ANALISIS PENGARUH INVESTASI, KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PERIODE 1989-2004) Analysis of The Effect of Investment, Quality and Productivity of Labor on Agriculture Sector Growth In Nanggroe Aceh Darussalam Province (1989- 2004 Periods)
Oleh MUHAMMAD YUNUS NPM. L2E 053 643
TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat guna memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Ekonomi Terapan Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Spesialisasi/Peminatan : Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006
ANALISIS PENGARUH INVESTASI, KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PERIODE 1989-2004) Analysis of The Effect of Investment, Quality and Productivity of Labor on Agriculture Sector Growth In Nanggroe Aceh Darussalam Province (1989- 2004 Periods)
Oleh MUHAMMAD YUNUS NPM. L2E 053 643
TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat guna memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Ekonomi Terapan Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Spesialisasi!Peminatan : Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal yang tertera di bawah ini
Bandung,
Oktober 2006
Mengetahui Ketua Program MET
Pembimbing
Prof. Dr. Tati S. Joesron, SE, MS NIP. 130 437 052
Prof. Dr. Tati S. Joesron, SE, MS NIP. 130 437 052
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah mumi gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,tanpa bantuan pihak lain, kecuali araban Pembimbing.
3. Dalam karya tulisan ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
1{ September 2006 Bandung, Yan membuat pemyataan,
ENAMRI~uRUPIAH ,M uhammad Yunus)
NPM. L2E 05 3643
m
ABSTRAK ANALISIS PENGARUH INVESTASI, KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR PERT ANIAN DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PERI ODE 1989- 2004) Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan berupa data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2004. Hipotesis yang akan diuji adalah investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (periode 1989-2004). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis ekonometrika melalui pendekatan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi perbankan di sektor pertanian, belanja pemerintah di sektor pertanian, kualitas tenaga kerja, jumlah tenaga kerja pertanian, dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian serta teknologi yang digunakan disektor pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan kajian teori dan penelhian sebelumnya.
Kata Kunci
Invetasi, Kualitas Tenaga Kerja, Produktivitas Tenaga Kerja, Pertumbuhan Sektor P'ertanian.
lV
ABSTRACT Analysis of the Effect of Investment, Quality and Productivity of Labor on Agriculture Sector Growth in Nanggroe Aceh Darussalam Province (1989-2004 periods)
This research aims to test the effect of Investment, quality and productivity of labor on agriculture sector growth in Nanggroe Aceh Darussalam Province. The secondary time series data from 1989-2004 which was obtained from Statistical Office, Agriculture Office, and other offices. Hypothesis that will be tested is investment, quality and productivity of labor affect agriculture sector growth on Agriculture Sector Growth in Nanggroe Aceh Darussalam Province (1989-2004 periods). The testing is carried out by using analysis of econometric approach with Ordinary Least Square (OLS) method. The results are bank investment and government expenditure on agriculture sector quality of labor, productivity of labor, the number of agriculture labors, and the technology affect agriculture growth positively and significantly. It is in accordance with previous theory and research. Keywords: Investment, Labor Quality, Labor Productivity, Agriculture Growth.
v
KATAPENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KurniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul "Analisis Pengaruh Investasi, Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Periode 19892004)". Penulis menyadari penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. lbu Prof. Hj. Tati Joesron. SE.,MS, selaku Ketua Program Magister Ekonomi Terapan Universitas Padjadjaran yang juga pembimbing dalam penulisan tesis ini,
Bapak Dr. Budiono, SE., MA selaku Sekretaris Bidang Akademik &
Kerjasama yang juga telah memberi masukan dalam penulisan tesis ini serta Bapak Ir. Bagdja Muljarijadi, SE, MS selaku Sekretaris Bidang Administrasi, Keuangan & Prasarana. 2. Bapak dan lbu Pengajar beserta bagian administrasi & perpustakaan program Magister Ekonomi Terapan, Universitas Padjadjaran. 3. lbu Prof. Dr. Hj. Sutyastie Soemitro Remi, SE, MS
dan Bapak Maman
Setiawan, SE, MT yang telah dengan sabar dan teliti memberikan masukanmasukan yang amat berharga selama proses penyelesaian tesis ini. 4. Ketua Program Magister Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan Universitas Padjadjaran yang telah memberikan beasiswa dan kerjasama untuk dapat kuliah di Program Magister Ekonomi Terapan 5. Bapak dan Ibu Pimpinan Pusbindiklatren Bappenas beserta staf, terima kasih atas beasiswa dan kerjasamanya. 6. Biro Pusat Statistik Prov. NAD, Dinas Tenaga Kerja NAD, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan & Hortikultura NAD,yang telah memberikan izin dan informasi serta data yang diperlukan.
VI
7. Bapak Bupati Aceh Timur, Kepala Bappeda Aceh Timur, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Aceh Timur, yang telah memberikan dukungan moral dan material selama penulis menempuh pendidikan serta selama penulisan tesis ini. 8. Teristimewa untuk Isteri tercinta Juniati yang telah mendukung dan menanti dengan sabar, tulus dalam penyelesaian studi penulis, anak tersayang T M Maulana Akbar, T M Haikal Abizar dan Cut Savira Maulida yang juga menanti dalam kerinduan. 9. Ayanda T.Muhd. Thaib (Aim) dan lbunda Hj.Cut Anasiah, Dra Cut Sofiani (kakak), T.M. Ridwan ST. MT (Adik), Cut Sofiana Amd (adik), T.lskandarsyah (adik), H. Hanafiah SH dan Hj. Fathimah (mertua), serta Ipar (lr.Zakiul Fuad, Saifullah SKp, Mukhlis ST, Serda Safrizal, Mawardah dan Rizki Khairina) yang telah memberikan dorongan. 10. Rekan-rekan mahasiswa MET (Erwan Taufiq, M.Subari, Hengki R, Kusmiati, dan lain-lain), Sobat -sobat (Azani, Idris, Bang Syaiful, Basirin dan lain-lain),
rekan-rekan se-IMPS Aceh, dan ternan-ternan sekosan di Sekeloa. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian studi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan masukan sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Amin. Wassalam.-
Bandung, Oktober 2006
Vll
DAFTARISI Halaman Hala.Jllan J udul. .......................................................................................................... i Lembaran Pengesahan ............................................................................................... ii Lembaran pemyataan ................................................................................................ 111 Abstrak ...................................................................................................................... iv Abstract .................................................................................................................... v Kata Pengantar .......................................................................................................... vi Daftar lsi .................................................................................................................... viii Daftar Tabel ............................................................................................................. x Daftar Ga.Jllbar .......................................................................................................... xii Daftar La.Jllpiran ....................................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................-............. 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................................... 10 1.3. Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................ 10 1.3 .1. Maksud dari pada Penelitian ....................................................... 10 1.3.2. Tujuan dari pada Penelitian ......................................................... 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 13 2.1. Kajian Pustaka........................................................................................ 13 2.1.1. Modal .......................................................................................... 17 2.1.1.1. Kredit Perbankan Sektor Pertanian ............................ 19 2.1.1.2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian .................... 19 2.1.2. Sumber Daya Manusia ................................................................ 22 2.1.2.1. Jumlah Tenaga Kerja ............................................... 22 2.1.2.2. Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja ...................... 23 2.2. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 24 2.2.1. Pendekatan Klasik ....................................................................... 27 2.2.2. Pendekatan Neo Klasik ............................................................... 30 2.2.2.1. Augmented Solow Model ............................................. 30 2.2.2.2. Labor Augmenting Technologi ..................................... 31 2.2.2.3. Konsep Pertumbuhan dan Produktivitas Pertanian ....... 34 2.2.2.4. Konsep Produktivitas Tenaga Kerja............................. 37 2.2.3. Penelitian Sebelumnya ................................................................ 38 2.2.4. Bagan Alur Penelitian ................................................................. 4 7 2.3. Hipotesis................................................................................................. 48 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 49 3.1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan................................................ 49 3.2. Metode Penelitian .................................................................................. 49 3.3. Deskripsi Variabel. ................................................................................. 50
Vlll
Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 51 Model Ekonometrik ............................................................................... 52 Metode Analisis Ekonometrik ............................................................... 53 Pengujian Validitas Asumsi Klasik ........................................................ 53 3.7.1. Uji Multikolinearitas ................................................................... 53 3.7.2. Uji Autokorelasi .......................................................................... 54 3.7.3. Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 55 3.8. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi ............................................. 55 3.8.1. Ujit ............................................................................................. 55 3.8.2. Uji F ............................................................................................ 56 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 58 4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 58 4.1.1. Deskripsi Wilayah ....................................................................... 58 4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 60 4.2.1. Gambaran Urnurn Sampel Penelitian .......................................... 60 4.2.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pertanian ............ 60 4.2.2. Variabel Investasi Dalam Pertanian ............................................ 63 4.2.2.1. Kredit Modal Perbankan ..................................... ...... 63 4.2.2.2. Belanja Pemerintah Sektor Pertanian ............................ 65 4.2.3. Variabel Tenaga Kerja Pertanian ................................................ 68 4.2.3.1. Tenaga Kerja Pertanian di Prov. NAD ....................... 68 4.2.3.2. Kualitas Tenaga Kerja ................................................... 70 4.2.4. Variabel Non Tenaga Kerja Pertanian ........................................ 73 4.2.4.1. Teknologi Pertanian dengan Penggunaan Traktor.. ...... 73 4.3. Analisis Hasil Penelitian ......................................................................... 75 4.3.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrik ............................................ 75 4.3.2. Uji Ekonometrik .......................................................................... 76 4.3.3. Analisis Ekonometrik Variabel ................................................... 83 4.3.4. Analisis Ekonomi Model. ............................................................ 86 4.3.4.1. Kredit Investasi Pertanian ..................................... .... 86 4.3.4.2. Belanja Pemerintah Sektor Pertanian ............................ 87 4.3.4.3. Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja ...................... 88 4.3.4.4. Tenaga Kerja Sektor Pertanian...................................... 88 4.3.4.5. Jumlah Traktor yang Digunakan ................................... 89 BAB V. Kesimpulan dan Saran ................................................................................ 90 5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 90 5.2. Saran-Saran ........................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 99
lX
DAFTAR TABEL
No
Tabel
Judul
Halaman
1.
Tabel 1.1. Daftar Belanja Pemerintah dan Kredit Perbankan Sektor Pertanian Dalam Provinsi NAD Tahun 1993 s/d 2003 ............. 3
2.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian dan Total PDRB Provinsi NAD (Non Minyak dan Gas), Atas Dasar Harga Konstan 1993,Tahun 1993 s/d 2003 (Dalam Jutaan Rupiah) ......... 5
3.
Tabel 1.3.
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Total Tenaga Kerja di Provinsi NAD 1993 s/d 2003 .................. 6
3.
Tabell.4.
Tingkat Melek Huruf di Provinsi NAD 1993 s/d 2003 ................. 8
4.
Tabel 1.5. Perkembangan Luas Lahan Panen dan Jumlah Traktor yang digunakan dalam Aktivitas Produksi Sektor Pertanian Tahun 1993-2003 di Provinsi NAD ............................... 9
5
Tabel 2.1. Tabel 2.1 Hasil Regresi Linear Kn dan L dengan Y untuk periode 1960-1992 .................................................. .43
6.
Tabel3.1. Tabel Operasional Variabel Penelitian ............................................. 51
7.
Tabel3.2. Tabel ANOVA .................................................................................. 57
8.
Tabel4.1.
Perkembangan PDRB Sektor Pertanian dan Total PDRB Provinsi NAD (Non Minyak dan Gas), Atas Dasar Harga Konstan 1993,Tahun 1989 s/d 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) ......... 61
9.
Tabel4.2.
Daftar Jumlah Kredit Investasi Perbankan pada Sektor Pertanian Dalam Provinsi NAD Tahun 1989 s/d 2004 ............. 64
10.
Tabel4.3.
Total Belanja/ Pengeluaran Pemerintah NAD pada Sektor Pertanian Dalam Provinsi NAD Tahun 1989 s/d 2004 ............. 67
11.
Tabel4.4.
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Total Tenaga Kerja di Provinsi NAD 1989 s/d 2004 .................. 69
12.
Tabel4.5.
Tingkat Melek Huruf di Provinsi NAD 1989 s/d 2004 .................. 71
13.
Tabel 4.6.
Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Provinsi NAD 1989 s/d 2004 ......................................................................... 72
X
No
Tabel
Judul
Halaman
14.
Tabel4.7. Perkembangan Jumlah Traktor Roda Empat (Unit) yang digunakan dalam Kegiatan Produksi Sektor Pertanian Tahun 1989-2004 di Provinsi NAD ................................. 74
15.
Tabel 4.8. Hasil Uji White ................................................................................. 79
16.
Tabel4.9.
Hasil Uji Variabel dari Model Penelitian ......................................... 81
XI
DAFT AR GAMB AR
No.
Gambar
Judul
Halaman
1.
Gamba r 2.1.
Grafik Fungsi Produksi ............................................... .33
2
Gamba r 2.2.
Bagan Alur Penelitian ................................................. .48
3
Gamba r 4.1.
Statistik d Durbin Watson ............................................ 78
xu
DAFTAR LAMPIRAN
Judul
Lampiran Lampiran I
: Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nanggroe Aceh Atas Dasar Harga Darussalam (Non Minyak dan Gas) Konstan1993, Tahun 1993 s/d 2003 (Dalam Jutaan Rupiah.
Lampiran II.
: Data Y (PDN) (Milyar.Rp) dan (~Y/Y) (Persentase pertumbuhan); L (Ribuan Orang) dan ~ L/Li !Kn (Milyar.Rp) dan ~Kn!Kn,In serta Ib (Milyar.Rp)Di Indonesia untuk Periode 1960- 1992
Lampiran III
: Hasil pengolahan data observasi
Lampiran IV
: Presentasi model penelitian
Lampiran V
: Uji Multikolnearitas.
Lampiran VI
: Uji Autokorelasi
Lampiran VII
: Uji heteroskedastisitas
Xlll
BABI PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebahagian besar penduduk di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program pembangunan sektor pertanian meliputi program peningkatan produksi di kelima sub sektomya, serta peningkatan pendapatan petani, pekebun, petemak dan nelayan. Program pembangunan tersebut ditunjang dengan program pembangunan sarana dan prasarananya seperti pengadaan dan kelancaran faktor produksi, pengembangan jaringan irigasi, jalan dan lain-lain Rencana Strategis Pembangunan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai berikut ; " Pembangunan ekonomi daerah baik secara makro maupun mikro dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat".
Berdasarkan
strategi yang telah ditetapkan tersebut, kemudian dijadikan pedoman untuk menentukan arah kebijakan pembangunan, maka ditetapkan arah pembangunan ekonomi NAD yaitu: membangun perekonomian yang berlandaskan sumber daya di daerah (resource based) dan semaksimal mungkin menggali potensi yang ada di dalam masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian a/am dan lingkungan" kemudian
Renstra yang diarahkan kepada penanganan program-program prioritas daerah dalam rangka pemulihan kondisi daerah, program prioritas daerah khususnya. Beberapa di
2
antara program prioritas dalam rangka pembangunan di Provinsi NAD salah satunya adalah peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian rakyat serta pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan dan bantuan modal dengan bunga rendah kepada masyarakat petani, usaha kecil dan rumah tangga. di samping program disektor lainnya yang ikut menunjang pertumbuhan ekonomi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam konteks pembangunan di NAD yang dilatar belakangi gagasangagasan dan semangat, sesungguhnya dalam memberikan dukungan realisasi kegiatan pembangunan sektor ekonomi yaitu melihat variabel investasi sebagai titik tolaknya, dengan kata lain laju pertumbuhan investasi merupakan salah satu faktor esensial dalam melaksanakan otonomi daerah untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Selanjutnya Provinsi NAD untuk membangun daerahnya membutuhkan dana investasi yang cukup besar yang sebagian besar diharapkan dari masyarakat, untuk itu Pemda harus berusaha menyesuaikan diri dengan terus berusaha menciptakan iklim investasi yang kondusif atau membuat kebijakan yang menunjang penanaman modal. Dalam
perekonomian
suatu
daerah,
upaya
untuk
mewujudkan
pertumbuhan ekononomi dan distribusi pendapatan yang merata tentu tidak lepas dari campur tangan pemerintah disamping juga peran sektor swasta. Campur tangan
pemerintah
dalam
bidang
perekonomian
dimaksudkan
menggerakkan dan merangsang kegitan ekonomi secara umum.
untuk Artinya
pemerintah daerah harus merintis dan menjalankan kegiatan ekonomi yang masyarakat atau kalangan swasta tidak tertarik untuk menjalankannya, karena
3
secara ekonomi tidak menguntungkan, padahal sebenamya kegiatan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran kegiatan produksi seperti pada sektor pertanian dengan membangun irigasi. Pada sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam peran pemerintah dan swasta dalam memajukan sektor tersebut dapat dilihat dalam investasi yang berupa kredit dari swasta/perbankan atau belanja pembangunan yang berasal dari pemerintah. Adapun perincian perkembangan investasi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut;
Tabel 1.1. Daftar Belanja Pemerintah dan Kredit Perbankan Sektor Pertanian Dalam Provinsi NAD Tahun 1993 s/d 2003 Tahun Belanja Pemerintah Pertumb. Kredit Perbankan Pertumb. (%) (Jutaan Rupiah) (%) (Ribuan Rupiah) 18.42 166,077.00 16.21 5,593,482,920.00 1993 6.36 -24.86 176,647.00 4,202, 708,000.00 1994 5.77 -33.09 186,836.00 2,811,859,000.00 1995 42.56 266,357.00 12.74 3, 170,108,000.00 1996 17.81 313,797.00 49.72 4, 746,312,000.00 1997 27.50 400,100.00 -34.96 3,087,203,000.00 1998 -10.98 129.39 356,175.00 7,081, 723,000.00 1999 -2.43 347,513.06 19,385,033,000.00 173.73 2000 -55.05 156,220.00 2001 16,3 70,226,672.00 -15.55 -72.35 43,197.00 33.50 21,854,401,061.00 2002 4.81 45,274.00 4.58 22,854,401 ,000.00 2003 -1.60 223,471.10 28.31 Rata-rata 10,105,223,423.00 Sumber: BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (data diolah)
Dari Tabel 1.1. di atas terlihat bahwa belanja pembangunan disektor pertanian rata-rata meningkat 61 persen per tahun dimana peningkatan yang signifikan terjadi di tahun 2000 setelah otonomi daerah dilaksanakan, yakni
4
sebesar Rp 12,303,310,000,-atau mencapai 129.39 persen dari Rp 7,081,723,000,ditahun 1999 menjadi Rp 19,385,033,000,- pada tahun 2000, hal ini karena anggaran belanja meningkat tajam akibat pembagian dana hasil migas dari pusat ke daerah cukup besar. Dari rata-rata belanja pemerintah disektor pertanian setiap tahunnya mencapai Rp 10, I 05,223,423,-. Belanja tersebut terdiri dari belanja modal sektor pertanian, sarana dan prasarana pertanian dan peningkatan sumber daya manusia disektor pertanian. Selanjutnya kredit perbankan disektor pertanian secara rata-rata pertumbuhannya terjadi penurunan yaitu sebesar 1,60 persen, namun dilihat dari riilnya kredit perbankan mencapai Rp 223,471,000,000.00 setiap tahunnya. Kredit dari perbankan diberikan melalui Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Investasi Kecil (KIK) dan sebagainya yang disalurkan oleh bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. tersebut disalurkan diberbagai sub sektor pertanian yaitu: tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kredit investasi di mulai tahun 2000 menurun tajam karena situasi daerah tidak aman sehingga perbankan enggan memberikan kredit. Selanjutnya sejalan dengan perkembangan investasi maka melalui data PDRB sektor pertanian dan total PDRB serta kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB Provinsi NAD tahun 1993 s/d 2003 atas harga konstan 1993 dapat dilihat seperti pada tabel 1.2. berikut ;
5
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Sektor Pertanian dan Total PDRB Provinsi NAD (Non Minyak dan Gas), Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993 s/d 2003 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun PDRB Sektor Pertumb. lfotal PDRB Pertumb. Kontribusi Sekt. Pertanian (%) (Rp) (%) Terh.Total PDRB (%) Pertanian (Rp) 4,850,4 76.70 8.45 39.30 1993 1,906,155.98 12.96 5,294,948.13 9.16 38.71 1994 2,049, 762.93 7.53 5, 756,875.02 2,173,903.00 6.06 8.72 37.76 1995 6,213, 757.30 2,335,644.73 7.44 7.94 37.59 1996 6,526, 730.00 5.04 1997 2,472,427.90 5.86 37.33 -5.78 2,4 73,523.50 0.04 6,149,195.23 40.17 1998 2,488,479.35 0.60 6,067,695.42 -1.33 1999 41.01 1.51 6,099,033.33 2000 2,525,972.34 0.52 41.42 2,535,751.18 6,193,905.94 2001 0.39 1.56 40.94 2.84 6,425,936.89 2,607,653.79 2002 3.75 40.58 2003 2,691, 126.85 3.20 7,303,363.45 13.65 36.85 2,425,320.52 Rata-rata 2,387,309.23 4.48 4.51 39.20 Sumber : BPS Provmst Nanggroe Aceh Darussalam (Data dtolah)
Dari tabel 1.2. di atas terlihat bahwa sektor pertanian di NAD telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan PDRB secara keseluruhan dari tahun ke tahun, dimana sejak 1993 sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan dan kontribusi terhadap total PDRB rata-rata mencapai di atas 35 persen, yang paling tinggi adalah ditahun 2000 mencapai 41,42 persen. Pertumbuhan PDRB sektor pertanian terus meningkat dimana angkanya bervariasi dari tahun ke tahun, yang paling tinggi adalah ditahun 1993 sebesar 12,96 persen dan terendah ditahun 1998 sebesar 0,04 persen. Sementara itu secara keseluruhan total PDRB Provinsi NAD terjadi kenaikan rata-rata sebesar 4,51 persen tetapi terjadi penurunan yang berarti di tahun 1998 sebesar 5, 78 persen dan ditahun 1999 sebesar I ,33 persen, yang disebabkan adanya krisis moneter dan mulai meningkat lagi ditahun berikutnya, dimana mencapai 13,65 persen ditahun 2003. Selanjutnya untuk melihat besamya kontribusi masing-masing sektor PDRB dapat
6
dilihat pada Tabel Lampiran I tentang PDRB masing-masing sektor Provinsi NAD tahun 1989-2003. Sedangkan perkembangan penyerapan tenaga kerja disektor pertanian dan total tenaga kerja di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai akibat perkembangan sektor ekonomi dapat dilihat pada tabel 1.3. berikut:
Tabel 1.3. Perkembangan Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Total Tenaga . de 1992- 2003) . . Nang1 roe Ace h Darussa Iam (Per10 . d"1 P rOVIDSI K erja Tahun T.K. Pertanian Pertumb. Total T.K Pertumb. Bagian TK Pertanian (Orang) thd Total TK (%) (Orang) (%) (%) 65.67 1,412,505 -7.76 4.65 927,603 1993 59.73 1,463,455 -5.77 3.61 874,106 1994 59.73 1,513,212 3.40 3.40 903,826 1995 59.00 1,566,174 2.24 3.50 924,043 1996 57.74 6.08 1,661,389 3.81 959,222 1997 -1.48 60.04 1,636,738 2.44 982,632 1998 -6.52 58.03 1,530,094 -9.65 887,854 1999 57.52 1,824,529 19.24 1,049,445 18.20 2000 48.98 2,365,391 10.40 29.64 1,158,605 2001 57.57 1,452,258 -38.60 -27.84 836,042 2002 47.62 2,254,155 55.22 1,073,454 28.40 2003 1,698,173 7.16 57.42 961,530 1.62 Rata-rata Sumber : BPS Nanggroe Aceh Darussalam (Data d10lah)
Dari tabel 1.3. di atas terlihat bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja disektor pertanian sangat bervariasi dari tahun ke tahun, dimana tahun 1993 telah tejadi penurunan -7,76 persen dari jumlah 1.005.621 orang (1992) menjadi 927.603 orang ditahun 1993, dan terus menurun sampai dengan tahun 1994 sebesar -5.77 persen, mulai meningkat secara perlahan sampai dengan tahun 1998, tetapi pada tahun 1999 menurun lagi sebesar 9,65 persen atau 94.778 orang dibandingkan tahun 1998, kemudian meningkat lagi sebesar 18,20 persen di tahun 2000 dan 10,40 persen di tahun 2001, di tahun 2002 terjadi penurunan lagi sebesar -27,84 persen atau berkurang 322.563 orang yang disebabkan kondisi didaerah
7
pertanian terjadi gangguan keamanan, sehingga banyak petani mengungsi dan menganggur untuk sementara waktu. Selanjutnya berdasarkan tabel 1.3 di atas juga terlihat bahwa jumlah total tenaga kerja keseluruhan terns meningkat dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1997 dan terjadi penurunan sebesar 1,48 persen atau 24.651 orang dari 1.661.389 di tahun 1997 menjadi 1.636. 738 orang di tahun 1998, kemudian turun lagi sebesar 6,25 persen di tahun 1999 akibat dampak krisis ekonomi yang mengakibatkan penggangguran dibeberapa sektor ekonomi seperti industri, kemudian meningkat lagi menjadi 2.365.391 orang di tahun 2001 serta terjadi penurunan yang tajam di tahun 2002 sebesar 38,60 persen atau 913.133 orang, hal ini juga disebabkan oleh keadaan tidak kondusif untuk berusaha dan banyak tenaga kerja yang mengungsi.
