PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADAMATA PELAJARAN IPA DI KELAS IVSDN 1 TUMORA Oleh NOVA PANGANDO* ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 1 Tumora yang berjumlah 15 orang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division. Penelitian in dilakukan dalam dua siklus, materi untuk sikus I yaitu Struktur akar dan fungsinya, dan untuk siklus II yaitu Struktur Batang dan Fungsinya serta Struktur daun dan Fungsinya. Hasil penelitian pada siklus I didapatkan ketuntasan klasikal sebesar 66,66%, aktivitas guru berada pada kategori baik yaitu rata-rata presentse aktivitas guru 75,0% pada pertemuan pertama dan 80,88% pada pertemuan kedua serta aktivitas siswa berada pada kategori baik yaitu 78,57% pada pertemuan pertama dan 83,92% pada pertemuan kedua. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,66%, aktivitas guru berada pada kategori sangat baik yaitu 88,23% pada pertemuan pertama dan 98,52% pada pertemuan kedua, serta aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik yaitu 89,28% pada pertemuan pertama dan 94,64% pada pertemuan kedua. Berdasarkan indikator penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran koopratif tipe Student Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN I Tumora. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, Student Teams-Achievement Division, hasil belajar. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas–luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka peningkatan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi.Mengajarkan mata pelajaran di dalam kelas , terutama pada mata pelajaran IPA, ada hal-hal yang harus menjadi bahan *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
pertimbangan sehingga segala informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat diterima dengan baik. Hal-hal tersebut yakni sarana prasarana, media pembelajaran, model pembelajaran, metode mengajar dan penataan lingkungan tempat belajar(Sriwimming, 2010:1). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA di SDN 1 Tumora diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPA.Salah satu kendala tersebut adalah guru yang bersangkutan hanya menggunakan model dan metode pembelajaran yang dikuasainya saja.Sehingga siswa menjadi bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.Informasi lain juga diperoleh dari nilai rata-rata ujian semester 1 pada mata pelajaran IPA di Kelas IV dan kelas V SDN 1 Tumora menunjukkan bahwa nilai ratarata yang diperoleh siswa dari tahun 2010/2011 sampai 2011/2012 pada mata pelajaran IPA masih sangat rendah untuk memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65 untuk bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan ketuntasan belajar klasikal mencapai lebih atau sama dengan 80% sesuai yang ditetapkan di SDN I Tumora. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan oleh guru untuk berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan model atau metode baru dalam pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar, membangun kreatifitas dan mengembangkan potensi siswa secara maksimal adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan kerjasama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa untuk mencapai tujuan bersama dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pembelajaran kooperatif membantu semua siswa terutama yang rendah hasil belajarnya untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya, karena siswa dapat termotivasi dan dapat menyimpan informasi yang diberikan lebih lama karena siswa sendiri yang mengerjakan dan menemukan informasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA di Kelas IV SDN I Tumora“ Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN I Tumora?”.Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN I Tumora dalam mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.Manfaat dari penelitian yaitu Bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN I Tumora. Bagi guru sebagai masukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan dapat mengetahui penggunaan-penggunaan model pembelajaran IPA. Bagi sekolah sebagai masukan kepada sekolah tempat penelitian, perlunya penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SDN I Tumora. Sekaligus menambah referensi bagi perpustakaan sekolah. Bagi peneliti
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Sebagai upaya bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan, pengalaman dan kemampuan mengembangkan potensi dalam meneliti Hasil Belajar Siswa Menurut Depdiknas (2005:152) menjelaskan bahwa “hasil adalah pendapatan atau perolehan”. Menurut Sardiman (2008:20) “belajar itu senantiasa merupakan perubahann tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan tingkah laku menurut Hamalik (2005:41) adalah perubahan kepribadian pada diri seseorang. Tingkah laku mengandung pengertian yang luas meliputi segi jasmaniah (strukturil) dan segi rohaniah (fungsionil) yang kedua-duanya saling bertalian dan saling berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku ini terdiri dari aspek yang meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani, hubungan sosial dan lain-lain. Menurut Sudjana (dalam Nur Asma 2010:4) mengemukakan bahwa “hasil yang diperoleh setelah mempelajari materi yang diwujudkan melalui perubahan pada diri siswa tersebut yang meliputi perubahan reaksi dan sikap siswa secara fisik maupun mental”. Secara luas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan alat ukur tertentu. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecerdasan ,motivasi prestasi, kemampuan kognitif, yang kesemuanya termasuk faktor dari dalam diri siswa sedangkan faktor dari luar diri siswa seperti lingkungan dan instrumen guru dalam pembelajaran. Sejalan dengan pengertian hasil belajar siswa maka dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung /aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif,efektif dan psikomotor yang diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar siswa. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Dalam pembelajaran, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Secara garis besar , hasil belajar dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Kedua faktor tersebut menurut Sudjana (dalam Nur Asma, 2010:6) adalah sebagai berikut : a. Faktor interen 1) Faktor jasmaniah, terdiri dari: faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis, terdiri dari: intellegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan.
