Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Dibandingkan Dengan Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Bukittinggi
ARTIKEL
OLEH: FISTISIA RAHMADINI 2007/88937
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Maret 2013 1
2
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Artikulasi Dibandingkan Dengan Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Bukittinggi FISTISIA RAHMADINI Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (
[email protected]) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan metode pembelajaran Artikulasi dengan metode NHT. Penelitian ini dilakasanakan di SMA N 2 Bukittinggi pada siswa kelas X. Jenis Penelitian Eksperimen Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 2 Bukittinggi.Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling sehingga diambil dua sampel yaitu siswa kelas X5 sebagai kelas eksperimen 1 diberi perlakuan menggunakan pembelajaran Artikulasi dan siswa kelas X6 sebagai kelas eksperimen 2 diberi perlakuan menggunakan pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran. Analisis data dengan menggunakan uji Z. Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa,diperoleh rata-rata hasil belajar ekonomi kelas eksperimen 1 sebesar 80,875 dan rata-rata kelas eksperimen 2 sebesar 76,625. Pada uji hipotesis, diperoleh Zhitung sebesar 2,05 sedangkan Ztab 1,96. Dengan demikian H0 ditolak,artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran artikulasi dengan metode pembelajaran NHT. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran artikulasi lebih tinggi hasilnya dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran NHT. Kata kunci :Hasil belajar, metode pembelajaran artikulasi, metode pembelajaran NHT. Student Learning Differences Using Learning Model Artikulation Compared With Learning Type Cooperative Laerning Model NHT (Numbered Head Together ) Eyes Lesson In Economic Students Class X SMA N 2 Bukittinggi FISTISIA RAHMADINI Economic Education, Faculty of Economics Padang State University (
[email protected]) ABSTRACT This study aimed to analyze the differences in student learning outcomes Economic Articulation learning methods NHT method. This study dilakasanakan in SMA N 2 Bukittinggi in class X. Experimental study type research population is students of class X SMA N 2 Bukittinggi.Purposive sampling is done so that the two samples are taken X5 grade students as a class experiment 1 were treated using a class of students learning Articulation and X6 as a class experiment 2 were treated using learning NHT in the learning process.Analysis of the test data using Z. Based on the analysis of student learning outcomes data, obtained an average yield experimental class one economics study of 80.875 and an average grade of 76.625 experiment 2. In hypothesis testing, Zhitung obtained at 2.05 while Ztab 1.96. Thus H0 is rejected, meaning that there is a difference in student learning outcomes articulated learning method with learning methods NHT. Learning outcomes of students who were taught using learning methods articulation higher results compared with the results of student learning that are taught by NHT learning methods. Keywords:
learning
outcomes,
teaching
methods 1
articulation,
NHT
learning
methods
Siswa dinyatakan lulus apabila hasil belajar ekonomi telah mencapai KKM yaitu 70. Fenomena ini memperlihatkan bahwa banyak siswa SMAN 2 Bukittinggi
PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pembangunan nasional yang erat sekali hubungannya dengan pengembangan sumber daya manusia. Salah satu usaha dalam peningkatan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan proses belajar melalui metode pembelajaran yang relevan dengan materi ajar.
Penulis menduga rendahnya pencapaian kompetensi pelajaran ini diakibatkan oleh interaksi antara guru dan siswa serta siswa dan guru tidak terjadi selama proses pembelajaran ekonom berlangsung, dan pemilihan metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa kurang aktif dan cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang diharapkan dapat mengarahkan siswa supaya aktif adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk mengartikulasinya dirinya saat proses pembelajaran berlangsung. Seperti yang dikemukakann oleh Wenger (2003:17) yang menyatakan bahwa “Artikulasi merupakan suatu struktur yang terjadi di dalam otak yang melibatkan kemampuan, membaca, dan cara gerak lainnya seperti menulis, membuat sktesa ,dan gerak ekspresif lainnya.
