PERAN STANDAR DALAM MEMBANGUN KEPERCAYAAN INDUSTRI NASIONAL
Oleh: E. Gumbira-Sa’id (Guru Besar Teknologi Industri Pertanian, Fateta dan Senior Advisor Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, SPS-IPB. Email:
[email protected])
Rapat Kerja Masyarakat Standarisasi Indonesia Balai Kartini, Jakarta, 16 November 2011
BAGIAN PERTAMA:
KONDISI INDUSTRI NASIONAL
ISU DE-INDUSTRIALISASI NASIONAL ? # Sebelum tahun
1998 industri tumbuh di atas
10% # Antara tahun 2005 – 2011 pertumbuhan industri berada di bawah pertumbuhan ekonomi (di bawah 7%): gejala de-industrialisasi ? # Baru pada triwulan 2 dan 3 tahun 2011, pertumbuhan industri (6.67% - 6.98%) mulai meningkat lagi di atas pertumbuhan ekonomi (6.54%) # Melalui MP3EI pertumbuhan industri diharapkan meningkat lagi dengan signifikan (Mulyadi, 2011: FGD Industrialisasi, 14 November 2011)
BISNIS DAN INDUSTRI INDONESIA BELUM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MUTAKHIR Global Competitiveness Report 2010-2011 Ranking out of 139 Countries Countries Hong Kong
Japan Singapore S. Korea Malaysia India Philippines Thailand Indonesia China Vietnam
Availability of Latest Technologies
10 18 20 23 35 41 62 64 77 94 102
Source: Global Competitiveness Report 2010-2011
Countries Japan S. Korea Singapore Hong Kong Malaysia China India
Thailand Philippines Vietnam Indonesia
Utility patents per million population
2 5 11 22 29 51 59 65 71 87 89 page 4
MODEL SISTEM INOVASI INDUSTRI (Zuhal, 2011)
Rp
Produksi Teknologi & Manajemen
Lembaga IPTEK & PT
QC dan Pemasaran Teknologi & Manajemen
Produk Industri Komponen DN/LN
Investasi
Investasi
Rp
Teknologi & Manajemen
Pemerintah
Investasi
Tax Insentif
Rp
Pasar DN/LN
Bagaimana SDM dan IPTEK dapat mendukung 8 program utama – 22 Aktivitas Ekonomi (MP3EI; Zuhal, 2011)
PENGEMBANGAN 35 KLASTER INDUSTRI PRIOTITAS (TOP-DOWN POLICY) (Wachyudi, 2011) 1. Perangkat Lunak & Konten Multimedia 2. Fashion 3. Kerajinan & Barang Seni 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan
Industri Penunjang Industri Kreatif...
Elektronika & Telematika
IKM Tertentu
1. Industri Material Dasar (baja, semen, petrokimia, keramik) 2. Industri Permesinan (mesin listrik & peralatan listrik, mesin peralatan umum) 3. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki)
1. Elektronika 2. Telekomunikasi 3. Komputer dan Peralatannya
Fokus Basis Industri Manufaktur
1.Pengolahan Kelapa sawit 2.Karet dan Barang Karet 3.Kakao 4.Pengolahan Kelapa
Alat Angkut 1.Kendaraan Bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian
Agro
5. 6. 7. 8.
Pengolahan Kopi Gula Hasil Tembakau Pengolahan Buah
9. 10. 11. 12.
