunya merupakan bangunan bioskop seperti bioskop-bioskop lainnya yang pernah meramaikan Kota Medan. Setelah ketidakmampuan bioskop-bioskop lama menghadapi arus modernisasi, maka bioskop-bioskop ini pun mulai ditinggalkan dan wujud fisik bangunannya tersebut sudah banyak dirubuhkan dan di jual. Adapun yang masih 80
tersisa adalah bioskop yang sekarang direnovasi menjadi Restorant Ria. Di tinjau dari letaknya, maka Gedung Restourant Ria ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Kota, Kelurahan Pasar Baru, Lingkungan V. Dalam proses sejarahnya, Dahulu merupakan salah satu bioskop terkenal dan ternama di Medan, yaitu rex Bioscoop, awalnya bernama “Scala”, dirancang oleh G.Van Wezel, dengan adanya pengaruh modernisme berupa menara yang juga untuk menyeimbangi elemen horizontal gedung yang dominan. Meski sekarang telah mengalami beberapa perubahan bentuk, namun bentukan yang ada tetap tampak (Jelajah Medan heritage, 2013:37). Restoran Ria pada awal abad ke 20 merupakan gedung bioskop seperti halnya Imperial Theater, Capitol, Cong Kun Tat, Rex, Deli, Cathay, Astoria Royal dan lainnya.Mereka umumnya memutar film produksi Hollywood, Bollywood, Mandarin.Setelah masa kemerdekaan, bioskop-bioskop pun berubah nama , misalnya Rex berubah menjadi Ria dan Astoria berganti nama menjadi Astana Ria.Pada akhir perkembangannya keberadaan bioskop terpuruk seiring mulai munculnya keberadaanVCR(Video Cassette Recorder) VCD, dan Televisi.Tak satupun bioskop bersejarah di Medan sanggup melawan kemajuan zaman dan kapitalisme, mereka bangkrut.Hampir semua sudah dihancurkan dan dijadikan ruko atau pusat perbelanjaan, kecuali Rex Bioscoop yang kini menjadi Restoran Ria di jalan Palangkaraya.
37. Kantor PT.Kereta Api (Persero) Salah satu peninggalan bangunan bersejarah yang dapat di temukan di Kota Medan adalah gedung bekas Kantor Besar DSM (Deli Spoorweg Maatschappijj) yang didirikan pada tahun 1918 oleh Thomas Karsten. Bangunan bersejarah ini 81
tepatnya berada di depan Kantor Telkom dan di bagian sebelah kiri terdapan bangunan bersejarah yang difungsikan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Bangunan bersejarah bekas Kantor Besar DSM ini sekarang difungsikan sebagai Kantor Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Keberadaan bangunan Kantor PT. Kereta Api
ini berada di lingkungan
Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Gang Buntu.Dalam proses sejarahnya, Tengku Lukman Sinar (2001:61) menyebutkan bahwa : “Perkembangan yang sangat pesat dari penanaman tembakau sejak abad ke 19 menyebabkan dibangunnya perusahaan Kereta Api Deli ini, agar transportasi lebih cepat dan tidak terganggu lumpur-lumpur di jalanan ketika musim hujan datang..Inisiatif pertama pembuatan jalan Kereta Api ini datang dari Tuan Cremer, Manajer Deli Mij. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1883, “Deli Mij” memperoleh konsesi dari pemerintah Belanda untuk membangun jalan Kereta Api dari Belawan-Medan-Deli Tua-Timbang-Langkat (Binjai)”. Berkembangnya perusahaan-perusahaan perkebunan di Sumatera Timur, turut serta mendongkrak pertumbuhan-pertumbuhan perusahaan baru yang bergerak di bidang transportasi dan perniagaan. Hal ini didasarkan atas inisiatif pemerintah Belanda dalam meningkatkan sumber pendapatan ekonomi yang berlipat ganda yang bergerak dibidang perkebunan. Pembangunan akses transportasi ini di nilai dapat mempermudah pengangkutan barang-barang, baik dari jarak yang dekat maupun jarak yang jauh sekalipun. Pada bulan Juni 1883 konsesi ini dialihkan kepada perusahaan Deli Spoorweg Mij yang baru didirikan oleh Deli Mij. Lima tahun kemudian diperoleh konsesi-konsesi untuk membuka cabangcabang izin ke Serdang-Perbaungan-Serdang Hulu.Dan dengan dibukanya tambang-tambang minyak di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu maka pada 82
tahun 1900 jaringan izin baru dibuka kesana.Kesemuanya telah dibuka 162 mil izin dengan 54 stasiun. Kedatangan pemerintah Belanda di Sumatera Timur turut memberikan kontribusi bagi perusahaan perkereta apian di Kota Medan. Bahwasannya, kemajuan Sumatera Timur di tahun 1908 tidak jauh berbeda dengan pembangunan perkereta apian di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya terdapat lokomotif-lokomotif tua yang masih tersisa dan salah satunya terdapat disebelah Kantor Besar Stasiun Kereta Api.
38. Kantor Telkom Salah satu bukti Peninggalan bangunan bersejarah yang masih dapat ditemukan di Kota Medan adalah bekas gedung pusat DSM (Deli Spoorweg Maatshappij) yang di bangun dan dirancang oleh Karsten. Bangunan ini didirikan pada tahun 1908 oleh pemerintah Belanda. Sekarang bangunan bersejarah ini difungsikan sebagai Kantor Telkom yang peranannya dapat di nikmati bagi seluruh masyarakat Kota Medan sebagai akses media komunikasi massal. Adapun keterangan lain menyebutkan : Sebelum ditempatkan di Kantor PT KAI sekarang, Kantor DSM (Deli Spoorweg Maatschappij) berada di Kantor Telkom. Setelah dipindahkan, dialih fungsi menjadi pusat pengelolaan telepon untuk Kota Medan (Jelajah Medan Heritage,2013:40). Bangunan ini sekarang berada di lingkungan Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Sidodadi.Bangunan DSM yang sekarang ini bernama Kantor Telkom 83
ini didirikan oleh pemerintah Belanda sebagai kantor DSM (Deli Spoorweg Maatschaappij).Bangunan ini terletak berseberangan dengan bangunan PJKA dan dirancang oleh arsitek yang sama, Thomas Karsten pada tahun 1908.Selama masa kolonial bangunan ini difungsikan sebagai Kantor Telepon dan sekarang digunakan sebagai Kantor Cabang PT.Telekomunikasi Indonesia di Medan milik pemerintah.Bangunan ini masih terpelihara dengan baik.Bangunan ini dirancang secara simetris dengan konstrukswi atap piramid dan jalan masuk dari bangunan ini dibuat ditengah bangunan.Disisi pilar-pilar vault dibuat berbentuk sebuah ruang terbuka dan menyokong balkon di lantai dua.Jendela cukup dilengkapi untuk menangkap iluminasi alami dan ventilasi.Saat ini sejumlah kecil perubahan telah terjadi dan ventilasi alami telah diganti menjadi AC. Bangunan bersejarah ini juga termasuk bangunan warisan peninggalan bersejarah di Kota Medan yang sudah teregister sebagai Benda Cagar Budaya yang di lindungi di Kota Medan.
