EVALU UASI PEN NGGUNA AAN ANTIIBIOTIK PADA P PA ASIEN PNEUM MONIA PEDIATRI P IK DI INS STALASI RAWAT INAP RSUP “X X“ TAHU UN 2011
NASKA AH PUBLIIKASI
Oleh :
NUVIA D DHIAR SA APUTRI K K100080169 9
FAKUL LTAS FAR RMASI UN NIVERSIT TAS MUHA AMMADIIYAH SU URAKART TA SUR RAKART TA 2013
2
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP ‘‘X’’ TAHUN 2011 EVALUATION THE USE OF ANTIBIOTICS PEDIATRIC PNEUMONIA PATIENTS IN THE INSTALLATION “X” HOSPITAL 2011 Nuvia Dhiar Saputri*, Arief Rahman Hakim**, Peni Indrayudha* *Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta **Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada
ABSTRAK Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang meliputi parenkim paru-paru, dan juga alveoli (Reves, et al, 2001). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, pneumonia adalah penyebab kematian kedua setelah diare (15,5% diantara semua balita). Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia. Pneumonia disebabkan oleh virus patogen yaitu virus parainfluenza, adenovirus dan bakteri penyebab Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, E. Coli, Klebsiella Sp. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman yang memiliki toksisitas yang relatif kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik meliputi ketepatan indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis pada pasien pneumonia pediatrik di Instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental yang dilakukan secara retrospektif dengan pengambilan sampel secara purposive sampling dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Sampel penelitian adalah pasien anak umur 0-14 tahun yang dirawat di RSUP “X” tahun 2011 dengan diagnosa pneumonia dan mendapatkan terapi antibiotik. Data dianalisis meliputi aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis yang dibandingkan dengan standar pharmaceutical care untuk infeksi Saluran pernapasan dari Departemen Kesehatan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tepat indikasi adalah 100%, tepat obat 23,52%, tepat pasien 98,03%, dan tepat dosis sebesar 23,52%. Kata kunci : evaluasi, pneumonia, anak, antibiotik, RSUP “X” ABSTRACT Pneumonia is infectious diseases a channel underneath involving parenchyma lungs, including alveoli. According to basic health research (Riskesdas) 2007, pneumonia is second cause of death after diarrhoea ( 15.5 % 1
out of all toddlers ). It showed that pneumonia is a disease that contribute to high rate child mortality in indonesia. Pneumonia caused by a virus pathogen that is a virus parainfluenza, adenovirus and bacteria cause pneumonia, Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenza, E. Coli, Klebsiella sp. An antibiotic is chemical substances produced by fungi and bacteria that have efficacy deadly or inhibiting the growth of bacteria having its toxicity its relative small. This research aimed to evaluate exactness the use of antibiotic covering exactness indication, antibiotics right drug, right of patients and precise dose of pediatric pneumonia patients in the installation “X” hospital 2011. This research includes research conducted in non-experimental retrospective with sampling purposive sampling basis and analyzed with descriptive analysis method. Sample research are patients children aged 0-14 years who was cared for at RSUP “X” in 2011 with a diagnosis of pneumonia and get the antibiotic therapy. Data analysis covering aspect indication, exactly a drug, the other right of patients, and appropriate doses compared with standard Pharmaceutical Care to infection of the respiratory tract of the health ministry. The result of the research shows that patients who are appropriate indications are 100%, right drug 23,52%, right patient 98,03%, and proper dosage of 23,52%. Keywords: evaluation, pneumonia, children, antibiotics, hospital “X” PENDAHULUAN Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang meliputi parenkim paru-paru, dan juga alveoli (Reves, et al, 2001). Pengertian lain menyebutkan Pneumonia adalah suatu proses peradangan yang terdapat konsolidasi disebabkan oleh pengisian rongga alveoli eksudat. Pada daerah yang mengalami konsolidasi, pertukaran gas tidak dapat berlangsung dan darah akan dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi (Somantri, 2008). Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia prevalensi pneumonia balita di Indonesia meningkat dari 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2 % pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2010). Tanda dan gejala yang sering muncul dan dijumpai pada kasus pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardi, batuk yang produktif, nyeri dada seperti ditusuk pisau, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya (Depkes, 2005)
