UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS III DI SDN CIPAYUNG 01 CIBINONG KAB BOGOR Rusi Rusmiati Aliyyah PGSD, FKIP Universitas Djuanda Bogor Jln Tol Ciawi No 1 Kotak Pos 35 Bogor 16720 Korespondensi, Email :
[email protected] CP. 08176395090. S1 Kependidikan Islam UNIDA Bogor 2006 S2 Manajemen Pendidikan UNJ 2013 S3 Manajemen Pendidikan dalam proses
ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III SDN Cipayung 01 Cibinong Kab Bogor melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian dilakukan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tindakan utama yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 siswa yang berhasil mendapatkan nilai diatas kkm adalah sebanyak 16 orang (38,10%) dan sebanyak 26 orang (61,93%) siswa belum berhasil mencapai kkm. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 siswa yang mencapai kkm sebanyak 22 orang (52,38%) dan yang belum mencapai kkm 20 orang (47,62%). Kemudian pada siklus II pertemuan 1 didapatkan 28 orang (66,67%) berhasil mencapai kkm sedangkan sisanya 14 (33,33%) masih belum mencapai KKM, dan terjadi peningkatan pada siklus II pertemuan 2, siswa yang berhasil mencapai kkm sebanyak 35 orang (83,33%) dan hanya 7 orang (16,67%) siswa yang belum berhasil mencapai kkm. Selain itu, model pembelajaran ini dapat meningkatkan tanggung jawab, kerja sama dan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
421
PENDAHULUAN Pendidikan (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Matematika merupakan ilmu yang sangat dekat dengan keseharian manusia. Hampir setiap permasalahannya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pengajaran matematika sangatlah penting dan diperlukan metode khusus untuk mengajarnya. Agar pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan mudah difahami oleh siswa, guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan siswa belajar dikelas. (Syaiful Bahri Djaramah dan Aswad Zain. 2010: 1). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan penentuan model yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap guru matematika kelas III SDN Cipayung 01 Cibinong Kab Bogor, didapat informasi bahwa metode pengajaran didominasi oleh aktifitas guru sehingga pembelajaran masih bersifat teoritis dan jauh dari pengalaman belajar yang berdampak pada keaktifan dan keterlibatan siswa. Dengan demikian untuk melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran maka guru dapat menggunakan model kooperatif, karena dalam pembelajaran kooperatif akan terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Salah satu model yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika dan yang berkembang saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok – kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk mencapai sasaran belajar dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain. Pembelajaran kooperatif dalam prakteknya adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivistik atau membangun sendiri pengetahuan mereka. Salah satu jenis
422
pembelajaran kooperatif adalah STAD. Data ketuntasan hasil belajar siswa pada Tes Awal (pretest) adalah sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini Tabel 4.2.Ketuntasan Tes Awal (pretest) N Keterang Frekue Persent o an nsi ase 1 Tuntas 10 26,6 7% 2 Belum 32 73,3 Tuntas 3% 42 100 Jumlah %
Berdasarkan tingkat kemampuan dan penguasaan materi yang tampak pada tabel nilai tes awal, diketahui 32 siswa atau (73,33%) yang nilainya tergolong di bawah KKM dan dianggap belum tuntas, sedangkan yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 10 siswa atau (26,67%) dapat dianggap tuntas. Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai KKM 65 adalah sebanyak 10 orang siswa, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM 75 yakni sebanyak 32 Siswa.
Gambar 4.2. Diagram Piechart Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal (Pretest)
Berdasarkan diagram piechart di atas, diketahi bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai KKM 75 adalah sebanyak 24%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM sebesar 75 yakni sebanyak 76%. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. (Robert E Slavin. 2009: 143). Pada tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat membuat siswa aktif dan termotivasi mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang lain, sehingga masing-masing siswa lebih 423
menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru dan diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru.
KAJIAN PUSTAKA Hakikat Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.( Hamzah B Uno. 2012: 41). Suharsimi (2007) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hail belajar siswa meningkat.(Wijaya Kusumah. 2010: 9) Hakikat Hasil Belajar Belajar (Slameto. 2002: 35) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel (Nana Sudjana. 2005: 90) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Hamalik (2006: 75) belajar adalah suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara 424
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Matematika Matematika (Hamzah. 2007: 126) merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu social dan linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha memecahkannya. Matematika (Mulyono Abdurrahman.1999: 252) adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubunganhubungan. Berdasarkan pendapat Paling tersebut bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia akan menggunakan (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi, (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran, (3)
kemampuan untuk menghitung, dan (4) kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan. Selanjutnya Uno dan Masri, (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. 2009: 109) menjelaskan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Ciri utama matematika (Depdiknas. 2003 :5-6) adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika dikelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar
425
Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan juga sangat mudah diadaptasi. (Rusman. 2012: 213). Student Teams Achievement Division (STAD) (Robert E. Slavin. 2010: 14) ini dikembangkan oleh Slavin, merupakan salah satu tipe cooperative learning yang menekankan interakssi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi dan pencapaian prestasi secara maksimal, dan juga merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Langkah-Langkah Pembelajaran STAD Pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) dalam prosesnya melalui enam tahapan sebagai berikut (Rusman. 2012: 156): 1. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5
2. 3.