motif,
3) Faktor kelelahan, terdiri dari: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
b. Faktor eksternal 1) Faktor keluarga, terdiri dari:cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah, terdiri dari:metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, kedaan gedung, media belajar, model dan metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, terdiri dari: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa di antaranya penggunaan media, model atau metode mengajar. Dalam hal ini keberhasilan belajar siswa salah satunya tergantung dari cara guru memberikan atau menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai model, metode pembelajaran yang ada dan menggunakan media dalam pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Model pembelajaran STAD di kembangkan oleh Robert Slavin dan kolegakoleganya di Universitas Jhon Hopkin. STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana, merupakan model yang baik digunakan untuk siswa yang baru mengenal tentang pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dalam Asma,2008: 50) menyatakan bahwa STAD adalah: Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Kemudian menurut ARIZT (dalam Harlina, 2008 : 7) menyatakan STAD adalah “ Pembelajaran kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, setiap kelompok akan bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ibrahim (2000) dalam Erni Purnaningtyas (2010:8-9) menyebutkan 5 fase dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD sepeti pada tabel berikut. Indikator
Aktivitas Guru
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Fase-1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Fase-2 Penyajian informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar Fase-4 Membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar Fase-5 Melakukan diskusi antar kelompok Fase-6
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara evisien Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Memperhatikan presentasi yang dilakukan tiap kelompok
Memberikan evaluasi secara individu terhadap materi yang telah dibahas
Evaluasi Sumber: Ibrahim (2000) Dalam Erni Purnaningtyas (2010:8-9) Dari beberapa fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dikomentari bahwa pada dasarnya semua fase tersebut hampir sama yang pada intinya memuat fase-fase sebagai berikut: 1) Fase 1 : Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa 2) Fase 2 : Penyajian informasi atau penyajian kelas 3) Fase 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar 4) Fase 4 : Membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar 5) Fase 5 : Melakukan diskusi antar kelompok 6) Fase 6 : evaluasi serta pemberian penghargaan Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD Asma,2006:26) :
menurut Davidson (dalam Nur
1. Meningkatkan kecakapan individu *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
2. Meningkatkan kecakapan kelompok 3. Meningkatkan komitmen 4. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya 5. Tidak bersifat kompetitif 6. Tidak memiliki rasa dendam Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Slavin (dalam Nur Asma 2006:27 )yaitu: 1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang 2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran yang pandai lebih dominan.