Selanjutnya banyaknya tenaga kerja disektor
pertanian dibandingkan dengan total tenaga kerja rata-rata adalah di atas 50 persen sejak tahun 1992-2003, dimana tertinggi adalah ditahun 1992 mencapai 74,50 persen dan terendah ditahun 2003 sebesar 47,62 persen. Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diduga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut. Rosegrant et al (1995), menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja dalam hal ini dilihat dari tingkat pendidikan tenaga kerja tersebut. Selanjutnya menyimpulkan bahwa kualitas tenaga kerja sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas dan pertumbuhan sektor pertanian, terutama paska revolusi hijau dimana teknologi pertanian berkembang pesat. Di samping faktor investasi dan tenaga kerja banyak faktor lainnya yang
8
memberi kontribusi terhadap proses produksi seperti jumlah lahan yang digunakan, teknologi seperti irigasi, traktor, pemupukan dan lain-lain. Pada umumnya tenaga kerja disektor pertanian adalah berpendidikan rendah, namun yang paling penting bagi tenaga kerja tersebut adalah harus mampu menyerap daripada inovasi, pengetahuan dan teknologi yang umumnya didapatkan dari penyuluhan ataupun dari membaca baik secara individu maupun kelompok, oleh karena itu syarat utama yang harus dipenuhi adalah sipetani harus bisa membaca dan menulis, adapun secara umum tingkat melek huruf yang dinyatakan dalam persen di Provinsi NAD dapat dilihat pada tabel 1.4. berikut ini
Tabel 1.4. Tingkat Melek Huruf (Literacy Rate) Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 1993 - 2003 (Dalam Persen) Tahun Tingkat Melek Huruf 1993 87.00 1994 87.80 1995 88.60 1996 89.40 1997 90.10 1998 90.70 1999 91.40 2000 92.00 2001 92.70 2002 93.20 2003 93.70 Sumber: BPS Provms1 Nanggroe Aceh Darussalam
Dari tabel 1.4. di atas terlihat secara umum penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tingkat melek huruf dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan program yang diluncurkan oleh pemerintah dalam memberantas buta huruf yang dilakukan melalui beberapa program/kegiatan.
9
Selanjutnya perkembangan jumlah lahan dalam proses produksi komoditi pertanian dan jumlah traktor yang digunakan dalam proses produksi pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada tabel 1.5. berikut;
Tabel 1.5. Perkembangan Luas Laban Panen dan Jumlah Traktor yang Digunakan dalam Aktivitas Produksi Sektor Pertanian Di Provinsi NAD (1993 s/d 2003) Luas Lahan Panen Pertumb. Jumlah Traktor Pertumb. (%) RodaEmpat (%) (Ha) Tabun (unit) 5.6 57 2.1 940,349 1993 59 3.5 1,040,030 10.6 1994 1.7 -1.5 60 1,024,276 1995 8.3 1,033,254 0.9 65 1996 -16.7 66 1.5 860,882 1997 -10.6 12.6 59 969,190 1998 54 -8.5 -3.9 931,732 1999 -4.0 65 20.4 894,475 2000 836,231 -6.5 67 3.1 2001 827,940 -1.0 72 7.5 2002 -5.6 903,444 9.1 68 2003 0.02 63 2.4 Rata-rata 932,891 Sumber : BPS dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NAD (Data diolah)
Dari tabel 1.5. di atas terlibat babwa luas laban pertanian yang digunakan untuk proses produksi bervariasi dari tabun ke tabun diduga dipengarubi oleh cuaca, pengaliban fungsi laban dan sebagainya, namun pertumbuban rata-rata tiap tabun bampir tidak ada atau mendekati nol. Luas laban pertanian yang di usabakan sangat dipengarubi oleb cuaca, modal dan sebagainya. Sementara jumlab traktor yang digunakan dalam proses produksi pertanian rata-rata pertumbubannya 2.4 persen setiap tabunnya, namun penggunaan traktor roda empat tersebut terjadi penurunan di tahun 1998 dan 1999 masing-masing -I 0.6 persen dan -8.5 persen,
10
disebabkan oleh adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang membuat harga traktor melonjak dari tahun-tahun sebelumnya, sedangkan penurunan di tahun 2003 sebesar -5,6 persen diduga akibat kondisi keamanan sehingga ada beberapa traktor yang tidak dimanfaatkan.
1.2.
ldentifikasi dan Perumusan Masalab Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut : -
Seberapa besar pengaruh investasi (kredit perbankan dan belanja pemerintah di sektor pertanian) terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD
-
Seberapa besar pengaruh kualitas tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD.
-
Seberapa besar pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD.
1.3.
Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Maksud daripada Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diidentifikasi, maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh investasi, kualitas tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
11
1.3.2 Tuj uan daripada Penelitian
-
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi (kredit perbankan dan belanja pemerintah di sektor pertanian) terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD.
-
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas tenaga kerja (yang diproksi melalui angka melek huruf) dan produktivitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD. Hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan, baik dalam
pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi aspek guna Iaksana, yaitu :
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
-
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
kontribusi
bagi
pegembangan disiplin ilmu ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan kinerja sektor pertanian (pengaruh investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja) dalam kaitannya dengan pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam -
Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat memberi inforrnasi dan sebagai pembanding bagi penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pengaruh investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
12
b. Untuk guna laksana (kebijakan) -
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengambil kebijakan ekonomi dalam pelaksanaan serta perencanaan kebijakan yang berkaitan dengan sektor pertanian, khususnya mengenai investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja pasca terjadinya tsunami.
-
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi pentingnya pengembangan sektor pertanian dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi khususnya di Provinsi NAD yang lebih baik dari pada sebelum terjadinya tsunami.
BABII TINJAUAN PUSTAKA
2.1 K.ajian Pustaka Timmer
(1993)
menginformasikan
bahwa
pertumbuhan
(growth),
stabilitas (stability) dan pemerataan (equity) dalam program pembangunan merupakan salah satu strategi untuk mencapai keberhasilan pembangunan. Hubungan pertumbuhan dan pemerataan dalam sektor pertanian, dilaporkan Hossain (2000), adalah bahwa menurut Mellor (1976) pertumbuhan sektor pertanian yang merata dapat meningkatkan daya beli petani.
Dalam hal ini
peranan pembangunan infrastruktur di pedesaan sangat
penting untuk
menghubungkan kegiatan desa ke pusat kota dan pasar. Todaro (1997)
mangatakan
bahwa
proses
pertumbuhan ekonomi
mempunyai hubungan erat dengan perubahan struktur dan sektoral. Beberapa perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara perlahanlahan aktivitas pertanian ke arah sektor non pertanian, kemudian dari sektor industri ke sektor jasa. Mubyarto (1994) menyatakan bahwa pertanian dalam arti luas mencakup pertanian (sering disebut pertanian dalam arti sempit), perkebunan
(termasuk
perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, petemakan dan perikanan. Pengertian tersebut kurang lebih sama cakupan pertanian (agriculture) yang 1992). Pengertian pertanian yang
dikemukakan oleh Kuznets (Johnston,
digunakan penelitian ini pada beberapa hal seperti perhitungan investasi dan
13
14
tenaga kerja, perhitungan 1uas lahan dan lain-lain. Selanjutnya Kuznets (dalam Johnston,
1992),
pertanian
memiliki
peran
penting
dalam
menunjang
pertumbuhan ekonomi, selain manufaktur dan kontruksi. Faktor penting yang diperlukan oleh pertanian dan sektor primer lainnya dalam menunjang faktor ekonomi adalah modemisasi dan teknologi. Ranis dan Fei (dalam Sumitro, 1994), dengan berpedoman pada pandangan Lewis, menyatakan bahwa ekspansi sektor modem membawa dampak perluasan kesempatan kerja pada sektor tersebut, sehingga kelebihan tenaga kerja dari sektor tradisional (pertanian) akan diserap oleh sektor moderen, namun sektor tradisional juga memerlukan pertumbuhan produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku, sehingga pertumbuhan antar sektor modem (industri) dan pertanian harus seimbang Hal tersebut dapat terpenuhi dengan produktivitas dan pertumbuhan sektor pertanian. Selanjutnya Soekartawi (1987) menyatakan bahwa alam tidak begitu saja memberikan sesuatu tanpa adanya usaha dari manusia. Untuk menghasilkan sesuatu dari alam diperlukan usaha manusia.
dibidang pertanian misalnya, alam dengan tenaga kerja manusia
merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja manusia. Kondisi ketenagakerjaan yang mencerminkan pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal hanya mungkin terjadi jika sumber daya manusia atau tenaga kerja yang dimiliki mampu mengembangkan produktivitas kerjanya sampai tingkat yang maksimal.
15
Peningkatan
pertumbuhan
dan
produktivitas
dapat
terjadi
jika
pendayagunaan sumber-sumber daya yang dimiliki dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Efektif mengandung arti menghasilkan output sebagaimana yang
diharapkan, sedang efisien berarti menghasilkan output dengan menggunakan input yang serendah mungkin (Sentanoe Kertonegoro, 1986).
Dari uraian diatas bisa diketahui bahwa konsep produktivitas tidak hanya berorientasi pada satu sisi saja seperti hanya pada sisi keluaran, efektif, efektifitas, atau hanya pada masukan, akan tetapi berorientasi baik terhadap masukan maupun keluaran, yakni konsep produktivitas itu adalah hubungan antara keluaran (barang yang diproduksi atau jasa yang dihasilkan) dengan masukan (sumber daya) yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tadi (Lawlor et al, 1988). Oleh karenanya, dalam setiap pengertian dari pada produktivitas perhatian tidak hanya tertuju pada masukan, tetapi juga pada keluaran. Unit satuan yang dipakai dalam produktivitas berdimensi dua seperti ton per hektar, nilai tambah per tenaga kerja dan sebagainya (Muchdarsyah Sinungan, 1995). Pada suatu unit produksi kebun, secara terpadu dalam kegiatan produksi nya telah melibatkan berbagai pemanfaatan sumber daya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam (tanah, zat-zat organik,bibit/benih tanaman, pengaruh unsur-unsur iklim), serta sumber daya buatan (peralatan, permodalan, zat-zat organik). Sumber daya manusia atau produksi tenaga kerja diperhatikan sebagai sumber daya ekonomi yang dianggap sebagai sumber-sumber daya yang mendasar. Oleh karena itu, segala sesuatu yang diusahakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya.
Walaupun faktor alam banyak tersedia, namun
16
produksi tidak akan bisa digerakkan tanpa tenaga kerja manus1a (A.G. Kartasapoetra, 1988). Selanjutnya Matthias Arroef ( 1986) menyatakan perlu adanya usaha meningkatkan produktivitas dari satuan-satuan produktifyang sudah ada.
Beberapa contoh tindakan disini adalah menaikkan kapital, menaikkan
produktivitas tenaga kerja dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa perilaku individu manusia dalam hal ini tenaga kerja di dalam suatu organisasi akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari
individu manusia tenaga kerja tersebut,
sehingga
produktivitas tenaga kerja akan ditentukan oleh perilaku tenaga kerja itu sendiri juga produktivitas tenaga kerja akan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Hal ini sependapat dengan Utami Munandar yang dikutip J. Ravianto ( 1986) bahwa produktivitas tenaga kerja dikatakan merupakan basil interaksi yang berkesinambungan antara individu tenaga kerja dengan lingkungan
baik
lingkungan pekerjaan maupun lingkungan diluar pekerjaan. Dalam bentuk matematis, produktivitas tenaga kerja ini dapat diformulasi sebagai berikut : Y = F ( I, E )
...................................................................................(2.1)
Dimana : Y = Produktivitas tenaga kerja di dalam suatu organisasi (pertanian) F
=
Fungsi
I
=
Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang hadir dari individu/ dalam tenaga kerja
E
= Faktor
eksternal,
yaitu
faktor-faktor
yang
hadir
dari
lingkungan/luar diri tenaga kerja, baik lingkungan organisasi maupun luar organisasi.
17
Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dalam penelitian ini dikhususkan pada sektor pertanian antara lain :
2.1.1. Modal Modal merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pembentukan modal dapat dilakukan melalui upaya menyisihkan sebagian dari pendapatan masyarakat ataupun perusahaan untuk dibelanjakan pada barang-barang modal dan investasi yang merupakan salah satu faktor kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi diperlukan untuk meningkatkan kesempatan kerja, mendorong terciptanya inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhimya akan mengarah pada efisiensi dan peningkatan produksi dari pada kegiatan dalam hal ini sektor pertanian. Selanjutnya Todaro (2000: 115) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah: 1. Akumulasi modal (capital accumulation), meliputi semua jenis investasi bam
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal sumber daya. Akumulasi modal terjadi apabila sebahagian dari pendapatan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output atau pendapatan pada masa yang akan datang; 2. Pertumbuhan penduduk (growth in population) maksudnya adalah dengan pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan tenaga kerja sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. lni berarti dengan pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas. Pertumbuhan
18
penduduk yang lebih besar akan menyebabkan pertumbuhan pasar domestik akan lebih besar, namun positif atau negatifuya pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian tersebut untuk menyerap setiap tambahan angkatan kerja; 3. Kemajuan teknologi (technological progress) merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting, karena dengan kemajuan teknologi akan ditemukan cara baru ataupun teknologi baru untuk menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat. Jhingan (1999) dalam Muchtar Luthfi (1999) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi adalah membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri.
Modal juga diperlukan dalam membangun fasilitas
umum guna menunjang pembangunan di bidang ekonomi seperti pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan, atau dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah penciptaan overhead sosial dan ekonomi. Hal ini hanya mungkin jika laju pembentukan modal dalam negeri cukup cepat, yaitu jika bagian dari pendapatan atau output masyarakat yang ada hanya sedikit saja yang digunakan untuk konsumsi dan sisanya diinvestasikan dalam bentuk barang modal. Lewis mengemukakan bahwa masalah pokok dalam teori pembangunan ekonomi adalah proses peningkatan tabungan dan investasi nasional dari 4- 5% menjadi 12- 15% dari pendapatan nasional.
19
2.1.1.1. Kredit Perbankan untuk Sektor Pertanian Van Zyl et al (1995) dari penelitian tentang peranan kredit perbankan di Afrika Selatan menyimpulkan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh akses kredit perbankan. Rendahnya akses kredit petani kecil memberikan pengaruh pada produktivitas pertanian pada kasus di Afrika Selatan. Dengan memiliki luas lahan pertanian yang kecil, maka petani skala kecil tidak memiliki agunan bank yang cukup untuk meningkatkan modalnya dalam meningkatkan skala ekonomi pertaniannya. Hal ini berbeda dengan petani skala besar yang memiliki akses yang cukup pada kredit perbankan. Kredit perbankan sangat berperan dalam produksi pertanian, karena kredit tersebut berperan mulai dari tahap investasi, seperti pembelian bibit, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman pembelian sarana pertanian.
Pada
akhimya pemberian kredit tersebut sangat diharapkan akan mempengaruhi produktivitas yang akhimya meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian. Rendahnya kemampuan akses perbankan oleh petani dapat diatasi dengan peranan bank-bank pemerintah yang beroperasi memberikan kredit untuk peningkatan produksi pertanian, yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap produktivitas sektor pertanian.
2.1.1.2. Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor Pertanian Selanjutnya peran pemerintah dapat dijalankan melalui salah kebijakan yaitu pembelanjaan. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk
20
membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah dapat dibedakan yaitu pertama pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk (output), kedua, untuk pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek terdiri dari sektor-sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi. Namun hal ini sering menyimpang dari apa yang telah diprogramkan mengingat banyaknya usulan program yang tidak merupakan kebutuhan dari daerah namun merupakan keinginan dari pemerintah atasan sehingga kadang-kadang memberikan keengganan daerah dalam mengajukan usulan program yang memang betul-betul mendesak. Musgrave (1989:7) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah yang diperlukan dalam perekonomian merupakan kegiatan pengganggaran yang memiliki beberapa tujuan kebijakan yang dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Upaya pemerintah untuk menyediakan fasilitas sosial atau proses pembagian keseluruhan sumber daya untuk digunakan sebagai barang sosial, kegiatan ini yang disebut dengan fungsi alokasi 2) Untuk melaksanakan penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan untuk menjamin terpenuhinya apa yang dianggap oleh masyarakat suatu keadaan yang merata yang disebut dengan fungsi distribusi.
