Artikel
: Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Keracunan Pestisida Pada Petani Sayur Di Kelurahan Rurukan Satu Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon
Article
: Relationship Between Knowledge Level About Pesticide And Use Personal Protective Equipment With Pesticide Poisoning In Vegetable Growers Village Rurukan One of Tomohon
Oleh : Rani Angreani Walangitan 091511041
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2013
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pestisida Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Keracunan Pestisida Pada Petani Sayur Di Kelurahan Rurukan Satu Kota Tomohon Rani A. Walangitan, Paul A. T Kawatu, Mariska Pitoi
ABSTRACT Perkembangan sektor pertanian memberikan dampak yang sangat besar bagi lingkungan yaitu dapat meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung yaitu alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. Indonesia sebagai negara berkembang dan agraris, dimana sebagian besar penduduk bermata pencaharian sektor pertanian, tak bisa lepas dari penggunaan pestisida Keracunan pestisida merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pemaparan pestisida yang berlebihan, biasanya terjadi pada petani penyemprot hama. Masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia dapat melalui beberapa jalur yaitu melalui hidung, mulut, dan kulit. Tindakan petani dalam mengadopsi pestisida tepat guna dipengaruhi oleh tingkat pengetahuaannya tentang pestisida. Selain itu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat penggunaan pestisida juga penting karena sangat berisiko terhadap terjadinya keracunan pestisida. Gejala keracunan pestisida biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan aktivitas kolinesterase di dalam darah. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pestisida dan penggunaan Alat Pelindung Diri dengan keracunan pestisida pada petani sayur di Kelurahan Rurukan Satu Kota tomohon. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Petani di Kelurahan Rurukan I di Kota Tomohon yaitu 573 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sebanyak 35 orang petani yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang kurang 17 orang atau 48,6% sedangkan yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pestisida 18 orang atau 51,4% dan Penggunaan APD yang tidak sesuai berjumlah 11 orang atau 31,4% sedangkan penggunaan APD yang sesuai berjumlah 24 orang atau 68,6%. hasil pemeriksaan kolinesterase dalam darah sebagian besar petani sayur (71,4%) atau 25orang tidak mengalami keracunan atau normal dan 10 orang (28,6%) mengalami keracunan. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact dengan α = (0,05) menunjukkan adanya Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pestisida dengan keracunan pestisida pada petani sayur (ρ = 0,146), penggunaan Alat Pelindung Diri dengan keracunan pestisida pada petani sayur (ρ = 0,447 ). Kata Kunci: Keracunan Pestisida , Tingkat Pengetahuan, Penggunaan APD The development of the agricultural sector provides a huge impact on the environment that can improve the quality of human life by rising incomes. Increased agricultural sector requires various means of supporting the agricultural tools, fertilizers, chemicals are included in it is a pesticide. Indonesia as a developing country and agriculture, where most of the population of livelihood is agriculture, can not be separated from the use of pesticides Pesticide poisoning is an impact caused by excessive exposure to pesticides, usually occurs in farmers spraying pests. The entry of pesticides into the human body through multiple pathways that can be through the nose, mouth, and skin. Farmers in adopting measures appropriate pesticide pengetahuaannya influenced by the level of pesticides. In addition to the use of Personal Protective Equipment (PPE) when pesticide use is also important because it is very risky to the occurrence of pesticide poisoning. Pesticide poisoning can usually be determined by examination of cholinesterase activity in the blood. To determine the relationship of the level of knowledge about pesticides and the use of Personal Protective Equipment by pesticide poisoning in the vegetable farmers in Sub Rurukan One Tomohon. This study is a cross sectional analytic study. The population in this study were all farmers in the village Rurukan I in Tomohon is 573 people. The samples were taken by purposive sampling as many as 35 farmers who meet the inclusion and exclusion criteria. The results showed that most of the respondents have less knowledge 17 people or 48.6% while having good knowledge about pesticides 18 people or 51.4% and the use of PPE does not fit a total of 11 people or 31.4% while the use of PPE appropriate amount to 24 people or 68.6%. blood cholinesterase test results in most of the vegetable farmers (71.4%) or 25orang not poisoned or normal and 10 men (28.6%) were poisoned. Based on the results of statistical tests using Fisher's Exact test with α = (0.05) suggests the existence There is no relationship between the level of knowledge of pesticide poisoning with pesticides in vegetable farmer (ρ = 0.146), use of Personal Protective Equipment by pesticide poisoning in the vegetable farmers ( ρ = 0.447). Keywords: Pesticide Poisoning, level of knowledge, use of Personal Protective Equipment
PENDAHULUAN Perkembangan sektor pertanian memberikan dampak yang sangat besar bagi lingkungan yaitu dapat meningkatkan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung yaitu alat-alat pertanian, pupuk, bahanbahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida (Afriyanto, 2008). Indonesia sebagai negara berkembang dan agraris, dimana sebagian besar penduduk bermata pencaharian sektor pertanian, tak bisa lepas dari penggunaan pestisida (Sutarga, 2012). Semakin meningkatnya penggunaaan pestisida dalam pertanian maka akan semakin meningkatnya keracunan akibat pestisida pada pekerja di bidang pertanian (Syayuti, 2008). Menurut data dari Organisasi kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP) (Sukmawati, 2000) bahwa 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian. Kelurahan Rurukan Satu merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kota Tomohon, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani yaitu 573 orang dengan jumlah penduduk 1.256 jiwa, 353 kepala keluarga. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah penghasil sayur-sayuran yang menggunakan pestisida untuk menjaga tanaman dari serangan hama. Berdasarkan observasi di Kelurahan Rurukan Satuk ada beberapa petani menggunakan APD belum lengkap pada saat penyemprotan dan keracunan pestisida belum dipantau sehingga perlu pemantauan dini dan penemuan penderita secara aktif. Berdasarkan data yang diambil di Puskesmas HASIL Tabel 1.