Kualitas hasil belajar terutama terletak di tangan guru yang berkualitas pula. Keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar yang dilaksanakan dan dikelola oleh guru yang professional. Semakin tinggi tingkat kualitas guru dalam memahami proses dan mengelola proses pembelajaran, semakin tinggi pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Dalam pembelajaran guru mempunyai ketrampilan dan memilih metode pembelajaran yang dapat dimengerti oleh siswa di dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2006). Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:4). Sedangkan menurut Suryosubroto, proses belajarmengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran (Suryosubroto 1997:19).
Artikulasi dalam proses pembelajaran menutut siswa menjelaskan sesuatu seperti menerangkan tentang pembelajaran ekonomi dalam pokok pembahasan kebutuhan dan kelangkaan. penjelasan bisa dilakukan siswa melalui cerita, grafik, sketsa dan gerak tubuh. Secara tidak langsung , pelajaran akan lebih lama tinggal di ingatan siswa karena banyak melibatkan panca indra dalam pembelajaran melalui pengalaman dan aktivitas yang dilakukan sendiri oleh siswa. Model pembelajaran artikulasi yaitu model dimana siswa membentuk kelompok berpasangan dua orang salah seorang menceritakan materi yang telah dijelaskan oleh guru dan pasanganya berperan sebagai pendengar kemudian berganti peran setelah siswa diacak kedepan bersama pasangannya untuk menyampaikan hasil wawancaranya sampai
Berdasarkan observasi di SMAN 2 Bukittinggi memperlihatkan bahwa nilai belajar ekonomi siswa kelas X termasuk rendah. Hal ini dapat dari nilai rata-rata ujian tengah semester Ganjil kelas X Tahun Ajaran 2011/2012. 2
sebahagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara kemudian guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh siswa. Dengan model pembelajaran artikulasi siswa dilatih untuk bisa menjelaskan kembali apa yang dijelasknan guru sehingga siswa bisa mengetahui sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan serta mengulangi kembali materi yang belum dikuasai siswa semakin banyak siswa mengartikulasikan persepsi anda semakin tajam pedoman siswa terhadap persepsi tersebut. Sesuai yang dikemukakan oleh Wenger (2004:107) bahnwa” Prinsip artikulasi adalah semakin banyak anda mengungkapkan atau mengartikulasikan persepsi anda semakin tajam anda memahami persepsi itu dan persepsipersepasi terkait lainnya.
Penelitian tentang Perbedaan hasil belajar model pembelajaran artikulasi pernah diteliti oleh Rahmadini (2006), yang menyimpulkan bahwa hasil belajar pada kelas yang mendapat penerapan prinsip artikulasi melalui kelompok format dinamis lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa. Agar artikulasi ini terjadi dalam proses pembelajaran, guru perlu memperhatikan pengetahuan awal siswa. Pemberian pengetahuan awal menyebabkan siswa tidak belajar dengan pengetahuan yang kosong. Jonassen dan Gabrowsk dalam Miusman (2003:46) menyatakan tentang definisi pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki dan dibawa siswa ke dalam proses belajar di kelas yang berhubungan dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Sekarang ini banyak ditemukan siswa yang sulit untuk berbicara atau mengungkapkan pendapat khususnya terhadap materi pelajaran yang telah dijelaskan baik terhadap guru maupun terhadap temannya. Karena selama ini proses belajar mengajar yang berlangsung terpusat pada guru aktifitas siswa hanya diam,duduk,dengar,catat dan hafal sehingga siswa bersifat pasif dan tidak terbiasa berbicara dalam proses belajar mengajar dalam mengungkapkan pendapatannya tentang materi yang dijelaskan oleh guru sehingga siswa kurang memiliki keberanian dalam mengungkapkan perndapatannya walaupun siswa tersebut mengetahuinya.