anggota
Materi Pelajaran IPA kelas IV semester I Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan Tiga bagian pokok dalam tubuh tumbuhan adalah akar, batang, dan daun.Bagian lain pada tumbuhan dapat dianggap sebagai bagian pokok yang telah berubah.Bunga dianggap perubahan dari batang dan daun.Duri dianggap perubahan dari daun. Bagian-bagian tumbuhan : Akar 1. Struktur akar Akar, pada umumnya, terletak di dalam tanah.warna akar tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.bentuk akar sebagian besar meruncing pada ujungnya.Bentuk yang runcing memudahkan akar menembus tanah. Akar terdiri dari beberapa bagian, di antaranya rambut akar (bulu akar) tudung akar.Rambut akar merupakan jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke tumbuhan.Tudung akar berfungsi melindungi akar saat menembus tanah. 2. Kegunaan Akar bagi Tumbuhan Akar memiliki kegunaan : • Menyerap air dan zat hara Tumbuhan membutuhkan air dan zat hara untuk kelangsungan hidupnya.Air dan zat hara itu diambil dari dalam tanah.Bagian tumbuhan yang mengambil air dan zat hara itu adalah akar.Akar menembus tanah dan menyerap air dan zat haranyang dibutuhkan tumbuhan. *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
• Memperkokoh tumbuhan Akar yang tertancap dalam tanah berfungsi seperti pondasi bangunan. Akar membuat tumbuhan dapat berpijak kuat di tanah.Dengan begitu tumbuhan dapat bertahan dari terjangan air atau angin. • Alat pernapasan Akar berguna sebagai alat pernapasan tumbuhan.Pada permukaan akar terdapat poripori tersebut, udara di dalam tanah terserap ke dalam tumbuhan. Batang Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting.Batang dapat diumpamakan sebagai sumbu tubuh tumbuhan. 1. Jenis batang Batang tumbuhan dapat di golongkan menjadi 3 jenis : • Batang basah, memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya bayam. • Batang berkayu adalah bagian di dalam batang yang hanya mempunyai kambium. Kambium adalah bagian di dalam batang yang hanya dimiliki oleh tumbuhan batang berkayu. Kambium mengalami dua arah pertumbuhan.Pertumbuhan kambium ke arah luar membentuk kulit.Pertumbuhan kambium ke arah dalam membentuk kayu.Akibat pertumbuhan kambium, batang bertambah besar.Contoh tumbuhan yang memiliki batang berkayu adalah pohon jati, jambu, rambutan, namgka, dan mahoni. • Batang rumput, tumbuhan batang rumput mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering berongga, misalnya tanaman padi dan rumput-rumputan 2. Kegunaan batang a. Sebagai pengangkut Batang berguna sebagai pengangkut atau alat transportasi tumbuhan.Batang mengangkut zat hara dan air dari akar ke daun. Batang juga mengangkut makanan dari tempat pemasangannya, yaitu dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. b. Penopang Batang berguna sebagai penopang tumbuhan. Tujuannya antara lain agar tumbuhan mudah mendapat cahaya (khususnya cahaya matahari). Batang tumbuh semakin tinggi atau semakin panjang.Dengan begiitu, daun yang tumbuh pada batang makin mudah mendapat cahaya. c. Penyimpanan cadangan makanan
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Pada beberapa tumbuhan, batang berguna sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan.Pada umumnya makanan cadangan itu dapat juga dimanfaatkan, misalnya pada tebu, kentang, dan sagu. Daun Daun tumbuh di batang dan tidak terdapat pada akar.Daun amat erat hubungannya dengan batang dan dianggap sambungan dari batang. 1. Bentuk daun Bentuk daun berdasarkan tulang daunnya : • Tulang daun menyirip, berbentuk seperti susunan sirip-sirip ikan, misalnya avokad, nangka, mangga, rambutan. • Tulang daun menjari, berbentuk seperti susunan jari tangan, misalnya daun jarak, kapas, singkong. • Tulang daun melengkung, berbentuk seperti garis-garis lengkung, misalnya daun genjer. • Tulang daun sejajar, berbentuk seperti garis-garis lurus yang sejajar, misalnya rumput-rumputan. 2. Kegunaan daun • Tempat pemasakan makanan. • Alat pernapasan. • Tempat terjadinya proses penguapan. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan dan melihat latar belakang diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaraaan IPA di kelas IV SDN I Tumora. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Pelaksanaan penelitian ini, mengikuti model penelitian bersiklus yang mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi 2002:84) yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setting dan Subjek Penelitian *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN I Tumora semester ganjil tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 15 orang anak yang terdiri 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Tahap – tahap Penelitian Pra tindakan Kegiatan pada pra tindakan adalah mengamati keadaan siswa maupun kelas dengan tujuan untuk mengetahui dengan jelas keadaan siswa ketika dilakukan proses pembelajaran. dan pembentukan kelompok secara heterogen. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan pelaksanaan tindakan. Siklus 1 a. Perencanaan Pada bagian ini pula dilakukan beberapa persiapan yaitu : 1. Menetapkan materi ajar yaitu struktur dan fungsi bagian tumbuhan 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Menyiapkan media yang dibutuhkan 4. Menyusun skenario pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 5. Menyiapkan lembar keja siswa ( LKS) 6. Membuat lembar observasi guru 7. Membuat lembar observasi siswa 8. Mempersiapkan tes akhir tindakan b. Tahap pelaksanaan tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang. 1. Kegiatan awal a.
