Pelaksanaan penggajian pegawai negeri sipil di pemerintah kota surakarta (tinjauan yuridis pelaksanaan pp no.9 tahun 2007 tentang perubahan kesembilan atas pp no.7 tahun 1977 tentang peraturan gaji pegawai negeri sipil)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Meynar Intan Hapsari E.003231
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
PERSETUJUAN
Penulisan Hukum ini (Skripsi) telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Pembimbing,
Waluyo, S.H., Msi NIP : 132092854
ii
PENGESAHAN
Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah diterima dan dipertahankan Oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari
:
Tanggal
:
DEWAN PENGUJI
1. ………………………….
DJOKO WAHJU W, S.H., M.S. Ketua
2. ………………………….
WALUYO, S.H., Msi Anggota
Mengetahui, Dekan
MOH. JAMIN,S.H., M.H. NIP. 131 570 154
iii
MOTTO
“Sebab barang siapa berseru kepada nama TUHAN, akan diselamatkan” (Roma 10 : 13)
Kesalahan terbesar yang dibuat manusia di dalam kehidupanya adalah terus menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat kesalahan. (Elbert Hubbard)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsiku
ini
penulis
persembahkan
untuk: §
Tuhan Yesus Kristus yang telah menuntun jalanku serta membimbing hidupku.
§
Ibu dan Ayahku tersayang dan tak tergantikan
§
Kakak-kakakku,
adekku,
dan
ponakanku tercinta §
Sahabat-sahabatku yang memberikan inspirasi
§
v
Masa Depanku
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur tak terhingga atas berkat dan karunia dari Tuhan YME penulis panjatkan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ( Skripsi ) dengan judul “PELAKSANAAN PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (Tinjauan Yuridis Pelaksanaan PP No.9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas PP No.7 Tahun 1977 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil).” Penulisan hukum (skripsi) ini, penulis membahas tentang bagaimana pelaksanaan pemberian gaji, hambatan-hambatan yang timbul dalam penggajian Pegawai Negeri Sipil, dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Penulisan Hukum ( Skripsi ) ini menemui berbagai rintangan, tantangan,dan hambatan yang harus penulis lewati dengan penuh kesabaran. Selanjutnya dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi ) ini. 2. Bapak Mohammad Adnan, S.H., selaku Pembimbing Akademik penulis, yang telah membimbing dan memberikan arahan sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan hukum ( skripsi ) ini. 3. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku pembimbing dalam penulisan hukum ( skripsi ) ini, yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya penulisan hukum ( skripsi ) ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS, yang telah memberikan ilmu kepada penulis sehingga dapat menjadi bekal dalam penulisan hukum ( skripsi ) ini. 5. Ayahanda Haryono dan Ibunda Anastasia Sri Hartati tersayang yang telah memberikan pelajaran hidup, bimbingan, doa, semangat, dan kasih sayangnya kepada penulis sampai saat ini.
vi
6. Seluruh keluarga penulis Mas Adrian Chris Darmawan dan Mbak Novita Santa Erika, Mas Mahmud Affandi Kurniawan dan Mbak Mutiara Dian Agustina beserta Kei Altantuya Kurniawan, dan adeku Tiffany Kusuma Augusta, terima kasih atas dukungan, doa, nasehat, arahan dan semangat kepada penulis selama ini. 7. Hendra Prihatino, S.H, yang telah memberikan dukungan, arahan, dan nasehat kepada penulis selama ini. 8. Saudara dan sahabatku : Kristiyani Asih Pratiwi, Rahayu Kusumo Wardhani, Andi Sasmito, dan Tyo Asmoro, yang telah memberikan pelajaran hidup sehingga penulis menjadi lebih dewasa. 9. Saudara-saudaraku di Fakultas Hukum UNS : Anna Yuliani, Maria Sanjaya, Dita Ayu Candrakinasih, Christina Wiwied, Fitri Aryanti, Prabarani Palma Pramitha, Heydi Rosiana Sitorus, Danang Vidri Aditya, Faris Danar, Bayu Adityo Nugroho, Erick Cristanto, Gana Renaldi Pascasurya, Toufik Muchtar, terima kasih atas suka duka dan semua kenangan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Sahabat-sahabatku di Unit Bola Basket UNS, terima kasih atas dukungannya selama ini kepada penulis. 11. Candra Asyari yang telah memberikan dukungan kepada penulis dengan menyediakan fasilitas komputer hingga penulisan hukum ini selesai. 12. Seluruh teman-teman di Fakultas Hukum UNS, khususnya angkatan 2003 yang tidak dapat penulis ungkapkan satu-persatu, terima kasih atas perhatiannya. Pada akhirnya bagi pihak-pihak yang belum bisa penulis ungkapkan di sini, penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuannya hingga penulisan hukum ( skripsi) ini selesai.
Surakarta, Desember 2007
Meynar Intan Hapsari
vii
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL.............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
MOTTO ...........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................................
xi
ABSTRAK .......................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
E. Metode Penelitian ..........................................................................
6
F. Teknik Analisis Data......................................................................
9
G. Sistematika Penulisan Hukum .......................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
12
A. Kerangka Teori ..............................................................................
12
1. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah .......................
12
2. Tinjauan tentang Keuangan Daerah.........................................
15
3. Tinjauan Umum tentang PNS ..................................................
17
4. Tinjauan Umum tentang Gaji PNS ..........................................
24
B. Kerangka Pemikiran.......................................................................
28
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
30
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...........................................................
30
viii
1. Tinjauan tentang Kota Surakarta..............................................
30
2. Tinjauan tentang Badan Pengelola Keuangan .........................
33
B. Pelaksanaan Penggajian PNS di Kota Surakarta............................
43
1. Dasar Hukum Penggajian PNS di Kota Surakartra..................
43
2. Keadaan PNS di Kota Surakarta ..............................................
47
3. Penggajian PNS di Kota Surakarta ..........................................
52
C. Hambatan
dalam
Pelaksanaan
Penggajian
dan
Upaya
Penyelesaiannya .............................................................................
60
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
62
A. Kesimpulan ....................................................................................
62
B. Saran...............................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Surar Ijin Penelitian dari Fakultas Hukum UNS Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Tabel Gaji PNS tahun 2007 Golongan I dan II ....................44
Tabel 2
Tabel Gaji PNS tahun 2007 Golongan III dan IV ............... 45
Tabel 3
Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Surakarta..................46
Tabel 4
Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan kepangkatan dan golongan...................................................47
Tabel 5
Data Jumlah PNS di Pemerintah Kota Suraklarta berdasarkan tingkat pendidikan................................................................49
xi
ABSTRAK MEYNAR INTAN HAPSARI, PELAKSANAAN PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PP NO.9 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PP NO.7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum ( Skripsi). 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimanakah pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta, hambatanhambatan yang timbul dari pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil, dan bagaimana cara mengatasi hambatan yang timbul dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan jenis penelitian empiris. Jenis dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.tenik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi di lapangan yang meliputi observasi dan wawancara serta studi kepustakaan. Kemudian teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif dengan model interaktif. Berdasar penelitian ini diperoleh hasil bahwa, Pertama, Pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997. Kedua, hambatan-hambatan yang timbul dalam penggajian Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah, pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga jangka waktu penyelesaian pembayaran gaji juga terlambat dari waktu yang ditentukan, sering terjadinya pergantian bendahara sehingga mengakibatkan kesalahapahaman mengenai aturan gaji, perubahan ketentuan gaji sering tidak tepat waktu karena turunnya SK sering terlambat, dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat turun sehingga pegawai negeri sipil yang seharusnya sudah pensiun masih menerima gaji seperti biasa sebelum di pensiun. Ketiga, Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah, diadakannya konsultasi antara Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan tentang bagaimana cara mengatasi data yang seharusnya telah lengkap ketika data itu sampai kepada bagian keuangan. Data yang disampaikan ke bagian keuangan oleh Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah harus benar, lengkap, serta valid agar dapat secara mudah diselesaikan oleh bagian keuangan tanpa harus dikembalikan lagi sehingga tidak ada keterlamabatan, Diadakan pembinaan-pembinaan secara berkala kepada bendaharaan gaji, dibentuknya aparat pengawas fungsional yang melakukan pengawasan atau pemeriksaan atau secara berkesinambungan terhadap pengelolaan gaji pegawai negeri sipil agar tidak terjadi suatu kekeliruan atau kecurangan agar tercipta suatu tertib administrasi, tertib penyaluran dan penggunaan dana serta tertib pertanggungjawaban yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang telah bergulir memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk dapat melakukan penyelenggaraan pemerintahan secara dinamis dan dapat disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan yang ada. Desentralisasi memberikan efisiensi secara tepat agar segala keputusan yang mutlak diperlukan dalam hal pembangunan daerah dapat langsung terlaksana tanpa harus menunggu keputusan dari pemerintah pusat sebagai sentral kekuasaan. Pemerintah pusat dalam hal ini akan berfungsi menyiapkan pedoman-pedoman umum yang dijadikan parameter bagi penyelenggaraan pemerintah daerah agar tidak menyimpang dari prinsip Negara Kesatuan. Disamping itu, dengan diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah maka tugas-tugas pemerintah akan dijalankan dengan lebih baik karena masyarakat di daerah sudah sangat memahami konteks kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Desentralisasi diyakini akan mencegah kepincangan dalam menguasai sumber daya yang dimiliki dalam sebuah Negara (Syaukani,2002:273). Desentralisasi atau otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijaksanaan nasional yang dapat mencegah kemungkinan terjadinya disintegerasi nasional. Otonomi Daerah juga merupakan sarana kebijakan yang secara politik ditempuh dalam rangka memelihara keutuhan Bangsa. Karena dengan otonomi akan memperkuat ikatan semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan diantara segenap warga bangsa ini. Dan diharapkan dapat menjadi solusi perkembangan pembangunan daerah sebagai bentuk kewenangan
pemerintah daerah dalam hal pelakasanaan
pemerintahan. Pelimpahan wewenang sebagai bentuk otonomi daerah diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat sebagai salah satu cara meningkatkan pelayanan dan pengelolaan pemerintahan. Menurut Ateng Syafruddin menegaskan: “Keharusan dalam segala organisasi ialah adanya hubungan1xiii
hubungan yang harmonis yang didasarkan kepada kepentingan-kepentingan yang diintegrasikan, untuk tujuan ini esensi pertama adalah hubungan kewajiban dan tugas yang diintegrasikan itu dipertimbangkan satu sama lain. Ini berarti bahwa koordinasi yang pekerjaan sehat. Ini semua dimungkinkan dalam organisasi yang sehat (Ateng Syafrudin,1976:77). Pembagian wewenang diharapkan menjadi jembatan penghubung antara tujuan pemerintah pusat yang dapat selaras dengan kondisi keuangan pemerintah daerah itu sendiri, karena itu diperlukan koordinasi yang dapat menyatukan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian dan kesinambungan antarbagian, agar tujuan penyelenggaraan pemerintah dapat berjalan dengan baik. Dalam pembagian kerja, tugas pekerjaan terpecah-pecah kedalam fungsifungsi tertentu dan masing-masing fungsi dilaksanakan oleh pejabat-pejabat tertentu.