Untuk memulai pembelajaran sebaiknya guru melihat konsep awal tersebut, dengan memberikan memulai pelajaran berupa pemberian kuis. Pemberian kuis yang dimaksud adalah pemberian tugas awal sebelum pembelajaran dimulai. Pemberian tugas dalam bentuk membaca dan mengajarkan soal-soal yang dapat dilakukan siswa secara pribadi maupun kelompok dan berfokus pada aktivitas belajar siswa. Pembelajaran kooperatif lain adalah Tipe Numbered Head Together (NHT). Dalam tipe pembelajaran Numbered Head Together (NHT), siswa bekerja sama dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah disiapkan oleh guru, sehingga siswa bekerja secara aktif. Guru memberikan permasalahan yang sama kepada kelompok untuk diselesaiakan, setiap kelompok menyatukan pendapat dan memutuskan jawaban yang dianggap paling benar, dipastikan semua anggota kelompok menyetujui jawabannya. Jadi seluruh siswa sudah siap jika guru memanggil nomornya untuk mempresentasikan di depan kelas.
Untuk itu model pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan kertelibatan siswa dalam proses belajar mengajar siswa didorong untuk bisa mengungkapkan kembali materi kepada temannya dapat meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingat siswa terhadap materi yang telah diajarkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3
Penggunaan Model Pembelajaran Artikulasi Dan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe NHT dalam pelajaran ekonomi diharapkan menjadi alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar Ekonomi Siswa. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Perbedaan Model Pembelajaran Artikulasi Dibandingkan Dengan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe NHT (Number Head Together) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 2 Bukittinggi”.
c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. b. Pengukuran hasil belajar Menurut Sumadi ( 2001 : 296) ”maksud penilaian hasil-hasil pendidikan itu ialah untuk mengetahui ( dengan alasan yang bermacammacam) pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauh manakah kemajuan anak didik”. Hasil belajar merupakan salah satu bentuk gambaran tentang kemampuan dalam menguasai bahan pelajaran. Kalau siswa yang hasil belajar baik maka siswa tersebut dapat dikatakan tuntas.
Tinjauan Teoritis 1.Tinjauan tentang Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar sebagai tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui suatu mata pelajaran. Seperti yang dikatakan Wina (2008:88) ” keberhasilan belajar diukur dari hasil yang diperoleh . semakin banyak informasi yang dapat dihafal maka semakin bagus hasil belajar. Seorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik berupa pengetahuan keterampilan maupun dalam bentuk sifat dan sikap kearah positif. Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar, Bloom dalam Sudjana (2002:22) membagi hasil belajar dalam tiga ranah atau kawasan yaitu: a. Ranah kognitif (Cognitive Domain), yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Hasil belajar yang akan dinilai adalah aspek kognitif siswa yang diperoleh dengan memberikan tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar dapat diperoleh setelah proses belajar mengajar, untuk itu perlu diadakan evaluasi akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar dan mengerjakan tugas. Hasil belajar diukur melalui tes untuk menilai berbagai kemampuan , kebiasaan dan kerterampilan siswa. c.Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Banyak ahli yang sependapat bahwa hasil belajar rendah disebabkan oleh banyak faktor, baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar diri siswa. Abu Ahmadi (1991:88) menyatakan hal-hal yang menyebabkan hasil belajar rendah, yaitu: Sebab-sebab individual, artinya tidak ada orang yang mengalami kesulitan belajar yang 4
sama persis penyebabnya, walaupun jenis kesulitannya sama. Sebab-sebab yang kompleks, artinya orang mengalami kesulitan belajar dan prestasi belajar rendah karena sebab macammacam.Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) adalah sebagai berikut: a. Faktor interen 1. Sikap belajar 2. Motivasi belajar 3. Konsentrasi belajar 4. Mengolah bahan ajar 5. Rasa percaya diri siswa 6. Intelegansi dan kesulitan belajar siswa 7. Kebiasaaan belajar siswa b.Faktor Eksteren 1. Guru sebagai pembina siswa 2. Sarana dan prasarana pembelajaran 3. Kebiasaan penilaian 4. Lingkungan sosial siswa 5. Kurikulum 6. Metode
keseluruhan mewarnai dan meberi karakteristik terhadap belajar mengajar itu. 3.Tinjauan Pembelajaran Ekonomi Menurut Fajar (2002 : 127) ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang prilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Tujuan dari mata pelajaran ekonomi menurut Permen Diknas No 23 tahun 2007 adalah 1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumh tangga, masyarakat, dan negara. 2)Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. 3)Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuandan keterampilan ekonomi, manajemen, dan akuntansi, yang bermanfaat bagi diri sendiri, , rumah tangga, masyarakat dan negara. 4) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. Sebagaimana telah diketahui bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP mata pelajaran ekonomi merupakan cerminan dari standar isi (SI) dan standar kompetensi kelulusan (SKL) yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar isi terdiri dari standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
