perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Politik Tubuh Perempuan dalam Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam)
Oleh Nurike Pudyastiwi Ghaniy D1211057
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Nurike Pudyastiwi Ghaniy
NIM
: D1211057
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Politik Tubuh Perempuan dalam Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam) ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah diebutkan dalam teks dan dicantumkan ke dalam commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
November 2014
Nurike Pudyastiwi Ghaniy NIM. D1211057
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Wanita Indonesia mestilah berdiri di samping pria, bagi Tanah Air dan Bangsa. Dalam tangan Wanita, terletak masa depan Indonesia. Lezing van der Heer Bahder Djohan, “De Positie van de vrouw in de Indonesische samenleving” (Di Tangan Wanita)
You can’t kill the spirit, she is like a mountain. Old and strong, she goes on and on and on. The Greenham Women Incorporate Declaration Song
Even if I feel like I can’t hold on, even if I feel like I can’t keep up, I don’t stop, I can’t stop. 2PM – Don’t Stop Can’t Stop
Even if we fall hundreds of times, stand up. We’ll go up. WINNER – Go Up.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulilah, karya ini penulis persembahkan untuk yang tersayang: Mama dan Bapak, orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya. I won’t even imagine to live without you both. Seluruh keluarga di Sukoharjo, Jakarta, Purworejo dan Kalimantan. Seluruh teman yang selalu memberikan dukungan dan doa selama penyelesaian skripsi ini. Dan sahabat baik yang selalu memberi kekuatan, Fatkhurrahman. Thank you so much for being a man I can lean on.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia dan berkahnya, sehingga penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Politik Tubuh Perempuan dalam Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam).” Selama proses skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril dan materil serta secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.
Prof. Drs. Pawito, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2.
Dra. Prahastiwi Utari, Ph. D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan ilmu, pengetahuan dan masukan untuk kemajuan penulis. Terimakasih.
3.
Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II, yang juga telah berkenan membimbing dan memberikan pengarahan bagi penulis.
4.
Dra. Hj. Sofiah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
5.
Mama, Bapak, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.
6.
Fathkhurrahman, sahabat yang selalu membantu dan mendukung penulis dalam suka dan duka.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
7.
digilib.uns.ac.id
Oktabilla Ayu Lestari, Okie Rindasih dan Denik Apriyani, teman hidup di Grha Anindya, teman hidup berbagi segala cerita dan saling memberi dukungan.
8.
Oktabilla, Oksa Amalia, Safira Rizki, Ita Septriyana, Christian Pandu dan Adhika Primanisita, teman berjuang dalam jenjang ilmu Komunikasi Non Reguler ini.
9.
Okie Rindasih, Kori Pratiwi, Prista Iriana, Dini Sefty, Winda, Natalia, dan Indah, yang meskipun kita sudah tidak satu atap, tapi penulis rasakan dukungan serta dukungannya selalu mengiringi proses ini.
10. Teman-teman di Komunikasi Non Reguler UNS 2011, semoga semua sukses. Penulisan skripsi ini belum sempurna, namun penulis memiliki harapan, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan suatu masukan yang dapat membangun penulis untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.