Pembagian
kerja
mendorong
timbulnya
spesialisasi
yang
mengandung kemungkinan timbulnya perpecahan. Agar hal ini tidak terjadi, maka diperlukan koordinasi (Josef Riwu Kaho,2005:247). Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah sebagai bentuk desentralisasi tidak hanya mencakup pada kepentingan masyarakat umumnya tetapi secara khusus juga haruslah memberikan perubahan terhadap pegawai pemerintah daerah itu sendiri sebagai salah satu faktor pendukung pelaksana pembangunan daerah, mengingat suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Pasal 1 butir 5 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan”. Kewenangan daerah yang dimaksud adalah kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Dimana kewenangan bidang lain tersebut meliputi
xiv
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pemberdayaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang srategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Dalam upaya memberdayakan pemerintah daerah maka pemerintah pusat memberikan perubahan kewenangan, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan dan anggaran daerah adalah: a) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik. Hal ini tidak terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyrakat pada pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah. b) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, Kepala Daerah, dan PNS Daerah, baik rasio maupun pertimbangannya. c) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan anggaran multitahunan. d) Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional ( Mardiasmo,2002:9-10). Jenis-jenis kewenangan tersebut diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Wewenang Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Wewenang pemerintah daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tersebut salah satunya adalah wewenang dalam bidang politik dalam negeri dan administrasi publik. Dalam bidang administrasi publik, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam pengelolaan gaji pegawai negeri sipil di daerahnya. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa dalam rangka mewujudkan otonomi di bidang Administrasi Pengelolaan Gaji PNS, maka pemerintah pusat telah menyerahkan Administrasi Pengelolaan Gaji PNS kepada pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota. Masalah gaji merupakan hal yang sensitif dan mempunyai dampak politis yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan, oleh karena itu masalah gaji memerlukan penanganan yang
xv
baik, tertib, dan teratur pada setiap bagian yang terkait, baik pada Bagian Kepegawaian sebagai sumber data maupun pada Bagian Keuangan yang merupakan unit dalam menangani Administrsi Pengelolaan Gaji PNS. Seperti yang kita ketahui bahwa Pegawai Negeri Sipil yang mana mereka ini merupakan pelaksana pemerintah yang bekerja sesuai dengan bidang masingmasing berdasar suatu peraturan yang telah ditetapkan, yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan terdiri atas berbagai jabatan, yang meliputi : jabatan struktural, jabatan fungsional, serta jabatan/pejabat negara tertentu. Untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan Pegawai Negeri, dalam Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Undangundang nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian ditegaskan bahwa Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya. Untuk itu Negara dan pemerintah wajib mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang layak kepada Pegawai Negeri. Berdasarkan uraian diatas, maka Pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di daerahnya. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan penggajian PNS tersebut,
maka
penulis
“PELAKSANAAN
mengadakan
PENGGAJIAN
penelitian
PEGAWAI
dengan
NEGERI
judul
SIPIL
DI
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA (Tinjauan Yuridis Pelaksanaan PP No.9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas PP No.7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegewai Negeri Sipil)
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan secara jelas, maka penulis mengambil rumusan permasalahan yang akan dibahas, yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta?
xvi
2. Apakah hambatan-hambatan yang timbul dari pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta dan bagaimana upaya penyelesaiannya?
C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Tujuan dalam suatu penelitian menunjukkan kualitas dan nilai penelitian tersebut. Berdasarkan atas latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta. b. Mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dari pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta dan upaya-upaya penyelesaiannya. 2. Tujuan Subyektif a. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap penerapan teori-teori yang penulis terima selama menempuh kuliah dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat. b. Memperoleh data yang lebih lengkap dan jelas sebagai bahan untuk menyusun penulisan hukum, sebagai persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Didalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari adanya penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya Hukum Administrasi Negara.
xvii
b. Menambah referensi bagi penelitian berikutnya. c. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya ilmiah yang tujuannya juga untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dibidang hukum. 2. Manfaat Praktis a. Lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus
untuk
mengetahui
kemampuan
penyusunan
dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
E. Metodologi Penelitian Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak yang harus ada didalam
penelitian
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
Untuk
mempermudah dalam memilih metode yang digunakan hendaklah jelas aspekaspek yang akan diungkapkan. Hal ini biasanya ditentukan terlebih dahulu mengenai karakteristik dari suatu disiplin. Menurut Soerjono Soekamto metode berarti “jalan ke” namun menurut kebiasaan, metode dirumuskan dengan kemungkinan sebagai berikut : 1. Suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian 2. Suatu teknik yang umum dan suatu ilmu pengetahuan 3. Cara tertentu untuk melakukan prosedur (Soerjono Soekamto, 1986:5). Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor penting yang menunjang suatu proses penelitian yaitu berupa penyelesaian suatu permasalahan yang akan diteliti dimana metode penelitian merupakan cara utama yang bertujuan untuk mencapai tingkat penelitian, jumlah dan jenis yang akan dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan klasifikasi yang akan didasarkan pada pengalaman dapat ditentukan jenis penelitian (Winarno Surakhrnad, 1992 ; 130). Pengertian
metode
sendiri
adalah
usaha
untuk
menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1994:4), dengan demikian
xviii
pengertian metode sebenarnya adalah cara bagaimana penelitian akan dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka hal-hal yang menyangkut metode penelitian dalam penulisan hukum ini, penulis menguraikan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian hukum dengan menggunakan jenis penelitian empiris yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang tata kerjanya memberikan data seteliti mungkin tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas manusia, sifat-sifat, hasil karya manusia, keadaan dan gejala-gejala lainnya (Soerjono Soekanto, 1984:10). 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta khususnya di Kantor Pengelola Keuangan Daerah dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Nomor 2 Surakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dipertimbangkan karena instansi-instansi tersebut cukup memiliki data yang penulis butuhkan guna menunjang penelitian ini. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, atau melalui penelitian di lapangan. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pejabat-pejabat terkait di lingkungan di Pemerintah Daerah Kota Surakarta. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang berisi keterangan tambahan maupun keterangan pendukung. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui kajian-kajian pustaka, tulisan-tulisan ilmiah, dan literatur-literatur lain yang mendukung.
xix
4. Sumber Data Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan arah penelitian ini, sumber data diambil dari : a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti yang diperoleh dengan tanya jawab atau wawancara yaitu Pegawai Kantor Keuangan Daerah dan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah. Permasalahan yang diteliti berupa datadata, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung di lapangan mengenai permasalahan yang diteliti. b. Sumber Data Sekunder 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari : (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang PokokPokok Kepegawaian. (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. (3) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. (4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. 2) Bahan Hukum Sekunder, meliputi bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti bahan-bahan kepustakaan, dokumen, arsip negara, artikel, jurnal, makalah, majalah serta surat kabar. 3) Bahan Hukum Tersier, adalah informasi, petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya
xx
adalah kamus, enslikopedia, indeks komulatif dan seterusnya (Soerjono Soekanto, 1980:52). 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk pengumpulan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Studi Lapangan Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke obyek penelitian untuk mengadakan pengamatan secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh data yang valid. b. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan sumber data yang bersangkutan dalam hal ini Pegawai Kantor Pengelola Keuangan Daerah dan Pegawai Dinas Pendapatan Daerah. c. Studi Pustaka Teknik Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data melalui membaca, mengkaji dan menganalisis isi serta membuat catatan dari buku-buku, dokumen, jurnal dan lain-lain yang bertujuan untuk mendapatkan data sekunder.
F. Analisis Data Dalam analisis data ini penulis menggunakan pendekatan secara kualitatif, pengertian analisis kualitatif adalah cara pemilihan yang menghasilkan data deskriptif analisis, yakni apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari secara utuh (Soerjono Soekamto, 1984:20) Penulis memperoleh data dari responden secara tertulis maupun lisan, kemudian dikumpulkan, selanjutnya dianalisa secara kualitatif. Langkah berikutnya dicari hubungan dengan data yang ada dan disusun secara logis dan
xxi
sistematis, sehingga diperoleh gambaran secara jelas tentang pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta. Adapun dalam penulisan ini, penulis menggunakan analisis kualitatif. Dibawah ini disajikan skema dari model analisis data tersebut. Pengumpulan Data
Reduksi Data
Pengujian Data
Penarikan Kesimpulan/ Vertifikasi (HB Sutopo, 2002:91-96) Gambar 1. Teknik Analisis Data Dari bagan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Reduksi Data Merupakan
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
kepada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. b. Penyajian Data Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. c. Penarikan Kesimpulan Dalam mengumpulkan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasikonfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposi.
xxii
G. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan, maka diperlukan suatu sistematika penulisan hukum. Sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika skripsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang Tinjauan umum tentang Pemerintahan Daerah, Tinjauan Tentang Keuangan Daerah, Tinjauan umum tentang Pegawai Negeri Sipil, Tinjauan umum tentang gaji Pegawai Negeri Sipil.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat tentang Deskripsi Lokasi Penelitian, Pelaksanaan Penggajian Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta, dan hambatan dan penyelesaiannya terhadap masalah yang timbul dalam proses pelaksanaan penggajian tersebut.
BAB IV
PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis menarik suatu kesimpulan secara singkat dan jelas untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan pembahasan dan selanjutnya penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai solusi/upaya pemecahan masalah dalam skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xxiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerangka Teori a. Tinjauan Umum tentang Pemerintahan Daerah 1) Pengertian Otonomi Daerah Negara Republik Indonesia sebagai suatu negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Otonomi daerah adalah kewenangan mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah pusat (central government), melainkan juga oleh kesatuankesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelftanding), bersifat otonomi (Bagir Manan, 2000:7). Pelaksanaan otonomi daerah akan membawa efektivitas dalam pemerintahan, sebab wilayah Negara itu pada umumnya terdiri dari berbagai satuan daerah yang masing-masing memiliki sifat-sifat khusus tersendiri yang disebabkan oleh faktor-faktor geograis(keadaan tanah, iklim, flora, fauna, adat-istiadat, kehidupan ekonomi, dialek, bahasa, tingkat pendidikan). Menurut UU No. 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah kewenangan
daerah
otonom
kepentingan
masyarakat
untuk
setempat
mengatur menurut
dan
mengurus
prakarsa
sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dari pengertian di atas jelas bahwa pemerintah daerah dapat menggunakan wewenangnya untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya, tetapi dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh
xxiv 12
undang-undang. Untuk mengetahui batas-batas urusan rumah tangga daerah ada 3 teori yaitu : a. Otonomi Materiil Otonomi materiil mengatur mengenai urusan rumah tangga pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengenai batas-batas kewenangannya dalam undang-undang pembentukan daerah. b. Otonomi Formil Otonomi ini tidak ada pembatasan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya. Daerah diberikan kebebasan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya untuk kepentingan daerahnya untuk kemajuan dan perkembangan daerah. Akan tetapi daerah tidak dapat mengatur urusan yang telah diatur oleh undang-undang yang ada diatasnya atau bertentangan dengan kepentingan umum. c. Otonomi Riil Sistem ini merupakan campuran dari otonomi materiil dan otonomi formil. Undang-undang pembentukan daerah, pemerintah, pusat menentukan urusan-urusan yang. dijadikan ketentuan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Urusan rumah tangga tersebut disesuaikan dengan kesanggupan dan kemampuan daerah itu sendiri (Sujamto, 1979-1980:15-16). Berdasarkan uraian di atas, maka penyelenggaraan di daerah
berasaskan
desentralisasi
yaitu
penyerahan
wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI. Dalam hal ini yang dianut adalah otonomi formil karena daerah diberikan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya, untuk kepentingan daerahnya, dan kemajuan serta perkembangan daerah. 2) Prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah Selanjutnya dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dikatakan bahwa : Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
xxv
arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan
dalam
Undang-Undang
ini.