2.Tinjauan Tentang Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek dimana dalam proses pembelajaran tersebut terjadi hubungan timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar .Proses Pembelajaran terdiri atas dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar . Belajar merupakan proses kegiatan dimana individu akan mengalami perubahan tingkah laku bila telah melakukannya sebgaimana diungkapkan Hamalik (2001 :4).Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungan .Proses dalam hal ini merupakan kegitan yang berlangsung secara berkesinambungan dan terpadu yang secara
4.Tinjauan Tentang Artikulasi
Model Pembelajaran
Siswa dalam proses belajar sering tidak mendapat kesempatan untuk melakukan atau mengugkapkan pemahamannya tentang apa yang 5
sedang dipelajari. Keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi siswa karena tidak mengembangkan pola Pikirannya secara luas. Siswa yang dilibatkan secara aktif dan diberi kebebasan untuk mengartikulasikan dirinya. Lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru . Wenger (2003 : 107) Mendefinisikan artikulasi sebagai berikut :
kelangsungan hidup manusia. Selanjutnya falsafah ini di terapkan dan di kembangkan di depan kelas. Salah satu alasan terpenting pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah bahwa pendidik dan ilmuan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan. Namun jika persaingan diatur dengan baik akan dapat menjadi sarana efektif untuk memotivasi orang dalam melakukan yang terbaik.Model pembelajaran koperatif saat ini sudah mulai diterapkan di dalam proses pembelajaran di sekolah. Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Isjoni (2009:12 )mengemukakan: “Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran dalam melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), sepeti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain bekerja sama, rasa kestiakawanan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas”.Dalam Isjoni (2007 : 5) dituliskan model Cooperative learning tipe Numbered heads together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap
Artikulasi didefinisikan sebagai sturktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan berbicara , membaca, dan area gerak lain seperti menulis, membuat sketsa dan gerak ekspresinya lainnya. 4.Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan kelompok. Siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari suatu materi pembelajaran dan tugastugas yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Terdapat 5 unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan belajar kelompok biasa. Menurut Roger dan David ( 1994 dalam Lie 2002 : 30 ) unsurunsur tersebut adalah : 1. Saling ketergantungan secara positif 2. Tanggung jawab perorang 3. Tatap muka 4. Komunikasi antar anggota 5. Evaluasi \proses kelompok 5.Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Sebelum membahas Cooperative Learning lebih jauh lagi, maka dikemukakan falsafah cooperatif menurut Lie (2004:28) bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama adalah kebutuhan yang sangat penting artinya bagi 6
4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok
nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah menurut Isjoni (2007 :5 ) model Cooperative learning tipe Numbered heads together antara lain:
Kelemahan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads together: 1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis peneitian adalah penelitian eksperimen Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenal dengan subjek selidik (Arikunto, 2005:207). Sampel dibagi atas dua kelompok yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas Eksperimen 2. Kelompok (kelas) eksperimen 1 dengan menggunakan model pembelajaran artikulasi dan kelas eksperimen 2 dengan menggunakan tipe Numbered head Together (NHT). Pada kedua kelas sampel diberikan tes awal. Bentuk rancangan dengan rancangan penelitian randomized cantrol group pretest – post test design digunakan karena penelitian ini memberikan perlakuan khusus yaitu membandingkan terhadap kelompok pretest dan post test.
1.Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2.Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3.Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4.Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5.Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Bukittinggi pada siswa kelas X dilaksanakan kurang lebih satu bulan.