21
3) Sebagai alat untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi dan tingkat stabilitas yang wajar yang disebut dengan fungsi stabilitas. Salah
satu
pengeluaran
pemerintah
adalah
berbentuk
belanja
pembangunan yang ditujukan untuk memberdayakan berbagai sumber ekonomi untuk mendorong pemerataan, peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Belanja pembangunan pengalokasian sangat terkait dengan kebutuhan masyarakat. Dimana secara umum kebutuhan masyarakat dapat dibedakan atas : 1) Pemenuhan kebutuhan pokok, seperti sarana transportasi, pasar, kesehatan pendidikan, kebutuhan air, sarana produksi lainnya dan sebagainya. 2) Pelayanan pemerintah dalam mengembangkan usahanya dengan basis kegiatan masyarakat, misalnya disektor pertanian, industri dan sebagainya. Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam,
dalam
rangka penyelenggaraan
kegiatan
administrasi
pemerintahan. Nilai output akhir pemerintah yang terdiri dari pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin pembayaran gaji pegawai dan perkiraan penyusutan barang modal pemerintah. Perhitungan pengeluaran konsumsi pemerintah dilakukan dengan menggunakan data keuangan pemerintah kabupaten yang meliputi pengeluaran rutin untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan, belanja rutin lain-lain seperti belanja pensiun dan subsidi. Blakely (1994) juga mengemukakan akan pentingnya peran pemerintah, dengan mengemukakan sejumlah faktor
yang mempengaruhi pembangunan
22
daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja, investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri, teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian intemasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah dan dukungan pembangunan
2.1.2.
Somber Daya Manusia
2.1.2.1 Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan unsur penting dalam mengelola usaha pertanian, karena dengan jumlah tenaga kerja yang banyak akan membantu kegiatan dalam penerapan teknologi produksi pertanian. Pemanfaatan tenaga kerja dalam usaha tani umumnya masih mengandalkan potensi tenaga yang ada dalam keluarga petani. Tenaga kerja yang hanya timbul dan berkembang dari sumber keluarga petani seringkali belum mampu dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya produktivitas tenaga kerja
sehingga seringkali
penghasilan yang didapat tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga petani. Dalam teori pertumbuhan Neo Klasik, yang berasal dari teori pertumbuhan Solow, menekankan pentingnya peran sumberdaya manusia sebagai sumber pertumbuhan. Selanjutnya sumber daya manusia merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi (resource of growth), yang sangat berperan sebagai perantara penetrasi teknologi dalam proses produksi khususnya produksi sektor pertanian. Teknologi yang semakin maju dan terus berkembang akan mendorong produktivitas ekonomi untuk terus meningkat yang nantinya diharapkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi nasional.
23
2.1.2.2. Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja
Secara konseptual produktivitas tenaga kerja pada suatu usaha tani merupakan salah satu komponen yang mempunyai kontribusi dalam upaya meningkatkan prestasi usaha. Menurut Hidayat (1986) dalam Tobari (200 1), bahwa komponen lain yang menentukan prestasi kerja petani adalah peningkatan efektifitas, efisiensi, kualitas, inovasi dan sebagainya, namun aspek yang paling penting adalah produktivitas dan efisiensi. Menurut Soharsono Sagir ( 1986) dalam Tobari (200 1), peningkatan produktivitas tenaga kerja tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, melalui jalur pendidikan, latihan dan pengembangan yang dikaitkan dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa itu semua hal tersebut di atas maka produktivitas tenaga kerja dalam arti kualitas tenaga kerja tidak mungkin dapat ditingkatkan. Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas tenaga kerja merupakan akibat sekaligus penyebab karena dari suatu proses produksi yang rendah, pendapatan rendah, tingkat investasi rendah, tingkat teknologi yang rendah maupun kurangnya tenaga terampil. Selanjutnya Sumitro Djojohadikusumo
( 1991) menjelaskan pada teori
klasik yang dipelopori oleh Adam Smith 1776, John Sturt Mill 1884 dan David Ricardo 1917 bahwa faktor-faktor pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya alam. Yang dimaksud sumber daya alam bukan hanya sekedar tanah untuk lahan pertanian, tetapi sumber daya alam dalam arti luas seperti kesuburan tanah, kekayaan hutan mineral, iklim, sumber daya kelautan, dan lain-lain.
24
Sumber daya alam dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi apabila dapat dimanfaatkan secara tepat serta didukung oleh kemampuan teknologi yang memadai.
Kemajuan teknologi merupakan hal penting dalam pembangunan
ekonomi terutama di negara-negara berkembang (Eckaus, & Welsh, 1970, dalam Amri Amir, 1999). Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang didalamnya terkandung pengertian pertumbuhan produktivitas dapat berlangsung walaupun Negara ataupun daerah kekurangan sumber daya alam. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan teknologi dalam berbagai bidang menyebabkan suatu negara dapat mengimpor sumber daya alam dan memanfaatkan secara optimal. Jepang dan Singapura adalah negara yang kurang memiliki sumber daya alam tetapi mampu memacu pembangunan dalam bidang ekonomi . Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan Jepang dan Singapura mampu mengatasi kelangkaan sumber daya alam. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan output bersumber dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah pendudukdan perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi) serta penyempumaan teknologi. Sebagian besar pertumbuhan ekonomi bersumber dari hal-hal yang bersifat eksogen atau proses-proses kemajuan teknologi yang bersifat independen (Todaro, 1998).
2.2. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan sektor pertanian terutama sub sektor tanaman pangan dan perkebunan dan sebagainya tidak terlepas dari upaya pemerintah
25
untuk
memecahkan
berbagai masalah nasional secara simultan dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada secara maksimal dan berkesinambungan. Sebagai suatu usaha pembangunan yang mengacu pada konsep pertanian moderen yang sating berinteraksi dan terintegrasi untuk pencapaian hasil yang lebih besar. Pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan membutuhkan sejumlah korbanan, yang diperoleh dan dihasilkan oleh sektor ekonomi lainnya, pada keadaan yang sama subsektor-subsektor tersebut juga menghasilkan sejumlah produksi, baik dalam bentuk produksi barang setengah jadi maupun berupa barang jadi. Dengan demikian produksi antara yang dihasilkan oleh sektor pertanian seperti hasil dari subsektor perkebunan akan dimanfaatkan oleh sektor-sektor lain sebagai korbanan dalam proses produksinya sedangkan permintaan akhir adalah dalam bentuk konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, swasta dan ekspor. Adanya korbanan hasil yang tercipta menjadikan pembangunan sub sektor tanaman bahan makanan dan pangan akan berintegrasi dengan sektor lainnya, sehingga pembangunan sub sektor tersebut merupakan bagian kedua integal dan tidak terpisahkan dari pembangunan wilayah. Hakikat pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan keadaan di mana tersedia altematif yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Secara ideal, penciptaan altematif tersebut dicirikan oleh adanya proses transparansi karakteristik masyarakat dengan adanya peningkatan kapasitas produksi, peningkatan rantai persatuan tenaga kerja, peningkatan pendapatan, pemerataan distribusi pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan diantara golongan-golongan masyarakat
26
ke arah yang lebih adil dan transformasi kultural dan tata nilai kearah perbaikan mutu hidup (Nasution, 1989). Dengan demikian diperlukan penelusuran dan pemahaman
terhadap
hubungan
pembangunan
sektor
pertanian
dengan
pengembangan wilayah melalui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dengan distribusi yang merata, yang akhimya diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja sehingga mampu meningkatkan penerimaan agregat daerah. Dalam hubungannya dengan pembangunan wilayah, bisnis agraris ini juga diharapkan akan memberikan efek ganda (multiplier effect) kepada kehidupan ekonomi masyarakat di luar wilayah proyek tempat dimana proyek yang bersangkutan berada. Artinya, pengembangan dan perluasan sektor selain sebagai upaya pendayagunaan sumberdaya alam juga berperan sebagai pemanfaatan sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk di sektor perkebunan akan mendorong tumbuhnya berbagai bentuk kegiatan ekonomi untuk memenuhi hidup penduduk di daerah tersebut. Dalam arti positif pertumbuhan penduduk merupakan pendorong meningkatnya kegiatan ekonomi (Todaro, 1983 : 361 ). Kajian mengenai proses pertumbuhan ekonomi telah dikenal sejak Adam Smith dengan konsep persaingan bebas yang mengemukakan bahwa hal tersebut merupakan jalan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan yang bersifat kumulatif pada sektor ekonomi yang meliputi sektor pertanian, industri manufaktur dan jasa. Terciptanya pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut akan menarik penambahan modal, kemajuan bidang teknologi, bertambahnya jumlah penduduk, perluasan
27
pasar, pembagian kerja, dan kenaikan keuntungan secara terus-menerus. (Jhingan 1999, 84).
2.2.1. Pendekatan Klasik Tokoh utama yang mengembangkan teori ekonomi klasik adalah Adam Smith. Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa suatu bangsa akan mengalami 1aju pertumbuhan ekonomi tertentu yang tercipta karena terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan tabungan yang selanjutnya akan mendorong meluasnya pasar dan meningkatnya pembagian kerja yang bermuara pada peningkatan produktivitas (Jhingan, 1999). Peningkatan kerja adalah titik awal dari pertumbuhan ekonomi Adam Smith yang akan mengarah pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Kenaikan produktivitas tersebut berkaitan dengan; (1) meningkatnya ketrampilan tenaga kerja; (2) penghematan waktu dalam memproduksi barang; (3) penemuan mesin yang menghemat tenaga kerja. Kenaikan produktivitas bukan berasal dari tenaga kerja saja tetapi modal, kemudian kemajuan teknologi melahirkan pembagian kerja dan perluasan pasar. Semua proses tersebut didahului dengan pemupukan modal bukannya pembagian kerja.
Pemupukan modal
merupakan syarat mutlak dalam
pertumbuhan ekonomi, dengan demikian permasalahan pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan masyarakat untuk menabung dan berinvestasi. Kemudian jika pertumbuhan ekonomi telah terjadi, maka proses pertumbuhan ekonomi
akan
berlangsung
secara
terns
menerus
secara
kumulatif.
28
Berkembangnya pasar, menyebabkan pembagian kerja dan spesialisasi terus mengalami peningkatan sehingga produktivitas tenaga kerja juga meningkat yang pada gilirannya memperluas pasar dan meningkatkan tabungan.
Semakin
membesamya tabungan, pengusaha terangsang untuk mengembangkan teknologi serta memperbaiki proses produksi. Selain teori yang dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo juga menekankan tentang pentingnya pemupukan modal dalam pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1999; 89).
Teori pertumbuhan Ricardo didasari pada adanya
keterbatasan faktor produksi lahan. pertumbuhan
penduduk
(tenaga
Lahan yang semakin terbatas dan
kerja)
yang
semakin
meningkat
akan
menghasilkan produk marginal yang semakin turun yang semakin turun yang dikenal dengan " hukum pertambahan hasil yang semakin menurun" (the law of diminishing
return),
tetapi
terjadinya
akumulasi
modal
maka"
hukum
pertambahan hasil yang semakin menurun" dapat diperlambat, namun tidak dapat dihindari. Harapan yang dapat meningkatkan perekonomian adalah kemajuan teknologi. Memanfaatkan kemajuan teknologi dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal.
Pentingnya pemupukan modal dalam pertumbuhan
ekonomi juga dikemukakan oleh J.M Keynes (1964; 135). Keynes menekankan pentingnya investasi untuk memperoleh tingkatan pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian.
Menurutnya pendapatan total merupakan
fungsi dari pekerjaan total dalam suatu Negara. Semakin besar volume pekerjaan akan semakin pula pendapatan total.
29
Kontribusi yang penting dari sektor pertanian dalam arti luas oleh Johnston dan Mellor (1961) serta Jhingan (1983) menjelaskan bahwa peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi dalam hal : ( 1) meningkatkan ketersediaan pangan atau surplus pangan bagi konsumsi domestik (2) membuka kesempatan kerja baik bagi petani, buruh industri maupun tenaga kerja di sektor lain (3) merupakan pasar bagi produk industri (4) meningkatkan tabungan dalam negeri (5) meningkatkan perdagangan (sumber devisa) (6) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Faisal Kasryno (1998) menyatakan strategi dasar dari pembangunan pertanian yang tangguh adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menghasilkan daya saing (efisiensi), mengembangkan pembangunan pertanian regional secara konsisten dan meningkatkan keterkaitan antara sektor ekonomi dan antar daerah. Selanjutnya Affandi (1988), mengemukakan bahwa banyak masyarakat petani belum tangguh dalam melaksanakan usahanya. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya baik aspek sosio-kultural maupun aspek ekonomi. Termasuk dalam aspek sosio-kultural yang merupakan faktor penghambat dalam ketangguhan berusaha antara lain latar belakang kehidupan, tingkat pendidikan, status dalam pengusahaan lahan dan lain-lain, sedangkan aspek ekonomi yang dianggap menghambat adalah rendahnya tingkat pendapatan di sektor pertanian dan usaha taninya, sempitnya lahan yang dikuasai sebagai pencerminan dari skala usahanya (petani gurem) dan kapasitas berusaha!bisnis yang masih rendah.
30
2.2.2
Pendekatan Neo klasik Menurut teori Neo-Klasik yang dikemukakan oleh Solow dan Swan bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (tenaga kerja akumulasi modal dan sumber daya alam) dan tingkat kemajuan teknologi. Dimana kapital, sumber daya alam dan teknologi dalam jangka pendek diasumsi konstan, sedangkan dalam jangka panjang semuanya adalah variabel yang tidak konstan (Arsyad, 1992; 55-57).
Pandangan ini
didasarkan pada anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan mengalami tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap dipergunakan sepanjang waktu.
Dengan
kata lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital dan kemajuan teknologi.
2.2.2.1. Augmented Solow Model Model ini disusun berdasarkan dari persamaan model Cobb-Douglas yang disering disebut dengan Aumented Solow Model (ASM), dikembangkan oleh Mankiw, Romer dan Weil. Selanjutnya model persamaan tersebut seperti dibawah ini :
Y = K a H jJ L 1 -a- jJ Dimana koefisien a dan
~
•••••••••••••••••••••••••••••••••• •••••••••••••••••••••••
(2.2)
terletak antara 0 dan 1, dan (a + ~) < 1
Sedangkan Y adalah output, K adalah kapital, L adalah jumlah pekerja dan H adalah modal manusia (human capital). Pengertian dari human capital dalam model diatas adalah pengetahuan (knowledge) yang terdapat pada pekerja, sering
31
juga dikaitkan dengan investasi yang spesifik pada pendidikan, training dan dalam pembelajaran sendiri. Modal manusia ini diasumsikan bersifat seperti modal fisik yaitu dapat didepresiasikan, bentuk depresiasi berdasarkan pemikiran
babwa
(1) orang sering lupa atau kebilangan ketrampilannya apabila tidak digunakan secara terus menerus, (2) orang tidak dapat bidup seterusnya, sebingga generasi muda akan menggantikan generasi yang lebib tua. Berdasarkan asumsi tersebut, maka Mankiw, Romer dan Weil membentuk suatu model seperti berikut: Ln y =a +[a/(1-a-P)] In crk +[p/(1-a-p)] In crh-[ a+Pf(l-a-p)] In (n+z+o) .......(2.3) Dimana n adalah pertumbuban angkatan kerja, z adalab tingkat perbaikan kinerja pekerja karena adanya labor-augmenting technology dan o adalab tingkat depresiasi. Proporsi pendapatan yang diinvestasikan untuk kapital fisik adalab crk dan proporsi pendapatan yang diinvestasikan untuk modal manusia adalah crh. Jadi dapat dikatakan babwa pengembangan sumber daya alam suatu negara sangat tergantung pada kemampuan produksi dari pada manusianya. Jika penduduk terbelakang (tingkat pendidikan dan pengetabuannya rendab), maka sumber-sumber
daya
alam
akan
terbengkalai,
kurang
optimal
dalam
pemamfaatan/peng olahan atau bahkan salab dalam dalam penggunaannya, yang akan mengakibatkan rendabnya produktivitas dan pertumbuban.
2.2.2.2. Labor-Augmentin g Technologi Kemajuan teknologi adalab perubaban di dalam metode produksi yang merupakan basil dari pembabaruan atau basil dari tebnik penelitian baru. Dengan adanya kemajuan teknologi akan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan
32
meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya akan menaikkan output dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai sumber dari pada perubahan teknologi adalah ilmu pengetahuan dan penelitian. Hall dan Jones dalam Berg (2001) memodifikasi fungsi produksi CobbDouglass
dengan
mencantumkan
labor-augmenting technology,
sehingga
persamaannya menjadi sebagai berikut: Y = Ku (E.W)I-u .............................................................. (2.4) Dimana W merupakan penawaran kerja (supply of work), yang diasumsikan terdiri dari dua komponen, yaitu modal manusia (H) dan jumlah tenaga kerja (L), sehingga persamaan menjadi :
Y
=
Ku (E. H. W) 1 -
a ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.•••• (2.5)
Selanjutnya dengan beberapa operasi matematika , maka didapat persamaan sebagai berikut: Y = (KIY)
lt(l-u)h.
E ....................................................... (2.6)
Dimana y adalah Y/L dan h adalah HIL, selanjutnya Hall dan Jones menyebutkan bahwa E adalah produktivitas tenaga kerja (Labor productivity). Dengan metode diatas Jones dan Hall dapat menjelaskan perbedaan pendapatan perkapita antar negara, yang disebabkan oleh perbedaan produktivitas pekerja, dimana semakin tinggi produktivitas pekerja suatu negara maka semakin tinggi produksi negara tersebut. Sifat teori pertumbuhan Neo-Klasik dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 Fungsi Produksi ditunjukkan oleh 11-h dan seterusnya Dalam fungsi produksi yang terbentuk demikian , suatu tingkat output dapat diciptakan dengan
33
berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar 11, kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a) K3 dengan L3, (b) K2 dengan L2, dan (c) K 1 dengan Lt.
Dengan demikian
walaupun jumlah modal berubah tetapi terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan.
Di samping itu, jumlah output dapat
mengalami perubahan walaupun jumlah modal tetap. Misalnya, walaupun jumlah modal tetap sebesar K3, jumlah output dapat diperbesar menjadi h. jika tenaga kerja yang digunakan ditambah dari L3 menjadi L3' Modal
1·
K.:t----1---~
K:
KI t--t----'t-----'t--__;:=-r
0~--:L.J..··-~L~J.--:L'-··.---:J.L1 - - - + Tenaga Kerja
Gam bar 2.1 .Grafik Fungsi Produksi. Akumulasi modal pada dasarnya dapat berasal dari dalam negeri dan dapat juga berasal dari luar negeri (modal asing). Teori Harold-Domar memberikan arti penting terhadap modal atau investasi dalam pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai peran ganda yang dimilikinya. Peran investasi menciptakan pendapatan dan kedua investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital
dan bahwa investasi (akumulasi modal) bertujuan
untuk memperbesar output dan pendapatan dimasa yang akan datang (Todaro,
1995; 116). Melalui investasi pada barang modal produktif (termasuk investasi
34
dalam sumberdaya manusia) dan di bidang infrastruktur sosial dan ekonomi untuk menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu, peningkatan output dapat dicapai dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Kajian mengenai proses pertumbuhan ekonomi telah dikenal sejak Adam Smith dengan konsep persaingan bebas yang mengemukakan bahwa hal tersebut merupakan jalan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan yang bersifat kumulatif pada sektor ekonomi yang meliputi sektor pertanian, industri manufaktur dan jasa. Terciptanya pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut akan menarik penambahan modal, kemajuan bidang teknologi, bertambahnya jumlah penduduk, perluasan pasar, pembagian kerja, dan kenaikan keuntungan secara terus-menerus
2.2.2.3. Konsep Pertumbuhan dan Produktivitas Pertanian Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor pertanian.
Adapun peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan
peningkatan teknologi pertanian.
Dengan peningkatan teknologi pertanian
memungkinkan tercapainya peningkatan produksi dari faktor produksi yang tetap. Dengan demikian pengembangan teknologi pertanian merupakan salah satu langkah yang strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian (Thirtle and Ruttan dalam Hermanto et al., 1992). Dari berbagai referensi terdapat banyak definisi mengenai produktivitas, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
35
1). Produktivitas mengukur keluaran (output) barang dan jasa terhadap masukan (input) tenaga kerja, bahan dan peralatan (Taff, 1988; 14). 2). Produktivitas memusatkan pada perbandingan antara keluaran berupa barang
dan
jasa
dengan
penggunaan
sumber
daya
sebagai
masukannya
(Schermerhorn, 1989 ; 17). 3). Produktivitas merupakan perbandingan antara totalitas keluaran dengan
keseluruhan masukan yang digunakan (Teich, 1986 ; 325). 4). Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan (Lawlor
et al, 1988 ; 366). Secara umum, Lawlor et a] (1988 ; 9) menyatakan produktivitas sebagai variasi dari rasio :
Keluaran Output - - - - atau ---=--Masukan Input
Produktivitas ............ ............ ....... (2. 7)
Atas dasar definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa produktivitas adalah merupakan hasil perbandingan antara output (keluaran) yang dihasilkan dengan input (masukan) yang digunakan. produktivitas menujukkan
Semakin besar nilai
semakin tinggi tingkat produktivitas atau semakin
tinggi (besar) kemampuan masukan menghasilkan keluaran. Stoner dan Freeman (1992 ; 291) menyatakan ada dua jenis produktivitas berdasarkan teknis pengukuran. Pertama, produktivitas total, membandingkan nilai dari semua keluaran dengan nilai semua masukan.