Rurukan bulan Januari- Februari 2013 keluhan masyarakat yang datang berobat dengan gangguan kesehatan seperti sakit kepala 159 orang, nyeri otot 57 orang, gejala dan tanda umum lain termasuk mual, muntah, pusing 109 orang, yang diduga ada hubungannya dengan keracunan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rurukan Satu Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon. Pengambilan data dan pengukuran dilaksanakan pada bulan April – Juni 2013. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Petani di Kelurahan Rurukan I di Kota Tomohon yaitu 573 orang dan diambil 35 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data yang dipakai yaitu data primer yang dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung. Data tingkat pengetahuan tentang pestisida dan penggunaan APD (APD) yang diperoleh secara langsung melalui responden dengan menggunakan kuesioner. Data variabel bebas dan variabel terikat ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan dideskripsikan melalui data presentasenya. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini digunakan adalah Uji chi-square pada CI 95% dan α=0,05 yang di analisis dengan menggunakan statistical proogram for social science (SPSS) versi 20.
Nilai Mean, Median, Max, Min Tingkat Pengetahuan tentang Pestisida
Univariat Tingkat Pengetahuan Penggunaan APD
Mean 12,97 19,29
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat pengetahuan adalah 12,97 dan
Median 9,00 19,00
dan Penggunaan APD
max 35 28
min 1 9
19,29 penggunaan APD. Untuk nilai tengah tingkat pengetahuan 9,00 dan 19,00 penggunaan APD.
Tabel 2. Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pestisida dengan keracunan pestisida Pemeriksaan kolinesterase darah Keracunan Normal Total ρ n % n % n % Kurang 7 20,0 10 28,6 17 48,6 0,146 Baik 3 8,6 15 42,9 18 51,4 Total 10 28,6 25 71,4 35 100,0 Pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan petani sayur digunakan uji chi-square namun tentang pestisida dengan keracunan pestisida pada diketahui dari perhitungan terdapat expected count Tingkat Pengetahuan
< 5 maka dari itu digunakan uji Fisher's Exact dan didapatkan hasil seperti tabel 8, dimana didapatkan hasil ρ = 0,146 atau ρ > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan keracunan pestisida. Tabel 3. Hubungan antara penggunaan APD dengan keracunan pestisida Penggunaan APD Tidak Sesuai Sesuai Total
Keracunan n 2 8 10
Pemeriksaan kolinesterase darah Normal % N % 5,7 9 25,7 22,9 16 45,7 28,6 25 71,4
Pengujian hubungan antara penggunaan APD dengan keracunan pestisida pada petani sayur digunakan uji chi-square namun diketahui dari uji tersebut terdapat expected count < 5 maka dari itu digunakan uji Fisher's Exact dan didapatkan hasil seperti tabel 9, dimana didapatkan hasil ρ = 0,447 atau ρ > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan keracunan pestisida. PEMBAHASAN Tingkat pengetahuan tentang pestisida merupakan salah satu faktor dalam tubuh (internal) yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Namun pada kenyataannya dalam penelitian ini tingkat pengetahuan tentang pestisida pada petani sayur di kelurahan Rurukan Satu tidak ada hubungan dimana persentase tingkat pengetahuan yang kurang 88,6% atau 31 orang yang diantaranya 25,7% atau 9 orang mengalami keracunan sedangkan 62,9% atau 22 orang tidak mengalami keracunan atau normal. Sesuai dengan teori Lawrance Green yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak berkaitan langsung dengan status kesehatan, akan tetapi harus melalui sikap atau praktek (Prijanto, 2009). Dari 35 responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang berjumlah 16 orang atau 45,7%, dikarenakan tidak adanya penyuluhan tentang pestisida dan bahaya jika masuk ke dalam tubuh. Menyadari bahwa pestisida adalah racun dan mengingat pengetahuan masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya mengenai pestisida terbatas, maka penyuluhan tentang pestisida perlu diadakan (Rustia, 2010). Selain penggunaan APD yang merupakan salah satu faktor di luar tubuh (eksternal) yang berpengaruh terhadap keracunan pestisida, ada juga faktor lain yaitu temperatur dimana jika suhu lingkungan tinggi akan mempermudah penyerapan pestisida ke dalam tubuh melalui kulit. Jika