39. Gedung Standart Chartered Bank (1888) Bangunan Bank Standart Chartered ini merupakan bangunan bersejarah yang bergaya Eropa, bangunan ini pada masa pemerintah Belanda digunakan sebagai Istana Resident Van Sumatera's Oostkust dan dibangun pada tahun 1888. Bangunan ini sekarang berfungsi sebagai Bank Standart Chartered. Bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Maimun, Kelurahan Hamdan. Dalam proses sejarahnya,
84
Bangunan Standart Chartered Bank ini terletak di Jalan Imam Bonjol, satu kompleks dengan Hotel Danau Toba. Dulunya bangunan ini dipergunakan untuk istana Resident Van Sumatera's dan sekarang dipergunakan untuk Standart Chartered Bank (Jelajah Medan Heritage, 2013:41). Dulu bangunan ini sebagai Kantor Residensi Gubernur Sumatera Timur, sekarang Bangunan ini menjadi Standart Chartered Bank.Bangunan ini tidak memiliki
bentuk
yang
sama
dengan
sebagian
besar
bangunan
disekitarnya.Bangunan ini termasuk bangunan Bank yang besar dan megah pada zamannya.Keberadaan bangunan ini sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan sekitarnya.Bangunan ini berada di sudut jalan Palang Merah dan Jalan Iman Bonjol. Bangunan ini termasuk bangunan monumental dengan skala yang cukup besar serta bentuk atap yang mirip dengan bentuk atap gedung di Eropa, yang cenderung simetris dan berlanggam romantis klasik. Sampai sekarang bangunan Standart Chartered Bank masih berdiri tegak dan terawat, dengan didominasi warna putih pada keseluruhan dinding bangunannya. Bangunan ini berada dalam satu kompleks dengan Hotel Danau Toba di Jalan Imam Bonjol.
40. Rumah Sakit Elisabeth Bangunan Rumah Sakit Elisabeth merupakan bangunan yang bergaya Eropa, bangunan Rumah sakit ini pada awalnya merupakan kepunyaan seorang misionaris Katholik, kemudian setelah Negara Indonesia Merdeka, bangunan ini 85
digunakan sebagai Rumah Sakit Elisabeth dengan status kepemilikan Rumah Sakit Elisabeth Medan, bangunan ini didirikan pada tanggal 11 Februari 1929. Bangunan bersejarah ini berada di lingkungan Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Jati. Dalam proses sejarahnya, Terletak di Jalan Haji Misbah, bangunan Rumah Sakit Umum Elisabeth ini diresmikan pembangunannya pada tanggal 11 februari 1929 (MXMXXIX) oleh De Mensin Parochus. Tanggal dan angka tahun serta nama pendiri ini tertulis di dalam prasati yang menempel pada dinding bangunan. Bangunan ini terletak di simpang Jalan Haji Misbah dan Jalan Imam Bonjol (Jelajah Medan Heritage, 2013:42). Rumah Sakit Elisabeth tersebut diresmikan 17 November 1930. Dalam perkembangannya rumah sakit ini melayani masyarakat umum, khususnya setiap orang yang pernah mendapat pelayanan di Rumah Sakit Elisabeth, merupakan saksi hidup perkembangan rumah sakit yang berawal dari satu batu bata, hingga menjadi seperti keadaannya yang sekarang. Patah tumbuh hilang berganti, para pendiri sudah tiada, para pengelola silih berganti.Dalam sejarahnya Rumah Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dengan Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE), sebab Rumah Sakit Santa Elisabeth menemukan cikal bakalnya dalam Kongregasi FSE. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan satu sama lain. Oleh karena itu selain menggambarkan perjalanan Rumah Sakit Santa Elisabeth selama 77 tahun berkarya di Medan, dan karyakarya kemanusiaannya sejak 82 tahun yang lalu hingga sekarang telah tersebar di berbagai Nusantara.
86
E. Kebijakan Pemerintah Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Dalam perkembangannya, keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan sangat banyak untuk ditemukan. Namun kondisi ini tidak menutup kemungkinan akan perlunya suatu landasan hukum yang mengikat terhadap perlindungan bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan.Pada prinsipnya perlindungan secara hukum tersebut sudah berlaku sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pada poin C yang menyebutkan “Bahwa Cagar Budaya berupa benda, bangunan,, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan Cagar Budaya”.Akan tetapi kondisi riil saat ini menunjukkan wajah kota yang tidak bersahabat dengan eksistensi bangunan-bangunan
bersejarah tersebut.Satu persatu bangunan
bersejarah di Kota Medan di rubuhkan serta diganti dengan bangunan Modern lainnya. Menurut peraturan daerah nomor 6 tahun 1988 di jelaskan tentang pelestarian bangunan dan lingkungan yang bernilai sejarah di Kota Medan yang mencakup 40 bangunan dan dua kawasan yang sudah dilindungi dan dilestarikan.Pada
perakteknya
dilapangan,
eksistensi
bangunan-bangunan
bersejarah ini tetap saja menjadi makanan empuk bagi pengembang yang tidak paham sama sekali tentang Benda Cagar Budaya yang memiliki nilai sejarah, budaya dan kebudayaan.