Surakarta,
November 2014
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nurike Pudyastiwi Ghaniy, D1211057. Politik Tubuh Perempuan dalam Media (Studi Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2014. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana politik tubuh perempuan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sri Sumarah Karya Umar Kayam. Sesuai dengan tema dalam kedua novel, peneliti menggunakan pendekatan bagaimana politik budaya terhadap tubuh perempuan dan bagaimana politik tubuh perempuan tersebut dalam menghadapinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengemukakan bagaimana politik tubuh perempuan direpresentasikan dalam kedua novel. Pemilihan data dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu yang sesuai dengan tujuan penelitian dan rumusan masalah. Dalam analisis, peneliti menggunakan teknik analisis wacana model Sara Mills. Peneliti memilih metode ini, karena metode ini sering digunakan dalam penelitian feminis dan perempuan serta metodenya sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Metode analisis wacana Sara Mills melihat bagaimana teks dibangun melalui empat posisi, yaitu posisi objek, subjek, penulis dan pembaca. Dalam posisi objek dan subjek, penulis menganalisis bagaimana politik tubuh perempuan digambarkan dalam teks. Dalam posisi penulis, peneliti melihat wacana dari latar belakang penulis. Sedangkan dalam posisi pembaca, peneliti melihat bagaimana teks diterima oleh pembaca penikmat novel. Politik tubuh perempuan adalah cara yang dilakukan perempuan untuk melepaskan kekuasaan pada tubuhnya. Dalam penelitian ini, tubuh perempuan digambarkan dikuasai oleh budaya sehingga perempuan tidak dapat bertindak sesuai dengan keinginan mereka bahkan cenderung dipaksa untuk melakukan kegiatan yang merugikan perempuan. Namun, dengan pemberdayaan kekuatan mereka sendiri, akhirnya perempuan dapat terlepas dari kekuasaan tersebut. Kata Kunci : Perempuan, politik tubuh, analisis wacana, Sara Mills. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nurike Pudyastiwi Ghaniy, D1211057. Body Politics of Women in Media (Studies of Discourse Analysis of Body Politics of Women in Novels Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari and Sri Sumarah by Umar Kayam). Thesis, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta. November 2014. In general, the aims of this research is to determine the political discourse of women's bodies in the novel Ronggeng Dukuh Paruk and Sri Sumarah. In keeping with the theme, researchers used the approach of how the political culture of the female body and how woman face it. This research is a qualitative research that aims to propose how the body politics of women represented in both novels. Selection of data is done by purposive sampling, that accordance with the purposes of research and formulation of the problem. In the analysis, the researchers used a model of discourse analysis techniques Sara Mills. Researchers chose this method, because this method is often used in feminist and women's studies and methods in accordance with the formulation of research problems. Sara Mills method of discourse analysis to see how the text is built through four positions, namely the position of the object, subject, author and reader. In the position of the object and subject, the authors analyze how the female body politics described in the text. In the position of the authors, researchers looked at the background of the discourse of the author. While the position of the reader, the researchers looked at how the text is received by the reader novel lovers. Body politics is the way of women to relinquish power to her body. In this research, described the female body is controlled by the culture so that women can not act in accordance with their wishes and even tend to be forced to engage in activities that harm women. However, the strength of their own empowerment, women can finally be separated from the power. Keywords : Woman, body politics, discourse analysis, Sara Mills
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
ix
ABSTRACT ....................................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
14
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
15
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
15
E. Landasan Teori .........................................................................
16
1. Komunikasi Sebagai Proses Produksi dan Pertukaran Makna 16 commit to user 2. Pesan ..................................................................................... x
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Komunikasi Massa ...............................................................
20
4. Novel Sebagai Komunikasi Massa .......................................
22
5. Novel Sebagai Wacana .........................................................
23
6. Sejarah Sastra Indonesia dan Sastra Perempuan ..................
24
7. Feminisme dan Politik Tubuh Perempuan ...........................
26
8. Representasi..........................................................................
33
F. Kerangka Pemikiran .................................................................
34
G. Konsep ......................................................................................
35
1. Politik Tubuh Perempuan .....................................................
35
2. Kontekstual ...........................................................................
36
3. Analisis Wacana ...................................................................
36
H. Metodologi Penelitian ..............................................................
37
1. Jenis penelitian .....................................................................
37
2. Objek Penelitian ...................................................................
38
3. Sumber Data .........................................................................
39
4. Analisis Wacana ...................................................................
39
5. Teknik Analisis Data ............................................................
43
6. Validitas Data .......................................................................
44
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
DESKRIPSI NOVEL ....................................................................
46
A. Ronggeng Dukuh Paruk ...........................................................
46
1. Sinopsis ................................................................................
46
2. Ahmad Tohari dan Ronggeng Dukuh Paruk ........................
49
B. Sri Sumarah ..............................................................................
51
1. Sinopsis ................................................................................
51
2. Umar Kayam dan Sri Sumarah ............................................
52
BAB III ANALISIS DATA..........................................................................
