Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo Oleh Nama : Ria Anggita Potabuga Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi
ABSTRAK Ria Anggita Potabuga, 2013. ”Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo)”. Program Studi Pendidikan Ekonomi Kosentrasi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo dibawah bimbingan Ibu Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd dan Ibu Radia Hafid, S.Pd, M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru Terhadap motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Berdasarkan data dari 30 orang sampel, dengan menggunakan analisis regresi maka hasilnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa, hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 diperoleh thitung = 7,38 sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis terima H0 jika t (1 - ½ά) < thitung < t (1 - ½ά) dengan ά = 0,05, dan dk = n – 2. tdaftar = 1,701 dengan demikian thitung ˃ tdaftar telah berada diluar penerimaan H0, atau menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi ”terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo dinyatakan dapat “diterima”.
Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa
Pendahuluan Latar Belakang Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara pendidikan. Guru sebagai bagian dari penyelenggara pendidikan memiliki fungsi dan peran dalam kegiatan pembelajaran, yang tidak hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa, tetapi juga bagaimana membangun pengetahuan siswa secara maksimal melalui penciptaan lingkungan belajar yang kondusif serta pembentukan lingkungan belajar bagi siswa, dan yang paling penting adalah menciptakan semangat belajar siswa. Guru dalam kedudukannya dapat ditempatkan sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis (khususnya menyangkut bidang pendidikan) dan konseptual, juga diharapkan mampu melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sangat diharapkan, guna mendorong ataupun meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga yang paling penting adalah kompetensi guru yang memadai. Peningkatan kompetensi guru sebagai bagian komponen pendidikan terdepan seharusnya menjadi prioritas untuk diperhatikan. Hal ini dapat disadari mengingat bahwa kualifikasi serta kompetensi guru yang memadai menjadi faktor penting dalam menuntaskan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Kompetensi tenaga kependidikan yang memadai akan memberikan jaminan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan benarbenar mengarah pada pembentukan kualitas belajar siswa secara efektif dan dapat diandalkan. Sebagai tenaga pendidikan, guru dituntut untuk memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar secara serius serta memiliki kemandirian. Dalam fungsinya sebagai motivator, guru juga diharapkan memberikan suasana yang menyenangkan kepada siswa untuk dapat belajar baik pada saat berada dalam ruangan kelas maupun diluar kelas. Perwujudan kompetensi tenaga guru kaitannya dengan fungsi motivasi selanjutnya akan memberikan implikasi positif bagi peningkatan kualitas serta hasil-hasil belajar yang diperoleh siswa. Sejalan dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang masih terjadi dalam dunia pendidikan adalah persoalan rendahnya motivasi belajar siswa. Akibatnya rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, baik hasil yang diperoleh melalui ujian semester maupun ujian nasional (UN). Satu kesadaran bersama, bahwa ke depan peran guru dalam memberikan bimbingan serta motivasi belajar kepada siswa masih perlu ditingkatkan. Tugas guru tidak hanya terbatas pada memberikan informasi dan pengetahuan kepada siswa, tetapi pula menyangkut peran guru dalam membangun komunikasi secara baik dengan siswa yang ada, kaitannya dengan kedudukan siswa sebagai pihak yang “akan”ataupun”sedang belajar. Ketuntasan pembelajaran tidak hanya dipandang melalui kuantitas materi atau bahan ajar yang telah dilaksanakan, tetapi juga menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai wahana penyadaran serta dorongan kepada siswa secara bijak dalam memahami “makna belajar” sebagai salah satu keutuhan hidup yang perlu mendapatkan prioritas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti SMK Negeri I Kota Gorontalo, bahwa kompetensi guru di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo telah mengalami berbagai peningkatan jauh lebih baik dari sebelumnya. Secara akademik, tenaga pengajar disekolah tersebut sudah memenuhi tingkat kualifikasi pendidikan formal sebagaii guru di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Namun terkait dengan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mendorong motivasi belajar siswa di kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, belum menjadi perhatian khusus. Komunikasi non formal yang terjadi antara guru dan siswa belum berjalan dengan baik, artinya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh guru di luar lingkungan sekolah belum menunjukan suasana keakraban dan kedekatan antara guru dan siswa. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat pemahaman guru tentang peserta didik masih sangat rendah. Selain hal tersebut, kurang kreatifnya guru dalam memilih strategi belajar mengajar juga merupakan faktor yang mempengaruhi semangat siswa untuk belajar terkait dengan mata pelajaran Produktif 1. Dalam proses belajar mengajar, suasana kelas masih didominasi oleh guru, artinya siswa tidak diperkenankan untuk mengemukakan pendapatnya terkait dengan mata pelajaran sehingga tidak terjadi komunikasi edukatif antar guru dan siswa. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah sebagai model pembelajaran dikelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Kondisi juga merupakan indikasi bahwa pengembangan kurikulum atau silabus dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis pada mata pelajaran Produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo belum berjalan dengan efektif dan efisien. Kemudian dilihat dari segi penilaian, evaluasi hasil belajar siswa kelas X AK SMK Negeri I Kota Gorontalo menunjukan peningkatan yang signifikan terkait mata pelajaran Produktif 1. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka penelitii merumuskan judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini,sebagai berikut: kurangnya tingkat pemahaman guru terhadap peserta didik atau siswa kelas X Ak, belum optimalnya pengembangan kurikulum/ silabus dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis belum berjalan efektif serta evaluasi hasil belajar siswa belum menunjukan hasil yang signifikan terkait dengan mata pelajaran Produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri I Kota Gorontalo.
