LAPOR RAN AKH HIR TAH HUN
MODEL KAWASA M K AN RUMA AH PANG GAN LES STARI (M-KR RPL) KAB BUPATEN DHAR RMASRAY YA
Oleh: Misran hmadi Khaidir Ah Zarwa an Aguswarrman Syamsurrizal
KEMENTERIAN PERTANIA P AN ADAN PEN NELITIAN DAN PEN NGEMBAN NGAN PER RTANIAN BA BALAI BESAR R PENGKA AJIAN DAN PENGEMB BANGAN TEKNOLOG T GI PERTAN NIAN
BALAI PENGKAJ P IAN TEKN NOLOGI PERTANIA P AN SUMAT TERA BAR RAT 2012 2
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya, memiliki sumber daya hayati yang melimpah. Sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacangkacangan, sayur dan buah serta biji berminyak. Namun ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Di Sumatera Barat, sektor pertanian merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar (>54,0%) penduduk Sumatera Barat. Sementara sumbangannya terhadap PDRB relatif rendah, tahun 2008 sekitar
24,5% (Bappeda, 2009). Dari data di atas terlihat bahwa
pendapatan petani relatif rendah dibanding sektor lainnya, karena 24,5 % PDRB tersebut terdistribusi kepada 639.700 KK tani. Dari 639.700 KK tani tersebut 136.630 KK diantaranya merupakan rumah tangga tani miskin (43,70 % dari seluruh KK miskin yang ada di Sumbar). Data BPS juga menunjukkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) hanya mencapai 74,21 %, yang menunjukkan bahwa tidak stabilnya kehidupan petani akibat tingginya perbedaan indeks harga yang dibayarkan petani dan indeks harga yang diterima petani. Menyadari hal tersebut di atas, Pemerintah Indonesia telah merintis upaya meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga melalui berbagai program, salah satunya melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga. Potensi lahan pekarangan cukup besar, di Indonesia mencapai 10,3 juta ha dari keseluruhan luas lahan pertanian (BBP2TP, 2011). Di Sumatera Barat luas lahan pekarangan mencapai 85.141 ha yang tersebar di 12 kabupaten dan 9 (Sembilan) kota (Bappeda dan BPS Sumbar, 2010). Potensi yang cukup besar ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Kementerian Pertanian melalui sebuah kegiatan pengembangan
Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yaitu sebuah contoh upaya peningkatan kecukupan pangan rumahtangga
(RPL)
secara
mandiri
dan
berkelanjutan,
mengurangi
biaya
konsumsi
rumahtangga, dan sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka. Tujuannya adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
2
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Berdasar tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). KRPL diharapkan dapat diwujudkan menjadi sebuah model yang mampu mencarikan solusi ketahanan pangan rumahtangga secara berkelanjutan, baik di perkotaan maupun di pedesaan (BBP2TP, 2011). Rumahtangga pelaksana M-KRPL ini selanjutnya dijadikan sebagai contoh untuk dikembangkan oleh rumahtangga lain dalam kawasan pengembangan yang sudah ditetapkan. M-KRPL diharapkan dilaksanakan secara berkelanjutan, pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga, mengurangi biaya konsumsi pangan dan meningkatkan pendapatan keluarga. 1.2. Dasar Pertimbangan Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang, namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu untuk diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam dilahan pekarangan. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (BBP2TP, 2011). 1.3. Tujuan Mengimplementasikan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada kawasan terpilih di Kabupaten Dharmasraya. 1.4. Keluaran
3
Terimplementasikannya
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada
kawasan terpilih di Kabupaten Dharmasraya. 1.5. Hasil yang diharapkan Terimplentasikan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada terpilih
kawasan
di Kabupaten Dharmasraya dengan beberapa komoditas, meliputi tanaman pangan,
hortikultura, rempah, obat-obatan, ternak dan ikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurangi pengeluaran. 1.6. Manfaat yang diharapkan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) akan meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas usaha, optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga. Terciptanya usaha pertanian serta pengelolaan dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal oleh masyarakat setempat. 1.7. Dampak yang diharapkan Meningkatnya alokasi jam kerja keluarga, meningkatkan gizi dan