55
A. Posisi Objek..............................................................................
60
1. Perempuan Sebagai Tokoh Simbolis dalam Budaya ............
60
2. Penggunaan Tubuh Perempuan dalam Ritual Adat Budaya
83
B. Posisi Subjek ............................................................................
91
C. Posisi Penulis............................................................................
114
D. Posisi Pembaca .........................................................................
142
E. Hubungan Analisis Wacana Politik Tubuh Perempuan Pada Level Teks, Penulis dan Pembaca dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Sri Sumarah ......................................
151
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
159
A. Kesimpulan ...............................................................................
159
B. Saran .........................................................................................
165
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... commit to user
167
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Halaman 34
Gambar 2. Diagram Hubungan Empat Posisi yang Mempengaruhi Terbentuknya Teks dalam Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah
Halaman 158
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Literatur tentang gender dan media menyingkapkan ketidaksetaraan yang mendasar dalam frekuensi pemuatan wanita dan pria di media. Misalnya dalam televisi, lebih banyak menggambarkan pria sebagai pemimpin daripada wanita. Media bisa menjadi saluran mitos dan sekaligus sarana pengukuhan mitos tertentu tentang gender, wanita dan pria. Gender adalah konstruksi sosial dan kodifikasi perbedaan antarseks. Konsep ini menunjuk pada hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki. Gender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda-beda dipengaruhi faktor-faktor seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, adat istiadat, golongan, sejarah serta perkembangan teknologi. Tidak jarang alasan kultural memberikan legitimasi yang kuat kemudian dimasukkan kedalam berbagai pranata sosial dan adat istiadat yang kemudian mendarah daging. Di Indonesia, khususnya Jawa, kaum wanita belum sanggup mengembangkan mentalitas kemandiriannya untuk keluar dari sistem kekuasaan feudal aristokratik (Ibrahim, 2007: 3-7). Penggambaran wanita dalam media massa, seperti iklan, tabloid, ataupun majalah tidak jauh dari bentuk badan sebagai daya tariknya. Begitu juga radio, televisi, sinetron dan film yang juga memberikan gambaran tentang perempuan yang lemah, hanya di rumah, dan tugas utamanya adalah menyenangkan laki-laki. Potret perempuan dalam media massa tidak jauh dari stereotipe yang merugikan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
yakni perempuan yang pasif, dan laki-laki yang aktif (Ibrahim dan Suranto, 1998: 107-108). Pemaparan perempuan dalam media tidak pernah jauh dari tubuh. Mulai dari cara berbusana, bentuk tubuh dan ekploitasi tubuh itu sendiri, yaitu simbol-simbol menggunakan tubuh untuk pengabdian dan seks dimana pengabdian tersebut kembali lagi yaitu untuk laki-laki (Siregar, 2001: 73). Eksploitasi tubuh perempuan dalam pencitraan media massa menjadi bagian refleksi realitas sosial masyarakat bahwa perempuan selalu menjadi subordinat kebudayaan laki-laki. Perempuan di media massa menjadi “perempuannya lelaki” dalam realitas sosial (Bungin dalam Aziz, 2010: 115). Tubuh secara biologis terdiri dari dada, paha, bibir, mata, perut, pusar, penis, puting, anus, otak, usus dan jantung. Tetapi tubuh tidak hanya berhenti pada pandangan sistem biologis tersebut. Tubuh dengan bagian-bagiannya dimuati oleh simbol kultural, positif, negatif, politik, ekonomi, seksual dan moral. Tinggi dan berat badan, aktivitas