87
Padahal sudah memiliki dasar hukum yang kuat dan sudah didaftarkan sebagai bangunan dan kawasan yang bernilai sejarah di Kota Medan. Yang lebih anehnya lagi, beberapa bangunan bersejarah yang dihancurkan tersebut adalah bangunan yang sudah terdaftar dalam Perda Kota Medan seperti yang ditulis melalui Pussisunimed Blog antara lain yaitu “Gedung Mega Eltra di Jalan Katamso, Kompleks Perkantoran Sipef atau PT. Tolan Tiga di sudut Jalan Zainul Arifin, Gedung South East Bank di Jalan Pemuda, Kantor Bupati Deli Serdang di Jalan Katamso, Kantor PU Medan di Jalan Listrik, Exs Gedung Kerapatan Adat Deli, Bangunan SMPN 1 Medan, Penghancuran Sembilan Rumah Panggung di Jalan Timur, Puluhan Bangunan Bersejarah di Jalan Kusuma, Exs Kantor Badan Kepegawaian Daerah Sumatera di Jalan Suka Mulia, Exs Bank Modern di Kawasan Kesawan Jalan Ahmad Yani, Balaikota Medan digadaikan ke swasta (Aston), Bangunan Villa Kembar di Jalan Diponegoro, Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) dan, Bangunan Ruko yang berada di Jalan Gwangju-Ahmad Yani”. Keterangan lainnya menyebutkan “Banyak monumen masa lalu yang hanya terekam dalam bingkai foto bisu. Menyisakan nama dan cerita kejayaan masa lalu. Saksi hidup dari lembaran sejarah yang punah itu diantaranya eks Kantor Bupati Deli Serdang di Jalan Brigjen Katamso, Gedung South East Asia Bank di Jalan Ahmad Yani, eks Kantor Dinas Pekerjaan Umum Medan di Jalan Listrik, bangunan bersejarah Balai Kerapatan Adat di Jalan Brigjen Katamso, serta sembilan pemusnahan rumah panggung di Jalan Timur. Di Jalan Suka Mulia, eks Kantor Badan Kepegawaian Daerah Sumatera Utara juga sudah rata dengan 88
tanah. Rencananya, di bekas lokasi gedung tua ini akan dibangun apartemen mewah. Tiga tahun lalu bangunan bersejarah yang merupakan perpaduan arsitektur Eropa dan tropis, yaitu eks Gedung PT Mega Eltra, juga rata dengan tanah.Dan, yang kini masih bisa direkam adalah pembongkaran sebagian bangunan eks Bank Modern di kawasan Kesawan, Jalan Ahmad Yani.Bangunan bercorak art deco itu pernah menjadi Kantor Perwakilan Stork, Belanda
yang
memproduksi
dan
menjual
mesin-mesin
perusahaan industry
perkebunan (ipie3.wordpress.com/category/heritage/). Kemudian berdasarkan pengamatan langsung peneliti didaerah Kesawan di kawasan Jalan Hindu, sangat banyak bangunan-bangunan lama seperti rumahrumah di jalan Hindu dikawasan Kesawan kondisinya sangat memperihatinkan bahkan sampai-sampai terjadi penghancuran dengan tujuan didirikannya bangunan-bangunan baru dan lebih anehnya lagi memiliki izin langsung dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan yang menyertakan izin yang sah seperti SIMB (Surat Izin Membangun Bangunan).Dalam hal ini Pemerintah Kota (Pemko) adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hilangnya beberapa benda cagar budaya tersebut, yang memungkinkan secara holistik Kota Medan kehilangan jejak historisnya sebagai kota bersejarah. Perlunya usaha sadar dari pemerintah untuk mengupayakan kegiatan sosialisasi langsung kepada masyarakat dan peserta didik terkait langsung dengan pengenalan Benda Cagar Budaya yang secara historis memiliki penguatan nilai sejarah didalamnya yang memungkinkan terciptanya maintset masyarakat dan peserta didik akan pentingnya nilai Benda Cagar Budaya tersebut. Dibawah ini 89
adalah gambaran beberapa bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan yang memiliki identitas penting (lihat Tabel 3). Pemetaan Kawasan Lingkungan Lama 40 Situs/Bangunan Bersejarah di Kota Medan No 1
Berdasarkan Lokasi
Nama Bangunan Bersejarah Balai Kota Lama
Kecamatan
Kelurahan
Tempat
Medan Barat
Kelurahan Kesawan
Jalan Balaikota
Lingkungan IX 2
Kantor Bank Indonesia
Medan Barat
Kelurahan Kesawan
Jalan Balaikota
Lingkungan IX 3
Hotel de Boer/Inna
Medan Barat
Kelurahan Kesawan
Dharma Deli 4
5
6
Kantor Pos dan Giro
Stasiun Kereta Api
Asuransi Jasindo Jakarta
Lingkungan IX Medan Barat
Medan Barat
Medan Barat
Llyod 7
Kesawan
Jalan Balaikota
Medan Barat
Kelurahan Kesawan
Jalan Pos Nomor 1
Lingkungan IX
Medan
Kelurahan Kesawan
Jalan Stasiun Kereta Api
Lingkungan VII
Nomor 1 Medan
Kelurahan Kesawan
Persimpangan Jalan
Lingkungan VII
Ahmad Yani VII
Kelurahan Kesawan
Jalan Hindu (Banyak Bangunan Tua Yang Tidak Terawat)
8
9
10
London Sumatera
Exs Gedung Depnaker
Bank Mandiri
Medan Barat
Medan Barat
Medan Barat
Kelurahan Kesawan
Persimpangan Jalan
Lingkungan VI
Ahmad Yani VII
Kelurahan Kesawan
Jalan Ahmad Yani VII
Lingkungan VI
Nomor 32 Medan
Kelurahan Kesawan
Persimpangan Jalan
Lingkungan VI
Raden Saleh dengan Jalan Balaikota
11
Kuil Sree Soepramaniem
Medan Petisah
Nagarattar 90
Kelurahan Petisah
Jalan Kebun Bunga
Tengah
Nomor 6 Medan
12
13
14
Rumah Tjong A Fie
Masjid Gang Bengkok
Kantor Dinas
Medan Barat
Medan Barat
Medan Timur
Kebudayaan dan
Kelurahan Kesawan
Jalan Ahmad Yani
Lingkungan IV
Nomor 105 Medan
Kelurahan Kesawan
Jalan Masjid Nomor 62
Lingkungan II
Medan
Kelurahan Gang
Jl.Prof.H.M.Yamin.SH.