Daerah
mempunyai
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang berujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benarbenar sejalan dengan tujuan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal ini tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
xxvi
b. Tinjauan Tentang Keuangan Daerah 1) Dalam Pasal 155 Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa : a) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah. b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah di daerah didanai dari dan atas bebean anggaran pendapatan dan belanja negara. c) Administrasi pendanaan penyelanggaran urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Dalam
penjelasan
Undang-Undang
No.32tahun
2004
dijelaskan bahwa penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana
secara
optimal
apabila
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimana besarnya disesuiakan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa; kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada didaerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk mengelola kekayan daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Dengan
xxvii
pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya pemerintah menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi”. Di dalam Undang-undang mengenai keuangan negara, terdapat penegasan dibidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari Presiden sebagian diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekeayaan daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada, pengaturan pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dengan demikian pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan dearah, yaitu dalam Undang-undang mengenai pemerintahan daerah. 2) Dalam pasal 157 Undang-Undang No.32 tahun 2004 bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas : a) Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD yaitu : 1. Hasil pajak daerah; 2. Hasil retribusi daerah; 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4. Lain-lain PAD yang sah. b) Dana perimbangan 1. Antara pajak umum dengan pajak daerah terutama mengenai asas-asas umumnya tidak ada perbedaan yang begitu prinsip, hanya dalam pajak umum mempunyai fungsi mengatur sedangkan dalam pajak daerah mempunyai asas yang menyatakan pungutan pajak daerah tidak boleh menjadi hambatan keluar masuknya atau pengangkutan barang (juga orang) dari atau kedalam wilayah.
xxviii
Sumber pungutan pajak negara relatif tidak terbatas sedangkan obyek daripada daerah terbatas jumlahnya dalam arti bahwa obyek pajak yang telah dipungut oleh negara tidak boleh dipergunakan lagi, karena akan dapat memberatkan wajib pajak dalam hal pajak ganda itu diberitahukan maka daerah hanya dapat memungut tambahan atas pajak tersebut. Lapangan pajak daerah adalah lapangan obyek pajak yang belum dipungut oleh pemerintah. Dasar hukum dalam penarikan pajak daerah ialah Undangundang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah adalah pajak yang ditarik dipungut dan masuk kas pemerintah daerah yang penarikannya dan pemberlakuannya harus berdasarkan Peraturan Perundangundangan daerah yaitu pemerintah daerah yang berhak, memungut pajak daerah adalah yang mempunyai hak mengurus rumahtangga sendiri. 2. Dana perimbangan
adalah
dana
yang bersumber dari
penerimaan APBN yang diaplikasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Undang-undang No.33 tahun 2004 pasal 10 ayat (1) bahwa dana perimbangan terdiri atas : a. Dana bagi hasil; b. Dana alokasi umum; c. Dana alokasi khusus. c) Lain-lain pendapatan yang sah terdiri atas hibah dan pendapatan dana darurat.
c. Tinjauan Umum tentang Pegawai Negeri Sipil 1) Kedudukan Pegawai Negeri Sipil Kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan menentukan, karena pegawai negeri sipil adalah aparatur negara, abdi
xxix
negara dan abdi masyarakat, serta sebagai pelaksana pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, menurut penelitian M. Zikri Ks di
Sumatera
Selatan
menunjukan
bahwa
mentalitas
pejabat
memainkan peranan yang sangat besar dalam menentukan berhasil tidaknya pemerintah menjalankan tugasnya (M. Zikri. Ks, 1970:45). Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya antara lain tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri sipil. Dalam rangka mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri sipil yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdaya guna, berhasil guna, bersih, berkualitas tinggi, dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, abdi masyarakat. Untuk mewujudkan pegawai negeri sipil sebagai yang dimaksud diatas, maka pegawai negeri sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya. Dalam melaksanakan pembinaan aparatur negara antara lain pegawai negeri sipil, telah diatur dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian: Dalam Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan: a. Pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan dan memberhentikan
xxx
Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pejabat
negara
adalah
pimpinan
dan
anggota
lembaga
tertinggi/tinggi Negara sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Dasar 1945 dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan dalam undang-undang. d. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Jabatan negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk didalamnya jabatan kesekretariatan lembaga tertinggi atau tinggi negara, dan jabatan kepaniteraan pengadilan. f. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat diduduki Pegawai Negeri Sipil setelah memenuhi syarat yang ditentukan. g. Jabatan organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada satu satuan organisasi pemerintah. Dikemukakan pada Bab II Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa Pegawai Negeri terdiri dari : a. Pegawai Negeri Sipil; b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil terdiri pula dari : a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; b. Pegawai Negeri Sipil Daerah. Disamping pegawai negeri sebagaimana dimaksud diatas pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri
Sipil
Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota
xxxi
yang
gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan diluar instansi induknya. Kedudukan pegawai negeri sipil dalam pemerintahan diatur dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang ini menyatakan bahwa pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. 2) Penggolongan Pegawai Negeri Sipil Peraturan
Pemerintah
Nomor
3
tahun
1980
tentang
pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil menetapkan bahwa setiap pegawai negeri sipil diangkat dalam pangkat tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1). Kenaikan pangkat merupakan penghargaan yang diberikan atas pengabdian pegawai negeri sipil yang bersangkutan terhadap negara (pasal 2). Berdasar Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1980 bahwa pangkat-pangkat yang dapat diberikan untuk pengangkatan pertama adalah : a. Juru muda golongan ruang I/a bagi mereka yang sekurangkurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Dasar b. Juru muda tingkat I golongan ruang I/b bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama atau Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah. Kejurusan Tingkat Pertama 3 tahun. c. Juru golongan ruang I/c bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Pertama 4 tahun. d. Pengatur muda golongan ruang II/a bagi mereka yang sekurangkurangnya memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah
xxxii
Menengah Umum Tingkat Atas, Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Kejurusan Tingkat Atas Non Guru 3 tahun. Ijazah Diploma I, Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Kejuruan Tingkat Atas Non Guru 4 tahun, Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Menengah Kejurusan Tingkat Atas Guru 3 tahun atau Akta I. e. Pengatur muda tingkat I golongan ruang II/b bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki Ijasah Sarjana Muda, ijasah Diploma II, Ijasah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijasah Diploma III, Ijasah Akademik, Ijasah Bakaloreat, Akta II, atau Ijasah Diploma III Politeknik. f. Pengatur golongan ruang II/c bagi mereka yang sekurangkurangnya memiliki Akta III. g. Penata muda golongan ruang III/a bagi mereka yang sekurangkurangnya memiliki Ijasah Sarjana, Ijasah Dokter, Ijasah Apoteker, Ijasah Pasca Sarjana, Ijasah Spesialis I atau Akta IV. h. Penata muda tingkat I golongan ruang III/b bagi mereka yang sekurang-kurangnya memiliki Ijasah Doktor, Ijasah Spesialis II, Akta V atau memperoleh gelar doktor dengan mempertahankan disertasi pada suatu perguruan tinggi negeri yang berwenang. 3) Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil Pada Bab II Undang-Undang No.43 Tahun 1999: - Pasal 4 : Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. - Pasal 5 : Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab.
xxxiii
- Pasal 6 : (1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan. (2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-Undang. Selain kewajiban yang dimuat
di dalam pasal 4 Undang-
Undang No. 43 Tahun 1999, yang merupakan perubahan atas pasal tersebut Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 dan dengan masih memberlakukan kewajiban lain yang termuat dalam pasal 5 dan pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tersebut maka diberlakukan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Bagi Pegawai Negeri Sipil diwajibkan : a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah; b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau kepentingan diri sendiri,serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri, atau pihak lain; c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat negara, pemerintah, dan pegawai negeri sipil; d. Mengangkat dan mentaati sumpah/janji pegawai negeri sipil, sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya; f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasanya maupun yang berlaku secara umum; g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tangung jawab;
xxxiv
h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara; i.
Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;
j.
Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan pemerintah/negara, terutama dibidang keamanan, keuangan, materiil;
k. Mentaati ketentuan jam kerja; l.
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;
m. Menggunakn dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing; o. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahanya; p. Membimbing bawahanya dan melaksanakan tugasnya; q. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahanya; r. Mendorong bawahanya untuk meningkatkan prestasi kerjanya; s. Memberikan
kesempatan
kepada
bawahanya
untuk
mengembangkan kariernya; t.
Mentaati peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;
u. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan terhadap atasanya; v. Hormat menghormati antara sesama warganya yang memeluk Agama/Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan; w. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;
xxxv
x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku; y. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin. - Pasal 7 :
(1) Setiap pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tangungjawabnya; (2) Gaji yang diterima Pegawai Negeri harus mampu memacu
produktivitas
dan
menjamin
kesejahteraannya; (3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peratuaran Pemerintah.