makan minum, bercinta, bentuk tubuh dan bahasa tubuh bukan sekedar fenomena fisik, tetapi juga berdimensi sosial. Bagian tubuh dan atribut tubuh sesungguhnya bersifat sosial. Usia, gender, dan warna kulit menjadi identitas sosial dan konsep diri. Tubuh menjadi suatu hal penting yang mempengaruhi kehidupan sosial. Seperti memperhatikan kecantikan, kegemukan, wajah, dan seks yang menjadi berpengaruh untuk bekerja atau berteman. Tubuh menampung sebuah wilayah yang luas dari makna yang terus menerus berubah. Ia menjadi unsur pokok identitas personal dan sosial (Synnott, 1993: 1-4). Di dalam tubuh perempuan terkandung daya tarik yang dapat mengendalikan tingkah laku manusia, terutama laki-laki. Karena hal tersebut, commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Tubuh perempuan menjadi simbol identitas moral dan martabat masyarakat sehingga agama dan negara merasa berkewajiban juga untuk mengatur bagaimana perempuan memperlakukan tubuhnya (Yuliani, 2010: 98). Michael
Foucault
dalam
bukunya
The
History
of
Sexuality,
mengungkapkan bahwa tubuh tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan. Yang pertama yaitu kekuasaan yang memancar dari dalam tubuh itu sendiri yang berupa kehendak (will) dan hasrat (desire). Hal ini berkaitan dengan passion yang ada dalam tubuh manusia. Kekuasaan kedua yaitu kekuasaan atas tubuh individu yang mengatur sikap dan perilaku, dalam hal ini disebut aturan atau norma (law). Norma ini yang mengatur dan memberikan larangan bagi tubuh sesuai dengan adat dan kepercayaan yang dianut. Kekuasaan dalam tubuh biasanya menentang kekuasaan atas tubuh (Foucault, 1978: 82). Secara implisit dan eksplisit, laki-laki tumbuh dengan perilaku egoistik yang memaksakan kehendaknya. Perempuan dalam kapasitasnya harus merelakan eksistensinya untuk hilang dan berusaha menjadi istri yang setia mendampingi suami serta melayani suami. Tubuh perempuan menjadi objek kuasa yang dimanipulasi, dilatih, dikoreksi menjadi patuh, bertanggung jawab, menjadi terampil dan meningkat kekuatannya. Hal tersebut telah memenjarakan otonomi perempuan atas tubuhnya baik secara fisik dan psikologi (Sutrisno dan Putranto, 2005: 338-339). Dalam pandangan Barat, tubuh dianggap sebagai mikrokosmos atau semesta kecil. Namun, dalam pengertian Jawa, tubuh merupakan makrokosmos commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau semesta besar, karena tubuh atau jasad manusia dikuasai oleh nafsu dan dorongan naluriah (Handayani & Novianti, 2004: 54). Dalam mitos Jawa, perempuan ibarat bumi yang sanggup menumbuhkan benih, memelihara, menjaganya hingga bisa menghasilkan buah yang siap petik. Perempuan menjadi lambang kesuburan. Seperti kodratnya bumi, perempuan harus bisa menjadi perawat yang baik, yang merawat diri sendiri maupun lingkungannya. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa dengan merawat dunia luar (tubuh) dan dunia dalam (batin) maka dapat dicapai sebuah keharmonisan. Oleh karenanya, perempuan yang baik harus dapat merawat tubuhnya (Tilaar, 1999: 23). Keharusan perempuan Jawa menjaga tubuhnya ini nantinya adalah untuk kewajiban perempuan dalam berumah tangga, yakni melayani suaminya. Perempuan dalam budaya Jawa disebut wanita yang berasal dari kata wani ditata yang artinya berani diatur. Setelah berumah tangga, istri sepenuhnya menjadi pendamping suami yang nrimo ing pandhum atau pasrah dan menerima apa yang diinginkan
suaminya,
termasuk
dalam
urusan
berhubungan
badan
