FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI PANGAN PROBIOTIK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2012. Oleh: Hannah Silvia, S.K.M. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi pangan probiotik pada mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel jenuh pada mahasiswi Program Studi Gizi seluruh angkatan. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi terakhir pangan probiotik pada > 4 minggu lalu sebesar 37,4%, disusul oleh responden yang mengonsumsi pangan probiotik pada < 2 minggu lalu yakni 34,6%, konsumsi 2-4 minggu lalu sebesar 27,9%. Pihak yang menganjurkan konsumsi adalah inisiatif sendiri yakni 86,3%, sebagian besar mengaku merasakan manfaat dari konsumsi probiotik yakni 56,9%, tidak melihat saran/petunjuk pemakaian produk yakni sebesar 72,1%, dan responden mengkonsumsi dua merek produk pangan probiotik sebesar 50,3%. Rata-rata skor pengetahuan responden mengenai probiotik adalah 38,84 poin dari skor maksimal 80 poin. Sebanyak 44,7%
memiliki uang saku Rp.0-Rp 500.000, memiliki skor aktivitas fisik
0,7184, tidak memiliki riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir sebesar 83,1%, dan memiliki rata-rata frekuensi keterpaparan media promosi mengenai probiotik sebanyak 29,15 kali dalam satu bulan. Hubungan yang bermakna hanya ditemui pada variabel aktivitas fisik (p=0,016), sedangkan variabel lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan yakni hubungan konsumsi pangan probiotik sebagai variabel dependent dengan pengetahuan (p=0,173), besar uang saku (p=0,695), riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir (p=0,915), dan media promosi probiotik (p=0,833) sebagai variabel
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
independen. Dibutuhkan penelitian lanjutan pada kelompok usia yang berbeda dengan penambahan variabel penelitian seperti kebiasaan makan. Pendahuluan Dari berbagai jenis makanan fungsional, produk yang mengandung probiotik merupakan jenis yang terbesar volume konsumsinya dan tercepat dalam perkembangannya di seluruh dunia (Hudson, 2010). Hal ini selain karena semakin banyaknya penelitian yang mengungkapkan manfaat probiotik, juga akibat gencarnya promosi yang dilakukan produsen kepada masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang didekati oleh produsen produk probiotik adalah mahasiswa yang memiliki kesibukan dan aktivitas tinggi. Salah satu cara yang dilakukan masyarakat agar kondisi fisiknya tetap baik sekaligus sebagai kompensasi pola makan yang tidak sehat tersebut adalah dengan mengonsumsi pangan kesehatan, seperti pangan probiotik yang diklaim memiliki efek positif bagi pencernaan (Putri, 2009). Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa konsumsi pangan probiotik terbukti mampu memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam usus dengan cara mencegah kolonisasi dari patogen yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan seperti diare. Namun demikian, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan pada produk probiotik sehingga manfaat probiotik tersebut dapat dirasakan oleh konsumen yakni antara lain mampu melekat pada sel usus dan bertahan dalam saluran usus. Mahasiswi program studi gizi dianggap memiliki pemahaman mengenai gizi dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswi lain. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah penelitian secara umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran serta faktorfaktor yang mempengaruhi konsumsi pangan probiotik pada mahasiswi program studi gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2011.