SKRIPSI STUDI KOMPARASI SIKAP BELAJAR DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI SD BERNUANSA ISLAM DENGAN SD UMUM DI SMP NEGERI 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2013/2014 Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : SHODRI SA’ID KHISAMUDDIN 11109022 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
ii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Achmad Maimun, M.Ag. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudara : SHODRI SA’ID KHISAMUDDIN Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudara : Nama
: Shodri Sa‟id Khisamuddin
NIM
: 1110922
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: Studi Komparasi Sikap Belajar dalam Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014. Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga, 07 Februari 2014 Pembimbing
Achmad Maimun, M. Ag. NIP. 19700510 199803 1 003
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI STUDI KOMPARASI SIKAP BELAJAR DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI SD BERNUANSA ISLAM DENGAN SISWA YANG BERASAL DARI SD UMUM DI SMP NEGERI 06 SALATIGA TAHUN AJARAN 2013 - 2014 DISUSUN OLEH: SHODRI SA’ID KHISAMUDDIN NIM: 11109022 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 06 Maret 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag. Sekretaris Penguji
: Nafis Irkhami, M.Ag., M.A.
Penguji I
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.
Penguji II
: M. Farid Abdullah, S. Pd.I., M.Hum.
Penguji III
: Achmad Maimun, M.Ag.
Salatiga, 06 Maret 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP: 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Shodri Sa‟id Khisamuddin
Nim
: 11109022
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 08 Februari 2014 Yang menyatakan, Shodri Sa‟id Khisamuddin NIM 11109022
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tuaku Bpk Mustofa dan Ibu Kunayah tersayang yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan do‟a yang tak pernah putus bagi putra-putranya. Kakak-kakak dan adikku tercinta terima kasih atas dorongan dan motivasinya. Sahabat-sahabatku yang selama ini memberikan suport dan mengajariku dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. Kepada Bapak Achmad Maimun,M.Ag selaku pembimbing sekripsi dan sekaligus motivator serta pengarah sampai terselesainya penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Joko Sutopo selaku pembimbing dalam analisis data penelitian skripsi ini. Kepada Ibu Siti Rochmatin, S.Ag, Dra. Umi Hanik, Imam Faruq, S.Pd. selaku guru mapel PAI di SMP 06 Salatiga, yang sekaligus membatu kelancaran dalam terselesainya penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil‟alamin, segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Komparasi Sikap Belajar dalam Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Studi Komparasi Sikap Belajar dalam Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014”. Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progam Studi PAI STAIN Salatiga. 4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini. 6. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 8. Kepala sekolah beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di SMP Negeri 06 Salatiga. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 07 Februari 2014 Peneliti
SHODRI SA‟ID KHISAMUDDIN NIM 11109022
ABSTRAK
Khisamuddin, Sa‟id, Shodri. 2013. Studi Komparasi Sikap Belajar dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag. Kata kunci: Studi Komparasi Sikap Belajar Siswa dalam Pelaksanaan pendidikan Agama Islam antara siswa SD Bernuansa Islam dan siswa SD Umum. 1. Di sini peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen, sehingga masing-masing komponen saling pengaruh mempengaruhi. Guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar dan siswa merespon dengan sikap, sehingga terjadi timbal balik antar komponen. Untuk membuktikan perbedaan sikap belajar siswa, penulis merumuskan masalah sebagai berikut; 1. Bagaimana sikap belajar siswa SD Bernuansa Islam dalam pelaksanaan pendidikan agama islam. 2. Bagaimana sikap belajar siswa SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama islam. 3. Adakah perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dan SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah populasi 664 dengan jumlah sampel yaitu 100 responden, 50 siswa yang berasal dari SD bernuansa islam dan 50 siswa berasal dari SD Umum. Teknik pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Teknik analisa data deskriptif, prosentase dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Sikap belajar siswa SD bernuansa Islam dengan prosentase tinggi 60%, sedang 36% dan rendah 4%. 2). Sikap belajar siswa SD Umum dengan prosentse tinggi 60%, sedang 40% dan rendah 0%. Kedua kelompok SD bernuansa islam dan SD umum, ada perbedaan tetapi tidak signifikan. Dengan taraf signifikansi 1%= 2.63. Apabila to ttabel, maka Ho ditolak, oleh karena to < ttabel, (05,51<2,63) maka Ho tidak ditolak (di terima). Dengan demikian berarti kedua kelompok tersebut berbeda, tetapi tidak signifikan.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .....................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
iii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………….
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................
5
D. Hipotesis ....................................................................................................
6
E. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................................
8
F. Definisi Operasional ..................................................................................
9
G. Metode Penelitian………………………………………………………….
11
H. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………………... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
23
A. Tentang Sikap Belajar ................................................................................
23
1. Pengertian Sikap ....................................................................................
23
2. Ciri-ciri Sikap dalam Belajar .................................................................
26
3. Macam-macam Sikap dalam Belajar…………………………………..
30
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dalam Belajar………………
34
5. Komponen Sikap……………………………………………………….
37
6. Perubahan Sikap dalam Belajar………………………………………..
40
7. Peranan Sikap Belajar…………………………………………………..
44
B. Pendidikan Agama Islam ...........................................................................
45
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .....................................................
46
2. Dasar Pendidikan Agama Islam .............................................................
49
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..........................................................
54
4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ....................................................
56
5. Metode Pendidikan Agama Islam .........................................................
57
6. Evaluasi Pendidikan Agama Islam……………………………………..
59
C. Sikap Belajar Siswa dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ...........................................................................
61
BAB III HASIL PENELITIAN .......................................................................
65
A. Data Umum SMP N 06 Salatiga ...............................................................
65
1. Sejarah Berdirinya ................................................................................
65
2. Letak Geografis .....................................................................................
66
3. Visi dan Misi .........................................................................................
67
4. Latar Belakang Pendidikan SD Siswa ...................................................
68
5. Keadaan Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam……………….
69
6. Keadaan Siswa yang Berasal dari SD Umum………………………….. 72 7. Keadaan Gedung……………………………………………………….
76
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 06 Salatiga…………...
78
C. Penyajian Data……………………………………………………………
84
BAB IV ANALISIS DATA .............................................................................
92
A. Analisis Data I ..........................................................................................
93
B. Analisis Data II .........................................................................................
94
C. Analisis Data III .......................................................................................
96
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 106 A. Kesimpulan ............................................................................................... 106 B. Saran-saran ............................................................................................... 107 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1
: Tabel Subyek Populasi dan Sampel Penelitian Siswa
TABEL 3.1
: Tabel Letak Geogafis SMP N 06 Salatiga
TABEL 3.2
: Keadaan Siswa dari SD Bernuansa Islam Tahun 2013/2014
TABEL 3.3
: Keadaan Siswa dari SD Umum Tahun 2013/2014
TABEL 3.4
: Keadaan Siswa SMP N 06 Salatiga Tahun 2013/2014
TABEL 3.5
: Keadaan Gedung SMP N 06 Salatiga Tahun 2013/2014
TABEL 3.6
: Data Penilaian Sikap Belajar Siswa dari SD Bernuansa Islam
TABEL 3.7
: Data Penilaian Sikap Belajar Siswa dari SD Umum
TABEL 4.1
: Daftar Prosentase Sikap Belajar Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam
TABEL 4.2
: Daftar Prosentase Sikap Belajar Siswa yang Berasal dari SD Umum
TABEL 4.3
: Tabel persiapan tentang Sikap belajar siswa antara SD Bernuansa Islam dan SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga
TABEL 4.4
: Perhitungan Mencari Mean dan SD dari tabel
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Daftar Riwayat Hidup
Lampiran II
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran III
: Angket
Lampiran IV
: Lembar Konsultasi
Lampiran V
: Daftar Nilai SKK
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pada dewasa ini usaha manusia untuk mengembangkan dirinya di dalam mempertahankan hidupnya banyak hal yang akan ditempuh terutama pendidikan yang merupakan prioritas utama. Masalah belajar adalah masalah yang aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Maka dari itu banyak ahli-ahli membahas dan menghasilkan teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan sehari-hari yang paling sesuai dengan situasi adat dan kebudayaan kita. Belajar merupakan kebutuhan manusia secara mutlak untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Tanpa belajar manusia akan sulit untuk mengembangkan pengetahuannya. Belajar dalam arti luas merupakan salah satu cara untuk lebih dapat meningkatkan prestasi belajar seseorang, dan prestasi belajar kemudian pada akhirnya akan menentukan sikap dan kebiasaan belajar. Secara luas sikap dapat diartikan yaitu adanya kesediaan untuk berespon atau merespon terhadap situasi. Sikap nantinya akan menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta dapat memandang situasi tersebut bermanfaat atau merugikan bila ada respon dari individu. Dalam Al
Qur‟an dicontohkan sebuah sikap yang terdapat dalam Surat Al Mujadilah ayat 11 :
artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadilah 11). Sikap ialah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan apa yang akan diambil. Akan tetapi , ciri-cirinya yang penting ialah bahwa sikap tidak menentukan apa tindakan khusus tertentu yang akan diambil (Margaret E. Bell Gredler, 1994: 193). Seperti contoh dalam Al Qur‟an Surat Al Mujadilah Ayat 11 diatas adalah contoh sikap didalam majelis atau forum, bila ada orang menyuruhnya bertindak sesuatu maka orang yang disuruh tersebut akan memberikan respon dengan sikap. Semua keputusan untuk menentukan sikap tidak ditentukan oleh tindakan khusus dengan paksaan orang lain, melainkan sikap ditentukan oleh individu yang bersangkutan. Semua contoh sikap tersebut kemudian akan dikaitkan dengan proses belajar dan kemudian akan memberikan penafsiran yang spesifik. Pemakaian teori-teori belajar dalam situasi formal lebih di batasi pada pendidik formal yaitu sekolah. Padahal belajar merupakan sebuah proses
aktualisasi sikap dan lebih dapat dikatakan sebagai awal dari sebuah sikap dalam kehidupan. Jadi belajar sebenarnya bukan hanya terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan sangat bermakna luas dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat, diantaranya termasuk belajar disiplin, hidup sederhana, saling menghormati sesama manusia, itu merupakan pembelajaran di masyarakat secara umum. Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Sehingga bagi pelajar atau siswa adalah sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar. Hal ini akan menjadi lebih penting lagi, tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi calon-calon pendidik, pembimbing dan pengajar dalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, sehingga dapat terjadi proses belajar yang nyaman. Dalam keseluruhan proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen, sehingga masing-masing komponen saling pengaruh mempengaruhi. Guru memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar dan siswa merespon dengan sikap, sehingga terjadi timbal balik antar komponen. Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti pada sikap siswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 6 Salatiga, diantaranya dalam pembelajaran agama Islam di kelas, kegiatan berjama‟ah sholat dhuhur, shalat jum‟at berjama‟ah, dan rutinitas pembacaan tartilul qur‟an setiap jum‟at pagi. melihat bahwa SMP Negeri 6 Salatiga itu yang bersetatus Negeri, tapi melihat kebiasan siswa yang dengan antusiasnya siswa
dalam mengiukuti kegiatan pembelajaran agama Islam, dari permasalahan diatas apakah ada hubungan atau pengaruh dari latar belakang sekolah tertentu terhadap sikap belajar seorang siswa. Ataukah permasalahan itu hanya merupakan sebuah anggapan seseorang dalam menentukan atau mengartikan sikap belajar seorang siswa dalam pendidikan formal. Selanjutnya di lembaga pendidikan, anak-anak di didik oleh guru agar menjadi manusia yang berkualitas dan menjadi sumber daya manusia yang bermoral, beretika dan beriman. Namun untuk mewujutkan kesemuanya itu banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu menyangkut input pendidikan, proses pendidikan dan lingkungan dimana anak berasal, baik yang bersifat fisik maupun non fisik sehingga dapat menunjang berdirinya proses belajar mengajar yang nyaman. Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang sikap belajar siswa dalam pendidikan agama islam yang siswanya berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda. Maka dari itu penulis mengambil judul “Studi Komparasi Sikap Belajar dalam Pendidikan Agama Islam antara Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam dengan Siswa yang Berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/ 2014”.
2. Rumusan Masalah Dari maksud judul di atas, maka penulis dapat merumuskan pokokpokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga ? 2. Bagaimana pula sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga ? 3. Jika ada perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dan SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga, faktor apa yang mempengaruhi sikap belajar siswa ?
3. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui secara jelas tentang sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. b. Untuk mengetahui secara jelas tentang sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. c. Untuk mengetahui tentang ada atau tidaknya perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dan siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. 4. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar suatu panduan dalam verifikasi (M. Nasir, 1988: 182). Dalam hal ini berarti hipotesis sangat penting, artinya dalam memberikan arahan dan pedoman bagi suatu penelitian. Dengan kata lain agar penelitian tidak terlalu menyimpang dari apa yang telah ditargetkan. Berkenaan dengan pengertian dan uraian diatas, penulis kemukakan hipotesis sebagai berikut : bahwa jika terdapat siswa yang latar belakang sekolah yang berbeda, dalam hal ini siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga, maka ada (terdapat) perbedaan sikap belajar dalam kemauan, minat, perhatian dan perubahan perasaan siswa dalam menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh guru Agama Islam di dalam kelas. Perbedaanya adalah sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam kurang merespon dalam menerima pelajaran pendidikan agama Islam. Karena siswa tersebut merasa sudah pernah mendapatkan pelajaran pendidikan agama Islam (misalnya tentang shalat) di SD bernuansa Islam, yang kemudian diulang kembali pada pelajaran pendidikan agama Islam di SMP. Dengan demikian siswa merasa sudah mendapatkan pelajaran itu, maka siswa tersebut sering, kadang tidak memperhatikan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru agama tersebut. Bahkan ia membuat gaduh, ramai sendiri dan mengganggu teman-temannya yang sedang memperhatikan pelajaran pendidikan Agama Islam.
Sebaliknya, sikap siswa yang berasal dari SD Umum merespon dengan semangat dalam menerima pelajaran pendidikan agama Islam. Karena siswa tersebut merasa belum pernah mendapatkan atau sudah tetapi belum meluas dan ingin mengetahuinya lebih lanjut dengan cara memperhatikan apa yang sedang diajarkan oleh guru agama Islam di SMP Negeri 6 Salatiga. Kita juga harus mengetahui, bahwa di SD Umum hanya mendapatkan pelajaran pendidikan agama Islam kurang lebih dua jam pelajaran dalam satu minggunya. Sedang di SD bernuansa Islam lebih banyak mendapatkan pelajaran agama Islam daripada di SD Umum, yaitu kurang lebih lima jam dalam satu minggunya. Adanya hal tersebut, maka penulis akan mengadakan penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta-fakta yang sebenarnya, setelah itu dianalisis dan kemudian diambil kesimpulan.
5. Manfaat Hasil Penelitian Dari aspek signifikansi, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah maupun sosial. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian dapat memperoleh temuan dibidang pendidikan. Sementara dari aspek signifikansi sosial, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan bagi proses pelaksanaan dan pengembangan pendidikan terutama terhadap siswa sekolah dan pada masyarakat umum. Penelitian ini hanya merupakan sebuah sampel kecil, dan diharapkan dapat dikembangkan kepada konteks keilmuan yang lain.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui beberapa sebab tentang proses-proses atau faktor-faktor, baik
yang
menghambat ataupun yang dapat memback-up keberhasilan sesuatu. Dan untuk kemudian hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menyusun kebijakan dalam menyusun strategi selanjutnya.
