PEMILIHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI KECIL MENENGAH POTENSIAL DI KABUPATEN BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU DENGAN METODE DELPHI DAN ANP
Oleh: Putri Narita 2505 100 117 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc
Latar Belakang • Perekonomian dunia → berdampak pada dunia usaha → mempengaruhi Indonesia juga • indonesia→pertumbuhan ekonomi cukup tinggi →maka diharapkan produk indusrti punya keunggulan→scope daerah=pulau Madura • madura→bangkalan→pembangunan suramadu→diharapkan peningkatan perekonomian→pengembangan UKM→ mcdm →delphi→anp→prioritas industri
Permasalahan • Menentukan industri prioritas yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bangkalan pasca beroperasinya jembatan Suramadu sehingga dapat memberikan hasil positif untuk meningkatkan perekonomian Bangkalan pada khususnya.
Tujuan Penelitian • Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang mempengaruhi pemilihan industri kecil menengah yang prioritas dikembangkan di Kabupaten Bangkalan
• Menentukan industri-industri kecil menengah yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bangkalan.
Ruang Lingkup • Batasan – Penelitian dilakukan dalam lingkup industri kecil menengah di Kabupaten Bangkalan. – Sektor industri kecil menengah yang menjadi pilihan dalam penelitian ini berdasarkan data IKM dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangkalan tahun 2009. – Penelitian dilakukan dengan pembahasan penentuan sektor industri kecil menengah dalam aspek ekonomi.
• Asumsi – Industri kecil menengah yang menjadi alternatif dalam penelitian ini, terus berjalan hingga penelitian ini berakhir. – Responden adalah para pakar dan sekelompok orang yang memahami secara komprehensif problematik dan kebijakan UKM di Bangkalan
Manfaat Penelitian Pemilihan sektor industri kecil menengah yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bangkalan, dapat menjadi saran bagi pemerintah untuk pengembangannya.
Industri Kecil Menengah Menurut UU No 20 Tahun 2008 Kriteria Usaha Kecil: ● Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 - Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ● Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 - Rp 2.500.000.000,00
Industri Kecil Menengah (2) Kriteria Usaha Menengah: ● Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 - Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ● Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 - Rp 50.000.000.000,00
Industri Kecil Menengah (3) Karakter dan Kondisi Bisnis: • Skala usaha kecil
• Berbasis sumberdaya lokal dan sumber daya alam • Padat karya • Pelaku banyak • Menyebar
Metode Delphi • Metode yang menyelaraskan proses komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks (Derlkey, 1960) • Modifikasi dari teknik brainwriting dan survey. • Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliable dari sebuah grup ahli.
Metode Delphi (2) • Mampu menampung opini subjektif • Penarikan survey bersifat anonim • Seluruh responden terlibat aktif sejak awal proses dan putaran survey
Analytic Network Process (ANP)
• ANP adalah generalisasi dari Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan memasukkan faktor feedback. • Dalam ANP terdapat dependensi dalam satu set elemen (inner dependence) dan dependensi antar elemen yang berbeda
ANP (3)
METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan Alternatif Industri Kecil Menengah • Prioritas IKM yang Potensial Dikembangkan
Kriteria Akhir Industri Kecil Menengah No
Klaster
1
Resource
2
Teknologi
3
Finansial
4
SDM
Kriteria Ketersediaan Bahan Baku Sustainability bahan baku untuk jangka panjang Teknologi sederhana Teknologi tepat guna Nilai Investasi Biaya Operasional Penentuan Harga Kualitas SDM Tingkat Pendidikan Kinerja Manajerial
5
Marketing
6
Strategic
7
Iklim Usaha
8
Produksi