Kedua, produktivitas
parsial, membandingkan nilai keluaran dengan nilai dari kategori utama masukan . Bentuk matematis dari kedua jenis terse but adalah :
36
Produktivitas Total
Total Keluaran Total Masukan
Produktivitas Parsial
Total Keluaran Masukan Parsial
.................................. (2.8)
................................. (2.9)
Simatupang, (1996b) mengatakan dalam Mohamad Maulana (2004) secara konseptual, pengukuran produktivitas suatu usaha ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas faktor produksi parsial dan produktivitas total faktor produksi. Produktivitas faktor produksi parsial adalah produksi ratarata dari suatu faktor produksi yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu faktor produksi. Apabila faktor produksi lebih dari satu, maka produktivitas parsial suatu faktor produksi akan dipengaruhi oleh tingkat penggunaan faktor produksi lainnya. Oleh karena itu , konsep ini tidak banyak manfaatnya jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis. Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis, maka konsep produktivitas yang lebih banyak digunakan adalah produktivitas total faktor produksi. Douglas Holz-Eakin (1992) mengemukakan
bahwa kenaikan tingkat
investasi tidak secara permanen menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu
agar secara periodik peningkatan investasi tersebut yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi maka perlu adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam hasil penelitiannya ditunjukkan bahwa secara nasional tingkat akumulasi kapital baik physical capital maupun human
capital yang lebih besar akan mendorong produktivitas yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. simetris.
Sedangkan untuk state pengaruh tersebut adalah tidak
Kebijakan untuk mempercepat akumulasi kapital akan mengubah
37
marginal product of labor yang lebih tinggi dan selanjutnya akan mendorong peningkatan tingkat upah riil untuk state workers. Sebaliknya, mobilitas tenaga kerja yang lebih besar dalam jangka pendek akan meningkatkan kecenderungan bahwa setiap state akan tidak memperoleh benefit dari penerapan kebijakan peningkatan investasi dalam human capital. Produktivitas total faktor produksi didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi
dengan indeks total faktor produksi (input) (Otsuka dalam Sayaka,
1995). Chamber dalam Simatupang (1996) menyatakan bahwa produktivitas total faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat).
Dalam prakteknya
total faktor produksi biasanya diukur dalam angka indeks sehingga langsung dapat mencerminkan tingkat relative antar waktu (inter temporer).
2.2.2.4. Konsep Produktivitas Tenaga Kerja Menurut McConell dan Brue (1995), Konsep pengukuran produktivitas tenaga kerja pada jangka waktu tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut: p
=
TP .............................•......................................... (2.10) N
Dimana, P = Produktivitas tenaga kerja. TP = Total produk yang dihasilkan pekerja. N
=
Jumlah total tenaga kerja.
Selanjutnya Todaro(l997) mengatakan jika terjadi peningkatan variabel faktor produksi dalam hal ini tenaga kerja sementara kuantitas faktor lain tidak
38
berubah, maka setelah melewati titik tertentu, tambahan marginal produk (output) yang bersumber pada panambahan faktor variabel tersebut akan menurun.
2.2.3
Penelitian Sebelumnya
2.2.3.1. Penelitian Rachmini Saparita et al (2004) Hasil penelitian Rachmini Saparita dkk (2004), yang berjudul "Peranan
Investasi dalam Pembangunan Pertanian". Jumal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XII (2) 2004. Unpad Bandung, menyimpulkan peningkatan modal dapat meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian yang berakibat peningkatan pendapatan di sektor pertanian, dimana penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik ex ante
yaitu
menganalisis peristiwa/kejadian
sebelum
peristiwa terjadi. Analisis peran investasi pertanian pada pembangunan pertanian yang telah terjadi didasarkan pada hasil simulasi
2.2.3.2. Penelitian Widianti (1998) Penelitian Widianti (1998), dengan judul"Analisis Pengaruh Kesempatan
Kerja dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Industri dan Jasa di Provinsi Jawa Tengah", menunjukkan sebagai berikut : Pertumbuhan
PDRB Jawa Tengah
selama tahun
1986-1996 mengalami
pertumbuhan positip, sektor primer rata-rata pertumbuhannya 3,6 % , industri 7,8
% dan jasa 7,7 %. Pertumbuhan kesempatan kerjanya rata-rata selama periode penelitian untuk sektor pertanian 2,51 %, industri 9, 72 % dan jasa 2,54 %. Untuk penanaman modal atau investasi menurut sektor di Jawa Tengah juga mengalami
39
pertumbuhan yang positif yaitu untuk sektor pertanian sebesar 10,3 %, industri 27,3 %dan jasa 26,9 %. Model analisis regresi linear dengan logaritma normal yang digunakan adalah sebagai berikut : LnY=Lna + b 1 LnX 1 + b2LnX2 +
€ .......•...•......•.•...••.............•.. (2.11)
Dimana: Y = PDRB masing-masing sektor
a = Konstanta
X 1 = Tingkat investasi sektoral
s = errors
X2 = Kesempatan kerja per sektor Menyatakan bahwa kesempatan kerja dan investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB dan secara parsial untuk sektor pertanian kesempatan kerja lebih besar pengaruhnya daripada investasi, dan untuk sektor industri dan jasa pengaruh investasi lebih besar daripada kesempatan kerja.
2.2.3.3. Penelitian Mohamad Maulana (2004) Penelitian Mohamad Maulana (2004), dengan judul "Peranan Luas
Lahan,Intensitas Pertanaman dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah Di Indonesia 1980-2001". Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No 1, Mei 2004 : 74-79, menyimpulkan pertumbuhan dan produktivitas padi sawah dipengaruhi oleh kualitas lahan dan luas lahan garapan petani.
Pada tingkat
teknologi yang sama baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun kualitas usaha tani yang diterapkan, maka produktivitas usaha tani dapat bervariasi antar daerah akibat perbedaan luas lahan. Produktivitas juga dipengaruhi kualitas lahan garapan, dimana akan terjadi degradasi akibat terkurasnya unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan data dapat dilihat dalam model berikut:
40
a. Untuk menghitung pertumbuhan memakai model berikut: Q =A. Y ....................... ....................... .......................(2.12) A =Cl.LS ...................... ...................... ...................... (2.13) Cl =AILS ...................... ...................... ...................... (2.14) Persamaan (2.15) dimasukkan dalam persamaan (2.16) maka didapat :
Q = Cl . LS . Y ....................... ....................... ................. (2.15) Dimana:
Q = Produksi padi sawah (ton). CL = lntensitas penanaman (kali/tahun). LS = Luas baku sawah (ha). A = Luas panen padi sawah (ha). Jika persamaan (2.17) ditulis dalam bentuk logaritma maka, Ln Q = In CI + In LS + In Y ....................... ....................... ...(2.16) b. Perhitungan Total Faktor Produksi (TFP), dimana indeks TFP dihitung dengan menggunakan cara penghitungan indeks Tornqvist-Theil sebagai berikut: Ln (X t I X t- 1 ) = L j Sj t = R j t X j t I
112 (
S j t + S j t-
1)
Ln ( X j t- 1 ) •••••••••••••••••• (2.17)
L j R j t X j t ••••••••••••••••••••• ••••••••••••••••••••• • (2.18)
Dimana: X t = Total faktor produksi pada tahun ke t. X j t = Faktor produksi j pada tahun t. S j 1 = Pangsa pengeluaran untuk faktor dalam total biaya. R j = Harga faktor produksi.
41
Dengan menetapkan angka indeks pada talmn dasar adalah 100, maka indeks total faktor produksi dan basil produksi dihitung sebagai berikut: I Xt= (Xt) (X t-t) ............................................................(2.19)
I Y t = (Yt) (Yt _ t) .............................................................(2.20) Dimana: I X t = Indeks total faktor produksi pada tahun t. I Y t = Indeks basil produksi basil tahun t. Yt
=
Hasil produksi tahun t. Selajutnya indeks produktivitas total faktor produksi (TFP) dapat dihitung
sebagai berikut : ITFP t = I Y t I I X t ......................................................... (2.21)
2.2.3.4. Penelitian Peter Warr (2006)
Penelitian Peter Warr (2006), denganjudul Productivity
Growth
in
Thailand and Indonesia : How Agriculture Contributes to Economic Growth".dalam jurnal The Australian Agricultural and Resource Economics Society Annual Conference, Sidney menyimpulkan bahwa kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi di Thailand dan Indonesia (1980-2002) termasuk peningkatan pertumbuhan Total Faktor Produksi yang mengesankan. Tetapi kontribusi tersebut sangat dipengaruhi oleh besamya penggunaan sumberdaya yang jika digunakan kesektor lain akan lebih produktif. Selanjutnya pertumbuhan dan produktivitas sektor pertanian di Indonesia meningkatkan nilai tambah 30 persen dan meningkatkan pertumbuhan 3.5 persen dari keseluruhan
42
pertumbuhan ekonomi. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan model persamaan dari fungsi Cobb-Douglas.
2.2.3.5. Penelitian Tulus Tambunan (1992) Selanjutnya Penelitian Tutus Tambunan (1992) denganjudul "Kontribusi
Peningkatan Total Faktor Produktivitas Terhadap Pertumbuhan Output Agregat: Suatu Studi Empiris ". dalam jumal Studi Indonesia, Volume 7.1. Januari 1997
menyimpulkan bahwa Progres teknologi dan peningkatan SDM
memberi dampak positif terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja (yaitu rasio output terhadap tenaga kerja) dan kapital (rasio output terhadap kapital) di Indonesia periode 1960-1992. Dalam studinya Tambunan memakai model fungsi produksi CobbDouglas, dengan asumsi bahwa rasio pertumbuhan output terhadap pertumbuhan jumlah faktor-faktor produksi adalah konstan.
Hubungan antara faktor-faktor
produksi dengan output adalah linear dalam bentuk logaritma (linear homogen). Fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Y = AKnaK LuL .................................. .............................. {2.22) Di mana aK = 1 - aL ; aK dan aL masing-masing adalah elastisitas kapital dan tenaga kerja terhadap output. Nilai-nilai variabel (lihat Tabel Lampiran II) dalam analisis ini (K, Kn, dan L) ditranformasikan terlebih dahulu ke logaritma untuk mendapatkan suatu relasi yang linear antara output (Y) dengan faktor-faktor produksi (Kn dan L) ;
43
Ln Y = In A + UK In Kn + Dimana:
L
aL
In L + e ................................... ...(2.23 )
= Tenaga Kerja
e =error
Kn = Kapital Neto
Selanjutnya relasi antara Kn dan L dengan Y dianalisis secara kuantitatif melalui metode regresi dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 2.1 Hasil Regresi Linear Kn dan L dengan Y untuk periode I960-l992 Uraian
Z(=(LnY-InKn)
UL
gj
0.27
0.07
(0.04) 1
(0.02) 1
(7.63)2
(3.60i
Rl
TestD- W
0.65
0.39
Keterangan ; I
= Standar kesalahan estimasi
2
= Nilai T
3 = g adalah ukuran sifat dari progres teknologi Hasil estimasi fungsi produksi Cobb-Douglas untuk Indonesia dengan memakai data 1960- 1992 diperlihatkan pada persamaan berikut ; Y(t) = e om Kn (t) 0•73 L (t) 0•27
•••••••••••••••••••••••••••••••••• •••••••••••• (2.24)
Dengan formulasi: B (t) =(I + p)t x 8 0 dimana 8 0 adalah masing-masing Y, k, dan L, dan
p adalah
persentase rata-rata pertumbuhan setiap tahun. Dari data
lampiran I bisa dihitung pertumbuhan rata-rata pertahun dari ketiga variabel tersebut. Yakni Y = 6,4 persen, K = 7,65 persen, dan L = 2,63 persen. Dengan informasi pertumbuhan rata-rata ini, residual atau Total Faktor Produktivitas (TFP), atau laju progres teknologi, bisa diperkirakan melalui rumus berikut ini:
44
(11A/A) = (11 Y/Y)- ak (11Kn/Kn)- aL(/1L/L) ....................................(2.25) =
6,40%-5,58%-0,71%
=0,11%
Dimana Total faktor produktivitas (TFP) atau laju perubaban/progres teknologi juga tidak terlalu tinggi (11 %). Untuk jangka panjang TFP bisa dianggap .sebagai suatu ukuran peningkatan efisiensi dari proses produksi dan progres teknologi. Jadi dari basil empiris di atas, bisa dikatakan babwa peranan kemajuan teknologi terbadap peningkatan output dan efisiensi di Indonesia untuk periode 1960 - 1992 masib relatif rendah, basil analisis menunjukkan babwa pemakaian kapital cenderung tidak efisien, dibandingkan dengan pemakaian tenaga kerja, kalau diukur dari pertumbuban overall produktivitas dari masingmasing faktor produksi untuk periode 1960-1992. Peningkatan ini bisa dikatakan antara lain sebagai basil dari program peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan pemerintab dan swasta selama periode tersebut. Selanjutnya, dari basil analisis bisa dikatakan babwa sekitar 98%. ({5,58% + 0,71%}/6,40%) dari total pertumbuban output (PDN) di Indonesia untuk periode 1960-1992 disebabkan oleb pertumbuban jumlah kapital dan tenaga kerja. Hal tersebut sejalan dengan basil penelitian Mubtar Lutfi (2000) menunjukkan babwa dari sisi faktor produksi, kontribusi produktivitas sektor pertanian merupakan sumber pertumbuban ekonomi Sulawesi Tengab yang terbesar.
45
2.2.3.6. Penelitian Yih-Chyi Chuang (1999) Studi Yih-Chyi Chuang (1999) dengan judul "The Role of Human
Capital in Economic Development: Evidence from Taiwan ".dalam Asian Economic Journal, 13: 117 - 145, mengkaji peranan modal manusia dalam pembangunan ekonomi Taiwan. Dalam studinya Chuang menggunakan model analisis sebagai berikut: Ln Y1 = ln A+ aln Kt+ pIn (H1 Lt) +y H1 +
E
.•...•.....•.•............(2.26)
Dimana Y1 = output, K1 = modal fisik, H1 = human capital, H1Lt = human capital
embodiet yang juga menunjukkan effective labor atau tenaga kerja dalam unit efisiensi dan A menunjukkan faktor teknologi yang tergantung pada stok modal man usia. Selanjutnya Chuang mempertimbangkan human capital yang murni disembodied dalam tenaga kerja, maka variasi dari persamaan (2.28) menjadi : Ln Yt =In A+ aln Kt + p ln Lt +
Ht + E ••••••••••.•••••••••••••••••.• (2.27) Dari hasil penelitiannya, Chuang memperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ln Y1 = 1.1708 + 0.4189 In K1 + 0.5811 In Lt + 0.2475 H1 •••••••••••• (2.28) SE
=
(0.8131) (0.0973)
R2
=
0.99, N = 31
(0.0973)
(0.0087)
Dari persamaan (2.30) diatas, terlihat bahwa. total rate return dari pendidikan sebesar 24.75 persen, yang berarti untuk setiap penambahan satu tahun pendidikan angkatan kerja akan menyebabkan peningkatan pendapatan nasional sebasar 24.75 persen. Kontribusi faktor modal fisik, tenaga kerja dan
human capital terhadap pertumbuhan ekonomi Taiwan masing-masing sebesar 42
46
persen untuk modal fisik, 20 persen untuk tenaga kerja dan 33 persen untuk modal manusia.Selanjutnya Cuang juga menganalisis peranan human capital dengan memilah human capital dalam bentuk faktor yang embodied dan faktor yang disembodied, hasil regresinya adalah sebagai berikut : Ln Y1 = 0.5183 + 0.39371n K1 + 0.6063ln (H1 Lt) + 0.1881 H1 SE = (0.0999) (O.l 040)
(0.1 040)
•••••••
(2.29)
(0.0389)
Berdasarkan persamaan regresi (2.31) diatas terlihat bahwa, efek eksternal pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi Taiwan mencapai 19 persen. Dengan demikian privat rate return pendidikan sama dengan 6 persen yang merupakan selisih dari total rate return yang tercatat 25 persen dengan efek eksternal 19 persen. Hasil perhitungan kontribusi setiap faktor dalam pertumbuhan ekonomi negara Taiwan secara keseluruhan menunjukkan bahwa, kontribusi modal fisik sebesar 39 persen, tenaga kerja efektif sebesar 31 persen dan disembodied human capital sebasar 25 persen. Dengan demikian dalam arti yang luas , peranan human capital dalam pembangunan ekonomi Taiwan (embodied+ disembodied) human capital adalah sebesar 56 persen. Lebih lanjut peranan modal fisik, modal manusia dan tenaga kerja mampu menjelaskan sebesar 95 % persen dari pertumbuhan ekonomi Taiwan secara keseluruhan selama periode analisis sebesar 5 persen.
2.2.3.7. Penelitian Rao et al (2004) Penelitian Rao et al (2004) dalam Bayu Aji Nugraha (2005), dengan judul
"Agricultural Productivity Growth. Employment and Proverty in Developing Countries, 1970-2000" dalam jurnal CEPA-School of Economic, University of
47
Queensland-Brisbane, Australia, menyimpulkan bahwa kualitas tenaga kerja berupa tingkat pendidikan (dalam hal ini penelitian dijelaskan dengan tingkat buta huruf), pengeluaran pemerintah (untuk melihat peranan pemerintah di bidang pertanian) dan ekspor yang melihat pengaruh luar negeri) berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas sektor pertanian yang akan meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut, penelitian ini menggunakan data cross-section pada Ill negara dan data panel tahun 1970-2000 pada negara berkembang, di Afrika Utara-Timur Tengah, Asia, Amerika Latin dan Afrika Sub Sahara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bayu Aji Nugraha (2005) yang menyimpulkan bahwa kualitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas sektor pertanian, dimana kualitas tenaga kerja di sektor pertanian dilihat dari tingkat pendidikan.
2.2.4 Bagan Alur Pemikiran Dari konsep teori dan hasil penelitian terdahulu diatas penulis mencoba melihat faktor yang berperan dalam mempengaruhi produktivitas sektor pertanian yang dituangkan dalam Gambar 2.2. berikut ini :
48
Gambar 2.2. Bagan Alur Pikir
Kredit Perbankan Untuk Sektor Pertanian
Belanja Pemerintah Untuk Sektor Pertanian
Tenaga Kerja Sektor Pertanian };> Kualitas T. kerja };> Produktivitas T.Kerja
Teknologi di Sektor Pertanian
2.3 Hipotesis Berdasarkan analisis masalah, tujuan penelitian dan landasan teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : -
Investasi (kredit perbankan dan belanja pemerintah di sektor pertanian) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
-
Kualitas tenaga kerja disektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
-
Produktivitas tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Somber Data Yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series dari tahun 1989-2004, diperoleh melalui metode riset kepustakaan dan metode dokumentasi. Melalui metode riset kepustakaan diusahakan data yang berasal dari kepustakaan yaitu berupa literatur, tulisan ilmiah maupun artikel, sedangkan melalui metode dokumentasi diupayakan adalah data bersumber dari laporan pemerintah seperti BPS, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bappeda Provinsi NAD, laporan tahunan instansi terkait dan juga data sekunder lainnya yang menunjang penelitian ini.
3.2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mencari hubungan pertumbuhan sektor pertanian dengan berbagai variabel yang terkait (correlation research). Berdasarkan hipotesis yang akan di uji, maka variabel pertumbuhan sektor pertanian
merupakan variabel tidak bebas (dependent variable), sedangkan
beberapa variabel yang diduga berhubungan dengan pertumbuhan pertanian itu sendiri, disebut dengan variabel be bas (Independent variable). Selanjutnya model akan diolah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
49
50
3.3. Deskripsi variabel Dari landasan teori, malca dibuat penjelasan dan pembatasan
yang
diperlukan agar memudahkan dalam menganalisis variabel penelitian, seperti yang tersebut dibawah ini : I) Variabel tidak bebas yaitu PDRB sektor pertanian setiap tahun berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS. 2) Kredit investasi pertanian merupakan total kredit dari perbankan dan pengeluaran pemerintah disektor pertanian. ~
Kredit perbankan adalah kredit investasi
sektor pertanian yang
disalurkan oleh perbankan baik yang berasal dari Bank Umum maupun Bank Perkreditan, termasuk didalamnya skema kredit yang menjadi program perkreditan pemerintah, seperti ; KIK, KMKP, KUT dan sebagainya. ~
Peranan pemerintah dengan melihat pengeluaran pemerintah melalui APBD disektor pertanian untuk pembangunan fisik ..
3) Kualitas tenaga kerja dijelaskan melalui angka tingkat melek huruf penduduk yang dinyatakan dalam persen. 4) Tenaga kerja pertanian adalah orang yang aktif bekerja di sektor pertanian atau yang disebut dengan petani yang dinyatakan dalam satuan orang. 5) Produktivitas tenaga kerja dalam penelitian ini PDRB sektor pertanian dibagi dengan tenaga kerja sektor pertanian padajangka satu tahun. 6) Faktor teknologi penggunaan traktor roda empat pada luas lahan yang digunakan untuk produksi pertanian.