Landasan Teori Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dengan pemahaman siswa dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Lebih lanjut, (Mulyasa 2007: 75) menyatakan dalam bukunya bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang meliputi: (a) Pemahaman wawasan atau landasan guruan, (b) Pemahaman terhadap siswa, (c) Pengembangan kurikulum atau silabus, (d) Perancangan pembelajaran, (e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) Evaluasi hasil belajar (EHB), (h) Pengembangan siswa. Kemampuan pedagogik guru diharapkan sudah mampu menguasai seluk beluk dunia pembelajaran. Dalam ruang lingkup pedagogik guru dituntut menguasai dasar-dasar pengajaran dalam kelas. Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama uantuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88), yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: 2.1.1.2 Pemahaman Wawasan Atau Landasan Kependidikan Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, Konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap disekolah dan masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru profesional. 2.1.1.3 Pemahaman Tentang Peserta Didik Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya (Sukmadinata, 2006: 197). Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu.
Horowitz, (Darling-Hammond dan Bransford, 2005: 88) dalam Educating Teachers for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: guru yang baik memahami bahwa mengajar buka sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi di masyarakat. Lang dan Evans (2006: 1) menulis tentang kriteria guru efektif, yaitu Pembicara yang baik, memahami peserta didiknya, menghargai perbedaan, dan menggunakan beragam variasi pengajaran dan aktivitas. Kelas mereka menarik dan menantang serta penilaian dilakukan secara adil, karena terdapat beragam cara yang dapat siswa tunjukkan terhadap apa yang telah mereka pelajari. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap para siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa. 2.1.1.4 Pengembangan Kurikulum/Silabus Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandardisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidan studinya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (dalam Musfah 2011: 33-34) mencakup tiga hal : 1. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2. Mengidentifikasi materi yang tepat 3. Memilih strategi belajar mengajar Doll (dalam Eisner 2002: 26) menjelaskan makna kurikulum, yaitu “Seluruh pengalaman yang dialami anak dibawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa, “Kurikulum sekolah, atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukkan yang dimaksudkan dapata mendidik satu atau lebih siswa”. 2.1.1.5 Perancangan Pembelajaran Menurut Naegle (2002: 8), guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagimana hal itu harus dilakukan. Jika guru memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar. Guru mengetahui apa yang diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan matode dan media pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini:
1. Siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru, tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar. Pengulangan materi perlu sebatas untuk penguatan. 2. Menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Perbuatan guru lebih efektif mendidik siswa dibanding perkatannya. 3. Belajar akan menjadi aktifitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa saat berhadapan dengan guru yang mengajar selalu tanpa persiapan kadan siap kadang tidak siap (mengajar). Menurut Khaldun (Ahmad, 1975: 300), bahwa ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan. 2.1.1.6 Pelaksanaan Pembelajaran Yang Mendidik Dan Dialogis Pada anak-anak dan remaja, inisiatif harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton baik dari sisi kemasan maupun isi dan materinya. Menurut Mulyasa (2007: 75-76), “Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di Kelas X Ak SMK Negeri I Kota Gorontalo. Metodologi Penelitian Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan yakni: 1. Karena dilokasi tersebut terdapat pemasalahan sebagaimana yang telah diuraikan oleh peneliti pada latar belakang masalah 2. Data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadaii dan mudah untuk memperolehnya. 3. Dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan masih dalam taraf kesanggupan peneliti. 3.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Akademik 2012/2013. Adapun waktu penelitian direncanakan berdasarkan jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut : 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Adapun desain penelitian sebagai berikut:
X
Keterangan: X = Kompetensi Pedagogik Guru Y = Motivasi Belajar Siswa
Y
3.3 Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2011: 38) bahwa operasional variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka peneliti menetapkan penelitian variabel sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Kompetensi Pedagogik Guru) Menurut BSNP (2008: 30-31) bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: 1. Pemahaman peserta didik 2. Pengembangan Kurikulum/Silabus 3. Perancangan Pembelajaran 4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 5. Evaluasi Hasil Belajar 6. Pengembangan peserta didik 2. Variabel Terikat (Motivasi Belajar Siswa) Menurut Sopyan dan Uno (2004: 17) bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seorang siswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur sejauhmana motivasi belajar siswa, maka disebutkan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Hasrat dan Keinginan 2. Dorongan Dan Kebutuhan 3. Penghargaan 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002 : 130 ). Selanjutnya Sugiyono (2011: 80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: Kelas X Ak I = 35 siswa, Kelas X Ak 2 = 33 siswa, Kelas X Ak 3