4.
5. 6.
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lainlain). Guru menyampaikan pelajaran Guru memberi kepada kelompok untuk dikerjakan. Anggota yang sudah memahami bisa menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu benar-benar paham. Guru memberikan kuis pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab, siswa tidak diperbolehkan saling membantu. Memberi evaluasi Kesimpulan
METODOLOGI PENELITIAN Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN Cipayung 01 Cibinong Kab. Bogor menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau metode Class Action Research. Ada tiga unsur dalam penelitian tindakan kelas, yakni sebagai berikut (Kunandar. 2009: 45):
426
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. 2. Tindakan adalah sustu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses pembelajaran. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Data dan Sumber Data Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang diperoleh dari PTK di kelas III-A SDN Cipayung 01 Cibinong Kab. Bogor. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III-A SDN Cipayung 01 Cibinong Kab. Bogor yang terdiri dari 42 orang siswa. Cara Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas: 1. Wawancara 2. Observasi 3. Tes hasil belajar
4. Dokumentasi Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) merupakan satu siklus. Setelah siklus satu selesai, peneliti mungkin akan menemukan permasalahan yang harus diperbaiki, sehingga peneliti harus melanjutkan penelitian di siklus kedua dengan langkah yang sama seperti yang dilakukan pada siklus satu. Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar Model Penelitian Kemmis Mc Taggart ( Sumber: Triant.2011:31)
Kriteria Keberhasilan Penelitian Indikator kriteria keberhasilan penelitian minimal 75% dari KKM yaitu 75,00. 427
Teknik Analisis Data Analisis data yang diterapkan dalam penelitian adalah statistik deskriptif, yaitu analisis data sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mentabulasi data hasil observasi Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas, observasi perilaku peserta didik dan tes. 2. Reduksi Data Dalam tahap ini, peneliti memilah dan memilih data yang relevan dan tidak relevan. 3. Pemaparan Data Dalam tahap ini, peneliti memaparkan/menyajikan data-data yang terseleksi dalam bentuk (urutan jenis data): a. Data hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas b. Data hasil observasi c. Data hasil tes 4. Analisis data dan interpretasi data Untuk menganalisis dan menginterpretasi data dapat menggunakan tabel konversi yaitu data kualitatif dapat dikonversi menjadi data kuantitatif atau sebaliknya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada siklus I pertemuan pertama didapatkan bahwa: 1. Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 99 dengan bobot 42,78 dengan interpretasi cukup baik 2. Perubahan perilaku siswa, sekor rata-rata kerjasama siswa adalah sebesar 2,33 dengan kualifikasi cukup baik, skor keaktifan siswa adalah 2,94 dengan interpretasi cukup baik, dan skor tanggung jawab siswa rata-ratanya adalah 2,89 dan kualifikasinya cukup baik. 3. Penilaian hasil belajar siswa, didapatkan siswa yang sudah berhasil mencapai KKM adalah sebesar 16 (28,10%) siswa dan sisanya 26 (61,90%) masih belum berhasil mencapai KKM. Data ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10. Ketuntasan Siklus I Pertemuan Pertama No Ket Frek Persentase 1 Tuntas 16 38,10% 2 Belum 26 61,90% Tuntas Jumlah 42 100%
Berdasarkan tingkat kemampuan dan penguasaan materi yang tampak di tabel nilai tes siklus I pertemuan pertama, 428
diketahui 16 siswa atau (38,10%) yang nilainya berhasil mencapai KKM dan di anggap tuntas, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 26 orang atau (61,90%).Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD masih belum maksimal karena belum berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapakan, karena itu perlu dilakukan perbaikan pada pertemuan selanjutnya
Sumber : Hasil Penelitian (2016) Gambar 4.7. Diagram Piechart Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan Pertama
Berdasarkan diagram piechart di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM adalah sebanyak 38%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM yakni sebanyak 62%. Pada siklus I pertemuan kedua didapatkan bahwa: 1. Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 126 dengan bobot 54,81 dengan interpretasi cukup baik
2. Perubahan perilaku siswa, sekor rata-rata kerjasama siswa adalah sebesar 2,74 dengan kualifikasi cukup baik, skor keaktifan siswa adalah 3,61 dengan interpretasi baik, dan skor tanggung jawab siswa rata-ratanya adalah 2,96 dan kualifikasinya cukup baik 3. Penilaian hasil belajar siswa, didapatkan siswa yang sudah berhasil mencapai KKM adalah sebesar 22 (52,38%) siswa dan sisanya 22 (47,62%) masih belum berhasil mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan kedua adalah sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.15. Ketuntasan Siklus I Pertemuan kedua No Ket Frek Persentase 1 Tuntas 22 52,38% 2 Belum 20 47,62% Tuntas Jumlah 42 100%