Menurut Isjoni (2007 :5) ada Kelebihan dan Kelemahan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads together: Kelebihan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads together
Populasi Dan Sampel Populasi pada sampel ini adalah : Seluruh siswa kelas X SMA N 2 Bukittinnggi. Dan untuk pengambilan Sampel adalah bagian dari populasi atau yang dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu suatu cara
1. Setiap siswa menjadi siap semua. 2. Dapat melakukan sungguh-sungguh.
diskusi
dengan
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 7
pengambilan sampel yang sengaja dipilih karena ada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Arikunto.2002:17). Jenis Data dan Sumber Data 1. Data primer: data yang langsung diambil peneliti dari siswa melalui tes akhir 2. Data sekunder: data yang langsung diambil daari pihak lain, dalam hal ini adalah guru kelas dan tata usaha SMA 2 Bukittinggi Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini berlangsung beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan a. Menentukan jadwal Penelitian b.Mempersiapkan RPP, lembaran observasi, LKS, soal uji coba dan soal akhir c.Menentukan Populasi dan Sampel d.Mempersiapkan alat dan media penelitian yang sesuai e.Membuat surat izin penelitian 2.Tahap pelaksanaan Melaksanakan review atas materi pelajaran sebelumnyaMemberikan perlakuan pada kelas yang menggunakan model pembelajarana artikulasi dilanjutkan dengan kuis dan model pembelajaran kooperativ tipe NHT. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Dimana pertemuan terakhir yang dilakukan postest, selisih dari posstest dan pretest ini akan dilihat sebagai peningkatan hasil belajar siswa . 3. Penilaian Penilaian yang dilakukan adalah penilaian ranah kognitif yang diambil selama penelitian berlangsung. Penilaian aspek kognitif diperoleh dari hasil pretes dan postest, dan diperoleh dari ketelitian siswa dalam mengerjakan petunjukpetunjuk dan pertanyaan dalam kuis.
dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif. a.Analisis Deskriptif Analisis deskriptif yaitu menyajikan data secara sederhana ,sistematis sehingga memudahkan pembaca untuk memberi makna atas data tersebut 1. Mean (rata-rata)
Dimana : = Mean Xi= Data pengamatan ke i n= jumlah data sampel 2. Standar deviasi
Dimana : S = Standar deviasi Xi = Data Pengamatan ke i n = menunjukkan data yang dianalisis adalah sampel b.Analisis induktif Dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan dua rata-rata kelas sampel tersebut. Dan kemudian pada penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisisebelum melakukan uji hipotesis dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yakni sebagai berikut: 1.Uji Prasyarat Analisis a.Uji Normalitas
Teknik Analisis data Analisis data yang dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan 8
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, digunakan uji liliefors. Jika Lo dan L tabel maka sampel berasala dari populasi yang terdistribusi normal , dan jika Lo > L tabel maka sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b.Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Jika harga Fhit berada pada perhitungan criteria yang telah ditetapkan ,maka variansnya tidak homogen c.Uji Hipotesis
siswa sebesar 50,875 % yang telah ditetapkan dan pada kelas eksperimen 2 dengan hasil belajar siswa sebesar 50,75. Setelah mengetahui rata-rata nilai pada kedua sampel dilakukan uji normalitas dan uji homoginitas : 1. Uji Normalitas Dari pengujian yang telah dilakukan pada taraf signifikan = 0,05 didapat harga Lhit untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Lhit untuk kelas eksperimen I adalah 0,1125 dan kelas eksperimen II sebesar 0,1145 (lampiran 16), sedangkan Ltabel untuk kedua kelas sampel adalah 0,1566. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Lhit lebih kecil dari Ltabel sehingga kedua kelas sampel berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji homogenitas pada tabel di atas adalah Fhit < Ftab sehingga varians kedua kelas sampel adalah homogen. 3. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran artikulasi dengan metode pembelajaran cooperative tipe NHT digunakan uji Z karena jumlah sampel ≥ 30