pangan, serta
peendapatan masyarakat dalam kawasan tersebut, serta terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan indah serta terlestarikannya sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tempat tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik bukan saja untuk memenuhi kebutuhan keluarga melainkan juga untuk menambah penghasilan keluarga (Kristanti, 2011). Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Sayuran yang dihasilkan dari pekarangan lebih sehat untuk dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik (Prapanca, 2005). Hasil pengkajian pada penerapan M-KRPL di Pacitan jawa Timur
dapat mengurangi
pengeluaran rumah tangga antara Rp 195.000,- sampai Rp 700.000,- per bulan, meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH). Hasil penelitian Ginting, dkk (1984) juga menunjukkan bahwa pekarangan dapat memberikan sumbangan pada pendapatan antara 7 sampai 45 persen (Nainggolan, 2005). Pengelompokkan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan. Pekarangan perkotaan di kelompokkan atas 4 strata, yaitu: (1) Rumah tipe 21, dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman; (2) Rumah tipe 36 dengan luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit; (3) Rumah tipe 45 dengan luas pekarangan 90 m2 atau halaman sedang; dan (4) Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas pekarangan 120 m2 atau halaman luas. Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2) (BBP2TP, 2011). Pengaturan tataletak tanaman dalam pemanfaatan pekarangan harus memperhatikan kecukupan sinar matahari, karena pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk ke areal kebun tetangga (Andhika, 2009). Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya secara komersil berbasis kawasan.
5
Komoditas yang dapat dikembangkan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, buahbuahan serta berbagai sumber pangan lokal. Pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan budidaya ikan dalam kolam dan ternak (BBP2TP, 2011) Model penerapan yang dikembangkan untuk lahan sempit adalah model dengan sistem vertikultur, yaitu pemeliharaan tanam-tanaman yang ditata secara tegak, baik tegak lurus atau mengarah vertikal dengan sudut tertentu. Terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman secara vertikultur, yaitu: (1) pembuatan rak vertikultur; (2) penyiapan dan penggunaan pupuk organik; dan (3) penanaman dan pemeliharaan. Media yang digunakan biasanya terdiri atas: (1) top soil, yaitu lapisan tanah yang banyak mengandung humus; (2) pasir halus; (3) pupuk kandang; (4) pupuk hijau dan (5) kapur pertanian (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011). Penyiraman dilakukan 1-2 kali per hari untuk, pupuk yang digunakan yang bersifat organik, misalnya pupuk organik cair , kompos dan pupuk kandang (Supriati, dkk., 2008). Sisasisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman dan serasah ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos. Faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan keberlanjutan secara lestari dari pengembangan model KRPL adalah, 1). Para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal harus dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya. 2). Ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan, serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan Kebun Benih/Bibit, pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya, untuk mewujudkan kemandirian kawasan, perlu dilakukan pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak. 3). untuk menuju Pola Pangan Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya) bagi keluarga. Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dan kesejahteraan keluarga. 4). komitmen dan dukungan serta fasilitasi dari pengambil kebijakan utamanya Pemerintah Daerah untuk mendorong implementasi model inovasi teknologi seperti model KRPL tersebut dalam gerakan secara aktif di wilayah kerjanya untuk dilaksanakan secara konsisten merupakan hal penting yang menentukan cepatnya adopsi dan keberlanjutan model KRPL tersebut (Saliem, 2011).