Mengenai hak Pegawai Negeri yang lain, telah diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1974 yang terdapat dalam : - Pasal 8 : Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. - Pasal 9 : (1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibanya, berhak memperolah perawatan; (2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan
tugas
kewajibannya
yang
mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
ataupun
juga,
berhak
memperoleh
tunjangan; (3) Setiap Pegawai Negeri ytang tewas, keluarganya berhak memeperoleh uang duka.
xxxvi
- Pasal 10 : Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syaratsyarat yang ditentukan, berhak atas pensiun.
d. Tinjauan Umum Tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil 1) Pengertian Gaji Pegawai Ada berbagai rumusan mengenai pengertian gaji, diantaranya seperti yang diuraikan di bawah ini : a. Menurut Hadi Poerwono, memberikan definisi gaji sebagai berikut: Gaji ialah jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu (Hadi Poerwono, 1983:186) b. Sedangkan menurut Dewan Penelitian Perburuhan Nasional, memberikan definisi gaji sebagai berikut : gaji ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa-jasa yang telah dan akan dilakukan berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidupnya yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan Undang-Undang dan peraturan, kemudian dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. 2) Gaji Pegawai - Yang dimaksud dengan gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan yang ada hubungannya dengan gaji ialah penghasilan yang diterima oleh calon pegawai/pegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. - Gaji pegawai terdiri dari: 1. Gaji Pokok Yang dimaksud dengan gaji pokok ialah gaji yang diberikan kepada calon pegawai/ pegawai negeri yang diangkat dalam
xxxvii
suatu pangkat atau masa kerja golongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Selain gaji pokok pegawai negeri berhak memperoleh tunjangan tertentu, antara lain: a. Tunjangan isteri/suami Yang dimaksud dengan tunjangan isteri/suami ialah tunjangan yang diberikan kepada calon pegawai/pegawai negeri yang beristeri/suami; b. Tunjangan anak Yang dimaksud dengan tunjangan anak ialah tunjangan yang diberikan kepada calon pegawai/pegawai negeri yang mempunyai anak (anak kandung, anak tiri, dan anak angkat) yang belum mencapai umur 18 tahun (sejak 1 April 1980, 21-25 tahun), tidak atau belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan tersendiri serta nyata menjadi tanggungan
calon
pegawai/pegawai
negeri
yang
bersangkutan. Tunjangan anak diberikan sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) anak. Apabila anak melanjutkan kuliah maka tunjangan anak diberikan sampai anak mencapai umur 25 tahun, namun apabila anak tidak melanjutkan kuliah maka tunjangan anak diberikan sampai anak tersebut mencapai umur 21 tahun. c. Tunjangan jabatan Yang dimaksud dengan tunjangan jabatan ialah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang menjabat jabatan tertentu menurut ketentuan yang berlaku. 1) Tunjangan
Jabatan
Struktural
adalah
tunjangan
jabatanyang diberikan kepada PNS yang menjabat pada jabatan Struktural pada Sekretariat Daerah, Dinas Dearah, dan Lembaga Teknis Daerah lainnya.
xxxviii
2) Tunjangan Jabatan Fungsional adalah tunjangan jabatan yang diberikan kepada PNS yang menjabat jabatan fungsional
sebagaimana
diatur
dalam
Keputusan
Menteri yang membidangi Pendayagunaan Aparatur Negara. d. Tunjangan Beras Tunjangan yang diberikan kepeda semua jiwa atau semua orang yang masuk dalam daftar gaji pegawai negeri. e. Tunjangan khusus PPh Pasal 21 f. Tunjangan umum Tunjangan yang diberikan kepada pegawai yang tidak mendapat tunjangan jabatan fungsional maupun tunjangan jabatan struktural. Tunjangan yang diberikan kepada staff. 3. Tambahan kesejahteraan Pegawai Negeri Tambahan kesejahteraan Pegawai Negeri ini berupa Iuran Askes yang tidak diterimakan secara langsung namun berwujud perbaikan pelayanaan kesehatan oleh PT. Askes. - Besarnya gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan yang ada hubungannya dengan gaji: 1. Gaji pokok besarnya sesuai dengan masa kerja, pangkat, golongan serta ruang gaji menurut ketentuan yang berlaku; 2. Tunjangan isteri/suami sebesar 10% dari gaji pokok; 3. Tunjangan anak sebesar 2% dari gaji pokok; 4. Tunjangan jabatan struktural dan jabatan fungsional sebesar menurut ketentuan yang berlaku; 5. Tunjangan beras Tunjangan beras diberikan kepada 1 jiwa dalam daftar gaji Pegawai Negeri, tiap jiwa mendapatkan 10 kilogram beras dan tiap satu kilogramnya seharga Rp.3848,- . 6. Tunjangan khusus PPh Pasal 21sebesar 5% daru gaji pokok; 7. Tunjangan Umum
xxxix
Jumlah Tunjangan umum: a. Golongan I sebesar Rp. 175.000,b. Golongan II sebesar Rp. 180.000,c. Golongan III sebesar Rp.185.000,d. Golongan IV sebesar Rp. 190.000,8. Tambahan Kesejahteraan Pegawai Negeri Iuran Askes dari APBD sebesar : 2% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga Jumlah pada huruf
a s/d e diatas,dikurangi potongan-
potongan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Apabila kedua-duanya
pegawai
negeri,
tunjangan-tunjangan
tersebut
dibayarkan kepada yang gaji pokoknya lebih tinggi dan dapat dirubah atas dasar kesepakatan bersama. - Potongan-potongan dalam gaji pegawai negeri : 1. IWP (Iuran Wajib Pegawai) IWP sebesar : 10% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga Perincian : a. Iuran Pensiun
: 4,75%
b. Iuran Taspen
: 3,25%
c. Askes
: 2%
Jumlah
.
:10%
2. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 gaji sebesar : 5% x Gaji Pokok + Tunjangan Keluarga Merupakan subsidi dari pemerintah. 3. Taperum (Tabungan Perubahan) Jumlah Taperum pergolongan : a. Golongan I sebesar Rp. 3.000,b. Golongan II sebesar Rp. 5.000,c. Golongan III sebesar Rp. 7.000,-
xl
d. Golongan IV sebesar Rp. 10.000,4. Lain-lain potongan lainnya kepada Negara sepanjang tidak menyimpang dari Peraturan yang berlaku. 3) Dasar hukum penggajian Pegawai Negari Sipil di Surakarata Guna
mendukung
penyelenggaraan
Otonomi
Daerah
diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta suatu perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lainlain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari bagian daerah dari sumber pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam serta dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana perimbangan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, mengingat tujuan masing-masing jenis sumber tersebut saling mengisi dan melengkapi. Adapun dasar hukum yang dipergunakan dalam rangka pengelolaan sumber keuangan daerah, dapat disajikan sebagai beriku : a. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. Undang-Undang
Nomor
33
tahun
2004
tentang
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.
xli
c. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang perubahan kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
xlii
2. Kerangka Pemikiran NEGARA
PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH DAERAH
Pegawai Negeri Sipil
PNS PUSAT
PNS DAERAH Dasar Hukum Sistem Penggajian PNS di Surakarta
1. UU No. 32 / 2004 2. UU No. 33 / 2004 3. UU No. 43 / 1999 4. PP No. 9 / 2007
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Republik Indonesia (RI) adalah negara kesatuan yang menggunakan sistem desentralisasi. Susunan organisasi RI terdiri dari dua susunan utama, yaitu : susunan organisasi negara Tingkat Pusat dan Tingkat Daerah. Sebagai konsekuensi sistem desentralisasi, tidak semua urusan pemerintahan diselanggarakan sendiri oleh Pemerintah Pusat. Berbagai urusan pemerintahan dapat diserahkan atau dilaksanakan atas bantuan satuan-satuan
xliii
pemerintahan yang lebih rendah dalam bentuk otonomi atau tugas pembantuan. Susunan Pemerintahan Tingkat Pusat diatur dalam UUD dan dalam berbagai peraturan perundang-undangan lainnya. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangga daerah. Dan terhadap urusan pemerintahan yang diserahkan itu, daerah mempunyai kebebasan untuk mengatur dan mengurus sendiri dengan pengawasan dari pemerintah pusat atau satuan pemerintahan yang lebih tinggi tingkatannya dari daerah yang bersangkutan. Untuk menjalankan satuan pemerintahan dibutuhkan para petugas publik atau aparatur negara yang dalam hal ini adalah para pegawai negeri. Pada umumnya pejabat publik berstatus pegawai negeri namun tidak semua pejabat publik berstatus pegawai negeri, seperti halnya pemegang jabatan dari suatu jabatan negara. Pegawai Negeri Sipil yang merupakan pejabat publik atau aparatur negara mempunyai beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas sebagai abdi negara, abdi masyarakat. Salah satu kewajiban pegawai negeri sipil adalah melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaikbaiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab. Sebagai timbal balik dari kewajiban yang telah dilaksanakan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat para aparatur negara dalam hal ini pegawai negeri sipil mendapatkan suatu hak yang berupa pemberian gaji.
xliv
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Tinjauan tentang Kota Surakarta Kota Surakarta atau yang dikenal juga dengan sebutan Kota Solo merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak di antara 110 45’ 15”-110 45’ 35’’ Bujur Timur dan 70’ 36”-70’ 56” Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tga) aliran Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe. Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kbupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan. Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2005 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita. Sex rationya 96,06 yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 laki-laki. Angka ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2005 jika disbanding dengan jumlah penduduk tahun 2000 hasil sensus yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 5 tahun mengalami kenaikan sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Di Kota Surakarta terdapat 2 Perguruan Tinggi Negeri dan sekitar 24 Perguruan Tinggi Swasta. Pendidikan Menengah meliputi 8 SMA Negeri dan 27 SMP Negeri. Keberadaan Insitusi Pendidikan ini
xlv 33
menunjukan bahwa Kota Surakarta telah memiliki infrstruktur pendidikan yang relatif lengkap sehingga layak untuk disebut sebagai Kota Pendidikan juga. Aset pendidikan tersebut merupakan sarana dan prasarana yang penting bagi penyediaan sumberdaya manusia (SDM) unggul. Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas SDM. Indikator utama derajad kesehatan penduduk adalah angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi baru lahir (AKB) dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI). Angka rata-rata harapan hidup adalah 68 tahun bagi pria dan 72 tahun bagi wanita. Angka Kematian Bayi Lahir (AKB) 18,35 perseribu kelahiran, sedang angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) 11 perseribu kelahiran. Selain itu, status gizi baik telah mencapai 91,8%. Meningkatnya angka harapan hidup serta rendahnya angka AKBdan AKI tersebut mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan gizi daerah. Kondisi ini sangat kondusif bagi kelangsungan pembangunan. Sebagai Kota Budaya, warga kota selalu mengedepankan dan menjunjung tinggi perilaku budaya yang mengutamakan tata nilai kehidupan yang adiluhung, yaitu menempatkan orang lain pada posisi yang setara atau menyikapi orang lain sebagai pihak yang memiliki peran penting bagi orang lain. Falsafah kehidupan ini digunakan Pemerintah Kota Surakarta sebagai strategi pendekatan pembangunan maupun pelayanan publik dan kerjasama antar daerah. Strategi pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan pola pembangunan partisipatif, dilaksanakan melalui forum musyawarah yang diselenggarakan sendiri oleh masyarakat, sedang pemerintah hanya memfasilitasi. Jenis dan tahapan musyawarah untuk agenda pembangunan kota adalah Muskelbang (tingkat Kelurahan), Muscambang (tingkat Kecamatan), dan Muskotbang (tingkat Kota). Sedang kerjasama antar daerah dilakukan sebagai upaya mensinergikan potensi-potensi Kota/Kabupaten disekitar Kota Surakarta. Sejarah kelahiran Kota Surakarta dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi
xlvi
pemberontakan Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu kerebat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan
kerjasama
dengan
Belanda.