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Bahan dan Metode Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana pengumpulan data hanya dilakukan pada saat tertentu atau tiap subjek hanya diwawancarai satu kali saja. Penelitian lanjut tidak dilakukan dalam penelitian ini. Variabel dependent (tergantung) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsumsi terakhir pangan probiotik. Sedangkan variabel independent (bebas) adalah besar uang saku, riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir, aktivitas fisik, pengetahuan probiotik, dan keterpaparan dengan media promosi. Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Kota Depok, Jawa Barat pada bulan Mei 2011. Adapun populasi studi pada penelitian ini adalah mahasiswi yang terdaftar secara aktif (tidak sedang cuti atau droup out) di Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2008 sampai dengan 2010. Program studi gizi dipilih karena anggapan bahwa mahasiswi gizi memiliki pemahaman mengenai gizi dan kesehatan lebih baik dibanding mahasiswa peminatan lain di FKM UI. Sampel penelitian ini adalah subjek pada populasi studi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian (eligible subject) yang memenuhi kriteria inklusi yaitu terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan status mahasiswa aktif pada tahun 2011 dengan jumlah 183 mahasiswi Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil untuk mengetahui besar uang saku, riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, dan keterpaparan dengan media promosi yang terkait dengan konsumsi pangan probiotik. Data dikumpulkan oleh peneliti selama bulan Juni 2011. Data diperoleh melalui angket yang disebar sejak tanggal 1-5 Juni 2011 dengan mendatangi sampel ke kelas-kelas yang berlangsung pada tanggal-tanggal tersebut. Pengumpulan data dilakukan oleh 4 enumerator yang sebelumnya telah dilatih dan diberi pengarahan mengenai isi angket. Enumerator yang dipilih adalah
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
mahasiswi peminatan gizi FKM UI angkatan 2007 yang bertujuan membantu peneliti dalam pengumpulan data. Untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam angket dapat dimengerti oleh calon responden dengan baik maka sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner yang dilakukan pada 30 mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK UI) dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik mahasiswa di FKM UI. Untuk data yang bersifat kompleks (berasal dari gabungan beberapa variabel), sebelum dilakukan analisis univariat dilakukan pengolahan data terlebih dahulu. Variabel kompleks dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, pengetahuan probiotik, riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir, dan keterpaparan media promosi. 1) Aktivitas Fisik Pada variabel aktivitas fisik, sebelum dilakukan entry data, dilakukan penilaian dengan menggunakan rumus Baecke (1982) sebagai berikut. Aktivitas fisik (olahraga) = intensitas olahraga x durasi olahraga x frekuensi olahraga
a. Penetapan skor intensitas olahraga Skor intensitas olahraga ditentukan dengan cara sebagai berikut. Tabel 1.1 Penentuan Skor Intensitas Olahraga Intensitas olahraga
Nilai
Ringan (misal: golf, billiard, bowling)
0,76
Sedang (misal: renang, senam, tenis, bersepeda, 1,26 menari) Berat (misal: tinju, bola basket, sepak bola)
1,76
Sumber: Baecke (1982) dalam Kamso (2000) b. Penetapan skor durasi olahraga Skor durasi olahraga ditentukan dengan cara sebagai berikut.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Tabel 1.2 Penetapan Skor Durasi Olahraga Durasi
Nilai
< 1 jam/minggu
0,5
1-2 jam/minggu
1,5
2-3 jam/minggu
2,5
3-4 jam/minggu