6
III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi pengkajian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Kabupaten Dharmasraya yaitu di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai bulan Januari 2012 sampai Desember 2012. 3.2. Tahapan kegiatan Pengkajian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a. Koordinasi dan Sosialisasi, Koordinasi dimaksudkan untuk menentukan lokasi dan kelompok sasaran yang akan menerima program. Sosialisasi dimaksudkan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. b. Karakterisasi kawasan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dilakukan dengan melaksanakan PRA (Participatory Rural Appraisal) dan survai lapang. c. Inplementasi pengembangan M-KRPL. Implementasi kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan kelompok sasaran dan pendampingan teknologi oleh peneliti, penyuluh dan dinas/instansi terkait. d. Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan secara partisipatif untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan yang sedang dilakukan, dan menilai apakah kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Diharapkan evaluator juga dapat berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. e. Pelaporan, adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan yang dituangkan dalam bentuk laporan akhir tahun. 3.3. Parameter yang diamati Parameter/data yang diamati adalah komoditas yang telah dikembangkan di lahan pekarangan, komoditas yang ingin dikembangkan, jumlah pengeluaran pangan keluarga per
7
bulan sebelum dan sesudah menerapkan M-KRPL, pertumbuhan/perkembangan komoditas yang diintroduksikan, serta perkembangan jumlah KK yang menerapkan, dan lain-lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Koordinasi dan Sosialisasi Koordinasi dan Sosialisasi telah dilakukan dengan berbagai pihak dari tingkat kabupaten sampai ke penyuluh lapang. Diawali dengan koordinasi dan sosialisasi dengan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (diwakili oleh Sekretaris), Koordinator Penyuluh dan Penyuluh lokasi. Koordinasi tersebut menyepakati bahwa kegiatan M-KRPL di kabupaten Dharmasraya dilaksanakan di jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, kecamatan Pulau Punjung. Kegiatan MKRPL ini disandingkan dengan kegiatan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan kabupaten yaitu kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP), dengan pelaksana Kelompok Wanita Tani. Koordinasi dan Sosialisasi di jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi dilakukan pada tanggal 19 April 2012. Pertemuan sosialisasi M-KRPL dihadiri oleh unsur Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, pemuda, dan calon pelaksana kegiatan M-KRPL dari Kelompok Wanita Tani Maju Bersama. b. Karakterisasi kawasan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
(M-
KRPL) yang dilakukan dengan PRA (Participatory Rural Appraisal) dan survai lapang. Jorong Ranah Lintas merupakan salah satu jorong dari 5 jorong di nagari Tebing Tinggi kecamatan Pulau Punjung kabupaten Dharmasraya, dengan penduduk berjumlah 268 kepala keluarga atau 1181 orang. Anggota M-KRPL
saat ini berjumlah 12 0rang, berusia antara 22-60 tahun,
berpendidikan SD sampai tamat SMA dengan pekerjaan utama adalah ibu rumah tangga dan buruh tani. Jumlah tanggungan keluarga 3-6 orang. Pengeluaran rumah tangga untuk pangan sebelum kegiatan M-KRPL berkisar antara Rp 614.000,- sampai Rp 1.486.000,- per bulan. Setelah pelaksanaan kegiatan M-KRPL kebutuhan rumah tangga untuk pangan perbulan dapat menghemat pengeluaran berkisar Rp 150.000,- sampai Rp 275.000,-. Karakteristik peserta M-KRPL Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi kecamatan Pulau Punjung kabupaten Dharmasraya secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
8
Tabel 1. Karakteristik peserta M-KRPL Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi kab. Dharmasraya. No.
Nama
Umur (thn)
Pekerjaan
Pddk
Jumlah tanggungan
Luas lahan Pekarangan (m²)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12.