2
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotik yang dimulai secara empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen (Depkes RI, 2005). Pemakaian antibiotik selalu harus dipakai pola berfikir “Panca Tepat” yaitu diagnosis tepat, pilihan antibiotik yang tepat, dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang tepat dan pengertian pathogenesis penderita secara tepat (Dahlan, 2000). Penggunaan antibiotik pengobatan pneumonia dapat digambarkan dalam tabel 1 Tabel 1. Antibiotik pada terapi pneumonia (Depkes RI, 2005) Kondisi Klinis Sebelumnya sehat
Patogen Pneumococcus, Mycoplasma Pneumonia
Terapi Eritromisin Klaritomisin
S. pneumonia, Hemophilus influenza, Moraxella Catarrhalis, Mycoplasma, Chlamydia pneumonia dan Legionella
Cefuroxim Cefotaxim Cefriakson
Dosis Pediatrik (mg/kg/hari) 30 – 50 mg/kg/hari 4x1 15 mg/kg/hari 2x1 pada hari ke-7 - 14 10-20 mg/kg/hari 1x1 10 mg pada hari ke-1, diikuti 5 mg selama 4 hari 75 – 150 mg/kg/hari 3x1 BB <50 kg : 100 – 200 mg/kg/hari 3-4x1 50 – 75 mg/kg/hari 1-2x1
Anaerob mulut
Ampi/amoxicillin
100 – 200 mg/kg/hari 3-4x1
Anaerob mulut, S. Aureus, Gram negative enteric
Klindamisin Klindamisin+aminoglik osida
8 – 20 mg/kg/hari 8 – 20 mg/kg/hari
K. pneumonia, P.Aeruginosa, Enterobacter spp., S. Aureus
Cefuroksim Cefotaksim Cefriakson Ampicillin-Sulbaktam Tikarcilin-klav Gatifloksasin Levofloksasin Klindamisin + azitromisin (Gentamicin/Tobramicin atau Ciprofloksasin)* + Ceftazidime atau Cefepime atau Tikarcilinklavulanat,/ Meronem/Aztreonam
8 – 20 mg/kg/hari 8 – 20 mg/kg/hari 8 – 20 mg/kg/hari 100 – 200 mg/kg/hari 4x1
Azitromisin
Komorbiditas (manula, DM, gagal ginjal, gagal jantung, keganasan)
Aspirasi Community Hospital
Nosokomial Pneumonia Ringan, Onset <5 hari, Resiko rendah
Pneumonia berat**, Onset >5 hari, Resiko Tinggi
K. pneumonia, P. Aeruginosa, Enterobacter spp. S.aureus
200 – 300 mg/kg/hari 2,5 – 3,3 mg/kg/hari 150 mg/kg/hari 100 – 150 mg/kg/hari
Ket : *) Aminoglikosida atau ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotik yang terletak di bawahnya dalam kolom yang sama. **) Pneumonia berat bila disertai gagal nafas, penggunaan ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal.
3
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUP “X” tahun 2011, berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan metode pengambilan data secara retrospektif (data yang sudah ada) berdasarkan rekam medik pasien pneumonia pediatrik di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode purposive sampling yaitu dari populasi yang ada, sampel yang didapatkan diambil berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria inklusi antara lain: 1. Pasien pediatrik usia 0 – 14 tahun yang menderita pneumonia. 2. Pasien yang didiagnosa pneumonia yang mendapat terapi antibiotik. 3. Data lengkap minimal memuat data pasien yaitu umur, berat badan, diagnosis, dan antibiotik. Kriteria ekslusi : Pasien pneumonia yang menderita infeksi lain Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah catatan rekam medik penderita pneumonia pediatrik di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011. Alat yang digunakan adalah standar Pharmaceutical Care untuk saluran penapasan tahun 2005, Pediatric Dose Handbook (PDH), dan Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUP “X” Jalannya Penelitian 1. Studi pustaka yaitu dengan mecari literatur pustaka yang berkaitan dengan topik dan judul dari penelitian yang akan dilakukan. 2. Penyusunan proposal yaitu menyusun proposal dari pustaka-pustaka yang didapat. 3. Perizinan penelitan kepada pihak fakultas yang ditujukan kepada RSUP “X” untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian.