3,5
> 4 jam/minggu
4,5
Sumber: Baecke (1982) dalam Kamso (2000) c. Penetapan skor frekuensi olahraga Penetapan skor frekuensi olahraga ditentukan dengan cara sebagai berikut. Tabel 1.3 Penetapan Skor Frekuensi Olahraga Frekuensi
Nilai
< 1 bulan/tahun
0,04
1-2 bulan/tahun
0,17
2-3 bulan/tahun
0,42
3-4 bulan/tahun
0,67
> 4 bulan/tahun
0,92
Sumber: Baecke (1982) dalam Kamso (2000) Hasil akhirnya diperoleh skor aktivitas fisik responden yang kemudian digunakan untuk analisis data . 2) Pengetahuan Probiotik Variabel pengetahuan probiotik diukur dengan memberi skor pada pertanyaan D2 serta D4-D10. Nilai maksimum pada masing-masing pertanyaan adalah 10 sehingga nilai total maksimum pada variabel ini adalah 80. Jika jawaban benar diberikan nilai 1 dan salah diberi nilai 0 pada pertanyaan D4,D5 dan D10. Nilai maksimal pada pertanyaan D4 adalah 5 kemudian dikonversi menjadi 10 sesuai dengan pemaparan sebelumnya bahwa nilai maksimum tiap pertanyaan adalah 10. Jika responden hanya menjawab benar 4 maka nilainya 8, jika benar 3 maka nilainya 6, jika benar 2 maka nilainya 4, dan jika benar 1 maka nilainya 2. Untuk pertanyaan D6-D8 skor 2 diberikan jika jawaban benar, skor 0
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
jika salah dan jika responden menjawab tidak tahu. Nilai 2 kemudian dikonversi menjadi 10 dan nilai 0 tetap menjadi 0. Khusus untuk pertanyaan mengenai definisi probiotik (D2) dan definisi prebiotik (D9), jawaban dikelompokkan menjadi 4 yakni tidak tahu, salah, kurang tepat, dan tepat. Jawaban dikatakan tepat jika responden mampu memberikan definisi sempurna dari probiotik. Definisi probiotik menurut FAO (2001) adalah mikroorganisme hidup yang secara aktif meningkatkan kesehatan dengan cara memperbaiki keseimbangan flora usus dalam sistem pencernaan jika dikonsumsi dalam keadaan hidup dalam jumlah yang memadai. Dari definisi ini, kata kunci yang menjadi poin penilaian antara lain 1) mikroorganisme hidup, 2) meningkatkan kesehatan (baik bagi kesehatan), 3) dikonsumsi dalam jumlah memadai. Jika responden mampu menjawab definisi probiotik dengan mencantumkan 3 kata kunci tersebut maka nilainya 3, jika hanya mampu memaparkan 1 atau 2 kata kunci maka nilainya 2 dan jika salah serta tidak tahu nilainya 1. Penilaian ini dilakukan pula pada pertanyaan mengenai prebiotik yang memiliki definisi sebagai serat yang menjadi makanan bagi mikroorganisme termasuk bagi probiotik. Kata kunci dalam definisi ini yang digunakan sebagai tolak
ukur
penilaian
adalah
1)
serat/zat
gizi,
2)
makanan
bagi
mikroorganisme/probiotik. Jawaban dikatakan kurang sempurna jika responden tidak lengkap menjawab 2 kata kunci dari definisi prebiotik. Jawaban dikategorikan salah jika responden menjawab hanya 1 kata kunci. Setelah dikategorikan, jawaban diberi skor yakni skor 3 diberikan bagi responden yang dapat menjawab dengan tepat, skor 2 untuk jawaban kurang tepat, skor 0 untuk jawaban salah dan yang menjawab tidak tahu. Nilai 3 kemudian dikonversi menjadi 10, nilai 2 dikonversi menjadi 5, dan nilai 0 tetap menjadi 0. Pada akhirnya, dihitung total skor seluruh pertanyaan sejumlah 8 dengan nilai maksimum 80 poin.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