6. Definisi Operasional Untuk menguraikan pembahasan secara jelas agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, maka penulis akan memberikan batasan istilah yang terkandung dalam judul skipsi ini sebagai berikut : 2. Studi Studi berasal dari bahasa inggris yaitu “study” yang mempunyai arti belajar atau mempelajari (Faiz Baraba, 1989: 180). Yang dimaksud di sini adalah suatu penyelidikan dengan cara meneliti, mempelajari dan menelaah data yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian dengan jalan mengumpulkan, membahas dan menganalisa data tersebut melalui prosedur ilmiah guna diambil suatu kesimpulan. 3. Komparasi Istilah komparasi atau komparasional diambil dari kata comparison dengan arti perbandingan atau pembandingan (Anas Sudijono, 2000: 259).
Kemudiyan yang penulis maksud dengan perbandingan di sini adalah membandingkan antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan SD Umum tentang sikap belajar siswa dalam pendidikan agama islam. 4. Sikap belajar Dalam memaknai maksud dari sikap belajar penulis membagi dua kata, yakni sikap dan belajar. Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu (Wayan Nurkancana dan Sumartana, 1997: 275). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi sosial (Slameto, 1991: 2). Setelah terurai kata demi kata penulis menyimpulkan bahwa sikap belajar adalah menentukan individu dengan reaksi terhadap kehidupan sekitar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Adapun indikator dari sikap belajar adalah : 1. Sikap menerima atau stimulasi yang diajarkan guru (receiving) 2. Sikap partisipasi aktif terhadap pelajaran (responding) 3. Sikap mampu menilai obyek, tingkah laku (valuing) 4. Memiliki kepribadian dan karakter tingkah laku yang baik 5. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama
Islam ialah proses berlangsungnya interaksi
antara dua orang atau lebih untuk saling memberikan informasi mengenai
ketaqwaan dan keimanan kepada sang khaliqNya. Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam adalah : “Proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifahNya di bumi, dengan selalu taqwa dalam makna memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia (termasuk dirinya sendiri) dan lingkungan hidupnya” (Mohammad Daud Ali, 1998: 181). Kemudian yang penulis maksud dengan pendidikan agama Islam di sini adalah pelaksanaan bidang studi pendidikan agama Islam yang di ajarkan di SMP Negeri 6 Salatiga. 6. Siswa Siswa atau yang disebut dengan anak didik yaitu pihak yang menjadi obyek pokok dari pendidikan (Amir Dalen Indrakusuma,1991 : 23). Dalam skripsi ini yang penulis maksudkan adalah pelajar atau anak didik yang belajar di SMP Negeri 06 Salatiga, baik yang berasal dari SD bernuansa Islam maupun yang berasal dari SD Umum yang menjadi sampel penelitian. Dari pengertian atau batasan istilah-istilah di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud judul skripsi di atas adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas adakah perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dengan sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga.
7. Metode Penelitian a. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang diterapkan oleh penulis adalah pendekatan kuantitatif. Penulis memilih menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini terdapat karakteristik yang cenderung pada penelitian kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa angka-angka hasil dari jawaban angket yang diberikan kepada responden siswa. b. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Salatiga, adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 Januari 2014 sampai dengan selesai. c. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsismi Arikunto, 1993: 115). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Sampel Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (S. Margono, 1997: 121). Dalam penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 06 Salatiga, penulis menetapkan bahwa, populasinya adalah seluruh siswa
SMP Negeri 06 Salatiga pada tahun pelajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 664 siswa, dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Untuk selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian, penulis menetapkan sejumlah 100 siswa, yakni 50 siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan 50 siswa berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga. Untuk memperjelas pengambilan sampel siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan SD Umum di SMP 06 Salatiga sebagai berikut; Tabel 1.1 Tabel Subyek Populasi dan Sampel Penelitian Siswa NO
Kelas
Populasi
Berasal dari SD Umum
Berasal dari SD Bernuansa Islam
Sampel SD Umum
Sampel SD Bernuansa Islam
1
7 A-H
224
201
27
27
27
2
8 A-H
230
220
10
10
10
3
9 A-H
210
197
13
13
13
Jumlah
664
618
50
50
50
Ketetapan
yang
penulis
ambil
sampel
tersebut
adalah
berdasarkan teori yang dikemukaan oleh Suharsimi Arikunto bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1993: 120). d. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan dua macam penelitian yaitu :
Library Research (penelitian kepustakaan) Penelitian kepustakaan yakni mendapatkan data dengan cara membaca buku-buku dan mempelajari literatur-literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas, kemudian hasil bacaan dan pelajaran itu dijadikan landasan teori dan acuan dalam menyusun skripsi ini. Field Research (penelitian lapangan) Penelitian lapangan yakni dalam pengumpulan data penulis langsung terjun ke obyek penelitian, kemudian untuk mendapatkan data digunakan metode-metode antara lain sebagai berikut : a. Metode Observasi Metode observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 2001: 136). Metode ini penulis gunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung terhadap proses belajar mengajar pendidikan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui sikap belajar para siswa sewaktu berlangsungnya pelajaran pendidikan agama Islam. b. Metode Interview (wawancara) Metode interview adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua, teman dekat) (M. Dalyono, 1997: 249). Metode ini digunakan untuk memperoleh data situasi umum sekolah, kegiatan sekolah, pelaksanaan pendidikan agama Islam, mengetahui sikap belajar di dalam kelas dan data-data lain yang dibutuhkan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Suharsismi Arikunto, 1993: 243). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan pelaksanaan pendidikan agama Islam, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan karyawan, dan dokumen lain yang dibutuhkan. d. Metode Queistionnaire atau kuesioner (angket) Angket (Queistionnaire) yaitu suatu bentuk Tanya jawab secara tertulis, dengan menggunakan daftar pertanyaan. Berdasarkan jawaban-jawaban yang diperoleh dapat diketahui keadaan jiwa seseorang atau sejumlah orang (M. Dalyono, 1997: 11). Metode angket
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap belajar dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam antara siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum di SMP Negeri 6 Salatiga.
e. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan suatu usaha untuk memperoleh validitas hasil penelitian dan menurut Azwar, sebagian besar validitas hasil penelitian sangat tergantung pada instrumen pengumpulan datanya (Azwar, 2010: 34). Adapun dalam mendapatkan data sikap belajar siswa, peneliti merumuskan sebuah indikator dalam mengukur sikap belajar siswa diantaranya yaitu ; Adapun indikator sikap belajar adalah : NO
VARIABEL
INDIKATOR
SIKAP BELAJAR 1
ITEM PERTANYAAN
Sikap belajar dalam 1) Sikap menerima atau stimulasi pelaksanaan
yang diajarkan guru
pendidikan agama
(receiving)
Islam antara siswa
1. Memperhatikan pelajaran
yang berasal dari SD Bernuansa
1, 3
yang diajarkan guru 2. Kemauan untuk bisa
Islam dengan siswa 2) Sikap partisipasi aktif terhadap
2, 15
yang berasal dari SD Umum
pelajaran (responding) 1) Berusaha untuk selalu
4, 7, 10
berminat terhadap pelajaran 2) Berperan aktif dalam
5, 6, 9, 13
pelajaran 3) Sikap mampu menilai obyek, tingkah laku (valuing) Mampu membedakan
8, 14, 16
perbuatan baik dan yang buruk Mengahargai pendapat orang lain
11
4) Memiliki kepribadian dan karakter tingkah laku yang baik (characterization by a value complex) b. Mampu mengontrol tingkah lakunya
12
c. Taat terhadap tata tertib sekolah
17, 18, 19, 20
e. Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian, digunakan teknik analisis statistik untuk menghitung nilai kualitas dan kuantitas dengan cara memberikan penilaian berdasarkan dari jawaban angket yang telah disebarkan kepada responden. Adapun proses pengolahan data disusun dengan langkah-langkah sebagi berikut : Analisis Pendahuluan Pada tahap ini dilakukannya penghitungan awal data-dat yang telah dipisahkan dengan menggunakan perhitungan prosentase dan analisis pada tiap-tiap item. Untuk menganalisa ini digunakan rumus prosentase sebagai berikut : F P
X 100 %
N Ket : P : Prosentase F : Frekuensi N : Nilai Analisis Uji Hipotesis Dalam penentuan subyek penelitian, peneliti membagi menjadi dua sub populasi yang dijadikan sampel, pertama ialah siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan yang kedua adalah siswa yang berasal dari SD Umum. Adapun untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap belajar antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan yang berasal dari
SD Umum, penulis menggunakan analisis t-test dengan rumus sebagai berikut: M1 – M2 t= SD M1 – SD M2 Keterangan : t : t-test M1 : Mean dari sampel X (siswa SD Bernuansa Islam) M2 : Mean dari sampel Y (siswa SD Umum) SD M1 : Standar error mean variabel X SD M2 : Standar error mean variabel Y (Sutrisno Hadi, 1995: 136).
Analisis Lanjut Setelah diperoleh koefisien antara kuadrat standar kesalahan mean dari SD
M1
2
dan SD
M2
2
maka selanjutnya menghubungkan hasil t-
tabel, dalam signifikansi 1%. Dengan pertimbangan hasil diatas maka : a) Apabila nilai angka yang diperoleh dari hasil to ttabel, maka Ho ditolak. b) Apabila nilai angka yang diperoleh signifikan, artinya hipotesis sikap belajar siswa yang penulis ajukan diterima.
8. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mempermudah penelaahan dan pemahaman penulisan serta agar tidak terjadi penyimpangan dari permasalahan, maka dibuat sistematika kerangka penulisan skripsi sebagai berikut : 1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi, meliputi : halaman sampul, halaman lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar lampiran. 2. Bagian Inti Bagian inti meliputi : BAB I Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Kajian Pustaka Pada bab kajian pustaka ini meliputi landasan teori mengenai sikap belajar dan pendidikan agama Islam. Yang pertama, tentang sikap belajar yaitu pengertian sikap, ciri-ciri sikap dalam belajar, macam-macam sikap dan perubahan sikap dalam belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dalam belajar, komponen sikap, perubahan sikap dalam belajar, peranan sikap belajar. Yang kedua, tentang pendidikan agama Islam yaitu pengertian pendidikan agama Islam, dasar pendidikan agam Islam, tujuan pendidikan agama Islam, kurikulum penididikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam,
evaluasi pendidikan agama Islam. Yang keempat, sikap belajar siswa dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam. BAB III Hasil Penelitian Pada bab tiga mengenai situasi SMP Negeri 06 Salatiga dan pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga. Pertama, meliputi data umum SMP Negeri 06 Salatiga, sejarah perkembangan SMP Negeri 06 Salatiga, Fasilitas SMP Negeri 06 Salatiga, keadaan guru, karyawan dan murid serta struktur organisasi. Kedua, pelaksanaan pendidikan agama Islam yang meliputi proses belajar mengajar, materi pelajaran, metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam dan evaluasi belajar mengajar pendidikan agama Islam. Ketiga, tentang data khusus sikap belajar dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam antara siswa yang berasal dari SD bernuansa Islam dengan SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga.
BAB IV Analisis Data Bab empat tentang pembahasan atau analisis komparasi sikap belajar dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga. Bab ini meliputi analisis pendahuluan, analisis uji hepotesis, dan analisis lanjut.
BAB V Penutup Bab lima tentang penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir memuat : Daftar Pustaka Lampiran-lampiran Riwayat hidup Penulis
BAB II KAJIAN PUSTAKA
a. Tentang Sikap Belajar
Masalah sikap merupakan masalah yang sering muncul pada lapangan ilmu jiwa atau psikologi, baik dalam psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, psikologi kepribadian dan psikologi lainnya. Dalam hal ini manusia menghadapi sesuatu masalah itu antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai sikap yang berbeda. Walaupun masalah yang dihadapi sama, namun ketika manusia menghadapinya dengan sikap yang tidak sama, ada yang bersikap masalah itu baik dan ada yang bersikap masalah itu buruk. a. Pengertian Sikap Dalam buku “Evaluasi Pendidikan” karya Wayan Nurkancana dan Samartana,
sikap
dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
predisposisi
atau
kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu (Wayan Nurkancana dan Sumartana, 1997: 275). Sikap ini akan memberi arah suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang. Tapi dalam hal ini tidak berarti bahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang itu sama dengan sikap yang ada padanya. Mungkin ada sesuatu tindakan atau perbuatan itu tidak sama dengan sikap yang sebenarnya. Dari buku “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”, sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendensy) dengan cara yang relatif
tetap terhadap obyek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Muhibbin Syah, 1997: 135). Menurut pengertian di atas, maka sikap ini ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif. Sikap siswa yang positif, umpamanya kecenderungan ujung tindakannya adalah memperhatikan, mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu dan menerima. Adapun sikap positif ini, mengharapkan sesuatu yang diingini sesuai dengan obyek yang ada dan ia tidak akan menolak, selalu menerima. Sebaliknya sikap siswa yang negatif, kecenderungan tindakannya adalah tidak memperhatikan, menjauhi, membenci, tidak mengharapkan sesuatu yang diingini sesuai dengan obyek yang ada dan ia akan menolak. Semua itu dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Adapun sikap negatif ini, tidak mengharapkan sesuatu yang diingini sesuai dengan obyek yang ada dan ia akan menolak dan tidak ingin menerima. Menurut Ngalim Purwanto, dalam buku berjudul “Psikologi Pendidikan” menjelaskan bahwa, sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara tertentu terhadap suatu perangsang atau (stimulus). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi, baik mengenai orang, benda-benda atau situasi-situasi yang mengenai dirinya (Ngalim Purwanto, 1997: 141). Selanjutnya menurut Gerungan Dipl, menjelaskan bahwa, sikap atau attitude merupakan sikap pandang atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi itu (Gerungan Dipl, 1991: 149). Kemudian dalam buku Pengantar Umum Psikologi karya Sarlito Wirawan Sarwono menyebutkan bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu (Sarlito Wirawan Sarwono, 1976: 94). Sedangkan dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Definisi-definisi tentang sikap yang dikemukakan para ahli di atas pada umumnya memiliki kesamaan walaupun diungkapkan dengan redaksi yang berbeda-beda. Kesamaan tersebut adalah adanya reaksi dan obyek dari sikap. Jadi pada dasarnya sikap merupakan reaksi yang ditunjukkan seseorang terhadap suatu obyek yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan sikap belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungankecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju atau lebih mundur) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya. Dari berbagai pengertian tentang sikap di atas, dapatlah diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan sikap adalah suatu tindakan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus, yang disertai suatu pendirian atau perasaan. Dalam beberapa hal, keberadaan sikap merupakan penentu dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi dari sikap, maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang atau tidak senang, menerima atau menolak, mendekati atau menjauhi dan sebagainya. Maka dari tiaptiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu perangsang yang sama. b. Ciri-Ciri Sikap dalam Belajar Sebagaimana telah di jelaskan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang dihadapi obyek. Dengan demikian attitude
(sikap) itu senantiasa terarahkan terhadap suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap atau attitude adalah berbeda dengan motif, di mana kalau motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan terhadap suatu obyek. Untuk membedakan antara dorongan dengan sikap itu, berikut ini penulis akan menjelaskan tentang ciri-ciri sikap. Adapun beberapa ciri-ciri sikap menurut Sarlito Wirawan Sarwono adalah sebagai berikut, yaitu : a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek-subyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek-obyek, ini bisa berupa benda, orang, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya. a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. b. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbedabeda. c. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. d. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan (Sarlito Wirawan Sarwono, 1976: 95). Dari ciri-ciri sikap di atas, maka dapat di uraikan sebagai berikut:
1) Sikap selalu terdapat hubungan subyek-subyek maksudnya adalah bahwa hal ini terjadi karena kemungkinan apabila seseorang mempunyai sikap yang positif pada seseorang, maka akan ada kecenderungan bersikap positif juga kepada perkumpulan di mana orang tersebut bergabung. 2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, maksudnya adalah sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami sepanjang hayatnya yang didapat dari pergaulan sehari-hari bersama orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu, sikap terbentuk dari perkembangan siswa atau anak setiap harinya. 3) Sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan. Maksudnya apabila seseorang berada di lingkungan yang baik, maka akan menghasilkan suatu sikap yang baik, sedangkan seseorang yang berada di lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan suatu sikap yang tidak baik. 4) Sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Hal ini karena sikap mengandung faktor motivasi, berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorongan bagi individu untuk bertindak terhadap obyek tertentu dengan cara tertentu pula. Sedangkan sikap mengandung pula faktor perasaan tertentu, sehingga sikap itu dapat positif atau negatif terhadap obyek tertentu. 5) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. Namun dalam hal ini tergantung mendalam tidaknya sikap tersebut. Jika sikap itu mendalam maka secara relatif sikap itu sukar untuk berubah. Seandainya sikap itu berubah maka akan memakan waktu yang lama, tetapi jika sikap itu belum mendalam, maka sikap itu akan lebih mudah mengalami perubahan.
6) Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam. Dengan bermacam-macamnya sikap itu, maka sikap merupakan suatu kecenderungan yang menentukan atau suatu kekuatan jiwa yang mendorong seseorang yang bertingkah laku yang ditujukan ke arah suatu obyek khusus dengan cara tertentu, baik obyek itu berupa orang, kelembagaan ataupun masalah, bahkan berupa dirinya sendiri yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. Dicontohkan misalnya seorang siswa yang terpaksa mengikuti pelajaran dari gurunya yang membosankan, menurut dorongan keinginannya ia seharusnya meninggalkannya, akan tetapi mengingat norma kesopanan dia tetap duduk mendengarkan meskipun merasa tersiksa karenanya. Sedangkan menurut Gerungan Dipl, ciri-ciri attitude adalah sebagai berikut : 1) Attitude bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan di bentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. 2) Attitude itu dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang atau sebaliknya, attitude-attitude itu dapat dipelajari, karena itu attitude-attitude dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syaratsyarat tertentu yang mempermudah berubahnya attitude pada orang itu. 3) Attitude itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, attitude itu berbentuk dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek attitude itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi attitude itu dapat berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa. 5) Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Gerungan. Dipl, 1991: 151-152). 3. Macam-Macam Sikap dalam Belajar
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap-sikap tersebut di bentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap di dalam kehidupan manusia adalah sangat besar, sebab apabila sudah di bentuk pada diri manusia, maka sikap-sikap itu akan turut menentukan cara-cara bertingkah laku terhadap obyek-obyek sikapnya. Adanya sikap-sikap menyebabkan bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Maka dari itu sikap dibeda-bedakan dalam beberapa macam aturan lain yaitu sikap sosial dan sikap individu. a. Sikap Sosial Dalam buku psikologi karya Gerungan. Dipl-Psych, attitude sosial pernah dirumuskan sebagai berikut : “Suatu attitude sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkahlaku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu obyek sosial, dan biasanya attitude sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja, tetapi juga oleh orang-orang lain yang sekelompok atau semasyarakat” (Gerungan. Dipl, 1991: 150).
Karena di dalam sikap sosial sebelumnya didahului oleh suatu cara kelompok orang yang mana antara orang yang satu dengan yang lainnya saling mengadakan hubungan sehingga timbullah sikap sosial. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan yang ada pada orang lain. Karena sejak lahir manusia sudah mempunyai keinginan pokok yaitu untuk hidup bermasyarakat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Soerjono Soekamto, yaitu : a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat) b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya (Soerjono Soekamto, 1982: 111). Agar manusia dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, maka manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendak, maka manusia mampu untuk hidup berkelompok dan di dalam kelompok itu akan mengakibatkan timbulnya sikap sosial sebagai suatu yang dipegangi. Sikap sosial juga menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap obyek sosial oleh karena itu sikap sosial merupakan suatu faktor penggerak di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu, sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya itu mempunyai sifatsifat dinamis yang sama yaitu merupakan salah satu penggerak intern di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu. a) Sikap individual Sikap individual adalah sikap yang khusus yang terdapat pada setiap satu-satu orang terhadap obyek-obyek yang menjadi perhatian orang-
orang yang bersangkutan saja (Sarlito Wirawan Sarwono, 1976: 95). Memang dilihat dari namanya saja individual, yaitu perseorangan, maka sikap ini hanyalah dimiliki oleh seseorang. Apabila beberapa orang dihadapkan pada satu obyek sikap dari beberapa orang tadi dapat disatukan. Apalagi seseorang tadi dari satu obyek, maka hal ini akan menimbulkan satu sikap yang berbeda-beda. Tidak mungkin sikap dari beberapa orang tadi dapat disatukan. Apalagi seseorang tadi dari suatu lingkungan yang jauh berbeda. Ini sudah barang tentu sikapnya akan berbeda pula. Attitude individual berbeda dengan attitude sosial, sebagaimana terdapat dalam buku psikologi sosial, yaitu : 1). Bahwa attitude individual dimiliki oleh seseorang saja, misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu. 2). Bahwa attitude individual berkenaan dengan obyek-obyek yang bukan merupakan obyek perhatian sosial (Gerungan. Dipl, 1991: 150). Disamping ada sikap sosial dan sikap individual, maka sikap itu juga ada yang berisikap menuju kepada kebaikan dan ada juga yang bersikap untuk menuju kepada keburukan. Dalam hal ini pada pokoknya sikap dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Sikap yang bersifat positif b. Sikap yang bersifat negatif Sikap yang bersifat positif Mengenai sikap yang bersifat positif, tindakan yang ditampakkan oleh seseorang dalam berbuat adalah cenderung berbuat yang mendekati, menyenangkan, mengharapkan obyek tertentu. Dimana sikap positif ini mengandung arti apabila seorang itu selalu
menerima dan mengakui terhadap obyek yang ada dan seorang tadi tetap tidak akan menolak. Sikap yang bersifat negatif Mengenai sikap yang bersifat negatif, tindakan yang ditampakkan oleh seseorang dalam terbuat adalah cenderung berbuat untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Dimana sikap yang bersifat negatif itu selalu menjauhi, menolak dan kadang-kadang sampai membenci terhadap obyek tertentu, karena obyek tertentu. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dalam Belajar Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, yaitu melalui kontak sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan dan lainlain sekitarnya. Jadi, sikap mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia. Dimana apa yang disebut adanya proses sosialisasi dari pada individu dalam kehidupan bermasyarakat itu sebagian besar adalah terdiri atau terbentuk dari sikap-sikap sosial yang ada pada dirinya. Mengenai pembentukan sikap atau attitude itu ada beberapa faktor yang turut mempengaruhinya, faktor-faktor itu yaitu : 1) Faktor internal 2) Faktor eksternal 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. Seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsinya. Oleh sebab itu, melalui sekitarnya dia harus
memilih stimulus mana yang akan didekatkan dan mana yang akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Karena harus memilih inilah maka seseorang membentuk sikap positif terhadap sesuatu hal dan menyusun sikap negatif terhadap lainnya. Dalam hal ini faktor internal yang terdapat dalam diri manusia yaitu perasaan sebagai suatu hal yang mempengaruhi sikap. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Ellis, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa yang memegang peranan penting didalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi (Ngalim Purwanto, 1997: 141). Dari keterangan di atas, dapat di mengerti bahwa sikap seseorang itu sangat dipengaruhi oleh perasaannya, karena seseorang akan bertindak pada mulanya sudah memiliki suatu rencana dari dalam dirinya baik rencananya dilaksanakan atau tidak namun di dalam hatinya sudah memiliki kehendak untuk bersikap, untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu tujuan. Suatu tujuan itu (belajar) akan sangat ditentukan oleh faktor dari dalam diri seseorang itu. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal
dari luar
individu (luar diri seseorang). Adapun faktor-faktor eksternal yang ikut menentukan sikap itu antara lain : a). Sifat obyek yang diajukan sasaran sikap b). Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap c). Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
d). Media komunikasi yang yang digunakan untuk menyampaikan sikap e). Situasi pada saat sikap itu terbentuk (Sarlito Wirawan Sarwono, 1976: 97). Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Gerungan. Dipl Psych, faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi terbentuknya sikap adalah : “Dalam pembentukan dan perubahan attitude selain dari faktorfaktor internal maka yang turut menentukannya juga ialah antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan, siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyokong pandangan baru tersebut, dengan cara bagaimanakah pandangan itu diterangkan dari dalam situasi manakah attitude baru itu diperbincangkan (situasi interaksi kelompokkah, situasi orang sendiriankah dan lain-lain)” (Gerungan Dipl, 1991: 156). Sementara itu, menurut salahuddin mahfudh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena keberadaannya dapat mempengaruhi seseorang. Hal-hal tersebut adalah : a. Sikap merupakan hasil belajar Sebagai hasil belajar sikap telah diperoleh melalui pengalaman yang mempunyai unsur-unsur emosional. Seringkali asalusul sikap itu melalui proses imitasi sejak seseorang masih kecil.
b. Sikap itu mempunyai unsur yang bersikap perseptual dan afektif Maksudnya bahwa sikap itu bukan saja menentukan hal-hal apa yang diamati oleh seseorang, melainkan juga bagaimana cara ia mengamatinya. Seorang murid yang mempunyai sikap negatif terhadap seorang guru misalnya, sikap yang demikian itu pada dasarnya telah diperoleh dari orang tuanya atau dari temannya, lingkungannya dan lain sebagainya. Bila anak itu telah memiliki sikap
negatif terhadap gurunya maka gerak-gerik guru yang terlihat oleh anak itu akan ditafsirkan negatif pula. Dan sikap itu bukan saja diperoleh melalui proses imitasi, melainkan juga dari pengalamanpengalaman yang kurang menyenangkan. c. Sikap mempengaruhi pengajaran lainnya Apabila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap gurunya, maka siswa tersebut akan senang terhadap pengajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Situasi ini akan memberi jalan ke arah pengalaman belajar yang sukses (Salahuddin Mahfudh, 1990: 99). 5. Komponen Sikap Sebagai suatu reaksi terhadap suatu stimulus, sikap terdiri dari tiga komponen yang saling terkait satu sama lain. Ketiga komponen tersebut adalah komponen kognisi (cognitive component), komponen afeksi (affective component) dan komponen konasi (behavioral component). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang obyek atau stimulus yang dihadapinya. Komponen ini akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau yang dipersepsikan tentang obyek tersebut. Dengan komponen kognisi ini seseorang memberikan penilaian itu dengan sikap positif, jika dia menganggap bahwa obyek tersebut berguna maka dia mau menerimanya. Sebaliknya bila dia menganggap bahwa obyek tersebut tidak berguna maka sikap negatiflah yang muncul. Sementara itu komponen afeksi adalah komponen sikap yang menyangkut kehidupan emosional. Ia akan menjawab pertanyaan apa yang dirasakan seseorang
tentang obyek atau stimulus yang datang kepadanya. Dengan komponen ini individu memberikan penilaian terhadap obyek psikologis berdasarkan emosinya sehingga menimbulkan perasaan senang atau tidak senang. Adapun komponen konasi merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku. Komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana persiapan atau kesediaan untuk bertindak terhadap obyek stimulus. Dengan demikian, apa yang dipikirkan oleh komponen kognisi dan apa yang dirasakan komponen afeksi akan menentukan bagaimana komponen konasi mewujudkannya dalam perilaku yang nyata. Masing-masing komponen tersebut di atas tidak dapat berdiri sendiri namun merupakan sesuatu yang saling berinteraksi secara komplek. Mar‟at melukiskan keterkaitan ketiga komponen tersebut sebagai berikut:
“Manusia mengamati suatu obyek psikologik dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh penilaian kepribadiannya. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialiasi memberikan bentuk dan struktur terhadap obyek psikologik tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide kemudian konsep mengenai apa yang di lihat. Berdasarkan nilai akan timbul ide kemudian konsep mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersbut. Selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi emosionalnya sehingga timbullah rasa senang atau tidak senang. Pada tahap selanjutnya, berperan komponen konasi yang akan menentukan kesediaan atau kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek tersebut” (Mar‟at, 1982: 22-23).
Walaupun ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, namun demikian komponen kognisi lebih dominan dalam pembentukan sikap sesorang. Ini berarti sikap individu terhadap suatu obyek tertentu banyak ditentukan oleh daya nalar yang dimilikinya dan pengalaman yang berhubungan dengan obyek tersebut disamping adanya konsep yang jelas tentang obyek berikut. Oleh sebab itu pada individu yang tingkat kecerdasannya rendah dan kurang memiliki daya penalaran
yang baik serta dalam evaluasinyapun kurang adanya kehalusan, maka cenderung mengakibatkan tingkah laku yang kurang serasi (Mar‟at, 1982: 14). 6. Perubahan Sikap dalam Belajar Sebagaimana diungkapkan diatas, komponen afektif dari sikap yang menjadi penekanan di sini ini menghasilkan perasaan senang atau tidak senang terhadap stimulus yang datang kepada seseorang. Jika stimulus itu dihayati sebagai suatu yang berharga, maka timbullah perasaan senang. Sebaliknya, jika stimulus tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tidak berharga maka akan timbul perasaan tidak senang. Obyek yang dinilai dan dihayati oleh seorang siswa di sekolah adalah keseluruhan pengalaman belajar yang dialaminya, termasuk masing-masing bidang studi bersama dengan tenaga pengajarnya. Perasaan-perasaan senang yang dimiliki siswa tersebut sangat berperan terhadap gairah dan semangat belajarnya. Penilaian secara spontan melalui perasaan inilah yang berperan sebagai komponen afektif dalam pembentukan sikap. Dengan demikian menjadi tugas gurulah untuk merubah sikap yang tidak senang dan mempertahankan atau meningkatkan sikap siswa yang sudah senang. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sikap seseorang itu dapat berubah atau diubah. Salah satu teori yang membahas tentang perubahan sikap adalah teori stimulus-respon dan reinforcement (penguatan), (Mar‟at, 1982: 26). Teori ini menitik beratkan pada penyebab yang dapat merubah sikap seseorang yaitu tergantung kualitas rangsang yang berkomunikasi dengan organisme karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan keberhasilan pengubahan sikap tersebut seperti kredibilitasnya, kepemimpinannya dan gaya komunikasinya.
Teori ini beranggapan bahwa proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap ada tiga vaiabel penting yang menunjang proses belajar tersebut, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Ketiga variabel tersebut prosesnya tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat pula ditolak, jika stimulus tersebut ditolak maka proses selanjutnya terhenti. Ini berarti bahwa stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka ada komunikasi dan perhatian dari organisme tersebut. Dalam hal ini stimulus adalah efektif dan ada korelasi 2) Langkah selanjutnya juga stimulus telah mendapat perhatian dari organism, inilah yang dapat melanjutkan ke proses selanjutnya, yaitu : 3) Organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan untuk merubah sikap (Mar‟at, 1982: 27).
Dalam proses perubahan ini terlihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang memberikan benar-benar melalui stimulus yang sebelumnya. Dalam hal ini penguatan stimulus awal sehingga dapat terjadi perubahan. Dalam memberikan penguatan dan meyakinkan organisme, maka faktor komunikasi sangat penting, dan komunikasi yang efektif tergantung dari aspek-aspek sebagai berikut : 7. Sumber komunikasi (source of comunication) atau sender yang memberikan informasi. 8. Informasi sendiri disebut massage. 3) Saluran yang menyampaikan “massage” ini disebut comunication channel.
4) Subyek yang menerima massage ini disebut receiver (penerima), (Mar‟at, 1982: 103).