51
3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah variabel-variabel yang dipandang mempunyai kaitan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang diringkas secara matrik pada tabel 3.1. dibawah ini :
Tabel3.1. Tabel Operasional Variabel Penelitian
Varia bel Pertumbuhan Sektor Pertanian
Dimensi PDRB sektor pertanian (Harga Konstan 1993)
Kredit Investasi
Investasi Pengeluaran Pemerintah untuk Sektor Pertanian (Fisik ataupun rutin)
Kualitas Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
Produktivitas Tenaga Kerja
Teknologi
Tingkat Melek Huruf
Indikator/ Somber Data Hasil Perhitungan PDRB/data dari BPS 1umlah Kredit Investasi Sektor Pertanian dari Perbankan/ Data Dari Bank Indonesia Pengeluaran Pembangunan untuk Sektor Pertanian melalui APBD/Data Dari perhitungan Nota Keuangan Daerah Tingkat melek huruf Prov. NAD/Data Perhitungan Dari BPS
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian/Data BPS Output Sektor Pertanian PDRB Sektor Dibagi Jumlah Tenaga Pertanian dibagi Kerja Pertanian (Harga Jumlah Tenaga Kerja Konstan 1993) Pertanian/ Data BPS Jumlah Traktor yang Jumlah Traktor Roda digunakan Dalam Empat yang digunakan. Proses Produksi Pertanian/ Data BPS Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Simbol/ Satuan PDRBPtl Rupiah
KIBP/ Rupiah
BPP1/ Rupiah
TMtl Persen
TKP1/0rang
PTKPt/ Rupiah per Tenaga Kerja
TTE/Unit
52
3.5. Model Ekonometrik Pendekatan analisis ekonometrik dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap produktivitas sektor pertanian.
Untuk melihat besamya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dalam hal ini Sritua Arief ( 1993; 17) mengemukakan model regresi dengan parameter-parameter yang linear, bukan berarti bahwa bahwa variabel-variabel dalam model regresi ini seharusnya linear. Variabel-variabel dalam model regresi bisa tidak bersifat linear, hal ini tergantung pada bentukbentuk yang paling sesuai dengan data empiris yang diteliti atau kerangka teori. Salah satu model tersebut adalah model semilog dimana dalam model regresi pada mulanya tidak bebentuk linear yang kemudian melalui transformasi log dapat dijadikan linear tetapi parameter-parametemya tetap linear. Selanjutnya Sritua Arief (1993;21) menambahkan model-model linear yang memakai transformasi logaritma sering dipakai dalam pengujian-pengujian antara lain pengukuran pola biaya produksi dalam kaitannya dengan volume dari pada produksi. Gujarati (2003) menambahkan bahwa model semilog dapat diamati suatu perubahan relatif dan proporsional tertentu dalam variabel dependen dan independen berubah dengan jumlah prosentase tetap. Disebut juga model pertumbuhan (tetap) dan biasa digunakan untuk mengukur pertumbuhan (yang konstan) sepanjang waktu dari variabel trend. Sesuai dengan variabel yang akan diuji dalam penelitian ini, maka fungsi produksi pertanian secara sederhana digambarkan sebagai berikut:
53
+ IJs Ln PTKPPt + IJ6 Ln TTEt + € .............................. (4.1) Keterangan :
PDRBPt KIBt BPPt TMt TK1>t PTKPPt TTEt
Po €
PDRB sektor pertanian (Rupiah) = Kredit investasi perbankan di sektor pertanian (Rupiah) = Pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian (Rupiah) = Tingkat melek huruf ( persen) = Tenaga kerja sektor pertanian (orang) = Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian (Rupiah per Orang) = Jumlah Traktor Roda Empat yang digunakan pada lahan dalam proses produksi pertanian (Unit) = konstanta =error term
=
3.6. Metode Analisis Ekonometrik Untuk mengetahui parameter masing-masing maka digunakan teknik analisis regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Untuk memperkuat dan mendukung akurasi terhadap metode analisis yang digunakan, dilakukan uji statistik yang meliputi : uji parsial (Uji-t), uji serempak (Uji-F) dan tingkat keeratan, yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi (R 2) serta uji validitas yaitu autokorelasi (korelasi serial), heteroskedastis dan multikolinearitas, dengan 95 % tingkat signifikansi (kepercayaan).
3.7.
Pengujian Validitas Asumsi Klasik
3.7.1. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah situasi adanya kolerasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya (Sritua, Arief, 1993:23).
Menurut Gujarati
(2003), tanda yang paling jelas dari multikolinearitas adalah R2 sangat tinggi,
54
tetapi tak satupun atau hanya sedikit saja dari koefesian regresi yang signifikan secara statistik. Jika R2 sangat tinggi berarti uji F akan signifikan, sebaliknya uji t banyak yang tidak signifikan. Jika
terdapat
multikolinear
yang
kuat
maka
terdapat
beberapa
konsekwensi, diantaranya adalah kesalahan standar error yang diperoleh cenderung membesar
dengan meningkatnya korelasi diantara variabel bebas.
Gujarati (2003) mengemukakan beberapa tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah multikolinearitas yaitu (1) informasi apriori, (2) menggabungkan data cross-section dengan data urutan waktu, (3) mengeluarkan variabel yang berkolinear dan (4) transformasi variabel.
3. 7.2. Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (Gujarati, 2003). Autokorelasi atau serial korelasi berarti adanya hubungan antara U (unsur gangguan), dapat pula diwakili oleh notasi E(U;UiJ
= 0.
Seperti halnya multikolinear, autokorelasi adalah salah
satu penyimpangan asumsi model klasik yang harus di perbaiki. Konsekwensi dari terdapatnya autokorelasi diantaranya adalah perolehan nilai kesalahan standar yang lebih besar dari pada nilai sebenamya sehingga parameter regresi yang diperoleh kemungkinan menjadi tidak signifikan secara statistik, ada berbagai cara untuk mendeteksi jika adanya autokorelasi, yang paling sering digunakan adalah metode Durbin-Watson Test.
55
3.7.3. Uji Heteroskedastisitas Model dengan residual heteroskedastisitas mengandung konsekuensi serius pada estimator metode OLS karena tidak lagi BLUE, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui suatu model ada tidaknya mengandung unsur heteroskedastisitas.
Beberapa metode
heteroskedastisitas
adalah dengan metode White, dimana menurut Agus
untuk mendeteksi
adanya
masalah
Widarjono (2005) melalui program Eviews versi 4.0 ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil uji Metode White dengan kriteria jika nilai chi-square (n.R2) lebih besar dari nilai
x2 kritis dengan derajat kepercayaan
tertentu (a) maka ada heteroskedastisitas dan sebaliknya jika chi-square hitung lebih kecil dari nilai
3.8.
x2
kritis manunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas.
Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi
3.8.1. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi variabel bebas secara individual dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dimisalkan hipotesis H0, dinyatakan Ho : ~0 f. 0, dimana
~0
adalah koefisien dari variabel independen, dan
H 1 adalah adalah hipotesis altematif dimana H 1 :
~ =
0, mak.a uji t dilak.ukan
dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
_ b-Po Sb
Thitung -
•••••••••••••••••••••••••••••• •••••••••••••••••••••••••••••• •••••••• (3.2)
Dimana b adalah parameter yang akan diuji dan Sb adalah simpangan baku dari b. Apabila H0 diterima berarti secara parsial variabel bebas tersebut mempunyai hubungan dengan variabel tidak bebas.
56
3.8.2. Uji F Uji F digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara serempak.
Uji F dalam studi ini hanya diterapkan pada model pertumbuhan
sektor pertanian. Uji F sangat berguna untuk menilai pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Formulasi hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003)
Ho : Po
Pt = ..... Pk = 0 Ho : Po t- Pt t- ..... Pk t- 0 =
ESS /(k-1) RSS l(n-k)
Fhitung= Dimana:
......................................................................................(3.3)
ESS = Explained Sum Squares RSS = Residual Sum Squares n
= Jumlah pengamatan (tahun)
k
=
Jumlah parameter termasuk intersep
Statistik Uji F yang digunakan memiliki formulasi sebagai berikut (Gujarati, 2003). Prosedur perhitungan untuk uji F dapat dilakukan dengan menggunakan table ANOVA (analysis of variance). Jika Fhitung > Ftabet, maka H0 ditolak, artinya seluruh variabel
bebas secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas.
Prosedur uji F dalam
penelitian ini akan menggunakan program EViews versi 4,0.
57
Tabel3.2. Tabel AN OVA (Analisis Of Variance) Source of Variance
Sum Square
Due to regresion Due to residual
ESS
Total
TSS
Degree of Freedom
Mean Square
k- I
EMS =EES/df
n-1
RMS = RSS/df
Fischer Test
F = ESS/RSS
ESS
n-k
Keterangan : EMS
= Explained Mean Squares
TSS
=Total Sum Squares
RMS = Residual Mean Squares
BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berdiri sejak 7 Desember 1956 berdasarkan UU
No.24
Tahun 1956,
kemudian diresmikan menjadi Daerah
Istimewa Aceh sejak dikeluarkannya Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No. 1/ Missi /1959, adalah merupakan bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejak awal sudah didiami secara turun temurun oleh suku Aceh, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Kluet, Tamiang, suku-suku diberbagai pulau dan suku lainnya. Wilayah Provinsi NAD saat ini terdiri dari 17 (tujuh belas) kabupaten yaitu: Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Bireun, Pidie, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Simeuleu, Aceh Singkil, Aceh Tamiang, Beber Meriah, Gayo Lues, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Aceh Jaya, serta terdiri dari 4 (empat) kota yaitu : Kota Banda Aceh, Sabang, Lhok Seumawe dan Langsa, terletak antara 2° - 6° Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Provinsi NAD berada di ujung utara Pulau Sumatera dengan sebagai berikut:
58
batas-batas
59
a. Sebelah Utara dengan Selat Malaka; b. Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara; c. Sebelah Timur dengan Selat Malaka; d. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Dari batas-batas wilayah tersebut terlihat bahwa lebih dari setengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berbatasan dengan laut kecuali sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara yang menjadikan satu-satunya hubungan darat dengan provinsi tersebut dan menjadikan Provinsi NAD sangat tergantutig pada Provinsi Sumatera Utara. Luas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah 57.365,57 km2 Pada tahun 2003 total PDRB Aceh sebesar Rp. 13,5 Trilyun, yakni hanya 1,2 persen dari PDB Indonesia sementara jumlah penduduk Aceh mencapai hampir 2 persen dari penduduk Indonesia, dengan kepadatan penduduk sebesar 72 jiwa per Km2 (menurut sensus penduduk tahun 2000) dan pertumbuhan penduduk per tahun
1, 78 persen. Sebanyak 25,11 persen penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya di pedesaan.
Jumlah angkatan kerja pada tahun 1999 mencapai 2.024.639 orang,
294.945 orang (14,57 persen) diantaranya pencari kerja. Selain ini potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dapat dikembangkan di Provinsi ini sangat beragam dan tersebar di semua daerah. Provinsi ini memiliki potensi besar dibidang bahan galian (minyak bumi, gas, batubara, emas, dan lain-lain), tanaman pangan (padi, kedele, kacang tanah, dan lain-lain), perkebunan (karet, kopi, kelapa sawit, kelapa, pinang dan lain-lain), petemakan (sapi,
60
kerbau, kambing dan lain-lain), perikanan (darat dan laut) dan parawisata (wisata alam dan budaya). Dengan adanya Nota Kesepahaman antara RI dan GAM yang ditandatangani di Helsinki Finlandia 15 Agustus 2005 setelah terjadinya peristiwa tsunami akhir Desember 2004 yang meluluh lantak Provinsi NAD, diharapkan pembangunan di Provinsi NAD akan berjalan pesat secara umum dan khususnya pada sektor pertanian.
4.2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.2.1 Gambaran Utnum Sampel Penelitian 4.2.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Pertanian
Hasil penelitian pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi NAD didasarkan pada PDRB sektor pertanian, menunjukkan hasil yang mempunyai kecenderungan peningkatan yang sangat berarti selama kurun waktu 1989-2004. Secara umum pertumbuhan total PDRB adalah sebesar 5,04 persen selama kurun waktu 16 tahun, sedangkan pertumbuhan PDRB sektor pertanian adalah 6,09 persen pertahun dalam kurun waktu yang sama. Sementara itu kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB di Provinsi NAD sejak tahun 1989-2004 rata-rata pertahun adalah 36,4 7 persen.
61
Tabe14.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Total PDRB dan Sektor Pertanian di Provinsi NAD Periode 1989-2004 (Atas Dasar Harga Kostan 1993)
Tahun
PDRB Total Pertumb. (Jutaan Rupiah) (%)
Share Sektor PDRB Sektor Pertanian Pertumb. Pertanian Thd.Total PDRB (%) (Jutaan Rupiah)
(%)
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-ratE
3,589,072.92 3,896,656.46 4,174,488.07 4,472,546.52 4,850,4 76.70 5,294,948.13 5, 756,875.02 6,213,757.30 6,526, 730.00 6,149,195.23 6,067,695.42 6,099,033.33 6,193,905.94 6,425,936.89 7,303,363.45 7,456,734.08 5,035,793.18
5.98 8.57 7.13 7.14 8.45 9.16 8.72 7.94 5.04 -5.78 -1.33 0.52 1.56 3.75 13.65 2.10 5.04
1,053,412.63 1,506,380.06 1,596,009.68 1,687,461.03 1,906,155.98 2,049,762.93 2,173,903.00 2,335,644. 73 2,472,427.90 2,473,523.50 2,488,479.35 2,525,972.34 2,535,751.18 2,607,653.79 2,691' 126.85 2,843,444.63 1,884,110.80
5.86 43.00 5.95 5.73 12.96 7.53 6.06 7.44 5.86 0.04 0.60 1.51 0.39 2.84 3.20 5.66 6.09
29.35 38.66 38.23 37.73 39.30 38.71 37.76 37.59 37.88 40.23 41.01 41.42 40.94 40.58 36.85 38.13 36.47
Sumber : BPS Provinsi NAD (Data Diolah)
Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun dari tahun 1990 sebesar 43 % dan pada tahun 1993 sebesar 12,96 persen dan terjadi penurunan ditahun 1998 dan 1999 dimana pertumbuhannya hanya dibawah satu persen, sementara PDRB total terjadi pertumbuhan yang negatif, hal ini disebabkan oleh dampak langsung dari krisis ekonomi dan moneter, kemudian mulai meningkat lagi ditahun 2000 sampai tahun 2004, namun yang paling tinggi adalah ditahun 2004 sebesar 5,66 persen, hal ini diduga akibat adanya otonomi daerah
62
dimana belanja disektor pertanian meningkat yang akan menghasilkan output yang meningkat pula. Jika dilihat jelaslah sektor pertanian terns mengalami pertumbuhan walaupun terkena imbas krisis ekonomi dan moneter, Pada umumnya penurunan pertumbuhan sektor pertanian pada kurun tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain krisis ekonomi dan sebagainya, begitu juga terjadi penurunan yang disebabkan berbagai faktor. Fenomena tersebut didominasi oleh subsektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan makanan. Pada subsektor tanaman bahan makanan terjadi khususnya pada komoditi padi, sedangkan pada sub sektor perkebunan terjadi pada komoditi karet dan kelapa sawit dan juga pada beberapa komoditi lainnya. Penurunan pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terjadi sangat drastis pada tahun 1997/1998 yang dikenal dengan krisis ekonomi yang disebabkan naiknya harga faktor total produksi, namun dilain pihak untuk komoditi-komoditi tertentu yang diekspor sangat diuntungkan yang akan menaikkan output yang disebabkan nilai mata uang asing menguat, seperti komoditi kopi, kakao, karet, kelapa sawit, minyak nilam dan sebagainya. Sejak tahun 1999 pertumbuhan sektor
pertanian mulai meningkat secara
perlahan-lahan, namun demikian dilihat berdasarkan kecenderungan perkembangan secara keseluruhan peningkatan tersebut masih dibawah tren, atau dapat diartikan bahwa produktivitas masih lebih baik sebelum krisis ekonomi barlangsung.
63
4.2.2. Variabel Investasi Dalam Pertanian 4.2.2.1 Kredit Modai Perbankan
Sektor perbankan menyumbangkan pinjaman modal untuk investasi sektor pertanian dengan kredit modal rata-rata sebesar Rp 146,797,920,000.- per tahun dan atau rata-rata terjadi peningkatan sebesar 23,02 persen pertahun. Pemberian kredit investasi untuk sektor pertanian didominasi oleh bank pemerintah, yang di dalamnya ada pariyaluran kredit dari pemerintah, misalnya KIK (Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen).
Disamping itu bank-bank swasta juga
memberikan kredit untuk sektor pertanian tapi dalam jumlah yang minim. Secara umum menurut Laporan 81 secara umum dari tahun 1989 sampai dengan 2004, kredit yang telah disalurkan oleh bank-bank yang ada baik bank pemerintah ataupun bank swasta telah menyalurkan kredit investasi disektor pertanian sebesar 19,7 persen dari total sektor lapangan kerja yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
64
Tabel. 4.2. Jumlah Kredit yang Disalurkan oleh Perbankan Disektor Pertanian dan Total Lapangan Usaha di Prov. NAD (Periode 1989- 2004) Jumlah Kredit Pertumb. Tahun di Sektor Pertanian (%) (J uta Rupiah) 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
70,115.00 107,847.00 135,869.00 140,247.00 166,077.00 176,647.00 186,836.00 266,357.00 313,797.00 400,100.00 356,175.00 347,513.06 156,220.00 43,197.00 45,274.00 72,050.00 186.520.07
78.05 53.81 25.98 3.22 18.42 6.36 5.77 42.56 17.81 27.50 -10.98 -2.43 -55.05 -72.35 4.81 59.14 12.66
Total Kredit Terhadap Seluruh Lapangan U saha (Jutaan Rupiah) 413,150.00 563,447.00 613,255.00 609,090.00 653,644.00 784,165.00 874,045.00 1'153,202.00 1,358,517.00 1,305,681.00 1,050,143.00 981,921.00 1'10 1,883.00 1,577,895.00 2,123,052.00 3,226,849.00 1'149,371.20
Pertumb (%)
42.40 36.38 8.84 -0.68 7.31 19.97 11.46 31.94 17.80 -3.89 -19.57 -6.50 12.22 43.20 34.55 51.99 17.96
Rasio Kred. Pertanian Terhadap. Total Kredit 0.17 0.19 0.22 0.23 0.25 0.23 0.21 0.23 0.23 0.31 0.34 0.35 0.14 0.03 0.02 0.02 0.20
Sumber: Bank Indonesia (Data Diolah)
Dari tabel 4.2. di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan pemberian kredit perbankan di sektor pertanian yang paling tinggi adalah tahun 1998 mencapai Rp 400,1 00,000,000,00,-dan pertumbuhannya selalu positif sampai dengan tahun 1998 dan terjadi penurunan yang negatif pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 yang mecapai -72,35 persen, hal ini disebabkan oleh krisis moneter dan juga ditahun 1999 sampai dengan tahun 2005 kredit untuk sektor pertanian masih sangat sedikit yang disebabkan keadaan paska krisis tapi juga disebabkan oleh keadaan kurang kondusif
65
untuk berusaha dimana pada saat itu terjadi gejolak antara RI dan GAM sampai dengan diberlakukan darurat militer, sehingga perbankan enggan memberikan kredit kepada yang membutuhkan dan juga masyarakat petani ataupun pengusaha di sektor pertanian juga enggan meminjam kredit dengan alasan daerah yang kurang kondusif.
4.2.2.2. Belanja Pemerintah Sektor Pertanian.
Peranan Pemerintah di sektor pertanian adalah sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian, selain mengeluarkan regulasi ataupun peraturan disektor pertanian pemerintah juga melakukan pengeluaran untuk sektor pertanian yang umumnya adalah untuk dalam menunjang peningkatan produksi pertanian membangun infrastruktur seperti irigasi dan sebagainya. Sektor pertanian merupakan sektor prioritas utama dalam masa Orde Baru yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) sebagai penggerak pembangunan ekonomi, ini disebabkan karena potensi pertanian yang luar biasa dan masyarakat Indonesia umumnya petanian namun sebagian komoditi masih diimpor dari luar negeri. Selanjutnya prioritas tersebut terus berlangsung mulai Repelita I sampai dengan repelita IV. Pembangunan pertanian dilakukan secara intensif sejak awal tahun 70an, dimana pemerintah memfokuskan kegiatan pembangunan proyek-proyek irigasi yang mana sangat berpengaruh kepada intesitas penanaman khususnya tanaman bahan makanan seperti padi, program berupa intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang secara langsung
medukung sektor pertanian. Sasaran utama
pembangunan jangka panjang 25 tahun yang pertama adalah terpenuhinya kebutuhan
66
pokok rakyat dan tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, yaitu struktur ekonomi yang menitik beratkan pada kekuatan industri yang didukung oleh sektor pertanian yang kuat. Sementara itu sesuai dengan Trilogi Pembangunan setiap Pelita, pengeluaran Pemerintah juga dilimpahkan kepada berbagai sektor sesuai dengan dan kebijakan yang ditetapkan oleh GBHN dan Repelita. Pembangunan sektor lainnya juga sangat mendukung sektor pertanian baik langsung maupun tidak langsung seperti transportasi, pendidikan dan lain-lain.