4
4. Pengambilan data diambil dari catatan rekam medik pasien pneumonia dibagian rekam medik RSUP “X”, dari rekam medik yang diperoleh dicatat data-data pasien. 5. Analisis data yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh dari catatan rekam medik pasien berdasarkan identifikasi karakteristik pasien (meliputi umur, jenis kelamin, berat badan), karakteristik obat (meliputi rute pemberian, dan jenis antibiotik). Analisa Data Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik di Instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 meliputi ketepatan indikasi, tepat obat, tepat paisen, dan tepat dosis berdasarkan standar pengobatan menurut pharmaceutical care untuk infeksi saluran pernapasan tahun 2005, PDH, dan IONI. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu sampel yang diambil dianalisis dengan analisis kualitatif melalui pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil-hasil observasi dalam bentuk persentase. Definisi Operasional Variabel 1. Evaluasi penggunaan antibiotik adalah mengevaluasi penggunaan antibiotik mencakup tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis pada pasien pneumonia pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUP “X” tahun 2011 berdasarkan standar pengobatan menurut Pharmaceutical Care untuk infeksi saluran pernapasan tahun 2005, PDH, dan IONI. 2. Pneumonia yang diteliti adalah pasien yang didiagnosa pneumonia termasuk bronkopneumonia dengan pengobatan antibiotik yang dirawat di instalasi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2011. 3. Tepat indikasi adalah pemilihan obat didasarkan adanya suatu diagnosis dari data yang tercatat pada rekam medik. 4. Tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat yang sesuai untuk pasien pneumonia pediatrik berdasarkan standar terapi pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran pernapasan tahun 2005.
5
5. Tepat pasien adalah ketepatan pemberian antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik yang sesuai dengan kondisi dan patologis pasien untuk menghindari kontraindikasi. 6. Tepat dosis adalah pemilihan obat dikatakan tepat dosis apabila tepat dosis sesuai dengan standar pengobatan menurut Pharmaceutical care untuk infeksi saluran pernapasan 2005 dan PDH. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengambilan data dilakukan dengan melihat kartu rekam medis pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUP “X” tahun 2011. Dari hasil penelitian didapat kasus sebanyak 78 pasien dan hanya 51 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik Pasien Karakteristik identitas pasien Berdasarkan data rekam medik yang didapat karakteristik identitas pasien dapat dijelaskan pada tabel 2 Tabel 2. karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin, umur pasien dan berat badan pasien Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 66,66% 34 L 33,33% 17 P 100% 51 Jumlah
0-4 5-9 10-14 >14 Jumlah
Umur (Bulan)
Frekuensi 14 15 12 11 51
Persentase 27,45% 29,41% 23,56% 21,56% 100%
Berat badan (Kg) 1-5 6-10 11-15 >15 Jumlah
Frekuensi 15 33 2 1 51
Persentase 29,41% 64,70% 3,92% 1,96% 100%
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa pasien pneumonia anak didominasi laki-laki yaitu dua kali lipat dari jumlah perempuan yang menderita pneumonia. Umur pasien didominasi pada rentang usia 5-9 bulan dengan jumlah 15 pasien (27,45%), hal ini kemungkinan disebabkan terjadi akibat transmisi ibu6
anak yang berhubungan pada saat proses persalinan (Rahajoe, dkk, 2008). Angka kejadian untuk berat badan tertinggi didapat pada rentang 6-10 kg dengan sejumlah 33 kasus sebesar 64,70%. Distribusi pasien berdasarkan gejala penyakit Gejala penyakit pneumonia yang sering ditemui pada anak adalah nafas cepat, sesak nafas, batuk, dan demam (Kemenkes RI, 2010). Gejala pasien pneumonia yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit pneumonia dapat dijelaskan pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi gejala pasien dengan penyakit pneumonia No.
Gejala
1.
Batuk
2.
Sesak nafas
3.
Demam
4. 5. 6. 7.