Peluang Pemasaran Jaringan Bisnis Pemilihan Lokasi Usaha Inovasi Produk Persaingan Usaha Perijinan/Legalitas Usaha Akses Permodalan Subsidi Pemerintah Efisiensi Produktifitas Kapasitas Produksi Kualitas Produk
Model ANP
• Hubungan Dependence Antar Kriteria
Model ANP (2) Bobot Kriteria Pengembangan Industri Kecil Menengah Prioritas No
Kriteria
Bobot
1
Nilai Investasi
0.283982
2
Inovasi Produk
0.185671
3
Sustainability bahan baku
0.183038
4
Persaingan Usaha
0.144318
5
Kapasitas Produksi
0.110677
6
Kualitas Produk
0.074994
7
Penentuan Harga
0.017321
Model ANP (5) • Ranking Alternatif Industri Kecil Menengah
Analisa Penentuan Kriteria yang Relevan Dengan Metode Delphi Putaran I
• Calon Kriteria Pengisian Kuisioner Pengolahan Kuisioner
Analisa Penentuan Kriteria yang Relevan Dengan Metode Delphi (2) Putaran II
• 22 Kriteria, 8 Klaster Kriteria Akhir
Analisa Kriteria Pemilihan Industri Prioritas 7 Kriteria Prioritas:
–Resources –Finansial –Strategic –Produksi
Analisa Kriteria pada Klaster Resources • Klaster resources memiliki kriteria yang memiliki bobot yang tinggi, yaitu sustainability bahan baku dalam jangka panjang. Artinya, kemudahan mendapatkan bahan baku dan tersedianya bahan baku menjadi salah satu faktor yang penting dalam pengembangan industri kecil menengah.
Analisa Kriteria pada Klaster Finansial • Pada klaster finansial, nilai investasi memiliki bobot yang paling tinggi dari kriteria yang lain yaitu sebesar 0.283982. Sehingga dalam pengembangan industri kecil menengah, nilai investasi harus menjadi salah satu kriteria utama yang diperhatiikan.
Analisa Kriteria pada Klaster Strategic • Pada industri-industri di Bangkalan, telah dilakukan inovasiinovasi baru dalam proses produksi, namun kendala umum adalah masyarakat sulit menerima ‘sesuatu yang baru’ dengan berbagai alasan. • Pada klaster strategic, kriteria inovasi produk memiliki bobot yang lebih tinggi dari kriteria yang lain, yaitu sebesar 0.185671.
Analisa Kriteria pada Klaster Produksi • Meskipun kualitas dan kuantitas produksi pada industri kecil menengah di Kabupaten Bangkalan terbilang lemah, namun selalu dilakukan upaya-upaya untuk pengembangan industrinya.
Analisa Perangkingan Alternatif Industri (2)
Industri yang menjadi prioritas adalah industri berbahan baku hasil hutan (rakyat) dan perikanan. Industri yang menjadi prioritas di Bangkalan ditentukan oleh ‘resource based industries’ .
Kesimpulan •
•
Terdapat dua puluh dua kriteria yang menjadi faktor yang menentukan pengembangan prioritas industri kecil menengah. Dua puluh dua kriteria tersebut dikelompokkan menjadi delapan klaster kriteria, yaitu klaster resources, teknologi, finansial, SDM, marketing, strategic, iklim usaha, dan produksi. Dari kriteria-kriteria yang menentukan, diperoleh tujuh kriteria yang memiliki bobot tertinggi sebagai kriteria yang paling prioritas dalam menentukan pengembangan industrti kecil menengah. Tujuh kriteria tersebut adalah nilai investasi dan penentuan harga pada klaster finansial, kapasitas produksi dan kualitas produk pada klaster produksi, inovasi produk dan persaingan usaha dalam klaster strategic, serta sustainability bahan baku untuk jangka panjang dalam klaster resources.
Kesimpulan (2) Prioritas pengembangan industry kecil menengah berdasarkan urutan perankingannya adalah: industri batik, industri penggaraman/pengeringan ikan, industri batu bata dari tanah liat, industri kerupuk, industri makanan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, industri pengolahan dan pengawetan lainnya untuk ikan, industri anyam-anyaman dari tanaman selain rotan dan bambu, industri kapur, industri genteng dan tanah liat, industri anyam-anyaman dari rotan dan bambu, industri tempe, industri kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, industri furniture dari kayu, industri sirup, industri alat pertanian dari logam, industri tali, industri border/sulaman, industri berbagai macam tepung, industri kapuk, dan industri alas kaki.