Furniture Pengolahan Ikan Kertas Pengolahan Susu
7
BAGIAN KEDUA: TRANSFORMASI AKIBAT PERGESERAN PARADIGMA
PERGESERAN PARADIGMA
Kinerja pertanian lazimnya didorong oleh faktor produksi Diperlukan Transisi ke Agribisnis dan Agroindustri Dekade terakhir memperlihatkan adanya tarikan pasar (Market Driven) Saat ini produsen harus mempu mengantisipasi keinginan pelanggan Diperlukan pemahaman menyeluruh mengenai Rantai Nilai Pertumbuhan industri dan ekonomi saat ini lebih didorong oleh ilmu pengetahuan Terjadi peningkatan Investasi pada sektor swasta
INOVASI DAN TEKNOLOGI DIPERLUKAN UNTUK MENDORONG TRANSFORMASI Transformasi Pembangunan Ekonomi Negara
Inovasi dan Teknologi
Pertanian
Industri
Kondisi Indonesia saat ini
Berbasis Pengetahuan
Sektor Pertanian
Sektor Industri
Keuangan, Real Estate dan Jasa Bisnis
38% TK (SDM) 15% GDP
13% TK (SDM) 27% GDP
2% TK (SDM) 7% GDP
Diadaptasi dari Tandjung, 2011
Berbasis Sains dan Teknologi
page 10
RANTAI NILAI: kerjasama yang berfokus pada pemasaran diantara para pelaku bisnis yang berbeda untuk menghasilkan produkt yang bermutu sesuai permintaan pasar ● Pemasok
Benih
●
● Pemulia
● Supermarket
● RPH
● Peneliti
● Restoran
● Kilang, dll
● Propagator, dll
PEMASOK INPUT
● Hipermarket
Pabrik
PETANI
PENGOLAH
● Hotel, dll
DISTRIBUTOR
Petani
Pedagnag besar
Pekebun
Importir
Nelayan
PERITEL
KONSUMEN
Pelanggan Setia
Eksportir Perusahaan Transportasi, dll
Gumbira-Sa’id (2011) diadaptasi dari New Industrial Development Program (NIDP) – MADE IN AUSTRALIA, Number 1, Series 3, AFFA (2003)
PERMASALAHAN BISNIS DAN STANDAR
Menurunnya daya saing perusahaan atau daya saing nasional dalam persaingan global Belum terdapat kejelasan mengenai jaminan Mutu Banyak pihak kehilangan “nilai” dalam bisnis Penggalakkan ekspor banyak mendapatkan masalah dan hambatan Persyaratan Pengkelasan (Grading)/Standarisasi menjadi momok bagi perusahaan Terjadi banyak keluhan dan ketidak puasan konsumen Aktivitas Intelijen Pemasaran masih belum berkembang Mekanisme Penentuan harga komoditas atau produk masih kurang jelas
INSTITUSI STANDAR UNTUK AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
Para Anggota WTO dihimbau untuk menggunakan standar internasional, serta panduan dan rekomendasi untuk tempat dimana mereka berada Para Anggota WTO hendaknya mengenal dengan baik tiga institusi penentu standar internasional untuk agribisnis dan agroindustri, yakni:
(1) Codex Alimentarius Commission (CAC) : Komisi mengenai Keamanan Pangan (2) International Office of Epizootics (OIE): Komisi mengenai Kesehatan ternak (3) International Plant Protection Convention (IPPC): Komisi mengenai Kesehatan Tanaman
BAGIAN KETIGA: PERANAN STANDAR DALAM GLOBALISASI PERDAGANGAN
PRINSIP DASAR STANDAR
HARMONISASI – merangsang pengadopsian ukuran yang sesuai dengan standar internasional, panduan, dan / atau rekomendasi dari badan-badan internasional.
KESETARAAN – pengenalan bersama ukuran yang berbeda tetapi setara untuk mencapai standar internasional.
NON-DISKRIMINASI– memperlakukan produk impor tanpa perbedaan dengan produk domestik .
TRANSPARANSI – memberitahu mitra perdagangan mengenai perubahan pada ukuran SPS, terutama bila ukurannya berbeda dengan ukuran standar internasional.
REGIONALISASI – mengijinkan keberlanjutan ekspor dari wilayah bebas-penyakit suatu negara yang terkena penyakit.
TERMINOLOGI STANDAR
Standar adalah suatu dokumen yang ditetapkan melalui konsensus, serta disyahkan oleh lembaga yang secara luas diakui sebagai lembaga yang mengeluarkan peraturan, panduan dll untuk mencapai keadaan (pesanan) yang optimum
Standar adalah pernyataan-pernyataan yang berwenang mengenai kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menjamin bahwa, bahan, produk atau prosedur sesui untuk tujuan penggunaannya.