3) Keterpaparan Media Pada variabel keterpaparan media, pemberian skor dilakukan pada pertanyaan C4 mengenai frekuensi melihat/ mendengar promosi pangan probiotik dari berbagai sumber media informasi dalam satu bulan. 4) Riwayat Konstipasi dalam Satu Bulan Terakhir Variabel ini diukur dengan melihat pada kuesioner F1b yang menanyakan riwayat konstipasi responden dalam satu bulan terakhir. Variabel ini kemudian dikategorikan menjadi dua berdasarkan ada atau tidaknya riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir yakni ada dan tidak ada. Jika responden menjawab ada riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir maka dikategorikan menjadi kelompok ada, dan sebaliknya jika responden tidak ada riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir maka masuk kedalam kelompok tidak ada. Analisis univariat merupakan gambaran variabel yang akan diteliti. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang diteliti yakni variabel independen dan dependen. Analisis ini berfungsi untuk meringkas kumpulan dari hasil pengukuran menjadi informasi yang berguna. Analisis univariat digunakan untuk mendekskripsikan variabel dependen yakni sebaran konsumsi pangan probiotik berdasarkan waktu terakhir kali konsumsi yakni konsumsi kurang dari 2 minggu, konsumsi 2-4 minggu yang lalu, dan konsumsi terakhir pada lebih dari 4 minggu yang lalu. Selain itu, univariat yang dilihat antara lain frekuensi variabel besar uang saku, riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir, aktivitas fisik, pengetahuan probiotik, dan keterpaparan dengan media promosi sebagai variabel independen. Selain itu, analisis univariat ini berguna untuk menilai kualitas data dan menentukan rencana analisis selanjutnya (analisis bivariat) yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji statisik yang digunakan adalah uji chi-square dengan penggunaan tabel silang dan uji anova.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Hasil Responden yang mengikuti penelitian ini adalah mahasiswi program studi gizi angkatan 2008, 2009, dan 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penyebaran responden berdasarkan umur menurut angkatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.4 Distribusi Responden berdasarkan Umur Menurut Angkatan pada Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2011 Angkatan N Umur ± SD 2008
62
20,42 ± 0,615
2009
66
19,41 ± 0,656
2010
55
18,40 ± 0,852
Berdasarkan umur menurut angkatan menunjukkan bahwa rata-rata umur responden pada angkatan 2008 adalah 20 tahun dengan total responden 62 orang, angkatan 2009 rata-rata berumur 19 tahun dengan total responden 66 orang, dan pada angkatan 2010 umur responden rata-rata 18 tahun dengan 55 orang responden.Total keseluruhan responden adalah 183 responden. Tabel 1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Pangan Probiotik pada Mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2011 Konsumsi Pangan Probiotik Jumlah (n) Persentase (%) Konsumsi Pangan Probiotik (n=183) a. Ya, setiap hari
4
2,2
b. Ya, tidak setiap hari
154
84,1
c. Ya, sekarang tidak lagi
21
11,5
d. Tidak pernah
4
2,2
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik (n=179) a. Ya, konsumsi < 2 minggu
62
34,6
b. Ya, konsumsi 2-4 minggu
50
27,9
c. Ya, konsumsi > 4 minggu
67
37,4
a. Keluarga
37
20,2
b. Dokter/ tenaga kesehatan
2
1,1
c. Inisiatif sendiri
158
86,3
d. Teman
14
7,7
a. Ada
102
56,9
b. Tidak
77
43,1
a. Ya
50
27,9
b. Tidak
129
72,1
a. 1 merek
4
2,2
b. 2 merek
90
50,3
c. 3 merek
47
26,3
d. > 4 merek
38
21,2
Pihak yang Menganjurkan Konsumsi * (n=179)
Manfaat yang Dirasakan (n=179)
Konsumsi Sesuai dengan Saran/Petunjuk Produk (n=179)
Jumlah Merek Produk yang Dikonsumsi * (n=179)
Keterangan: (*) Jawaban bisa lebih dari satu Sebagian besar responden (84,1%) mengonsumsi pangan probiotik tidak setiap hari, sebanyak 11,5% mengaku pernah mengonsumsi pangan probiotik namun kini tidak lagi, dan persentase responden yang mengonsumsi pangan probiotik setiap hari dan responden yang tidak pernah mengonsumsi pangan probiotik sama-sama memiliki persentase yang kecil (2,2%).