Mengucapkan salam dan doa
b. Memberi motivasi belajar pada siswa agar dalam proses pembelajaran siswa aktif dan memperhatikan dengan baik pembelajaran yang diberikan. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
d. Menyediakan alat yang dibutuhkan, berupa LKS dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2.
Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan materi pokok dengan menggunakan media gambar b. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan ketentuan dalam pembagian kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni mempertimbangkan kecerdasan, ras, agama, jenis kelamin, ekonomi setiap siswa. c. Guru melakukan proses pembelajaran berdasarkan fase-fase dalam pembelajaran kooperatif Tipe STAD 3. Kegiatan penutup Memberikan penghargaan kepada siswa. c. Observasi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan observasi terhadap tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seluruh kegiatan dan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan yang dilakukan di dalam kelas. Hasil kegiatan observasi ini merupakan dasar dilakukannya refleksi, sehingga pengamatan yang dilakukan menceritakan keadaan sebenarnya. d. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh dari berbagai sumber data. Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat pembelajaran siklus I diterapkan. Hasil dari refleksi ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II. Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, maka dilakukan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai. Hasil yang diperoleh pada siklus II dianalisis untuk membuat kesimpulan. Sumber dan Jenis data Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh komponen yang meliputi guru dan siswa di kelas IV SDN I Tumora sebanyak 15 orang siswa, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari siswa berupa data hasil lembar *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
observasi guru dan siswa, sedangkan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung dalam proses pembelajaran sekitar aktivitas siswa dan guru, terutama yang berkenaan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru yang telah disiapkan. b. Tes Data tentang kemampuan siswa baik secara individual maupun secara klasikal diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa. c. Wawancara Wawancara dilakukan setelah pembelajaran berlangsung dan setelah diadakan evaluasi tindakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Teknik Analisis Data Analisis Data Kuantitatif untuk hasil belajar Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk menentukan persentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Daya Serap Individu Daya serap individu =
x 100%
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika diperoleh persentase daya serap individu sekurang – kurangnya 65%. b. Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase tuntas klasikal =
x 100%
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika diperoleh sekurang – kurangnya 80% siswa tuntas secara individu.
c. Daya Serap Klasikal Daya serap klasikal =
x 100%
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika diperoleh presentase daya serap klasikal sekurang – kurangnya 65%. Analisis data kualitatif untuk proses siswa dalam belajar Teknik analisis data dilakukan sebelum pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data. Analisis data ini mengacu pada model Miles dan Huberman yaitu: a. Mereduksi Data Mereduksi data adalah merangkum hal-hal yang pokok dan penting. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan dan mencari data selanjutnya. b. Penyajian Data Menyajikan data penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi. Melalui penyajian data, maka data akan terorganisasikan, tersusun dengan pola hubungan sehingga lebih mudah memahami dan merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. c. Penarikan Kesimpulan Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dari hasil evaluasi dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan. Indikator Kinerja Indikator kualitatif Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini, dapat dilihat dari dua aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika kedua aspek tersebut berada dalam kategori baik atau sangat baik. Untuk memperoleh data hasil aktvitas siswa dan guru tersebut digunakan lembar observasi yang dianalisis dalam bentuk presentase yang dihitung dengan menggunakan rumus (Masyitah (2009) dalam Erni Purnaningtyas 2010:15) : Presentase nilai rata-rata (NR) =
x 100%
Keterangan: 90% ≤ NR ≤ 100%
: Sangat baik
70% ≤ NR ≤ 90%
: Baik
50% ≤ NR ≤ 70%
: Cukup
30% ≤ NR ≤ 50%
: Kurang
0% ≤ NR ≤ 30%
: Sangat kurang