Dalam Pelita I sektor yang
mendapatkan penanganan yang paling utama adalah sektor pertanian, disusul oleh sektor perhubungan dan parawisata dan diikuti oleh sektor pembangunan daerah. Salah satu sukses yang dicapai adalah tepatnya pada tahun 1984 atau pada Pelita ill beJjalan, Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan dan mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan Dunia). Setelah krisis ekonomi berlangsung peranan pemerintah terhadap sektor ekonomi kembali dilakukan.
Dimana terlihat dari anggaran untuk pertanian
ditingkatkan untuk mendukung upaya peningkatan produksi pertanian serta meningkatkan peran serta petani dalam pengelolaan irigasi. Anggaran irigasi sangat diperlukan untuk operasional dan biaya pemeliharaaan jaringan irigasi, pembangunan prasarana irigasi bam, serta perbaikan irigasi pedesaan. Realisasi anggaran untuk sektor pertanian dan total anggaran
bel~ja
pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh
Damssalam dapat diJihat pada tabel 4.3. berikut:
67
Tabel4.3.
Total Pengeluaran/ Belanja Pemerintah dan Pengeluaran di disektor Pertanian di Provinsi NAD (Periode 1989- 2004)
Belanja Sektor Pertanian (Rupiah) 3, 798,173, 18I.OO 1989 4,033,408,000.00 I990 4,502,444,920.00 1991 4,813,311,510.00 1992 5,593,482,920.00 1993 4,202, 708,000.00 I994 2,8II,859,000.00 1995 3,I70,108,000.00 I996 4,746,312,000.00 1997 3,087,203,000.00 1998 7,081,723,000.00 1999 2000 19,385,033,000.00 I6,370,226,672.00 200I 21,854,401,061.00 2002 22,854,401,000.00 2003 56,802,141,000.00 2004 Rata-rata 11,569, 183,5I6.50 Tahun
Pertumb. (%) 0.99 6.19 11.63 6.90 I6.21 -24.86 -33.09 I2.74 49.72 -34.96 129.39 173.73 -15.55 33.50 4.58 148.54 30.35
Belanja Total (Rupiah) 96,84I ,619,000.00 158,788,847,000.00 I92,337,033,026.48 212,399' 124,000.00 235,668,643,000.00 236,80 I ,235,000.00 126,360,660,000.00 84,144,504,000.00 267,379,649,000.00 17I,702,394,000.00 494,286,457,000.00 I ,078,805,630,000.00 2,564,369,939,000.00 2,633,501,031,000.00 1,074,522,276,000.00 1,058,229,451,000.00 667,883,655,75I.66
Pertumb. (%) 25.22 63.97 21.13 10.43 10.96 0.48 -46.64 -33.41 217.76 -35.78 I87.87 118.26 137.70 2.70 -59.20 -1.52 38.75
Rasio 3.9 2.5 2.3 2.3 2.8 0.9 2.2 3.8 1.0 1.8 0.6 2.2 0.6 0.8 2.0 5.4 2.2
Sumber : BPS Provinsi NAD (Data diolah)
Pengeluaran pemerintah untuk menunjang sektor pertanian dalam anggaran pembangunan pada kurun waktu 1989-2004 rata-rata sebesar 30.35 persen dari total anggaran pembangunan, dengan proporsi peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 173.73 persen atau sebesar Rp 19,385,033,000,- sedangkan terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar -24.86 persen dari anggaran sektor pertanian dari tahun sebelumnya. Penurunan belanja sektor pertanian juga terjadi pada tahun 1998 yaitu saat krisis ekonomi melanda Indonesia dimana terjadi penurunan sampai -34.96 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan anggaran sektor pertanian yang
68
signifikan terjadi pada tahun 2000. Hal tersebut dikarenakan setelah adanya otonomi daerah, dimana daerah mendapatkan dana bagi hasil migas yang besar. Sementara itu total belanja Pemerintah Provinsi NAD rata-rata tumbuh 32,5 persen setiap tahunnya sejalan dengan kebutuhan daerah, dimana yang paling tinggi adalah ditahun 1997 mencapai 21 7, 76 persen karena pada tahun tersebut hasil perhitungan anggaran belum dipengaruhi oleh krisis ekonomi, sedangkan pada tahun 1998 terjadi penurunan akibat krisis ekonomi, selanjutnya diawal otonomi daerah anggaran belanja meningkat yaitu pada tahun 2000 mencapai di atas 100 persen, kemudian turun lagi yang dikarenakan dana perimbangan semakin berkurang akibat pendapatan dari migas menurun ditambah dengan suasana yang kurang kondusif. Selanjutnya anggaran belanja di sektor pertanian seperti yang telah diuraikan pada Tabel 4.6. di atas digunakan untuk bermacam-macam keperluan disektor tersebut, seperti digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya petani dengan dilakukan kegiatan penyuluhan pertanian dan studi banding ke daerah lain dan untuk pembangunan fisik lainnya.
4.2.3. Variabel Tenaga Kerja Pertanian 4.2.3.1. Tenaga Kerja Pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Sektor pertanian di Provinsi NAD memberikan sumbangan rata-rata separuh dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja, atau atau secara rata-rata selama kurun waktu tersebut proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 2,08 persen. Dilain pihak dari segi jumlahnya, proporsi pekerja pertanian meningkat akibat naiknya jumlah tenaga
69
sektor pertanian, sebesar 62,90 persen setiap tahunnya, hal ini disebabkan rapuhnya sektor industri dan jasa akibat krisis sehingga banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang menyebabkan naiknya Pengangguran yang sebagian besar ditampung di sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya perkembangan tenaga kerja di sektor pertanian dan total tenaga kerja di Provinsi NAD periode 1989 - 2004 dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini:
Tabel4.4. Perkembangan Total Tenaga Kerja dan Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (1989- 2004) Tenaga Kerja Total Tenaga Kerja Tahun Sektor Pertumb. (%) pertanian Keseluruhan (Orang) (Orang) -7.22 846,594 1,530,094 1989 993,318 17.33 1,385,666 1990 -5.66 1991 937,090 1,164,228 7.31 1,349,789 1992 1,005,621 -7.76 I ,412,505 1993 927,603 874,I06 -5.77 1,463,455 I994 903,826 3.40 I ,513,2I2 1995 I996 924,043 2.24 1,566,I74 1,661,389 3.81 1997 959,222 I998 982,632 2.44 I,636,738 -9.65 I999 887,854 I,530,094 I,049,445 I,824,529 2000 I8.20 1,I58,605 2,365,391 2001 10.40 2002 836,042 -27.84 I,452,258 2003 1,073,454 28.40 2,254,155 2004 906,046 -15.60 1,522,504 Rata-rata 954,094 0.88 I,602,0II Sumber: BPS Provinsi NAD (Data diolah)
Kontribusi Tenaga Pertumb. Kerja Pertanian (%) Terhadap Total Tenaga Kerja(%) 18.11 55.33 -9.44 71.69 -15.98 80.49 15.94 74.50 4.65 65.67 3.6I 59.73 3.40 59.73 3.50 59.00 6.08 57.74 -I.48 60.04 -6.52 58.03 I9.24 57.52 29.64 48.98 -38.60 57.57 55.22 47.62 -32.46 59.51 3.43 60.82
Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa pekerja di sektor pertanian rata-rata setiap tahunnya selama hampir dua dekade tersebut berkisar antara 954.094 (sembilan
70
ratus lima puluh empat ribu sembilan puluh empat) pekerja, jumlah tenaga kerja pertanian tertinggi ditahun 2001 sebanyak 1,158,605 (satu juta seratus lima puluh delapan enam ratus lima) pekerja, selanjutnya pertumbuhan pekerja sektor pertanian memiliki kecenderungan menurun
dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1994,
sedangkan setelah paska krisis ekonomi terjadi pada tahun 1999 dimana terjadi penurunan sekitar -9,65 persen Sementara rata-rata pertumbuhan tenaga kerja yang bekerja diseluruh sektor lapangan usaha sebesar 3,89 persen setiap tahunnya. Penurunan pertumbuhan jumlah pekerja adalah ditahun 1990/1991 masing-masing adalah sebesar -9,44 persen dan -15,98 persen, kemudian pada masa krisis ekonomi 1997/1998 terjadi penurunan masing-masing menurun -1 ,48 persen dan -6,52 persen serta di tahun 2002 terjadi penurunan sebesar 38,66 persen diduga karena adanya kondisi kurang kondusif di Provinsi NAD tersebut.
4.2.3.2. Kualitas Tenaga Kerja
Dalam penelitian ini kualitas tenaga kerja diproksi dengan tingkat melek huruf atau literacy rate yang dinyatakan dalam persen, hal ini sulitnya mendapatkan data jika menggunakan variabel yang lain apalagi hampir semua instansi yang ada di Aceh terkena musibah tsunami, yang menyebabkan kehilangan data, selanjutnya angka melek huruf layak digunakan untuk memproksi kualitas tenaga kerja pada sektor pertanian dikarenakan umumnya tenaga kerja disektor tersebut adalah berpendidikan rendah, sehingga dengan membaca dan menulis akan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan inovasi ataupun perkembangan
71
disektor pertanian. Hal tersebut didukung oleh program pemerintah di sektor pertanian itu sendiri seperti kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan setiap tahunnya dimana dengan angka melek huruf yang terus meningkat tentunya inovasi dan teknologi akan mudah terserap oleh petani. Untuk lebih jelasnya angka melek huruf periode 1989-2004 dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut di bawah ini:
Tabel4.5.
Tingkat Melek Huruf (Literacy Rate) Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 1989 - 2004 (Dalam Persen) Tingkat Melek Huruf (Persen) Tahun 1989 83.40 1990 84.40 1991 85.40 1992 86.20 1993 87.00 1994 87.80 1995 88.60 1996 89.40 1997 90.10 1998 90.70 1999 91.40 2000 92.00 2001 92.70 2002 93.20 2003 93.70 2004 94.10 Sumber : BPS Nanggroe Aceh Darussalam (Data Diolah) Dari Tabel 4.5. di atas terlihat perkembangan angka melek huruf terus meningkat sejalan dengan akumulasi belanja pemerintah baik di sektor pertanian dan non pertanian yang dengan angka melek huruf yang terus meningkat, di mana tingkat
72
melek huruf artinya persentase jumlah orang yang berumur 15 tahun ke atas yang bisa membaca dalam setiap 100 orang. Semakin tinggi tingkat melek huruf maka khususnya petani akan mudah menyerap inovasi ataupun pengetahuan serta teknologi yang dianjurkan pemerintah seperti dalam program penyuluhan pertanian ataupun kegiatan lainnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya petani. Selanjutnya tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian di Provinsi NAD sejak tahun 1989 sampai dengan 2004 dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut :
Tabel4.6. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian Dalam Provinsi NAD (Periode 1989 ~ 2004)
Tahun
Produktivitas Tenaga Kerja
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
1,244,294. 939 1,516,513.403 1'703, 155.172 1,678,028.830 2,054,926.493 2,344,982.107 2,405,222.908 2,527,636.409 2,577,534.606 2,517,242.976 2,802,802.431 2,406,960.423 2,188,624.406 3,119,046.400 2,506,979.200 3,138,300.517 2,295, 766.700
Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja (%) 16.3 21.9 12.3 -1.5 22.5 14.1 2.6 5.1 2.0 -2.3 11.3 -14.1 -9.1 42.5 -19.6 25.2 8.1
Sumber : BPS Provmst NAD (Data diolah)
73
Dari Tabel4.6. di atas terlihat bahwa pertumbuhan produktivitas tenaga kerja rata-rata setiap tahunnya adalah 8,1 persen, namun dilihat dari penyebaran dari tahun ke tahun terjadi variasi baik menurun ataupun meningkat seperti ditahun 2000 terjadi penurunan sampai -14,1 persen, selanjutnya penurunan produktivitas yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2003 yang disebabkan oleh kondisi tidak kondusif dimana terjadi peningkatan tenaga kerja disektor pertanian sementara tenaga kerja di sektor lain menurun sehingga diduga terjadi pengangguran tersembunyi yang tentunya akan menurunkan output pertenaga kerja di sektor pertanian, kemudian pada tahun 2004 terjadi peningkatan 25,2 persen. Selain itu mempengaruhi
output
banyak faktor
yang
sektor pertanian seperti cuaca, kondisi investasi dan
sebagainya sehingga akan mengurangi atau menaikkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
4.2.4. Variabel Non Tenaga Kerja 4.2.4.1. Teknologi Pertanian dengan Penggunaan Traktor Proses pengolahan produk pertanian memerlukan penggunaan teknologi mekanisasi pertanian untuk membantu peningkatan produktivitas pekerja. Teknologi bisa berupa alat ataupun bahan pertanian diantaranya traktor, pupuk buatan, jaringan irigasi dan sebagainya. Mesin pertanian paling banyak digunakan di NAD adalah traktor. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pertanian Pertanian NAD, penggunaan traktor selalu meningkat dari waktu ke waktu dengan rata-rata penambahan setiap
74
tahun adalah sebesar 3,4 persen setiap tahunnya Pada masa krisis ekonomi pertumbuhan penggunaan traktor di NAD cenderung menurun ini disebabkan karena traktor merupakan barang impor, sehingga menjadi sangat mahal. Untuk lebih jelasnya penggunaan traktor dalam kegiatan pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat dilihat pada tabel4.7. berikut ini:
Tabel4.7. Jumlah Traktor dan Luas Laban yang Digunakan Pada Kegiatan Produksi Pertanian Di Prov.NAD (1989-2004) Tahun 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata
Pertumb. Traktor Luas Lahan Pertumb. RodaEmpat (%) Yang Digunakan (%) (Unit) Untuk Produksi(Ha) 45 3.2 723,066 8,6 47 4.4 812,309 12.3 50 6.4 848,511 4.5 54 8.0 920,768 8.5 57 5.6 940,349 2.1 59 3.5 1,040,030 10.6 60 1.7 1,024,276 -1.5 65 8.3 1,033,254 0.9 66 1.5 860,882 -16.7 59 -10.6 969,190 12.6 54 -8.5 931,732 -3.9 20.4 65 894,475 -4.0 67 3.1 836,231 -6.5 72 7.5 827,940 -1.0 68 -5.6 903,444 9.1 72 5.9 951,954 5.4 60 3.4 907,400 2.2
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NAD
Dari Tabel 4.8. di atas terlihat jelas bahwa pertumbuhan traktor roda empat rata-rata setiap tahunnya adalah 3,4 persen Pada saat krisis ekonomi terjadi
75
penurunan disebabkan barga yang tinggi karena merupakan komponen barang impor seperti yang telab disebutkan di atas, sedangkan luas laban pertanian rata-rata setiap tabun terjadi pertumbuhan 2,2 persen, dimana luas laban yang digunakan terjadi fluktuasi yang disebabkan berbagai faktor seperti alib fungsi laban, pembukaan laban baru, faktor cuaca dan sebagainya. Walaupun jumlab laban cenderung menurun dari tabun 1998 sampai tabun 2002 sebaliknya jumlab traktor meningkat dikarenakan rasio jumlab traktor per luas laban masib sangat kecil
4.3. Analisis Hasil Penelitian 4.3.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrik
Sesuai
dengan tujuan
penelitian,
maka persamaan
disusun dengan
menggunakan model ekonometrik, yang berdasarkan pengolaban data dengan Eviews 4.0 didapatkan estimasi permodelan di atas yaitu sebagai berikut: Ln (PDRBPt) = 0.373 + 0.0644 Ln (KIBPt) + 0.0212 Ln (BPPt) + 0.00034 Ln (TM) T-(Stat) (4.8544)***) (1.8852)** (2.4781)**
+ 0.0025 LN (TKPt) + 0.00412 LN(PTKPPt) + (2,2520)** 0.1204 LN (TTEt) (3.3475)*** Catatan: F-Stat Adj R-squared DW-stat
34,2580 =
0,7597 2,4659
(2.3852)**
76
Artinya signifikan pada taraf 10 persen
* **
Artinya signifikan pada taraf 5 persen
*** Artinya signifikan pada taraf
1 persen
Model yang dibasilkan dengan regresi OLS, menunjukkan semua variabel yang menunjukkan tanda positif atau memiliki arab yang sama dengan variabe1 dependen (pertumbuban sektor pertanian).
4.3.2. Uji Ekonometrik 1). Permasalahan Autokorelasi
Permasalahan autokorelasi dalam model ekonometrik pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson. A.Pendeteksian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Uj i Durbin-Watson ini dilakukan dengan menggunakan hipotesis nol tidak ada korelasi. Hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut : Ho : p = 0, tidak ada autokorelasi
*
H 1 : p 0, terdapat autokorelasi Berdasarkan perhitungan nilai Durbin-Watson dari basil perhitungan model, yang diperoleb dengan menggunakan software EViews 4.0, didapat bahwa nilai DW-stat (d) sebesar 2,4659.
77
Selanjutnya dengan menggunakan tabel Durbin-Watson, didapat nilai sebagai berikut: -Pada tingkat signifikansi 5 persen diketahui DL = 0.502 dan Du = 2.388 Adapun aturan yang digunakan dalam pengujian Durbin-W atson (Gujarati, 2003), dinyatakan bahwa : Apabila d < DL : Ho ditolak Du < d < 4 - Du : Ho tidak ditolak DL< d < Du
=
tidak ada kesimpulan jawaban, perlu dilakukan dengan uji yang lainnya.
Apabila nilai DW tabellebih besar dari 2, maka berlaku: (4 - d) < DL atau 4 - DL < d < 4
: maka Ho ditolak
DL < (4- d)< Du atau 4- Du > d > Du
: tidak menolak Ho
DL < (4 - d) < Du atau 4 - Du < d < 4 - DL
: tidak ada kesimpulan
Karena hasil regresi menunjukkan angka d = 2,4659 lebih besar dari 2, maka dilakukan perhitungan d dengan (4- 2,4707) = 1,5293, sehingga didapat bahwa: DL < 4 - d < Du atau 4 - Du < d < 4 - DL Sehingga 0.502 < 1,535 < 2,388 atau 1,612 < 2,4659 < 3,498 maka diambil kesimpulan bahwa walaupun nilai d berada pada daerah tidak ada kesimpulan tentang terdapat/tidaknya autokorelasi atau korelasi serial diantara disturbance term namun karena d > du maka diputuskan tidak terdapat autokorelasi diantara disturbance term (Sritua Arief, 1993 dalam Muhtar Lutfi.2000)
78
Gambar 4.1. Statistik d Durbin-Watson
..
.
...
Autokorelasi
... Autokorelasi
... _ ~
negatif
positif Tidak ada Autokorelasi Tidak ada
Tidak ada Kesimpulan
u
(
L
Kesimpulan
(
u
4-du
4- dL
4
Selanjutnya autokorelasi dilakukan pengujian Run-Test, dimana disimpulkan tidak adanya autokorelasi (terlampir).
2). Permasalahan Multikolinearitas Berdasarkan rule of thumb yang diajukan oleh Gujarati (2003 ), apabila dalam persamaan ditemukan nilai R-sqr yang tinggi (lebih dari 0,80) dan terdapat beberapa variabel bebas yang tidak signifikan, maka dimungkinkan adanya multikolinear. Dari
rule of thumb terse but, maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi terse but di atas tidak terdapat multikolinear karena semua variabel independen yang signifikan pada level signifikansi 5 persen.
79
Selanjutnya dilakukan uji dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor),dengan kriteria sebagai berikut:
• •
Dari
0 < VIF
~ 10 ,
tidak terdapat multikolinearitas
VIF > 10, terdapat multikolinearitas
hasil
uji
tersebut
terdapat satu
variabel
yang
menyebabkan
multikolinearitas (terlampir). Namun jika kita menggunakan aturan Gujarati seperti yang dijelaskan di atas yakni gejala multikolinearitas ditandai dengan nilai R-Square tinggi namun hanya sedikit atau sama sekali tidak terdapat variabel independen yang signifikan secara parsial maka disimpulkan bahwa dalam data penelitian tidak terdapat gejala multikolinearitas. 3). Permasalahan Heteroskedastisitas
Dari hasil uji White test maka didapat nilai R2 = 0.8971, nilai chi-square hitung adalah 14,3545. Sedangkan nilai kritis chi-square
(i ) tabel pada a = 5 %
dengan df= 9 adalah = 16,9190. Karena nilai chi-square hitung lebih kecil dari chisquare
tabel
maka
model
yang
digunakan
tidak
mengandung
unsur
heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel4.8. berikut: Tabel 4.8. Hasil White Heteroskedasticity Test: F-statistic 4.361838 Probability Obs*R-squared 14.35453 Probability
0.058844 0.157426
80
3). Uji Signiflkansi
A. Uji Signifikansi Individual (t-test)
Signifikansi variabel secara individual akan dilakukan dengan menghitung nilai t-statistik yang dimiliki oleh setiap variabel dalam model, selanjutnya hasil penghitungan akan dibandingkan dengan nilai t-tabel dua arah dengan derajat kebebasan (df) dan signifikansi (a ) tertentu. Adapun hasil uji signifikansi individual tersebut akan membuat hipotesa sebagai berikut : H0
:
a
1
= 0, artinya variabel ke i tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebas
H1
a
1
* 0, artinya variabel ke i secara signifikan mempengaruhi variabel tak bebas
Hasil pengujian dua arah akan menghasilkan 2 kesimpulan menurut hipotesa di atas yaitu: );;>
H0 diterima jika t-stat > t-tabel, sehingga variabel bebas tersebut secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebas.