Salah
satu
pendukung
pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo (RM Said) yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Peku Buwono mengungsi ke daerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo). Dengan bantuan pasukan kompeni di bawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan
Paku
Buwono
II lalu
memerintahkan
Tumenggung
Tirtowiguno, Tumengung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru. Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala, sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak itulah, desa sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran), juga oleh kolonialisme Belanda (Benteng Verstenberg). Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gede Harjonagoro. Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus
menghapus
kekuasaan
Kerajaan
Kasunanan
dan
Mangkunegaran. Secara Yuridis Kota Surakarta terbentuk tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta.
xlvii
2. Tinjauan tentang Badan Pengelola Keuangan Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Keberadaaan badan teknis yang memiliki tugas untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah, sangat urgen dalam rangka menyelenggarakan urusan-urusan di bidang keuangan, termasuk dalam hal pengelolaan penggajian PNS di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta. Bagian keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang mempunyai tugas dan fungsi dalam hal pengelolaan keuangan Daerah, menempatkan dan mengatur susunan organisasi kelembagaannya, terdiri dari: a. Kepala; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Anggaran Rutin; d. Seksi Anggaran Pembangunan; e. Seksi Perbendaharaan; f. Seksi Pembukuan; g. Seksi Verifikasi. Berdasarkan kedudukan dari masing-masing organ pemerintahan dilingkungan badan keuangan daerah Kota Surakarta sebagaimana disebutkan di atas, masing-masing memiliki tugas dan fungsi, yaitu: a. Kepala Kantor mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan keuangan daerah. Uraian tugas yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1)
Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan Kantor sesuai dengan Program Pembangunan Daerah;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas;
3)
Memberi petunjuk danarahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
xlviii
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan danhambatan serta memberikan jalan keluranya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secaraperiodik guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Menyiapkan bahan penyusunan dan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
8)
Mengendalikan kelancaran Pengelolaan Keuangan Daerah;
9)
Menyusun perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atas dasar analisa pelaksanaan Anggaran Pendaptan dan Belanja Daerah sebagai bahan pertangungjawaban penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah;
10) Menyusun neraca daerah dan aliran kas daerah; 11) Mengusahakan kas daerah untuk mendapatkan nilai tambah; 12) Menyelenggarakan urusan tata usaha Kantor; 13) Menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional; 14) Menyelenggarakan system jaringan dokumentasi dan informasi hokum; 15) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 16) Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat serta membuat laporan berkala dan tahunan; 17) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran dalam pelaksanaan tugas; 18) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 19) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
xlix
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, kepegawaian dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor. Uraian tugas dimaksud, antara lain: 1)
Menyusun program dan rincian kerja bagian Tata Usaha berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan kanor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemerataan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Mengelola perlengkapan
administrasi kantor,
surat-menyurat, rumah
tangga,
peralatan perjalanan
dan dinas,
dokumentasi, dan perpustakaan serta hubungan masyarakat dan protokol; 8)
Mengelola administrasi kepegawaian meliputi pengangkatan, kenaikan pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun, kenaikan gaji berkala, dan tunjangan serta presensi atau daftar hadir pegawai;
9)
Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon peserta ujian dinas pegawai;
10) Mengusulkan permohonan ijin dan tugas belajar; 11) Memproses permohonan cuti dan mengusulkan permohonan kartu pegawai, kartu istri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun serta kartu asuransi kesehatan;
l
12) Menyiapkan dan memproses Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P) 13) Memproses laporan perkawinan, ijin perkawinan dan perceraian; 14) Mengelola administrasi keuangan meliputi penyusunan rencana anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan Daerah (DUKDA)
dan
Daftar
Usulan
Proyek
Daerah
(DUPD),
penyusunan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA) dan Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) serta penyusunan perubahan dan perhitungan anggaran; 15) Melaksanakan pembuatan daftar gaji dan pembayaran gaji pegawai; 16) Mengkoordinasikan administrasi keuangan, anggaran rutin, dan pembangunan serta melakukan pengawasan laporan administrasi keuangan
bendahara
rutin
dan
pembangunan
dengan
membubuhkan paraf; 17) Melaksanakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum; 18) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyipakan bahan petunjuk pemecahan permasalahan; 19) Melaksanakan tertib administrasiserta membuat laporan berkala dan tahunan; 20) Melaksanakn koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 21) Memberikan usul dan saran kepada atsan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 22) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 23) Melaksanakan tugas lain yang biberikan oleh atasan; c. Kepala Seksi Anggaran Rutin mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengendalian Anggaran Belanja Rutin Daerah sesuai dengan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Kepala Kantor. Uraian Tugas dimaksud, sebagai berikut:
li
1)
Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Anggaran Rutin berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemeretaan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Meneliti Surat Permintaan Pembayaran (SPP)Anggaran Rutin;
8)
Mengumpulkan, menyusun, dan menyebarluaskan petunjuk teknis pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
9)
Mengumpulkan bahan-bahan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
10) Menyiapkan
nota
keuangan
beserta
lampirannya
untuk
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 11) Mengumpulkan bahan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 12) Menyiapkan nota keuangan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 13) Menerbitkan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA); 14) Menyiapkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) belanja rutin; 15) Mengelola administrasi pinjaman daerah; 16) Mengelola gaji pegawai; 17) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 18) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan;
lii
19) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 20) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 21) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 22) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. d. Kepala
Seksi
Anggaran
Pembangunan
mempunyai
tugas
melaksanakan pengelolaan dan pengendalian Anggaran Belanja Pembangunan Daerah sesuai dengan kebijakan teknis yang di tetapakan oleh Kepala Kantor. Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut: 1)
Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Anggaran Penbangunan berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemeretaan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Meneliti
Surat
Perminaan
Pembayaran
(SPP)
Belanja
Pembangunan; 8)
Mengumpulkan, menyusun, dan menyebarluaskan petunjuk teknis pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
9)
Mengumpulkan
bahan
penyusunan
Pendapatan dan Belanja Daerah;
liii
Rencana
Anggaran
10) Menyiaokan
nota
keuangan
beserta
lampirannya
untuk
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 11) Mengumpulkan bahan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 12) Menyiapkan nota keuangan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 13) Menerbitkan Daftar Isian Pembangunan Daerah (DIPDA); 14) Menyiapkan
Surat
Keputusa
Otorisasi
(SKO)
belanja
pembangunan; 15) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 16) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan; 17) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 18) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 19) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. e. Kepala
Seksi
perbendaharaan
mempunyai
tugas
mengelola
perbendaharaan untuk anggaran rutin dan pembangunan sesuai dengan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Kepala Kantor. Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut: 1)
Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Perbendaharaan berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemeretaan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
liv
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Menerbitkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU);
8)
Menguji kebenaran penerbitan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU);
9)
Membina perbendaharaan daerah;
10) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 11) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan; 12) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 13) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 14) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 15) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. f. Kepala Seksi Pembukuan mempunyai tugas melaksanakan pembukuan anggaran rutin dan anggaran pembangunan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor. Uraian tugas dimaksud, sebgai berikut: 1)
Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Pembukuan berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemeretaan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
lv
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Menyelenggarakan pembukuan secara kronologis dan sistematis realisasi
semua
pendapatan
daerah,
belanja
rutin
dan
pembangunan; 8)
Membuat Daftar Pembukuan Administratif (DPA) atas beberapa pembukuan yang memerlukan penyesuaian;
9)
Menyusun laporan triwulan realisasi pendapatan daerah, balanja rutin dan pembangunan;
10) Menyusun konsep perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah; 11) Menyusun konsep neraca daerah dan aliran kas; 12) Mengajukan permohonan pencairan dana dari Pmerintah dan propinsi; 13) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 14) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan; 15) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 16) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 17) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan. g. Kepala Seksi Verifikasi mempunyai tugas memeriksa dan meneliti realisasi anggaran rutin dan pembangunan serta realisasi penerimaan dan pengeluaran keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor.
lvi
Uraian tugas dimaksud, sebagai berikut: 1)
Menyusunan program dan rincian kerja Seksi Verifikasi berdasarkan rencana srategis dan program kerja tahunan Kantor;
2)
Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta pemeretaan tugas;
3)
Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas;
4)
Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi penyimpangan;
5)
Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
6)
Menilai hasil kerja bawahan secara periodic guna bahan peningkatan kinerja;
7)
Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi anggaran rutin;
8)
Memeriksa
dan
meneliti
kebenaran
realisasi
anggaran
pembangunan; 9)
Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi gaji;
10) Memeriksa dan meneliti kebenaran realisasi pendapatan daerah yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan lain yang sah berdasarkan Undang-undang; 11) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; 12) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala dan tahunan; 13) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas; 14) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas; 15) Melaporkan hasil pelaksanan tugas kepada atasan sebagai pertangungjawaban pelaksanaan tugas; 16) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
lvii
B. Pelaksanaan Penggajian PNS di Kota Surakarta 1. Dasar Hukum Penggajian PNS di Kota Surakarta Manajemen penggajian PNS di Kota Surakarta didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keberadaan PNS yang
diyakini sebagai pendukung penyelenggaraan tugas pemerintah daerah mempunyai hak untuk memperoleh gaji, maka dari itu diperlukan suatu upaya untuk menigkatkan profesionalisme dan kesejahteraan PNS, sebagaimana dalma Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang PokokPokok
Kepegawaian,
ditegaskan
bahwa
pegawai
negeri
berhak
memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya.
Untuk itu Negara dan Pemerintah wajib
mengusahakan dan memberikan gaji yang adil sesuai standar yang layak kepada pegawai negeri. Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya. Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tanggal 10 Januari 2007 dan Surat Edaran Nomor 03 PB/2007 tanggal 15 Januari 2007. Gaji adalah sebagai balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang bersangkutan. Berdasarkan UU No. 43 Tahun 1999, sebagaimana halnya di Kota Surakarta dan pada umumnya sistem penggajian dapat digolongkan dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya. Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.