Untuk menguji hipotesis maka digunakan uji kesamaan dua rata-rata. Menurut Sudjana (2002:239) apabila jumlah sampel >30 maka digunakan uji Z. untuk menerima dan menolak hipotesis nol (Ho) pada taraf signifikan α = 0.05 digunakan tabel Z dengan ketentuan sebagai berikut : a.Jika Z hitung ≥ Z tabel atau –Z hitung < -Z tabel maka H0 ditolak b.Jika Z hitung < Z tabel atau –Z hitung ≥ -Z tabel maka H0 diterima HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Peneltian Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan maka diperoleh hasil belajar siswa berupa nilai pre test dan post test. Nilai pre test diperoleh sebelum diberikan perlakuan sedangkan post test diberikan setelah adanya perlakuan. Selisih antara nilai pre test dan post test dapat dijadikan sebagai bahan untuk melihat perkembangan nilai siswa. Pada kelas eksperimen 1 dapat dilihat terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari nilai pre test dengan tingkat ketuntasasan belajar
Berdasarkan perhitungan uji Z untuk pre test dengan α = 0,05 diperoleh Zhit = 0,04 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit < Ztab , maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pre test antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum perlakuan diberikan kemampuan kedua kelas sampel adalah relatif sama. Sementara 9
perhitungan uji Z untuk post test di kedua kelas sampel dengan α = 0,05 diperoleh Zhit = 2,05 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit > Ztab maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar post test antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Untuk menguji hipotesis hasil belajar siswa dari pre test berbeda dengan hasil belajar siswa post test dilakukan uji hipotesis dengan mengambil rata-rata pre test dan post test dari ke dua kelas sampel. Dari hasil perhitungan didapat Zhit = 10,96 dan Ztab = 1,96 sehingga Zhit > Ztab maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pre test siswa dengan hasil belajar post test siswa.
Pada pembelajaran artikulasi peneliti meminta siswa membaca materi pelajaran yang akan dipelajari. Peneliti kemudian membagikan tugas kepada setiap siswa dan menyuruh siswa mendiskusikan tentang materi yang sedang dipelajari dan mencari jawaban dari pertanyaan yang didapatkan Peneliti membagi Siswa kelompok menjadi 2 orang . Kemudian peneliti secara acak memanggil siswa untuk mendiskusikan materi yang telah dipelajari. Siswa lain yang tidak tampil memberikan tanggapan, gagasan dan pertanyaan atas jawaban yang diberikan oleh temannya yang presentasi di depan kelas. Pada metode pembelajaran cooperative tipe NHT, peneliti membentuk siswa menjadi 3 atau sampai 8 kelompok. Setiap kelompok membahas topik yang sama dan masing-masing kelompok menunjuk juru bicara untuk presentasi ke depan kelas. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi yang didapatkan. Selanjutnya juru bicara tampil presentasi ke depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan, gagasan dan pertanyaan dari materi yang disampaikan oleh juru bicara. Anggota kelompok lain yang tidak tampil berkesempatan menjawab pertanyaan jika juru bicara tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain. Metode pembelajaran artikulasi aktif tipe dan metode, cooperative tipe NHT cocok digunakan untuk materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu kebutuhan dan kelangkaan. Pada kompetensi dasar kebutuhan dan kelangkaan, siswa diminta aktif untuk menjelaskan kebutuhan manusia dan mendeskripsikan berbagai sumber ekonomi yang langka dan kebutuhan manusia tidak terbatas. Selain aktif menjelaskan, pada metode ini siswa dituntut berfikir kritis dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul, sehingga tujuan dan indikator pembelajarn yang tercantum dalam
PEMBAHASAN Berdasarkan instrumen penelitian, telah didapatkan soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan kepada siswa di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diperoleh nilai rata-rata pre test kelas pembelajaran artikulasi 50,875 dan nilai rata-rata kelas pembelajaran cooperative tipe NHT sebesar 50,750. Hal ini menunjukkan nilai pre test pada kedua kelas sampel tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Ini berarti kelas pembelajaran artikulasi dan kelas pembelajaran cooperative tipe NHT memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Setelah tes awal dilakukan kepada kedua kelas sampel, peneliti mulai melakukan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel dalam proses pembelajaran. Kelas eksperimen I belajar menggunakan metode pembelajaran artikulasi sedangkan kelas eksperimen II menggunakan metode pembelajaran cooperative tipe NHT. 10