);;>
Ho ditolak jika t-stat < -t-tabel, sehingga variabel bebas tersebut secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebas.
Tabel t-test pada df= 9, didapat nilai kritis sebagai berikut: Untuk a = 0,25 nilai kritis 0,703
a = 0,05 nilai kritis 1,833
a = 0,10 nilai kritis 1,383
a = 0,01 nilai kritis 2,821
81
Berdasarkan nilai t- tabel tersebut maka uji t yang dilakukan terhadap variabel model dapat dilihat pada tabel 4.1 0. sebagai berikut Tabel4.9. Hasil Uji Variabel dengan menggunakan Eviews versi 4,0 Variabel
t-Statistik
Keputusan
Keterangan
Ln(KIBPt)
4.854916
Tolak Ho
Signifikan pada a = 1 %
Ln(BPPt)
1.885250
Tolak Ho
Signifikan pada a = 5 %
TMt
2.478188
Tolak Ho
Signifikan pada a = 5 %
Ln(TKPt)
2.252028
Tolak Ho
Signifikan pada a = 5 %
Ln(PTKPPt)
2.385255
Tolak Ho
Signifikan pada a = 5 %
Ln(TTE.)
3.347550
Tolak Ho
Signifikan pada a = 1 %
Berdasarkan uji signifikan individu di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel-variabel seperti yang ada pada tabel di atas yaitu : kredit perbank.an untuk sektor pertanian Ln(KIBP1), belanja pemerintah untuk sektor pertanian Ln(BPP1), tingkat melek huruf Ln(TM1), jumlah tenaga kerja sektor pertanian Ln(TKP1) ,produktivitas tenaga kerja sektor pertanian Ln(PTKPP1), jumlah traktor roda empat yang
digunakan
untuk
proses
produksi
Ln(TTE1),
secara
individu
dapat
mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dalam hal ini Ln(PDRBP1), pada tingkat signifikansi 5 persen dan 1 persen.
82
B. Uji Signifikansi Keseluruhan (F-test) Untuk menguji pengaruh semua variabel bebas pada model terhadap variabel tak bebas, dilakukan dengan menggunakan uji-F. Hipotesis yang akan digunakan dalam uji F ini adalah sebagai berikut:
Ln PDRBPt =Po+ Pt Ln KIBPt +
P2
Ln BPPt + Pl Ln TMt + P4 Ln TKPt
+ PsLn PTKPP + P6 Ln TTEt + Ho : ~1 = 0, ~2 = 0,
~3 =
0, ~4
=
£ .•....•........•..•..............• (4.1)
0 ~5 = 0, ~6 = 0
HI : ~1 :t: 0, ~2 :t: 0, ~3 :t: 0, ~4 :t: 0 ~5 :t: 0, ~6 :t: 0 Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas(dependent variable). Berdasarkan penghitungan nilai F (F-Stat) maka diperoleh nilai F
=
34.258
maka secara bersama-sama variabel bebas dapat mempengaruhi variabel tak bebas secara signifikan pada derajat 5 persen dimana nilai F-tabel = 4,10.
C. Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi menyatakan hubungan keragaman total variabel tak bebas yang dapat diterangkan atau diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas. Berdasarkan perhitungan Adj R2
=
0,759 maka dari model tersebut di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa 75,9 persen perilaku variabel tak bebas dapat
83
diterangkan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya 24,1 persen diterangkan oleh variabel di luar model tersebut di atas.
D. Uji Hipotesis ~
Hipotesis 1 : Investasi mempunya1 pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian Dari uji t di atas dapat diketahui, bahwa investasi dapat mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian yaitu pada tingkat signifikansi 5 persen.
~
Hipotesis 2 : Kualitas tenaga kerja dalam hal ini akumulasi belanja pemerintah untuk penyuluhan petani memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian Dari uji t di atas dapat diketahui, bahwa kualitas tenaga kerja dapat mempengaruhi
pertumbuhan sektor pertanian yaitu
pada tingkat
signifikansi 5 persen. ~
Hipotesis 3 : Produktivitas daripada tenaga kerja sektor pertanian memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektor pertanian. Dari uj i t di atas dapat diketahui, bahwa investasi dapat mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian yaitu pada tingkat signifikansi 5 persen.
4.3.3. Analisis Ekonometrik Variabel
Hasil estimasi ekonometrik di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, maka variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas secara signifikan (F -stat =
84
34.2580), serta model yang dibangun dapat menjelaskan variasi pertumbuhan sektor pertanian sebesar 75,9 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model yaitu sebesar 24,1 persen. Variabel kredit perbankan untuk sektor pertanian (KIBP) mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dimana secara positif dan signifikan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan nilai t-stat sebesar 4.85491 dan signifikan pada taraf satu persen, sehingga setiap kenaikan nilai kredit perbankan untuk sektor pertanian (KIBP) sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.06449 persen, (ceteris paribus). Variabel belanja pemerintah untuk sektor pertanian (BPP) mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian dalam hal ini (PDRBP) sektor pertanian secara positif dan signifikan, hal tersebut dijelaskan
dengan nilai t-stat sebesar 1.8852 dan
signifikan pada taraf lima persen. Sehingga setiap kenaikan nilai belanja pemerintah sektor pertanian (BPP) sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.02129 persen, (ceteris paribus). Variabel kualitas tenaga kerja yang diproksi dengan tingkat melek huruf dalam hal ini tingkat melek huruf (TM) mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian secara positif dan signifikan pada yang dijelaskan dengan nilai t-stat sebesar 2,4 781 dan signifikan pada taraf lima persen. Sehingga Setiap kenaikan nilai tingkat melek huruf (TM) sebesar satu
poin dari peningkatan tingkat melek huruf setiap
tahunnya akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.000345 persen, (ceteris paribus).
85
Selanjutnya jumlah tenaga kerja disektor pertanian itu sendiri (TKP) berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian secara positif dan signifikan. Hal itu ditunjukkan dengan dengan nilai t-stat 2,2520 dan signifikan pada taraf lima persen. Sehingga Setiap kenaikan nilai jumlah tenaga kerja sektor pertanian (TKP) sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.000254 persen, (ceteris paribus). Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian (PTKPP)
mempengaruhi
pertumbuhan sektor pertanian secara positif dan signifikan, dimana dijelaskan dengan t-stat sebesar 2.3852 dan signifikan pada taraf lima persen. Sehingga Setiap kenaikan nilai produktivitas tenaga kerja sektor pertanian (PTKPP) sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.004123 persen, (ceteris paribus). Faktor teknologi dalam hal ini dijelaskan dengan jumlah traktor rode empat dibandingkan luas laban pertanian yang digunakan dalam proses produksi pertanian (LLE) mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian secara positif dan signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t-stat sebesar 3,3475 dan signifikan pada taraf satu persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa setiap kenaikan jumlah traktor yang digunakan (TTE) sebesar satu persen akan menyebabkan peningkatan nilai sektor pertanian (PDRBP) sebesar 0.120430 persen, (ceteris paribus).
86
4.3.4. Analisis Ekonomi Model 4.3.4.1. Kredit Investasi Pertanian
Model yang dianalisis dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh positip dan signifikan dari kredit investasi perbankan, sehingga dapat diartikan bahwa kredit perbankan memberikan dorongan terhadap peningkatan pertumbuhan sektor pertanian, termasuk yang diluncurkan oleh bank-bank pemerintah. Kredit modal tersebut sangat penting bagi petani, karena kredit modal dapat meningkatkan skala produksi petani, sehingga petani dapat meningkatkan produksi secara efisien. Pengaruh kredit perbankan ini sesuai dengan penelitian van Zyl et al.(1995) yang dilakukan pada produksi pertanian di Afrika Selatan, yang menyatakan bahwa produktivitas pertanian dipengaruhi oleh kredit perbankan. Hal itu ditunjukkan bahwa efisiensi tertinggi terjadi pada kelas petani yang memiliki akses perbankan yang baik, sedangkan petani yang tidak memiliki akses bank berada pada tingkat efisiensi yang rendah. Selanjutnya sesuai dengan penelitian Saparita et a/, 2004, tentang peranan investasi dalam pembangunan pertanian menyimpulkan peningkatan modal dapat meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian yang berakibat peningkatan pendapatan di sektor pertanian. Investasi perbankan di sektor pertanian termasuk dalam skala besar seperti di sub sektor perkebunan yang membutuhkan banyak modal dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Sementara kredit yang diluncurkan untuk para petani
umumnya berskala kecil menengah yang tujuannya untuk meningkatkan taraf hidup petani seperti kredit modal usaha pertanian.
87
4.3.4.2. Anggaran Belanja Pemerintah di Sektor Pertanian Estimasi model tersebut menunjukk.an, bahwa meskipun pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian memiliki pengaruh positip, tetapi pengaruhnya terhadap kenaikan pertumbuhan sektor pertanian sangat signifikan.
Proporsi
pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian terhadap total belanja pemerintah cenderung menurun.
Hal ini sejalan dengan pergeseran strategi pembangunan
Indonesia pada tahun 1990-an yang mendorong peran sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Penelitian Rao et al (2004), secara cross-country, pada negara sedang berkembang, menunjukkan pengeluaran pemerintah memberikan kontribusi yang positif dan signifikan dalam meningkatkan produktivitas pertanian yang tentunya akan meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian itu sendiri. Dalam studi tersebut peranan pemerintah penting melalui mekanisme pembangunan infrastruktur, misalnya fasilitas untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan fasilitas riset pertanian. hal
ini
pengeluaran
Penulis menduga bahwa peranan pemerintah,
dalam
pembangunan, tidak berpengaruh secara langsung
berdampak pada peningkatan
pertumbuhan, dikarenakan dengan mekanisme tidak langsung, yang dampaknya membutuhkan waktu untuk mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan seperti akumulasi pengeluaran untuk human capital disektor pertanian tentunya akan meningkatkan dari waktu ke waktu. Selanjutnya Blakely (1994) juga mengemukakan akan pentingnya peran pemerintah, dengan mengemukakan sejumlah faktor yang
88
mempengaruhi pembangunan daerah, dalam hal ini adalah pembangunan dari pada sektor pertanian.
4.3.4.3. Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Dalam model yang dibangun di atas dapat diketahui bahwa tingkat melek huruf berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian hal ini jelas dengan bisa membaca si petani mudah menerima pengetahuan ataupun inovasi di bidang pertanian baik melalui penyuluhan pertanian ataupun siaran radio/televisi, selanjutnya inovasi ataupun teknologi di sektor pertanian mudah untuk dilaksanakan oleh petani jika petani bisa membaca dan belajar. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rao et al (2004) dalam Bayu Aji Nugraha (2005), yang menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja, yang dijelaskan dengan tingkat buta huruf, menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat buta huruf maka semakin tinggi produktivitas pertanian. Selanjutnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh secara hal ini disebabkan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan pertumbuhan output dalam hal ini sektor pertanian. Produktivitas tenaga kerja pada sektor pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kesehatan petani, teknologi, manajemen pertanian dan sebagainya.
4.3.4.4. Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang ada mempengaruhi daripada pertumbuhan sektor pertanian, hal tersebut sejalan dengan
89
pendapat teori pertumbuhan Neo Klasik, yang berasal dari teori pertumbuhan Solow, menekankan pentingnya peran sumberdaya manusia sebagai sumber pertumbuhan. Selanjutnya sumber daya manusia merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi (resource of growth). Komposisi tenaga kerja dan modal yang ideal akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Selanjutnya Todaro (2000: 115) menyatakan pertumbuhan tenaga kerja sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.
4.3.4.5. Juntlah traktor yang digunakan
Traktor, sebagai faktor produksi dalam proses produksi pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan barang impor dari luar negeri, sehingga kenaikan harga traktor akan menaikkan biaya produksi, namun produktivitas traktor akan dapat menambah dari produksi dan dapat menghemat waktu serta tenaga manusia. sehingga akan meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian dalam hal ini PDRB sektor pertanian. Seperti hasil penelitian Mohamad Maulana (2004). menyimpulkan produktivitas padi sawah dipengaruhi oleh kualitas lahan dan luas lahan garapan petani. Lahan yang luas tidak dibarengi oleh tenaga kerja yang banyak akan dapat digantikan oleh traktor dalam mengolah tanah. Dari hasil penelitian hasil penelitian yang dikemukakan oleh van Zyl et al, 1995) bahwa mekanisasi pertanian seharusnya dilakukan pada luas lahan yang lebih besar, sehingga petani dapat mengolah lahan pertanian dengan lebih progresif daripada dengan menggunakan hewan temak atau tenaga kerja manusia.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Analisis terhadap hubungan pertwnbuhan sektor pertanian dengan investasi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja di atas menunjukkan bahwa : ~
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertwnbuhan sektor pertanian dengan investasi dalam hal ini kredit perbankan dan pengeluaran pemerintah, dimana permodalan merupakan faktor produksi penting dalam menunjang pertumbuhan sektor pertanian sejak pra produksi sampai paska produksi. Pada analisis model penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara peningkatan jumlah kredit investasi pertanian dengan pertumbuhan sektor pertanian
~
Peranan belanja pemerintah disektor pertanian berhubungan positif dalam peningkatan pertwnbuhan sektor pertanian. Peranan pemerintah yang diukur dengan pengeluaran sektor pertanian, kemungkinan mempunyai mekanisme yang lain dalam meningkatkan pertwnbuhan sektor pertanian misalnya melalui regulasi berupa proteksi dan subsidi.
~
Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas tenaga kerja yang dalam hal ini diproksi dari tingkat melek huruf, dimana hal tersebut sangat besar . peranannya
untuk pengembangan swnberdaya petani seperti melalui
penyuluhan pertanian, informasi radio/televisi. Disamping itu pengetahuan
90
91
petani akan terus berkembang dari tahun ke tahun yang sangat terkait dengan pengetahuan dan kemajuan teknologi );>
Produktivitas tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian, dimana makin tinggi produktivitas tenaga kerja sektor pertanian akan meningkatkan pertumbuhan sektor tersebut.
);>
Jumlab tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor pertanian, di mana dengan adanya peningkatan kualitas tenaga kerja sektor pertanian akan meningkatkan produktivitas sektor tersebut dan juga untuk mengimbangi daripada pertumbuhan laban dan teknologi.
);>
Hubungan pertumbuhan sektor pertanian dengan faktor produksi pertanian berupa teknologi pertanian yang diukur dengan penggunaan traktor per luas laban pertanian di Provinsi NAD, menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan sektor pertanian, ini merupakan variabel yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dimana dapat dilihat dari koefisien regresi yang paling besar. Hubungan positif terjadi karena peningkatan traktor yang digunakan akibat adanya peningkatan efisiensi dari penggunaan traktor itu sendiri.
92
5.2. Saran-Saran Dari hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut ; 1) Peningkatan terhadap akses kredit perbankan untuk petani J1erlu didorong, agar petani dapat memperbesar modal untuk keperluan produksi, sehingga dapat meningkatkan skala produksi dan proses produksi pertanian menjadi lebih efisien,. Disarankan agar ada kemudahan dalam mendapatkall kredit di sektor pertanian, sehingga memudahkan petani dalam dalam 1\\elakukan kegiatan di sektor pertanian. 2) Peranan pemerintah
yang
berhubungan
positip
dengan
peningkatan
pertumbuhan pertanian, mengindikasikan perlunya melakukan kajian lebih lanjut pada pencapaian sasaran proyek-proyek pertanian, agar lebih mendukung pertumbuhan sektor
pertanian.
Selain itu, perlu JUga
memberikan perhatian pada kegiatan pendukung pertanian. 3) Berdasarkan pengolahan model di atas, disarankan perlu dilakukan penambahan pengetahuan pekerja sektor pertanian dengan lebih baik, terutama pada tingkat pendidikan formal dan informal. Pemerintah dapat melaksanakan program tersebut dengan melakukan kegiatan pelatihan disamping kegiatan penyuluhan ataupun kegiatan lainnya, terutama di daerah sentra produksi pertanian, agar pekerja dapat menyerap lebih baik perkembangan teknologi.
93
4) Apabila di sektor pertanian kelebihan
tenaga kerja, yang menyebabkan
terjadinya pengangguran terselubung, sehingga produktivitasnya rendah, keadaan ini perlu diatasi dengan kebijakan yang mendorong tenaga kerja, yang berlebihan tersebut, untuk dialihkan ke kegiatan lainnya dalam mendukung proses produksi pertanian, misalnya peningkatan kegiatan paska panen. perlu menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan di daerah sentra produksi pertanian, seperti bantuan alat pengolah basil pertanian. 5) Perlu dorongan untuk menambah jumlah traktor terutama didaerah yang berpotensi untuk peningkatan produksi. Hal tersebut dikarenakan jumlah traktor belurn mencukupi untuk mengimbangi jumlah lahan yang ada. Dengan demikian jumlah traktor yang digunakan akan memberikan kontribusi positip terhadap peningkatan pertumbuhan sektor pertanian.
DAFTARPUSTAKA
Affandi. 1988. Diversifikasi Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Produksi Pertanian. Makalah Dalam Seminar IPTEK-IPB, Dies Natalis ke- 25, 21-22 September 1988, Bogor. Agus Widarjono. 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Ekonisia. Jakarta A.G. Kartasaputra, 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Cetakan Pertama, Bina Aksara, Jakarta. Bayu Aji Nugraha. 2005. Pengaruh Kualitas Tenaga Kerja Terhadap Produktivitas Sektor Pertanian Di Indonesia. Tesis (Tidak dipublikasi) Universitas Padjadjaran. Biegel, John E. 1980. Production Control, A Quantitative Approach. Second Edition. Terjemahan Budi santoso . Remaja Rosda Karya. Bandung. Chuang Yih-Chyi. 1999. The Role of Human Capital in Economic Development: Evidence from Taiwan. Asian Economic Journal, 13: 117- 145. Dumairy. 2001. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta. Faisal Kasryno. 1988. Diversifikasi Pertanian Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. Makalah Dalam Seminar IPTEK-IPB, Bogor. Gershon Feder, 1986. "Growth and Semi Industrial Countries : A Statistical Analysis" in H. Chenery, Sherman Robinson and Moshe Syrquin. Industrialization and Growth, A Comparative Study. Oxford University Press. Gujarati, Damodar N, 2003. Basic Econometrics. 4rd ed. McGraw-Hill Book co. 1985. "Perkebunan dan Peranannya dalam Menunjang Perekonomian Indonesia", Agro Ekonomika. No. 23, Tahun XVI. PERHEPI, Yogyakarta.
Hasjrul Harahap.
Hermanto, R, S. Dan kawan kawan 1992. Penelitian Perkembangan Produktivitas Laporan Hasil Penelitian. Pusat penelitian dan Sektor Pertanian. Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
94
95
Holtz-Eakin, Douglas.1992. Solow and The States : Capital Accumulation, Productivity & Economic Growth. National Bureau of Economic Research. Massachusetts, Cambridge. Working Paper No. 4144. Hossain, M. 2000. " Transformation of Asian Rural Economy". International Coperence: The Chao Phraya Delta: Historical Development Dynamics and Challenges of Thailand's Rice Bowl. Kasdetsart University. Bangkok. 12 15 December 2000. delta/ conf/ Acrobat/ Hossain.pdf->(10/03/06). Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Johnston, B. F. and J. W. Mellor. 1961. The Role of Agriculture in Economic Development. Cornell University Press. Ithaca, New York. J. Ravianto. 1986. "Hubungan Motivasi Kerja Dengan Produktivitas". Hubungan Industrial Pancasila dan Ketenaga Kerjaan Di Indonesia. Cetakan Pertama. Yayasan Kesejahteraan Keluarga Pemuda "66", Jakarta. Keynes, J.M. 1964. The General Theori of Employment, Investment and Money. First Harbiuger Edition. Kristiansen, Stein. 2003. Linkages and Rural Non-Farm Employment Creation:Changing Challenges and Policies in Indonesia, Working Paper, Agricultural and Development Economics Division - FAO of the United Nation. Kuznet. S. 1964. Economic Growth and the Contribution ofAgriculture, in Eicher, C. K. and Witt, L. W. (eds), Agriculture in Economic Development, Me. Graw-Hill New York. Lawlor, Edward E, Nadler, David A and J.R. Hackman. 1988. Managing Organizational Behavior. Little Brown and Co Boston. Lincolin Arsyad, 1992. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN, Yogjakarta. Mardiasmo, 2002. Akutansi Sektor Publik, Andi. Jogjakarta Mathias Aroef. 1986. Usaha Produktivitas Indonesia Sejak Tahun 1953. Hubungan Industrial Pancasila dan Ketenaga-Kerjaan Indonesia. Cetakan pertama. Yayasan kesejahteraan keluarga Pemuda "66", Jakarta.