(http://blog.rawins.com/2010/04/perempuan-jawa.html diakses 29 Juli 2013). Politik adalah suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, cara, alat yang digunakan untuk mencapai tujuan (Rahayu, 2007: 82). Politik tubuh disini adalah hal-hal yang berkenaan dengan ketubuhan perempuan yang didominasi oleh budaya dan patriarki serta dieksplorasi ke berbagai bentuk komoditi. Namun, politik tubuh tidak hanya tentang bagaimana hal lain dapat menguasai tubuh perempuan, juga tentang bagaimana perempuan memiliki cara untuk memiliki kekuasaan penuh atas tubuhnya sendiri. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Politik tubuh, menurut Foucault dalam Jurnal Penelitian Humaniora, adalah prosedur, teknik dan taktik dari kekuasaan dalam menjadikan suatu bentuk lunak, yaitu tubuh, untuk bergerak dan tampil seolah-olah natural sehingga secara tidak sadar telah dikonstruksi, digolongkan, dikonstitusikan, ditematisasikan dan dimanipulasi serta terperangkap dalam suatu hubungan prosedural yang terjadi karena adanya pemaksaan hak dan kewajiban. Ditambahkan oleh Synnott, politik tubuh ada dan bergerak di dalam dan di sekitar diri seseorang. Politik tubuh dapat dilakukan orang kepada orang lain, juga orang pada dirinya sendiri. Synnott dan Descartes membagi tubuh menjadi dua, yaitu tubuh mekanis dan tubuh mesin. Tubuh mekanis adalah tubuh yang digerakkan sebagai pekerja yang menjadi bagian dari mesin produksi, sedangkan tubuh mesin dianggap sebagai seonggok mayat yang bekerja tanpa jiwa (Purwahida & Sayuti, 2011: 115). Politik tubuh berkaitan dengan otonomi tubuh. Menurut Harper, otonomi tubuh adalah upaya untuk menjadikan tubuh utuh dari segala penjajahan dari pihak manapun dan di mata siapapun. Upaya ini membutuhkan pemaknaan nilai hidup dan eksistensi diri perempuan itu sendiri, sehingga dirinya bebas menentukan
segala realitas
hidupnya.
Otonomi
atas
tubuh
perempuan
berhubungan erat dengan kekuasaan. Seorang perempuan dikatakan memiliki otonomi atas tubuhnya sendiri jika ia dapat melakukan kontrol atas tubuhnya. Ketidakmampuan perempuan melakukan kontrol atas tubuhnya dapat dilihat ketika tubuh perempuan dijadikan komoditas oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak tersebut (Benedicta, 2011: 145). commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Feminisme radikal merupakan paham feminisme yang menekankan kepada permasalahan patriarkis yang fokus pada politics of the “private” sphere atau hal-hal yang bersifat privasi seperti seksualitas, motherhood, dan tubuh. Tujuan utama mereka adalah agar perempuan dapat memiliki kuasa sepenuhnya terhadap tubuh mereka sendiri untuk meningkatkan nilai tubuh mereka. Untuk mendapatkan tujuan mereka, feminis radikal akan menggunakan ide, sikap dan nilai-nilai budaya daripada menggunakan dominasi laki-laki. Feminisme radikal tidak memperhatikan urusan perempuan dalam hal ekonomi, seperti gaji dan lainlain. Feminisme radikal fokus pada tubuh sebagai hal utama terjadinya penindasan terhadap kaum perempuan (Beasley, 1999: 57-58). Sastra menjadi bahasa untuk berkomunikasi dengan bidang-bidang lain yang berkembang di jaman sastra tersebut hidup. Wujud sastra merupakan tanggapan penulisnya terhadap fenomena yang ada dalam masyarakat. Apa yang ingin diungkapkan oleh sastrawan (komunikator) tersebut tidak terlepas dari latar belakang dan lingkungannya. Karya sastra menjadi suatu proses komunikasi antara sastrawan sebagai komunikator dan pembaca sebagai komunikan (http://bahasa.kompasiana.com/ diakses pada tanggal 28 April 2013). Sastra adalah ungkapan pribadi manusia, berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semngat keyakinan, ke dalam suatu bentuk gambaran konkret dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seorang pengarang ingin menyampaikan pandangannya tentang kehidupan. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra artinya belajar tentang nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra tersebut (Rokhmansyah, 2014: 2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Ahmad Tohari dan Umar Kayam adalah sastrawan Indonesia yang mengangkat perempuan ke dalam karya sastranya. Keduanya merupakan sastrawan angkatan 66 dan berasal dari Jawa. Keduanya juga merupakan sastrawan yang karyanya tidak hanya diakui di Indonesia, tapi telah diapresiasi oleh masyarakat dunia. Keduanya pernah mendapatkan SEA Write Award, yaitu penghargaan penulis se-Asia Tenggara. Umar Kayam mendapatkannya pada tahun 1987 sedang Ahmad Tohari pada tahun 1995 (http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 15 April 2013). Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah, keduanya bercerita mengenai tema yang sama, yakni perempuan pada masa pergolakan komunis. Ronggeng Dukuh Paruk bercerita tentang seorang perempuan di Banyumas Jawa Tengah, Srintil, yang karena bakatnya, ia menjadi terikat oleh budaya di lingkungannya. Budaya tersebut secara tidak langsung memaksa ia untuk menyerahkan keperawanan beserta harga dirinya. Dalam novel ini Srintil mencoba untuk keluar dari budaya, menyelamatkan harga dirinya. Sri Sumarah bercerita mengenai seorang perempuan yang hidup pada masa kemerdekaan dan G30S PKI. Dia hidup bersama neneknya yang sangat memegang teguh budaya Jawa. Segala yang ia lakukan haruslah sesuai dengan yang adat Jawa anggap baik. Dari caranya merawat tubuh, melayani suami hingga cara dia bersikapun juga tak lepas dari tata santun Jawa. Tokoh-tokoh perempuan dalam Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah merupakan dua perempuan Jawa yang hidupnya tidak lepas dari apa yang mereka dapat atau yang mereka alami karena tubuh mereka. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti cerita fiksi Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Sumarah karena keduanya menggambarkan perempuan yang bergolak untuk melakukan kontrol atas kuasa pada tubuh mereka sendiri. Ahmad Tohari mulai dikenal setelah sebuah cerpennya memenangkan sebuah kincir dari Radio Hilversum, radio di Belanda. Setelah itu, Ahmad Tohari memenangkan sayembara yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta untuk penerbitan sebuah karya. Karena keahliannya menulis, ia menjadi sastrawan besar di Indonesia (Sumardjo, 1991: 79). Sebelum penghargaan SEA Write Award, pada tahun 1990, Ahmad Tohari mendapatkan penghargaan The Fellow of The University of Iowa dalam International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat. Ronggeng Dukuh Paruk (1982) adalah novel keduanya setelah novel Kubah (1980). Ronggeng Dukuh Paruk menarik perhatian pembaca hingga ke manca negara, hingga kemudian diterbitkan dalam bahasa Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris. Ronggeng Dukuh Paruk telah diangkat menjadi film layar lebar sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1983 dan tahun 2011, dimana film yang terbaru ini disutradarai Ifa Isfansyah dengan penulis naskah Salman Aristo dan meraih 4 penghargaan utama dalam Piala Citra. Sampai tahun 2011, Ronggeng Dukuh Paruk telah mencapai cetakan yang kedelapan dengan menyatukan dari ketiga trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala (http://ahmadtohari.com/profile diakses pada tanggal 25 April 2013). Ahmad Tohari, dalam Proses Kreatif, kumpulan cerita-cerita penulis Indonesia, Pamusuk Eneste, menceritakan maksud dan tujuannya dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Selain sebagai hasil dari jiwanya yang mencintai sastra, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