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Indikator kuantitatif Berdasarkan hasil wawancara pada guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA di kelas IV SDN I Tumora, Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila hasil belajar IPA kaelas IV SDN I Tumora mencapai daya serap individu minimal 65%(sesuai dengan KKM mata pelajaran IPA di sekolah tersebut), dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 66,66%. Ini berarti siklus I pada penelitian ini tidak mencapai keberhasilan yang diharapkan sebab bedasarkan ketuntasan belajar klasikal pada mata IPA yakni harus memperoleh 80%.Nilai yang diperoleh siswa jauh dari yang diharapkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh guru kepada para siswa yang tidak tuntas dalam hasil belajarnya diperoleh beberapa sebab yaitu: 1. Ada beberapa siswa kurang mengerti dengan beberapa materi dalam pembelajaran. 2. Sebagian siswa tidak belajar ketika akan menghadapi ujian/evaluasi. 3. Menurut sebagian siswa beberapa butir soal dalam evaluasi terbilang sulit Berdasarkan catatan lapangan selama proses pembelajaran, tidak berhasilnya proses pembelajaran pada siklus I ini karena beberapa faktor yaitu: 1. Pada waktu kegiatan kelompok, terdapat beberapa kelompok yang selama proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang kemampuan akademiknya tinggi (pada pertemuan pertama siklus I). 2. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal, ini terlihat dari banyaknya siswa yang ribut di dalam kelas. 3. Ada sebagian siswa yang segan bertanya tentang materi yang dianggap belum dimengerti kepada guru. Dengan demikian, untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak secara langsung dapat membuat siswa secara keseluruhan aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 78,57% atau dalam kategori baik. Selanjutnya pada pertemuan kedua di siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 83,92% atau dalam kategori baik pula. Dari presentase nilai rata-rata hasil observasi siswa tersebut *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
dapat dilihat bahwa ada peningkatan aktifitas siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi guru dipertemuan pertama siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 75% atau dalam kategori baik. Selanjutnya hasil observasi pada pertemuan kedua siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata sebesar 80,88% dalam kategori sangat baik. Dari hasil observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran. Ini menandakan bahwa peneliti yang berperan sebagai guru berusaha untuk meningkatkan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Sesuai dengan hasil wawancara, catatan lapangan dan observasi pada siklus I, diperoleh kesan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division belum terlaksana dengan baik.Dalam materi struktur dan fungsi tumbuhan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada beberapa siswa yang kurang senang tetapi yang lainnya tampak bersemangat dan senang dalam belajar. Upaya yang harus dilakukan peneliti pada pembelajaran selanjutnya yaitu guru harus bisa memanfaatkan waktu seefektif mungkin, mengelola kelas semaksimal mungkin, dan dalam penyajian LKS lebih diperhatikan sehingga siswa termotivasi dalam menyelesaikannya serta selalu memantau pelaksanaan kerja kelompok agar tidak terjadi paksaan bagi siswa yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi untuk mengerjakan penyelesaian soal dalam LKS. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada pembelajaran siklus I akan diperbaiki pada tahapan pembelajaran selanjutnya, agar penerapan metode diskusi dapat dilaksanakan sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan harapan. Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah sebesar 86,66%. Ini berarti ketuntasan belajar klasikal melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan kata lain pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil. Telah diuraikan sebelumnya bahwa masih ada 2 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan wawancara dengan ke-2 siswa tersebut diperoleh data sebagai berikut: 1. Mereka tidak belajar sebelum menghadapi ujian 2. Beberapa butir soal yang diberikan terlalu sulit Berdasarkan catatan lapangan yang diperoleh selama proses pembelajaran, keberhasilan tindakan pada siklus II ini disebabkan oleh: 1. Siswa sudah mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan. 2. Pengelolaan kelas yang sudah maksimal sehingga siswa sudah tenang dalam mengerjakan tugas kelompok masing-masing. 3. Guru lebih membimbing siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Berdasarkan hasil tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan berulang kali dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada akhirnya siswa dapat mengerti dengan model pembelajaran yang diberikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Serta peran guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Pada pertemuan pertama siklus II persentase nilai rata-rata sebesar 89,28% atau dalam kategori baik, selanjutnya pada pertemuan kedua siklus II persentase nilai rata-rata sebesar 94,64% atau dalam kategori sangat baik. Data ini menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas yang cukup baik selama proses pembelajaran. Persentase nilai rata-rata untuk hasil observasi guru pada pertemuan pertama siklus II sebesar 88,23%atau dalam kategori sangat baik. Selanjutnya untuk pertemuan kedua siklus II masuk dalam kategori sangat baik pula dengan persentase nilai rata-rata sebesar 98,52%. Berdasarkan catatan lapangan dan hasil observasi diperoleh kesan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah direncanakan cukup baik. Siswa dalam proses pembelajaran memberikan kesan yang baik, terlihat pada kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, serta siswa terlihat pula lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Temuan Penelitian Berdasarkan refleksi, catatan lapangan dan hasil observasi pada siklus I dan siklus II, peneliti dapat mengemukakan temuan penelitian sebagai berikut: 1. Pembelajaran kelompok dengan model pembelajan kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab dan bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di dalam kelompok. 