Buntu
Nomor 40 Medan
Kelurahan Aur
Jalan Palang Merah
Lingkungan V
Nomor 2 Medan
Kelurahan Kesawan
Jalan Ahmad Yani
Lingkungan IV
Nomer 107 Medan
Kelurahan Kesawan
Jalan Jenderal A. Yani
Lingkungan IV
Nomer 92 Medan
Kelurahan Masjid
Jl. Masjid Raya
Pariwisata Kota medan 15
Gedung BKS-PPS
Medan Maimun
(AVROS) 16
Kantor Dinas Pariwisata
Medan Barat
Sumut TkI 17
18
Restaurant Tip Top
Masjid Raya
Medan Barat
Medan kota
Lingkungan VI 19
Istana Maimoon
Medan Maimun
Kelurahan Aur
Jl. Sultan Al-Rasyid Nomor 66 Medan
20
Kolam Sri Deli
Medan Kota
Kelurahan Masjid
Jl. Masjid Raya
Lingkungan VI 21
Kolam Paradiso
Medan Kota
Kelurahan Masjid
Jl.Sisingamangaraja Nomor 6 Medan
22
Bangunan Menara Air
Medan Kota
Tirtanadi 23
Rispa Perkebunan
Medan Baru
Kelurahan Pasar
Jl.Sisingamangaraja
Baru
Nomor 1 Medan
Kelurahan Kampung
Jl.Brigjend Katamso
Baru 24
Kantor Gubernur
Medan Polonia
Sumatera Utara 25
26
Gereja Immanuel
GKI (Gereja Kristen
Medan Polonia
Medan Petisah 91
Kelurahan Madras
Jalan P.Diponegoro
Hulu
Nomor 30 Medan
Kelurahan Madras
Jalan P.Diponegoro
Hulu
Nomor 25-27 Medan
Kelurahan Petisah
Jalan Zainul Arifin
Indonesia) 27
28
29
30
Kuil Sri Mariamman
Asuransi Jiwasraya
Medan Petisah
Medan Maimun
Tengah
Nomor 126 Medan
Kelurahan Petisah
Jalan Tengku Umar
Tengah
Nomor 18 Medan
Kelurahan Aur
Jalan Palang Merah
Lingkungan V
Nomor 17 Medan
Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara
Medan Polonia
Kelurahan Anggrung
Jalan Jendral Sudirman
Kantor PTPN IV
Medan Maimun
Kelurahan Hamdan
Jalan Jendral Suprapto Nomor 2 Medan
31
Rumah Dinas Walikota
Medan Polonia
Kelurahan Anggrung
Medan 32
Rumah Sakit Tembakau
Nomor 35 Medan Medan Barat
Deli 33
34
Sekolah Immanuel
Gedung Pengadilan
Medan Polonia
Medan Petisah
Sumatera Utara 35
36
37
38
Museum Perjuangan
Restauran Ria
Kantor PT. Kereta Api
Kantor Telkom
Jalan Jend. Sudirman
Medan Polonia
Medan Kota
Medan Timur
Medan Timur
Kelurahan Kesawan
Jl.Putri Hijau Nomor 17
Lingkungan XI
Medan
Kelurahan Madras
Jalan Selamet Riyadi
Hulu
Nomor 1 Medan
Kelurahan Petisah
Jalan Pengadilan Nomor
Tengah
10 Medan
Kelurahan Madras
Jalan Selamet Riyadi
Hulu
Nomor 1 Medan
Kelurahan Pasar
Jalan Palangkaraya
Baru Lingkungan V
Nomor 145 Medan
Kelurahan Gang
Jl.Prof.H.M.Yamin
Buntu
Nomor 14 Medan
Kelurahan Sidodadi
Jl.Prof.H.M.Yamin Nomor 13 Medan
39
Standart Chartered Bank
Medan Maimun
Kelurahan Hamdan
Jalan Imam Bonjol
40
Rumah Sakit Elisabeth
Medan Maimun
Kelurahan Jati
Jalan Haji Misbah Nomor 7 Medan
Tabel.3. Sumber : Data Diolah Berdasarkan Pengamatan Peneliti di Lapangan Tahun 2013 92
Dapat diklasifikasikan bangunan bersejarah di Kota Medan menjadi 4 bagian berdasarkan peran dan fungsi sosialnya : I.Bangunan Belanda, II.Bangunan Melayu(Kesultanan Deli), III.Bangunan Cina, dan yang terakhir IV.Bangunan Hindu.Pada kenyataanya, begitu banyak bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan yang menunjukkan keindahan bangunan kuno/lama yang bisa menjadi sumber pembelajaran yang mengedepankan studi pembelajaran wisata sejarah (History Learning Tour) berupa kunjungan di setiap gedung kuno yang masih tersisa di Kota Medan.
1. Bentuk Penyelamatan Bangunan bersejarah Bangunan-bangunan bersejarah di kawasan Kota Medan merupakan bangunan Cagar Budaya
yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, yang perlu dilestarikan dan dipertahankan bagi generasi mendatang.Bentuk penyelamatan tersebut merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan sesuai instruksi Bapak Walikota Medan berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya.Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan ini diserahkan Kepada:
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan b. Dinas Pendidikan Kota Medan; dan 93
c. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Adapun isi dari instruksi tersebut sesuai pasal 1 agar dapat dilaksanakan sesuai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kota Medan melalui Instansi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Dinas Pendidikan Kota Medan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya. Namun ada beberapa kekurangan dalam instruksi penyusunan kebijakan peraturan tersebut. Pertama, Kurang relevannya penunjukkan langsung yang diarahkan sesuai Peraturan Walikota Medan terhadap aspek Pelaksanaan Peraturan Walikota Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya yang hanya melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,Dinas Pendidikan Kota Medan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.Seharusnya pelaksanaan tersebut harus Melibatkan pihak Kecamatan yang lebih paham tentang ruang lingkup wilayahnya yang strategis serta menjadi pendongkrak sektor pendapatan daerah di wilayahnya, Kedua, perlu adanya keterlibatan pihak Kelurahan yang selalu berkoordinasi langsung dengan pihak Kecamatan dalam menyampaikan laporan kondisi fisik maupun non fisik di lingkungannya yang dalam hal ini bertugas melakukan pendataan inventaris Benda Cagar Budaya di lingkungan kerjanya, serta pihak Kelurahan harus
aktif dalam kegiatan pelatihan dan
pembinaan yang dilakukan oleh Lurah dan PKK Kelurahan kepada warganya (warga binaan).Ketiga, diperlukannya Kepling (kepala lingkungan) sebagai motor
94
penggerak penyampaian sosialisasi dengan warga sebagai kegiatan rutin yang dilakukan pihak Kelurahan maupun pihak Kecamatan.