Mariani Masni Yuniar Yasni Rohana Yulian Warneli Meri Siti Hawa Kusnita Budiati Eka
36 35 30 44 50 37 60 22 45 28 30 28
Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Buruh Tani Buruh Tani Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga
SMP SMP SD SLTA SD SD SD SD SD SLTA SMP SD
5 4 4 5 5 6 5 3 6 4 4 3
390 210 255 225 300 225 225 210 240 255 210 220
Pengeluaran RT untuk Pangan/bln (Rp,-) 752.000 614.000 724.500 1.051.000 768.000 990.000 1.486.000 631.000 1.306.000 1.050.000 744.000 654.000
Bila dikelompokkan berdasarkan luas pekarangan, masyarakat pelaksana kegiatan MKRPL, umumnya mereka memiliki pekarangan dengan kategori sedang (strata 3, luas 120400 m2). Sebelum kegiatan M-KRPL dilaksanakan sebagian lahan pekarangan masyarakat telah ditanami dengan berbagai tanaman sayuran seperti, terung, kacang panjang, tomat, katu, dan beberapa tanaman dapur; jahe, sereh, dan kunyit, serta beberapa tanaman obat seperti; kembang sepatu, selasih,kumis kucing, dan mahkota dewa, akan tetapi tanaman tersebut pertumbuhannya kurang baik dan letak tanaman tidak beraturan. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum memahami teknologi pemeliharaan tanaman. Hasil diskusi dan wawancara dengan peserta maka komoditas tanaman pekarangan yang akan diintroduksikan adalah tanaman sayuran; kangkung, bayam, terung, caisim, cabe, selada, tomat, buncis, bawang merah, kacang panjang, mentimun, pare, dan oyong. Tanaman buah-buahan; papaya, belimbing, dan sirsak. Tanaman obat; kunyit putih, temu lawak, mahkota dewa, dll. Selain itu juga akan diintroduksikan tanaman dapur; kunyit, jahe, lengkuas, dan ruku-ruku. Beberapa tanaman obat, serta tanaman umbi-umbian seperti ubi jalar ungu. c. Implementasi Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah : (1). Membangun Kebun Bibit Desa.
9
Pada lahan kebun bibit desa dibangun rumah pembibitan yang berfungsi untuk menyediakan bibit bagi anggota kelompok, dan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Kebun bibit ditempatkan disamping areal pekarangan rumah ketua kelompok. (2). Penanaman Tanaman Sayuran. Tanaman sayuran yang ditanam adalah; kangkung, bayam, terung, caisim, selada, bawang merah, mentimun, kacang panjang, oyong, dan pare. (3). Penanaman Tanaman dapur dan Obat Tanaman dapur yang ditanam adalah; kunyit, lengkuas, jahe, sereh, dan ruku-ruku, sedangkan tanaman obat yang ditanam adalah; kumis kucing, lidah buaya, kembang sepatu, dan mahkota dewa. (4). Penyiapan Disain Pemanfaatan Pekarangan Model budidaya tanaman yang diusahakan adalah dengan menggunakan polybag, bedengan dan tanam langsung, sedangkan penanaman secara vertikultur model rak hanya diperuntukkan sebagai contoh saja, mengingat lahan pekarangan yang dimiliki a nggota tergolong kedalam strata 3 dengan luas pekarangan berkisar 200-400 m2. Tabel 2. Disain pemanfaatan lahan dan komoditas yang di introduksikan di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, 2012. No. 1
Nama Mariani
Luas (m²)
Kelompok lahan
390
Srata 3 (Lokasi KBD)
Model Budidaya
Komoditas yang diintroduksi
- Vertikultur model rak - Polybag/pot
Sayuran
- Bedengan
Sayuran
- Tanam langsung
Bumbu Toga
Sayuran
Buahan 2
Masni
210
Strata 3
-Verrtikultur model rak -Polybag/pot
Pangan Sayuran Sayuran
- Bedengan
Sayuran
- Tanam langsung
Bumbu Toga Buahan
3
Yuniar
255
Strata 3
- Vertikultur model rak - Polybag/pot
Pangan Sayuran Sayuran