Ronggeng Dukuh Paruk dianggapnya sebagai pertanggung jawaban moral seorang Ahmad Tohari sebagai penulis terhadap tragedi besar pada tahun 1965, dimana pada masa itu hingga tahun 80-an, belum ada laporan yang memadai menyangkut tragedi tersebut (Eneste, 2009: 118). Pada tahun 1960-an, keberadaan Ronggeng di Dukuh Paruk merupakan fenomena sosial yang dipuja. Dalam Diskusi “Di Balik Ronggeng Dukuh Paruk” yang diliput oleh Tempo, Ahmad Tohari menyampaikan bahwa dengan menulis Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari ingin membela perempuan yang tertindas. Diacara lain, yaitu “Parade Obrolan Sastra IV”, Ahmad Tohari menambahkan, bahwa pemilihan tokoh Ronggeng karena kondisi negara saat itu masih belum berpihak pada sosok perempuan. Selain itu, Tohari ingin merekam dan mencatat kejadian pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang saat itu ia alami secara langsung (www.tempo.co diakses pada 6 Mei 2013). Umar Kayam merupakan sastrawan dengan pandangan yang sangat luas. Umar Kayam dikatakan sebagai tokoh intelektual dan ilmuwan dalam Sastra Indonesia. Pentingnya kedudukan Umar Kayam dalam sastra Indonesia adalah kematangannya dalam teknik menulis di samping kematangan visinya dalam memandang kehidupan. Kayam menjadi penulis yang ekonomis dalam menyusun ceritanya. Kayam hanya memberi gambaran situasi tertentu melalui suasana yang terbias dari batin tokohnya. Gaya cerita Kayam khas dengan nuansa Jawa dan Barat, yang perfeksionis namun ringan dan mengalir (Sumardjo, 1991: 200-202). Sri Sumarah merupakan cerpen panjang Umar Kayam yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1975 bersama cerpen panjang Bawuk. Sri Sumarah oleh commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Harry Aveling, seorang penulis asal Australia, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris kemudian diterbitkan dengan judul Sri Sumarah and Other Stories, yang kemudian mendapat penghargaan “Anugerah Pengembangan Sastera” di Kuala Lumpur pada tahun 1991 (http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 15 April 2013). Cerpen panjang Sri Sumarah dikelompokkan ke dalam cerpen-cerpen yang berlatar peristiwa geger politik September 1965. Dengan cerpen tersebut, Umar Kayam juga mengajak pembaca untuk memahami misteri kemanusiaan di balik tragedi nasional September 1965 sehingga tidak selalu muncul pemikiran yang dikotomis benar dan salah (Yudiono, 2010: 266-267). Karya-karya Umar Kayam dan Ahmad Tohari tentu saja tidak lepas dari pandangan, pengalaman, dan pengetahuan masing-masing. Sri Sumarah dan Srintil merupakan dua perempuan dengan latar belakang Jawa yang hidup di jaman yang bergejolak. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui wacana politik tubuh perempuan pada keduanya. Karya sastra merupakan dunia rekaan yang diciptakan oleh pembuatnya. Dunia rekaan yang di terima oleh pembacanya, membuat proses tersebut menjadi proses komunikasi. Dalam proses komunikasi semacam ini, sastrawan adalah pengirim pesan, pembaca adalah penerima pesan dan karya sastranya adalah pesan (Taryadi, 1999: 238-239). Pesan dalam ilmu komunikasi adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan memiliki tema yang menjadi pengarah dalam usaha mempengaruhi komunikan. Pesan merupakan hal yang sangat commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penting dalam proses komunikasi, karena pesan merupakan arah tujuan akhir proses komunikasi tersebut (Widjaja, 2000: 32). Karya sastra merupakan susunan huruf, kata, kalimat, dan alenia yang dapat menjadi sebuah dunia hanya jika pembaca secara aktif menafsirkannya. Dalam proses menafsirkan tersebut terjadi komunikasi langsung antara karya sastra dengan pembaca, atau komunikasi tidak langsung antara sastrawan dengan pembaca (Taryadi, 1999: 239). Proses komunikasi bukanlah proses dimana yang satu aktif dan yang satu pasif, melainkan sebuah proses yang dinamis. Masing-masing pihak memiliki posisi untuk menafsirkan dan memaknai pesan. Karenanya, proses komunikasi pada dasarnya bukan hanya proses pengiriman pesan dan penyebaran pesan, tetapi proses konstruksi atas pesan. Pengirim akan mengkonstruksi pesan tertentu untuk disampaikan.