2. Bentuk Pengembangan Bangunan Bersejarah Peningkatan potensi nilai wisata bersejarah merupakan bentuk dari upaya pengembangan tujuan wisata Kota Medan dalam memperkenalkan berbagai macam peninggalan-peninggalan penting yang menjadi daya tarik Pemerintah daerah di wilayahnya.Peningkatan potensi nilai tersebut tercermin dari munculnya semangat Pemerintah Kota Medan bekerjasama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pemerhati lainnya seperti BWS (Badan Warisan Sumatera), PUSSIS (Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial) serta turut mengajak pemilik bangunan bersejarah untuk ikut menjaga dan melestarikan Benda Cagar Budaya tersebut. Kerjasama tersebut bertujuan untuk melakukan pendatan terhadap bangunan-bagunan lama yang ada di Kota Medan serta kawasan yang wajib dilindungi. Kerjasama tersebut juga turut melibatkan pemilik bangunan untuk tetap mempertahankan keaslian bangunan tanpa harus merubah bentuk fisik bangunan. Adapun tujuan rancangan tersebut sesuai Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 yang tertuang pada pasal 2 menyebutkan “ Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya bertujuan : a. Mempertahankan keaslian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. b. Memulihkan keaslian bangunan dan/atau lingkungan yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 95
c. Melindungi dan memelihara bangunan dan/atau lingkungan cagar baudaya dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun proses alam, dan d. Mewujudkan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebaikbaiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunan citra positif daerah tujuan wisata. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan potensi wisata kota bersejarah yang saat ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam meningkatkan potensi wisata bersejarah.”Menurut Bapak Hendrik selaku pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Menilai “Peningkatan potensi wisata ini dimaksudkan sebagai bentuk peningkatan kinerja instansi pemerintah dalam meningkatkan kunjungan wisata bersejarah di Kota Medan dengan motto Visit Medan Years”. Mengenai pengenbangan dan pengelolaan pariwisata di Kota Medan, Bapak
Erianto
menerangkan
bahwa
“masalah
tersebut
dirasa
kurang,
dibandingkan dengan wisatawan lokal maupun wisatawan asing kurang merasa menarik mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Medan, dengan alasan kurangnya rasa aman (keamanan) untuk berwisata di Kota Medan. Padahal secara ekonomi, pengembangan potensi nilai wisata ini sebenarnya dapat memberikan kontribusi dalam memajukan industri pariwisata serta meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Medan.
96
3. Bentuk Penyuluhan Bangunan Bersejarah Benda Cagar Budaya (BCG) memiliki sifat unik, langka, tidak dapat diperbaharui. kondisi ini sebenarnya sudah menjadi hal yang umum untuk kita ketahui, persoalannya adalah bagaiman kita dapat memanfaatkannya menjadi hal yang menarik
serta dapat diketahui oleh publik dengan adanya benda cagar
budaya tersebut. Pada masa otonomi daerah saat ini, dimana pemerintah daerah (Pemda) mempunyai kewenagan yang besar untuk mengatur daerahnya, telah juga ikut serta dalam hal pelestarian serta pengenalan benda cagar budaya yang dahulunya dominan dilakukan oleh pemerintah pusat.Namun disisi lain pelestarian serta pengenalan benda cagar budaya oleh Pemda tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Padahal saat ini Kota Medan memiliki begitu banyak aset Benda Cagar Budaya yang masih bayak tersisa, namun publik masih banyak yang belum mengetahui apa itu benda cagar budaya khususnya kalangan masyarakat maupun siswa/siswi yang pada kenyataannya ketika ditanya hal yang berkaitan dengan Benda Cagar Budaya yang ada di Kota Medan masih diam dan belum menyadari dalam mengenal benda cagar budaya tersebut dikarenakan minimnya peran pemerintah daerah melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat maupun peserta didik tentang arti penting benda cagar budaya.Minimnya kegiatan penyuluhan ini ditandai dengan keterbatasan pemerintah dalam mengupayakan kegiatan penyuluhan melalui penyediaan informasi Benda Cagar Budaya di Kota Medan ditandai dengan mengupayakan penyediaan antara lain:
97
1.
Billboard
2.
Baliho
3.
Mobil Sosialisasi
4.
Kemajuan IPTEK (publikasi Informasi melaui Media Elektronik)
5.
Seminar Benda Cagar Budaya di Lingkungan Masyarakat maupun Akademis (Sekolah).
Pada dasarnya penyediaan tersebut dimaksudkan agar memberikan keterbukaan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat maupun dikalangan akademis sehingga menimbulkan rasa kepedulian dan simpati masyarakat dalam menjaga, melestarikan, mengembangkan, serta turut andil bekerjasama dengan pemerintah daerah sehingga dapat menumbuh kembangkan kesadaran dan tanggung jawab bersama (Kolektif) dalam pelestarian bangunanbagunan bersejarah tersebut yang mencakup sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan didalamnya.
F. Pemanfaatan
Sejarah
Bangunan
Bersejarah
Sebagai
Sumber
Pembelajaran Sejarah di Kota Medan Manfaat
yang
didapat
dalam
mempelajari
sejarah
adalah
dapat
merekostruksi pemahaman kita tentang keadaan di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang serta dapat berguna bagi penerus dimasa mendatang. Manfaat dari dimanfaatkannya bangunan-bangunan bersejarah tersebut memiliki unsur penting, dimana pemerintah memiliki kewenagan dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan benda heritage. Terkait dengan pemanfaatan 98
bangunan-bangunan bersejarah, PLT Walikota Medan Drs H.T. Dzulmi Eldin S, M.Si mengungkapkan : “Dikatakan Eldin kedudukan dan peran semua pihak sangat strategis dan penting guna melahirkan formulasi kebijakan dan penelitian lebih lanjut terhadap situs kota china serta kawasan bersejarah lainnya di Kota Medan untuk disumbangkan kepada Pemerintah Kota dan Stakholder, karena sesuai dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya dimana cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa. Untuk itu, lanjut Eldin cagar budaya perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat khususnya untuk masyarakat Kota Medan, ungkap Plt Walikota. Sebagaimana diketahui pelestarian dan pengeloalaan cagar budaya sangat penting dalam perencanaan pembangunan kota, dalam proses perencanaan kota yang efektif tentunya harus didukung oleh berbagai pihak yakni SKPD terkait para ilmuan, dan mahasiswa guna pembangunan yang lebih tepat dan terencana baik di masa yang akan datang, ujar Dzulmi Eldin”( http://www.pemkomedan.go.id/new/berita-plt-walikota-medan-membuka-secararesmi-diskusi-pe.html#ixzz2wx6D5hxJ).