96
McConnel, Cambell R. Stanley L Brue, 1995. Economic, Eight Edition, McGrawHill Book Co. Singapura. Mubyarto, 1994. Pengantar Perekonomian Pertanian, Ed. 3, LP3ES, Jakarta Muchdarsyah Sinungan. 1985. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Cetakan Kedua. Bumi Aksara, Jakarta. Moehardanil. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Mohamad Maulana. 2004. Peranan Luas Lahan, Intensitas Pertanaman dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi Sawah Di Indonesia 1980-2001. Jumal Agro Ekonomi, Volume 22 No 1, Mei 2004: 74-79 Muhtar Lutfi. 2000. Peranan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dan Sub Sektor Perkebunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Periode 1985-1997. Tesis (tidak dipublikasi), Universitas Padjadjaran. Musgrave, Richard A, dan Peggy B Musgrave. 1989. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Erlangga, Jakarta. Rachmini Saparita dkk 2004. Peranan Investasi dalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), XII (2) 2004. Unpad Bandung. Rosegrant, Mark W, and Robert E. Evenson, 1995, Total Factor Productivity and Sources of Long-Term Growth in Indian Agriculture, Working Paper, EPTD-Intemational Food Polici Research Institute, Washington. Sayaka, B. 1995. The Total Faktor Productivity Measuremen t of Corn in Java, 1972-1992. Jurnal Agro Ekonomi Volume 6 (1). Mei 1995: 349-49. Sentanoe Kertonegoro. 1986."Astek Sebagai program Kesejahteraan Karyawan". Hubungan Industrial Pancasila Dan Tenaga Kerjaan Di Indonesia. Cetakan Pertama, Yayasan Kesejahteraan Keluarga Pemuda "66", Jakarta. Schermerhorn. 1989. Manajement For Productivity. Third Edition. John Willey & Son, New York. Simatupang, P. 1989." Perubahan Struktur Produksi dan Pengaruh Potensi Deregulasi pada Subsektor Tanaman Pangan" dalam Pasandaran E.Dkk. (Penyunting). Perkembangan Strutur Produksi, Ketenaga Kerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. Prosiding Patanas. Bogor. Hal 13-41.
97
Sritua Arief. 1993. Metode Penelitian EkonomL UI Press, Jakarta. Sukartawi.1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta. ____. 1990. Teori Ekonomi dan ProduksL Rajawali Press, Jakarta. Sadono Sukimo, 1985. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, LPFE UI dengan Bima Grafika, Jakarta. Sumitro Djojohadikusumo, 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Penerbit PT Pustaka LP3ES, Jakarta Sundrum, R. M. 1990. Economic Growth and Theory and Practice. The Macmillan Press Ltd. Suryana, A., dan Erwidodo. 1996. Agricultural Policy Reform in Indonesia: Accelarating Growth Witlt Equity. Food & Fertilizer Technology Center. (03/ 03/ 06). Stoner, James A.F., and Edward Freeman. 1992. Management. Fifth Edition. A. Divition of Simon Chuster Inc. Englewoods Cliffs, New Jersey. Taff,
Management Transportasi dan Distribusi Fisis (Management of Fhysical Distribution And Transportation). Terjemahan.
Charles
A.
1988.
Marianus Sinaga. Edisi Ketujuh. Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Teich, Albert H. 1986. Technologi and The Future. Fourth Edition. St. Martin, & Press Inc, New York. Timmer,C. Peter. 1993. " Setting the Stage " in Seckler, D. (Ed). Proceedings of
The Seminar Agricultural Transformation in Africa. Winrock International Institute for Agricultural Development.pp. 19-42 http:www.aec.msu.edu/ agecon/fs2/ ag/ ag_transformation/ Winrock_ afr_book. pdf> ( 10/03/06). Tobari, 2001. Produktivitas Tenaga Kerja dan Efisiensi Usaha Tani Jagung. Tesis. Universitas Padjadjaran, Bandung · Todaro, Michael P. 1997. Economic Development, Sixth Editions, Edinburgh Gate Harlow : Addison Wesley Longman Limited.
98
Tulus T H.1992 Kontribusi Peningkatan Total Faktor Produktivitas Terhadap Pertumbuhan Output Agregat: Suatu Studi Empiris. Jurnal Studi lndonesia,Volume 7.1. Januari 1997. Van Zyl, Johan, Hans Binswanger, Colin Thirtle. 1995. The Relation between Farm Size and efficiency in South African Agriculture, Working Paper. Word Bank. Warr P. 2006. Productivity Growth in Thailand and Indonesia: How Agriculture Contributes to Economic Growth. Jumal The Australian Agricultural and Resource Economics Society Annual Conference, Sidney. Widayanti, A, 1998, Ana/isis Pengaruh Kesempatan Kerja dan Investasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, industri dan jasa di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
T ABEL LAMP IRAN I
PROD UK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM (NON MINYAK DAN GAS) ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993, TAHUN 1993 s/d 2003 (DALAM JUT AAN RUPIAH)
LAPANGAN USAHA NO I PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUT ANAN DAN PERIKANAN 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4 LISTRIK. GAS DAN AIR BERSIH 5 BANGUNAN 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTOF 7 PENGANGKUT AN DAN KOMUNIKASI 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 9 JASA·JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
SHARE(%) SHARE(%) 1994 1993 1,906,155.98 39.30 2,049,762.93 38.71 64,852.40 679,197.90 16,298.50 411,005.00 514,195.20 500,694.10 163,073.20 595 004.42 4,850,476.70
1995 SHARE(%) 2,173,903.00 37.76
1996 SHARE(%) SHARE(%) 1997 1998 SHARE(%) 37.88 2,473,523.50 40.23 2,335,644.73 37.59 2,472,427.90
75,732.16 739,331.07 47,045.07 468,013.44 566,619.09 503,078.09 236,488.61
1.43 13.96 0.89 8.84 10.70 9.50 4.47
89,569.80 896,059.40 18,230.40 511,829.50 591,665.40 680,301.60 170,795.40
1.56 15.57 0.32 8.89 10.28 11.82 2.97
95,102.20 I ,056,043.07 16,433.50 544,691.00 619,809.80 723,633.50 197,768.00
107,526.70 1.53 17.00 1,109,251.00 26,758.50 0.26 8.77 561,375.30 9.97 678,516.50 11.65 782,757.50 3.18 159,285.50
89,064.50 1.65 17.00 1,096,340.10 0.41 28,830.20 8.60 445,080.30 10.40 685,601.50 11.99 660,063.93 35,602.20 2.44
145 17.83 0.47 7.24 1115 10 73 0.58
608 877.67 12.27 100.00 5,294,948.13
11.50 100.0
624 520.52 5,756,875.02
10.85 100.00
624 631.50 6,213,757.30
10.05 628 831.10 100.00 6,526,730.00
9.63 635 089.00 100.00 6,149,195.23
10.33 100.00
1.34 14.00 0.34 8.47 10.60 10.32 3.36
SHARE(%) SHARE I%\ 1999 2000 LAPANGAN USAHA NO 41.42 2,488,479.35 41.01 2,525,972.34 I PERT ANIAN, PETERNAKAN, KEHUT ANAN DAN PERIKANAN 83,549.30 1.37 86,675.10 1.43 2 PERT AMBANGAN DAN PENGGALIAN 800,066.90 745,997.00 12.23 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13.19 30,299.10 0.50 27,844.00 0.46 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 369,634.10 6.06 361,715.00 5.96 5 BANGUNAN 654,654.30 10.73 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTOF 662,396.60 10.92 908,412.57 14.97 906,466.10 14.86 7 PENGANGKUT AN DAN KOMUNIKASI 91,254.40 1.50 138,323.60 2.27 8 KEUANGAN, PERSEW AAN DAN JASA PERUSAHAAN 646 592.59 10.60 10.52 9 JASA-JASA 638 396.40 6,067,695.42 I 00.00 6,099,033.33 100.00 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS Prov. NAD, Tahun 1993 • 2003 (Data diolah)
2001 SHARE 1%\ 40.94 2,535,751.18
2002 2,607 ,653. 79
SHARE(%) SHARE(%) I 2003 40.58 2,691,126.85 36.85
86,521.80 711,844.10 28,082.00 382,794.50 673,570.30 939,346.20 179,341.10
1.40 11.49 0.45 6.18 10.87 15.17 2.90
89,709.90 753,120.60 27,714.20 398,112.70 709,877.20 991,959.00 175,926.60
93,240.60 1.40 740,225.30 11.72 31,451.60 0.43 475,007.50 6.20 730,501.80 11.05 15.44 1,647,639.80 2.74 206,529.00
1.28 10.14 0.43 6.50 10.00 22.56 2.83
656 654.76 6,193,905.94
10.60 100.00
671 862.90 6,425,936.89
687,641.00 10.46 100.00 7,303,363.45
9.42 100.00
LAMPIRAN II
Data Y (PDN) (Milyar.Rp) dan(~ Y/Y) (Persentase pertumbuhan); L(Ribuan Orang) dan ~L/LJKn (Milyar.Rp) dan ~Kn/Kn, In serta Ib (Milyar.Rp) Di Indonesia untuk Periode 1960 - 1992 Tahun 1960 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992
y 20.061 21.206 21.600 21.121 21.867 22.103 22.709 23.036 24.551 27.303 29.358 31.424 34.382 38.266 41.187 43.242 46.212 50.308 53.770 57.582 63.273 68.297 68.482 70.517 102.440 104.108 109.618 114.066 170.437 129.322 138.313 146.902 155.453
~YIY
0.06 0.02 0.02 0.04 0.01 0.03 0.01 0.07 0.11 0.08 0.07 0.09 0.11 0.08 0.05 0.07 0.09 0.07 0.07 0.07 0.10 0.80 0.003 0.45 0.02 0.05 0.04 0.06 0.07 0.07 0.06 0.06
L 32.260 32.710 33.170 33.630 34.100 34.580 35.060 35.560 36.060 36.560 37.070 37.590 38.780 40.010 41.280 42.590 43.940 45.330 46.770 48.250 49.780 51.360 56.010 59.050 60.400 61.090 66.480 68.560 70.410 71.340 73.900 74.390 75.900
~LIL
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.09 0.05 0.02 0.01 0.09 0.03 0.03 0.01 0.04 0.01 0.02
Kn 36.364 39.964 38.358 39.461 39.988 40.727 41.545 42.606 43.164 44.400 45.903 48.376 51.448 55.309 59.970 65.836 72.830 80.218 89.055 99.491 110.230 123.370 138.115 162.517 186.725 210.533 238.238 266.817 293.956 317.998 346.146 318.589 431.887
~Kn/Kn
0.02 0.04 0.03 0.01 0.02 0.02 0.03 0.01 0.03 0.03 0.05 0.06 0.08 0.08 0.10 0.11 0.10 0.11 0.12 0.11 0.12 0.12 0.18 0.15 0.13 0.13 0.12 0.10 0.08 0.09 0.10 0.09
lb 2.000 2.873 2.612 1.994 2 .. 267 2.358 2.655 2.164 3.018 3.406 4.527 5.255 6.255 7.321 8.727 10.000 10.600 12.291 14.139 14.764 17.552 19.509 30.617 31.521 32.211 37.179 39.300 39.146 37.270 42.458 51.020 49.470 50.330
In 600 1.388 1.103 512 740 812 740 819 1.061 558 1.236 1.503 2.479 3.073 5.867 6.994 7.382 8.836 10.436 10.740 13.134 14.745 24.402 24.208 23.808 27.705 28.579 27.139 24.042 28.148 35.443 32.298 31.705
Sumber: Sundrum (1986); laporan Bl; Bank Duma (1993,a) dan 1994a,b; dan ILO (1987 dan 1993)
Keterangan: L = Tenaga Kerja, Kn = Kapital Neto, In= Investasi Neto dan lb = Investasi Bruto.
LAMPIRAN III Hasil Pengolahan Data Observasi Menggunakan Eviews 4.0
Dependent Variable: LOG(PDRBP) Method: Least Squares Date: 10/03/06 Time: 10:48 Sample: 1989 2004 Included observations: 16 Convergence achieved after 18 iterations White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Coefficient Std. Error Variable t-Statistic Prob. 0.373000 c 0.595090 0.626797 0.5464 0.064449 LOG(KIBP) 0.013275 4.854916 0.0013 LOG(BPP) 0.011293 0.021290 1.885250 0.0961 LOG(TM) 0.000345 0.000139 2.478188 0.0351 LOG(TKP) 0.000254 0.000113 2.252028 0.0508 LOG(PTKPP) 0.004123 0.001729 2.385255 0.0409 LOG(TTE) 0.120430 0.035975 3.347550 0.0086 R-squared 0.855843 Mean dependent var 28.37726 Adjusted R-squared 0.759738 S.D. dependent var 0.272877 S.E. of regression 0.006824 Akaike info criterion -6.830025 Sum squared resid 0.000372 Schwarz criterion -6.443730 62.64020 F-statistic Log likelihood 34.25802 Durbin-Watson stat 2.465940 Prob(F -statistic) 0.000022
LAMPIRAN IV
Presentasi Model Penelitian Dengan Eviews 4.0
Estimation Command:
=====================
LS LOG(PDRBP) C LOG(KIBP) t:.OG(BPP) LOG(TM) LOG(TKP) LOG(PTKPP) LOG(TTE)
Estimation Equation:
===================== =
LOG(PDRBP) C(1) + C(2)*LOG(KIBP) + C(3)*LOG(BPP) + C(4)*LOG(TM) + C(5)*LOG(TKP) + C(6)*LOG(PTKPP) + C(7)*LOG(TTE) Substituted Coefficients:
=====================
LOG(PDRBP) = 0.373000 + 0.064449*LOG(KIBP) + 0.021290*LOG(BPP) + 0.000345*LOG(TM) + 0.000254*LOG(TKP) + 0.004123*LOG(PTKPP) + 0.120430*LOG(TTE)
Keterangan : PDRBPt KIBt BPPt TMt TKPt PTKPPt TTEt
Po €
= PDRB sektor pertanian
Kredit investasi perbankan untuk sektor pertanian = Pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian = Tingkat melek huruf = Tenaga kerja sektor pertanian = Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian = Jumlah Traktor Roda Empat yang digunakan pada laban dalam proses produksi pertanian = konstanta = error term =
LAMPIRAN V Deteksi Multikolinearitas dengan Uji Variance Inflation Factor (VIF)
Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang disebabkan adanya hubungan linear diantara variabel regresor, dimana nilai R2 tinggi sedangkan tidak ada satupun koefisien regresi (secara parsial) yang signifikan.
Selain
itu,
multikolinearitas
dapat juga dideteksi
dengan
menggunakan indikator Variance Inflation Factor (VIF) yang sebelumnya setiap variabel independen di uji dengan regresi dan menjadi variabel dependen untuk mendapatkan nilai R2 • Multikolinearitas bisa dideteksi dengan melihat nilai R2
dari hasil regresi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : 0 < VIF ~ 10 , tidak terdapat multikolinearitas
•
VIF > I 0 , terdapat multikolinearitas
• Variabel LnKIBP LnBPP LnTM LnTKP LnPTKPP LoTTE
Nilai RSquare 0.8226 0.9304 0.8762 0.7536 0.7662 0.8804
Nilai VIF =-
1-
1-R
5.6369 14.3753 8.0775 4.0591 4.2771 8.3612
2
Kesimpulan
Non Multikolinearitas Ada Multikolinearitas Non Multikolinearitas Non Multikolinearitas Non Multikolinearitas Non Multikolinearitas
Jika dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor), terdapat beberapa
variabel
yang
menyebabkan
multikolinearitas.
Namun jika
kita
menggunakan aturan Gujarati yakni gejala multikolinearitas ditandai dengan nilai RSquare tinggi namun hanya sedikit atau sama sekali tidak terdapat variabel independen yang signifikan secara parsial maka kita menyimpulkan bahwa dalam data kita tidak terdapat gejala multikolinearitas.
LAMPIRAN VI
Uji Autokorelasi dengan Tes Durbin-Watson (d) Untuk Model Pengujian Sebagai Berikut: Ln PDRBPt
=
Po +PI
Ln KIBPt + P2 Ln BPPt + PJ Ln TMt + P4 Ln TKPt
Ln PTKPP t +
p6
+ Ps
Ln TTEt + €
Nilai Durbin-Watson d = 2,4659 Tabel Durbin Watson d Taraf signifikansi
: 5%
Jumlah sampel (n)
: 16
Jumlah variabel bebas (k)
:6
dL : 0.502
du :2.388 Karena hasil regresi menunjukkan angka d = 2,4659 lebih besar dari 2, maka dilakukan perhitungan d dengan (4 - 2,4659 ) = 1,5431, sehingga didapat bahwa : DL < 4 - d < Du atau 4 - Du < d < 4 - DL Sehingga 0.502 < 1,5431 < 2,388 atau 1,612 < 2,4659 < 3,498
Keputusan: Nilai d berada pada daerah tidak ada kesimpulan tentang terdapat/tidaknya korelasi serial di antara disturbance term. Meskipun demikian, karena d > du, maka diputuskan tidak terdapat korelasi serial di antara disturbance term (Sritua Arief, 1993 : 14 - 15 dalam Muhtar Lutfi,2000). Hasil deteksi dengan nilai DW, ternyata hasilnya jatuh pada daerah ragu-ragu sehingga perlu dilakukan uji lanjutan dengan Run Test untuk menguji ada tidaknya masalah serial korelasi dalam model. Pengujian dilakukan terhadap hipotesis sebagai berikut: Ho
: Tidak terdapat masalah serial korelasi dalam model
H1
: Terdapat masalah serial korelasi dalam model.
a
:5% = 0.05
Bersambung ke halaman sebelah ............ .
Sambungan Lampiran VI
Kriteria uji : Tolak Ho jika nilai signifikansi < 0.05, terima dalam hal lainnya. Dengan bantuan SPSS 13.00 dan excel didapat basil sebagai berikut: Runs Test2
Test Value"! Cases< Test Value Cases>= Test Value Total Cases Number of Runs
Unstandardiz ed Residual .0000000
Standardized Residual .0000000
8 8
8 8
16
16
10
10
z
.259
Asymp. Sig. (2-tailed)
.796
.259 .796
a. Mean
Dari basil diatas, terlihat bahwa pengujian Run-Test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.796. Nilai ini lebih besar dari 0.05 sehingga Ho diterima. Dengan kata lain, model tidak mengandung masalah serial korelasi. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala autokorelasi dalam model.
Lampiran VII
Deteksi heteroskedastisitas dengan White Heteroskedastisitas Test White Heteroskedasticit) Test: 4.361838 F-statistic Obs*R-squared 14.35453
Probability Probability
0.058844 0.157426
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 10/03/06 Time: II: 18 Sample: 1989 2004 Included observations: 16 White Heteroskedasticit) -Consistent Standard Errors & Covariance Coefficient Variable Std. Error t-Statistic Prob. 0.006927 0.035528 c 0.194970 0.8531 -0.002414 LOG(KIBP) 0.000969 -2.491235 0.0551 (LOG(KffiP))"2 4.91E-05 1.86E-05 2.634399 0.0463 LOG(BPP) 0.002230 0.000953 2.340888 0.0663 -4.76E-05 (LOG(BPP))"2 2.06E-05 -2.310330 0.0689 -0.003161 LOG(TM) 0.001968 -1.605772 0.1692 -0.000323 LOG(TKP) 0.000173 -1.872170 0.1201 LOG(PTKPP) 0.010568 0.004864 2.172746 0.0819 (LOG(PTKPP))"2 -0.000369 0.000169 -2.182199 0.0809 LOG(TTE) 0.024003 0.009333 2.571928 0.0499 (LOG(TTE))"2 0.003086 0.001211 2.547938 0.0514 0.897158 Mean d~endent var R-~uared 2.33E-05 Adjusted R-squared 0.691475 S.D. dependent var 2.65E-05 S.E. of regression 1.47E-05 Akaike info criterion -19.20300 1.08E-09 Schwarz criterion Sum squared resid -18.67184 Log likelihood 164.6240 F-statistic 4.361838 Durbin-Watson stat 3.249898 Prob(F-statistic) 0.058844
Dari hasil uji White Heteroskedastisitas Test maka didapat nilai R2
=
0.897158,
nilai chi-square hitung (Obs*R-squared) adalah 14,35453, sedangkan nilai kritis chisquared (z 2) tabel pada a
=
5% dengan df= 9 adalah 16,9190. Karena nilai chi-square
hitung lebih kecil dari chi-square tabel maka model yang digunakan tidak mengandung unsur heteroskedastisitas.