Mual Muntah Flu Kejang
No. Kasus
Jumlah
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 47, 48, 50 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51 7, 8, 14, 15, 38 7, 8, 15, 35, 36, 37, 38, 42 15, 19, 28, 31, 39, 40 28, 32, 36, 49, 51
42
Persentase n=51 (%) 82,35%
40
78,43%
45
88,23%
5 8 6 5
9,80% 15,68% 11,76% 9,80%
Gejala pasien rawat inap RSUP Dr. Soeradji paling banyak terjadi adalah demam yaitu sebesar 45 kasus dengan persentase 88,23%. Sedangkan gejala lain yang muncul yaitu batuk 42 kasus (82%), sesak nafas 40 kasus (78,43%), muntah 15,68%, flu 11,76%, mual dan kejang (9,80%). Mual, muntah, sesak nafas dapat menujukkan adanya beratnya suatu penyakit (Rahajoe, dkk, 2008). Distribusi pasien berdasarkan diagnosa Tabel 4. Distribusi pasien berdasarkan diagnosa Diagnosa Pneumonia
Bronkopneumonia
No. Kasus 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9,10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 28, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51 8, 21, 23, 27, 29, 30, 34, 40, 41, 45, 48 Jumlah
Frekuensi 40
Presentase n=51 78,43%
11
21,56%
51
100%
7
Berdasarkan tabel diatas pasien anak yang dirawat di instalasi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2011 yang terdiagnosa pneumonia sebanyak 40
kasus
dengan
presentase 78,43% dan yang terdiagnosa
bronkopneumonia sebanyak 11 kasus dengan presentase 21,56%. Distribusi pasien berdasarkan lamanya perawatan Lama kesembuhan pasien pneumonia sangat tergantung pada kondisi pasein, tingkat keparahan penyakit dan keoptimalan obat yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan lama perawatan Lama Perawatan No. Kasus Jumlah Persentase (n=51) 1 hari 1, 36 2 3,92% 4 hari 14, 17, 37, 40, 43 5 9,80% 5 hari 24, 47, 48, 50, 51 5 9,80% 6 hari 10, 12, 13, 15, 20, 22, 34, 35, 42 9 17,64% 7 hari 3, 5, 18, 28, 30, 41, 44 7 13,72% 8 hari 11, 16, 21, 26, 27, 32, 39, 45 8 15,68% 9 hari 19, 29, 31 3 5,88% 10 hari 2, 8, 25 3 5,88% 11 hari 23, 33, 38, 46 4 7,84% 12 hari 4, 6, 7, 9, 49 5 9,80%
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah kasus pneumonia yang menjalani rawat inap terbanyak adalah 6 hari sebanyak 9 kasus dengan persentase 17,64% dan rawat inap yang terendah adalah 1 hari sebanyak 2 kasus dengan persentase 3,92%. Terapi pengobatan untuk pneumonia diberikan selama 7-10 hari pada CAP, tindak lanjut untuk pasien rawat jalan harus dilakukan pada 24 jam sampai 72 jam (Ostapchuk, et al, 2004). Banyaknya pasien yang berhenti menjalani perawatan di rumah sakit dikarenakan keadaan pasien sebagian besar sudah mulai membaik dan dokter sudah mengijinkan pasien untuk pulang, pindah rumah sakit atau bahkan pasien sudah dinyatakan sembuh. Distribusi pasien berdasarkan keadaan keluar pasien di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 Keadaan keluar pasien dihitung mulai pasien masuk rumah sakit sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Keadaan keluar pasien dalam catatan rekam medik diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu sembuh, membaik, pindah rumah sakit/dirujuk, meninggal dunia.
8
Tabel 6. Distribusi pasien berdasarkan keadaan keluar pasien Keadaan keluar No. kasus Jumlah Persentase (n=51) 21 41,17% Sembuh 2, 3, 6, 11, 16, 18, 22, 25, 26, 28, 31, 33, 34, 39, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48 25 49,01% Membaik 4, 5, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 30, 32, 35, 37, 38, 40, 43, 50, 51 Pindah rumah sakit/dirujuk 36 1 1,96% Meniggal dunia 1, 9, 29, 49 4 7,84%
