PERBANDINGAN PELATIHAN LONCAT RINTANGAN 50 CM DENGAN VARIASI LARI CEPAT 5 METER ANTARA 10 REPETISI 3 SET DAN 5 REPETISI 6 SET TERHADAP PENINGKATKAN TINGGI LONCATAN VERTIKAL PADA MAHASISWA SEMESTER II PUTRA DI FPOK IKIP PGRI BALI Oleh : Ni Luh Gde Widiantari*, I D P. Sutjana**, I P G Adiatmika*** *Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali **Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana **Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana ABSTRAK Dalam permainan bola voli, kesalahan yang biasanya dilakukan atlet adalah kurang akuratnya block sehingga pukulan-pukulan yang dilakukan oleh lawan seringkali tidak terbendung. Hal ini disebabkan kurangnya kondisi fisik yang prima dan teknik block yang tidak baik sehingga mempengaruhi tinggi loncatan. Pelatihan diperlukan untuk memperbaiki kondisi fisik dan teknik block. Daya ledak otot tungkai merupakan salah satu komponen penting dari kondisi fisik yang diperlukan dalam cabang olahraga khususnya pada lompat rintangan. Pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5 meter 10 repetisi 3 set dan 5 repetisi 6 set. Pelatihan ini bertujuan untuk membandingkan pelatihan mana yang lebih meningkatkan tinggi loncatan, untuk mengetahui efektivitas pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5 meter terhadap peningkatan tinggi loncatan. Telah dilaksanakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized pre and post test control group design. Besar sampel 28 orang dibagi dalam dua kelompok, setiap kelompok berjumlah 14 orang yang dipilih secara acak dengan undian sederhana. Kelompok1 diberi pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5 meter 10 repetisi 3 set, dan kelompok-2 diberikan pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5 meter 5 repetisi 6 set. Dari hasil uji statistik didapatkan, rerata tinggi loncatan vertikal Kelompok-1 sebelum pelatihan 55,28 ± 9,46 dan setelah pelatihan 62,64 ± 9,70 dengan selisih7,07 ± 1,85 (p<0,05). Rerata tinggi loncatan vertikal Kelompok-2 sebelum pelatihan 53,50 ±7,02 dan setelah pelatihan 60,07 ± 7,16 dengan selisih 6,50 ± 1,95 (p<0,05). Tinggi loncatan vertikal sesudah pelatihan antara kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang berbeda bermakna (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa ke dua pelatihan sama-sama memberikan efek peningkatan tinggi loncatan vertikal. Kata kunci: daya ledak otot tungkai, loncat rintangan, tinggi loncatan vertikal.
THE COMPARATION OF 50 CM BARRIER’S JUMP EXERCISE WITH VARIATION OF 5 METERS SPRINT BETWEEN 10 REPETITIONS 3 SETS AND 5 REPETITIONS 6 SETS TO THE INCREASING OF VERTICAL JUMP OF MALE STUDENT IN SECOND TERM OF FPOK IKIP PGRI BALI By : Ni Luh Gde Widiantari*, I D P. Sutjana**, I P G Adiatmika*** *Faculty of Sport Education and Health of IKIP PGRI Bali **Magister Program of Sport Physiology Udayana University ***Magister Program of Sport Physiology Udayana University
ABSTRACT In volley ball game, the mistakes that usually conduct by athlete was inaccurate of the blocking move, therefore the hit which was conducted by the rivals always unblock. It was caused by less of good physical condition and well block technique then it was effected the jump high. The training was needed to improve the bad physical condition and block’s technique. Leg muscle explosive power is one of the important components of the physical condition which was required in sports especially in barrier’s jump. The exercise which is used in this study was exercise of barrier’s jump in 50 cm with variations of sprint 5 meters 10 repetitions 3 sets and 5 repetitions 6 sets. This training aims to compare the training which further enhances the high jump, to find out the effectiveness of barrier’s jump of 50 cm with a variation of 5 meter sprint to the increasing of jump’s high. It had been conducted the research of experimental study with randomized pre- and post- test control group design. The numbers of the samples were 28 people that were divided into two groups, the number of each group was 14 people that were chosen randomize with a simple lottery. Group 1 was given the exercise of 50 cm barrier’s jump with variation of sprint was 5 meters 10 repetitions 3 sets, and group 2 was given 50 cm barrier’s jump with the sprint’s variation was 5 meters 5 repetitions 6 sets. From the statistical test results is obtained , the average of group 1 vertikal jump’s height before training was 55.28 ± 9.46 and after training was 62.64 ± 9.70 with deference 7,07 ± 1.85 (p<0,05). The average of group 2 vertical jump’s height before training was 53.50 ± 7.02 and after training was 60.07 ± 7.16 with difference of 6.50 ± 1.95 (p<0,05. However, the increasing of vertical jump between both of group after training was not significant (p<0,05). Based on the result of the research we can concluded that both exercise have an equal effect on improvement of high vertical jump’s.