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Tabel di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan skor pengetahuan mengenai probiotik dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel 1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Probiotik dengan Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Variabel
< 2 minggu
2-4 minggu
> 4 minggu
Pengetahuan
Mean
38,84
41,68
37,46
Mengenai
SD
15,104
11,413
11,028
95% CI
34,20-41,87
38,44-44,92
34,77-40,15
Probiotik
p value
0,173
Hasil uji analisis menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan mengenai probiotik diantara ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan besar uang saku dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel 1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Besar Uang Saku dengan Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik p value Uang Saku < 2 minggu 2-4 minggu > 4 minggu n
%
N
%
n
%
Rp.0-Rp.500.000
32
31,4
20
25,0
32
40,0
Rp.500.001-Rp.600.000
6
50,0
4
21,1
6
31,6
Rp.600.001-Rp.800.000
16
36,8
12
31,6
16
42,1
> Rp.800.000
13
27,5
14
33,3
13
31,0
Total
62
34,6
50
27,9
67
37,4
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
0,695
Hasil analisis hubungan antara besar uang saku dengan konsumsi terakhir pangan probiotik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar uang saku dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Distribusi responden berdasarkan skor aktivitas fisik dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel 1.8 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Variabel
Aktivita s Fisik
< 2 minggu
2-4 minggu
> 4 minggu
Mean
0,8606
0,8433
0,4936
SD
0,97388
0,77184
0,62081
95% CI
0,6133-1,1079
0,6240-1,0627 0,3421-0,6450
p value
0,016
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,016 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor aktivitas fisik dengan ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel di bawah ini memperlihatkan hubungan antara riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel 1.9 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Konstipasi dalam Satu Bulan Terakhir dengan Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Riwayat Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Konstipasi
< 2 minggu
2-4 minggu
> 4 minggu
n
%
N
%
n
%
Ada
8
26,7
9
30,0
13
43,3
Tidak
54
36,2
41
27,5
54
36,2
Total
62
34,6
50
27,9
67
37,4
Satu
Bulan
Terakhir
p value
0,591
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Berdasarkan hasil uji kai kuadrat diperoleh nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel riwayat konstipasi dengan variabel perilaku konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel di bawah ini memperlihatkan hubungan antara keterpaparan media dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Tabel 1.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaparan Media dengan Konsumsi Pangan Probiotik Konsumsi Terakhir Pangan Probiotik Variabel
< 2 minggu
2-4 minggu
> 4 minggu
Keterpaparan Mean
31,39
27,04
28,64
Media
SD
36,663
33,820
43,698
95% CI
22,08-40,70
17,43-36,65
17,98-39,30
Probiotik
p value
0,833
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor keterpaparan media probiotik dengan ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik. Pembahasan Pengetahuan mengenai pangan probiotik menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan mengenai probiotik diantara ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik (P value = 0,173). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Ruspriana (2008) yang menghasilkan korelasi bermakna antara pengetahuan dengan konsumsi pangan probiotik pada remaja di Kota Bogor dan juga penelitian Jong et al. (2003) yang menyatakan konsumsi pangan bakteri asam laktat seperti yoghurt lebih banyak pada responden yang memiliki pengetahuan baik. Hubungan yang tidak signifikan menunjukkan bahwa adanya faktor lain yang juga mempengaruhi pengetahuan responden terhadap persepsi
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