Keadaan keluar pasien terbanyak adalah membaik sebanyak 25 kasus dengan persentase 49,01%, sembuh 21 kasus (41,17%), Meninggal dunia 4 kasus (7,84%) dan pindah rumah sakit 1 kasus (1,96%). Perlu diperhatikan pasien yang belum sembuh dikhawatirkan akan terjadi kekambuhan kembali sehingga diperlukan monitoring terhadap keadaan pasien agar dapat tercapai kesembuhan pasien dalam pengobatannya. Tindak lanjut untuk pasien rawat jalan harus dilakukan pada 24 jam sampai 72 jam (Ostapchuk, et al., 2004) Karakteristik Pengobatan Pneumonia Pengobatan dengan antibiotik Pengobatan penyakit pneumonia biasanya menggunakan antibiotik sebagai pilihan utamanya, karena pneumonia kebanyakan disebabkan oleh bakteri sehingga diperlukan antibiotik untuk mengobatinya (Reves, et al, 2001). Antibiotik yang digunakan dalam pengobatan pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Jenis antibiotik yang digunakan dalam pengobatan pasien pneumonia anak Antibiotik No. kasus Jumlah Persentase (n=51) Ampisilin 7, 20, 23, 24, 30, 34, 37, 39, 40, 41, 18 35,29% 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51 Cefriakson 2, 3, 9, 25, 26, 27, 31, 32, 36, 38 10 19,60% Ampisilin-Kloramfenikol 1, 5, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19 9 17,64% Gentamisin 4, 6, 8, 18, 21, 22 6 11,76% Amoksisilin 17, 35, 43, 50 4 7,84% Cefotaksim 29, 33 2 3,92% Ciprofloksasin 11 1 1,96% Cefepime 28 1 1,96%
Tabel 7 menunjukkan bahwa antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan pneumonia adalah ampisilin sebanyak 18 kasus (35,29%). Selain itu
9
dokter juga meresepkan kombinasi antibiotik ampisilin dengan kloramfenikol sebanyak 9 kasus (17,64%). Rute Penggunaan Antibiotik Tabel 8. Rute penggunaan antibiotik dalam pengobatan pneumonia pada pasien anak Rute penggunaan Oral Parenteral (Intravena)
No. Kasus 17, 35, 43, 50 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51
Jumlah 4 47
Persentase (n=51) 7,84% 92,15%
Pemakaian obat berdasarkan rute pemberiannya paling banyak diberikan secara intravena sebanyak 47 kasus (92,15%) dan oral sebanyak 4 kasus (7,84%), hal ini disebabkan pemberian secara intravena diharapkan dapat memberikan efek yang lebih cepat dari pada peroral. Penggunaan Non Antibiotik Obat-obat golongan non antibiotik biasanya diberikan pada pasien pneumonia untuk mengurangi gejala yang mengganggu pasien. Penggunaan obatobat lain dapat dijelaskan pada tabel 9. Tabel 9. Penggunaan obat non antibiotik pada pasien pneumonia Golongan Analgesik, Antipiretik Bronkodilator adrenergik Antiinflamasi Mukolitik Antikejang
Nama Obat Parasetamol Salbutamol Metilprednisolon, Dexametason Ambroksol Diazepam, Fenitoin
Jumlah 10 38 6 4 5
Presentase n=51 19,60% 74,50% 11,76% 7,84% 9,80%
Terapi pendukung pada pneumonia sebagian besar diberikan obat analgesik-antipiretik sebesar 10 kasus dengan presentase 19,60%. Pemberian analgesik-antipiretik ini digunakan untuk mengatasi demam yang tinggi pada pneumonia. Kelas terapi bronkodilator adrenergik sebesar 38 kasus dengan presentase 74,50%. Obat kelas terapi antiinflamasi sebesar 6 kasus (11,76%), obat ini digunakan untuk mengatasi peradangan yang terjadi pada pneumonia. Pemberian kelas terapi mukolitik sebesar 4 kasus (7,84%) dan antikejang sebesar 5 kasus dengan presentase 9,80%. Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik Penggunaa obat yang rasional yaitu jika memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis.