Keywords : explosive power leg muscle , barrier’s jump, vertical jump’s.
sehingga sangat mempengaruhi tingginya
PENDAHULUAN
loncatan block dalam permainan. UnsurOlahraga bola voli seperti halnya
unsur yang perlu diperhatikan untuk
lainnya,
meningkatkan tinggi loncatan adalah daya
dimana seseorang untuk dapat bermain
tahan dan kekuatan otot. Daya tahan dan
harus menguasai terlebih dahulu teknik-
kekuatan otot mempunyai hubungan erat
teknik dasar permainan yang digunakan.
dengan kemampuan meloncat. Loncat
Teknik
mempunyai
adalah termasuk dalam olahraga atletik
karakteristik yang sesuai dengan bentuk
khususnya nomor loncat. Namun loncat
permainannya.
ditempat
dengan
olahraga
dasar
permainan
tersebut
Adapun
teknik-teknik
adalah
nomor
yang
tidak
dalam permainan bola voli adalah servis,
diperlombakan. Nomor loncat ini sering
pasing, umpan, smash dan block (Yunus,
dimasukkan kedalam program pelatihan
2000).
untuk meningkatkan kekuatan kekuatan Sejalan dengan semakin pesatnya
otot, daya ledak otot, daya tahan otot,
perkembangan permainan bola voli, maka
kelentukan, keseimbangan tubuh, serta
teknik-teknik dasarnya harus betul-betul
koordinasi
dikuasai dengan baik oleh para pemain.
melakukan gerakan secara efektif dan
Salah satu teknik dasar permainan bola
efisien (Adiatmika, 2002).
organ
tubuh
agar
dapat
Melihat dari permainan bola voli
voli yang berperan penting adalah teknik
yang dilakukan oleh mahasiswa FPOK
block. Kemampuan dasar block atau
IKIP PGRI BALI, cenderung block yang
pertahanan merupakan inti dari seluruh
dilakukan
sistem pertahanan dalam permainan bola
disebabkan karena adanya faktor-faktor
voli. Untuk membentuk block yang baik
yang
pemain harus menafsirkan jatuhnya bola.
kemampuan mahasiswa dalam melakukan
Dengan kata lain pemain harus dapat
gerakan-gerakan meloncat dan berlari. Hal
meramalkan kemana kira-kira lawan akan
ini dimungkinkan karena tidak adanya
memukul bola (Dieter, 2011).
kekuatan otot-otot dan daya ledak otot
Dalam
permainan
bola
voli,
kurang
menghambat
akurat.
seperti
Hal
ini
kurangnya
yang baik, yang dimiliki oleh setiap
kesalahan yang biasanya dilakukan oleh
mahasiswa.