manfaat dan berbagai atribut produk pangan probiotik yang berdampak pada konsumsi pangan probiotik oleh responden. Dari hasil uji statsitik, didapatkan nilai P = 0,695 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara besarnya uang saku dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ruspiana (2008) yang menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara besar uang saku dengan konsumsi pangan probiotik. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara besar uang saku dengan konsumsi pangan probiotik mungkin disebabkan oleh sudah adanya kesadaran akan pentingnya mengonsumsi pangan probiotik pada mahasiswi gizi sehingga pendapatan/ uang saku tidak mempengaruhi mahasiswi dalam pembelian suatu produk pangan probiotik. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa baik pada responden yang mempunyai uang saku yang tinggi maupun pada responden yang mempunyai uang saku yang rendah setiap bulannya, sebagian besar keduanya sama-sama mengonsumsi pangan probiotik. Harga pangan probiotik kemasan botol kecil (65 ml) adalah sekitar Rp.1000-2000 sedangkan rata-rata uang saku responden adalah Rp.20.000 per hari. Hal ini menunjukkan bahwa harga pangan probiotik masih dapat terjangkau oleh rata-rata responden sehingga untuk membeli pangan probiotik sebenarnya tidak memberatkan responden. Meskipun terdapat beberapa responden yang menyatakan alasan tidak tertarik untuk mengonsumsi pangan probiotik karena harga yang tidak terjangkau, namun menurut peneliti tingkat kesukaan memegang peran lebih penting dalam konsumsi pangan probiotik. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,016 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor aktivitas fisik dengan ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik. Hasil analisis hubungan antara riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir dengan konsumsi terakhir pangan probiotik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna (P value = 0,591). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Radimer et al. (2004) yang menyebutkan bahwa seseorang yang membeli suplemen dan makanan fungsional termasuk didalamnya pangan
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
probiotik adalah mereka yang ingin mencari kompensasi dari pola hidup dan riwayat penyakitnya yang tidak sehat. Konsumsi probiotik mampu mencegah konstipasi dengan penjelasan bahwa probiotik mampu aktif sampai usu dimana dalam usus, bakteri-bakteri probiotik tersebut memproduksi asam organik dan menurunkan pH sehingga mampu mempercepat waktu transit makanan di usus (Jenie, 2007). Hasil yang tidak signifikan menunjukkan adanya faktor lain yang menyebabkan tidak terjadi konstipasi pada responden. Menurut Probosuseno (2005), faktor yang memengaruhi tidak terjadinya konstipasi antara lain olahraga, diet kaya serat, dan konsumsi air yang mencukupi. Hasil analisis hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi terakhir pangan probiotik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata skor keterpaparan media probiotik dengan ketiga kelompok konsumsi terakhir pangan probiotik. Adapun media yang termasuk dalam penelitian ini antara lain media iklan baik dari televisi, radio, majalah, kemasan produk, dan lain-lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas mahasiswa yang lebih sering diluar ruangan sehingga jarang terpapar dengan media promosi seperti televisi dan radio. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia paling banyak mengonsumsi pangan probiotik > 4 minggu lalu yakni sebesar 37,4%, disusul oleh responden yang mengonsumsi terakhir pangan probiotik < 2 minggu lalu sebesar 34,6%, dan konsumsi 2-4 minggu lalu yakni 27,9%.
2.
Pihak yang menganjurkan konsumsi adalah inisiatif sendiri sebesar 86,3%, sebagian besar responden mengaku merasakan manfaat dari konsumsi probiotik yakni 56,9%, responden tidak melihat aturan/petunjuk pemakaian
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
produk yakni 72,1%, dan responden mengonsumsi dua merek produk pangan probiotik yakni 50,3%. 3.
Rata-rata skor pengetahuan responden mengenai probiotik adalah 38,84 poin dari skor maksimal 80 poin. Sebanyak 44,7% memiliki uang saku Rp.0Rp.500.000, memiliki skor aktivitas fisik 0,7184, rata-rata responden tidak memiliki riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir yakni sebesar 83,1%, dan rata-rata frekuensi keterpaparan media promosi mengenai probiotik adalah 29,15 kali dalam satu bulan.
4.
Berdasarkan analisis bivariat, hanya variabel aktivitas fisik (p=0,016) yang memperlihatkan perbedaan rata-rata skor aktivitas fisik dengan konsumsi terakhir pangan probiotik. Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki perbedaan rata-rata yakni hubungan konsumsi terakhir pangan probiotik sebagai variabel dependent dengan pengetahuan (p=0,173) dan media promosi (p=0,833) sebagai variabel independent.
5.