Berdasarkan teori-teori tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa guru sebagai seorang komunikator yang berusaha mentransfer apa yang diajarkannya kepada siswanya harus memiliki kepribadian yang dapat “digugu dan ditiru” agar komunikasinya efekfif. Hal ini karena ketika seorang komunikator berkomunikasi yang berpengaruh bukan saja yang dikatakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Sementara itu menurut Sarlito Wirawan Sarwono, sikap itu dapat di bentuk atau berubah melalui empat macam cara, yaitu : a. Adopsi Kejadian yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi Dengan perkembangan intelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, kini pandang tersendiri, lepas dari jenisnya. Terhadap sikap tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. c. Integrasi Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, di mulai dengan berbagai pengalaman dan informasi yang berhubungan dengan suatu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
d. Trauma Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Jadi pengalaman-pengalaman yang traumatis juga mengakibatkan timbulnya sikap (Sarlito Wirawan Sarwono, 1976: 95). Ada lain lagi faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan di dalam pendidikan ialah “kematangan (naturation) keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, di bioskop, guru, kurikulum sekolah dan cara guru mengajar (Ngalim Purwanto, 1997 : 142). Sehubungan dengan teori-teori di atas, maka sangatlah penting bagi seorang guru untuk memperhatikan hal-hal yang menyebabkan terbentuknya atau berubahnya suatu sikap. Dengan demikian diharapkan guru tersebut akan dapat membimbing dan mengarahkan siswanya kepada sikap yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap pelajaran yang diajarkanya. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya Pendidikan Agama Islam, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. a. Peranan Sikap Belajar Sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar proses belajar siswa. Karena belajar akan terjadi secara optimal dalam diri siswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif.
Sikap merupakan faktor internal psikologis yang sangat berperan dan akan mempengaruhi proses belajar. Seseorang akan mau dan tekun dalam belajar atau tidak sangat tergantung pada sikap peserta didik. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang adalah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan/ mata pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru, yang mengajar, dan terhadap lingkungan belajar (kondisi kelas, teman-teman, sarana dan prasaana belajar,
dan
sebagainya).
Dalam proses belajar sikap berfungsi sebagai “Dynamic force” maksudnya sebagai kekuatan yang akan menggerakkan seseorang untuk belajar. Jadi siswa yang sikapnya negatif (menolak/tidak senang) terhadap materi atau guru, tidak akan tergerak
untuk
belajar,
sedangkan
siswa
yang
memiliki
sikap
positif
(menerima/suka) akan digerakkan oleh sikapnya yang positif itu untuk mau belajar.
Pendidikan Agama Islam Bahwa suatu kewajiban bagi setiap manusia untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam baik sebagai subyek maupun obyek. Sebab dengan pendidikan agama
Islam inilah manusia dapat mengerti hal-hal yang diperintahkan dan yang dilarang, sehingga manusia itu menjadi taat kepada Tuhannya. Dengan ketaatannya itu dia akan berbuat kebaikan dan meninggalkan kejelekan di dunia, dalam rangka mengabdi kepada Tuhan supaya tercapai kebahagian di dunia maupun akhirat. c. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum mendefinisikan pengertian pendidikan agama Islam terlebih dahulu dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan pemahaman pengertian pendidikan agama Islam. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 1989: 11). Ahmad. D. Marimba memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut: “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama
(Ahmad D. Marimba, : 19). Sedangkan menurut Zahara Idris, menjelaskan bahwa : “Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin agar menjadi manusia yang bertanggung jawab. Potensi disini ialah potensi fisik, emosi sosial, sikap, moral, pengetahuan dan ketrampilan.” (Zahra Idris, 1981: 10-11). Dari pengertian diatas penulis dapat mengambil pengertian bahwa pendidikan adalah proses bimbingan atau pimpinan secara sadar terhadap potensipotensi jasmani dan rohani si terdidik untuk mempersiapkan kehidupan yang
mulia, menuju terbentuknya kepribadian utama yang tercermin dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku sehari-hari. Setelah diketahui definisi pendidikan, selanjutnya penulis akan disampaikan definisi-definisi pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini akan penulis kemukakan beberapa pendapat yang disampaikan oleh para ahli, diantara adalah : Zuhairini, memberikan pengertian Pendidikan Agama yaitu “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini, 1983: 27). Menurut Athiyah al-Abrasyi dalam buku “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa : Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, dimana ilmu diajarkan karena ia mengandung kelezatan-kelezatan rohaniah, untuk dapat sampai kepada hakekat ilmiah dan akhlak yang terpuji ( Athiyah al-Abrasyi, 1970: 4). Menurut Ahmad D. Marimba, yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Ahmad D. Marimba, : 23). Kemudian menurut Muhammad Daud Ali, yang dimaksud dengan pendidikan Agama Islam adalah : “Proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah-Nya di bumi, dengan selalu taqwa dalam makna memelihara hubungan dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia (termasuk dirinya sendiri) dan lingkungan hidupnya” (Mohammad Daud Ali, 1998: 181). Sedangkan yang dimaksud dengan kepribadian yang utama adalah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan tanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam (Ahmad D. Marimba, : 23). Menurut Utsman Said yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam Buku “Ilmu Pendidikan” menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam ialah segala usaha untuk terbentuknya atau membimbing/ menuntut rohani jasmani seseorang menurut ajaran Islam (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 110). Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam ialah segala usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang merupakan dan sesuai dengan ajaran Islam (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 111). Dari beberapa pendapat tersebut jelaslah kiranya bahwa pendidikan agama Islam ialah merupakan suatu usaha untuk membimbing dan mengasuh terhadap anak didik agar memahami dan meyakini serta mengamalkan ajaranajaran Islam dalam kehidupannya sehingga menjadi manusia yang memiliki kepribadian utama yaitu muslim yang benar-benar bertaqwa. d. Dasar Pendidikan Agama Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai satu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kuat. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Pelaksanaan pendidikan Agama di Indonesia mempunyai dasardasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari segi : 1. Yuridis/ Hukum 2. Religius 3. Social Psycologis (Zuhairini, 1983: 27).
a. Yuridis/ hukum Adapun dasar dari segi yuridish atau hukum ada tiga macam yaitu: A. Dasar Ideal Dasar dari falsafah negara Pancasila, yaitu sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung arti bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama.
B. Dasar Struktural atau Konstitusional Dasar dari Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : a. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing
dan
beribadah
menurut
agama
dan
kepercayaannya itu. Bunyi daripada UUD tersebut di atas adalah mempunyai pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama. Dalam arti orangorang Atheis dilarang hidup di negara Indonesia. Disamping itu negara melindungi umat beragama, untuk menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya masing-masing. Karena itu agar supaya umat beragama tersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing diperlukan adanya pendidikan agama. C. Dasar Operasional
Dasar
yang
secara
langsung
mengatur
pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan pada Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 da 2 yang berbunyi sebagai berikut: 1. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan
agama,
pendidikan
kewarganegaraan,
bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani, ketrampilan/ kejuruan dan muatan lokal. 2. Pendidikan tinggi wajib memuat : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa. Pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukan ke dalam kurikulum di sekolahsekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan UniversitasUniversitas Negeri. Dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab. IX Pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat : pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan. Juga dalam Bab IV Pasal 11 ayat 6 dinyatakan bahwa : “Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjelaskan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama bersangkutan.
yang
b. Dasar Religius Dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama
adalah merupakan perintah dari Tuhan dan
merupakan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan adanya perintah tersebut, antara lain : a. Dalam Surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :
... Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan kelurgamu dari siksa api neraka... (QS. At-Tahrim Ayat 6). b. Dalam Surat Ali Imron ayat 104, yang berbunyi :
Artinya: Hendaklah
diantara
kamu
segolongan
umat
yang
mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang munkar” (Ali Imron Ayat 104). Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadits antara lain:
.تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعد همب كتبة اهلل وسنتى
(Al-Hadits, Shohih Bukhari , Jilid I: 130).
Artinya :
“Aku telah meninggalakan kepadamu dua perkara, kamu semua niscaya tidak akan tersesat sesudahnya, selama kamu berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku “(H.R. Bukhari).
c. Dasar Social Psychologis Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal ini disebabkan agama merupakan kebutuhan jiwa yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah, itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut ke arah yang benar sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran Islam. Sehubungan dengan hal tersebut Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa : “pendidikan agama dalam arti pembinaan kepribadian sebenarnya telah mulai sejak si anak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Keadaan orang tua, ketika si anak dalam kandungan, mempengaruhi jiwa anak yang akan lahir nanti, hal ini banyak terbukti dalam perawatan jiwa (Zakiyah Darodjat, 1991: 130). Dengan demikian sikap orang tua terhadap agama, akan memantul kepada si anak. Jika sikap orang tua terhadap agama positif, maka akan tumbuhlah pada anak sikap menghargai agama, demikian pula
sebaliknya, jika sikap orang tua terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh, atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang akan bertumbuh pada anak. e. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya tujuan akhir pendidikan agama Islam itu identik dengan tujuan hidup orang Islam. Hal ini selaras dengan tujuan diciptakannya manusia sebagai hamba Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur‟an bahwa :
Artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku (Q.S. Adz. Dzariyat ayat: 56). Makna penyembahan dalam Islam sebagaimana tersebut tidak terbatas pada pelaksanaan fisik dari ritual saja, melainkan juga mencakup seluruh aspek aktivitas iman, fikiran, perasaan dan perbuatan. Adapun secara definitif tujuan pendidikan agama Islam adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh beberapa tokoh pendidikan agama, antara lain sebagai berikut :
Menurut Athiyah al-Abrasyi mengemukakan : “tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah memperhatikan akhlak, setiap guru didik haruslah memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.” (Athiyah al-Abrasy, 1970: 1-2). Jadi pendidikan agama Islam itu tidak keluar dari pendidikan akhlak. Menurut Zuharini, tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan
berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara (Zuhairini, 1983: 45). Menurut Mohammad Daud Ali, tujuan pndidikan Islam ialah untuk membina insan yang beriman dan bertaqwa yang mengabdikan dirinya hanya kepada Allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan syari‟ah serta memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak Islam (Muhammad Daud Ali, 1998: 181-182). Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s/d 11 Mei 1960, di Cipayung Bogor adalah sebagai berikut : “tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam (Arifin, 1991: 41).
Sedangkan dalam buku PBM. PAI di sekolah eksistensi dan proses belajar mengajar, tujuan pendidikan agama Islam yaitu : “Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya pendidikan agama Islam pada sekolah umum bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi” (Chabib Thoha dan Abdul Mu‟ti, 1998: 179). Dari berbagai keterangan dan uraian di atas tentang pendidikan agama Islam, maka dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah agar peserta didik menjadi muslim sejati yang memiliki pengetahuan luas, nilai,
sikap, tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan Islam, bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama yang mendapat Ridlo Allah SWT. 4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah adalah merupakan bagian dari kurikulum yang tidak dipisahkan dari mata pelajaran lain.
Adapun yang dimaksud dengan kurikulum menurut konsepsi yang baru adalah sebagai berikut : “Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar yang diatur dengan sistematis metodis, yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan (Zuhaerini, : 59). Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sedangkan difinisi kurikulum yang populer ialah segala pengalaman anak di sekolah di bawah bimbingan sekolah (Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, 1998: 132). Sesuai dengan pengertian kurikulum secara umum, maka dapatlah diambil suatu pengertian kurikulum pendidikan agama Islam yaitu bahan-bahan pendidikan agama Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis yang diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Dengan demikian kurikulum pendidikan agama Islam adalah merupakan totalitas dari suatu lembaga pendidikan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang berdasarkan ajaran agaman Islam. 5. Metode Pendidikan Agama Islam
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan etimologi tersebut, metode pendidikan agama Islam adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran agama Islam guna mencapai tujuan yang ditentukan (Depap RI, 2001: 19). Dalam proses pendidikan agama Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh terdidik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar-mengajar menuju tujuan pendidikan. Selain itu metode pendidikan yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang siasia, oleh karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil jika mampu dipergunakan untuk mecapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Arifin, 1991: 197). Menurut Arifin, M. Ed, dalam buku “Metodologi Pengajaran Agama” karya Muhammad Zein, menjelaskan bahwa metode dalam pendidikan agama Islam itu antara lain : a. Metode situasional yang mendorong manusia didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. b. Metode tarhkib wat tarqib, yang mendorong manusia didik untuk belajar sesuatu bahan pelajaran atas dasar minat (motif) yang kesadaran pribadi, terlepas dari tekanan mental dan paksaan.
c. Metode belajar yang berdasarkan conditioning yang dapat menimbulkan konsentrasi perhatian manusia didik kearah bahan-bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. d. Metode yang berdasarkan prinsip kebermaknaan, menjadikan manusia didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. e. Metode dialogis yang melahirkan sikap saling keterbukaan antara guru dan murid, akan mendorong untuk saling memberi dan mengambil antara guru dan murid f. Dari prinsip kebaharuan dalam PBM, manusia diberi pelajaran ilmu-ilmu pengetahuan baru yang dapat menarik minat mereka g. Metode pemberian contoh teladan yang baik (uswatun khasanah) terhadap manusia didik, terutama anak-anak yang belum mampu berfikir kritis, akan banyak mempengaruhi tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari 1. Metode yang menitikberatkan pada pembimbing berdasarkan rasa kasih sayang terhadap anak didik akan menghasilkan kedayagunaan PBM (Muhammad Zein, 1990: 251). 6. Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Menurut Wand dan Brown yang dikutib oleh Wayan Nurkancana dan Sumartana dalam buku “Evaluasi Pendidikan”, bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu (Wayan Nurkancana, 1997: 1). Sedangkan menurut Monroe, yang dikutib oleh Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, bahwa evaluasi adalah suatu penilaian yang lebih menitik
beratkan pada perubahan kepribadian secara luas dan terhadap sasaran-sasaran umum dari program kependidikan (Arifin, 1991: 245). Sedangkan yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama Islam ialah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan (Zuhairini, 1983: 154). Di sekolah evaluasi diadakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemajuan penguasaan bahan pelajaran murid, disamping juga ketrampilan, sikap dan evaluasi juga untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, sehingga dengan itu dapat diberikan bimbingan bantuan (Mansyur dan Moehammad, 1982: 1). Jadi jelaslah, bahwa dalam evaluasi mementingkan penilaian tentang pertumbuhan dan perkembangan yang menyeluruh pada seseorang individu atau pada kelompok. Dan evaluasi bukanlah hanya sekedar gejala yang dapat dicapai dengan mudah dan berlaku begitu saja, tetapi ia merupakan suatu keharusan, merupakan suatu keperluan dalam setiap proses pendidikan. Dengan demikian evaluasi secara keseluruhan dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah bukan hanya sekedar menilai hasil belajar siswa saja, tetapi juga bagaimana guru mengajar, bagaimana situasi dan perlengkapan sekolah yang tersedia, sesuai tidaknya materi yang diberikan, kecerdasan dan minat anak. Dan mengingat bahwa penilaian ini dilakukan pada program pengajaran di sekolah, dimana waktu belajar cukup panjang dan lama serta kegiatan belajarpun sudah banyak dilakukan, maka penilaian hasil belajar itu harus diarahkan secara lengkap kepada semua aspek tingkah laku. Penilaian itu dilakukan terhadap aspek-aspek pengetahuan, aspek
ketrampilan, serta aspek nilai dan sikap yang telah diperoleh atau dikuasai siswasiswa setelah mereka mengalami kegiatan belajar-mengajar.