atlet adalah kurang akuratnya block,
dilakukan kurang efektif, efisien dan
sehingga pukulan-pukulan yang dilakukan
akurat, seringkali menimbulkan cedera
oleh lawan seringkali tidak terbendung. Ini
(Sukadiyanto, 2010). Untuk itu diperlukan
dikarenakan
pelatihan untuk meningkatkan kekuatan
kurangnya
kondisi
fisik
Sehingga
gerakan
yang
cara
variasi lari cepat 5 meter 5 repetisi 6 set
pelatihan untuk meningkatkan kekuatan
dapat meningkatkan tinggi loncatan block
otot tungkai seperti vertical jump, lompat
dalam permainan bola voli mahasiswa
kodok, skiping, jingkat hop, dan loncat
putra semester II FPOK IKIP PGRI BALI?
rintangan. Power dapat meningkat hanya
3). Apakah ada perbedaan pelatihan loncat
tergantung
yang
rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5
diberikan dan dipadukan dengan unsur-
meter 10 repetisi 3 set dengan 5 repetisi 6
unsur kesegaran jasmani. Dengan adanya
set terhadap peningkatkan tinggi loncatan
berbagai macam bentuk-bentuk latihan
block
meloncat yang tujuannya untuk memacu
mahasiswa putra semester II FPOK IKIP
atau merangsang tolakan kaki agar kuat
PGRI BALI?
otot
tungkai.
Berbagai
kepada
macam
pembebanan
dalam
permainan
bola
voli
lompatan
Tujuan dalam penelitian ini adalah
melambung tinggi. Dalam penelitian ini
1). Untuk membuktikan pelatihan loncat
dipilih dua jenis bentuk latihan yaitu
rintangan setinggi 50 cm dengan variasi
latihan loncat dengan rintangan. Latihan
lari cepat 5 meter 10 repetisi 3 set dapat
ini pada intinya bertujuan untuk memacu
meningkatkan
dan merangsang tolakan kaki agar kuat
terhadap permainan bola voli mahasiswa
sehingga
lompatan
putra semester II FPOK IKIP PGRI BALI.
melambung tinggi. Bentuk latihan tersebut
2). Untuk membuktikan pelatihan loncat
belum diketahui dengan pasti, dalam
rintangan setinggi 50 cm dengan variasi
meningkatkan
lari cepat 5 meter 5 repetisi 6 set dapat
sehingga
menghasilkan
menghasilkan
tinggi
loncatan.
Untuk
tinggi
meningkatkan
memberikan
dapat
terhadap permainan bola voli mahasiswa
memberikan pengaruh yang lebih baik,
putra semester II FPOK IKIP PGRI BALI.
yang
loncatan
block
mengetahui bentuk latihan yang dapat latihan
tinggi
loncatan
block
maka perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka
METODE PENELITIAN
rumusan masalah dalam penelitian ini
A. Rancangan Penelitian
yaitu:
1).
Apakah
pelatihan
loncat
Penelitian ini adalah penelitian
rintangan 50 cm dengan variasi lari cepat 5
eksperimental dengan rancangan penelitian
meter 10 repetisi 3 set dapat meningkatkan
yang digunakan adalah Randomized Pre
tinggi loncatan block dalam permainan
and Post Test Kontrol Group Design .
bola voli mahasiswa putra semester II
Masing-masing kelompok terdiri dari 14
FPOK IKIP PGRI BALI? 2). Apakah
orang. Semua kelompok diberikan tes
pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan
awal.
Antara
Perlakuan
I
dengan
Perlakuan
II
diberikan
bersamaan,
kemudian
pelatihan
D. Jenis Pelatihan
masing-masing
Kelompok
pertama
diberikan
perlakuan diobservasi.
pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan
B. Tempat dan Waktu Penelitian
variasi lari cepat 5 meter 10 repetisi 3 set.