Kesimpulan (3) •
•
Jika disimpulkan, industri yang menjadi prioritas adalah industri berbahan baku hasil hutan (rakyat) dan perikanan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri yang menjadi prioritas di Bangkalan ditentukan oleh ‘resource based industries’ yang berarti bahwa industri yang menjadi industri kompetensi lebih banyak ditentukan oleh potensi sumberdaya (resource) yang dibutuhkan dalam proses industri, terutama bahan baku yang berasal dari sumber daya alam dan sumberdaya manusia lokal. Industri batik, yang merupakan industri prioritas, memiliki wilayah pengembangan di Kecamatan Tanjungbumi, yang menjadi pusat pengembangan kawasan industri kecil dan kerajinan rakyat yang memiliki reputasi nasional.
Saran Sektor industri kecil menengah yang prioritas dapat ditentukan melalui pembobotan dengan metode Delphi, tanpa perlu mengolah keseluruhan industri yang ada. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menentukan sektor industri kecil menengah yang dapat dikembangkan pada suatu kawasan industri tertentu.
Daftar Pustaka Ciptomulyono, U. (2000). Integrasi Metode Delphi dan Prosedur Analisis Hirarkhis (AHP) untuk Identifikasi dan Penetapan Prioritas Objektif/Kriteria Keputusan. Jurnal IPTEK, Vol.7 . Fenwick, J., Butt, J., Downie, J., Monterosso, L., & Wood, J. (2006). Priorities for midwifery research in Perth, Western Australia: A Delphi study. International Journal of Nursing Practice , 12: 78-93. Hamzah, M. I. (2009). Penetapan Pola Sistem Pengembangan dan Pembinaan Manajemen untuk UKM dengan Pendekatan Model MCDM Hybrid DEMATEL dan ANP. Tugas Akhir Teknik Industri ITS . Kristianto, Y. (2002). Pengembangan Model Keputusan Kelompok Integrasi Model Fuzzy AHP dan Delphi: Studi Kasus Pemilihan Sektor-sektor Industri Kimia Dasar di JaTim. Thesis Teknik Industri ITS . Maharani, S. (2007). Penerapan Metode Fuzzy ANP dalam Proses Pemilihan Rekanan Penyedia Peralatan Proses PT 'X'. Tugas Akhir Teknik Industri ITS . Marimin. (2005). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo. Pratiwi, J. N. (2009). Implementasi Model Input Output dan Fuzzy ANP dalam Penentuan Prioritas Pengembangan Industri Kreatif di Jawa Timur. Tugas Akhir Teknik Industri ITS .
Daftar Pustaka (2) Rahmana, A. (2009). Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi . Saaty, T. L. (2001). Decision Making With Dependence And Feedback: The Analytic Network Process. Pittsburgh: RWS Publications. Salmah, M. K. (2009). Aplikasi Metode ANP dan TOPSIS dalam Penentuan Industri Manufaktur Unggulan Serta Strategi Pengambangan (Studi Kasus: Kotamadya Surabaya). Tugas Akhir Teknik Industri ITS . Sulistyastuti, D. R. (2004). Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2 , 143-164. Tambunan, T. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat. Tsai, W. H., & Chou, W. C. (2009). Selecting Management System for Sustainable Development in SMEs: A Novel Hybrid Model Based on DEMATEL, ANP and ZOGP. Expert System with Application , 1444-1458. Widharanti, A. (2009). Pemilihan Sektor Pelanggan dalam Penerapan Demand Side Management untuk Pengaturan Beban Listrik dengan Pendekatan Dephi AHP di PLN Distribusi JaTim. Tugas Akhir Teknik Industri ITS .