Dalam pemanfaatan bangunan bersejarah tersebut, kita dapat memanfaatkan fungsi sosialnya dari bangunan bersejarah, diantaranya adalah menceritakan identitas sejarahnya, kebudayaan dan eksistensi kebudayaan dari suatu proses perjalanan sejarah dari daerah yang bersangkutan, walaupun tidak menutup kemungkinan bangunan bersejarah dan lingkungan sekitarnya telah mengalami banyak perubahan fisik bangunan, baik (tata guna hak kepemilikan yang diatur dalam Undang-Undang Cagar Budaya pasal 6 ayat 1 dan tata cara pengelolaan ditetapkannya pemerintah dalam mengelola pasal 18 ayat 3, dan bangunan bersejarah tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tertuang dalam peraturan Benda Cagar Budaya pasal 19 ayat 1.
99
Dalam pemanfaatannya sebagai
sumber pembelajaran sejarah di Kota
Medan, secara langsung masyarakat dan peserta didik memilih sepakat untuk dapat
dimanfaatkannya
bangunan
bersejarah
tersebut
sebagai
sumber
pembelajaran sejarah, karena hal ini sangat jarang mereka dapatkan saat mereka melakukan proses belajar mengajar yang didapat dari lingkungan
belajar di
sekolah ataupun di lingkungan mereka tinggal. Adapun keterangan yang dipaparkan dari beberapa masyarakat yang di wawancarai, tentang pemanfaatan Sejarah bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan, adalah sebagai berikut : No
Nama
Keterangan
1
Bapak Daswaruddin Siregar
Ya, itu sangat perlu sekali. Pemerintah sebenarnya sudah bayak melakukan program, terkhusus budaya
kepada lokal,
pengenalan
kami
sering
identitas melakukan
kegiatan pawai budaya tahunan setiap HUT Kota Medan, acara pergelaran seni budaya dll. Kaitannya kepada sumber pembelajaran sejarah, sangat memungkinkan memang bagi generasi kita untuk mengetahui ataupun tidak melupakan peninggalan sejarahnya. 2
Bapak Hendrik
Ya itu sangat perlu, Upaya Pemerintah untuk menjaga serta melestarikan situs/bangunan bersejarah ini sudah ada berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2012. Ketika di kaitkan sebagai sumber Pembelajaran Sejarah, maka hal ini dapat menarik minat bagi bayak kalangan, bukan saja pada kaum pelajar akan 100
tetapi seluruh elemen masyarakat juga. 3
Bapak Ramos Samual
Sangat
Bagus,
Berarti
Samosir
kegiatan ini masyarakat bisa mempelajari dan meningkatkan
dengan
adanya
pengetahuan
sejarah
khususnya yang ada di Kota Medan, dengan harapan kita bisa memberi tahu kepada yang lain tentang bangunan-bagunan bersejarah yang ada di Kota Medan. 4
Bapak Erianto Pasaribu
Perlu,
Karena
ini
adalah
peninggalan-
peninggalan benda bersejarah yang ada di Kota Medan yang seharusnya diajarkan dan dipublikasikan sehingga menarik untuk di pelajari serta di kunjungi. 5
Bapak Luhut Pardamean
Setuju,
Karena
Purba
pembelajaran
sangat
wisata
jarang
bersejarah
ada yang
dilakukan pihak sekolah, kalaupun ada, itu hanya sebatas ke museum saja. 6
Bapak Irmansyah
Iya sangat bagus, ya kan kalo di pelajari di sekolah agar
tahu sejarahnya,
otomatis
sumber sejarahnya lebih akurat pastinya. 7
Ibu Minarni
Bagus, Biar supaya anak cucu di generasi kedepannya bisa mengetahui tentang sejarah bangunan itu, dan untuk menambah wawasan serta tidak melupakan sejarah hasil karya nenek moyangnya.
8
Bapak M. Zein Tanjung
Bagus, Karena masih jarang sekali buat kami mengetahui situs peninggalan sejarah di Medan, paling saya pribadi cuma tau peninggalan di Kota Medan ini seperti Masjid Raya, Istana Maimun, Kantor Pos. 101
9
Bapak Surahman
Bagus, supaya anak cucu kita mengenal bagaimana hasil peradaban bangsa kita dimasa lalu lewat peninggalannya, contohnya saja gajah, bagaimana kita mengetahui itu gajah kalau kita tidak tahu bentuknya gajah seperti apa.
10
Ibu Kristina Sianipar
Sangat Bagus, agar nantinya kita tidak akan melupakan peninggalan-peninggalan sudah
ada,
dan
nntinya
penerus
yang kita
selanjutnya masih bisa melihat peniggalan peradaban masyarakat di masa lalu.
Dari keterangan yang didapatkan dari masyarakat
tentang pemanfaatan
bangunan-bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan adalah hal yang perlu dilakukan, karena merupakan warisan kebudayaan yang harusnya dilindungi dan dilestarikan bagi generasi kedepan. Adapun keterangan yang dipaparkan dari beberapa Peserta Didik saat di wawancarai, tentang pemanfaatan sejarah bangunan bersejarah sebagai sumber pembelajaran sejarah di Kota Medan, adalah sebagai berikut : No 1
Nama Luis Irsandi
Keterangan Sangat Bagus, Supaya siswa/siswi lebih mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan sejarah yang ada di Kota Medan.
2
Imam Wahyudi
Sangat
penting,
mengetahui
agar
tentang
murid-murid
sejarah
bangunan-
bangunan bersejarah tersebut. 3
Ashkar Risky
Bagus,
Dengan
dipelajarinya
bangunan
bersejarah tersebut, kita tidak melupakan asal 102
muasal kebudayaan kita di masa lalu. 4
Rahmad
Setuju, maka dapat membangun karakter pelajar Kota Medan dengan mengetahui sejarah dan keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan.