Analisis bivariat juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara besar uang saku (p=0,695) dan riwayat konstipasi dalam satu bulan terakhir (p=0, 915) dengan konsumsi pangan probiotik. Daftar Pustaka
Anggondowati, Trisari. 2002. Gambaran Konsumsi Suplemen Vitamin dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Mahasiswa Program S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi. Depok: FKM UI. Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2004. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.23.3644 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Baliwati, Khomsan, dan Dwiriani. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Baecke, JAH. 1982. Short Questionnaire for The Measurement of Habitual Physical Activity dalam Kamso, Sudijanto. 2000. Nutritional Aspect of Hypertension in The Elderly (a Community Study in 6 Big Cities). Disertasi. Depok: FKM UI. Broto,
Wisnu. 2005. Penggunaan Probiotik dalam Produk Pangan. http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM /0405.pdf. (9 Desember 2011)
Brown, Judith E, et.al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. USA: Thomson Wadsworth. Costa-Riberio, et.al. 2000. Limitations of Probiotic Therapy in Acute, Severe Dehydrating Diarrhea. http://journals.lww.com/jpgn/Abstract/2003/01000/Limitations_of_Probi otic_Therapy_in_Acute,_Severe.21.aspx. (3 Mei 2011). Engel, JF. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 2. Binarupa Aksara, Jakarta. Fuller, RI. 1997. Probiotic 2, Applications and Practical Aspects. Microecology Reading UK, New York. Fuller, Gordon W. 2000. Food, Customers, and Food Industry. CRC Press, Washington. Fuller, R. 1989. Probiotic in Man and Animals. J Appl. Bacteriol. _______. 1992. Probiotic: The Scientific Basis. Chapman & Hall, New York. Goldberg, Israel. Functional Foods Designer Foods, Nutraceuticals. Chapman and Hall. United State
Pharmafoods,
Guthrie, H.A. 1989. Introductory Nutrition. Times Mirror/Mosby College Pub, Pennsylvania dalam Anggondowati, Trisari. 2002. Gambaran Konsumsi Suplemen Vitamin dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Mahasiswa Program S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi. Depok: FKM UI.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Hastono, Sutanto Priyo. 2001. Modul Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Harrison, R. A. et.al. 2003. Are Those in Need Taking Dietary Supplements? A Survey of 21.923 Adults. British Journal of Nutrition (2004) 91. 617-623. Heller,
K.J. 2001. Probiotic Bacteria in Fermented Foods: Product Characteristics and Starter Organism. American Journal Clinical Nutrition. http://www.ajcn.org. (12 Mei 2011)
Hidayat, Rahmat. 2002. Perilaku Konsumsi Suplemen pada Pria Dewasa di Kota Padang. Skripsi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor. Hilliam, M. 2000. Functional Food: How Big is The Market?. World of Food Ingredients. Hurst, W Jeffrey. 2002. Methods of aAnalysis for Functional Food and Nutraceuticals. CRC. Washington DC. Hudson, Ewa. 2010. Probiotics - rising dairy consumption and lactose intolerance create opportunity in Asia-Pacific. http://blog.euromonitor.com/2010/09/probiotics-rising-dairyconsumption-and-lactose-intolerance-create-opportunity-in-asiapacific.html. (8 Mei 2011) Isolauri, E. 2001. Probiotic in Human Diseases. American Journal Clinical Nutrition. http://www.ajcn.org. (14 Mei 2011) Jenie BSL. 2007. Probiotics: General Benefits for Health. International Symposium Probiotics for Optimum Health. IPB International Convention Center, Botani Square, Bogor. Jong, Nynke de, et.al. 2003. Demographic and Lifestyle Characteristics of Functional Food Consumers and Dietary Supplement Users. British Journal of nutrition Khomsan, A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Status Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Klein, G. Pack., A., Bonaparte, C. dan Reuter, G. 1998. Taxonomy and Physiology of Probiotic Lactic Acid Bacteria. Int. J Food Microbiol. Kolars, J.C., et al. 1984. New England Journal of Medicine; Yogurt? An autodigesting source of lactose. http://www.livestrong.com/article/480426-probiotic-results. (8 Mei 2011) Kotler, P. 2003. Marketing Management. International edition. Northwestern University, USA. Krummel, Debra A. dan Penny M. KrisEtherton..1996. Nutrition’s in Women’s Health. Maryland: An Aspen Publications. Kurniawan, Rifki. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Minuman Ringan dan Suplemen pada Remaja di SMUN 70 dan SMUN 32 Jakarta Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Lahteenmaki, L. 2006. Probiotics The Costumer Perspective. Food Science and Technology Buletin: Functional Foods 3. Mather G. 2006. Foundation of Perception. University of Sussex. Psychology Press, New York. Mowen dan Minor. 2002. Perilaku Konsumen (Edisi 5). Erlangga, Jakarta. Naputi N. 1994. Perilaku Jajanan di Kalangan Siswa SMA di Pinggiran Kota DKI Jakarta. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Probosuseno. 2005. Mengapa Susah Buang Air Besar?. http://www.majalahfarmacia.com (5 Mei 2011).