C. Sikap Belajar Siswa dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting untuk diketahui oleh guru, sehingga guru dapat mengetahui apakah materi atau bahan yang disampaikan itu berhasil atau tidak, sebab dari adanya belajar itu siswa berharap adanya perubahan-perubahan baik dari segi pengetahuan, ketrampilan maupun perubahan dalam bentuk sikap belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari akibat dari hasil belajar itu. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh S, Nasution, bahwa “Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar”. Pendapat itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang (Nasution, 1986: 39). Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan” bahwa tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, ketrampilan, kecakapan, kesadaran, ataupun sikap (Ngalim Purwanto, 1989: 85). Sedangkan menurut Lestar Crow dan Alice Crow menuturkan bahwa “Belajar adalah hal memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap (Lester Crow dan Alice Crow, 1989: 275). Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa dengan belajar itu, maka akan menimbulkan adanya perubahan-perubahan termasuk juga sikap dalam belajar seseorang itu yang berubah. Apakah setelah seseorang itu belajar sikapnya
menerima atau menolak terhadap hasil yang disampaikannya. Dimana dari hasil belajar dalam bentuk sikap dalam belajar akan nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian dan perubahan perasaan. Sebab sikap dalam belajar itu sendiri adalah dapat dipelajari dan dapat diubah melalui proses belajar. Selanjutnya sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas bahwa sikap belajar seseorang itu ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif dalam menanggapi suatu obyek, termasuk dalam hal ini adalah tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam. Dimana jika seseorang itu telah di didik oleh keluarganya dengan pendidikan agama sejak masih anak-anak dan ia dibiasakan hidup secara agama, tentu ketika tumbuh dan berkembang menjadi dewasa ia akan bersikap terhadap pendidikan pengetahuan lebih mengarah kepada sikap belajar yang positif dalam arti menerima dan mengakui dalam keberadaan pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah lanjutan khususnya di tingkat SMP. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Zakiah Darajat bahwa : “Pendidikan agama di sekolah dasarpun, merupakan dasar pula bagi pembinaan sikap dan jiwa agama anak. Apabila guru agama disekolah dasar mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan akhlak anak, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja mudah dan si anak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai kegoncangan yang biasa terjadi pada masa remaja. Demikian pula sebaliknya apabila guru agama gagal melakukan pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak di sekolah dasar, maka anak-anak akan memasuki masa goncangan pada masa usia remaja itu, dengan kegoncangan dan sikap yang tidak positif” (Zakiah Daradjat, 1996: 58). Dengan demikian jika si anak itu sejak kecil tidak pernah mendapatkan pendidikan agama Islam baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah atau sedikit pengalaman yang bersifat agama, maka setelah ia tumbuh menjadi dewasa; sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup tidak sesuai dengan
ajaran agama. Hal ini lebih lanjut dijelaskan oleh Zakiah Daradjat dalam buku “Ilmu Jiwa Agama” bahwa : “Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Seorang yang pada masa anak itu tidak mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama” (Zakiah Daradjat, 1996: 58). Untuk membuktikan uraian di atas itu, penulis akan mengadakan penelitian tentang perbedaan dalam bentuk kemauan, minat, perhatian dan perubahan perasaan siswa SD Bernuansa Islam dengan siswa SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga yang siswanya terdiri dari SD Bernuansa Islam dan kebanyakan berasal dari SD Negeri. Yang mana untuk siswa SD Bernuansa Islam telah cukup banyak mendapatkan pendidikan Agama Islam dan pengalamanpengalaman di sekolah, sedangkan siswa yang berasal dari SD umum rata-rata untuk pendidikan keagamaan masih kurang.
BAB III HASIL PENELITIAN
a. Data Umum SMPN 06 Salatiga
1) Sejarah Berdirinya SMP N 06 Salatiga SMP Negeri 06 Salatiga berdiri pada tahun 1982. Pertama kali dibuka terdiri dari 6 lokal kelas yang mana terdiri dari 3 ruang untuk kelas belajar murid-murid, satu ruang guru, dan satu ruang perpustakaan. Kesemua ruang kelas tersebut dan fasilitasnya masih sederhana. Selang beberapa tahun berjalan, SMP Negeri 06 Salatiga berkembang dan berkembang pesat sampai seperti saat ini. SMP Negeri 06 Salatiga merupakan lembaga pendidikan formal yang berciri khaskan Islam,
karena sekolah ini menerapkan syariat
pendidikan Islam dalam tata tertibnya. Meskipun merupakan lembaga pendidikan formal yang berbasiskan umum sekolah ini lebih mengutamakan membentuk karakter anak didiknya untuk menjadi insan kamil penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas moral maupun spiritual yang tinggi. Dalam menghadapi persaingan yang ketat, SMP N 06 Salatiga telah membuat dan melaksanakan program yang bertujuan membentuk pribadi yang sholih sholikhah. Disamping itu juga membentuk pribadi yang penuh tanggung jawab dan disiplin. Sesuai dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah dicanangkan oleh pemerintah, SMP N 06
Salatiga telah memberlakukannya sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang mampu menciptakan anak didik yang berdaya saing unggul, berkualitas serta mandiri dan berwawasan luas berorientasi ke depan. Tentunya
semua
itu
didukung
oleh
guru
yang
berkualitas
dan
berkepribadian unggul pula. Para guru pun telah mengajarkan agar para siswanya untuk mengutamakan ajaran agama, menjaga dan melestarikan ibadah keagamaan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2) Letak Geografis SMP N 06 Salatiga SMP N 06 Salatiga berada di jalan Jl. Tegalrejo Raya - Salatiga, Tepatnya di Kecamatan Tegalrejo Salatiga. Lokasi SMP N 06 Salatiga berada di daerah Salatiga dengan batas-batas sebagai berikut: Tabel 3.1 Letak Geogafis SMP N 06 Salatiga No
Batas
Lokasi
1
Timur
Perumahan Tegalrejo Salatiga
2
Utara
Supermarket Media Mart
3
Barat
Jl Tegalrejo Raya Salatiga
4
Selatan
SMA N 2 Salatiga Sumber: Dokumentasi SMP N 06 Salatiga
Lokasi seperti di atas yang memang terlihat kurang strategis, karena jauh dari jalan raya dan dari kota. Akan tetapi kondisi ini sangat memberi keuntungan bagi siswa karena cocok untuk proses pembelajaran, karena siswa akan mudah menyerap pelajaran tanpa terganggu keributan atau kebisingan lalu lintas kendaraan.
3) Visi Dan Misi SMP N 06 Salatiga Berdasarkan dokumen SMP N 06 Salatiga tahun ajaran 2013/2014, visi dan misi SMP N 06 Salatiga adalah sebagai berikut: a. Visi SMP N 06 Salatiga: Visi (tujuan yang akan dicapai) SMP N 06 adalah Unggul dalam mutu, berpijak pada iman dan takwa, berwawasan lingkungan dalam usaha mewujudkan masyarakat yang EKSIS (Edukatif, Kreatif, Santun, Iman, Takwa, Sukses). Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan indikator: 1. Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif, berbudi luhur, cinta tanah air, beriman, dan bertaqwa. 2. Terwujudnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP N 06 Salatiga. 3. Terwujudnya standar proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 4. Terwujudnya standar prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan representatif.
5. Terwujudnya standar tenaga dan ketenagaan kependidikan yang profesional. 6. Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan yang sesuai standar. 7. Terwujudnya standar penilaian pendidikan yang valid. 8. Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai. 9. Terwujudnya budaya mutu sekolah yang kompetitif. 10. Terwujudnya lingkungan sekolah yang nyaman, aman, tertib, rindang, asri, dan bersih. 11. Terwujudnya prestasi non akademik yang kompetitif. 12. Terselenggaranya kegiatan berkesenian yang dapat meningkatkan apresiasi budaya bangsa. 13) Terwujudnya lulusan yang kompetitif dan sukses dalam meraih citacita. b. Misi SMP N 06 Salatiga: Misi (usaha untuk mewujudkan visi) SMP N 06 adalah Disiplin dalam kerja, melayani dengan ikhlas, kerja sama, mewujudkan menejemen sekolah yang transparan, terwujudnya kekeluargaan dengan silaturahmi.
4) Latar belakang pendidikan SD siswa, dan keadaan Siswa SMP N 06 Salatiga
1. Data siswa yang latar belakang dari SD Bernuansa Islam Tabel 3.2 Keadaan Siswa latar belakang dari SD Bernuansa Islam Tahun 2013/2014 NO
Kelas
Nama Siswa
Berasal dari SD yang Bernuansa Islam
1
7A
Ranggi Arga Reviana S
MI KUMPULREJO 01
2
7A
Erika Shinta Widyawati
SDIT IZZATUL ISLAM
3
7A
Bagus Setiyanto
4
7A
Anisa Amelia Fidha P
5
7A
Dimas Arya Prasetya
6
7A
Nirvana Multizarah
7
7A
Azahwa Galang Krisnanda
8
7B
Andrew Wisnu W
SD MUHAMMADIYAH
9
7D
Salsa Gadiska
MI KUMPULREJO 0
10
7D
Alaida Nur Laili S
SD ISLAM ARRAHMAN
11
7E
Nina Ayu Ananda
SD MUHAMMADIYAH
12
7E
Silvy Andriyani
MI KUMPULREJO 02
13
7E
Praska Agif P
SD MUHAMMADIYAH
14
7E
Maula Ayu Nurhaliza
SD MUHAMMADIYAH
SD IZZATUL ISLAM GETASAN SDIT IZZATUL ISLAM SDIT IZZATUL ISLAM SDIT IZZATUL ISLAM GETASAN SDIT NURUL ISLAM
15
7F
Nur Alifah
MI KUMPULREJO 01
16
7G
Syarif Yusuf Priambudi
SDIT IZZATUL ISLAM
17
7G
Farah Yanuba Zalzabila
SD MUHAMMADIYAH
18
7G
Shelvia Oktaviana S
19
7G
Muhammad Irfan M
SDIT NIDAUL HIKMAH SALATIGA MI KUMPULREJO 01
20
7H
Suci Ayu Husnul K
SDIT NURUL ISLAM
21
7H
Ikhsan Bagus Ardiansyah
22
7H
Lia Faidatun Nafisah
SDIT NIDAUL HIKMAH SALATIGA MI KUMPULREJO 01
23
7H
M. Kharis Syahroni
24
7B
Dinda Yulia Ari A
25
7H
Ardian Ari Irawan
26
7B
Juliana Esa Pratika
27
7B
Bagas Wahyu Jatmiko
28
8A
Anastasya Devinita Putri
29
8D
Anisa Alfiani
30
8E
Umi Arifah
31
8F
Amanu Kholit Tri P
32
8F
Mochammad Anggid Nugroho
33
8G
Devankhi Arbian Pansah
34
8F
Dani Irawan
35
8H
Adam Raihan Muhammad Farhan
SD IT NURUL ISLAM TENGARAN SD INTEGRAL HIDAYATULLAH MI NEGERI KECANDRAN SD MUHAMADIYAH SURUH SDIT IZZATUL ISLAM GETASAN SDN MUHAMADIYAH MI MA‟ARIF MI AL MAHMUD SDN ISLAM ANUGRAH INSANI SD ISLAM TERPADU NIDA‟UL HIKMAH SD MUHAMADIYAH MI ISLAMIYAH KAUMAN KIDUL SD ISLAM AL ASHAR 22
36
8H
Indah Dwi Nareswari
MI AL MAHMUD
37
8H
Linda Lutfida
38
9A
Muhammad Nurul Faizin
39
9A
Aryanata Andi Pradana
SD ISLAM ISTIQOMAH
40
9A
Adellah Balqis Syakinah
SD MUAHAMADIYAH
41
9B
Bagas Prismadiantono
42
9B
Muhammad Andri Nasiva
SDS ISLAM TERPADU NURUL ISLAM MI MA‟ARIF 02
43
9C
Amanda Shofia A‟yunia
44
9E
Nesty Mauliddya
45
9F
Yoga Dwi Anggara Putra
46
9F
Muhammad Miftahudin
47
9H
Auliya Putri Indriana
48
9H
Diky Ardianto
49
9H
Novita Indriaswati
MI TARBIYATUL AULAD
50
9H
Nurfa Maulida
MI TARBIYATUL AULAD
SD ISLAM TERPADU NIDA‟UL HIKMAH SDS AL HUDA
SD MUAHAMADIYAH MI MA‟ARIF SDS ISLAM TERPADU IZZATUL ISLAM SDS ISLAM TERPADU IZZATUL ISLAM SDS ISLAM TERPADU IZZATUL ISLAM MI MA‟ARIF 02
a. Data siswa yang latar belakang dari SD Umum Tabel 3.3 Keadaan Siswa latar belakang dari SD Umum Tahun 2013/2014
NO
Kelas
Nama Siswa
Berasal dari SD Umum
1
7C
Akmal Fathur Rozaq
a.
2
7D
Firman Risdiyawan
b.
3
7A
Muhammad Nur Rifa‟i
c.
4
7A
Ayu Puji Lestari
d.
5
7D
Amalia Solikhati
e.
6
7A
Febi Hastuti Setyo Prwesti
f.
7
7A
Aprilia Linta C.B
g.
8
7F
Dhyta Aaliyah Putriku
h.
9
7G
Annisa Ayuni Sunarso
i.
10
7B
Naufal Latif A
j.
11
7G
Chrisna Satya Wardhana
k.
12
7E
M. Alfinka D.P.P
l.
13
7D
Anggraini Putri
m.
14
7D
Radityatama Darma S
n.
15
7D
Hadhitya Herjuna
o.
16
7D
Anisa Isnaeni
p.
17
7D
Ni‟amazimah Rasuna W
q.
18
7A
Yoga Sadhewo Shalahudin
r.
19
7D
Zaki Dwi Saputra
s.
20
7F
Indra Cahyo Saputro
t.
21
7F
Alfida Fitriani
u.
22
7D
Anggun Kharisma Ananda
v.
23
7D
Yunanto Hendra Wahyudi
w.
24
7A
Devy Ramadhani
x.
25
7A
Aryo Miftakhul Cahyono
y.
26
7A
Alhiqni Rusydaka
z.
27
7A
Putri Sekar Ayuningtyas
aa.
28
8A
Anisah Rifani Fitri
bb.
29
8D
Denis Junitasari
cc.
30
8E
Normasitha Dhitya E.W
dd.
31
8E
Sania Fitriyatul Muslihah
ee.
32
8E
Vico Dwi Yustianto
ff.
33
8F
Aisyah Safita Nur R
gg.
34
8F
Bagas Kurniawan
hh.
35
8G
Siti Jumaidah
ii.
36
8H
Aswin Budi Kusuma
jj.
37
8H
Ira Aprilia
kk.
38
9A
Amin Karyanto
ll.
39
9A
Dani Meilita
40
9A
Muhammad Rizal Bastiyar
nn.
41
9B
Resky Tri Nur Said
oo.
42
9B
Brian Ega Pratama
pp.
43
9C
Arga Bagus Priambodo
qq.
44
9E
Pratama Eka R
rr.
45
9F
Yuli Siswanto
ss.
46
9F
Nurul Ayu Jumirah
tt.
47
9H
Oktavian Putri W
uu.
48
9H
Baskara Cikal Raditya
vv.