KEISTIMEWAAN STANDAR Standar
bersifat :
Dinamis secara alamiah. Ditetapkan melalui konsensus diantara para pemangku kepentingan yang terkait.
Standar
dapat menjadi de facto, artinya mereka digunakan untuk kenyamanan, atau secara de jure, yang artinya mereka digunakan karena secara hukum berkaitan dengan kontrak dan dokumen.
STANDARISASI Standarisasi adalah suatu aktivitas dalam memberikan solusi untuk penerapan yang berulang dalam permasalahan pengetahuan, teknologi atau ekonomi dengan tujuan untuk mencapai keadaan yang optimum. Pada umumnya aktivitas tersebut terdiri dari proses memformulasikan, penerbitan dan penerapan standar.
MANFAAT STANDARISASI Peningkatan Penerapan Mekanisasi Proses Produksi untuk orientasi jangka panjang Mempermudah pelatihan operatif Membuat teknik inspeksi lebih mudah Mendapatkan prosedur pengujian kesesuaian yang seragam Memperbaiki jasa pelayanan Mengurangi terjadinya perselisihan dalam perdagangan
TANAMAN, MESIN DAN PERALATAN PERLU STANDAR
KAWASAN INDUSTRI DUMAI
www. panoramio.com
PELABUHAN CPI www. panoramio.com
STANDAR BERMANFAAT UNTUK: PRODUK METODE PENGUJIAN
PANDUAN KERJA YANG BAIK (CODE OF PRACTICE) DIMENSI TERMINOLOGI
SUSU DIPERKAYA BUAH-BUAHAN
Sweden: Verum Drickyoghurt Hallon Granatapple: Yogurt with Raspberry and Pomegranate Flavor
USA: Lifeway Organic Low Fat Kefir with Pomegranate Acai Flavor
USA: Eating Right Uniting Sweden: Oatly Mustikkai Karpalo Flavor & Nutrition Nonfat Dairy Beverage Pomegranate Smoothie: Oat Smoothie with Berry Flavored Fruit Shake Blueberry & Cranberry Flavor 26
FORMULASI STANDAR Melalui kinerja Komisi Teknis (Komisi Seksional) dari semua pemangku kepentingan bisnis yang terkait dengan standar:
Industri Lembaga pemerintah. Organisasi Penelitian Pengguna Akhir Organisasi Konsumen Pakar Ilmu Pengetahuan terkait
STUDI KASUS FONTERRA NEW ZEALAND
Fontera adalah koperasi yang dimiliki oleh 11,680 perusahaan pemasok susu Memiliki Assets di atas NZ$ 11.8 milyar, dengan nilai penjualan sebesar NZ$14 Milyar (untuk kasus 2005/06) Setiap tahun mengolah sekurangnya dua milyar liter susu bubuk Mengekspor produknya ke lebih dari 140 pasar negara di dunia Merupakan suatu industri manufaktur pangan Global dengan beragam merk susu dunia Mempekerjakan 17,000 orang di seluruh pelosok dunia
PENENTU STANDAR:
CODEX ALIMENTARIUS COMMISSION
Codex dibentuk pada tahun 1963 oleh FAO dan WHO untuk menetapkan standar pangan, panduan dan berbagai teks yang terkait, seperti panduan kerja yang baik (codes of practice) dibawah tanggung jawab Program Standar Pangan, kerja sama antara FAO dan WHO. Tujuan utama program tersebut adalah melindungi kesehatan konsumen, menjamin praktek perdagangan pangan yang adil, dan mempromosikan koordinasi seluruh standar pangan yang dilaksanakan oleh organisasi internasional pemerintah maupun nonpemerintah..
STANDAR PERTANIAN DAN PANGAN
INFORMASI TENTANG: CODEX ALIMENTARIUS COMMISSION
CODEX menetapkan standar bahan tambahan pangan, higiene pangan, obat-obat veteriner, residu pestisida, kontaminan, metode analisis contoh, pengambilan sampel dll. Standar CODEX dianggap berbobot ilmiah yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk patokduga bagi evaluasi ukuran standar nasional Standar pangan mengandung usulan untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin praktek yang adil dalam perdagangan pangan.