5
Adi Syahputra Siahaan
Baik, karena kita dapat mengetahui peristiwa dimasa lalu, sehingga dengan dipelajarinya bangunan
bersejarah,
maka akan dapat
mengingatkan kita kembali tentang peristiwa sejarah di Kota Medan. 6
Muhammad Yusuf
Saya sangat mendukung, dan seharusnya dinas terkait seperti dinas Pendidikan Kota Medan memberikan tambahan kurikulum baru, minimal dengan mengunjungi bangunan bersejarah di Kota Medan. Dan sekolah harus melibatkan para siswanya untuk peduli dengan lingkungan bersejarah diwilayahnya.
7
Dewi Safitri
Sangat Bagus, Soalnya kami di sekolah cuma diajarkan sebatas pelajaran sejarah yang sesuai di buku pelajaran, kalau dikenalkan tentang pemahaman sejarah lokal, maka kami sangat
tertarik
dan
mampu
mengenal
peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di Medan. 8
Muhammad Irfan
Ya Setuju, kalau kami pengen sekali di ajarkan tentang pengetahuan sejarah lokal, apalagi bisa mengenal peninggalan bersejarah yang masih jarang kami dengar, seperti bangunan-bangunan peninggalan Belanda.
9
Randa Pratama
Ya Baik, Ya kan enak juga sih, kalau 103
memang di ajarkan ke lapangan, melihat bangunan- bersejarah itu, sehingga kami tau kayak mana bentuknya. 10
Diki Darmawan
bagus
sekali
siswa/siswi
ya,
bisa
sehingga
kami
ini
mengetahui
apa
aja
bangunan bersejarah yang masih dapat di temukan, dan kami sama kawan-kawan dapat berkunjung kesana.
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat serta peserta didik di Kota Medan, maka peneliti mengambil kesimpulan, bahwasannya pemanfaatan bangunan bersejarah tersebut sangat diperlukan sebagai sumber sejarah dalam bentuk penanaman karakter budaya bangsa di Kota Medan. Menurut Sjamsuddin (2007:95) menjelaskan bahwa “Sumber-sumber sejarah merupakan bahan mentah (raw materials) sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka dimasa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan”. Pentingnya sumber-sumber sejarah tersebut membuktikan bahwa dimasa lalu pernah ada aktivitas yang ditinggalkan manusia berupa bukti sejarah berupa peninggalan-peninggalan Benda Cagar budaya yang dihasilkan oleh masyarakat terdahulu lewat rekam jejak historisnya, sehingga sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui bagi masyarakat dan peserta didik dimasa sekarang. Dalam pemanfaatannya sebagai sumber sejarah dibutuhkan peran serta pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kelestarian bangunan-bangunan bersejarah tersebut 104
agar tidak hilang ditelan zaman serta dapat diwariskan bagi generasi mendatang tanpa harus mengilangkan bukti-bukti otentitas bangunan-bangunan bersejarah tersebut.
Peranan baagunan bersejarah tersebut merupakan sebagai penanda, bahwasannya di masa lalu wilayah Kota Medan merupakan bagian dari Kerajaan Deli di bawah Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, dimana Sultan Deli pernah membuat suatu kontrak perjanjian (kontrak politik) dengan pihak Gubernemen Belanda.Sehingga secara administrasi Kota Medan dijadikan pusat aktivitas kolonialisasi belanda lewat perkebunan tembakau. Sehingga pada akhirnya bangunan-bangunan penting didirikan sebagai pusat administrasi pemerintah Belanda, yang dimasa sekarang keberadaan wujud fisik dari bangunan bersejarah tersebut menjadi bukti sejarah yang dapat menjadi sumber pembelajaran sejarah bagi generasi mendatang.
105
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Peninggalan-peninggalan bersejarah merupakan salah satu bukti dari rentetan peristiwa manusia dimasa lalu yang mengandung nilai historis, yang terkait didalamnya berupa sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Yang pada saat ini kondisi dari keberadaan bangunan bersejarah tersebut sudah mewakili masa 50 tahun serta memiliki identitas penting sebagai benda Cagar budaya yang seharusnya perlu dipertahankan dan dilestarikan tanpa harus merubah bentuk aslinya ataupun dihancurkan. 2. Di Kota Medan, masih banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda yang merupakan suatu bukti sejarah dari sekian banyak rentetan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa silam yang masih dapat kita lihat keberadaannya dan dapat kita wariskan kepada generasi selanjutnya sebagai bukti sejarah di Kota Medan. 3. Sampai saat ini bangunan-bangunan bersejarah itu masih dapat kita lihat dan kunjungi di kawasan Kota Medan antara lain: (1). Gedung Balai Kota Lamadi Jl Balaikota, (2). Kantor Bank Indonesia di Jl Balaikota (3). Hotel De Boer di Jl balaikota (4). Kantor Pos dan Giro di Jl Kantor Pos (5). Stasiun Kereta Api di Jl Stasiun Kereta api (6). Jasindo di JL Ahmad Yani (7). Kesawan (rumahrumah tua) di Jl Hindu (8). London Sumatera di Jl Ahmad Yani (9) Exs Kantor Depnaker di Jl Hindu (10). Bank Exsport - Import (Bank Mandiri) di Jl 106
Balaikota (11). Kuil Soepramaniem Nagarattar di Jl Kebun Bunga (12). Rumah Tjong A Fie di Jl Ahmad Yani (13). Masjid Gang Bengkok di Jl Masjid (14). Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan di Jl Prof H.M Yamin (15). Gedung BKS-PPS (Avros) di Jl Palang Merah (16).Kantor Dinas Pariwisata Tk I di Jl Ahmad Yani (17). Restaurant Tiptop di Jl Ahmad Yani (18). Masjid Raya di Jl Masjid Raya (19). Istana Maimun di Jl Sultan Al Rasyid (20). Kolam Sri Deli di Jl Masjid Raya (21). Kolam Paradiso di Jl Sisingamangaraja (22). Menara Air Tirtanadi di Jl Sisingamangaraja (23). Rispa Perkebunan di Jl Brigjend Katamso (24). Kantor Gubernur Provsu di Jl P.Diponegoro (25).Gereja Immanuel di Jl P.Diponegoro (26). GKI (Gereja Kristen Indonesiadi Jl Zainul Arifin(27). Kuil Shri Mariamman di Jl Tengku Umar (28). Gedung Jiwasraya di Jl Palang Merah (29) Rumah Dinas Gubernur di Jl Jendral Sudirman (30). Kantor PTPN IV Persero di Jl Suprapto (31). Rumah Dinas Walikota Medan di jl Jendral Sudirman (32). Rumah Sakit Tembakau Deli di Jl Putri Hijau (33). Sekolah Immanuel di Jl Slamet Riyadi(34).Gedung Pengadilan di Jl Pengadilan (35) Museum Juang di Jl Slamet Riyadi (36) Restaurant Ria di Jl Palangkaraya (37). Kantor PT.Kereta Api di Jl Prof.H.M Yamin (38). Kantor Telkom di Jl Prof H.M Yamin (39) Standard Chartered Bank di Jl Imam Bonjol (40). RS.Elisabeth di Jl Haji Misbah. 4. Keberadaan bangunan bersejarah ini bukan hanya sebuah aset penting bagi pemerintah Kota Medan. Tetapi juga merupakan warisan bersejarah yang layak dilindungi dan dilestarikan sebagai aset kebudayaan yang tak ternilai harganya di Kota Medan dalam rekam jejak historisnya. 107
5. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pasal 95 ayat dan/pemerintah
daerah
1 menerangkan bahwa
mempunyai
tugas
melakukan
“Pemerintah perlidungan,
pengembangan dan pemanfaatan Cagar Budaya”. Dari Undang-Undang diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemerintah/ pemerintah daerah memiliki tugas dan wewenang melestarikan Benda Cagar Budaya di wilayahnya. Sehingga keberadaan bangunan bersejarah tersebut dapat terlindungi, dikembangkan serta dimanfaatkan tanpa bertentangan dengan UndangUndang Cagar Budaya yang dimaksud. 6. Sampai saat ini upaya yang dilakukan pemerintah Kota Medan masih kecolongan dan
masih belum berdaya dalam melindungi Benda Cagar
Budaya yang ada di wilayahnya, hal ini dibuktikan dengan sudah dirubuhkannya beberapa bangunan-bangunan bersejarah
untuk digantikan
dengan bangunan-bangunan baru yang lebih memiliki motif ekonomi instant (siap saji) yang menurut sebagian orang lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan dengan mempertahankan kelestarian bangunan bersejarah. Ketidakberdayaan Pemerintah Kota Medan menghadapi arus kemajuan pembangunan yang pesat tanpa disadari sudah merenggut beberapa bangunan bersejarah. Dalam hal ini pemerintah Kota Medan harus memiliki landasan hukum yang kuat dan menindak tegas serta diberikannya sanksi hukum bagi siapa saja yang berniat mengadaikan bagunan bersejarah tersebut untuk dirubuhkan demi kepentingan ekonomi semata.
108
B. SARAN Jika dilihat dari keadaan terkini bangunan bersejarah di Kota Medan, maka kita akan melihat masih terpeliharanya bangunan bersejarah, ada yang masih terawat dan tidak terawat dan ada lagi sebuah bangunan yang akan segera dihancurkan yaitu Rumah Sakit Tembakau Deli di Jalan Putri Hijau. Mengenai upaya pelestarian bangunan dan/atau lingkungan Cagar Budaya, sebenarnya sudah ada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 serta diterbitkannya peraturan Walikota Medan Nomor 13 Tahun 2012 tentang pelestarian bangunan dan/atau lingkungan Cagar Budaya yang mengharuskan
keberadaan
bangunan
bersejarah
tersebut
dilindungi,
dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sebagai Benda Cagar Budaya. Akan tetapi pada penerapannya terhadap upaya perlindungan bangunan bersejarah tersebut pemerintah masih tidak berdaya dalam mengambil aset aset peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kota Medan. Terkesan lemahnya dan lambannya pemko Medan dalam menyikapi kasus yang akan mengilangkan bukti-bukti sejarah ini, mengakibatkan kian banyaknya bangunan-bangunan bersejarah yang akan hilang. Padahal peningalanpeninggalan tersebut merupakan bukti sejarah tentang perkembangan peradaban sebuah masyarakat di masa lampau.
109
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2010, Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Yogyakarta, Graha Ilmu. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Jelajah Medan Heritage , Visit Medan Years 2013. Dinas Kebersihan Kota Medan, 2011, Penyusunan Standar Operasional Kebersihan, PT. Bonafindo Consultant, Medan. Ebta, Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (luring), Kemdiknas, 2010-2013. Kompas, “Penghancuran Gedung Bersejarah di Medan”, Rabu, 19 Mei 2010, ( Diakses tanggal 15 Juli 2013). Pranoto, W. Suhartono, 2010, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu. Rahardjo,Supratikno,2011,Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia, Bandung, Lubuk Agung. Soekanto, Soerjono. 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta. Sinar, Tengku Luckman. 2001. Sejarah Medan Tempoe Doloe. Medan. Perwira. Sagala, Syaiful, 2009, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta. Syamsudin, Helius. 2007, Metodologi Sejarah, Yogyakarta, Ombak. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung, Alfabeta. Trianto, 2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Jakarta, Kencana. Tamburaka, H. Rustam E, 1999, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK, PT Rineka Cipta, Jakarta. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Benda Cagar Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya. 110
Peraturan Walikota Medan Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya. Peraturan Walikota Medan Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Medan Tahun Anggaran 2013, Pemerintah Kota Medan, 2012. Artikel Terkait : 1. http://www.pemkomedan.go.id/new/berita-plt-walikota-medan-membuka-secararesmi-diskusi-pe.html#ixzz2wx6D5hxJ “Plt Walikota Medan Membuka Secara Resmi Diskusi Pembangunan Kota” (Diakses Tanggal 17 November 2013). 2. ipie3.wordpress.com/category/heritage/ “Pusaka Heritage Medan Yang Kian Sirna ”.(Diakses Tanggal 27 Juli 2013). 3. http://pussisunimed.wordpress.com/category/ ”riwayat-bangunan bersejarah di kota medan”.(Diakses Tanggal 15 Juni 2013). 4. http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=116 “De Boer Dulu dan Kini”.(Diakses Tanggal 18 Desember 2013). 5. http://www.disbudpar.pemkomedan.go.id/index.php?option=com_content&view= article&id=146&Itemid=107
“Kantor
Pos
Medan”.(Diakses
Tanggal
18
Desember 2013). 6. www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=12570 “Warga Kumpulan Koin Untuk Beli RS Tembakau Deli”.(Diakses Tanggal 19 Desember 2013). 7. http://www.pemkomedan.go.id/
111