49
9H
Muhammad Afizal P
50
9H
Hafidz Faisal Fatah
mm.
ww. xx.
b. Keadaan Siswa SMP N 06 Salatiga Keadaan Siswa SMP N 06 Salatiga pada tahun ajaran 2013/2014 secara keseluruhan berjumlah 664 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki 329 dan 335 siswa perempuan. Dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Keadaan Siswa SMP N 06 Salatiga Tahun 2013/2014 No
Kelas
Jumlah siswa L
P
Jumlah
1
7-A
15
13
28
2
7-B
12
16
28
3
7-C
14
14
28
4
7-D
12
16
28
5
7-E
15
13
28
6
7-F
14
14
28
7
7-G
14
14
28
8
7-H
16
12
28
JUMLAH
112
112
224
1
8-A
14
16
30
2
8-B
15
15
30
3
8-C
16
14
30
4
8-D
13
15
28
5
8-E
14
14
28
6
8-F
14
14
28
7
7-G
16
12
28
8
8-H
15
13
28
JUMLAH
117
113
230
1
9-A
7
21
28
2
9-B
16
12
28
3
9-C
11
15
26
4
9-D
15
14
27
5
9-E
12
14
26
6
9-F
13
14
27
7
9-G
14
10
24
8
9-H
12
12
24
JUMLAH
100
110
210
329
335
664
JUMLAH KESELURUHAN
Sumber: Dokumentasi SMP N 06 Salatiga
5) Keadaan Gedung SMP N 06 Salatiga Demi menunjang lancarnya proses pendidikan, dibutuhkan sarana prasarana yang baik dan sesuai, salah satunya adalah gedung sebagai tempat proses belajar mengajar serta kegiatan lain dalam sekolahan berlangsung. Setelah melakukan berbagai perbaikan dan pembangunan, kini SMP N 06 Salatiga memiliki gedung, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.5 Keadaan Gedung SMP N 06 Salatiga Tahun 2013/2014
No
Jenis
Jumlah
No
Jenis
Jumlah
1
Ruang Kelas Belajar
24
11
Ruang Lab Fisika
1
2
Ruang Tu
1
12
Ruang Lab
1
Biologi 3
Ruang Kepala
1
13
Sekolah
Ruang Lab
1
Bahasa
4
Ruang Waka Sekolah
1
14
Ruang Agama
1
5
Ruang Guru
1
15
Dapur
1
6
Perpustakaan
1
16
Ruang BK
1
7
Lab. TIK
1
17
WC
6
8
Aula
-
18
Koperasi
1
9
Musholla
1
19
Kantin
4
10
Ruang UKS
1
Jumlah
49
Sumber: Dokumentasi SMP N 06 Salatiga
b. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 06 Salatiga Pelaksanaan pendidikan agama Islam dan pendidikan agama non Islam merupakan bidang studi yang diwajibkan pelaksanaannya pada lembagalembaga pendidikan umum (sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) yang di dalam struktur programnya menempatkan pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama non Islam sebagai sebuah bidang studi. Selanjutnya keberadaan bidang studi pendidikan
agama Islam dan bidang studi pendidikan agama non Islam dengan bidang studi yang lain harus ada kaitannya dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga, penulis memperoleh data pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan cara mewancarai guru PAI, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : a. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar bidang studi pendidikan agama Islam dalam setiap semester berlangsung antara dua puluh empat kali pertemuan pada masing-masing kelas. Dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan agama Islam, siswa yang beragama non Islam ditempatkan di kelas lain untuk mengikuti kegiatan pelajaran non Islam. Selanjutnya setelah pelajaran pendidikan agama Islam itu selesai anak yang beragama non Islam tadi kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran yang selanjutnya.
b. Materi Pelajaran Materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di SMP Negeri 06 Salatiga ini adalah sesuai dengan petunjuk kurikulum, yang secara garis besarnya meliputi : i.
Keimanan dan Aqidah
ii.
Ilmu Fiqih dan Syariah
iii.
Al-Qur‟an
iv.
Al-Hadits
v.
Akhlak
vi.
Dan Tarikh atau Sejarah Islam
3. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam Di dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada murid, di samping guru dituntut kemampuan dan penguasaan bahan pelajaran juga dituntut kemampuan dalam memilih metode yang tepat dan efektif. Dengan metode yang tepat, maka mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat menarik minat dan perhatian para siswa, sehingga proses belajar mengajar yang di sampaikan oleh guru tersebut dapat berhasil atau mengena dengan baik. Adapun metode yang digunakan oleh guru agama Islam dalam menyampaikan meteri pelajaran di SMP Negeri 06 Salatiga adalah sebagai berukut : a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pelajaran verbal, pengendalian sepenuhnya oleh guru mata pelajaran. Metode ini biasanya digunakan oleh guru agama Islam untuk menyampaikan materi baru yang perlu dipahami dalam kelas besar dan dalam waktu yang terbatas, misalnya materi aqidah, akhlak, sejarah dan bahan pelajaran yang penyampaiannya harus menggunakan metode ceramah. Akan tetapi bila sering digunakan metode ini juga cenderung membosankan. b. Metode Drill (Latihan)
Drill adalah penyampaian pelajaran melalui pengulangan atau repetisi sampai bahan itu dikuasai oleh siswa. Metode ini sangat cocok untuk
pengajaran
bahasa
dan
ketrampilan
termasuk
kesenian.
Penggunaan yang terus menerus dapat menimbulkan kebosanan, kelelahan dan kurang menguntungkan bila jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar. Metode ini sangat efektif untuk melatih ingatan, ketrampilan dan untuk pengamalan pengertian. Metode ini digunakan dalam pendidikan agama Islam yaitu untuk menyampaikan materi Al-Qur‟an dan Al-Hadits serta bacaanbacaan dalam ibadah. a. Metode Diskusi Diskusi adalah suatu bentuk penyampaian pelajaran melalui penempatan dua pembicara atau lebih yang kemungkinan memiliki pendapat
yang bertentangan. Biasanya dipilih masalah yang
kontroversial atau mengundang pendapat yang bertentangan. Sasaran belajar yang utama dari metode ini adalah ketrampilan berkomunikasi dan kreativitas. Dalam pendidikan agama Islam metode ini digunakan untuk menyampaikan materi dalam masalah keimanan dan akhlak, sehingga dapat menimbulkan kreatifitas dan wawasan yang luas tentang kehidupan di dunia ini yang merupakan ciptaan Allah SWT. b. Metode Demonstrasi
Demonstrasi
adalah
penyampaian
pelajaran
dengan
memadukan sajian verbal guru dengan demonstrasi mengenai suatu proses, kegiatan dan gerakan-gerakan tertentu yang khas. Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru dan siswa atau orang luar yang sengaja diundang sebagai nara sumber. Metode ini digunakan terutama ketika menyampaikan materi pelajaran ibadah syari‟ah, misalnya saja masalah thaharah, sholat, tayamum dan lain-lain. c. Metode Resitasi Siswa secara individu atau kelompok diberikan tugas oleh guru
untuk
dikerjakan,
dilaksanakan
dan
dipatuhi
supaya
mendapatkan tambahan nilai dari guru tersebut. Tujuan utama metode ini adalah memaksimalkan intensitas belajar, meningkatkan rasa tanggung jawab dan sinergi. Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam metode ini digunakan untuk menyampaikan materi dalam pelajaran Al-Qur‟an dan pelajaran Al-Hadits, misalnya guru agama pendidikan agama Islam memberikan tugas untuk menghafalkan salah satu ayat AlQur‟an atau Al-Hadits, kemudian disuruh maju satu persatu untuk menghafalkan ayat tersebut di depan kelas guna mendapatkan tambahan nilai dengan dipandu oleh guru agama Islam. d. Metode Tanya Jawab
Metode ini memadukan sajian guru dengan dialog guru-siswa atau siswa-guru. Bahan sajian disusun secara bertahap. Tanya jawab dilakukan pada akhir setiap tahap sebelum memasuki tahap berikutnya. Pertanyaan dapat diajukan oleh guru secara acak atau lebih sesuai dengan tahap pemahamannya. Untuk dapat menerapkan metode ini dengan baik guru seyogyanya menguasai ketrampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut. Metode ini digunakan oleh guru agama Islam dalam setiap awal pelajaran sebagai pre test dan pada akhir pelajaran sebagai post test. Dengan metode ini akan dapat diketahui tentang kesiapan belajar dan hasil dari kegiatan proses belajar mengajar yang baru selesai. 4. Evaluasi belajar mengajar pendidikan agama Islam Pengukuran dan penilaian belajar mengajar merupakan bagian integral dari keseluruhan prosedur pengajaran. Sebagai konsekuensi pengajaran pendidikan agama Islam memang harus ada evaluasi belajar. Sebab evaluasi pendidikan yang dimaksudkan oleh guru sebenarnya adalah untuk mengetahui perkembangan pribadi murid untuk digunakan dalam proses perbaikan pengajaran. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses belajar mengajar di sekolah adalah dengan menggunakan test formatif dan test sumatif pada setiap semester. a. Test formatif adalah test yang dilakukan oleh seseorang guru untuk mengukur tingkat keberhasilan pada akhir setiap satuan pelajaran.
Dengan test tersebut guru agama berusaha mengetahui sampai dimana siswa-siswa telah menguasai bahan yang disampaikannya. Kemudian apabila sebagian besar para siswa belum menguasai bahan itu, dia harus memperbaikinya. Jadi dengan demikian, penilaian pada akhir satuan pelajaran dimaksudkan terutama untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang diberikan guru agama pada satuan pelajaran yang dibuatnya. b. Test Sumatif adalah test yang dilakukan untuk menilai hasil belajar pada akhir semester dari keseluruhan program pengajaran. Penilain pada akhir program pengajaran dimaksudkan terutama untuk menekankan kepada penentuan keberhasilan belajar setiap siswa. Penentuan semacam ini biasanya dilakukan untuk pengisian raport, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus tidaknya siswa dari sekolah yang bersangkuatan, seleksi dan sebagainya. Dengan demikian penilaian yang dikemukakan di atas itu akan dapat mempengaruhi bahkan menentukan seseorang guru agama dalam menetapkan aspek tingkah laku yang dinilai, serta penyusunan soal test dan cara pengolahan hasil test. Sedangkan evaluasi yang dilaksanakan guru agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga selain test formatif dan test sumatif juga dilakukan test secara kontinyu yang bersifat menyeluruh, artinya dilaksanakan secara terus menerus dan meliputi segala aspek belajar siswa, di antaranya adalah : a. Pengetahuan yang diperoleh siswa b. Sikap dalam belajar yang sedang berkembang pada siswa, dan
c. Ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki siswa C. Penyajian Data Untuk mengetahui tentang sikap belajar dalam pelaksanan pendidikan agama Islam antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum yang berada di SMP Negeri 06 Salatiga. Diperoleh 546 orang yang beragama Islam, yaitu 100 orang siswa telah ditetapkan sebagai sampel. Dibawah ini adalah tabel data penilaian dari hasil jawaban angket sikap belajar siswa SD Bernuansa Islam dan siswa SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014. Tabel 3.6 Data Hasil Angket Penilaian Sikap Belajar Siswa dari SD Bernuansa Islam No
Nama Responden
Nilai
Nominasi
1
Ranggi Arga Reviana S
49
B
2
Erika Shinta Widyawati
53
A
3
Bagus Setiyanto
51
B
4
Anisa Amelia Fidha P
50
B
5
Dimas Arya Prasetya
48
B
6
Nirvana Multizarah
50
B
7
Azahwa Galang Krisnanda
52
A
8
Andrew Wisnu W
44
B
9
Salsa Gadiska
53
A
10
Alaida Nur Laili S
49
B
11
Nina Ayu Ananda
44
B
12
Silvy Andriyani
47
B
13
Praska Agif P
49
B
14
Maula Ayu Nurhaliza
38
C
15
Nur Alifah
53
A
16
Syarif Yusuf Priambudi
53
A
17
Farah Yanuba Zalzabila
54
A
18
Shelvia Oktaviana S
58
A
19
Muhammad Irfan M
56
A
20
Suci Ayu Husnul K
51
B
21
Ikhsan Bagus Ardiansyah
41
C
22
Lia Faidatun Nafisah
53
A
23
M. Kharis Syahroni
50
B
24
Dinda Yulia Ari A
54
A
25
Ardian Ari Irawan
49
B
26
Juliana Esa Pratika
55
A
27
Bagas Wahyu Jatmiko
51
B
28
Anastasya Devinita Putri
58
A
29
Anisa Alfiani
49
B
30
Umi Arifah
51
B
31
Amanu Kholit Tri P
54
A
32
Mochammad Anggid Nugroho
46
B
33
Devankhi Arbian Pansah
49
B
34
Dani Irawan
58
A
35
Adam
56
A
Raihan
Muhammad
Farhan
36
Indah Dwi Nareswari
59
A
37
Linda Lutfida
60
A
38
Muhammad Nurul Faizin
54
A
39
Aryanata Andi Pradana
52
A
40
Adellah Balqis Syakinah
56
A
41
Bagas Prismadiantono
56
A
42
Muhammad Andri Nasiva
54
A
43
Amanda Shofia A‟yunia
54
A
44
Nesty Mauliddya
56
A
45
Yoga Dwi Anggara Putra
53
A
46
Muhammad Miftahudin
53
A
47
Auliya Putri Indriana
59
A
48
Diky Ardianto
55
A
49
Novita Indriaswati
55
A
50
Nurfa Maulida
55
A
Tabel 3.7 Data Hasil Angket Penilaian Sikap Belajar Siswa dari SD Umum
No
Nama Responden
Nilai
Nominasi
1
Akmal Fathur Rozaq
47
B
2
Firman Risdiyawan
47
B
3
Muhammad Nur Rifa‟i
53
A
4
Ayu Puji Lestari
49
B
5
Amalia Solikhati
51
B
6
Febi Hastuti Setyo Prwesti
49
B
7
Aprilia Linta C.B
50
B
8
Dhyta Aaliyah Putriku
57
A
9
Annisa Ayuni Sunarso
56
A
10
Naufal Latif A
47
B
11
Chrisna Satya Wardhana
56
A
12
M. Alfinka D.P.P
56
A
13
Anggraini Putri
53
A
14
Radityatama Darma S
50
B
15
Hadhitya Herjuna
53
A
16
Anisa Isnaeni
53
A
17
Ni‟amazimah Rasuna W
47
B
18
Yoga Sadhewo Shalahudin
53
A
19
Zaki Dwi Saputra
52
A
20
Indra Cahyo Saputro
55
A
21
Alfida Fitriani
50
B
22
Anggun Kharisma Ananda
58
A
23
Yunanto Hendra Wahyudi
44
B
24
Devy Ramadhani
50
B
25
Aryo Miftakhul Cahyono
48
B
26
Alhiqni Rusydaka
55
A
27
Putri Sekar Ayuningtyas
51
B
28
Anisah Rifani Fitri
58
A
29
Denis Junitasari
45
B
30
Normasitha Dhitya E.W
53
A
31
Sania Fitriyatul Muslihah
48
B
32
Vico Dwi Yustianto
58
A
33
Aisyah Safita Nur R
49
B
34
Bagas Kurniawan
58
A
35
Siti Jumaidah
60
A
36
Aswin Budi Kusuma
59
A
37
Ira Aprilia
60
A
38
Amin Karyanto
58
A
39
Dani Meilita
58
A
40
Muhammad Rizal Bastiyar
52
A
41
Resky Tri Nur Said
59
A
42
Brian Ega Pratama
60
A
43
Arga Bagus Priambodo
50
B
44
Pratama Eka R
51
B
45
Yuli Siswanto
55
A
46
Nurul Ayu Jumirah
48
B
47
Oktavian Putri W
59
A
48
Baskara Cikal Raditya
56
A
49
Muhammad Afizal P
52
A
50
Hafidz Faisal Fatah
53
A
Angket tentang sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan siswa yang berasal dari SD Umum ini terdiri dari dua puluh item pertanyaan, masing-masing pertayaan terdiri dari 3 alternatif jawaban dengan kode : a, b, dan c dengan bobot nilai 3, 2, 1. Sedangkan untuk memperoleh nilai kuantitatif diperoleh dengan cara menjumlah sekor jawaban angket dari beberapa siswa sebagai responden, sesuai dengan frekuensi jawaban dari masing-masing alternatif. Untuk menentukan sikap belajar siswa, maka penulis menggunakan rumus interval sebagai berikut : : (Xt – Xr) + 1 Ki Keterangan : Xt : Jumlah nilai ideal tertinggi Li
Xr
: Jumlah nilai ideal terendah
Ki
: Kelas Interval
Li
: Lebar Interval
Dengan demikian dapat dihitung :
Li
= (60 – 38) + 1 3
Li
= 22 + 1 3
Li
=
23 3
Li
= 7, 6 di bulatkan menjadi 8
Jadi lebar Interval adalah 1. 52 – 60 untuk nominasi tinggi A 2. 44 – 51 untuk nominasi Sedang B 3. 36 – 43 untuk nominasi Rendah C
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data-data yang diperlukan telah dapat dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut guna memperoleh kesimpulan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan dan sekaligus untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan dalam skripsi ini. Dalam menganalisis data ini yaitu data tentang sikap belajar dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga. Digunakan analisis data kuantitatif atau analisis data yang berbentuk angka-angka.