10
1. Tepat Indikasi Tepat indikasi merupakan kesesuaian pemilihan obat berdasarkan diagnosis penyakit pasien pneumonia. Pengobatan dikatakan sudah tepat indikasi apabila antibiotik yang diberikan berdasarkan diagnosis pneumonia. Antibiotik yang digunakan adalah ampisilin, amoksisilin, cefriakson, cefotaksim, cefepime, ciprofloksasin, gentamisin, dan kloramfenikol. Semua antibiotik yang digunakan pada pasien pneumonia di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun2011 yaitu 100% tepat indikasi. 2. Tepat Obat Ketepatan pemilihan obat yang aman dan sesuai untuk pasien pneumonia anak berdasarkan standar terapi pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran pernapasan. Berikut ini data ketepatan obat pada pasien pneumonia anak yang di rawat inap di RSUP “X” tahun 2011. Tabel 10. Ketepatan Obat pada pasien pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 Antibiotik
Jumlah
Ampisilin 18 Cefriakson 10 Ampisilin-Kloramfenikol 9 Gentamisin 6 Amoksisilin 4 Cefotaksim 2 Ciprofloksasin 1 Cefepime 1 Persentase Ketepatan
Persentase n=51 35,29% 19,60% 17,64% 11,76% 7,84% 3,92% 1,96% 1,96%
Ketepatan Obat Tidak Tepat Tepat √ √ √ √ √ √ √ √ 39 (76,47%) 12 23,52%)
Pola pengobatan di atas sebagian besar merupakan tidak tepat obat (76,47%) yang sesuai dengan pharmaceutical care untuk penyakit infeksi saluran pernapasan. Selain itu pada pengobatan di atas ada yang tepat obat (23,52%), dikarenakan ada pengobatan yang seharusnya dikombinasikan yang sesuai dengan standar terapi. Hal ini disebabkan pasien anak pneumonia yang dirawat di instalasi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten diasumsikan pneumonia anak tidak diklasifikasikan kedalam pneumonia ringan atau berat. Pengobatan ampisilin-kloramfenikol dapat menimbulkan antagonisme yang mengakibatkan penurunan efek terapi, akan tetapi dalam prakteknya interaksi obat tersebut tidak
11
berlaku secara klinis hal ini dikarenakan efek bekteriostatis dalam sistem imun tubuh sudah mencukupi untuk menanggulangi infeksi (Rahardja, 2002). 3. Tepat Pasien Tepat pasien adalah ketepatan pemberian obat pada pasien berdasarkan keadaan fisiologis dan patologisnya untuk menghindari kontraindikasi. Berikut data ketidaktepatan dan ketepatan pasien pneumonia anak yang di rawat inap di RSUP ‘X” tahun 2011. Tabel 11. Ketidaktepatan pasien pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 Antibiotik No. Kasus Jumlah Keterangan Ketidaktepatan Pasien 1 (1,96%) Ciprofloksasin 11 1 Jika diberikan pada anak yang pada masa pertumbuhan akan menyebabkan penghambat pertumbuhan tulang rawan (BPOOM, 2008) Tabel 12. Ketepatan pasien pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 Antibiotik Jumlah Ketepatan Pasien Cefriakson 10 Gentamisin 6 Ampisilin 18 Amoksisilin 4 50 (98,03) Cefotaksim 2 Cefepime 1 Kloramfenikol 9
Tabel 11 dan 12 menjelaskan bahwa 1 kasus (1,96%) dalam penelitian tidak termasuk tepat pasien dikarenakan antibiotik ciprofloksasin tersebut tidak aman untuk pasien anak atau mengalami kontraindikasi yaitu jika diberikan pada anak yang pada masa pertumbuhan akan menyebabkan penghambatan pertumbuhan tulang rawan dan 50 kasus (98,03%) termasuk tepat pasien dengan presentase 80,39%. 4. Tepat Dosis Pemilihan obat dikatakan tepat dosis apabila sesuai dengan standar pengobatan pharmaceutical care untuk infeksi saluran pernapasan tahun 2005 dan Pediatric Dose Handbook.
12
Tabel 13. Ketidaktepatan dosis antibiotik pada pasien pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 No. BB Kasus (Kg)
Antibiotik
Dosis pemakaian Dosis Standar
Gentamisin
6 8 18 21 22
7 3,1 6,3 4,7 5
1xp (mg) 7 8 16 12,5 12
Sehari (mg) 14 16 32 25 24
Fr ek 2 2 2 2 2
Durasi (Hari) 11 11 4 5 6
Cefriakson
3 9
6,2 3,5
300 175
600 350
2 2
3 12
Cefriakson
36
9,7
500
1000
2
1
2,5-3,3 mg/kg/day
Dosis standar anak sehari (mg) Min Max
Dosis standar anak 1xp (mg) Min Max
17,5 23,1 7,75 10,23 15,75 20,79 11,75 15,51 12,5 16,5
8,75 3,87 7,87 5,87 6,25
11,5 5,1 10,39 7,75 8,25
465 262,5
155 87,5
232,5 131,2
√ √
194
38,8
97
√
50-75 mg/kg/day 310 terbagi dalam1-2 175 dosis 8-20 mg/kg/day 77,6
Jumlah persentase
Tidak tepat Dosis < √
Dosis > √ √ √ √
1 (1,96%) 7 (13.72%)