: bayam, kangkung, caisin, seledri, selada : cabe, tomat, terung, bawang, bayam, kangkung, caisin,seledri, selada : terung, pare, oyong, katu, mentimun, kacang panjang : jahe, lengkuas, ruku-ruku : mahkota dewa, kumis kucing, lidah buaya, kembang sepatu : sirsak, durian, pepaya, belimbing madu,rambutan :ubi jalar :bayam, kangkung, caisin, seledri, selada : bayam, kangkung, cabe, tomat, terung : kacang panjang, Terung, mentimun : jahe, kunyit, lengkuas : selasih, sirih merah, kembang sepatu : sirsak, pepaya, durian, mangga, belimbing madu, rambutan :ubi jalar : bayam, kangkung,selada caisin, seledri : cabe, tomat,seledri,selada terung,bawang,caisin
10
- Bedengan - Tanam langsung 4
Yasni
225
Strata 3
- Vertikultur model rak - Polybag/pot - Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buahan Pangan Sayuran Sayuran Sayuran Bumbu Toga Buah
5
6
7
8
9
10
11
12
Rohana
Yulian
Warneli
Meri
Siti Hawa
Kusnita
Budiati
Eka
300
225
225
210
240
255
210
220
Strata 3
Strata 3
Strata 3
Strata 3
Strata 3
Strata 3
Strata 3
Strata 3
:kacang panjang,pare,oyong : jahe, kunyit : kembang sepatu,lidah buaya : sirsak, pepaya,rambutan :ubi jalar : bayam, kangkung, caisin, Seledri : Cabe, Tomat, Terung, bawang, caisin, selada,seledri : pare, kacang panjang : jahe, lengkuas, kunyit : selasih, kumis kucing, mahkota dewa : sirsak, durian, pisang,papaya, rambutan : bayam, kangkung,caisin, selada : cabe, tomat, terung, kangkung,bayam :kacang panjang :sereh,kunyit,jahe :kembang sepatu,kumis kucing :pepaya,sirsak,rambutan, durian :cabe, tomat, terung,bawang, kangkung,bayam,caisin, seledri,selada :pare,terung : jahe,lengkuas,kunyit,sereh : mahkota dewa,kumis kucing :sirsak,pepaya,belimbingmadu, rambutan
- Vertikultur model rak - Polybag/pot
Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buah
- Polybag/pot
Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buah
- Polybag/pot
Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buah
: bayam,kangkung,caisin, selada,terung,tomat,cabe :terung,pare,oyong : jahe,kunyit,sereh : kumis kucing,selasih : sirsak, pepaya,rambutan
- Vertikultur model rak - Polybag/pot - Bedengan - Tanam langsung
Sayuran
:kangkung,caisin,selada,seledri
Sayuran Sayuran Bumbu Toga
: cabe,tomat,selada,caisin : kacang panjang,terung :sereh,jahe,ruku-ruku,kunyit : mahkota dewa,kembang sepatu,selasih : durian,rambutan,papaya : bayam,kangkung,caisin, seledri,selada,tomat,terung : terung : jahe,kunyit : mahkota dewa,kumis kucing : sirsak,pepaya,rambutan
- Polybag/pot
Sayuran
Buah Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buah
- Vertikultur model rak - Polybag/pot
Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung - Polybag/pot
Sayuran Bumbu Toga Buah Sayuran
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga
- Polybag/pot
Buah Sayuran
Sayuran
: bayam,kangkung,ceisin, seledri : cabe,tomat,terung,kangkung, bayam,selada,ceisin : pare : Jahe,kunyit : kembang sepatu,lidah buaya : pepaya,durian : bayam,kangkung,tomat,cabe, selada,ceisin,terung : oyong : jahe,kunyit,sereh : mahkota dewa,kembang sepatu,kumis kucing : pepaya,durian : bayam,kangkung,cabe,tomat, ceisin,selada
11
- Bedengan - Tanam langsung
Sayuran Bumbu Toga Buah
: : : :
pare jahe,kunyit,sereh kumis kucing,selasih pepaya,rambutan
V. KESIMPULAN Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal: 1. Pada umumnya luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh masing-masing peserta M-KRPL termasuk luas pekarangan sedang (Strata 3) yaitu berkisar 200-400 M2. 2. Tanaman yang
telah diintroduksikan adalah tanaman kangkung, bayam, caisin, selada,
seledri, tomat, cabe, kacang panjang, terung, mentimun, oyong, pare, dan bawang merah. Untuk tanaman buah-buahan telah dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan belimbing. Selain itu juga telah dikembangkan tanaman rempah dan obat-obatan,
serta tanaman umbi-
umbian seperti ubi jalar ungu. 3. Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan
adalah: (1)
Kebun Bibit Desa (KBD). (2) Penanaman Tanaman Sayuran.