Sesui dengan tujuan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan analisis dari data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang penulis ajukan. Adapun sistematika analisis datat yang penulis tempuh adalah sebagai berikut: 1. Analisis pertama Untuk mengetahui sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam. 2. Analisis kedua Untuk mengetahui sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum. 3. Analisis ketiga Untuk mengetahui adakah perbedaan sikap belajar siswa antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum.
1. Analisis Data I Analisis data I ini dengan cara, sebagai berikut : 1. Analisi berdasarkan sekor (penilaian). Analisis ini menggunakan teknik prosentase, dengan rumus; F P
X 100 % N
Ket
:
P : Prosentase F : Frekuensi N : Nilai Adapun langkah-langkah dalam analisis ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam 1. Sikap belajar Tinggi, kategori (A) ada 30 siswa 2. Sikap belajar Sedang, kategori (B) ada 18 siswa 3. Sikap belajar Rendah, kategori (C) ada 2 siswa 4. Mencari prosentase masing-masing 1) Kategori (A)
= 30 X 100% 50 = 60%
2) Kategori (B)
= 18 X 100% 50 = 36%
3) Kategori (C)
= 2 X 100% 50 = 4%
Untuk lebih jelasnya melihat tabel Tabel 4.1 Daftar Prosentase Sikap Belajar Siswa yang Berasal dari SD Bernuansa Islam Tingkat Kategori
Interval Nilai
Frekuensi
Presentasi
Tinggi
52 – 60
30
60%
Sedang
44 – 51
18
36%
Rendah
36 – 43
2
4%
50
100%
Jumlah
5. Analisis Data II
Analisis data II ini dengan cara, sebagai berikut : 1. Analisi berdasarkan sekor (penilaian). Analisis ini menggunakan teknik prosentase, dengan rumus; F P
X 100 % N
Ket
:
P : Prosentase F : Frekuensi N : Nilai Adapun langkah-langkah dalam analisis ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum 1. Sikap belajar Tinggi, kategori (A) ada 30 siswa
2. Sikap belajar Sedang, kategori (B) ada 20 siswa 3. Sikap belajar Rendah, kategori (C) ada 0 siswa 4. Mencari prosentase masing-masing 1) Kategori (A)
= 30 X 100% 50 = 60%
2) Kategori (B)
= 20 X 100% 50 = 40%
3) Kategori (C)
= 0 X 100% 50 = 0%
Untuk lebih jelasnya melihat tabel ; Tabel 4.2 Daftar Prosentase Sikap Belajar Siswa yang Berasal dari SD Umum Tingkat Kategori
Interval Nilai
Frekuensi
Presentasi
Tinggi
52 – 60
30
60%
Sedang
44 – 51
20
40%
Rendah
36 – 43
0
0%
50
100%
Jumlah
5. Analisis Data III Dalam analisis ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang penulis ajukan diterima/ ditolak. Adapun hipotesis yang dibuktikan adalah adanya
perbedaan sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan siswa yang berasal dari SD Umum. Untuk menuju hipotesis tersebut penulis menggunakan rumus T-test dengan sampel 100 siswa yang terdiri dari 50 siswa dari SD Bernuansa Islam dan 50 siswa dari SD Umum. Selanjutnya untuk mempermudah penganalisaan, penulis membuat tabel persiapan sebagai berikut. Tabel 4.3 Tabel persiapan tentang Sikap belajar siswa antara SD Bernuansa Islam dan SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga Sikap belajar siswa antara SD Bernuansa Islam dan SD Umum di SMP Negeri 06 Salatiga No
Siswa dari SD Bernuansa Islam Nilai
Nominasi
1
49
B
2
53
3
No
Siswa dari SD Umum Nilai
Nominasi
1
47
B
A
2
47
B
51
B
3
53
A
4
50
B
4
49
B
5
48
B
5
51
B
6
50
B
6
49
B
7
52
A
7
50
B
8
44
B
8
57
A
9
53
A
9
56
A
10
49
B
10
47
B
11
44
B
11
56
A
12
47
B
12
56
A
13
49
B
13
53
A
14
38
C
14
50
B
15
53
A
15
53
A
16
53
A
16
53
A
17
54
A
17
47
B
18
58
A
18
53
A
19
56
A
19
52
A
20
51
B
20
55
A
21
41
C
21
50
B
22
53
A
22
58
A
23
50
B
23
44
B
24
54
A
24
50
B
25
49
B
25
48
B
26
55
A
26
55
A
27
51
B
27
51
B
28
58
A
28
58
A
29
49
B
29
45
B
30
51
B
30
53
A
31
54
A
31
48
B
32
46
B
32
58
A
33
49
B
33
49
B
34
58
A
34
58
A
35
56
A
35
60
A
36
59
A
36
59
A
37
60
A
37
60
A
38
54
A
38
58
A
39
52
A
39
58
A
40
56
A
40
52
A
41
56
A
41
59
A
42
54
A
42
60
A
43
54
A
43
50
B
44
56
A
44
51
B
45
53
A
45
55
A
46
53
A
46
48
B
47
59
A
47
59
A
48
55
A
48
56
A
49
55
A
49
52
A
50
55
A
50
53
A
Langkah selanjutnya penulis melakukan perhitungan untuk memperoleh Mean dari SD, dengan memberlakukan siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam sebagai Variabel X dan siswa yang berasal dari SD Umum sebagai Variabel Y, kemudian dengan bantuan tabel, penulis melakukan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Perhitungan Mencari Mean dan SD dari tabel Sekor
No
X
Y
X
Y
X2
Y2
1
49
47
-3
-6
9
36
2
53
47
1
-6
1
36
3
51
53
-1
0
1
0
4
50
49
-2
-4
4
16
5
48
51
-4
-2
16
4
6
50
49
-2
-4
4
16
7
52
50
0
-3
0
9
8
44
57
-8
4
64
16
9
53
56
1
3
1
9
10
49
47
-3
-6
9
36
11
44
56
-8
3
64
9
12
47
56
-5
3
25
9
13
49
53
-3
0
9
0
14
38
50
-14
-3
196
9
15
53
53
1
0
1
0
16
53
53
1
0
1
0
17
54
47
2
-6
4
36
18
58
53
6
0
36
0
19
56
52
4
-1
16
1
20
51
55
-1
2
1
4
21
41
50
-11
-3
121
9
22
53
58
1
5
1
25
23
50
44
-2
-9
4
81
24
54
50
2
-3
4
9
25
49
48
-3
-5
9
25
26
55
55
3
2
9
4
27
51
51
-1
-2
1
4
28
58
58
6
5
36
25
29
49
45
-3
-8
9
64
30
51
53
-1
0
1
0
31
54
48
2
-5
4
25
32
46
58
-6
5
36
25
33
49
49
-3
-4
9
16
34
58
58
6
5
36
25
35
56
60
4
7
16
49
36
59
59
7
6
49
36
37
60
60
8
7
64
49
38
54
58
2
5
4
25
39
52
58
0
5
0
25
40
56
52
4
-1
16
1
41
56
59
4
6
16
36
42
54
60
2
7
4
49
43
54
50
2
-3
4
9
44
56
51
4
-2
16
4
45
53
55
1
2
1
4
46
53
48
1
-5
1
25
47
59
59
7
6
49
36
48
55
56
3
3
9
9
49
55
52
3
-1
9
1
50
55
53
3
0
9
0
2607
2649
1009
941
1. Mencari mean variabel I dan II dengan rumus Mx = Σ x
My
=Σy
Nx
Ny
Mx =2607
My
= 2649
50
50
Mx = 52
My
= 53
Keterangan : M
: Mean
N
: Jumlah Responden
X dan Y
: Variabel yang di teliti
2. Mencari SD sekor variabel I dan II dengan rumus SD x =
X2 Nx
SD y
= Nx
X2
SD x =
1009
SD y
50
SD x =
=
941
50
20,18
SD y
=
18, 82
SD x = 10, 09
SD y
=
9, 41
3. Mencari standar error mean variabel I dan II dengan rumus SE Mx =
SE Mx =
SDx
SE My = SDy
Nx – 1
Ny – 1
10, 09
SE My = 9,41
50 – 1
SE Mx = 10.09
50 – 1
SE My = 9, 41
49
49
SE Mx = 10.09
SE My = 9, 41
7
7
SE Mx = 1,44
SE My = 1, 34
4. Mencari standar error perbedaan antara variabel I dan II dengan rumus SD Mx – My = SE Mx2 + SE My2 SD Mx – My = 1, 442 + 1, 342 SD Mx – My
=
2, 07 + 1, 79
SD Mx – My =
3, 86
SD Mx – My =
1, 93
5. Mencari hasil t-test/ to dengan rumus
to =
Mx – My SD Mx – My
to = 52 – 53 1, 93 to =
to =
1 1, 93 0, 51
6. Menginterpretasikan to dengan menetapkan derajat bebas (db) dengan rumus db = (N1 + N2) – 2 db = (50 + 50)- 2 db = 100 – 2 db = 98
Nilai t-test antara variabel X dan Y yang diperoleh dari angket dan data penelitian yaitu to sebesar 0,51. Kemudian langkah selanjutnya adalah menguji hasil t-test tersebut dengan menggunakan rumus taraf signifikansi 1% dengan taraf db sebesar 98. Taraf signifikansi 1% = 2,63. Apabila to ttabel, maka Ho ditolak, oleh karena to < ttabel, (05,51<2,63)
maka Ho tidak ditolak (di terima). Berarti kedua kelompok
tersebut bebrbeda tetapi tidak signifikan. Antara sikap siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan siswa yang berasal dari SD Umum, Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Dari uji kuntitatif menunjukkan adanya perbedaan sikap siswa tetapi tidak signifikan, dari hasil yang beda tapi tidak signifikan itu peneliti mengembangkang lagi dengan analisis kualitatif, yaitu mencari faktor apa saja yang mempengaruhi sikap belajar siswa. Melalui pengamatan observasi siswa
di SMP N 6 Salatiga, peneliti dapat menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi sikap belajar siswa yaitu; Faktor dari orang tua yaitu ; jika seseorang itu telah di didik oleh keluarganya dengan pendidikan agama sejak masih anak-anak dan ia dibiasakan hidup secara agama, tentu ketika tumbuh dan berkembang menjadi dewasa ia akan bersikap mengarah kepada sikap belajar yang positif dalam arti menerima dan mengakui dalam keberadaan pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah. Pengalaman pribadi yaitu pengalaman seseorang yang telah dilaluinya pada masa kecil, apabila pada masa kecilnya sudah mendapatkan pengalaman pendidikan agama, maka pada waktu usia remaja akan cenderung memiliki sikap positif terhadap agama. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi sikap seseorang untuk bersikap positif maupun negatif, sebagai contoh sikap siswa di SMP N 6 Salatiga yang setiap harinya dibiasakan untuk melaksanakan ajaran Islam berupa shalat dhuhur berjama‟ah, maka dengan kebiasaan itu akan terwujud sikap positif siswa untuk selalu melaksanakan kewajiban shalat. Faktor dari lembaga pendidikan yang telah dilaluinya (latar belakang sekolah). sikap belajar siswa dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, apabila dari latar belakang sekolah yang dilaluinya sudah menekankan untuk tertib melaksanakan ajaran agama Islam, maka diwaktu memasuki jenjang berikutnya juga akan berpengaruh terhadap kebiasaan untuk melaksanakan ajaran agama Islam, sedangkan pada masa sekolah yang telah dilaluinya kurang menekankan pada tertib melaksanakan ajaran agama, maka pada waktu
memasuki jenjang berikutnya akan mengalami kecenderungan untuk bersikap negatif terhadap sesuatu yang dihadapinya.
Tabel Hasil Penelitian Tentang Sikap Belajar Siswa SD Bernuansa Islam dan Siswa SD Umum
Segi Positif dalam Sikap
Segi Negatif dalam Sikap
Keterangan
Belajar
Belajar
Analisis Faktor
Siswa memperhatikan
Siswa cenderung tidak
pelajaran yang diajarkan
memperhatikan pelajaran
oleh guru Agama Islam
yang diajarkan oleh guru
2. Faktor keluarga
Agama Islam
3. Faktor lingkungan
Siswa bersemangat dalam Siswa tidak bersemangat menerima pelajaran
dalam menerima
Agama Islam
pelajaran Agama Islam
Siswa berkeinginan untuk Siswa kurang berminat lebih mendalami
dalam mendalami
pelajaran Agama Islam
pelajaran Agama Islam
Siswa berperan aktif
Siswa tidak berperan
dalam setiap pelajaran
aktif dalam setiap
Agama Islam
pelajaran Agama Islam
Siswa hidup di keluarga
Siswa hidup di keluarga
yang Islami
yang bukan Islami
Siswa hidup di
Siswa hidup di
1. Faktor pribadi (individu)
masyarakat 4. Faktor latar belakang pendidikan dasar (SD)
lingkungan masyarakat
lingkungan masyarakat
yang Islami
yang komplek (bukan Islami)
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan tentang sikap siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dan yang berasal dari SD Umum di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2013 – 2014, maka penulis dapat simpulkan sebagai berikut : Bahwasannya berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis, menunjukkan bahwa sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014, hasil analisis berdasarkan skor menunjukkan adanya sikap belajar siswa dengan prosentase tinggi 60%, sedang 36% dan rendah 4%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis, menunjukkan bahwa sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014, hasil analisis berdasarkan skor menujukkan adanya sikap belajar siswa dengan prosentase tinggi 60%, sedang 40% dan rendah 0%.