OIE- ORGANISASI DUNIA UNTUK KESEHATAN HEWAN
Dibentuk untuk menanggulangi penyakit hewan pada level global dan dibentuk tahun 1924 Merupakan suatu lembaga atau organisasi antar pemerintah Merupakan organisasi rujukan oleh WTO Pada tahun 2003 namanya berubah dari Office International Epizooties menjadi World Organization for Animal Health (Organisasi Dunia Untuk Kesehatan Hewan)
PERANAN IOE: INTERNATIONAL OFFICE OF EPIZOOTICS
Menjamin transparansi status penyakit hewan di seluruh dunia
Untuk mengumpulkan, menganalisa dan menyebar luaskan informasi ilmiah dunia veteriner secara luas.
Untuk menyediakan kepakaran dalam mempromosikan konsesnsus internasional mengenai pengendalian penyakit hewan.
OIE memiliki empat komisi dalam mengembangkan standar, yakni: Komisi Kesehatan Hewan Internasional, Komisi Standar, Komisi Penyakit Kaki dan Mulut (FMD) dan Epizootics lainnya, serta Komisi Penyakit Ikan.
.
PERANAN INTERNATIONAL PLANT PROTECTION COMMITTEE (IPPC) Merupakan suatu lembaga Internasional untuk mencegah penyebaran dan masuknya penyakit tanaman dan produk tanaman Untuk mempromosikan berbagai ukuran atau tindakan yang sesuai dalam mengendalikan penyakit tanaman dan produk tanaman secara internasional Dikelola oleh Komisi fotosaniter (Commission on Phytosanitary Measures CPM)
PERANAN KONVENSI INTERNASIONAL PERLINDUNGAN TANAMAN
Untuk mencegah penyebaran dan introduksi penyakit tanaman dan produk tanaman dan untuk mempromosikan ukuran-ukuran yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya. Ruang lingkup IPPC terbatas pada penyakit seperti kapang dan cendawan, bakteria, virus, nematoda, serangga dan gulma . Merupakan suatu lembaga utama sumber informasi untuk analisis resiko pertanian Mengembangkan standar internasional mengenai panduan untuk ukuran fotosaniter pada tahun 1990, disetujui tahun 1993 dan diadopsi mulai tahun 1994.
PENTINGNYA UNTUK MEMILIKI STANDAR NASIONAL INDUSTRI (SNI)
Banyak produk pertanian tropika dari Indonesia ditolak oleh pasar Ekspor, bukan karena residu pestisidanya di atas ambang batas, melainkan karena belum adanya ukuran ambang batas yang jelas pada komoditas atau produk pertanian tersebut. Uni Eropa seringkali menolak hasil-hasil pertanian dan perikanan dari perusahaan-perusahaan di Asia, termasuk Indonesia karena tidak mengimplementasikan sistem HACCP. Banyak perusahaan multinasional, diantaranya NESTLE di India sudah menerapkan HACCP untuk perkebunan dan pengolahan kopi. Mendapatkan kejelasan panduan yang harus dipenuhi agar perdagangan komoditas atau produk menjadi lancar dan berkelanjutan: meningkatkan kompetensi dan citra industri nasional di mata dunia Melindungi dumping dari produk bermutu rendah di Indonesia Mencegah berkembangnya hama dan penyakit tanaman, dan hewan serta perikanan di Indonesia.