= 35 siswa, Kelas X Ak 4 = 35 siswa, Kelas X Ak 5 = 33 siswa dan Kelas X Ak 6 = 32 Siswa. Jadi jumlah populasinya berjumlah 203 orang. 3.4.2 Sampel Menurut sugiyono (2011: 81) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu populasi yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif (mewakili). Menurut Arikunto (2002: 120) bahwa penetapan sampel sebagai berikut: apabilah jumlah populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari populasi yang ada. sedangkan apabila jumlah populasinya lebih dari 100, maka yang menjadi sampel adalah 10%-15% atau 20%-25% atau Lebih. Selanjunya lihat tabel 1.2 berikut ini: Data SMK Negeri I Kota Gorontalo 2013
Karena jumlah Populasinya lebih dari 100, maka peneliti mengambil 15% dari jumlah masing-masing kelas untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian adalah 30,45 dibulatkan menjadi 30 siswa. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini ditempuh dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Kuswardoyo (2006: 9) bahwa observasi adalah metode pengumpulan data dalam penelitian sosial yang pelaksanaannya peneliti dapat secara langsung mengamati kondisi objek yang diteliti”. 2. Wawancara Menurut Sugiyono (2011: 137) bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabilah peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 3. Angket Sugiyono (2011: 142) menyatakan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam variable skala yang digunakan untuk pembobotan item kuesioner (angket) adalah menggunakan skala likert dimana berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seseorang terhadap pernyataan itu. Dalam penelitian ini, angket yang dibuat dalam bentuk angket tertutup, dimana dalam angket telah disediakan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden yang diteliti dengan penskoran pada skala likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang berjumlah lima kategori. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Angket disusun dengan menyiapkan 5 pilihan yakni sangat setuju, setuju, ragu-ragu, kurang setuju, tidak setuju. Setiap pilihan akan diberikan bobot nilai sebagai berikut: Sebelum membuat angket penelitian, maka perlu dibuat acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi instrumen penelitian yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru (variabel X) dan motivasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.3 berikut ini: Teknik Analisis Data 3.6.1 Mencari Persamaa Regresi Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis regresi. Karena dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel terikat (motivasi belajar siswa) dan satu variabel bebas (kompetensi guru), maka analisis regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: Ỳ = a + bX Dimana: Ỳ = Variabel Dependen (motivasi belajar siswa) a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan) b = Angka arah koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen (Motivasi Belajar Siswa) yang didasarkan pada perubahan variabel independen (Kompetensi Pedagogik Guru). Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X = Variabel Independen (kompetensi pedagogik guru) Dimana a dan b diperoleh melalui rumus sebagai berikut: 3.6.2 Menghitung Koefisien Korelasi Untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan rumus sebagai berikut: n∑XiYi – ( ∑Xi ) ( ∑Yi) r= √n{∑Xi2 – (∑Xi2)} {n∑Yi2 – (∑Yi2)} 3.6.3 Menghitung Keberartian Koefisien Korelasi Untuk uji keberartian koefisien korelasi, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: r√n-2 t= √ 1 – r2 Dimana: t = nilai t yang dihitung n = jumlah anggota sampel r = koefisien korelasi
PEMBAHASAN Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya, serta rumusan hipotesis yang berbunyi “Terdapat Pengaruh Positif Antara Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Perlu ditentukan statistika uji yang digunakan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu : Ŷ = 14,91 + 0,69X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (kompetensi pedagogik guru), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,69. Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana, maka diperoleh harga r = 0,81 dengan koefisien determinasi sebesar r2 = 0,6561 atau 65,61%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 65,61 % variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru, sedangkan 34,39% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah disiplin guru dalam mengajar, kreativitas mengajar dikelas, penggunaan variasi model pembelajaran, keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, sekolah dan lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya. Kemudian hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa thitung = 7,38 sedangkan tdaftar = 1,701. Dengan kriteria pengujian terima H0, jika t(1 - ½ά) < thitung < t(1 - ½ά) dengan taraf kenyataan ά = 0,05, dan dk = n – 2. Dengan demikian bahwa thitung lebih besar dari tdaftar atau harga thitung telah berada di luar penerimaan H0, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa pada mata Produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dinyatakan “diterima”. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa setiap butir indikator variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) memiliki pengaruh terhadap setiap butir indikator variabel Y (Motivasi Belajar Siswa). Menurut BSNP (2008: 30-31), bahwa indikator kompetensi pedagogik guru yang meliputi; pemahaman peserta didik, pengembangan Kurikulum/Silabus, perancangan Pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi Hasil Belajar dan pengembangan peserta didik. Sedangkan menurut Sopyan dan Uno (2004: 17) bahwa indikator motivasi belajar siswa adalah hasrat dan Keinginan, dorongan Dan Kebutuhan dan penghargaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kontribusi indikator kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar, maka di ikuti oleh semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, begitupun sebaliknya.