Pada analisis yang menggunakan hasil t-test diperoleh sebesar 0,51 setelah dikonsultasikan dengan ttabel dengan db sebesar 98 pada taraf signifikansi 1% (2,63) maka to
Tabel Hasil Penelitian Tentang Sikap Belajar Siswa SD Bernuansa Islam dan Siswa SD Umum
Segi Positif dalam Sikap
Segi Negatif dalam
Keterangan
Belajar
Sikap Belajar
Analisis Faktor 1. Faktor
Siswa memperhatikan
Siswa cenderung tidak
pelajaran yang diajarkan
memperhatikan pelajaran
pribadi
oleh guru Agama Islam
yang diajarkan oleh guru
(individu)
Agama Islam Siswa bersemangat
Siswa tidak bersemangat
dalam menerima
dalam menerima
2. Faktor keluarga 3. Faktor lingkungan masyarakat 4. Faktor latar belakang
pelajaran Agama Islam
pelajaran Agama Islam pendidikan dasar (SD)
Siswa berkeinginan
Siswa kurang berminat
untuk lebih mendalami
dalam mendalami
pelajaran Agama Islam
pelajaran Agama Islam
Siswa berperan aktif
Siswa tidak berperan
dalam setiap pelajaran
aktif dalam setiap
Agama Islam
pelajaran Agama Islam
Siswa hidup di keluarga
Siswa hidup di keluarga
yang Islami
yang bukan Islami
Siswa hidup di
Siswa hidup di
lingkungan masyarakat
lingkungan masyarakat
yang Islami
yang komplek (bukan Islami)
Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis bermaksud memberikan saransaran sebagai berikut : Dengan adanya perbedaan antara sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan sikap belajar siswa yang berasal dari SD Umum dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 06 Salatiga pada tahun pelajaran 2013/ 2014, maka para guru khususnya guru pendidikan agama Islam agar meningkatkan kegiatan keagamaan baik di sekolah maupun di luar sekolah atau jika perlu pelajaran pendidikan agama Islam ditambah. Sebagai seorang pendidik khususnya guru pendidikan agama Islam hendaklah lebih meningkatkan usaha mengajarnya supaya tidak adanya perbedaan antara siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum dapat berjalan dengan seimbang, sehingga tidak akan terjadi adanya perbedaan sikap belajar siswa yang berasal dari SD Bernuansa Islam dengan siswa yang berasal dari SD Umum. Karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, masyarakat dan negara, maka hendaklah sebagai orang tua itu harus tetap memberi perhatian, pembinaan dan penanaman berbagai pengetahuan terutama dalam hal ini adalah ilmu agama, sehingga anak setelah menjadi dewasa akan bersikap positif terhadap ajaran agamanya.
Penutup Alhamdulillahi Robbil „Alamien, dengan segala rasa puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu selesainya sekripsi ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis mohon saran dan masukan, guna kesempurnaan sekripsi ini. Harapan penulis semoaga sekripsi ini dapat memberi kontribusi bagi para pembaca dan pada penulis khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abrasyi, Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang. 2. Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, 1991. Ilmu Pendidikan, Jakrta, Rineka Cipta. 3. Ali, Mohammad Daud. 1998.
Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Raja
Grafindo Persada. 4. Arifin, M.(Ed). 1991. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara. 5. Arikunto, Suharsismi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rieneka Cipta. 6. Baraba, Faiz. et.al, Kamus Umum Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, 1989. Surabaya. 7. Chabib Thoha & Abdul Mu‟ti. 1998. PBM PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 8. Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta. 9. Darodjat, Zakiyah, 1991. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang 10.
Gerungan Dipl, 1991. Psikologi Sosial, Bandung, Eresco.
11.
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Reseach Jilid 3, Yogyakarta, Andi.
12.
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan. 1998. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung,
Pustaka Setia. 13.
Idris, Zahra, 1981. Dasar-Dasar Kependidikan, Padang, Angkasa Raya.
14.
Indrakusuma, Amir Dalen. Pengantar Ilmu Agama, Surabaya, Usaha
Nasional. 15.
Kasiram,
Moh.
2010.
Metode
Penelitian
Kualitatif-Kuantitatif,
Yogyakarta, UIN-Maliki PRESS. 16.
Lester Crow & Alice Crow, 1989. Psychologi Pendidikan, Terj. Abd.
Rachman Abror, Yogyakarta, Nur Cahaya. 17.
Mansyur & Moehammad, 1982. Evaluasi Pendidikan Agama, Songo
Abadi Inti. 18.
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-
Ma‟arif. 19.
Mahfudh, Salahuddin. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya,
Bina Ilmu. 20.
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar & Mebelajarkan, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada. 21.
Mar‟at, 1982. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran, Jakarta,
Ghalia Indonesia. 22.
Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka
Cipta. 23.
Nasir, M. 1988. Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
24.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosda
Karya. 25.
Purwanto, Ngalim. 1989. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung,
Remaja Rosdakarya.
26.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1976. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta,
Bulan Bintang. 27.
Slameto, 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta, Rineka Cipta. 28.
Soekamto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, CV.
Rajawali. 29.
Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, Raja
Grafindo Persada. 30.
Sudjana, Nana. 1988. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung, Sinar
Baru. 31.
Sumartana & Wayan Nurkancana, 1986. Evaluasi Pendidikan, Surabaya,
Usaha Nasional. 32.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Bandung, Remaja Rosda Karya. 33.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta. PT. Armas Duta Jaya. 34.
Zein, Muhammad. 1990. Methodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta,
AK Group dan Indra Buana. 35.
Zuhairini, et.al, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.
ANGKET SIKAP BELAJAR SISWA KELAS 7, 8, 9 SMP NEGERI 06 SALATIGA 1. Identitas Responden 1. Nama Siswa : 2. Kelas
:
3. Asal Sekolah
:
4. Petunjuk Pengisisan angket 1. Jumlah pertanyaan sebanyak 20 item dengan model pilihan ganda 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya 3. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan apa yang Anda lakukan dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia 4. Pertanyaan 1. Apa yang kamu lakukan di kelas saat pelajaran PAI berlangsung. 1. Selalu memperhatikan seluruh pelajaran 2. Kadan-kadang memperhatikan dan kadang-kadang kurang memperhatikan 3. Memperhatikan jika di tegur oleh guru 4. Apabila guru menyuruh menghafal suatu materi ayat atau hadits, apa yang kamu lakukan. 1. Berusaha segera menghafalkan 2. Menghafal ala kadarnya 3. Kadang-kadang mencari alasan 4. Pada saat guru PAI memberi contoh bacaan Al Qur‟an, bagaimana tindakanmu. 1. Selalu mendengarkan bacaan dan melihat tulisannya 2. Kadang-kadang mendengarkan, kadang kurang memperhatikan 3. Lebih tidak memperhatikan
4. Apa yang kamu lakukan, bila tidak paham terhadap salah satu materi PAI. 1. Selalu bertanya kepada guru
2. Kadang-kadang bertanya 3. Bertanya jika disuruh oleh guru 4. Apabila diberikan waktu untuk bertanya dan berpendapat oleh gurumu, apa yang kamu lakukan. 1. Bertanya dan ikut serta memberikan pendapat 2. Kadang-kadang bertanya, dan jarang punya pendapat 3. Mendengarkan pertanyaan teman 4. Jika ada diskusi tentang meteri PAI, apa yang kamu lakukan dalam diskusi kelompok. 1. Ikut berpendapat dan menganalisis permasalahan 2. Berpendapat apabila terpaksa 3. Serius hanya mendengarkan 4. Bagaimana kamu mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian materi PAI. 1. Selalu belajar meski tidak ada ulangan 2. Belajar jika ada tugas dari guru 3. Belajar jika aka ada ulangan atau ujian 4. Apa yang kamu lakukan pada saat ulangan materi PAI di kelas. a. Mengerjakan sendiri dengan penuh konsentrasi b. Kadang mengerjakan soal yang mudah saja c. Sering bertanya pada teman yang lebih pandai 5. Apa yang kamu lakukan jika diberi pertanyaan oleh gurumu tentang pelajaran PAI. 1. Menjawab dengan memperhatikan pertanyaannya 2. Menjawab seadanya 3. Bertanya dulu pada teman
4. Apa yang kamu lakukan jika nilai ujian PAI mu tidak baik. 1. Meningkatkan belajar dengan sungguh-sungguh semua materi yang berkaitan 2. Mempelajari materi yang tidak bisa saja
3. Mengikuti perbaikan ala kadarnya 4. Bagaimana jika dalam belajar kelompok di kelas ada salah satu temanmu menolak pendapatmu. 1. Dapat menerima perbedaan pendapat 2. Tiadak menghiraukan 3. Menolak pendapat orang lain 4. Apa yang kamu lakukan jika ada temanmu yang gaduh di kelas pada saat pelajaran PAI. 1. Mengingatkan teman agar tidak gaduh 2. Membiarkan di tegur oleh guru 3. Mencela teman yang gaduh 4. Apabila dalam salah satu materi PAI diharuskan praktek oleh gurumu, apa tindakanmu 1. Selalu mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru 2. Kadang-kadang mengikuti praktek, dan kadang tidak mengikuti 3. Mencari alasan agar tidak ikut praktek yang diminta oleh guru 4. Apabila saat mengerjakan ulangan atau ujian PAI temanmu bertanya, apa yang kamu lakukan. 1. Tidak memberi kesempatan untuk bertanya 2. Mencela temanmu yang bertanya 3. Mebiarkan tanpa dihiraukan 4. Bagaimana tindakanmu apabila belum paham tentang salah satu materi PAI. 1. Selalu mencari buku yang berkaitan dengan materi di perpustakaan sekolah 2. Bertanya kepada teman yang sudah paham 3. Tidak mau bertanya pada teman dan tidak mencari bulu bacaan yang berkaitan dengan materi 4. Jika temanmu yang meminta penjelasan tentang salah satu materi PAI, dan kamu mengetahuinya, bagaimana tindakanmu. 1. Menjelaskan sesuai dengan yang saya pahami
2. Menjelaskan meski dengan terpaksa 3. Tidak mau tahu 4. Apabila di istirahat kedua dijadwalkan untuk shalat dhuhur berjamaah apa yang kamu lakukan. 1. Melaksanakan shalat dhuhur sesuai jadwal 2. Melaksanakan shalat setelah bermain 3. Melaksanakan shalat jika ditegur oleh guru 4. Apakah kamu selalu membawa perlengkapan shalat dhuhur. 1. Ya, Selalu membawa perlengkapan shalat 2. Kadang-kadang lengkap membawa perlengkapan shalat 3. Lebih sering tidak membawa dan meminjam pada teman 4. Apa yang kamu lakukan jika terlambat masuk mengikuti pelajaran PAI. 1. Meminta ma‟af dan memberikan alasan dengan jujur 2. Minta ma‟af dengan memberikan alasan yang tidak benar 3. Minta ma‟af jika disuruh oleh guru 4. Setiap jum‟at pagi dilakukan bacaan tartil Al Qur‟an bersama yang dipandu oleh guru PAI, bagaiman tindakanmu 1. Selalu menyimak tulisannya dan mendengarkan 2. Kadang-kadang tidak menyimak dan tidak mendengarkan 3. Sering tidak menyimak dan malah berbicara dengan temannya
DAFTAR NILAI SKK NAMA : SHODRI SA‟ID KHISAMUDDIN JURUSAN : TARBIYAH PAI NIM : 11109022 DOSEN PA : Dr. H. M. ZULFA, M. Ag. NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN KETERANGAN 01
02
03 04
05
06
07
08
09
10
Piagam Penghargaan OPAK “ Sentralisasi Paradigma Gerak Menuju Mahasiswa Ideal Dalam Menghadapi Situasi Global “. Panitia Pelaksana OPAK 2009. Sertifikat “ Pelatihan Emotional Spiritual Intellegence Quotient (ESIQ). STAIN Salatiga. Sertifikat “ UPT Perpustakaan “, “ USER EDUCATION “. Piagam Penghargaan “Seminar Regional”, “ Modernisasi Pendidikan Islam Berbasis IPTEK “.HMJ Tarbiyah. Piagam Penghargaan LEGAL DRAFTING “ Peran Lembaga Publik Sebagai Alat Kontrol Pemerintah Demi Terciptanya Good Governance “. Oleh Senat Mahasiswa SEMA. Surat Keterangan “ Telah LULUS dalam Mengikuti Baca Tulis Al Qur‟an (BTA)”. Ketua Progdi PAI. Surat Keterangan “ Dinyatakan Telah Mengikuti Praktikum Etika Profesi Keguruan “. Ketua Progdi PAI. Sertifikat “ Bimbingan Muqri‟ Yanbu‟a “. FKMD Kab. Semarang. Piagam Pengahargaan “ Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Kabupaten Semarang “. Oleh Disporabudpar Kabupaten Semarang Sertifikat “ Praktikum
NILAI
18 s.d 20 Agustus 2009
Peserta
3
21 Agustus 2009
Peserta
3
25 – 29 Agustus 2009
Peserta
3
16 Desember 2009
Peserta
4
23 – 24 Maret 2010
Peserta
3
02 November 2010
Peserta
2
25 November 2010
Peserta
3
25 Desember 2010
Peserta
3
26 – 27 April 2011
Peserta
3
22 s.d 27 Juli 2011
Peserta
3
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kepramukaan Jurusan Tarbiyah“. Sertifikat Keterangan “ Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam “ Ketua Progdi PAI. Surat Keputusan Ketua STAIN Salatiga “ Pengangkatan Pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) Masa Bakti 2012 Piagam Penghargaan “ Workshop Leadership “, “Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan yang Ideal dan Demokratis “ Oleh DEMA STAIN Salatiga. Sertifikat, Seminar Nasional, “ Mewaspadai Gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi “ Oleh Dewan Mahasiswa (DEMA). Setifikat OPAK STAIN Salatiga 2012 “ Progresifitas Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia” Sertifikat “ Bimbingan Teknis Kewirausahaan Pemuda Tahun 2012” Oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Piagam Pengahargaan, Pembinaan Ustadz-Ustadzah TPQ se-Jawa Tengah dalam “ Pelatihan Web Design dan eData. Oleh BADKO TPQ Provinsi Jawa Tengah. Sertifikat, Seminar Nasional “Upaya Membangun Perekonomian dan Stabilitas Keuangan Nasional; Menimbang Peran dan Fungsi BI Pasca Pembentukan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Oleh DEMA STAIN Salatiga. Sertifikat Seminar Nasional dengan Tema “Norma Hukum Serta Kebijakan Pemerintah
23 September 2011
Peserta
3
03 Januari 2012
Pengurus Devisi Advokasi
3
06 – 08 April 2012
Panitia
3
23 Juni 2012
Panitia
6
05 – 07 September 2012
Panitia
3
11 s.d 14 September 2012
Peserta
6
23 s.d 25 November 2012
Peserta
3
15 Desember 2012
Peserta
6
27 Mei 2013
Peserta
6
20
21
22
Dalam Mengendalikan Harga BBM Bersubsidi” Oleh DEMA STAIN Salatiga. Sertifikat Seminar nasional dengan Tema “Mengawal Pengendalian BBM Bersubsidi, kebijakan BLSM yang tepat sasaran serta pengendalian inflasi dalam negeri sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi” oleh DEMA STAIN Salatiga. Sertifikat, dalam kegiatan “ Sosialisasi Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika “ Oleh MPR RI.
08 Juli 2013
Peserta
6
24 September 2013
Peserta
6
Peserta
3
Piagam Penghargaan, Sebagai Ungaran, 25 Oktober Pemuda Pelopor Terbaik 2013 Tingkat Kabupaten Semarang Pada Bidang Pendidikan Th. 2013. Oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang. JUMLAH
Salatiga, 08 Januari 2014 Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan H. AGUS WALUYO, M.Ag. NIP. 1975211 200003 1 001
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama
: Shodri Sa‟id Khisamuddin
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 11 Februari 1988
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Dusun Samban Rt 05 Rw II Desa Samban Kec Bawen Kab Semarang Jawa Tengah 50661
Telp/Hp
: 0298521984/ 081575746126/ 081901773688
PENDIDIKAN 1995 – 2001
: SDN Samban 01, Bawen Semarang Jawa Tengah
2001 – 2004
: SMP Takhassus Al Qur‟an, Wonosobo Jawa Tengah.
2004 – 2007
: SMA Takhassus Al Qur‟an, Wonosobo Jawa Tengah.
2001 – 2007
: Pendidikan Non Formal Pondok Pesantren Al Asy Ariyyah Wonosobo.
2009 – 2014
: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga (STAIN Salatiga).
ORGANISASI DAN PRESTASI 2013 2010 – 2015
: Juara I Pemuda Pelopor Tk. Kabupaten Semarang Bidang Pendidikan : Sekretaris II Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al Qur‟an (BADKO TPQ) Kabupaten Semarang. Salatiga, 07 Februari 2014 Shodri Sa‟id Khisamuddin