lviii
Selain kedua sistem penggajian tersebut dikenal juga sistem penggajian ketiga yang disebut sistem skala gabungan, yang merupakan perpaduan antara sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Dalam sistem skala gabungan, gaji pokok ditentukan sama bagi Pegawai Negeri yang berpangkat sama, di samping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai Negeri yang memikul tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus. PNS di Kota Surakarta, gaji pokok besarnya berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan sesuai dengan pangkat yang di pangkunya. Berikut jumlah gaji pokok yang diterima PNS Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tanggal 10 Januari 2007 dan Surat Edaran Nomor 03 PB/2007 tanggal 15 Januari 2007 :
lix
Tabel 1. Tabel gaji PNS tahun 2007 Golongan I dan II GOLONGAN I MKG
a
0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
760.500 778.000
b
GOLONGAN II c
MKG
d
820.200
854.900
891.100
839.000
875.400
911.500
858.300
894.600
932.500
878.000
915.200
953.900
898.200
936.200
918.800
957.700
975.800 . 998.200
939.900
979.700
1.021.100
961.500
1.002.200
1.044.600
983.600
1.025.200
1.068.600
1.006.200
1.048.800
1.093.100
1.029.300
1.072.900
1.118.200
1.052.900
1.097.500
1.143.900
1.077.100
1.112.700
1.170.200
a
b
c
d
795.800 814.100 832.800 851.900 871.500 891.500 912.000 933.000 954.400 976.300 998.700 1.021.700
lx
0
961.000
1
972.000
3
994.400
1.032.400
1.080.300
1.126.000
5
1.017.200
1.060.300
1.105.100
1.151.600
7
1.040.600
1.084.600
1.130.500
1.178.300
9
1.064.500
1.109.500
1.156.500
1.205.400
11
1.088.900
1.135.000
1.183.000
1.233.100
13
1.113.900
1.161.100
1.210.200
1.261.400
15
1.139.500
1.187.800
1.238.000
1.290.400
17
1.165.700
1.215.000
1.266.400
1.320.000
19
1.192.500
1.242.900
1.295.500
1.350.400
21
1.219.900
1.271.500
1.325.300
1.350.400
23
1.247.900
1.300.700
1.355.700
1.413.100
25
1.276.600
1.330.600
1.386.900
1.445.600
27
1.305.900
1.361.100
1.418.700
1.478.800
29
1.335.900
1.392.400
1.451.300
1.512.700
31
1.227.600
1.424.400
1.484.700
1.541.500
33
1.255.200
1.457.100
1.518.800
1.583.000
Table 2. Tabel gaji PNS tahun 2007 Golongan III dan IV GOLONGAN III MKG
a
b
c
GOLONGAN IV d
MKG
a
b
c
d
e
0
1.200.600 1.251.400 1.304.400
1.359.500
0
1.417.100
1.477.000
1.539.500
1.634.000
1.672.500
2
1.228.200 1.280.200 1.334.300
1.390.800
2
1.449.600
1.510.900
1.574.900
1.641.500
1.711.000
4
1.256.400 1.309.600 1.365.000
1.422.700
4
1.482.900
1.545.700
1.611.000
1.679.200
1.750.300
6
1.285.300 1.339.600 1.396.300
1.455.400
6
1.517.000
1.581.200
1.648.100
1.717.800
1.790.500
8
1.314.800 1.370.400 1.428.400
1.488.800
8
1.551.800
1.617.500
1.685.900
1.757.200
1.831.600
10
1.345.000 1.401.900 1.461.200
1.523.000
10
1.587.500
1.654.600
1.724.600
1.797.600
1.873.700
12
1.375.900 1.434.100 1.494.800
1.558.000
12
1.623.900
1.692.600
1.764.300
1.838.900
1.915.700
14
1.407.500 1.467.000 1.529.100
1.593.800
14
1.661.200
1.731.500
1.804.800
1.881.100
1.960.700
16
1.439.800 1.500.700 1.564.200
1.630.400
16
1.699.400
1.771.300
1.846.200
1.924.300
2.005.300
18
1.472.900 1.535.200 1.600.200
1.667.900
18
1.738.400
1.812.000
1.888.600
1.968.500
2.051.800
20
1.506.700 1.570.500 1.636.900
1.706.200
20
1.778.400
1.853.600
1.932.000
2.013.800
2.099.000
22
1.541.300 1.606.500 1.674.500
1.745.400
22
1.819.200
1.896.200
1.976.400
2.060.000
2.147.200
24
1.576.700 1.643.400 1.713.000
1.785.400
24
1.861.000
1.939.700
2.021.800
2.107.300
2.194.500
26
1.612.900 1.681.200 1.752.300
1.826.500
26
1.903.700
1.948.300
2.068.200
2.155.700
2.217.000
28
1.650.000 1.719.800 1.792.600
1.868.400
28
1.947.500
2.029.900
2.115.700
2.205.300
2.298.000
30
1.687.900 1.759.300 1.833.700
1.911.300
30
1.992.200
2.076.500
2.164.300
2.255.900
32
1.726.700 1.799.700 1.875.900
1.955.200
32
2.038.000
2.124.200
2.214.100
2.307.700
Peraturan Pemerintah No.9 tahun 2007
lxi
2. Keadaan PNS di Surakarta Kelancaran penyelengaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempuranaan aparatur Negara khususnya Pengawai Negeri Sipil. Usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Manajemen PNS perlu di atur secara menyeluruh, dengan menerakan norma, standar dan prosedur yang seragam dalam penepatan formasi, pengadaan PNS dalam manajemen PNS.
Kota Surakarta,
berdasarkan data yang ada, jumlah PNS tercatat sebanyak 9017 orang. a. Jumlah PNS Jumlah Pegawai Negeri Sipil secara keseluruhan yang ada di kota Surakarta
Berjumlah 9017
orang (sembilan ribu tiga puluh
empat ) dengan rincian menurut table sebagai berikut: Tabel 3. Data jumlah PNS di pemerintah Kota Surakarta Bagian Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bagian Umum Bagian Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dinas Tata Kota Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dinas Pertanian
Pangkat / Golongan Ruang I II III IV 0 6 18 1
Jumlah 25
0
2
19
2
23
1 0 0 0 5
44 4 12 3 39
36 16 65 47 42
6 3 6 5 8
87 23 85 55 94
1 34
234 500
342 2651
39 2597
616 5782
2
13
49
7
71
lxii
Dinas Lalu Lintas Angkutan 14 34 Jalan Dinas Perindustrian, 0 12 Perdagangan dan Penanaman Modal Dinas Kopersai dan UKM 0 3 Dinas Tenaga Kerja 0 7 Dinas Pendapatan Daerah 1 25 Dinas Pariwisata, Seni dan 2 36 Budaya Dinas Kependudukan dan 0 7 Catatan Sipil Dinas Kesejahtraan Rakyat PP 0 15 dan KB Dinas Pengelolaan Pasar 14 47 Badan Pengawas Daerah 0 3 Badan Perencanaan Daerah 1 6 Badan Kepegawaian Daerah 0 22 Badan Informasi dan 1 9 Komunikasi Kantor Satuan Polisi Pamong 0 57 Praja Kantor Kesbang dan 0 7 Perlindungan Masyarakat Kantor Arsip dan Perpustakaan 0 6 Daerah Kantor Keuangan Daerah 0 7 Kantor Pemadam Kebakaran 2 23 Kantor Lingkungan Hidup 0 6 Kantor Pengelolaan Aset 1 3 Daerah Kantor Pengelolaan Pedagang 0 12 Kaki lima Kecamatan Laweyan 0 29 Kecamatan Serengan 1 24 Kecamatan Pasar Kliwon 0 18 Kecamatan Jebres 1 35 Kecamatan Banjarsari 0 42 Sekretariat DPRD 2 11 TOTAL 83 1363 sumber data : Pemkot Surakarta 2007.
lxiii
101
3
152
58
8
78
32 59 58 41
5 10 9 5
40 76 93 84
46
7
60
82
8
105
71 33 37 32 45
6 10 10 6 6
138 46 54 60 61
65
1
121
16
3
26
21
1
28
30 25 23 21
1 1 1 1
38 51 30 26
21
2
35
125 82 98 115 132 28 4780
2 1 2 2 3 3 2791
156 108 118 153 177 44 9017
b. PNS berdasarkan Kepangkatan dan Golongan Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan Golongannya , sesuai tabel berikut: Tabel 4. Data jumlah PNS di Pemerintahan Kota Surakarta berdasarkan kepangkatan dan golongan Golongan I Golongan II 1. I. a. 21 II. a. 509 2. I. b. 1 II. b. 219 3. I. c. 28 II. c. 338 4. I. d. 33 II. d. 297 Jumlah : 83 Jumlah : 1363 Sumber data : Pemkot Surakarta 2007
Golongan III III. a. 1109 III. b. 1060 III. c. 1016 III. d. 1595 Jumlah : 4780
Golongan IV IV. a. 2664 IV. b. 116 IV. c. 10 IV. d. 1 Jumlah : 2791
1. Golongan I yang berjumlah 83 ( delapan puluh tiga ) orang yang terdiri dari : a. Golongan Ia berjumlah : 21 orang, b. Golongan I b berjumlah : 1 orang c. Golongan I c berjumlah : 28 orang d. Golongan I d berjumlah : 33 orang 2. Golongan II yang berjumlah 1356 ( seribu tiga ratus lima puluh enam ) orang yang terdiri dari : a. Golongan II a berjumlah : 501 orang b. Golongan II b berjumlah : 219 orang c.
Golongan II c berjumlah : 339 orang
d. Golongan II d berjumlah : 297 orang 3. Golongan III yang berjumlah 4798 ( empaat ribu tujuh ratus sembilan puluh delapan ) orang yang terdiri dari : a. Golongan III a berjumlah : 1122 orang b. Golongan III b berjumlah : 1063 orang c. Golongan III c berjumlah : 1017 orang d. Golongan III d berjumlah : 1596 orang
lxiv
4. Golongan IV yang berjumlah 2793 ( dua ribu tujuh ratus sembilan puluh tiga ) orang yang terdiri dari : a) Golongan IV a berjumlah : 2670 orang b) Golongan IV b berjumlah : 116 orang c) Golongan IV c berjumlah : 10 orang d) Golongan IV d berjumlah : 1 orang
c. PNS berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan Pendidikan, menurut keterangan table berikut :
Tabel 5. Data jumlah PNS di pemerintah Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan UNIT KERJA Bagian Pemerintahan dan Otonomi Daerah Bagian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bagian Umum Bagian Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Dinas Tata Kota Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Dinas Pertanian Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Dinas Kopersai dan UKM Dinas Tenaga Kerja Dinas Pendapatan Daerah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Kesejahtraan Rakyat PP dan KB Dinas Pengelolaan Pasar Badan Pengawas Daerah
PENDIDIKAN SD SLTP SLTA D1 D2 D3 D4 S1 1 0 14 0 0 2 1 4
JMLH S2 3
S3 0
25
0
0
8
0
0
1
0
13
2
0
24
16 0 3 0 9 5
8 1 1 0 10 25
29 8 41 23 44 295
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
4 15 0 10 0 21 0 19 0 22 4 111
6 3 11 7 8 19
2 0 0 0 0 0
88 23 83 54 95 616
89
105
710
2
8 2833 182
0
5782
5 11 0
5 12 4
18 71 38
79 0 0
125 9 0 0 0
8 1 6 5 2 15 5 51 7 5 8 8
0 3 0
35 39 23
3 8 5
0 0 0
71 152 78
0 1 2 13 2
0 2 5 3 0
16 21 39 17 24
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 12 10 10 4
0 0 0 0 0
19 36 19 37 27
4 4 18 4 3
0 0 0 0 0
40 76 93 84 60
3
1
44
0
1
7
0
41
8
0
105
23 1
14 0
61 7
0 0
0 0
6 2
0 0
27 20
7 16
0 0
138 46
lxv
Badan Perencanaan Daerah Badan Kepegawaian Daerah Badan Informasi dan Komunikasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kantor Kesbang dan Perlindungan Masyarakat Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kantor Keuangan Daerah Kantor Pemadam Kebakaran Kantor Lingkungan Hidup Kantor Pengelolaan Aset Daerah Kantor Pengelolaan Pedagang Kaki lima Kecamatan Laweyan Kecamatan Serengan Kecamatan Pasar Kliwon Kecamatan Jebres Kecamatan Banjarsari Sekretariat DPRD
2 1 5 3 1
1 0 1 8 2
11 24 15 80 13
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
4 5 2 1 1
0 3 0 0 0
24 23 33 27 6
12 4 4 2 3
0 0 0 0 0
54 60 60 121 26
0
1
14
0
1
1
0
11
0
0
28
2 3 2 0 2
0 5 1 2 5
16 32 6 15 17
0 0 0 0 0
0 1 0 0 0
2 1 1 1 0
1 0 0 0 0
15 8 17 6 8
2 1 3 2 3
0 0 0 0 0
38 51 30 26 35
8 6 1 4 7 2 233
13 8 7 17 13 1 281
48 42 55 60 73 15 2064
0 0 0 0 0 0 2
156 108 118 152 177 44 9017
Sumber data : Pemkot Surakarta 2007
lxvi
1 0 10 1 63 12 0 0 6 1 41 4 0 0 3 1 42 9 0 0 13 1 47 10 1 0 11 1 57 14 0 0 2 0 19 5 83 1262 834 29 3818 411
3. Penggajian PNS di Kota Surakarta Norma, standar, dan prosedur mengenai penggajian Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Surakarta ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dalam kaitannya dengan penggajian PNS di Kota Surakarta, dilakukan dengan persyaratan-persyaratan tertentu, sebagaimana tersebut di bawah ini: a. SK Pengangkatan sebagai bukti Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat b. SK Penempatan Pegawai Negeri Sipil yang menyatakan bagian dan daerah kerja c. Surat Pernyataan menjalankan tugas dari unit kerja d. Daftar keluarga / KP 4 dilengkapi Akte Kelahiran semua keluarga dan Surat Nikah e. Tersedia dananya dalam Daftar Alokasi Dana Umum atau sarana lainnya yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan. f. Surat keputusan pengangkatan Calon Pegawai/Pegawai Negeri Sipil yang berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO), surat keputusan tersebut harus diteliti dan diuji kebenarannya apakah sudah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. g. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang dilampiri dengan: 1) Daftar gaji yang telah ditandatangani oleh Pembuat Daftar Gaji (PDG), Bendaharawan Gaji, dan atasan langsungnya dalam rangkap 3 (tiga). 2) Daftar rekapitulasi jumlah uang, pegawai,isteri,anak, jumlah jiwa yang disusun per golongan, dibuat dalam rangkap 3(tiga) sesuai dengan keperluan. 3) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas dari Sekretaris Daerah, Kepala Dinas, Ketua Lembaga Teknis Daerah, dan Kepala Satuan Kerja Daerah lainnya yang bersangkutan yang menyatakan sejak kapan pegawai baru/ pindahan tersebut melaksanakan tugasnya, bila dalam daftar gaji terdapat pegawai pindahan.