Pembangunan
(3) Penanaman tanaman
buah-buahan. (4) Penanaman bumbu dapur dan Tanaman Obat. 4. Masing-masing peserta sudah termotivasi untuk menerapkan kegiatan M-KRPL, kondisi ini diharapkan bisa menjamin keberlanjutan dan tercapainya manfaat serta dampak M-KRPL.
12
VI. KINERJA KEGIATAN
6.1. Keluaran (Output) yang dicapai Terimplementasikannya
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada
kawasan terpilih di kabupaten Dharmasraya. 6.2 Hasil (Outcome) yang dicapai Terimplentasikan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kabupaten Dharmasraya,
meliputi tanaman hortikultura, rempah, obat-obatan, dan umbi-umbian
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurangi pengeluaran. 6.3. Manfaat ( Benefit) yang dicapai Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) akan meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan, meningkatnya produktivitas usaha, optimalisasi penggunaan jam kerja keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga 20-30%. Terciptanya usaha pertanian dan pemeliharaan sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal oleh masyarakat setempat. 6.4. Dampak (Impact) yang dicapai Meningkatnya alokasi jam kerja keluarga, meningkatkan ketahanan pangan, kualitas gizi dan pendapatan keluarga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kawasan tersebut serta terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan indah serta terlestarikannya sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal secara mandiri. Berkembangnya usaha yang sama ke rumahtangga lainnya dalam kawasan, menuju usaha komersial. 6.5. Kisah Sukses (Success Story) Implementasi M-KRPL kabupaten Dharmasraya mendapat dukungan yang cukup baik dari
unsur Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
dan
Badan
Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, serta masyarakat setempat.
13
DAFTAR PUSTAKA Andhika J., 2009. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Optimal. 2http://www.kulinet.com/baca/pemanfaatan-lahan-pekarangan-secara-optimal/691, 01-2012 Badan Litbang Pertanian. 1999. Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif. Badan Litbang Pertanian Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian Jakarta. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model kawasan Rumah Pangan Lestari. Bogor Bappeda, 2009. Sumatera Barat dalam angka tahun 2004. Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang.
Bappeda dan Badan Pusat
Hosen, N., Buharman B., Z. lamid. 2004. Analisis komoditas unggulan di Sumatera Barat. Proseding Seminar Nasional BPTP Sumatera Barat. Padang Irawan. B. 2006. Pelaksanaan PRA dan Rancang Bangun Agibisnis Materi disampaikan pada Workshop Prima Tani di Ciloto tanggal 19-22 September 2006. BBP2TP. Bogor. Kristanti, I. 2011. Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman Sayuran yang Produktif. http://uripsantoso.wordpress.com/2011/03/08/Optimalisasi, 02-01-2012 Nainggolan, K. 2005. Program Akselerasi Pemantapan Ketahanan Pangan Berbasis Pedesaan. http://bkpd.jabarprov.go.id/data/arsip/Pros_Kaman_06. pdf, 02-01-2012 Prapanca., 2005. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta Saliem, H.P. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13806710321319802404. makalah pdf, 02-01-2012 Sukartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1984. Ilmu usahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Jakarta. Supriati, Y., Y. Yulia dan I. Nurlela, 2008. Taman Sayur + 19 Desain Menarik. Penebar Swadaya. Jakarta.
14
Lampiran, Foto Kegiatan M-KRPL Kabupaten Dharmasraya
Gambar 1. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Dharmasraya dan Tim M-KRPL foto bersama usai melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan.
15
Gambar 2. Sekretaris Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, dan Tim M-KRPL saat melakukan koordinasi dan sosialisasi kegiatan.
16
Gambar 3. Kabid. Tanaman Hortikultura Dipertahor, dan Kabid. Tanaman Pangan BKP3 Kabupaten ikut memberikan arahan pada acara Sosialisasi M-KRPL di KWT Maju Bersama, Tebing Tinggi Pulau Punjung.
17
Gambar 5. Keadaan beberapa tanaman saat ini di rumah pembibitan, dan sekitar areal kebun bibit desa.
18
Gambar 3. Keadaan tanaman pada salah satu pekarangan peserta M-KRPL
19