Penelitian
dilakukan
selama
6
Dan kelompok kedua diberikan pelatihan
minggu.
loncat rintangan 50 cm dengan variasi lari
C. Populasi dan Sampel
cepat 5 meter 5 repetisi 6 set
Populasi dalam penelitian ini
1)
Pelaksanaan tes dan pengukuran
adalah peserta Mahasiswa putra semester
Pelaksanaan tes dan pengukuran bertempat
II Fakultas Pendidikan Olahraga dan
di aula serbaguna IKIP PGRI BALI.
Kesehatan IKIP PGRI Bali yang berjumlah
2) Pengolahan dan Analisis Data
93 orang. Sampel penelitian didapat dari
Data
yang
diperoleh
diolah
dan
populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dianalisis secara dekriptif dan di uji
dan eksklusi yang dipilih secara acak.
dengan t-paired test dan t-independent.
Masing-masing kelompok terdiri dari 14 orang. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik
badan, panjang tungkai, dan kebugaran jasmani dengan menggunakan tes lari 2,4 km. Karakteristik dapat dilihat pada Tabel
subjek penelitian
5.1
terdiri dari umur, tinggi badan, berat
Tabel 5.1 Karakteristik subjek penelitian Karakteristik
N
Umur (Th) Tinggi Badan (m ) Berat badan (kg Panjang tungkai (cm) Kebugaran Fisik (mnt)
14 14 14 14 14
Kelompok I Rerata 21,85 1,62 52,64 88,36 11,38
SB 0,36 4,96 3,13 5,71 1,50
Kelompok II Rerata SB 21,38 0,84 1,64 4,64 55,00 6,98 89,21 4,77 11,05 2,77
2. Karakteristik Lingkungan Penelitian Kondisi
lingkungan
penelitian
adalah suhu dan kelembaban relatif. Hasilnya dicantumkan pada Tabel 5.2.
yang diukur selama pelaksanaan penelitian
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Suhu Lingkungan Penelitian Keadaan
Rerata
Maksimum
Minimum
Suhu (ºC)
27,86
29,0
26,5
Kelembaban (%)
71,83
80
68
Lingkungan
Berdasarkan Tabel 5.2 rentang suhu
berkisar
antara
26,5-29,0
ºC,
Uji normalitas data menggunakan Saphiro
Wilk
Test,.
Apabila
nilai
sedangkan kelembaban relatif berada 68%
signifikansi lebih besar dari 0,05 (p >
sampai 80%.
0,05), maka data terdistribusi normal. Data dapat
dilihat
pada
tabel
5.3
3. Uji Normalitas Kedua Kelompok Perlakuan
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas (Saphiro Wilk Test) Daya Ledak Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Pelatihan Kedua Kelompok Variabel Kelompok I Kelompok II
Sebelum Perlakuan Rerata SB 55,28 9,46 53,50 7,02
Hasil uji normalitas (Saphiro Wilk
P 0,452 0,868
Sesudah perlakuan Rerata SB 62,64 9,70 60,07 7,16
pelatihan kedua kelompok berdistribusi
Test) menunjukan bahwa nilai p kelompok
normal.
-1 sebelum dan sesudah pelatihan tidak
4. Uji Homogenitas Data
berbeda bermakna (p > 0,05). Begitu pula
P 0,563 0,889
Untuk
mengetahui
sebaran
data
nilai p kelompok-2 sebelum dan sesudah
bersifat homogen atau tidak, maka diuji
pelatihan tidak berbeda bermakna (p >
homogenitas data dengan menggunakan
0,05). Dengan demikian data daya ledak
Lavene Test. Apabila nilai signifikansi
otot tungkai sebelum dan sesudah
lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka
data
bersifat
homogen. Data
dapat
dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Uji Homogenitas (levene-test) tinggi loncatan sebelum dan sesudah pelatihan kedua kelompok p Homogenitas (Levenee-Test) Sebelum Pelatihan
0,107
Sesudah Pelatihan
0,167
4 Hasil uji homogenitas (Levene-test)
Uji Beda Rerata tinggi loncatan
antara Sebelum dan Sesudah Pelatihan.
menunjukkan nilai p sebelum dan sesudah pelatihan adalah p > 0,05 yang berarti data
Untuk tinggi
mengetahui
loncatan
antara
perbedaan
sebelum
dan
sesudah pelatihan pada masing-masing tinggi loncatan sebelum dan sesudah
kelompok digunakan uji t-berpasangan
pelatihan adalah homogen.