Tingkat kemampuan dan penguasaan materi yang tampak pada tabel ketuntasan siklus I pertemuan kedua adalah 22 siswa atau (52,38%) yang nilainya mencapai KKM dan di anggap tuntas, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada sebanyak 20 orang atau (47,62%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang berhasil tuntas dalam pembelajaran .Tetapi peningkatan ini masih belum maksimal karena masih belum 429
berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapakan
Gambar 4.12. Diagram Piechart Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan kedua
Berdasarkan diagram piechart di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM adalah sebanyak 52%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM yakni sebanyak 48%. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II pertemuan pertama didapatkan data: 1. Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 158 dengan bobot 67,96 dengan interpretasi baik. 2. Perubahan perilaku siswa, sekor rata-rata kerjasama siswa adalah sebesar 3,29 dengan kualifikasi baik, skor keaktifan siswa adalah 3,83 dengan interpretasi baik, dan skor tanggung jawab siswa rata-ratanya adalah 3,74 dan kualifikasinya baik. 3. Penilaian hasil belajar siswa, didapatkan siswa yang sudah berhasil mencapai KKM adalah sebesar 28 (66,67%) siswa dan sisanya 14
(33,33%) masih belum berhasil mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan pertama adalah sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.20. Ketuntasan Siklus II Pertemuan Pertama No Ket Frek Persentase 1 Tuntas 28 66,67% 2 Belum 14 33,33% Tuntas Jumlah 42 100%
Pada tabel ketuntasan siklus II pertemuan pertama di atas, terdapat 28 siswa atau (66,67%) yang berhasil tuntas mencapai KKM, sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM ada sebanyak 14 orang atau (33,33%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang berhasil tuntas dalam pembelajaran, bahkan jumlah siswa yang nilainya diatas KKM jumlahnya lebih banyak. Namun peningkatan ini masih belum berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapakan.
Gambar 4.17. Diagram piechart Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Pertama
430
Berdasarkan histogram di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai KKM pada siklus II pertemuan pertama adalah sebanyak 28 siswa, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 14 siswa. Sedangkan dari pelaksanaan siklus II pertemuan kedua didapatkan data sebagai berikut: 1. Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran adalah sebesar 199 dengan bobot 84,63 dengan interpretasi sangat baik 2. Perubahan perilaku siswa, sekor rata-rata kerjasama siswa adalah sebesar 4,20 dengan kualifikasi sangat baik, skor keaktifan siswa adalah 4,39 dengan interpretasi sangat baik, dan skor tanggung jawab siswa rata-ratanya adalah 4,19 dan kualifikasinya sangat baik 3. Penilaian hasil belajar siswa, didapatkan siswa yang sudah berhasil mencapai KKM adalah sebesar 35 (83,33%) siswa dan sisanya 7 (16,33%) masih belum berhasil mencapai KKM. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan kedua adalah sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Ketuntasan Siklus II Pertemuan Kedua No Ket Frek Persentase 1 Tuntas 35 83,67% 2 Belum 7 16,33% Tuntas Jumlah 42 100%
Pada tabel ketuntasan siklus II pertemuan kedua di atas, terdapat 35 siswa atau (83,67%) yang berhasil tuntas mencapai KKM, sedangkan siswa yang nilainya di bawah KKM ada sebanyak 7 orang atau (16,33%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang berhasil tuntas dalam pembelajaran dan sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapakan, sehingga peneltiian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Gambar 4.22. Diagram piechart Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan Kedua
Berdasarkan histogram di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas mencapai KKM pada siklus II pertemuan kedua adalah sebanyak 83% siswa, sedangkan
431
jumlah siswa yang belum tuntas adalah sebanyak 17% siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika di kelas III Sekolah Dasar Negeri Cipayung 01 Cibinong Kab. Bogor Tahun Pelajaran 20152016. Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini., 2007. Prosedur Penetitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamzah B Uno, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hamzah, Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta : PT Raja Pers, 2011. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Nana Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Oemar Hamalik., 2006. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara. Robert. E Slavin, Cooperative Learning Teori, Risert, dan Praktik. Bandung : Nusa Media, 2009. Robert E. Slavin, Cooperatif Learning. Bandung : Nusa Media, 2010. Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2012 Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djaramah dan Aswad Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta, 2010.
432
Trianto. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Prestasi Pustakaraya, 2011. Undang Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, UU Sistem
Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008.
433