lxvii
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) definitive apabila dalam daftar gaji terdapat pegawai baru pindahan dari kantor pembayaran diluar daerah pembayarannya atau SKPP sementara apabila dalam daftar gaji terdapat pegawai pindahan dari kantor di dalam wilayah pembayarannya. 5) SKPP yang terlampir dalam daftar gaji adalah yang asli dan harus dicocokan dengan lembar kedua yang diterima lewat Kantor Pos. SKPP lembar kedua tidak boleh dibawa sendiri oleh pegawai yang bersangkutan. 6) Daftar susunan keluarga pada tiap permulaan tahun kawin. Apabila ada perubahan susunan keluarga karena menikah/cerai, kelahiran anak, kematian, dibuktiakan dengan surat nikah/cerai, kelahiran, dan kematian yang berwenang. h. Daftar gaji untuk pegawai dibuat tersendiri/dipisahkan pergolongan untuk kemudian dibuat daftar rekapitulasi antara Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil. Bagi satuan kerja daerah yang mempunyai beberapa jenis kegiatan (kode kegiatan berbeda) daftar gaji dari masing-masing kegiatan harus dibuat tersendiri. Untuk satuan kerja yang mempunyai lebih dari 5 (lima) jenis kegiatan supaya dibuatkan daftar rekapitulasi untuk memudahkan penerbitan SPMUnya. i. SPP susulan gaji/ kekurangan gaji agar diajukan tersendiri/dipisahkan dari pengajuan SPP gaji bulanan. Prosedur pencairan gaji pengawai negeri sipil, dilakukan sebagai berikut: a. Daftar Alokasi Dana Alokasi Umum (DA-DAU) atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterima oleh walikota dialokasikan kepada Sekertariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah lainnya dalam bentuk Surat Keputusan Otorisasi (SKO). DA-DAU dalam bentuk SKO tersebut meliputi belanja pegawai, belanja rutin non pegawai, dan anggaran pembangunan non daerah;
lxviii
b. Khusus untuk pembayaran gaji, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) berdasarkan atas DA-DAU belanja pegawai dalam bentuk SKO dengan dilampiri : 1) Rekapitulasi daftar gaji untuk bulan bersangkutan yang berisi rincian gaji, tunjangan, rincian potongan, dan penerimaan anggaran lainnya. 2) Foto copy rekening Koran sub rekening khusus gaji Pegawai Negeri Sipil bulan lalu. SPP-LS tersebut selanjutnya daijukan ke KPPN dengan ketentuan paling lambat tanggal 15 setiap bulan atau tanggal sesudahnya apabila tanggal 15 adalah hari libur untuk pembayaran gaji bulan berikutnya. Dalam merekapitulasi daftar gaji sebagaimana dimaksud pada huruf a, agar dirinci secara jelas potongan-potongan untuk bagian pusat atau pihak ketiga seperi WP 10 %, angsuran porsekot gaji, PPK Bulog, Taperum, dan hutang karena kelebihan gaji. Khusus untuk Terusan Penghasilan Gaji (TPG) hanya dikenakan potongan iuran wajib asuransi kesehatan sebesar 2%; c. Untuk kelancaran pembayaran susulan gaji/kekurangan gaji dan lainlain, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, dapat mengajukan SPP-LS ke KPPN setiap saat, dengan melampirkan rekapitulasi daftar gaji yang berkiatan dengan susulan gaji /kekurangan gaji bulan berkenan dan foto copy rekening koran sub rekening khusus gaji Pegawai Negeri Sipil dan fotocopy surat pernyataan SPP-LS serta foto copy konsep SPMU; d. Atas dasar DA-DAU gaji Pegawai Sipil dalam SPP-LS yang diajukan oleh Bagian Keuangan Sekretaris menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS), Mata Anggaran Khusus (MAK) 5611 setelah terbit dahulu kebenaran SPP-LS lampiran; e. Penerbitan SPM-LS Dana Gaji Pegawai Negeri Sipil tersebut dilakukan secepat-cepatnya 6 hari kerja sebelum tanggal pembayaran
lxix
gaji. Atas dasar SPM-LS tersebut, bendaharawan KPPN pada hari itu juga melakukan pemindahan bukuan dana dari rekening kas Negara pada sub rekening khusus gaji pada rekening kas daerah di Bank Pembangunan Daerah; f. Rekening khusus gaji tersebut tidak diperkrnankan digabung (dicampur) dengan rekening untuk keperluan lainnya seperti belanja rutin non pegawai, dana pembangunan daerah, dan sebagainya, serta tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan lain di luar keperluan pembayaran gaji dan tunjangan lainnya. Setelah dilakukan pencairan dana untuk penggajian PNS, maka dilakukan pembayaran gaji PNS, dengan prosedur sebagai berikut: a. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji dari Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah membuat Kartu Gaji Perorangan (KGP) untuk tiap Pegawai Negeri Sipil pada unit kerja yang menjadi tangung jawabnya. KGP tersebut disusun menurut nomor unit pegawai dalam daftar gaji (urutan pangkat/golongan) dan diisi data selengkapnya mengenai Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan antara lain nama, Nomor Induk Pegawai (NIP), tempat/tanggal/lahir, pangkat/golongan, eselon/jabatan, status pegawai dan status keluarga, kenaikan gaji berkala, tanggungan keluarga delegasi/alimentasi, utang-piutang, dan sebagainya; b. Selain itu, Para Pelaksana juga wajib menyusun daftar/register pembuat daftar gaji dan membuat Kartu Induk Gaji (KIG) yang didalamnya dicatat identitas Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan, penyediaan dana, jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut golongan, penerbitan SPMU gaji, SPMU lembur, SPMU honorarium dan sebagainya; c. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji dari Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah kemudianmengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Bagian Keuangan Pemerintah Daerah dengan dilampiri Rekapitulasi Daftar Gaji, KGP, Daftar Gaji,
lxx
KIG, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT), SKPP, surat keputusan kenaikan pangkat, kenaikan gaji,dan SK jabatan; d. SPP beserta lampirannya diterima di tata usaha dan kemudian di agendakan dan dibukukan dalam buku register, setelah dibukukan dalam buku register baru dan kemudian diteruskan kapada Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan; e. Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan menerima, memeriksa, dan mencatat dalam buku permintaan/penyelesaian SPP, kemudian diteruskan ke Pelaksana Pengelola Gaji Pemerintah Daerah untuk diproses serta diverifikasi serta dicocokkan dengan data yang terdapat dalam kartu gaji masing-masing Pegawai Negeri Sipil; f. Setelah SPP dan lampirannya diverifikasi dan dicocokkan dengan kartu gaji oleh Pelaksana Pengelola Gaji Pemerintah Daerah, kemudian dicatat pembayaran dan perubahannya pada Kartu Gaji Perorangan (KGP) yang bersangkutan. Pencatatan dalam KGP hanya dilakukan dalam jumlah bersihnya saja sepanjang tidak terjadi mutasi; g. Apabila dalam daftar gaji terdapat mutasi karena pengangkatan pegawai baru, kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, atau kepindahan harus dicatat secara lengkap pada kolom-kolom yang tersedia pada KGP tersebut dengan dilengkapi dengan SK dan SKPP dari yang berwenang yang telah memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain persetujuan dari PDG, BAKN, dan lain-lain; h. Para Pelaksana Pengelola Pembayaran Gaji Pemerintah Daerah kemudian membuat konsep Surat Perintah Membayar Utang (SPMU) dan dicatat dalam Kartu Induk Gaji (KIG). Konsep SPMU dan KIG kemudian diteruskan kepada atasannya (Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan) untuk diperiksa, diulang, dan ditetapkan; i. Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan memeriksa/menguji konsep SPMU dan membandingkan dengan KIG dan KGP berkenan, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan adanya pegawai fiktif, memeriksa kebenaran mutasi, dan sebagainya agar tidak terjadi
lxxi
keterlanjuran pembayaran gaji yang tidak benar. Kepala Bagian/Sub Bagian Perbendaharaan kemudian membubuhi paraf pada konsep SPMU, KIG, KGP setelah memeriksa dan mengujinya. Konsep SPMU, KIG, dan KGP diteruskan ke Kepala Bagian Keuangan untuk diperiksa kembali; j. Kepala Bagian Keuangan memeriksa/menguji konsep SPMU tersebut dan membubuhi paraf pada Kartu Induk Gaji (KIG) berkenaan dan sekaligus
menetapkan
konsep
SPMU
tersebut.