Kemudian,
penerima
tidak
hanya
menerima,
tetapi
juga
mengkonstruksi kembali pesan yang disampaikan pengirim (Eriyanto, 2002: 5253). Apa yang ditulis oleh Ahmad Tohari dan Umar Kayam tidak semata-mata menghasilkan pendapat yang sama persis antar pembaca. Pemaknaan yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh kemampuan kognitif maupun afektif pembaca yang berbeda-beda pula. Makna yang dikode oleh pemirsa tersebut bergantung pada bagaimana individu melakukan dekonstruksi terhadap pesan tersebut, karena setiap individu memiliki kebebasan menentukan metode interpretasi apa yang harus digunakan, termasuk kepentingan-kepentingannya dalam melakukan dekonstruksi (Sobur, 2009: 28). commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Oleh karena itu, untuk mengetahui representasi politik tubuh perempuan dalam cerita fiksi Ronggeng Dukuh Paruk dan Sri Sumarah, perlu menggunakan analisis. Wiradi memberikan definisi bahwa analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsir maknanya (Makinuddin & Sasongko, 2006: 40). Berdasarkan pengertian diatas, maka tugas analisis adalah mencari dan memaparkan makna. Pendekatan analisis wacana terhadap representasi media lebih canggih dibandingkan dengan analisis lainnya. Tidak hanya kata-kata yang dapat dikodekan dan dihitung, tetapi struktur wacana yang kompleks pun dapat dianalisis pada berbagai tataran deskripsi. Wacana disini
sebagai “ucapan”
dimana pembicara/ penulis menyampaikan sesuatu tentang sesuatu kepada khalayak, dan bahasa sebagai mediasi dalam proses ini (Sobur, 2009: 5-11). Untuk memahami sebuah karya sastra sebagai sebuah wacana, tidak cukup hanya mengetahui tentang makna kata-katanya saja, tetapi harus dibekali juga pengetahuan sosial budaya bahasa yang digunakan, serta pemahaman terhadap masyarakat pemakai bahasa itu sendiri. Fairclough memandang wacana sebagai bentuk praktik sosial yang terungkap melalui pemakaian bahasa. Dengan demikian analisis wacana berusaha menjelaskan bagaimana bahasa (teks) berfungsi
mengungkapkan
realitas
budaya.
McCarthy dalam
Sumarlam
mengungkapkan bahwa analisis wacana mempelajari bahasa dan menekankan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada hubungan antara bahasa dengan konteks dalam pemakaian bahasa, baik berkenaan dengan teks tertulis maupun data lisan (Sumarlam, 2003: 8-13). Sedangkan untuk menganalisisnya, penulis menggunakan konsep analisis wacana dari Sara Mills. Sara Mills merupakan seorang teoris wacana yang titik perhatiannya lebih banyak pada wacana-wacana feminisme. Seperti bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto ataupun berita. Titik perhatian analisis wacana model Sara Mills adalah bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks. Sara Mills melihat bagaimana posisiposisi aktor ditampilkan dalam teks, serta bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Dalam posisi subjek-objek, Mills menekankan bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan atau peristiwa ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya menentukan bagaimana bentuk teks yang hadir di tengah khalayak. Posisi pembaca menurut Sara Mills juga sangat penting dan harus dipertimbangkan dalam pembentukan teks. Mills berpandangan bahwa teks merupakan hasil negosiasi antara penulis dan pembaca (Eriyanto, 2001: 199-204). Penulis memutuskan untuk menggunakan analisis wacana model Sara Mills, karena selain model ini sering digunakan untuk wacana feminisme, model ini sesuai dengan tema yang penulis angkat, yaitu politik tubuh. Bagaimana perempuan menjadi objek dan bagaimana perempuan menjadi subjek. Terdapat kesamaan konsep berfikir antara Sara Mills dan feminisme radikal tentang penindasan terhadap perempuan. commit to user