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Putri, Dwi Sisca Kumala. 2004. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Orang Dewasa (Studi Kasus di Cilandak Sport Center Jakarta Selatan Tahun 2004). Skripsi. Depok: FKM UI. Radimer, Kathy et.al. 2004. Dietary Supplement Use by US Adults: Data from the National Health and Nutrition Examination Survey, 1999-2000. American Journal of Epidemiology. Vol 160, no.4. Rasalwati, UH. 2004. Pengaruh Pengasuhan dan Media Terhadap Perkembangan Psikososial Remaja. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Reuter, G. 1997. Taxonomy and physiology of probiotic lactic acid bacteria. http://blog.euromonitor.com/2010/09/probiotics-rising-dairyconsumption-and-lactose-intolerance-create-opportunity-in-asiapacific.html. (8 Juli 2011) Rofle RD. 2000. The Role of Probiotic Culture in the Control of Gastrointestinal Health. In Symposium: Probiotic Bacteria: Implication for Human Health. American Society for Nutritional Science. Ruspriana, Devi. 2008. Konsumsi dan Persepsi Manfaat Minuman Probiotik pada Remaja Putri (Studi Kasus di SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 Kota Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Salminen, S. 2004. Lactid Acid Bacteria: Microbiology and Functional Aspects third edition. Marcel Dekker, Inc, New York. Schmidl, Mary K. 2000. Essential of Functional Foods. Aspen Publishers, Inc. Maryland. Sugiono. 2000. Desain Penelitian. Pressindo: Bandung Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Ghalia Indonesia, Bogor. Surono, Ingrid. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI. Jakarta.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013
Swastha, Bayu & Irawan. 1997. Menejemen Pemasaran Modern. Cetakan kedua. Yogyakarta: Liberty Offset. Syahni, Lucky, dkk. 2002. Jenis, Bentuk, dan Konsumsi Suplemen pada Wanita Dewasa di Jakarta Pusat. Prosiding Kongres Nasional dan Temu Ilmiah XII, Persatuan Ahli Gizi indonesia, Jakarta dalam Putri, Dwi Sisca Kumala. 2004. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan Faktorfaktor yang Berhubungan pada Orang Dewasa (Studi Kasus di Cilandak Sport Center Jakarta Selatan Tahun 2004). Skripsi. Depok: FKM UI. Vrese M, Anna S. 2001. Probiotic Compensation for Lactose Insufficiency. American Journal Clinical Nutrition. http://www.ajcn.org (19 April 2011) Wahlquist ML. 1997. Food and Nutrition. Australia, Asia, and Pasific. Allen & Unwin. Website Resmi FKM UI. Sejarah. http://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com_content&task=blogcateg ory&id=13&Itemid=29 (1 Juni 2011) Wibisana W. 1992. Keterlibatan Lembaga Non-Kesehatan dan Strategi Pengembangan KESUMA di Perguruan Tinggi Pertanian. IPB Bogor. Wildman, Robert. 2007. Handbook of Nutraceuticals and Functional Foods Second Edition. CRC Press. New York Winarno, F.G dan Felicia Kartawidjajaputra. 2007. Pangan Fungsional dan Minuman Berenergi. Bogor: M-BRIO Press. Winarno, FG. 2003. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. Zou, Ning dan Jill E. Hobbs. 2006. Global Upswing for Probiotic and Prebiotic Food and Beverages http://www.nutraingredients-usa.com/ConsumerTrends/Global-upswing-for-probiotic-and-prebiotic-food-and-beverages (30 Mei 2011)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Hannah Sivia, FKM UI, 2013