rencana pelaksanaan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Setelah kedua kelas sampel mendapat perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelompok diberi tes hasil belajar. Dari hasil belajar tersebut, didapatkan rata-rata nilai post test kelas artikulasi sebesar 80,875 dan kelas cooperative tipe NHT sebesar 76,625. Rata-rata nilai post test tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas artikulasi dilanjutkan dengan kuis dengan kelas cooperative tipe NHT. Nilai rata-rata kelas artikulasi dilanjutkan dengan kuis lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas cooperative tipe NHT. Dalam metode pembelajaran artikulasi setiap siswa lebih aktif dan bertanggung jawab mempersiapkan diri dalam membaca dan mempelajari materi pelajaran karena setiap saat siswa dapat tampil ke depan kelas untuk menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan instruksi guru. Hal ini berbeda dengan metode cooperative tipe NHT. , siswa kurang bertanggung jawab dalam mempelajari materi. Siswa dalam kelompok menyerahkan tanggung jawabnya kepada juru bicara yang akan tampil. Ketika juru bicara dari masing-masing kelompok sudah ditunjuk, biasanya anggota kelompok lain tidak fokus lagi dalam mempelajari materi karena mereka tidak akan tampil presentasi ke depan kelas. Walaupun demikian, kedua metode pembelajaran ini dapat megaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berpengaruh langsung kepada hasil belajar siswa setelah diberikan tes akhir.
Namun jika dilihat dari pencapaian kompetensi dasar yang dicapai, nilai siswa pada kompetensi kebutuhan pada kelas artikulasi lebih baik dari nilai kelas cooperative tipe NHT. Hal ini disebabkan siswa disetiap kelompok lebih fokus mempelajari materi sesuai dengan materi yang menjadi tanggung jawab kelompok, sehingga setiap kelompok berusaha mencari informasi sebanyak mungkin mengenai materi yang akan mereka bahas dan presentasikan. Pada kompetensi kelangkaan, nilai yang diperoleh siswa di kelas artikulasi lebih baik dari nilai siswa di kelas cooperative tipe NHT. Pada kompetensi ini siswa lebih mempersiapkan diri dalam membaca dan mempelajari materi. Mereka tidak terfokus mempelajari satu pokok bahasan saja. Hal ini dilakukan karena siswa tidak mengetahui pertanyaan apa yang akan mereka dapatkan nantinya. Kesiapan siswa dalam membaca materi pelajaran secara keseluruhan berakibat pada siswa menjadi paham dan menguasai materi pelajaran serta mampu menyelesaikan soal test yang diberikan sehingga nilai siswa di kelas artikulasi lebih baik dari nilai siswa di kelas cooperative tipe NHT. Selama penelitian berlangsung ada beberapa hambatan yang ditemukan. Hal ini terjadi karena peneliti belum memiliki banyak pengalaman dalam proses belajar mengajar. Adapun hambatan yang ditemui peneliti pada saat melakukan penelitian adalah: Pada awalnya cukup sulit membangkitkan semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran baik di kelas artikulasi maupun di kelas cooperative tipe NHT. Sulit untuk membentuk kelompok secara heterogenitas karena siswa cenderung memilih-milih teman untuk dijadikan anggota kelompok. Kurangnya sumber pembelajaran seperti buku paket yang dimiliki oleh siswa sehingga
Secara keseluruhan, nilai yang diperoleh siswa di kelas artikulasi lebih baik dari nilai yang diperoleh siswa di kelas cooperative tipe NHT. 11
siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya. Kendala utama yaitu penggunaan waktu yang kurang efektif dan efisien, waktu dalam proses pembelajaran tersita karena penataan kelas sebelum proses pembelajaran dimulai. Model pembelajaran artikulasi merupakan salah satu model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan siswa. Banyak lagi model yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran ekonomi seorang guru seharusnya menggunakan berbagai model pembelajaran yang berlangsung hingga dapat mengatasi kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran dan motivasi siswa bertambah. Karna tidak ada satu metode pembelajaran yang efektif untuk semua jenis materi pembelajaran. Untuk itu diperlukan kerterampilan guru memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan ,Jadi dari uraian diatas dapat kita temukan bahwa nilai rata-rata nilai hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran artikulasi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil pembelajaran dengan model pembelajaran artikulasi diilanjutkan dengan pemberian kuis adalah 80,875 h dan menggunakan cooperative tipe NHT adalah 76,625 disini dapat kita liat pembelajaran artikulasi di SMA negeri 2 Bukittinggi lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari pada model pembelajaran cooperative tipe NHT. Begitu juga dengan hasil temuan ningsih dalam penerapan prinsip artikulasi melalui kelompok dalam mata pelajaran kebutuhan dan kelangkaan menemukan hasil belajar diperoleh memperlihatkan rata-rata kelas eksperimen 1 setelah menerapkan prinsip artikulasi melalui kelompok lebih baik dari pada eksperimen 2 menggunakan cooperative tipe NHT . rata –rata eksperimen 1 adalah 30 sedangkan eksperimen 2 adalah 25,88 dan pembelajaran dengan
menerapkan prinsip arikulasi melalui kelompok berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi siswa SMA negeri 2 Bukittinggi dengan taraf nyata 0,05.Untuk Setiap indikator yang dinilai menujukkan perbedaan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 .Perbedaan rata-rata sikap siswa dari 3x pertemuan dapat dilhat dari tabel 7. Jadi hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran artikulasi dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan metode artikulasi dengan metode cooperative tipe NHT Hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan metode pembelajaran artikulasi lebih tinggi dari hasil belajar Ekonomi siswa yang menggunakan metode pembelajaran cooperative tipe NHT. Namun secara keseluruhan penerapan metode pembelajaran artikulasi dan metode cooperative tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar Ekonomi siswa : 1.Kepada Guru di SMA N 2 Bukittinggi, khususnya guru mata pelajaran Ekonomi hendaknya menerapkan metode pembelajaran artikulasi dilanjutkan dengan kuis dan metode cooperative tipe NHT karena kedua metode pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ekonomi siswa. 2. Mempersiapkan bahan pelajaran seperti daftar pertanyaan yang akan digunakan dan 12
Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
mengalokasikan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 3.Agar pelaksanaan dan tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal, hendaknya setiap siswa diharuskan memiliki buku pegangan serta pengelolaan kelas guru lebih ditingkatkan. 4.Kepada peneliti berikutnya, agar lebih mempersiapkan diri, mempertimbangkan dan meminimalisir kendala-kendala yang telah dihadapi dan ditemukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hayati, Nurmala. 2004. Pengaruh Penerapan Prinsip Artikulasi dalam Pembelajaran Berdasarkan Bekal Awal Terhadap Pencapaian Kompetensi Fisika Siswa Kelas XI SMA 2 Bukittinggi. Padang: Universitas Negeri Padang Press. Ibrahim. Kooperatif. Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1991. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo : C. Aneka
Muslim.(2000). Pembelajaran Surabaya: Universitas Negeri
Ilyas, Asmidir & Syahril dkk. 2009. Profesi Kependidikan. Padang: Universitas Negeri Padang Press.
AM, Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Irianto, Agus. 2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media Group.
Anas.Sudjono.2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Isjoni. 2007. Cooperatif learning. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Kiranawati. 2007. Guru PKn Belajar Me Kunandar.2007.Guru Profesional .Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar.2007.Guru Profesional .Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.
Lie, Anita. 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Djafar, Tengku Zahara. 2001. Kontribusi Stategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang: Universitas Negeri Padang Press.
Melvin, Silbilman.L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 13