Tabel 14. Ketepatan dosis antibiotik pada pasien pneumonia anak di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011 Antibiotik
No. kasus
BB (Kg)
Dosis Pemakaian
29
3,7
150
3
Durasi (Hari) 2
33
6
300
900
3
11
2
9,9
250
500
2
7
25
5,5
150
300
2
3
26
6,2
200
400
2
2
27
8
250
500
2
6
31
5,4
135
270
2
32
7
175
350
2
38
4,8
150
300
Ciprofloksasin
11
9,5
15
Gentamisin
4
5,7
Cefepime
28
8,4
Cefotaksim
Cefriakson
1xp
Sehari
Frek
Dosis Standar
Dosis standar anak sehari Min Max
Dosis standar anak 1xp Min Max
Tepat Dosis √
370
740
123,3
246,6
600
1200
200
400
495
742,5
247,5
371,2
275
412,5
137,5
206,2
310
465
155
232,5
400
600
200
300
8
270
405
135
202,5
5
350
525
175
262,5
2
5
240
360
120
180
30
2
4
2,5-3,3 mg/kg/day
23,75
31,35
11,8
15,6
√
8
16
2
12
2,5-3,3 mg/kg/day
14,2
18,8
7,12
9,40
√
425
850
2
6
100-150 mg/kg/day
840
1260
420
630
√
450
100-200 mg/kg/day terbagi dalam 3-4 dosis* 50-75 mg/kg/day terbagi dalam 12dosis
√
12 (23,52%)
Jumlah persentase
Tabel 13 dan 14 menjelaskan bahwa ketidaktepatan dosis dalam penggunaan antibiotik di instalasi rawat inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten disebabkan dosis kurang sebanyak 1 kasus (1,96%) dan dosis lebih
13
sebanyak 7 kasus (13,72%), sedangkan pasien yang mendapat dosis secara tepat sebanyak 12 kasus dengan presentase sebesar 23,52%. Penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang penggunaan antibiotik pada penderita pneumonia anak mendapat hasil yang menunjukkan bahwa penderita pneumonia di Instalasi Rawat Inap Anak RS. DR. Sardjito Jogjakarta periode tahun 2000-2004 secara keseluruhan mendapatkan pengobatan dengan antibiotik. Antibiotik yang banyak digunakan yaitu ampisilin, cefotaxime, gentamisin, dan kloramfenikol. Lama perawatan pasien berkisar antara 1-10 hari, dengan persentase kesembuhan 55,56% (Fatmawati, 2004). Hasil penelitian ini, pasien pneumonia anak yang di rawat inap RSUP “X” secara keseluruhan juga mendapat pengobatan
dengan
antibiotik,
yaitu
ampisilin,
amoksisilin,
cefotaksim,
cefriakson, gentamisin, cefepime, ciprofliksasin, dan kombinasi ampisilin dengan kloramfenikol. Terapi antibiotik yang dapat digunakan berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya (Ostapchuk, et al., 2004).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pasien pneumonia pediatrik di instalasi rawat inap RSUP “X” tahun 2011, dapat disimpulkan ketepatan penggunaan obat kategori tepat indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 23,52%, tepat pasien sebesar 98,03%, dan tepat dosis sebesar 23,52%. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan yaitu perlu adanya ketelitian dalam menentukan terapi dan dosis yang sesuai dengan pasien untuk menghindari ketidaksesuaian dalam penatalaksanaan terapi khususnya antibiotik.
DAFTAR ACUAN Dahlan, Z., 2000, Pandangan Baru Pneumonia Atipik dan Terapinya, Cermin Dunia Kedoteran No. 128, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/ cdk_ 128_masalah_saluran_napas.pdf (diakses tanggal 28 Desember 2011)
14
Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Infeksi Saluran Pernapasan, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. Fatmawati, 2004, Pola Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Pneumonia Anak Di Instalasi Rawat Inap RS. Dr. Sardjito Jogjakarta Periode Tahun 20002004, Skripsi, Fakultas Farmasi UII. Kemenkes RI, 2010, Peumonia Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, vol 3, 4-6. Ostapchuk, M., Robert, D., & Haddy R., 2004, Community Acquired Pneumonia in Infants and Children, http://www.aafp.org/afp/2004/0901/p899.pdf (diakses tanggal 2 januari 2012). Rahajoe, N. N., Supriyatno, B., & Setyanto, D. B., 2008, Buku Ajar Respirologi Anak, edisi pertama, Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Reves, C. J., Roux, G., & Lockhart, R., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, diterjemahkan oleh Setyono, J., Jakarta, Salemba Medika. Somantri, I., 2008, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, Jakarta, Salemba Medika. Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya, edisi kelima, 63-85, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
15