2. Penggunaan LKS pada proses pembelajaran lebih memberikan semangat siswa untuk belajar karna siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. 3. Pembagian kelompok siswa dengan berbagai perbedaan baik jenis kelamin,tingkat kecerdasan dan lain sebagainya menumbuhkan hubungan sosial yang baik sebab antara siswa yang satu dengan lainnya saling melengkapi dan saling membutuhkan. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitin ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievements Divisions. Dalam penelitian ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini memfokuskan pada upaya pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan kooperatif untuk mendapatkan informasi agar dapat menemukan konsep mentalnya sendiri dengan *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
mengikuti petunjuk guru berupa diskusi dan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dipakai adalah model pembelajaran koopertatif tipe Student Teams Achievement Divisions, oleh karena itu dalam pembentukan kelompok harus dibuat heterogen dengan memperhatikan berbagai faktor seperti, perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, agama, dan tingkat ekonomi. Tujuan pembentukan kelompok ini agar terjadi interaksi siswa di dalam kelompoknya, dengan harapan siswa yang memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat membantu proses pemahaman konsep bagi teman yang berkemampuan lebih rendah. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu pada hasil tes siklus I, ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 66,66% dari standar ketuntasan belajar klasikal yang ditentukan. Jumlah siswa yang tidak tuntas berjumlah 5 orang, ini berarti bahwa hasil yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keadaan tersebut dikarenakan pada tes siklus I, ada beberapa siswa yang salah dalam mengisi soal serta guru masih melakukan banyak perbaikan dalam pengolahan pembelajaran. Jika dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup baik, yakni pada pertemuan pertama di siklus I, hasil observasi aktivitas siswa yaitu sebesar 78,57% atau berada dalam kategori baik. Hasil observasi ini belum mencapai hasil yang diharapkan. Ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Model pembelajaran yang digunakan berbeda dengan pembelajaran yang sering digunakan di dalam kelas. 2. Terdapat beberapa kelompok yang kegiatannya didominasi siswa yang kemampuan akademiknya tinggi. 3. Pengelolaan kelas yang kurang maksimal. 4. Siswa kurang mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran. 5. Sebagian siswa kurang memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Pertemuan kedua siklus I, aktivitas siswa mengalami peningkatan. Ini berdasarkan hasil observasi siswa yang memperoleh persentase nilai rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 78,57% yang berada pada kategori baik mengalami peningkatan pada pertemuan kedua 83,92% yang berada pada kategori baik pula. Ini disebabkan karena siswa telah mulai memahami model pembelajaran yang diberikan, bekerjasama dalam memecahkan masalah dalam kelompok dan mulai memperhatikan pembelajaran yang diberikan. Hasil observasi guru yang dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua disiklus I mengalami peningkatan pula, yakni persentase nilai rata-rata pada pertemuan *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
pertama 75% yang berada dalam kategori baik mengalami peningkatan menjadi 80,88% yang berada pada kategori sangat baik. Hal ini didasarkan pada kemauan guru untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran terutama pada pemberian penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan, penguasaan materi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang baik. Walaupun hasil belajar siswa di siklus I ini belum mencapai target yang diharapkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan tetapi hasil observasi aktivitas siswa dan guru terlihat bahwa selama mengikuti pembelajaraan secara umum berada dalam kategori baik. Berdasarkan temuan di lapangan kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 86,66 %. Jumlah siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 2 orang. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mencapai target yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat pula dari hasil observasi siswa dan guru pada siklus II yakni pada pertemuan pertama siklus II, diperoleh hasil observasi aktivitas siswa sebesar 89,28% yang berada pada kategori baik. Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh hasil observasi siswa sebesar 94,64% yang berada pada kategori sangat baik. Ini menandakan bahwa siswa telah memberikan respon yang baik selama mengikuti pembelajaran di kelas. Peningkatan aktivitas siswa di siklus II terlihat pada indikator-indikator sebagai berikut : 1. Meningkatnya perhatian siswa saat guru menyampaikan informasi atau materi pembelajaran. 2. Meningkatnya kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas kelompok, serta. 3. Meningkatnya kemauan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hasil observasi aktivitas guru siklus II selama pertemuan pertama dan kedua berada pada kategori sangat baik dengan persentase aktifitas guru pada pertemuan pertama 88,23% dan pertemuan kedua 98,52%. Ini menandakan bahwa guru melakukan pembelajaran di kelas dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 86,66%. Nilai tersebut melebihi standar ketuntasan belajar klasikal yang ditentukan, walaupun masih terdapat 2 orang siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran. Beberapa orang siswa tidak tuntas ini disebabkan karena mereka tidak mempersiapkan diri dengan belajar sebelum mengikuti ujian yang diberikan.Namun jika dilihat dari sikap dan kerja siswa tersebut selama mengikuti pembelajaran terlihat bahwa mereka memperlihatkan sikap yang baik dan selalu aktif di dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada aspek hasil belajar selama mengikuti pembelajaran di kelas. Dari aspek belajar, terlihat meningkatnya pemahaman siswa pada materi pembelajaran yang dipelajari, ini dibuktikan dengan berkurangnya jumlah siswa yang tidak tuntas dalam proses *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
pembelajaran. Selanjutnya dari aspek sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, terlihat beberapa peningkatan diantaranya terjadi kerjasama siswa yang baik di dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa menggunakan bahasa yang sopan pada saat menyampaikan pendapat maupun menanggapi pendapat orang lain serta siswa menjadi pendengar yang baik selama mengikuti pembelajaran terutama pada diskusi kelompok. Terjadi peningkatan hasil belajar, dapat diartikan bahwa siswa memperoleh tingkah laku yang baru selama proses pembelajaran. Sehingga hal ini disesuai dengan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada kajian pustaka yang secara umum menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan proses usaha seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru maupun perubahan tingkah laku menjadi lebih baik dari hasil proses pembelajaran yang dilalui siswa. Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 1 Tumora. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN I Tumora pada mata pelajaran IPA dengan materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan. hal ini terlihat dari meningkatnya ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 20% dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil dan pengalaman selama penelitian maka dapat disarankan bahwa : Guru perlu menggunakan LKS dan berbagai media sebagai pendukung proses pembelajaran, agar lebih memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas, Guru perlu melakukan simulasi terlebih dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions di dalam kelas, agar siswa telah mengetahui model pembelajaran yang mereka akan laksanakan.
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
DAFTAR PUSTAKA Annurahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. Asyari, Muslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains. Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di SD Yogyakarta.Universitas Sanata Dharma. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Erni Purnaningtyas. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SD Inpres 8 Mamboro. Skripsi tidak diterbitkan. Palu Strata Satu Universitas Tadulako Haryanto.2007. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta : Erlangga Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. cara seseorang memperoleh pengetahuan dan implikasinya. (Online) http: //www.masbied.com/2010/03/20/ diakses 10 juni 2012. Indra.
2009. Pengertian dan Definisi Hasil Belajar. http://indramunawar.blogspot.com. Diakses 16 juni 2012.
(Online)
Minardi. 29 November 2011. Pengertian Belajar. (Online). http: // www.psbpsma.org/content/blog/4709. Di akses 16 juni 2012. Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Riska Larasati. 2005. Analisis Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam pengaruhnya Terhadap Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi dalam Pokok Bahasan Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagand Mata Pelajaran Akuntansi pada Siswa Kelas II Semester I SMU Negeri 7 Purworjo. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar dan mengajar. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi. A. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful.B.D & Aswan. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. *Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako
Usman, H.B. dkk. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
*Nova Pangando, A 401 08 063, Najamuddin Laganing, Rizal, PGSD, FKIP, Universitas Tadulako