(paired-test) yang hasilnya tertera pada Tabel 5.5 Tabel 5.5 Uji Beda Rerata tinggi loncatan sebelum dan sesudah pelatihan
Perlakuan
Sebelum Perlakuan
Sesudah perlakuan
t
p
Klpk I
Rerata 55,28
Rerata 62,64
-6,77
0,00
Klpk II
53,50
60,07
-8,28
0,00
Tabel 5.5 memperlihatkan beda
pada
kedua
kelompok
rerata tinggi loncatan sebelum dan sesudah
meningkatkan tinggi loncatan.
pelatihan
5. Perbandingan
menunjukkan
pada bahwa
kedua kedua
kelompok pelatihan
memiliki nilai (p<0,05). Hal ini berarti
efek
mampu
pelatihan
terhadap peningkatan tinggi loncatan antar
kedua
pelatihan
kelompok
sesudah
Uji
beda
untuk
pelatihan loncat rintangan setinggi 50 cm
membandingkan rerata tinggi loncatan
dengan variasi lari cepat 5 meter 5 repetisi
sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua
6 set pada kelompok 2. Hasil analisis
kelompok
kemaknaan
yang
ini
bertujuan
diberikan
perlakuan
dengan
uji T-Independent
berupa pelatihan loncat rintangan setinggi
(tidak berpasangan) disajikan pada Tabel
50 cm dengan variasi lari cepat 5 meter 10
5.6
repetisi 3 set pada kelompok 1 dan
Tabel 5.6 Perbandingan efek pelatihan terhadap peningkatan tinggi loncatan antar kedua kelompoksesudah pelatihan Tinggi loncatan sebelum pelatihan Rerata ± SB
p
Sebelum Perlakuan
62,64 ± 9,70
0,926
Sesudah Perlakuan
60,07 ± 6,57
0,133
Perlakuan
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa
rintangan 50 cm dengan variasi lari capat 5
tidak ada perbedaan efek peningkatan
meter 10 repetisi 3 set dengan 5 repetisi 6
tinggi loncatan antara pelatihan loncat
set, ditunjukkan dengan nilai (p > 0,05).
PEMBAHASAN pelatihan 53,50 ± 7,02 cm dan sesudah Data rerata hasil loncatan sebelum pelatihan
kelompok-1
yaitu
pelatihan 60,07 ± 7,16 cm.
pada
Dari analisis data hasil loncatan
kelompok pelatihan loncat rintangan 50cm
antara tes awal dan tes akhir pada masing-
dengan variasi lari cepat 5 meter 10
masing kelompok dengan menggunakan
repetisi 3 set adalah 55,28 ± 9,46 dan
uji-t
sesudah pelatihan 62,64 ± 9,70 cm.
didapatkan bahwa rerata hasil loncatan
sedangkan pada kelompok-2 kelompok
sebelum dan sesudah pelatihan diperoleh
pelatihan loncat rintangan 50 cm dengan
pada kelompok-1 nilai p = 0,00, sedangkan
variasi lari cepat 5 meter 5 repetisi 6 set
pada kelompok-2 nilai p=0,00. Oleh
memiliki rerata hasil loncatan sebelum
karena itu rerata hasil loncatan antara
berpasangan
atau
t-paired
test
sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua
kepada kelompok otot besar. Daya ledak
kelompok memiliki nilai p lebih kecil dari
ditingkatkan dengan memberikan pelatihan
0,05 (p<0,05). Hal ini berarti hasil
beban (Bompa, 1993) Daya ledak dipengaruhi oleh dua
loncatan sebelum dan sesudah pelatihan masing-masing
kelompok
terdapat
pokok
komponen
yaitu
perbedaan yang bermakna, sehingga dapat
kekuatan
dikatakan bahwa kedua tipe pelatihan yang
meningkatkan daya ledak dapat dilakukan
diterapkan secara statistik berpengaruh
dengan
terhadap peningkatan hasil loncatan.