Selanjutnya
meneruskan konsep SPMU kepada Unit Pengolah Data untuk dketik setelah terlebih dahulu mengadakan pencatatan seperlunya pada buku permintaan/penyelesaian
SPP,
sedangkan
lampiran-lampirannya
dikembalikan kepada para Pelaksana Pengelola Pambayaran Gaji dari Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan; k. Setelah selesai diketik, Net SPMU tersebut dicocokkan dengan konsep dan selanjutnya ditandatangani oleh pejabat penandatanganan SPMU (Kepala Bagian Keuangan) dengan memperhatikan bahwa selambatlambatnya sebelum tanggal 1 bulan berkenaan SPMU gaji tersebut harus telah selesai diproses; l. Bagian keuangan menerbitkan SPMU gaji dan potongan-potongannya kepada bendaharawan Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan, selanjutnya Pemegang Kas Daearah memindah bukukan SPMU gaji tersebut ke rekening bendaharawan Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah dan akan dibukukan pada sisi pengelolaan buku kas sub rekening khusus gaji Pegawai Negeri; m. Bendaharwan Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan akan mengambil uang untuk dibagikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang menjadi tanggungjawabnya; n. Penyelesaian SPP rapel gaji adalah sama dengan pnyelesaian SPP gaji bulanan dan harus diselesaikan dalam waktu 6 (enam) bulan hari kerja;
lxxii
o. Menyiapkan bahan-bahan laporan yang berkenaan dengan realisasi penerimaan dana dan pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil secara structural kepada bupati dengan tenbusan ke Kanwil DJA/KTUA dan KPPN setempat. Secara garis besar proses pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Kota Surakarta tersebut yaitu bahwa Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dengan dilampiri daftar gaji, KGP, KIG, SKPP, dan sebagainya kepada Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota
Surakarta.
Setelah
diteliti,
kemudian
oleh
Sub
Bagian
Perbendaharaan diterbitkan Surat Perintah Membayar Uang (SPMU). Carik giro pada SPMU selanjutnya diteliti ulang dan ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan atas nama Walikota. Setelah ditandatangani kemudian dikirim ke rekening khusus gaji masing-masing Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan pada Bank Pembangunan Daerah, Kemudian bendaharawan gaji masingmasing Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan mengambil uang di rekening khusus gaji Bank Pembangunan Daerah untuk dibagikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang menjadi tangungjawabnya. Singkatnya, proses tersebut dapat dibuat dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah mengajukan SPP beserta lampiranya; b. Setelah SPP dan lampirannya masuk, Sub Bagian Perbendaharaan memproses,
meneliti, dan
mencatat
dalam
buku permintaan/
penyelesaian SPP; c. Sub Bagian Perbendaharaan membuat konsep SPMU; d. Setelah diteliti ulang oleh Kepala Bagian Keuangan, kemudian SPMU tersebut ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan atas nama Walikota. SPMU tersebut dikirim ke Sekretariat Dareh, Dinas,
lxxiii
Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah pada sub rekening khusus gaji di Bank Pembangunan Daerah; e. Bendaharawan gaji Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah mengambil uang di rekening khusus gaji pada Bank Pembangunan Daerah untuk dibagikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang menjaditangungjawabnya; Proses pelaksanaan secara langsung Pembayaran Gaji Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kota Surakarta sebagai berikut: a. Setiap tanggal 6 paling lambat setiap SKPD harus sudah menyerahkan SPP gaji untuk bulan berikutnya ke kantor keuangan daerah. SPP gaji terdiri dari : 1)
Daftar perolehan SPP gaji
2)
SPP gaji
3)
Daftar nomilatif
4)
Daftar taperum
5)
Daftar belanja Pegawai
6)
Daftar jumlah pegawai guru/ non guru
7)
Daftar perbedaan jumlah pegawai
8)
Daftar gaji PNS
9)
Rekap gaji PNS
10) Surat-surat pendukung b. Kantor Keuangan Daerah mengadakan koreksi atas kebenaran SPP gaji dari masing-masing SKPD, meliputi : jumlah jiwa, jumlah uang, dan surat pendukung belanja. c. Setelah SPP gaji dikoreksi kebenarannya maka kaitan keuangan daerah menerbitkan SPP gaji. d. Bendahara gaji dari masing-masing SKPD setiap tanggal 30 bisa diambil SPJ di kantor keuangan untuk dicairkan di BPD setiap tanggal 1 selanjutnya akan dibayarkan kepada pegawai. e. Setiap tanggal 10 masing-masing bendahara gaji SKPD mengirimkan SPJ ke kantor keuangan daerah sebagai laporan.
lxxiv
C. Hambatan dalam Pelaksanaan Penggajian dan Upaya Penyelesaiannya Salah satu wujud dari pelaksanaan otonomi daerah adalah mewujudkan otonomi di bidang Administrasi Pengelolaan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Peran Pemerintah Kota Surakarta sangat signifikan dalam mewujudkan hal ini, dengan jalan penataan manajemen penggajian, baik yang berkaitan dengan distribusi penggajian maupun penataan sistem kelembagaan yang memiliki kemampuan dalam mengelola penggajian PNS di Kota Surakarta. Pelaksanaan pengelolaan penggajian PNS di Kota Surakarta, masih sering timbul berbagai persoalan-persoalan yang mengakibatkan terhambatnya pendistribusian gaji kepada PNS. Hambatan atau permasalahan yang biasa terjadi dalam pelaksanaan Pemberian Gaji Pegawai Negeri di Pemerintah Kota Surakarta berupa : 1. Pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga jangka waktu penyelesaian pambayaran gaji juga terlambat dari waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan tersebut biasanya dikarenakan data yang diajukan dari Sekretrariat Daerah, Dinas, Lembaga, dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan kurang lengkap sehingga oleh bagian keuangan data tersebut harus dikembalikan untuk dilengkapi. 2. Sering
terjadinya
pergantian
bendahara
sehingga
mengakibatkan
kesalahpahaman mengenai aturan gaji. Hal ini menandakan masih belum adanya konsistensi dari pemerintah daerah dalam melakukan back-up terhadap kinerja bendahara, sehingga ketika terjadi pergantian bendahara, dibutuhkan adaptasi oleh bendahara yang baru. 3. Perubahan ketentuan gaji sering tadak tepat waktu karena turunnya SK sering terlambat. Dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat turun sehingga Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya sudah pensiun tetapi masih menerima gaji seperti biasa sebelum di pensiun. Dalam rangka mengatasi persoalan tersebut di atas, dilakukan upaya penyelesaian berupa: 1. Koordinasi yang lebih intensif, salah satunya waktu dari pelaksanaan koordinasi ini dilakukan jauh sebelum waktu pelaksanaan pemberian gaji
lxxv
dilaksanakan, sehingga penyesuaian dan antisipasi terhadap kesalahankesalahan yang berkaitan dengan laporan daftar gaji. 2. Melakukan sistem baku terhadap metode kerja dari bendahara, sehingga pergantian bendahara tidak banyak mempengaruhi dan tidak menjadi kendala dalam pencairan gaji PNS. 3.
Perlu adanya keseragaman dalam pencatatan dan sistem pemberian gaji secara baik terhadap PNS yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Selain itu langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan pelaporan dini terhadap oknum-oknum PNS yang hendak pensiun kepada Badan Kepegawaian Daerah untuk segera diserahkan kepada Badan Kepegawaian Nasional untuk diketahui dan disesuaikan dengan sistem pemberian gaji.
lxxvi
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah diselesaikan pada beberapa bab dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis dapat menbarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa dalam pelaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Surakarta telah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997. 2. Hambatan–hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian gaji Pegawai Negeri Sipil antara lain: a. Pengiriman SPP biasanya terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga jangka waktu penyelesaian pembayaran gaji juga terlambat dari waktu yang ditentukan. Keterlambatan tersebut biasanya dikarenakan data yang diajukan dari Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan kurang lengkap sehinggga oleh bagian keuangan data tersebut harus dikembalikan untuk dilengkapi. b. Sering terjadinya pergantian bendahara sehingga mengakibatkan kesalahapahaman mengenai aturan gaji. c. Perubahan ketentuan gaji sering tidak tepat waktu karena turunnya SK sering terlambat d. Dalam hal pensiun dini juga sering terjadi SK terlambat turun sehingga pegawai negeri sipil yang seharusnya sudah pensiun masih menerima gaji seperti biasa sebelum di pensiun 3. Cara mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian gaji Pegawai Negeri Sipil antara lain : a. Diadakannya konsultasi antara Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga dan Satuan kerja Daerah yang bersangkutan tentang bagaimana cara
65 lxxvii
mengatasi data yang seharusnya telah lengkap ketika data itu sampai kepada bagian keuangan. Data yang disampaikan ke bagian keuangan oleh Dinas, Lembaga dan Satuan Kerja Daerah harus benar, lengkap, serta valid agar dapat secara mudah diselesaikan oleh bagian keuangan tanpa harus dikembalikan lagi sehingga tidak ada keterlamabatan b. Diadakan pembinaan-pembinaan secara berkala kepada bendaharaan gaji c. Dibentuknya
aparat
pengawas
fungsiuonal
yang
melakukan
pengawasan atau pemeriksaan atau secara berkesinambungan terhadap pengelolaan gaji pegawai negeri sipil agar tidak terjadi suatu kekeliruan atau kecurangan agar tercipta suatu tertib administrasi, tertib penyaluran dan penggunaan dana serta tertib pertanggungjawaban yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. Saran 1. Dalam pengiriman SPP (Surat Permintaan Pembayara) diharapkan tidak terlambat dari waktu yang telah ditentukan, sehingga pencairan gaji dapat dilakukan tepat waktu. 2. Apabila ada perubahan dalam ketentuan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil sebaiknya turunnya SK (Surat Keputusan) jangan sampai terlambat agar tidak terjadi kekurangan gaji. 3. Sebaiknya pergantian bendaharawan gaji dapat diminimalkan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai aturan gaji.
lxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Buku Agus Ashyari, 1990, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta. Ateng Syafrudin,1976, Pengaturan koordinasi Pemerintahan di Daerah, Tarsito, Bandung. Bagir Manan, 2000, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas UII, Yogyakarta. Bintoro Tjokroaminoto, 1985, Perencanaan Pembangunan Daerah, CV. Hajimas Agung, Jakarta. Djoenaedi, 1982, Prospek Administrasi Negara, Sumur, Bandung. Hadi Poerwono, 1983, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Cetakan Keempat, Jakarta. Heribertus Sutopo, 1988, Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teoritis dan Praktek, Pusat PEnelitian UNS, Surakarta. Irawan Soetjipto, 1991, Hubungan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta, Jakarta. Josef Riwu Kaho, 2005, Prospek Otonomi Daerah, Rajagrafindo, Banung. Koentjoroningrat, 1984, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta. Koesomahatmadja Rd H, dikutip oleh Sujamto, 1979-1980, Latar Belakang Otonomi Daerah yang Nyata dan Bertangung Jawab Dititikberatkan Pada Daerah Tingkat II, Badan Pengembangan dan Penelitian, Departemen Dalam Negeri, Jakarta. Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, ANDI, Yogyakarta. Philipus M. Hadjon et al, 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, UGMPress, Yogyakarta. Soerjono Soekamto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Syaukani, Afan Gaffar, Ryaas Rasyid, 2002, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. P Zikri M. Ks., 1970, Pengaruh Akhlak Pejabat Pemerintahan Terhadap Jalannya Pemerintahan, Fakultas Sospol UGM, Yogyakarta.
lxxix
Undang-Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Penerbit Absolut, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.
lxxx