PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM PADA SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
OLEH: MIA BUDI AROFA NIM. E1M 012 038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI Jurnal skripsi yang disusun oleh: Mia Budi Arofa (E1M 012 038), dengan judul skripsi:
“Pengaruh
Model
Pembelajaran
Inkuiri
Terbimbing
Pada
Pembelajaran dengan Metode Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI MIA SMAN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016” telah diperiksa dan disetujui.
Mataram, November 2016
Pembimbing Skripsi I,
Pembimbing Skripsi II,
(Dr. Muntari, M. Phil.) NIP.19651208 199103 1 003
(Drs. I Nyoman Loka, M.Si.) NIP. 19641231 199101 1 002
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM PADA SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE INFLUENCE OF GUIDED INQUIRY MODEL IN PRACTICAL LEARNING METHOD ON STUDENTS CRITICAL THINKING SKILLS AND LEARNING OUTCOMES ON SALT HYDROLYSIS TOPIC ON SCIENCE STUDENTS GRADE XI AT SMAN 4 MATARAM SCHOOL YEAR 2015/2016 Mia Budi Arofa1, Muntari2, I Nyoman Loka2 1 Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, Universitas Mataram 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, Universitas Mataram email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kimia materi pokok hidrolisis garam pada siswa kelas XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperiment dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 4 Mataram dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuir untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.Variable terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan Mann-Whitney U-Test untuk hipotesis pertama dan uji anakova untuk hiotesis kedua. Hasil uji hipotesis pertama Zhitung (1,92) < Ztabel (1,96) maka Ha1 ditolak dan H01 diterima. Hasil uji hipotesis kedua Fhitung(7,43) > Ftabel (4,06) maka Ha2 diterima dan H02 ditolak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum tidak berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pokok hidrolisis garam dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kimia materi pokok hidrolisis garam pada siswa XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Inkuiri terbimbing, metode praktikum, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, materi hidrolisis garam.
ABSTRACT This study aims to know the influence of guided inquiry model with practical learning method on student’s critical thinking skill and learning outcomes. This research was a quasi-experimental with nonequivalent control group design. The studied populations were all of class XI in SMAN 4 Mataram. Two classes (XI MIA 2 and XI MIA 3) were selected as the sample by purposive sampling technique. The independent variables in this study were guided inquiry model with practical learning method on the experiment class, and conventional model on the control class. The dependent variables were critical thinking skills and learning outcomes. A multiple choice test was used to measure student’s critical thinking skills and learning outcome. The data were analyzed using u-test to examine the first hypothesis and Anacova test to examine the second hypothesis. The first hypothesis test resulted Zstat (1,92) < Ztable (1,96) so that Ha1 was rejected and H01 was accepted. The second hypothesis test resulted (7,43) > Ftable (4,06) so that Ha2 was accepted and H02 was rejected. Based on these results, it could be concluded that the results of student’s critical thinking skills who were taught by the guided inquiry model in practical learning method did not better compared to students who were taught by conventional methods in salt hydoliysis topic in science students grade XI at SMAN 4 Mataram and student’s learning outcome who were taught with guided inquiry model in practical learning method was better than students who were taught by the conventional methods in salt hydrolysis in science students grade XI at SMAN 4 Mataram. Key words: guided inquiry, practical method, critical thinking skills, learning outcomes, salt hydrolysis.
PENDAHULUAN Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. berkembang-nya
teknologi
dan
zaman,
pendidikan
pun
Seiring
mengalami
perkembangan. Berkembang-nya dunia pendidikan tentu saja mengundang beberapa permasalahan. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah proses belajar yang dilakukan di dalam kelas yang kurang melatih kemampuan berpikir kritis pada siswa, artinya siswa cenderung menghafal materi yang disampaikan oleh guru sehingga kemampuan keterampilan siswa dalam berpikir kritis masih rendah (Wulandari, 2013). Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Proses pembelajaran harus di rancang dengan baik agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang baik dirancang berpusat pada siswa (student centered), sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator (syarifuddin, 2012). Sebagai salah satu pelajaran sains, kimia diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tetapi, proses pembelajaran di sekolah cenderung membatasi peran aktif siswa. Padahal, peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan kemampuankemapuan yang dimiliki siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rendahnya keterlibatan siswa menutup kesempatan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya (Sastrika, 2013). Pada proses pembelajaran kimia saat ini siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran kimia karena sebagian besar materi yang dipelajari yaitu materi yang berupa hitungan dan bersifat abstrak. Hal tersebut menyebabkan minat belajar siswa dalam mempelajari pelajaran kimia menjadi sangat rendah. Mufidah (2014) menyatakan kurangnya minat siswa dalam proses pembelajaran kimia dapat terlihat dari respon siswa yang pasif selama mengikuti proses belajar–mengajar di kelas. Saat guru menjelaskan, siswa cenderung hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan tanpa mengerti topik pembelajaran yang sedang dipelajari. Selain itu, hanya sebagian siswa yang aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. Ini juga merupakan salah satu