Pelatihan beban adalah pelatihan yang
Peningkatan terjadi
hasil
loncatan
dikarenakan
pelatihan
selama
minggu
ini yang
dan
biomotorik
pelatihan
kecepatan,
loncat
untuk
rintangan.
terorganisir dengan membuat otot-otot tubuh
berkontraksi
sebagai
respon
dengan
terhadap beban eksternal, tahanan tubuh
frekuensi tiga kali seminggu. Hal ini sesuai
atau peralatan lain untuk menstimulasi
dengan pendapat Pate,dkk (1984) bahwa
pertumbuhan
pelatihan yang diberikan secara teratur
2009). Dengan demikian, daya ledak
selama 6-8 minggu akan mendapatkan
merupakan satu komponen kondisi fisik
hasil tertentu diman tubuh beradaptasi
yang dapat menentukan hasil prestasi
dengan pelatihan yang diberikan. Nala
seseorang
(2011)
Sedangkan besar kecilnya daya ledak
dilakukan
6
menyatakan
pelatihan
yang
dan
dalam
(Rogers,
ketrampilan
dipengaruhi
berulang-ulang akan memperbaiki system
membungkus tungkai tersebut. Terjadinya
organ tubuh sehingga penampilan fisik
gerakan pada tungkai tersebut disebabkan
akan
yang
adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai
dilakukan secara teratur menyebabkan
alat gerak aktif dan tulang alat gerak pasif.
perubahan
Daya
Pelatihan
fisiologis
fisik
serabut
otot.
ledak
otot
otot
melekat
gerak.
diberikan secara sistematis, progresif dan
optimal.
oleh
kekuatan
tungkai
dan
merupakan
Perubahan ini tidak terjadi pada tingkat
komponen yang sangat penting dalam
yang sama, peningkatan yang lebih besar
tinggi loncatan. Hal ini disebabkan karena
terjadi pada serabut otot putih sehingga
dengan memiliki power tungkai yang besar
mengakibatkan kecepatan kontraksi otot.
pada otot tungkai maka seorang atlet akan
Pelatihan yang diterapkan pada
dapat mengatasi beban atau tahanan guna
penelitian ini adalah pelatihan loncat
sudut tertentu untuk mencapai nilai power
rintangan, dimana pelatihan ditujukan
yang maksimal (Anonim, 2012).
ledak
Perbedaan efek pelatihan pada
eksplosip dan waktu reaksi, serta ditujukan
kedua kelompok yaitu pada kelompok-1
untuk
mengembangkan
daya
dan kelompok-2 dilakukan dengan uji-t
seorang
berpasangan hasil analisis (Tabel 5.6)
penampilan. Pada otot yang dilatih dengan
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
pelatihan
hasil loncatan sesudah pelatihan antara
peningkatan pada serabut otot tipe cepat
kelompok-1 dan kelompok-2 dengan nilai
sehingga mempengaruhi peningkatan daya
p = 0,432 (p>0,05). Hal ini dikarenakan
ledak otot ( Costill, dkk, 1988). Pada
repetisi, set serta waktu istirahat yang
pelatihan loncat rintangan, saat melakukan
sama
gerakan jongkok terjadi peregangan secara
antar
set
yang
menyebabkan
atlet
untuk
anaerobic,
memperbaiki
akan
terjadi
antara
tiba-tiba dan cepat akan memicu aktifitas
waktu kerja dan istirahat antar kelompok.