Total n 11 24 35
% 31,4 68,6 100,0
ρ 0,447
dikaitkan dengan suhu lingkungan atau udara di Kelurahan Rurukan Satu sangat dimungkinkan untuk kurang terjadinya keracunan pestisida dan sebagian besar petani sayur di Kelurahan Rurukan Satu memperhatikan arah angin pada waktu menyemprot. Tindakan penyemprotan pada arah angin harus diperhatikan oleh penyemprot saat melakukan penyemprotan. Penyemprotan yang baik bila searah dengan arah angin dengan kecepatan tidak boleh melebihi 750 m per menit. Petani pada saat menyemprot yang melawan arah angin akan mempunyai risiko lebih besar bila dibanding dengan petani yang saat menyemprot tanaman searah dengan arah angin (Afriyanto, 2008). Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara APD dengan keracunan pestisida yaitu petani tidak melakukan kegiatan penyemprotan secara terus menerus, dimana dalam seminggu melakukan kegiatan penyemprotan hanya satu kali. Semakin sering melakukan penyemprotan, maka semakan tinggi pula risiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pestisida maksimal dua kali dalam seminggu (Rozi,2010). Frekuensi Penyemprotan, Jumlah jenis pestisida yang digunakan, jumlah jenis pestisida yang digunakan dalam waktu penyemprotan akan menimbulkan efek keracunan lebih besar bila dibanding dengan pengunaan satu jenis pestisida karena daya racun atau konsentrasi pestisida akan semakin kuat sehingga memberikan efek samping yang semakin besar (Afriyanto, 2008).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian maka didapat kesimpulkan bahwa: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pestisida dengan keracunan pestisida pada petani sayur di kelurahan Rurukan Satu Kecamatan
Tomohon Timur Kota Tomohon (ρ = 0,146), tidak ada hubungan antara penggunaan Alat Pelindung Diri dengan keracunan pestisida pada petani sayur di kelurahan Rurukan Satu Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon (ρ = 0,447 ). SARAN 1. Melakukan penyuluhan untuk meningkatan pengetahuan tentang pestisida dan penggunaan alat pelindung diri dengan metode bimbingan dan konseling, pemberian brosur, leaflet, dan informasi lainnya. 2. Petani sayur yang mengalami keracunan pestisida kategori ringan diperlukan waktu pemulihan atau istirahat selama satu minggu dan perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sehingga dapat diketahui tindak lanjutnya. 3. Perlu diupayakan pemantauan penderita secara aktif dan pengawasan keracunan pestisida oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian. DAFTAR PUSTAKA Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Kesehatan lingkungan UNDIP. Online(eprints.undip.ac.id/16405/1/AFRIYA NTO.pdf) Diakses pada 07 Maret 2013 Anies. 2008. Penyakit Akibat Kerja. Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Harrianto, R. 2008. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta Prijanto, T. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang Rozi, F. 2010. Faktor Risiko Penggunaan APD, Masa Kerja, Lama Paparan, dan Status gizi dengan Keracunan Akut Penggunaan Pestisida pada Petani di Desa Ponorogan Kecamatan Loakulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi. Marindah: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarmansa
Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sukmawati, E. 2000. Hubungan Karakteristik Dan Praktek Pengelolaan Pestisida Petani Penyemprot Hama Dengan Tingkat Keracunan Pestisida (Studi Pada Petani Tembakau Di Desa Tegalrejo Kec. Ngadirejo, Kab, Temanggung). Skripsi. Semarang: FKM UNDIP. Online (eprints.undip.ac.id/8656/) Diakses pada 07 Maret 2013 Suma’mur, P. K. 1998. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Surtaga, I. 2012. Preventing Effect of the Pesticide in Farming Society at Buahan Village, Kintamani, Bangli. Bagian Epidemiologi PS IKM Universitas Udayana Syayuti, M. 2008. Perbedaan Kadar Kolinesterase Darah Petani Penyemprot Pembibitan Kelapa Sawit Dengan Petugas Gudang Pestisida Di Pt Tls Batanghari. Skripsi. Semarang: Fkm UNDIP. Online (eprints.undip.ac.id/6863/1/3380.pdf) Diakses pada 07 Maret 2013 Thirtawati. 2002. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida (Kasus Petani Sayuran di Desa Sindangjaya, kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Bogor: Fakultas Pertanian IPB