indikasi bahwa mata pelajaran kimia kurang diminati siswa pada saat belajar di kelas. Tentu saja hal tersebut akan memiliki dampak yang kurang baik terhadap pemahaman siswa sehingga nilai belajar siswa juga akan rendah. Sementara itu, kurikulum 2013 menuntut siswa untuk berpikir kritis sehingga dapat menciptakan siswa yang lebih aktif, kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman-pengalam dalam proses pembelajarannya. Menurut (Pusporini, 2012) keberhasilan suatu pembelajaran merupakan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sistem evaluasi yang tepat meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor disesuaikan dengan indikator yang ada. Dalam pembelajaran guru cenderung mengevaluasi aspek kognitif saja, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor guru hanya memberikan nilai tanpa indikator yang jelas. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar kimia perlu digunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik materi dan karakteristik siswa. Salah satu kegiatan yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam dalam proses pembelajaran adalah kegiatan praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model model pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar, membantu siswa memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan sendiri. Di dalam model ini juga tercakup penemuan makna, organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan. Kegiatan praktikum yang berbasis inkuiri terbimbing adalah pusat dari pembelajaran sains dimana siswa dilibatkan dalam perumusan
masalah,
pembuatan
hipotesis,
merancang
eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan self consept pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, dan mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka (Wahyudi, 2013).
Penelitian
tentang
pembelajaran
berbasis
inkuiri
terbimbing
dan
pengembangan berpikir kritis sudah banyak dilakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Ningsyih (2015) menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata metode praktikum dapat membantu dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Terkait dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pembelajaran dengan Metode Praktikum Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI MIA SMAN 4 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimental dengan tipe nonequivalent control group design yang dilaksanakan bulan maret sampai bulan april di SMAN 4 Mataram. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIA dengan jumlah 116 orang yang terbagi dalam 4 kelas yaitu XI MIA 1, XI MIA 2, XI MIA 3, XI MIA 4, dengan sampel penelitian adalah kelas kelas XI MIA 2 (kelas eksperimen) dan XI MIA 3 (kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik purposive sampling.. Adapun desain penelitian dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Kelas
Pre-test
Eksperimen
Q1
Kontrol
Q1
Perlakuan Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode praktikum Model pembelajaran konvensional dengan metode praktikum
Post-test Q2
Q2
Variabel yang diamati berupa variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelas sampel, yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode praktikum untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional dengan
metode praktikum untuk kelas kontrol, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dalam bentuk tes pilihan ganda bertingkat (two tier test). Aspek kemampuan berpikir kritis yang akan diukur ada lima, yakni memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa digunakan uji n-gain ternomalisasi. Uji hipotesis pertama dengan data nilai pretes dan posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontol tidak terdistribusi normal menggunakan uji hipotesis Mann-Whitney U-Test, sedangkan untuk uji hipotesis kedua dengan data nilai pretes
dan posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontol terdistribusi normal menggunakan uji hipotesis anakova. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang dibuat berdasarkan lima indikator kemampuan berpikir kritis yaitu, memberikan
penjelasan
sederhana,
membangun
keterampilan
dasar,
menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik. Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis yang dialami kedua kelas sampel, maka dilakukan perhitungan gain ternormalisasi. Hasil rata-rata NGain untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 1.
1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0.32 0.22
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 1. Rata-rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dari gambar dapat terlihat bahwa rata-rata N-Gain kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 0,32 yang tergolong “rendah” dan kelas kontrol memiliki nilai N-Gain rata-rata sebesar 0,22 yang juga tergolong “rendah” berdasarkan tabel kriteria gain ternormalisasi pada Tabel 3.9. Dari hasil hasil uji menggunakan Mann-Whitney U-Test juga menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum tidak berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pokok hidrolisis garam. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung, siswa sudah mengalami pembelajaran yang lebih bermakna dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode praktikum meningkatkan aktivitas siswa secara maksimal, siswa berperan aktif sebagai subyek belajar untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menemukan,
hingga
memberi
kesimpulan
teoritis
yang
jelas
dengan
mengemukakan bukti yang menunjang dari apa yang dipertanyakan. Tahapantahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini sangat berkaitan erat dengan
lima indikator kemampuan berpikir kritis, seharusnya tahapan ini dapat melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, namun setelah dilakukan analisis didapatkan bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Penyebab model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berpengaruh lebih baik daripada pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dapat dijelaskan melalui analisis terhadap jawaban hasil belajar. Berikut adalah gambar jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Gambar 2. Jawaban Posttest Siswa Berdasarkan Gambar terlihat bahwa jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya saja siswa kedua kelas menguraikan jawabannya dengan cara yang berbeda. Siswa pada kelas eksperimen sudah mampu memberikan penjelasan sederhana terkait dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan siswa pada kelas kontrol sudah bisa menjawab tetapi belum mampu untuk menjelaskan dengan bahasanya sendiri. Rendahnya hasil kemampuan berpikir kritis yang diperoleh ini dikarenakan siswa belum mampu untuk megungkapkan alasan yang sesuai untuk menjelaskan pertanyaan yang diberikan, kebanyakan siswa menjawab pertanyaan tanpa menguraikan alasan mereka memilih jawaban tersebut. Kemungkinan hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa mendapatkan soal instrumen dalam bentuk two tier. Siswa biasanya hanya mendapatkan tugas biasa, seperti mengerjakan tugas yang ada di LKS atau membuat rangkuman materi pembelajaran.