saraf sensoris dan motoris atau mendorong
Efek pelatihan memacu bagian tubuh
terjadinya kontraksi otot. Aktivitas ini
untuk memenuhi kebutuhan beban kerja
dilakukan secara berulang-ulang sesuai
tersebut,
lebih
repetisi. Peningkatan aktivitas system saraf
banyak menimbulkan replek yang lebih
ini akan membangkitkan kontraksi yang
baik dan pengalaman sensorik yang lebih
lebih kuat dan cepat. Secara fisiologis tipe
kuat, terpola pada system saraf pusat serta
gerakan pelatihan pada anggota gerak
memaksimalkan
berbagai
bawah yang dilaakukan secara berulang-
hormon termasuk hormone testosterone
ulang kali akan menyebabkan terjadinya
dan hormone pertumbuhan.
proses pembentukan refleks, belajar gerak
terjadinya
ketidakseimbangan
dengan
repetisi
pelepasan
yang
Pelatihan otot-otot anggota gerak
serta penghafalan gerak (Nala, 2002),
bawah adalah mempersiapkan otot-otot
sehingga pada saat melakukan loncatan
tersebut agar bekerja lebih efisien, dan
sesudah pelatihan (tes akhir), kekuatan
juga bertujuan untuk mengembangkan
otot dan kecepatan kontraksi otot sudah
kecepaatan dan daya ledak otot anggota
meningkat
gerak bawah, yang sangat diperlukan oleh
pelatihan.
dibandingkan
sebelum
2. Pelatihan loncat rintangan 50 cm SIMPULAN DAN SARAN
dengan variasi lari cepat 5 meter 5
A. Simpulan
repetisi 6 set dapat meningkatkan
Berdasarkan analisis penelitian yang telah
tinggi loncatan block (p < 0,05).
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelatihan loncat rintangan 50 cm
3. Tidak ada perbedaan peningkatan tinggi loncatan block
(p > 0,05).
dengan variasi lari cepat 5 meter 10
Kedua
repetisi 3 set dapat meningkatkan
meningkatkan tinggi loncatan.
tinggi loncatan block (p < 0,05).
pelatihan
sama-sama
Philadelphia
B. Saran
:
WB
Saunders
College Publishing.
Berdasarkan simpulan penelitian diatas disarankan beberapa hal yang
Rogers, P.2009. basic strength and muscle
berkaitan dengan peningkatan tingginya
weight training program. Avaible
loncatan block,
from:
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
http//weightraining.about.com
jumlah repetisi dan set yang berbeda
Sukadiyanto, 2010. Pengantar teori dan
dengan harapan memperoleh hasil yang
metodologi
melatih fisik, CV.
lebih baik.
Lubuk Agung. Bandung. Wilmore,J.H., & Costill, D.L. (1988). Training
DAFTAR PUSTAKA Adiatmika.
2002. Fisik.
Denpasar.
and
activity.
Dubuque, IA: Wm C.Brown.
Pemeriksaan
Kebugaran
For
Yunus,
2000. Pedoman dan modul
Udayana Universitypress.
pelatihan kesehatan olahraga bagi
Anonim, 2012. Kajian pustaka. Avaible at
pelatih olahraga pelajar, Jakarta :
http://Eprints.uny.ac.id.
Access
14
Bompa, T.O. 1993. Power Training for sport plyometrics for maximum power Development. New York : Mosaic Press Dieter, B.2011. Belajar bermain bola voli. Bandung : Pionir jaya Nala, I.G.N., 2001. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Sarjana
Universitas
Udayana. Nala, I.G.N., 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga.
Denpasar
Olahraga
Nasional
pusat
pendidikan jasmani.
oktober 2014
Pasca
Depadiknas
:
Komite Indonesia
Daerah Bali. Pate, R.B. Glenaghan and R Rotella 1984. Scientific Foundation Of Coaching.
pelayanan