DIVERSIFIKASI PRODUK DARI DAGING KELAPA
KOPRA ASAP
KOPRA PUTIH
VIRGIN COCONUT OIL
DESICCATED COCONUT
PERAWATAN TUBUH DARI KELAPA
Produk Vitamin, Jamu dan Nutraseutikal Perlu Standar
BAGIAN KEEMPAT
KRITERIA-KRITERIA BARU YANG INOVATIF
Kriteria-kriteria Standar Global
1. Kriteria Lingkungan Ekosistem dan biodiversitas (merupakan kriteria upaya perlindungan hutan)
Masukan sumber daya alam (penggunaan air dan mutu tanah) Input buatan manusia (bahan kimia pertanian, pestisida, mikroorganisme terekayasa genetika GMO)
Penggunaan energi dan emisi Gas Rumah Kaca (GHG) Manajemen pengelolaan dan pengendalian limbah Kinerja sektor produksi (pola pergantian tanaman, dan perlindungan hewan)
Kriteria-kriteria Standar Global
2. Kriteria Kondisi Tenaga Kerja
Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja Hak Asasi Manusia di tempat kerja (asosiasi tenaga kerja, hak tenaga kerja, kontrak kerja, tidak ada pemecatan dan diskriminasi tenaga kerja) Persyaratan tenaga kerja (upah, total jam kerja, kontrak, aturan kerja) Manajemen penanganan limbah
Kinerja sektor produksi (pola pergantian tanaman, perlindungan hewan)
Kriteria-kriteria Standar Global
3. Kriteria yang berhubungan dengan Manfaat Ekonomi Lokal dan Kesejahteraan Masyarakat
Ketahanan hidup (viabilitas) ekonomi produsen Aliran keuntungan ekonomi bagi tenaga kerja dan kondisi ekonomi bagi masyarakat sekitar Hak sosial dan ekonomi masyarakat lokal (hak tanah pribumi, pelayanan terhadap masyarakat sekitar)
Etika bisnis (kesepakatan bisnis yang adil, bebas korupsi, transparansi pasar) Pendidikan dan pemodelan peranan
Kriteria-kriteria Standar Global
4. Standar dan kode pertanian yang berkelanjutan yang terkait dengan beberapa persyaratan keamanan dan mutu pangan:
Ketelusuran asal usul (tracebility) Penanganan dan sistem produksi yang higienis
Tingkat kepercayaan sistem manajemen mutu.
Perbandingan Kriteria Standar: A = Fairtrade Standard B = RSPO C = Basel Criteria for Sustainable Soy Production, D = SCS – 001 E = Common Code for The Coffee Community F = ISPO KELOMPOK
KRITERIA
A
B
C
D
E
F
Ekosistem dan Biodiversitas
√
√
√
√
√
√
Input Sumberdaya Alam
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Penggunaa Energi dan Emisi
√
√
√
√
√
Manajemen limbah
√
√
√
√
√
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
√
√
√
√
√
Term of Employment
√
√
√
√
√
Tenaga Kerja HAM di Tempat Kerja
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Lingkungan Input Buatan Manusia
Kondisi
Ketenagakerjaan Umum/Kesejahteraan Masyarakat
√
Viabilitas Ekonomi Pedesaan Manfaat
Aliran Manfaat Ekonomi
√ √
Ekonomi Lokal Hak Sosial / Ekonomi Pihak Lain dan
Etika Bisnis
Masyarakat
dan Mutu Pangan
√
√
Pendidikan dan Permodelan Peranan Keamanan
√
Kedayatelusuran (Traceability)
√
√
Produksi dan Pelayanan Higienis
√
√
Mutu Input
√
Mutu Sistem Manajemen
√
√
√ √ √
√
√
√
DAFTAR RUJUKAN
Gumbira-sa’id, E. 2010. Wawasan, Tantangan dan Peluang Agrotechnopreneur Indonesia. IPB Press Khosla, SC. 2010. Standards: Facilitator in Global Trade. Bureau of Indian Standard. Tandjung, C. 2011. Vision of Indonesia’s Economy and the Role of Science and Technology as Key Enablers. Hakteknas, 10 Agustus 2011. Wachyudi, B. 2011. Kebijakan Pengembangan Industri Berbasis Agro Dalam Menghadapi Daya saing Global. Seminar Nasional MB-IPB, Grand Hyat Hotel, Jakarta 21 Mei 2011. Zuhal. 2011. Peran SDM dan Iptek Untuk Mendukung Pengembangan Koridor Ekonomi. Hakteknas, 10
Agustus 2011.