Hasil Belajar Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest danposttest yang dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari data tersebut diperoleh nilai rata-rata pretest dan posttest materi hidrolisis garam kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar kedua kelas dapat diamati pada Gambar 3. 100
90 80 70
62.95
60 43.75
50 40 30
26.47 18.96
20 10 0 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Pretest
Posttest
Gambar 3. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan gambar 5.7 dapat diketahui bahwa peningkatan nilai yang dicapai oleh kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terbukti
setelah dilakukan uji secara empiris menggunakan uji anakova
hasilnya menunjukkan bahwa Fhitung lebih besar dari F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kimia materi pokok hidrolisis garam pada siswa XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen meningkat secara cukup signifikan. Hasil belajar pada kelas kontrol juga mengalami peningkatan tetapi tidak melebihi hasil belajar pada kelas eksperimen. Pada kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mendapat materi pelajaran dan latihan soal yang sama, namun proses
pembelajaran dan model pembelajaran berbeda. Proses dan model pembelajaran yang berbeda inilah yang menyebabkan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Pada proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa diberi suatu pernyataan yang berkaitan dengan materi hidrolisis garam. Pernyataan yang disajikan tersebut kemudian diikuti perumusan masalah dan hipotesis untuk diselesaikan melalui kegiatan praktikum yang dirancang sendiri dengan bimbingan guru. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan bertujuan untuk menemukan teori, sehingga konsep diharapkan ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan hasil praktikum dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang berlangsung berpusat pada siswa, melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan konsep. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bermakna. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa bukan dari mengingat atau menghafal seperangkat fakta, konsep, atau teori, tetapi dengan menemukan dan membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ningsiyh (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dalam hasil belajar siswa. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran praktikum dengan model konvensional, penyampaian materi pembelajaran disampaikan melalui ceramah yaitu materi pembelajaran diberikan secara langsung dari guru ke siswa. Selama proses pembelajaran, siswa dibelajarkan melalui penerimaan dan hafalan konsep. Siswa melakukan kegiatan praktikum yang bertujuan untuk membuktikan teori. Pembelajaran dengan metode ini mengikuti cara pembelajaran yang biasa diajarkan oleh guru mitra kepada siswa. Pemberian konsep melalui metode ceramah tanpa melibatkan keaktifan berpikir siswa akan membuat konsep yang dimiliki siswa mudah dilupakan karena tidak tersimpan lama di memori otak, sehingga berakibat pada kurangnya kemampuan siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memahami pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran dengan metode praktikum tidak berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016 pada materi pokok hidrolisis garam. 2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode praktikum berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar kimia materi pokok hidrolisis garam pada siswa kelas XI MIA SMAN 4 Mataram tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA Mufidah, Ratna. 2014. Implementation Of Inquiry Learning Model To Train Process Skill In Buffer Solution Matter To The XI Grade Student’s of SMA Mazraatul Ulum Paciran Lamongan. UNESA Journal of Chemical Education. Vol. 3, No. 2, pp. 231-238, May 2014. Ningsyih, Surya. 2015. Pengaruh Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Koloid Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Mataram Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Penelitian. Pusporini,
Sri.
2012.
Pembelajaran
Kimia
Berbasis
Problem
Solving
Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtuil Ditinjau Dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1 2012 (hal 34-43). Sastrika, Kadek. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 3 Tahun 2013. Syarifuddin, Soni. 2012. Implementation Of Guided-Inquiry Learning Model To
Promote Metacognitive Self-Regulation On Buffer Material For Student Grade XI-IPA 1 SMAN 1 Manyar Gresik. Unesa Journal of Chemical Education. Vol. 1, No. 1, pp. 211-219 Mei 2012.
Wahyudi, Lutfi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Terhadap Hasil Belajar di SMAN 1 Sumenep. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 02 Tahun 2013, 62 – 65. Wulandari, Dewi. 2013. Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol 1 No 1.